efek pemberian ekstrak etanol buah pepino 2
Post on 02-Aug-2015
323 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH PEPINO ( Solanum muricatum Aiton ) TERHADAP GAMBARAN
HISTOLOGIK KORPUSKULUM RENALIS GINJAL TIKUS PUTIH ( Rattus norvegicus L.) DIABETIK YANG DIINDUKSI
STREPTOZOTOCIN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
Disusun oleh :
Mustafa Kamal 04/180994/KU/11259
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2008
iii
Lembar Persembahan
“Wahai bani Adam tidaklah Alloh ‘Azza wa Jalla
menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah dan
beribadah kapada Allah”.
“Beribadah kepada Allah tentunya tidak sekedar beribadah
tetapi perlu ilmu bagaimana beribadah yang benar sesuai
tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
keikhlasan”.
“Oleh karena itu menuntut ilmu agama yang pokok dan dasar
wajib bagi seluruh muslim”
“Kebahagiaan dunia adalah ilmu khususnya ilmu agama
sebagaimana perkataan para ulama ‘seandainya para raja
tahu kebahagiaan yang ada pada kami niscaya mereka akan
merebutnya dengan pedang dan kekuasaan mereka’ padahal
semua kebahagiaan dunia sudah ada ditangan raja, mereka
memiliki tiga “TA” yaitu harTA, tahTA dan WaniTA”
“Yang terpenting adalah ilmu itu tidak sekedar dituntut
tetapi juga diamalkan, oleh karena itu Alloh tidak
menegaskan ‘balasan bagi mereka yang mengetahui’ tetapi
Alloh menegaskan ‘balasan bagi mereka yang mengamalkan’”.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, berkat rahmat dan
hidayah yang Allah anugerahkan kepada saya sehingga bisa
menyelesaikan tugas akhir ini. Saya harap tugas akhir
yang berjudul efek hipoglikemik ekstrak etanol buah
Melodi (Solanum muricatum Aiton) pada tikus putih (Rattus
Novergicus L.) diabetesyang diinduksi streptozotocin
dapat bermanfaat.
Selesainya penelitian ini sebagai dasar penyusunan
karya akhir ini tidak lepas dari peran banyak pihak. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr.dr. Hardyanto Soebono,Sp.KK, dekan
Fakultas Kedokteran UGM atas ijin dan perkenannya
sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
2. Dra. Nur Anisah, MS, pembimbing materi, atas
kesabaran dan bimbingannya dalam penelitian ini.
3. Dr. Zaenal Muttaqien, AIFM, pembimbing metodologi,
atas bimbingannya dalam penelitian ini.
4. Drs. Muhammad Ghufron, MS, atas kesediannya
menjadi dosen penguji.
5. Ibu Wiwit, Ibu Yati, dan semua karyawan di Bagian
Histologi dan Biologi Sel FK UGM, atas bantuannya
selama pembuatan preparat penelitian.
v
6. Kedua orang tuaku yang telah mendidik, membesarkan
dan mengasuhku. “maafkan anakmu ini yang banyak
salah dan selalu doakan anakmu ini”.
7. Buat adikku Sarah dan Zaki, ”rajin belajar dek,
tapi jangan lupakan agama dan akhirat karena
tujuan utama kita adalah akhirat”.
8. Rekan satu tim penelitian, Imam, Adnan, Raehan,
dan Arif yang saling membantu dan mendukung dalam
menyelesaikan penelitian ini.
9. Buat semua keluarga dan sahabatku semoga Alloh
mengumpulkan kita semua di surga firdaus dan masuk
kedalamnya tanpa hisab kemudian merasakan
kenikmatan diatas kenikmatan yaitu melihat wajah
Allah yang Mulia.
10. Dan pihak-pihak lain yang telah membantu yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Menyadari tugas akhir ini belum sempurna, maka
koreksi, saran dan perbaikan sangat diharapkan. Semoga
penelitian ini bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 17 Maret 2008
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................... i
Halaman Pengesahan ............................. ii
Lembar Persembahan.............................. iii
Kata Pengantar ................................. iv
Daftar Isi ..................................... vi
Daftar Tabel ................................... viii
Daftar Gambar................................... ix
Daftar lampiran ................................ x
Intisari ....................................... xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan .............. 1
B. Perumusan masalah......................... 3
C. Kepentingan Penelitian.................... 3
D. Tujuan Penelitian......................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ginjal.................................... 5
B. Diabetes Mellitus......................... 9
c. Streptozotocin............................ 11
D. Tanaman Obat.............................. 13
E. Nefropati Diabetikum...................... 15
F. Landasan Teori Dan Hipotesis
F.1. Landasan Teori ....................... 17
F.2. Hipotesis ............................ 18
vii
III. CARA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................... 19
B. Subyek Penelitian ......................... 19
C. Bahan dan Alat ............................ 19
D. Jalannya Penelitian
D.1. Pelaksanaan Penelitian .............. 20
D.2. Perlakuan Hewan Uji ................. 22
E. Pembuatan Ekstrak......................... 24
F. Pengamatan Gambaran Histologik Ginjal..... 24
G. Identifikasi Variable Penelitian
G.1. Variable Bebas (Variable Perlakuan).. 26
G.2. Variable Tergantung .................. 27
G.3. Variable Terkendali .................. 27
H. Pengolahan Data
H.1. Pengamatan Jumlah Korpuskulum Renalis 27
H.2. Pengamatan Diameter Korpuskulum
Renalis .............................. 28
H.3. Pengamatan Diameter Glomerulus ....... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ..................................... 29
B. Pembahasan ................................ 56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................... 66
B. Saran ....................... ............ 66
DAFTAR PUSTAKA ................................ 67
LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................... 70
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Gambaran histologik nefropati diabetikum pada pasien proteinuria dan Diabetes Mellitus tipe I ........................... 16
2. Nilai rerata kadar glukosa darah pada hari
0, hari 3, hari 9 dan hari 15 ............. 31 3. Nilai rerata berat badan pada hari minus 4
dan hari 14 .............................. 31 4. Nilai rerata jumlah korpuskulum renalis,
diameter korpuskulum renalis serta diameter glomerulus semua kelompok ................. 32
5. Perbandingan signifikansi jumlah
korpuskulum renalis, diameter korpuskulum renalis dan diameter glomerulus antar kelompok .................................. 34
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambaran ginjal tikus kelompok I perbesaran 10X .... .................................. 41
2. Gambaran ginjal tikus kelompok I perbesaran
40X .... .................................. 42 3. Gambaran ginjal tikus kelompok II
perbesaran 10X ............................ 44 4. Gambaran ginjal tikus kelompok II
perbesaran 40X ........................... 45 5. Gambaran ginjal tikus kelompok II
perbesaran 40X ............................ 46 6. Gambaran ginjal tikus kelompok II
perbesaran 40X ............................ 47 7. Gambaran ginjal tikus kelompok III
perbesaran 10X ............................ 48 8. Gambaran ginjal tikus kelompok III
perbesaran 40X ............................ 49 9. Gambaran ginjal tikus kelompok IV
perbesaran 10X ............................ 50 10. Gambaran ginjal tikus kelompok IV
perbesaran 40X ............................ 51 11. Gambaran ginjal tikus kelompok V perbesaran
10X ....................................... 52 12. Gambaran ginjal tikus kelompok V perbesaran
40X ....................................... 53 13. Gambaran ginjal tikus kelompok VI
perbesaran 10X ............................ 54 14. Gambaran ginjal tikus kelompok VI
perbesaran 40X ............................ 55
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Nilai rerata statistik dari masing masing
kelompok .................................. 70 2. Grafik nilai rerata jumlah korpuskulum
renalis dari masing – masing kelompok ..... 71 3. Grafik nilai rerata diameter korpuskulum
renalis dari masing – masing kelompok ..... 72 4. Grafik nilai rerata diameter glomerulus
dari masing – masing kelompok ............. 73 5. Hasil analisis uji statistik one-way Anava
terhadap setiap parameter dari masing – masing kelompok ........................... 74
6. Hasil analisis uji statistik lanjutan Post
Hoc test terhadap jumlah korpuskulum renalis antar kelompok ................... 75
7. Hasil analisis uji statistik lanjutan Post
Hoc test terhadap diameter korpuskulum renalis antar kelompok ................... 76
8. Hasil analisis uji statistik lanjutan Post
Hoc test terhadap diameter glomerulus antar kelompok ............................ 77
xi
PEPINO FRUIT (Solanum muricatum Aiton) ETHANOL EXTRACT EFFECT ON RENAL CORPUSCLE HISTOLOGYCAL FEATURES OF STREPTOZOTOCIN INDUCED
DIABETIC WHITE RAT (Rattus novergicus L.)
Mustafa Kamal
ABSTRACT
Background : The transition of disease pattern from acute infection to chronic degenerative disease, one is Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus become a major cause of future morbidity and mortality. A cheap, safe and feasible care is needed. One of fruits that presumably has hypoglycemic effect is Pepino (Solanum muricatum A.). This fruit contain substance like vitamin C that has effect as antioxidant. Research done showed avocado has antioxidant in it and has positive effect to DM patients. Advance research is needed to study hypoglycemic effect of pepino to Diabetes Mellitus. Objective : This study aim to understand hypoglycemic effect of pepino to histologycal features of renal corpuscle and glomerulus of white rat (Rattus novergicus L.) induced by Streptozotocin. Methods : Thirty male Wistar rats (Rattus novergicus L.), 2 months in age and weighing 200 – 250 gram. Subjects were divided into 6 groups, each contains 5 rats. Each groups were given standard food and water ad libitum. Diabetic rats were injected by 60 mg/KgBW streptozotocin intraperitonially. Group I was normal control, Group II were diabetic control, Group III were diabetic rats given by 32,4 mg/KgBW/day peroral pepino extract, Grop IV were diabetic rats given by 64,8 mg/KgBW/day peroral pepino extract, Group V were normal rats given by 32,4 mg/KgBW/day peroral pepino extract, Group VI were normal rats given by 64,8 mg/KgBW/day peroral pepino extract. Pepino extract were given for 2 weeks since group I,III and IV were diabetic. Rats were terminated at 15th day, then renal were made into histologycal preparation, coloured by Hematoxylin eosin Harris and then observed. Data were tested using One Way Anava and advance test using Post Hoc Test. Results : No significance difference was found in three parameters using Anava test. Advance test using Post Hoct test shows only significance on comparison of corpuscle diameter between group III and group VI (p=0,020) and also comparison of glomerulus diameter between group II and group VI (p=0,024) and between group V and group VI (p=0,014). Conclussion : Treatment of Pepino extract 32,4 mg/Kg/BW result in increasing of renal corpuscle number, decreasing of renal corpuscle diameter and increasing of glomerulus diameter of rat kidney (p < 0,05). Treatment of Pepino extract 64,8 mg/Kg/BW result in decreasing of renal corpuscle number, increasing of renal corpuscle diameter and decreasing of glomerulus diameter of rat kidney (p < 0,05). Keyword : pepino, streptzotocin, diabetes mellitus, white rat.
xii
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH PEPINO (Solanum muricatum Aiton) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIK KORPUSKULUM RENALIS GINJAL TIKUS
PUTIH (Rattus novergicus L.) DIABETIK YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN
Mustafa Kamal
ABSTRAK Latar belakang : Peralihan pola penyakit telah bergeser dari infeksi akut ke penyakit degeneratif menahun, salah satunya adalah Diabetes Mellitus (DM). Diabetes Mellitus menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di masa mendatang. Diperlukan suatu metode pengobatan yang murah, aman dan mudah dijangkau. Salah satu buah yang diduga memiliki efek hipoglikemik adalah Pepino (Solanum muricatum A.). Buah ini memiliki kandungan zat – zat seperti vitamin C yang bersifat sebagai antioksidan. Telah dilakukan penelitian yang menunjukkan bahwa buah alpukat mengandung antioksidan dan berkhasiat terhadap penderita DM. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efek hipoglikemik ekstrak etanol buah Pepino terhadap Diabetes Mellitus. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui efek hipoglikemik ekstrak etanol buah Pepino terhadap gambaran histologik korpuskulum renalis dan glomerulus ginjal tikus putih (Rattus novergicus L.) yang diinduksi streptozotocin. Metode Penelitian : Tiga puluh ekor tikus putih (Rattus norvegicus L. galur Wistar) jantan, berumur rata-rata 2 bulan, dengan berat badan 200-250 gram. Subjek dibagi kedalam 6 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 ekor tikus. Masing – masing kelompok diberi pakan standar dan air minum secara ad libitum. Tikus yang akan dibuat diabetes diinjeksi dengan streptozotocin secara intraperitoneal dengan dosis 60 mg/kgBB. Kelompok I (KI) adalah kelompok kontrol normal, kelompok II (KII) adalah kelompok kontrol diabetes, kelompok III(KIII), kelompok diabetes yang diberi ekstrak etanol buah Pepino dengan dosis 32,4 mg/KgBB/hari peroral, kelompok IV (KIV), kelompok diabetes yang diberi ekstrak etanol buah Pepino dengan dosis 64,8 mg/KgBB/hari peroral, kelompok V (KV), kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol buah Pepino dosis 32,4 mg/KgBB/hari peroral, kelompok VI (KVI), kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol buah Pepino dosis 64,8 mg/KgBB/hari peroral. Ekstrak etanol buah Pepino diberikan selama 2 minggu terhitung sejak tikus kelompok KI, KIII, dan KIV mulai diabetes. Pada hari ke 15 tikus diterminasi, kemudian diambil ginjalnya untuk dibuat sediaan histologik, kemudian diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin eosin Harris lalu diamati. Data diuji dengan Anava satu jalan dan uji lanjut dengan Post Hoc Test. Hasil : Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna dari ketiga parameter dengan menggunakan uji Anava. Uji lanjutan dengan Post Hoc test menunjukkan perbedaan yang signifikan hanya pada perbandingan diameter korpuskulum renalis antara kelompok III dan kelompok VI (p=0,020) dan perbandingan diameter glomerulus antara kelompok II dan kelompok VI (p=0,024) serta antara kelompok V dan kelompok VI (p=0,014). Kesimpulan : Pemberian ekstrak etanol buah pepino 32,4 mg/KgBB menyebabkan terjadi peningkatan jumlah korpuskulum renalis, penurunan diameter korpuskulum renalis dan peningkatan diameter glomerulus ginjal tikus putih (p > 0,05). Pemberian ekstrak etanol buah pepino 64,8 mg/KgBB menyebabkan terjadi penurunan jumlah korpuskulum renalis, peningkatan diameter korpuskulum renalis dan penurunan diameter glomerulus ginjal tikus putih (p > 0,05). Kata kunci : pepino, streptozotocin, diabetes mellitus, tikus putih.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Masa transisi demografi akibat keberhasilan upaya
menurunkan angka kematian, dapat menimbulkan transisi
epidemiologis, dimana pola penyakit bergeser dari
infeksi akut ke penyakit degeneratif yang menahun.
Salah satu diantaranya yang berkaitan erat dengan
penyakit metabolisme dan cenderung akan mengalami
peningkatan sebagai dampak adanya pergeseran perilaku
pola konsumsi gizi makanan adalah Diabetes Mellitus(DM)
(Suharmiati, 2003).
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme
karbohidrat yang khas dengan gejala kadar gula darah
yang tinggi, glukosuria dan setelah beberapa tahun
penyakit ini dapat disertai perubahan pada dinding
pembuluh darah. Penyakit ini juga berdampak pada
penurunan kualitas sumber daya manusia karena
komplikasi. Komplikasi utama yang sering terjadi adalah
makroangiopati, mikroangiopati, neuropati, penyembuhan
luka yang lama, dan nefropati (Jameson, 2004).
Nefropati diabetik terjadi pada 30-40% dari
penderita DM tipe 1. Gagal ginjal kronis merupakan
2
salah satu penyebab kematian pada DM. Pada nefropati
diabetik, ginjal penderita DM mengalami perubahan
fisiologis maupun morfologis. Terdapat empat tipe jejas
pada nefropati diabetik : lesi pada glomerulus, lesi
pada vaskular ginjal, pielonefritis dan perubahan
perlemakan pada ginjal. Kelainan utama yang terjadi
pada nefropati diabetikum adalah perubahan glomerulus.
Sehingga pada tikus diabetik terjadi kehilangan sel
glomerulus (Jameson, 2004)
Buah Pepino (Solanum muricatum) merupakan salah
satu jenis tanaman Indonesia yang keberadaannya belum
banyak diketahui masyarakat, namun diduga mengandung
khasiat obat. Penelitian untuk mengetahui efek
hipoglikemik ektrak buah Pepino sampai saat ini belum
pernah dipublikasikan. Tetapi telah dilakukan
penelitian untuk mengetahui efek hipoglikemik pada buah
Alpokat. Penelitian Wijayakusuma (1999) menunjukkan
bahwa buah Alpokat yang mengandung zat lemak, gula,
garam fosfat, vitamin B1, vitamin C dan antioksidan
berkhasiat untuk penderita Diabetes Mellitus.
Hiperglikemia pada DM menginduksi pembentukan radikal
bebas seperti superoksida, hidrogen peroksida, nitric
oxide, dan radikal hidroksil (Jameson, 2004).
3
Antioksidan berfungsi untuk melawan radikal bebas
yang merupakan salah satu penyebab rusaknya sel β
pankreas pada Diabetes Mellitus tipe 1. Antioksidan
melawan radikal bebas dengan menghentikan
pembentukannya, memadamkannya, dan memperbaiki
kerusakan. Begitu juga dengan buah Pepino memiliki
k+andungan-kandungan yang bersifat antioksidan sehingga
buah Pepino berpotensi untuk mengatasi Diabetes
Mellitus. (Kusnindar dan Rahmawati, 2003).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka
timbul beberapa permasalahan, yaitu :
1. Apakah buah Pepino (Solanum Muricatum Aiton)
mempunyai efek hipoglikemik ?
2. Bagaimana pengaruh buah Pepino terhadap
gambaran histologik korpuskulum renalis
ginjal?
C. Kepentingan Penelitian
Mengingat prevalensi Diabetes Mellitus yang cukup
tinggi, sementara biaya pengobatan untuk penyakit ini
sangatlah besar, maka pengobatan tradisional dengan
4
menggunakan ekstrak buah Pepino yang diketahui memiliki
kandungan antioksidan yang berguna untuk terapi
Diabetes Mellitus perlu diteliti lebih lanjut.
Diharapkan buah Pepino dapat digunakan sebagai terapi
alternatif bagi penderita Diabetes Mellitus.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui efek hipoglikemik ekstrak etanol buah
Pepino terhadap gambaran histologik korpuskulum renalis
dan glomerulus ginjal tikus putih (Rattus novergicus
L.) yang diinduksi Streptozotocin.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ginjal
Ginjal berjumlah sepasang dan terletak pada
dinding posterior abdomen diluar rongga peritonium.
Setiap ginjal pada orang dewasa beratnya sekitar 159
gram dan seukuran kepalan tangan (panjang antara 10 –
12 cm, tebal 3,5 – 5 cm). Sisi medial setiap ginjal
merupakan daerah lekukan yang disebut hilum tempat
lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik,
suplai saraf dan ureter yang membawa urin akhir dari
ginjal ke kandung kemih, dimana urin disimpan hingga
dikosongkan (Leeson et al., 1985).
Ginjal dapat dibagi kedalam korteks luar dan
medula dalam. Pada manusia, medula renal terdiri dari
10 – 18 struktur berbentuk kerucut atau piramidal yang
disebut dengan piramid medula. Dari dasar setiap
piramid medula, terjulur berkas – berkas tubulus
paralel, yaitu berkas medula yang menyusup ke dalam
korteks (Junqueira et al., 1998).
Satuan fungsional ginjal disebut dengan nefron.
Setiap ginjal terdiri atas 1 – 4 juta nefron. Setiap
nefron terdiri atas bagian melebar; korpuskulum
6
renalis; tubulus kontortus proksimal; segmen tipis dan
tebal ansa Henle; dan tubulus kontortus distal. Tubulus
dan duktus koligens menampung urin yang dihasilkan oleh
nefron dan menghantarkannya ke pelvis dan renis
(Guyton, 1994).
Korpuskulum renalis bergaris tengah sekitar 200 µm
dan terdiri atas seberkas kapiler yaitu glomerulus,
dikelilingi oleh kapsula epitel berdinding ganda yang
disebut kapsula Bowman. Lapisan dalam (lapisan
viseralis) meliputi kapiler glomerulus. Lapisan luar
membentuk batas luar korpuskulum renalis dan disebut
lapisan parietal kapsula Bowman (Junqueira et al.,
1998).
Glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Kapiler
glomerulus dilapisi oleh sel – sel epitel yang telah
mengalami modifikasi menjadi podosit. Podosit mempunyai
badan sel yang akan menjulurkan beberapa cabang yang
disebut dengan prosesus primer. Setiap cabang primer
menjulurkan banyak prosesus sekunder, disebut dengan
pedikel, yang memeluk kapiler dari glomerulus.
Selain sel endotel dan podosit, kapiler glomerulus
memiliki sel mesangial yang melekat pada dinding
kapiler pada tempat lamina basal dan membentuk selubung
yang dipakai bersama oleh dua atau lebih kapiler. Sel
7
mesangial memiliki juluran sitoplasma yang menerobos
diantara sel endotelial dan masuk ke dalam lumen
kapiler. Sel mesangial menghasilkan matriks amorf yang
mengelilingi sel mesangial sendiri dan ikut menunjang
dinding kapiler (Junqueira et al., 1998).
Glomerulus berperan dalam filtrasi aliran darah.
Tekanan darah arteriol lebih tinggi dibanding dengan
tekanan hidrostatik daerah lain yaitu sekitar 45 mmHg.
Tekanan ini ditentang oleh tekanan osmotik koloid
plasma (20 mmHg) dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman
(10 mmHg) menghasilkan tekanan filtrasi sebear 15 mmHg
pada ujung aferen kapiler glomerulus (Guyton, 1994).
Tubulus kontortus proksimal manusia memiliki
panjang sekitar 15 mm dan berdiameter 55 micrometer.
Tubulus ini dilapisi oleh epitel selapis kuboid atau
slindris. Pada bagian apeks sel terdapat banyak
mikrovili dengan panjang kira – kira 1 µm, yang
membentuk suatu brush border (Junqueira et al., 1998).
Pada tubulus kontortus proksimal terjadi proses
absorbsi semua glukosa dan asam amino serta lebih
kurang 85% natrium klorida dan air dari filtrat. Selain
aktivitas ini, tubulus kontortus proksimal juga
mensekresi kreatinin dan substansi asing terhadap
organisme seperti asam para – amino – hipurat,
8
penisilin dan iodopiraset dari plasma interstisial ke
dalam filtrat (Guyton, 1994).
Tubulus kontortus distal memiliki panjang sekitar
5 mm dengan epitel yang lebih rendah dibandingkan
dengan tubulus proksimal, memiliki beberapa mikrovili
dan tidak berbatas tegas. Lumen tubulus distal lebih
besar dan tidak memiliki brush border. Tubulus ini
relatif tidak permeabel terhadap air. Tubulus distalis
bersatu membentuk tubulus koligentes sepanjang 20 mm
berjalan melewati korteks dan medula renalis untuk
bermuara kedalam pelvis renalis (Junqueira et al.,
1998).
Tubulus kontortus distal merupakan daerah
pertukaran ion, jika aldosteron terdapat dalam jumlah
banyak, maka ion natrium akan diabsorbsi dan ion kalium
disekresi. Disinilah tempat mekanisme yang
mengendalikan jumlah total garam dan air tubuh. Tubulus
distal juga mensekresikan ion hidrogen dan amonium ke
dalam urin tubulus. Proses ini penting dalam
mempertahankan keseimbangan asam basa darah (Guyton,
1994).
Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk
sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh.
Produk – produk ini meliputi urea, kreatinin, asam urat
9
dan metabolit dari berbagai hormon. Ginjal juga
membuang banyak toksin yang diproduksi oleh tubuh atau
pencernaan, seperti pestisida, obat – obatan dan
makanan tambahan. Adapun fungsi ginjal yang lain
adalah:
a. Mengatur tekanan arteri jangka panjang dengan
mengekskresi sejumlah natrium dan air.
b. Mengatur keseimbangan asam basa dengan
mengekskresi asam dan mengatur penyimpanan
cairan tubuh
c. Mengatur produksi eritrosit dengan menyekresikan
eritropoetin yang merangsang pembentukan sel
darah merah
d. Mengatur produksi 1,25 – Dihidroksi vitamin D3
yang penting dalam pengaturan kalsium dan fosfat
e. Mensintesis glukosa dan asam amino serta
prekursor asam amino lainnya pada masa puasa
panjang
(Ganong, 1995).
B. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) menggambarkan kelompok dari
gangguan metabolik yang menunjukkan fenotip
10
hiperglikemia. Beberapa perbedaan yang nyata pada DM
disebabkan oleh interaksi kompleks antara faktor
genetik, faktor lingkungan dan pilihan gaya hidup.
Mengacu pada etiologi DM, faktor yang berkontribusi
terhadap hiperglikemia dapat berupa penurunan sekresi
insulin, penurunan penggunaan glukosa dan peningkatan
produksi glukosa. Dengan adanya peningkatan insidensi
diseluruh dunia, DM akan menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di masa mendatang. DM
diklasifikasikan berdasarkan proses patogenik yang
menyebabkan hiperglikemia. Dua kategori besar DM adalah
DM tipe I dan DM tipe II. DM tipe I dibagi lagi menjadi
3 bagian, yaitu : 1) DM tipe IA disebabkan oleh
penghancuran sel beta akibat autoimun yang akhirnya
menyebabkan defisiensi insulin, 2) DM tipe IB
menunjukkan marker immunologik yang sangat sedikit
terhadap proses perusakan sel beta dan oleh karena itu
digolongkan kedalam DM idiopatik. DM tipe II disebabkan
oleh gangguan yang disebabkan berbagai jenis kelompok
faktor yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin,
gangguan sekresi insulin dan peningkatan produksi
glukosa. Defek metabolik dan genetik pada kerja insulin
memberikan penampakan fenotip hiperglikemia pada DM
tipe II (Jameson, 2004).
11
Gejala klinik diabetes Mellitus meliputi gejala
pada stadium kompensansi dan dekompensasi pankreas,
serta gejala kronis lainnya. Gejala – gejala pada
stadium kompensasi misalnya polifagi, polidipsi,
poliuri dan kenaikan berat badan. Apabila keadaan ini
tidak segera diobati, akan timbul gejala – gejala tahap
dekompensasi pankreas, misalnya poliuri berat dan
penurunan berat badan, bahkan dapat diikuti dengan
nausea dan koma diabetik (Soehadi, 1996).
Diabetes Mellitus mempunyai komplikasi spesifik
dan non spesifik. Komplikasi spesifik ialah :
retinopati, nefropati, ”diabetic foot” dan kerusakan
kulit. Komplikasi non spesifik ialah aterosklerosis,
katarak dan infeksi. Komplikasi dapat mengenai mata dan
ginjal akibat dari mikroangiopati dan dapat juga
mengenai jantung sebagai akibat dari makroangiopati
(Moerdowo, 1989).
C. Streptozotocin
Streptozotocin adalah senyawa campuran glukosamin
– nitrosourea. Nama kimiawi senyawa ini adalah 2-
deoksi-2-(3-metil-3-nitrosoureido)-D-glukopiranosa
(C8H15N3O7). Senyawa ini dapat masuk kedalam sel melalui
transporter glukosa (GLUT 2). Sel beta pankreas
12
memiliki jumlah GLUT 2 lebih banyak daripada sel – sel
tubuh lainnya sehingga streptozotocin memiliki
toksisitas selektif terhadap sel beta pankreas (Ling
Li, 2001).
Streptozotocin (STZ) biasa digunakan untuk
menginduksi hewan eksperimental diabetik. Ada beberapa
mekanisme diabetogenik STZ, antara lain :
1. STZ menyebabkan kerusakan DNA pada islet pankreas
dan menstimulasi poly(ADP-ribose) synthetase untuk
menurunkan kadar NAD+ dan NADP+ sehingga produksi
proinsulin terganggu.
2. STZ menginduksi terbentuknya radikal – radikal
bebas, misalnya superoksida (O2-), hidrogen
peroksida (H2O2), hidroksil (OH-), dan lain – lain
(Ling Li, 2001).
Streptozocin memiliki kemampuan diabetogenik pada
beberapa spesies hewan seperti tikus, anjing, dan
monyet. Hal ini telah dibuktikan dalam beberapa
penelitian: Anderson et al. (1974), Evans et al.
(1965), Rakieten et al. (1963), Carter et al. (1971),
Arison et al. (1967), dan Junod et al. (1967).
Efek diabetogenik dari STZ pada hewan didapatkan
dari reduksi konsentrasi nicotinamide adenine
13
dinucleotide (NAD) diantara sel-sel beta pankreas.
Penurunan konsentrasi NAD ini terkait dengan
peningkatan gambaran histologik dari sel-sel beta pulau
langerhans pankreas dan merupakan hasil dari menurunnya
pengambilan prekursor oleh sel-sel beta yang kemudian
menurunkan sintesa NAD intraseluler (Schein et al.,
1967).
D. Tanaman Obat
Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton) memiliki
beberapa nama pasaran antara lain sweet melon dan melon
pear. Buah ini memiliki rasa yang manis, berwarna
kuning, berat per buah kira-kira 200-350 gram. Buah ini
memiliki rasanya hampir dengan buah melon (Cucumis
melo). Batang dan bentuk daunnya seperti tanaman cabe,
dengan tinggi tidak lebih dari 1 meter. Untuk tumbuh
tanaman ini butuh bantuan penyangga.
Buah Pepino berasal dari daerah Andean, Colombia,
Peru dan Chile. Buah ini ditanam untuk kepentingan
komersial di New Zealand, Chile dan Australia Barat.
Di Indonesia, tanaman ini telah dibudidayakan dan
dijual di Dusun Projayan, Desa Wonokerto, Kecamatan
14
Turi, Sleman, Yogyakarta (http:// www.ipteknet.
com/cakrawala iptek. html. 2002).
Pepino adalah tanaman yang biasa tumbuh pada
ketinggian 10.000 kaki di atas permukaan laut pada
daerah asalnya, namun buah Pepino memiliki pertumbuhan
yang lebih baik pada daerah yang lebih hangat. Tanaman
ini juga mampu bertahan hidup pada suhu rendah 27-28o
F. Tanaman ini berukuran kecil dan merupakan jenis
tanaman semak akar fibrous. Pertumbuhannya meninggi dan
biasanya setinggi 3 kaki dan melebar beberapa kaki.
Daunnya berwarna hijau muda dan biasanya ditutupi
dengan sedikit rambut . Bunganya berukuran kecil
berwarna biru, ungu violet ataupun putih keungu-unguan
dan memiliki bentuk yang serupa dengan bunga kentang
yang tidak terbuka. Tanaman ini juga tidak akan
menghasilkan buah jika suhu malam tidak lebih tinggi
dari 65 F. Untuk hasil budidaya di desa, biasanya buah
berbentuk seperti telur dengan panjang sekitar 2-4
inci. Kulit berwarna kuning atau hijau keunguan sering
disertai dengan garis gelap yang banyak. Daging buahnya
berwarna kehijauan dan kuning oranye. Umumnya buah
matur 30-80 hari setelah polinasi. Adapun klasifikasi
buah Pepino sebagai berikut:
15
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Solanum
Spesies : Solanum muricatum Aiton
Hasil analisa laboratorium uji teknologi pangan
menunjukkan buah Pepino mempunyai kandungan sukrosa,
fruktosa dan glukosa 50%, asam sitrat lebih dari 90%
dari asam organik non – volatile, asam aspartat 70%
dari asam amino (Redgwell et al., 2006).
E. Nefropati Diabetikum
Nefropati diabetikum merupakan salah satu
komplikasi dari diabetes pada ginjal. Keadaan
hiperglikemia memacu penurunan Nitric Oxide yang
nantinya memacu peningkatan tekanan intrakapiler. Hal
ini juga dimungkinkan oleh adanya peningkatan
sensitivitas terhadap respon Angiotensin II pada
pembuluh darah. Seluruh proses ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
Akibatnya albumin yang seharusnya terdapat di dalam
pembuluh darah bocor dan masuk kejaringan interstitial
16
ginjal dan kemudian terbuang keluar tubuh melalui urin
sehingga terjadi albuminuria (Jameson, 2004).
Albuminuria yang persisten ( > 300 mg/24 jam atau
200 µg/menit) merupakan penanda khas dari nefropati
diabetikum yang dapat didiagnosa secara klinis jika
memenuhi beberapa kriteria antara lain : adanya
diabetik retinopati dan absennya bukti klinis dan
laboratorium adanya penyakit saluran ginjal lain.
Definisi klinis ini valid baik untuk DM tipe I maupun
II (Jameson, 2004).
Perubahan histologik yang dapat dilihat paling
awal adalah perubahan membran basal dari glomerulus.
Perubahan ini secara paralel diikuti oleh perubahan
basal dari membrane basal tubular. Setelah 4-5 tahun
dapat ditemukan adanya ekspansi dari sel-sel mesangial.
Ekspansi sel-sel mesangial ini disebabkan oleh
peningkatan absolut dan relative matriks dari sel
mesangial, sedangkan penambahan volume sel hanya
memberi sedikit kontribusi. Sedangkan sebaliknya
ekspansi sel intertisial lebih disebabkan oleh
peningkatan komponen selular dari kompartemen ginjal
(Jameson, 2004).
17
TABEL 1. Gambaran histologik nefropati diabetikum pada pasien proteinuria dan Diabetes Mellitus tipeI
Selalu muncul Biasanya muncul Jarang muncul
Penebalan membrane basalis glomerulus
Sklerosis glomerulus (noduler, global, fokal-segmental)
Hyaline "exudative" lesions (subendothelial)
Penebalan membrane basalis tubular
Capsular drops
Sklerosis glomerulus difus
Atrofi fokus – fokus tubular
Atherosclerosis
Ekspansi interstitial yang ditandai dengan peningkatan maktriks ekstraseluler
Afferent and efferent arteriolar hyalinosisa
Mikroaneurisme glomerulus
Peningkatan jumlah membrane basalis glomerulus, membrane basalis tubulus, dan pewarnaan terhadap kapsul Bowman menunjukkan adanya timbunan albumin
Hyalinisasi arteriolar aferen dan eferen
(http:www.brainomics.com/patobiologi Dm. htm)
F. Landasan Teori dan Hipotesis
F.1. Landasan teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan,
maka dapat dirumuskan landasan teori sebagai berikut:
1. Buah Alpukat mengandung zat lemak, gula, garam
fosfat, Vitamin B1 dan Vitamin C, yang
18
diantaranya bersifat antioksidan, berkhasiat
umtuk penderita DM (Wijayakusuma, 1999).
2. Buah Pepino memiliki kandungan – kandungan yang
bersifat antioksidan (Kusnidar & Rahmawati,
2003).
3. Kandungan antioksidan pada buah Pepino
diperkirakan dapat mencegah stress oksidatif
pada tingkat seluler, sehingga mampu memperbaiki
perubahan morfologis ginjal tikus putih.
F.2. Hipotesis
Pemberian ekstrak etanol buah Pepino yang
mengandung zat antioksidan menyebabkan perubahan
gambaran histologik ginjal tikus putih diabetik yang
diinduksi streptozotocin.
19
BAB III
CARA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah
eksperimental murni dengan percobaan secara in vivo.
B. Subyek Penelitian
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur
Wistar sebanyak 46 ekor, umur 2 bulan, dan berat badan
200-250 g. Hewan coba penelitian ini diperoleh dari
UPHP (Unit Pengembangan Hewan Percobaan) UGM.
C. Bahan dan Alat
C.1. Bahan
1. tikus putih
2. ekstrak buah Pepino
3. Streptozotocin (STZ)
4. pakan standar (Formula 521)
5. air minum
6. buffer sitrat pH 4,5
7. Pengecatan histologik HE
8. Formalin
20
C.2. Alat
1. kandang tikus
2. timbangan elektronik
3. spuit injeksi
4. sonde oral
5. glass slide
6. mikroskop cahaya
7. peralatan bedah minor
D. Jalannya Penelitian
D.1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Histologi
dan Biologi Sel Fakultas Kedokteran UGM. Hewan coba
diperoleh dari UPHP (Unit Pengembangan Hewan Percobaan)
UGM. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian
adalah 14 hari. tikus berjumlah 30 dan dibagi kedalam 6
kelompok perlakuan, yaitu:
Kelompok I: Kelompok kontrol normal
Lima ekor tikus putih disuntik dengan buffer
sitrat pH 4,5 dosis 60 mg/KgBB secara intraperitoneal
sebanyak satu kali, diberi pakan standar dan air minum
secara ad libitum.
21
Kelompok II: Kelompok kontrol positif diabetes
Lima ekor tikus putih disuntik STZ dosis
60mg/KgBB dalam buffer sitrat pH 4,5 secara
intraperitoneal sebanyak 1 kali, diberi pakan standar
dan air minum secara ad libitum.
Kelompok III: Kelompok perlakuan I
Lima ekor tikus putih disuntik STZ dosis 60mg/KgBB
dalam buffer sitrat pH 4,5 secara intraperitoneal
sebanyak 1 kali, diberi pakan standar, ditambah dengan
ekstrak buah Pepino dosis 32,4 mg/KgBB/hari per oral,
dan air minum secara ad libitum.
Kelompok IV: Kelompok perlakuan II
Lima ekor tikus putih disuntik STZ dosis 60mg/KgBB
dalam buffer sitrat pH 4,5 secara intraperitoneal
sebanyak 1 kali, diberi pakan standar, ditambah dengan
ekstrak buah Pepino dosis 64,8 mg/KgBB/hari per oral,
dan air minum secara ad libitum.
Kelompok V: Kelompok perlakuan buah Pepino I
Lima ekor tikus putih disuntik dengan buffer
sitrat pH 4,5 dosis 60 mg/KgBB secara intraperitoneal
sebanyak satu kali, diberi pakan standar, ditambah
dengan ekstrak buah Pepino dosis 32,4 mg/KgBB/hari per
oral, dan air minum secara ad libitum.
22
Kelompok VI: Kelompok perlakuan buah Pepino II
Lima ekor tikus putih disuntik dengan buffer
sitrat pH 4,5 dosis 60 mg/KgBB secara intraperitoneal
sebanyak satu kali, diberi pakan standar, ditambah
dengan ekstrak buah Pepino dosis 64,8 mg/KgBB/hari per
oral, dan air minum secara ad libitum.
Pada hari ke-15 tikus putih diterminasi, ginjal
diambil untuk dibuat sediaan histologik dengan metode
parafin dan dicat dengan Hematoksilin eosin (Harris).
Parameter yang diamati yaitu jumlah korpuskulum
renalis, diameter korpuskulum renalis dan diameter
glomerulus.
D.2. Perlakuan Hewan Uji
1. Sebelum perlakuan dimulai, dilakukan adaptasi
hewan coba selama 7 hari.
2. Dilakukan induksi streptozotocin 60 mg/KgBB
intraperitoneal pada tikus kelompok II
(kontrol diabetes), III (diabetes + Pepino
32,4 mg/KgBB), dan IV (diabetes + Pepino 64,8
mg/KgBB). Dilakukan induksi Buffer sitrat pH
4,5 60 mg/KgBB pada kelompok I (kontrol
normal), V (normal + Pepino 32,4 mg/KgBB) dan
VI (normal + Pepino 64,8 mg/KgBB).
23
3. Setelah hewan coba kelompok II, III, dan IV
dalam kondisi hiperglikemik (2 hari setelah
induksi STZ), Dilakukan pemberian ekstrak
etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB/hari peroral
selama 2 minggu pada kelompok III dan V. Dan
pemberian ekstrak etanol Pepino dosis 64,8
mg/KgBB/hari peroral selama 2 minggu pada
kelompok IV dan VI.
4. Setiap minggu dilakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah untuk mengetahui efek
hipoglikemik dari perlakuan.
5. Dilakukan terminasi pada hari ke 15, kemudian
dilakukan pengambilan jaringan ginjal.
6. Jaringan ginjal dipotong dengan menggunakan
mikrotom kemudian dibuat sediaan pada kaca
objek.
7. Kemudiaan sediaan difiksasi dengan alkohol
lalu dilakukan pengecatan histologik dengan
menggunakan HE (Hematoksilin Eosin)
Hewan coba dibuat diabetes dengan menyuntikan STZ
secara intraperitoneal. Dosis STZ yang digunakan
sebesar 60 mg/kgBB (Zhang et al., 2003).
24
E. Pembuatan Ekstrak
Ekstrak Buah Pepino dibuat di PPOT ( Pusat
Penelitian Obat Tradisional) UGM. Pada penelitian ini
penentuan dosis dilakukan dengan mengkonversi dari
dosis manusia ke dosis tikus.
Pada penelitian ini penentuan dosis dilakukan
dengan mengkonversi dari dosis manusia ke dosis tikus
berdasarkan Ghosh (1971):
Dosis manusia = 1,8 gram/hari
Konstanta konversi tikus putih = 0.018
Dosis tikus putih = 1,8 gram/hari x 0.018
= 0.0324 gram/hari
Pemberian ekstrak buah Pepino dilakukan per oral, oleh
karena itu jumlahnya harus disesuaikan dengan kapasitas
lambung tikus yaitu kira-kira sebesar 2 ml (total
volume lambung tikus sebesar 5 ml). Jadi, dosis ekstrak
Pepino sebesar 0,0324 gram tersebut dilarutkan dalam 2
ml air, sehingga diperoleh ekstrak buah Pepino dengan
konsentrasi 1,62%.
F. Pengamatan Gambaran histologik ginjal
Setelah mendapat perlakuan selama 14 hari, tikus
diterminasi kemudian rennya diambil untuk dibuat
preparat histologik, dengan metode parafin, dengan
25
diberi pengecatan HE (Hematoksilin Eosin), pembuatan
preparat dilakukan oleh teknisi bagian Histologi dan
Biologi Sel Fakultas Kedokteran UGM. Bahan yang
digunakan dalam pewarnaan HE antara lain :
1. potassium 10% akuades
2. hematoksilin 10% alkohol absolut
3. Mercuric oxide yellow
4. Asam asetat glasial
5. Alkohol 70%
6. HCL pekat
7. Asam alkohol
8. Eosin
Teknik pewarnaan preparat histologik ren adalah :
1. Deparanisasi – akuades
a. Deparanisasi
I. Masukkan kedalam xylol I dan xylol II
selama 5 menit
II. Kemudian berturut – turut diberikan
alkohol 96%, alkohol 80%, alkohol 70%,
alkohol 50% dan alkohol 30%
2. Diberikan larutan Harris hematoksilin selama 5
menit
3. Dimasukkan kedalam larutan asam alkohol selama 1
menit
26
4. Dibilas dengan air mengalir selama 5 menit
5. Dibilas dengan akuades
6. Diamati dibawah mikroskop
7. Dimasukkan ke eosin selama 2 menit
8. Dibilas dengan akuades 3 kali
9. Dehidrasi dengan alkohol mulai dari 50%, 70%, 80%,
90%, 95%, 100% dengan waktu yang sebentar
10. Dimasukkan ke larutan xylol I, xylol II, xylol
III masing – masing 3 menit
11. Menutup dengan kanada balsam
(Disbrey & Rack, 1970).
G. Identifikasi Variabel Penelitian
G.1. Variabel bebas (variabel perlakuan)
1. Perlakuan coba: pemberian STZ dan ekstrak etanol
buah Pepino.
2. Perlakuan kontrol positif diabetik: pemberian
STZ tanpa ekstrak etanol buah Pepino.
3. Perlakuan kontrol normal: disuntik buffer
sitrat pH 4,5
4. Perlakuan pembanding: pemberian buah Pepino
tanpa disuntik STZ.
27
G.2. Variabel tergantung
Gambar histologik ginjal yang berupa jumlah
korpuskulum renalis, diameter korpuskulum renalis
dan diameter glomerulus yang diperoleh dari kontrol
normal, kontrol positif DM, kontrol positif ekstrak
buah Pepino, dan pemberian ekstrak buah Pepino.
G.3. Variabel terkendali
G.3.1. Variabel subjek penelitian: subjek diambil dari
tikus dengan galur, jenis kelamin, umur, dan berat
badan yang homogen.
G.3.2. Variabel bahan coba: ekstrak buah Pepino
diperoleh dari Toko Swalayan Carrefour Yogyakarta.
Ekstrak etanol dilakukan di PPOT (Pusat Penelitian
Obat Tradisional) UGM, Yogyakarta.
G.3.3. Variabel perawatan: meliputi pemeliharaan di
dalam kandang dengan jenis dan kualitas pakan dan
air minum yang sama.
H. Pengolahan data
H.1. Pengamatan Jumlah korpuskulum renalis
Data kuantitatif jumlah korpuskulum renalis
ini diuji dengan uji analisis of varians (Anava)
satu jalan dalam satu kelompok. Kemudian
28
dilanjutkan dengan uji LSD Post Hoc untuk
membandingkan antar kelompok.
H.2. Pengamatan Diameter Korpuskulum Renalis
Data kuantitatif diameter korpuskulum renalis
ini diuji dengan uji analisis of varians (Anava)
satu jalan dalam satu kelompok. Kemudian
dilanjutkan dengan uji LSD Post Hoc untuk
membandingkan antar kelompok.
H.3. Pengamatan Diameter Glomerulus
Data kuantitatif diameter glomerulus ini diuji
dengan uji analisis of varians (Anava) satu jalan
dalam satu kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan
uji LSD Post Hoc untuk membandingkan antar
kelompok.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei
2007 di Laboratorium Histologi dan Biologi Sel Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini
menggunakan tikus dari galur Wistar jantan sebanyak 46
ekor sebagai binatang percobaan, 30 ekor tikus
digunakan untuk percobaan sedangkan 16 tikus sebagai
cadangan. Dari seluruh binatang coba, 8 ekor mati.
Selama 14 hari perlakuan terdapat 8 tikus yang
mati. Kematian tikus – tikus tersebut disebabkan
komplikasi dari DM. Patogenesis komplikasi DM
berhubungan dengan stres oksidatif (Wiensperger, 2003).
Adanya komplikasi DM dibuktikan dengan tikus mengalami
penurunan berat badan yang progresif pada kelompok
tikus yang diinduksi DM dengan streptozotocin (STZ)
(Bahraen, 2008).
Subyek penelitian yang digunakan yang digunakan
adalah tikus putih (Rattus norvegicus L.) galur Wistar
jantan dewasa sebanyak 30 ekor. Berat badan tikus pada
awal perlakuan adalah antara 200 – 250 gram, sedangkan
30
berat badan tikus pada akhir perlakuan (hari ke-14)
berkisar antara 140 – 250 gram. Berat badan tikus ada
yang meningkat dan ada yang menurun, tikus yang mati
digantikan oleh tikus cadangan.
A.1. Berat Badan dan Kadar Glukosa darah
Penelitian ini menggunakan streptozotocin untuk
membuat tikus diabetes, dan dari hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah, seluruh tikus yang disuntik STZ
mengalami peningkatan kadar glukosa darah yang nyata
bila dibandingkan kontrol normal (TABEL 2). Hal ini
menunjukkan bahwa tikus berada dalam kondisi ”diabetic-
induced streptozotocin”.
Berat badan juga menunjukkan penurunan pada
kelompok diabetes dibanding kelompok kontrol (lihat
TABEL 3). Kemudian setelah 15 hari, terlihat pada TABEL
2, terdapat perbaikan kondisi kadar glukosa darah pada
kelompok perlakuan 2. Terlihat adanya perbaikan,
meskipun bukan dalam rentang yang besar, hal ini
mungkin disebabkan waktu percobaan yang kurang lama
yaitu hanya 14 hari.
31
TABEL 2. Nilai rerata kadar glukosa darah pada hari 0, hari 3, hari 9 dan hari 15.
Kelompok
Rerata ± SD Kadar glukosa darah (mg/dL) KI KII KIII KIV KV KVI
p
Hari 0 73,19 ± 1,62
73,39 ± 2,57
74,22 ± 1,49
73,58 ± 1,78
75,20 ± 1,45
72,93 ± 1,92
0,77
Hari 3 74,20 ± 1,68
257,67 ± 0,83
252,61 ± 8,42
257,35 ± 3,59
73,33 ± 0,97
74,06 ± 1,16
0,00*
Hari 9 74,38 ± 0,96
250,81 ± 12,99
233,65 ± 2,45
239,28 ± 9,05
74,30 ± 0,64
73,74 ± 1,46
0,00*
Hari 15 74,94 ± 1,16
207,03 ± 12,78
218,67 ± 13,28
200,08 ± 0,91
72,93 ± 1,22
71,65 ± 0,97
0,00*
p 0,83 0,00* 0,00* 0,00* 0,79 0,76
*p<0,05
TABEL 3. Nilai rerata berat badan pada hari minus 4 dan
hari 14
Kelompok Perlakuan Rerata ± SD
Berat Badan tikus (gram) KI KII KIII KIV KV KVI p
Hari minus 4
255 ± 12,91
260 ± 18,71
260 ± 18,71
244 ± 29,67
268 ± 17,89
260 ± 28,28 0,77
Hari 14 244 ± 32,86
205 ± 25,17
172 ± 36,33
192 ± 22,80
208 ± 43,82
256 ± 38,47 0,01*
p 0,79 0,02* 0,00* 0,01* 0,02* 0,81
*p<0,05
Bahraen (2008) telah meneliti tentang perubahan
berat badan dan kadar glukosa darah pada tikus diabetes
setelah diinduksi STZ dan tikus normal. Terlihat pada
TABEL 2. Berat badan menunjukkan penurunan pada
kelompok yang diinduksi STZ, sedangkan kadar glukosa
32
darah menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemia).
A.2. Jumlah korpuskulum renalis pada preparat
histologik TABEL 4 menunjukkan nilai rerata jumlah
korpuskulum renalis yang terdapat pada kelompok kontrol
KI dan kelompok perlakuan KII, KIII, KIV, KV dan KVI.
Variabel ini diukur dari korpuskulum yang berisi
glomerulus yang penuh. Korpuskulum yang kosong atau
berukuran sangat kecil dianggap rusak dan tidak
dihitung sebagai variabel.
TABEL 4. Nilai rerata jumlah korpuskulum renalis, diameter korpuskulum renalis serta diameter glomerulus dari semua kelompok
Means ± SD Parameter
Kel I Kel II
Kel III
Kel IV
Kel V Kel VI
p
Jumlah korpuskulum renalis
262.88 ±33.91
275.24 ±27.13
274.48 ±12.07
243.12 ±69.49
280.72 ±17.67
282.68 ±8.63
0.49
Diameter korpuskulum renalis (µm)
2.78 ±0.22
2.75 ±0.18
2.60 ±0.23
2.71 ±0.13
2.69 ±0.14
2.88 ±0.91
0.26
Diameter glomerulus (µm)
2.37 ±0.15
2.31 ±0.14
2.43 ±0.29
2.42 ±0.12
2.28 ±0.78
2.65 ±0.36
0.16
*p<0,05
Kelompok yang tertera pada TABEL 1 dapat
dijelaskan sebagai berikut : kelompok 1 merupakan
kelompok kontrol normal, kelompok 2 merupakan kontrol
positif DM, kelompok 3 merupakan kelompok perlakuan 1
33
(diabetes + Pepino 32,4 mg/KgBB), kelompok 4 merupakan
kelompok perlakuan 2 (diabetes + Pepino 64,8 mg/KgBB),
kelompok 5 merupakan kelompok perlakuan 3 (normal +
Pepino 32,4 mg/KgBB) dan kelompok 6 merupakan kelompok
perlakuan 4 (Normal + Pepino 64,8 mg/KgBB).
Selanjutnya dilakukan uji ANAVA satu arah untuk
membandingkan rerata jumlah korpuskulum renalis antar
masing – masing kelompok kemudian dilakukan uji lanjut
dengan multiple comparison (LSD Post Hoc Test) dengan
menggunakan program SPSS 12.
TABEL 4 menunjukkan tidak ada perbedaan yang
bermakna dari perbandingan nilai rerata jumlah
korpuskulum renalis dari masing – masing kelompok
secara keseluruhan. Untuk menunjukkan perbedaan yang
lebih spesifik, dilakukan uji multiple comparison test
dengan LSD Post Hoc Test.
TABEL 5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
nyata antara kontrol normal dan kontrol positif. Hal
ini dapat ditunjukkan dari nilai p > 0,05. Hal ini
mendefinisikan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan secara histologik dari jumlah korpuskulum
renalis ginjal tikus pada tikus normal dengan tikus DM
yang diinduksi oleh streptozotocin.
34
TABEL 5. Perbandingan signifikansi jumlah korpuskulum renalis, diameter korpuskulum renalis dan diameter glomerulus antar kelompok.
p No Kelompok
Jumlah korpuskulum renalis
Diameter korpuskulum renalis
Diameter glomerulus
1 KI–KII 0,579 0,786 0,680 2 KI–KIII 0,603 0,129 0,668 3 KI–KIV 0,378 0,526 0,727 4 KI–KV 0,425 0,434 0,507 5 KI–KVI 0,377 0,371 0,058 6 KII–KIII 0,973 0,207 0,403 7 KII–KIV 0,157 0,715 0,449 8 KII–KV 0,805 0,607 0,799 9 KII–KVI 0,738 0,247 0,024* 10 KIII–KIV 0,167 0,363 0,936 11 KIII–KV 0,779 0,446 0,279 12 KIII–KVI 0,712 0,020* 0,132 13 KIV–KV 0,100 0,880 0,315 14 KIV-KV 0,084 0,133 0,114 15 KV-KVI 0,930 0,101 0,014* *p<0,05
Selain itu dari TABEL 5 juga dapat diamati
perbandingan antara rerata jumlah korpuskulum renalis
antara kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan
6. Dapat diamati tidak ada perbedaan yang bermakna
antara kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan
6.
Hal ini dapat didefinisikan pemberian ekstrak
etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus normal
(kelompok perlakuan 5) tidak menyebabkan perubahan
histologik dari jumlah korpuskulum renalis yang
bermakna dibandingkan dengan kontrol normal (p =
0,425).
35
Pemberian ekstrak etanol Pepino 64,8 mg/KgBB
pada tikus normal (kelompok perlakuan 6) tidak
memberikan dampak yang bermakna dibandingkan dengan
kontrol normal (p = 0,377).
TABEL 5 dapat menggambarkan perbandingan
antara kontrol positif DM dengan masing – masing
kelompok perlakuan. Dapat dilihat tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna antara kontrol positif dengan
kelompok perlakuan 1 dan antara kontrol positif dengan
kelompok perlakuan 2 (p > 0,05).
Hal ini dapat diartikan pemberian ekstrak
etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus DM yang
diinduksi streptozotocin (kelompok perlakuan 1) tidak
menyebabkan perubahan jumlah korpuskulum renalis yang
bermakna dibandingkan dengan kontrol positif DM (p =
0,973).
Pemberian ekstrak etanol Pepino dosis 64,8
mg/KgBB pada tikus DM yang diinduksi streptozotocin
(kelompok perlakuan 2) tidak memberikan dampak yang
bermakna dibandingkan dengan kontrol positif DM (p =
0,157).
36
A.3. Diameter korpuskulum renalis pada preparat histologik
TABEL 4 menunjukkan rerata nilai dari
diameter korpuskulum renalis yang terdapat pada masing
– masing kelompok perlakuan. Variabel ini diukur dengan
menggunakan mikrometer dengan pebesaran 40 x pada 5
buah korpuskulum renalis. Nilai diameter dari 5
glomerulus ini dirata – ratakan untuk masing – masimg
slide.
Selanjutnya dilakukan uji ANAVA satu arah untuk
membandingkan rerata diameter korpuskulum renalis antar
masing – masing kelompok kemudian dilakukan uji lanjut
dengan multiple comparison (LSD Post Hoc Test).
TABEL 4 menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan dari perbandingan rerata diameter
korpuskulum renalis dari masing – masing kelompok
secara keseluruhan. Untuk menunjukkan perbedaan yang
lebih spesifik, dilakukan uji multiple comparison test
dengan LSD Post Hoc Test.
TABEL 5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
nyata antara kontrol normal dan kontrol positif. Hal
ini dapat ditunjukkan dari nilai p > 0,05 ( signifikan
jika p < 0,05). Hal ini mendefinisikan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna secara histologik dari diameter
37
korpuskulum renalis tikus pada tikus normal dengan
tikus DM yang diinduksi oleh streptozotocin.
Selain itu dari TABEL 5 juga dapat diamati
perbandingan antara rerata diameter korpuskulum renalis
antara kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan
6. Dapat diamati tidak ada perbedaan yang bermakna
antara kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan
6.
Hal ini dapat didefinisikan pemberian
ekstrak etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus
normal (kelompok perlakuan 5) tidak menyebabkan
perubahan histologik dari diameter korpuskulum renalis
yang bermakna dibandingkan dengan kontrol normal (p =
0,434).
Pemberian ekstrak etanol Pepino 64,8 mg/KgBB
pada tikus normal (kelompok perlakuan 6) tidak
memberikan dampak yang bermakna dibandingkan dengan
kontrol normal (p = 0,371).
Pada TABEL 5 juga dapat dilihat perbandingan
antara kontrol positif DM dengan masing – masing
kelompok perlakuan. Dapat dilihat tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna antara kontrol positif dengan
kelompok perlakuan 1 dan antara kontrol positif dengan
kelompok perlakuan 2 (p > 0,05).
38
Hal ini dapat diartikan pemberian ekstrak
etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus DM yang
diinduksi streptozotocin (kelompok perlakuan 1) tidak
menyebabkan perubahan diameter korpuskulum renalis yang
bermakna dibandingkan dengan kontrol positif DM (p =
0,207).
Pemberian ekstrak etanol Pepino dosis 64,8
mg/KgBB pada tikus DM yang diinduksi streptozotocin
(kelompok perlakuan 2) tidak memberikan dampak yang
bermakna dibandingkan dengan kontrol positif DM (p =
0,715).
A.4. Diameter glomerulus pada preparat histologik
TABEL 4 menunjukkan rerata nilai dari
diameter glomerulus yang terdapat pada masing – masing
kelompok perlakuan. Variabel ini diukur dengan
menggunakan mikrometer dengan pebesaran 40 x pada 5
buah glomerulus. Nilai diameter dari 5 glomerulus ini
dirata – ratakan untuk masing – masimg slide.
Selanjutnya dilakukan uji ANAVA satu arah untuk
membandingkan rerata diameter glomerulus antar masing –
masing kelompok kemudian dilakukan uji lanjut dengan
multiple comparison (LSD Post Hoc Test).
39
TABEL 4 menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan dari perbandingan rerata diameter glomerulus
dari masing – masing kelompok secara keseluruhan. Untuk
menunjukkan perbedaan yang lebih spesifik, dilakukan
uji multiple comparison test dengan LSD Post Hoc Test.
TABEL 5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna antara kontrol normal dan kontrol positif. Hal
ini dapat ditunjukkan dari nilai p > 0,05 ( signifikan
jika p < 0,05). Hal ini mendefinisikan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna secara histologik dari diameter
glomerulus tikus pada tikus normal dengan tikus DM yang
diinduksi oleh streptozotocin.
Selain itu dari TABEL 5 juga dapat diamati
perbandingan antara rerata diameter glomerulus antara
kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan 6. Dapat
diamati tidak ada perbedaan yang bermakna antara
kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan 6.
Hal ini dapat didefinisikan pemberian
ekstrak etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus
normal (kelompok perlakuan 5) tidak menyebabkan
perubahan histologik dari diameter glomerulus yang
bermakna dibandingkan dengan kontrol normal (p =
0,507).
40
Pemberian ekstrak etanol Pepino 64,8 mg/KgBB
pada tikus normal (kelompok perlakuan 6) tidak
memberikan dampak yang bermakna dibandingkan dengan
kontrol normal (p = 0,058).
TABEL 5 juga dapat menggambarkan perbandingan
antara kontrol positif DM dengan masing – masing
kelompok perlakuan. Dapat dilihat tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna antara kontrol positif dengan
kelompok perlakuan 1 dan antara kontrol positif dengan
kelompok perlakuan 2 (p > 0,05).
Hal ini dapat diartikan pemberian ekstrak
etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus DM yang
diinduksi streptozotocin (kelompok perlakuan 1) tidak
menyebabkan perubahan diameter glomerulus yang bermakna
dibandingkan dengan kontrol positif DM (p = 0,403).
Pemberian ekstrak etanol Pepino dosis 64,8
mg/KgBB pada tikus DM yang diinduksi streptozotocin
(kelompok perlakuan 2) tidak memberikan dampak yang
bermakna dibandingkan dengan kontrol positif DM (p =
0,449)
41
A.5. Gambar Mikroskopik Ginjal
1. Gambar mikroskopik ginjal kelompok kontrol(KI)
GAMBAR 1. Gambaran ginjal tikus kelompok I. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis ( Kp) dengan glomerulus (Gl)yang utuh, tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td).
Gl
Kp
Tp
Td
42
GAMBAR 2 menunjukkan struktur ginjal yang normal
yang terdiri dari:
a. Korpuskulum renalis
Korpuskulum renalis memiliki gambaran membran
basalis berupa epitel pipih selapis. Terdiri dari dua
lapisan: parietal dan viseral. Diantara kedua lapisan
terdapat ruang urin.
GAMBAR 2. Gambaran ginjal tikus kelompok I. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis (Kp) dengan glomerulus (Gl) yang utuh, tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td).
Gl
Td
Kp
Tp
43
b. Glomerulus
Glomerulus terletak didalam korpuskulum. Terdiri
atas anyaman – anyaman kapiler. Sel penyusunnya terdiri
dari sel epitel yang disebut dengan podosit.
c. Tubulus kontortus proksimal
Tubulus kontortus proksimal memiliki membran
dengan sel berbentuk kuboid. Terlihat lumen tubulus
berbentuk ovoid.
d. Tubulus kontortus distal
Tubulus kontortus distal memiliki membran dengan
sel berbentuk kuboid pendek. Terlihat lumen tubulus
berbentuk bulat.
44
2. Gambar mikroskopik ginjal kelompok kontrol diabetes
(KII)
GAMBAR 3. Gambaran ginjal tikus kelompok II. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpukulum renalis (Kp) yang berisi darah (Dr), korpuskulum yang kosong (Gs) dan korpuskulum yang berisi glomerulus yang rusak (Gr).
Gr
Gs
Dr
Kp
45
GAMBAR 4. Gambaran ginjal tikus kelompok II. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi darah (Dr) serta korpuskulum renalis (Kp) yang berisi glomerulus yang rusak (Gr).
GAMBAR 3,4 dan 5 menunjukkan keadaan abnormal yang
terjadi pada keadaan diabetes, yaitu :
a. Adanya darah didalam korpuskulum renalis
Pembuluh kapiler pada glomerulus mengalami
peningkatan permeabilitas sehingga darah dapat bocor
kedalam korpuskulum renalis.
Dr
Gr
Kp
46
GAMBAR 5. Gambaran ginjal tikus kelompok II. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi glomerulua yang rusak (Gr).
b. Kerusakan glomerulus
Glomerulus mengalami kerusakan. Tampak korpuskulum
berisi glomerulus yang tidak utuh.
Gr
Kp
47
GAMBAR 6. Gambaran ginjal tikus kelompok II. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang mengalami kebocoran membran, tampak sel mesangial keluar (Sm).
c. Ekspansi mesangial
Terlihat membran korpuskulum renalis mengalami
kebocoran. Kebocoran dari membran menyebabkan sel
mesangial yang berada didalam berekspansi keluar.
Sm Kp
48
3. Gambar mikroskopik ginjal kelompok diabetes + Pepino
32,4 mg/KgBB (KIII)
GAMBAR 7. Gambaran ginjal tikus kelompok III. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis (Kp) yang berisi darah (Dr).
Dr Kp
49
GAMBAR 8. Gambaran ginjal tikus kelompok III. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi darah (Dr). Dapat dilihat pula tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td).
Pada GAMBAR 8 terlihat gambaran korpuskulum yang
menyerupai gambaran diabetes. Terlihat korpuskulum
berisi darah.
Dr
Tp
Td
Kp
50
4. Gambar mikroskopik ginjal kelompok diabetes + Pepino
64,8 mg/KgBB (KIV)
GAMBAR 9. Gambaran ginjal tikus kelompok IV. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis normal (Kp) dan korpuskulum yang berisi glomerulus yang rusak (Gr).
Kp
Gr
51
GAMBAR 10. Gambaran ginjal tikus kelompok IV. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi glomerulus yang rusak (Gr). Dapat dilihat pula tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td).
Pada GAMBAR 10 terlihat gambaran korpuskulum yang
menyerupai gambaran diabetes. Terlihat korpuskulum
berisi glomerulus yang rusak.
Tp
Td
Gr
Kp
52
5. Gambar mikroskopik ginjal kelompok normal + Pepino
32,4 mg/KgBB (KV)
GAMBAR 11. Gambaran ginjal tikus kelompok V. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis yang utuh (Kp).
Kp
53
GAMBAR 12. Gambaran ginjal tikus kelompok V. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi glomerulus yang utuh (Gl). Dapat dilihat pula tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td).
Pada GAMBAR 12 terlihat gambaran korpuskulum
renalis yang menyerupai gambaran pada kontrol normal.
Terlihat gambaran normal dari korpuskulum renalis,
glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan tubulus
kontortus distal.
Gl
Tp
Kp
Td
54
6. Gambar mikroskopik ginjal kelompok normal + Pepino
64,8 mg/KgBB (KVI)
GAMBAR 13. Gambaran ginjal tikus kelompok VI. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis yang utuh (Kp).
Kp
55
GAMBAR 14. Gambaran ginjal tikus kelompok II. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi glomerulus yang utuh (Gl). Dapat dilihat pula gambaran tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td)
Pada GAMBAR 14 terlihat gambaran korpuskulum
renalis yang menyerupai gambaran pada kontrol normal.
Terlihat gambaran normal dari korpuskulum renalis,
glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan tubulus
kontortus distal.
Kp Gl
Tp
Td
56
B. Pembahasan
Dari pemberian ekstrak Pepino selama 14 hari tidak
didapati perubahan histologik yang signifikan dari
jumlah korpuskulum renalis, diameter korpuskulum
renalis dan diameter glomerulus pada tikus kelompok
kontrol positif dengan kelompok perlakuan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis
awal, bahwa pemberian ekstrak etanol Pepino dosis 64,8
mg/KgBB/hari memberikan efek perbaikan gambaran
histologik ginjal tikus diabetik yang diinduksi
streptozotocin berupa jumlah korpuskulum renalis,
diameter korpuskulum renalis dan diameter glomerulus.
Bahraen (2008) melakukan penelitian terhadap efek
hipoglikemik buah Pepino terhadap tikus putih jantan
galur Wistar diabetik yang diinduksi streptozotocin.
Hasil penelitian dilaporkan bahwa pemberian ekstrak
pepino 32, mg/kgBB peroral pada tikus diabetes (kadar
glukosa darah = 252,61 mg/dl) dapat menurunkan kadar
glukosa darah setelah pemberian selama 15 hari menjadi
218, 67 mg/dl.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek
hipoglikemik minyak buah merah, dan hasil penelitian
tersebut menunjukkan perbaikan yang signinfikan pada
efek hipoglikemik antioksidan seperti vitamin E, dan C
57
yang banyak terkandung dalam minyak buah merah
(Winarto, 2007). Pemberian vitamin C dan E secara
tunggal atau kombinasi keduanya pada hewan coba dapat
menormalkan beberapa parameter stres oksidatif seperti
peroksidasi lipid, peningkatan isoprostanes, dan
malondialdehide (MDA) plasma. Serta dapat mencegah atau
mengembalikan tanda-tanda nefropati, retinopati, dan
penyakit kardiovaskuler termasuk di dalamnya aliran
darah, konduksi saraf, permeabilitas, disfungsi
endotel, albuminuria, dan kontraktilitas vaskuler
(Kuroki et al., 2003).
Gambaran histologik ginjal tikus normal dapat
dilihat pada GAMBAR 2. Struktur mikroskopik ginjal
terlihat korpuskulum renalis, glomerulus, tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan
pembuluh darah. Korpuskulum renalis pada tikus normal
dilapisi oleh epitel pipih selapis dengan gambaran
membran basal yang tidak terlalu tebal. Korpuskulum
renalis normal berisi anyaman glomerulus yang penuh dan
utuh. Tubulus kontortus proksimal dilapisi oleh epitel
kuboid selapis dengan dinding lumen berbentuk ovoid,
sedangkan tubulus kontortus distal dilapisi oleh epitel
kuboid rendah dan dengan lumen berbentuk bulat.
58
GAMBAR 4,5 DAN 6 menunjukkan gambaran histologik
ginjal pada tikus yang mengalami diabetes . GAMBAR 4
menunjukkan adanya perdarahan pada korpuskulum
renalis, GAMBAR 5 menunjukkan gambaran korpuskulum
renalis yang hanya berisi sebagian dari glomerulus dan
GAMBAR 6 menunjukkan adanya kebocoran membran
korpuskulum sehingga tampak ekspansi sel mesangial.
GAMBAR 8 dan 10 secara umum menunjukkan gambaran
korpuskulum yang mirip dengan kelompok diabetes. Gambar
8 menunjukkan adanya darah didalam korpuskulum renalis
ginjal, sedangkan gambar 10 menunjukkan gambaran
korpuskulum renalis yang berisi glomerulus rusak.
GAMBAR 12 dan 14 secara umum menunjukkan gambaran
korpuskulum yang mirip dengan kelompok kontrol normal.
Pada kedua gambar dapat dilihat struktur normal ginjal
berupa korpuskulum renalis, glomerulus, tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal.
Penelitian lain untuk memeriksa gambaran
histologik ginjal telah menunjukkan perbaikan gambaran
ginjal secara signifikan terhadap grup dengan perlakuan
Allium sativum L. dan Allium ascalonicum B. pada tikus
diabetik yang diinduksi aloksan (Bangun, 2003).
Penelitian ini menggunakan uji ANAVA untuk
membandingkan rata – rata nilai dari masing – masing
59
parameter antar kelompok. Nilai signifikansi dari
perbandingan rerata jumlah korpsukulum renalis sebesar
0,49; diameter korpuskulum renalis sebesar 0,26 dan
diameter glomerulus sebesar 0,15. Ketiga nilai tersebut
menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05).
Hasil uji lanjutan dengan menggunakan LSD Post
Hoc test menunjukkan signifikansi dari perbandingan
rata – rata dari diameter korpuskulum renalis antara
KIII dan KVI, serta perbandingan rata – rata dari
diameter glomerulus antara KII dan KVI serta KV dan
KVI.
Banyak penyakit yang dapat mempengaruhi fungsi
ginjal dengan menyerang glomerulus. Penyakit glomerular
merusak glomerulus, mengakibatkan bocornya urin dan
kadang sel darah merah kedalam urin. Kadang penyakit
glomerular juga mengganggu clearance dari hasil
metabolisme oleh ginjal, sehingga akhirnya berakumulasi
dalam darah. Kemudian, ekskresi protein darah seperti
albumin pada urin dapat mengakibatkan penurunan
kadarnya dalam aliran darah sehingga darah kehilangan
kemampuannya untuk mengabsorbsi cairan ekstraselular
dari tubuh. Akibatnya, cairan akan berakumulasi dan
menyebabkan edema pada wajah, tangan dan kaki
(Prabhakar, 2007).
60
Penyakit glomerular disebabkan berbagai macam
faktor baik genetik maupun lingkungan, namun penyakit
glomerular dapat dibagi kedalam dua kategori utama :
1. Glomerulonephritis, yaitu inflamasi membran
jaringan dari ginjal yang berfungsi sebagai
filter yang memisahkan limbah dengan cairan
ekstraselular dalam darah
2. Glomerulosclerosis, yaitu proses pengerasan
pembuluh darah kecil dalam ginjal.
Diabetes nephropathy juga dikenal dengan sebutan
Kimmelstiel – Wilson syndrome dan glomerulonephritis
interkapiler. Diabetes nephropathy merupakan penyebab
utama dari end stage renal disease (ERSD). Gambaran
histologik dari renal menunjukkan adanya perubahan yang
konsisten dengan kondisi klinis dari diabetes
nephropathy, termasuk penebalan arteriolar, dilasi dan
atropi tubular, penebalan membran basal glomerular,
glomeruloslerosis, ekspansi mesangial dan kadang
disertai dengan penimbunan amiloid. Perubahan –
perubahan ini dihubungkan dengan penigkatan level urin
dan ekspresi dari 8-hydroxydeoxyguanosine, indikator
stress oksidatif dari mitokondrial (Fioretto ,2008).
61
Vestra et al.(2001) meelakukan penelitian dengan
melakukan biopsi ginjal dari 3 pasien diabetes dengan
mikroalbuminuria. Pada hasil biopsi didapati gambaran
khas diabetik nefropatikum berupa ekspansi sel
mesangial, penebalan membran basalis korpuskulum
renalis dan glomerulus serta munculnya nodular
glomerulosclerosis.
Deposisi amiloid dapat disebabkan oleh sebab
primer maupun sekundari terhadap kondisi lain, dapat
terlokalisasi pada satu area ataupun bersifat sistemik.
Amiloid primer cenderung mengenai jaringan mesodermal,
kebanyakan menyerang saraf perifer, lidah, kulit,
sendi, jantung dan hati. Sedangkan amiloidosis sekunder
kebanyakan menyerang organ parenkim seperti limpa,
ginjal dan adrenal. Nephropathy merupakan manifestasi
klinis yang paling umum dari amiloidosis (Nishi, 2008).
Deposit amiloid biasanya terdiri dari tiga
komponen. Protein fibril amiloid menyumbang 90% dari
komposisi amiloid. Terdapat dua tipe utama dari protein
amiloid yang berbeda secara kimiawi, disebut dengan AL
dan AA, dan terdapat juga beberapa tipe minor yang
tidak berkaitan dengan AL dan AA. AL (Amyloid Light
Chain) berhubungan dengan imunoglobulin monoklonal
62
rantai ringan yang disintesis dari sel plasma yang
abnormal (Rysava, 2007). AA berhubungan dengan protein
amiloid non imunoglobulin (AA) dan prekursor serumnya
(SAA), reaktan fase akut yang disintesis oleh sel hati
(Lachmann, 2007).
Yang dimaksud dengan glomerulosclerosis adalah
proses terbentuknya jaringan parut dari glomerulus di
ginjal. Glomerulosclerosis dapat dibagi kedalam focal
segmental glomerulosclerosis dan nodular
glomerulosclerosis. Pada keadaan diabetik yang biasanya
terjadi adalah nodular glomerulosclerosis (Qian, 2008).
Meskipun tidak semua penyakit renal yang diderita oleh
pasien diabetes disebabkan oleh glomerulosclerosis,
kebanyakan pasien yang mengalami tahapan gagal ginjal
yang lebih advance menderita glomerulosclerosis nodular
(Schmidt et al., 2000).
Salah satu karakter lain dari penyakit glomerular
adalah peningkatan jumlah sel pada glomerulus. Sel –
sel ini dapat berupa leukosit yang menginfiltrasi
glomerulus, pembentukan crescent; merupakan akumulasi
dari sel yang terdiri dari sel epitel parietal dan
leukosit, serta proliferasi dari sel mesangial. Dengan
adanya kebocoran dari jaringan membran glomerulus, sel
63
– sel mesangial yang berproliferasi ini akan keluar
dari korpuskulum renalis (Gruden et al., 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Bonke et al. (2007)
pada tikus Sprague Dawley menunjukkan apocinin yang
berfungsi sebagai NADPH oksidase inhibitor dapat
menormalkan beberapa parameter stress oksidatif seperti
penghambatan pembentukan superoksida sitosol dan
penurunan VEGF terkait protein kinase C. Juga ditemukan
perbaikan dari parameter fisiologik seperti penurunan
albuminuria. Selain itu ditemukan pula perbaikan
parameter histologik berupa penurunan indeks
glomerulosclerosis dan luas area tubulointerstitial
tidak terjadinya peningkatan matriks interstitial.
Oksidasi merupakan reaksi kimia dimana terjadi
transfer elektron dari suatu zat ke agen pengoksidasi.
Reaksi ini dapat menghasilkan radikal bebas yang
berikutnya menyebabkan kerusakan sel, keadaan ini yang
disebut dengan stress oksidatif. Keadaan hiperglikemia
dapat memicu terjadinya stress oksidatif dalam berbagai
cara. Kelebihan kadar glukosa menyebabkan peningkatan
transfer elektron pada mitokondria, yang menyebabkan
produksi anion superoksida yang berlebih yang pada
keadaan normal dibersihkan oleh superoksida dismutase
mitokondria. Jika mekanisme ini gagal, stress oksidatif
64
berkembang dan dapat mengaktivasi semua jalur utama
pembentukan komponen yang menyebabkan komplikasi
vaskular diabetik (glycation, aktivasi protein kinase C
(PKC), sorbitol pathway). Mekanisme lain yang terjadi
yaitu keadaan tinggi glukosa dapat menstimulasi stress
oksidatif melalui autooksidasi glukosa akibat transisi
logam dan juga pembentukan oksigen reaktif selama
proses glikasi (Wiernsperger, 2003).
Stress oksidatif dapat dimasukkan kedalam penyebab
terjadinya diabetik nephropati. Pada ginjal, terdapat
beberapa jalur yang menghasilkan oksigen reaktif
seperti glikolisis, polyol pathway, pemisahan nitric
oxide synthase, xanthine oksidase, NAD(P)H oxidase dan
glikasi. Mekanisme – mekanisme ini diidentifikasi
sebagai kontributor utama dalam patogenesis diabetik
nephropati (Forbes et al., 2008).
Antioksidan merupakan molekul yang mampu mencegah
ataupun memperlambat oksidasi dari meolekul lain.
Antioksidan bekerja dengan cara memutuskan rantai
reaksi dengan membersihkan intermediate radikal bebas
dan menghambat oksidasi lain dengan menjadi zat yang
dioksidasi. Banyak tipe antioksidan yang telah
diteliti, termasuk vitamin C, vitamin E, β – karoten,
asam lipoat, taurin dan lainnya. Kesemuanya dilaporkan
65
dapat mencegah hiperglikemia yang diinduksi perubahan
biologik seperti induksi sitokin, sintesis matriks dan
pertumbuhan selular (Kuroki et al., 2003).
Salah satu antioksidan yaitu vitamin E bekerja
dengan cara menetralisasir superoksida dan lipid
peroksidase. Selain itu vitamin E, terutama d–α-
tokoferol dapat mengaktivasi DAG diasilgliserol (DAG)
kinase dan kemudian menurunkan kadar DAG, yang dapat
menyebabkan penurunan aktivitas PKC (Kuroki et al.,
2003).
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemberian ekstrak etanol buah pepino 32,4 mg/KgBB
menyebabkan terjadi peningkatan jumlah korpuskulum
renalis, penurunan diameter korpuskulum renalis dan
peningkatan diameter glomerulus ginjal tikus putih
(p > 0,05).
2. Pemberian ekstrak etanol buah pepino 64,8 mg/KgBB
menyebabkan terjadi penurunan jumlah korpuskulum
renalis, peningkatan diameter korpuskulum renalis
dan penurunan diameter glomerulus ginjal tikus
putih (p > 0,05).
B. Saran
Perlu penelitian lanjutan mengenai pengaruh
ekstrak etanol buah Pepino dengan waktu yang lebih lama
dan menggunakan ekstrak zat antioksidan yang spesifik
dari buah Pepino.
67
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, T., Schein, P. S., McMenamin, M. G., 1974.
Streptozotocin Diabetes: Correlation with Extent of Depression on Pancreatic Islet Nicotinamide Adenine Dinucleotide. J Clin Invest 54: 672-7.
Arison, R. N., Ciaccio, E. I., Glitzer, M. S., 1967. Light and Electron Microscopy of Lesions in Rats Rendered Diabetic with Streptozotocin. Diabetes 16: 51-6.cccchtccccccchttp://www.ipteknet.iptek.
Bahraen, R., 2008. Efek Ekstrak Etanol Pepino Dulce (Solanum muricatum Ait.) Terhadap Kadar glukosa darah Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) Normal dan Diabetik Setelah Diinduksi Streptozotocin [skripsi]. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bangun, R. M. L., 2003. Perbandingan Pengaruh Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.)dan Bawanng Merah (Allium ascalonicum B.) Terhadap Gambaran Histologik Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Setelah Disuntik Aloksan [skripsi]. Univ. Gajah Mada, Yogyakarta.
Bonke, V. T., Thorpe S. R., Coughlan M. T., Fukami K., Yap F. T., Sourris K. C., Penfold S. A., Bach L. A., Cooper M. E., Forbes J. M., 2007. Inhibition of NADPH Oxidase Prevents Advanced Glycation End Product–Mediated Damage in Diabetic Nephropathy Through a Protein KinaseC- α –Dependent Pathway.
Carter, S. K., Broder, L., Friedman, M., 1971. Streptozotocin and Metastatic Insulinoma. Ann Intern Med 74:445-6.
Disbrey, D.B., Rack, J.H., 1970. Histologycal Laboratory Methods. E & S Livingstone.
Evans, J. S., Gerritsen, G. C., Mann, K. M., 1965. Antitumor and Hyperglycemic Activity of Streptozotocin (NSC-37917) and Its Cofactor, U-15. Cancer Chemother Rep, 774(48):1-6.
68
Fioretto, P., Caramori M.L., Mauer M., 2008. The kidney in diabetes: dynamic pathways of injury and repair. The Camillo Golgi Lecture 2007. Diabetologia.
Forbes, J.M., Coughlan M.T., Cooper M.E., 2008. Oxidative stress as a major culprit in kidney disease in diabetes. Diabetes.
Junod, A., Lambert, A. E., Orci, L., 1967. Studies of the Diabetogenic Action of Streptozotocin. Proc Soc Exp Biol Med 126:201-5.
Ganong, W.F., 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 24, Penerbit EGC, Jakarta.
Ghosh, M. N. 1971. Fundamentals of Experimental Pharmacology. Scientific Book Agency. Calcutta.
Gruden G., Perin P.C., Camussi G., 2005. Insight on the pathogenesis of diabetic nephropathy from the study of podocyte and mesangial cell biology. Curr Diabetes Rev.
Guyton A.C., 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://www.brainomics.com/patobiologi Dm. htm. http://www.ipteknet.com/cakrawala iptek. html.2002. Jameson, B.F., 2004. Harrison’s Principal Internal
Medicine. 16th edition. The Mc Graw - Hill Company, United States.
Junqueira, L.C, Carneiro, J., Kelley, R.O., 1998, Sistem Kemih, Ginjal, Histologi Dasar, alih bahasa Dr. Jan Tambayong, edisi ke-8, penerbit EGC, pp 314 – 316, 408.
Kuroki, T., Isshiki, K., King, G. L., 2003. Oxidative Stress: The Lead or Supporting Actor in the Pathogenesis of Diabetic Complications. J Am Soc Nephrol 14, pp: 216-20.
Kusnindar, A & Rahmawati, M., 2003. Mencegah Penyakit Degeneratif dengan Makanan. Cermin Dunia Kedokteran No. 140.
Lachmann H.J., Goodman H.J., Gilbertson J.A., Gallimore J.R., Sabin C.A., Gillmore J.D., Hawkins P.N., 2007. Natural history and outcome in systemic AA amyloidosis. N Engl J Med.
Leeson, C. R., Leeson, T. S., Paparo, A. A., 1985. Textbook of Histology. W. B. Saunders Company
Ling Li., 2001. Streptozotocin. Free Radicals in Biology and Medicine. 77:222.
Moerdowo,R.M.,1989. Spektrum Diabetes Melllitus. Percetakan Anem Kosong Anem.
69
Nishi, S., Alchi B., Imai N., Gejyo F., 2008. New advances in renal amyloidosis. Clin Exp Nephrol.
Prabhakar, S., Starnes J., Shi S., Lonis B., Tran R., 2007. Diabetic nephropathy is associated with oxidative stress and decreased renal nitric oxide production. J Am Soc Nephrol.
Rakieten, N., Rakieten, M. L., Nadkarni, M. V., 1963. Studies on the Diabetogenic Action of Streptozotocin (NSC-37917). Cancer Chemother Rep 29:91-8.
Redgwell, R. J., Turner, N.A., 2006. Pepino (Solanum muicatum): Chemical Composition of Ripe Fruit. Journal of The Scinece of Food and Agriculuture.
Rysavá, R., 2007. AL amyloidosis with renal involvement. Kidney Blood Press Res.
Schein, P. S., Cooney, D. A., Vernon, M. L., 1967. The use of nicotinamide to modify the toxicity of streptozotocin diabetes without loss of antitumor activity. Cancer Res 27:2324-32.
Schmidt S., Ismail A., Ritz E., 2000. Diabetic glomerulopathy: pathogenesis and management. Saudi J Kidney Dis Transpl.
Soehadi., 1996. Diabetes Mellitus Pria. Airlangga University Press.
Suharmiati. Pengujian Bioaktivitas Anti DM Tumbuhan Obat. Cermin Dunia Kedokteran 2003 : 140.
Vestra M. D., Saller A., Mauer M., Fioretto P., 2001. Role of mesangial expansion in the pathogenesis of diabetic nephropathy. J Nephrol.
Wiensperger, N.F., 2003. Oxidative stress as a therapeutic target in diabetes : revisiting the controversy. Diabetes Metab.
Wijayakusuma, H. & Dalimartha S., 1999. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Winarto, 2007. Pengaruh Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Gambaran Sel β Pankreas dan Efek Hipoglikemik Glibenklamid pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar Diabetik [tesis]. Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta
Zhang, Fanglin, Y. E., Chuanzong, Li, G., Ding, W., Zhou, W., Zhu, H., Chen, G., Luo, T., Guang, M., Liu, Y., Zhang, D., Zheng, S., Yang, J., Gu, Y., Xie, X., Luo, M., 2003. The Rat Model of Type 2 Diabetic Mellitus and Its Glycometabolism Characters. Exp. Anim. 52(5):401-407.
70
LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 Nilai rerata statistik dari masing masing kelompok Report
golongan jumlah
glomerulus
diameter korpuskulum
renalis diameter
glomerulus Mean 262.8800 2.7784 2.3720 N 5 5 5
1
Std. Deviation 33.91065 .22490 .15554
Mean 275.2400 2.7480 2.3144 N 5 5 5
2
Std. Deviation 27.13020 .18352 .14452
Mean 274.4800 2.6048 2.4320 N 5 5 5
3
Std. Deviation 12.07195 .22722 .29486
Mean 243.1200 2.7072 2.4208 N 5 5 5
4
Std. Deviation 69.48807 .13489 .12340
Mean 280.7200 2.6904 2.2789 N 5 5 5
5
Std. Deviation 17.66952 .14413 .07839
Mean 282.6800 2.8792 2.6472 N 5 5 5
6
Std. Deviation 8.62624 .09189 .36470
Mean 269.8533 2.7347 2.4109 N 30 30 30
Total
Std. Deviation 34.47606 .18061 .23258
71
Lampiran 2
Grafik nilai rerata jumlah korpuskulum renalis dari masing – masing kelompok
GRAPH
1 2 3 4 5 6
golongan
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
Mea
n ju
mla
h ko
rpus
kulu
m re
nalis
72
Lampiran 3
Grafik nilai rerata diameter korpuskulum renalis dari masing – masing kelompok
GRAPH
1 2 3 4 5 6
golongan
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Mea
n di
amet
er k
orpu
skul
um re
nalis
73
Lampiran 4
Grafik nilai rerata diameter glomerulus dari masing – masing kelompok
GRAPH
1 2 3 4 5 6
golongan
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Mea
n di
amet
er g
lom
erul
us
74
Lampiran 5
Hasil analisis uji statistik one-way Anava terhadap
setiap parameter dari masing – masing kelompok
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. jumlah glomerulus Between Groups 5481.643 5 1096.329 .908 .492 Within Groups 28987.712 24 1207.821 Total 34469.355 29 diameter korpuskulum renalis
Between Groups .213 5 .043 1.393 .262
Within Groups .733 24 .031 Total .946 29 diameter glomerulus Between Groups .423 5 .085 1.773 .157 Within Groups 1.146 24 .048 Total 1.569 29
75
Lampiran 6
Hasil analisis uji statistik lanjutan Post Hoc test terhadap jumlah korpuskulum renalis antar kelompok
Multiple Comparisons LSD
Dependent Variable
(I) golongan
(J) golongan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence
Interval Dependent Variable
Lower Bound Upper Bound Jumlah korpuskulum renalis
1 2 -12.36000 21.98019 .579 -57.7249 33.0049
3 -11.60000 21.98019 .603 -56.9649 33.7649 4 19.76000 21.98019 .378 -25.6049 65.1249 5 -17.84000 21.98019 .425 -63.2049 27.5249 6 -19.80000 21.98019 .377 -65.1649 25.5649 2 1 12.36000 21.98019 .579 -33.0049 57.7249 3 .76000 21.98019 .973 -44.6049 46.1249 4 32.12000 21.98019 .157 -13.2449 77.4849 5 -5.48000 21.98019 .805 -50.8449 39.8849 6 -7.44000 21.98019 .738 -52.8049 37.9249 3 1 11.60000 21.98019 .603 -33.7649 56.9649 2 -.76000 21.98019 .973 -46.1249 44.6049 4 31.36000 21.98019 .167 -14.0049 76.7249 5 -6.24000 21.98019 .779 -51.6049 39.1249 6 -8.20000 21.98019 .712 -53.5649 37.1649 4 1 -19.76000 21.98019 .378 -65.1249 25.6049 2 -32.12000 21.98019 .157 -77.4849 13.2449 3 -31.36000 21.98019 .167 -76.7249 14.0049 5 -37.60000 21.98019 .100 -82.9649 7.7649 6 -39.56000 21.98019 .084 -84.9249 5.8049 5 1 17.84000 21.98019 .425 -27.5249 63.2049 2 5.48000 21.98019 .805 -39.8849 50.8449 3 6.24000 21.98019 .779 -39.1249 51.6049 4 37.60000 21.98019 .100 -7.7649 82.9649 6 -1.96000 21.98019 .930 -47.3249 43.4049 6 1 19.80000 21.98019 .377 -25.5649 65.1649 2 7.44000 21.98019 .738 -37.9249 52.8049 3 8.20000 21.98019 .712 -37.1649 53.5649 4 39.56000 21.98019 .084 -5.8049 84.9249 5 1.96000 21.98019 .930 -43.4049 47.3249
76
Lampiran 7
Hasil analisis uji statistik lanjutan Post Hoc test
terhadap diameter korpuskulum renalis antar kelompok
Multiple Comparisons LSD
Dependent Variable
(I) golongan
(J) golongan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Dependent Variable
Lower Bound Upper Bound diameter korpuskulum renalis
1 2 .03040 .11054 .786 -.1978 .2586
3 .17360 .11054 .129 -.0546 .4018 4 .07120 .11054 .526 -.1570 .2994 5 .08800 .11054 .434 -.1402 .3162 6 -.10080 .11054 .371 -.3290 .1274 2 1 -.03040 .11054 .786 -.2586 .1978 3 .14320 .11054 .207 -.0850 .3714 4 .04080 .11054 .715 -.1874 .2690 5 .05760 .11054 .607 -.1706 .2858 6 -.13120 .11054 .247 -.3594 .0970 3 1 -.17360 .11054 .129 -.4018 .0546 2 -.14320 .11054 .207 -.3714 .0850 4 -.10240 .11054 .363 -.3306 .1258 5 -.08560 .11054 .446 -.3138 .1426 6 -.27440(*) .11054 .020 -.5026 -.0462 4 1 -.07120 .11054 .526 -.2994 .1570 2 -.04080 .11054 .715 -.2690 .1874 3 .10240 .11054 .363 -.1258 .3306 5 .01680 .11054 .880 -.2114 .2450 6 -.17200 .11054 .133 -.4002 .0562 5 1 -.08800 .11054 .434 -.3162 .1402 2 -.05760 .11054 .607 -.2858 .1706 3 .08560 .11054 .446 -.1426 .3138 4 -.01680 .11054 .880 -.2450 .2114 6 -.18880 .11054 .101 -.4170 .0394 6 1 .10080 .11054 .371 -.1274 .3290 2 .13120 .11054 .247 -.0970 .3594 3 .27440(*) .11054 .020 .0462 .5026 4 .17200 .11054 .133 -.0562 .4002 5 .18880 .11054 .101 -.0394 .4170
77
Lampiran 8
Hasil analisis uji statistik lanjutan Post Hoc test
terhadap diameter glomerulus antar kelompok
Multiple Comparisons LSD
Dependent Variable
(I) golongan
(J) golongan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Dependent Variable
Lower Bound Upper Bound diameter glomerulus
1 2 .05760 .13818 .680 -.2276 .3428
3 -.06000 .13818 .668 -.3452 .2252 4 -.04880 .13818 .727 -.3340 .2364 5 .09312 .13818 .507 -.1921 .3783 6 -.27520 .13818 .058 -.5604 .0100 2 1 -.05760 .13818 .680 -.3428 .2276 3 -.11760 .13818 .403 -.4028 .1676 4 -.10640 .13818 .449 -.3916 .1788 5 .03552 .13818 .799 -.2497 .3207 6 -.33280(*) .13818 .024 -.6180 -.0476 3 1 .06000 .13818 .668 -.2252 .3452 2 .11760 .13818 .403 -.1676 .4028 4 .01120 .13818 .936 -.2740 .2964 5 .15312 .13818 .279 -.1321 .4383 6 -.21520 .13818 .132 -.5004 .0700 4 1 .04880 .13818 .727 -.2364 .3340 2 .10640 .13818 .449 -.1788 .3916 3 -.01120 .13818 .936 -.2964 .2740 5 .14192 .13818 .315 -.1433 .4271 6 -.22640 .13818 .114 -.5116 .0588 5 1 -.09312 .13818 .507 -.3783 .1921 2 -.03552 .13818 .799 -.3207 .2497 3 -.15312 .13818 .279 -.4383 .1321 4 -.14192 .13818 .315 -.4271 .1433 6 -.36832(*) .13818 .014 -.6535 -.0831 6 1 .27520 .13818 .058 -.0100 .5604 2 .33280(*) .13818 .024 .0476 .6180 3 .21520 .13818 .132 -.0700 .5004 4 .22640 .13818 .114 -.0588 .5116 5 .36832(*) .13818 .014 .0831 .6535
top related