perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peningkatan...
Post on 09-Aug-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI TEMPAT DENGAN
MEDIA ABAKUS PADA SISWA KELAS II
SD NEGERI BUKURAN 2 KECAMATAN KALIJAMBE
KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
TOMI SULISTYO BUDI
NIM X 7108772
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Kemampuan Memahami nilia Tempat dengan Media Abakus pada
Siswa Kelas II ( PTK Pada Siswa Kelas II SD Negeri Bukuran 2 Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)
Oleh :
Nama : Tomi Sulistyo Budi
NIM : X7108772
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
Pembimbing II
Drs. Hasan Mahfud, M.Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
NIP 195610091980121001 NIP 195905151987031002
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Kemampuan Memahami Nilai Tempat dengan Media Abakus pada
Siswa Kelas II ( PTK Pada Siswa Kelas II SD Negeri Bukuran 2 Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)
Oleh :
Nama : Tomi Sulistyo Budi
NIM : X7108772
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd .................................................
Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd .................................................
Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd .................................................
Anggota II : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd .................................................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
NIP.19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK Tomi Sulistyo Budi, NIM X7108772. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI TEMPAT DENGAN MEDIA ABAKUS PADA SISWA KELAS II ( PTK Pada Siswa Kelas II SD Negeri 2 Bukuran Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk :” Meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD Negeri 2 Bukuran Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ) dengan model siklus. Siklus yang dilakukan terdiri dari siklus I dan sikus II, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2. Tehnik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Tehnik analisis data menggunakan tehnik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I diperoleh data sebagai berikut: jumlah siswa yang mendapat nilai 20 ada 2 siswa: nilai 50 ada 3 siswa;nilai 60 ada 3 siswa;nilai 70 ada 7 siswa; nilai 80 ada 3 siswa. Sehingga nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 67,48. Sedangkan hasil penelitian tindakan kelas pada siklus II diperoleh data sebagai berikut: jumlah siswa yang mendapat nilai 50 ada 1 siswa: nilai 60 ada 2 siswa;nilai 70 ada 4 siswa;nilai 80 ada 12 siswa; nilai 90 ada 3 siswa. Sehingga nilai rata-rata siswa pada siklus II adalah 76,21.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan: ” Penggunaaan media abakus dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2 dapat meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Tomi Sulistyo Budi, NIM X7108772. PERFORMANCE IMPROVEMENT OF UNDERSTANDING WITH THE VALUE OF A PLACE IN STUDENT MEDIA abacus CLASS II (PTK In Class II Elementary School Students 2 Bukuran Kalijambe Sragen Academic Year 2009/2010). Thesis, Surakarta, Faculty of Teacher Training and Education. March eleven University of Surakarta, June 2010.
The purpose of this classroom action research are to:” Improve the ability to
understand place value in second grade elementary school students two Bukuran Kalijambe Sragen 2009/2010 school year”.
Research is a form of class action consisting of two cycles, each cycle
consisting of four stages, ie planning, implementation, observation and reflection. As a research subject is a class II Elementary School students Bukuran 2. Techniques used for data collection observation and tests. Data analysis techniques using an interactive model analysis technique which consists of three components of the analysis are data reduction, data, and drawing conclusions or verification.
The results class action in the first cycle of data obtained as follows: the
number of students getting value of 20 there are 2 students: a value of 50 there are 3 students; value of 60 there are 3 students; of 70 there are 7 students; value of 80 is 3 students.So the value of the average student in the first cycle is 67.48. While the results of classroom action research on the second cycle of data obtained as follows: the number of students getting a value of 50 is 1 student: the value of 60 there are 2 students; of 70 there are 4 students; value of 80 there were 12 students; value of 90 is 3 students. So the value of the average student in the first cycle is 76.21. Based on the results of this study concluded: “The applicability of the media abacus in mathematics in second grade elementary school students Bukuran 2 can enhance the ability to understand the value of the place”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-
gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.
(Terjemahan HR. Tabrani)
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh."
(Terjemah: QS. Al Nasyirah 6-7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
♥ Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan
dengan penuh kasih sayang yang tak pernah
lekang oleh waktu dan selalu mendoakan,
memberikan motivasi, dorongan, bimbingan
dan kasih sayang dengan tulus ikhlas.
♥ Sahabat-sahabatku yang aku sayangi,
terimakasih atas dukungannya dan motivasi
yang selalu kalian berikan.
♥ Rekan-rekan S1 PGSD dan Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Memahami Nilai Tempat
dengan Media Abakus pada Siswa Kelas II ( PTK pada Siswa Kelas II SD
Negeri Bukuran 2 Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran
2009/2010). Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
sebelas Maret Surakarta, April 2010 Ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua
pihak, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan
membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
5. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku pembimbing II yang membimbing hingga
selesainya skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini
dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, April 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN……………………………………………………….......... ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. . iii
HALAMAN ABSTRAK…………………………………………………….. iv
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO……………………………………………………. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. vii
HALAMAN PENGANTAR……………………………………………….. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis .................................................................... 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Manfaat Praktis ..................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8
1. Tinjauan Tentang Nilai Tempat ............................................. 8
a. Sistem Numerasi Hindu - Arab ....................................... 8
b. Konsep Nilai Tempat ...................................................... 9
2. Hakikat Belajar Matematika
a. Karakteristik Matematika SD .......................................... 12
b. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD...................... 12
c. Teori Belajar Matematika. SD............................................... 13
3. Tinjauan Tentang Media
a. Pengertian Media........................................................... 15
b. Kegunaan Media Pembelajaran.................................... 16
c. Jenis-jenis Media Dalam Pembelajaran....................... 17
d. Kriteria Pemilihan Media............................................. 18
4. Tinjauan tentang Abakus
a. Pengertian Abakus....................................................... 20
b. Asal Usul Abakus......................................................... 21
c. Macam macam Abakus................................................ 22
d. Fungsi Abakus Biji...................................................... 28
e. Cara Penggunaan Abakus............................................
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 31
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 32
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................ 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian .......................................................................... 34
1. Tempat Penelitian ................................................................. 34
2. Waktu Penelitian ................................................................... 34
B. Subjek Penelitian ........................................................................... 35
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................... 35
D. Data dan Sumber Data .................................................................. 38
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 39
F. Validitas Data ................................................................................. 40
G. Analisis Data ................................................................................. 40
H. Indikator Pencapaian .................................................................... 41
I. Prosedur Penelitian ....................................................................... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Profil Tempat Penelitian ................................................................ 44
B. Deskripsi Kondisi Awal Dan Permasalahan Penelitian ................. 44
C. Diskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 67
D. Pembahasan hasil penelitian .......................................................... 72
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ......................................................................................... 74
B. Implikasi ......................................................................................... 75
C. Saran ......................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 78
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Frekuensi Nilai Tes Matematika kelas II Sebelum Tindakan .................. 4
Tabel 2 Waktu dan jenis Kegiatan Penelitian ....................................................... 34
Tabel 3 Hasil Tes Awal ......................................................................................... 45
Tabel 4 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus I Pertemuan 1 .................... 53
Tabel 5 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus I Pertemuan 2 .................... 54
Tabel 6 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus I Pertemuan 3 .................... 55
Tabel 7 Nilai Tes Setelah Siklus 1 ........................................................................ 56
Tabel 8 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus II Pertemuan 1 .................. 59
Tabel 9 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus II Pertemuan 2 .................. 62
Tabel 10 Daftar Nilai Tes Matematika kelas II Siklus II Pertemuan 3 .................. 65
Tabel 11 Nilai Tes Setelah Siklus II ...................................................................... 66
Tabel 12 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Matematika Siswa
Kelas II Sebelum Tindakan, setelah Siklus I dan siklus 2…………….. 70
Tabel 13 Persentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih dari atau Sama
dengan KKM Sebelum Tindakan, sesudah Siklus I dan siklus 2………….70
Tabel 14 Perbandingan nilai Sebelum tindakan, siklus I dan II……………………. 72
Tabel 15. Rata-rata Nilai dan Persentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih
dari atau Sama dengan KKM pada Materi Nilai Tempat Sebelum Tindakan,
Siklus I dan Siklus II……………………………………………………… 73
Tabel 16 Perbandingan keterampilan guru, tingkah laku, dan sikap siswa……… 73
Tabel 17 Hasil Penelitian Tindakan Kelas Sebelum dan Sesudah Tindakan
Siklus I, dan II..............................................................................................75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Abakus 10 .......................................................................................... 22
Gambar 2 Abakus 5 dan 2 ................................................................................... 23
Gambar 3 Abakus 4 dan 1 ................................................................................... 24
Gambar 4 Abakus 99 ........................................................................................... 25
Gambar 5 Bentuk-bentuk abakus........................................................................ 26
Gambar 6 Abakus biji ......................................................................................... 27
Gambar 7 Abakus sebelum diberi manik-manik ................................................. 27
Gambar 8 Operasi penjumlahan dengan abakus ................................................ 28
Gambar 9 Operasi pengurangan dengan abakus ................................................. 28
Gambar 10 Batang abakus .................................................................................... 28
Gambar 11 Bentuk bilangan 234………………………………………………... 29
Gambar 12 Operasi penjumlahan bilangan 133+122 dengan abacus…………… 29
Gambar 13 Operasi pengurangan bilangan 331-221 dengan abacus……………. 30
Gambar 14 Kerangka Berpikir………………………………………………….. 32
Gambar 15 Siklus PTK model Suharsimi Arikunto, Sugiyanto……………… 36
Gambar 16 Model Analisis Interaktif................................................................... 41
Gambar 17 Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II SDN Bukuran 2 Sebelum
Tindakan ............................................................................................ 45
Gambar 18 Grafik Nilai Setelah Siklus 1………………………………………… 56 Gambar 19 Grafik Nilai Setelah Siklus 2……………………………………….. 66 Gambar 20 Grafik Perbandingan nilai Sebelum tindakan, siklus I dan II………... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Proses Perijinan Penelitian
Lampiran 2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Lampiran 3 Indikator Nilai Tempat
Lampiran 4 Panduan Wawancara Untuk Guru
Lampiran 5 Panduan Wawancara Untuk Siswa
Lampiran 6 Lembar Observasi Kinerja Guru
Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lampiran 8 Deskriptor Penilaian Aktivitas Siswa
Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I, II, dan III
Lampiran 10 Lembar Kerja Evaluasi Siklus I Pertemuan ke-1
Lampiran 11 Lembar Kerja Evaluasi Siklus I Pertemuan ke-2
Lampiran 12 Lembar Kerja Evaluasi Siklus I Pertemuan ke-3
Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I
Lampiran 14 Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran Siklus I
Lampiran 15 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus I Pertemuan ke-1
Lampiran 16 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus I Pertemuan ke-2
Lampiran 17 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus I Pertemuan ke-3
Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I, II, dan III
Lampiran 19 Lembar Kerja Evaluasi Siklus II Pertemuan ke-1
Lampiran 20 Lembar Kerja Evaluasi Siklus II Pertemuan ke-2
Lampiran 21 Lembar Kerja Evaluasi Siklus II Pertemuan ke-3
Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus II
Lampiran 23 Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran Siklus II
Lampiran 24 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus II Pertemuan ke-1
Lampiran 25 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus II Pertemuan ke-2
Lampiran 26 Tabel frekuensi dan Grafik Nilai Siklus II Pertemuan ke-3
Lampiran 27 Tabel Frekuensi Nilai Tes Matematika Siswa Kelas II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SDN Bukuran 2 Sebelum Tindakan
Lampiran 28 Tabel Frekuensi Nilai Siklus I Siswa Kelas II SDN Bukuran 2
Lampiran 29 Tabel Frekuensi Nilai Siklus II Siswa Kelas II SDN Bukuran 2
Lampiran 30 Grafik Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I Dan II
Lampiran 31 Foto-foto kegiatan
Lampiran 32 Nilai tes siswa pada Siklus I pertemuan ke-1
Lampiran 33 Nilai tes siswa pada Siklus I pertemuan ke-2
Lampiran 34 Nilai tes siswa pada Siklus I pertemuan ke-3
Lampiran 35 Nilai tes siswa pada Siklus II pertemuan ke-1
Lampiran 36 Nilai tes siswa pada Siklus II pertemuan ke-2
Lampiran 37 Nilai tes siswa pada Siklus II pertemuan ke-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Oleh
karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan nasional yang diharapkan dapat menaikkan harkat dan
martabat manusia Indonesia.
Upaya meningkatkan pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Pengembangan
apek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan
kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian seperangkat kompetensi,
agar siswa dapat bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam
kehidupan dimasa mendatang.
Sehubungan dengan itu, maka pendidikan disusun sebagai usaha sadar
untuk menciptakan bangsa Indonesia yang mampu mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan mengembangkan dirinya secara terus-menerus dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
Sistem pendidikan nasional mempunyai tujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani, dan rohani,
berkepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (UU Nomor 20/2003)
Demikian, pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia yang
cerdas dan bertaqwa yang mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan
Departemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional
khususnya pendidikan dasar dan menengah pada setiap jenjang satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendidikan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi
guru, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan serta peningkatan mutu
manajemen sekolah. Namun, berbagai pendapat tersebut menunjukkan bahwa
mutu pendidikan sampai saat ini masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan
pemerintah dan masyarakat.
Sekolah sebagai tempat anak didik belajar, diharapkan akan memberikan
pengetahuan dan prestasi belajar yang baik bagi siswa. Dalam belajar kadang
siswa dapat mencapai prestasi yang diharapkan, tetapi kadang juga tidak. Hal ini
karena daya serap masing-masing siswa berbeda dalam menerima pelajaran.
Salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan di SD adalah
Matematika. Semua orang harus mempelajarinya karena Matematika merupakan
sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Menurut Johnson dan
Myklebust (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003 : 252), “Matematika adalah
bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisme adalah untuk
memudahkan berfikir”. Ada juga yang mengatakan bahwa Matematika hanya
perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi; tetapi ada pula yang
melibatkan topik-topik seperti aritmatika, aljabar, dan geometri.
Mulyono Abdurrahman (2003: 252) menyatakan bahwa “bidang studi
Matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang yaitu aritmatika, aljabar,
dan geometri”. Menurut Dali S. Naga (dalam Mulyono Abdurramhman, 2003:
252), “aritmatika atau berhitung adalah cabang yang berkenaan dengan sifat
hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama
menyangkut penjumlahan, pengurangan perkalian dan pembagian”. Aljabar
adalah cabang matematika yang menggunakan tanda – tanda dan huruf – huruf
untuk menggambarkan / mewakili angka – angka (a, b, c, sebagai pengganti
bilangan yang diketahui dan x, y, z untuk bilangan tidak diketahui). Geometri
adalah cabang matematika yang menerangkan sifat – sifat garis, sudut, bidang,
dan ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 252), “Dari berbagai bidang studi
yang diajarkan di sekolah, Matematika merupakan bidang studi yang dianggap
paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkersulitan belajar dan lebih-lebih
bagi siswa yang berkesulitan belajar ”. Sebagian besar siswa menganggap
Matematika itu menakutkan, menjemukan, dan sangat tidak menyenangkan,
sehingga prestasi matematika kurang dari yang diharapkan. Oleh karena itu
kewajiban para gurulah untuk menanamkan rasa senang terhadap materi pelajaran
Matematika dengan memberi rangsangan atau dorongan agar siswa menyenangi
pelajaran tersebut.
”Nilai tempat” adalah setiap angka dalam lambang bilangan desimal
mempunyai nilai yang ditentukan oleh nilai angka itu sendiri (Negoro & Harahap,
1983). Salah satu penyebab rendahnya kemampuan memahami nilai tempat yaitu
karena metode pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah ceramah, yang
mungkin dianggap para guru sebagai metode yang paling praktis, mudah, dan
efisien dilaksanakan tanpa persiapan. Mengajar yang hanya menggunakan metode
ceramah saja mempersulit siswa memahami konsep dalam pelajaran matematika.
Jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran apa yang telah disampaikan gurunya
sehingga kemampuan menghitungnya kurang dari yang diharapkan.
Menurut Jean Piaget (dalam Ruminiati, 2007: 1-8), menyatakan bahwa
tahap perkembangan siswa Sekolah Dasar pada hakikatnya berada dalam tahap
operasional kongkret, dimana pola pikir anak dimulai dari hal-hal yang kongkret
menuju abstrak. Oleh karena itu, guru harus berupaya agar benda yang hendak
dijadikan alat bantu mengajar (media) adalah benda konkret sehingga bisa diraba,
dipegang-pegang, dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain oleh
siswa.
“Media” adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa terjadinya proses belajar. (Arif S.
Sadiman , 2009: 7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Di Sekolah Dasar guru mempunyai peranan penting dalam keseluruhan
pendidikan, karena secara langsung gurulah yang melaksanakan proses kegiatan
belajar mengajar. Sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar, guru harus
mengetahui 10 kompetensi guru agar siswa mampu memperoleh hasil belajar
yang diharapkan, adapun kompetensi guru antara lain : 1) menguasai materi, 2)
metode mengajar, 3) menggunakan media, 4) KBM (urut-urutan yang ditempuh),
5) dasar-dasar pendidikan, 6) evaluasi, 7) administrasi, 8) perkembangan ilmu
jiwa, 9) mengelola kelas, 10) bimbingan.
Berdasarkan nilai ulangan mata pelajaran Matematika, data yang diperoleh
menunjukkan bahwa kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD
Negeri Bukuran 2 Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen masih dibawah
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60. Hal tersebut dapat dilihat dari rekap nilai
mata pelajaran Matematika pokok bahasan nilai tempat seperti pada tabel 1:
Tabel 1: Pencapaian nilai mata pelajaran matematika
Pokok bahasan nilai tempat
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Keterangan
1 70 ke atas 5 Tuntas
2 60 5 Tuntas
3 50 8 Tidak tuntas
4 40 ke bawah 4 Tidak tuntas
Dari Tabel yang tertera diatas maka peneliti ingin meningkatkan
kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2
Kecamatan Kalijambe dengan menggunakan media abakus dalam pembelajaran
matematika.
“Abakus” adalah salah satu media pengajaran matematika yang menjelaskan
konsep atau pengertian nilai tempat suatu bilangan ( satuan, puluhan, ratusan,
dan ribuan ) serta operasi penjumlahan dan pengurangan. Dengan media ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diharapkan siswa lebih tahu dan jelas tentang konsep atau pengertian nilai
tempat suatu bilangan, serta operasi penjumlahan dan pengurangan
(Ruseffendi, 1997: 261). Alat ini dapat membantumu untuk menghitung
dengan cepat. Pada umumnya abakus berbentuk persegi panjang yang terbuat
dari kayu. Pada bagian dalam abakus diberi manik-manik. Manik-manik ini
dirangkai dengan batang yang terbuat dari kayu. Setiap manik-manik
menggambarkan 1 unit hitungan. Sedangkan setiap batang menunjukkan nilai
tempat (satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya). Manik yang terdapat pada
batang sebelah kiri selalu bernilai lebih besar daripada manik yang terdapat
pada batang sebelah kiri.
Penggunaan media abakus dalam pelajaran matematika pada materi nilai
tempat dapat mendorong siswa untuk melihat dan menghayati dengan seksama.
Sehingga dapat meraba, menghitung, dan menafsirkan apa yang mereka pegang
dengan bebas sesuai kemampuan masing-masing, yang akhirnya apa yang mereka
pelajari melekat dalam ingatan untuk meningkatkan kemampuan memahami nilai
tempat.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
memahami nilai tempat akan meningkat jika dalam proses pembelajarannya
menggunakan media. Salah satu media yang tepat untuk pelajaran matematika
adalah media “abakus”. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil
judul skripsi “Peningkatan Kemampuan Memahami Nilai Tempat dengan
Media Abakus dalam Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas II SD
Negeri Bukuran 2 Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Banyaknya guru yang menyampaikan pembelajaran matematika hanya
menggunakan metode ceramah.
2. Banyaknya guru yang belum menggunakan media dalam menyampaikan
materi pelajaran matematika, khususnya media abakus dalam
menyampaikan materi nilai tempat.
3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami nilai tempat.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan
suatu permasalahan yang akan diteliti. adapun batasan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Guru belum menggunakan media abakus dalam meningkatkan kemampuan
memahami nilai tempat.
2. Kemampuan memahami nilai tempat masih rendah.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
Apakah penggunaan media abakus dapat meningkatkan kemampuan
memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2 Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
Meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD
Negeri Bukuran 2 Kecamatan Kaslijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Bermanfaat menemukan solusi untuk meningkatkan kemampuan
memahami nilai tempat pada siswa kelas II.
b. Bagi siswa
1) Meningkatnya kemampuan memahami nilai tempat.
2) Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar matematika.
c. Bagi sekolah
1) Memberikan masukan kepada guru dan kepala sekolah betapa
pentingnya penggunaan media abakus dalam pembelajaran
matematika.
2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
2. Manfaat teoritis
a. Meningkatnya kualitas pembelajaran.
b. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.
c. Dapat memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam
pengajaran matematika untuk meningkatan kemampuan memahami nilai
tempat khususnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Nilai Tempat
Nilai Tempat Bilangan Cacah di Kelas Rendah SD
Untuk memahami nilai tempat bilangan cacah memerlukan pengertian sistem
numerasi Hindu-Arab, konsep nilai tempat, menulis dan membaca lambang bilangan.
a. Sistem Numerasi Hindu-Arab
Menurut Negoro & Harahap (1983) “bilangan adalah suatu ide yang sifatnya
abstrak”. Bilangan bukan simbol dan bukan pula lambang bilangan. Menurut Musser
& Burger (1991) bilangan adalah suatu ide/gagasan, suatu abstraksi, yang
merepresentasikan suatu kuantitas. Dan lambang bilangan dinyatakan sebagai simbol
yang kita lihat, tulis, atau sentuh bila merepresentasikan bilangan. Jadi bilangan
adalah ide yang bersifat abstrak dan merepresentasikan suatu kuantitas. Lambang
bilangan adalah simbol yang merepresentasikan bilangan yang dapat kita tulis, lihat,
dan sentuh.
(Ruseffendi, 1984) Sistem pemberian nama bilangan disebut dengan sistem
numerasi.Ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam sistem numerasi yaitu (1)
simbol-simbol pokok yang digunakan, dan (2) aturan menyatukan simbol-simbol
pokok itu untuk menulis lambang bilangan.Secara umum sistem numerasi yang
banyak digunakan orang saat ini yang menggunakan sistem nilai tempat adalah
sistem numerasi Hindu-Arab. Sistem numerasi Hindu-Arab ini juga disebut dengan
sistem numerasi decimal.
Dan menurut Troutman & Lichtenberg (1991) sistem numerasi Hindu-Arab ini
mempunyai karakteristik: (1) Menggunakan sepuluh macam angka yaitu 0 sampai
dengan 9; (2) Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh. Artinya setiap sepuluh
satuan dikelompokkan menjadi satu puluhan, setiap sepuluh puluhan menjadi satu
ratusan, dan seterusnya. Jadi pada lambang bilangan dasar sepuluh, tempat paling
kanan adalah tempat satuan dengan nilai tempatnya satu, tempat sebelah kirinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tempat puluhan dengan nilai tempatnya sepuluh, dan seterusnya; (3) Menggunakan
sistem nilai tempat. Contoh pada bilangan 16, nilai tempat angka 1 adalah sepuluh,
berarti 1 puluhan dan nilai tempat angka 6 adalah satu, berarti 6 menunjukkan 6
satuan; (4) Menggunakan sistem penjumlahan dan perkalian. Contoh bilangan 15,
bilangan ini dapat dituliskan sebagai (1 x 10) + (5 x 1). Dengan sepuluh macam
angka dan aturan-aturan mengombinasikannya menggunakan sistem bilangan dasar
10, maka akan dapat dituliskan nama-nama bilangan mana pun yang kita perlukan.
b. Konsep Nilai Tempat
Menurut Ashlock (1994) gagasan nilai tempat menyangkut pemberian suatu nilai
kepada masing-masing tempat atau posisi dalam lambang bilangan multi-digit; yaitu
masing-masing tempat dalam lambang bilangan tersebut bernilai perpangkatan
sepuluh.
Kramer (1970) menyatakan nilai posisi atau tempat dari suatu angka dalam suatu
lambang bilangan tergantung pada tempat angka itu berada dalam lambang bilangan
tersebut.
(Negoro & Harahap, 1983) Sehingga setiap angka dalam lambang bilangan
desimal mempunyai nilai yang ditentukan oleh nilai angka itu sendiri dan nilai tempat
angka itu. Sebagai contoh bilangan 15, angka 1 mempunyai nilai 1 puluhan, dan
angka 5 mempunyai nilai 5 satuan.
(Seputra & Amin, 1994)Nilai tempat 1 adalah sepuluh, nilai bilangannya 10, nilai
tempat 5 adalah satu, nilai bilangannya 5.
Payne & Huinker (1993) menyatakan ada tiga komponen utama dari pemahaman
nilai tempat bilangan dua angka yaitu kuantitas dan nama basis, nama bilangan, dan
lambang bilangan berkaitan dengan nilai tempat.
Menurut Payne & Rathmell ada tiga komponen pengetahuan nilai tempat yaitu
model-model konseptual, representasi lisan, dan representasi simbolik. Pendapat
Payne & Huinker serta Payne & Rathmell tersebut nampaknya ada kesamaan yaitu
kuantitas dengan model konseptual, representasi lisan dengan nama bilangan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
nama basis, dan representasi simbolik dengan lambang bilangan berkaitan dengan
nilai tempat.
Berpijak pada beberapa teori di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa nilai
tempat adalah nilai dari sebuah bilangan yang tergantung dimana bilangan tersebut
berada.
2. Hakikat Belajar Matematika SD
Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa (Suyitno,
2004: 1).
(www.mathematic.transdigit.com/mathematic, 19 Februari 2010 )
Menurut Bruner (dalam Nyimas Aisyah,dkk , 2007: 1-5) belajar matematika
adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsep dan struktur matematika itu. Dienes (dalam Nyimas Aisyah,dkk,
2007: 2-7) berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai
studi tentang struktur, memisah.
Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Endyah Murniati, 2008: 46)
“matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-
definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan
kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu
deduktif”. Menurut Johnson dan Rising (dalam Endyah Murniati, 2008: 46)
menyatakan bahwa “matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan
pembuktian yang logik: matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan
simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi;
matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu
adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Lerner (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 252) mengemukakan
bahwa “matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa
universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen kuantitas.
Menurut Reys (dalam Endyah Murniati, 2008: 46) mengatakan bahwa
“matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola
berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat”. Sedangkan menurut Kline (dalam
Endyah Murniati, 2008: 46) berpendapat bahwa “matematika itu bukan pengetahuan
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu terutama
untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi, dan alam”.
Berdasarkan pendapat dari para ahli matematika di atas dapat disimpulkan
bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelahaan
bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang absrak dan hubungan diantara hal-hal itu.
Untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan
tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Hal ini berarti belajar
matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan
yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep dan struktur
tersebut.
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of Education
in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study and technique in
our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the responsibilities laid
upon those whose task it is to tech it. Most prominent among these is the difficulty of
presenting an interdisciplinary approach so that one professional group may benefit
from the experience of others. Matematika mencakup setiap pelajaran dan teknik di
dunia modern ini. Matematica memfokuskan pada teknik pengerjaan tugas-tugasnya.
Hal yang sangat mencolok yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu para pakar bisa
memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp (23 Februari 2010)
a.Karakteristik Matematika
Menurut Soedjadi (2000: 13) matematika memiliki karakteristik, sebagai
berikut :
(1)memiliki objek kajian abstrak, (2)bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola piker
deduktif, (4) memiliki symbol yang kosong dalam arti, (5) memperhatikan semesta
pembicaraan, dan (6) konsisten dalam system.
Sedangkan menurut Depdikbud (1993: 1) matematika memiliki cirri-ciri
yaitu :
(1) memiliki objek kajian yang abstrak, (2) memiliki pola piker deduktif dan
konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK).
(www. Syarifartikel.blogspot.com, 13 Februari 2010)
b.Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD
Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum KTSP SD/MI
2007 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,
dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.(2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.(3) memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.(4) mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan
atau masalah.(5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan umum dan khusus yang ada di Kurikulum KTSP SD/MI 2007
merupakan pelajaran matematika di sekolah yang memberikan gambaran belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak hanya di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif.
Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan
pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat matematika, ini
berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran matematika.
Oleh karenanya hasil-hasil pembelajaran matematika menampakan kemampuan
berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan
menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan
adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.
c. Teori Belajar Matematika di SD
Menurut Endyah Murniati, (2007: 20-41), Teori – teori belajar matematika
di Sekolah Dasar meliputi :
1) Teori Belajar Bruner
Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami
atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan
cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam
pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang
dialaminya atau dikenalnya. Hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai
proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan yaitu : (a) Tahap Enaktif
atau Tahap Kegiatan (Enactive), (b) Tahap Ikonic atau Tahap Gambar
Bayangan (Iconic) (c)Tahap simbolik (Symbolic).
2) Teori Belajar Dienes
Ada enam tahapan menurut Teori Belajar Dienes antara lain: (a).
Tahap bermain bebas ( Free Play), (b). Permainan (Games), (c).
Penelaahan Kesaman Sifat (Searching for Comunities), (d). Representasi
(Repretantion), (e). Simbolisasi (Symbolitation), (f). Formalisasi
(Formalittion).
3) Teori Belajar Van Hiele
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Van Hiele mengemukakan lima tahapan belajar geometri secara
berurutan, yaitu :(a) Tahap pengenalan, (b) Tahap Analisis, (c) Pengurutan,
(d) Deduksi, (e) Akurasi.
4) Teori Belajar Brownell dan Van Engen
Menurut teori Brownell dan Van Engen menyatakan bahwa dalam
situasi pembelajaran yang bermakna selalu terdapat tiga unsur, yaitu (1)
adanya suatu kejadian, benda, atau tindakan, (2) adanya simbol yang
mewakili unsur-unsur kejadian, benda, atau tindakan, (3) adanya individu
yang menafsirkan simbol tersebut.
5) Teori Belajar Gagne
Menurut Teori Gagne menyatakan bahwa: (1) obyek belajar
matematika ada dua yaitu obyek langsung (fakta, operasi, konsep, dan
prinsip), dan obyek tidak langsung (kemampuan menyelidiki, memecahkan
masalah, disiplin diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya
belajar). (2) tipe belajar berturut-turut ada 8, mulai dari sederhana sampai
dengan yang kompleks, yaitu belajar isyarat, belajar stimulus respon,
rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar aturan, dan
pemecahan masalah.
3. Tinjauan tentang Media a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Arif S. Sadiman,dkk ;
2009: 6).
Ada banyak pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media. Mc.
Luhan menyebutkan bahwa media adalah canel atau saluran karena pada hakikatnya
media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan,
mendengar dan melihat dalam batas jarak, ruang dan waktu tertentu. NEA (National
Education Association) menyebutkan bahwa media adalah segala benda yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan berserta instrumen yang
digunakan untuk kegiatan tersebut. Menurut Hamijaya (dalam Rohani, 1998: 3)
media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang untuk menyebarkan ide,
sehingga ide/gagasan itu sampai pada penerima.
(www.wordpress.com/2010/02/18/media)
Rossi dan Breidle (dalam Wina Sanjaya, 2007: 161) mengemukakan bahwa
“media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan
sebagainya”. Menurut Romiszowski (dalam Basuki Wibawa, 2001: 12), “media
adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan (yang dapat berupa orang atau
benda) kepada penerima pesan”. “Media” adalah segala sesuatu yang digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran terjadi. (Arif S. Sadiman ,2009: 7). Gerlach dan Ely (dalam Wina
Sanjaya, 2007: 161) menyatakan : “ A medium, conceived is any person, material or
event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill,
and attitude.” Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan,
peralatan atau kegiatan yang mengungkapkan kondisi yang memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
sehingga proses belajar terjadi.
b. Kegunaan Media Pembelajaran
Menurut Basuki Wibawa (2001: 14), media mempunyai kegunaan sebagai
berikut : (1) Mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat
oleh mata biasa, (2) Dapat memperbesar benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat
oleh mata, (3) Menggantikan objek yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ke dalam kelas, (4) Objek yang terlalu kompleks misalnya mesin atau jaringan radio,
dapat disajikan dengan menggunakan diagram atau model yang disederhanakan, (5)
Dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.
Menurut Wina Sanjaya (2007:168), secara khusus media pembelajaran
memiliki fungsi :
1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.
Peristiwa-peristiwa penting dapat diabadikandengan foto, film, atau
direkammelalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan
dan dapat digunakan manakala diperlukan.
2) Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu.
Media pembelajaran membantu guru menampilkan objek yang terlalu
besar yang tidak mungkin dapat ditampilkan di dalam kelas atau
menampilkan objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat dengan
menggunakan mata telanjang.
3) Menambah gairah dan motivasi siswa.
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa terhadap
materi pembelajaran.
c. Jenis-jenis Media dalam Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran memberikan banyak manfaat dalam proses
pembelajaran. Manfaat penggunaan media pembeljaran tersebut tergantung pada ciri-
ciri dan kemampuan media dalam proses pembelajaran. Arif, S Sadiman (2009:19)
mengelompokkan atau mengklasifikasikan media berdasarkan kesamaan ciri atau
karakteristiknya. Basuki Wibawa dan Farida (2001:35) menambahkan apapun bentuk
dan tujuan pengklasifikasiannya hal tersebut dapat memperjelas kegunaan dan
karakteristiknya sehingga memudahkan kita memilih nantinya. Bertz (dalam Arif,S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sadiman, 2009:20) pengklasifikasian jenis media, diantaranya: media audio, media
visual, dan media audio visual.
1) Media Audio
Media audio adalah jenis media yang berisi suara saja. Basuki
Wibawa dan Farida (2001:35) menambahkan bahwa ”media audio
berkaitan erat dengan indera pendengaran”. Contoh media audio : radio,
telepon, tape recorder, piringan audio dan lain-lain.
Kelebihan penggunaan media audio, antara lain : (1)
Meningkatkan kemampuan komunikasi audio, (2) Materi pembelajaran
dapat dipersiapkan sehingga guru dapat mengontrolnya, (3) Merangsang
dan mengembangkan kemampuan imajinasi terhadap hal-hal yang sedang
disajikan, (4) Perhatian siswa terpusat pada kata-kata yang digunakan ,
pada bunyi dan artinya.
Kelemahan penggunaan media audio, antara lain: (1) Sifat
komunikasi satu arah, (2) Stimulus secara suara saja dalam waktu yang
cukup lama menimbulkan kebosanan pada siswa, (3) Siswa yang
memiliki kelemahan audio akan merasa kesulitan menerima pelajaran.
2) Media Visual
”Media visual” adalah jenis media yang dituangkan ke dalam
simbol- simbol komunikasi visual yang berkaitan erat dengan indera
penglihatan. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar
proses penyampaian pesandapat berhasil efisien. (Arif, S Sadiman, 2009:
28). Contoh media visual adalah gambar, foto, diagram, bagan, grafik,
sketsa, poster, peta dan lain-lain.
Kelebihan penggunaan media visual, antara lain : (1) Mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu karena semua benda, objek atau peristiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak dapat dibawa ke kelas, (2) Merangsang dan mengembangkan
kemampuan imajinasi terhadap hal-hal yang sedang disajikan, (3)
Meningkatkan keaktifan dan kreatifitas guru untuk dapat menyampaikan
materi dalam bentuk gambar.
Kelemahan penggunaan media visual, antara lain : (1)
Ukurannya terbatas untuk kelompok yang besar, (2) Memerlukan
ketersediaan sumber dan keterampilan, serta kejelian guru untuk dapat
memanfaatkannya.
3) Media Audio Visual
Media audio visual dalam pembelajaran memberikan kelebihan
dan kelemahan. Kelebihan penggunaan media audio visual, antara lain :
(1) Memusatkan perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran, (2) Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang, (3)
Menampilkan gambar, suara, dan gerak, (4) Menghindari pembelajaran
yang verbalistik.
Kelemahan penggunaan media audio visual, antara lain : (1)
Biaya relatif mahal, (2) Memerlukan peralatan yang kompleks dan (3)
memerlukan keahlian khusus.
d. Kriteria Pemilihan Media
Alasan orang memilih media adalah untuk memenuhi kebutuhan
atau mencapai tujuan yang diinginkan (Basuki Wibawa, 2001: 99). Dengan
pemilihan media pembelajaran yang tepat, maka penggunaan media dapat
bermanfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dick dan Carey (dalam Basuki Wibawa, 2001: 100-102)
menyebutkan beberapa patokan yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
media, yaitu : (1) ketersediaan sumber, (2) ketersediaan dana, tenaga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fasilitas, (3) keluwesan, kepraktisan dan daya tahan (umur)media, (4)
efektifitas media untuk waktu yang sangat panjang.
Atas dasar uraian di atas maka dapat disajikan di sini suatu kriteria
pemilihan media sebagai berikut :
1) Tujuan
Kalau yang ingin diajarkan adalah proses, media gerak seperti video,
film atau TV merupakan pilihan yang sesuai. Kalau yang ingin
diajarkan adalah suatu ketrampilan dalam menggunakan alat tertentu,
maka benda sesungguhnya atau mock up-nya merupakan pilihan yang
sesuai.Kalau tujuannya ingin memperkenalkan faktor atau konsep
tertentu, maka media foto, slide, realita mungkin merupakan pilihan
yang tepat.
2) Karakteristik Siswa
Berapa jumlahnya? Di mana lokasinya? Bagaimana gaya belajarnya?
Dan bagaimana karakteristik lainnya yang mempengaruhi pemilihan
media.
3) Karakteristik Media
Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan kelebihan dan
keterbatasan masing-masing media itu. Media foto misalnya tentu
kurang sesuai untuk mengajarkan gerakan. Sebaliknya media TV akan
terlalu mahal untuk mengajarkan fakta yang tak bergerak yang dapat
dijelaskan dengan slide.
4) Alokasi Waktu
Cukupkah waktu untuk kegiatan perancangan, pengembangan,
pengadaan ataupun penyajiannya? Semua hal tersebut perlu menjadi
bahan pertimbangan dalam memilih media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Tersediakah media yang diperlukan?
Tersediakah layanan purnajualnya? Adakah aliran listrik atau baterai
untuk mengoperasikannya?
6) Efektifitas
Apakah efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan? Efektifkah
untuk penggunaan dalam jangka waktu yang lama?
7) Kompatibilitas
Apakah penggunaan media tersebut tidak bertentengan dengan norma-
norma yang berlaku? Adakah sarana penunjang (suku cadang, dan
sebagainya) pengoperasionalannya? Praktiskah dan luweskah
penggunaanya? Bagaimana daya tahan(umur)nya?
8) Biaya
Cukupkah dana yang diperlukan untuk pengadaan, pengelolaan, dan
pemeliharaannya? Bagaimana efisiensi dan efektifitas biayanya?
4. Tinjauan Tentang Abakus
a. Pengertian Abakus
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1) menyatakan bahwa
”abakus : dekak-dekak : sempoa”. Abakus adalah lempeng datar di atas kepala tiang
dengan pinggiran cekung. Abakus biji atau dekak-dekak adalah salah satu media
pengajaran matematika yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep atau
pengertian nilai tempat suatu bilangan (satuan, puluhan, ratusan, ribuan) serta operasi
penjumlahan dan pengurangan (Ruseffendi, 1997: 261).
David Glover (2006: 4) menambahkan bahwa ”abakus adalah alat hitung
sederhana yang menggunakan batu-batuan, manik-manik, atau cincin sebagai sebagai
alat penghitung. Abakus Cina (sempoa) terdiri atas manik-manik dari kayu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersusun dalam batang-batang”. Menurut ST. Negoro dan B. Harahap (1998: 1)
menambahkan bahwa ”Abakus atau dekak-dekak adalah alat hitung sederhana untuk
menjelaskan nilai tempat angka pada bilangan-bilangan dan dapat pula digunakan
untuk operasi-operasi bilangan, seperti operasi penjumlahan dan operasi
pengurangan”.
Menurut Evi Rine Hartuti, Miyanto, dan Rina Dyah Rahmawati (2007: 1)
menyatakan bahwa abakus merupakan alat hitung konvensional. Alat ini dapat
membantumu untuk menghitung dengan cepat. Pada umumnya abakus
berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu. Pada bagian dalam abakus
diberi manik-manik. Manik-manik ini dirangkai dengan batang yang terbuat
dari kayu. Setiap manik-manik menggambarkan 1 unit hitungan. Sedangkan
setiap batang menunjukkan nilai tempat (satuan, puluhan, ratusan, dan
seterusnya). Manik yang terdapat pada batang sebelah kiri selalu bernilai lebih
besar daripada manik yang terdapat pada batang sebelah kiri.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, abakus adalah alat
hitung sederhana yang terdiri atas manik-manik atau cincin yang tersusun dalam
batang-batang, yang digunakan sebagai media pengajaran matematika yang bisa
menjelaskan nilai tempat suatu bilangan dan operasi penjumlahan dan pengurangan.
Tiang paling kanan (tiang pertama) abakus selalu menunjukkan tempat satuan.
b. Asal Usul Abakus
Kebanyakan orang menganggap abakus berasal dari Cina. Padahal abakus
tidak dapat dipastikan berasal dari negara tersebut. Abakus kuno justru
ditemukan di Babilonia dan Mesopotamia sekitar 1800 tahun lalu. Abakus ala
Babilonia berbentuk sebilah papan yang ditaburi pasir. Di atas papan tersebut
orang dapat menuliskan berbagai huruf atau simbol. Oleh kerana itu, alat ini
disebut ”abakus”. Dalam bahasa Yunani, abakos berarti ”menghapus debu”.
Ketika berubah fungsi menjadialat hitung, bentuknya pun diubah. Permukaan
pasir diubah menjadi papan yang ditandai garis-garis lengkap dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sejumlah manik-manik satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya. Alat ini
kemudian disempurnakan di zaman Romawi. Papan abakus dibuat berlekak-
lekuk cekung. Bentuk ini memudahkan digerakkan dari atas ke bawah. Orang
Cina mengembangkan menjadi dua bagian. Pada bagian atas dimasukkan dua
manik. Pada bagian bawah diisi 5 manik. Kemudian mereka menyebut abakus
ini dengan sebutan Cipoa (di Indonesia kemudian dikenal dengan sempoa). Di
abad pertengahan sempoa/abakus makin tersebar luas, diantaranya sampai ke
Eropa, Arab, dan seluruh Asia. Abakus sampai di negara Jepang pada abad
ke-16. Namun, Jepang mengubah susunan manik-manik. Bagian atas berisi
satu manik dan bagian bawah berisi empat manik. Abakus ala Jepang ini yang
kemudian populer di Indonesia. (Evi Rine Hartuti, dkk, 2007: 4)
See. J. M. Pullan dan P. H. Moon (2004) dalam The History of Abacus:
The abacus is used for calculating in the Middle East, Asia, and Rusia and for
teaching children elements of arithmetic in many countries. An appratus of
pebblesor other movable counters was know in antiquity to the Egyptians,
Greeks, Romans, and Chinese. A special merit of the abacus was that it
simplified the addition and subtraction of numbers written in roman numerals.
Sempoa digunakan untuk berhitung. Sempoa ini telah digunakan di Timur
Tengah, Asia dan Rusia untuk mengajar anak-anak tentang elemen ilmu
hitung. Bahkan sekarang sempoa telah digunakan diberbagai belahan dunia.
Sebuah media batu kerikil alat perhitungan telah dikenal sejak zaman Mesir,
Yunani, Romawi dan China. Keistimewaan sempoa yaitu mempermudah
dalam penambahan dan pengurangan angka.
www.questia.com/library/encyclopedia (23 Februari 2010)
c. Macam- macam Abakus
Macam abakus menurut Syaifudin dan Muhtadi (2009: 3-7), sebagai
berikut :
1) Abakus 10
Alat ini dikembangkan di Uni Soviet. Penggunaannya banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ditemukan dibeberapa negara, termasuk Indonesia. Hampir semua
toko menjual alat ini.Alat ini biasanya digunakan di TK dan SD
sebagai alat hitung.
Cara pengoperasian alat :
Gambar 1 : abakus 10
a) Nilai tiap manik-manik adalah 1.
b) Baris kesatu ”nilai satuan”, baris kedua ”nilai puluhan, baris
ketiga ”nilai ratusan” dan seterusnya.
c) Dengan menggeser manik-manik sesuai nilai jumlah yang
diharapkan ke atas, itulah nilainya.
2) Abakus 5 dan 2
Alat ini dikenal di Cina. Tidak ada catatan sejarah otentik tentang
saat awal penggunaannya. Para pedagang Cina banyak
menggunakan alat ini. Karena kebiasaan mereka dapat
menggunakan alat ini untuk hitung dagang secepat kakulator.
Cara pengoperasian :
Gambar 2 : abakus 5 dan 2
a) Manik-manik bawah berjumlah 5, masing-masing bernilai 1.
b) Manik-manik atas berjumlah 2, nilai masing-masing 5 atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masing-masing 2.
c) Garis di tengah merupakan penempatan nilai.
d) Misal :
(a) Nilai 3 degan menggeser 3 manik-manik bawah ke garis
tengah(garis lain).
(b) Nilai 5 dengan menggeser 1 manik-manik sebelah atas ke
garis nilai (garis tengah).
e) Baris 1 paling kanan bernilai satuan.
f) Baris 2 nilai puluhan dan seterusnya.
3) Abakus 4 dan1
Abakus ini dikembangkan di Jepang dan digunakan di dunia
pendidikan untuk alat hitung anak-anak sekolah dasar.
Perkembangannya sangat pesat sehingga banyak digunakan di
Indonesia. Penggunaan abakus Jepang dalam operasi bilangan lebih
sempurna dari alat sebelumnya. Karena dalam penulisan bilangan
hanya ada satu alternatif dan pas sesuai dengan kaidah cara
penulisan bilangan
Cara pengoperasian :
Gambar 3 : abakus 4 dan 1
a) Manik-manik atas berjumlah 1 nilainya5.
b) Manik-manik bawah berjumlah 1 nilainya1.
c) Baris paling kanan atau baris satu bernilai ”satuan”. Baris kedua
bernilai ”puluhan”. Baris ketiga bernilai ”ratusan” dan
seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Garis tengah adalah sebagai penempatan bilangan.
e) Misal : nilai2. Caranya : naikkan 2 manik-manik bawah ke garis
tengah.
f) Nilai 5. Caranya : turunkan 1 manik-manik atas ke garis tengah.
g) Pengurangan, caranya : mengembalikan manik-manik ke tempat
semula.
4) Abakus 99
Abakus jumlah manik-manik 9 dalam pembuatannya diilhami
angka9, angka yang paling sempurna. Alat ini diciptakan oleh
saefudin, sebagai alternatif alat hitung, penggunaannya sangat
mudah. Kelebihan abakus ini antara lain : mengatasi berbagai
kesulitan dalam penulisan nilai bilangan, operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Cara pengoperasian abakus 99 :
Gambar 4 : abakus 99
a) Jumlah manik-manik tiap baris ada 9.
b) Jumlah baris ada 11. Total manik-manik ada 99.
Baris ke 1 bernilai satuan. Baris ke 2 bernilai puluhan.
Baris ke 3 bernilai ratusan. Dan seterusnya.
c) Nilai 3: naikkan 3 (tiga) manik-manik baris ke 1. Nilai 40:
naikkan 4 manik-manik baris ke 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Nilai 125: naikkan 1 manik-manik baris ke 3, 2 manik-manik
baris ke 2 dan 5 manik-manik baris ke 1.
e) Penjumlahan : dengan menaikkan.
f) Pengurangan : dengan mengurangkan.
Ada beraneka ragam abakus yang telah diciptakan oleh manusia. Hal ini
sebagai bentuk perhatian mereka setelah mengetahui kegunaan abakus. Pada gambar
5 berikut beberapa bentuk kreasi abakus. (Evi Rine Hartuti, dkk, 2007: 5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 5 : Bentuk-bentuk abakus
Bentuk abakus biji yang lebih sederhana dapat kita lihat seperti gambar di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bawah ini. Abakus ini dibuat dengan bahan : sepotong balok kayu ukuran (sesuai
selera), beberapa potong kawat (sesuai selera), dan beberapa buah abakus biji.
Gambar 6 : abakus biji
d. Fungsi Abakus Biji
1) Untuk menjelaskan nilai tempat suatu bilangan (satuan, puluhan,
ratusan, ribuan).
Keterangan :
B: ribuan
R: ratusan
P: puluhan
S: satuan
Gambar 7 : abakus sebelum diberi manik-manik
2) Untuk mencari hasil operasi penjumlahan suatu bilangan.
123 + 212 = 335
B R P
B R P S
S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 8
3) Untuk mencari hasil operasi pengurangan suatu bilangan.
331 - 221 = 111
Gambar 9
e. Cara Penggunaan Abakus
Dalam pemakaian abakus, semua biji abakus diangkat terlebih
dahulu atau diambil.
Gambar : 10
Jika akan menunjukkan bilangan 234, maka dimasukkan 2 biji
abakus ke tempat ratusan, 3 biji abakus ke tempat puluhan dan 4 biji
abakus ke tempat satuan. Gambar 11 di bawah ini menunjukkan bilangan
234.
B R P S
R
B R P S
B P S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar : 11
Jika 133 +122, maka penjumlahan ini bisa dilihat seperti gambar
12 abakus di bawah ini, yaitu menambahkan 1 biji pada tempat ratusan, 2
biji pada tempat puluhan, dan 2 biji pada tempat satuan.
Gambar: 12
133 + 122 = 255
Jika 331 – 221, maka pengurangan ini bisa dilihat seperti gambar 13
abakus di bawah ini, yaitu mengambil 2 biji abakus pada tempat ratusan,
2 biji abakus pada tempat puluhan, dan 1 biji abakus pada tempat satuan.
331 – 221 = 111
Gambar 13
Gambar 13
B R P S
P SR B
B R P S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini yaitu :
Sugiyanto (2007) dalam penelitiannya berjudul : Pembelajaran Matematika
dengan Menggunakan Media Dekak-Dekak dapat Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas II SD Negeri Tlogolele 2 Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali tahun pelajaran 2006/2007. Menyimpulkan bahwa dengan menggunakan
media dekak-dekak dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III
SD Negeri Tlogolele 2.
Ibnu Rohmatulloh Al Hamid (2008) dalam penelitiannya berjudul :
Penggunaan Media Dekak-Dekak untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas II SD Negeri Ngamblakan 02 Kecamatan Polokarto Sukoharjo tahun
pelajaran 2008/2009. Menyimpulkan bahwa media dekak-dekak bisa meningkatkan
minat siswa dalam belajar matematika sehingga prestasinya meningkat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas dapat dijadikan tolok ukur
dan pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu terbukti dengan
penggunaan media dalam pembelajaran mampu meningkatkan proses maupun hasil
pembelajaran. Secara khusus penggunaan media pembelajaran berupa abakus dapat
meningkatkan minat dan kemampuan siswa dalam memahami nilai tempat.
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan peningkatan kemampuan
memahami nilai tempat dengan media abakus pada siswa kelas II SD Negeri Bukuran
2 Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan memahami matematika khususnya memahami nilai tempat
masih rendah. Hal ini disebabkan karena pembelajaran siswa kurang aktif.
Pembelajaran lebih banyak berpusat pada guru kemudian siswa hanya memperhatikan
penjelasan guru. Dengan demikian siswa tidak merasa mampu melaksanakan
penghitungan matematika khususnya nilai tempat dengan sendiri. Menurut Dewa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ketutu Sukardi (dalam Sulis, 2007:14) bahwa kemampuan berhitung numerical
adalah kemampuan berhitung yang memerlukan penalaran dan kemampuan aljabar
termasuk operasi hitung.
Penggunaan media abakus dalam pelajaran matematika pada materi nilai
tempat mendorong siswa dapat meraba, menghitung, dan menafsirkan apa yang
mereka pegang, sehingga yang mereka pelajari dapat melekat dalam ingatan untuk
meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat.
Dengan demikian, penggunaan media abakus pada pembelajaran matematika
khususnya memahami nilai tempat, dapat meningkatkan kemampuan memahami nilai
tempat pada siswa kelas I.
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat bagan kerangka pemikiran seperti
pada gambar 14 berikut:
Skema Kerangka Berpikir
- Pembelajaran lebih banyak
berpusat pada guru
- Siswa enggan belajar matematika
Guru menerapkan media abakus
Kondisi Awal
Tindakan
Siklus I
Siklus II
Kemampuan siswa dalam
memahami nilai tempat rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 14 : Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan. Sehingga
dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan sebagai berikut : “Penggunakan media
abakus dapat meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II
SD Negeri Bukuran 2 Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010”.
Kemampuan memahami nilai tempat
meningkat
Kondisi Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bukuran 2 yang beralamat di
Kedungringin, Bukuran, Kalijambe, Sragen, kode pos 57275. Sekolah ini sekarang
dipimpin oleh Bapak Djumirin,A.Ma yang bertindak sebagai kepala sekolah. SD
Negeri Bukuran 2 memiliki 6 ruang kelas.
Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas II di SD Negeri Bukuran 2.
Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan: Pertama, peneliti
merupakan guru wiyata bakti di SD Negeri Bukuran 2. Kedua, sekolah tersebut
belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang serupa sehingga terhindar dari
kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, berdasarkan hasil observasi peneliti di
lapangan terdapat permasalahan dalam pembelajaran matematika.
Adapun kelas yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah
siswa kelas II. Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 bulan yaitu, bulan Februari
sampai dengan bulan Juni 2010. Namun secara efektif penelitian ini dilaksanakan
selama bulan Februari - Juni 2010. Adapun rincian waktu dan jenis-jenis kegiatan
penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2: Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian. No Jenis kegiatan Bulan
Februari Maret April Mei Juni
1. Penyusunan dan
pengajuan proposal
X X X
2. Mengurus ijin
penelitian
X X
3. Persiapan X X X X X X 4. Pelaksanaan penelitian X X X X 5. Analisis data X 6. Penyusunan laporan X X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada bulan Februari minggu pertama sampai ke tiga dilaksanakan
penyusunan dan pengajuan proposal. Pada minggu ke empat bulan Februari dan
pada minggu pertama pada bulan Maret, mengurus izin penelitian. Pada bulan
Maret minggu kedua sampai April minggu ketiga, persiapan penilitian
(menyiapkan RPP, media, dan instrumen penelitian). Pelaksanaan penelitian
dimulai pada bulan Mei minggu keempat sampai bulan Juni minggu pertama.
Pada bulan Juni minggu kedua dilaksanakan analisis data. Penyusunan laporan
dilaksanakan pada bulan Juni minggu ketiga sampai minggu ke empat.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2
Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 yang mengalami
permasalahan dalam pembelajaran matematika pada materi nilai tempat. Jumlah
seluruh siswa kelas II adalah 22 anak, yang terdiri atas 13 siswa putra dan 9 siswa
putri.
C. Bentuk dan Srategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). I G A K Wardani,dkk (2007:1.3) Penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian untuk mengatasi permasalahan terkait dengan kegiatan belajar mengajar
yang terjadi pada suatu kelas. Menurut Sarwiji Suwandi (2008:15) penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
I G A K Wardhani, dkk (2007:1.4) menambahkan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar
siswa menjadi meningkat.
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang reflektif. Kegiatan penelitian
berangkat dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar
mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindak
lanjuti dengan tindakan-tindakan terencana dan terukur. Oleh karena itu, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa dan
staf sekolah lainnya untuk menciptakan suatu sekolah yang lebih baik.
Sarwiji Suwandi (2008:34) langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan
melalui empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting).
Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan seperti bagan
gambar 15 berikut :
Gambar 15 : Siklus penelitian tindakan
PERENCANAAN
SIKLUS I
PENGAMATAN
PERENCANAAN
SIKLUS II
PENGAMATAN
TINDAKAN SELANJUTNYA
PELAKSANAAN REFLEKSI
PELAKSANAAN REFLEKSI
PERENCANAAN
SIKLUS I
OBSERVASI
PERENCANAAN
SIKLUS II
OBSERVASI
SIKLUS SELANJUTNYA
PELAKSANAAN REFLEKSI
PELAKSANAAN REFLEKSI
Kondisi Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(Suharsimi Arikunto, Sugiyanto, 2009:12)
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai
berikut :
1. Siklus Pertama (Siklus I)
a. Perencanaan
1) Guru membuat rencana pembelajaran.
2) Menyiapkan media yang akan digunakan.
3) Menyiapkan soal tes setelah pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar penilaian.
5) Menyiapkan lembar observasi.
b. Tindakan
Menggunakan media abakus dalam pembelajaran nilai tempat.
Melakukan tindakan dalam kegiatan pembelajaran dengan media abakus
antara lain :
1) Kemampuan siswa dalam memahami nilai tempat.
2) Apakah waktu yang diperlukan singkat / masih lama?
c. Observasi
Selain itu observasi / pengamatan juga dilakukan dengan instrument
untuk melihat perkembangan keaktifan dan antusiasme siswa dalam
pembelajaran nilai tempat antara sebelum dan sesudah digunakan media
abakus dalam pembelajaran nilai tempat. Observasi dilakukan kepala
sekolah terhadap guru / peneliti yang menerapkan media abakus pada
pembelajaran matematika.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah tindakan. Refleksi dilakukan untuk
mengetahui kelemahan / kekurangan dari pembelajaran yang dilakukan.
Guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Hasil diskusi akan menentukan perlu ada tidaknya
melaksanakan siklus berikutnya. Apabila dalam siklus pertama peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belum berhasil maka peneliti melaksanakan siklus kedua. Berdasarkan
kekurangan yang telah ditemukan maka dibuat rencana perbaikan pada
siklus II dan seterusnya.
2. Siklus kedua (siklus II)
a. Perencanaan
Membuat rencana pembelajaran perbaikan yang didasarkan pada
kekurangan yang ditemukan pada siklus I, diantaranya :
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Menyiapkan media yang akan digunakan.
3) Menyiapkan soal tes setelah pembelajaran
4) Menyiapkan lembar penilaian.
5) Membuat lembar observasi.
b. Tindakan
Menggunakan media abakus dalam pembelajaran nilai tempat dengan
rencana pembelajaran yang telah dibuat pada perencanaan untuk
memperbaiki kekurangan pada siklus I.
c. Observasi
Selain itu observasi / pengamatan juga dilakukan dengan instrument
untuk melihat perkembangan keaktifan dan antusiasme siswa dalam
pembelajaran nilai tempat antara sebelum dan sesudah digunakan media
abakus dalam pembelajaran nilai tempat. Observasi dilakukan kepala
sekolah terhadap guru / peneliti yang menerapkan media abakus pada
pembelajaran matematika.
d. Refleksi
Guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Hasil diskusi akan menentukan perlu ada tidaknya
melaksanakan siklus berikutnya. Apabila dalam siklus kedua peneliti
belum berhasil maka peneliti melaksanakan siklus ketiga dan seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sampai pada kemampuan memahami nilai meningkat mendekati
kesempurnaan.
D. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan
siswa dalam memahami nilai tempat. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai
sumber yang meliputi:
1. Informan atau nara sumber yaitu siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2.
2. Tempat dan Peristiwa
a. Tempat : Ruang Kelas II
b. Peristiwa : Proses pembelajaran nilai tempat.
3. Dokumen yang ada meliputi kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran,
foto kegiatan pembelajaran.
4. Tes Hasil Belajar
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan memahami nilai tempat setelah
dilakukan tindakan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penlitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan/observasi
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan langsung. Pengamatan
langsung adalah pengamatan yang dilakukan tanpa perantara terhadap
objek yang diteliti. Pengamatan itu dilakukan terhadap aktivitas belajar
mengajar dikelas. Pengamatan terhadap guru dan siswa kelas II SDN
Bukuran 2 difokuskan pada kegiatan pembelajaran siswa dalam mengikuti
pelajaran Matematika.
2. Kajian Dokumen.
Kajian dokumen digunakan untuk mencocokkan data yang diperoleh dari
berbagai sumber dokumen, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(RPP), silabus, foto-foto pembelajaran, dan hasil tes unjuk kerja siswa.
Seluruh data yang diambil dari dokumen yang berbeda kemudian ditinjau
ulang, apakah data yang diperoleh saling menguatkan, sehingga validitas
data dapat dipertanggung jawabkan.
3. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa kelas II SDN Bukuran 2 setelah kegiatan pemberian
tindakan. Tes diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk
mengidentifikasi kelemahan siswa kelas II SDN Bukuran 2 dalam
pembelajaran nilai tempat dan setiap akhir siklus untuk mengetahui
peningkatan kemampuan memahami nilai tempat siswa kelas II SDN
Bukuran 2. Dengan kata lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui
tingkat perkembangan kemampuan memahami nilai tempat siswa sesuai
kelas II SDN Bukuran 2 dengan siklus yang ada.
F. Validitas Data
Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Validitas data
dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik
kesimpulan. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 1996: 178). Dalam
penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang bisa dipilih mengembangkan
validitas atau kesahihan data penelitian. Teknik trianggulasi ada 4, yaitu trianggulasi
data, trianggulasi metode, trianggulasi teori, dan trianggulasi peneliti.
Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan trianggulasi sumber dan
trianggulasi teori. Trianggulasi sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda yaitu (1) pengamatan dari proses pembelajaran; (2) tes unjuk kerja
siswa; (3) silabus, RPP dan foto. Sedangkan trianggulasi teori yaitu dengan mengecek
balik alat dengan teori yang telah ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini validitas data yang digunakan adalah trianggulasi
sumber. Cara yang dilakukan yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa saat proses
pembelajaran matematika pada materi nilai tempat dengan melihat hasil tes. Setelah
itu membandingkan kebenaran data yang telah diperoleh dari kedua cara teersebut.
G. Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis Interaktif
Miles & Huberman. Model analisis interaktif, mempunyai tiga buah komponen pokok
yaitu Reduksi data, Sajian Data, Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Aktivitasnya
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses
siklus.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan
skema pada gambar 16 :
Gambar 16: Model Analisis Interaktif
Langkah-Langkah Analisis :
1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka
dapat dikumpulkan.
2. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik
yang berguna untuk penelitian lanjut.
3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.
4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang
jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Sajian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Melakukan analisis antarkasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
susunan laporan.
6. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
7. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir penelitian.
H. Indikator Kinerja.
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan / keefektifan penelitian. Yang menjadikan indikator
kinerja dalam penelitian ini adalah apabila 80 % dari jumlah siswa dalam
mengerjakan soal tes mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 60. Indikator
tersebut meliputi : (1) Membaca bilangan. (2) Menulis lambang bilangan. (3)
Menulis nama bilangan . (4) Menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap-tiap siklus
terdiri 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting) yang dilaksanakan sesuai dengan perubahan
yang dicapai. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya
kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD Negeri Bukuran 2,
dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan temuan-temuan di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan
kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II dengan penanaman konsep
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dikuasai siswa. Sehubungan hal tersebut maka tindakan yang diduga paling tepat
adalah dengan menggunakan media “abakus” dalam menjelaskan konsep nilai tempat
dalam pembelajaran matematika.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam
tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Pengenalan Masalah
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Mengidentifikasi masalah.
b. Menganalisis masalah yang mendalam dengan mengacu teori-teori
yang relevan.
c. Menyusun tindakan yang sesuai dengan siklus pertama.
d. Menyusun alat monitoring dan evaluasi yang berupa soal tes.
2. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi :
a. Penyusunan jadwal penelitian.
b. Penyusunan rencana pembelajaran.
c. Penyusunan nilai tes.
3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Rencana tindakan disusun dalam 2 siklus yaitu siklus I, siklus II. Setiap siklus
terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I belum menunjukkan
peningkatan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD,
maka perlu dilanjutkan ke siklus II. Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus II
sudah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan memahami nilai tempat
pada siswa kelas II, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus III. Namun, apabila
belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan memahami nilai
tempat pada siswa kelas II SD, maka dibuat siklus III, demikian juga untuk
siklus berikutnya, sampai kemampuan memahami nilai tempat meningkat.
4. Tahap Implementasi Tindakan
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan, yaitu untuk
meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II SD
Negeri Bukuran 2 Kalijambe dengan menggunakan media abakus. Hipotesis
tindakan ini dimaksudkan untuk menguji kebenaran melalui tindakan yang
telah direncanakan.
5. Tahap Pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di bawah bimbingan guru (peneliti).
6. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah
dilakukan selama penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Profil Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah dasar Negeri Bukuran 2 Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen. Sekolah Dasar Negeri Bukuran 2 tepatnya berada di
Dukuh Kedungringin Desa Bukuran Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. SDN
Bukuran 2 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang membawahi 6 (enam) guru
kelas, 1 (satu) guru PAI, 1(satu) guru olah raga, 1 (satu) penjaga sekolah. SDN
Bukuran 2 mempuyai siswa berjumlah 120 siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak
18 siswa, kelas II sebanyak 22 siswa, kelas III sebanyak 25 siswa, kelas IV dengan 22
siswa, kelas V sebanyak 20 siswa dan kelas VI sebanyak 14 siswa.
Dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan di SD Negeri Bukuran 2
kelas II belum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media abakus
khususnya untuk pembelajaran nilai tempat, sehingga hasil belajar siswa belum
mencapai KKM (Kriteri Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal
semester. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas
II, maka peneliti menggunakan media dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan memahami nilai tempat.
B. Deskripsi Kondisi Awal Dan Permasalahan Penelitian
1. Tindakan Siklus 1
Tindakan siklus I dilakanakan selama 1 minggu, sebanyak 3 kali pertemuan.
Tiap pertemuan 2 x 30 menit yaitu dilaksanakan 10 Mei sampai 15 Mei 2010.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari beberapa siklus. Adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
a.Tahap Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data hasil pengamatan langsung tanggal 26 April 2010
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan
pelajaran Matematika materi nilai tempat untuk mengetahui gambaran awal
kegiatan pembelajaran di kelas II SDN Bukuran 2 masih terdapat banyak
kekurangan, antara lain pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa enggan
belajar matematika, dan kemampuan memahami nilai temp[at masih rendah.
Nilai prestasi belajar siswa diperoleh dari tes uraian. Hasil
tes awal materi nilai tempat dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3: Pencapaian Nilai Hasil Belajar Matematika
Sebelum Tindakan
No Rentang Nilai Frekuensi Keterangan
1 61- 70 ke atas 5 Tuntas
2 51-60 4 Tuntas
3 41-50 8 Tidak tuntas
4 40 ke bawah 5 Tidak tuntas
Berdasarkan tabel 3 maka dapat digambarkan pada gambar 17.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gamba
B
tindakan
mempero
22 siswa
60. Dar
memaha
Bertolak
kemamp
pembelaj
D
peneliti
dengan
dalam pr
1. Mem
temp
0
1
2
3
4
5
6
7
8
10-40
ar 17 Grafik
Berdasarkan
n, siswa kela
oleh nilai di
a atau 59,0
ri data ters
ami / mengu
k dari kenyat
puan memah
ajaran matem
Dengan berp
melakukan
menggunaka
roses persiap
milih pokok
pat. Alasan p
0 50 6
Nilai Matem
n data nilai d
as II SDN B
i atas batas n
9 % mempe
sebut memb
uasai konsep
taan tersebut
hami nilai te
matika (nilai
pedoman pad
langkah-lan
an media ab
pan pembela
bahasan a
pemilihan po
F0 70-100
matika Siswa
Tindaka
di atas dapat
Bukuran 2 se
nilai ketunta
eroleh nilai
buktikan ba
p nilai temp
t peneliti me
empat siswa
tempat) den
da standar ko
ngkah pemb
bakus. Adap
ajaran adalah
atau indikato
okok bahasan
Frekuensi
a Kelas II SD
an
t dilihat bah
ebanyak 22 s
asan minima
di bawah ba
ahwa sebag
pat dalam p
engambil alte
a kelas II ya
ngan menggu
ompetensi m
belajaran ma
pun langkah
h sebagai ber
or yang ses
n atau indika
DN Bukuran
hwa sebelum
siswa hanya
al. Sebanyak
atas nilai ke
gian besar
pembelajaran
ernatif untuk
aitu dengan
unakan medi
mata pelajara
atematika ya
h-langkah ya
rikut:
suai dengan
ator tersebut
2 Sebelum
m dilaksanak
a 9 siswa ya
k 13 siswa d
etuntasan ya
siswa belu
n matematik
k meningkat
melaksanak
ia abakus.
an matematik
ang dilakuk
ang dilakuk
n materi ni
adalah :
40 ke bawah
50
60
70 ke atas
m
kan
ang
ari
itu
um
ka.
tan
kan
ka,
kan
kan
lai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Pokok bahasan/indikator tentang nilai tempat harus betul-betul dikuasai
siswa, karena hal tersebut untuk mempermudah penguasaan materi
matematika yang lebih dalam.
b. Pokok bahasan/indikator tentang nilai tempat tersebut nantinya dapat
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
2. Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat.
Rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti memuat 2 siklus, siklus I
terdiri dari 3 pertemuan, siklus 2 terdiri dari 3 pertemuan. Masing-masing
pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran (@ 30 menit) yang dilaksanakan
dalam minggu yang berbeda.
3. Menyiapkan media abakus yang akan digunakan dalam pembelajaran.
4. Setiap kali akan mengadakan pembelajaran guru mempersiapkan kelompok
dan meja diatur sesuai dengan kelompok dan membagi media abakus untuk
masing-masing kelompok.
a. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah atau tindakan yang dilakukan, direncanakan
secara teliti oleh peneliti yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing. Peneliti menyusun lembar observasi yang akan digunakan
untuk mengetahui partisipasi siswa selama proses pembelajaran,
sedangkan sebagai alat evaluasinya peneliti membuat soal ulangan
berbentuk uraian untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi nilai tempat.
Dalam tahapan ini guru menerapkan pembelajaran dengan penggunaan
media abakus sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Kegiatan
pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan media
abakus ini akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.
1) Pertemuan Ke-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada pertemuan ke-1 materi matematika dengan indikator: membaca lambang
bilangan. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam, berdoa bersama dan
mengabsen siswa, guru memberikan apersepsi dengan mengajak siswa mengurutkan
bilangan 500-520.
Kegiatan inti guru membimbing siswa pada materi nilai tempat tentang cara
membaca lambang bilangan dengan menggunakan media abakus. Contoh : membaca
lambang bilangan.
523 dibaca………
5 2 3
satuan nilainya 3
puluhan nilainya 20
ratusan nilainya 500
Jadi 523 dibaca lima ratus dua puluh tiga
Pengerjaan menggunakan abakus
523 dibaca………
Masukkan 5 biji abakus ke tempat ratusan, 2 biji ke tempat puluhan dan 3
biji ke tempat satuan.
Ket :
B = Ribuan
R = Ratusan
P = Puluhan
S = Satuan
B R S P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah semua biji abakus dimasukkan, kemudian dibaca.
Jadi 523 dibaca lima ratus dua puluh tiga.
Gambar 18: Peragaan membaca lambang bilangan
Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa paham. Kemudian guru bertanya
jawab dengan siswa seputar materi. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju
ke depan kelas mengerjakan soal yang diberikan guru. Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kegiatan selanjutnya, guru
memberikan lembar soal yang dikerjakan secara kelompok, setelah selesai
lembar tersebut dikumpulkan dan dibahas bersama-sama.
Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah
dipelajari, sambil mengulang pelajaran yang telah dipelajari. Kemudian guru
membagikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Guru
memberikan pujian kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik.
Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pesan-pesan agar selalu rajin belajar dan
memberikan PR (pekerjaan rumah).
2) Pertemuan Ke-2
Pada pertemuan ke-2 mempelajari materi nilai tempat, dengan indikator:
menulis lambang bilangan. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama,
mengabsen siswa, menanyakan kabar sebagai penyemangat dan apersepsi
bertanya jawab dengan siswa seputar materi yang telah diajarkan pada pertemuan
sebelumnya. Kemudian guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok
dan membagi abakus untuk masing-masing kelompok.
Kegiatan inti guru membimbing siswa pada materi nilai tempat tentang
menulis lambang bilangan dengan menggunakan media abakus. Contoh: enam
ratus tiga puluh lima ditulis....
Perhatikan contoh berikut !
Enam ratus tiga puluh lima ditulis. . . .
Enam ratus tiga puluh lima = ……
5 letaknya sebagai satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 letaknya sebagai puluhan
6 letaknya sebagai ratusan
Jadi enam ratus tiga puluh lima ditulis 635
Pengerjaan menggunakan abakus
Masukkan 6 biji abakus ke tempat ratusan, 3 biji abakus ke tempat puluhan dan
5 biji ke tempat satuan.
Setelah semua biji abacus dimasukkan, kemudian ditulis dari sisi sebelah kiri
dulu sesuai dengan jumlah biji abacus yang ada.
Jadi enam ratus tiga puluh lima ditulis 535
Gambar 19: Peragaan menulis lambang bilangan
Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa mengerti. Guru menunjuk
beberapa siswa untuk maju ke depan kelas mengerjakan soal dari guru. Kemudian
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kegiatan selanjutnya
guru memberikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok
kemudian hasilnya dibahas bersama-sama.
Kegiatan diakhiri dengan guru memberi evaluasi dengan membagi
lembar soal evaluasi. Sebagai tindak lanjut guru menyampaikan pesan
kepada siswa agar lebih rajin belajar kemudian guru menutup pelajaran
dengan salam.
3) Pertemuan Ke-3
B R P S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada pertemuan ke-3 materi yang dipelajari adalah nilai tempat, dengan
indikator: menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan.
Kegiatan awal dimulai dari berdoa bersama, mengabsen siswa, guru
membimbing siswa membentuk kelompok dan membagikan abakus untuk
masing-masing kelompok. Kemudian guru memberi apersepsi dengan bertanya
jawab mengenai materi nilai tempat yang sudah diajarkan pada pertemuan yang
lalu.
Kegiatan inti guru membimbing siswa pada materi nilai tempat tentang
menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan dengan abakus. Contoh :
Tentukan nilai tempat bilangan 659!
Perhatikan contoh soal berikut !
Tentukan nilai tempat bilangan 656!
Angka pada bilangan 659 menempati nilai tempat sebagai berikut :
Angka 6 menempati nilai tempat ratusan nilainya 600
angka 5 menempati nilai tempat puluhan nilainya 50
Angka 9 menempati nilai tempat satuan nilainya 9
Pengerjaan menggunakan abakus
Tentukan nilai tempat bilangan 659!
Masukkan 6 biji abakus ke tempat ratusan, 5 biji abakus ke tempat puluhan dan
9 biji abakus ke tempat satuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jadi nilai tempat bilangan 659 = 6 ratusan + 5 puluhan + 9 satuan
Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa paham. Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, kemudian guru membagikan
lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok. Setelah
lembar tersebut selesai dikerjakan kemudian dikumpulkan dan dibahas
bersama-sama.
Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
materi yang telah dipelajari untuk mengulang pelajaran. Kegiatan ini
diakhiri dengan evaluasi. Guru memberikan pujian kepada siswa yang
mendapatkan nilai baik, sedangkn yang masih kurang diberi pengarahan
agar lebih giat belajar.
b. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa ketika
melakukan pembelajaran matematika serta mengamati keterampilan guru dalam
mengajar.
1) Hasil observasi bagi guru
Dari data observasi berdasarkan lampiran 14 halaman 104 dalam
siklus 1 selama 3 kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Penampilan guru di depan kelas sudah baik.
b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah menyampaikan
materi pelajaran dengan sangat baik.
c) Cara penggunaan alat dan media pelajaran berupa abakus sangat baik.
d) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.
B R P S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e) Cara merespon pertanyaan dan pendapat siswa sudah baik.
f) Memberi pujian dan pertanyaan keberhasilan siswa baik.
g) Interaksi dengan siswa baik.
h) Pengelolaan waktu sudah baik.
i) Memberi bimbingan individu/kelompok baik.
j) Memberikan tindak lanjut berjalan baik.
Secara keseluruhan keterampilan guru dalam proses pembelajaran sudah cukup baik.
2) Hasil observasi bagi siswa
Dari data observasi berdasarkan lampiran 13 halaman 103 pada siklus
I diperoleh data hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:
a) Aktif memperhatikan penjelasan guru sudah baik.
b) Aktif menjawab pertanyaan guru cukup.
c) Rasa ingin tahu dan keberanian siswa cukup.
d) Kreativitas dan inisiatif siswa.
e) Aktif mengerjakan tugas-tugas individu dan kelompok dalam pembelajaran sudah baik.
Secara keseluruhan tingkah laku dan sikap siswa dalam proses pembelajaran sudah cukup baik.
c. Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,
baru dua materi yang telah menunjukkan perubahan baik pada aktivitas siswa
maupun pada pencapaian hasil belajar yaitu membaca lambang bilangan dan
menulis lambang bilangan. Sedangkan untuk materi menentukan letak nilai
ratusan, puluhan, dan satuan belum menunjukkan perubahan yang berarti dan
dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertemuan : 1 (satu)
Indikator : membaca lambang bilangan
Media : abakus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan
guru, namun kurang inisiatif. Kemampuan siswa dalam membaca lambang
bilangan pada pertemuan ke-1 sudah menunjukkan perubahan yang berarti,
karena nilai rata-rata kelasnya 72,27 dan siswa yang dapat mencapai KKM
sebanyak 19 siswa (86,36%) dari 22 siswa kelas II.
Pembelajaran berhasil apabila nilai rata-rata kelas mencapai 65 dan siswa
yang dapat mencapai KKM persentasenya 80%. Dengan demikian data nilai rata-
rata kelas yang mencapai 72,27 dan siswa yang dapat mencapai KKM sebanyak
19 (86,36%) menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media abakus
yang dilakukan sudah berhasil.
Tabel 4. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan ke-1
No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai
1. 60 7. 60 13. 80 19. 80
2. 60 8. 100 14. 60 20. 80
3. 40 9. 60 15. 100 21. 100
4. 40 10. 40 16. 80 22. 80
5. 70 11. 80 17. 60
6. 80 12. 100 18. 80
Rata-rata 72,27
Hasil tes berdasarkan lampiran 32 halaman 139.
Pertemuan : 2 (dua)
Indikator : menulis lambang bilangan
Media : abakus
Berdasarkan hasil pengamatan selama prroses pembelajaran berlangsung
siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan
guru, rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat. Begitu pula perasaan
senang siswa terhadap pembelajaran matematika. Sedangkan pemantauan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belajar diperolah nilai rata-rata kelasnya mencapai 70 dan siswa yang dapat
mencapai KKM sebanyak 20 siswa (90,91%) dari 22 siswa kelas II.
Pembelajaran berhasil apabila nilai rata-rata kelas mencapai 65 dan siswa
yang dapat mencapai KKM persentasenya 80%. Dengan demikian data nilai rata-
rata kelas yang mencapai 70 dan siswa yang dapat mencapai KKM sebanyak 20
(90,91%) menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media abakus
yang dilakukan sudah berhasil.
Tabel 5. Daftar Nilai Siswa pada Pertemuan ke-2
No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai
1. 60 7. 60 13. 60 19. 80
2. 60 8. 80 14. 60 20. 80
3. 60 9. 80 15. 80 21. 100
4. 40 10. 40 16. 80 22. 80
5. 80 11. 80 17. 60
6. 80 12. 100 18. 60
Rata-rata 70
Hasil tes berdasarkan lampiran 33 halaman 140.
Pertemuan : ke-3
Indikator : Menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan.
Media : Abakus
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa
cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, namun dalam penjumlahan yang
menyimpan siswa sering lupa untuk menyimpan bilangan, sehingga berpengaruh
pada kemampuan menyelesaikan soal penjumlahan dengan menyimpan.
Akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus I pertemuan ke-3 belum
dapat menunjukkan perubahan yang berarti, karena nilai rata-rata kelasnya hanya
mencapai 60 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM sebanyak 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(77,27%) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media abakus
yang dilakukan belum berhasil.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila mencapai nilai rata-rata kelas
mencapai 65 dan siswa yang dapat mencapai KKM persentasenya 80%. Dengan
demikian data nilai rata-rata kelas yang mencapai 60 dan siswa yang dapat
mencapai KKM sebanyak 17 (77,27%) menunjukkan bahwa pembelajaran yang
menggunakan media abakus yang dilakukan belum berhasil.
Tabel 6. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan ke-3
No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai
1. 40 7. 60 13. 80 19. 60
2. 60 8. 60 14. 40 20. 40
3. 20 9. 60 15. 80 21. 80
4. 20 10. 60 16. 60 22. 60
5. 80 11. 80 17. 60
6. 80 12. 80 18. 60
Rata-rata 60
Hasil tes berdasarkan lampiran 34 halaman 141.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dicapai siswa pada siklus I dapat
diketahui bahwa pada pertemuan ke-1 dan ke-2 yang berhasil. Namun ini masih
dilanjutkan pada siklus II supaya kemampuan memahami nilai tempat siswa
meningkat. Sedangkan pada pertemuan ke-3 belum menunjukkan perubahan yang
cukup signifikan, sehingga pembelajaran dilanjutkan pada siklus II untuk materi
nilai tempat tentang menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan.
Tabel 7 : Nilai Setelah Siklus 1
Nilai Frekuensi
21 – 30 2
31 – 40 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tin
dilaksan
dilaksan
yang dila
Ga
ndakan siklu
akan 3 kali
akan pada t
akukan pada
0
1
2
3
4
5
6
7
21 ‐ 30 3
ambar 18 : G
2.
us II dilaksa
pertemuan.
anggal 24 M
a siklus II me
31 ‐ 40 41 ‐ 50
41 – 50
51 - 60
61 - 70
71 - 80
81 - 90
Grafik Nilai
Tindakan
anakan selam
Tiap-tiap pe
Mei 2010 sa
eliputi :
51 ‐ 60 61 ‐ 70
Setelah Sikl
Siklus II
ma 1 mingg
ertemuan lam
ampai 29 M
71 ‐ 80 81 ‐ 9
3
3
7
3
0
lus 1
gu, perenca
manya 2 x 3
Mei 2010. Ad
90
nilai setelah siklus 1
anaan kegiat
30 menit yai
dapun tahap
tan
itu
pan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pada siklus I
diketahui bahwa pada indikator membaca dan menulis lambang bilangan sudah
menunjukkan hasil yang lebih baik, namun masih ditingkatkan lagi pada siklus II
pada pertemuan ke 1 dan ke 2. Sedangkan untuk indikator menentukan letak
angka ratusan, puluhan, dan satuan belum menunjukkan hasil yang signifikan,
sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus II pertemuan ke 3.
Pada tahapan perencanaan ini peneliti membuat perencanaan sebagai berikut :
1) Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran.
2) Lebih mengoptimalkan penggunaan media abakus dalam pembelajaran.
3) Memberikan pengulangan pada materi nilai tempat tentang membaca
lambang bilangan, membaca lambang bilangan, dan menentukan letak
angka ratusan, puluhan, dan satuan..
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran matematika dengan penggunaan media abakus sesuai dengan
rencana pembelajaran 3 kali pertemuan.
Pertemuan ke-1
Pada pertemuan 1 indikator: membaca lambang bilangan. Guru
mengawali pembelajaran dengan memberi salam, berdoa bersama, mengabsen
siswa. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok dan membagi
abakus untuk masing-masing kelompok. Guru memberikan apersepsi dengan
bertanya jawab seputar pelajaran yang telah diajarkan pada minggu sebelumnya.
Kegiatan inti, guru membimbing siswa tentang membaca lambang
bilangan dengan menggunakan media abakus.
Perhatikan contoh berikut !
775 dibaca………
7 7 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
satuan nilainya 5
puluhan nilainya 70
ratusan nilainya 700
Jadi 775 dibaca tujuh ratus tujuh puluh lima
Pengerjaan menggunakan abakus
775 dibaca………
Masukkan 7 biji abakus ke tempat ratusan, 7 biji ke tempat puluhan dan 5
biji ke tempat satuan.
Ket :
B = Ribuan
R = Ratusan
P = Puluhan
S = Satuan
Setelah semua biji abakus dimasukkan, kemudian dibaca.
Jadi 775 dibaca tujuh ratus tujuh puluh lima
Kegiatan ini diulang-ulang sampai siswa paham. Kemudian guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, jika tidak ada yang bertanya
kegiatan dilanjutkan dengan pengerjaan soal yang telah dibagikan guru secara
kelompok. Setelah selesai lembar tersebut dikumpulkan dan dibahas bersama
dengan siswa.
B R S P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan akhir, siswa mengerjakan soal evaluasi yang sudah disediakan
guru, setelah selesai dikumpulkan pada guru.
Tabel 8. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan ke-1 Siklus II
No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai
1. 90 7. 90 13. 70 19. 80
2. 80 8. 50 14. 70 20. 90
3. 70 9. 100 15. 80 21. 80
4. 50 10. 70 16. 70 22. 60
5. 90 11. 80 17. 60
6. 80 12. 80 18. 80
Rata-rata 75
Hasil tes berdasarkan lampiran 35 halaman 142.
c. Observasi
Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media abakus pada masing-masing pertemuan. Observasi ini
ditujukan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan suasana
kelas saat pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini
termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk
menganalisis perkembangan kemampuan memahami nilai tempat pada pelajaran
matematika.
1) Hasil observasi guru.
Dari hasil observasi pada lampiran 22 halaman 126 dapat dilihat aktivitas
guru adalah sebagai berikut:
a) Penampilan guru di depan kelas sudah baik.
b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah menyampaikan
materi pelajaran dengan sangat baik.
c) Cara penggunaan alat dan media pelajaran berupa abakus sangat baik.
d) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e) Cara merespon pertanyaan dan pendapat siswa sudah baik.
f) Memberi pujian dan pertanyaan keberhasilan siswa baik.
g) Interaksi dengan siswa baik.
h) Pengelolaan waktu sudah baik.
i) Memberi bimbingan individu/kelompok baik.
j) Memberikan tindak lanjut berjalan baik.
Secara keseluruhan keterampilan guru dalam proses pembelajaran sudah baik.
3) Hasil observasi bagi siswa
Dari data observasi berdasarkan lampiran 23 halaman 127 pada siklus
II diperoleh data hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:
b) Aktif memperhatikan penjelasan guru sudah baik.
b) Aktif menjawab pertanyaan guru cukup.
c) Rasa ingin tahu dan keberanian siswa cukup.
d) Kreativitas dan inisiatif siswa.
e) Aktif mengerjakan tugas-tugas individu dan kelompok dalam pembelajaran sudah baik.
Secara keseluruhan tingkah laku dan sikap siswa dalam proses pembelajaran sudah baik.
d. Refleksi
Hasil analisis data balikan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media abakus pada siklus II, secara umum telah menunjukkan
perubahan yang signifikan, dimana guru dalam melaksanakan pembelajaran
semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil diantaranya
kurang kontrol waktu dan belum memberikan tindak lanjut. Persentase aktifitas
siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka lebih banyak memperhatikan dan
menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif. Kemampuan
memahami nilai tempat lebih meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap
kemampuan dalam menyelesaikan soal membaca lambang bilangan. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
partisipasi siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelaspun
menjadi hidup dan lebih menyenangkan.
Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa pertemuan
pertama nilai rata-rata kelasnya mencapai 70 dan siswa yang memperoleh nilai
lebih dari KKM sebanyak 20 siswa (90,91%). Dari penelitian ini pembelajaran
dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat.
Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir pembelajaran mencapai nilai
rata-rata kelas diatas 65 dan persentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari
KKM mencapai 80%. Atas dasar ketentuan tersebut dan melihat hasil yang
diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran nilai tempat
tentang membaca lambang bilangan dengan menggunakan media abakus yang
dilaksanakan pada siklus II dikatakan berhasil.
Berdasarkan hasil tes yang dicapai siswa pada siklus II dapat diketahui
bahwa pada pertemuan ke-1 kemampuan memahami nilai tempat lebih
meningkat. Sebagai catatan, untuk siswa yang memperoleh nilai kurang dari
KKM harus diberi perbaikan dan latihan-latihan serupa supaya kemampuan
memahami nilai tempat meningkat.
Pertemuan ke-2
Pada awal kegiatan setelah berdoa dan mengabsen siswa, guru
mengadakan tanya jawab pelajaran kemarin sebagai apersepsi, kemudian guru
menjelaskan materi nilai tampat tentang menulis lambang bilangan dengan
diperagakan menggunakan media abakus di depan kelas. Kegiatan tersebut
diulang-ulang agar siswa memahami betul tentang menulis lambang bilangan.
Perhatikan contoh berikut !
Delapan ratus empat puluh tiga ditulis. . . .
Delapan ratus empat puluh tiga = ……
3 letaknya sebagai satuan
4 letaknya sebagai puluhan
8 letaknya sebagai ratusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jadi delapan ratus empat puluh tiga ditulis 843
Pengerjaan menggunakan abakus
Masukkan 8 biji abakus ke tempat ratusan, 4 biji abakus ke tempat puluhan dan
3 biji ke tempat satuan.
Setelah semua biji abacus dimasukkan, kemudian ditulis dari sisi sebelah kiri
dulu sesuai dengan jumlah biji abacus yang ada.
Jadi delapan ratus empat puluh tiga ditulis 843
Kegiatan berikutnya guru membagikan lembar soal untuk dikerjakan
secara kelompok dan hasilnya dibahas bersama-sama. Guru bertanya jawab
dengan siswa untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diajarkan. Guru
kembali membagikan lembar soal kepada siswa dan memberikan PR (pekerjaan
rumah) sebagai tindak lanjut.
Tabel 9. Daftar Nilai Siswa pada Pertemuan ke-2 Siklus II
No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai
1. 80 7. 80 13. 80 19. 80
2. 80 8. 100 14. 80 20. 100
3. 70 9. 70 15. 80 21. 100
B R P S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. 50 10. 50 16. 90 22. 60
5. 70 11. 90 17. 80
6. 80 12. 100 18. 60
Rata-rata 78,62
Hasil tes berdasarkan lampiran 36 halaman 143.
c. Observasi dan Implementasi
Guru melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media abakus pada masing-masing pertemuan. Observasi ini
ditujukan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran, aktifitas atau
partisipasi siswa dalam pembelajaran dan suasana kelas saat pembelajaran.
Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes
akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis peningkatan
kemampuan memahami nilai tempat siswa.
d. Analisis dan Refleksi
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media abakus pada siklus II, secara umum telah menunjukkan
perubahan yang signifikan, dimana guru dalam melaksanakan pembelajaran
semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil diantaranya
kurang kontrol waktu dan kurang memberikan pujian penghargaan kepada siswa.
Persentase aktifitas atau partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka
lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan
kreatif. Kemampuan memahami nilai tempat meningkat.
Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa pertemuan
pertama mencapai nilai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai di atas
KKM sebanyak 16 siswa (72,72%). Sedangkan pada pertemuan kedua nilai rata-
rata kelasnya mencapai 75 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM
sebanyak 18 siswa (81,82%) dari 22 siswa kelas II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi
siswa dalam pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui
tes akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas di atas 65 dan persentase
siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai 80%. Atas dasar dasar
tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka
pembelajaran yang menggunakan media abakus yang dilaksanakan pada siklus II
dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Namun guru harus tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan siswa
yang mendapatkan dibawah KKM dan melaksanakan pengayaan untuk siswa yang
memperoleh nilai di atas rata-rata kelas sebagai tindak lanjut.
Pertemuan ke-3
Pada awal kegiatan setelah berdoa dan mengabsen siswa, guru
mengadakan tanya jawab pelajaran kemarin sebagai apersepsi, kemudian guru
menjelaskan materi nilai tampat tentang menentukan letak angka ratusan,
puluhan, dan satuan dengan menggunakan media abakus di depan kelas.
Kegiatan tersebut diulang-ulang agar siswa memahami betul tentang menentukan
letak angka ratusan, puluhan, dan satuan.
Perhatikan contoh berikut !
Tentukan nilai tempat bilangan 907!
Angka pada bilangan 907 menempati nilai tempat sebagai berikut :
• Angka 9 menempati nilai tempat ratusan nilainya 900
• Angka 0 menempati nilai tempat puluhan nilainya 0
• Angka 7 menempati nilai tempat satuan nilainya 7
Pengerjaan menggunakan abakus
Tentukan nilai tempat bilangan 907!
Masukkan 9 biji abakus ke tempat ratusan, 0 biji abakus ke tempat puluhan
karena tidak ada, dan 7 biji abakus ke tempat satuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jadi nilai tempat bilangan 907 = 9 ratusan + 0 puluhan + 7 satuan
Kegiatan berikutnya guru membagikan lembar soal untuk dikerjakan
secara kelompok dan hasilnya dibahas bersama-sama. Guru bertanya jawab
dengan siswa untuk mengulang kembali pelajaran yang telah diajarkan. Guru
kembali membagikan lembar soal kepada siswa dan memberikan PR (pekerjaan
rumah) sebagai tindak lanjut.
Tabel 10. Daftar Nilai Siswa pada Pertemuan ke-3 Siklus II
No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai
1. 60 7. 80 13. 80 19. 80
2. 80 8. 80 14. 80 20. 50
3. 60 9. 70 15. 80 21. 100
4. 50 10. 70 16. 70 22. 50
5. 80 11. 90 17. 80
6. 90 12. 80 18. 70
Rata-rata 74,09
Hasil tes berdasarkan lampiran 37 halaman 144.
c. Observasi dan Implementasi
Guru melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media abakus pada masing-masing pertemuan. Observasi ini
B R P S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ditujukan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran, aktifitas atau
partisipasi siswa dalam pembelajaran dan suasana kelas saat pembelajaran.
Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes
akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis peningkatan
kemampuan memahami nilai tempat siswa.
d. Analisis dan Refleksi
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media abakus pada siklus II, secara umum telah menunjukkan
perubahan yang signifikan, dimana guru dalam melaksanakan pembelajaran
semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil diantaranya
kurang kontrol waktu dan kurang memberikan pujian penghargaan kepada siswa.
Persentase aktifitas atau partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka
lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan
kreatif. Kemampuan memahami nilai tempat meningkat.
Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa pertemuan
pertama mencapai nilai rata-rata kelas 60 dan siswa yang memperoleh nilai di atas
KKM sebanyak 17 siswa (77,27%). Sedangkan pada pertemuan kedua nilai rata-
rata kelasnya mencapai 75 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM
sebanyak 18 siswa (81,82%) dari 22 siswa kelas II.
Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa dalam
pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir
pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas di atas 65 dan persentase siswa yang
memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai 80%. Atas dasar dasar tersebut dan
melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran
yang menggunakan media abakus yang dilaksanakan pada siklus II dikatakan
berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun guru
harus tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan siswa yang
mendapatkan dibawah KKM dan melaksanakan pengayaan untuk siswa yang
memperoleh nilai di atas rata-rata kelas sebagai tindak lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
s
Dal
sebagai berik
Ga
lam mengola
kut:
0
2
4
6
8
10
12
21 ‐ 30
Tabel 11
ambar 19 : G
C. Des
ah data yang
31 ‐ 40 41 ‐ 50
Nilai
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 - 60
61 - 70
71 - 80
81 - 90
: Nilai Setel
Grafik Nilai
skripsi Hasi
g dilaksanaka
51 ‐ 60 61
lah Siklus 2
Setelah Sikl
il Penelitian
an pada lamp
‐ 70 71 ‐ 80
Frekuensi
0
0
1
2
4
12
3
lus 2
n
piran dapat d
81 ‐ 90
nilai s
dideskripsik
setelah siklus 2
kan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Data Nilai Matematika Siswa Kelas II Sebelum Tindakan
Dari daftar nilai matematika yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa:
a. Jumlah nilai pada tes membaca lambang bilangan, siswa yang mendapat
nilai 40 ada 5 siswa; nilai 50 ada 10 siswa; nilai 60 ada 4 siswa; nilai 70
ada 5 siswa, sehingga nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 70 dan
nilai terendah adalah 40 dengan demikian rata-rata yang diperoleh siswa
adalah 53,63. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 9 siswa
dari 22 siswa atau 40,91%, sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 13
siswa dari 22 siswa atau 59,09%.
b. Jumlah nilai pada tes menulis lambang bilangan, siswa yang mendapatkan
nilai 40 ada 5 siswa; nilai 50 ada 9 siswa; nilai 60 ada 6 siswa; nilai 70 ada
4 siswa. Sehingga nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 70 dan nilai
terendah adalah 40 dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa
sebesar 58,63. Siswa yang mendapat nilai antara diatas KKM sebanyak 10
siswa. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 12 siswa.
Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar sebanyak 10
siswa dari 22 siswa atau 45,45%, sedangkan anak yang belum tuntas
sebanyak 12 siswa dari 22 siswa atau 54,54%.
c. Jumlah nilai pada tes menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan,
siswa yang mendapat nilai 70 ada 2 siswa, nilai 60 ada 6 siswa, nilai 50 ada
5 siswa, nilai 40 ada 5 siswa, nilai 20 ada 4 siswa. Sehingga nilai yang
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 70 dan nilai terendah adalah 20
dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 46,82. Siswa
yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar sebanyak 9 siswa dari
22 siswa atau 40,91%, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 13
siswa dari 22 siswa atau 59,09%.
2. Data Nilai Matematika Siswa Kelas II Siklus I
a. Dari tabel daftar niali yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes
pada pertemuan ke-1:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah siswa yang mendapat niali 40 ada 3 siswa; nilai 60 ada 6
siswa; nilai 70 ada 1 siswa; nilai 80 ada 8 siswa; dan nilai 100 ada 4 siswa,
sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 40 dengan
demikian nilai rata-rata kelas adalah 72,27. Siswa yang telah dinyatakan
memiliki ketuntasan belajar (dengan nilai 60 ke atas) sebanyak 19 siswa dari
22 siswa atau 86,36%, sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 3 siswa
dari 22 siswa atau 13,63%. Menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan media abakus yang dilakukan pada siklus I pertemuan I
berhasil.
b. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes pada
pada pertemuan ke-2:
Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 40 ada 2 siswa; nilai 60 ada 8
siswa; nilai 80 ada 10 siswa, dan nilai 100 ada 2 siswa. Sehingga nilai
tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 40 dengan demikian nilai rata-
rata kelas adalah 70. Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan
belajar sebanyak 20 siswa dari 22 siswa atau 90,91%, sedangkan anak yang
belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 22 siswa atau 9,09%. Menunjukkan
bahwa pembelajaran menggunakan media abakus yang dilakukan pada
siklus I pertemuan ke-2 berhasil.
c. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes pada
pertemuan ke-3:
Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 20 ada 2 siswa; nilai 40 ada 3
siswa; nilai 60 ada 10 siswa; dan nilai 80 ada 7 siswa. Sehingga nilai
tertinggi adalah 80 dan terendah adalah 20 , dengan demikian nilai rata-rata
kelas adalah 60. Siswa yang telah dinyatakan tuntas sebanyak 17 siswa dari
22 siswa atau 77,27%, sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 5 siswa
dari 22 siswa atau 22,72%. Menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan media abakus pada siklus I pertemuan ke-3 belum berhasil.
3. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas II Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes pada
pertemuan ke-1:
Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 50 ada 2 siswa; nilai 60 ada 2
siswa; nilai 70 ada 5 siswa; nilai 80 ada 8 siswa; nilai 90 ada 4 siswa; dan
nilai 100 ada 2 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan terendah
adalah 60 , dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah 75. Siswa yang telah
dinyatakan tuntas sebanyak 20 siswa dari 22 siswa atau 90,91%, sedangkan
anak yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 22 siswa atau 9,09%.
Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abkaus pada siklus
II pertemuan ke-1 berhasil.
b. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes pada
pertemuan ke-2:
Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 50 ada 2 siswa; nilai 60 ada 2
siswa nilai 70 ada 3 siswa; nilai 80 ada 9 siswa; nilai 90 ada 2 siswa; dan
nilai 100 ada 4 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan terendah
adalah 60 , dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah 78,63. Siswa yang
telah dinyatakan tuntas sebanyak 20 siswa dari 22 siswa atau 90,91%,
sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 22 siswa atau
9,09%. Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abakus pada
siklus II pertemuan ke-2 berhasil.
c. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai tes pada
pertemuan ke-3:
Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 50 ada 3 siswa; nilai 60 ada 2
siswa; nilai 70 ada 4 siswa; nilai 80 ada 10 siswa; dan nilai 90 ada 2 siswa;
nilai 100 ada 1 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan terendah
adalah 60 , dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah 74,09. Siswa yang
telah dinyatakan tuntas sebanyak 19 siswa dari 22 siswa atau 86,36%,
sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 3 siswa dari 22 siswa atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13,63%. Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abakus
pada siklus II pertemuan ke-3 berhasil.
Secara rinci perkembangan nilai matematika pada materi nilai tempat
siswa kelas II SDN Bukuran 2 dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 12. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas II
Sebelum Tindakan, setelah Siklus I dan siklus 2
No
Materi Matematika
(Nilai Tempat)
Rata-rata Nilai Tes Hasil
Belajar
Keterangan
Sebulum Siklus I Siklus II
1. Membaca lambang bilangan 53,63 72,27 75 Berhasil
2. Menulis lambang bilangan 58,63 70 78,63 Berhasil
3. Menentukan letak angaka ratusan,
puluhan, dan satuan
46,82 60 75 Berhasil
Rata-rata 51,36 61,02 76,21
D Tabel 13. Persentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih dari atau Sama
dengan KKM Sebelum Tindakan, sesudah Siklus I dan siklus 2.
No Materi Matematika
(NIlai Tempat)
Jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari
KKM
Persentase
Keterangan Sebelum Siklus
I Siklus
II Sebelum Siklus
I Siklus II
1. Membaca lambang bilangan
9 19 20 40,91% 86,36%
90,91% Meningkat
2. Menulis lambang bilangan
10 20 20 45,45% 90,91%
90,91% Tetap
3. Menentukan letak angka ratusan, puluhan, dan satuan
9 17 19 40,91 % 77,27 86,36 Meningkat
ari tabel 12 dan 13 dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan
media abakus yang dilaksanakan pada siklus I sudah memperlihatkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peningkatan kemampuan memahami nilai tempat pada siswa kelas II, karena
secara klasikal baik perolehan nilai rata-rata kelas maupun persentase siswa
mendapat nilai lebih dan sama dengan KKM sudah mengalami peningkatan.
Setelah dilaksanakan tindakan untuk materi nilai tempat tentang
membaca lambang bilangan, menulis lambang bilangan, dan menentukan letak
angka ratusan, puluhan, dan satuan pada siklus II terlihat adanya peningkatan
kemampuan memahami nilai tempat antara sebelum tindakan, sesudah tindakan
siklus I dan siklus II.
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata kelas pada tabel 12 dan jumlah
siswa yang mendapat nilai di atas KKM pada tabel 13, menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan media abakus yang dilaksanakan pada
siklus II untuk materi membaca lambang bilangan dan menentukan letak angka
ratusan, puluhan, dan satuan dinyatakan berhasil, karena secara klasikal telah
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan memahami nilai tempat pada
siswa kelas II. Sedangkan materi menulis lambang bilangan menunjukkan
kestabilan, dengan demikian penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
Setelah dilaksanakan tindakan untuk materi nilai tempat, terlihat
adanya peningkatan kemampuan memahami nilai tempat antara sebelum
tindakan, sesudah tindakan siklus I dan siklus II. Dengan demikian dapat dibuat
table dan grafik perbandingannya.
Tabel 14
: Perbandingan
nilai Sebelum
tindakan, siklus I dan II
Keterangan Nilai rata - rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 20 :Grafik Perbandingan Nilai Sebelum Tindakan, siklus I dan II
Sebelum tindakan 53,69 Siklus I 67,48 Siklus II 76,21
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Perbandingan Nilai
sebelum tindakan
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan demikian dapat diajukan rekomendasi bahwa pembelajaran
dengan media abakus efektif untuk meningkatkan kemampuan memahami nilai
tempat pada siswa kelas II SDN Bukuran 2 Kecamatan Kalijambe Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas maka dapat dijelaskan sebab dari
perhitungan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh anak setelah
mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan media abakus.
Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan
siklus II. Siklus I terdiri dari 3 pertemuan, siklus II terdiri dari 3 pertemuan.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 15 sebagai berikut:
Tabel 15. Rata-rata Nilai dan Persentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih
dari atau Sama dengan KKM pada Materi Nilai Tempat Sebelum Tindakan,
Siklus I dan Siklus II.
Pembelajaran pada siklus II dikatakan berhasil karena nilai rata-rata kelas
lebih dari 65 dan prosentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama
dengan KKM lebih dari 80%.adi salah satu usaha untuk meningkatkan
kemampuan memahami nilai tempat adalah dengan menggunakan media abakus.
No
Materi Matematika
(Nilai Tempat)
Sebelum
Tindakan
Siklus I Siklus II
Rata-rata
Prosentase
Rata-rata
Prosentase
Rata-rata
Prosentase
Membaca lambang bilangan Menulis lambang bilangan Menentukan letak angka ratusan,puluhan dan satuan Rata – rata
53,63 40,91 72,27 86,36 75 90,91 58,63 54,54 70 90,91 78,63 90,91 46,82 53,69
40,91 60
67,48
77,27 75
76,21
86,36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Karena media abakus adalah salah satu benda konkret yang bisa diraba, disentuh,
dilihat dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain oleh siswa. Hal ini
sesuai dengan tahap perkembangan anak SD yang berada pada tahap operasianal
konkret, dimana pola pikir anak dimulai dari hal-hal yang konkret menuju
abstrak.
Peningkatan juga terjadi pada pengamatan keterampilan guru serta
tingkah laku dan sikap siswa dalam proses pembelajaran, hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 16 berikut :
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua
siklus dengan menerapkan pembelajaran menggunakan media abakus untuk
meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat dalam pembelajaran matematika
pada siswa kelas II SDN Bukuran 2 tahun ajaran 2009 / 2010, maka dapat dianalisis
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan media abakus dapat meningkatkan kemampuan memahami nilai
tempat pada siswa kelas II SDN Bukuran 2.
Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan memahami nilai tempat. Untuk materi membaca lambang bilangan , nilai
rata-rata siswa mencapai 72,27 dengan prosentase siswa yang mencapai nilai KKM
sebanyak 86,36%, untuk materi menulis lambang bilangan nilai rata-rata siswa
mencapai 70 dengan prosentase siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 90,91%,
untuk menentukan letak angka ratusan, puluhan dan satuan. Selanjutnya untuk lebih
Hasil observasi Siklus Keterangan
I II
Keterampilan guru 3,5 3,7 meningkat
Tingkah laku dan sikap siswa 2,9 3,6 meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
meningkatkan kemampuan memahami nilai tempat semua materi diulang padas
siklus II. Untuk materi membaca lambang bilangan , nilai rata-rata siswa mencapai 75
dengan prosentase siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 90,91%, untuk materi
menulis lambang bilangan nilai rata-rata siswa mencapai 78,63 dengan prosentase
siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 90,91%. Untuk materi menentukan letak
angka ratusan, puluhan, dan satuan nilai rata-rata siswa mencapai 75 dengan
prosentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 86,36%. Dan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
.
Tabel 17. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus
I, dan II.
Materi Matematika
(Nilai Tempat)
Sebelum
Tindakan
Siklus Keterangan
I II
Membaca lambang bilangan 53,63 72,27 75 Berhasil
Menulis lambang bilangan 58,63 70 78,63 Berhasil
Menentukan letak angka
ratusan, puluhan, dan satuan
46,82 60 75 Berhasil
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian untuk sklus I dan II
materi membaca lambang bilangan, menulis lambang bilangan, dan menentukan letak
angka ratusan, puluhan, dan satuan sudah berhasil.
2. Keterampilan dan keaktivan guru dan siswa juga meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I dan siklus II menunjukkan
adanya peningkatan pada keterampilan serta keaktivan guru dan siswa. Hal ini dapat
dilihat dari data observasi pada Guru dan siswa. Pada siklus I, rata rata nilai keaktivan
guru 3,5 dan rata-rata keaktivan siswa 2,9. Sedangkan pada siklus II, rata rata nilai
keaktivan guru 3,7 dan rata-rata keaktivan siswa 3,6.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan penggunaan media abakus dalam pelaksanaan pembelajaran
Matematika pada materi nilai tempat. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah
model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan
selama 1 (satu) minggu untuk 3 materi matematika, sedangkan siklus II dilaksanakan
selama 1 (satu) minggu untuk mengulang materi yang belum berhasil dan lebih
meningkatkan pada siklus I.. Dalam setiap tindakan terdiri dari 4 (empat) tahapan
kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Sebelum melaksanakan tindakan dalam tiap siklus, perlu perencanaan.
Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus
sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan kemampuan
memahami nilai tempat siswa. Hal ini didasarkan pada hasil analisis perkembangan
dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam satu siklus pertama dan
ketiga.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk membantu guru
dalam menghadapi masalah yang sejenis. Di samping itu perlu penelitian lanjut
tentang upaya guru mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan kemampuan
memahami nilai tempat siswa. Pembelajaran dengan menggunakan media abakus
pada hakekatnya layak digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi
permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan
kemampuan memahami nilai tempat siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran matematika
dengan menggunakan media abakus harus diatasi semaksimal mungkin. Karena biji
abakus mudah hilang, maka kreatifitas dan keaktifan guru sangat diperlukan dalam
meningkatkan aktifitas dan kemampuan memahami nilai tempat siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang diberikan sebagai
sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
meningkatkan kompetensi peserta didik SDN Bukuran 2 pada khususnya sebagai
berikut :
1. Bagi Sekolah
Penelitian dengan class-room action research membantu dalam
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah pada khususnya.
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektivan
pembelajaran diharapkan menggunakan media.
b. Untuk kemampuan memahami nilai tempat diharapkan menggunakan media
abakus.
c. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan media abakus pada materi nilai
tempat.
3. Bagi Siswa
a. Kemampuan siswa dalam memahami nilai tempat meningkat.
b. Peserta didik dapat menggunakan media abakus dalam mata pelajaran
matematika pada materi nilai tempat.
c. Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
d. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari hari.
top related