diktat metlit
Post on 27-Dec-2015
258 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DIKTAT
METODOLOGI PENELITIAN
MK: PW 09-1321
PENELITIAN KUALITATIF
Tim Penyusun
Rimadewi Supriharjo
Dian Rahmawati
Karina Pradinie
PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2013
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN
i
KATA PENGANTAR
Dalam sebuah penelitian metodologi merupakan salah satu hal pokok dalam penyusunan karya ilmiah, Pada dasarnya metodologi penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah atau untuk pengujian hipotesis suatu penelitian. Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian.
Salah satu unsure terpenting dalam metodologi penelitian adalah penggunaan metode ilmiah tertentu yang digunakan sebagai sarana yang bertujuan untuk mengidentifikasi besar kecilnya objek atau gejala dan mencari pemecahan masalah yang sedang diteliti, sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Pada dasarnya fakta-fakta tidak tergeletak disekitar begitu saja tetapi butuh suatu metode untuk mengetahui dan mengambil masalah tersebut. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.
Peneliti harus menyadari kekuatan diri dan kelemahannya ketika akan melakukan penelitian, khususnya saat memilih paradigm dan metoda penelitian. Penelitian kualitatif dan fenomenologi mensyaratkan kemampuan membuat "deskripsi mendalam" (thick description) dengan baik. Diktat ini disusun untuk dapat memberikan pemahaman dan pegangan yang benar bagaimana menyusun proposal penelitian dan melakukan proses penelitian dengan prosedur yang baik dan benar. Fokus pembahasan pada diktat Metodologi Penelitian ini di konsentrasikan pada penelitian Humaniora/social engginering, dengan pendekatan kualitatif. Hal tersebut didasarkan bahwa konsep-konsep perencanaan (planning) saat ini sudah mengalami pergeseran paradigma, dari positifistik menuju fenomenologi-naturalistik sehingga teknik-teknik yang digunakan lebih banyak pada teknik yang berdekatan dengan fakta-fakta dan data-data dalam bentukkualitatif.
Demikian, semoga diktat ini bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen yang
memerlukan dalam proses penyusunan proposal dan proses pengerjaan penelitian. Tim Penyusun
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................
TINJAUAN MATA KULIAH............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Pemahaman Metodologi Penelitian dan Metode Penelitian................................
1.2.Fungsi Metodologi Penelitian dalam penyusunan proposal penelitian................
BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Pemahaman Filsafat Ilmu Dalam Metode Penelitian..........................................
2.2. Paradigma Ilmu Pengetahuan.............................................................................
2.3. Jenis dan Macam Metode Penelitian...................................................................
BAB III. PENELITIAN KUALITATIF
3.1. Dasar Pemilihan Metode Kualitatif......................................................................
3.2. Kelebihan Metode Analisa Kualitatif....................................................................
3.3. Tipologi Metode dan Teknik Analisa Kualitatif.....................................................
3.4. Teknik Sampling Metode Kualitatif.....................................................................
3.5. Sumber Data Penelitian Kualitatif.......................................................................
3.6. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif...................................................
3.7. Validitas dan Realibilitas Dalam Metode Kualitatif.............................................
BAB IV. METODE DAN TEKNIK ANALISA KUALITATIF
4.1. Content Analysis....................................................................................................
4.2. Conversational Analysis.........................................................................................
4.3. Descriptive Analysis...............................................................................................
4.4. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Fenomenologi ...............................
4.5. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Studi Kasus.....................................
4.6. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Ethnografi......................................
4.7. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Multiple Case Narrative................
4.8. Cognitive/Perceptual Mapping.............................................................................
4.9. Teknik Analisa Delphi............................................................................................
4.10. Teknik Analisa RAFHAM......................................................................................
i
ii
iv
v
vi
I-2
I-13
II-2
II-12
II-21
III-2
III-2
III-7
III-18
III-21
III-24
III-43
IV-2
IV- 11
IV-12
IV-13
IV-14
IV-16
IV-17
IV-21
IV-21
IV-26
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN
iii
BAB V. PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN
5.1. Peran dan Fungsi Proposal Penelitian..............................................................
5.2. Jenis-jenis Proposal..........................................................................................
5.3 Teknik Penyusunan Proposal Penelitian..........................................................
5.4. Elaborasi Struktur Penulisan Proposal.............................................................
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan......................................................................................................
6.2. Rekomendasi...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
V-2
V-2
V-3
V-11
VI-2
VI-3
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel : 1.1. Tipe Utama Metode Penelitian ...............................................................
Tabel : 1.2. Tipe Kuantitatif dan Kualitatif 1................................................................
Tabel : 1.3. Tipe Kuantitatif dan Kualitatif 2................................................................
Tabel : 2.1. Pembagian Paradigma Ilmu Pengetahuan................................................
Tabel : 2.2. Tipologi pendekatan Penelitian................................................................
Tabel : 2.3. Perbedaan Aksioma paradigm positivistik dan naturalistik.....................
Tabel : 3.1. Simpulan Tipologi Pure, Quench dan Quasi Qualitative Research............
Tabel : 3.2. Jenis Strategi Sampling dan Tujuan Penggunaannya................................
Tabel : 3.3. Contoh Data-Data Kualitatif......................................................................
Tabel : 3.4 Kriteria pembentuk grup dalam kasus penelitian Knodel..........................
Tabel : 3.5 Pengukuran Realibilitas Penelitian Kualitatif Moleong..............................
Tabel : 3.6. Pengukuran Realibilitas Penelitian Kualitatif Denzin & Lincoln...............
Tabel : 4.1. Contoh Distribusi Frekuensi......................................................................
I-5
I-11
I-12
II-13
II-18
II-20
III-17
III-19
III-24
III-39
III-44
III-45
IV-12
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Diagram alir proses penelitian ..............................................................
Gambar 1.2. Jenis Data dalam Penelitian....................................................................
Gambar 2.1.Skema Terbangunnya Ilmu Pengetahuan ...............................................
Gambar 2.2. Skema dasar ontology Ilmu.....................................................................
Gambar 2.3. Skema Proses Berpikir Metode Keilmuan..............................................
Gambar 2.4. Skema Metode Keilmuan........................................................................
Gambar 2.5. Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 1............
Gambar 2.6 .Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 2..............
Gambar 2.7 .Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 3.............
Gambar 2.8 Skema Macam Penelitian Menurut Metode............................................
Gambar 2.9 Skema Kerangka Macam Metode............................................................
Gambar 2.10 Skema Penelitian Opini..........................................................................
Gambar 2.11 Skema Penelitian Empiris.......................................................................
Gambar 2.12 Skema Penelitian Kearsipan...................................................................
Gambar 2.13 Skema Penelitian Analitik......................................................................
Gambar 3.1. Perbedaan Ethnografi, Ethnomethodology dan Ethno..........................
Gambar 3.2 Sumber data kualitatif.............................................................................
Gambar 4.1 Kerangka proses Content Analysis...........................................................
Gambar 4.2. Analisis Konten: Menjawab Pertanyaan dengan mempertimbangkan
Konteks dari Teks.........................................................................................................
Gambar 4.3. Contoh Analisis Vertikal..........................................................................
Gambar 4.4.Contoh Analisis Vertikal...........................................................................
Gambar 4.5.Contoh Analisis Vertikal...........................................................................
Gambar 4.6.Contoh Analisis Peta Kategori..................................................................
Gambar 4.7.Contoh Perwujudan Cognitive Mapping..................................................
Gambar 5.1 Posisi Rumusan Permasalahan................................................................
Gambar 5.2.Skema Pikir Merumuskan Masalah.........................................................
Gambar 5.3. Teknik Penemuan Permasalahan...........................................................
Gambar 5.4. Perumusan Masalah Yang Baik..............................................................
Gambar 5.5. Arti Dan Makna Tinjauan Pustaka...........................................................
Gambar 5.6. Kegunaan Kajian Pustaka 1.....................................................................
Gambar 5.7. Kegunaan Kajian Pustaka 2.....................................................................
Gambar 5.8. Kegunaan Kajian Pustaka 3.....................................................................
Gambar 5.9. Kegunaan Kajian Pustaka 4.....................................................................
I-16
I-16
II-9
II-10
II-11
II-11
II-19
II-19
II-20
II-21
II-22
II-23
II-24
II-25
II-26
III-15
III-23
IV-3
IV-8
IV-19
IV-19
IV-19
IV-20
IV-21
V-12
V-12
V-13
V-16
V-18
V-18
V-19
V-19
V-20
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN
vi
TINJAUAN MATA KULIAH
Mata Kuliah Metode Penelitian pada Jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah mendapatkan kode MK: PW 09-1321. Mata kuliah ini diberikan pada tahap semester VI (enam), dengan bebab SKS : 3 (tiga). Maksud diberikan mata kuliah Metode Penelitian ini adalah untuk mendukung dan mendidik mahasiswa agar mampu memahami apa itu “penelitian”, dan bagaimana melakukan penelitian dengan baik dan benar. Proses penelitian dalam hal ini diperlukan sebagai sarana untuk dapat membangun logika ilmu pengetahuan dan memahami dari mana ilmu pengetahuan tersebut dibentuk. Tujuan Umum dari mata kuliah Metode Penelitian adalah supaya mahasiswa dapat menguasai cara bagaimana melakukan penelitian (research) dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di lapangan dengan metode pendekatan penelitian yang sesuai dengan permasalahannya. Adapun tujuan khususnya adalah :
Mahasiswa mampu memahami falsafah ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip dasarpenelitian
Mahasiswa mampu memahami metodologi dan metode penelitian serta teknik analisa yang diperlukan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan ilmu-ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota ( PWK)
Mahasiswa mengetahui kasus-kasus penelitian dalam PWK yang tertuang dalam road map yang telah ditetapkan
Mahasiswa mampu menggali permasalahan-permasalahan wilayah dan perkotaan yang muncul dilapangan
Mahasiswa mampu menyusun proposal penelitian untuk kasus-kasus PWK
Mahasiswa mampu melakukan penelitian dengan pendekatan penelitian dan metode yang benar
Pokok bahasan yang diberikan di dalam Mata Kuliah ini, terinci sebagai berikut :
Mempelajari Ilmu yang mendasari terbangunnya Ilmu pengetahuan, sejarah dan perkembangannya.
Mempelajari filsafat ilmu dan hakekat penelitian untuk dapat membangun logika penelitian yang didasarkan atas paradigm keilmuan yang benar
Mempelajari dan memahami tipologi dan jenis-jenis penelitian
Prinsip penyusunan proposal penelitian/TA
Menyusun Desain penelitian : Teknik pengambilan data, Teknik analisis Data
Etika menulis karya ilmiah yang baikdanbenar
Rincian pembelajaran secara detail selama 18 (delapan belas minggu) dapat di uraiakan pada table Satuan Acara Perkuliahan di bawah ini :
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN
vii
Tabel Satuan Pembelajaran
Mg Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
Tujuan yang ingin dicapai
1 Pengantar Perkuliahan:
Penjelasan SAP Pengantar Metlit
Mahasiswa mengetahui materi keseluruhan perkuliahan, sistem penilaian, dan format tugas
Filsafatilmu/ Hakekatpenelitian
Apakah yang ingin kita ketahui, Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan, dan apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita
2 Kasus-kasus Penelitian Dalam PWK:
Kasus perkotaan Kasus wilayah Kasus transportasi Kasusspasial
Mahasiswa memahami Road Map-PWK Mahasiswa mengetahui berbagai kasus-kasus dalam konteks PWK yang dapat
dijadikan topik penelitian Mahasiswa sudah dapat memperkirakan rencana topik proposalnya Kode Etik Penelitian dan penulisan dokumen ilmiah Persiapan Tugas I/pembagian tugas dan kelompok
3 PrinsipPenyusunan Proposal penelitian/TA
Bagaimana menyusun Proposal
Memahami ilmu yang mempelajari metoda-metoda penelitian
Mengenal berbagai bentuk metodologi penelitian, pendekatan penelitian dan berbagai paradigma penelitian
4 Unsur-unsur Proposal Penelitian i. Perumusan masalah ii. Perumusan tujuan penelitian iii. Kajian Pustaka
5 Pemahaman metode/teknik analisa dalam penelitianKualitatif
Pemahaman apa itu Penelitian Kualitatif
Jenis-jenis penelitian kualitatif
Jenis2 teknik-teknik yang digunakan
6 Contoh :
Teknik analisa Triangulasi
Teknil Analisa Delphi
Teknik analisa snow ball
Dan lain sejenis
7 Pemahaman metode/teknik analisa dalam penelitian kuantitatif
Metode analisa kuantitatip
Pemahaman apa itu Penelitian Kuantitatif Jenis-jenis penelitian kuanitatip Jenis2 teknik-teknik yang digunakan Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik-teknik analisis kuantitatif dalam penelitian Mahasiswa mampu menentukan teknik analisis yang digunakan pada topik penelitiannya
8 Desain Penelitian: Penentuan Hipotesis Pemilihan Variabel Teknik Sampling
Mahasiswa mengetahui dan memahami cara menentukan hipotesis dan memilih variabel Mahasiswa mampu menyusun hipotesis penelitian da nmemilih variable penelitian
Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik penentuan sampling Mahasiswa mampu menentukan sampling untuk penelitiannya
9 PENGUMPULAN TUGAS II (Bab I – II )Asistensi
10 Teknik-teknikpengambilan data: Wawancara Observasi
Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik-teknik pengambilan data melalui wawancara dan observasi
Mahasiswa mampu memilih teknik yang tepat dalam pengambilan data untuk topic proposalnya
11 Teknik-teknikpengambilan data: Survey (penyusunankuisioner
Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik-teknik pengambilan data melalui survey (kuisioner)
Mahasiswa mampu memilih teknik yang tepat dalam pengambilan data untuk topic proposalnya
12 Pembahasan Bab I dan II
Mahasiswa mampu menyusun dan memaparkan draft proposal Bab I-II Asisitensi /Konsultasi
13 Pembahasan Draft Proposal
Assistensi/ Konsultasi
14 Pembahasan Draft Proposal
Assistensi/ Konsultasi
15 Pembahasan Draft Proposal
Assistensi/ Konsultasi
16 Pembahasan Draft Proposal
Assistensi/ Konsultasi/presentasi
17 Pembahasan Draft Proposal
Assistensi/ Konsultasi/presentasi
18 PENGUMPULAN TUGAS PROPOSAL
BAB 1
PENDAHULUAN
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-2
BAB I . PENDAHULUAN
1.1. Pemahaman Metodologi Penelitian dan Metode Penelitian
Metodologi jelas terdiri dari dua kata, method dan logos, yang artinya ilmu
tentang metode. Berbeda dengan metode yang hanya terdiri dari satu kata, method,
yang artinye metode atau cara
1.1.1. Metodologi Penelitian.
Methodology didefinisian sebagai “a set of system of method, principles and
rules of regulating a given discipline” (dictionary.com/methodology). Sedangkan
method artinya: “a procedure, technique, or way of doing somethings, especially in
accordance with a definite plan” (dictionary.com/method).
Metodologi lebih bersifat general.Metodologi adalah sistem panduan untuk
memecahkan persoalan, dengan komponen spesifiknya adalah bentuk, tugas,
metode, teknik dan alat.Dengan demikian, metode berada di dalam metodologi,
atau dengan kata lain, metode lebih berkenaan dengan teknis saja dari keseluruhan
yang dibahas dalam metodologi.Dalam konteks penelitian, yang termasuk metode
adalah teknik penggalian data, teknik pengolahan data, penentuan populasi serta
sampel dan sejenisnya.
Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, di antaranya:
a. Rene Descartes : Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi yaitu:
Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu: 1) Jangan menerima baik apa saja sebagai sesuatu yang benar, jika tidak
mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi
2) Pecahkanlah setiap kesulitan menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.
3) Arahkan pemikiran secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-3
sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan di antara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru.
4) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga dapat dirasakan pasti tidak ada suatu pun yang ketinggalan.
5) Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap “skeptis metodis” dalam memperoleh kebenaran yang pasti.
Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut: 1) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, dan berpegang
pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak. 2) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling
meyakinkan maupun yang paling meragukan. 3) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan
dunia.
Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang sering kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu “rescogitans” (jiwa bernalar) dan “res-extensa” (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik.Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh karena Jiwa manusia itu abadi.
b. Alfred Julesayer Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan
prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:
Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan
Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna
Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang “meaning less” (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-4
c. Karl Raimund Popper
K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam
prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah
ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:
Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.
Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum. K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.
K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip “falsifabilitas”, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (corroboration).
1.1.2. Metode Penelitian
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti
melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode
adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Metode (method),
secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa
Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode
bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan
tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini,
yakni teknik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang
ditemukan dalam melaksanakan prosedur.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-5
Istilah “metode penelitian” terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata
penelitian. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai
upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah dan termasuk keabsahannya(Ruslan,2003). Adapun “pengertian
penelitian”adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan
secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis
data dilakukan secara ilmiah, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif,
eksperimental maupun non eksperimental, interaktif maupun non
interaktif(Sukmadinata,2005).
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa “metode penelitian adalah”
suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun cara mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan menggunakan “metode ilmiah”. Secara lebih luas
Sugiyono(2009) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Banyak metode penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian sosial dan
pendidikan. Namun McMillan dan Schumacher (2001) memberikan pemahaman
tentang metode penelitian dengan mengelompokkannya dalam dua tipe utama yaitu
kuantitatif dan kualitatif yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis metode
sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut, (Online: http://belajarpsikologi.com)
Tabel 1.1. Tipe Utama Metode Penelitian
Adapun pengertian dan definisi metode menurut para ahli antara lain :
Rothwell & Kazanas: Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
Kuantitatif Kualitatif
Experimen Non Experimen Interaktif Non Interaktif
True Experiment Deskriptif Etnogfari Analisis Konsep
Quasi Experiment
Komparatif Fenomenologis Analisis Sejarah
Subjek Tunggal Korelasi Studi Kasus
Survei Teori Dasar
Ex Post Facto Studi Kritis
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-6
Titus: Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
Macquarie :Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu.
Wiradi: Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis).
Almadk (1939):Metode adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Ostle (1975): Metode adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.
Drs. Agus M. Hardjana :Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Hebert Bisno (1969) :Metode adalah teknik-teknik yg digeneralisasikan dgn baik agar dapat diterima atau digunakan secara sama dalam satu disiplin, praktek, atau bidang disiplin dan praktek.
Max Siporin (1975):Metode adalah sebuah orientasi aktifitas yg mengarah kepada persyaratan tugas-tugas dan tujuan-tujuan nyata.
Rosdy Ruslan (2003:24) :Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.
Nasir (1988:51) :Metode adalah cara yang digunakan untuk memahami sebuah objek sebagai bahan ilmu yang bersangkutan, digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
Winarno (1994) :Metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan teknik yg teliti dan sistematik.
Muhiddin Sirat (2006) :Metode penelitian adalah suatu cara memilih masalah dan penentuan judul penelitian.
Arti Kata :Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (http://artikata.com/arti-340805-Metode.html).
Kamus Bahasa Indonesia : Metode adalah cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan.
Depatemen Sosial RI :Metode adalah cara teratur yg digunakan utk melaksanakan pekerjaan agar tercapai hasil sesuai dgn yg diharapkan.
1.1.3. Penelitian .
Penelitian atau riset berasal dari bahasa inggris”research” yang artinya
adalah proses pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan, memodifikasi
atau mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok penyelidikan.Pada
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-7
dasarnya riset atau penelitian adalah setiap proses yang menghasilkan ilmu
pengetahuan. Adapun pengertian penelitian menurut para ahli adalah :
Fellin, Tripodi & Meyer (1996) :Penelitian adalah suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat di sampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.
Kerlinger (1986: 17-18): Penelitian adalah investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisihipotesis mengenai hubungan tertentu antarfenomena
Indriantoro & Supomo (1999: 16):Penelitian merupakan refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena alam.
David H. Penny: Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
J. Suprapto :Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis.
Sutrisno Hadi: Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
Mohammad Ali: :Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.
Tuckman :Penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah (a systematic attempt to provide answer to question). Sistematis artinya mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Jawaban ilmiah adalah rumusan pengetahuan, generaliasi, baik berupa teori, prinsip baik yang bersifat abstrak maupun konkret yang dirumuskan melalui alat primernya yaitu empiris dan analisis. Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar asumsi, teknik dan metode.
Hilway (1956) :Penelitian merupakan suatu metode studi melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
Woody (1927) :Penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, merumuskan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan kecocokan dengan hipotesis.
Parson (1946) :Penelitian merupakan pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
Nazir (1988): Penelitian adalah percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-8
Sutrisno Hadi (1987:3) :Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, yang dilakukan dengan metode-metode ilmiah.
Emzir (2007:3) :Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.
Hamidi (2007:6) :Penelitian merupakan aktivitas keilmuan yang dilakukan karena ada kegunaan yang ingin dicapai, baik untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia maupun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Parson (1946): Penelitian adalah pencarian terhadap sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dulakukan terhadap masalah yang dapat dipecahkan.
John (1949): Penelitian adalah pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum.
Dewey (1936): Penelitian adalah transpormasi yang terkendalikan atau terarah dari suatu situasi yang dikenal dalam kenyataan-kenyataan yang ada padanya dan hubungannya, seperti mengubah unsur dari situasi orisinal menjadi keseluruhan yang terpadu.
Soerjano Soekanto :Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.
Arti Kata :Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yg dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Depdiknas RI :Kerjasama ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka memperoleh informasi/temuan/produk baru melalui metodologi yang berkaitan erat dengan satu atau beberapa disiplin ilmu.
1.1.4. Macam dan Jenis Metode Penelitian.
“Metode penelitian” berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta
desain penelitian yang digunakan. “Desain penelitian” harus cocok dengan
“pendekatan penelitian” yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan
dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga
pertanyaan pokok (Nazir, 1985) yaitu:
Urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian?
Alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data?
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-9
Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?
Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut memberikan kepada peneliti urutan-urutan
pekerjaan yang terus dilakukan dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu
peneliti untuk mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap kegiatan serta
mempermudah mengetahui kemajuan (proses) penelitian. “Metode penelitian”
menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah
yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data
tersebut diperoleh dan diolah/ dianalisis. Didalam prakteknya terdapat sejumlah
metode yang biasa digunakan untuk kepentingan penelitian.
Beberapa pandangan metode penelitian secara khusus menurut para ahli:
Metode Penelitian Historis :Menurut Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen (1990 : 411) dalam Yatim Riyanto (1996: 22), dalam Nurul Zuriah (2005: 51) “metode penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu”, sedangkan menurut Donald Ary, dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 22) dalam Nurul Zuriah (2005: 51) “metode penelitian sejarah adalah penelitian untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu”.
Metode Penelitian Survey : Menurut Zikmund (1997) “metode penelitian survey adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan”, menurut Gay & Diehl (1992) “metode penelitian survey merupakan metode yang digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara”, sedangkan menurut Bailey (1982) “metode penelitian survey merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan – tertulis atau lisan”.
Metode Penelitian Kuantitatif :Menurut Jonathan Sarwonno (2006) “metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya”.
Metode Penelitian Eksperimen :Menurut Arikunto (2006) “metode penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu”.
Metode Penelitian Naturalistic :Bogdan dan Tylor dalam Moleong (1993:3) “metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.
Metode Penelitian Kebijaksanaan (Deskriptif) :Menurut Suharsimi Arikunto “metode penelitian kebijaksanaan adalah metode penelitiaan yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan”.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-10
Metode Penelitian Tindakan : MenurutKemmis (1988) “metode penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik social”, sedangkan menurut Kemmis & Taggar (1988) dalam Zuriah (2003: 54) “metode penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan pratek pendidikan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktek dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek tersebut.
Berdasarkan “sifat-sifat masalahnya”, Suryabrata (1983) mengemukakan sejumlah
“metode penelitian” yaitu sebagai berikut:
Penelitian Historis yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif.
Penelitian Deskriptifyang yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.
Penelitian Perkembangan yang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
Penelitian Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungansuatu obyek
Penelitian Korelasional yang bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi
Penelitian Eksperimental suguhan yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan kontrol/kendali
Penelitian Eksperimental semu yang bertujuan untuk mengkaji kemungkinan hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan pengendalian.
Penelitian Kausal-komparatif yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding.
Penelitian Tindakanyang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-11
McMillan dan Schumacher (2001) memberikan pemahaman tentang METODE PENELITIAN dengan mengelompokkannya dalam dua tipe utama yaitu KUANTITATIF DAN KUALITATIF yang masing-masing terdiri atas beberapa jenis metode sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1.2. Tipe Kuantitatif dan Kualitatif 1
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-12
Tabel No: 1.3. Tipe Kuantitatif dan Kualitatif 2
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-13
1.2. Fungsi Metodologi Penelitian dalam penyusunan proposal penelitian
Tujuan Penelitian adalah melakukan proses penemuan, pembuktian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
a. Penemuan. Data yang diperoleh dari penelitian merupakan data-data yang baru yang belum pernah diketahui.
b. Pembuktian. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu.
c. Pengembangan. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Kegunaan penelitian dapat dipergunakan untuk memahami masalah,
memecahkan masalah, dan mengantisipasi masalah.
a. Memahami masalah. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya diketahui.
b. Memecahkan masalah. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk meminimalkan atau menghilangkan masalah.
c. Mengantisipasi masalah. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk mengupayakan agar masalah tersebut tidak terjadi.
Proposal Penelitian adalah sebuah usulan yng diajukan untuk melaksanakan
penelitian. Seluruh proses penelitian dalam proposal harus dilakukan dengan cara-
cara atau langkah-langkah ilmiah.
1.2.1. Pengertian dan Proses Metode Ilmiah dalam penyusunan proposal
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method
adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan
terkontrol. Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan
masalah,sehingga dengan demikian metode ilmiah berangkat dari suatu
permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah
dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula
berdasarkan data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah
lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka
dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang
dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan
menuntun proses selanjutnya.
a. Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan
bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-14
akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah,
proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis
dan berurutan.
b. Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris.maksudnya
adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu
harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada
atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam
metode ilmiah.Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris,
maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
c. Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Pada waktu melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan
secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah
itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin
membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang
berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan
tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
d. Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka
terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam
pelaksanaannya.Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan
terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
i. Merumuskan Masalah:
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan
adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk
kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan
orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan
masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah
permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum
dirumuskan?
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-15
ii. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih
memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode
ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan
hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam
metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa
semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik
akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar
dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan.
iii. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-
tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah.Pengumpulan data dilakukan di
lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu
mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah
dirumuskannya.Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah,
sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah
hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
iv. Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban
sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada
hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau
langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan
hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut.Karena itu, sebelum
pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin
tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi
karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu
pengujian hipotesis itu sendiri.
v. Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah
adalah kegiatan perumusan kesimpulan.Rumusan simpulan harus bersesuaian
dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya.Kesimpulan atau simpulan ditulis
dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas.Harus dihindarkan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-16
untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan,
walaupun dianggap cukup penting.Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti
terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya
tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.
Gambar 1.1.Diagram alir proses penelitian
Gambar 1.2.Jenis Data dalam Penelitian
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab I
I-17
e. Langkah Dalam Metode Ilmiah
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti
langkah-langkah tertentu.Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil
oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian.
Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian
dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.
Membangun sebuah bibliografi.
Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
Menulis laporan penelitian.
BAB 2
PRINSIP – PRINSIP DASAR METODOLOGI PENELITIAN
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-2
BAB II. PRINSIP-PRINSIP DASAR METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Pemahaman Filsafat Ilmu Dalam Metode Penelitian
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu[1]. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan
ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan
ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti:
apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah,
bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan,
memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan
validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-
macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta
implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu
pengetahuan
2.1.1. Pengertian Filsafat Ilmu
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001)
Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-3
logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-4
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982).
2.1.2. HakikatIlmu, Konsep dan Pernyataan Ilmiah.
Ilmu berusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam. Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksilogis serta pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat. Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[1] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi. IlmuAlam hanya bias menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bias meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret.
Ilmu berusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam. Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksilogis serta pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat.
Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidupkita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-5
Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh Karl Popper pada tahun 1919-20 dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1960-an. Prinsip dasar dari konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
Definisi Ilmu: Ilmu adalah kumpulan pengetahuan (tidak boleh dibalik :
kumpulan pengetahuan adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan dapat disebut ilmu
apabila memenuhi syarat obyek material dan obyek formal:
• Obyek Material (subject matter) atauPokokPersoalan : – Mencakup hal-hal yang konkrit (manusia, tumbuhan, binatang, bangunan,
dsb) – Mencakup hal-hal yang abstrak (ide, ni;ai-nilai, kerohanian, kebudayaan,
pandangan hidup, dsb)
Obyek Formal :
– Cara atau sudut pandang terhadap obyek material – obyek formal ilmu akan membedakannya dengan ilmu-ilmu lain – obyek formal ilmu memberikan syarat-syarat dan metode kerja yang spesifik – misal: “manusia” dapat ditinjau dari berbagai macam obyek formal
(kedokteran, sosiologi, anthropologi, psikologi, dsb)
Setiap bidang ilmu memiliki cara kerja dan metode tertentu otoritas/otonomi keilmuan (wewenang untuk mengembangkan ilmu tanpa campur tangan)
2.1.3. Fungsi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai
aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-6
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
2.1.4. Substansi Filsafat Ilmu
Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
a. Fakta atau kenyataan
Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.
Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.
Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan
Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.
Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.
b. Kebenaran (truth)
Terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-7
pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.
Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikirtentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.
Kebenaran struktural paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi,
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-8
analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
c. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
d. Logika inferensi
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.
Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun,200:9)
Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.
2.1.5. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu
Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:
Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-9
Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide manusia.
Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan praktis.
Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila etik dimasukkan perlu ditambah human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang lain, atau lebih diekstensikan lagi menjadi tidak merusak lingkungan.
2.1.6. Perspektif Ilmu dalam Pemahaman filsafat
Sejarah munculnya ilmu pengetahuan adalah dari keinginan manusia dalam memahami dunia. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pemahaman tentang filsafat ilmu adalah bagaimana manusia membangun logika untuk menemukan ilmu pengetahuan baru.
ILMU DALAM PERSPEKTIF
Manusia
Berpikir PengetahuanUpaya mendapatkan
DasarBerpikir
CaraBerpikir
1. yang ingin diketahui (ONTOLOGI) "Apa"TEORI TENTANG "ADA"
2. memperoleh pengetahuan (EPISTIMOLOGI)"Bagaimana" TEORI TENTANG " PENGETAHUAN"
3. Nilai pengetahuan tersebut (AXIOLOGI)"Apakah"TEORI TENTANG " NILAI"
Falsafah : Radikal - Menyeluruh - Mengupas Mempersoalkan Jawaban
AnalisaKefalsafahan
HakekatBuah pikiran
( PENGETAHUAN)
ILMU
1. Salah satu dari buah pikiran manusia2.Kumpulan pengetahuan yang mempunyai
ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan yang lain
Gambar 2.1 Skema Terbangunnya Ilmu Pengetahuan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-10
Gambar 2.2. Skema dasar ontology Ilmu
I. DASAR ONTOLOGI ILMUPengkajian teori tentang "ADA"Apa yang ingin diketahui ILMU
CIRI ILMU : Orientasi terhadap dunia Empiris
EMPIRIS
FAKTAEMPIRIS
DUNIAEMPIRIS
Sifat-kejadian yang terjangkaufitrah pengalaman manusia
Fakta yang dialami langsungoleh manusia dengan menggunakan"Panca Indra"
Ruang lingkup kemampuan Panca Indra dan peralatan yangdikembangkan sebagai pembantuPanca Indra
:
:
:
ILMU OBYEKEMPIRIS SIFAT : Keragaman
Berulang Terjalin teratur
PROSESKEILMUAN
PENGETAHUANMENGENAI OBYEK
CIRI
HAKEKATASUMSI
DIANGGAP
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-11
Gambar 2.3. Skema Proses Berpikir Metode Keilmuan
Gambar 2.4. Skema Metode Keilmuan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-12
2.2 Paradigma Ilmu Pengetahuan
Paradigma penelitian adalah sebuah konsep dasar mengenai kepercayaan yang
didasarkan pada asumsi-asumsi ontologis, epistemologis dan metodologis pada
penelitian (Guba dan Lincoln dalam Denzin & Lincoln,1997).
Bagi para peneliti, berbagai paradigma penelitian memberikan penjelasan
mengenai apa yang hendak mereka lakukan dan apa saja yang masuk kedalam dan di
luar batas-batas penelitian yang sah. Kepercayaan dasar yang menentukan berbagai
paradigma penelitian dapat diringkas berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan
oleh para penganut sebuah paradigma tertentu untuk menjawab tiga pertanyaan
fundamental yang saling berkaitan sedemikian rupa, pertanyaan tersebut adalah (Guba
dan Lincoln dalam Denzin & Lincoln,1997):
a. Pertanyaan Ontologis
Pertanyaan ontologis menekankan akan persepsi peneliti mengenai bentuk
sebuah realitas, apabila semisal seorang peneliti telah mengakui bahwa realitas yang
ada adalah nyata, maka pertanyaan yang ada dalam penelitian akan menjelaskan
bagaimana keadaan segala sesuatu itu secara nyata (se sungguhnya) dan bagaimana
cara kerja segala sesuatu secara sesungguhnya atau secara nyata. Sehingga segala
realitas yang bersifat abstrak tertolak.
b. Pertanyaan Epistemologis
Pertanyaan epistemologis menentukan bagaimana sebuah penelitian dipandang
dari sudut peneliti, semisal dengan mengakui secara ontologis bahwa realitas dalam
penelitian nyata maka secara epistemologis haruslah memaparkan secara “obyektif”
mengenai sifat nyata tersebut. Adapun pertanyaan yang ada dalam epistemologis ini
adalah “apakah sifat hubungan yang terjalin antara yang mengetahui atau calon yang
mengetahui (peneliti) dengan sesuatu yang dapat diketahui?” untuk menjawab
pertanyaan ini tidak dapat dipakai hubungan yang bersifat sembarang sehingga harus
terkait secara benar dengan jawaban dari pertanyaan ontologisnya.
c. Pertanyaan Metodologis
Pertanyaan metodologis adalah “apa saja cara yang akan ditempuh oleh peneliti
(calon yang akan mengetahui) untuk menemukan apa yang ingin diketahui?” cara-cara
yang dipilih untuk menganalisis tidak dapat berdiri sendiri namun juga disesuaikan
dengan jawaban dari pertanyaan ontologis dan pertanyaan epistemologisnya. Sehingga
tidak sembarang metode yang sesuai untuk semua penelitian, metode tersebut harus
sesuai dengan bagaimana peneliti memandang realitas dan sifat hubungan peneliti
dengan obyek yang dikaji.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-13
Guba & Lincoln dalam Denzin & Lincoln,1997 menyatakan bahwa ada 4
paradigma besar yang memayungi model-model penelitian kualitatif yaitu positivisme,
post-positivisme, teori kritis (dimana pada teori juga terdiri atas aliran post
strukturalisme dan post modernisme) dan juga paradigma Konstruktivisme/naturalistik.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel xx berikut ini :
Tabel .2.1
Pembagian Paradigma Ilmu Pengetahuan
Pertanyaan Positivisme Post Positivisme Teori Kritis,dkk Konstruktivisme
Ontologi Realisme naif-realisme nyata namun dapat dipahami
Realisme kritis- realisme nyata namun hanya dapat dipahami secara tidak sempurna atau secara probabilitik
Realisme historis/realisme maya yang dibentuk oleh nilai-nilai sosial, politik, ekonomi, etnik dan gender mengkristal seiring dengan perjalanan waktu
Relativisme/realitas yang dikonstruksikan secara lokal dan spesifik
Epiestemologi Dualis/obyektifitis, temuan yang benar
Dualis/obyektifitis yang dimodifikasi, tradisi/komunitas kritis; temuan-temuan yang mungkin benar
Transaksional/subyektivistis, temuan-temuan yang diperantarai nilai
Transaksional/temuan yang diciptakan
Metodologi Experimental/ Manipulatif, verifikasi hipotesis terutama metode-metode kuantitatif
Experimental/manipulatif yang dimodifikasi; keragaman kritis, falsifkasi hipothesis bisa jadi meliputi metode-metode kualitatif
Dialogis/diaklektis
Hermenutis/dialektis
Sumber: Guba & Lincoln dalam Denzin & Lincoln,1997
Paradigma Positivistik
Berikut akan dijelaskan mengenai apa yang ada dalam paradigma
positivistic/analisis intraparadigma menurut Guba & Lincoln dalam Denzin &
Lincoln,1997
Ontologis : secara ontologis penelitian positivisme disebut sebagai realisme naïf atau
sebuah realitas yang dapat dipahami diasumsikan hadir, yang dikendalikan oleh hokum-
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-14
hukum alam dan mekanisme yang tidak dapat diubah. Dalam paradigma ini keadaan
alami obyek penelitian dirangkum dalam sebuah bentuk generalisasi yang bebas waktu
dan bebas konteks, sebagian berupa hokum kausalitas. Penelitian ini juga berpendapat
bahwa penelitian tersebut mampu mendekati keadaan alami obyek penelitian yang
sesungguhnya dengan mereduksi dan mendeterminasikan obyek tersebut. Sikap
tersebut dipandang sebagai penelitian dengan ciri reduksionis dan deterministik.
Epistemologi : Dualis dan obyektivitis, peneliti dan obyek yang diteliti dianggap jauh
atau tidak dekat dengan obyek penelitian atau dalam kata lain obyek penelitian diteliti
dengan sebuah kondisi tdak terpengaruh ataupun mempengaruhi peneliti.
Metodologi : Eksperimental dan manipulatif dimana pertanyaan dan/atau hipothesis
dinyatakan dalam bentuk proposisi dan tunduk pada pengujian empiris dalam
mengujinya.
Paradigma positivisme merupakan pearadigma tertua yang muncul semenjak
400 tahun yang lalu, pada saat itu matematika merupakan induk dari ilmu pengetahuan
bergitu juga dengan fisika, sehingga segala sesuatu yang shahi bagi penganut aliran
positivisme adalah segala sesuatu yang memiliki tujuan memverifikasi dan
menggunakan angka yang menjadi bukti keshsahian. Paradigma ini semula dipakai
untuk meneliti segala bidang baik fisik maupun social, namun pada perkembangannya
ditemukan beberapa kelemahan pendekatan ini terutama untuk pendekatan ilmu-ilmu
social yang merasa bahwa manusia dan social tidak dapat didekati hakikatnya secara
matematis, adapun kritik lain dikemukakan oleh Basrowi dan Suwandi, 2008 tentang
paradigma ini diantaranya kritik intraparadigmatik dan ekstraparadigmatik. Adapun
kritik intraparadigmatik adalah sebagai berikut :
Kajian kuantitatif yang ada pada paradigma positivisme bersifat ekslusif dan hanya
membahas variable-variabel tertentu sehingga makna generalisasi menghilang
Kajian positivism menyamakan kajian kebendaan dengan kajian manusia yaitu
kbersifat statis dan linier, yang mana kajian ini mulai tidak dapat diterima oleh
umum.
Kajian ini tidak dapat mempertemukan grand theory atau teori umum dengan
sesuatu yang bersifat local, sehingga dijumpainya dilemma etik dan emik.
Pendekatan ini kabur dalam mengungkap kasus atau keunikan individu.
Segala sesuatu dalam pendekatan ini harus bersifat empirik atau dapat diukur.
Di sisi yang lain kritik ekstraparadigmatik pada penelitian ini juga diungkapkan,
yaitu :
Mulai ditolaknya penggunaan data hanya sebagai pembuktian terhadap
hipothesis tertentu dalam pola kajian konvensional, terlebih apabila
menggunakan data yang tidak diketahui bebas nilai atau tidak, maka fakta atau
kebenaran ibaratnya hanya diintip melalui jendela oleh penelitian ini.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-15
Kebenaran riil dalam penelitian ini tidak dapat diketahui.
Fakta hanya dapat dilihat pada jendela teori namun tidak dapat dilihat dalam
jendela nilai.
Dalam paradigma ini peneliti seolah hanya berdiri di belakang cermin sehingga
diragukan keabsahan penelitiannya.
Paradigma Post Positivistik
Seiring dengan kritik yang terjadi dalam paradigma positivistik baik secara
intraparadigmatik maupun ekstra paradigmatik, berkembang metode post positivistik
yang mengakui bahwa manusia memang tidak hanya didekati oleh angka, namun di sisi
yang lain paradigma ini tetap mempertahankan unsur-unsur konvensional yaitu
keabsahan, keshahihan ataupun legitimasi penelitian termasuk validitas maupun
reliabilitas penelitian (denzin & Lincoln,1997, Basrowi & Suwandi 2008)
Berbeda dengan paradigma positivistik, paradigma post positivistik dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif dalam desain yang lebih fleksibel, dengan
menggunakan realita yang ada sebanyak-banyaknya dan menganjurkan penelitian
kualitatif menggunakan analisa statistik tingkat rendah hanya sebagai data pendukung
temuan –temuan kualitatif yang ada (Denzin & Lincoln,1997).
Adapun pembahasan intrapardigmatik dapat dilihat sebagaimana berikut ini
(Denzin & Lincoln,1997):
Ontologis: secara ontologis dikatakan sebagai realisme kritis yang berarti realitas
tersebut diasumsikan ada namun tidak dapat dipahami secara sempurna. Disebut
realisme kritis karena realita dituntut untuk tunduk pada pengujian kritis yang seluas-
luasnya guna memahami realitas sedekat-dekatnya. Dengan kata lain, segala sesuatu
yang dianggap benar secara realita harus dibuktikan secara empiri dengan pengujian-
pengujian yang ada, apabila hasil pengujian tersebut tidak sesuai dengan realita yang
ada maka yang digunakan atau diasumsikan benar dalam paradigma ini adalah
pengujian yang ada.
Epistemologis: secara epistemology inilah yang mencolok perbedaannya dengan
positivisme yang menggunakan epistemology dualisme, epistemology dalam post
positivistis menggunakan modifikasi dari dualisme. Modifikasi tersebut berupa
kebolehan pada peneliti untuk mendekati obyeknya, namun dengan beberapa
persyaratan yaitu tradisi kritis (apakah hasil-hasil penelitian sesuai dengan ilmu
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya) dan komunitas kritis (seperti editor, juri dan
rekan-rekan professional).
Metodologi : Eksperimental/Manipulatif yang dimodifikasi, dimana yang diberi
penekanan adalah keragaman kritis atau sebuah versi baru dari triangulasi sebagai satu
cara memfalsifikasi bukan memferivikasi hipotesis. Metodologi dalam post positivisme
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-16
juga memperbolehkan peneliti melakukan penelitian dalam setting yang lebih alami,
mengumpulkan informasi yang lebih situasional terutama dalam ilmu-ilmu social dan
memberikan sumbangsih pada teori grounded dengan pemanfataan teknik-teknik
kualitatif yang makin meningkat
Paradigma Teori Kritis
Paradigma teori kritis merupakan paradigma baru yang sangat berlawanan
dengan positivistism dan post positivism, dibandingkan dengan penelitian lain,
penelitian jenis ini lebih merupakan pemberdayaan individu dimana para peneliti
terlibat secara aktif dengan obyek penelitiannya, dan seringkali penelitiannya memihak
pada suatu obyek yang diteliti (Denzin & Lincoln,1997).
Untuk mencapai sebuah gelar ilmuwan dalam teori kritis, penelitian ini harus
dikaitkan dengan usaha menentang ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat
tertentu. Yang menjadi tantangannya adalah untuk mencari metode alternatif dalam
mengevaluasi penelitian yang merupakan kesan alami, emosionalitas, tanggung jawab
pribadi dan lain-lain. Penelitian ini menolak segala jenis kuantitifikasi dan evaluasi ala
positivism dan post positivism seperti realibilitas dan validitas penelitian (Denzin &
Lincoln,1997).
Dalam perkembangannya teori kritis berkembang menjadi beberapa jenis aliran
paradigma dan perspektif, paradigma yang berkembang adalah post modernisme dan
post strukturalisme. Sedangkan perspektif yang menyertai penelitiannya ini dapat
dilihat pada penelitian model marxis yang mengkritisi mengenai pemerintahan di
Jerman, model feminisme, materailisme dan penelitian partisipatif (Denzin &
Lincoln,1997).
Masih dalam Denzin & Lincoln,1997 berikut merupakan penjelasan
intrapardigma akan teori kritis :
Ontologis: secara ontologis memandang bahwa realita terbentuk dari histori yang ada,
histori ini dibentuk oleh serangkaian faktor politik,social, budaya dan ekonomi. Realita
inilah yang dipandang sebagai penganut aliran teori kritis sebagai realitas yang nyata
(walaupun keadaan sebenarnya adalah realitas maya), realitas dalam bentuk ini disebut
realitas histori/maya.
Epistemologi : secara epistemology peneliti terhubung dan terkait erat dengan obyek
yang diteliti dan bahkan seringkali memihak yang diteliti, oleh karena itu disebut
epsitemologi transaksional atau sbyektivitis.
Metodologi : metodologi penelitian ini dilakukan secara dialogis dan dialektis. Dialogis
karena mengharuskan adanya interaksi antara peneliti yang obyek penelitian, sifat
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-17
dialektis diperlukan agar peneliti mamp menerima apabila pemahaman dari peneliti
salah.
Paradigma Post Modernism
Paradigma post modernisme memiliki prinsip untuk menolak metode dan
asumsi poitivitis dan segala jenis analisa kuantitatif, secara teoritis post modern
menggunakan titik pijakan penolakan asumsi rasionalitas yang telah tertanam kuat
dalam epistemology barat.
Adapun sasaran kritis yang ingin dicapai oleh paradigma ini adalah :
a. mendekonstruksikan metanasi barat tentang kebenaran
b. Meragukan setiap metode/teori/wacana/genre dan mencurigai segala
bentuk kebenaran absolut dan mendukung segala sesuatu yang bersifat local, cultural
dan politis (Kincheloe &Mclaren dalam Denzin & Lincoln,1997).
Paradigma Post Strukturalisme
Paradigma post structuralism adalah perkembangan dari post modernisme yang
menganggap bahwa bahasa subyektivitas, organisasi soial dan kekuasaan memiliki
keterikatan. Post structuralism mengarahkan pada dua hal penting dalam penelitian,
yaitu (Denzin dalam Denzin & Lincoln,1997):
a. Mengajarkan peneliti agar mau mendengarkan dan mempelajari diri sendiri
sebagai orang dalam posisi dan waktu tertentu mengalami kejadian
tertentu. Atau dengan kata lain penelitian yang bersifat kasuistik yang
dialami oleh seseorang yang dituangkan dalam bentuk tekstual,dimana
pengalaman ini bisa jadi dialami oleh orang yang lain.
b. Tidak menulis teks tunggal ataupun teks yang terlalu ambisius
Paradigma Konstruktivisme/Naturalistik
Paradigma konstruktivisme mencakupi paradigma yang bersifat naturalistic
termasuk didalamnya adalah intrepretivis dalam fenomenologi maupun hermenutik.
Paradigma ini adalah perkembangan akhir dari bentuk intrepretivis yang meyakini
bahwa untuk memahami dunia makna ini seorang peneliti harus
mengintrepretasikannya, peneliti juga harus menjelaskan proses-proses pembentukan
makna dan menerangkan ihwal bagaimana makna tersebut terkandung dalam bahasa
dari tindakan aktor social. Upaya-upaya intrepretasi yang dilakukan peneliti dalam
penelitian tidak lain adalah upaya peneliti melakukan konstruksi terhadap aktor yang
ditelitinya (Schawndt dalam Denzin & Lincoln,1997).
Pembahasan intraparadigma konstruktivisme oleh Denzin & Lincoln,1997 adalah
sebagaimana berikut :
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-18
Ontologis : relativis, realitas yang digunakan oleh paradigma ini adalah bentuk
konstruksi mental yang bermacam-macam dan tidak dapat diindra, yang didasarkan
secara social dan pengalaman, berciri local dan spesifik.
Epistemologi: Transaksional dan subyektivistis, dimana peneliti dan obyek penelitian
dianggap terhubung secara timbal balik.
Metodologi : Hermenutik dan dialektis, dimana sifat variable dan personal dari
konstruksi social menunjukkan bahwa konstruksi individu hanya dapat diciptakan dan
disempurnakan melalui interaksi antara dan di antara peneliti dengan para responden.
Tabel 2.2.Tipologi pendekatan Penelitian
POSITIVISTIK RASIONALISTIK FENOMENOLOGI
ONTOLOGI
• Realitas parsial
• Realitas independen dapat dikontrol
• Konteks parsial
• Sangat terikat oleh teori-teori yang telah ada
• Perdekatan parsial
• Realitas ganda
• Realitas terikat settingnya
• Konteks natural
• Teori yang ada tidak mengikat, hanya dipakai untuk langkah awal
• Pendekatan holistik
• Realitas ganda
• Realitas terikat settingnya
• Konteks natural
• Menolak pengguna-anteori.
Teori diperlakukan sebagai background knowledge
• Pendekatan holistik
EPISTEMOLOGI
• Pilahnya ilmuwan dan obyek
• Menuju ilmu nomothetik (generalisasi)
• Hubungan sebab-akibat (kausal linier)
• Metode deduksi
• Mengakui kebenaran : sensual dan logik
• Pilahnya ilmuwan dan obyek
• Menuju ilmu nomothetik (generalisasi)
• Hubungan reflektif (mondar-mandir)
• Metodededuksi-induksi
• Mengakui kebenaran : sensual, logik, etik
• Bersatunya ilmuwan dan obyek
• Menuju ilmu idiographis (berlakulokal)
• Hubungan reflektif (mondar-mandir)
• Metode induksi
• Mengakui kebenaran: sensual, logik, etik dan transendental
AKSIOLOGI
• Bebasnilai, berlaku dimana saja
• Obyektif, general dan replikatif
• Berlaku umum, tanpa penyesuaian lokal
• Tidak bebas nilai, perlu penyesuaian
• Obyektif, kontekstual, transferable
• Berlaku umum, dengan penyesuaian lokal
• Terikat nilai, hanya berlaku lokal
• Kontekstual
• Berlakulokal
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-19
Gambar 2.5.Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 1
Gambar2.6.Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 2
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-20
Gambar 2.7. Pendekatan Subyektifitas dan Obyektifitas dalam Penelitian 3
Tabel 2.3.Perbedaan Aksioma paradigm positifistik dan naturalistik
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-21
2.3 Jenis dan Macam Metode Penelitian
Beberapa jenis dan macam proses pikir dalam metode penelitian di gambarkan
dalam skema-skema di bawah ini :
Gambar 2.8 Skema Macam Penelitian Menurut Metode
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-22
Gambar 2.9 Skema Kerangka Macam Metode
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-23
Gambar 2.10 Skema Penelitian Opini
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-24
Gambar 2.11 Skema Penelitian Empiris
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-25
Gambar 2.12 Skema Penelitian Kearsipan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab II
II-26
Gambar 2.13 Skema Penelitian Analitik
BAB 3
PENELITIAN KUALITATIF
“Penelitian kualitatif itu dalam, bermakna dan mengungkap wawasan dalam wawasan”
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 2
BAB III. PENELITIAN KUALITATIF
3.1 Dasar Pemilihan Metode Kualitatif
Melakukan penelitian tidak selalu menjadi proses yang rapi dimana setiap
tahap bisa benar-benar selesai untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya. Faktanya,
terutama bagi mereka yang melakukan penelitian untuk pertama kali, seringkali kita
melihat dan mempertimbangkan kembali keputusan sebelumnya seiring
pengetahuan dan kedalaman kita terhadap obyek penelitian kian bertambah.
Russell (2000) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan salah satu
penelitian dimana tahapannya banyak membutuhkan penyesuaian seperti ini.
Penelitian kualitatif tidak berfokus pada pelibatan perhitungan dan angka-
angka/numerik. Tapi lebih berdasar pada informasi yang terekspresikan melalui
kata-kata seperti deskripsi, opini, perasaan, dan sebagainya. Pendekatan seperti ini
sesuai untuk penelitian yang berfokus pada manusia, baik dalam grup maupun
individual. Selain itu penelitian kualitatif juga bisa digunakan untuk mempelajari
suatu kepercayaan, norma, dan adat yang berkembang di suatu kelompok.
Pendekatan melalui penelitian kualitatif umumnya diasosiasikan dengan
perspektif interpretasi dalam riset sosial, dimana logika penelitian bukan semata-
mata untuk menguji teori mengenai perilaku manusia melainkan untuk
membangun atau mengkonstruksi teori mengenai sesuatu yang memotivasi dan
mengarahkan manusia dalam berperilaku. Mengingat penelitian kualitatif sesuai
untuk memahami motivasi dan alasan dari perilaku manusia maka peneliti perlu
memahami dulu makna lingkungan/dunia sekitar bagi seseorang atau suatu
kelompok karena makna inilah yang kemudian memotivasi dan mengarahkan
seseorang dalam berperilaku. Titik berat atau emphasis yang diberikan dari seorang
peneliti kualitatif untuk studi mereka melibatkan studi terkait perspektif berpikir,
baik ide, perilaku, motif, keinginan maupun ketertarikan seseorang atau suatu
kelompok (Henn et al, 2006).Pendekatan kualitatif sangat sesuai apabila digunakan
untuk mempelajari dan mendapatkan sesuatu terkait nilai, makna, persepsi, dan
preferensi seseorang atau sekelompok masyarakat mengenai suatu hal yang
menjadi obyek penelitian.Penelitian kualitatif bersifat menjelaskan, menerangkan,
menemukan sesuatu yang baru yang kemudian bisa didukung dan mendukung
analisis kuantitatif.
3.2 Kelebihan Metode Analisa Kualitatif
Metode penelitian kualitatif memiliki karakteristik khusus sebagai berikut
sebagaimana dijelaskan Henn et al (2006):
• Penelitian dilakukan dengan setting kehidupan nyata/real-life setting;
Untuk membangun pemahaman mengenai pengalaman, persepsi, dan
preferensi seseorang dengan lingkungannya, serta mengidentifikasi perilaku
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 3
orang tersebut maka peneliti harus berusaha untuk melakukan kegiatan yang
sifatnya alami dan selaras dengan kehidupan nyata dengan sesedikit mungkin
melakukan intervensi. Metode kuantitatif seperti menyebar kuisioner dan
percobaan justru akan mengarahkan ke situasi studi yang relatif artifisial
dimana kondisi tersebut sangat tidak memungkinkan untuk mendapatkan
pemikiran dan perilaku yang nyata.
• Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan secara detil mengenai perilaku dan
pemikiran seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan makna atau
nilai-nilai sosial;
Implikasi dari tujuan ini adalah berusaha untuk mempelajari pola pikir serta
perspektif ‘orang dalam’ sebagai obyek dalam penelitian. Hubungan kedekatan
antara peneliti dengan seseorang yang dijadikan obyek studi perlu tercipta
dengan baik dan perlumenghindari hubungan yang sifatnya impersonal dan
berjarak. Hubungan atau kedekatan yang positif diharapkan dapat menciptakan
kepercayaan dan menumbuhkan percaya diri seseorang untuk menyampaikan
pendapatnya secara jujur dan terbuka mengenai topik yang dijadikan fokus
studi.
• Terdapat kemungkinan bahwa peneliti mengadopsi pendekatan awal yang tidak
persis secara spesifik terhadap isu dan konsep;
Fokus penelitian dapat berubah selama proses pengumpulan data seiring
dengan ide-ide yang terus berkembang dan teridentifikasinya berbagai isu
penting.
• Pendekatan kualitatif cenderung membangun teori daripada menguji teori;
Ide teoritis berkembang dari pengumpulan data awal yang kemudian
berpengaruh terhadap pengumpulan data selanjutnya. Terdapat sebuah spiral
kumulatif antara pembangunan teori dan pengumpulan data.
Penelitian kualitatif berhubungan dengan teks, tidak bisa dikuantitaskan
(kecuali jika menggunakan metode khusus yang mengkombinasikan dengan teknik
kuantitatif), berfokus pada nilai, proses, pengalaman, bahasa, dan makna. Data
seringkali berupa kalimat atau teks yang bahkan tidak selalu tertulis, dan bukan
menggunakan angka sebagai basis analisis. Jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan –penemuan yang tidak dicapai dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara-cara kuantifikasi lainnya, seringkali jenis penelitian ini
digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, gerakan
sosial dan hubungan kekerabatan.
Dalam proses pengumpulan data awal seringkali tidak mungkin untuk
menentukan secara tepat data apa saja yang akan diambil sebagaimana situasi atau
proses belum sepenuhnya dipahami. Analisis berkala mengenai data yang telah
terkumpul dapat membantu mengarahkan ke pengumpulan data selanjutnya.
Penyesuaian terhadap apa yang akan dipelajari selanjutnya, pertanyaan apa yang
akan diajukan, dan apa yang akan dilakukan adalah berdasarkan apa yang telah
dilihat, terjawab, dan diselesaikan/dipahami. Proses reiterasi dan interpretasi ini
merupakan emphasis dari penelitian kualitatif. Dalam pengumpulan data maupun
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 4
analisis terdapat proses theme coding atau pengkodean berdasarkan tema atau
kesamaan untuk menemukan variabel.
Penelitian kualitatif memiliki beberapa elemen utama dalam prosesnya yang
menjadi ciri sebagaimana dijelaskan Russell (2000). Elemen-elemen tersebut adalah:
Naturalistic inquiry (pertanyaan yang bersifat alamiah);
Membutuhkan desain penelitian yang fleksibel;
Purposeful sampling;
Dilakukan secara personal dan dekat dengan obyek penelitian;
Data dan metode yang membutuhkan kedalaman;
Jauh dari prasangka dan memiliki empati;
Berorientasi pada kasus yang unik;
Induktif analisis;
Perspektif holistik tidak hanya terpaku pada variabel;
Berorientasi pada proses, bukan pada hasil;
Manusia/peneliti sebagai alat dimana keabsahan penelitian.
Dalam mendeskripsikan sesuatu, penelitian kualitatif berfokus pada
kedalaman, makna, dan detail. Kata sifat seperti ‘kaya akan..’, ‘dalam’, dan ‘penuh’
sering digunakan dalam penjelasan. Deskripsi juga berusaha membangun
pemahaman dari bawah keatas /ground up. Seringkali jika dibandingkan dengan
penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif cenderung memiliki skala lebih kecil dan
mengadopsi struktur pendekatan yang lebih bebas untuk mendorong partisipan
berbicara detil mengenai makna dan nilai-nilai yang mereka miliki dan kemudian
berpengaruh terhadap perilaku mereka. Fitur penting lainnya yang mewarnai
penelitian kualitatif adalah berikut ini.
1. Sebuah penelitian pada kasus yang berjumlah sedikit membutuhkan waktu yang
cukup lama. Dalam arti, proses pengumpulan data diperoleh secara intensif;
merupakan penelitian yang sangat detail dan disertai dengan pengumpulan
data dalam jumlah banyak (secara kuantitas) dari segelintir informan. Pada
umumnya responden penelitian dipilih menggunakan theoretical sampling atau
snowball sampling. Melalui snowball sampling, peneliti bertujuan untuk
mencari keunikan daripada kesamaan melalui strategi sampling yang mereka
gunakan.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 5
Apa dan bagaimana mengambil sampel kualitatif? Dalam penelitian kualitatif, tujuan utama peneliti adalah pemahaman terhadap proses-proses
sosial daripada menghasilkan sampel yang representatif. Responden dipilih menggunakan
snowball sampling dan theoretical sampling. Snowball sampling digunakan ketika tidak ada
kriteria tertentu yang mampu menyamakan responden utama untuk digunakan dalam penelitian.
Hal ini bergantung pada peneliti dalam mendapatkan pihak penting yang dapat dihubungi untuk
dapat merekomendasikan pihak lain yang sekiranya dapat dilibatkan ke dalam penelitian.
Sementara itu, theoretical sampling secara keseluruhan dipengaruhi oleh pemilihan responden
yang dapat memaksimalkan theoretical development. Sampling harus bertujuan untuk
meletakkan data strategis dan mengoreksi hipotesis yang salah. Sampling berhenti ketika
kejenuhan/saturasi (theoretical saturation) didapatkan, yaitu dimana tidak ditemukan lagi
temuan analisis yang muncul dari situasi yang tengah ada.
Pendekatan tersebut diatas memang sedikit kontras dengan
pengambilan sampling secara kuantitatif seperti survey melalui kuisioner.
Hakim dalam Henn (2006) menganalogikan sebagai berikut:
“Survey memperlihatkan pandangan mata burung (bird’s eye view),
sedangkan pendekatan kualitatif menawarkan pandangan mata cacing
(worm’s eye view)”.
2. Berusaha mengenali fokus awal secara luas daripada menguji sebuah hipotesis
yang sudah terkerucutkan. Peneliti kualitatif cenderung memulai dengan
mengambil tema-tema yang luas di awal penelitiannya (general interestsebagai
isu). Saat proses pengambilan data isu-isu ini kemudian dipersempit pada
beberapa fokus yang menjadi masalah di lapangan.
3. Beragam tipe data digunakan, tidak hanya satu. Hasil dari observasi dan/atau
wawancara tidak terstruktur biasanya menjadi sumber data utama, namun
penggunaannya juga berasal dari dokumen publikmaupun pribadi dan bahkan
data statistik resmi serta kuisioner.Data-data kuantitatif tetap bisa diproses
melalui analisis data kualitatif dengan teknik kombinasi tertentu.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 6
Apa pentingnya memanfaatkan berbagai tipe data untuk keperluan penelitian
kualitatif?
Berbagai tipe data sebenarnya dapat memperkaya hasil penelitian kualitatif yang
berfokus pada kedalaman. Misalnya penelitian mengenai indikasi menurunnya
modal sosial di sebuah desa dengan variabel utama adalah hubungan sosial,
institusi sosial, dan karakteristik masyarakat; penelitian ini jelas akan menuntut
peneliti untuk melakukan observasi dan in-depth interview untuk mengukur
variabel hubungan sosial di masyarakat. Tapi tidak menutup kemungkinan
bahwa kuisioner serta beberapa data statistik terkait profil penduduk dan
lembaga/institusi yang menjadi manifestasi fisik dari adanya modal sosial juga
dapat melengkapi bahan kajian. Kombinasi dari penggunaan berbagai tipe data
ini bermanfaat hal-hal berikut :
- Mendeskripsikan sejauh mana penurunan modal sosial di Desa A terjadi;
- Mengidentifikasi situasi dan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
penurunan modal sosial di Desa A;
- Menjelaskan hasil observasi mengenai hubungan antar elemen masyarakat;
- Menjelaskan pemahaman yang berkembang mengenai bagaimana persepsi
seseorang terkait modal sosial di wilayahnya;
- Menjelaskan hasil kajian mengenai apa yang telah dilakukan oleh institusi lokal
dalam mengatasi penurunan modal sosial tersebut dan bagaimana
pengaruhnya.
4. Mengumpulkan data dengan minimal pre-struktur. Hal ini berlaku bagi
penelitian kualitatif yang memulai dengan melakukan observasi dan wawancara
dengan tidak terstruktur. Pada dasarnya dalam melakukan observasi, peneliti
biasanya membuat catatan lapangan dimana mereka berusaha
mendeskripsikan apa yang telah mereka amati dan dengar secara detail,
daripada hanya sekedar melakukan checklist beberapa kategori yang sebagian
mereka amati.
5. Mempresentasikan data kualitatif akan lebih mengarah kepada penjelasan
verbal dan deskripsi, dimana kuantifikasi dan data statistik seringkali hanya
dipresentasikan sebagai penunjang atau subordinat.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 7
Contoh mempresentasikan data kualitatif:
Pesan yang konsisten dari serangkaian wawancara di masyarakat pesisir di
Brondong, Lamongan mengenai kondisi mata pencaharian nelayan di wilayah
tersebut adalah mata pencaharian tersebut tidak lagi disukai oleh generasi muda di
Brondong terutama untuk pekerjaan nelayan tangguh. Adapun anak-anak muda
yang menjadi nelayan tangguh di Brondong sebagian besar adalah karena tidak ada
pilihan lain atau karena membantu orangtuanya yang juga nelayan. Seandainya
terdapat pilihan mereka memilih untuk menjadi pedagang ikan atau entrepreneur
pengolah ikan. Selain itu mereka juga menginginkan untuk meneruskan sekolah
yang lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih mapan. Hal ini terjadi
karena selama hidupnya mereka telah mempelajari pola kehidupan yang tidak stabil
terutama secara finansial karena mata pencaharian ayah mereka adalah nelayan.
Pesan ini merupakan makna dari beberapa potongan transkrip berikut:
“Jadi gini, kalau dulu saya masih kecil itu hampir semua nelayan aktif. Ibu-ibunya
rata-rata tidak bekerja. Anak-anaknya rata-rata bercita-cita jadi nelayan. Kemudian
tahun 1974 ada pergeseran dari gerakan motorisasi yang dilakukan oleh
kementerian waktu itu masih kementerian pertanian dirjen perikanan ada
motorisasi kemudian ada sarana-sarana komunikasi yg memungkinkan nelayan
tidak ingin menjadikan anak-anaknya menjadi nelayan. Disekolahkan.” (Responden
A. Dikutip dari wawancara penelitian tahun 2013)
“sebetulnya waktu saya SD mau ke SMP jujur saja dari keluarga minus, saya betul-
betul minus. Waktu SD saya diajak bapak ke laut pas mau masuk SMP,nah itu saya
diajak ke laut sambil menunggu pengumuman. Saya melaut di Blimbing, kemudian
habis pengumuman kan masuk kan, terus begitu lulus SMP kita kan mau
melanjutkan ke SMA, nah SMA di sini waktu dulu yang negeri belum ada yang
tingkat kecamatan.Akhirnya yang ada di Kabupaten Tuban sama Lamongan. Di
Kabupaten Lamongan yang ada SMPP dan SMA 1. Kemudian saya masukkan di sana
sama bapak, dan saya masuk di SMPP. Waktu masuk situ sambil menunggu
pengumuman saya juga diajak ke laut sama orang tua. Jadi saya melaut itu kan
sambil nunggu istilahnya” (Responden B, 2013. Dikutip dari wawancara penelitian
tahun 2013)
Sumber: Penelitian Lab. Kota PWK ITS 2013; “Pengembangan Konsep Permukiman Minapolis di
Brondong, Lamongan” oleh Dian Rahmawati, Rimadewi Suprihardjo, Rulli Pratiwi, Karina Pradinie
3.3 Tipologi Metode Penelitian Kualitatif
Denzin (1989) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah “many thing to
many people” pernyataan Denzin tersebut memperjelas bahwa seiring dengan
perkembangan penelitian kualitatif, jangka dan ruang lingkup penelitian kualitatif
terus berkembang dan tidak ada batasan tertentu mengenai bagaimana melakukan
penelitian kualitatif.
Dalam diktat ini, penulis membagi 3 tipologi desain penelitian kualitatif yaitu,
tipologi pure qualitative, quench qualitative dan quasi qualitative. Pemahaman ini
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 8
disusun berdasarkan pengalaman penulis dalam melakukan penelitian kualitatif. Perlu
kiranya bagi peneliti kualitatif untuk memahami tipologi ini, dalam rangka memahami
konskeuensi dan pelaksanaan desain penelitian yang diinginkan :
1. Tipologi 1 Pure Qualitative
Penelitian kualitatif ini merupakan perwujudan penelitian kualitatif dengan
kedalaman tertentu (filosofi). Penelitianjenis ini lebih baik dilakukan oleh
peneliti kualitatif yang berpengalaman1. Tipologi ini adalah tipologi yang
dimaksud oleh Bungin (2007) bahwa penelitian kualitatif mengharuskan
peneliti melampaui berbagai tahapan berpikir kritis ilmiah, yang mana seorang
peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta dan
fenomena-fenomena sosial melalui pengamatan lapangan kemudian
menganalisisnya dan kemudian sebagai hasil akhir berupaya untuk
menteorisasi berdasarkan apa yang diamati tersebut, sebelum memberi
sumbangan/hasil pada ilmu pengetahuan.
Karakteristik dari tipologi pure qualitative ini adalah 1). Paradigma penelitian
yang digunakan adalah naturalistik2/fenomenologi3, 2). Pendekatan penelitian
yang digunakan adalah induktif4, biasanya peneliti berangkat dalam keadaan
tanpa hipothesis dan terkadang tanpa background knowledge, 3). Hasil yang
dihasilkan berada pada tataran konsep atau teori4). Subyektivitas dalam
penelitian ini relatif tinggi dengan validitas dan realibiltas yang hanya dapat
dipertanggungjawabkan oleh peneliti tersebut 5). Biaya yang dikeluarkan
seringkali tinggi.
Beberapa hal yang menjadi kekuatan tipologi ini adalah:
Range penelitian yang luas karena kebolehan meneliti hal – hal yang
belum pernah diteliti sebelumnya.
Dapat mengenerate teori baru yang belum pernah ada.
Dapat menyingkap makna dan wawasan yang belum pernah diperoleh.
Fleksibel dalam desain survey dan memungkinkan peneliti untuk
kembali ke lapangan mengumpulkan kekurangan data.
Tipologi ini sangat rentan terhadap beberapa hal krusial, yakni :
Penelitian mengenai hal yang baru dan belum pernah diangkat
sebelumnya akan berpengaruh terhadap adanya list data yang
dikumpulkan kurang lengkap, responden yang belum teridentifikasi
dan peer reviewer yang tidak memiliki pengetahuan di bidang tersebut.
Kesalahan mengidentifikasi responden/partisipan penelitian.
1 Mahasiswa S1 tidak dianjurkan dalam melakukan penelitian ini. Mahasiswa S2, dapat melakukan penelitian ini dengan persyaratan pernah melakukan penelitian kualitatif sebelumnya atau mendapat rekomendasi dari promotor. 2Dalam paradigma lain juga dinyatakan sebagai paradigma social constructivism 3 Dapat merujuk pada chapter 2 4 Induktif bermakna bahwa penelitian dimulai dari data – data lapangan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 9
Adanya kemungkinan peneliti tidak dapat melakukan screening pada
responden disebabkan adanya kesensitifan pada isu yang diangkat
(semisal: penggusuran rumah, dll) yang menyebabkan responden bisa
jadi tidak memenuhi kriteria yang diajukan di awal, seperti
keterbukaan responden, kejujuran responden, dll.
Kesalahan dalam mengidentifikasi fenomena/merumuskan
permasalahan awal. Hal ini disebabkan adanya kekurangan data pada
fakta empirik.
Teori atau hipothesis yang diajukan seringkali telah ditemukan oleh
peneliti lain atau dalam hal ini penelitian dapat dinyatakan gagal.
Jenis – Jenis penelitian yang seringkali termasuk dalam kategori ini adalah :
1) Penelitian fenomenologi
Penelitian fenomenologi adalah penelitian tentang makna pengalaman
berbagi tentang suatu fenomena5. Target utamanya adalah memahami
makna hubungan konkrit yang menjelaskan pengalaman orisinil dari
situasi spesifik. Peneliti melakukan interpretasi data yang dikumpulkan
melalui wawancara yang panjang untuk mengungkapkan esensi atau
makna pengalaman berbagi dari beberapa nara sumber yang dilibatkan
(Creswell,1998).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang berakar dari filosofi,
psikologi dan pendidikan. Tujuannya adalah untuk membentuk laporan
studi mengenai pengalaman hidup dan sebuah fenomena
(Creswell,1998).
Studi fenomenologi dalam konteks tata ruang telah banyak digunakan
untuk mengidentifikasi dan merestrukturisasi sebuah fenomena
keruangan dengan tujuan menyingkap apa yang nampak dari sebuah
fenomena yang terjadi. Penelitian ini paling baik digunakan untuk
mencari sebuah penjelasan terhadap perilaku masyarakat terhadap
pola ruang tertentu. Sebagai contoh kasus yakni bagaimana makna
ruang terhadap sekelompok orang yang tinggal di kawasan sempadan
kereta api.
2) Penelitian ethnomethodology
Penelitian ethnomethodology, merupakan sebuah perwujudan dari
alternatif dari sosiologi yang diterima atau diyakini oleh masyarakat
pada saat ini (Sharrock,2013). Dalam bahasa yang lebih sederhana
penelitian ini merupakan penelitian yang menyelidiki anomali sosial
5Fenomena didefinisikan sebagai obyek pengalaman hidup yang dialami sekolompok responden
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 10
dan bagaimana “pelaku” atau responden tersebut mampu menerima
anomali tersebut menjadi “common sense”. Studi ini setidaknya
memiliki dua fokus, yakni 1). Mengetahui bagaimana aktivitas sosial
melalui percakapan dengan responden terkait. 2). Bagaimana aktivitas
sosial dideskripsikan, diamati dan dilaporkan dengan tujuan tertentu
yang ingin dicapai.
Ethnomethodologi sendiri merupakan gabungan dari ilmu linguistik
dengan ilmu sosial,sebagai konsekuensinya dalam penelitian ini
transkrip percakapan antara responden dengan peneliti harus
ditampilkan dan disarikan dalam brief resume yang disusun dalam
conversational analysis (CA)6 dalam rangka menguji kompetensi dari
hasil penelitian tersebut (Sharrock,2013).
Perbedaan utama antara ethnografi dengan ethnomethdology adalah
keberadaan “breacher”7. Pada ethnografi, peneliti murni sebagai pihak
luar yang meneliti sebuah budaya tertentu ataupun memberikan
campuran sebagai bentuk advocacy. Namun, dalam ethnomethodology
peneliti terlibat dalam memberikan stimulus yang bertentangan
dengan norma sosiologi yang diterima masyarakat pada umumnya,
stimulus ini dinamakan sebagai “breacher”
Pada ilmu tata ruang, ethnomethodology dapat digunakan untuk
menganalisis motivasi, kemauan dan niat yang sesungguhnya dari
responden sebagai misal dapat dilakukan untuk mencari motivasi pada
masyarakat yang tinggal di daerah rawan (sempadan kereta api, sungai,
dll), dapat pula dilakukan pada masyarakat yang tinggal di permukiman
yang kurang dari umumnya permukiman rata – rata.
3) Ethnografi
Penelitian etnografi merupakan penelitian yang memiliki fokus untuk
mendeskripsikan dan mengintrepretasikan budaya suatu grup
(Creswell,2007). Dalam definisi atau pengertian lain etnografi adalah
penelitian tentang suatu budaya atau kelompok masyarakat
berdasarkan observasi-observasi peneliti yang tinggal lama di lapangan.
Peneliti mendengarkan dan mencatat persepsi informan dengan tujuan
mengeneralisasi suatu potret budaya (Thomas,1993, Walcott,1994).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian-penelitian yang bergerak
dalam bidang Antropologi dan sosiologi (Creswell,2007). Beberapa ciri
6 Dapat dilihat lebih lengkap pada chapter 4 7 Stimulus dapat berupa pertanyaan maupun pernyataan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 11
atau karakteristik penelitian etnografi adalah sebagaimana diterangkan
oleh Atkinson & Hammersley dalam Denzin & Lincoln,1997 bahwa :
a) Lebih menekankan upaya eksplorasi terhadap hakikat/sifat
dasar fenomena tertentu dan bukan melakukan pengujian
hipothesis atas fenomena tersebut
b) Bekerja dengan data yang tidak berstruktur atau dengan kata
lain, data yang telah dirumuskan dalam bentuk kode sebagai
seperangkat kategori tertentu masih menerima peluang akan
analisis tertentu.
c) Penelitian terhadap sejumlah kecil kasus, mungkin satu kasus
kecil secara mendetail
d) Menganalisis data yang meliputi intrepretasi makna dan fungsi
berbagai tindakan manusia secara eksplisit sebagai sebuah
produk yang secar umum mengambil bentuk-bentuk deskripsi
dan penjelasan verbal tanpa harus memanfaatkan analisa
kuantitatif dan statistik.
Pada prosesnya penelitian etnografi merupakan penelitian yang
sepenuhnya bersandar pada metode observasi partisipan, walaupun
ada beberapa yang hanya sebagian saja. Setidaknya ada dua jenis
etnografi yang ada dalam wacana, yang pertama adalah etnografi
realist yang ditulis oleh pihak ketiga yang netral, dimana pihak ini tidak
boleh berada dalam satu budaya yang sama dengan obyek yang
diteliti. Yang kedua adalah etnografi kritis, dimana peneliti bertindak
sebagai advokat dalam suatu masyarakat tertentu (Creswell,2007).
Contohnya dalam konteks tata ruang, dapat digunakan untuk mencari
persepsi, preferensi, perilaku suatu komunitas ataupun kelompok
budaya tertetu dalam menyikapi pembangunan, kebijakan maupun isu
tata ruang.
4) Grounded Theory
Grounded theory merupakan metode umum untuk mengembangkan
teori. Metodologi pengembangan teori tersebut berbasis pada
pengumpulan dan analisis data (Strauss & Corbin dalam Denzin &
Lincoln,1997).
Dalam metodologi ini teori dikembangkan secara langsung dari data
atau, apabila telah bersesuaian dengan wilayah penelitian, teori
tersebut dapat diolah atau dikembangkan sesuai dengan data-data
yang diperoleh sesudahnya. Grounded theory sesungguhnya adalah
aktivitas pengembangan teori dan praktik penelitian sosial sebagai satu
proses yang padu. Perbedaan Grounded theory dengan metode lain
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 12
terletak pada aktivitas pengembangan teori, ketika penelitian kualitatif
lainnya bisa berhenti dalam tahap apa saja, aktivitas grounded theory
harus mencapai tahapan teori tertentu. (Strauss & Corbin dalam
Denzin & Lincoln,1997).
Sebagai contoh, dalam konteks penelitian mengenai ruang, dapat
digunakan untuk menjelaskan mengapa terdapat perbedaan dalam
penggunaan ruang pada aktivitas di desa dan di kota.
2. Tipologi 2 Quench Qualitative
Pada tipologi kedua ini, penulis menamakan sebagai tipologi quench
qualitative, yang bermakna bahwa penelitian kualitatif yang “memuaskan”
dalam kata lain, penelitian ini dapat menghasilkan tahapan konsep bahkan
teori namun dengan teknik atau strategi yang lebih mudah
dipertanggungjawabkan validitas dan realibilitasnya.
Perbedaan utama dengan pure qualitative adalah pada cara pengumpulan dan
jenis data yang dikumpulkan. Pada tipologi pure qualitative, kebanyakan data
yang digunakan untuk analisis adalah berupa pengamatan, wawancara tak
terstuktur dan catatan – catatan tentang temuan peneliti yang seringkali tidak
dapat diperiksa ulang oleh pihak lain sedangkan pada quench qualitative, data
yang dikumpulkan dan analisis dapat dipertanggungjawabkan dan diperiksa
ulang oleh pihak lain, sehingga validitas dan realibilitasnya lebih terukur.
Tipologi ini dapat digunakan oleh peneliti kualitatif pemula hingga expert8.
Karakteristik dari tipologi quench qualitative ini adalah 1). Paradigma
penelitian yang digunakan bervariasi mulai dengan naturalistik, rasionalistik
hingga post positivistik9, 2). Pendekatan penelitian yang digunakan fleksibel
dapat induktif maupun deduktif10. Apabila peneliti memilih menggunakan
pendekatan induktif, maka diwajibkan untuk memiliki background knowledge,
3). Hasil yang dihasilkan berada pada yang luas mulai studi identifikasi hingga
teoritisasi 4). Penelitian tipologi ini masih memiliki subyektivitas penelitian,
namun di sisi yang lain obyektivitasnya lebih dapat dipertanggungjawabkan 5).
Biaya yang dikeluarkan tergantung pada jenis penelitian yang dipilih.
Beberapa hal yang menjadi kekuatan tipologi ini adalah:
Range penelitian yang luas karena kebolehan meneliti hal – hal yang
belum pernah diteliti sebelumnya.
Memiliki set desain survey yang terkontrol, mulai dari pemilihan
responden, panduan diskusi hingga analisis.
Validitas dan realibilitas lebih mudah direview oleh peer reviewer.
8 Dapat digunakan mulai tataran pengerjaan tugas S1 hingga mengerjakan disertasi. 9Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada chapter 2 10Deduktif bermakna bahwa peneliti harus terlebih dahulu memiliki backgrond knowledge, proposisi maupun hipothesis
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 13
Subyektivitas dalam penelitian lebih terkontrol dan tereduksi.
Tipologi ini sangat rentan terhadap beberapa hal krusial, yakni :
Desain survey yang sejak awal harus rigor dan terukur.
Peer reviewer yang tidak memahami desain penelitian kualitatif akan
mengarahkan pada desain penelitian kualitatif yang bersifat pure atau
bahkan ke arah quasi qualitative.
Kemampuan peneliti dalam mengumpulkan dan mengidentifikasi data
kualitatif.
o Kesalahan mengidentifikasi responden/partisipan penelitian,
semisal ada pihak krusial yang belum dilibatkan.
o Kebingungan peneliti terhadap desain survey yang diinginkan
(misal berapa grup/orang yang dibutuhkan untuk wawancara).
o Peneliti tidak handal dalam melaksanakan detail lapangan,
sehingga membuat proses penelitian di lapangan terhambat.
Jenis – Jenis penelitian yang seringkali termasuk dalam kategori ini adalah :
1) Case Study Research
Penelitian studi kasus adalah salah satu strategi dan metode analisis
data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi
pada obyek analisis (Bungin,2007). Pada umumnya studi kasus juga
digunakan dalam menganalisis data kuantitatif, namun lebih terkenal
digunakan untuk menganalisis data kualitatif.
Beberapa tipe studi kasus menurut Bogdan Biklen,1992 dalam Bungin,
2007 adalah :
Studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Domain penting
dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian
mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi
sosial tertentu dalam jangka wkatu yang tertentu pula.
Studi kasus observasi. Penekannya adalah penggunaan
observasi dalam penelitian untuk menjaring informasi-informasi
empiris yang detail dan aktual dari unit analisis penelitian.
Studi kasus life history. Studi ini mencoba untuk menyingkap
dengan lengkap dan rinci perjalanan hidup seseorang sesuai
dengan tahapan-tahapan, dinamika, liku-liku hidup yang paling
mempengaruhi hidup seseorang.
Studi kasus sosial atau kemasyarakatan. Studi ini bertujuan
untuk melihat keunikan dalam suatu masyarakat.
Studi kasus situasional. Studi kasus pada suatu fenomena
tertentu yang terjadi dalam masyarakat semisal lumpur lapindo.
Studi kasus Mikroetografi. Studi kasus yang dilakukan terhadap
sebuah unit sosial terkecil.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 14
Sementara Yin,1989 memiliki tipologi studi kasus tersendiri yakni:
a. Studi kasus eksplanatoris dimana menjawab pertanyaan mengapa.
b. Studi kasus eksploratorif yang menjawab pertanayaan bagaimana
c. Studi kasus deskriptif yang menjawab pertanyaan apa.
Dalam studi kasus dikenal beberapa jenis studi kasus yaitu studi kasus
dengan kasus tunggal dan multiple kasus. Pada studi kasus dengan
kasus tunggal Azis dalam Bungin,2007 menyebutkan bahwa sekurang-
kurangnya ada tiga macam rasionalitas yang harus diperhatikan yakni :
Bahwa kasus tunggal pada dasarnya analog dengan eksperimen
tunggal dalam penelitian kuantitatif
Sebuah kasus merefleksikan sesuatu yang ekstrem atau penuh
keunikan sehingga menarik dan bermakna untukditelusuri
Sebuah kasus dapat dikatakan sebagai kasus penyingkapan
Di sisi lain untuk mendesain studi kasus dalam konteks multikasus
biasanya dilakukan dengan cukup ketat. Setiap kasus yang diangkat
diarahkan ke tujuan yang spesifik dalam ruang lingkup inquiri secara
menyeluruh, kasus multikasus seringkali dianalogikan sebagai
multieksperimen. Beberapa logika “replika” yang disarankan dalam
menyusun desain studi kasus dengan multikasus adalah :
Setiap kasus yang harus dipilih diharapkan dilakukan dengan
hati-hati dan cermat agar dapat memprediksi hasil yang serupa
ataupun membuahkan hasil yang bertolak belakang tetapi
untuk alasan –alasan yang dapat diprediksi. Dalam kerangka
demikian diperlukan pengembangan kerangka teoritis ini adalah
untuk menjembatani penarikan generalisasi ke arah kasus-kasus
baru.
Logika multikasus berbeda dengan sampling dan bukan
merupakan penelitian survey, studi kasus digunakan untuk
menilai fenomena maupun konteksnya.
2) Ethno
Ethno pada dasarnya pengembangan dari teknik survey Participant
Observation, namun dalam perkembangannya saat ini teknik ini telah
menjadi suatu jenis penelitian tersendiriyakni penelitian yang berfokus
pada pengamatan terhadap responden atau subyek/obyek penelitian
tertentu. Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-
hari obyek yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber
data penelitian. Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan
apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 15
Pengamatan berperan serta pada dasarnya mengadakan
pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada hal
yang sekecil-kecilnya. Bogdan (1972) mendefinisikan pengamatan
berperanserta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang
memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam
lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan
dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.
Perbedaan Ethno dengan ethnografi dan ethnomethdology dapat
dilihat pada Gambar berikut ini.
Gambar 3.1.
Perbedaan Ethnografi, Ethnomethodology dan Ethno
Sumber : Adaptasi penulis dari Bogdan,1972, Creswell,2007 &
Sharrock,2013
3) Semua jenis penelitian kecuali Grounded Theory yang termasuk ke
dalam pure qualitative11 dengan beberapa persyaratan khusus, yakni:
a) Keberadaan background knowledge/grand theory.
b) Fakta empirik yang telah teridentifikasi.
c) Responden telah teridentifikasi/ mudah teridentifikasi.
3. Tipologi 3 Quasi Qualitative
Tipologi terakhir adalah quasi qualitative yakni yang penelitian qualitatif yang
bersifat semu. Tipologi ini dinyatakan semu karena orientasi terhadap hasil
kuantitatif dalam rangka mencapai validitas dan realibilitas yang rigor masih
kuat terhadap penelitian ini.
11 Phenomenology, Ethnomethdology dan Ethnography
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 16
Tidak terdapat jenis penelitian khusus dalam penelitian ini, yang memberikan
perbedaan dengan tipologi yang lain adalah penggunaan angka, skala ordinal
maupun alat statistik deskriptif dalam penelitian, dimana angka/skala tersebut
tidak berfungsi sebagai penunjang data kualitatif namun sebagai sentra atau
temuan utama dari sebuah penelitian.
Pada tipologi pure dan quench qualitative angka digunakan sebagai penunjang
temuan kualitatif saja dan terkadang digunakan pula sebagai triangulator dari
hasil yang ditemukan secara kualitatif. Sebagai contoh ditemukan tingkat
kriminalitas tertentu di wilayah A dinyatakan tinggi dan meresahkan oleh
responden, maka angka/skala kuantitatif berupa laporan kepolisian dapat
digunakan oleh peneliti kualitatif sebagai penunjang. Di sisi yang lain pada
quasi qualitative data kuantitatif/ skala menjadi poin utama dan penggunaan
kualitatif dipergunakan untuk memberikan eksplanasi terhadap hasil temuan
tersebut, sebagai contoh adalah penggunaan statistik deskriptif (contoh: 80%
masyarakat menolak pembangunan ruang), skala likert (skala preferensi,
contoh: faktor A memiliki skala likert 5), delphi (menggunakan statistik
deskriptif), AHP, content analysis12(yang berorientasi pada penghitungan
angka untuk menentukan koding).
Karakteristik dari tipologi quasi qualitative ini adalah 1). Paradigma penelitian
yang digunakan bervariasi mulai dengan positivistik atau rasionalistik 2).
Pendekatan penelitian yang digunakan deduktif. 3). Hasil yang dihasilkan
berada pada yang relatif sempit, biasanya terfokus pada verifikasi kajian
teoritik 4). Penelitian tipologi ini bersifat obyetif 5). Biaya yang dikeluarkan
tergantung pada jenis penelitian yang dipilih.
Beberapa hal yang menjadi kekuatan tipologi ini adalah:
Memiliki set desain survey yang terkontrol
Tingkat obyektivitas lebih tinggi dibandingkan dengan dua tipologi yang
lain.
Validitas dan realibilitas lebih mudah direview oleh peer reviewer.
Relatif mudah dan dapat digunakan oleh pemula.
Tipologi ini sangat rentan terhadap beberapa hal krusial, yakni :
Topik penelitian yang mudah untuk mencapai tingkat kejenuhan
tertentu.
Kedalaman penelitian kualitatif tidak sesuai yang diharapkan.
Seringkali jenis penelitian ini tidak bersifat eksploratif ataupun
eksplanatif seperti setting alamiah penelitian kualitatif, sehingga
penelitian ini seringkali hanya bersifat verifkatif terhadap suatu kasus.
4. Simpulan
12 Terdapat perdebatan mengenai konten analisis, banyak penelitian kualitatif yang mengabaikan words counting pada analisa konten, sehingga tidak semua konten memiliki output hitungan jumlah kata,
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 17
Berdasarkan penjelasan yang ada, maka simpulan yang dihasilkan oleh penulis
dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1.
Simpulan Tipologi Pure, Quench dan Quasi Qualitative Research
Pure Qualitative Quench Qualitative Quasi Qualitative
Definisi Penelitian yang dilakukan dengan metode dan teknik analisa kualitatif dan berorientasi pada temuan kualitatif dengan tingkat kedalaman tertentu.
Penelitian yang menggunakan metode dan teknik analisa kualitatif dengan desain survey dan tingkat validitas dan realibilitas yang lebih terukur.
Penelitian kualitatif yang masih memiliki orientasi pada kuantitatif (angka, skala,dll).
Paradigma Naturalistik/ constructivism
Fenomenologi
Naturalistik/ Fenomenologi
Post positivistik
Rasionalistik
Post positivistik
Rasionalistik
Pendekatan Induktif Deduktif/Induktif dengan background knowledge
Deduktif
Background knowledge, hipothesis, proposisi
Tidak wajib Dianjurkan untuk ada Wajib
Kerumitan penelitian
Tinggi Sedang Mudah
Pelaksana penelitian Expert/ berpengalaman dalam melakukan penelitian kualitatif (S2- S3)
Pemula – Expert (S1- S3)
Pemula – menengah (S1- S2)
Obyektif/Subyektivitas Penelitian
Subyektivitas tinggi Subyektivitas terkontrol
Obyektif
Hasil penelitian Teori, makna, nilai dari suatu topik (depth qualitative)
Persepsi, preferensi, motivasi dari suatu topik
Verifikasi terhadap teori sebelumnya/hipothesis/ proposisi
Validitas penelitian Tingkat kebiasan tinggi Tingkat kebiasan menengah
Dapat dilihat dari hasil pengolahan data (kebiasan rendah)
Realibilitas penelitian
Tingkat kebiasan tinggi Dapat dilihat dari desain survey yang diajukan
Dapat dilihat dari desain survey yang diajukan
Kekuatan Tipologi Penelitian
Range isu/topik peneitian yang dapat diangkat luas
Dapat menghasilkan teori baru
Menghasilkan hasil
Range isu/topik peneitian yang dapat diangkat luas
Memiliki desain survey yang dapat diukur realibilitas
Memiliki desain survey yang dapat diukur realibilitas oleh reviewer
Validitas dan realibilitas
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 18
yang mendalam (depth qual)
Fleksibel
oleh reviewer
Validitas dan realibilitas terkontrol
Less subjective
terkontrol
More objective
Relatif mudah digunakan
Kekurangan Tipologi Penelitian
Adanya kemungkinan list kebutuhan data yang dikumpulkan di awa tidak lengkap sehingga peneliti harus mengulangi proses
Lack of empirical background dalam perumusan masalah
Salah mengenali fenomena
Responden yang diinginkan ada kemungkinan tidak memenuhi kriteria
Gagal dalam merekonstruksi teori
Desain penelitian di awal harus terdesain dengan baik, apabila tidak terdesain dengan baik akan berpengaruh terhadap realibilitas dan validitas penelitian
Hasil, validitas dan realibilitas penelitian bergantung pada kemampuan peneliti
Kemampuan reviewer dalam penelitian kualitatif seringkali berpengaruh terhadap hasil penelitian
Topik penelitian yang dipilih pada suatu saat akan mencapai titik jenuh
Seringkali tidak dapat menampilkan hasil penelitian kualitatif dengan kedalaman yang diharapkan
Jenis – Jenis penelitian
Phenomenologi
Ethnomethodology
Ethnografi
Grounded Theory
Semua penelitian pada pure qualitative, dengan persyaratan : memiliki latar belakang pengetahuan, memiliki fakta empirik yang telah teridentifikasi dan narasumber mudah teridentifikasi
Case study research (CSR)
Ethno
Tidak terdapat jenis penelitian tertentu
Sumber : Penulis, 2013
3.4 Teknik Sampling Metode Kualitatif
Teknik sampling yang dikenal di PWK dalam penelitian kualitatif selama ini
hanya dua jenis, yakni purposeful sampling dan snowballing sampling. Namun
sebenarnya pada tahun 1990, M.Patton telah mengembangkan dan menspesifikan
sampling pada penelitian kualitatif, seperti yang dapat telah dispesifikasikan dan
diadaptasi oleh penulis dalam Tabel 3.2.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 19
Patton (1990) telah menspesifikan jenis – jenis purposeful sampling menjadi
enam belas (16) jenis sampling yakni extreme or deviant case sampling, intensity
sampling, maximum variation sampling, homogeneous sampling, typical case
sampling, stratified purposeful sampling, critical case sampling, snowball or chain
sampling, criterion sampling, theory based or operational construct sampling,
confirming and disconforming case sampling, opportunistic sampling, random
purposeful sampling, sampling politically important, convenience sampling dan
combination or mixed purposeful sampling.
Ke-enambelas sampling memiliki karakteristik sampling kualitatif, yakni : a).
Fokus pada sample yang dapat memberikan informasi/pengetahuan terhadap
tujuan penelitian dan b). Relatif kecil dan tidak terlalu memperhatikan banyaknya
sampling yang diambil.
Tabel 3.2.
Jenis Strategi Sampling dan Tujuan Penggunaannya
Jenis Sampling Definisi dan Tujuan Keterangan
Purposeful Sampling
Extreme or deviant case sampling
Strategi sampling yang digunakan untuk penelitian yang bertujuan meneliti kasus yang khusus (ekstrem ataupun menyimpang/tidak biasa). Contoh: Kasus penyimpangan tata ruang,dari data yang diperoleh penyimpangan rata – rata suatu kota 5%, namun beberapa kota mencapai angka 10%. Sampling yang dipilih dengan metode ini adalah yang memiliki simpangan 10%
Dapat digunakan dalam penelitian CSR dan juga Ethnomethodology
Intensity sampling
Strategi sampling yang mengambil partisipan dengan karakteristik yang mewakili populasi pada umumnya. Contoh: Kasus penyimpangan tata ruang,dari data yang diperoleh penyimpangan rata – rata suatu kota 5%, namun beberapa kota mencapai angka 10%. Sampling yang dipilih dengan metode ini adalah yang memiliki simpangan 5%
Dapat digunakan di hampir semua jenis penelitian
Maximum variation sampling
Strategi sampling yang digunakan dalam mencari generalisasi pada penelitian kualitatif dengan memaksimalkan variasi responden
Dapat digunakan di hampir semua jenis penelitian, terutama penelitian CSR
Homogeneous sampling
Pada umumnya, sampling kualitatif yang terbaik adalah menggunakan pendekatan sample yang homogen, karena temuan yang didapatkan akan semakin dalam
Dapat digunakan di hampir semua jenis penelitian, terutama penelitian CSR
Typical case sampling
Strategi sampling yang digunakan untuk meneliti kasus – kasus yang umum, untuk
Dapat digunakan pada jenis penelitian Ethno, kurang
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 20
dipergunakan sebagai pemahaman bagi yang tidak bisa melakukan hal yang umum.
dapat digunakan untuk penelitian dengan tipoogi pure qualitative.
Stratified purposeful sampling
Strategi sampling ini hampir serupa dengan maximum variation sampling, namun berbeda tujuan. Tujuan dari sampling ini adalah mendapatkan variasi eksplanasi sebanyak- banyaknya dengan merekrut narasumber yang bervariasi (namun tidak semua variasi diambil seperti pada MVS)
Dapat digunakan di hampir semua jenis penelitian
Critical case sampling
Strategi sampling ini digunakan bagi penelitian yang berorientasi pada masa depan seperti antisipasi, pengembangan dan lain sebagainya. semisal untuk penelitian mengenai disaster. Dengan adanya sampling kasus ini diharapkan memberikan efek dramatis pada wilayah – wilayah lain untuk melakukan DRM cycle.
Digunakan untuk penelitian yang bertujuan memberikan efek dramatisasi.
Snowball or chain sampling
Strategi sampling ini tidak digunakan secara langsung untuk penelitian, namun lebih berorientasi untuk mencari narasumber kunci.
Dapat digunakan di hampir semua jenis penelitian
Criterion sampling
Sampling dengan kategori ini pada dasarnya merupakan penjabaran dari sampling – samling yang lain, dimana sampling ini membuat set kriteria di awal untuk menentukan sample yang di ambil. Sampling ini akan menunjukkan jenis sampling apa yang dicari oleh peneliti, apakah critical case sampling atau maximum variation sampling.
Dapat digunakan di hampir semua jenis penelitian Selalu digunakan pada quench qualitatve, walaupun menggunakan strategi sample lain
Theory based or operational construct sampling
Sampling dengan strategi ini memerlukan background knowledge, siapa saja yang menjadi narasumber penelitian. Merupakan awal dari pembuatan criterion sampling. Dengan kata lain, sample yang dicari disusun berdasarkan konstruksi dari background knowledge peneliti.
Dapat digunakan di hampir semua jenis penelitian Selalu digunakan pada quench qualitatve, walaupun menggunakan strategi sample lain
Confirming and disconforming case sampling
Sampling dengan strategi ini diperuntukkan untuk jenis penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu konsep/produk dan sebagian besar bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil temuan
Digunakan pada penelitian yang membutuhkan konfirmasi
Opportunistic sampling
Strategi sampling ini mengharuskan peneliti untuk turun lapangan terlebih dahulu, sehngga dapat melihat kebutuhan sample
Hanya dignakan pada tipologi pure qualitative
Random purposeful sampling
Strategi sampling ini dapat bersifat komplementer terhadap strategi sampling yang lain, sifatnya hanya melakukan pengacakan pada pemilihan populasi sampling.
Digunakan pada penelitian yang membutuhkan konfirmasi
Sampling Strategi sampling ini digunakan untuk mencari Digunakan pada penelitian
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 21
politically important
sample yang terkait dengan pemerintahan setempat
yang melibatkan/ membutuhkan assesment terkait political will
Convenience sampling
Sampling berdasarkan keyakinan peneliti, sebagai contoh “saya yakin ketua Balitbangda akan mampu menjadi responden saya”. Sample jenis ini cepat dan murah, namun dinilai tidak kredible oleh sebagian besar peneliti kualitatif.
Sebisa mungkin tidak dilakuka/dipilih.
Combination or mixed purposeful sampling
Sample ini menggabungkan antara dua strategi sampling yang telah dijabarkan di awal.
Sebisa mungkin dilakukan oleh peneliti dengan tipologi quench qualitative dengan minimal gabungan antara criterion sampling dan theory based or operational construct sampling
Sumber: Adaptasi dari Patton, 1990
3.5 Sumber Data Penelitian Kualitatif
Seperti yang kita ketahui, penelitian sosial sering dicirikan oleh sejumlah
dikotomi: metode kuantitatif dan kualitatif, epistimologi positivistik dan anti-
positivistik, kasus objektif dan subjektif. Diskusi mengenai data sosial secara pasti
berlanjut seiring dengan berbagai ciri khas diantara kedua metode tersebut yang
sifatnya bertolak belakang. Tipe data itu sendiri dapat diindetifikasikan melalui
keunikan kuantitatif (numerik) atau kualitatif (non-numerik). Hal yang sama juga
terjadi pada perlakuan data yang mengikuti pola yang ditentukan oleh asumsi
secara metodologi. Data kuantitatif diperlakukan sebagai data yang terukur secara
tertutup, sementara data kualitatif dalam keberagaman makna yang ada
ditunjukkan dengan bahasa dan tanda-tanda visual. Peneliti kuantitatif seringkali
menganalisa data untuk menguji teori (deduksi), sementara peneliti kualitatif
berupaya membangun teori dari data yang telah dimiliki (induksi).
Data kualitatif dapat ditemukan di sekitar kita. Di dalam surat kabar yang
kita baca, iklan televisi yang kita lihat, memo yang kita terima di kantor, atau pesan
singkat pada telepon seluler, kita menemui banyak sekali data kualitatif pada
keseharian kita. Hal-hal ini secara alami menjadi sumber data kualitatif yang
dihasilkan untuk suatu tujuan tertentu daripada penelitian kita; selain itu hal-hal
tersebut masih memberikan kita data yang sangat kaya untuk dianalisa. Hal ini
sangat memungkinkan untuk membawa informasi proyek penelitian yang
berkualitas tinggi yang berbasis pada sang analis data itu sendiri, dan beberapa
lainnya, seperti analis media, ini yang paling sering terjadi. Peneliti kualitatif
cenderung memilih untuk mengumpulkan data mereka sendiri yang berdasarkan
temuan di lapangan. Berikut contoh representasi mengenai perbedaan data yang
didapat secara kualitatif dan data yang diperoleh secara kuantitatif:
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 22
Contoh perbedaan antara data kualitatif dan kuantitatif
Sebuah badan pembangunan kota tertarik untuk menemukan
bagaimana teknologi baru dapat diimplementasikan olah staf tata ruang dalam
membantu proses pengendalian tata ruang. Penelitian tersebut memiliki dua
sasaran utama: (1) untuk menemukan cakupan penggunaan teknologi baru
dalam bidang tata ruang; dan (2) untuk mencoba dan memahami mengapa para
staf tata ruang menggunakan teknologi atau sebaliknya, apa yang mungkin
menjadi penghalang untuk pengaplikasian teknologi tersebut dalam kegiatan
pengendalian tata ruang.
Untuk memperoleh cakupan dari penggunaan teknologi tersebut, sebuah
kuisioner dibagikan kepada seluruh staff di divisi tata ruang pada badan
pembangunan kota tersebut. Hasil yang diperolah menyebutkan bahwa faktanya
75% dari seluruh staf tata ruang menggunakan perangkat lunak untuk melakukan
presentasi untuk membantu proses pengembangan tata ruang, dan bahwa
seluruh staff mampu berkomunikasi dengan masyarakat melalui email,
sementara itu hanya 10% dari staf tata ruang yang menggunakan perangkat
lunak dalam bekerja. Data ini membantu menemukan tipe dan cakupan dari
suatu fenomena: Apa yang mereka lakukan? Seberapa sering? Untuk tujuan apa?
Data ini kemudian menjawab sasaran utama dari penelitian. Untuk
menghubungkannya dengan sasaran kedua, dilakukan in-depth interview dengan
beberapa responden tertentu dengan beragam tingkat pengalamannya dalam
menggunakan teknologi. Pertanyaan-pertanyaan dalam.. wawancara bersifat
jauh lebih terbuka daripada kuisioner, dan pertanyaaan seperti: ‘Apa yang
membuat anda mulai menggunakan email daripada papan pengumuman atau
surat edaran ke masyarakat?’ atau ‘Apakah ada elemen lain yang dapat
mempermudah proses pengendalian dan pengembangan tata ruang selain
dengan penggunaan teknologi baru?’ Data-data yang dihasilkan dari jawaban
tersebut akan lebih detail dan natural. Hal ini menghasilkan sebuah temuan pada
pengalaman para staf dalam menggunakan teknologi baru yang mungkin tidak
terduga dalam jawaban wawancara tersebut. Data ini berguna dalam menjawab
pertanyaan seperti: ‘Mengapa Anda melakukan hal tersebut?’ atau ‘Bagaimana
pendapat Anda tentang penggunaan teknologi ini?’ Dengan begitu data yang
dihasilkan dapat dipertemukan dengan sasaran kedua secara lebih efektif
daripada dikumpulkan dengan survey kuantitatif.
Contoh ini menekankan pada perbedaan penggunaan kesesuaian antara
data kuanitatif dan kualitatif: data kuantatif lebih sesuai untuk menjelaskan hal
apa yang sedang terjadi, sementara data kualitatif sangat membantu dalam
pemahaman bagaimana dan mengapa sesuatu hal terjadi, dengan lebih
mengeksplornya secara lebih mendalam. Contoh di atas juga menyajikan
beberapa karakteristik dari kedua tipe data yang akan dibahas lebih lanjut pada
bab berikutnya.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 23
Data Primer sebagai Data Kualitatif
Seringkali terdapat kebingungan pada peneliti mengenai apa yang dimaksud
dengan data kualitatif dan bagaimana bentuk data tersebut. Sebagian besar data yang
dimaksud dalam penelitian kualitatif berupa teks. Teks tersebut merupakan hasil
transkripsi13 dari proses pengumpulan data terhadap narasumber, catatan lapangan
(log book).
Guba & Lincoln (1981) mengidentifikasi bahwa data kualitatif yang ada
merupakan hasil intrepretative peneliti terhadap dokumen sekunder, gambar/foto dan
audio. Bungin, 2007 menyatakan bahwa gambar dan audio merupakan data mentah
penelitian kualitatif,Lebih lanjut, sumber data kualitatif dapat dilihat pada Gambar.3.2.
Pada Gambar tersebut terlihat bahwa setidaknya ada 5 sumber data untuk
penelitian kualitatif, yakni : 1). Audio, yang biasanya merupakan hasil rekaman dari
proses pengumpulan data, 2). Video, 3). Gambar/foto, 4). Dokumen sekunder, semisal
data BPS, penelitian lain 5). Dokumen pribadi yang meliputi buku harian, surat
menyurat, dan lain sebagainya.
Data mentah tersebut kemudian diproses hingga menjadi 2 jenis data utama
untuk dianalisis dalam penelitian kualitatif yakni teks dan pementaan/visual.
Gambar 3.2
Sumber data kualitatif
Meskipun data kualitatif cukup banyak ditemukan di kehidupan sehari-hari,
peneliti seringkali memiliki beberapa peratanyaan penelitian yang spesifik untuk
memperolah data yang spesifik pula. Penggunaan dari teknik wawancara dan
13
Contoh transkrip dapat dilihat pada lampiran
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 24
observasi sebagai metode pengumpulan data primer adalah hal yang umum dalam
penelitian kualitatif dan dikedua kasus memungkinkan peneliti untuk
mempengaruhi tingkat kontrol pada data yang dikumpulkan. Sementara baik pada
sistuasi wawancara maupun observasi membuat peneliti bergantung pada
responden dalam penghasilan data, seting data yang dikumpulkan masih
ditentukan oleh peneliti dan juga diharapkan data tersebut sesuai dengan sasaran
dari penelitian.
Baik data yang dikumpulkan dari sumber dokumen eksisting maupun teknik
pengumpulan yang sengaja direncanakan untuk sebuah penelitian, data kualitatif
dapat dikategorisasikan menjadi informasi tekstual, audio, maupun visual. Tabel di
bawah ini memberikan sedikit contohmengenai pemilihan yang umum digunakan.
Tabel 3.3 Contoh Data-Data Kualitatif:
Tipe Data Contoh
Catatan Lapangan Tekstual jurnal reflektif, artikel koran, memo, transkrip, email/pesan singkat
Audio rekaman suara: wawancara, pidato, pembicaraan santai, siaran radio, music
Visual tayangan televisi, film, foto, lukisan, ukiran, rekaman video (proses FGD, observasi, kegiatan harian)
Data kualitatif mengandung begitu banyak spectrum yang sangat lebar
mengenai objek-objek kebudayaan dan sosial yang dibuat oleh manusia. Seluruh data
tersebut menyampaikan informasi yang bermakna daripada hanya sekedar angka.
3.6 Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif
Teknik pengumpulan data yang dibahas dalam buku ini adalah
wawancara/interview dimana dalam sub bab ini telah termasuk in depth interview,
kemudian pengamatan/observasi, mengintrepretasikan dokumen dan yang terakhir
adalah FGD.
a. Wawancara/Interview
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Maksud
diadakannya wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985) antara
lain : mengonstruksi perihal orang, kejadian, merekonstruksi kebulatan-kebulatan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 25
harapan pada masa yang akan mendatang, memverifikasi, mengubah dan
memperluas informasi dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia.
Konsep dalam melakukan wawancara sangat bervariasi; mulai dari interaksi
yang bersifat tidak terstruktur, situasi semi-terstruktur, hingga interaksi yang sangat
formal dengan responden. Wawancara dapat dilakukan melalui telepon, surat, atau
bahkan melalui komputer. Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview)
seringkali digunakan di berbagai ilmu sosial sebagai awal penyusunan kuisioner,
dan beberapa ilmu khusus seperti antropologi budaya bahkan digunakan sebagai
metode utama. Wawancara tidak terstruktur bisa dilakukan bersamaan saat
melakukan observasi di wilayah studi, sedangkan wawancara semi-terstruktur dan
wawancara mendalam, yang merupakan metode pengumpulan data dalam
penelitian etnografi, cenderung membutuhkan waktu dan guide sebagai pengarah
berjalannya wawancara. Terdapat beberapa jenis wawancara yang berbeda
berdasarkan seberapa besar kontrol yang kita lakukan untuk mendapatkan
respon/jawaban dari responden. Jenis wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wawancara informal 2. Wawancara tidak terstruktur 3. Wawancara semi-terstruktur 4. Wawancara terstruktur
Wawancara Informal
Memiliki karakteristik struktur dan kontrol yang minim. Peneliti harus
memiliki ingatan yang kuat mengenai pelajaran yang diperolehnya di lapangan. Hal
ini perlu didukung dengan catatan spontan maupun rutin mengenai apa yang sudah
didapatkan serta mengembangkan catatan lapangan/fieldnotes. Informal berbeda
dengan ‘lightweight’/ringan. Wawancara informal terkadang akan menjadi hal yang
berat bagi peneliti untuk membuat proses menjadi sealami mungkin, mampu
membuat responden menganggap bahwa mereka sedang berkomunikasi biasa, dan
di akhir, peneliti mampu mencatat kembali hal penting dari yang didapatkan dari
proses diskusi atau wawancara informal yang telah dilakukan. Salah satu contoh
riset yang menggunakan metode utama berupa wawancara informal dilakukan oleh
Connolly (1990) mengenai gamines, atau anak jalanan, di Guatemala City dan
Bogota. Anak-anak ini hidup, makan, dan tidur di jalan. Duduk dan mengobrol
dengan anak-anak ini adalah satu-satunya cara bisa mengakses informasi dengan
baik dari mereka.
Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur dilakukan berdasarkan rencana yang jelas yang
menjadi pengarah meskipun berada di dalam pikiran, dan disertai dengan kontrol
yang minim terhadap respon/jawaban dari responden. Diharapkan dari wawancara
jenis ini dapat menggugah seseorang untuk berbicara secara terbuka,
mengekspresikan dirinya melalui istilahnya dan kecepatannya sendiri. Jenis
wawancara ini seringkali digunakan dalam proses wawancara etnografis.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 26
Wawancara Semi-Terstruktur
Dalam situasi dimana kita mendapatkan kesempatan melakukan wawancara
terhadap seseorang yang belum tentu bisa dilakukan lagi dianjurkan menggunakan
jenis wawancara semi-terstruktur. Wawancara semi-terstruktur membutuhkan
kemampuan yang sama dalam melakukan wawancara seperti pada umumnya,
hanya saja diperlukan sebuah interview guide atau discussions guide; yaitu sebuah
daftar tertulis mengenai pertanyaan dan topik yang perlu dilakukan dalam tatanan
yang telah ditentukan. Wawancara semi-terstruktur merupakan wawancara yang
paling populer untuk dilakukan termasuk di kalangan lembaga survey profesional.
Pewawancara (interviewer) memang tetap memimpin arah diskusi (secara halus),
namun dalam interview guide terdapat rangkaian instruksi seperti berikut: “Selidiki
untuk melihat apakah informan (baik perempuan maupun laki-laki) yang memiliki
anak perempuan cenderung memiliki nilai-nilai yang berbeda mengenai konsep
pergaulan remaja dibandingkan informan yang memiliki anak laki-laki”. Instruksi
seperti disebutkan merupakan instruksi untuk melakukan probing.
Wawancara Terstruktur
Dalam proses wawancara terstruktur, responden diminta untuk merespon
seidentik mungkin terhadap satu set stimulus jawaban yang telah disediakan. Hal
ini digambarkan seperti melakukan pengisian kuisioner secara lisan. Wawancara
terstruktur lainnya adalah meminta responden memberikan peringkat secara lisan
terhadap serangkaian kriteria peringkat yang telah ditetapkan untuk suatu
pertanyaan.
Patton, 1980 mengklasifikasikan tipe wawancara sebagai berikut :
Wawancara Pembicaraan Informal
Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada
pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam
mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai, tipe ini biasa digunakan
pada tipologi pure qualitative.
Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis
besar pokok-pokok pertanyaan dalam wawancara, tetapi tidak harus
dipertanyakan secara berurutan, pada umumnya digunakan untuk tipologi
quench qualitative dan panduan yang ada dinamakan discussion guide (DG)14.
Wawancara Baku Terbuka
Jenis wawancara ini adalah yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku.
Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara penyajian pun sama untuk setiap
14Contoh DG dapat dilihat pada Lampiran 3
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 27
responden. Wawancara demikian digunakan jika dipandang sangat perlu untuk
mengurangi variasi yang bisa terjadi.
Pembagian lain menurut jenis wawancara, dikemukakan oleh Guba &
Lincoln,1981 yakni:
• Wawancara oleh Tim atau panel
Wawancara oleh tim berarti wawancara yang dilakukan oleh dua orang atau lebih terhadap seorang yang diwawancarai.
• Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka (Covert and Overt)
Pada wawancara tertutup yang diwawancarai tidak mengetahui dan tidak
menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan
wawancara. Cara demikian tidak terlalu sesuai dengan penelitian kualitatif yang
biasanya berpandangan terbuka. Jadi, dalam penelitian kualitatif sebaiknya
menggunakan wawancara terbuka yang para subjeknya tahu bahwa mereka
sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara.
• Wawancara Riwayat Secara Lisan
Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat
sejarah atau yang membuat karya ilmiah, sosial, pembangunan, perdamaian,
dan sebagainya. Maksud wawancara semacam ini dilakukan sedemikian rupa
sehingga si yang diwawancarai berbicara terus-menerus, sedangkan
pewawancara mendengarkan dengan baik diselingi dengan sekali-kali
mengajukan pertanyaan.
• Wawancara Terstruktur dan Wawancara Tak Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara ini
bertujuan mencari jawaban hipotesis. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan disusun
secara ketat. Jenis ini dilakukan pada situasi jika seluruh sampel yang
representatif.
Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan
wawancara terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan abiter. Wawancara
semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan buku atau
informasi tunggal. Hasil wawancara semacam ini menekankan kekecualian,
penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan
baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal.
In-depth interview
Pada dasarnya terdapat dua tipe wawancara kualitatif in-depth interview.
Pendekatan yang pertama disertai wawancara secara personal (one-to-one) dimana
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 28
responden diwawancarai secara cukup lama mengenai isu, pengalaman atau
peristiwa. Metode yang kedua yaitu dengan menggunakan diskusi kelompok (group
discussion) yang memang didesain bagi ‘siapa saja yang menilai bagaimana orang-
orang tertentu bereaksi dalam mengutarakan pendapat dan rentang jenis
pendapat, mengeni sebuah topik.’ (Fielding dalam Henn, 2006).
Terdapat dua perbedaan pendekatan yang cukup besar dalam membaca
bentuk data wawancara kualitatif. Pertama, menurut Silverman (2000), sebagai
pendekatan yang ‘realistis’, jawaban responden diperlakukan dengan
mendeskripsikan beberapa kenyataan eksternal (misal: fakta, peristiwa) atau
pengalaman internal (misal: perasaan, maksud), sebagaimana sebuah data tersebut
memberikan gambaran faktual bagi hidup seseorang. Sebuah pendekatan alternatif
berupa ‘narasi’ memperlakukan data wawancara melalui berbagai cerita atau narasi
yang mampu mendiskripsikan dunia mereka dimana interviewer dan interviewee
menghasilkan gambaran yang beralasan mengenai dunia (Silverman 2000).
Inti dari wawancara in-depth interview adalah wawancara tersebut
menghasilkan kualitatif yang mendalam dengan memungkinkan interviewee untuk
berbicara mengenai subjek selama masih dalam pandangan dan referensi pribadi
mereka. Oleh karena itu, metode ini memumngkinkan interviewer untuk
memaksimalkan pemahaman mereka pada sudut pandang responden.
Beberapa kritik pada pendekatan kualitatif akan akan memberi alasan
bahwa kedekatan antara interviewer dan interviewee yang terjadi dalam
wawancara, diduga bahwa metode tersebut pasti terjadi adanya kesubjektifan
yang kurang ilmiah. Proses percakapan informal, seperti yang dijelesakan,
memberikan terlalu banyak ruang bagi interviewer untuk mempengaruhi jawaban
dari interviewee, apabila sebagai berikut:
Menunjukkan pandangan pribadi mereka terhadap sesuatu
Penggunaan gaya pertanyaan
Menunjukkan bahasa tubuh
Berperilaku dan mengarahkan wawancara
Meski demikian, peneliti tetap harus mengarahkan penelitian kualitatif,
namun yang berdasarkan prosedur untuk meningkatkan keilmiahan dan
mensistemasikan pendekatan secara umum. Beberapa isu seperti mengobservasi
lebih dari berbagai situs dan rekaman wawancara dibahas lebih lanjut pada bab
selanjutnya.
Banyak peneliti kualitatif juga menolak beberapa kritik yang telah
disebutkan di atas dengan menyatakan bahwa tidak mungkin mendapatkan
keobjektifan absolut dalam penelitian ini. Untuk membuktikan in-depth interview
kualitatif dalam hal ini tidak mempedulikan kenyataan yang bagi kebanyakan
penelitian adalah hal yang subjektif: sebenarnya desain penelitian kualitatif
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 29
dipengaruhi oleh nilai-nilai dan asumsi dari pihak yang memiliki kewenangan dan
mengarahakan dengan syarat:
Pertanyaan yang ditanyakan (dan sebagai dampaknya, hal tersebut yang
ternyata tidak dilakukan)
Kelompok target dan setting yang terpilih untuk penelitian
Metode penelitian yang dipilih
Metode analisis yang dipilih
Penekanan yang diberikan pada aspek-aspek tertentu pada data dalam analisis
temuan (dan sebagai dampaknya, penurunan kualitas data)
Interpretasi yang diberikan pada data
Laporan penelitian, selama tetap menjaga titik fokus, seleksi dan pembobotan
diberikan kepada elemen-elemen yang berbeda dari hasil temuan.
Keunggulan pengumpulan data menggunakan metode wawancara, yaitu:
Dapat memperoleh tingkat responsi yang tinggi, yaitu antara 80 – 85%, lebih-
lebih bila dibandingkan dengan mail questioner, karena kemungkinan tidak
dikembalikannya sangat besar.
Dapat melindungi responden terhadap pertanyaan yang ruwet/ rumit
Dapat melakukan observasi sekaligus terhadap hal-hal yang dibutuhkan.
Ada fleksibilitas karena bisa mengulang pertanyaan, dan bisa membuktikan
jawaban yang tidak meyakinkan.
Bisa menggali informasi yang nonverbal.
Tata urutan pertanyaan bisa diurutkan sedemikian rupa.
Wawancara dapat berjalan spontan.
Responden bisa menjawab pertanyaansendiri.
Bisa mencakup semua pertanyaan.
Bisa memilih waktu yang sesuai dengan kejadian yang diinterview.
Membantu responden untuk pertanyaan yang complicated.
Kelemahan pengumpulan data menggunakan metode wawancara yaitu:
Ongkos mahal.
Menghabiskan waktu yang lama.
Bias karena banyaknya faktor subjektivitas yang masuk.
Tidak ada kesempatan untuk berkonsultasi dengan beberapa catatan terhadap
hal-hal yang membutuhkan ingatan.
Transkrip wawancara sebagai data
Transkrip wawancara menampilkan bentuk yang paling umum dari data
kualitatif yang kemudian akan peneliti temukan sendiri apa yang akan dianalisa.
Pada intinya, transkrip tak lain merupakan versi data aktual dari sebuah proses.
Misalnya terdapat data dasar, seringkali berupa rekaman kaset, yang telah
ditranskripkan atau memasukkan kata-kata tersebut ke dalam alat analisa di
computer.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 30
Mengelola data wawancara
Biasanya perekaman lebih banyak dipilih karena memberikan presentasi
yang lebih lengkap mengenai apa saja yang dibicarakan. Pada beberapa contoh
kasus, perekaman juga bisa jadi tidak memungkinkan. Hammersley and Atkinson
(1995) mengingatkan bahwa terkadang responden/interviewee menolak untuk
wawancara tersebut direkam; terkadang peneliti mungkin memutuskan bahwa
perekaman akan menghalangi kejujuran atau meningkatkan kegugupan hingga
pada level yang tidak dapat ditentukan. Pada kasus ini, pentingnya catatan yang
penuh dan koheren tidak dapat dipaksakan.
b. Pengamatan (Observasi)
Berbeda dengan in-depth interview, metode utama lainnya yang sesuai
untuk digunakan dalam penelitian kualitatif adalah etnografi – studi yang
mengobservasi institusi, grup, atau suatu setting yang secara terkait masih diteliti
dan mengenai hal kecil apa yang telah diketahui yang juga saling saling terkait.
Pendekatan etnografi digunakan untuk maksud-maksud tertentu, seperti: untuk
menghasilkan secara sistematis mengenai apa yang dilihat, dan untuk membangun
teori mengenai dunia sosial. Hal tersebut menjadi adalah penting untuk dicatat.
Peneliti melakukan studi etnografi untuk memandang dunia melalui sudut pandang
yang baru dari responden yang sedang diinvestigasi, tidak hanya sekedar
mengkonfirmasi presepsi mereka mengenai suatu isu tertentu yang ada di
kelompok/organisasi mereka. Hal ini disertai dengan mencari tahu seluruh aspek
yang sedang terjjadi, bukan mengambil salah satu atau dua dari peristiwa dan
menggunakannya untuk mengkonfirmasi pandangan secara begitu saja tentang
kelalamian dunia sosial mereka.nuntuk itu, para etnografer jangan hanya
mengobservasi dan merekam perilaku-perilaku yang tidak biasa atau ekstrim,
namun juga ikut serta dalam aktivitas keseharian para objek yang sedang diteliti.
Para peneliti mengobservasi interaksi sosial dan berkomunikasi secara
informal dengan para anggota kelompok, dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan budaya, mengidentifikasinya dan memahami pola interaksi sosial di
lingkungan kelompok setempat secara alami. Tipe penelitian seperti ini mengarah
pada ‘naturalistik’ (Hammersley 1992b, pp.163–5), yang mengasumsikan bahwa
penelitian engenai perilaku manusia hanya bisa diterapkan pada situasi dimana
manusia tersebut tidak merasa sedang diobservasi secara tertutup. Hal yang harus
dilakukan oleh peneliti adalah melakukan observasi dengan cara yang tidak terlalu
mencolok dan sensitif. Biasanya hal ini disertai dengan menghabiskan waktu di
lapangan sehingga peneliti bisa lebih diterima oleh kelompok masyarakat yang
sedang diinvestigasi. Cara ini menjadi penting untuk menciptakan kondisi yang
memungkinkan baik bagi peneliti maupun yang diteliti untuk mendapatkan
kedekatan secara natural dan rasa saling percaya yang bebas dari kecurigaan dan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 31
bahaya dari adaptasi perilaku yangdapat merusak situasi dimana mereka merasa
diinterogasi orang lain.
Etnografi mengarah tidak hanya pada proses observasi; termasuk mengulur
durasi wawancara (baik perbincangan informal maupun in-depth interview dengan
individu atau kelompok) kapanpun dan dimanapun bisa dilakukan, dan bisa
termasuk, misalnya, analisis dokumen (seperti memorandum organisasi atau
dokumen pribadi). Pendekatan etnografi juga dapat disertai dengan penggunaan
metode kuantitatif seperti kuisioner. Peneliti etnografi memiliki lapangan penelitian
yang pragmatis, fleksibel dan kaya narasumber dalam pendekatan yang mereka
gunakanbaik pada metode atau simber data manapun yang merekam kehendaki –
kualitatif atau kuantitatif. Kunci untuk memastikan bahwa pendekatan penelitian
adalah memeilih salah satu yang paling sesuai dengan pertanyaan
penelitian.Metode utama penelitian yang digabungkan dengan etnografi
merupakan observasi partisipatif. Seperti yang ditekankan di atas, observasi
partisipatif disertai dengan keikutsertaan peneliti ke dalam bagian dari kelompok
masyarakat yang sedang diteliti, meskipun tidak harus menjadi anggota dari
kelompok tersebut.
Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif. Dengan observasi, peneliti dapat mendokumentaiskan dan merefleksi
secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian (Burns, 1990).
Semua yang dilihat dan didengar asalkan sesuai dengan tema penelitian
semuanya dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan
terbuka. Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa observasi merupakan salah satu
metode pengumpulan data di mana peneliti melihat mengamati secara visual
sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer.
Apabila orang yang melakukan observasi subjektivitasnya sangat tinggi, hal
ini akurasi data sangat terganggu, sehingga harus diadakan lebih dari satu orang
yang melakukan observasi dalam satu fenomena, dan bisa diukur reliabilitas antara
observasi/reliabilitas antarrater.
Beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan
dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln
(1981) sebagai berikut :
Pertama, teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung.
Tampaknya pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes
suatu kebenaran.
Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada
keadaan sebenarnya
Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat xxx dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan xxx porsional maupun pengetahuan yang
langsung diperoleh dari data.
Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data
yang dijaringnya ada yang “menceng” atau bias.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 32
Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-
situasi yang rumit.
Keenam, dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Misalkan seseorang mengamati perilaku bayi yang belum bisa berbicara atau
mengamati orang-orang luar biasa, dan sebagainya.
Jenis – jenis pengamatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif,
diantaranya adalah :
1) Observasi Terbuka
Observasi terbuka dapat dimulai dengan suatu kepala kosong tanpa teori,
sehingga pengamat harus berimprovisasi dalam merekam “tonggak-tonggak
penting” dalam pegelaran proses sosial yang terjadi. Tujuan pengamatan
terbuka ini agar pengamat mampu menggambarkan secara utuh atau mampu
merekonstruksi proses yang terjadi.
2) Observasi Terfokus
Observasi terfokus merupakan salah satu jenis pengamatan yang secara cukup
spesifik mempunyai rujukan pada rumusan masalah atau teman penelitian.
3) Observasi Terstruktur
Observasi ini dicirikan dengan adanya tindakan perekaman data secara
terstruktur dan rinci. Misalnya, peneliti melakukan observasi kepada sebanyak
mungkin masyarakat sesuai dengan pedoman pengamatan.
4) Observasi Sistematik
Observasi sistematik dilakukan secara lebih sistematis. Peneliti melakukan
pengkategorian kemungkinan bentuk atau jenis data amatan secara terstruktur.
5) Observasi Berperan serta (Participant Observation)
Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.
Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap dan tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang tampak. Dalam suatu perusahaan misalnya, peneliti dapat berperan sebagai
karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja,
bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu dengan yang lainnya,
hubungan karyawan dengan supervisor dan pimpinan, keluhan dalam
melaksanakan pekerjaan.
Pengamatan berperan serta pada dasarnya mengadakan pengamatan dan
mendengarkan secermat mungkin sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Bogdan
(1972) mendefinisikan pengamatan berperanserta sebagai penelitian yang
bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan
subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan
lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 33
6) Observasi Nonpartisipan
Dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independen. Misalnya dalam suatu pusat belanja, peneliti dapat
mengamati bagaimana perilaku pembeli terhadap barang-barang, barang-
barang apa saja yang paling diminati pembeli saat itu. Peneliti mencatat,
menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku
pembeli. Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan
mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna.
Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan yang
tertulis.
7) Pengamatan Tidak Testruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti
tidak tahu secara pasti tentang apa yang diamati. Dalam melakukan
pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi
hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
8) Pengamatan Terstruktur
Pengamatan terstruktur adalah pengamatan yang dilakukan secara sistematik,
karena peneliti telah mengetahui aspek-aspek apa saja yang relevan dengan
masalah serta tujuan penelitian. Dalam hal ini, peneliti mempersiapkan
pedoman pengamatan secara detail sekaligus menyediakan tabel cek list yang
bisa digunakan sebagai pedoman pengamatan. Pengamatan bisa dilakukan di
lapangan atau laboratorium. Pengamatan bisa terhadap manusia, hewan, atau
tumbuh-tumbuh-tumbuhan. Dalam desain noneksperimental, meskipun peneliti
tidak mempunyai kontrol terhadap variabel, akan tetapi peneliti masih dapat
secara lebih awal menentukan secara umum perilaku apa saja yang diamati agar
masalah yang dipilih dapat dipecahkan. Pada desain eksperimental peneliti
dapat mengadakan pengaturan terhadap beberapa perlakuan dan mengadakan
kontrol yang sesuai dengan keperluan menguji hipotesis dan memecahkan
masalah penelitian (Nazir, 1984)
Mengelola Jurnal dan Catatan Lapangan
Pengambilan catatan merupakan proses yang sudah sangat familiar bagi
kebanyakan orang, baik dari catatan perkuliahan, catatan rapat, tulisan memo dari
pesan telepon, atau banyak hal lain yang menjadi contoh dalam keseharian kita
yang memerlukan kertas untuk menuliskan ide. Pada semua contoh pengambilan
catatan untuk tujuan yang sama: untuk menangkap esensi mengenai apa yang
diobservasi dan direkam untuk referensi selanjutnya.
Beberapa tipe catatan lapangan tertentu merupakan jurnal reflektif. Jurnal
reflektif menempatkan peneliti pada pengalamannya secara kuat ke dalam proses
penelitian itu sendiri sehingga mampu membawa penekanan nilai secara penuh ke
dalam penelitian. Jurnal reflektif merupakan elemen inti terhadap aksi peneliti
dimana:
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 34
Memungkinkan anda dalam menggabungkan informasi dan pengalaman
yang ketika dipahami dapat membantu untuk mengerti maksud dari proses dan
konsekuensi dari perilaku serta mengantisipasi pengalaman sebelum memulai lagi
langkah yang baru. Menuliskan jurnal secara rutin menuntut disiplin dan menagkap
pengalaman anda pada peristiwa kunci secara lebih dekat ketika sedang terjadi dan
sebelum seiring berjalannya waktu dapat mengubah persepsi anda terhadap hal
tersebut (Coghlan and Brannick 2001)
Beberapa petunjuk penting diberikan oleh Guba dan Lincoln, 1981
mengenai pembuatan catatan observasi adalah berikut :
Buatlah catatan. Catatan lapangan adalah alat yang umum digunakan oleh para
pengamat dalam situasi pengamatan tak berperan serta. Pengamat dalam hal
ini relatif bebas membuat catatan, dan biasanya dilakukan pada waktu malam
sesudah pengamatan dilakukan. Pengamat dapat mencatat apa saja yang
dikehendakinya.
Buku harian pengalaman lapangan, Buku harian dibuat dalam bentuk yang lebih
terorganisasi dan harus diisi setiap hari.
Catatan tentang satuan-satuan matematis. Jika peneliti tertarik terhadap suatu
tema tertentu, maka ia perlu membuat catatan yang mendetail tema-tema yang
sesuai yang muncul.
Catatan kronologis. Catatan kronologis dilakukan secara rinci dan secara
kronologis dari waktu-kewaktu. Bisa terjadi suatu peristiwa penting yang
berlangsung sehari saja, kemudian dibuatkan catatan kronologis, dan catatan
itu diberi nomor urut, kemudian pencatatan disertai waktu.
Peta konteks. Peta konteks biasanya berupa peta, skema, diagram tentang latar
penelitian, misalnya latar kelas, tempat bermain, tempat menyimpan alat.
Taksonomi dan sistem kategori. Catatan demikian biasanya dibuat pada
pengamatan terstruktur yang kategorinya secara taksonomi dibuat mewakili
hipotesis yang telah disusun terlebih dahulu. Contoh-contoh dibuat menurut
kategori dan dapat dibuat secara terbuka.
Jadwal, Jadwal pengamatan berisi waktu secara mendetail tentang apa yang
akan dilakukan, di mana, bilamana, apa yang diamati, dan semacamnya.
Sosiometrik. Sosiometrik adalah diagram hubungan pembicaraan para subjek,
siapa berbicara dengan siapa, siapa berbicara tentang apa, dan siapa bermain
dengan apa.
Panel. Pengamatan yang dilakukan secara berkala, terhadap seseorang atau
sekelompok orang, misalnya dilakukan setiap dua minggu atau setiap sebulan,
terutama untuk menentukan perubahan-perubahan yang terjadi.
Balikan melalui kuesioner. Kuesioner dibuat untuk diisi oleh pengamat, bukan
oleh subjek. Maksud utamanya ialah untuk memberikan umpan balik kepada
pengamat sehingga ia lebih dapat mengarahkan apa yang akan diamati dan
dalam hal-hal tertentu dapat memperbaiki teknik pengamatannya.
Balikan melalui pengamat lainnya. Pengalaman pengamat lain dapat saling
dipertukarkan dengan pengamat sendiri, dan hal itu dapat lebih memperbaiki
teknik pengamatannya.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 35
Daftar cek. Daftar cek dibuat untuk mengingatkan pengamat apakah seluruh
aspek informasi sudah diperoleh atau belum. Selain itu, digunakan sebagai
pembimbing bagi pengamat dan sebagai jadwal waktu dan isi informasi yang
akan dijaring.
Alat elektronika/perekam yang disembunyikan.
c. Intrepretasi Dokumen
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia
dalam catatan dokumen. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal
dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan
pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara mendalam.
Guba dan Lincoln (1981) mendefinisikan dokumen dan record adalah
sebagai berikut: record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh
seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau
menyajikan akunting, dan dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film,
lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang
penyidik.
Dokumen dan record digunakan untuk penelitian, menurut Guba dan
Lincoln (1981), karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
seperti berikut.
Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang
stabil, kaya, dan mendorong.
Berguna sebagai “bukti” untuk pengujian.
Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena
sifatnya yang ilmiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam
konteks.
Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen
harus dicari dan ditemukan.
Keduanya tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan
teknik kajian isi.
Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Apabila dilihat dari sumbernya, data dokumentasi bisa dibedakan menjadi
beberapa jenis.
Catatan resmi (official of formal record) misalnya : jumlah pemilikan
tanah dari Badan Pertahanan Nasional, nilai siswa dari suatu sekolah,
dan sebagainya.
Dokumen-dokumen ekspresif (expressive documents) misalnya
biografi, autobiografi, surat-surat pribadi, dan buku harian.
Laporan media massa (mass media report).
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 36
Adapun kebaikan menggunakan metode dokumentasi sebagai alat
pengumpul data, sebagai berikut.
Lebih hemat tenaga, waktu dan biaya, karena biasanya sudah
tersusun dengan baik.
Peneliti mengambil data dari peristiwa yang lalu.
Tidak ada kesangsian masalah lupa (kecuali dokumen hilang).
Lebih mudah mengadakan pengecekan.
d. Focus Group Discussion (FGD)
Focus group dilakukan untuk mendiskusikan topik khusus dan
memahami sikap dan reaksi sekelompok orang terhadap sebuah kebijakan
publik, pelayanan sosial, dan lain sebagainya. Metode ini berawal dari hasil
kerja Paul Lazarfeld dan Robert Merton pada tahun 1941 di Columbia
University Office of Radio Research. Sekelompok responden diundang untuk
mendengarkan sebuah rekaman program radio dimana program tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran moral publik terhadap
keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II. Responden diminta untuk
menekan tombol merah ketika mendengarkan sesuatu yang membuat
mereka bereaksi negatif, dan menekan tombol hijau sebagai representasi
reaksi positif. Reaksi tersebut direkam secara otomatis melalui sebuah
poligraf. Setelah sesi tersebut selesai, seorang pewawancara/interviewer
mengajak mereka berdiskusi dalam sebuah grup untuk mengetahui lebih
dalam mengenai reaksi yang telah mereka indikasikan saat mendengarkan
rekaman program radio. Proses perekaman live mengenai reaksi seseorang
dikombinasikan dengan diskusi grup yang diinisiasi Lazarfeld dan Merton
tersebut menjadi populer hingga saat ini terutama di bidang advertising
research. Saat ini terdapat berbagai firma yang menyediakan jasa
penyelenggaraan focus group secara profesional dimana di dalamnya
terdapat metode rekrutmen responden dan instruksi khusus dalam
melaksanakan sesi focus group.
Meskipun metode focus group telah muncul dan banyak digunakan
sejak tahun 1950’an, namun metode ini baru diakui untuk bisa digunakan di
dunia akademis sekitar tahun 1970’an. Hal ini disebabkan karena metode
focus group tidak banyak melibatkan data statistik hingga akhirnya para
peneliti sosial membuktikan dan mengakui manfaat dari mengkombinasikan
metode kualitatif dan kuantitatif. Focus group tidak mensubstitusi
keberadaan survey, tetapi lebih pada konteks melengkapi. Beberapa peneliti
memanfaatkan focus group untuk merancang dan mengevaluasi kuisioner
yang telah disusun sebelum disebar ke responden yang lebih luas. Focus
group juga dapat membantu menginterpretasikan hasil survey. Selain itu
focus group juga sangat bermanfaat sebagai studi awal dalam proses
pengambilan keputusan. Focus group dapat menjadi media yang efektif dan
untuk mengumpulkan data yang kredibel mengenai kecenderungan sikap,
perasaan, preferensi, dan beberapa alasan dari timbulnya reaksi tertentu.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 37
Focus Group Discussion (FGD) disebut juga grup interview yang
tergolong dalam jenis wawancara terfokus atau terstruktur. Minichiello
(1990) mengemukakan wawancara jenis ini menggunakan panduan diskusi
tersusun dari beberapa topik tetapi urutan pertanyaannya tidak disusun
secara kaku, melainkan lebih fleksibel, FGD menurut Hoed (1995), dirancang
dengan tujuan mengungkapkan persepsi kelompok mengenai suatu gejala
budaya (misalnya sebuah merek produk, program, atau kebijaksanaan
tertentu). Sementara Krueger (1998) menyebutkan :
“Focus group produce qualitative data that provide insights into the attitudes, perceptions, and opinions of participants”.
Lebih lanjut Krueger mengatakan karakteristik FGD mencakup lima hal,
yaitu:
“Sejumlah orang, yang memiliki karakteristik tertentu, memberikan data,
tentang sifat atau keadaan kualitatif tertentu, dalam sebuah diskusi terfokus”.
Krueger (1988) menyatakan bahwa pelaksanaan FGD tidak bertujuan
mencari “consensus”, tidak mencari pemecahan masalah, dan tidak bertujuan
memberikan rekomendasi atau membuat keputusan. Penelitian kualitatif disini
lebih kepada proses.
FGD menurut Bugin (2000) teknik pengumpulan data yang umumnya
dilakukan pada penelitian kualitatif. FGD dibangun berdasarkan asumsi : (a)
keterbatasan individu selalu tersembunyi pada ketidaktahuan kelemahan pribadi
tersebut, (b) masing-masing anggota kelompok saling memberi pengetahuan satu
dengan lainnya dalam pergaulan kelompok, (c) setiap individu dikontrol oleh
individu lain, sehingga ia berupaya agar menjadi yang terbaik, (d) kelemahan
subjektif terletak pada kelemahan individu yang sulit dikontrol oleh individu yang
bersangkutan, (e) intersubjektif selalu mendekati kebenaran yang terbaik.
Peneliti juga harus mempertimbangkan siapa saja yang akan menjadi
anggota FGD, dan siapa saja pula yang menjadi narasumber. Pertimbangan
menentukan siapa yang terlibat dalam FGD berkaitan dengan beberapa hal, yaitu :
Keahlian atau kepakaran seseorang dalam kasus yang akan didiskusikan.
Pengalaman praktis dan kepedulian terhadap fokus masalah.
Pribadi terlibat pada fokus masalah.
Tokoh otoritas terhadap kasus yang didiskusikan.
Masyarakat awam yang tidak tahu menahu dengan masalah tersebut
namun ikut merasakan persoalan yang sebenarnya.
Memilih informasi untuk FGD, peneliti biasanya akan mengambil anggota
yang memenuhi syarat berdasarkan kriteria15 yang telah ditetapkan yaitu anggota
ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu. Berdasarkan kriteria yang dipaparkan
oleh Bungin (2003) sebagai berikut. 15
Berdasarkan screener yang telah dikembangkan dengan menggunakan strategi sampling yang telah ditentukan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 38
Memiliki keahlian atau kepakaran dalam kasus yang akan didiskusikan.
Memiliki pengalaman praktisi dan kepedulian terhadap fokus masalah.
Anggota FGD menurut Krueger (1988) menganggap 4 sampai 6 orang
merupakan jumlah yang ideal karena lebih akrab, lebih mudah merekrut, dan lebih
nyaman. Sedangkan peneliti yang lain menempatkan jumlah anggota FGD yang baik
antara 7 sampai 10 orang.
Pelaksanaan diskusi dipimpin oleh seorang pimpinan diskusi dan juga bisanya
dibantu oleh seorang sekretaris yang akan mencatat jalannya diskusi. Namun bisa
saja pimpinan diskusi mencatat sendiri jalannya diskusi. Pada awal diskusi pimpinan
diskusi mengarahkan fokus dan jalannya diskusi serta hal-hal yang akan dicapai pada
akhir diskusi. Sasaran diskusi dapat dirumuskan sendiri oleh pimpinan diskusi agar
peserta melakukan diskusi secara terfokus. Pada saat diskusi berlangsung, pimpinan
diskusi selain menjadi katalisator, ia selalu menjaga dinamika agar diskusi berjalan
dengan lancar.
Tahapan analisis dilakukan oleh peneliti berdasarkan transkrip FGD yang
telah dibuat. Pada tahap analisis, FGD memiliki kesamaan dengan analisis isi, dalam
arti metode ini memiliki langkah-langkah dimaksud adalah :
Melakukan coding terhadap sikap, pendapat peserta yang memiliki
kesamaan.
Menentukan kesamaan sikap dan pendapat berdasarkan konteks yang
berbeda.
Menentukan persamaan istilah yang digunakan, termasuk perbedaan
pendapat terhadap istilah yang sama.
Melakukan klasifikasi dan kategorisasi terhadap sikap dan pendapat peserta.
Mencari hubungan diantara masing-masing kategorisasi yang ada untuk
menentukan bentuk bangunan hasil diskusi atau sikap dan pendapat
kelompok terhadap masalah yang didiskusikan (fokus diskusi).
Menyiapkan draft laporan FGD untuk didiskusikan pada kelompok yang
lebih besar untuk mendapat masukan lebih luas, sebelum diseminarkan
dalam forum ilmiah.
Contoh kasus dalam Focus Group
Knodel, dkk (1984) melakukan serangkaian focus groups untuk mempelajari
perubahan tingkat fertilisasi di Thailand. Penelitian ini menyelenggarakan beberapa
sesi grup diskusi. Grup dibentuk dengan beberapa kriteria yaitu berdasarkan jenis
kelamin, usia, dan jumlah anak yang ada/diinginkan. Untuk kasus penelitian ini
terbagi empat grup yaitu:
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 39
Tabel 3.4. Kriteria pembentuk grup dalam kasus penelitian Knodel
Kriteria Grup 1 Grup 2 Grup 3 Grup 4
Jenis Kelamin:
Perempuan ● ●
Laki-laki ● ●
Usia:
≤ 35 tahun ● ●
≥ 50 tahun ● ●
Status:
Menikah ● ● ● ●
Jumlah anak yang diinginkan:
≤ 3 orang ● ●
≥ 5 orang ● ●
Tingkat Pendidikan:
SD ● ● ● ●
Knodel kemudian mengulang pembentukan grup berdasarkan kriteria diatas
di enam wilayah di Thailand dengan tambahan kriteria etnis dan agama namun
dengan mempertahankan fokus diskusi di setiap grup adalah tetap, yaitu: “berapa
jumlah anak yang diinginkan dan mengapa?”. Knodel memilih studi ini dengan latar
belakang terjadi menurunnya jumlah anak pada generasi keluarga baru di Thailand.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama penyebab menurunnya
fertilisasi adalah karena adanya pembatasan anak karena biaya hidup terutama
pendidikan anak cukup mahal sehingga memunculkan persepsi umum bahwa
semakin banyak anak maka akan semakin banyak pula uang yang harus disiapkan
untuk membiayai pendidikan mereka.
Dari contoh kasus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian
tersebut tidak hanya dilakukan melalui sebuah focus group saja, tetapi serangkaian
focus group. Setiap grup mewakili sebuah sub-grup yang dibentuk dengan
mekanisme yang bersifat factorial design.Prinsip factorial design ini merupakan hal
yang kritis dalam metode focus group karena memiliki sifat replicable.
Pembentukan sub-grup ini dapat diulang di berbagai wilayah lain oleh peneliti lain
dengan fokus diskusi yang sama yang bertujuan untuk mendapatkan sifat dan unit
data yang serupa. Selain itu dapat dipahami pula bahwa setiap grup memiliki
homogenitas berdasarkan satu atau beberapa variabel independen.Beberapa
contoh lain dalam pembentukan sub-grup FGD melalui factorial design dapat
dilihat di form screening responden di Lampiran (form screening responden
penelitian pesisir Brondong, Lamongan dan penelitian cagar budaya Kemasan,
Gresik).
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 40
Validitas Focus Group
Secara umum, focus group – seperti metode participant observation, in-
depth interview, dan metode kualitatif yang sistematis lainnya – sebaiknya
digunakan untuk pengumpulan data atau informasi terkait content, baik itu makna,
nilai, pendapat, sikap, dan lainnya. Sedangkan jika data yang dibutuhkan adalah
untuk menilai proporsi dalam sebuah populasi yang cenderung bersifat statistik,
maka focus group bukanlah metode yang tepat. Contoh kebutuhan data terkait
proporsi bida digambarkan dengan pertanyaan : “Berapa tingkat penurunan yang
dialami masyarakat pesisir terkait pergeseran mata pencaharian nelayan di desa
A?”Proporsi terkait dengan angka, dan untuk kebutuhan data yang bersifat
numerik/angka maka pengumpulan data melalui survey seperti menyebar kuisioner
akan lebih membantu. Namun jika yang dibutuhkan adalah content, seperti
“Mengapa masyarakat pesisir di desa A lebih memilih bermatapencaharian non-
nelayan pada satu dekade terakhir ini?”; maka metode focus group adalah metode
yang tepat.
Ukuran, Komposisi, dan Jumlah Focus Group
Focus group umumnya terbentuk dari 6-12 orang beserta seorang
moderator. Ukuran yang paling populer biasanya antara 7-8 orang. Jika sebuah grup
terlalu sedikit maka akan sangat mudah didominasi oleh beberapa yang paling
vokal, sedangkan jika terlalu banyak maka akan semakin susah untuk
diarahkan/difokuskan. Bagaimanapun grup yang lebih kecil justru lebih baik ketika
yang dibutuhkan adalah terungkapnya isu yang sifatnya sensitif. Diperlukan
moderator dengan skill tertentu yang mampu mengungkap insight dari responden.
Komposisi di dalam sebuah focus group sebaiknya bersifat homogen. Penentu
homogenitas adalah dari sudut pandang peneliti. Sebagai contoh kasus penelitian
pelestarian kawasan cagar budaya; untuk mendapatkan persepsi mengenai potensi
kawasan cagar budaya dari sudut pandang penghuni kawasan tersebut maka
dibutuhkan grup yang salah satu kriteria respondennya adalah telah menghuni di
bangunan cagar budaya di kawasan tersebut minimal untuk periode tertentu.
Wawancara kualitatif dilaksanakan bersama sekelompok peserta (kelompok
terfokus) dengan tujuan yang berbeda daripada hanya sekedar pada satu
responden. Tujuan utama dari keduanya adalah untuk mengumpulkan data secara
akurat yang menunjukkan pemikiran, perasaan, dan opini dari responden; meski
demikian dalam focus group penekanan dilakukan untuk menstimulasi diskusi dari
seluruh peserta dan membahas respon yang mungkin di lain hal menjadi kurang
sering dibahas. Seperti diskusi yang memungkinkan peserta mengklarifikasi
pandangan dan opininya atau bergabung dengan pembicaraan dasar dengan yang
lain untuk lebih memperjelas opini masing-masing. Interksi yang dinamis menjadi
yang elemen paling krusial dalam pendekatan foucs group. Interviewer
(moderator) akan menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan proses debat
para responden mengenai suatu topik atau isu, untuk menyangkal opini dari yang
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 41
lain, mengidentifikasi area konsensus dan ketidaksepakatan, serta mengumpulkan
beberapa contoh yang dapat membantu menjelaskan suatu konsep.
Para peserta focus group biasanya ditentukan melalui beberapa atribut yang
akan didiskusikan kepada seluruh peserta diskusi. Atribut tersebut dapat berupa
pengalaman, opini yang telah beredar, karakteristik sosial-demografi, atau beberpa
variabel lainnya. Untuk itu, beberapa bentuk metode theoretical sampling
digunakan dalam pemilihan anggota kelompok sehingga tingkat ke-homogenitas-an
nya jelas. Hal ini menjadi penting karena: terlalu banyak perbedaan dan terlalu
heterogen, membuat focus group menjadi tidak tajam dan susah diatur; berbeda
dengan apabila para peserta dari kelompok tertentu berbagi sebuah atribut penting
yang memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi posisi pendapat dalam diskusi
(dan area ketidaksepakatannya atau adanya potensi kemiripan pendapat) serta
membandingkan beragam opini yang muncul dari focus group lain, yang
anggotanya berdasakan atribut alternatif lainnya.
Pada focus group, peran moderator adalah untuk meningkatkan diskusi dari
para peserta mengenai sejumlah topik, membenturkan opini dari kelompok yang
lain, dan untuk mengindetifikasi posisi diskusi. Untuk menstimulasi diskusim
berbagai jenis metode pengumpulan data dapat digunakan. Moderator akan
berusaha untuk mengukur reaksi terhadap beberapa pertanyaan yang spesifik
ditanyakan dari panduan topik secara umum. Selain itu dapat juga menggunakan
kalimat-kalimat petunjuk, benda-benda visual (seperti: kartu bergambar, leaflet,
kliping Koran dan video.Apabila memungkinkan, asisten moderator juga dapat
diminta untuk membantu proses focus group. Peranan asisten moderator bisa
bermacam-macam, seperti memastikan pengoperasian alat perekam. Hal ini
disebabkan sangat mudah bagi moderator terlalu larut dalam diskusi sehingga lupa
untuk mematikan alat perekam ketika diskusi telah berakhir. Untuk itu peran
asisten sangan krusial untuk betanggungjawab pada alat-alat praktek semacam ini.
Jika anda dapat mengatur seorang asisten untuk membantu dalam focus group,
anda dapat meminta asisten untuk menyusun format catatan lapangan.
Focus group dapat menjadi sangat sulit untuk diatur. Selalu ada resiko
dalam memaksimalkan peran serta seluruh peserta dalam diskusi. Beberapa
peserta akan melihat hal ini sebagai tanda untuk membuat dirinya menjadi yang
paling dominan diantara peserta lainnya. Moderator harus mengantisipasi
bagaimana mengelola kejadian seperti ini dengan mengurangi porsi berpendapat
seseorang yang paling dominan dan memancing pendapat dari anggota lainnya
secara halus dan tanpa memaksa. Ada beberapa teknik bertanya untuk beberapa
kasus seperti ini, namun kunci utama untuk mengelola dinamika kelompok dalam
sebuah focus group adalah menjelaskan peraturan dasar untuk sesi diskusi, diluar
topic perbincangan sebelum diskusi dimulai. Pada saat inilah moderator dapat
menjelaskan secara detail mengapa ketika diskusi nanti moderator akan meminta
kontribusi mereka mengutarajan pandangan dan observasi agara dapat
memaksimalkan cakupan pendapat-pendapat yang direkam.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 42
Contoh pertanyaan atau kalimat yang dapat digunakan dalam FGD
(diadaptasi dari Krueger 1994)
Menjaga diskusi agar tetap fokus:
‘Menarik sekali ya kedengarannya. Nanti akan kita bahas labih lanjut lagi.’
Peserta yang terlalu mendominasi:
‘Terimakasih Pak/Bu.., apakah yang lain ada komentar mengenai pertanyaan tadi?’
‘Apakah yang lain memiliki pendapat berbeda?’
‘Baik, itu tadi merupakan salah satu sudut pandang. Apakah ada pandangan yang lain?’
Responden yang membingungkan dan berbicara panjang lebar:
Berhenti menatap mata setelah 15-20 detik (asisten moderator juga melakukan hal yang
sama)
Pandangan (penekanan dan kesepakatan/ketidaksepakatan):
‘Pendapat yang sangat jelas sekali. Apakah ada yang sepakat dengan hal itu? Mengapa?
Seberapa yakin Anda merasa demikian?’
‘Apakah ada yang tidak sepakat dengan pandangan ini? Mengapa? Seberapa yakin Anda
merasa demikian?’
atau ‘Apakah ada pandangan yang berbeda? Atau ada yang memiliki pandangan lain?’
Ada kalanya moderator perlu balik bertanya kepada peserta:
Mengakhiri pertanyaan/pertanyaan penutup:
‘Jadi semuanya telah disampaikan ya. Jika Anda diberi waktu satu menit untuk kembali
menegaskan isu apa yang yang paling penting, yang sedang kawula muda hadapi saat ini
dan mengapa. Apa yang akan Anda sampaikan?’
Memberi ringkasan secara berkala (bagi seluruh pedapat, termasuk pendapat yang minoritas)
Diam:
Seringkali pertanyaan yang paling baik, bukanlah berupa pertanyaan. Hanya dengan diam
menunggu respon jawaban, akan memungkinkan bagi beberapa peserta yang
membutuhkan waktu atau yang tidak yakin dengan jawabannya, untuk menyusun jawaban.
Menginvestigasi (probing) dan mengisyaratkan (prompting):
Berhenti sesaat (sekitar 5 detik, disertai dengan tatap mata) untuk memberi kesempatan
responden untuk mengelaborasi/menambahkan pendapat.
Menginvestigasi (probing):
‘Dapatkah Anda jelaskan lebih lanjut lagi?’ atau ‘Bisakah Anda memberi contoh apa
yang Anda maksudkan?’ atau ‘Bisakah diperjelas lagi?’ atau ‘Apakah ada hal lain lagi?’
atau ‘Tolong jelaskan maksud Anda?’ atau ‘Saya masih kurang paham.’
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 43
Contoh pembukaan dalam sesi FGD (dari Henn et al. 2002)
1. Salam pembuka.
2. Tujuan dari FGD.
3. Anda terpilih dalam peserta FGD ini karena Anda memiliki dan sesuai dengan kriteria berikut
(sebutkan detail organisasai peyelenggara FGD/analisis rasional (terdapat 6 kelompok, masing-
masing terdiri dari sekian orang)
4. Menjelaskan prosedur perekaman wawancara dan akan digunakan untuk apa rekaman tersebut
(menghindari pembuatan catatan). Yakin dan beranilah pada tahap ini, dan segera lanjutkan
pertanyaan.
5. Pernyataan mengenai data diri: seperti nama depan, tapi ketika menuliskan laporan, tidak ada
nama yang yang akan dicantumkan dalam komentar. Yakin dan beranilah pada tahap ini, dan
segera lanjutkan pertanyaan.
6. Maksud dari keberadaan dua asisten moderator.
7. Insentif pada awal sesi dan biaya transport pada akhir sesi, jika ada.
8. Dilarang merokok.
9. Matikan telepon seluler.
10. Waktu berakhirnya sesi diskusi.
11. Peraturan bagi peserta.
3.7 Validitas dan Realibilitas Dalam Metode Kualitatif
“Validity and reliability are two factors which any qualitative researcher should be concerned about while designing a study, analysing results and judging the quality of the study. This corresponds to the question that “How can an inquirer persuade his or her audiences that the research findings of an inquiry are worth paying attention to?" (Patton, 1990)
Realibilitas, pada dasarnya merupakan istilah yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif untuk mengevaluasi apakah penelitian yang dilakukan sudah
baik atau belum, dapat diaplikasikan atau tidak. Namun dalam penelitian kualitatif,
realibilitas tidak diukur berdasarkan standar kuantitatif yang ada, namun
berdasarkan beberapa standar baru, yang akan dijelaskan kemudian di sub bab ini.
Validitas di sisi yang lain adalah pengukuran apakah penelitian yang
dilakukan beserta hasilnya telah benar dan telah menjawab tujuan dari penelitian
yang sebenarnya. Kedua hal ini akan dijabarkan lebih lanjut pada sub bab berikut
ini.
a) Realibilitas
Dalam penelitian kualitatif, pengukuran realibilitas digantikan oleh beberapa
definisi baru seperti yang dinyatakan Moleong dalam Bungin,2007 dan
pengembangannya dalam Denzin & Lincoln, 1997, berikut ini ;
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 44
Krteria yang dievaluasi dalam penelitian kualitatif menurut moleong dalam
bungin,2007 adalah :
Kredibilitas/derajad kepercayaan
Kepastian
Kebergantungan
Tabel 3.5 Pengukuran Realibilitas Penelitian Kualitatif Moleong
KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN PENJELASAN
Kredibilitas
(derajat sejauh
mana penelitian
ini dapat
dipercaya)
(1) Perpanjangan keikutsertaan
(2) Ketekunan pengamatan
(3) Trianggulasi
(4) Pengecekan sejawat
(5) Kecukupan referensial
(6) Kajian kasus negatif
(7) Pengecekan
narasumber/responden
Lama pengamatan yang
dilakukan di lapangan dan
seberapa terlibat dengan
setting studinya, apabila
tingkat keterlibatan rendah
maka advisor dapat
menyarankan untuk
memperpanjang
Diukur berdasarkan data
yang didapatkan
Apakah peneliti melakukan
triangulasi pada data yang
diperoleh
Apabila terdapat rekan
kerja, bagaimana pendapat
rekan kerja tersebut
terhadap hasil penelitian
Apakah referensi (data)
yang diperoleh sudah
memadai atau tidak
Apakah ada peneitian
sebelumnya yang
mempunyai hasil yang
berbeda
Bagaimana responden yang
telah dijadikan narasumber
baik secara kredibilitas
maupun kemampuannya
Kepastian (8) Uraian rinci Melengkapi penelitian
dengan transkrip (apakah
sudah lengkap dan benar)
Melengkapi penelitian
dengan screener
responden dan discussion
guide
Melengkapi penelitian
dengan metode dan
teknik analisis yang
digunakan
Kebergantungan (9) Audit kebergantungan Memeriksa kembali,
apakah peneliti mengambil
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 45
Sumber :Adaptasi Penulis dari Moleong dalam Bungin, 2007
Di sisi yang lain, Denzin & Lincoln, 1997 membuat kriteria yang dapat dievaluasi
dalam penelitian kualitatif adalah :
Kredibilitas peneliti
Kredibilitas metode pengumpulan data
Kredibilitas teoritis dan referensial
Kepastian
Kebergantungan
Tabel 3.6. Pengukuran Realibilitas Penelitian Kualitatif Denzin & Lincoln
KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN PENJELASAN
Kredibilitas
(derajat
kepercayaan)
(1) Perpanjangan
keikutsertaan
(2) Menemukan siklus
kesamaan Data
(3) Ketekunan pengamatan
(4) Trianggulasi kejujuran
peneliti
(5) Pengecekan melalui
diskusi
(6) Kajian kasus negatif
Telah dijelaskan
pada tabel
Moleong
Apakah data yang
diperoleh telah
memiliki derajad
saturasi
Telah dijelaskan
pada tabel
Moleong
Kredibilitas Metode
Pengumpulan Data
(7) Trianggulasi Metode
Trianggulasi Sumber Data Apakah data dan
temuan yang
orang yang dikenal sebagai
narasumber
Memeriksa kembali
perspektif peneliti dan
hasil temuan lapangan,
apakah telah memiliki
obyektifitas yang
diinginkan
Kepastian (10) Audit Kepastian Memeriksa transkrip
(apakah sudah lengkap
dan benar)
Memeriksa kembali
discussion guide yang
diusulkan, apakah
sudah mencakupi
semua data yang
dibutuhkan
Memeriksa hasil analisa
konten dan koding
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 46
diperoleh telah di
cek berdasarkan
hasil triangulasi
dari sumber data
yang lain/ dengan
metode yang lain
Kredibilitas Teoritis
dan Referensial
(10) Trianggulasi teori
(11) Kecukupan referensial Telah dijelaskan
pada tabel
Moleong
Kepastian (12) Uraian Rinci Telah dijelaskan
pada tabel
Moleong
Kebergantungan (13) Audit Kebergantungan Telah dijelaskan
pada tabel
Moleong
Sumber :Adaptasi Penulis dari Denzin & Lincoln, 1997
b) Validitas
Berbeda dengan penelitian pada analisis kuantitatif, yang menekankan validitas
pada mekanisme perulangan. Validitas yang digunakan untuk jenis penelitian
kualitatif adalah validitas intrepretatif. Yang dimaksud dengan validitas intrepretatif
adalah bagaimana seorang peneliti mempertangungjawabkan penelitiannya
terhadap audiens (bisa peneliti lain atau bukan peneliti) terutama kalangan
akademisi Altheide & Johnson dalam Denzin & Lincoln,1997), namun di sisi yang
lain penelitian yang valid juga dapat diukur dari derajad saturasi (kejenuhan) data
yang diperoleh.
c) Strategi Meningkatkan Validitas dan Kredibilitas Penelitian
Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh peneliti dalam meningkatkan validitas
dan realibilitas penelitian adalah dengan cara melakukan triangulasi.
Cohen and Manion (1986) mendeskripsikan trianggulasi sebagai usaha
untuk memberikan gambaran, menjelaskan lebih banyak, lebih kaya dan
lebih kompleks dibandingkan dari satu sudut pandang.
Altrichter et al. (2008) menyatakan bahwa trianggulasi memberikan detail
dan gambaran yang seimbang mengenai suatu situasi
Menurut O’Donoghue and Punch (2003), triangulation adalah methode
untuk cross check data dari berbagai macam sumber.
Penggunaan trianggulasi biasanya digunakan pada suatu keadaan dimana data yang
ada tidak memadai, sehingga bagaimanapun keadaan sebuah data tetap lebih baik
dibandingkan dengan ketiadaan data. Sehingga jangan pernah membuang data
yang buruk Penggunaan trianggulasi biasanya tidak sebagai alat analisis utama
dalam sebuah penelitian namun digunakan untuk meningkatkan validitas dan
realibilitas data kualitatif.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab III
III- 47
Jenis – jenis triangulasi ;
Data triangulation: melibatkan waktu, ruang dan responden/narasumber,
dengan kata lain apabila data masih meragukan, maka peneliti dapat
melakukan pengecheckan ulang yang melibatkan waktu, ruang dan
responden yang bersangkutan
Investigator triangulation: melibatkan peneliti lain dalam penelitian untuk
memberikan pandangan, apakah data/temuan yang diperoleh telah valid
atau tidak
Theory triangulation: menggunakan beberapa teori untuk menjelaskan
fenomena
Methodological triangulation: menggabungkan dua penelitian kualitatif dan
kuantitaif dalam melakukan triangulasi.
BAB 4
METODE DAN TEKNIK ANALISA KUALITATIF
“Qualitative research is many thing to many people (Denzin,1989)”
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-2
BAB IV. METODE DAN TEKNIK ANALISA KUALITATIF
Data kualitatif sering dicirikan sebagai data yang memiliki struktur yang tidak
kaku dan sedikit tidak beraturan. Berbeda dengan data kuantitatif yang bersifat
statistik dan lebih mudah untuk diletakkan di struktur analisis yang telah ditentukan
sebelumnya, data kualitatif tidak memberikan kemewahan tersebut pada peneliti
kualitatif. Ketidakberaturan data, temuan-temuan yang muncul dalam proses
pengumpulan data menjadi tantangan bagi para peneliti kualitatif untuk
memahaminya dan hal ini dapat diatasi selama dapat ditentukan bahwa tidak ada
pendekatan yang benar maupun yang salah. Untuk itu diperlukan pendekatan umum
untuk menganalisa data kualitatif dengan ciri yang istimewa tersebut, dimana
diagram kerja penelitian dapat menyesuaikan dengan karakter data. Selain itu,
seperti yang seharusnya telah kita ketahui bahwa pengenalan analisis kualitatif
tidaklah sistematis sehingga dapat diatasi dengan penggunaan aplikasi untuk
pendekatan tertentu dan mengorganisasikan serta menstrukturkan data dengan
baik. Kita harus memandang perlunya metode analisis induksi ke dalam beberapa
detail, selama mereka dapat diaplikasikan pada sejumlah pilihan data, namun
sebelum melakukannya alangkah baiknya bahwa pendekatan analisis lainnnya juga
tersedia untuk peneliti kualitatif. Hal ini menjadi fokus pada tipe data spesifik dan
telah dibangun untuk memenuhi tujuan.
4.1. Content Analysis
Content analysis merupakan salah satu teknik analisis yang paling penting di
ilmu sosial. Content analysis melihat data bukan sebagai representasi fisik belaka,
namun juga sebagai teks, gambaran, dan ekspresi yang tercipta untuk dilihat,
diibaca, diinterpretasikan, bahkan dilaksanakan berdasarkan maknanya, dan
tentunya memerlukan proses analisis dalam pemikiran manusia. Menganlisis teks
berdasarkan konteks kegunaannya membedakan content analysis terhadap metode
penelitian lainnya. Saat ini content analysis telah menjadi alternatif yang terbukti
efisien dalam menganalisis opini publik, menganalisi pasar/market, proses politik,
dan ide-ide yang sedang berkembang. Content analysis bahkan juga digunakan
dalam menyelesaikan sengketa hukum dan juga sebagai pendekatan eksplorasi
terhadap pikiran manusia secara individu, serta persepsi masyarakat yang terbentu
dan dibentuk oleh media massa. Content analysis adalah teknik analisis untuk
membuat pemahaman terhadap teks (atau data bermakna lainnya) mengenai
konteksnya yang sifatnya replicable dan valid. Sebagai sebuah teknik, content
analysis melibatkan prosedur khusus. Hal ini bisa dipelajari dan diambil dari
wewenang individu seorang peneliti. Content analysis mampu memudahkan peneliti
untuk mendapatkan insight baru, mengembangkan pemahaman peneliti terkait
fenomena tertentu atau menginformasikan tentang makna sebuah tindakan
praktis/perilaku. Content analysis adalah sebuah scientific tool.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-3
Sebuah teknik analisis diharapkan dapat dipercaya atas ketetapannya yaitu
teruji atau reliabel. Dan lebih spesifik lagi teknik analisis sebaiknya membuahkan
hasil yang bersifat replicable yang artinya peneliti yang bekerja di ruang dan waktu
yang terpisah dapat menghasilkan temuan yang kurang lebih sama ketika
mengaplikasikan teknik yang sama terhadap data yang sama. Replikabilitas adalah
bentuk paling penting dari sebuah reliabilitas. Dalam literatur terkait content
analysis, terdefinisikan tiga kategori definisi terhadap metode ini, yaitu:
1. Definisi yang mengambil isi/konten untuk dipahami dari sebuah teks
2. Definisi yang mengambil isi/konten untuk menjadi properti sumber dari sebuah
teks
3. Definisi yang mengambil isi/konten untuk berkembang dalam proses analisis
dalam memahami sebuah konteks
Dalam kerangka di Gambar 4.1 digambarkan secara umum dan sederhana
mengenai komponen konseptual dari content analysis yang meliputi:
Sebuah teks; merupakan data awal yang dibutuhkan dalam content analysis untuk memulai sebuah proses analisis
Pertanyaan penelitian; merupakan hal yang ingin dijawab melalui teks yang tersedia Konteks terpilih; merupakan perspektif yang ditentukan peneliti untuk memahami
teks yang tersedia Konstruksi analisis; operasionalisasi mengenai apa yang dipahami mengenai konteks Inferences/penjelasan; penjelasan yang berusaha menjawab pertanyaan penelitian
yang merupakan pencapaian awal dari sebuah proses content analysis Validasi bukti; merupakan justifikasi akhir dari sebuah proses content analysis.
Gambar 4.1 Kerangka proses Content Analysis
Sumber: Krippendorf, 2004
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-4
Berikut adalah penjelasan lebih detail terkait masing-masing komponen
dalam kerangka diatas:
Teks
Data merupakan titik awal dari setiap penelitian ilmiah. Data dianggap
sebagai hal yang given sehingga peneliti sebaiknya tidak meragukan mengenainya.
Terkait data primer yang diperoleh melalui survey, focus group, maupun percobaan,
peneliti telah melakukan pengontrolan di awal sehingga data yang muncul dianggap
telah valid.
Pertanyaan Penelitian
Menjawab pertanyaan penelitian adalah target dari pemahaman terhadap
teks yang tersedia sebagai data. Secara umum, tipe pertanyaan tertentu telah
mendelineasi beberapa jawaban awal dianggap sebagai kemungkinan dan akan diuji
kebenarannya. Terkait hal ini maka pertanyaan penelitian merupakan analog dari
serangkaian hipotesis.
Konteks
Konteks selalu merupakan konstruksi konseptual seseorang terhadap sebuah
teks dan merupakan situasi yang berperan dalam dipilihnya serangkaian teks atau
bahkan munculnya sebuah teks. Dalam sebuah content analysis, konteks
menjelaskan hal-hal yang dilakukan peneliti terhadap sebuah teks; hal ini bisa
dianggap sebagai hipotesis terbaik seorang peneliti agar serangkaian teks terkait
makna, kutipan, maupun tindakan yang diharapkan muncul dari perekaman data
primer. Pengetahuan terhadap konteks dalam menganalisis konten dapat
diklasifikasikan menjadi:
Hubungan korelasi yang stabil; dimana dipercaya dapat menghubungkan teks
yang tersedia terhadap jawaban dari pertanyaan penelitian;
Kondisi yang kontributif; dimana terdiri dari berbagai faktor yang diketahui
berpengaruh terhadap hubungan korelasi stabil diatas.
Konstruksi Analisis
Konstruksi analisis mengoperasionalkan hal-hal yang dipahami oleh peneliti
mengenai konteks terutama terhadap jaringan korelasi yang diasumsikan dapat
menjelaskan bagaimana teks yang tersedia berhubungan dengan jawaban yang
diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian.
Penarikan Kesimpulan (Inferences)
Penarikan kesimpulan dari hasil konstruksi analisis dapat dilakukan dengan
baik pada tahap ini. Penjelasan bisa dilakukan secara tersembunyi melalui
pengkodean jika melalui prosedur analisis tertentu seperti pengkodean digital atau
indikator yang telah ditemukan sebelumnya.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-5
Secara logika, setidaknya terdapat 3 tipe dalam menarik kesimpulan, yaitu:
1. Penarikan Kesimpulan secara Deduktif (Deductive Inferences)
Penjelasan deduktif merupakan penyimpulan secara logika. Pemahaman
ini diproses dari umum ke khusus. Contoh menarik kesimpulan secara deduktif
adalah sebagai berikut:
- Kota-kota besar di negara berkembang pasti menghadapi permasalahan
terkait kemiskinan kota. Surabaya, sebagai salah satu kota besar di Indonesia
pasti juga memiliki masalah kemiskinan kota.
2. Penarikan Kesimpulan secara Induktif (Inductive Inferences)
Penjelasan induktif merupakan kebalikan dari penjelasan deduktif.
Pemahaman ini menarik generalisasi dari tipe yang sama, secara statistik dari
sampel yang lebih kecil terhadap populasi yang lebih luas (hal ini umum dilakukan
di ilmu sosial). Pemahaman ini tidak sepenuhnya logis, namun juga memiliki
beberapa kemungkinan terhadap kebenarannya. Contoh menarik kesimpulan
secara induktif adalah sebagai berikut:
- Surabaya memiliki seputar masalah terkait kemiskinan kota. Disimpulkan
bahwa kota-kota yang memiliki karakteristik seperti Surabaya, yaitu sebagai
kota besar dan mengalami urbanisasi di negara berkembang seperti Jakarta,
Kuala Lumpur, dan Manila kemungkinan juga memiliki permasalahan seputar
kemiskinan kota.
3. Penarikan Kesimpulan secara Abduktif (Abductive Inferences)
Menyimpulkan secara abduktif adalah menarik kesimpulan secara logis
berdasarkan satu contoh/kasus di suatu tipe terhadap tipe yang berseberangan
atau berbeda. Ini adalah tipe ‘inferences of interest’ terhadap content analysis,
dimana akan melalui content analysis, data berupa teks akan dianalisis untuk
menjawab atau menjelaskan pertanyaan penelitian dari seorang peneliti/analis.
Tentu saja seseorang dapat membuat pemahaman dengan beberapa
kemungkinan seperti demikian, namun kemungkinan tersebut dapat diperkuat
jika seseorang itu mampu mengambil variabel yang lain (memberikan kondisi) ke
dalam penjelasan. Beberapa contoh berikut adalah pemahaman yang digunakan
dalam content analysis, yang merupakan abduktif secara alami:
Seseorang dapat mengindikasikan waktu (date) dari suatu dokumen
berdasarkan kosakata yang digunakan di dalamnya.
Seseorang dapat memahami dasar religi/kepercayaan seorang tokoh politik
berdasarkan gambaran metafora yang dipakai pada saat berpidato.
Seseorang dapat memahami tingkat keterbacaan sebuah karya tulis
berdasarkan kompleksitas dari komposisinya.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-6
Seseorang dapat menduga ketika seseorang berbohong berdasarkan perilaku
dan raut wajahnya (nonverbal).
Seseorang dapat menduga/menyimpulkan permasalahan sebuah kota dari
berbagai ekspresi dan pemikiran yang tertuang di berbagai surat yang
dilayangkan kepada walikota.
Validasi Bukti
Pada prinsipnya seluruh content analysis haruslah valid. Karena alasan yang
paling penting dalam content analysis adalah kurangnya bukti observasi langsung,
kevalidasian bisa menjadi sulit atau tidak layak, jika tidak mungkin, dalam
prakteknya. Para akademisi yang mensurvey penelitian content analysis telah
menggunakan beragam kategori untuk mendeskripsikan perkembangan perbedaan
pada teknik penelitian yang digunakan dibawah cakupan content analysis. Janis
(1965) mengusulkan klasifikasi seperti berikut:
1. Pragmatical Content Analysis – merupakan prosedur yang mengklasifikasikan
tanda-tanda sesuai dengan penyebab atau dampak yang mungkin muncul dari
kasus tersebut (misal, menghitung seberapa sering suatu hal dikatakan sehingga
berdampak pada melakukan perilaku berguna mengenai kata tertentu pada
pendengar yang telah ada).
2. Semantical Content Analysis – merupakan prosedur yang mengklasifikasikan
tanda-tanda berdasarkan makna yang dimiliki (misal, menghitung seberapa
sering Jerman dijadikan acuan, tanpa memperhatikan kata-kata tertentu yang
kemungkinan dapat digunakan dalam membuat acuan):
a. Designation Analysis – mampu memperlihatkan frekuensi pada kecenderungan terhadap beberapa objek tertentu (orang, benda, grup, atau konsep), termasuk diantaranya, bicara dengan kasar, subject-matter analysis (misal, mengacu pada peraturan luar negeri Jerman)
b. Attribution Analysis – menyediakan frekuensi dengan beberapa kategori tertentu yang diacu (misal, mengacu pada ketidakjujuran).
c. Assertions Analysis – mampu memperlihatkan frekuensi dimana
beberapa objek tertentu dicirikan dengan cara tertentu, termasuk
diantaranya berbicara kasar, thematic analysis (misal, mengacu pada
peraturan luar negeri Jerman sebagai ketidakjujuran).
3. Sign-Vehicle Analysis – prosedur yang mengklasifikasikan isi sesuai pada benda-
benda psychophysical pada tanda-tanda (misal, menghitung seberapa sering
kata “Jerman” muncul).
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-7
Tolak Ukur
Manusia mengukur fenomena dengan tolak ukur untuk menemukan: (a)
jenis-jenis fenomena apa yang dialami (identifikasi), (b) seberapa baik atau burukkah
fenomena tersebut (evaluasi), dan (c) seberapa dekat fenomena tersebut dengan
harapan (judgments). Dalam content analysis, tolak ukur seringkali implisit.
Orang-orang akan cepat mendukung atau menentang tolak ukur tanpa ada
alasan ‘mengapa’ yang jelas. Content analysis harus berhati-hati untuk membuat
eksplisit mengapa mereka memahami apa yang mereka lakukan dan ini juga
termasuk mendefinisikan beberapa toak ukur yang digunakan dalam penelitian
mereka.
Merancang proses content analysis
Hal utama pada penelitian – pengulangan pencarian dengan data untuk pola
pra perkiraan yang jelas dapat dimengerti mengenai metodologi. Di samping peneliti
menjelaskan secara jelas apa yang telah mereka lakukan, bagaimana mereka dapat
berharap untuk mereplikasikan analisis mereka atau proses yang dilakukan, tidak
hanya sekedar teks, sehingga tidak dapat dibaca sevara individual saja? Di balik itu,
bagaimana mereka memberi pemahaman orang lain bahwa penelitian mereka
terdengar dan hasilnya dapat diterima?
Datum adalah sebuah unit informasi yang direkam pada tingakat cukup dapat
diterima, bentuk yang dapat dibedakan, dan dapat dibandingkan dengan data yang
lain, kemudahan menganalisa melalui penggunaan deliniasi teknik yang jelas dan
relevan suatu masalah tertentu.data umumnya diartikan sebagai tampilan observasi
atau bacaan, namun hal tersebut selalu merupakan hasil dari prosedur terpilih dan
selalu diarahkan pada akhir tertentu pada content analysis, hasil data dari prosedur
yang telah peneliti pilih dalam menjawab pertnyaan tertentu terkait fenomena
dalam konteks yang ada pada teks. Untuk itu data dibuat, bukan ditemukan, dan
peneliti diwajibkan untuk menyampaikan bagaimana mereka membuat data
tersebut.
Hubungan langkah-langkah yang diambil peneliti dalam mengarahkan sebuah
penelitian disebut dengan desain penelitian dan yang merangkai langkah-langkah
prosedural dengan desain penelitian yang koheren adalah logika penelitian.
Umumnya logika ini mengacu pada dua kualitas: tingkat efisiensi pada langkah-
langkah prosedur (menghindari hal-hal yang tidak lagi berguna secara structural
dengan mencegah “noise” sejak dari awal analisa) dan kemiripan perlakuan dalam
pengolahan data (mencegah penerimaan suatu hasil yang bertumpukan dengan hasil
yang lain). Logika pemikiran iini memnugkinkan analis untuk menjelaskan komunitas
ilmiah mengenai bagaimana penelitian tersebut diarahkan.
Mengenai desain penelitian yang replikabel bukan hanya dimengerti,
penjelasan deskriptif peneliti mengenai analisisnya, haruslah lengkap dalam
menyajikan sebuah set data tentang instruksi pada orang yang mengkodekan,
peneliti yang lain dan penguji, sebagaimana sebuah program komputer yang
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-8
menentukan apa yang harus dilakukan oleh mesin tersebut. Meskipun kedetailan
sebuah program komputer dapat menghasilkan keilmiahan secara ideal, pada
penelitian sosial, harapan yang terbaik yang paling mendekati dengan ideal. Content
analysis terkadang harus mampu mengimbangi dengan keimplisitan yang baik dalam
instruksinya. Panduan tradisional pada metode penelitian diharuskan bahwa semua
pengujian hipotesis pada penelitian ilmiah, baik yang mengacu pada pola maupun
yang tidak, adalah bukti pada data. Meski demikian, content analysis telah
mangajukan pertanyaan utama mengenai mengapa teks yang tersedia dimunculkan,
apa maknanya dan ditujukan kepada siapa, bagaimana teks tersebut menjembatani
antara hal di masa lalu dengan kondisi saat ini, dan yang terakhir, apakah teks
tersebut memungkinkan analis untuk menyeleksi jawaban yang valid terhadap
pertanyaan yang mengacu pada konteks mereka.
Oleh sebab itu logika pada desain content analysis memiliki alasan yang
bagus tidak hanya sesuai dengan tolak ukur keilmiahan pengolahan data yang dapat
diterima (efisiensi dan kemiripan perlakuan), namun juga dengan mengacu pada
konteks hubungan pada teks mana yang perlu dianalisis. Gambar 4.2
merepresentasikan usaha untuk mengkoseptualisasikan situasi yang harus
diobservasi oleh analis. Pada gambar di bawah dapat terlihat desain content analysis
yang sederhana. Dalam hal ini analis hanya bergantung pada teks jawaban dari
pertanyaan penelitian, yang tersedia. Meskipun gambar ini meletakkan teks, input
hasil, dan output hasil dalam analisis pada konteks terpilih, hal ini tidak berarti
apapun mengenai keaslian konteks yang memberi alasan pada analisis atau
mengenai hubungan ketergantungan pada langkah-langkah analisis.
Gambar 4.2
Analisis Konten: Menjawab Pertanyaan dengan mempertimbangkan Konteks dari Teks
Sumber: Rahmawati et al, 2013 (adaptasi dari metode Krippendorff)
Jawaban
ke Pertanyaan
Penelitian
Konteks
Ditentukan oleh Content Analysts
Analisis Konten
Teks
Inferences/Pemahaman
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-9
Komponen
Sekarang kita membahas kotak content analysis pada gambar 4.2 dan menilai
komponen yang dibutuhkan analisis untuk memproses teks menjadi hasil. Mendata
komponen-komponen ini tak lain adalah menyesuaikan dengan kebutuhan pada
partisi, konseptulaisasi, perbincangan dan evaluasi desain content analysis secara
bertahap. Sebagai penjelasan mengenai kompinen mana yang juga harus disajikan
sebaga instruksi untuk mereplikasikan hal tersebut di hal yang lainsetiap komponen
telah memiliki ketetapan secara deskriptif dan opersional:
Unitizing : bergantung pada skema pengunitan.
Sampling : bergantung pada rencana sampling.
Recording/Coding : bergantung pada instruksi pengkodean.
Reducing Data : agar representasi dapat diatur bergantung pada teknik
statistik yang telah terbangun atau metode lain untuk merangkumatau
menyederhanakan data.
Pemahaman fenomena kontekstual secara abduktif : bergantung pada
konstruksi analisis atau model pada konteks terpilih sebagai alasan yang baik.
Menarasikan jawaban dari pertanyaan penelitian : bergantung pada budaya
naratif atau perpindahan budaya dengan disiplin ilmu content analysis.
Bersama dengan itu, hal pertama dari keempat komponen bagian yang dapat
dirangkum, disebut pembuatan data – yaitu membuat data yang terbaca oleh
computer dari data dasar atau teks yang belum diedit. Dalam ilmu alam, keempat
komponen ini termasuk dalam insturmen pengukuran secara fisik. Dalam ilmu sosial,
penggunaan perangkat mesin jarang untuk digunakan – bahkan tidak mungkin
digunakan – dan pembuatan data harus dimulai dari observasi. Komponen kelima,
pemehaman fenomena konteksual secara abduktif, merupakan hal unik untuk
content analysis dan menjadi atribut representasi pada data.
Pengunitan adalah system pembedaan segmen antara teks-gambar, suara, dan hal-
hal observasi lainnya yang merupakan pemahaman terhadapa suatu analisa.
Pengunitan dapat membuat beberapa tempat pada desain content analysis. Analis
konten harus menjelaskan metode pengunitan, dan untuk itu mereka harus
menunjukkan informasi yang mereka butuhkan untuk analisis merekayang
ditampilkan pada kumpulan unit, bukan pada hubungan antar unit yang tidak
dibutuhkan dalam pengunitan.
Sampling memungkinkan analis untuk memperhitungkan upaya-upaya dalam
penelitian dengan membatasi observasi menjadi subset unit yang dapat dikelola
yang secara konsep maupun statistic menunjukkan sebuah set unit yang
memungkinkan, populasi atau keseluruhan kepentingan. Idealnya, sebuah analisis
pada keseluruhan populasi dan analisis dari sampel yang representatif harus
berakhir pada kesimpulan yang sama. Hal ini hanya mungkin terjadi jika populasi
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-10
menjelaskan hal-hal yang tidak dibutuhkan yang tidak perlu diulang dalam sampel
yang tergambar untuk analisis. Namun sampel teks tidak berkaitan dengan populasi
secara individual mengenai kewenangan survey pada opini publik, sebagai contoh.
Teks dapat dibaca pada beberpa levele tertentu – pada beberapa level kata, kalimat,
paragraph, bab, atau keseluruhan publikasi; sebagai pekerjaan yang sesungguhnya
atau diskusi penting; atau sebagai konsep, kerangka, isu, plot, genre, dan
kemungkinan untuk disampel secara sesuai.
Dikarenakan membuat sampel yang representatif untuk content analysis jauh lebih
kompleks dari membuat sampel untuk, misalnya, eksperimen psikologi atau
konsumen riset, yang fokusnya mengarah menjadi satu unit level, umumnya
responden individual dengan beberapa atribut tertentu. Dalam penelitian kualitatif
sampel bisa jadi tidak digambarkan sesuai dengan aturan statistika. Akan tetapi
kutipan dan contoh yang penelitian kualitatif tampilkan kepada pembaca memiliki
fungsi yang sama sebagaimana kegunaan sampel pada umumnya. Mengutip sampel-
sampel tertentu utnuk mendukung poin umum mengusulkan yang mereka tampilkan
sama jika tidak melupakan kasus.
Perekaman / Pengkodean menjembatani antara teks yang telah diunitkan dan
pembaca, antara gambar-gambar yang berbeda dan apa yang orang lihat di
dalamnya, atau antara observasi yang terpisah dan situasi pemahaman mereka.
Sebuah alasan untuk komponen analisis ini adalah peneliti perlu untuk membuat
rekaman yang dapat disimpan untuk fenomena sementara, seperti kata-kata yang
terucap atau gambar-gambar yang ditemui. Seketika fenomena tersebut direkam,
analis dapat mengkomparasikannya sewaktu-waktu. Terapkan metode yang berbeda
pada perekaman tersebut dan replikasikan analisis tersebut kepada peneliti yang
lain. Teks yang tertulis selalu siap untuk dipahami dan juga mudah untuk dibaca.
Teks tertulis memiliki material dasar seperti audiotape yang dapat diputar ulang
tanpa dijadikan bentuk yang dapat dianalisa. Alasan kedua untuk
perekaman/pengkodean adalah karena content analisis perlu mentransformasikan
teks yang belum diedit, gambar asli dan/atau suara yang belum distrukturkan ke
dalam tampilan yang dapat dianalisis.
Reducing data menyediakan kebutuhan analis untuk menampilkan data secara
efisien, khususnya pada data yang sangat luas. Jenis/fakta statistik (daftar jenis-jenis
dan frekuensi hal yang tergabung secara masing-masing), misalnya, lebih
menampilkan secara efisien daripada mentabulasikan seluruh data yang ada. Hal
inihanyamenggantiduplikasidenganfrekuensi. Karenasatutampilandapatdibuat dari
yang lain, tanpaterkecuali. Banyak teknik statistik untuk mengagregatkan unit
analisis – koefisien korelasi, distribusi parameter, indikasi, dan informasi pengujian
hipotesis, yang hilang. Dalam kualitatif reartikulasi dan rangkuman memiliki
pengaruh yang sama: kedua hal tersebut menreduksi keberagaman teks ke dalam
beberapa persoalan.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-11
Memahami fenomena kontekstual dari teks yang dapat mengarahkan analisis
terhadap suatu data. Hal ini menjembatani antara teks penjelasan deskriptif dan
berikut artinya, baik itu merujuk pada sesuatu, merupakan bagian dari hasil,
provokasi maupun penyebab. Hal ini mengacu pada fenomena yang belum
terobservasi dalam konteks kepentingan pada seorang analis. Seperti yang telah
diterangkan sebelumnya, bahwa pemahaman abduktif tidak seperti pemahaman
deduktif atau induktif yang memerlukan penjelasan atau bukti yang selanjutnya
dapat didukung oleh pembuktian. Dalam content analysis, ha-hal seperti penjelasan
disediakan dalam konstruksi analisis yang didukung oleh segala hal yang diketahui
mengenai konteks. Pemahaman abduktif membedakan content analysis dari moda-
moda lain tentang investigasi.
Menarasikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian membuat hasil yang
komprehensif dengan yang lain. Terkadang, hal ini berarti menjelaskan signifikasi
praktis terhadap temuan atau kontribusi yang mereka buat ke dalam literature yang
ada. Di lain hal, hal ini berarti mendebatkan kesesuaian penggunaan content analysis
daripada teknik observasi langsung. Hal ini juga dapat menjadi bagian dari
pembuatan rekomendasi untuk tindakan legal atau penelitian lebih lanjut.
Menarasikan hasil content analysis adalah proses yang dibentuk oleh tradisi
yang diyakini oleh peneliti bahwa mereka berbagi dengan pembaca mereka atau
kebermanfaatan dari penelitian mereka (misalnya klien). Secara alami, tradisi yang
sering terjadi adalah dampak dari aturan ilmuwan sosial itu sendiri. Jurnal akademik
dapat mempublikasikan panduan formal untuk peneliti agar dapat mengikuti dan
menarasikan hasil mereka dan melibatkan peer reviewers menentukan content
analisis seperti apa yang digunakan, menarik, dan bermanfaat. Desain content
analysis juga meliputi iterasi pengulangan bagian tertentu hingga mencapai pada
kualitas tertentu.
4.2. Conversation Analysis
Analisis percakapan atau Conversation Analysis diprakarsai oleh Harvey Sacks
pada 1960-1970’an dan telah mengakar pada bidang etnometodologi. Analisis ini
secara populer dikenal juga dengan istilah CA. Analisis ini memperlakukan
percakapan sebagai data series dari sebuah dialog, baik langsung maupun rekaman,
yang bertujuan untuk menunjukkan suatu fungsi tertentu selain pelaporan sebuah
hasil observasi. Seorang peneliti akan mengamati percakapan untuk memahami
bagaimana peserta dalam percakapan tersebut menggunakan dan
menginterpretasikan elemen percakapan yang dikenal sebagai ‘gaya berbicara’
(speech acts). Gaya berbicara dipandang sebagai fungsi performatif, dimana
pemahaman makna dapat disimpulkan. Makna tersebut seringkali bergantung pada
interpretasi dari gaya berbicara lainnya, sehingga konteks menjadi perhatian utama
bagi peneliti. Sebagai contoh, mengatakan ‘Saya akan mengambil rute lain hari ini’
dapat menunjukkan sikap memberi tahu atau mempertanyakan, bergantung pada
hubungan antara peserta di dalam percakapan tersebut dan konteks dimana suara
tersebut terjadi. Analisis ini pada umumnya menggunakan alat perekam suara
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-12
sebagai sumber data. Percakapan digambarkan dalam hal tindakan performatif yang
memungkinkan adanya struktur kompleks dari sebuah percakapan untuk dikaitkan.
Untuk bacaan lebih lanjut, silahkan mengacu pada Silverman (1998) and Sacks
(1995).
4.3. Descriptive Analysis
Ketika kita memiliki data kuantitatif, akan ditemui kesulitan dalam
mendapatkan makna dari data tersebut. Peneliti kualitatif nantinya akan membuat
catatan lapangan yang ekstensif dan menghabiskan banyak waktu bersama
responden, selain itu mereka juga memiliki ‘rasa’ di setiap data pada saat data
tersebut dikumpulkan. Salah satu hal yang pertama kali ingin dilakukan oleh seorang
peneliti kualitatif adalah mendapatkan ‘snapshot’ pada data. Hal ini akan
memberikan dasar yang baik bagi penelitian lebih lanjut dan akan memungkinkan
beberapa perubahan pada sampel yang akan dilakukan. Analisis deskriptif
menyediakan ringakasan yang sangat mendasar bagi tiap variabel data yang kita
miliki dengan menunjukkan rincian proporsional pada kategori di setiap variabel. Hal
ini paling umum ditampilkan pada distribusi frekuensi. Contoh dari distribusi
frekuensi dapat dilihat pada berikut.
Tabel 4.1 CONTOH DISTRIBUSI FREKUENSI
Petanyaan: Moda utama yang digunakan dalam perjalanan menuju tempat bekerja?
Kode Label Frekuensi Prosentase
1 Jalan kaki 50 8.5
2 Sepeda 67 11.4
3 Kereta 1 0.2
4 Bus 63 10.7
5 Pengendara mobil 373 63.3
6 Penumpang mobil 26 4.4
7 Pengendara sepeda motor 8 1.4
Penumpang sepeda motor 1 0.2
Tabel di atas memungkinkan kita untuk melihat moda yang paling populer
digunakan dalam menempuh perjalanan menuju kantor, dengan pengendara mobil
sejumlah 373 dari 589, yang menjadi kasus pada kategori ini. Secara penting, hal ini
juga menyediakan informasi mengenai bagaimana proporsi berikut dapat
ditunjukkan sebagai prosentase. Ketika melakukan penelitian kuantitatif, jarang
sekali untuk memperoleh sensus, dimana seluruh populasi yang sedang diteliti
termasuk di dalam sampel. Untuk itu, ketika kita berusaha mencari analisis, kita
mencari bukti dari sampel yang dapat digunakan sebagai alat generalisasi dari
populasi secara keseluruhan. Jika dilihat bahwa sebenarnya organisasi yang
bersangkutan terdiri dari 589 anggota staff karyawan, maka untuk mengatakan
373karyawan yang merupakan pengendara mobil akan memberi kita refleksi data
yang akurat mengenai proporsinya. Jadi, organisasi ini memiliki 4.763 karyawan, dan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-13
penelitian hanya mengambil sampel dari keseluruhan (Aldridge and Levine 2001,
p.79). Sekarang besaran frekuensi menjadi kurang berguna: untuk menunjukkan
informasi bahwa 373 dari 589 ketika kita berbicara mengenai organisasi yang
memiliki karywan sejumlah 4763 karyawan, tidak akan memberikan refleksi yng
akurat sebagaimana sejumlah satu populasi secara keseluruhan. Sebuah prosentase
menawarkan solusi yang berguna pada masalah ini, selama berapapun ukuran dari
organisasi tersebut, prosentase sebesar 63.3 tetap menunujukkan proporsi yang
sama. Terdapat tambahan keuntungan dari penggunaan prosentase, selama
memungkinkan untuk adanya perbandingan diantara sampel. Apabila kita ingin
membandingkan pola perjalanan para karyawan dari dua ukuran organisasi yang
berbeda, membandingkan besaran frekuensi menjadi tidak berguna, berbeda
dengan jumah prsosentase untuk perbedaan total nilai pada kasus di setiap sampel.
4.4. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Fenomenologi
a. Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dapat ditempuh dalam fenomenologi menurut
Creswell, 1998 adalah :
in-depth interview/FGD
dokumen
hasil observasi lapangan
diary peneliti
b. Tahapan/teknik analisa data
Tahapan analisis data pada penelitian fenomenologi, dapat dilihat pada Gambar
berikut ini:
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian fenomenologi menurut
Creswell,1998 adalah sebagai berikut :
a. Horizonalisasi
Horizonalisasi adalah suatu proses dimana data yang ada dikoreksi secara
menyeluruh baik pernyataan yang signifikan, kutipan yang menyediakan
pemahaman akan apa yang dialami oleh partisipan.
b. Pengelompokkan makna
Data-data yang telah dihorizonalisasi dikelompokkan dalam suatu kategori
kategori tertentu dan dicari maknanya.
Dalam pendapat lain Colaizzi,1978 dalam Goulding,2004 menyarankan ada tujuh
langkah yang harus ditempuh oleh peneliti yang menggunakan metode etnografi,
yaitu :
Peneliti harus mampu untuk membaca partisipan/ narasumber secara
naratif untuk memahami gagasan keseluruhan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-14
Peneliti juga dituntut untuk dapat “extracting significant statements”1
dimana peneliti harus dapat mengidentifikasi kata kunci dan kalimat yang
terkait dengan fenomena yang sedang diteliti
Kata kunci dan kalimat-kalimat yang didapatkan kemudian diformulasikan
oleh peneliti berdasarkan makna-makna yang tersirat dan yang tersurat
Proses ini dilakukan dengan membandingkan antar partisipan dan makna-
makan yang ditemukan berulang akan dibentuk menjadi sebuah kluster
tertentu. Untuk memvalidasinya peneliti dapat menanyakan kembali
pada partisipan mengenai kalimat yang dimaksud.
Setelah adanya kluster-kluster/tema-tema yang didapatkan, peneliti
seharusnya dapat menghasilkan tema dengan deskripsi yang kaya
mengenai fenomena yang diteliti
Langkah selanjutnya yang ditempuh peneliti adalah mereduksi tema-tema
yang terbentuk menjadi struktur esensial yang menjelaskan perilaku dari
fenomena yang diteliti
Terakhir, peneliti dapat kembali pada partispan untuk mengumpulkan
interview lebih lanjut atau memperkelas opini yang digunakan untuk
analisis, langkah ini ditempuh untuk memverifikasi interpretasi peneliti.
4.5. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Studi Kasus
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam studi kasus dapat diperoleh
baik secara kualitatif maupun kuantitatif, hal ini lah yang menyebabkan metode studi
kasus sebagai metode kualitatif yang memiliki waktu yang relatif lebih singkat apabila
peneliti memilih menggunakan metode kuantitatif sebagai salah satu komponen
analisisnya (Yin,1989).
a. Teknik pengumpulan data
Wawancara/In depth interview
Observasi
Dokumen
Fokus Group Discussion
b. Tahapan/teknik analisis data
Metode analisis yang digunakan dalam CSR (Case Study Research) menurut
Yin,1989 ada beberapa jenis, yang pertama adalah metode analisis
umum,kemudian metode analisis dominan dan analisis non dominan. Adapun
teknik tersebut akan dijelaskan berikut ini.
1. Analisis Umum
1Disebut juga dengan verbatim/kutipan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-15
Dalam analisis secara umum Yin,1989 menggunakan teknik yang digunakan
dalam hampir semua penelitian kualitatif yang ditemukan oleh Miles &
Hubberman,yaitu;
mengkategorikan informasi ke dalam lokasi yang berbeda-beda
membuat matrik kategori dan meletakkan bukti-bukti yang ditemukan
dalam lapangan sesuai dengan kategori yang ada.
Menciptakan data display yang mudah dicerna semisal tabel, flowchat,
dll
Menghitung nilai frekwensi dari pengolahan data kuantitatif bila ada
Menghitung lebih lanjut seperti means dan mediannya
Meletakkan informasi berdasarkan alur kronologisnya.
2. Analisis Dominan
Analisis dominan, merupakan teknik analisis yang digunakan secara dominan
dalam jenis penelitian CSR ini yang terdiri dan dijelaskan sebagimana berikut
ini ;
a. Teknik Analisis Penjodohan Pola
Teknik analisis penjodohan pola dilakukan dengan beberapa cara,
yakni dengan:
menguji pola variabel dependen dengan hasil analisis yang ada,
apabila pola yang diyakini peneliti dalam variabel dependen
terjadi sesuai dengan kenyataan yang ada yaitu dibangun oleh
variabel independennya maka dapat dikatakan hasil tersebut
shahih. Dalam penelitian studi kasus diperlukan sebuah
proposisi atau bahasa lain dari hipothesis. Namun, berbeda
dengan hiphotesis, proposisi mempunyai beberapa elemen
yakni proposisi mayor dan minor yang keduanya terdiri atas
variabel dependen dan independen dan biasanya digunakan
dalam penelitian kualitatif.
Setelah pola ditemukan atau bahkan proposisi tidak terbukti,
peneliti diarahkan untuk mulai membangun analisis penjelasnya
ataupun analisis tandingan dari proposisi yang ada.
b. Teknik Analisis Membangun Penjelasan
Yang dimaksud dengan analisis ini adalah ian dari penjodohan pola
namun memiliki teknik yang lebih rumit, aapun tahapnnya adalah
sebagai berikut:
Membuat pernyataan teoritik atau proposisi mengenai kasus
yang diteliti
Membandingkan antara pernyataan atau proposisi tersebut
dengan temuan yang didapatkan dari lapangan
Merevisi statement atau proposisi tersebut
Membandingkan detail temauan dengan proposisi yang telah
direvisi
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-16
Membandingkan hasil revisi dengan fakta-fakta yang terdapat
pada kasus lain (dalam penelitian multiple case)
Mengulang-ulang proses ini apabila dibutuhkan.
c. Teknik Analisis Runtut Waktu (Time series)
Teknik analisis runtut waktu pada dasarnya adalah membandingkan
keadaan kasus berdasarkan periode-periode waktu yang ada.
Sehingga didapatkan kecenderungan/trend yang terjadi dalam sebuah
kasus.
3. Analisis non dominan
Dalam analisis non dominan dikenal beberapa metode yakni, menganalisis
beberapa unit analisis, mengulang observasi dan menganalisis lintas kasus.
Keseluruhan analisis baik dari poin no 1-3 merupakan teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian studi kasus yang juga bertujuan untuk
memelihara validitas dan realibilitas penelitian sesuai dengan kategori post-
positivism.
4.6. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Ethnografi
a. Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut (Creswell, 1998):
in-depth interview/FGD
dokumen
Hasil observasi lapangan
diary lapangan
b. Tahapan/teknik analisis data:
Metode analisis etnografi terdiri atas empat tahapan teknik yakni:
Analisis Domain (Domain analysis)2. Analisis domain pada hakikatnya adalah
upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk
menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data3
secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa
saja yang ada di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu
membaca dan memahami data secara rinci dan detail karena targetnya hanya
untuk memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa
pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai ranah konseptual. Dari
hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase atau bahkan
kalimat untuk dibuat catatan pinggir4.
Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis)5. Pada tahap analisis taksonomi,
peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah
2Pada bahasan lain/dalam konten analisis dinamakan koding 3Bisa membaca transkrip atau setelah diolah menjadi konten analisis 4Dikenal pula dalam istilah lain sebagai verbatim/kutipan 5 Tahapan ini/analisis ini hampir sama dengan teknik analisa mapping dalam metode multiple case narrative
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-17
atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara
mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain
itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada
lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa
mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dan
mendalami bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih
dalam.
Analisis Komponensial (Componential Analysis). Pada tahap ini peneliti
mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh . Unsur-
unsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi/ koding
baru yang lebih relevan. Kedalaman pemahaman tercermin dalam
kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah,
juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan mengetahui
warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan
perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian
menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan.
Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes). Analisis Tema Kultural
adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis
sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus
budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain.
Selain itu, analisis ini berusaha menemukan hubungan-hubungan yang
terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu
kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan
mana yang kurang dominan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti
adalah: (1) membaca secara cermat keseluruhan catatan penting, (2)
memberikan kode pada topik-topik penting, (3) menyusun tipologi, (4)
membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian.
Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk
deskripsi, narasi dan argumentasi. Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan,
kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti untuk bisa menarik kesimpulan
secara umum sesuai sasaran penelitian.
4.7. Metode dan Teknik Analisa Pada Penelitian Multiple Case Narrative
Metode dan teknik analisa data pada jenis penelitian multiple case narrative
pada umumnya berlaku pula untuk penelitian kualitatif jenis lainnya. Jenis penelitian
multiple case narrative memang tidak dijelaskan pada sub bab sebelumnya, karena jenis
ini lebih mengacu pada desain penelitian psikologi, namun disisi yang lain teknik analisis
yang digunakan dapat dipergunakan untuk semua jenis penelitian kualitatif. Berikut ini
merupakan penjabaran dari tahapan analisis dalam multiple case narrative.
a. Teknik pengumpulan data
In depth Interview
Observasi Partisipatif
Focus group discussion (FGD)
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-18
Stimulated recall interview
Metode pengumpulan data dari 1-3telah dibahas dalam chapter 3. Sedangkan,
pengumpulan data pada tahap d akan dibahas sekilas dalam sub – bab ini.
Metode stimulated recal interview pada hakikatnya adalah pelengkap tambahan
dari metode pengumpulan data yang lain baik observasi maupun interview.
Pada prinsipnya teknik ini digunakan untuk menggali apa yang telah didapatkan
dari sebuah pengamatan atau dari interview. Metodenya bisa bermacam-
macam, diantaranya adalah menunjukkan rekaman baik rekaman secara visual
menggunakan TV tentang pengamatan, ataupun secara transkrip tentang apa
yang narasumber telah katakan sebelumnya. Teknik ini bertujuan untuk
mengeksplorasi lebih lanjut mengenai bagian tertentu dari sebuah data.
b. Tahapan/ teknik analisis
Pada metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat beberapa
prinsip-pinsip dasar, yaitu :
Adanya langkah awal dan kategorisasi data/ koding data
Menyajikan data secara valid
Merumuskan perspektif kontekstual
Mencatat informasi yang didapatkan dengan menggunakan memo,
pohon kategori, konstruksi dari cerita
Menyadari adanya limitasi dalam analisis yang dilakukan dengan
menggunakan software pada analisis data kualitatif
Dianjurkan untuk menggunakan data kuantitatif pada beberapa
komponen yang memungkinkan
Tahapan Metode Analisis dalam penelitian ini adalah :
Tahap I : Tahapan Analisis Awal
Pada tahapan analisis awal terdapat beberapa tahapan yang harus ditempuh,
tahapan tersebut adalah :
a. Mengkategorisasikan dan memberikan inisial pada data-data yang ada, cara
ini dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu :
• Menghubungkan tema/topik pada interview diary
• Mengutip paragraph dan memberikan penjelasan akan ide-ide
pokoknya
• Menyajikan dan menganalisis secara menyeluruh
b. Memperlebar spesifikasi, dalam arti kata walaupun sudah ada kategori-
kategori yang terbentuk namun peneliti sebaiknya tetap membuka peluang
untuk memperlebar spesifikasi
c. Mengevaluasi validitas dan realibilitas
Tahap II : Tahapan Analisis Mapping
Tahapan pemetaan analisis dalah sebagai berikut :
1. Menemukan koneksi antar kategori
2. Mengurutkan kategori dalam sumbu vertikal
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-19
Pada prinsipnya pengurutan kategori dalam sumbu vertikal adalah membagi
kategor-kategori yang ada menjadi beberapasub kategori secara vertikal tema
besar/kategori, sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berkut ini;
Gambar 4.3. Contoh Analisis Vertikal
3. Mengurutkan kategori dalam sumbu horizontal
Mengurutkan kategori dalam sumbu horizontal adalah momen untuk
mengevaluasi lagi kategori – kategori yang telah tersusun, apakah ada tema
yang dapat dipisah ataukah ada tema yang dapat disatukan. Contoh berikut
ini akan memperlihatkan bagaimana terjadi penambahan kategori secara
horizontal.
Gambar 4.4. Contoh Analisis Vertikal
Gambar 4.5. Contoh Analisis Vertikal
4. Menyusun dari tahap inisial/awal menjadi peta kategoriPeta kategori adalah
menggabungkan antara sumbu horizontal dan sumbu vertikal, sebagaimana
yang dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-20
Gambar 4.6. Contoh Analisis Peta Kategori
5. Mengidentifikasi hubungan-hubungan antar kategoriHubungan antar
kategori yang dapat dianalisis adalah hubungan-hubungan sebagaimana
berikut ini :
Hubungan kasualitas/sebab akibat
Hubungan Kontextual
Hubungan yang bersifat intervensi
Meredokumentasikan data
Tahap III : tahapan pemilihan fokus analisisadapun tahapan ini adalah : a. Mengenerate kategorisasi inti b. Mengenali pola-pola yang ada dalam kategorisasi yang ada dalam tahap
II dan memilih fokus hasil temuan c. Membuat laporan yang fokus
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-21
4.8. Cognitive/Perceptual Mapping
Metode dan teknik analisa yang dikenal dengan cognitive mapping
merupakan sebuah rekonstruksi pemikiran manusia yang diterjamahkan ke
dalam bentuk pemetaan. Pemetaan ini bisa berupa pemetaan pikiran
(sekumpulan kata – kata) dan pemetaan spatial (berupa gambar/peta lokasi)
yang dikonstruksi berdasarkan pemikiran seseorang (group) (Tolman, 1948).
Ilmu ini telah digunakan dalam ranah yang luas, mulai dari psikologi,
pemasaran, antropologi, sosiologi, hingga perencanaan kota (Peter, 2002).
Salah satu penterjemah cognitive mapping ke dalam ranah Urban Planning
adalah Kevin Lynch, 1960. Hasil yang diterjemahkan antarnya adalah konsep
mengenai edge, node, path, districts dan landmark.
Lynch, 1960 pada saat itu tertarik untuk menganalisis bentuk kota
dan lebih spesifiknya adalah aspek fundamental dalam persepsi manusia
mengenai lingkungan perkotaan yang dharapkan ada oleh masyarakat
wilayah tersebut. Berikut merupakan perwujudan permasalahan
kenampakan kota dari perceptual mapping yang diilakukan oleh Kevin
Lynch,1960.
Gambar 4.7. Contoh Perwujudan Cognitive Mapping
Sumber: Lynch,1960
4.9. Teknik Analisa Delphi
Metode/teknik Delphi adalah prosedur peramalan pendapat untuk memperoleh, menukar, dan membuat opini tenatng peristiwa di masa depan (Dunn, 2000)6. Teknik Delphi7 dikembangkan sejak tahun 1948 oleh peneliti – peneliti di
6 Diambil dari Buku Pengantar Analisis Kebijakan William N Dunn Tahun 2000”
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-22
road corporation dan sejak itu telah digunakan dalam ratusan usaha peramalan di sector publik maupun sector swasta. Pada awalnya teknik ini diterapkan untuk masalah – masalah strategi militer, tetapi secara bertahap dapat diterapkan untuk konteks yang lain: pendidikan, teknologi, pemasaran, transportasi, media massa, obat, proses informasi, penelitian dan pengembangan, eksplorasi luar angkasa, perumahan, anggaran dan kualitas hidup(Sackman, 1975)8.
Dalam literature lain Delphi diartikan sebagai metode menggunakan group – group yang terstruktur untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks seperti kutipan berikut ini (Linstone & Turrof, 2002) :
“ Delphi may be characterized as a method for structuring a group communication process so that the process is effective in allowing a group of individuals, as a whole, to deal with a complex problem.”
Penerapan Delphi pada awalnya didorong oleh kepedulian terhadap tidak efektifnya kerja panitia, panel ahli dan proses kelompok yang lain. Teknik ini dirancang untuk menghindari berbagai sumber distorsi komunikasi yang dijumpai pada kelompok – kelompok tersebut. Dalam aplikasinya Delphi ternyata digunakan sebagai alat bagi multi disiplin ilmu seperti :
Mengumpulkan data sejarah ataupun kekinian yang tidak tercatat dengan baik
Meneliti peristiwa bersejarah
Mengevaluasi kemungkinan pendanaan
Mendalami perencanaan wilayah dan perkotaan
Merencanakan dan mengembangkan Universitas
Mendeliniasi pro dan kontra pada pilihan kebijakan yang mungkin terjadi
Mengembangkan sebab- akibat pada permasalahan sosial- ekonomi yg kompleks
Mengekspos nilai-nilai dan tujuan sosial seseorang
Yang menjadi pertanyaan adalah kapan metode delphi dapat digunakan dalam penelitian. Delphi dapat digunakan apabila dalam berjalannya penelitian timbul pertanyaan pada siapa hal ini dikomunikasikan, alternative mekanisme apakah yang tersedia untuk masalah ini, dan apa yang dapat kita harapkan dengan alternatif yang tersedia. a) Jenis – Jenis Delphi
Berbagai literatur mengenai Delphi mengungkapkan bahwa metode atau teknik Delphi memiliki 2 jenis yaitu : 1. Delphi Konvensional 2. Delphi kebijakan yang dikembangkan tahun 1969-1970 Delphi kebijakan adalah suatu tanggapan yang konstruktif terhadap keterbatasan Delphi konvensional dan merupakan usaha untuk menciptakan prosedur baru yang sesuai dengan rumitnya masalah –masalah kebijakan.
7 Nama Delphi diambil dari kuil Apollo di Delphi, di mana ada dukun Yunani yang bersumpah untuk melihat masa depan.
8 Diambil dari buku Delphi critique Harold Sackman tahun 1975
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-23
Perbedaan mendasar mengenai Delphi konvensional dan Delphi kebijakan terletak pada perbedaan kepakaran group yang dikumpulkan. Apabila dalam Delphi konvensional orang – orang yang dikumpulkan merupakan pakar dalam bidang masing – masing dalam Delphi kebijakan yang dikumpulkan bukanlah pakar – pakar melainkan sekumpulan orang tanpa kepakaran namun diberikan informasi mengenai isu oleh pendamping- pendamping yang berkaitan. Perbedaan lain pada Delphi konvensional dan Delphi kebijakan adalah output yang diharapkan, pada Delphi konvensional outputnya adalah penyelesaian masalah sedangkan pada Delphi kebijakan outputnya adalah alternative kebijakan yang paling mungkin untuk diterapkan. Yang perlu diketahui di sini adalah group yang terlibat dalam Delphi kebijakan tidak diperkenankan untuk memiliki kepentingan tertentu pada suatu kebijakan. Dalam ranah perencanaan wilayah dan kota, atau yang berkaitan dengan isu kebijakan seringkali menggunakan Delphi kebijakan dibandingkan dengan Delphi konvensional. Catatan penting dalam Delphi kebijakan adalah Delphi ini merupakan alat analisis bukanlah suatu alat untuk mengambil keputusan.
b) Aplikasi Teknik Delphi
Delphi konvensional Delphi konvensional memiliki 5 prinsip dasar dalam penerapannya yang juga digunakan dalam delphi kebijakan namun dengan beberapa perbedaan:
1. anonimitas; semua pakar memberikan tanggapan secara terpisah dan tanpa nama atau tidak saling mengenal di antara mereka. Hal ini untuk menghindari Dominasi terhadap kelompok oleh satu orang atau beberapa orang, tekanan untuk mengikuti opini kelompok inti, perbedaan personalitas dan konflik intrapersonal dan kesulitan menentang orang yang berwenang secara terbuka.
2. iterasi, penilain setiap individu dihimpun dan dikomunikasikan kembali kepada semua pakar yang ikut berkomentar dalam dua putaran atau lebih, sehingga beerlangsungnya proses belajar sosial ini memungkinkan penilaian awal seseorang berubah.
3. tanggapan balik yang terkontrol; pengkomunikasian penilaian dilakukan dalam bentuk rangkuman jawaban tehadap kuesioner
4. Jawaban statistik; rangkuman dari tanggapan setiap orang yang disampaikan dalam bentuk ukuran tendensi sentral (biasanya median), dispersi (interkuartil) dan distribusi frekuensi (histogram dan poligon frekuensi)
5. Konsensus pakar; sebagai tujuan utama. Delphi kebijakan Delphi kebijakan sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dengan delphi konvensional, namun terdapat beberapa aspek yang memiliki perbedaan, berikut merupakan prinsip dari delphi kebijakan:
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-24
1. anonimitas yang selektif; partisipan dalam suatu delphi kebijakan tetap anonim hanya selama putaran awal dari upaya peramalan itu. Setelah argumen- argumen tandingan tentang alternatif kebijakan bermunculan, partisipan diminta untuk memperdebatkan pandangan mereka secara terbuka.
2. advokasi ganda orang – orang yang berpengetahuan; proses untuk menyeleksi partisipan didasarkan pada kriteria minat dan tingkat pengetahuan, bukan kepakaran semata. Dalam membentuk suatu kelompok delphi, investigator harus berusaha untuk menyeleksii wakil dari suatu kelompok advokat yang berpengetahuan yang mungkin ada dalam situasi tertentu.
3. tanggapan yang terpolarisasi secara statistik; dalam merangkum penilaian atau pendapat para pakar, digunakan cara-cara yang menkankan ketidaksepakatn atau konflik. Sementara ukuran-ukuran konvensional dapat pula digunakan (ukuran tendensi sentral (biasanya median), dispersi (interkuartil) dan distribusi frekuensi (histogram dan poligon frekuensi), delphi kebijakan menembahinya dengan berbagai ukuran polarisasi di antara individu dan kelompok.
4. Konflik yang terstruktur; bermula dari asumsi bahwa konflikn adalah sesuatu yang wajar dalam kebijakan, berbagai upaya dilakuka untuk mengguanakan ketidaksepakatan dan pertentangan untuk secara kreatif mengeksplor alternatif dan konsekuensi.
5. konferensi melalui komputer; jika mungkin konsultasi lewatr komputer dipakai untuk merancang suatu proses anonim yang terus-menerus antar individu yang secara fisik terpisah. Konferensi lewat komputer menghapus kebutuhan akan beberapap putaran delphi yang terpisah.
c) Tahapan Delphi Tahapan – tahapan ini berlaku untuk kedua delphi baik delphi konvensional maupun delphi kebijakan. Langkah 1 : Spesifikasi Isu Dalam hal ini analis harus menentukan isu apa yang harus dikomentari oleh para advokat. Isu yang ada datang dari dua sumber yaitu advokat dan analis. Advokat bebas menambahkan atau mengurangi isu. Namun isu tersebut harus sesuai dengan topik. Langkah 2 : Menyeleksi Advokat/Responden Menyeleksi advokat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :
menentukan dan menyeleksi pelaku – pelaku kunci (analisa stakeholder)
penyeleksian didasarkan pada pertentangan – pertentangan pendapat yang terjadi pada pelaku kunci terhadap suatu isu (menggunakan teknik bola salju)
para advokat sebisa mungkin harus berbeda posisi dan kewenangan, afiliasi kelompok dan pengaruh relatifnya
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-25
sample advokat berkisar antara 10-30 orang, walaupun hal ini tergantung pada sifat dari isu itu sendiri, semakin kompleks permasalahnnya maka semakin heterogen partisipannya sehingga perlu sample lebih banyak
Langkah 3 : Membuat Kuesioner Delphi terdiri atas beberapa putaran sehingga analis harus membuat beberapa kuesioner dan memtuskan item mana yang akan dipakai pada putaran pertama dan mana yang dipakai pada putaran – putaran selanjutnya. Namun, bagaimanapun kuesioner putaran selanjutnya baru bisa dibuat setelah menganalisis hasil kueisoner putaran sebelumnya. Kuesioner pertama dapat mencakup beberapa pertanyaan :
Pertanyaan mengenai kemungkinkan terjadinya suatu peristiwa
Pertanyaan yang meminta responden untuk mengurutkan penting atau tidaknya suatu isu
Pertanyaan dengan tujuan meminta penilaian terhadap suatu isu
Pertanyaan dengan tujuan meminta alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Bentuk kuesioner ini disebarkan dengan memberi skala untuk masing – masing pertanyaan misalnya 1-5 dan seminimal mungkin untuk memberi peluang jawaban yang bersifat netral. Langkah 4 : Analisis Hasil Putaran Pertama Setelah kuesioner kembali pada analis maka :
analis berusaha menentukan posisi awal advokat (pro –kontra terhadap suatu isu)
mengkalkulasi dan mempresentasikan ukuran – ukuran secara statistik (seperti ukuran gejala pusat, dispersi dan polarisasi) sebaiknya ditampilkan dalam bentuk grafik
menganalisis adanya perbedaan pendapat dan inkonsistensi yang dapat digunakan untuk membuat kuesioner berikutnya
membuat kuesioner selanjutnya dengan meminta para responden/advokat memberikan alasan, asumsi dan argumentasi terhadap jawaban mereka.
Langkah 5 : Pengembangan kuesioner selanjutnya Kuesioner harus dibuat lagi untuk putaran kedua, ketiga hingga putaran terakhir (kebanyakan delphi kebijakan menggunakan tiga hingga lima putaran). Putaran – putaran selanjutnya ini merangkum argumen yang ditawarkan bagi pendapat yang saling bertentangan. Dalam tahap ini delphi kebijakan memberikan suatu debat yang logis dan memaksimalkan probabilitas hilangnya deviasi dan pendapat atas dasar perasaan. Pada akhir tahap ini semua advokat diperkenankan untuk merubah atau tetap pada pendapat awal yang dimilikinya. Langkah 6 : Mengatur pertemuan kelompok penting untuk mengatur agar para advokat dapat bertatapmuka secara langsung untuk mendiskusikan alasan, asumsi dan argumen yang melandasi posisi mereka
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-26
masing – masing sehingga mereka dapat saling menerima umpan balik secara langsung dan segera. Langkah 7 : Menyiapkan laporan akhir Tidak ada jaminan bahwa responden/advokat akan mencapai konsensus, namun yang diharapkan adalah ide- ide kreatif tentang isu, tujuan, pilihan dan konsekuensi mereka adalah yang paling penting dari suatu delphi, laporan akhir haruslah mencakup ulasan tentang berbagai isu dan pilihan yang muncul dan menjelaskan konflik apa yang terjadi serta argumen yang melandasinya.
d) Kritik Terhadap Delphi Adapun kritik terhadap metode delphi ini adalah : 1. Teknik delphi ini dapat sangat sensitif terhadap :
a. Keahlian pakar b. Komposisi responden/advokat c. Kejelasan pertanyaan yang diajukan d. Cara analis melaporkan hasilnya e. Administrasi kuesioner
2. Mengasumsikan bahwa seorang ahli dapat merubah argumennya hanya karena opini orang lain
3. Panel ahli dapat terpengaruh oleh beberapa hal yaitu: a. Kebosanan akan suatu kasus tertentu b. Tidak tertarik pada subyek penelitian c. Ketidaktersediaan waktu untuk mengisi kuesioner
4. Terkadang ada analis yang menggunakan uang untuk membayar ahli hal ini dapat menimbulkan bias dalam penelitian
5. Ada resiko konsensus yang dicapai disebabkan karena anggota panel menganggap bahwa ini adalah pandangan grup sedangkan pandangannya sendiri tetap berbeda
6. Tidak hemat waktu
4.10. Teknik Analisa RAFHAM
Teknik analisa RAFHAM (Rapid Assesment For Heritage Area Method),
merupakan salah satu teknik analisa yang dikembangkan analisa konten dan
cognitive mapping. Pengembangan RAFHAM dilakukan oleh anggota
Laboratorium Kota PWK ITS, pada tahun 2013, yang saat ini masih dalam tahap
penyempurnaan (versi β) dan dalam penyusunan paten. (Pradinie,et all, 2013).
Pengembangan RAFHAM didasarkan pada dua pendekatan yakni
pendekatan deduktif yang dikumpulkan dari berbagai literatur, terutama literatur
dan hasil penelitian yang dikembangkan oleh Supriharjo,et.all pada tahun 2010 -
2011 dan serta pendekatan induktif yang digunakan untuk melengkapi hasil awal
RAFHAM pada tahun 2013. Draft ini merupakan versi beta pengembangan
RAFHAM. Tujuan pengembangan RAFHAM adalah menentukan apakah obyek
cagar budaya yang ada di suatu wilayah layak untuk diteliti dan dikembangkan
untuk menjadi area cagar budaya.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab IV
IV-27
RAFHAM terbagi atas 4 tahapan yakni;
1. Tahap penilaian obyek cagar budaya, dimana pada tahap ini dibutuhkan
expert judgment. Apabila obyek cagar budaya telah dinilai oleh yang
berwenang menilai, maka anda dapat melewati tahap ini dan hanya
menyertakan bukti dokumen penilaian dan daftar obyek cagar budaya serta
peta. Namun apabila tidak ada, maka anda akan membutuhkan beberapa
tahapan yang mengharuskan ada pendapat pakar mengenai obyek cagar
budaya. Apabila anda adalah mahasiswa yang sedang meneliti atau tidak
memiliki pengalaman minimal 10 tahun dalam meneliti obyek cagar budaya,
maka anda memerlukan pendampingan pakar.
Daftar obyek kawasan cagar budaya (expert judgment)
Peta obyek dan kawasan cagar budaya
Penilaian aestetic value
Penilian historical value
Penilaian Scientific value
Penilaian Culture signifikansi
2. Tahap deliniasi kawasan cagar budaya. Tahapan ini digunakan untuk
menentukan deliniasi kawasan cagar budaya baik secara fisik maupun
imaginer dari penghuni kawasan. Tahapan ini juga digunakan untuk
mendeliniasi area inti cagar budaya dan area penyangga (buffer) kawasan
cagar budaya.
Area inti -dimana obyek masih saling berdekatan,
Area penyangga- dinilai dari batas imajiner (persepsi masyarakat)
mengenai keterkaitan kawasan
Area penunjang
Area pengembangan
3. Tahap Assesment aktivitas masyarakat dan wilayah/ keterkaitan antara obyek
cagar budaya terhadap masyarakat
4. Tahap Assesment persepsi dan preferensi masyarakat dalam pengembangan
kawasan cagar budaya
BAB 5
PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-2
BAB V. PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL
5.1. Peran dan Fungsi Proposal Penelitian
Pengertian dari proposal adalah sebuah tulisan yang dibuat oleh si penulis yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelasan sebuah tujuan kepada si pembaca (individu atau perusahaan) sehingga mereka memperoleh pemahaman mengenai tujuan tersebut lebih mendetail.Diharapkan dari proposal tersebut dapat memberikan informasi yang sedetail mungkin kepada si pembaca, sehingga akhirnya memperoleh persamaan visi, misi, dan tujuan.
Sebelum melakukan penelitian, hendaknya penulis/peneliti membuat proposal. Dengan membuat proposal penelitian pembaca akan mendapat gambaran awal dari penelitian atau tulisan karya ilmiah yang akan dibuat. Proposal tersebut dapat menjelaskan tentang kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang disebut Proposal Penelitian Pengembangan.Selain itu proposal juga sebagai telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan atau disebut Proposal Penelitian Kajian Pustaka. Proposal juga digunakan dalam penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.
Usulan penelitian yang sering disebut Project Statement atau Research Proposal merupakan rencana penelitian mahasiswa yang hasilnya disusun dalam bentuk skripsi sebagai tugas akhir mahasiswa sebelum memperoleh gelar kesarjanaan (S-1) di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, teknik penulisan proposal penelitian sangat penting sekali kita pelajari. Sebelum kita menuju bagaimana cara atau teknik dalam penyusunan proposal penelitian.
5.2. Jenis-jenis Proposal
Jenis-jenis Proposal Penelitian dibagi 4 yaitu: (i) Proposal Penelitian Pengembangan,(ii) Proposal Penelitian Kajian Pustaka, (iii) Proposal Penelitian Kualitatif, dan (iv) Proposal Penelitian Kuantitatif
1. Proposal Penelitian Pengembangan:
Kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual.Dalam hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah.
Skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda.
Kegiatan penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, sedangkan kegiatan pengembangan berupaya menerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu permasalahan.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-3
2. Proposal Penelitian Kajian Pustaka
Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru.
Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang sudah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah.
3. Proposal Penelitian Kualitatif
Penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya.Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh keotentikan. 4. Proposal Penelitian Kuantitatif
Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif.Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
5.3 .Teknik Penyusunan Proposal Penelitian
Ada beberapa bagian penting dalam penyusunan proposal penelitian atau proposal skripsi, diantaranya akan dijabarkan dibawah ini:
A. HALAMAN JUDUL
Halaman judul memuat : judul, jenis laporan, lambang Perguruan Tinggi, nama dan NIM, nama jurusan, nama program studi, nama perguruan tinggi dan tahun pengajuan.
Judul Usulan Penelitian : Judul hendaknya dibuat singkat dan jelas, menggambarkan konsep dan topik dari penelitian dan menggambarkan adanya keterkaitan antara variable, lokasi penelitian dan tahun
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-4
penelitian. Diketik dengan menggunakan huruf kapital, tidak boleh disingkat dan format ketikan dalam bentuk piramida terbalik ( V ).
Jenis Laporan : Jenis laporan adalah usulan penelitian.
Lambang Institusi Perguruan Tinggi
Nama mahasiswa dan NIM
Nama Jurusan
Nama Program Studi
Nama Perguruan Tinggi
Tahun Pengajuan : Tahun pengajuan adalah tahun dimana usulan penelitian tersebut diajukan
Judul Penelitian Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat proposal adalah bagaimana
susunan dan isi proposal yang seharusnya.Pertama, proposal dibuka dengan adanya “Judul”.Setelah kita membahas bagaimana cara menemukan masalah, langkah selanjutnya adalah membuat Judul Penelitian. Dalam membuat judul penelitian, beberapa hal yang harus diketahui adalah judul itu harus:
Komunikatif, mudah dipahami maksudnya oleh pembaca
Memuat variabel penelitian
Menjawab apa yang ingin ditingkatkan
Dengan cara apa/upaya apa untuk meningkatkannya.
Sasaran dan Lokasi tercermin dalam judul;
Banyak kata sekitar 15-20 kata
Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi. Alasan pemilihan judul juga harus:
Menarik minat
Layak diteliti
Bermanfaat bagi masyarakat, dll.
Judul dan Hubungannya dengan Bidang Ilmu Tuliskan bidang ilmu (Jurusan) dari Ketua Peneliti dan kajian masalah yang diteliti. Bidang penelitian yang diteliti sebaiknya relevan dengan disiplin ilmu, misalnya mahasiswa PWK tidak membahas pembelajaran yang ada di pelajaran Arsitektur. Begitupun sebaliknya.Terkecuali penelitian yang ditekuninya masih ada hubungannya dengan disiplin ilmu yang dimiliki.
B. HALAMAN PERSETUJUAN
Halaman persetujuanmemuat : judul usulan penelitian, persetujuan dosen pembimbing beserta tanda tangan dan waktu persetujuan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-5
C. DAFTAR ISI
Daftar Isi merupakan daftar yang menunjukkan isi bagian-bagian dalam skripsi maupun sub-sub bagiannya beserta nomor halamannya.
D. ISI
Dibagian isi terdiri dari beberapa bab dan dari beberapa bab tersebut masih terdapat beberapa sub bab:
Penjelasan :BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang memuat: gambaran tema permasalahan di lokasi penelitian yang akan dibahas dan berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan, diuraikan dari masalah yang luas ke arah masalah yang khusus. Oleh karena itu diperlukan data studi awal di lokasi tempat penelitian.
Ada 4 kriteria latar belakang yang baik:
Adanya “seriousness of problem”,
Adanya “sense of urgency” ( masalah yang harus segera ditangani
Adanya “political will” (kebijaksanaan dari organisasi atau politis
Adanya “manage – ability” ( direkomendasikan oleh pihak manajemen ).
Latar belakang ini juga harus mampu menjawab pertanyaan “mengapa memilih topik tersebut”
2. Perumusan Masalah
Uraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (yang meliputi: perencanaan-tindakan-observasi/ evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus). Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab permasalahan dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.
Perumusan masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang tegas dan jelas, serta menggambarkan arah hubungan antar dua variabel atau lebih. Misalnya adakah, apakah, bagaimanakah, dan lainnya.Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas.Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.
Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di kelas, penting dan mendesak untuk
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-6
dipecahkan.Setelah didiagnosis (diidentifikasi) masalah penelitiannya, selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan akar penyebab dari masalah tersebut.
Pada perumusan masalah perlu diperhatikan :
Substansi: Perlu mempertimbangkan bobot dan manfaat tindakan yang dipilih untuk meningkatkan dan/atau memperbaiki pembelajaran
Orisinalitas : Perlu mempertimbangkan belum pernah tidaknya tindakan dilakukan guru sebelumnya
Formulasi: dirumuskan dalam kalimat tanya, tidak bermakna ganda, lugas menyatakan secara eksplisit dan spesifik apa yang dipermasalahkannya, dan tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut
Teknis: Mempertimbangkan kemampuan peneliti untuk melaksanakan penelitian, seperti kemampuan metodologi penelitian, penguasan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan menyediakan fasilitas (dana, waktu, dan tenaga).
3. Batasan Masalah
Batasan masalah adalah pembatasan ruang lingkup yang dilakukan dalam penelitian, dimana pembatasan tersebut meliputi: tema/topik, area atau wilayah yang diteliti, sumber informasi, lokasi penelitian serta waktu penelitian
4. Tujuan Penelitian
Kemukakan secara singkat tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan.Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.
Tujuan penelitian meliputi :
Tujuan Umum ; Meliputi tujuan yang akan dicapai secara menyeluruh yang dapat menjawab tema / judul penelitian
Tujuan Khusus ; Meliputi jabaran atau rincian dari tujuan umum secara operasional sesuai dengan perumusan dan pembatasan masalah. Tujuan khusus akan menggambarkan hasil dan pembahasan yang akan diperoleh dari penelitian ini.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian meliputi: 1) manfaat bagi pengguna (user), 2) pengembangan keilmuan dan 3) bagi peneliti, sehingga scara khusus hasil penelitian memberikan masukan bagi si peneliti, masyarakat, instansi terkait dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta diharapkan dapat dijadikan pertimbangan sebuah kebijakan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-7
6. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian mencerminkan kemampuan mahasiswa untuk menelusuri dan mengidentifikasi penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukannya.Setiap penelitian dilakukan dalam konteks lingkungan yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, sekalipun penelitian tersebut merupakan replikasi penelitian sebelumnya. Pernyataan tentang keaslian penelitian meliputi identifikasi persamaan penelitian sebelumnya yang sangat relevan dan perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukannya.
Perbedaan dan persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu dapat meliputi : kerangka teori, penerapan teori dalam situasi spesifik atau populasi khusus atau generalisasi teori pada populasi yamg lebih luas, kerangka konsep, rancangan penelitian, instrument penelitian, dan teknik analisis atau pemodelan data. Penyajiannya dapat dalam bentuk matriks persamaan dan perbedaan penelitian sebelunya.
Penjelasan BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
Tinjauan pustaka merupakan penelusuran kepustakaan untuk mengidentifikasi makalah dan buku yang bermanfaat dan ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan serta merujuk pada semua hasil penelitian terdahulu pada bidang tersebut. Tinjauan pustaka disusun berdasarkan tujuan penelitian, pertanyaan penelitian dan masalah yang akan dipecahkan. Sumber yang dipakai dalam tinjauan pustaka harus disebutkan dengan mencantumkan nama penulis dan tahun terbit dengan model Vancouver. Format penyajiannya dimulai tinjuan teori untuk variabel independen, variabel dependen dan keterkaitan antar variabel yang diteliti dengan mengacu pada penelitian sebelumnya.
a. Landasan Teori
Landasan teori menguraikan kerangka teori yang merujuk pada referensi berbagai ahli tertentu maupun berbagai teori-teori yang ada yang nantinya akan mendasari hasil dan pembahasan secara detail, dapat berupa definisi-definisi atau model matematis yang langsung berkaitan dengan tema atau masalah yang diteliti. Teori-teori yang dirujuk harus mengacu pada variabel-variabel yang diteliti. Dimulai dari penjelasan tema, variabel independen dan variabel dependennya atau faktor-
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-8
faktor yang diteliti serta dijelaskan teori-teori tersebut untuk mendukung hipotesis yang akan diajukan.
b. Kerangka Teori
Kerangka teori terdiri dari teori-teori atau isu-isu dimana penelitian kita terlibat di dalamnya dan memberikan panduan pada saat peneliti membaca pustaka.Kerangka teori tidak dapat dikembangkan kalau peneliti belum mempelajari pustaka dan sebaliknya kalau peneliti belum mempunyai kerangka teori maka peneliti tidak akan dapat membaca pustaka dengan efektif.
c. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian merupakan operasionalisasi keterkaitan antar variabel-variabel yang berasal dari kerangka teori dan biasanya berkonsentrasi pada satu bagian dari kerangka teori.Kerangka konsep menggambarkan aspek-aspek yang telah dipilih dari kerangka teori untuk dijadikan dasar masalah penelitiannya.Jadi kerangka konsep timbul dari kerangka teori dan berhubungan dengan masalah penelitian yang spesifik.
d. Hipotesis
Hipotesismemuat : pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi. Hipotesis tidak selalu harus ada tergantung pada jenis dan tujuan penelitian.Oleh karena itu hipotesis harus diuji kebenarannya dan pengujiaannya harus mendasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan (scientific methods) yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ciri-ciri hipotesis yaitu :
Dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan kalimat tanya
Hipotesis hendaknya berkaitan dengan bidang ilmu yang akan diteliti
Hipotesis harus dapat diuji yaitu terdiri dari variable yang dapat diukur dan dapat dibanding-bandingkan sehingga diperoleh hasil yang obyektif
Hipotesis hendaknya sederhana dan terbatas ( tidak menimbulkan perbedaan pengertian dan tidak terlalu luas sifatnya )
Penjelasan BAB III. METODE PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas.Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis.Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya.Jumlah siklus disyaratkan lebih dari dua siklus.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-9
Metode penelitian memuat : jenis penelitian, populasi dan sample penelitian, lokasi dan waktu penelitian, hubungan variable dan definisi operasional, instrumen penelitian, pengumpulan dan pengolahan data, metode analisis data dan keterbatasan
a. Jenis Penelitian
Berisi langkah-langkah yang akan diambil untuk membuktikan kebenaran hipotesis.
b. Populasi dan Sample
Berisi cara pengambilan sample, besar sample, cara pengumpulan sample, teknik penarikan sample.
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek maupun obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.Populasi bukan hanya orang, tetapi semua benda yang memiliki sifat atau cirri yang bisa diteliti.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
c. Lokasi dan Waktu Penelitian
Berisi mengenai tempat / lokasi penelitian beserta waktu yang dipergunakan melakukan penelitian
d. Variabel
Berisi keterangan tentang variable atau factor yang diamati atau diteliti dalam suatu penelitian
e. Definisi Operasional
Menjelaskan bagaimana suatu variable akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk mengukurnya. Definisi ini mempunyai implikasi praktis dalam proses pengumpulan data. Definisi operasional mendiskripsikan variable sehingga bersifat spesifik (tidak berintegrasi ganda), terukur, menunjukkan sifat atau macam variable sesuai dengan tingkat pengukurannya dan menunjukkan kedudukan variable dalam kerangka teoritis.
f. Teknik Pengumpulan Data
Berisi cara pengumpulan data yang dapat berupa data primer maupun data sekunder. Berdasarkan caranya pengumpulan data dapat berupa observasi, wawancara langsung, angket, pengukuran / pemeriksanaan
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-10
g. Instrument Penelitian
Instrument ( alat ukur ) penelitian dapat berupa kuesioner, cek list yang digunakan sebagai pedoman observasi dan wawancara atau angket
h. Teknik Pengolahan Data
Berisi cara pengolahan data yang akan dilakukan peneliti sehingga data hasil penelitian dapat menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian
i. Metode Analisis Data
Metode analisa data menjelaskan bagaimana seorang peneliti mengubah data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian. Kegiatan analisa data ini meliputi : persiapan, tabulasi dan aplikasi data. Pada tahap analisa data inidapat menggunakan uji statistik jika memang data dlam penelitian tersebut harus diuji dengan uji statistik
j. Keterbatasan
Dalam setiap penelitian pasti mempunyai kelemahan-kelemahan dimana kelemahan tersebut ditulis dalam keterbatasan. Dalam bab ini disajikan keterbatasan peneliti secara teknis yang mungkin mempunyai dampak secara metodologis maupun substantif, seperti : keterbatasan pengambilan sampel, keterbatasan jumlah sampel, keterbatasan instrumen penelitian, keterbatasan waktu dan sebagainya
E. DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka merupakan keterangan tentang bacaan yang dijadikan sebagai bahan rujukan dari penulisan skripsi. Dalam daftar pustaka dapat dimasukkan tentang pustaka dari buku teks, jurnal, artikel, internet atau kumpulan karangan lain.
Daftar Pustaka, yang dituliskan secara konsisten menurut model APA, MLA atau Turabian.
F. JADWAL PENELITIAN
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart.Contohnya, jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-11
G. LAMPIRAN
Lampiran memuat : keterangan atau informasi yang diperlukan pada pelaksanaan penelitian seperti : peta, surat penelitian, kuesioner, atau data lain yang sifatnya melengkapi usulan atau proposal penelitian.
Contoh Lampiran-lampiran Lain
Riwayat Hidup Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti (Bila penelitian berkolaborasi)
Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan telah dihasilkan sampai saat ini
5.4. Elaborasi Struktur Penulisan Proposal
Menyusun proposal tidak hanya sekedar mengisi format dengan diskripsi apa adanya, namun harus memahami dan mengerti apa yangb harus di-diskripsikan dengan makna yang benar. Dibawah ini akan diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan susunan dan isi/makna yang harus tertuang dalam sebuah proposaL
5.4.1. Abstrak Proposal.
Abstrak didalam proposal berbeda dengan abstrak dalam laporan hasi penelitian.
Terdiri dari 3 (tiga) bagian Utama ,atau terdiri dari 3 (tiga) paragraph :
Bag I : diskripsi singkat dari Latar Belakang dipilihnya penelitian ini, Latar belakang Permasalahan, Rumusan Permasalahan,Tujuan Penelitian.
Bag II : Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah penelitian, teknik yang dipilih dan di gunakan
Bag III : Hasil yang diharapkan
5.4.2. Elaborasi Bab I. Pendahuluan.
i. LATAR BELAKANG
• Bag I : Sebagai latar belakang Penelitian
o Menjelaskan mengapa tema dan topik ini diangkat dalam penelitian ini, o Belum pernah diangkat oleh peneliti lain, o Apa yang menjadi spesifik dari penelitian ini
• Bag II : Sebagai Latar Belakang Permasalahan
o Mendiskripsikan fenomena empiri/ fakta yang terjadi di lapangan yang menunjukan adanya permasalahan yang memang sangat signifikan untuk diteliti.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-12
Bag III : Ditutup dengan ringkasan dari permasalahan penelitian yang akan diteliti
ii. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
• Pernyataan yang ditulis dalam satu kalimat yang singkat dan padat (rumus), yang mengungkapkan permasalahan inti dari penelitian ini yang diturunkan dari Latar Belakang Permasalahan.
• Diakhiri dengan : Pertanyaan Penelitian
Cara mengeksplorasi Permasalahan :
a. Keterkaitan rumusan permasalahan dengan aspek yang lain.
Gambar 5.1 Posisi Rumusan Permasalahan
b. Langkah-langkah Perumusan masalah
Gambar 5.2.skema Pikir merumuskan masalah
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-13
c. Cara atau teknik Merumuskan masalah
Gambar 5.3. Teknik Penemuan Permasalahan
Penemuan Permasalahan Cara Formal i. REKOMENDASI SUATU RISET ii. ANALOGI ( “mengambil” pengetahuan dari bidang ilmu lain dan
menerapkannya ke bidang yang diteliti) iii. RENOVASI ( untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari suatu
teori) iv. DIALEKTIK (untuk menghasilkan suatu teori yang merupakan tandingan
atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada) v. EKSTRAPOLASI (membuat tren suatu teori atau tren permasalahan) vi. MORFOLOGI ( mengkaji kemungkinan kombinasi yang terkandung dlm
suatu permasalahan yg rumit,kompleks) vii. DEKOMPOSISI (penjabaran suatu permasalahan ke dalam
komponen2nya) viii. AGREGASI ( mengambil hasil2 peneliti atau teori dari beberapa bidang
penelitian dan “mengumpulkannya” untuk membentuk suatu permasalahan yang lebih rumit, kompleks)
Penemuan Permasalahan Cara Informal i. Konjektur ( permasalahan dapat ditemukan secara konjektur atau
naluriah, tanpa dasar2 yang jelas, tapi jika kemudian, dasar2 atau latar
belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat
diteruskan)
ii. Fenomenologi (permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan
fenomena atau kejadian/ perkembangan yang dapat diamati
iii. Konsensus (konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan
permasalahan)
iv. Pengalaman ( pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya
permasalahan untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-14
Pengalaman keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebab-
sebab keberhasilan
d. Pengecekan permasalahan
Faedah: pengecekan faedah ditelitinya suatu permasalahan dikaitkan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan atau penerapan pada praktek/ pembangunan
Lingkup : lingkup penelitian, biasanya cukup sempit tapi diteliti secara mendalam; bila terlalu luas akan memerlukan waktu penelitian yang lama
Kedalaman : penelitian bukan sekedar mengumpulkan data, menyusunnya dan memprosesnya untuk mendapatkan hasil, tetapi diperlukan pula adanya interpertasi ( atau pembahasan atas hasil –perhatikan beberapa contoh permasalahan yang bukan untuk penelitian)
e. Kiat-kiat Perumusan Masalah.
Uraian latar belakang permasalahan perlu diakhiri oleh rumusan
permasalahan
Rumusan permasalahan perlu dinyatakan secara sederhana dan langsung,
tidak berbelit-belit
Rumusan permasalahan yang jelas (tajam) akan sanggup memberi arah
(gambaran) tentang macam data yang diperlukan, cara pengolahannya yang
cocok, dan memberi batas lingkup tertentu pada temuan yang dihasilkan
f. Bentuk-bentuk Rumusan Permasalahan
PERTANYAAN ( question):
Contoh :
• Seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah
pada perumahan KPR ?
• Faktor-faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh masing-masing faktor pada presepsi penghuni terhadap desain rumah sub inti ?
PERNYATAAN ( statement ):
Contoh :
• Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah perumahan KPR
• Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor dan besar pengaruh masing-masing faktor pada persepsi penghuni terhadap desain rumah sub inti
• Persepsi penghuni merupakan hal yang belum diperhitungkan dalam design rumah.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-15
SATU PERTANYAAN UMUM (main question) :
Contoh :
• Pertanyaan umum : Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil desain seorang arsitek dan seberapa pengaruh tiap-tiap faktor ? Lebih spesifik lagi, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
a. apakah sekian faktor yang mempengaruhi hasil desain seorang arsitek secara umum di Amerika terjadi pula di Indonesia?
b. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut mempengaruhi hasil desain arsitek di Indonesia ?
• Catatan : Setiap pertanyaan yang spesifik (terinci) seperti diatas haruslah merupakan satuan yang dapat diteliti (a researchable unit) dan keseluruhan pertanyaan rinci merupakan satu sistim (ada keterkaitan)
SATU PERNYATAAN UMUM ( main statemen) disusul oleh beberapa pertanyaan rinci.
Contoh :
• Pernyataan Umum : Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil desain seorang arsitek dan seberapa pengaruh tiap-tiap faktor. Lebih spesifik lagi, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
• apakan sekian faktor yang mempengaruhi hasil desain seorang arsitek secara umum di Amerika terjadi pula di Indonesia ?
• Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut mempengaruhi hasil desain arsitek Indonesia ?
• Catatan : kalimat “pertanyaan” dapat dibalik menjadi kalimat “pernyataan”
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-16
g. Landasan pikir perumusan masalah
Gambar 5.4. Perumusan Masalah yang baik
iii. TUJUAN PENELITIAN • Merupakan sebuah kalimat yang menggambarkan hasil yang akan
didapat dari penelitian ini • Harus mempunyai benang merah dengan judul, atau jawaban dari Judul
iv. SASARAN PENELITIAN • Adalah langkah2 untuk mencapai tujuan tersebut • Merupakan sebuah proses analisa, bukan langkah pengumpulan data • Semakin rinci dan bertingkat akan lebih mudah melakukan analisa dalam
tahap selanjutnya (dapat menggambarkan metoda atau teknik analisa apa yang nanti akan digunakan)
v. LINGKUP PENELITIAN ( batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini)
• Lingkup Wilayah Studi :
• Batas Administratif lokasi studi • Batas wilayah studi ( berkaitan dengan survey lapangan dan
responden yang akan diambil) • Dilengkapi dengan Peta
• Lingkup Aspek yang akan di Studi :
• Berkaitan dengan aspek apa saja yang akan di bahas dan diselesaikan dalam penelitian ini
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-17
• Lingkup Substansi ( lingkup Materi) :
• Menentukan substansi ilmu apa yang akan digunakan sebagai landasan teori atau konsep2 yang akan berpengaruh dalam penelitian ini
• Sebagai bahan yang akan digunakan di bab II. Kajian Pustaka)
• Manfaat Penelitian :
• Manfaat Teoritis : Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan secara Makro ataupun mikro
• Manfaat Praksis : Sebagai rekomendasi, arahan atau panduan aplikasi pemecahan permasalahan di lapangan
5.4.3. Elaborasi Bab.II Tinjauan Pustaka/Kajian Pustaka
Kegunaan Tinjauan Pustaka :
• Mengkaji Sejarah Permasalahan • Mempertajam Permasalahan Penelitian. • Membantu pemilihan prosedur penelitian • Mendalami Landasan Teori yang berkaitan dengan permasalahan • Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu yang
bermanfaat untuk peneltian ini • Menghindari duplikasi penelitian • Untuk menghindari duplikasi penelitian : • tidak semua hasil penelitian dipublikasikan • Peneliti perlu mengetahui sumber2 informasi pustaka • Tinjauan Pustaka, berkaitan dengan hal ini berguna untuk membeberkan
seluruhpengetahuan yang ada sampai saat ini berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi
• Menunjang perumusan masalah:Pengkajian Pustaka yang meluas (tapi tajam), komprehensif dan bersistem, pada akhirnya harus diakhiri dengan suatu kesimpulan yang memuat permasalahan apa yang tersisa, yang memerlukan penelitian, yang membedakan penelitian yang diusulkan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
Arti dan makna Tinjauan Pustaka.
Tinjauan Pustaka atau kajian pustaka adalah uraian yang tidak sekedar memindah informasi dari literature,laporan ilmiah atau sumber-sumber lain kedalam bagian ini. Prinsip kajuan pustaka dapat dilihat dari skema-skema dibawah ini :
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-18
Gambar 5.5. arti dan Makna Tinjauan Pustaka
gambar 5.6. Kegunaan Kajian Pustaka 1
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-19
Gambar 5.7. Kegunaan Kajian Pustaka 2
Gambar 5.8. Kegunaan Kajian Pustaka 3
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-20
Gambar 5.9. Kegunaan Kajian Pustaka 4
Langkah Dan Prinsip Yang Harus Dilakukan
• Mencari literatur, sumber2 ilmiah , jurnal dan penelitian yang sejenis yang pernah dilakukan, sesuai dengan lingkup substansi yang ditetapkan di bab I.
• Menyusun struktur pembahasan sesuai hirarkhi teori atau konsep yang akan dibahas.
• Mengkaji semua (berbagai ) konsep atau teori tersebut diarahkan oleh permasalahan penelitian yang diangkat
• Bukan memindah literatur atau pendapat para pakar demikian saja tanpa ada kajian (diskusi) dengan permasalahan penelitian
• Bila mengupas penelitian lain yang sejenis dengan penelitian ini, maka harus menemukan perbedaannya, unsur apa yang dapat dilanjutkan dalam penelitan ini
• Tidak dibenarkan mengkaji Standard, kebijakan, Program dan hal2 yang diluar konteks Ilmu Pengetahuan
Cara Mengkaji Teori/Konsep (Pustaka) • Setiap teori/konsep yang dikaji dicari dasar-dasar pokok yang berkaitan dengan
penelitian dan yang dapat diangkat sebagai indikator untuk penyelesaian permasalahan penelitian
• Setiap teori/konsep harus dikaitkan satu dengan lainnya dalam menetapkan indikator2 penelitian
• Kajian-kajian harus jelas alur dan prosesnya, tidak merupakan hasil yang tiba2 muncul
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-21
• Kajian bisa menggunakan berbagai teknik ( evaluasi, analogi, dikotomi, komparasi, dll sejenisnya)
• Setiap pernyataan dari pakar harus di satukan dengan substansi teori yang sama, dan ditulis sumbernya secara jelas
• Tidak dibenarkan melakukan “copy paste” dari hasil laporan penelitian lain tanpa ada alasan atau tanpa kaitan dan ulasan dengan penelitian yang akan dilakukan
Langkah Lanjut Dari Kajian Pustaka
• Menyusun Sintesa Kajian Pustaka
• Sintesa merupakan hasil dari peneliti dalam melakukan kajian • Tidak dibenarkan ada kutipan pakar lagi didalam sintesa • Hasil akhir sintesa adalah kerangka konsep penelitian atau dasar2 yang akan
dipakai dalam penelitian ini • Menyusun indikator2 penelitian yang nantinya akan di eksplore dilapangan,
eksplorasi indikator harus dilalui dengan menyusun variabel2 penelitian dari indikator tersebut (variabel adalah hal-hal apa yang akan diukur dilapangan)
• Menutup dengan sebuah skema kerangka konsep
Organisasi/struktur Tinjauan/Kajian Pustaka
• Terdiri dari 3 “bagian” :
• “Pendahuluan”
• “pembahasan”
• “ringkasan” atau “kesimpulan”
Bagian “ pendahuluan “ Tinjauan Pustaka
• Mempunyai dua alternatif pola isi :
• Menyebutkan topik-topik dan keterkaitannya ( sebagai organisasi topik-topik)
• Menampilkan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh topik-topik dalam tinjauan Pustaka
o Catatan : seluruh topik merupakan satu kesatuan sistem
Bagian “ pembahasan “ Tinjauan Pustaka
• Tersusun sesuai organisasi topik atau daftar pertanyaan yang ditetapkan oleh bagian “pendahuluan”
• Pembahasan merupakan diskusi atau debat antar pustaka ( bukan seperti resensi buku atau pindahan dari literatur)
• Tidak hanya bersumber dari satu pustaka/satu literatur • Satu tema/topik kajian harus di cross cek dengan banyak pakar
Bagian “ kesimpulan Tinjauan Pustaka(merupakan hasil kajian per sub bab)
Menjawab :
• Apakah permasalahan telah tuntas dijawab oleh pustaka yang ada ?
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-22
• Apakah ada peluang atau sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari kajian tersebut
• Seperti apa faktor2 penelitian atau indikator penelitian yang didapatkan • Bagaimana kedudukan dan peran penelitian yang diusulkan dalam konteks
ilmu pengetahuan yang ada
Bagian :Sintesa Kajian Pustaka
• Sintesa …BUKAN….kesimpulan • Sintesa adalah hasil kajian teori2yang didiskusikan dengan permasalahan
penelitian • Menghasilkan :Kerangka konsep penelitian • Menemukan indikator penelitian • Mengurai indikator menjadi variabel dan parameter
Membangun Kerangka Teori Atau Kerangka Konsepsual
• Kerangka teori : “rangkaian terpadu” dari teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil,
model-model, dan bukan “himpunan” dari teori-teori, konsep-konsep, atau
dalil-dalil
• Kerangka teori : sedikitnya terdiri dari 2 (dua) teori, konsep, dalil, atau model
• Landasan penalaran pembangunan teori :
o Menuju pada “spesifikasi” nilai teori, konsep, dalil, atau model
o Konsekuensi penentuan unit analisis dan pengujian/analisis empirik
Gambar 5.10. Cara Membangun Konsep Kerangka Penelitian
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-23
Contoh Membangun Kerangka Teori:
TAHAP I :Menggali proposisi, definisi, konsep, statemen yang bernilai informatif tinggi
Contoh : (Rose, 1994).
• Kelompok memperlihatkan partisipasi lebih tinggi dari pada public • Publik memperlihatkan keperdulian yang lebih rendah daripada kerumunan • Kelompok memperlihatkan keperdulian yang tinggi daripada massa
TAHAP II :Mengidentifikasi konsep-konsep yang relevan
• Kelompok • Publik • Kerumunan • Massa
TAHAP III :Merumuskan konsep/definisi sendiri tentang konsep-konsep tersebut
TAHAP IV :Membandingkan “nilai spesifikasi” atau “ciri-ciri” dari konsep-konsep tersebut
TAHAP V : Menyederhanakan atau mereduksi konsep-konsep tersebut menjad hipotesis dan konsep-konsep yang operasional
TAHAP VI :Merumuskan variabel dan menentukan unit analisis
Kaitan Tinjauan Pustaka Dengan Daftar Pustaka
• Semua pustaka yang diacu dalam tinjauan pustaka masuk dalam daftar pustaka
• Pilih cara pengacuan pustaka (citation) yang efisien dan efektif • Dianjurkan hanya menulis nama belakang penulis dan tahun terbit
pustakanya (plus nomor halaman bila perlu)
Menulis Kutipan
A. Kutipan Tidak Langsung
• Yang dikutip adalah : isi, maksud, ide, jiwa, konsep • Yang dikutip bukan kalimat demi kalimat • Kalimat dibuat sendiri oleh pengutip
Contoh :
Abad ke 19, yang diyakini sebagai abad pembangunan modern, nampaknya tidak dapat mengingkari hutang budinya terhadap filsafat positivisme, sehingga abad ini sering disebut sebagai “abad positivisme” (Wibisono, 1982). Pembangunan dan kemajuan pada abad ini ditandai oleh dominasi kerja ilmu pengetahuan modern atau ilmu-ilmu positip.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-24
Secara sangat singkat, dibawah ini akan disajikan perkembangan kredo-kredo filsafat positivisme mulai dari August Comte, Karl, R.Popper, sampai pada Rostow.
B. Kutipan Langsung
• Yang dikutip adalah keseluruhan pendapat ahli tanpa perubahan sedikitpun • Yang dikutip semua kalimat persis sama
Contoh :
Through history, the nineteenth century was recognized as the century of positivism.
Auguste Comte (1798-1857), the one who known as the father of positivism, defined the word positive as : real, clear, toward the better, future, useful, and fixed. According to him, the positive era are lead by industrialist and scientists. The basic belief of positivism was rooted in Law of Three Stages of August Comte, as what Popper (1982) observed as follows :
“The law stated that the human mind, booth as an individual and as a totality, as well as a society, developed through three stages : the theological ar fictive stage, the metaphysical or abstract stage, and the positive or real stage….. The positive stage, represents a phase in which man has progressed even further. He is capable of thinking positively or in a ‘real’ sense, based on the knowledge he has garnered, which he has developed in a positive manner through observations, experiments and comparisons” (Popper, 1982:121)
The influence of positivism on planning thoughts could be seen in the works of : (1) Patrick Geddes with his planning doctrine; (2) Thomas adam with ‘The Regional Plan for New York and Its Environs’; (3) Patrick Abercrombie with his ‘greater London Plan’; and (4) British planning legislation of 1947.
Contoh Penulisan Daftar Pustaka
1. BUKU
Abrams, C (1964). Man’s Struggle for Shelter in Urbanizing World, Cambridge, MIT press.
2. DISERTASI / THESIS
Amin, A.T.M.N. (1982). “An Analysis of labour Force and Industrial Organization of the Informal Sector in Dacca”, Unpublished Ph.D thesis submitted to the University of Manitoba, Canada, 1982, pp.1-30, 346-372.
3. JURNAL ILMIAH
Amos, F.J.C. (1986). “Cost, Self-Help and Politics”, Habitat Internasional, Vol.10, No.1, pp.181-186
4. DOKUMEN
Anonymous (1985a). “Rencana Induk Kota Jember” (Master Plan of Jember City), Bappeda Kabupaten Jember.
Anonymous (1985b). “Rencana Induk Kota Yogyakarta” (Master Plan of Yogyakarta City), Bappeda Kotamadya Yogyakarta.
Anonymous (1988). “RUTRK Jakarta” (Integrated Urban Infrastructrure Development Programme), Bappeda DKI Jakarta, March.
5. PAPER SEMINAR
Baros, P., and Nientied, P. (1987). “Future of Informal Housing”, a seminar paper on Habitat day, Nagoya, Japan, December 12-16.
6. ACUAN / PUSTAKA DALAM TULISAN ORANG LAIN
Husserl, Edmund (1969). “Formal and Transcendental Logic”, in Hindess, B. (1977)., Philosophy and Methodology in the Social sciences, Sussex,The Harvester Press Ltd.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-25
5.4.4.Elaborasi Bab III. Metodologi Penelitian.
• Menetapkan sudut pandang (paradigma) keilmuan yang akan digunakan dalam penelitian ini, dengan dasar :
o Sumber Kebenaran ilmu pengetahuan yang dijadikan sebagai dasar ( fakta empiri ) yang dapat ditangkap dilapangan
o Fungsi kerangka teori sebagai persiapan penelitian o Kedudukan obyek dengan lingkungannya o Hubungan obyek penelitian dengan peneliti o Hasil penelitian merupakan langkah generalisasi pengetahuan o Tujuan dari hasil penelitian merupakan ilmu yang bersifat nomothetik atau
idiographik
• Menetapkan Jenis dan macam Penelitian :
o Berdasar langkah yang akan dilakukan dilapangan o Berdasar dari bentuk data yang digunakan o Berdasar pembentukan ilmunya (induktif atau deduktif) o Berdasar strategi yang digunakan
• Penetapan variabel Penelitian
o Melakukan eksplorasi variabel didasarkan atas indikator penelitian yang ditemukan di kajian pustaka
o Menyusun parameter dari setiap variabel dan definisi operasionalnya o Menetapkan setiap variabel tersebut akan digunakan dalam tiap langkah2 analisa
• Teknik Pengumpulan Data
o Metode survai data primer o Metode survai data sekundair
• Teknik /metode analisa
o Menentukan teknik atau metode yang tepat disesuaiakan dengan sasaran penelitian
o Menjelaskan alasan mengapa memilih teknik tersebut, apa kekurangan dan kelebihannya.
• Teknik penentuan sampel dan responden
o Disesuaikan dengan teknik yang akan dipakai o Disesuaikan dengan populasi dari wilayah penelitian
• Bab III diakhiri dengan :
o skema tahap penelitian, o skema proses analisa
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab V
V-26
PROPOSAL DIAKHIRI DENGAN:
o Jadwal Pelaksanaan Penelitian (TA-Thesis-Disertasi) o Daftar Pustaka o Lampiran bila perlu
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab VI
VI-2
BAB VI. Kesimpulan dan Rekomendasi
6.1. Kesimpulan
Diktat ini memberikan gambaran yang cukup komprehensif tentang apa itu ilmu
pengetahuan, bagaimana membangun sebuah pengetahuan, filsafat ilmu yang mendasari
terbangunnya ilmu pengetahuan. Di samping itu pemahaman terhadap proses
pembangunan ilmu pengetahuan di tuntun dengan pemahaman tentang “apa itu
penelitian”, serta bagaimana melakukan penelitian dengan benar.
Penelitian adalah sebuah proses yang panjang dan terstruktur secara sistimatis, maka
dari itu pemahaman tentang metodologi penelitian sangat penting untuk menunjukkan
bahwa proes penelitian yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Proposal adalah pintu masuk untuk memulai melakukan penelitian, sehingga
penyusunan proposal menjadi sangat penting bagi peneliti maupun pemberi tugas untuk
mendapatkan gambaran apa yang akan dilakukan, proses apa yang akan dilalui dan metode
apa yang digunakan menjadi jelas.
Proposal harus dapatmemberikan gambaran tentang substansi ilmu yang diangkat,
tema dan topik yang relevan dengan bidang ilmu yang di pelajari. Sehingga keutuhan
proposal tercermin pada elaborasi pengangkatan permasalahan yang akan diteliti, tujuan
penelitian sertaapa yang akan dihasilkan dari penelitian ini.
Penetapan paradigm penelitian, jenis penelitian serta teknik analisa mencerminkan
bahwa peneliti paham akan prosedur yang harus dilakukan dan paham akan prinsip
penemuan ilmu pengetahuan. Dari paradigm yang ditetapka nmaka akan tereksplorasi
proses analisis yang tepat dan mencapai tujuan sasaran yang benar. Perbedaan memilih
paradigm akan mempunyai konsekwensi penentuan proses dan teknik analisa yang
digunakan dalam penelitian tersebut.
Pemahaman terhadap tekkik-teknik analisis, terutama untuk penelitian kualitatif
menjadi sangat penting. Hal tersebut akan terhindar dari pemahaman proses analisis“
diskriptip kualitatif” yang tidak sekedar menuliskan hal-hal yang tidak terukur dengan jelas,
tanpa mengikuti kaidah-kaidah yang baku. Beberapa jenis metode dan teknik analisa
dipaparkan dengan cukup sistimatis dan mudah untuk diikuti, sehingga kemudian mudah
diacu sebagai panduan dalam proses penelitian dan proses penyusunan proposal.
DIKTAT METODOLOGI PENELITIAN Bab VI
VI-3
6.2. Rekomendasi
Penyusunan diktat ini difokuskan npadapenelitian-penelitian kualitatif yang sering
diperlukan dalam penelitian-penelitian humaniora dan ilmu-ilmu yang diperlukan dalam
konteks social engginering. Sebagai kelengkapan dari kebutuhan panduan untuk kegiatan
penelitian (research), perencanaan (planning), dan perancangan (design), maka akan lebih
lengkap apabila penyusunan diktat ini dilanjutkan dengan memberikan pemahaman semua
metode dan teknik analisa yang diperlukan dalam melakukan ketiga kegiatan di atas.
Eksplorasi lanjut dari peneitian dengan pendekatan-pendekatan kualitatif, kuantitatif
dan gabungan dari keduanya perlu disusun sehingga tidak terjadi percampuran yang salah
dalam menggunakan teknik-teknik tersebut yang didasarkan atas permasalahan yang
diangkat dalam penelitian.
Diperlukan langkah sosialisasi ataupun workshop yang berkaitan dengan bagaimana
memahami metodologi penelitian dan bagaimana menggunakan metode-metode yang
dipilih
LAMPIRAN
LAMPIRAN CONTOH SCREENER IDI Respondents ID
Project name : P. Heritage –IDI Project Number: 1307002 Version: 1 Exec in charge: RDS/RPS/KP/DR/AM
Nama responden: No KTP :
Alamat lengkap : RT: RW: KEL: KEC: KODE POS: KOTA :
No telpon rumah: No Hp:
No telpon kantor: Alamat email:
Nama interviewer: Interviewer ID:
Tgl/bln/th Interview: Jam mulai:
Lama waktu Interview: Jam selesai:
Saya menyatakan bahwa wawancara ini telah dilaksanakan benar-benar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan telah dilakukan dengan seseorang yang tidak saya kenal sebelumnya.
TTD Interviewer
TTD PL
TTD Responden Checked by PL Checked by QC external
6 IDI maximum 1,5 jam
Lokasi : Kampung Kemasan, Gresik
Kriteria responden: Laki – laki atau wanita Usia 25 - 55 tahun Kriteria responden :
o 3 IDI Pemilik dan penghuni : Pemilik atau ikut memiliki bangunan cagar budaya di Kampung Kemasan Pemilik/Ikut memiliki (warisan) minimal satu bangunan cagar budaya di Kampung
Kemasan Telah tinggal di kampung kemasan minimal 50 tahun Masih berencana tinggal di kawasan pada masa mendatang Mewarisi beberapa sejarah cerita, mitos, quote, dokumen (surat dan diary),
rekaman, gambar/foto tentang perkembangan kampung kemasan Merasakan kejayaan kampung kemasan dan perbedaan dengan saat ini
o 3 IDI Pemerintah :
Merupakan perwakilan yang ditunjuk dari dinas pariwisata/budaya dan pendidikan/ pekerjaan umum
Pernah melakukan pendampingan/sosialisasi terhadap kawasan Kemasan
Naskah pertanyaan
(catatan: interviewer boleh melakukan improvisasi pada bahasa dengan syarat substansi dan tahapan pertanyaan harus tetap sesuai pedoman naskah).
“Selamat (pagi/siang/sore/malam), nama saya…………….. dari ITS Surabaya. Dalam waktu dekat kami, Tim Penelitian, akan mengadakan kelompok diskusi mengenai pendapat masyarakat untuk suatu topik dan sekarang kami sedang mencari responden yang sekiranya bersedia untuk terlibat dalam diskusi tersebut. Mohon diingat bahwa kami tidak berniat menjual apapun dan setiap informasi yang kami kumpulkan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja”. Q1a. Jenis Kelamin (Observasi)
Laki-laki 1 LANJUTKAN
Perempuan 2 LANJUTKAN
Q1b. Hanya untuk tujuan klasifikasi tolong sebutkan umur anda (SA)
Umur Kode
(Q1c) KETERANGAN
15 – 17 tahun 1 STOP & TK
18-24 tahun 2 STOP & TK
25 - 35 tahun 3 LANJUTKAN UNTUK SEGMEN PEMERINTAH
36 – 45 tahun 4 LANJUTKAN UNTUK SEGMEN PEMERINTAH
46 - 55 tahun 5 LANJUTKAN
Di atas 55 tahun 6 UNTUK SEGMEN PEMILIK DAN PENGHUNI
Tidak tahu/tidak mau menjawab
7 STOP & TK
BERAPAKAH TEPATNYA UMUR ANDA :____TAHUN Q1c. Apakah pendidikan terakhir yang Anda selesaikan? (SA)
Tidak tamat SD 1 STOP & TK
SD 2 STOP & TK
SMP 3 STOP & TK
SMA 4 LANJUTKAN
Diploma 5 LANJUTKAN
Sarjana atau Pasca Sarjana 6
Q1d. Hanya untuk kepentingan pendataan: Apakah status pernikahan anda pada saat ini ? (SA)
Single 1 LANJUTKAN
Menikah 2 LANJUTKAN
Tidak tahu/tidak mau menjawab 3 STOP & TK
Q2. Dapatkah anda menjelaskan pekerjaan anda saat ini? (SA)
SA
Pelajar 1 STOP & TK
Mahasiwa 2 STOP & TK
Pegawai dinas pariwisata 3 LANJUTKAN KE Q3a
Pegawai dinas pekerjaan umum 4 LANJUTKAN KE Q3a
Pegawai dinas lainnya____________ (sebutkan)
5 LANJUTKAN KE Q4a
Wirausaha/wiraswasta (memiliki usaha sendiri, warung, toko) / Self employ
6 LANJUTKAN KE Q4a
Bekerja paruh waktu 7 LANJUTKAN KE Q4a
Ibu rumah tangga 8 LANJUTKAN KE Q4a
Pengangguran 9 STOP & TK
Tidak tahu/menolak menjawab 10 STOP & TK
INTERVIEWER SEGMEN PEMERINTAH :
REKRUT 2 RESPONDEN DINAS PARIWISATA
REKRUT 1 RESPONDEN PU SEGMEN PEMILIK DAN PENGHUNI :
REKRUT : BEBAS TANYAKAN HANYA UNTUK SEGMEN PEMERINTAH Q3a. Apakah anda pernah mendampingi atau melakukan penelitian terkait dengan cagar budaya?
Ya LANJUTKAN
Tidak STOP & TK
Q3b. Apakah anda pernah melakukan pendampingan/ sosialisasi/ program /proyek untuk kawasan
Kemasan?
Ya LANJUTKAN
Tidak STOP & TK
Q3c. Berapa lama anda telah melakukan pendampingan/ sosialisasi/ program /proyek untuk
kawasan Kemasan?
Lebih dari 1 tahun LANJUTKAN KE Q5a
Kurang dari 1 tahun STOP & TK
TANYAKAN HANYA UNTUK SEGMEN PEMILIK DAN PENGHUNI Q4a. Di manakah anda saat ini tinggal ? (SA)
Area Tinggal (Q4a) Keterangan
Di area Kampung Kemasan 1 LANJUTKAN
Lainnya _____________________(Tuliskan) 2 STOP & TK
INTERVIEWER: CEK KTP RESPONDEN APABILA TIDAK ADA, CEK RUMAH YANG BERSANGKUTAN DAN PASTIKAN RESPONDEN MENGHUNI RUMAH TERSEBUT
Q4b. Status anda terhadap bangunan yang anda huni ? (SA)
Status (Q4b) Keterangan
Saya membeli dan merupakan pemilik tunggal rumah yang saya huni saat ini
1 LANJUTKAN
Saya ikut mewarisi/memiliki rumah yang ada di Kemasan walaupun saat ini saya tidak menghuni rumah tersebut
2 LANJUTKAN
Rumah ini merupakan rumah yang diwariskan turun – temurun dari buyut/kakek saya, kebetulan saya yang menghuni rumah ini
3 LANJUTKAN
Saya menyewa rumah ini 4 STOP & TK
Saya hanya menjaga dan megelola rumah ini 5 STOP & TK
Q4c. Berapa lama anda tinggal di wilayah kampung kemasan ? (SA)
Status (Q4c) Keterangan
< 10 tahun 1 STOP & TK
10 – 29 tahun 2 STOP & TK
30 – 49 tahun 3 STOP & TK
> 50 tahun 4 LANJUTKAN
Tidak mau menjawab/ tidak tahu 5 STOP & TK
Q4d. Apakah anda masih mempunyai benda/peninggalan terait dengan kampung Kemasan di masa
yang lalu ? (SA)
Ya LANJUTKAN
Tidak STOP & TK
Q4e. Benda apa sajakah yang anda miliki sebagai kenangan kampung kemasan ? (MA)
Benda (Q4e) Keterangan
Diary/ catatan 1 LANJUTKAN
Foto 2 LANJUTKAN
Surat – menyurat 3 LANJUTKAN
Cerita/ hikayat 4 LANJUTKAN
Artefak 5 LANJUTKAN
Lainnya__________________ (sebutkan) 6 LANJUTKAN
Tidak mau menjawab/ tidak tahu 7 STOP & TK
Q4f. Manakah dari pernyataan berikut ini yang paling sesuai dengan anda ? (SA)
TANYAKAN PADA SEMUA Q5. Diantara pernyataan berikut, manakah yang paling menggambarkan mengenai keadaan anda?
(SA)
Kode (Q4)
Keterangan
Saya tidak pernah dengar sama sekali tentang kawasan cagar budaya dan tidak tahu apa itu
1 STOP & TK
Saya pernah dengar mengenai kawasan cagar budaya tapi tidak tahu itu apa dan tidak tahu apakah wilayah saya termasuk kawasan cagar budaya
2 STOP & TK
Saya pernah dengar mengenai kawasan cagar budaya dan saya tahu apa itu, tapi saya tidak tahu apakah daerah saya termasuk kawasan cagar budaya
3 LANJUTKAN
Saya pernah dengar kalau daerah saya berpotensi masuk di kawasan cagar budaya, tetapi saya tidak tahu menahu apa maksudnya
4 LANJUTKAN
Saya tahu mengenai kawasan cagar budaya dan tahu bahwa daerah saya berpotensi termasuk didalamnya
5 LANJUTKAN
Saya ikut berpartisipasi aktif untuk melestarikan cagar budaya di kawasan saya
6 LANJUTKAN
Tidak mau menjawab/Tidak tahu 6 STOP & TK
(Q4f) Keterangan
Tinggal di kawasan ini saya merasa nyaman dan merasa dekat dengan keluarga dan tetangga, saya berencana menghabiskan seumur hidup di tempat ini
1 LANJUTKAN
Saya senang tinggal di kampung ini walaupun bangunannya sudah tua, sampai saat ini saya belum merasa akan pindah rumah dalam waktu dekat
2 LANJUTKAN
Walaupun anak – anak menuntut untuk pindah rumah saya merasa belum saatnya untuk pindah
3 LANJUTKAN
Saya senang di kampung ini, namun kebutuhan ruang membuat saya berpikiran untuk pindah dalam waktu dekat
4 STOP & TK
Saya pasti akan merencanakan pindah rumah karena rumah ini sudah terlalu tua
5 STOP & TK
Tidak mau menjawab/ tidak tahu 7 STOP & TK
Q6. Diantara Pernyataan berikut, mana yang paling menggambarkan peran anda dalam masyarakat ? (SA)
Kode (Q5)
Keterangan
Saya sangat aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung, bahkan aktif sebagai pengurus masyarakat
1 LANJUTKAN
Saya terkadang aktif pada kegiatan masyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung apabila tidak sibuk
2 LANJUTKAN
Saya memang kurang aktif pada kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung tetapi saya minta istri atau anak atau anggota keluarga saya yang lain untuk aktif sehingga saya tahu perkembangan yang ada di wilayah saya
3 LANJUTKAN
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung tapi saya tahu dan memperhatikan kegiatan apa saja yang ada
4 STOP & TK
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung dan saya tidak tahu dan tidak memperhatikan kegiatan apa saja yang ada
5 STOP & TK
Saya tidak pernah aktif dalam kegiatan masyarakat 6 STOP & TK
Tidak menjawab/Tidak tahu 7 STOP & TK
Q7a. Sekarang saya akan membacakan beberapa pernyataan. Tolong Anda beritahu saya
pernyataan mana yang paling sesuai dalam menggambarkan diri Anda. Sekali lagi, tidak ada jawaban benar atau salah SA (BACAKAN)
INTERVIEWER: RESPONDEN HARUS MEMILIH PALING SEDIKIT TIGA PERNYATAAN DARI EMPAT PERNYATAAN DENGAN TANDA (*). JIKA TIDAK STOP & TK
Di dalam sebuah pesta, saya biasanya Berkumpul dengan beberapa orang yang saya kenal 1 Berkumpul dengan sejumlah orang, termasuk orang yang saya tidak kenal 2*
Saat saya berada di dalam suatu kelompok, saya biasanya Memulai pembicaraan 1* Menunggu untuk didekati dulu 2
Saat berbicara dengan orang-orang yang saya tidak kenal, Saya tidak mengalami kesulitan dalam meneruskan pembicaraan 1* Saya hanya mempunyai sedikit topik pembicaraan 2
Saya merasa bertemu dengan orang-orang yang saya tidak kenal Membuat saya tegang dan gugup sampai saya mengenal mereka 1 Membuat saya merasa senang 2*
Q7b. Seberapa setujunya Anda dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? SA
INTERVIEWER: Semua responden HARUS memilih kode-kode yang ada di kotak abu-abu dengan tanda (*), bila tidak, STOP & TK
Q7c. Bila Anda ada di dalam satu kelompok diskusi bersama-sama dengan orang lain yang tidak
dikenal, apa yang akan Anda rasa dan pikirkan? (BACAKAN PERNYATAAN DI BAWAH)
INTERVIEWER: KALAU KODE 1* TERPILIH, JANGAN DITERUSKAN STOP & TK. PASTIKAN BAHWA SEMUA RESPONDEN DAPAT MENGEKSPRESIKAN DIRINYA SENDIRI KHUSUS UNTUK INTERVIEWER: Q8. Jika responden telah melewati screening kuesioner, kemudian adalah tugas Anda sebagai
interviewer untuk menentukan apakah orang tersebut bisa menjadi responden yang dinamis. Pikirkan apakah dia:
Jika ada yang dijawab tidak dari kelima pertanyaan tersebut , maka tolong carikan
responden lain yang lebih dinamis
Sangat tidak
setuju
Tidak setuju
Antara setuju dan
tidak setuju
Setuju Sangat setuju
Saya suka berbincang dengan teman baru dan membagi pendapat saya dengan mereka
1 2 3 4* 5*
Teman-teman saya merasa saya adalah seseorang yang ramah
1 2 3 4* 5*
Saya tidak suka bertemu dengan orang-orang baru atau orang asing
1* 2* 3 4 5
Walaupun saya mempunyai pendapat saya sendiri, saya menghargai pendapat orang lain
1 2 3 4* 5*
Ya Tidak
Saya akan merasa tegang dan kemungkinan tidak berkata apa-apa 1* 2
Saya senang bertemu dengan orang baru dan akan ikut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut
1 2
Saya bukan seorang pemalu di antara orang banyak dan akan banyak berbicara serta berusaha untuk berpartisipasi
1 2
Apabila saya merasa bosan saya tidak akan ikut berpartisipasi lagi 1* 2
Saya akan merasa sedikit cemas tapi akan mencoba untuk terlibat dalam diskusi 1 2
YA TIDAK
Tersenyum
Kelihatan bersahabat
Terlihat tertarik dengan pertanyaan2 anda
Kelihatan percaya diri
Ketika berbicara, memandang mata lawan bicaranya
Q9. Saya mencari orang seperti Anda untuk suatu sesi obrolan non formal tentang lingkungan anda. Sesi ini akan berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam dan Anda kami undang untuk mengikuti sesi obrolan ini. Sebagai gantinya akan ada sedikit kenang-kenangan kepada orang yang turut berpartisipasi. Apakah Anda bersedia? SA
YAKINKAN KEMBALI BAHWA KITA TIDAK BERNIAT MENJUAL APAPUN DAN HASIL DARI SESI INI AKAN KAMI JAGA KERAHASIAANNYA
Ya 1 LANJUTKAN
Tidak 2 STOP & TK
HANYA UNTUK INTERVIEWER Dari manakah Anda memperoleh responden?
INTERVIEWER: BUAT JANJI DENGAN RESPONDEN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM GROUP DISKUSI
LAMPIRAN CONTOH SCREENER FGD
Respondents ID
Project name : P. Heritage-FGD Project Number: 1307002 Version: 2 Exec in charge: RDS/RPS/KP/DR/AM
Nama responden: No KTP :
Alamat lengkap : RT: RW: KEL: KEC: KODE POS: KOTA :
No telpon rumah: No Hp:
No telpon kantor: Alamat email:
Nama interviewer: Interviewer ID:
Tgl/bln/th Interview: Jam mulai:
Lama waktu Interview: Jam selesai:
Saya menyatakan bahwa wawancara ini telah dilaksanakan benar-benar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan telah dilakukan dengan seseorang yang tidak saya kenal sebelumnya.
TTD Interviewer
TTD PL
TTD Responden Checked by PL Checked by QC external
4 FGD @ 6 Responden – maximum 2,5 jam
Jadwal FGD :
Lokasi : Kampung Kemasan, Gresik
Kriteria responden: Laki – laki dan Wanita SES KS1,KS2, KS3 Usia 25 - 55 tahun Bekerja, Ibu rumah tangga Memiliki kepedulian terhadap lingkungan cagar budaya Kriteria responden :
o Pemilik dan penghuni : Pemilik atau ikut memiliki bangunan cagar budaya di Kampung Kemasan Pemilik/Ikut memiliki (warisan) minimal satu bangunan cagar budaya di Kampung
Kemasan Telah menjadi pemilik selama minimal 2 tahun dan telah tinggal di kawasan tersebut
minimal 5 tahun Masih berencana tinggal di kawasan tersebut hingga 5 tahun mendatang
o Pemilik namun tidak menghuni : Salah satu pemilik/memiliki hak waris pada bangunan cagar budaya namun tidak menghuni bangunan tersebut
Pemilik/Ikut memiliki (warisan) minimal satu bangunan cagar budaya di Kampung Kemasan
Pernah tinggal di wilayah tersebut namun saat ini tidak bertempat tinggal di kawasan tersebut
o Pengguna : Pengguna kawasan di Kampung Kemasan Bekerja/beraktivitas di kawasan kampung kemasan Telah bekerja/beraktivitas di kawasan ini selama minimal 5 tahun
o Terdampak : Penghuni di sekitar lingkungan Kampung Kemasan Menghuni di lingkungan sekitar Kampung Kemasan Telah menghuni di lingkungan tersebut selama minimal 10 tahun
Semua responden harus mengetahui, setidaknya pernah mendengar, mengenai kawasan cagar budaya
Semua responden harus terlibat aktif pada kegiatan sosial dan masyarakat yang ada di wilayahnya
Semua responden harus merupakan pengguna utama, pengambil keputusan dalam aktivitas yang sedang dijalani
Semua harus aktif, kreatif dan pandai dalam berbicara dan mengemukakan pendapat serta perasaan
Naskah pertanyaan
(catatan: interviewer boleh melakukan improvisasi pada bahasa dengan syarat substansi dan tahapan pertanyaan harus tetap sesuai pedoman naskah).
“Selamat (pagi/siang/sore/malam), nama saya…………….. dari ITS Surabaya. Dalam waktu dekat kami, Tim Penelitian, akan mengadakan kelompok diskusi mengenai pendapat masyarakat untuk suatu topik dan sekarang kami sedang mencari responden yang sekiranya bersedia untuk terlibat dalam diskusi tersebut. Mohon diingat bahwa kami tidak berniat menjual apapun dan setiap informasi yang kami kumpulkan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja”. Q1a. Jenis Kelamin (Observasi)
Laki-laki 1 LANJUTKAN
Perempuan 2 LANJUTKAN
Q1b. Hanya untuk tujuan klasifikasi tolong sebutkan umur anda (SA)
Umur Kode
(Q1c) KETERANGAN
15 – 17 tahun 1 STOP & TK
18-24 tahun 2 STOP & TK
25 - 35 tahun 3 LANJUTKAN
36 – 45 tahun 4 LANJUTKAN
46 - 55 tahun 5 LANJUTKAN
Di atas 55 tahun 6 STOP & TK
Tidak tahu/tidak mau menjawab
7 STOP & TK
BERAPAKAH TEPATNYA UMUR ANDA :____TAHUN
Q1c. Apakah pendidikan terakhir yang Anda selesaikan? (SA)
Tidak tamat SD 1 STOP & TK
SD 2 STOP & TK
SMP 3
LANJUTKAN HANYA UNTUK SEGMEN
PENGGUNA
SMA 4
LANJUTKAN HANYA UNTUK SEGMEN
PENGGUNA
Diploma 5 LANJUTKAN
Sarjana atau Pasca Sarjana 6
1d. Hanya untuk kepentingan pendataan: Apakah status pernikahan anda pada saat ini ? (SA)
Single 1 LANJUTKAN
Menikah 2 LANJUTKAN
Tidak tahu/tidak mau menjawab 3 STOP & TK
Q2a. Dapatkah anda menjelaskan pekerjaan anda saat ini? (SA)
SA
Pelajar 1 STOP & TK
Mahasiwa 2 STOP & TK
Pegawai pemerintah (PNS, dosen, Pegawai Bank, dll)
3 LANJUTKAN
Pegawai swasta (karyawan toko, pabrik non BUMN, dll)
4 LANJUTKAN
Wirausaha/wiraswasta (memiliki usaha sendiri, warung, toko) / Self employ
5 LANJUTKAN
Bekerja paruh waktu 6 LANJUTKAN
Ibu rumah tangga 7 LANJUTKAN
Pengangguran 8 STOP & TK
Tidak tahu/menolak menjawab 9 STOP & TK
Q2b. Dapatkah anda menyebutkan tepatnya pekerjaan anda saat ini? ___________________(SA) Q3a. Di manakah anda saat ini tinggal ? (SA)
Area Tinggal (Q3a) Keterangan
Di dalam area Kampung Kemasan 1 LANJUTKAN KE Q3b
Di sekitar area Kampung Kemasan 2 LANJUTKAN KE Q3c
Lainnya _____________________(Tuliskan) 3 LANJUTKAN KE Q3b UNTUK SEGMEN PEMILIK NAMUN BUKAN PENGHUNI DAN LANJUTKAN KE Q3C UNTUK
SEGMEN PENGGUNA
INTERVIEWER:
CEK KTP RESPONDEN APABILA TIDAK ADA, CEK RUMAH YANG BERSANGKUTAN DAN PASTIKAN RESPONDEN MENGHUNI RUMAH TERSEBUT
CEK PANEL DAN KUOTA PADA HALAMAN 11 Q3b. Status anda terhadap bangunan yang anda huni ? (SA)
Status (Q3b) Keterangan
Saya membeli dan merupakan pemilik tunggal rumah yang saya huni saat ini
1 LANJUTKAN
Saya ikut mewarisi/memiliki rumah yang ada di Kemasan walaupun saat ini saya tidak menghuni rumah tersebut
2 LANJUTKAN UNTUK SEGMEN PEMILIK NAMUN BUKAN PENGHUNI
Rumah ini merupakan rumah yang diwariskan turun – temurun dari buyut/kakek saya, kebetulan saya yang menghuni rumah ini
3 LANJUTKAN
Saya menyewa rumah ini 4 STOP & TK
Saya hanya menjaga dan megelola rumah ini 5 STOP & TK
Q3c. Aktivitas yang dilakukan di dalam area kampung kemasan ? (SA)
Aktivitas (Q3c) Keterangan
Bekerja (termasuk wiraswasta, self employ, studi, toko, dll)
1 LANJUTKAN
Bersosialisasi secara rutin (termasuk di dalamnya mengunjungi teman atau saudara, pernikahan, mengantar anak mengaji, dll)
2 LANJUTKAN
Hanya lewat 3 STOP & TK
Tidak pernah lewat 4 STOP & TK
Q4a. Berapa pengeluaran rutin keluarga anda? Termasuk semua pengeluaran bulanan yang
diperlukan untuk standar kehidupan Anda, yaitu termasuk makanan, listrik, air, telepon, gas,
transportasi untuk keluarga, gaji pembantu atau sopir, uang sekolah (bila masih ada anggota
keluarga yang masih bersekolah) dll. Tetapi tidak termasuk pembelian keperluan pribadi seperti
pakaian, rokok, dll, serta pembelian atau cicilan barang-barang mewah (SA)
INTERVIEWER: CEK PANEL DAN KUOTA PADA HALAMAN 11
KS3++ Di atas Rp. 3,000,000 1 STOP & TK
KS 3+ Rp 2,000,001 – 3,000,000 2 STOP & TK
KS3 Rp 1,500,001 – 2,000,000 3 LANJUTKAN
KS2 Rp 1,000,001 – 1,500,000 4 LANJUTKAN
KS1 Rp 700,001 – 1,000,000 5 LANJUTKAN
PS Di bawah Rp 700,000 7 STOP & TK
Tidak tahu / menolak 8 STOP & TK
Q4b. Observasi rumah responden: Kondisi rumah responden. Lingkari tingkat SES yang tepat/sesuai berdasarkan kondisi rumah.
Batasan Kelas Sosial berdasarkan kondisi fisik rumah
Faktor KS 3 KS 2 KS 1 PS
Bentuk rumah dan konstruksi rumah
Ukuran Relatif besar Sedang sampai relatif besar
Sedang Kecil sampai sedang
Bahan Terbuat dari bahan bermutu tinggi (tembok, kayu berkualitas)
Terbuat dari bahan bermutu sedang
Terbuat dari bahan bermutu sederhana
Terbuat dari bahan bermutu rendah, lantai masih menggunakan lantai tanah
Perawatan Selalu terawat baik Terawat Masih perlu perbaikan Masih perlu perbaikan
Standard Rumah standard real estate, rumah khas daerah, rumah model dulu yang bagus
Rumah standard BTN atau yang setara
Rumah standard perumnas atau yang setara Rumah Petak
Setara rumah petak
Halaman Jika ada, selalu terawat baik
Jika ada, bisa terawat atau kurang terawat
Jika ada biasanya kurang terawat/kurang diperhatikan
Jika ada biasanya kurang terawat/kurang diperhatikan
LANJUTKAN LANJUTKAN LANJUTKAN STOP & TK
KARTU BANTU Q4c. Di antara perabot berikut, manakah yang dimiliki keluarga anda dan keluarga? (MA)
1. Televisi 2. Video / DVD / VCD player
3. Radio / tape 4. Telepone (No…..........………………) 5. Mesin cuci 6. Kulkas
7. Mobil (Jumlah……………..………) 8. Motor
9. Oven / Microwave 10. Kartu kredit 11. Hand phone
12. Parabola
13. Komputer
14. AC 15. Kompor gas
Lingkari SES yang sesuai berdasarkan kepemilikan barang di atas
KS 3 KS 2 KS 1 PS
Minimal memiliki 9 dari 15
+
Termasuk mobil dan mesin cuci
Minimal memiliki 8 dari 15
+
Termasuk Telepon atau Video/ DVD / VCD
Minimal memiliki 6 dari 15
+
Termasuk Telepon atau Video/ DVD / VCD
Minimal memiliki 2 dari 15
LANJUTKAN LANJUTKAN LANJUTKAN STOP & TK
CARA MENENTUKAN KELAS SOSIAL RESPONDEN BERDASARKAN KONDISI FISIK RUMAH DAN JUMLAH KEPEMILIKAN:
KONDISI FISIK RUMAH KEPEMILIKAN KELAS SOSIAL
KS3 KS3 KS3
KS3 KS3/KS2 KS3-1
KS2 KS3/KS2 KS2
KS2 KS1 KS2-1
KS1 KS2/KS1 KS2-1
KS1 KS1/PS KS1
PS PS PS
INTERVIEWER:
GROUP 1-4 : CEK KUOTA DALAM PANEL GROUP HALAMAN 11 PASTIKAN KONSISTEN ANTARA JAWABAN Q3a DAN HASIL SES TERAKHIR
Q5. Diantara pernyataan berikut, manakah yang paling menggambarkan mengenai keadaan
anda? (SA)
Kode (Q4)
Keterangan
Saya tidak pernah dengar sama sekali tentang kawasan cagar budaya dan tidak tahu apa itu
1 STOP & TK
Saya pernah dengar mengenai kawasan cagar budaya tapi tidak tahu itu apa dan tidak tahu apakah wilayah saya termasuk kawasan cagar budaya
2 STOP & TK
Saya pernah dengar mengenai kawasan cagar budaya dan saya tahu apa itu, tapi saya tidak tahu apakah daerah saya termasuk kawasan cagar budaya
3 LANJUTKAN
Saya pernah dengar kalau daerah saya berpotensi masuk di kawasan cagar budaya, tetapi saya tidak tahu menahu apa maksudnya
4 LANJUTKAN
Saya tahu mengenai kawasan cagar budaya dan tahu bahwa daerah saya berpotensi termasuk didalamnya
5 LANJUTKAN
Saya ikut berpartisipasi aktif untuk melestarikan cagar budaya di kawasan saya
6 LANJUTKAN
Tidak mau menjawab/Tidak tahu 6 STOP & TK
INTERVIEWER CEK PANEL DAN KUOTA PADA HALAMAN 11
Q6. Diantara Pernyataan berikut, mana yang paling menggambarkan peran anda dalam
masyarakat ? (SA)
Kode (Q5)
Keterangan
Saya sangat aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung, bahkan aktif sebagai pengurus masyarakat
1 LANJUTKAN
Saya terkadang aktif pada kegiatan masyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung apabila tidak sibuk
2 LANJUTKAN
Saya memang kurang aktif pada kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung tetapi saya minta istri atau anak atau anggota keluarga saya yang lain untuk aktif sehingga saya tahu perkembangan yang ada di wilayah saya
3 LANJUTKAN
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung tapi saya tahu dan memperhatikan kegiatan apa saja yang ada
4 STOP & TK
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung dan saya tidak tahu dan tidak memperhatikan kegiatan apa saja yang ada
5 STOP & TK
Saya tidak pernah aktif dalam kegiatan masyarakat 6 STOP & TK
Tidak menjawab/Tidak tahu 7 STOP & TK
Q7a. Sekarang saya akan membacakan beberapa pernyataan. Tolong Anda beritahu saya
pernyataan mana yang paling sesuai dalam menggambarkan diri Anda. Sekali lagi, tidak ada jawaban benar atau salah SA (BACAKAN)
INTERVIEWER: RESPONDEN HARUS MEMILIH PALING SEDIKIT TIGA PERNYATAAN DARI EMPAT PERNYATAAN DENGAN TANDA (*). JIKA TIDAK STOP & TK
Di dalam sebuah pesta, saya biasanya Berkumpul dengan beberapa orang yang saya kenal 1 Berkumpul dengan sejumlah orang, termasuk orang yang saya tidak kenal 2*
Saat saya berada di dalam suatu kelompok, saya biasanya Memulai pembicaraan 1* Menunggu untuk didekati dulu 2
Saat berbicara dengan orang-orang yang saya tidak kenal, Saya tidak mengalami kesulitan dalam meneruskan pembicaraan 1* Saya hanya mempunyai sedikit topik pembicaraan 2
Saya merasa bertemu dengan orang-orang yang saya tidak kenal Membuat saya tegang dan gugup sampai saya mengenal mereka 1 Membuat saya merasa senang 2*
Q7b. Seberapa setujunya Anda dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? SA
INTERVIEWER: Semua responden HARUS memilih kode-kode yang ada di kotak abu-abu dengan tanda (*), bila tidak, STOP & TK
Q7c. Bila Anda ada di dalam satu kelompok diskusi bersama-sama dengan orang lain yang tidak
dikenal, apa yang akan Anda rasa dan pikirkan? (BACAKAN PERNYATAAN DI BAWAH)
INTERVIEWER: KALAU KODE 1* TERPILIH, JANGAN DITERUSKAN STOP & TK. PASTIKAN BAHWA SEMUA RESPONDEN DAPAT MENGEKSPRESIKAN DIRINYA SENDIRI KHUSUS UNTUK INTERVIEWER: Q8. Jika responden telah melewati screening kuesioner, kemudian adalah tugas Anda sebagai
interviewer untuk menentukan apakah orang tersebut bisa menjadi responden yang dinamis. Pikirkan apakah dia:
Jika ada yang dijawab tidak dari kelima pertanyaan tersebut , maka tolong carikan
responden lain yang lebih dinamis
Sangat tidak
setuju
Tidak setuju
Antara setuju dan
tidak setuju
Setuju Sangat setuju
Saya suka berbincang dengan teman baru dan membagi pendapat saya dengan mereka
1 2 3 4* 5*
Teman-teman saya merasa saya adalah seseorang yang ramah
1 2 3 4* 5*
Saya tidak suka bertemu dengan orang-orang baru atau orang asing
1* 2* 3 4 5
Walaupun saya mempunyai pendapat saya sendiri, saya menghargai pendapat orang lain
1 2 3 4* 5*
Ya Tidak
Saya akan merasa tegang dan kemungkinan tidak berkata apa-apa 1* 2
Saya senang bertemu dengan orang baru dan akan ikut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut
1 2
Saya bukan seorang pemalu di antara orang banyak dan akan banyak berbicara serta berusaha untuk berpartisipasi
1 2
Apabila saya merasa bosan saya tidak akan ikut berpartisipasi lagi 1* 2
Saya akan merasa sedikit cemas tapi akan mencoba untuk terlibat dalam diskusi 1 2
YA TIDAK
Tersenyum
Kelihatan bersahabat
Terlihat tertarik dengan pertanyaan2 anda
Kelihatan percaya diri
Ketika berbicara, memandang mata lawan bicaranya
Q9. Saya mencari orang seperti Anda untuk suatu sesi obrolan non formal tentang lingkungan anda. Sesi ini akan berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam dan Anda kami undang untuk mengikuti sesi obrolan ini. Sebagai gantinya akan ada sedikit kenang-kenangan kepada orang yang turut berpartisipasi. Apakah Anda bersedia? SA
YAKINKAN KEMBALI BAHWA KITA TIDAK BERNIAT MENJUAL APAPUN DAN HASIL DARI SESI INI AKAN KAMI JAGA KERAHASIAANNYA
Ya 1 LANJUTKAN
Tidak 2 STOP & TK
HANYA UNTUK INTERVIEWER Dari manakah Anda memperoleh responden?
INTERVIEWER: BUAT JANJI DENGAN RESPONDEN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM GROUP DISKUSI
PANEL GROUP P. Heritage
GROUP I GROUP II GROUP III GROUP IV
Hari /Tanggal 01 September 2013
01 September 2013
01 September 2013
TBC
Waktu 10.00-12.00 10.00 -12.00 10.00- 12.00 13.00- 15.00
Tempat Kemasan Kemasan Kemasan Surabaya
Jenis Kelamin - Laki – laki - Wanita
2 2
2 2
3 3
Soft Quota
SES - KS 3 - KS 2 - KS 1
2 2 -
2 2 -
1 3 2
3 3 -
Usia (tahun) - 25 - 35 - 35 – 55
Soft Quota
Soft Quota
Soft Quota
Soft Quota
Status : - Single - Menikah
Soft Quota
Soft Quota
Soft Quota
Soft Quota
Segmen aktivitas : - Segment Pemilik dan
penghuni - Segment Pemilik namun
bukan penghuni - Segment pengguna dan
Segment terdampak
4 - -
4 - -
- -
6
-
6 -
Respondents ID
Project name : Minapolis Settlements Study Project Number: XXXXX Version: 1 Exec in charge: DR/RDS/RPS/KP
Nama responden: No KTP :
Alamat lengkap : RT: RW: KEL: KEC: KODE POS: KOTA :
No telpon rumah: No Hp:
No telpon kantor: Alamat email:
Nama interviewer: Interviewer ID:
Tgl/bln/th Interview: Jam mulai:
Lama waktu Interview: Jam selesai:
Saya menyatakan bahwa wawancara ini telah dilaksanakan benar-benar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan telah dilakukan dengan seseorang yang tidak saya kenal sebelumnya.
TTD Interviewer
TTD PL
TTD Responden Checked by PL Checked by QC external
7 FGD @ 4 Responden – maximum 2,5 jam
Jadwal FGD : Sabtu- Minggu, 6-7 Juli 2013
Lokasi : Brondong, Lamongan
Kriteria responden:
Laki – laki dan Wanita SES PS, KS1, KS2, KS3 Usia 25 - 55 tahun Menikah dengan anak Memiliki aktivitas terkait perikanan (kelautan) Kriteria Aktivitas :
o Segmen A : Nelayan Juragan dan pandega Berpengalaman kurang lebih 10 tahun
o Segmen B: Pengolahan hasil ikan Segala jenis pengolah hasil perikanan
Berpengalaman kurang lebih 5 tahun o Segmen C : Pedagang ikan
Pengecer, pengepul dan pedagang besar Berpengalaman kurang lebih 5 tahun
o Segmen D : Industri perikanan dan pendukung Industri minabisnis Berpengalaman kurang lebih 5 tahun
Tinggal di Kelurahan Brondong (minimal alamat rumah jelas) Semua responden harus mengetahui, setidaknya pernah mendengar, mengenai minapolitan Semua responden harus terlibat aktif pada kegiatan sosial dan masyarakat yang ada di
wilayahnya Semua responden harus merupakan pengguna utama, pengambil keputusan dalam aktivitas
perikanan yang sedang dijalani Semua harus aktif, kreatif dan pandai dalam berbicara dan mengemukakan pendapat serta
perasaan Struktur Grup :
FGD Jenis Kelamin
Pekerjaan SES Kategori Umur Status
1 Laki – Laki
Nelayan Juragan
KS 2 dan KS 3
Grup 1 35 – 55 Tahun
Menikah dengan anak 2 Nelayan
Pandega PS dan KS1
Grup 2
3 Laki – laki
Pengolah ikan
KS2 dan KS 3
Grup 3 25 – 55 tahun 4 Wanita PS dan KS
1 Grup 4
5 Campuran Laki – laki Wanita
Pedagang besar
KS 2 dan KS 3
Grup 5
6 Pengecer dan pengepul
PS, KS1 Grup 6
7 Industri perikanan dan pendukung
KS2 dan KS 3
Grup 7
Naskah pertanyaan
(catatan: interviewer boleh melakukan improvisasi pada bahasa dengan syarat substansi dan
tahapan pertanyaan harus tetap sesuai pedoman naskah).
“Selamat (pagi/siang/sore/malam), nama saya…………….. dari ITS Surabaya. Dalam waktu dekat
(minggu depan) kami, Tim Penelitian, akan mengadakan kelompok diskusi mengenai pendapat
masyarakat untuk suatu topik dan sekarang kami sedang mencari responden yang sekiranya
bersedia untuk terlibat dalam diskusi tersebut. Mohon diingat bahwa kami tidak berniat menjual
apapun dan setiap informasi yang kami kumpulkan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
saja”.
Q1a. Jenis Kelamin (Observasi)
Laki-laki 1 LANJUTKAN UNTUK SEGMEN A, SEGMEN B, SEGMEN C, DAN SEGMEN D
Perempuan 2 LANJUTKAN UNTUK SEGMEN B,C DAN D SAJA, APABILA KODE INI TERPILIH UNTUK SEGMEN A STOP & TK
Q1b. Di manakah anda saat ini tinggal ? (SA)
Area Tinggal (Q1b) Keterangan
Kelurahan Brondong 1 LANJUTKAN
Sekitar Kelurahan Brondong (Masih dalam Kecamatan Brondong)
2 STOP & TK
Lainnya 3 STOP & TK
INTERVIEWER: CEK KTP RESPONDEN APABILA TIDAK ADA, CEK RUMAH YANG BERSANGKUTAN DAN PASTIKAN RESPONDEN MENGHUNI RUMAH TERSEBUT
Q1c. Hanya untuk tujuan klasifikasi tolong sebutkan umur anda (SA)
Umur Kode (Q1c)
KETERANGAN
15 – 17 tahun 1 STOP & TK
18-24 tahun 2 STOP & TK
25 - 35 tahun 3 LANJUTKAN HANYA UNTUK GROUP 3, 4, 5, 6 DAN 7
36 – 45 tahun 4 LANJUTKAN
46 - 55 tahun 5 LANJUTKAN
Di atas 55 tahun 6 STOP & TK
Tidak tahu/tidak mau menjawab
7 STOP & TK
BERAPAKAH TEPATNYA UMUR ANDA :____TAHUN
Q1d. Apakah pendidikan terakhir yang Anda selesaikan? (SA)
Tidak tamat SD 1 STOP & TK
SD 2 LANJUTKAN
SMP 3 LANJUTKAN
SMA 4 LANJUTKAN
Diploma 5 LANJUTKAN
Sarjana atau Pasca Sarjana 6
Q1e. Apakah status pernikahan anda pada saat ini ? (SA)
Single 1 STOP & TK
Menikah tanpa anak 2 STOP & TK
Menikah dan sedang menunggu kelahiran anak 3 LANJUTKAN
Menikah dengan anak 4 LANJUTKAN
Q2a. Dapatkah anda menjelaskan pekerjaan anda saat ini? (SA)
SA
Pelajar 1 STOP & TK
Mahasiwa 2 STOP & TK
Pegawai non perikanan (PNS, dosen, Pegawai Bank, dll)
3 STOP & TK
Wirausaha/wiraswasta di bidang bukan perikanan (toko, warung, dll)
4 STOP & TK
Pegawai di bidang kelautan (nelayan, pengepul ikan, pedagang ikan. Lembaga keuangan, tambak, dll)
5 LANJUTKAN KE PERTANYAAN Q2d
Wirausaha/wiraswasta di bidang kelautan (nelayan, pengepul ikan, pedagang ikan. Lembaga keuangan, tambak, dll)
6 LANJUTKAN KE PERTANYAAN KE Q2d
Ibu rumah tangga* 7 LANJUTKAN KE PERTANYAAN Q2b UNTUK
SEGMEN 2 DAN 3
Pengangguran 8 STOP & TK
Tidak tahu/menolak menjawab 9 STOP & TK
INTERVIEWER CEK PANEL DAN KUOTA
TANYAKAN PADA YANG MENJAWAB KODE (7) DALAM PERTANYAAN Q2a Q2b. Apakah anda memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi ibu rumah tangga? (SA)
SA
Ya 1 LANJUTKAN KE Q2c
Tidak 2 STOP & TK
Q2c. Dalam 1 tahun terakhir ini apakah jenis pekerjaan sampingan anda? (SA)
SA
Mengolah hasil perikanan laut 1 LANJUTKAN KE Q2d
Berjualan ikan 2 LANJUTKAN KE Q2d
Toko Meracang 3 STOP & TK
Berjualan makanan atau sejenis (warung) 4 STOP & TK
Toko Baju 5 STOP & TK
Pembantu Rumah Tangga 6 STOP & TK
Lainnya___________________(Sebutkan) 7 STOP & TK
TANYAKAN PADA SEMUA : Q2d. Sebelumnya, anda menyebutkan anda bekerja di sektor perikanan, termasuk kategori manakah pekerjaan anda di bawah ini ? (SA)
SA
Nelayan :Juragan 1 LANJUTKAN UNTUK GROUP 1
Nelayan :Pandega 2 LANJUTKAN UNTUK GROUP 2
Pengolah hasil perikanan: Pemindangan 3 LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4
Pengolah hasil perikanan: Pengeringan 4 LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4
Pengolah hasil perikanan: Es- Esan 5 LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4
Pengolah hasil perikanan: Petis 6 LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4
Pengolah hasil perikanan: Kerupuk 7 LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4
Pengolah hasil perikanan: Pengasap 8 LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4
Pengolah hasil perikanan: Tepung Ikan 9 LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4
Pengolah hasil perikanan:Industri 10 LANJUTKAN UNTUK GROUP 3 & 4
Pedagang hasil perikanan:Pedagang besar *
11 LANJUTKAN UNTUK GROUP 5
Pedagang hasil perikanan: Pengepul 12 LANJUTKAN UNTUK GROUP 6
Pedagang hasil perikanan:Pengecer / Pedagang kecil
13 LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
Budidaya terumbu karang, rumput laut (dll)
14 LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
Industri pariwisata bahari 15 LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
Lembaga keuangan terkait dengan perikanan dan kelautan
16 LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
Petani tambak 17 LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
Pengrajin hasil laut (kerang,terumbu karang, dsb)
18 LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
Lainnya terkait kelautan (Sebutkan)_____________________
19 LANJUTKAN UNTUK GROUP 7
Toko Meracang 20 STOP & TK
Berjualan makanan atau sejenis (warung) 21 STOP & TK
Toko Baju 22 STOP & TK
Pembantu Rumah Tangga 23 STOP & TK
Lainnya___________________(Sebutkan) 24 STOP & TK
Q2e. Berapa lamakah anda telah menekuni pekerjaan anda tersebut ? (SA) Q3a. Berapa pengeluaran
rutin keluarga anda? Termasuk semua pengeluaran bulanan yang diperlukan untuk standar kehidupan Anda, yaitu termasuk makanan, listrik, air, telepon, gas, transportasi untuk keluarga, gaji pembantu atau sopir, uang sekolah (bila masih ada anggota keluarga yang masih bersekolah) dll. Tetapi tidak termasuk pembelian keperluan pribadi seperti pakaian, rokok, dll, serta pembelian atau cicilan barang-barang mewah (SA) Q3b. Observasi rumah responden: Kondisi rumah responden. Lingkari tingkat SES yang tepat/sesuai
berdasarkan kondisi rumah.
Batasan Kelas Sosial berdasarkan kondisi fisik rumah
Faktor KS 3 KS 2 KS 1 PS
Bentuk rumah dan konstruksi rumah
Ukuran Relatif besar Sedang sampai relatif besar
Sedang Kecil sampai sedang
Bahan Terbuat dari bahan bermutu tinggi (tembok, kayu berkualitas)
Terbuat dari bahan bermutu sedang
Terbuat dari bahan bermutu sederhana
Terbuat dari bahan bermutu rendah, lantai masih menggunakan lantai tanah
Perawatan Selalu terawat baik Terawat Masih perlu perbaikan
Masih perlu perbaikan
Standard Rumah standard real estate, rumah khas daerah, rumah model dulu yang bagus
Rumah standard BTN atau yang setara
Rumah standard perumnas atau yang setara Rumah Petak
Setara rumah petak
Halaman Jika ada, selalu terawat baik
Jika ada, bisa terawat atau kurang terawat
Jika ada biasanya kurang terawat/kurang diperhatikan
Jika ada biasanya kurang terawat/kurang diperhatikan
LANJUTKAN LANJUTKAN LANJUTKAN LANJUTKAN
KARTU BANTU Q3c. Di antara perabot berikut, manakah yang dimiliki keluarga anda dan keluarga? (MA)
>10 tahun 1 LANJUTKAN
5 - 10 Tahun 2 LANJUTKAN UNTUK SEGMEN B,C DAN D, APABILA TERPILIH PADA
SEGMEN A STOP & TK
< 5 Tahun 3 STOP & TK
KS3++ Di atas Rp. 3,000,000 1 STOP & TK
KS 3+ Rp 2,000,001 – 3,000,000 2 STOP & TK
KS3 Rp 1,500,001 – 2,000,000 3 LANJUTKAN
KS2 Rp 1,000,001 – 1,500,000 4 LANJUTKAN
KS1 Rp 700,001 – 1,000,000 5 LANJUTKAN
PS Di bawah Rp 700,000 7 LANJUTKAN
Tidak tahu / menolak 8 STOP & TK
9. Televisi 10. Video / DVD / VCD player 11. Radio / tape 12. Telepone (No…..........………………) 13. Mesin cuci 14. Kulkas 15. Mobil (Jumlah……………..………) 16. Motor
15. Oven / Microwave 16. Kartu kredit 17. Hand phone 18. Parabola 19. Komputer 20. AC 15. Kompor gas
Lingkari SES yang sesuai berdasarkan kepemilikan barang di atas
KS 3 KS 2 KS 1 PS
Minimal memiliki 9 dari 15 + Termasuk mobil dan mesin cuci
Minimal memiliki 8 dari 15 + Termasuk Telepon atau Video/ DVD / VCD
Minimal memiliki 6 dari 15 + Termasuk Telepon atau Video/ DVD / VCD
Minimal memiliki 2 dari 15
LANJUTKAN LANJUTKAN LANJUTKAN LANJUTKAN
CARA MENENTUKAN KELAS SOSIAL RESPONDEN BERDASARKAN KONDISI FISIK RUMAH DAN JUMLAH KEPEMILIKAN:
KONDISI FISIK RUMAH KEPEMILIKAN KELAS SOSIAL
KS3 KS3 KS3
KS3 KS3/KS2 KS3-1
KS2 KS3/KS2 KS2
KS2 KS1 KS2-1
KS1 KS2/KS1 KS2-1
KS1 KS1/PS KS1
PS PS PS
INTERVIEWER:
GROUP 1, 3, 5 dan 7 : REKRUT SES KS2, KS2-1, KS3-1 dan KS 3
GROUP 2, 4 dan 6 : REKRUT SES KS1, KS2, KS2-1 dan PS PASTIKAN KONSISTEN ANTARA JAWABAN Q3a DAN HASIL SES TERAKHIR
Q4. Diantara pernyataan berikut, manakah yang paling menggambarkan mengenai keadaan
anda? (SA)
Kode (Q4)
Keterangan
Saya tidak pernah dengar sama sekali tentang minapolitan dan tidak tahu apa itu
1 STOP & TK
Saya pernah dengar mengenai minapolitan tapi tidak tahu itu apa dan tidak tahu apakah wilayah saya termasuk daerah minapolitan
2 STOP & TK
Saya pernah dengar mengenai minapolitan dan saya tahu apa itu, tapi saya tidak tahu apakah daerah saya termasuk minapolitan
3 LANJUTKAN
Saya pernah dengar kalau daerah saya termasuk minapolitan, tetapi saya tidak tahu menahu apa maksudnya
4 LANJUTKAN
Saya tahu mengenai minapolitan dan tahu bahwa daerah saya termasuk didalamnya
5 LANJUTKAN
Tidak mau menjawab/Tidak tahu 6 STOP & TK
Q5. Diantara Pernyataan berikut, mana yang paling menggambarkan peran anda dalam
masyarakat ? (SA)
Kode (Q5)
Keterangan
Saya sangat aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung, bahkan aktif sebagai pengurus masyarakat
1 LANJUTKAN
Saya terkadang aktif pada kegiatan masyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung apabila tidak sibuk
2 LANJUTKAN
Saya memang kurang aktif pada kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung tetapi saya minta istri atau anak atau anggota keluarga saya yang lain untuk aktif sehingga saya tahu perkembangan yang ada di wilayah saya
3 LANJUTKAN
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung tapi saya tahu dan memperhatikan kegiatan apa saja yang ada
4 STOP & TK
Saya tidak aktif dalam kegiatan bermasyarakat seperti rapat RW, kegiatan kampung dan saya tidak tahu dan tidak memperhatikan kegiatan apa saja yang ada
5 STOP & TK
Saya tidak pernah aktif dalam kegiatan masyarakat 6 STOP & TK
Tidak menjawab/Tidak tahu 7 STOP & TK
Q6a. Sekarang saya akan membacakan beberapa pernyataan. Tolong Anda beritahu saya
pernyataan mana yang paling sesuai dalam menggambarkan diri Anda. Sekali lagi, tidak ada jawaban benar atau salah SA (BACAKAN)
INTERVIEWER: RESPONDEN HARUS MEMILIH PALING SEDIKIT TIGA PERNYATAAN DARI EMPAT
PERNYATAAN DENGAN TANDA (*). JIKA TIDAK STOP & TK
Di dalam sebuah pesta, saya biasanya Berkumpul dengan beberapa orang yang saya kenal 1 Berkumpul dengan sejumlah orang, termasuk orang yang saya tidak kenal 2*
Saat saya berada di dalam suatu kelompok, saya biasanya Memulai pembicaraan 1* Menunggu untuk didekati dulu 2
Saat berbicara dengan orang-orang yang saya tidak kenal, Saya tidak mengalami kesulitan dalam meneruskan pembicaraan 1* Saya hanya mempunyai sedikit topik pembicaraan 2
Saya merasa bertemu dengan orang-orang yang saya tidak kenal Membuat saya tegang dan gugup sampai saya mengenal mereka 1 Membuat saya merasa senang 2*
Q6b. Seberapa setujunya Anda dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? SA
INTERVIEWER: Semua responden HARUS memilih kode-kode yang ada di kotak abu-abu dengan tanda (*), bila tidak, STOP & TK
Q6c. Bila Anda ada di dalam satu kelompok diskusi bersama-sama dengan orang lain yang tidak
dikenal, apa yang akan Anda rasa dan pikirkan? (BACAKAN PERNYATAAN DI BAWAH)
INTERVIEWER: KALAU KODE 1* TERPILIH, JANGAN DITERUSKAN STOP & TK.
PASTIKAN BAHWA SEMUA RESPONDEN DAPAT MENGEKSPRESIKAN DIRINYA SENDIRI
KHUSUS UNTUK INTERVIEWER: Q7. Jika responden telah melewati screening kuesioner, kemudian adalah tugas Anda sebagai
interviewer untuk menentukan apakah orang tersebut bisa menjadi responden yang dinamis. Pikirkan apakah dia:
Jika ada yang dijawab tidak dari kelima pertanyaan tersebut , maka tolong carikan
responden lain yang lebih dinamis Q17. Saya mencari orang seperti Anda untuk suatu sesi obrolan non formal tentang lingkungan
anda. Sesi ini akan berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam dan Anda kami undang untuk mengikuti sesi obrolan ini. Sebagai gantinya akan ada sedikit kenang-kenangan kepada orang yang turut berpartisipasi. Apakah Anda bersedia? SA
Sangat tidak
setuju
Tidak setuju
Antara setuju dan
tidak setuju
Setuju Sangat setuju
Saya suka berbincang dengan teman baru dan membagi pendapat saya dengan mereka
1 2 3 4* 5*
Teman-teman saya merasa saya adalah seseorang yang ramah
1 2 3 4* 5*
Saya tidak suka bertemu dengan orang-orang baru atau orang asing
1* 2* 3 4 5
Walaupun saya mempunyai pendapat saya sendiri, saya menghargai pendapat orang lain
1 2 3 4* 5*
Ya Tidak
Saya akan merasa tegang dan kemungkinan tidak berkata apa-apa 1* 2
Saya senang bertemu dengan orang baru dan akan ikut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut
1 2
Saya bukan seorang pemalu di antara orang banyak dan akan banyak berbicara serta berusaha untuk berpartisipasi
1 2
Apabila saya merasa bosan saya tidak akan ikut berpartisipasi lagi 1* 2
Saya akan merasa sedikit cemas tapi akan mencoba untuk terlibat dalam diskusi 1 2
YA TIDAK
Tersenyum
Kelihatan bersahabat
Terlihat tertarik dengan pertanyaan2 anda
Kelihatan percaya diri
Ketika berbicara, memandang mata lawan bicaranya
YAKINKAN KEMBALI BAHWA KITA TIDAK BERNIAT MENJUAL APAPUN DAN HASIL DARI SESI INI AKAN KAMI JAGA KERAHASIAANNYA
Ya 1 LANJUTKAN
Tidak 2 STOP & TK
HANYA UNTUK INTERVIEWER Dari manakah Anda memperoleh responden?
INTERVIEWER: BUAT JANJI DENGAN RESPONDEN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM GROUP DISKUSI
PANEL GROUP Minapolis Settlements Study
GROUP I GROUP II GROUP III GROUP IV GROUP V GROUP VI GROUP VII
Hari /Tanggal
Waktu
Tempat
Jenis Kelamin - Laki – laki - Wanita
4 -
4 -
4 -
- 4
2 2
2 2
Soft Quota
SES - KS 3 - KS 2 - KS 1 - PS
2 2 - -
- - 2 2
2 2 - -
- - 2 2
2 2 - -
- - 2 2
2 2 - -
Usia (tahun) - 25 - 35 - 35 – 55
- 4
2 2
Soft Quota
Soft Quota
Soft Quota
Soft Quota
Soft Quota
Status : - Menikah
dengan anak
4
4
4
4
4
4
4
Segmen pekerjaan : - Segment A - Segment B - Segment C - Segment D
4 - - -
4 - - -
- 4 - -
- 4 - -
- - 4 -
- - 4 -
- - - 4
- Tinggal di Kelurahan Brondong (minimal alamat rumah jelas) - Semua responden harus mengetahui mengenai minapolitan - Semua responden harus terlibat aktif pada kegiatan sosial dan masyarakat yang ada di wilayahnya - Semua responden harus merupakan pengguna utama, pengambil keputusan dalam aktivitas perikanan yang sedang dijalani
LAMPIRAN CONTOH SCREENER DISCUSSION GUIDE
P. HERITAGE Discussion Guide
FGD Pewaris/Pemilik dan Penghuni Kawasan Kampung Kemasan September 2013
Tujuan Diskusi:
Untuk memahami dan mengumpulkan informasi terkait dengan nilai obyek cagar budaya di kawasan Kemasan dan deliniasi kawasan
Cagar Budaya Kemasan.
Untuk memahami potensi fisik maupun non fisik kawasan cagar budaya serta hambatan dalam pelestariannya.
Untuk Menggali persepsi dan preferensi masyarakat yang tinggal di kampung kemasan/stakeholder tentang pengembangan kawasan
cagar budaya di daerahnya.
Kisi-kisi Diskusi:
1. Pengantar (10 menit)
2. Assesment aktivitas/perilaku masyarakat yang tinggal di kawasan cagar budaya (30 menit)
3. Persepsi masyarakat mengenai nilai cagar budaya di kawasannya (nilai aestethic, sejarah spiritual dan sosial) (40 menit)
4. Assesment mengenai potensi fisik dan non fisik kawasan cagar budaya dan hambatan dalam pelestarian cagar budaya (40 menit)
5. Persepsi dan preferensi masyarakat mengenai pengembangan kawasan cagar budaya di wilayahnya (40 menit)
TOTAL: 150 minutes
1. Pengantar (10 menit – total: 10 menit)
Moderator memperkenalkan diri dan menjelaskan secara singkat mengenai diskusi
Moderator menjelaskan topik: Kaitan antara ITS dan pelestarian cagar budaya di kawasan kampung kemasan
Moderator berusaha menciptakan suasana: santai, free-flowing discussions, tidak membenarkan atau menyalahkan opini; berusaha mendorong responden untuk mengemukakan opini pribadi
Moderator menjelaskan mengenai dokumentasi dan perekaman serta menjamin kerahasiaan.
Responden diminta menjelaskan tentang dirinya: nama, usia struktur keluarga, tempat tinggal, pekerjaan
2. Assesment aktivitas/perilaku masyarakat yang tinggal di kawasan cagar budaya (30 menit—Total : 30 Menit)
Pertanyaan Indikator Kunci
Mari sejenak kita mengingat tentang keluarga kita, suami atau istri kita yang bercanda dengan anak – anak, sanak saudara yang datang pada hari raya, kemudian kita mencoba untuk menceritaka mengenai:
Bisakah anda menceritakan mengenai aktivitas sehari – hari di kampung Kemasan pada hari kerja?
Bagaimana dengan aktivitas anda sendiri?
Bagaimana aktivitas pada hari libur (weekend)?
Apakah ada kegiatan pada hari – hari tertentu di kampung ini yang tidak ada di daerah lain? Kapan waktunya? Seberapa sering frekwensinya? (Moderator di harapkan menggambarkan tabel di flip chart sebagai berikut dan mengisi dengan jawaban responden)
Aktivitas hari Kerja Aktivitas Hari Libur Aktivitas kegiatan tertentu
Setelah aktivitas ditulis secara detail, peserta diminta untuk mengurutkan kejadian yang paling sering hingga yang paling jarang
Mengidentifikasi kegiatan sehari – hari masyarakat di kampung kemasan secara lengkap dengan memperhatikan kegiatan pada wkatu hari kerja dan hari aktif
Bisakah anda menceritakan mengenai aktivitas sosial di Kampung Kemasan, apa saja bentuk aktivitasnya, siapa saja yang datang?
Bagaimana dengan aktivitas ekonomi? Siapa yang memanfaatkan?
Bagaimana dengan aktivitas spiritual dan yang lain? (Moderator diharapkan melakukan probing terhadap jenis – jenis aktivitas sosial, ekonomi, spriritual. INDIKASIKAN Siapa saja yang terkait dan dari wilayah mana)
Mengidentifikasi pemanfaatan Kampung Kemasan secara umum baik eknomi, sosial dan lain – lain dengan mengidentifikasi siapa yang menggunakan dan sejauh mana masyarakat yang menggunakan (berfungsi sebagai deliniasi wilayah pendukung dan buffer)
Kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya, menurut anda adakah perbedaannya dengan kawasan lain mengenai aktivitas yang terjadi di sini? (Moderator diharapkan melakukan probing terhadap kaitan antara obyek cagar budaya dengan aktivitas masyarakat)
Mengidentifikasi pemanfaatan Kampung Kemasan sebagai kawasan cagar budaya
3. Persepsi masyarakat mengenai nilai cagar budaya di kawasannya (nilai aestethic, sejarah spiritual dan sosial) (50 menit)– total:
100 minutes)
Pertanyaan Indikator Kunci
Kalau kita mengingat kembali masa kecil kita ada orang tua kita, teman – teman masa kecil kita yang biasa mengaji bersama, dan mencoba membayangkan rumah yang saat ini kita tinggali..bagaimana menurut anda mengenai.....
Nilai estetikanya? Bagian mana yang menurut anda menggambarkan nilai estetika bangunan yang saat ini anda tinggali? Mengapa menurut anda bagian tersebut indah?
Nilai spritualnya? Bagian mana yang menurut anda menggambarkan nilai spriritual bangunan yang saat ini anda tinggali? Mengapa menurut anda bagian tersebut mewakili nilau spiritual?
Nilai sosialnya? Bagian mana yang menurut anda menggambarkan nilai sosial bangunan yang saat ini anda tinggali? Mengapa menurut anda bagian tersebut mewakili nilai sosialnya?
Dapatkah anda menceritakan kembali mengapa bangunan ini bersejarah untuk
Moderator mendapatkan nilai estetika, spriritual dan sosial obyek cagar budaya dari perspektif penghuni
anda?
Apakah saat ini bangunan yang anda tinggali telah mengalami perubahan?
Jika mengalami perubahan, di bagian mana yang berubah? Seberapa besar perubahannya? Bisakah anda menceritakan dahulu bagaimana dan setelah berubah bagaimana?
Mengapa anda melakukan perubahan terhadap bangunan tersebut?
Jika tidak mengalami perubahan, mengapa tidak ada perubahan?
Moderator mampu mengidentifikasi apakah obyek saat ini telah terjadi perubahan dan bagaimana bentuk perubahannya serta motif perubahannya
Kita berandai – andai, apabila bangunan anda dan kawasan ini ditetapkan sebagai cagar budaya apakah anda bersedia merestorasi kawasan cagar budaya?
Moderator mampu mengidentifikasi seberapa besar kemauan responden untuk melakukan pelestarian
4. Assesment mengenai potensi fisik dan non fisik kawasan cagar budaya dan hambatan dalam pelestarian cagar (30 menit—Total :
120 Menit)
Tunjukkan STIMULUS GAMBAR
Pertanyaan Indikator Kunci
Berikut ini terdapat beberapa gambar yang telah ditempel di dinding, anda boleh maju untuk mengamati selama 5 menit, setelah mengamati dapatkah anda menyebutkan mengenai
Dua gambar yang mewakili sisi positif dan negatif bangunan cagar budaya yang anda tinggali selama ini?
Dua gambar yang mewakili sisi positif dan negarif kawasan yang anda tinggali selama ini?
Dua gambar yang mewakili sisi positif dan negatif perekonomian area yang anda tinggali selama ini?
Identifikasi potensi dan hambatan kawasan yang ada
Dua gambar yang mewakili sisi positif dan negatif potensi sosial yang anda tinggali selama ini?
Dua gambar yang mewakili sisi positif dan negatif potensi spiritual yang anda tinggali selama ini? (Moderator diharapkan untuk menuliskan nama responden dan pilihan di flipchart)
5. Persepsi dan preferensi masyarakat mengenai pengembangan kawasan cagar budaya di wilayahnya (40 menit—Total : 160 Menit)
Pertanyaan Indikator Kunci
Kalau anda mendengar mengenai cagar budaya, sebutkan satu kata yang terlintas dalam benak anda?
Apabila cagar budaya ini adalah orang, bagaimana menurut anda orang tersebut? Dapatkah anda menggambarkan seperti apa orangnya?
Perspsi responden mengenai cagar budaya
Apakah anda berniat melestarikan cagar budaya yang anda miliki selama ini?
Mengapa anda berniat melestarikan bangunan cagar budaya ini?
Apakah anda tahu ada kompensasi yang ditetapkan oleh pemerintah apabila bangunan ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya?
Kompensasi apakah yang anda tahu?
Motivasi responden mengenai cagar budaya
SEBUTKAN: KOMPENSASI UNTUK PEMILIK OBYEK CAGAR BUDAYA ADALAH PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Bagaimana menurut anda mengenai kompensasi tersebut?
Apakah harapan anda mengenai kompensasi yang diberikan oleh pemerintah? Dalam bentuk apa? Mengapa anda memilih bentuk tersebut?
Apabila anda pewaris namun bukan pemilik, bagaimana menurut anda mengenai pendapat pewaris yang lain namun tidak menghuni tentang kompensasi tersebut?
Preferensi mengenai cagar budaya
Apa yang anda harapkan dari adanya pengembangan kawasan cagar budaya di wilayah anda?
Bagaimana bayangan anda mengenai pengembangan kawasan cagar budaya? Siapa saja yang akan mendukung? Siapa saja yang akan menolak?
Apa saja usaha yang telah atau akan dilakukan masyarakat di sini terkait dengan pelestarian kawasan cagar budaya?
Yang diharapkan dari pengembangan kawasan cagar budaya
Studi Permukiman Minapolis
Pedoman dan Catatan Diskusi
Tujuan Diskusi:
Untuk memahami persepsi dan mengidentifikasi kebutuhan bermukim masyarakat di wilayah minapolitan Brondong, Lamongan.
Kisi-kisi Diskusi:
6. Pengantar(10 menit)
7. Persepsi mengenai kehidupan bermukim mereka saat ini (20 menit)
8. Persepsi mengenai kehidupan bermukim yang diinginkan/dibutuhkan (30 menit)
9. Evaluasi usulan konsep-konsep permukiman minapolis (40 menit)
TOTAL: 100 minutes
1. Pengantar (10 menit – total: 10 menit)
Moderator memperkenalkan diri dan menjelaskan secara singkat mengenai diskusi berikut topiknya:
Nama saya ... dari ..., saat ini sedang mempelajari tentang permukiman pesisir di daerah bapak/ibu. Dengan berdiskusi dengan bapak/ibu saya berharap bisa mendapat banyak cerita dan informasi mengenai wilayah tempat tinggal bapak/ibu.
Moderator berusaha menciptakan suasana: santai, free-flowing discussions, tidak membenarkan atau menyalahkan opini; berusaha mendorong responden untuk mengemukakan opini pribadi.
Moderator menjelaskan mengenai dokumentasi dan perekaman serta menjamin kerahasiaan.
Responden diminta menjelaskan tentang dirinya: nama, usia struktur keluarga, tempat tinggal, pekerjaan
Nama :
Usia:
Struktur Keluarga:
Tempat Tinggal:
Pekerjaan:
2. Persepsi mengenai kehidupan bermukim mereka saat ini (20 menit - total: 30 menit)
Pertanyaan Indikator Kunci
Bapak/ibu sudah berapa lama tinggal di .... (mengkonfirmasi data alamat diatas)
(Identifikasi karakteristik lokasi tempat tinggal) Bisa diceritakan, apakah wilayah tempat tinggal bapak/ibu ramai dan padat, mungkin dari penduduknya dan aktivitasnya?
(Identifikasi konsentrasi kegiatan di permukiman)
Ada kegiatan apa saja di lingkungan tempat tinggal bapak?
Kegiatan itu menyatu atau terpisah dengan rumah-rumah?
Kalau bapak/ibu sendiri, seberapa jauh jarak tempat kerja dari rumah?
Bapak/ibu merasa nyaman untuk lokasi rumah tinggal bapak/ibu?
Mengetahui persepsi kehidupan bermukim dari aspek keruangan/spasial
Bisa bapak/ibu sebutkan mana yang tidak ada di lingkungan tempat tinggal bapak/ibu untuk : air bersih, listrik, saluran pembuangan, persampahan, pengolahan sampah/limbah, jalan
Apakah hal-hal diatas sesuai dengan kebutuhan hidup bapak/ibu sekarang?
Bisa bapak/ibu sebutkan mana yang tidak ada di lingkungan tempat tinggal bapak/ibu untuk : puskesmas, koperasi, bank, pasar, sekolah, tempat rekreasi, pelabuhan, terminal
Apakah hal-hal diatas sesuai dengan kebutuhan hidup bapak/ibu sekarang?
Mengetahui persepsi kehidupan bermukim dari aspek fisik(prasarana dan sarana permukiman)
(Identifikasi pekerjaan dalam subsistem minapolitan)
Bapak/ibu sudah berapa lama bekerja sebagai ... (mengkonfirmasi data pekerjaan diatas)
Bisa bapak/ibu sebutkan mana yang tidak ada di lingkungan tempat tinggal bapak/ibu untuk : permodalan; bantuan fasilitas untuk penangkapan, pengolahan, dan penjualan ikan.
Saya mendapat kesan bahwa masyarakat nelayan itu karakternya keras dan disiplin. Menurut pendapat bapak bagaimana karakter masyarakat perikanan di sini?
Saya pernah dengar budaya sesajen dan petik laut di daerah pesisir. Seperti apa
budaya terkait perikanan di sini?
Mengetahui persepsi kehidupan bermukim dari aspek non-fisik(sosekbud)
3. Persepsi mengenai kehidupan bermukim yang diinginkan/dibutuhkan (30 menit – total: 60 menit)
Pertanyaan Indikator Kunci
Karena bapak/ibu sudah lama tinggal di sini, bisa cerita tentang pembangunan rumah-rumah disini?
Rata-rata banyak yang membangun ke daerah mana?
Ada pengaruh untuk kehidupan, lingkungan, atau pekerjaan bapak/ibu?
Apa harapan bapak/ibu untuk rumah tinggal dan lingkungannya?
Mengetahui persepsi kehidupan bermukim yang dibutuhkan (rasional: sesuai dengan aktivitas mereka saat ini) dan diinginkan (impian/cita-cita sesuai potensi yang mereka lihat ada di sekelilingnya) untuk aspek keruangan Instrumen:
Bisa bapak/ibu sebutkan mana yang tidak ada di lingkungan tempat tinggal bapak/ibu untuk hal-hal ini : (perlihatkan list berbentuk instrumen kata/flash cards)
Prasarana dan sarana apa yang paling bapak/ibu butuhkan dan harapkan? Mengapa?
Mengetahui persepsi kehidupan bermukim yang dibutuhkan (rasional: sesuai dengan aktivitas mereka saat ini) dan diinginkan (impian/cita-cita sesuai potensi yang mereka lihat ada di sekelilingnya) untuk aspek fisik Instrumen: list kebutuhan prasarana dan sarana minapolitan per subsistem hulu, produksi, hilir. Sertakan gambar.
Apa rencana/harapan bapak/ibu dalam pekerjaan ke depannya?
Apa hambatan bapak/ibu untuk mewujudkan harapan itu?
Apa potensi yang kira-kira bapak/ibu punya untuk mewujudkan itu?
Apakah lingkungan dan budaya di sini mendukung?
Mengetahui persepsi kehidupan bermukim yang dibutuhkan (rasional: sesuai dengan aktivitas mereka saat ini) dan diinginkan (impian/cita-cita sesuai potensi yang mereka lihat ada di sekelilingnya) untuk aspek non fisik
4. Evaluasi usulan konsep-konsep permukiman minapolis (40 menit – total: 100 menit)
Pertanyaan Indikator Kunci
(Uji konsep ruang bermukim: minapolis work to space zoning concept) 1. Mana yang lebih dibutuhkan/disukai:
- Rumah bapak/ibu punya akses khusus ke sungai dan pantai
- Di dekat rumah bapak/ibu dibangun tempat penyimpanan dan pengolahan ikan seperti gudang, cold storage, pusat industri atau pabrik
- Di dekat rumah bapak/ibu dibangun pasar, pelelangan, pelabuhan, terminal Jelaskan alasannya:
(Uji konsep ruang bermukim: minapolis HBE concept)j 2. Mana yang lebih dibutuhkan/disukai:
- Rumah bapak/ibu juga dipakai sebagai tempat pengolahan - Rumah bapak/ibu juga dipakai sebagai tempat penjualan hasil olahan - Rumah bapak/ibu tidak dipakai untuk tempat usaha
Jelaskan alasannya
Mendapatkan feedback terkait usulan konsep permukiman minapolis (aspek keruangan, fisik, dan non-fisik terintegrasi dalam beberapa usulan konsep). Instrumen:
- Gambar
top related