dody firmanda 2009 - sosialisasi ina drg & jamkesmas rakerkesda riau 3 maret 2009
Post on 30-May-2018
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
1/91
1
Sosialisasi INA DRG:Konsep INA-DRG dan keterkaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan di
rumah sakit.
Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA
Ketua Komite MedikRSUP Fatmawati, Jakarta.
Pendahuluan
INA-DRG adalah versi Departemen Kesehatan RI untuk sistem pembiayaan
berdasarkan pendekatan sistem casemix. Sistem casemix adalah suatu carasistem pembiayaan berdasarkan pengelompokan jenis diagnosis kasus yanghomogen. Secara ringkasnya sistem casemix terdiri dari 3 komponen utama yakni kodefikasi diagnosis (ICD 10) dan prosedur tindakan (ICD 9 CM),
pembiayaan (costing) yang dapat berupa top-down approach, activity based
costingdan atau kombinasi keduanya, dan clinical pathways.
Untuk saat ini INA-DRG yang disusun berdasarkan data dari 15 rumah sakitvertikal Depkes RI (tipe A, B dan rumah sakit khusus) telah berhasil
membuat 23 MDC (Major Diagnostic Categories) sebagaimana dalam Tabel 1dan daftar biaya. Upaya tersebut memang belum sempurna dan belum
mencerminkan realitas keadaan seluruh pelosok tanah air namun sebagai
titik tonggak awal, hal tersebut merupakan suatu keberhasilan dalammembuat suatu sistem pembiayaan layanan kesehatan rumah sakit dan usahabaik menuju kepastian dan dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasmaupun validitas datanya yang representatif untuk Indonesia.
Sebagai sistem yang baru lahir INA-DRG akan terus bergulir dan
berkembang sesuai tuntutan perkembangan layanan kesehatan baik nasionalmaupun regional.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai konsep INA-DRG dan hubungannya
dengan mutu layanan rumah sakit serta lampiran Clinical Pathways Kesehatan
Anak untuk program Jamkesmas dan evaluasi implementasinya pada bulan
Januari Februari 2009.
Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Kesehatan daerah (Rakerkesda) Dinas Kesehatan Provinsi RiauTahun 2009 di Hotel Grand Elite Kompleks Riau Business Centre, Pekanbaru 2 5 Maret 2009.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
2/91
2
Tabel 1. 23 Major Diagnostic Groups (MDC) untuk INA-DRG
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
3/91
3
Konsep Sistem Casemix
Sistem casemix adalah suatu cara mengelola sumber daya rumah sakitseefektif mungkin dalam memberikan layanan kesehatan yang terjangkaukepada masyarakat berdasarkan pengelompokkan spektrum diagosis penyakit
yang homogen dan prosedur tindakan yang diberikan. 1,2,3,4,5
Casemix is a crucial tool that will help in managing healthcare
resources effectively, and in so doing keep healthcareaffordable. It is a fairer means of allocating resources as ittakes into account the wide spectrum of disease conditions,
their varying degrees of severity, and significant patientvariables such as age and gender. Changing needs and disease
patterns are considered under the Casemix system. Thedynamism and responsiveness of the Casemix system stem
from the fact that Casemix allocation rules are based on datacollected from actual service provider workload andcommunity disease patterns in the local context. Therefore
refine and adjust the system when necessary to suit specificcircumstances.1-5
Secara ringkas INA-DRG adalah variasi sistem casemix untuk Indonesia yang
disusun berdasarkan data dari 15 rumah sakit vertikal, mempergunakan ICD
10 untuk diagnosis dan ICD 9 CM untuk prosedur tindakan serta biayaberdasarkan tarif yang berlaku pada waktu tersebut. (Gambar 1)
1 Goldman L. Cost-Effectiveness in a flat world Can ICDs help the United States get rhythm?
N Engl J Med2005;353(14 ):1513-5.2 Dana B Mukame DB, Zwanziger J, Bamezai A. Hospital competition, resource allocation and quality
of care. BMC Health Services Research2002; 2(10): 1472-81.3 Diane Rowland D. Medicaid Implications for the health safety net. NEngl J Med 2005;353(14)
:1439-41.4 Greally C. After 12 years of Casemix in Ireland, a major review leading to its modernisation and
expansion as a central pillar in hospital funding policy. Ireland Department of Health, 2004.5 Casemix Unit Department of Health and Children. Casemix Measurement in Irish Hospitals.
Ireland Department of Health, 2005.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
4/91
4
Gambar 1. INA-DRG : Sistem casemix versi Indonesia dengan berbagaikomponen ICD 10, ICD 9 CM, costingdan clinical pathways.
Untuk masa yang akan datang, bila telah berhasil terkumpul seluruh clinicalpathways maka INA DRG akan lebih disempurnakan dengan menghitung
DRG Relative Weight dan Casemix Index serta Base Rate setiappengelompokkan jenis penyakit sebagaimana dalam Gambar 2 sebagi contoh;
dan selanjutnya dapat membandingkan (benchmarking) cost efficiency antarrumah sakit dalam memberkan layanan kesehatan yang sama.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
5/91
5
Gambar 2. Contoh penghitungan DRG RW, CMI dan Base Rate dari setiapclinical pathways serta implementasi biaya setelah dilakukan penyesuaian
(adjustment)anggaran yang tersedia.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
6/91
6
Peran Komite Medik
Fungsi, peran dan wewenang Komite Medik adalah menegakkan etika profesimedis dan mutu pelayanan medis berbasis bukti. 6 Yang dimaksud dengan etik
profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia(KODEKI)7, Kode Etik Penelitian Kedokteran Indonesia (untuk saat ini dapatdiadopsi dan digunakan Kode Etik Penelitian yang dipakai oleh institusi
pendidikan)8 dan Kode Etik Pendidikan Kedokteran Indonesia (untuksementara ini bagi profesi medik dapat mengacu kepada KODEKI). 4
Adapun tugas dan fungsi dari Kelompok Staf Medis (KSM)/Staf Medis
Fungsional (SMF) adalah melaksanakan kegiatan pelayanan medis, pendidikan,penelitian dan pengembangan keilmuannya yang berpedoman pada ketetapanKomite Medik atas etika profesi dan mutu keprofesian medis.
Jadi profesi Medis dalam melaksanakaan profesinya berdasarkan falsafah
meliputi etika, mutu dan evidence-based medicine. Konsep dan filosofi KomiteMedik RS adalah perpaduan antara ketiga komponen yang terdiri dari Etika
Profesi, Mutu Profesi dan Evidence-based Medicine (EBM) sebagaimanaterlihat dalam Gambar 3.9
Gambar 3. Konsep dan Filosofi Komite Medik RS: Etika, Mutu dan Evidence-based Medicine(EBM)
6 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Peraturan Internal StafMedis (Medical Staff Bylaws)di rumah sakit, Jakarta 25 April 2005.
7 Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 8 huruf f dan penjelasannya.8 Komunikasi pribadi dengan Prof. DR. Dr. FA. Moeloek, Sp.OG (Ketua Konsil Kedokteran) Rabu 16 Mei
2007.9 Firmanda D. Sistem Komite Medik RS Fatmawati, 20 Februari 2003.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
7/91
7
Meskipun pelayanan kesehatan sangat bervariasi dari dan dalam satu negara,propinsi maupun daerah di negara maju/industri maupun dunia ketiga. Akan
tetapi ciri dan sifat masalah tersebut tidak jauh berbeda satu sama lainnyadalam hal yang mendasar yakni semakin meningkatnya jumlah populasi usialanjut (perubahan demografi), tuntutan dan harapan pasien akan pelayanan,
perkembangan teknologi kedokteran dan semakin terbatasnya sumberdana.10,11
Mutu (Quality)
Mutu/kualitas itu sendiri dapat ditinjau dari berbagai perspektif baik itu
dari perspekstif pasien dan penyandang dana, manajer dan profesi daripemberi jasa rumah sakit maupun pembuat dan pelaksana kebijakan layanankesehatan di tingkat regional, nasional dan institusi. (Quality is different
things to different people based on their belief and norms).12
Perkembangan evolusi mengenai bidang mutu (Quality), kaidah tehnikmekanisme pengambilan keputusan untuk profesi seperti Evidence-based
(Medicine, Nursing, Healthcare, Health Technology Asssessment), danSistem Layanan Kesehatan di rumah sakit sangat perlu dan penting untukdiketahui terlebih dahulu sebelum menetapkan arah pengembangan suatu
sarana layanan kesehatan (rumah sakit) sehingga akan lebih mudah dalam
menilai progresivitas dan kinerja (performance) dalam bentuk indikatorindikator yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Secara ringkasnya bagan dalam Gambar 2 berikut menunjukkan evolusi mutudari inspection, quality control, quality assurance hingga total quality serta
komponen komponennya; dan evolusi epidemiologi klinik, evidence-based,health technology assessment sampai information mastery. 13,14,15,16,17
10 Davidson T, Levin LA. Do individuals consider expected income when valuing health states? Int JTechnol Assess Health Care2008;24(4):488-94.
11 Simpson S, Packer C, Carlsson P et al. Early identification and assessment of new and emerginghealth
technologies: Action, progress, and the future direction of an international collaboration EuroScan.Int J Technol Assess Health Care2008;24(4): 518-24.
12 Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence
2000; 4(3):19-23.13 Firmanda D. Clinical Governance: Konsep, konstruksi dan implementasi manajemen medik. Disampaikan
pada seminar dan business meeting Manajemen Medis: dari Kedokteran Berbasis Bukti (Evidence-based Medicine/EBM) menuju Clinical Governance dalam rangka HUT RSUP Fatmawati ke 40 diGedung Bidakara Jakarta 30 Mei 2000.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
8/91
8
Sedangkan evolusi sistem layanan kesehatan di rumah sakit secara prinsipnyamulai dari yang bercirikan doing things cheaper dalam hal ini efficiency pada
tahun 1970an pada waktu krisis keuangan dan gejolak OPEC, kemudianekonomi mulai pulih dan masyarakat menuntut layanan kesehatan bercirikandoing things betterdalam hal ini quality improvement.
Selama dua dekade tersebut manajemen bercorak doing things right yangmerupakan kombinasi doing things cheaper dan doing things better.
Ternyata prinsip doing things right tidak memadai mengikuti perkembangan
kemajuan teknologi maupun tuntutan masyarakat yang semakin kritis; dan
prinsip manajemen doing things righttersebut telah ketinggalan zaman dan
dianggap sebagai prinsip dan cara manajemen kuno.
Pada abad 21 ini menjelang era globalisasi dibutuhkan tidak hanya doingthings right, akan tetapi juga diperlukan prinsip manajemen doing the right
things (dikenal sebagai increasing effectiveness) sehingga kombinasi
keduanya disebut sebagai prinsip manajemen layanan modern doing the right
things right. (Gambar 4). 18,19,20,
14 Firmanda D. Professional continuous quality improvement in health care: standard of procedures,clinical guidelines, pathways of care and evidence-based medicine. What are they? J Manajemen &Administrasi Rumah Sakit Indonesia1999; 1(3): 139-144.
15 Firmanda D. Dari penelitian ke praktik kedokteran. Dalam Sastroasmoro S dan Ismael S. Dasar dasarmetodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto, 2002.
16 Firmanda D. Clinical governance dan aplikasinya di rumah sakit. Disampaikan pada Pendalaman materirapat kerja RS Pertamina Jaya, Jakarta 29 Oktober 2001.
17 Firmanda D. Professional CQI: from Evidence-based Medicine (EBM) towards Clinical Governance.Presented at the plenary session in World IPA, Beijing 23 rd July 2001.
18 Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global
Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm19 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and
implementation. Global Health Journal2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm20 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
9/91
9
Gambar 4. Evolusi bidang mutu dan epidemiologi klinik.2-6
Gambar 5. Evolusi prinsip manajemen layanan kesehatan.13-15
Maka bila ketiga filosofi dan konsep di atas dipadukan sertadiimplementasikan dalam praktek layanan kesehatan di rumah sakit melaluisuatu sistem yang terintegrasi dinamakan clinical governance.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
10/91
10
Berbagai tantangan dari luar saat ini adalah era globalisasi pasar terbuka yang telah memasuki modus operandi tahap empat (resources) dengan cara
harmonizations of reciprocal agreement (dalam hal standarisasi danindikator).
WHO Executive Board pada tanggal 18 Januari 2002 telah mengeluarkansuatu resolusi untuk membentuk program manajemen resiko untuk patient
safetyyang terdiri dari 4 aspek utama yakni:21,22,23
1. Determination of global norms, standards and guidelines for
definition, measurement and reporting in taking preventive action, andimplementing measures to reduce risks;
2. Framing of Evidence-based Policies in global standards that willimprove patient care with particular emphasis on such aspects asproduct safety, safe clinical practice in compliance with appropriate
guidelines and safe use of medical products and medical devices andcreation of a culture of safety within healthcare and teaching
organisations;3. Development of mechanism through accreditation and other means, to
recognise the characteristics of health care providers that over abenchmark for excellence inpatient safety internationally;
4. Encouragement of research intopatient safety.
Awal Mei 2007 WHO Collaborating Centre for Patient Safety Solutionsdengan Joint Commission dan Joint Commission International telahmeluncurkan suatu agenda mengenai patient safety yang dinamakan Nine
Patient Safety Solutions Preamble May 2007 .24 Kesembilan unsur dalamagenda tersebut terdiri dari:
1. Look-Alike, Sound-Alike Medication Names2. Patient Identification
3. Communication During Patient Hand-Overs4. Performance of Correct Procedure at Correct Body Site5. Control of Concentrated Electrolyte Solutions
21 US Department of Health and Human Services. US and UK sign agreements to collaborate on healthcare quality. 10 October 2001.
22 World Health Organization. World Health Organization Executive Board Resolution EB109.R16, 18
January 2002.23 Donaldson L. Championing patient safety: going global a resolution by the World Health Assembly.
Qual Saf Health Care 2002; 11:112.24 WHO Collaborating for Patient Safety, Joint Commission and Joint Commission International.
Patient Safety Solutions Preamble May 2007
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
11/91
11
6. Assuring Medication Accuracy at Transitions in Care7. Avoiding Catheter and Tubing Mis-Connections
8. Single Use of Injection Devices9. Improved Hand Hygiene to Prevent Health Care-Associated Infection
Pada tanggal 25 Juni 2008 lalu WHO World Alliance for Patient Safety telahmeluncurkan program Safe Surgery Save Lives25 dengan berbagai formatberupa check lists(Gambar 6).
Gambar 6. WHO World Alliance for Patient Safety- Safe Surgery Save
Lives
Bagaimana implementasi dan konsekuensi dari Clinical Governance di
rumah sakit?
Secara ringkas kita dapat memadukan kerangka konsep Clinical Governance
dengan kondisi struktur perumah sakitan di tanah air pada saat ini dalampenerapan Undang Undang Praktik Kedokteran dan antisipasi (Rancangan)
Undang Undang Rumah Sakit dalam suatu model integrasi yangmengedepankan mutu pelayanan dalam bentuk keamanan dan keselamatanpasien (patients safety) (Gambar 7 dan 8) dengan biaya yang terjangkau
secara pendekatan sistem pembiayaan DRGs Casemix (diharapkan nantinyaberkembang menjadi Health Resource Groups/HRG) melalui suatu mekanisme
25 WHO World Alliance for Patient Safety- Safe Surgery Save Lives, 25th June 2008.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
12/91
12
Clinical Pathways yang jelas dan terintegrasi dengan standar fasilitas yangsesuai dengan kompetensi pelaksana sehingga dapat dilakukan evaluasi/audit
tidak hanya semata dari segi kriteria indikator input/struktur, proses danoutcome/output, akan tetapi bergerak lebih jauh lagi dalam bentuk lebihrinci, sensitif dan spesifik yakni Health Impact Intervention(Gambar 9).
Gambar 7. Ilustrasi mekanisme pertahanan Patients Safety dikaitkan denganperan organisasi profesi, kolegium dan fasilitas penyelenggara pelayanankesehatan.19
Patients Safet
Rumah Sakit
Kolegium
Organisasi
Profesi
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
13/91
13
Gambar 8. Peran dan hubungan organisasi profesi, kolegium, rumah sakit dan
sarana dalam Clinical Governance dalam rangka keamanan pasien (patientssafety).26
26 Firmanda D. Patients Safety di rumah sakit pendidikan dikaitkan dengan proses pendidikan profesidokter. Disampaikan pada Muktamar Nasional Ikatan Rumah Sakit Pendidikan (IRSPI) III di Makasar,28-29 Juli 2005.
Rumah Sakit:
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
14/91
14
Gambar 9. Skema pendekatan sistem Komite Medik RS Fatmawati dalam Clinical
Governance dan Sistem DRGs Casemix.27
Sesuai dengan kewenangan Komite Medik di rumah sakit, agak sulit untukmenilai kepastian kompetensi seorang profesi - terutama untuk profesi yang
banyak mengandalkan ketrampilan dan tergantung kepada fasilitas peralatanmedis. Bila sarana/fasilitas peralatan rumah sakit tersebut tidak atau
kurang memadai untuk menunjang kinerja (performance) profesi, maka selain
ketrampilan klinis profesi itu sendiri akan berkurang bahkan hilang dan bila
27 Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemixdi rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005.
Health
ResourcesGroups
(HRG)
Health
ImpactIntervention
(HII)
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
15/91
15
tetap dipaksakan dengan fasilitas yang tidak sesuai dan memadai; makadengan secara langsung akan meningkatkan risiko ketidakamanan pasien
(insecure of patients safety) di rumah sakit dan risiko akan ligitasimeningkat.
Jenis medical errors seperti di atas dapat dikategorikan sebagai latenterrors atau system errors dan dengan sendirinya akan terjadi active errors.Bila ini terjadi, maka filosofi tujuan dasar dari Undang Undang Nomor 29
tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran - yakni melaksanakan praktik
kedokteran yang memberikan perlindungan dan keselamatan pasien tidak akan
terwujud. Bila keadaan ini terus berlanjut tanpa ada upaya perbaikan dan
peningkatan fasilitas serta kompetensi sesuai dengan standar, maka secarakeseluruhan rentetan ini sudah menjadi suatu system failure yang kelaksangat sulit untuk dapat survive dan berkembang dalam rangka antisipasimodus keempat dari perjalanan globalisasi WTO yang telah diratifikasi.
Darimana kita mulai?
Untuk suatu rumah sakit yang akan mulai berbenah diri, sebaiknya terlebihdahulu membuat Sistem Rumah Sakit (Corporate Governance) yang terdiri
dari sistem manajemen rumah sakit, sistem profesi medis (Komite Medik danSMF Clinical Governance), sistem keperawatan, dengan berbagai subsistem
untuk pelayanan, pendidikan/pelatihan serta penelitian rumah sakit dengan
berbagai peraturan di tingkat rumah sakit (Hospital Bylaws) dan tingkatprofesi medis (Medical Staff Bylaws) dengan mengacu kepada KeputusanMenteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang PeraturanInternal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit.28
Variasi Quality Assurance (QA) : Clinical Governance
Akhir akhir ini QA di bidang kesehatan/kedokteran telah bergeser ke arah
satu variasi yang dinamakan Clinical Governance (CG) denganmenitikberatkan dalam hal dampak (impact) yakni PatientsSafety.29,30,31,32,33,34
28 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Peraturan Internal
Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit, Jakarta 25 April 2005.
29 Donaldson L. Championing patient safety: going global a resolution by the World Health Assembly.Qual Saf Health Care2002; 11:112.
30 US Department of Health and Human Services. US and UK sign agreements to collaborate on health
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
16/91
16
Konsep garis besar Clinical Governance (CG) dikatakan sebagai upaya dalam
rangka continuous quality improvement (CQI) berdasarkan pendekatanintegrasi Evidence-based Medicine (EBM), Evidence-based Health Car(EBHC) dan Evidence-based Policy yang terdiri dari empat aspek utama dari
enam aspek yaitu professional performance, resource use (efficiency), riskmanagement dan patients satisfaction. Penerapan Clinical Governance dalamsuatu organisasi pelayanan kesehatan memerlukan beberapa persyaratan
yakni organisastion-wide transformation, clinical leadership dan positive
organizational cultures.35,36,37,38
Clinical Governance (CG) adalah suatu cara (sistem) upaya menjamin danmeningkatkan mutu pelayanan secara sistematis dalam satu organisasipenyelenggara pelayanan kesehatan (rumah sakit) yang efisien. Clinicalgovernance is a framework through which organisations are accountable for
continuously improving the quality of their services and safeguarding high
standards of care by creating an environment in which excellence in clinical
care will flourish.39
Secara konsep komponen utama CG terdiri dari:
1. Akauntabilitas dan alur pertanggung jawaban yang jelas bagi mutupelayanan secara umum dan khusus.
2. Kegiatan program peningkatan mutu yang berkesinambumgan.
care quality. 10 October 2001.31 World Health Organization. World Health Organization Executive Board Resolution EB109.R16, 18
January 2002.32 Moss F, Barach P. Quality and safety in health care: a time of transition. Qual Saf Health Care
2002;11:1.33 Leach DC. Changing education to improve patient care. Qual Health Care 2001; 10:54-8.34 Lilford RJ. Patient safety research: does it have legs? Qual Saf Health Care2002; 11:113-4.35 Firmanda D. The evolution and roles of Evidence-based Health Policy in Health Service Management.
Presented in seminar and discussion panel on Evidence-based Policy for the era of Indonesian
Health Decentralized System in 21st Century. Center for Public Health Research, Faculty ofMedicine, Gadjah Mada University, Yogyakarta 1st March 2001.
36 Scally G, Donaldson LJ. Clinical governance and the drive for quality improvement in the new NHS inEngland. BMJ1998; 317(7150):61-5.
37 Heard SR, Schiller G, Aitken M, Fergie C, Hall LM. Continuous quality improvement: educating
towards a culture of clinical governance. Qual Health Care 2001; 10:70-8.38 Sausman C. New roles and responsibilities of chief executives in relation to quality and clinical
governance. Qual Health Care2001;10(Suppl II):13-20.39 Buetow SA, Roland M. Clinical governance: bridging the gap between managerial and clinical
approaches to quality of care. Qual Health Care 1999;8:184-190.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
17/91
17
3. Kebijakan manajemen resiko.4. Prosedur profesi dalam identifikasi dan upaya perbaikan/peningkatan
kinerja.
Agar keempat komponen utama tersebut dapat terlaksana dengan baik dan
hasil yang optimum, maka dalam rencana strategisnya ditekankan akan mutudari segi inputs. Sudah seyogyanya pelayanan kesehatan/kedokteranterstruktur dan dengan baik serta diselenggarakan secara simultan dan
berkesinambungan melalui suatu sistem dan subsistem yang jelas dan
konsisten dalam hal kebijakan (policy)dan panduan (manual).40,41,42,43
Kerangka Konsep Patient Safety Komite Medik RSUP Fatmawati dalam
rangka mencegah terjadinya ketidaksesuain pelaksanaan praktik
kedokteran (malpraktek ?).
Melalui sidang pleno44 Komite Medik telah diajukan dan ditetapkan tentangKonsep Patient Safety yang diimplementasikan di rumah sakit (Gambar 10).Impact dalam kerangka konsep tersebut terdiri dari 3 aspek yang terukur
yakni cedera (injury), infeksi nosokomial dan tuntutan litigasi (perdata danpidana). Dalam implementasi di rumah sakit harus dilaksanakan secara
terpadu dan terintegrasi - dipersiapkan mulai dari tingkat sistem sampaitingkat individu profesi sebagaimana dalam Gambar 11.
40 Groll R, Baker R, Moss F. Quality improvement research: understanding the science of change in
health care essential for all who want to improve health care and education. Qual Saf Health Care2002; 11:110-1.41 Pittilo RM, Morgan G, Fergy S. Developing programme specifications with professional bodies andstatutory regulators in health and social care. Qual Assur Education2000; 8(4):215-21.42 Ancarani A, Capaldo G. Manegement of standarised public services: a comprehensive approach toquality assessment. Managing Service Qual 2001;11(5):331-41.43 Carroll JS, Edmondson AC. Leading organisational learning in health care. Qual Saf Health Care
2002;11:516.44 Sidang Pleno Komite Medik adalah rapat rutin tertinggi dalam mekanisme pengambilan keputusankebijakan untuk profesi medis yang diadakan setiap hari Senin jam 12.30-13.30 dan dihadiri olehseluruh Ketua SMF serta dipimpin oleh Ketua Komite Medik (Lihat Sistem Komite Medik RSUPFatmawati 2003).
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
18/91
18
Gambar 10. Kerangka Konsep Patient Safety Komite Medik RSUP Fatmawati
Gambar 11. Alur pembagian tugas dalam rangka Patient Safety di rumah sakit.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
19/91
19
Dalam implementasinya Komite Medik RSUP Fatmawati membuat skemasistem Clinical Governance sebagaimana dalam Gambar 12 dan mempersiapkan
berbagai panduan serta pedoman sebagaimana dalam Gambar 13 berikut.
Gambar 12. Skema Clinical Governance Komite Medik RSUP Fatmawati
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
20/91
20
Gambar 13. Beberapa panduan dan pedoman Komite Medik RSUP Fatmawati
Dalam menilai risiko klinis yang telah dan akan terjadi secara sistm KomiteMedik RSUP Fatmawati membuat Manajemen Risiko Klinis (Clinical Risks
Management) dengan langkah langkah sebagaimana dalam Gambar 14.
Sedangkan untuk tingkat individu profesi medis, mulai dari proses rekrutmenpenerimaan dokter sampai kepada tingkat individual performance pelaksanaan
praktik kedokteran sehari hari di rumah sakit. Adapun alur rekrutmen tenagamedis dapat dilihat dalam Gambar 15 dari Lampiran Prosedur tentang
Penilaian Kredensial Tenaga Medis di RSUP Fatmawati.45
Kebutuhan dan kriteria akan tenaga medis di setiap SMF disesuaikan denganhasil analisis dan rencana kebutuhan dari SMF serta dilakukan setiap tahun.Sebagaimana contohnya dapat dilihat dalam Gambar 16.
45 RSUP Fatmawati Nomor Dokumen HK 00.07.1.143 tanggal 12 Mei 2003 revisi HK 00.07.1 484 tanggal17 April 2007 tentang Prosedur Penilaian Kredensial Tenaga Medis di RSUP Fatmawati.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
21/91
21
Gambar 14. Langkah langkah Manajemen Risiko Klinis (Clinical RisksManagement) Komite Medik RSUP Fatmawati.
Gambar 15. Mekanisme alur rekrutmen tenaga medis di RSUP Fatmawati.73
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
22/91
22
Gambar 16. Contoh analisis dan kriteria kebutuhan tenaga medis di salah satuSMF di RSUP Fatmawati untuk tahun 2006 sampai dengan tahun 2018.
Rekrutmen tenaga medis di RSUP Fatmawati terdiri dari 2 tahap yakni(Gambar 17):
1. Tahap pertama terdiri dari 2 ujian:
a. Tes Psikometrik MMPI-2
b. Tes Kepribadian2. Tahap Kedua : Penilaian kompetensi profesi dan etika profesi
kedokteran.
Hasil dari kedua tahap tersebut berupa Berita Acara dan Rekomendasi yang
bersifat rahasia sebagai bahan pertimbangan penerimaan atau penolakan
tenaga medis tersebut Gambar 18 dan 19.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
23/91
23
Gambar 17. Proses rekrutmen tenaga medis di RSUP Fatmawati. 73
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
24/91
24
Gambar 18. Berita Acara Penilaian Kredensial tenaga medis di RSUP
Fatmawati.73
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
25/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
26/91
26
Sedangkan selama tenaga medis dokter tersebut melaksanakan praktikkedokteran sehari hari di rumah sakit terikat dengan Sistem SMF dan
Sistem Komite Medik dengan portfolio ruang lingkup dalam aspek pelayanandan pendidikan kedokteran (Gambar 20) dan contoh di salah satu SMF(Gambar 21 dan 22) serta format portfolio individual risk assessment
(Gambar 23) dibawah.
Gambar 20. Portfolio ruang lingkup profesi medis di RSUP Fatmawati.
Gambar 21. Contoh portfolio ruang lingkup dokter di RSUP Fatmawati
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
27/91
27
Gambar 22. Contoh uraian tugas dalam portfolio dokter di salah satu SMF.
Gambar 23. Format Penilaian Risiko Medis Individu (Individual Medical Risks
Assessment)
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
28/91
28
Ilustrasi monitoring Komite Medik RSUP Fatmawati beberapa contoh kasusserta penanganannya melalui pendekatan format Patient Safety(Gambar 24).
Gambar 24. Laporan kasus pengaduan, manajemen risiko klinis (Clinical RisksManagement) dan Patient Safety.
Sedangkan monitoring pelaksanaan etika profesi kedokteran sesuai dengan
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), Komite Medik RSUP Fatmawati
menerapkan format yang merangkum ke tujuh belas pasal KODEKI untuksetiap individu profesi medis sebagaimana contoh dalam Gambar 25 berikut.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
29/91
29
Gambar 26. Contoh hasil evaluasi dari Individual Portfoliotentang Kode EtikKedokteran Indonesia untuk periode tahun 2006.
Beberapa opsi Komite Medik dalam terjadinya ketidaksesuain pelaksanaan
praktik kedokteran (malpraktek ?)
1. Etik Profesi: Bila ditemukan ada kemungkinan kecenderungan
pelanggaran dalam hal etik profesi, maka Komite Medik akan menggelarSidang Pleno Etik Profesi yang diselenggarakan oleh Sub Komite Etik
dan Mutu Profesi Komite Medik dengan memakai format penilaian Etiksesuai dengan Sistem Komite Medik;
2. Audit Medis: tidak tertutup pelaksanaan nomor 1 di atas tersebut
sekaligus dilakukan juga audit medis tingkat pertama (First Party
Medical Audit) dan kedua (Second Party Medical Audit), dansebaliknya (bila dalam hasil audit medis ada unsur unsur pelanggaranetik profesi) two ways traffic mechanisms.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
30/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
31/91
31
Gambar 21. Hubungan Clinical Pathways dengan Clinical Risks Management/Patient Safety dan kegiatan Health/High Impact Interventions (HII) diRSUP Fatmawati.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
32/91
32
Gambar 22. Hubungan Clinical Pathways dengan jasa dokter dan kinerjaindividu.
Gambar 23. Hubungan Clinical Pathwaysdengan penggunaan obat rasional.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
33/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
34/91
34
Gambar 26. Hubungan Clinical Pathwaysdengan perlindungan hukum dan risikotanggung gugat.
Penerapan Clinical Governance di rumah sakit atau sarana institusi layanankesehatan memerlukan sistem dan kebijakan yang jelas, konsisten dan
konsekuen serta kepemmpinan (leadership) yang mampu melihat ke depan
(visioner) see before the others, mampu menuangkan ide ide dalam bentukkonsep dan model yang layak serta dapat diterapkan di tempatnya; mampu
mengajak dan memotivasi anggota/rekan seprofesinya melalui kegiatan yangdibuat bersama untuk mencapai tujuan (objektif) yang terukur dengan misidan visi yang telah ditetapkan bersama.46,47,48,49,50,51,52
46 King S. What is the latest on leadership? Manag Development Review1994; 7(6):7-9.47 Marquardt JM. Action learning and leadership. The Learning Organization2000; 7(5):233-40.48 Llyod B. A new approach to leadership. Leadership and Organization Development Journal 1996;17(7): 29-32.49 Russell RF. The role values in servant leadership. Leadership and Organization Development Journal2001; 22(2):76-83.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
35/91
35
Dalam rangka mempersiapkan kader kepemimpinan Komite Medik RSUP
Fatmawai telah menyusun buku Kepemimpinan Klinis dan Manajemen Medik(Medical Leadership and Medical Management) yang terdiri dari 16 modul
berikut;1. Clinical Governance
2. Medical Staff Bylaws
3. Evolusi Mutu bidang kesehatan dan kedokteran
4. Sistem Mutu (Quality Systems)
5. Standar (Setting the standards)6. Sistem Komite Medik dan Sistem SMF di rumah sakit.
7. Mekanisme Kerja Sub Komite dan Tim Klinis Komite Medik
8. Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan Pasien (Clinical Risks Management andPatient Safety)
9. Layanan berkesinambungan dan fokus kepada pasien (Patient focussed and
continouos care)
10. Efektifitas Klinis (Clinical Efectivity)
11. Audit Medis dan High Impact interventions (HII)
12. Clinical Pathways
13. Evidence-based Medicine/Healthcare and Health technology Assessment
14. Tatakelola obat dan alat kesehatan (Drugs and Therapeutics Committee)15. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial I
16. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial II
Diharapkan dengan pembekalan tersebut setiap anggota dan ketua SMFdapat menguasai ilmu dan ketrampilan dalam pengambilan keputusan sebagai
pemimpin.
Performamnce Assessment Tools for Hospital (PATH)
WHO Regional Eropa53 sedang melakukan uji coba implementasi dalam
menilai kinerja rumah sakit melalui instrumen yang dinamakan PATH(Performance Assessment Tool for Quality Improvement in Hospitals).
Instrumen PATH tersebut terdiri 6 dimensi yang saling berkaitan yakni
50 Stone AG, Russell RF, Patterson K. Transformational versus servant leadership: a difference inleader focus. Leadership and Organization Development Journal 2004; 25(4):349-61.51 Stern Z. The future of quality leadership. Int J Qual Health Care2002: 14(2):85-86.52 Bowerman JK. Leadership development through action learning: an executive monograph-incorporating leadership in health services. Int J Health Care Qual Assur2003; 16(4): 6-13.53 WHO Regional Office for Europe. Performance Assessment Tool for Quality Improvement in
Hospitals. Copenhagen, 2007.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
36/91
36
clinical effectiveness, safety, patient centeredness, responsive governance,staff orientationdan efficiency(Gambar 27).54,55,56,57,58
Definisi kinerja rumah sakit (hospital performance) sangat dipengaruhi olehnilai dan norma serta standar yang berlaku dari profesi, pasien dan
masyarakat - akan dikatakan memuaskan bila kinerja rumah sakit tersebutdapat memberikan pelayanan sesuai dengan norma dan standar dari ke tigaperspektif di atas.4,6
Gambar 27. Pendekatan multi dimensi dalam menilai kinerja rumah sakitberdasarkan instrumen PATH (Performance Assessment Tools for QualityImprovement in Hospitals) dari WHO Regional Eropa. 48-53
54 World Health Organization. Measuring hospital performance to improve the quality of care in
Europe: a need for clarifying the concepts and defining the main dimension. (2003) Copenhagen:WHO Regional Office for Europe. Report on a WHO Workshop Barcelona, Spain, 10-11 January2003.
55 Veillard J, Champagne F, Klazinga N, et al. A performance assessment framework for hospitals: theWHO regional office for Europe PATH project. Int J Qual Health Care. 2005;17:487-96
56 Groene O. Pilot Test of the Performance Assessment Tool for Quality Improvement in Hospitals(PATH). Copenhagen: WHO Regional Office for Europe. The Performance Assessment Tool forQuality Improvement (PATH): preparing for the second wave of data collection. (2007) Copenhagen:WHO Regional Office for Europe. Report on Indicator Descriptions (March 2007)
57 World Health Organization. Assessing health systems performance: first preparatory meeting for
the WHO European Ministerial Conference on Health Systems, 2008, Brussels. Copenhagen: WHORegional Office for Europe. 29-30.
58 Groene O, Klazinga N, Kazandjian V, Lombrail P, Bartels P. The World Health OrganizationPerformance Assessment Tool for Quality Improvement in Hospitals (PATH): An Analysis of thePilot Implementation in 37 Hospitals. Int J Qual Health Care. 2008;20(3):155-161.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
37/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
38/91
38
quality improvement dari prinsip prinsip doing things cheaper (efisiensi) kedoing things better (quality improvement) dan doing the rights things
(effectiveness) menjadi doing the right things right.59
Indikator PATH
Secara ringkas sebagaimana telah ditulis di atas PATH terdiri 6 dimensi yang
saling berkaitan yakni clinical effectiveness, safety, patient centeredness,responsive governance, staff orientation dan efficiency(Gambar 28). Dari keenam keterkaitan dimensi tersebut ada 17 indikator utama (core indicators)
sebagaimana dalam Tabel 1 dan 24 indikator tambahan sesuai kondisi dan
kemampuan rumah sakit (tailored indicators).60
Ke tujuh belas indikator utama terdiri dari:
A. Dimensi kombinasi Clinical effectiveness dan Safety:1. Caesarean section
2.Prophylactic antibiotic use
3.Mortality4.Readmission
5.Day surgery6.Admission after day surgery7.Return to Intensive Care Unit (ICU)
B. Dimensi Efisiensi:
8.Length of stay9.Surgical theatre use
C. Dimensi kombinasi Staff orientationdan Safety:
10. Training expenditure11. Absenteeism12. Excessive working hours
13. Needle injuries
59 Gary JAM. Evidence-based health care: how to make health policy and management decisions.
Churchill Livingstone, London 1999.60 WHO Regional Office for Europe. Performance Assessment Tool for Quality Improvement in
Hospitals Indicator descriptions (core sets), Copenhagen, 2007.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
39/91
39
14. Staff smoking prevalence
D. Dimensi Responsive governance15. Breastfeeding at discharge16. Health care transitions
E. Dimensi Patient Centeredness17. Patient expectations
Gambar 28. Hubungan yang berkaitan antar 6 komponen dimensi PATH
dengan 17 indikator utama (core indicators)yang telah di modifikasi.55
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
40/91
40
Tabel 2. Tujuh belas indikator utama (core indicators)dari 6 dimensiPATH (Performance Assessment Tool for Quality Improvement in
Hospitals).55
Bila diperhatikan ke tujuh belas indikator utama di atas tidak semua dimensi
saling berkaitan (hanya dimensi kombinasi Clinical effectiveness/ Safety dan
imensi kombinasi Staff orientation/Safety). Maka indikator lain dari
kombinasi lainnya disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kemampuan rumahsakit setempat yang terdiri dari 24 indikator tambahan penyesuaian (tailored
indicators).13-17,19
Pada saat ini, sedang dilakukan uji coba suatu instrumen yang akan digunakan
untuk menilai kinerja mutu (performamce) rumah sakit oleh WHO regional
Eropa yang dinamakan Performance Assessment Tools for Hospital(PATH).61,62,63,64 Instrumen tersebut kemungkinan akan diterapkan olehseluruh rumah sakit di dunia sebagaimana halnya program WHO World
Alliance for Patient Safey Move Program30 sebagai world class hospitalsbenchmarking.
61 WHO Regional Office for Europe. Measuring hospital performance to improve the quality of care inEurope: a need for clarifying the concepts and defining the dimensions. January 2003
62 WHO Regional Office for Europe. How can hospital performance can be measured and monitored.August 2003.
63 WHO Regional Office for Europe. PATH (Performance Assessment Tools for Quality Improvementin Hospitals). 2007.
64 WHO Regional Office for Europe. Assuring the quality of care in the European Union. 2008
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
41/91
41
Alangkah tepatnya bila kita bersiap untuk mengantisipasi hal tersebut dengansituasi dan kondisi rumah sakit kita sekarang ke arah program PATH
tersebut dengan merangkum sistem yang telah ada dan berjalan saat ini.
Komponen dari dimensi PATH tersebut terdiri dari 6 dimensi dengan 4
domain (clinical effectiveness, efficiency, staff orientation and responsivegovernance) yang merangkum 2 perspektif transversal (safety, patientcenteredness)65,66,67 sebagaimana dalam Gambar 29 dan 30 di atas.
Sebagai contoh lihat lampiran mengenai PATH di salah satu SMF RSUP
Fatmawati Jakarta (PATH SMF Kesehatan Anak).
Sedangkan Clinical Pathways dapat dipergunakan sebagai alat untukimplementasi PATH sebagaimana dapat dilihat hubungan antar keduanya padaGambar 29 berikut.
65 WHO Regional Office for Europe. First Workshop on Pilot Implementation of the PerformanceAssessment Tool for quality improvement in Hospitals. February 2004.
66 Oliver Groene O, Skau JKH, Frlich A. An international review of projects on hospital performanceassessment. International Journal for Quality in Health Care 2008 20(3):162-171
67 Groene O, Klazinga N, Kazandjian VB, Lombrail P, Bartels P. The World Health OrganizationPerformance Assessment Tool for Quality Improvement in Hospitals (PATH): An Analysis of thePilot Implementation in 37 Hospitals. International Journal for Quality in Health Care 2008
20(3):155-161.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
42/91
42
Gambar 29. Hubungan Clinical Pathways dengan Performance Assessment
Tools for Hospitals(PATH).76,68
Untuk sejawat dan rumah sakit yang belum menyusun Clinical Pathways, tip
langkah langkah berikut dapat sebagai acuan.
68 Firmanda D. How to develop Safety and Patient Centredness for Clinical Effectiveness. Disampaikanpada Hospital Management 3 yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Administrasi dan KebijakanKesehatan FKM UI di Grand Angkasa Hotel International, Medan 11 Agustus 2008.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
43/91
43
Clinical Pathways
Defiinisi
Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkanstandar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti denganhasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah
sakit.69,70,71
Prinsip prinsip dalam menyusun Clinical Pathways
Dalam membuat Clinical Pathways penanganan kasus pasien rawat inap dirumah sakit harus bersifat:
a. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara
terpadu/integrasi dan berorientasi fokus terhadap pasien (Patient
Focused Care)serta berkesinambungan (continuous of care)b. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat/bidan, penata,
laboratoris dan farmasis)
c. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaanperjalanan penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian
(untuk kasus rawat inap) atau jam (untuk kasus gawat darurat di unit
emergensi).d. Pencatatan CP seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien
secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam bentukdokumen yang merupakan bagian dari Rekam Medis.
e. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan CP dicatat sebagai
varians dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit.
69 Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix
di rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober2005.
70 Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix dirumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005,RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam
rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29Desember 2005.
71 Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways
Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati,Jakarta 2006.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
44/91
44
f. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakitpenyerta atau komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors).
g. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalamrangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.
Clinical Pathways tersebut dapat merupakan suatu Standar ProsedurOperasional yang merangkum:
a. Profesi medis: Standar Pelayanan Medis dari setiap Kelompok Staf
Medis/Staf Medis Fungsional (SMF) klinis dan penunjang.
b. Profesi keperawatan: Asuhan Keperawatan
c. Profesi farmasi: Unit Dose Daily dan Stop Ordering
d. Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap dan Operasi dari Sistem KelompokStaf Medis/Staf Medis Fungsional (SMF), Instalasi dan SistemManajemen Rumah Sakit.
Langkah langkah penyusunan Clinical Pathways
Langkah langkah dalam menyusun Format Clinical Pathways yang harusdiperhatikan:
1. Komponen yang harus dicakup sebagaimana definisi dari Clinical
Pathways2. Manfaatkan data yang telah ada di lapangan rumah sakit dan kondisi
setempat72 seperti data Laporan RL2 (Data Keadaan Morbiditas
Pasien) yang dibuat setiap rumah sakit berdasarkan Buku PetunjukPengisian, Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit73 dan sensusharian untuk:
a. Penetapan judul/topik Clinical Pathwaysyang akan dibuat.
b. Penetapan lama hari rawat.
3. Untuk variabel tindakan dan obat obatan mengacu kepada Standar
Pelayanan Medis, Standar Prosedur Operasional dan Daftar StandarFormularium yang telah ada di rumah sakit setempat, Bila perlustandar standar tersebut dapat dilakukan revisi sesuai kesepakatansetempat.
72 Firmanda D. Kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM: indikator mutu rekam medik dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Disampaikan pada Sosialisasi Pola Sistem InformasiManajemen Rumah Sakit. Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RIdi Hotel Panghegar Bandung 1-3 Juni 2006.
73 Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data RumahSakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
45/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
46/91
46
Gmbar 30. Keterkaitan dan keterpaduan antar profesi dalam menyusunClinical Pathways.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
47/91
47
Gambar 31. Peran profesi medis dalam menyusun Clinical Pathways.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
48/91
48
Gambar 32. Peran profesi rekam medis dalam menyusun Clinical Pathways.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
49/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
50/91
50
Gambar 34. Peran profesi apoteker dalam menyusun Clinical Pathways.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
51/91
51
Gambar 35. Peran profesi akutansi dalam menyusun Clinical Pathways.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
52/91
52
Format Umum Clinical Pathways
Langkah selanjutnya adalah mengkaji dan mendesain Format Umum ClinicalPathways sebagai template untuk setiap profesi untuk membuat clinicalpathways masing masing sesuai dengan bidang keahliannya dan melibatkan
multidisiplin profesi medis, keperawatan dan farmasis/apoteker sebagaicontoh dapat dilihat pada Gambar 38 berikut.
Gambar 36. Format Umum Clinical PathwaysRSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar74
74 Firmanda D. Penyusunan Clinical Pathways. Disampaikan pada Pelatihan dan Penyusunan Clinical
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
53/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
54/91
54
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
55/91
55
Gambar 37. Contoh Koding MDC dan kaitan dengan severitydan biaya.
Kesimpulan
INA-DRG adalah versi Departemen Kesehatan RI untuk sistem pembiayaanberdasarkan pendekatan sistem casemix. Sistem casemix adalah suatu cara
sistem pembiayaan berdasarkan pengelompokan jenis diagnosis kasus yanghomogen. Secara ringkasnya sistem casemix terdiri dari 3 komponen utama
yakni kodefikasi diagnosis (ICD 10) dan prosedur tindakan (ICD 9 CM),
pembiayaan (costing) yang dapat berupa top-down approach, activity basedcostingdan atau kombinasi keduanya, dan clinical pathways.
Kepimpinan klinis (clinical leadership) sangat diperlukan dalam mewujudkanbudaya keamanan/keselamatan pasien sebagai tingkat akhir output darisistem mutu (clinical governance) di institusi layanan kesehatan (rumah
sakit). Dalam sistem mutu diperlukan kebijakan klinis yang jelas dankonsisten, adanya pedoman (manual/guidelines) yang mudah dimengerti dan
layak (applicable) serta format implementasi dan evaluasi yang disepakati
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
56/91
56
bersama dalam suatu organisasi untuk individu profesi maupun tim di tingkatSMF/departemen, komite medik dan rumah sakit. Sudah saatnya Komite
Medik turut berperan serta secara aktif sesuai fungsi dan kewenangannyadalam rangka persiapan antisipasi era globalisasi dengan mempersiapkan diridalam hal standar, kriteria dan indikator yang dibutuhkan dalam PATH
sebagai instrumen Performance Assessment Tools for Quality Improvementin Hospitals.
Semoga Bermanfaat
Jakarta, 3 Maret 2009Dody Firmanda.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
57/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
58/91
CLINICAL PATHWAYSuntuk
JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
(JAMKESMAS)
bidangKESEHATAN ANAK
RSUP FATMAWATIJAKARTA
Edisi Pertama
2009
Editor
Dr. Dody Firmanda, Sp. A, MA
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
59/91
i
Prakata
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
Puji dan syukur Kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNYA sehingga dapat selesai disusun Clinical Pathways untuk Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas) untuk bidang Kesehatan
Anak dalam bentuk buku sebagai acuan dalam melaksanakan praktik
kedokteran/kesehatan anak dalam upaya meningkatkan profesionalisme untuk
mewujudkan kesehatan anak Indonesia yang opimal dan memberikan
kepastian bagi pemberi dan penerima pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit.
Salah satu bidang yang jarang/belum disentuh oleh profesi medis adalah
kaitan dalam hal mutu profesi dan biaya, meskipun dalam Undang Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada pasal 49 ayat 1
menyebutkan bahwa dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya. Dalam rangka menuju
tujuan tersebut adalah melalui suatu sistem penataan klinis (Clinical
Governance/CG), dimana salah satu dari 5 komponen CG adalah clinical
effectiveness yang apabila diimplementasikan secara sinergis dengan
pelayanan yang bersifat fokus terhadap pasien (Patient Focused Care/PFC)
dan berkesinambungan (continuing patient care) menjadi dalam bentuk
terpadu/integrasi yang disebut sebagai Clinical Pathways (CP) sebagai kunci
utama untuk masuk ke dalam sistem pembiayaan yang dinamakan DRG-
Casemix.
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
60/91
ii
Sistem DRGs-Casemix adalah sistem pembiayaan berdasarkan pengelompokan
dan pembauran penatalaksanaan pasien dalam hal diagnosis (utama, pnyakit
penyerta/komorbid dan komplikasi) dan prosedur tindakan dengan
menggunakan kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM serta penghitungan biaya
secara pendekatan top-down, activity based atau kombinasi keduanya dari
setiap langkah dalam Clinical Pathways (CP).
Clinical Pathways adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang
merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar
pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil
yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama dirawat di rumah sakit.
Clinical Pathways untuk Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
(Jamkesmas) bidang Kesehatan Anak ini sekaligus sebagai salah satu upaya
antisipasi melakukan kendali mutu dan kendali biaya dalam penyelenggaraan
praktik kedokteran sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Praktik
Kedokteran maupun Undang Undang Rumah Sakit yang sedang disusun.
Clinical Pathways Kesehatan Anak disusun dengan mengacu kepada Standar
Pelayanan Medis Edisi 1 2004 dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, Standar
Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak dari Pengurus Pusat
Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dan Kolegium Ilmu Kesehatan anak
Indonesia (KIKA) serta Sistem SMF Kesehatan Anak RS Fatmawati Jakarta.
Untuk Clinical Pathways Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
(Jamkesmas) bidang Kesehatan Anak Edisi Pertama 2009 ini meliputi 24 jenis
penyakit yang sering ditemukan di ruang rawat inap dan bersifat sangat
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
61/91
iii
terbuka untuk terus dilakukan revisi dan penambahan jenis penyakit sesuai
dengan perkembangan dan kondisi rumah sakit.
Kami menyadari bahwa isi Clinical Pathways untuk Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas) bidang Kesehatan Anak ini belum
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dan kritik demi
perbaikan dan peningkatan Clinical Pathwaysini.
Semoga buku Clnical Pathwaysuntuk Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
Miskin (Jamkesmas) bidang Kesehatan Anak ini bermanfaat dan dapat
meningkatkan profesionalisme kita bersama.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Jakarta, 19 Januari 2009
Editor
Dr. Dody Firmanda, Sp. A, MA
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
62/91
iv
DAFTAR KONTRIBUTOR
1. Dr. Dody Firmanda, Sp. A, MA 1. Ketua SMF Kesehatan Anak, RSUPFatmawati, Jakarta
2. Kordinator PPDS IKA, SMF Kesehatan
Anak, RSUP Fatmawati, Jakarta3. Divisi Kardio-Pulmonolgi, SMF Kesehatan
Anak, RSUP Fatmawati, Jakarta
2. Dr. Pratiwi Andayani, Sp A 1. Koordinator Pelayanan Medik dan Diklit
SMF Kesehatan Anak, RSUP Fatmawati,
Jakarta2. Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis, SMF
Kesehatan Anak, RSUP Fatmawati,Jakarta
3. Dr. Nuraini Irma Susanti, Sp. A 1. Koordinator Etik dan Mutu Profesi SMF
Kesehatan Anak, RSUP Fatmawati,Jakarta
2. Divisi Gatro-Hepatologi dan Nutrisi,
SMF Kesehatan Anak, RSUP Fatmawati,Jakarta
4. Dr. Erwin P Soenggoro, Sp. A Divisi Endokrinologi, SMF Kesehatan Anak,RSUP Fatmawati, Jakarta
5. Dr. Srie Engar KD, Sp. A Divisi Hemato-Onkologi, SMF Kesehatan
Anak, RSUP Fatmawati, Jakarta
6. Dr. Rita Wahyuniarti, Sp. A 1. Sub Koordinator Pelayanan Medik SMFKesehatan Anak, RSUP FatmawatiJakarta
2. Divisi Perinatologi. SMF Kesehatan Anak,
RSUP Fatmawati, Jakarta
7. Dr. Alinda Rubiati, Sp. A Divisi Neurologi, SMF Kesehatan Anak,RSUP Fatmawati, Jakarta
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
63/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
64/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
65/91
FORMAT CP JAMKESMAS KESEHATAN ANAK
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA..
2009ama Pasien:
Umur:
Berat Badan:
..kgTinggi Badan:..cm
Nomor Rekam Medis
Diagnosis Awal: . Kode ICD 10 : Rencana rawat : hari
R. Rawat.
Tgl/Jam masuk:.
Tgl/Jam keluar:.
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
HR 1 HR 2 HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR10
HR11
HR12
Aktivitas Pelayanan
HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS ..Diagnosis:
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter
Konsultasi
emeriksaan Penunjang:
indakan:
Obat obatan:
utrisi:
Mobilisasi:
asil (Outcome):
endidikan/Rencanaemulangan:
Varians:Jumlah Biaya
Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 ama Perawat: Utama ..
. .. ama Dokter:
Penyerta
..
. .. ama PelaksanaVerifikasi:
Komplikasi
..
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
66/91
CLINICAL PATHWAYS
untukPROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
(JAMKESMAS)
bidang
KESEHATAN ANAK
RSUP FATMAWATIJAKARTA
Edisi Pertama
SMF KESEHATAN ANAK
RS FATMAWATI JAKARTA
2009
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
67/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
DEMAM BERDARAH DENGUE2009
ama Pasien:
Umur:
Berat Badan:
..kg
Tinggi Badan:
..cm
Nomor Rekam Medis
Diagnosis Awal: . Kode ICD 10 : Rencana rawat : 5 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam masuk:.
Tgl/Jam keluar:.
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5
Aktivitas Pelayanan
Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit:
Diagnosis:
Penyakit Utama .
Penyakit Penyerta . Komplikasi .
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -)
Konsultasi . emeriksaan Penunjang: Hb,Ht,Trb, Leukosit
DTL, U, F
Hb,Ht,Trb, Leu Hb,Ht,Trb, Leu
CXR RLD
Hb,Ht,Trb, Leu
Ig G/ Ig M
Hb,Ht,Trb, Leuko
indakan: Pasang IVFD - - - Angkat IVFD
Obat obatan:
Parasetamol 3 x mgIVFD: cc/hr
(+ ) / ( -).
(+ ) / ( -).
(+ ) / ( -).
(+ ) / ( -).
(+ ) / ( -).
utrisi: .
Mobilisasi: . asil (Outcome):
Febris (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)
Perdarahan (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)
Syok (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)endidikan/Rencana
emulangan:
Banyak minum
Tanda perdarahan
Banyak minum
Tandaperdarahan
Banyak minum
Tandaperdarahan
Sanitasi
Imunisasi
Kontrol poliklinik
Varians: .
.
Jumlah Biaya
Diagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 ama Perawat: Utama Demam Berdarah Dengue A 91 Visite/Konsul: Anamnesis 89.0
. .. Visite/Konsul: P. Fisik 89.7ama Dokter:
Penyerta
.. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5
. .. Pemasangan IVFD 99.2ama PelaksanaVerifikasi:
Komplikasi
.. Foto toraks RLD 87.44
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
68/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
DIARE AKUT2009
ama Pasien:
Umur:
Berat Badan:
..kg
Tinggi Badan:
..cm
Nomor Rekam Medis
Diagnosis Awal: . Kode ICD 10 : Rencana rawat : 3 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3
Aktivitas Pelayanan
Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit:
Diagnosis:
Penyakit Utama . . .
Penyakit Penyerta . . .Komplikasi . . .
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) Konsultasi . . .
emeriksaan Penunjang: DTL, Urin lengkap AGD dan Elektrolit
Analisis Feses Tes Mt
AGD dan Elektrolit Baca Tes Mt
indakan: Pasang IVFD Angkat IVFD
Obat obatan:Oralit
IVFD::cc/hr
.
....
.
....
.
....
utrisi: . . .
Mobilisasi: . . .
asil (Outcome):
Kesadaran . . .Febris (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)
Tanda dehidrasi (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)
endidikan/Rencanaemulangan:
Banyak minumSanitasi
GiziImunisasi
Kontrol poliklinik
Varians:
Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan: ICD 9 C
Utama Diare Akut A 08.4 Visite/Konsul: Anamnesis 89.0
.. Visite/Konsul Pemeriksaan Fisik 89.7 Penyerta
.. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5
.. AGD dan elektrolit
.. Pemasangan IVFD 99.2
ama Perawat:.
ama Dokter:
.ama Pelaksana
Verfikasi:
Komplikasi
.. Analisis Feses dan Urin lengkap
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
69/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
PNEUMONIA2009
ama Pasien:
Umur:
Berat Badan:
..kg
Tinggi Badan:
..cm
Nomor Rekam Medis
Diagnosis Awal: . Kode ICD 10 : Rencana rawat : 5 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5
Aktivitas Pelayanan
Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit:
Diagnosis:
Penyakit Utama .
Penyakit Penyerta . Komplikasi .
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) Konsultasi .
emeriksaan Penunjang: DTL AGD
CXR PA
AGD Tes Mt
- Baca Tes Mt -
indakan: Oksigen
Pasang IVFD
- - Angkat IVFD -
Obat obatan:Inj. Ampiciilin 4 x ..mg
Inj. Kemicetine 4 x mg:..
.
..
.
..
..
..
..
utrisi: .
Mobilisasi: .
asil (Outcome):
Kesadaran .
Febris (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)Sesak (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-) (+) / (-)
endidikan/R. Pemulangan: Penjelasan penyakit. Gizi dan Imunisasi Kontrol poliklinik
Varians: .
Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan: ICD 9 C
Utama Pneumonia J 18.0 Visite/Konsul: Anamnesis & PF 89.0 dan 8
.. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5 Penyerta
.. Foto toraks PA 87.44
.. Pemasangan IVFD & Inj. obat 99.2
ama Perawat:..
ama Dokter:
..elaksana Verifikasi:
Komplikasi
.. Oksigen 93.96
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
70/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
DEMAM TIFOID2009
ama Pasien:
Umur:
Berat Badan:
..kg
Tinggi Badan:
..cm
Nomor Rekam Medis
Diagnosis Awal: . Kode ICD 10 : Rencana rawat : 10 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya
HR 1 HR 2 HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR 10
Aktivitas Pelayanan
HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS
Diagnosis:
Penyakit Utama A 01.10
Penyakit Penyerta .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..Komplikasi .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
Konsultasi .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
emeriksaan Penunjang: DTL, U, FWidal, Tes Mt,
Biakan empedudarah, Typhi dot
(Ig M & Ig G)
BacaTes Mt
indakan: .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
Obat obatan:Kloramfenikol 4 x .mgParasetamol 3 x . mg
utrisi: Makanan lunak Makanan biasa
Mobilisasi: Tirah Baring .. .. .. .. .. .. ..
Hasil (Outcome):Kesadaran .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
Febris + / - + / - + / - + / - + / - + / - + / - + / - + / - + / -
Tanda abdomen akut + / - + / - + / - + / - + / - + / - + / - + / - + / - + / -
endidikan/ R. Pemulangan: Penjelasan penyakit Gizi dan Imunisasi Kontrol poliklinikVarians: .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
Jumlah Biaya
Diagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan: ICD 9
Utama Demam Tifoid A 01.0 Visite/Konsul: Anamnesis 89.0
.. Visite/Konsul Pemeriksaan Fisik 89.7 Penyerta .. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5
.. Pemasangan IVFD & Inj. obat 99.2
.. Serologi Widal dan Igm IgG (typhi dot)
ama Perawat:
ama Dokter:
ama Pelaksana
Verifikasi:
Komplikasi
.. Biakan empedu darah
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
71/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
BAYI BARU LAHIR2009
ama Pasien: No. Rekam Medis: . Tgl Lahir: Jam .
enis Kelamin:..
Cara Lahir:
Berat Lahir:.gram
Panjang Badan:..cm
Lingkar Kepala:cm
Nilai Apgar:.
Diagnosis Awal: . Kode ICD 10 : Rencana rawat : 3 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
Aktivitas Pelayanan
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3
Diagnosis:
Utama . .
Penyerta . .Komplikasi . .
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) Konsultasi . .
emeriksaan Penunjang: DTL, Gula Darah Skrining TSH
indakan: Perawatan tali pusat..
Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat
Obat obatan: Inj. Vit. K1 1 mg IM atau Vit. K1 2 mg oral -
utrisi: ASI ad libitum ASI ad libitum ASI ad libitumMobilisasi:
asil (Outcome):
Kesadaran . .Febris (+) / ( -) (+) / ( -) (+) / ( -)
Sesak (+) / ( -) (+) / ( -) (+) / ( -)Sianosis (+) / ( -) (+) / ( -) (+) / ( -)
Ikterus (+) / ( -) (+) / ( -) (+) / ( -)
endidikan/Rencanaemulangan:
Perawatan bayi dan talipusat
Perawatan mamae
Tentang ASI
Imunisasi Kontrol poliklinik
Varians: ..
.
Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan: ICD 9 C
Utama .. Visite/Konsul: Anamnesis 89.0
.. Visite/Konsul Pemeriksaan Fisik 89.7 Penyerta
.. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5
.. ASI 99.98
.. Injeksi obat Vitamin K1 99.2
ama Perawat:.
ama Dokter:
.ama Pelaksana
Verifikasi:.
Komplikasi
.. ..
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
72/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
KEJANG DEMAM2009
ama Pasien:
Umur:
Berat Badan:
..kg
Tinggi Badan:
..cm
Nomor Rekam Medis
Diagnosis Awal: . Kode ICD 10 : Rencana rawat : 3 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3
Aktivitas Pelayanan
Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit:
Diagnosis:
Penyakit Utama . . .
Penyakit Penyerta . . .Komplikasi . . .
Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -)
Konsultasi . . .
emeriksaan Penunjang: DTL, Urin, Feses, AGD,Gula Darah dan ElektrolitPungsi Lumbal, Tes Mt
AGD dan Elektrolit Baca Tes Mt
indakan: Pasang IVFD Angkat IVFD
Obat obatan:Parasetamol 3 x mg
atau Ibuprofen 3 x mg
Diazepam 2 x .mgIVFD::cc/hr
...
......
...
....
.
...
....
.
utrisi: . . .
Mobilisasi: . . .
asil (Outcome):
Kesadaran . . .
Febris (+) / ( -) (+) / ( -) (+) / ( -)Kejang (+) / ( -) (+) / ( -) (+) / ( -)
Defisit neurologis (+) / ( -) (+) / ( -) (+) / ( -)
endidikan/R. Pemulangan: Penjelasan penyakit. Gizi dan Imunisasi Kontrol poliklinik
Varians:
Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan: ICD 9 C
Utama Diare Akut A 09 Visite/Konsul: Anamnesis 89.0
.. Visite/Konsul Pemeriksaan Fisik 89.7 Penyerta
.. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5
.. AGD, ula Darah dan elektrolit .. Pemasangan IVFD 99.2
ama Perawat:
.ama Dokter:
.
ama PelaksanaVerifikasi:..
Komplikasi
.. Pungsi Lumbal
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
73/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
74/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
HIPERBILIRUBINEMIA NEONATAL2009
ama Pasien: No. Rekam Medis: . Tgl Lahir: Jam .
enis Kelamin:..
Cara Lahir:
Berat Lahir:.gram
Panjang Badan:..cm
Lingkar Kepala:cm
Nilai Apgar:.
Diagnosis Awal: . Kode ICD 10 : Rencana rawat : 3 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt
... hari
Kelas:
..
Tarif/hr (Rp):
.
Biaya (R
Aktivitas Pelayanan
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3
Diagnosis:
Utama . .
Penyerta . .Komplikasi . .Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -)
Konsultasi . .
emeriksaan Penunjang: DTL, Gula Darah, Bilirubin total (direk dan indirek), Preparatapusan darah, G6PD, Gol. Darah ibu dan bayi (ABO danRhesus), Uji Coombs
Bilirubin total(direk dan indirek)
indakan: Terapi sinar Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat
Obat obatan: Vit. K1 1 mg IM atau oral 2 mg -
utrisi: ASI ad libitum ASI ad libitum ASI ad libitum
Mobilisasi: . .asil (Outcome):
Kesadaran . .
Febris (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -)
Sesak (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -)Sianosis (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -)
Ikterus (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -)
endidikan/Rencanaemulangan:
Perawatan bayi dan tali pusat Perawatan mamae
Tentang ASI Imunisasi
Kontrol poliklinik
Varians: .. .
Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan: ICD 9 C
Utama Hiperbilirubinemia P 59 Visite/Konsul: Anamnesis 89.0
.. Visite/Konsul Pemeriksaan Fisik 89.7 Penyerta
.. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5
.. ASI 99.98 .. Injeksi obat 99.2
ama Perawat:
ama Dokter:
ama PelaksanaVerifikasi:
Komplikasi
.. Terapi sinar 99.83
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
75/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
76/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
TUBERKULOSIS PARU2009
ama Pasien: Umur: Berat Badan:..kg Tinggi Badan: ..cm No. Rekam Medis:
Diagnosis Awal: Kode ICD 10 : Rencana rawat : 5 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
HR 1 HR 2 HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR 10
Aktivitas Pelayanan
HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS..
Diagnosis:
Penyakit Utama ...... ...... ...... ...... ......
Penyakit Penyerta ...... ...... ...... ...... ......
Komplikasi ...... ...... ...... ...... ......Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -)
Konsultasi ...... ...... ...... ...... ......
emeriksaan Penunjang:DTL, Urin, FesesAGD, Gula Darah danElektrolit
Tes MtFoto toraks PA
...
...
...
...
...
Tindakan: IVFD:cc/hr ...... ...... ...... ...... ......
Obat obatan:
INH 1 x .mgRifampisin 1 x mgPirazinamid 2 x mg
..
utrisi: ...... ...... ...... ...... ......
Mobilisasi: ...... ...... ...... ...... ......
asil (Outcome):Kesadaran ...... ...... ...... ...... ......
Febris (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -)
Defisit neurologis (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -) (+ ) / ( -)
endidikan/R. Pemulangan: Penjelasan Penyakit Gizi dan Imunisasi Kontrol poliklinik
Varians: ...... ...... ...... ...... ......
Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan: ICD 9 C
Utama Tuberkulosis Paru A 16 Visite/Konsul Anamnesis & P F 89.0 dan 8
.. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5 Penyerta
.. AGD, Gula Darah dan elektrolit Komplikasi .. Pemasangan IVFD 99.2
ama Perawat:
ama Dokter:
..
ama PelaksanaVerifikasi:..
.. Foto toraks PA 87.44
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
77/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
MENINGITIS TUBERKULOSIS2009
ama Pasien: Umur: Berat Badan:..kg Tinggi Badan: ..cm No. Rekam Medis:
Diagnosis Awal: Kode ICD 10 : Rencana rawat : 10 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
HR 1 HR 2 HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR 10
Aktivitas Pelayanan
HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS..
Diagnosis:
Penyakit Utama .. ... ... ... ... ... ... ... ...
Penyakit Penyerta .. ... ... ... ... ... ... ... ...
Komplikasi .. ... ... ... ... ... ... ... ...Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter .. ... ... ... ... ... ... ... ...
Konsultasi .. ... ... ... ... ... ... ... ...
emeriksaan Penunjang: DTL, Urin, Feses, AGD,LP, Tes Mt, CXR PA,CT Scan
... ... ... ... ... ... ...
indakan: IVFD:cc/hr .. ... ... ... ... ... ... ... ...
Obat obatan:Parasetamol 3 x mgDiazepam 2 x .mg
INH 1 x .mg
Rifampisin 1 x mgPirazinamid 2 x mgPrednison 3 x ..mg
....
..
......
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
utrisi: .. ... ... ... ... ... ... ... ...
Mobilisasi: .. ... ... ... ... ... ... ... ...
asil (Outcome):Kesadaran ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Febris ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Kejang ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Defisit neurologis ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
endidikan/R. Pemulangan: Penjelasan Penyakit Gizi dan Imunisasi Kontrol poliklinikVarians: .
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan: ICD 9 C
Utama Meningitis Tuberkulosis A 17 Visite/Konsul Anamnesis & P F 89.0 dan 8
.. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5 Penyerta
.. AGD, Gula Darah dan elektrolit
.. Pemasangan IVFD 99.2 .. Pungsi Lumbal
ama Perawat:
ama Dokter:
..
ama PelaksanaVerifikasi:..
Komplikasi
.. CT Scan
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
78/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
MENINGITIS BAKTERIALIS2009
ama Pasien: Umur: Berat Badan:..kg Tinggi Badan: ..cm No. Rekam Medis:
Diagnosis Awal: Kode ICD 10 : Rencana rawat : 10 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
HR 1 HR 2 HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR 10
Aktivitas Pelayanan
HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS..
Diagnosis:
Penyakit Utama ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Penyakit Penyerta ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Komplikasi ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Konsultasi ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
emeriksaan Penunjang:DTL, Urin, Feses, AGD, LP
es Mt, CXR PA, CT Scan... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
indakan: IVFD:cc/hr ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Obat obatan:Parasetamol 3 x mgDiazepam 2 x .mg
Ampicillin 6 x .mg
Kemicetine 4 x mgMetilprednisolon 3 x ..mg
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
......
...
.........
utrisi: ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Mobilisasi: ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
asil (Outcome):Kesadaran ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Febris ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Kejang ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Defisit neurologis ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
endidikan/R. Pemulangan: Penjelasan Penyakit Gizi dan Imunisasi Kontrol poliklinikVarians: ...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan: ICD 9 C
Utama Meningitis Bakterialis G 00 Visite/Konsul: Anamnesis 89.0
.. Visite/Konsul Pemeriksaan Fisik 89.7 Penyerta
.. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5
.. AGD, Gula Darah dan elektrolit .. Pemasangan IVFD 99.2
.. Pungsi Lumbal
ama Perawat:
ama Dokter:
..
ama PelaksanaVerifikasi:..
Komplikasi
.. CT Scan
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
79/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
ENSEFALITIS2009
ama Pasien: Umur: Berat Badan:..kg Tinggi Badan: ..cm No. Rekam Medis:
Diagnosis Awal: Kode ICD 10 : Rencana rawat : 5 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5
Aktivitas Pelayanan
Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Hari Sakit: Diagnosis:
Penyakit Utama .. .. .. .. ..
Penyakit Penyerta
Komplikasi Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter . . . . .
Konsultasi .. .. .. .. ..
emeriksaan Penunjang:DTL, Urin, Feses, AGD, LP
es Mt, CXR PA, CT Scan... ... ... ... ... ..
indakan: IVFD:cc/hr Pasang IVFD .. .. .. Angkat IVFD
Obat obatan:Parasetamol 3 x mg
Diazepam 2 x .mgAmpicillin 4 x .mg
Kemicetine 4 x mgMetilprednisolon 3 x ..mg
utrisi:
Mobilisasi:
asil (Outcome):
Kesadaran .. .. .. .. ..
Febris Kejang
Defisit neurologis . . . . .
endidikan/R. Pemulangan: Penjelasan penyakit. Gizi dan Imunisasi Kontrol poliklinik
Varians: . . . . .
Jumlah Biaya
Diagnosis Akhir: ICD 10 Jenis Tindakan: ICD 9 C Utama Ensefalitis G 04 Visite/Konsul: Anamnesis 89.0
.. Visite/Konsul Pemeriksaan Fisik 89.7 Penyerta
.. Pemeriksaan mikroskop darah 90.5
.. AGD, Gula Darah dan elektrolit .. Pemasangan IVFD 99.2
ama Perawat:
ama Dokter:..
ama PelaksanaVerifikasi:..
Komplikasi
.. Pungsi Lumbal
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
80/91
-
8/14/2019 Dody Firmanda 2009 - Sosialisasi INA DRG & Jamkesmas Rakerkesda Riau 3 Maret 2009
81/91
CLINICAL PATHWAYSJAMKESMASSMF KESEHATAN ANAK RS FATMAWATI JAKARTA
EFUSI PLEURA BAKTERIALIS2009
ama Pasien: Umur: Berat Badan:..kg Tinggi Badan: ..cm No. Rekam Medis:
Diagnosis Awal: Kode ICD 10 : Rencana rawat : 10 hari
R. Rawat.
Tgl/Jam msk:
Tgl/Jam klr:
Lama Rwt... hari
Kelas:..
Tarif/hr (Rp):.
Biaya (R
HR 1 HR 2 HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR 10
Aktivitas Pelayanan
HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS.. HS..
Diagnosis:
Penyakit Utama ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Penyakit Penyerta ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Komplikasi ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...Asessmen Klinis:
Pemeriksaan dokter ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Konsultasi ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
emeriksaan Penunjang:DTL, Urin, Feses, AGD, TesMt, CXR PA, USG Paru
iakan cairan pleura
.........
.........
.........
.........
.........
........
........
........
........
.........
indakan:Pungsi pleura
WSD
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
Obat obatan:
Ampicillin 4 x mgKemicetine 4 x .mgPrednison 3 x ..mg
.........
...
.........
...
.........
...
.........
...
.........
...
.........
...
.........
...
.........
...
.........
...
.........
...
utrisi: ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Mobilisasi: ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
asil (Outcome):
Kesadaran ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Febris ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...Sesak napas ... ... ... ... ..
top related