perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...
Post on 08-Mar-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL
SKRIPSI
Oleh :
NOVIANA SARI
K1508043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Noviana Sari
Nim : K1508043
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Teknik Kejuruan/Pendidikan Teknik
Bangunan
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH
TINGGAL ” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Noviana Sari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL
Oleh :
NOVIANA SARI
K1508043
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan
Pendidikan Teknik Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ir. Chundakus Habsya, M. Ars Budi Siswanto, S. Pd, M. Ars
NIP.19570414 198603 1 002 NIP. 19720205200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Kamis
Tanggal : 12 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sutrisno, M.T, M. Pd
Sekretaris : Drs. Bambang Sulistyo Budhi
Anggota I : Ir. Chundakus Habsya, M. Ars
Anggota II : Budi Siswanto, S. Pd, M. Ars
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. Rer. Nat. Sajidan, M. Si
NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Noviana Sari. PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi pencahayaan alami di tipe perumahan kecil dan menengah, mengetahui bahwa sistem bukaan yang baik menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman, mengetahui bahwa vegetasi berpengaruh terhadap pencahayaan alami dalam ruangan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif-deskriptif. Penelitian di laksanakan di tiga lokasi perumahan yaitu Perumahan Griya Prima Klaten, Perumahan Cipta Griya Bersinar Klaten, dan Perumahan Pesona Sawahan Boyolali. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive. Jumlah sampel ada 18 rumah, yang terdiri dari 7 rumah di Perumahan Griya Prima Klaten, 8 rumah di Perumahan Cipta Griya Bersinar Klaten, dan 3 rumah di Pesona Sawahan Boyolali. Teknik pengumpulan data dengan pengukuran menggunakan alat, angket, dan dokumentasi. Alat yang digunakan pengukuran dalam penelitian ini adalah light meter dan humidity. Light meter untuk mengukur intensitas cahaya sedangkan humidity untuk mengukur suhu udara dan kelembaban. Teknik analisa data menggunakan statistik deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 66,45 % pencahayaan alami di obyek penelitian kurang memenuhi persyaratan, bukaan berpengaruh terhadap cahaya matahari yang masuk dalam ruangan, dan adanya vegetasi dapat mempengaruhi pencahayaan alami dalam ruangan. Ditemukan faktor-faktor lain, selain bukaan dan vegetasi yang menyebabkan pencahayaan alami di obyek penelitian kurang baik yaitu teras yang lebar, rumah berhubungan langsung dengan bangunan sekitar, dan pengembangan rumah yang kurang memperhatikan segi pencahayaan alami.
Simpulan penelitian ini adalah 66,45 % pencahayaan di obyek penelitian kurang memenuhi persyaratan, sistem bukaan yang baik akan menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman, vegetasi berpengaruh terhadap terhadap pencahayaan alami dalam ruangan.
Kata Kunci : pencahayaan alami, bukaan, vegetasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Cukuplah Allah yang menjadi Penolongku di setiap Kesulitan, Penentram Jiwa
disaat Kecemasan, Pelindungku disaat Ketakutan, Penguatku disaat Goncangan
Masalah menghantam.
“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai dengan satu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan
yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”
(QS. Al Insyirah (94) : 5-8)
“Kejarlah akheratmu, maka dunia akan mengikutimu”
Aku stres tetapi aku tidak trauma oleh ketakutan. Aku masih mampu belajar! Aku
masih mampu berjuang! Aku akan bertahan hidup dan aku akan mewujudkanmu,
Impianku!
Tak terhitung orang mengatakan bahwa ini tak bisa dilakukan atau itu tampaknya
akan gagal. Keberanianku akan menentang itu.
Jangan rendahkan tujuanmu sampai ke level kemampuanmu. Justru, naikkan
kemampuanmu sampai ke level tujuanmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dari hati yang tulus, terbingkai rasa syukur pada Allah- Rabb semesta alam, Ku
persembahkan karya ini untuk :
Ibu dan Ayah
Berkat iringan doa yang selalu Ibu dan Ayah lantunkan untuk Ananda, rahmat
Allah selalu menyertai Ananda, hingga Ananda bisa bertahan menghadapi setiap
episode hidup. Terima kasih pula untuk setiap doa, cucuran keringat, letih, dan
rintihan tangisan Ibu dan Ayah di setiap sepertiga malam demi Ananda.
Adik-Adikku Tersayang :
Lylya Octaviani dan Yulia Ambar Wati. Terima kasih atas bantuan,
persaudaraan, dan letupan semangat kalian selama ini.
Kedua Dosen Pembimbingku :
Pak Chun dan Pak Budi. Dengan segenap hormat, Ku ucapkan terima kasih atas
bantuan, arahan, bimbingan, dan kesabaran selama proses bimbingan skripsi.
Sungguh bersyukur mendapat pembimbing seperti beliau-beliau. Dosen
pembimbing bagaikan pelita ilmu dalam kegelapan kebodohan.
Teman-Teman Kos Arum, Sidomulyo, Makam Haji
Norma, Fitroh, Anis, Mbak Muji, Tika, Anita, Hani, dll, yang tak bisa ku sebutkan
namanya satu per satu. Tiada teman yang sebaik kalian hingga ku merasa
bagaikan keluarga dalam balutan ukhuwah islamiyah. Terima kasih atas bantuan,
motivasi, dan kebersamaan selama ini.
Teman-Teman Seperjuangan, PTB 2008
Terima kasih atas kerjasama, diskusi, dan semangat yang kalian percikkan
padaku hingga ku termotivasi untuk berlari bersama kalian menuju gerbang
kesuksesan. Semoga perpisahan tidak memutuskan tali persaudaraan kita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini
berjudul “PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH TINGGAL”
Dalam menyusun skripsi ini penulis mendapat bantuan dari banyak pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Drs. Sutrisno, S.T, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan
Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Ida Nugroho Saputro, ST. M.Eng selaku Ketua Program Pendidikan
Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Abdul Haris Setyawan, S.Pd., M.Pd selaku Koordinator Skripsi
Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ir. Chundakus Habsya, M.Ars selaku Dosen pembimbing I, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi.
6. Budi Siswanto, S.Pd, M.Ars selaku Dosen pembimbing II, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi.
7. Teman-teman mahasiswa Program Teknik Bangunan angkatan tahun
2008.
8. Semua pihak yang ikut membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih
belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk melengkapi kekurangan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai
acuan pelaksanaan penelitian dan semua pihak yang memerlukannya
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Judul Halaman
HALAMAN JUDUL . ............................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK............................................................................ vi
HALAMAN MOTTO................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. viii
KATA PENGANTAR. .............................................................................. ix
DAFTAR ISI. ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................. .......................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................... .......................................... 2
C. Pembatasan Masalah...................... .......................................... 3
D. Perumusan Masalah....................... .......................................... 3
E. Tujuan Penelitian........................... .......................................... 3
F. Manfaat Penelitian......................... .......................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ........................... .......................................... 5
1. Rumah dan Perumahan.............. .......................................... 5
2. Pencahayaan Alami................... .......................................... 16
3. Syarat Pencahayaan Alami yang Nyaman............................. 19
4. Kenyamanan ............................ .......................................... 21
B. Penelitian yang Relevan ................ .......................................... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Kerangka Berfikir.......................... .......................................... 25
D. Hipotesis ....................................... .......................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........ .......................................... 28
1. Tempat Penelitian ..................... .......................................... 29
2. Waktu Penelitian....................... .......................................... 33
B. Rancangan Penelitian .................... .......................................... 33
1. Studi Penelitian ......................... .......................................... 33
2. Tahap Penelitian........................ .......................................... 34
C. Populasi dan Sampel...................... .......................................... 36
1. Populasi .................................... .......................................... 36
2. Sampel ...................................... .......................................... 36
D. Teknik Pengambilan Sampel ......... .......................................... 37
E. Pengumpulan Data ........................ .......................................... 38
1. Sumber Data ............................ .......................................... 38
2. Teknik Mendapatkan Data......... .......................................... 38
F. Validasi Instrumen Penelitian ........ .......................................... 41
G. Analisis Data ................................. .......................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................... .......................................... 45
B. Pengujian Persyaratan Analisis ...... .......................................... 53
C. Pengujian Hipotesis ....................... .......................................... 54
1. Pengujian Hipotesis 1 .............. .......................................... 54
2. Pengujian Hipotesis 2 .............. .......................................... 54
3. Pengujian Hipotesis 3 .............. .......................................... 107
D. Pembahasan Hasil Analisis Data.... .......................................... 117
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ....................................... .......................................... 124
B. Implikasi ....................................... .......................................... 125
C. Saran ............................................. .......................................... 126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR PUSTAKA ..................................... .......................................... 127
LAMPIRAN ................................................... ..........................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Denah Rumah Tipe 36......................................................................... 7
2.2. Tampak Depan Rumah Tipe 36 ........................................................... 8
2.3. Denah Rumah Tipe 45......................................................................... 9
2.4. Tampak Depan Rumah Tipe 45........................................................... 9
2.5. Denah Rumah Tipe 54......................................................................... 10
2.6. Tampak Depan dan Perspektif Rumah Tipe 54.................................... 11
2.7. Denah Rumah Tipe 60......................................................................... 12
2.8. Perspektif Rumah Tipe 60 ................................................................... 12
2.9. Denah Rumah Tipe 70......................................................................... 13
2.10. Perspektif Rumah Tipe 70 ................................................................. 14
2.11. Terang Langsung .............................................................................. 16
2.12. Terang Tidak Langsung..................................................................... 17
2.13. Sudut Sinar Datang ........................................................................... 17
2.14. Pemantulan Cahaya Di Permukaan Benda ......................................... 18
2.15. Vegetasi sebagai kontrol radiasi ........................................................ 21
2.16. Diagram Kerangka Berfikir ............................................................... 26
3.1. Peta Lokasi Sawahan, Ngemplak, Boyolali ........................................ 28
3.2. Site Plan Perumahan Pesona Sawahan................................................ 29
3.3. Peta Lokasi BelangWetan, KlatenUtara, Klaten.................................. 29
3.4. Site Plan Perumahan Griya Prima....................................................... 30
3.5. Peta Lokasi Kalikotes, Kalikotes, Klaten............................................ 31
3.6. Site Plan Perumahan Cipta Griya Bersinar ......................................... 32
3.7. Diagram Alur Penelitian..................................................................... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Penelitan Relevan ............................................................................... 23
3.1. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian ..................................................... 33
3.2. Daftar Populasi ................................................................................... 36
3.3. IESNA Recommended Iluminance Value ............................................. 39
3.4. Kisi-Kisi Angket ................................................................................. 41
3.5. Rumusan Hipotesis 1........................................................................... 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Data Mentah ..........................................................................................................
Data Angket...........................................................................................................
Output Uji Validitas Instrumen ..............................................................................
Output Uji Reabilitas Instrumen.............................................................................
Tabel Analisa Hipotesis Pertama............................................................................
Angket...................................................................................................................
Dokumentasi Penelitian .........................................................................................
Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ...........................................................
Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi.............................
Surat Permohonan Izin Observasi ..........................................................................
Surat Permohonan Izin Penelitian ..........................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cahaya mutlak diperlukan dalam ruangan. Pencahayaan mempunyai
beberapa fungsi, antara lain memberikan rasa nyaman bagi orang-orang di
dalamnya, menciptakan efek-efek tertentu, serta mempengaruhi kesehatan mata.
Berdasarkan sumber cahayanya, pencahayaan terdiri dari dua jenis yaitu
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami merupakan
pencahayaan yang berasal dari sumber matahari baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sedangkan pencahayaan buatan sering disebut pencahayaan
elektrik karena bersumber dari lampu. Pada penelitian ini, akan memfokuskan
pada pencahayaan alami.
Perumahan merupakan lingkungan pemukiman yang padat. Letak
bangunan yang berderet dan saling berhimpitan satu sama lain mengakibatkan
minimalnya bukaan yang tersedia. Bukaan hanya ada pada posisi depan saja
sehingga cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan tidak bisa maksimal.
Sistem pencahayaan yang buruk tersebut menyebabkan suasana ruangan menjadi
gelap. Hal ini akan berdampak pada kenyamanan visual dan termal. Dampak pada
kenyamanan visual menyebabkan penglihatan menjadi tidak jelas, sedangkan
dampak pada kenyamanan termal menyebabkan kelembaban dan suhu udara
menjadi tidak nyaman. Selain itu, suasana gelap juga akan menuntut penggunaan
lampu saat siang hari. Penggunaan lampu yang berlebihan akan meningkatkan
konsumsi energi listrik sehingga biaya pemakaian lisrik juga akan meningkat.
Dengan demikian perlu sistem pencahayaan yang hemat energi dengan
memanfaatkan cahaya alami semaksimal mungkin. “Permintaan akan energi
listrik terbesar dapat ditekan hingga 40 % dengan mempergunakan pencahayaan
alami secara baik” (Lechner, 2007: 415).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Cahaya alami yang nyaman harus sesuai dengan persyaratan kenyamanan
visual dan termal. Sebagian besar desain rumah di beberapa perumahan kurang
memperhatikan aspek pencahayaan alami sehingga persyaratan kenyamanan
visual dan termal tidak terpenuhi. Kedua kenyamanan tersebut berhubungan erat
dengan sistem bukaan dan vegetasi. Syarat-syarat bukaan yang harus dipenuhi
untuk menghasilkan pencahayaan yang nyaman adalah luasan dan arahnya.
Vegetasi dapat mengurangi cahaya matahari yang masuk ke ruangan dan dapat
menurunkan suhu udara. Tapi, saat ini masih banyak perancangan dan
pengembangan rumah kurang memperhatikan persyaratan pencahayaan yang
nyaman.
Oleh karena itu, penulis merancang sebuah penelitian tentang pencahayaan
alami di lokasi perumahan kemudian ditinjau berdasarkan syarat-syarat
pencahayaan alami yang nyaman. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan
dalam perancangan dan pengembangan rumah dengan memperhatikan
pencahayaan alami yang nyaman.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Sebagian besar desain rumah di perumahan kurang memperhatikan aspek
pencahayaan alami.
2. Pencahayaan alami yang kurang memenuhi persyaratan menyebabkan
ruangan menjadi gelap.
3. Ruangan yang gelap menyebabkan meningkatnya penggunaan listrik pada
siang hari.
4. Penggunaan listrik yang berlebihan meningkatkan biaya pemakaian listrik.
5. Perancangan dan pengembangan rumah yang kurang memperhatikan
persyaratan pencahayaan menyebabkan ketidaknyamanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah agar masalah yang dikaji dalam
penelitian ini menjadi terarah, maka dibuat batasan masalah sebagai berikut :
1. Pencahayaan yang diukur adalah pencahayaan alami.
2. Penelitian dilaksanakan pada lokasi, tipe perumahan, dan ruang-ruang
yang ditentukan sebagai obyek penelitian seperti yang diuraikan dalam
metode penelitian.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami akan ditinjau yaitu
mengenai bukaan dan vegetasi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah,
maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pencahayaan alami di lokasi penelitian memenuhi syarat
pencahayaan yang nyaman?
2. Apakah sistem bukaan yang baik akan menghasilkan pencahayaan alami
yang nyaman?
3. Apakah vegetasi berpengaruh pada pencahayaan alami dalam ruangan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah di atas maka
tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi pencahayaan alami di lokasi penelitian.
2. Mengetahui bukaan yang baik akan menghasilkan pencahayaan alami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
yang nyaman.
3. Mengetahui vegetasi yang berpengaruh terhadap pencahayaan alami dalam
ruangan.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat dan solusi terhadap
permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan tentang pencahayaan alami dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
b. Menjadi referensi untuk penelitian lain yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Menjadi acuan bagi pemilik rumah dalam mendesain ulang dan
mengembangkan rumahnya.
b. Menjadi acuan bagi developer dalam mendesain perumahan
berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Rumah dan Perumahan
Ada beberapa pengertian mengenai rumah dan perumahan. Menurut Intan
Sari Zaitun Rahma (2010) pengertian properti perumahan adalah tanah kosong
atau sebidang tanah yang dikembangkan, digunakan, atau disediakan untuk tempat
kediaman, seperti single family houses, apartemen, rumah susun.
Berdasarkan Undang-Undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman
a. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga.
b. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan.
c. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.
Menurut Intan Sari Zaitun Rahma (2010), residental properti dibagi
menjadi single family residental dan multy family residental . Properti perumahan
bisa dikategorikan kepada beberapa jenis:
a. Rumah tinggal, dapat dibedakan menjadi rumah elit, rumah menengah,
rumah sederhana, dan rumah murah.
b. Flat, dapat dibedakan menjadi rumah susun, apartemen, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kondominium.
Menurut Intan Sari Zaitun Rahma (2010), rumah memiliki dua arti penting
yaitu :
a. Rumah sebagai kata benda, menunjukkan bahwa tempat tinggal (rumah
dan tanah sebagai komoditi).
b. Rumah sebagai kata kerja, menunjukkan suatu proses dan aktivitas
manusia yang terjadi dalam pembangunan, pengembangan maupun sampai
proses penghuninya.
Menurut SKB Menteri Dalam Negeri, Menteri PU, Menteri Perumahan
Rakyat tahun 1992, properti perumahan dapat dikategorikan menjadi beberapa
jenis, yaitu :
a. Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas
kaveling antara 54 m² sampai 200 m² dan biaya pembangunan per m² tidak
melebihi dari harga satuan per m² tertinggi untuk pembangunan
perumahan dinas pemerintah kelas C yang berlaku.
b. Rumah menengah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas
kaveling antara 200 m² sampai 600 m² dan atau biaya pembangunan per
m² antara harga satuan per m² tertinggi untuk pembangunan perumahan
dinas pemerintah kelas C sampai A yang berlaku.
c. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas
kaveling antara 600 m² sampai dengan 2000 m² dan atau biaya
pembangunan per m² di atas harga satuan per m² tertinggi untuk
pembangunan perumahan dinas kelas A yang berlaku.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa
pengertian rumah adalah tempat tinggal dengan lingkungan tertentu yang terdiri
dari berbagai jenis dan tipe, berfungsi sebagai sarana pembinaan keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Menurut Suparno Sastro (2004 : 23 - 105), tipe perumahan dibagi menjadi:
a. Perumahan tipe kecil, antara lain : 36, 45, 54
1) Rumah tinggal Tipe 36
Rumah tinggal tipe ini sangat minim perlengkapan ruangnya, tetapi
sangat cocok untuk keluarga kecil yang hanya mempunyai satu atau dua
anak. Bila ditinjau dari sisi daya beli, rumah tipe ini memang lebih
terjangkau daripada tipe yang lebih besar seperti tipe 45, tipe 54, dan
sebagainya.
Apabila mempunyai luasan tanah yang masih cukup luas dengan
mendirikan rumah tipe 36 ini, pemilik masih banyak pilihan untuk bisa
mengembangkan rumah dengan bentuk dan luas sesuai keinginan. Namun,
apabila luasan tanah yang tersedia sangat terbatas (terletak pada lokasi
perumahan), pemilik harus memperhitungkan seefisien mungkin
penggunaan dan penataan ruang pada rumah tipe ini. Pada umumnya,
rumah tipe 36 mempunyai dua ruang tidur, ruang makan, ruang tamu, dan
kamar mandi.
Gambar 2.1. Denah Rumah Tipe 36
Sumber : (Sastro, 2004 : 23)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Gambar 2.2. Tampak Depan Rumah Tipe 36
Sumber : (Sastro, 2004 : 24)
2) Rumah tipe 45
Rumah tipe 45 memang termasuk dalam kategori bangunan yang
kecil, akan tetapi sudah lebih longgar penataan ruangnya bila dibanding
dengan tipe dibawahnya. Dengan menempatkan dua ruang tidur (ruang
tidur utama dan ruang tidur anak) di sekeliling ruang keluarga dan ruang
makan, akan diperoleh kesatuan tatanan ruang yang terpadu dan harmonis
serta berkesan longgar.
Pada satu sisi, rumah dengan tipe 45 memang tidak terlalu besar.
Namun pada sisi lain, pemilik bisa mendapatkan suasana keakraban yang
lebih dalam karena setiap saat semua anggota keluarga bisa berkumpul di
ruang makan dan ruang keluarga dengan santai sehingga menjadi dekat
satu dengan yang lain. Pada umumnya rumah tipe ini terdiri dari satu
kamar tidur utama, satu kamar tidur anak, ruang tamu, ruang keluarga,
dapur, tempat cuci, dan kamar mandi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gambar 2.3. Denah Rumah Tipe 45
Sumber : (Sastro, 2004 : 25)
Gambar 2.4. Tampak Depan Rumah Tipe 45
Sumber : (Sastro, 2004 : 26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3) Rumah tinggal tipe 54
Ukuran 54 memang belum termasuk ukuran yang bisa disebut
besar, namun sebenarnya ukuran ini sudah cukup luas bagi sebuah
keluarga kecil yang ingin mempunyai sarana papan untuk kelangsungan
hidupnya.
Rumah tinggal tipe 54 merupakan jenis tipe yang banyak disukai
dan masih sangat terjangkau harganya. Selain itu, apabila pemilik
memiliki rumah tipe ini dengan cara KPR, banyak sekali layanan yang
bisa dijumpai pada bank-bank swasta karena biasanya developer
(pengembang) memang bekerja sama dengan bank dalam hal pendanaan
dan pemasaran produk perumahan tersebut. Pada umumnya, rumah tipe ini
terdiri dari dua kamar tidur utama, ruang tamu, ruang makan, ruang
keluarga, dapur, dan kamar mandi.
Gambar 2.5. Denah Rumah Tipe 54
Sumber : (Sastro, 2004 : 27)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Gambar 2.6. Tampak Depan Rumah Tipe 54
Sumber : (Sastro, 2004 : 28)
b. Perumahan tipe sedang dan menengah, antara lain : 60, 70, 74, 110, 116,
120
1) Rumah tinggal tipe 60
Pada rumah tipe ini, cukup banyak kebutuhan ruang yang bisa
dimasukkan. Meskipun demikian, pemilik tetap harus memperhatikan pola
tatanan ruang dan sirkulasi dalam bangunan tersebut. Pola tatanan ruang
dan pengaturan sirkulasi yang buruk akan berkesan sesak dan tidak
nyaman karena crossing (benturan) yang terjadi antara sesama pengguna
ruang.
Apabila rumah tinggal tipe ini terletak di tepi persimpangan jalan
(mempunyai dua muka) maka akan semakin menambah nilai estetis
bangunan. Di samping itu, pemilik dapat leluasa mengekspos bentuk
(fasad) bangunan dengan memanfaatkan dua sisi bangunan dalam
penataan ruang-ruang di dalamnya serta membuat jalan masuk melalui dua
sisi pula. Pada umumnya rumah tinggal tipe ini terdiri dari tiga ruang tidur,
ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 2.7. Denah Rumah Tipe 60
Sumber : (Sastro, 2004 : 29)
Gambar 2.8. Perspektif Rumah Tipe 60
Sumber : (Sastro, 2004 : 30)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Rumah tinggal tipe 70
Penggunaan lahan secara efisien dan sesuai tuntutan fungsi
bangunan serta kegiatan yang akan diwadahi dalam rumah, maka tipe 70
merupakan tawaran sebuah tipe yang cukup besar untuk sebuah keluarga
kecil (orang tua dan dua orang anak).
Penataan ruang adalah penempatan ruang sesuai fungsi dan jenis
kegiatan yang terjadi di dalamnya, misalnya ruang tamu bisa diletakkan di
belakang teras, ruang keluarga, dan rumah makan diletakkan di belakang
ruang tamu, ruang tidur utama maupun ruang tidur anak harus diletakkan
pada bagian yang tidak bising sehingga akan terasa nyaman saat
digunakan untuk istirahat. Pada umumnya, rumah tipe ini terdiri dari satu
kamar tidur utama, dua kamar tidur anak, ruang keluarga, ruang tamu,
dapur, garasi, dan kamar mandi.
Gambar 2.9. Denah Rumah Tipe 70
Sumber : (Sastro, 2004 : 31)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Gambar 2.10. Perspektif Rumah Tipe 70
Sumber : (Sastro, 2004 : 32)
3) Rumah tinggal tipe 74
Rumah tinggal tipe 74 ke atas biasanya bisa menampung sejumlah
ruang yang dibutuhkan oleh keluarga dengan jumlah anggota lebih dari 5
orang. Setidaknya, dalam rumah tersebut bisa dibuat minimal tiga ruang
tidur dan satu ruang tidur pembantu.
Selain itu, bila ditinjau dari segi luasan, luas 74 cukup terasa
lapang apabila digunakan oleh penghuninya. Dengan dihadirkannya ruang
makan dan ruang tengah di tengah ruang-ruang yang lain, meskipun rumah
ini lebih besar, tetap akan memberikan kesan akrab terhadap sesama
anggota keluarga.
Rumah tipe 74 juga memungkinkan untuk dibuat ruang tidur
pembantu beserta kamar mandi dan wc karena biasanya semakin luas
sebuah bangunan, akan semakin sulit pula yang tatannya. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
biasanya sebuah keluarga yang tidak tergolong kecil memang
membutuhkan pembantu melakukan tugas-tugas rumah tangganya.
c. Perumahan tipe besar dan mewah, antara lain : 150, 255, 264, 277, 278,
300, 300, 308, 315, 422
Sebuah bangunan rumah tinggal yang mempunyai luas lebih dari
150 m², pasti mempunyai jumlah ruang yang banyak dengan luasan setiap
ruang yang lebih besar, begitupun ruang sirkulasinya. Unsur-unsur
kesatuan dan keseimbangan aksesibilitas pencapaian dalam setiap ruang
yang dihadirkan dalam rumah tersebut harus dipertimbangkan dengan baik
agar tidak menimbulkan kesenjangan dalam pemakaian oleh penghuninya.
Penataan ruang dalam sebuah rumah yang besar dan mempunyai
banyak ruang membutuhkan pertimbangan lebih kompleks. Untuk itu, agar
di dalam rumah tersebut bisa tercipta rasa nyaman, tenang, lapang, terang,
ruang-ruang tersebut harus ditata sesuai hakikat fungsi masing-masing.
Terlebih lagi, ruang-ruang tersebut bersifat umum dan lebih bising bila
dibandingkan dengan ruang-ruang yang lain seperti ruang tidur, kamar
mandi, ruang kerja, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tipe
perumahan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Perumahan tipe kecil, antara lain tipe 36, 45, 54.
2. Perumahan tipe sedang dan menengah, antara lain tipe 60, 70, 74, 110,
116, 120
d. Perumahan tipe besar dan mewah, antara lain tipe 150, 255, 264, 277, 278,
300, 300, 308, 315, 422
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Pencahayaan Alami
a. Definisi Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang bersumber dari cahaya
matahari. Pencahayaan alami yang baik sekitar jam 08.00 sampai dengan jam
16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam
ruangan (Suwantoro, 2006 : 1). Pencahayaan alami memberi manfaat visual,
thermal, dan psikologis selain kegunaan praktis berupa pengurangan energi untuk
pencahayaan buatan. Intensitas sinar matahari berubah sesuai dengan waktu,
musim dan lokasi. Sinar matahari dapat dibaurkan oleh awan, kabut, uap air, dan
dipantulkan dari tanah atau permukaan lain yang berada di sekitar bangunan.
b. Terang Alami
1) Terang langsung
Gambar 2.11. Terang Langsung
Sumber : (Handout Fisika Bangunan FPTK UPI, 2010)
Keterangan : 1. Cahaya langsung dari matahari pada bidang kerja.
2. Cahaya pantulan dari benda-benda sekitar.
3. Cahaya pantulan dari halaman, yang untuk kedua
kalinya dipantulkan oleh langit-langit dan dinding ke
arah bidang kerja.
4. Cahaya yang jatuh di lantai dan dipantulkan lagi
oleh langit-langit.
2) Terang tidak langsung yaitu sebagai cahaya matahari
dipantulkan oleh awan-awan serta benda-benda yang berada di
sekitar kita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 2.12. Terang Tidak Langsung
Sumber : (Handout Fisika Bangunan FPTK UPI, 2010)
c. Pemantulan Cahaya Matahari
1) Tingkat terang pantulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat terang pantulan :
- Sudut datang sinar
Semakin besar sudut datang sinar, semakin lemah sinar yang
dipantulkan dibandingkan dengan jika sinar tersebut jatuh tegak
lurus pada bidang pantul.
Gambar 2.13. Sudut Sinar Datang
Sumber : (Hajar Suwantoro, 2006)
- Tekstur permukaan benda
Benda yang permukaannya kasar akan memantulkan cahaya ke
segala arah dengan tidak merata, jadi tingkat terang pantulannya
cenderung lebih kecil dibanding bidang pantulan yang halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Gambar 2.14. Pemantulan Cahaya Di Permukaan Benda
Sumber : (Hajar Suwantoro, 2006)
- Warna cahaya dan warna bidang
Warna cahaya dan warna bidang juga menentukan tingkat terang
pantulan. Misalnya, warna biru jatuh pada bidang warna yang
gelap seperti hijau, maka sinar tersebut akan dipantulkan dengan
intensitas yang kecil.
- Keadaan udara pada saat itu
Semakin bersih udara dari partikel-partikel debu dan asap, maka
sinar yang terkena cahaya semakin terang karena tidak terhalang
oleh partikel-partikel tersebut.
- Jarak antara sumber cahaya dan bidang pantul
Semakin jauh sumber cahaya dari bidang pantul, maka semakin
lemah kekuatan iluminansi cahaya yang dipantulkan, atau dapat
dikatakan, kekuatan iluminansi berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak sumber cahaya dengan bidang pantul.
2) Bidang pantul dengan pencahayaan ruang
Bidang langit merupakan bidang paling berperan dalam
memantulkan cahaya dari luar. Pada urutan kedua adalah bidang
dinding belakang (terhadap arah datangnya sinar), lalu bidang dinding
samping dan terakhir adalah bidang lantai. Dari pernyataan tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan warna yang tepat adalah :
Untuk bidang langit-langit sebaiknya warna ringan.
Untuk bidang lantai dapat dipergunakan warna gelap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Syarat Pencahayaan Alami yang Nyaman
a. Bukaan
1) Fungsi bukaan
a) Untuk mengatur banyaknya sinar yang masuk supaya tidak terlalu
berlebihan tetapi juga mencukupi kebutuhan cahaya dalam sebuah
ruangan.
b) Menambah fungsi dari segi estetika pada ruang dan bangunan.
2) Luasan Bukaan
Luasan bukaan ideal untuk mendapatkan pencahayaan alami yang nyaman
adalah 10-20 % dari luas lantai.
3) Arah bukaan terhadap mata angin
a) Indonesia terletak di daerah tropis, menyebabkan intensitas matahari
cukup tinggi sehingga fasad yang terbuka sebaiknya menghadap ke
selatan atau ke utara. Hal ini dimaksudkan untuk meniadakan radiasi
langsung dari cahaya matahari pada pagi dan sore hari.
b) Bukaan pada sisi timur untuk memasukkan cahaya pagi dan bukaan
pada sisi barat berpotensi menciptakan panas karena cahaya matahari
sore, yang jika masuk ke dalam rumah membutuhkan waktu cukup lama
untuk hilang.
c) Jika memang terpaksa bukaan menghadap barat, radiasi cahaya
matahari langsung dapat dikurangi dengan adanya tirai, jalusi atau kisi-
kisi, overstek, dan kanopi.
b. Vegetasi
Menurut Mohammad Pranoto S (2008), potensi vegetasi dalam
menentukan kondisi mikroklimatik yaitu:
1) Sebagai kontrol radiasi sinar matahari
2) Sebagai kontrol angin
3) Sebagai kontrol kelembaban dan temperatur
Vegetasi mampu menyerap radiasi yang mengenainya lebih dari 90 % ,
mereduksi kecepatan angin dalam suatu area ± 10 % dibandingkan aliran pada
area terbuka, serta dapat pula meningkatkan kecepatan angin dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mengarahkannya, mereduksi suhu udara pada siang hari sekitar 15° F, dan kondisi
tertentu dapat meningkatkan suhu udara di malam hari, dimana hal ini sangat
diinginkan di beberapa jenis iklim, yaitu di daerah beriklim moderat dan iklim
dingin.
Beberapa prinsip pemilihan vegetasi menurut Mohammad Pranoto S
(2008) adalah sebagai berikut :
1) Vegetasi dapat mereduksi akumulasi salju dipermukaan tanah, atau
sebagai perisai radiasi sinar matahari.
2) Vegetasi khususnya dengan daun jarum, dapat digunakan untuk
menangkap kabut, serta dapat meningkatkan pencapaian sinar matahari
pada permukaan tanah.
3) Pepohonan yang berdaun rontok dapat menyaring direct sunlight selama
musim panas, sehingga mereduksi beban pendinginan (cooling load)
bangunan. Sebaliknya, pada musim dingin, menyaring sinar sehingga
mereduksi beban pemanasan (heating load) pada bangunan.
4) Area hijau dapat menjadi lebih dingin pada siang hari, dan biasanya sedikit
melepas panas pada malam hari.
Untuk menciptakan kondisi yang nyaman dalam suatu bangunan, perlu
dilakukan pengendalian atau kontrol radiasi sinar matahari baik yang diserap
ataupun yang dipantulkan kembali ke atmosfer. Pada dasarnya peran vegetasi
dalam kontrol radiasi ini adalah pantulan dengan :
1) Mengendalikan efek radiasi melalui filtrasi sinar matahari (direct
radiation)
2) Kontrol permukaan tanah (ground surface)
3) Kontrol re-radiasi
4) Menghalangi (obstruction)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gambar 2.15. Vegetasi sebagai kontrol radiasi
Sumber : (Mohammad Pranoto S , 2008)
4) Kenyamanan
Kenyamanan adalah bagian dari salah satu sasaran karya arsitektur.
Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik.
a. Kenyamanan psikis yaitu kenyamanan kejiwaan (rasa aman, tenang,
gembira, dll) yang terukur secara subyektif (kualitatif).
b. Kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif (kuantitatif), yang
meliputi kenyamanan spasial, visual, auditorial dan termal.
Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang sangat
penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. Untuk
menyelenggarakan aktivitasnya di dalam ruang agar terlaksana secara baik,
manusia memerlukan kondisi fisik tertentu di sekitarnya yang dianggap nyaman.
Salah satu persyaratan kondisi fisik yang nyaman adalah suhu nyaman, yaitu suhu
kondisi termal udara di dalam ruang yang tidak mengganggu tubuhnya.
Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kondisi
nyaman (termal) manusia. Suhu tubuh manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan
sekitar 21ºC. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu
kulit naik, namun menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC
suhu nyaman untuk kulit tercapai. Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari
sekeliling permukaan (plafon, dinding, pintu, jendela dan lantai) juga ikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mempengaruhi kenyamanan ruang. Sementara itu, pengaruh kelembaban udara
pada kenyamanan ruang tidak sebesar pengaruh suhu udara. Faktor kecepatan
udara juga mempengaruhi kenyamanan termal, dimana semakin besar kecepatan
udara akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya suhu kulit manusia.
Menurut Lippsmeir (1994) batas-batas kenyamanan untuk kondisi
khatulistiwa adalah pada kisaran suhu udara 22,5ºC - 29ºC dengan kelembaban
udara 20 – 50%. Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai kenyamanan tersebut harus
dipertimbangkan dengan kemungkinan kombinasi antara radiasi panas, suhu
udara, kelembaban udara dan kecepatan udara. Penyelesaian yang dicapai
menghasilkan suhu efektif (TE). Suhu efektif ini diperoleh dengan percobaan-
percobaan yang mencakup suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara.
Menurut penyelidikan, batas-batas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa adalah
19ºTE (batas bawah) - 26ºTE (batas atas). Pada suhu 26ºTE, banyak manusia
mulai berkeringat. Sementara itu kemampuan kerja manusia mulai menurun pada
suhu 26,5ºTE - 30ºTE. Kondisi lingkungan mulai sulit bagi manusia pada suhu
33,5ºTE – 35,5ºTE dan tidak memungkinkan lagi pada suhu 35ºTE - 36ºTE.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
B. Penelitian Relevan
Berapa penelitian yang relevan dan dijadikan referensi pada penelitian ini adalah
Tabel 2.1. Penelitian Relevan
NoJenis Penelitian /
Tahun /
Penulis/Instansi
Judul
Penelitian
Tujuan
Penelitian
Kesimpulan
1. Jurnal / 2004 /
Basaria
Talarosha/Univer
sitas Sumatra
Utara
Penerangan
Alami dan
Bukaan
Bangunan
1. Untuk mengetahui
seberapa besar
terang cahaya alami
dalam suatu ruangan.
2. Untuk mengetahui
pengaruh tingkat
penerangan yang
dibutuhkan dalam
suatu ruangan
terhadap bentuk dan
perletakan bukaan.
Dengan mengetahui
tingkat penerangan
yang dibutuhkan suatu
ruang sesuai dengan
fungsinya maka kita
dapat menentukan luas
bukaan yang
dibutuhkan
2. Jurnal / 2006 /
Hajar Suwantoro,
S.T/ Universitas
Sumatra Utara
Pencahayaan
Alami pada
Ruang
Kuliah
Labtex IX B
Jurusan
Teknik
Arsitektur
ITB
1. Membandingkan
hasil pengukuran
kekuatan cahaya
(iluminasi) alami
dengan metode
perhitungan manual
(pengukuran dimensi
bukaan) dan metode
pengukuran dengan
lux meter.
Dalam merencanakan
suatu bangunan,
terutama ruang kelas
dimana pencahayaan
menjadi hal yang
penting, faktor-faktor
yang didapat dari hasil
analisa pengukuran
kekuatan cahaya alami
haruslah menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Mengetahui tingkat
kekuatan
pencahayaan alami
yang ditimbulkan
oleh cahaya matahari
atau cahaya terang
langit pada ruang
kuliah.
perhatian utama.
3. Tesis / 2008 /
Ferry Anderson
Sihombing/
Universitas
Sumatra Utara
Studi
Pemanfaatan
Pencahayaan
Alami Pada
Beberapa
Rancangan
Ruang Kelas
Perguruan
Tinggi di
Medan
1. Mengetahui
pengaruh letak
bukaan
pencahayaan alami
terhadap kualitas
pencahayaan ruang
kelas.
2. Mengetahui
kondisi intensitas
di ruang kelas.
1. Ruang Kelas yang
memenuhi
Persyaratan
Pencahayaan Alami
adalah Ruang Kelas
4.3. Universitas
MEDAN AREA.
2. Ruang Kelas L.4.7.
pada Universitas
HKBP
NOMENSEN dan
Ruang Kelas 1.2.
Universitas
PEMBINAAN
MASYARAKAT
INDONESIA
kurang memenuhi
persyaratan
pencahayaan alami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian pada kajian pustaka maka dapat disimpulkan kerangka
berfikir sebagai berikut :
Perumahan merupakan lingkungan pemukiman yang padat. Letak
bangunan yang berderet dan saling berhimpitan satu sama lain mengakibatkan
minimalnya bukaan yang tersedia. Bukaan hanya ada pada posisi depan saja
sehingga cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan tidak bisa maksimal.
Sistem pencahayaan yang buruk tersebut menyebabkan suasana ruangan menjadi
gelap. Hal ini akan mengganggu kenyamanan visual dan termal. Selain itu,
suasana gelap juga akan menuntut penggunaan lampu saat siang hari. Penggunaan
lampu yang berlebihan akan meningkatkan konsumsi energi listrik sehingga biaya
pemakaian lisrik juga akan meningkat. Salah satu solusi dalam masalah ini adalah
pengoptimalan cahaya alami. Oleh karena itu, perlu suatu penelitian untuk
mengetahui kondisi pencahayaan alami dalam suatu rumah. Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil beberapa sampel di perumahan tipe kecil dan menengah, baik
yang masih standar maupun yang sudah pengembangan.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data hasil pengukuran
fisik (menggunakan alat) dan data hasil pengukuran adaptif (menggunakan
angket). Data hasil pengukuran fisik diperoleh melalui pengukuran dengan alat
light meter dan humidity. Light meter digunakan untuk mengukur besarnya cahaya
yang masuk dalam ruangan, sedangkan humidity digunakan untuk mengukur suhu
dan kelembaban udara. Data hasil pengukuran light meter dianalisis berdasarkan
syarat pencahayaan yang direkomendasikan dari IESNA. Hasil analisis tersebut
ditinjau penyebabnya dari segi bukaan dan vegetasi. Sedangkan data hasil
pengukuran humidity dianalisis berdasarkan syarat suhu udara dan kelembaban
udara yang nyaman dari SNI. Kenyamanan menurut persepsi penghuni rumah
dapat diketahui dari hasil pengukuran dengan angket. Berdasarkan hasil analisis
data pengukuran fisik (light meter dan humidity) dan adaptif (angket), maka
didapat kesimpulan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Gambar 2.16. Diagram Kerangka Berfikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
D. Hipotesis
1. Pencahayaan alami di obyek penelitian kurang memenuhi persyaratan
pencahayaan yang nyaman.
2. Sistem bukaan yang baik menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman.
3. Vegetasi berpengaruh pada pencahayaan alami dalam ruangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dibeberapa perumahan sebagai berikut :
a. Perumahan Pesona Sawahan yang beralamat di Sawahan, Ngemplak,
Boyolali.
b. Perumahan Griya Prima Timur yang beralamat di Belang Wetan, Klaten
Utara, Klaten.
c. Perumahan Cipta Griya Bersinar yang beralamat di Kalikotes, Kalikotes
,Klaten.
Gambar 3.1. Peta Lokasi, Sawahan, Ngemplak, Boyolali
Sumber : Google Map
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 3.2. Site Plan Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali
Sumber : survey lapangan
Gambar 3.3. Peta Lokasi Belang Wetan, Klaten Utara, Klaten
Sumber : Google Map
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 3.4. Site Plan Perumahan Griya Prima Timur, Klaten
Sumber : PT. Inti Griya Prima Sakti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 3.5. Peta Lokasi Kalikotes, Kalikotes, Klaten
Sumber : Google Map
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 3.6. Site Plan Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten
Sumber : www.rumahjogja.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret tahun 2012. Berikut ini tabel
alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis rencanakan :
Tabel 3.1. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Tahun 2012
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Pengajuan Judul
2. Pembuatan
Proposal
3. Seminar Proposal
4. Revisi Proposal
5. Perijinan
Penelitian
6. Pelaksanaan
Penelitian
7. Analisis Data
8. Penulisan Laporan
B. Rancangan Penelitian
1. Studi Penelitian
Pada tahap ini dilakukan pencarian literatur, bahan, referensi buku, dan
sumber lain yang mempunyai hubungan dengan hal yang akan dibahas oleh
peneliti. Adapun materi yang perlu dipersiapkan antara lain tentang :
a. Perumahan
b. Persyaratan pencahayaan yang direkomendasikan
c. Persyaratan suhu dan kelembaban yang nyaman
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami
e. Pedoman penulisan skripsi 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
f. Teori fisika bangunan tentang pencahayaan alami
g. Jurnal-jurnal penelitian yang relevan
2. Tahap Penelitian
Tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Pertama
Tahap pertama disebut tahap survey. Pada tahap ini, peneliti melakukan
survey ke beberapa perumahan sebagai pertimbangan dalam memilih obyek
penelitian.
b. Tahap Kedua
Tahap ini disebut tahap penentuan keputusan. Setelah peneliti melakukan
survey di beberapa lokasi perumahan, peneliti memutuskan mengambil obyek
penelitian yang berlokasi di :
1) Perumahan Pesona Sawahan yang beralamat di Sawahan, Ngemplak,
Boyolali.
2) Perumahan Griya Prima Timur yang beralamat di Belang Wetan,
Klaten Utara, Klaten.
3) Perumahan Cipta Griya Bersinar yang beralamat di Kalikotes,
Kalikotes, Klaten.
c. Tahap Ketiga
Tahap ketiga disebut tahap penelitian. Pada tahap ini peneliti mengambil data
langsung dari lapangan dengan cara pengukuran fisik (menggunakan alat),
pengukuran adaptif (menggunakan angket), dan pengamatan kondisi rumah.
Adapun jenis kegiatan penelitian secara rinci adalah sebagai berikut:
1) Pengukuran fisik dengan alat pengukur pencahayaan yaitu light meter
merk Lutron LX-107.
2) Pengukuran fisik dengan alat pengukur suhu dan kelembaban yaitu
humidity merk Lutron HT-3003.
3) Pengukuran adaptif dengan angket.
4) Menggambar sketsa denah rumah.
5) Mencatat luas bukaan, arah arah bukaan, dan vegetasi.
6) Dokumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
d. Tahap Keempat
Tahap ini disebut sebagai tahap analisis data. Data hasil pengukuran,
kemudian dianalisis dengan teknik statistik diskriptif.
e. Tahap Kelima
Tahap ini disebut penentuan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
Kesimpulan ini berdasarkan dari analisis data pada tahap sebelumnya, sebagai
jawaban dari hipotesis yang telah dirumuskan.
Gambar 3.7. Diagram Alur Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:80), pengertian populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik yang tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah
tinggal tipe kecil dan menengah. Berikut ini di sajikan daftar jumlah populasi dari
masing-masing lokasi perumahan :
Tabel 3.2. Daftar Populasi
No. Nama
Perumahan
Jumlah Rumah per Tipe Jumlah
1. Pesona
Sawahan
Tipe
21
Tipe
30
Tipe
36
Tipe
45
52
36 7 5 4
2. Griya Prima
Timur
Tipe
21
Tipe
27
Tipe
36
Tipe
45
Tipe
54
Tipe
70 300
143 37 63 27 23 7
3. Cipta Griya
Bersinar
Tipe
21
Tipe
29
Tipe
36
Tipe
45
Tipe
70 340
33 58 215 23 11
Sumber : Survey Lapangan
2. Sampel
Sampel yaitu sebagian dari populasi yang sifat dan cirinya akan diselidiki
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2010). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 18 rumah tinggal tipe kecil dan menengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
D. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,
diperlukan suatu teknik pengambilan sampel yang tepat. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan atau purposive sample.
Menurut Suharsimi Arikuntoro, sampel bertujuan atau purposive sample
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random,
atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan
karena adanya keterbatasan tenaga sehingga tidak dapat mengambil sampel yang
besar. Jumlah keseluruhan sampel ada 18 sampel yang tersebar ditiga lokasi
perumahan. Kriteria pengambilan sampel tersebut berdasarkan tipe rumah dan
arah bangunan terhadap mata angin, yaitu sebagai berikut :
1. Pengambilan sampel menyesuaikan dengan kondisi di obyek penelitian.
2. Tiap satu tipe rumah dan satu arah bangunan diambil satu sampel.
a. Perumahan Griya Prima Timur, Klaten berjumlah 7 sampel
1) Tipe 54+ menghadap timur laut
2) Tipe 36+ menghadap selatan
3) Tipe 54 menghadap timur
4) Tipe 21+ menghadap barat
5) Tipe 45 menghadap barat daya
6) Tipe 21 menghadap barat
7) Tipe 70 menghadap barat
b. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten berjumlah 8 sampel
1) Tipe 29+ menghadap selatan
2) Tipe 36+ menghadap selatan
3) Tipe 36+ menghadap timur
4) Tipe 36 menghadap barat
5) Tipe 36+ menghadap utara
6) Tipe 45 menghadap selatan
7) Tipe 70 menghadap timur
8) Tipe 29 menghadap utara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c. Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali berjumlah 3 sampel
1) Tipe 21+ menghadap selatan
2) Tipe 36+ menghadap selatan
3) Tipe 45+ menghadap selatan
E. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam pelaksanaan penelitian ini dikelompokan menjadi dua
macam yaitu :
a Data Primer adalah data yang difungsikan sebagai data utama yang
diperoleh secara langsung.
b Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi dan informasi
penunjang yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.
Data yang dipergunakan untuk analisis hasil penelitian adalah data primer,
sedangkan data sekunder dipergunakan untuk menunjang analisis data.
2. Teknik Mendapatkan Data
Teknik mendapatkan data dalam penelitian ini ada tiga cara, yaitu :
a. Pengukuran dengan Light Meter
Pengukuran ini dilakukan pada ruang-ruang yang telah ditentukan yaitu
ruang tamu, ruang makan, ruang tidur, dan dapur dengan menggunakan alat
pengukur internsitas cahaya yaitu light meter pada pusat kegiatan. Data hasil
pengukuran dikatakan memenuhi syarat pencahayaan yang nyaman jika sesuai
dengan standar pencahayaan yang direkomendasikan oleh IESNA (Illuminating
Engineering Society of North America) pada tabel dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 3.3. IESNA Recommended Illuminance Value
Illuminance
category
Ranges of illuminance
maintained in service
Lux (fc)
Type of activity
General illuminance throughout room :
A 20-30-50
(2-3-5)
Public spaces with dark surroundings
B 50-75-100
(5-7.5-10)
Simple orientation for short temporary
visits.
C 100-150-200
(10-15-20)
Working spaces where visual tasks are
only occasionally performed.
(Sumber : Egan & Olgyay, 2002 : 34)
b. Pengukuran dengan Humidity
Pengukuran ini dilakukan pada ruang-ruang yang telah ditentukan yaitu
ruang tamu, ruang makan, ruang tidur, dan dapur dengan menggunakan alat
pengukur suhu dan kelembaban udara yaitu humidity pada pusat kegiatan. Data
hasil pengukuran dikatakan memenuhi syarat suhu dan kelembaban yang nyaman
jika sesuai dengan standar yang direkomendasikan oleh SNI 03-6572-2001
tentang Tata Cara Sistem Perancangan Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada
Bangunan Gedung yaitu :
1) Suhu udara nyaman adalah 20,5º C – 27,1º C
2) Kelembaban udara nyaman adalah 40 % - 50 %
c. Pengukuran dengan kuesioner atau Angket
Sugiyono (2009:142) menyatakan bahwa angket atau kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Arikunto (2006:128) menyatakan bahwa angket atau kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadi, atau hal-hal yang ia ketahui.
Jenis kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang pilihan jawabannya sudah disediakan oleh
peneliti, sehingga membantu responden untuk menjawab dengan cepat.
Pemberian skor tiap item pertanyaan menurut skala Likert dalam Sugiyono
(2009:93) yaitu sebagai berikut :
1) Skor 5 untuk alternatif jawaban sangat nyaman.
2) Skor 4 untuk alternatif jawaban nyaman.
3) Skor 3 untuk alternatif jawaban cukup nyaman.
4) Skor 2 untuk alternatif jawaban tidak nyaman.
5) Skor 1 untuk alternatif jawaban sangat tidak nyaman.
Angket sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, disebar pada
beberapa responden yang berada di Perumahan Griya Prima Barat, Klaten untuk
diuji validitas dan reabilitasnya. Setelah angket memenuhi syarat validitas dan
reabilitas, maka angket siap digunakan pada lokasi penelitian sebenarnya yaitu
Perumahan Griya Prima Timur Klaten, Perumahan Cipta Griya Bersinar Klaten,
dan Pesona Sawaha Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berikut ini kisi-kisi angket yang akan dipakai sebagai instrumen penelitian :
Tabel 3.4. Tabel Kisi-Kisi Angket
No Aspek Indikator Nomor Item Jumlah
1. Kenyamanan
visual
- Nyaman dengan silau
matahari.
- Nyaman melihat
benda-benda sekitar.
- Nyaman saat
beraktivitas.
1, 6, 11,16
4,8,14,15,19,20
3,5,9,10,13,18
4
6
6
2. Kenyamanan
termal
- Nyaman terhadap
suhu udara
2,7,12,17 4
Jumlah 20
F. Validasi Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Sugiyono, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur.
Uji validitas akan dilakukan dengan menggunakan metode korelasi person
yang dalam program SPSS 19 yaitu mengkorelasikan setiap pertanyaan dengan
nilai total pertanyaan. Selanjutnya nilai signifikansi korelasi dapat diketahui
melalui r tabel dengan taraf kesalahan 5 %.
Dasar pengambilan keputusan :
a. Jika r hitung > r tabel, maka ítem pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan valid).
b. Jika r hitung < r tabel, maka ítem pertanyan tidak berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Ítem pertanyaan dinyatakan valid berarti layak untuk digunakan sebagai
instrumen dalam penelitian, sedangkan ítem pertanyaan dinyatakan tidak valid
berarti tidak bisa digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.
2. Uji Reabilitas Instrumen
Menurut Sugiyono, reliabel berarti instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Uji reabilitas akan dilakukan dengan metode alpha cronbach dalam program
SPSS 19 dengan taraf kesalahan 5 %
Dasar pengambilan keputusan :
a. Jika α > r tabel, maka ítem pertanyaan dinyatakan reliabel.
b. Jika α < r tabel, maka ítem pertanyan dinyatakan tidak reliabel.
G. Analisis Data
Data-data diperoleh dari hasil pengukuran, akan digunakan sebagai
bahan masukan dalam analisa data. Analisa data adalah cara untuk mengolah
angka, menguji hipotesis, dan untuk memperoleh kesimpulan.
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama adalah pencahayaan alami di obyek penelitian kurang
memenuhi persyaratan yang nyaman. Hipotesis ini akan di uji dengan statistik
deskriptif.
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan
atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau
populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2010: 29). Penyajian data hasil pengukuran,
akan disajikan dalam bentuk tabel yaitu tabel hasil pengukuran fisik
(menggunakan light meter dan humidity) dan tabel pengukuran adaptif
(menggunakan angket).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a. Hipotesis
Ho = pencahayaan memenuhi standar
Ha = pencahayaan tidak memenuhi standar
b. Rumusan Hipotesis
Tabel 3.5. Rumusan Hipotesis 1
Fungsi
Ruangan
Standar
Pencahayaan
( Lux )
Rumusan Hipotesis
Ruang Tamu 50-75-100 Ho : μ= 50-75-100, maka Ho
diterima
Ho : μ ≠ 50-75-100, maka Ho
ditolak
Ruang Makan 50-75-100 Ho : μ = 50-75-100, maka Ho
diterima
Ho : μ ≠ 50-75-100, maka Ho
ditolak
Kamar Tidur 20-30-50 Ho : μ = 20-30-50, maka Ho
diterima
Ho : μ ≠ 20-30-50, maka Ho
ditolak
Dapur 100-150-200 Ho : μ = 100-150-200, maka Ho
diterima
Ho : μ ≠ 100-150-200, maka Ho
ditolak
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua adalah sistem bukaan yang baik akan menghasilkan
pencahayaan alami yang nyaman. Pengujian hipotesis ini dengan menggunakan
analisis diskriptif. Data hasil pengukuran dengan light meter dianalisis
berdasarkan syarat bukaan yang baik, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
a. Luasan
Luasan bukaan ideal untuk mendapatkan pencahayaan alami yang nyaman
adalah 10-20 % dari luas lantai.
b. Arah bukaan terhadap mata angin
Arah bukaan idealnya yang paling baik adalah menghadap selatan dan utara. Hal
ini dimaksudkan untuk meniadakan radiasi langsung saat pagi dan sore hari.
Namun, jika terpaksa menghadap barat atau timur, radiasi matahari bisa dihindari
dengan rekayasa desain.
3. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga adalah vegetasi berpengaruh pada pencahayaan alami
dalam ruangan. Pengujian hipotesis ini menggunakan analisis deskriptif. Data
hasil pengukuran dengan light meter akan dianalisis berdasarkan pertimbangan
vegetasi, yaitu :
a. Tinggi rendahnya pohon berpengaruh pada pencahayaan alami yang
masuk ke dalam ruangan.
b. Jarak pohon dengan rumah berpengaruh pada pencahayaan alami yang
masuk ke dalam ruangan.
c. Lebar tajuk pohon berpengaruh pada pencahayaan alami yang masuk ke
dalam ruangan.
d. Kerapatan daun berpengaruh pada pencahayaan alami yang masuk ke
dalam ruangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Data Hasil Pengukuran
a. Data Pengukuran Fisik
Pengukuran fisik adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur. Data
hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran I. Adapun data hasil pengukuran
fisik ada 2 macam, yaitu :
1) Data hasil pengukuran pencahayaan dengan alat light meter.
2) Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara dengan humidity.
b. Data Hasil Pengukuran Adaptif
Pengukuran adaptif adalah pengukuran dengan menggunakan angket atau
kuesioner. Data hasil pengukuran adaptif dapat dilihat pada lampiran II.
2. Data Lokasi Penelitian
a. Data Umum
1) Perumahan Griya Prima Timur
a) Nama developer : PT. Inti Griya Prima Sakti
b) Lokasi Perumahan : Belang Wetan, Klaten Utara, Klaten, Jawa Tengah
c) Batasan-batasan kawasan
Utara : Permukiman
Selatan : Permukiman
Barat : Permukiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Timur : Persawahan
2) Perumahan Cipta Griya Bersinar
a) Nama developer : CV. Cipta Griya Propertindo
b) Lokasi Perumahan : Kalikotes, Kalikotes, Klaten, Jawa Tengah
c) Batasan-batasan kawasan
Utara : Persawahan
Selatan : Permukiman
Barat : Persawahan
Timur : Persawahan
3) Perumahan Pesona Sawahan
a) Lokasi Perumahan : Sawahan, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah
b) Batasan-batasan kawasan
Utara : Persawahan
Selatan : Persawahan
Barat : Persawahan
Timur : Permukiman
b. Data Khusus
Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi penelitian dan setiap lokasi
penelitian diambil beberapa sampel rumah. Berikut ini sketsa masing-masing
sampel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
a. Perumahan Griya Prima, Klaten
1) Tipe 54+ Menghadap Timur Laut
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
3) Tipe 54 Menghadap Timur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4) Tipe 21+ Menghadap Barat
5) Tipe 45 Menghadap Barat Daya
6) Tipe 21 Menghadap Barat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
7) Tipe 70 Menghadap Barat
b. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten
1) Tipe 29+ Menghadap Selatan
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3) Tipe 36+ Menghadap Timur
4) Tipe 36 Menghadap Barat
5) Tipe 36+ Menghadap Utara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
6) Tipe 45 Menghadap Selatan
7) Tipe 70 Menghadap Timur
8) Tipe 29 Menghadap Utara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
c. Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali
1) Tipe 21+ Menghadap Selatan
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
3) Tipe 45+ Menghadap Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
B. Pengujian Persyaratan Analitis
1. Uji Validitas Angket
Uji validitas angket digunakan untuk mengetahui status valid atau tidaknya
tiap butir pertanyaan dalam angket. Jika butir pertanyaan dinyatakan tidak valid,
berarti butir pertanyaan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai instrumen
pengukuran dalam penelitian.
Metode keputusan untuk uji validitas angket dalam SPSS 19 yaitu :
a. Jika r hitung > r tabel, maka ítem pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan valid).
b. Jika r hitung < r tabel, maka ítem pertanyan tidak berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
Pada tabel output uji validitas instrumen (lampiran III), dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Berdasarkan output ada 10 item pertanyaan yang tidak valid dan 20
pertanyaan yang valid. Item pertanyaan yang valid memenuhi syarat r hitung > r
tabel berarti item-item tersebut berkorelasi signifikan dengan skor total. Maka,
item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian berjumlah 20 item. Nilai r tabel
dicari pada kolom taraf kesalahan 0,05 dan jumlah data (n) = 18, maka didapat
nilai r tabel adalah 0,468.
a. Uji Reliabilitas Angket
Uji reliabilitas angket digunakan untuk mengetahui status reliabel atau
tidaknya tiap butir pertanyaan dalam angket. Jika butir pertanyaan dinyatakan
tidak reliabel, berarti butir pertanyaan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai
instrumen pengukuran dalam penelitian.
Metode keputusan untuk uji reliabilitas angket dalam SPSS 19 yaitu :
a. Jika α > r tabel, maka ítem pertanyaan dinyatakan reliabel.
b. Jika α < r tabel, maka ítem pertanyan dinyatakan tidak reliabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pada tabel output uji reliabilitas instrumen (lampiran IV), dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil output didapat nilai alpha sebesar 0,920, nilai ini kemudian
dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel dicari pada kolom taraf kesalahan
0,05 dan jumlah data (n) = 18, maka didapat r tabel adalah 0,468. Oleh karena
nilai r hitung = 0,920 > r tabel = 0,468 maka dapat disimpulkan bahwa item-item
tersebut reliabel.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama menyatakan bahwa pencahayaan alami di obyek
penelitian belum memenuhi persyaratan yang nyaman. Hipotesis ini di uji dengan
menggunakan teknik analisis diskriptif. Teknik pengujian ini menyajikan data
hasil pengukuran pencahayaan alami dalam bentuk tabel dan dianalisis
berdasarkan standar pencahayaan alami yang nyaman. Hasil pengujian hipotesis
pertama terdapat pada lampiran V.
2. Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua menyatakan bahwa sistem bukaan yang baik akan
menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman. Hipotesis ini diuji dengan
menggunakan analisis diskriptif. Berdasarkan kajian teori, syarat bukaan yang
menghasilkan pencahayaan alami yang nyaman adalah sebagai berikut :
a. Luas Bukaan
Luasan bukaan ideal untuk mendapatkan pencahayaan alami yang nyaman
adalah 10-20 % dari luas lantai.
b. Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan yang paling baik adalah menghadap utara atau selatan karena
dapat menghindari radiasi sinar matahari. Jika memang terpaksa bukaan
menghadap barat atau timur, radiasi cahaya matahari langsung dapat dikurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
dengan adanya tirai, jalusi atau kisi-kisi, overstek, dan kanopi.
Berdasarkan kajian teori diatas, maka data hasil penelitian ini dapat
dianalisis sebagai berikut :
a. Perumahan Griya Prima Timur, Klaten
1. Tipe 54+ Menghadap Timur Laut
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masing-
masing jenis bukaan tersebut berjumlah 2. Jendela berukuran ± 60 cm x
120 cm dan bovenlight ± 60 cm x 30 cm.
Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 20 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur laut sehingga tidak terkena radiasi
matahari secara langsung.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan terhindar dari
radiasi matahari secara langsung. Namun hasil pengukuran dengan light
meter menunjukkan bahwa pencahayaan tidak memenuhi syarat. Hal ini
disebabkan karena adanya teras yang cukup lebar yaitu ± 3 meter dan arah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
bukaan yang tidak terkena radiasi matahari secara langsung sehingga
cahaya yang masuk berupa pantulan. Kondisi seperti ini menyebabkan
kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal
menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 70 % .
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini terdapat satu jendela dengan ukuran ± 60 cm x 120 cm.
Luas bukaan = 60 cm x 120 cm = 7.200 cm²
Luas lantai = 400 cm x 400 cm = 160.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 4,5 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur laut sehingga tidak terkena radiasi
matahari secara langsung.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan tidak terkena
radiasi matahari secara langsung sehingga hasil pengukuran dengan light
meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena luas bukaan yang
tidak memenuhi syarat dan adanya perluasan bangunan (warung) di
depannya. Kondisi seperti ini menyebabkan kenyamanan visual kurang
baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan
kelembaban udara 75 %.
c) Ruang Tidur 2
Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela maupun bovenlight.
Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di ruang ini saat
siang hari, harus menyalakan lampu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan disekitarnya dan
bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya
bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di atap
(skylight). Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 34° C
dan kelembaban udara 78 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
d) Ruang Makan
Di ruang makan tidak ada jendela, tapi mendapat pantulan dari jendela
yang berada di ruang tamu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan disekitarnya dan
bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan adanya
bukaan pada dinding, tapi memungkinkan adanya bukaan di atap
(skylight). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang
baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan
kelembaban udara 75 %.
e) Dapur
Di dapur tidak ada bukaan. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika
beraktivitas di ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan
adanya bukaan pada ketiga sisi dinding, tapi masih memungkinkan adanya
bukaan pada satu sisi dinding yaitu dinding yang berbatasan dengan ruang
terbuka (tempat jemuran). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu
udara 33° C dan kelembaban udara 77 %.
2. Tipe 36+ Menghadap Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight.
Masing-masing jenis bukaan tersebut berjumlah 6 buah. Jendela
berukuran ± 60 cm x 120 cm dan bovenlight ± 60 cm x 40 cm.
Luas bukaan = (6 x (60x120) cm) + (6 x (60x30) cm) = 54.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 500 cm = 150.000 cm²
Perbandingan= x 100 % = 36 % ( melebihi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga tidak terkena radiasi
matahari secara langsung.
Analisis :
Luas bukaan melebihi syarat dan arah bukaan tidak terkena radiasi
matahari secara langsung. Berdasarkan teori yang ada, seharusnya cahaya
yang masuk juga melebihi syarat, tapi hasil pengukuran dengan light
meter memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena ada vegetasi di depan
bukaan dan adanya dinding penghalang di teras. Kondisi ini
menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal
menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 77 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada skylight yang berupa genteng kaca dan masing-
masing berdimensi ± 60 cm x 20 cm, berada di sudut ruangan.
Luas bukaan = 60 cm x 20 cm = 1.200 cm²
Luas Lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 1,6 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi untuk
menghasilkan tingkat penerangan yang tinggi, tapi hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena
adanya luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal
menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 78 %.
c) Ruang Tidur 2
Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela, bovenlight, maupun
skylight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di
ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan
adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di
atap (skylight). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
30° C dan kelembaban udara 78 %.
d) Ruang Makan.
1) Luas Bukaan ( ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan )
Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran
masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan.
Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 2,6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan ( ditinjau dari sistem pencahayaan setempat )
Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 150 cm x 100 cm = 15.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 16 % ( memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat pencahayaan yang tinggi, tapi hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (jika ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena kurangnya luas bukaan. Tapi,
jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, pengukuran dengan light
meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
visual baik pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal
menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 80 %.
e) Dapur
1) Luas Bukaan ( ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan masing-
masing berukuran sekitar 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat
kegiatan.
Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 2,6 % (tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan ( ditinjau dari pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 200 cm x 100 cm = 20.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 12 % ( memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
untuk menghasilkan tingkat pencahayaan yang tinggi, dan hasil
pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari
pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena luas bukaan
kurang. Tapi jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil
pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
kelembaban udara 80 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3. Tipe 54 Menghadap Timur
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masing-
masing jenis bukaan tersebut berjumlah 2 buah. Jendela berukuran ± 60
cm x 120 cm dan bovenlight ± 60 cm x 40 cm.
Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 20 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan alami
dalam ruangan paling terang saat pagi hari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan
terang paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran dengan light
meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31°
C dan kelembaban udara 71 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa dua jendela dan dua bovenlight.
Masing-masing jendela berdimensi ± 60 cm x 120 cm dan bovenlight
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
berdimensi ± 60 cm x 30 cm.
Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm²
Luas lantai = 400 cm x 400 cm = 160.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 11,25 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan alami
dalam ruangan paling terang saat pagi hari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat, arah bukaan menghasilkan tingkat
penerangan paling tinggi saat pagi hari, tapi hasil pengukuran dengan light
meter tidak memenuhi syarat (terlalu silau). Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal
menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara 70 %.
c) Ruang Tidur 2
Di ruang ini tidak ada bukaan. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga
jika beraktivitas di ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan
adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di
atap (skylight). Hal ini menyebabkan pengukuran dengan light meter tidak
memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan
kelembaban udara 80 %.
d) Ruang Makan
1) Luas Bukaan ( ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan )
Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran
masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan.
Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Perbandingan = x 100 % = 3,2 % (tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan ( ditinjau dari sistem pencahayaan setempat )
Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 150 cm x 90 cm = 13.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 17,7 % ( memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan yang tinggi, tapi hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini disebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara
80 %.
e) Dapur
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan ke seluruh ruangan)
Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran ±
30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan.
Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 3,2 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 150 cm x 70 cm = 10.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 22,8 % ( melebihi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan yang tinggi, sehingga hasil pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
dengan light meter melebihi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang berlebihan (silau) pada pusat kegiatan.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan
kelembaban udara 80 %.
4. Tipe 21+ Menghadap Barat
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masing-
masing jenis bukaan tersebut berjumlah dua. Jendela berukuran ± 60 cm x
120 cm dan bovenlight ± 60 cm x 30 cm.
Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 20 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan alami
dalam ruangan paling terang saat sore hari.
Analisis :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Luas bukaan memenuhi syarat, arah bukaan menghasilkan tingkat
penerangan paling tinggi saat sore hari, tapi hasil pengukuran dengan light
meter tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan adanya teras yang
cukup lebar ± 3 meter. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu
udara 32° C dan kelembaban udara 73 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi ± 60
cm x 120 cm.
Luas bukaan = 60 cm x120 cm = 7.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 8 % (tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan alami
dalam ruangan paling terang saat sore hari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, arah bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, dan hasil
pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang
ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara
76 %.
c) Ruang Makan
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan ada skylight berupa dua genteng kaca dengan ukuran
masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di sebelah utara ruang
makan.
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 1,3 % ( tidak memenuhi syarat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2) Luas bukaan (ditinjau dari pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 150 cm x 90 cm = 13.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 8,8 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, dan hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (baik ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan maupun sistem pencahayaan setempat). Hal ini
disebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual yang kurang baik pada pusat kegiatan.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
kelembaban udara 75 %.
d) Dapur
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di dapur ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran masing-
masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan.
Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 3,84 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 200 cm x 60 cm = 12.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 20 % (memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan yang tinggi, dan hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara
80 %.
5. Tipe 45 Menghadap Barat Daya
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masing-
masing jenis bukaan tersebut berjumlah dua. Jendela berukuran ± 60 cm x
120 cm dan bovenlight ± 60 cm x 30 cm.
Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm²
Luas lantai = 250 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 20 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke barat daya sehingga radiasi matahari langsung
dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat, arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter
tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena adanya vegetasi di
depan bukaan. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
32° C dan kelembaban udara 72 %.
b) Ruang Tidur 1
Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela, bovenlight, maupun
skylight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di
ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan
adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di
atas. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
kelembaban udara 75 %.
c) Ruang Tidur 2
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu buah jendela dan satu
bovenlight. Masing-masing jendela berdimensi ± 60 cm x 120 cm dan
bovenlight berdimensi ± 60 cm x 30 cm.
Luas bukaan = (60x120) cm + (60x30) cm = 9.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 10 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke barat daya sehingga radiasi sinar matahari
dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat, arah bukaan dapat menghindarkan
radiasi matahari secara langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter
tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena ada vegetasi di depan
bukaan. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang
baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
kelembaban udara 76 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
d) Ruang Makan
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayan seluruh ruangan)
Di ruang makan skylight bukaan berupa satu genteng kaca dengan ukuran
± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan.
Luas bukaan = 30 cm x 20 cm = 600 cm²
Luas lantai = 250 cm x 500 cm = 125.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 0,48 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 30 cm x 20 cm = 600 cm²
Luas lantai = 150 cm x 100 cm = 15.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 4 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan baik, dan hasil
pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (ditinjau dari
pencahayaan seluruh ruangan maupun sistem pencahayaan setempat). Hal
ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual yang tidak baik. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara
76 %.
e) Dapur
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan dalam satu ruangan)
Di ruang makan ada skylight berupa dua genteng kaca dengan ukuran ± 30
cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan.
Luas bukaan = 30 x 20 cm = 600 cm²
Luas lantai = 250 cm x 200 cm = 50.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 1,2 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 30 x 20 cm = 600 cm²
Luas lantai = 100 cm x 60 cm = 6.000 cm²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Perbandingan = x 100 % = 10 % (memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan tinggi, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara
73 %.
6. Tipe 21 Menghadap Barat
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu jendela dan bovenlight. Masing-
masing jenis bukaan tersebut berjumlah tiga. Jendela berukuran ± 60 cm x
90 cm dan bovenlight ± 60 cm x 20 cm.
Luas bukaan = (3 x (60x90) cm) + (3 x (60x20) cm) = 19.800 cm²
Luas lantai = 600 cm x 300 cm = 180.000 cm²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Perbandingan = x 100 % = 11 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke barat tingkat pencahayaan paling terang
adalah saat sore hari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat, bukaan menghasilkan tingkat
penerangan paling tinggi saat sore hari, sehingga hasil pengukuran dengan
light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan
suhu udara 30° C dan kelembaban udara 70 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan untuk satu ruangan)
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu bovenlight yang berdimensi 60
cm x 30 cm.
Luas bukaan = 60 cm x 30 cm = 1.800 cm²
Luas Lantai = 250 cm x 300 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 2,4 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan yang
paling terang adalah saat pagi hari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan
tingkat penerangan tertinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena luas
bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
32° C dan kelembaban udara 72 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
c) Dapur
1) Luas Bukaan
Di ruang makan ada bukaan berupa dua buah jendela dengan ukuran
sekitar 60 cm x 90 cm dan dua bovenlight dengan ukuran sekitar 60 cm x
20 cm.
Luas bukaan = (2x(60 cm x 90)cm) + (2 x(60x20)cm) = 13.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 17,6% ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling
baik adalah saat pagi hari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan
tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan
suhu udara 30° C dan kelembaban udara 70 %.
7. Tipe 70 Menghadap Barat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua buah jendela. Masing-masing jendela berukuran
sekitar 30 cm x150 cm.
Luas bukaan = 2 x (30x150) cm = 9.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 10 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan alami
dalam ruangan paling terang saat sore hari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan
tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, tapi hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan adanya
vegetasi di depan bukaan. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu
udara 32° C dan kelembaban udara 72 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi ± 60
cm x 120 cm.
Luas bukaan = 60 cm x 120 cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 400 cm x 400 cm = 160.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 0,75 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan alami
dalam ruangan paling terang saat pagi hari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan terhadap mata angin
baik, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal
ini dikarenakan luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal
menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 75 %.
c) Ruang Tidur 2
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa dua jendela. Masing-masing jendela
berdimensi 60 cm x 120 cm.
Luas bukaan = 2 x (60 x 120) cm = 14.400 cm²
Luas lantai = 400 cm x 400 cm = 160.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 9 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan alami
dalam ruangan paling terang saat sore hari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, arah bukaan menghasilkan
tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena luas
bukaaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
31° C dan kelembaban udara 71 %.
d) Ruang Makan
Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela, bovenlight, maupun
skylight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di
ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu atau membuka pintu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan
adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di
atap (skylight). Hal ini menyebabkan pengukuran dengan light meter tidak
memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kelembaban udara 7 7 %.
e) Dapur
Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela, bovenlight, maupun
skylight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di
ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan
adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di
atas. Hal ini menyebabkan pengukuran dengan light meter tidak memenuhi
syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
kelembaban udara 77 %.
b. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten
1) Tipe 29+ Menghadap Selatan
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada bukaan berupa dua jendela dengan ukuran sekitar 30
cm x 150 cm.
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 150) cm = 9.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 500 cm = 150.000 cm²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Perbandingan = x 100 % = 6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat
menghidari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena luas
bukaaan kurang, teras yang lebar (± 3 meter), dan pintu gerbang yang
tinggi (± 2 meter). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
32° C dan kelembaban udara 77 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang ini ada bukaan berupa dua jendela dengan ukuran sekitar 60 cm x
120 cm.
Luas bukaan = 2 x (60 cm x 120) cm = 14.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 16 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light
meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31°
C dan kelembaban udara 71 %.
c) Ruang Tidur 2
1) Luas Bukaan
Di ruang ini ada bukaan berupa satu jendela dengan ukuran ± 30x150 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Luas bukaan = (30 cm x 150) cm = 4.500 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan. Adanya jendela ini tidak bermanfaat
karena di depannya sudah ada bangunan baru yaitu ruang tidur 1.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, tapi pengukuran dengan light meter tidak
memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena luas bukaaan kurang dan
adanya bangunan tambahan di depannya (ruang tidur 1). Kondisi di ruang
ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara
72 %.
d) Ruang Tidur 3
Di ruang ini tidak ada bukaan, baik itu jendela, bovenlight, maupun
skylight. Kondisi ruangan menjadi gelap sehingga jika beraktivitas di
ruang ini saat siang hari, harus menyalakan lampu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan
adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di
atap (skylight). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
31° C dan kelembaban udara 73 %.
e) Ruang Makan
1) Luas Bukaan
Di ruang makan tidak ada bukaan, tapi mendapat pantulan cahaya dari
pintu warung yang selalu terbuka. Pintu ini dianggap sebagai bukaan
karena sepanjang hari (dari pagi sampai malam) selalu terbuka.
Luas bukaan = (200 cm x 180) cm = 36.000 cm²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Luas lantai = 400 cm x 300 cm = 120.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 30 % ( melebihi syarat)
Analisis :
Luas bukaan melebihi syarat dan arah bukaan terhadap mata angin
baik, sehingga hasil pengukuran dengan light meter melebihi syarat.
Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik (silau).
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 34° C dan
kelembaban udara 70 %.
f) Dapur
Di dapur tidak ada bukaan, tapi mendapat pantulan cahaya dari warung.
Analisis :
Adanya pantulan cahaya dari arah pintu warung, maka
menyebabkan kondisi dapur sedikit terang. Tapi, hasil pengukuran dengan
light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena cahaya
yang masuk ke dapur hanya pantulan saja, sehingga tidak seterang bila
pencahayaan langsung dari bukaan. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal
menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 80 %.
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu dua jendela yang berukuran
sekitar 60 cm x120 cm dan dua bovenlight yang berukuran sekitar 60 cm x
30 cm.
Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 500 cm = 150.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 12 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga dapat menghindari radiasi
matahari secara langsung.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan terhadap mata
angin baik, sehinga hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi
syarat. Hal ini disebabkan adanya teras yang lebar (± 3 meter). Kondisi di
ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara
77 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm
x 120 cm.
Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 8 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke utara (mengarah ke indoor).
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi
untuk menghindari radiasi matahari langsung, tapi hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
bukaan yang kurang dan adanya perluasan bangunan di depan bukaan
(dapur). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang
baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan
kelembaban udara 77 %.
c) Ruang Tidur 2
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm
x 120 cm.
Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 8 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, arah bukaan dapat
menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan luas
bukaan yang kurang dan adanya peneduh car port di depan bukaan.
Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
kelembaban udara 78 %.
d) Ruang Makan
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan dalam satu ruangan)
Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran
masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan.
Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 2,7 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Luas lantai = 150 cm x 100 cm = 15.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 16 % ( memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan baik, tapi hasil
pengukuran dengan light meter memenuhi syarat (bila ditinjau dari
pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas
bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil
pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan
kelembaban udara 80 %.
e) Dapur
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan dalam satu ruangan)
Di ruang makan ada skylight berupa dua genteng kaca dengan ukuran ±
30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan.
Luas bukaan = 2 x (30 x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 100 cm = 30.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 2 x (30 x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 100 cm x 60 cm = 6.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 20 % (memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan tertinggi, tapi hasil pengukuran dengan
light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan seluruh
ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Tapi,
jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan
light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara
80 %.
3) Tipe 36+ Menghadap Timur
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jendela yang masing-masing berukuran sekitar 60
cm x 120 cm.
Luas bukaan = 2 x (60x120) cm = 14.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 400 cm = 120.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 12 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling
terang adalah saat pagi hari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan
tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan
suhu udara 33° C dan kelembaban udara 72 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
x 120 cm.
Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 8 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling
terang adalah saat pagi hari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan
tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal
menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 72 %.
c) Ruang Tidur 2
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm
x 120 cm.
Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 8 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat
menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi tidak syarat. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan
termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 73 %.
d) Ruang Makan
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan untuk satu ruangan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Di ruang makan ada skylight berupa empat genteng kaca dengan ukuran
masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan.
Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 2,7 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 4 x (30 x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 150 cm x 100 cm = 15.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 16 % (memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, tapi hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara
80 %.
e) Dapur
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan untuk satu ruangan)
Di ruang makan ada skylight berupa dua genteng kaca dengan ukuran
masing-masing ± 30 cm x 20 cm yang berada di atas pusat kegiatan.
Luas bukaan = 2 x (30 x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 250 cm x 200 cm = 50.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 2,4 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 2 x (30 x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 150 cm x 60 cm = 9.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 13,3 % (memenuhi syarat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi,sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara
80 %.
4) Tipe 36 Menghadap Barat
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jendela yang berukuran sekitar 60 cm x 120 cm
Luas bukaan = 2 x (60x120) cm= 14.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 400 cm = 120.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 12 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke barat sehingga pencahayaan paling terang
adalah saat sore hari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
berpotensi menghasilkan tingkat penerangan tertinggi saat sore hari,
sehingga hasil pengukuran dengan light meter memenuhi syarat (saat siang
dan sore hari). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
31° C dan kelembaban udara 72 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada skylight berupa dua genteng kaca yang masing-
masing ± berdimensi 30 cm x 20 cm, berada di sudut ruangan.
Luas bukaan = 2 x (30 x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 2,7 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan tertinggi, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena luas
bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
31° C dan kelembaban udara 70 %.
c) Ruang Tidur 2
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm
x 120 cm.
Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 9,6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan paling
terang adalah saat sore hari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, sehingga
hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini
disebabkan karena luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal
menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 75 %.
d) Ruang Makan
Ruang makan berada di tempat terbuka yaitu teras belakang.
Analisis :
Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang
berlebihan (silau). Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu
udara 30° C dan kelembaban udara 68 %.
e) Dapur
Ruang makan berada di tempat terbuka yaitu teras belakang.
Analisis :
Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual yang
berlebihan (silau). Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu
udara 30° C dan kelembaban udara 68 %.
5) Tipe 36+ Menghadap Utara
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu dua jendela yang berukuran
sekitar 60 cm x 120 cm dan dua bovenlight yang berukuran 60 cm x 30
cm.
Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 20 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter tidak
memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan adanya teras yang lebar ± 5 meter,
adanya pagar yang tinggi (± 1,7 meter), dan adanya vegetasi di depan
rumah. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang
baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
kelembaban udara 77 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada dua jenis bukaan yaitu dua jendela yang berdimensi
60 cm x 120 cm dan dua bovenlight yang berdimensi 30 cm x 60 cm.
Luas bukaan = (2 x (60 x 120)cm) + (2 x (30 x 60)cm) = 18.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 24 % (melebihi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Analisis :
Luas bukaan melebihi syarat dan arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter
tidak memenuhi syarat. Hal ini di karenakan adanya teras yang lebar ± 3
meter, adanya pagar yang tinggi (± 1,7 meter) dan adanya vegetasi di
depan rumah. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
32° C dan kelembaban udara 78 %.
c) Ruang Tidur 2
Di ini tidak ada bukaan sehingga saat siang hari harus menyalakan lampu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan
adanya bukaan pada dinding, tapi masih memungkinkan adanya bukaan di
atap (skylight). Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
31° C dan kelembaban udara 78 %.
d) Ruang Makan
1) Luas Bukaan
Di ruang makan ada dua jenis bukaan yaitu satu jendela dengan ukuran
sekitar 60 cm x 120 cm dan satu bovenlight dengan ukuran 60 cm x 30 cm.
Luas bukaan = (60 cm x 120) cm + (60 cm x 30) cm = 9.000 cm²
Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 14,4 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, tapi hasil pengukuran dengan light meter
tidak memenuhi syarat. Hal ini di karenakan adanya teras yang lebar ± 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
meter, adanya pagar yang tinggi (± 1,7 meter), dan adanya vegetasi di
depan rumah. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual
kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
31° C dan kelembaban udara 77 %.
e) Dapur
1) Luas Bukaan
Di ruang makan ada bukaan berupa dua jendela yang berukuran 60 cm x
120 cm.
Luas bukaan = 2 x (60 x 120)cm = 14.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 16 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke barat sehingga tingkat pencahayaan paling
terang adalah saat sore hari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat sore hari, dan hasil
pengukuran dengan light meter memenuhi syarat (saat sore hari). Di
sebelah barat dapur masih terdapat lahan kosong, sehingga cahaya
matahari masih dapat masuk ke dapur. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan
suhu udara 30° C dan kelembaban udara 70 %.
6) Tipe 45 Menghadap Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada bukaan yaitu dua jendela yang berukuran sekitar 30 cm
x 150 cm.
Luas bukaan = 2 x (30 x 150) cm= 9.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 10 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light
meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30°
C dan kelembaban udara 71 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada dua jendela yang berdimensi 60 cm x 120 cm.
Luas bukaan =2 x (60 x 120)cm = 14.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 16 % ( memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light
meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30°
C dan kelembaban udara 71 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
c) Ruang Tidur 2
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada satu jendela yang berdimensi 60 cm x 120 cm.
Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 8 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi
dapat menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil
pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang
ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara
72 %.
d) Ruang Makan
Di ruang makan tidak ada bukaan sehingga suasana ruangan sangat gelap
dan harus menggunakan penerangan lampu saat siang hari.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan
adanya bukaan pada ketiga sisi dindingnya, tapi masih memungkinkan
adanya bukaan pada atap atau pada sisi dinding sebelah selatan. Kondisi di
ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara
73 %.
e) Dapur
Dapur berada di area outdoor yaitu di teras belakang.
Analisis :
Kondisi di ruang ini menyebabkan hasil pengukuran dengan light
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
meter melebihi syarat dan menghasilkan kenyamanan visual yang
berlebihan (silau). Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu
udara 30° C dan kelembaban udara 68 %.
7) Tipe 70 Menghadap Timur
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu dua jendela yang berukuran
sekitar 60 cm x 120 cm dan dua bovenlight yang berukuran 60 cm x 30
cm.
Luas bukaan = (2 x (60x120) cm) + (2 x (60x30) cm) = 18.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 600 cm = 240.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 7,5 % ( tidak memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling
terang adalah saat pagi hari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, tapi hasil
pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di
karenakan adanya teras ± 2,5 meter dan adanya vegetasi di depan bukaan.
Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
kelembaban udara 71 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa dua bovenlight yang masing-masing
berdimensi 30 cm x 60 cm.
Luas bukaan = 2 x (30 x 60) cm = 3.600 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 4 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling
terang adalah saat pagi hari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, sehingga
hasil pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di
ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara
72 %.
c) Ruang Tidur 2
Di ruang ini tidak ada bukaan sehingga saat siang hari harus menyalakan
lampu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Posisi ruang seperti ini tidak memungkinkan
adanya bukaan pada semua sisi dindingnya, tapi masih memungkinkan
adanya bukaan pada atap. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu
udara 33° C dan kelembaban udara 72 %.
d) Ruang Makan
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan dalam satu ruangan)
Di ruang makan terdapat skylight yaitu empat genteng kaca dengan ukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
30 cm x 20 cm.
Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 3,84 % (tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 4 x (30 cm x 20) cm = 2.400 cm²
Luas lantai = 150 cm x 100 cm = 15.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 16 % (tidak memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, tapi hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara
80 %.
e) Dapur
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan terdapat bukaan yaitu dengan ukuran 60 cm x 20 cm.
Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas Lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 1,6 % ( tidak memenuhi syarat )
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas Lantai = 150 cm x 60 cm = 9.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 13,3 % (memenuhi syarat )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan baik, tapi hasil
pengukuran dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari
pencahayaan seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas
bukaan kurang. Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil
pengukuran dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan
kelembaban udara 80 %.
8) Tipe 29 Menghadap Utara
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu dua jendela yang berukuran
sekitar 60 cm x 120 cm dan dua bovenlight yang berukuran 60 cm x 30
cm.
Luas bukaan = (2x(60x120)cm) + (2x(60x30)cm) = 18.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 500 cm = 150.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 12 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light
meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30°
C dan kelembaban udara 72 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada skylight berupa dua jendela yang masing-masing
berdimensi 60 cm x 120 cm.
Luas bukaan = 2 x (60 x 120) cm = 14.400 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 19,2 % (memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke utara sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light
meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30°
C dan kelembaban udara 71 %.
c) Ruang Tidur 2
Di ruang ini tidak ada bukaan sehingga saat siang hari harus menyalakan
lampu.
Analisis :
Posisi ruang berhubungan langsung dengan ruangan di sekitarnya
dan bangunan tetangga. Hal ini menyebabkan hasil pengukuran dengan
light meter tidak memenuhi syarat. Posisi ruang seperti ini tidak
memungkinkan adanya bukaan pada semua sisi dindingnya, tapi masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
memungkinkan adanya bukaan pada atap (skylight). Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan
termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara 74 %.
d) Dapur
1) Luas Bukaan (ditinjau berdasarkan pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan terdapat skylight yaitu genteng dengan ukuran 60 cm x 20
cm.
Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 1,92 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau berdasarkan sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 150 cm x 60 cm = 9.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 13,3 % (memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilan tingkat penerangan paling tinggi, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan kelembaban udara
80 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
c. Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali
1) Tipe 21+ Menghadap Selatan
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua jenis bukaan yaitu satu jendela yang berukuran
sekitar 30 cm x 150 cm.
Luas bukaan = (60 x 30) cm = 1800 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 2,4 % ( tidak memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung bisa dihindari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat
menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal in dikarenakan luas bukaan
yang kurang dan adanya teras yang cukup lebar ± 2,5 meter. Kondisi di
ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara
71 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Di ruang tidur ini ada bukaan satu jendela yang berdimensi 30 cm x 60
cm.
Luas bukaan = (30 x 60) cm = 1.800 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 2,4 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung bisa dihindari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat
menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Hal ini di sebabkan karena
luasan bukaan kurang dan adanya teras yang cukup lebar ± 2,5 meter.
Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan visual kurang baik.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 32° C dan
kelembaban udara 73 %.
c) Ruang Makan
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan terdapat skylight berupa genteng kaca dengan ukuran 60
cm x 20 cm.
Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 1,92 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = (60 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 120 cm x 100 cm = 12.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 10 % ( memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, sehingga hasil pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara
80 %.
d) Dapur
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan terdapat skylight berupa empat genteng kaca dengan
ukuran masing-masing ± 30 cm x 20 cm.
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 250 cm x 300 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 1,6 % (tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 150 cm x 60 cm = 9000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 13,3 % (memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran dengan
light meter adalah melebihi syarat (silau). Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual yang kurang baik pada pusat kegiatan.
Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 33° C dan
kelembaban udara 80 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu ada dua bukaan yaitu jendela yang berukuran sekitar 40 cm
x 150 cm.
Luas bukaan = 2 x (40 x 150) cm = 12.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 13,3 % ( memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung bisa dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light
meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan kenyamanan
visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 30°
C dan kelembaban udara 71 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan satu jendela yang berdimensi 60 x 120 cm.
Luas bukaan = (60 x 120) cm = 7.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Perbandingan = x 100 % = 9,6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung bisa dihindari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat
menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan
termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 72 %.
c) Ruang Makan
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan terdapat bukaan yaitu dua genteng kaca dengan masing-
masing berukuran 30 cm x 20 cm.
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 1,92 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas Lantai = 150 cm x 90 cm = 13.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 8,8 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat,
hasil pengukuran dengan light meter juga kurang memenuhi syarat. Hal ini
di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual yang kurang baik, baik di seluruh
ruangan maupun pada pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara 80 %.
d) Dapur
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan terdapat skylight berupa 2 genteng kaca dengan ukuran
masing-masing ± 30 cm x 20 cm.
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 1,92 % (tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas Lantai = 150 cm x 60 cm = 9.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 13,3 % (memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat penerangan paling tinggi, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Hal ini di sebabkan karena adanya luas bukaan kurang.
Tapi, jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual yang baik pada pusat kegiatan. Pengukuran
kenyamanan termal menunjukkan suhu udara 33° C dan kelembaban udara
80 %.
3) Tipe 45+ Menghadap Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
a) Ruang Tamu
1) Luas Bukaan
Di ruang tamu bukaan yaitu dua jendela yang berdimensi sekitar 30 cm x
150 cm.
Luas bukaan = 2x (30 x 150) cm = 9.000 cm²
Luas lantai = 300 cm x 400 cm = 120.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 7,5 % ( tidak memenuhi syarat )
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan dan ke timur.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat
menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan
termal menunjukkan suhu udara 30° C dan kelembaban udara 71 %.
b) Ruang Tidur 1
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa dua jendela yang masing-masing
berdimensi 30 cm x 150 cm.
Luas bukaan = 2 x (30 x 150) cm = 9.000 cm²
Luas Lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 10 % (memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan dapat
menghindari radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan
suhu udara 30° C dan kelembaban udara 71 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
c) Ruang Tidur 2
1) Luas Bukaan
Di ruang tidur ini ada bukaan berupa satu jendela yang berdimensi 60 cm
x 120 cm.
Luas bukaan = 60 cm x 120 cm = 7.200 cm²
Luas Lantai = 300 cm x 250 cm = 75.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 9,6 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke timur sehingga tingkat pencahayaan paling
tinggi adalah saat pagi hari.
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat dan arah bukaan menghasilkan
tingkat penerangan paling tinggi saat pagi hari, sehingga hasil pengukuran
dengan light meter tidak memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini
menyebabkan kenyamanan visual kurang baik. Pengukuran kenyamanan
termal menunjukkan suhu udara 31° C dan kelembaban udara 72 %.
d) Ruang Makan
1) Luas Bukaan (ditinjau dari pencahayaan seluruh ruangan)
Di ruang makan terdapat skylight berupa genteng kaca dengan ukuran
masing-masing ± 30 cm x 20 cm.
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 300 cm x 300 cm = 90.000 cm²
Perbandingan = x 100 % = 1,33 % ( tidak memenuhi syarat)
2) Luas Bukaan (ditinjau dari sistem pencahayaan setempat)
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 20) cm = 1.200 cm²
Luas lantai = 150 cm x 90 cm = 13.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 8,8 % ( tidak memenuhi syarat)
Analisis :
Luas bukaan tidak memenuhi syarat, posisi bukaan berpotensi
menghasilkan tingkat peneragan paling tinggi, sehingga hasil pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
dengan light meter tidak memenuhi syarat (bila ditinjau dari pencahayaan
seluruh ruangan). Jika ditinjau dari sistem pencahayaan setempat, hasil
pengukuran dengan light meter juga tidak memenuhi syarat. Hal ini
disebabkan karena luas bukaan kurang. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual kurang baik, baik pada seluruh ruangan maupun pada
pusat kegiatan. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan suhu udara
32° C dan kelembaban udara 74 %.
e) Dapur
1) Luas Bukaan
Di ruang makan terdapat bukaan yaitu dua jendela yang masing-masing
berdimensi 30 cm x 150 cm.
Luas bukaan = 2 x (30 cm x 150) cm = 9.000 cm²
Luas lantai = 250 cm x 250 cm = 62.500 cm²
Perbandingan = x 100 % = 14,4 % (memenuhi syarat)
2) Arah Bukaan Terhadap Mata Angin
Arah bukaan menghadap ke selatan sehingga radiasi matahari secara
langsung dapat dihindari.
Analisis :
Luas bukaan memenuhi syarat dan arah bukaan dapat menghindari
radiasi matahari secara langsung, sehingga hasil pengukuran dengan light
meter juga memenuhi syarat. Kondisi di ruang ini menyebabkan
kenyamanan visual baik. Pengukuran kenyamanan termal menunjukkan
suhu udara 30° C dan kelembaban udara 80 %.
3. Uji Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa vegetasi berpengaruh pada
pencahayaan alami dalam ruangan. Hipotesis ini di uji dengan menggunakan
analisis diskriptif.
Berdasarkan kajian teori, vegetasi berfungsi untuk mengendalikan efek
radiasi sinar matahari, menghalangi sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan,
serta mengontrol temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Maka, data hasil penelitan ini dianalisa berdasarkan kajian teori di atas :
a. Perumahan Griya Prima Timur, Klaten
1) Tipe 54+ Menghadap Timur Laut
a) Tinggi pohon = 2,7 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 3 meter
c) Lebar tajuk pohon = 1,5 meter
d) Kerapatan daun = rapat
Analisis : adanya vegetasi ini tidak mempengaruhi cahaya yang masuk
karena tingginya melebihi dinding rumah dan rimbunan daun berada
sekitar 0,5 meter dari pucuk pohon.
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
a) Tinggi pohon = 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 30 cm
c) Lebar tajuk pohon = 1 meter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
d) Kerapatan daun = tidak rapat
Analisis : adanya vegetasi ini tidak mempengaruhi cahaya yang masuk
karena tingginya melebihi dinding rumah dan rimbunan daun berada
sekitar 1 meter dari pucuk pohon.
3) Tipe 54 Menghadap Timur
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
4) Tipe 21+ Menghadap Barat
a) Tinggi pohon = 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 3 meter
c) Lebar tajuk pohon = 2 meter
d) Kerapatan daun = rapat
Analisis : adanya vegetasi ini tidak mempengaruhi cahaya yang masuk
karena tingginya melebihi dinding rumah dan rimbunan daun berada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
sekitar 1 meter dari pucuk pohon.
5) Tipe 45 Menghadap Barat Daya
a) Tinggi pohon = 2,5 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 3 meter
c) Lebar tajuk pohon = 2 meter
d) Kerapatan daun = rapat
Analisis : adanya vegetasi ini mempengaruhi cahaya yang masuk karena
tinggi pohon yang sebanding dengan tinggi dinding dan rimbunan daun
berada tepat di depan jendela.
6) Tipe 21 Menghadap Barat
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
7) Tipe 70 Menghadap Barat
a) Tinggi pohon = 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 3 meter
c) Lebar tajuk pohon = 2 meter
d) Kerapatan daun = rapat
Analisis : adanya vegetasi ini mempengaruhi cahaya yang masuk karena
ada dua pohon besar yang rimbun di daerah depan bukaan.
b. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten
1) Tipe 29+ Menghadap Selatan
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
a) Tinggi pohon = 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 3,5 meter
c) Lebar tajuk pohon = 2 meter
d) Kerapatan daun = tidak rapat
Analisis : adanya vegetasi ini tidak mempengaruhi cahaya yang masuk
karena tingginya melebihi dinding rumah dan rimbunan daun berada
sekitar 1 meter dari pucuk pohon.
3) Tipe 36+ Menghadap Timur
a) Tinggi pohon = 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 4 meter
c) Lebar tajuk pohon = 2 meter
d) Kerapatan daun = rapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Analisis : adanya vegetasi ini seharusnya dapat mempengaruhi cahaya
yang masuk karena tinggi pohon yang sebanding dengan tinggi
dinding dan kerimbunan daunnya lebat. Tapi, vegetasi ini tidak
berfungsi karena letaknya tidak berada di depan bukaan.
4) Tipe 36 Menghadap Barat
a) Tinggi pohon = 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 3,5 meter
c) Lebar tajuk pohon = 2 meter
d) Kerapatan daun = rapat
Analisis : adanya vegetasi ini mempengaruhi cahaya yang masuk karena
pohonnya cukup tinggi dan rimbun.
5) Tipe 36+ Menghadap Utara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
a) Tinggi pohon = 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 3,5 meter
c) Lebar tajuk pohon = 2 meter
d) Kerapatan daun = rapat
Analisis : adanya vegetasi ini mempengaruhi cahaya yang masuk
karena pohonnya cukup tinggi dan rimbun.
6) Tipe 45 Menghadap Selatan
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
7) Tipe 70 Menghadap Timur
a) Tinggi pohon = 3 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 4 meter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
c) Lebar tajuk pohon = 2 meter
d) Kerapatan daun = rapat
Analisis : adanya vegetasi ini mempengaruhi cahaya yang masuk
karena pohonnya cukup tinggi dan rimbun.
8) Tipe 29 Menghadap Utara
a) Tinggi pohon = 2 meter
b) Jarak pohon dengan rumah = 1 meter
c) Lebar tajuk pohon = 1 meter
d) Kerapatan daun = rapat
Analisis : adanya vegetasi ini tidak mempengaruhi cahaya yang masuk
karena pohonnya pendek dan rimbunan daunnya tidak lebat.
c. Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali
1) Tipe 21+ Menghadap Selatan
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
2) Tipe 36+ Menghadap Selatan
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
3) Tipe 45+ Menghadap Selatan
Di rumah ini tidak ada vegetasi yang menghalangi radiasi sinar matahari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Perumahan Griya Prima Timur, Klaten
a. Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data pengukuran light meter (lampiran V),
pengukuran humidity (lampiran V), dan pengukuran dengan angket (Lampiran II)
di Perumahan Griya Prima Timur, Klaten maka dapat ditabelkan sebagai berikut :
Keterangan : V = Memenuhi syarat
X = Tidak memenuhi syarat
No. Tipe
Rumah
Orientasi
Bangunan
Ruang Pengukuran
Light Meter
Pengukuran
Humidity
Pengukuran
Angket
1. 54 + Timur Laut R. Tamu X X Nyaman
R. Tidur 1 X X Tidak Nyaman
R. Tidur 2 X X Tidak Nyaman
R. Makan X X Nyaman
Dapur X X Tidak Nyaman
2. 36 + Selatan R. Tamu V X Nyaman
R. Tidur 1 X X Tidak Nyaman
R. Tidur 2 X X Tidak Nyaman
R. Makan V X Nyaman
Dapur X X Nyaman
3. 54 Timur R. Tamu V X Nyaman
R. Tidur 1 X X Nyaman
R. Tidur 2 X X Tidak Nyaman
R. Makan V X Nyaman
Dapur X X Nyaman
4. 21 + Barat R. Tamu X X Nyaman
R. Tidur 1 X X Nyaman
R. Makan X X Nyaman
Dapur V X Nyaman
5. 45 Barat Daya R. Tamu X X Tidak Nyaman
R. Tidur 1 X X Nyaman
R. Tidur 2 X X Nyaman
R. Makan X X Nyaman
Dapur V X Nyaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kondisi pencahayaan
alami di Perumahan Griya Prima Timur, Klaten adalah sebagai berikut :
1) Ruang tamu sebesar 42,9 % memenuhi persyaratan dan 57,1 % tidak
memenuhi persyaratan.
2) Ruang tidur sebesar 0 % memenuhi persyaratan dan 100 % tidak
memenuhi persyaratan.
3) Ruang makan sebesar 28,6 % memenuhi persyaratan dan 71,4 % tidak
memenuhi persyaratan.
4) Dapur sebesar 42,9 % memenuhi persyaratan dan 57,1 % tidak
memenuhi persyaratan.
Suhu dan kelembaban udara di semua rumah tidak memenuhi persyaratan.
Tapi, hasil análisis angket (lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 %
responden memilih jawaban “nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup
nyaman” dengan kondisi pencahayaan di sampel rumah yang diteliti.
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor penyebab tidak terpenuhinya
syarat pencahayaan alami dalam ruangan adalah sebagai berikut :
1) Luas bukaan kurang.
2) Vegetasi yang menghalangi cahaya matahari yang masuk dalam ruangan.
3) Lebar teras yang panjang.
4) Berhubungan langsung dengan bangunan sekitarnya.
5) Pengembangan rumah yang kurang memperhatikan pencahayaan alami.
6. 21 Barat R. Tamu V X Nyaman
R. Tidur 1 X X Nyaman
R. Makan X X Nyaman
Dapur V X Nyaman
7. 70 Barat R. Tamu X X Nyaman
R. Tidur 1 X X Nyaman
R. Tidur 2 X X Nyaman
R. Makan X X Nyaman
Dapur X X Nyaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat menyebabkan suhu udara
dan kelembaban udara menjadi tidak nyaman. Tapi, hasil análisis angket
(lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden memilih jawaban
“nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman” dengan kondisi
pencahayaan di sampel rumah yang diteliti. Hal ini karena adanya faktor
kebiasaan.
2. Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten
a. Analisa Data
Berdasarkan hasil analisis data pengukuran light meter (lampiran V),
pengukuran humidity (lampiran V), dan pengukuran angket (lampiran II) di
Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten maka dapat ditabelkan sebagai berikut :
Keterangan : V = Memenuhi syarat
X = Tidak memenuhi syarat
No. Tipe
Rumah
Orientasi
Bangunan
Ruang Pengukuran
Pencahayaan
Alami
Pengukuran
Kenyamanan
Termal
Pengukuran
Angket
1. 29 + Timur Laut R. Tamu X X Nyaman
R. Tidur 1 V X Nyaman
R. Tidur 2 X X Nyaman
R. Tidur 3 X X Nyaman
R. Makan X X Nyaman
Dapur X X Nyaman
2. 36 + Selatan R. Tamu X X Nyaman
R. Tidur 1 X X Nyaman
R. Tidur 2 X X Nyaman
R. Makan V X Nyaman
Dapur V X Nyaman
3. 36+ Timur R. Tamu V X Nyaman
R. Tidur 1 X X Nyaman
R. Tidur 2 X X Nyaman
R. Makan V X Nyaman
Dapur V X Nyaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
4. 36 Barat R. Tamu V X Nyaman
R. Tidur 1 X X Nyaman
R. Tidur 2 X X Nyaman
R. Makan X X Nyaman
Dapur X X Nyaman
5. 36+ Utara R. Tamu X X Tidak
Nyaman
R. Tidur 1 X X Tidak
Nyaman
R. Tidur 2 X X Tidak
Nyaman
R. Makan X X Nyaman
Dapur X X Tidak
Nyaman
6. 45 Selatan R. Tamu V X Nyaman
R. Tidur 1 V X Nyaman
R. Tidur 2 X X Nyaman
R. Makan X X Nyaman
Dapur X X Nyaman
7. 70 Timur R. Tamu X X Tidak
Nyaman
R. Tidur 1 X X Tidak
Nyaman
R. Tidur 2 X X Tidak
Nyaman
R. Makan V X Tidak
Nyaman
Dapur V X Nyaman
8. 29 Utara R. Tamu V X Tidak
Nyaman
R. Tidur 1 V X Tidak
Nyaman
R. Tidur 2 X X Tidak
Nyaman
Dapur V X Tidak
Nyaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kondisi pencahayaan
alami di Perumahan Cipta Griya Bersinar, Klaten adalah sebagai berikut :
1) Ruang tamu sebesar 50 % memenuhi persyaratan dan 50 % tidak
memenuhi persyaratan.
2) Ruang tidur sebesar 18,8 % memenuhi persyaratan dan 81,2 % tidak
memenuhi persyaratan.
3) Ruang makan sebesar 25 % memenuhi persyaratan dan 75 % tidak
memenuhi persyaratan.
4) Dapur sebesar 37,5 % memenuhi persyaratan dan 62,5 % tidak memenuhi
persyaratan.
Suhu dan kelembaban udara di semua rumah tidak memenuhi syarat. Tapi,
hasil análisis angket (lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden
memilih jawaban “nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman”
dengan kondisi pencahayaan di sampel rumah yang diteliti.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor penyebab tidak terpenuhinya
syarat pencahayaan alami dalam ruangan adalah sebagai berikut :
1) Luas bukaan kurang.
2) Vegetasi yang menghalangi cahaya matahari yang masuk dalam ruangan.
3) Lebar teras yang panjang.
4) Berhubungan langsung dengan bangunan sekitarnya.
5) Pengembangan rumah yang kurang memperhatikan pencahayaan alami.
Di lokasi perumahan ini, ada juga beberapa ruang yang menerima
pencahayaan alami yang berlebihan, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan di
mata (silau). Hal ini disebabkan oleh :
1) Desain ruangan adalah outdoor sehingga tidak ada dinding yang
menghalangi cahaya matahari.
2) Posisi ruangan berada di depan pintu lebar yang selalu terbuka dari pagi
sampai malam hari.
Pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat menyebabkan suhu udara
dan kelembaban udara menjadi tidak nyaman. Tapi, hasil análisis angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
(lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden memilih jawaban
“nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman” dengan kondisi
pencahayaan di sampel rumah yang diteliti. Hal ini karena adanya faktor
kebiasaan.
3. Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali
a. Analisa Data
Berdasarkan hasil analisis data pengukuran light meter (lampiran V),
pengukuran humidity (lampiran V), dan pengukuran angket (lampiran II) di
Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali maka dapat ditabelkan sebagai berikut :
Keterangan : V = Memenuhi syarat
X = Tidak memenuhi syarat
No. Tipe
Rumah
Orientasi
Bangunan
Ruang Pengukuran
Pencahayaan
Alami
Pengukuran
Kenyaman
Thermal
Pengukuran
Angket
1. 21 + Selatan R. Tamu X X Nyaman
R. Tidur 1 X X Nyaman
R. Makan V X Nyaman
Dapur X X Nyaman
2. 36 + Selatan R. Tamu V X Nyaman
R. Tidur 1 X X Nyaman
R. Makan X X Tidak
Nyaman
Dapur V X Tidak
Nyaman
3. 45+ Selatan R. Tamu X X Nyaman
R. Tidur 1 V X Tidak
Nyaman
R. Tidur 2 X X Tidak
Nyaman
R. Makan X X Nyaman
Dapur V X Nyaman
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kondisi pencahayaan
alami di Perumahan Pesona Sawahan, Boyolali adalah sebagai berikut :
1) Ruang tamu sebesar 33,3 % memenuhi persyaratan dan 66,7 % tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
memenuhi persyaratan.
2) Ruang tidur sebesar 25 % memenuhi persyaratan dan 75 % tidak
memenuhi persyaratan.
3) Ruang makan sebesar 33,3 % memenuhi persyaratan dan 66,7 % tidak
memenuhi persyaratan.
4) Dapur sebesar 66,7 % memenuhi persyaratan dan 33,3 % tidak memenuhi
persyaratan.
Suhu dan kelembaban udara juga tidak memenuhi syarat. Tapi, hasil
análisis angket (lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden
memilih jawaban “nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman”
dengan kondisi pencahayaan di sampel rumah yang diteliti.
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor penyebab tidak terpenuhinya
syarat pencahayaan alami dalam ruangan adalah sebagai berikut :
1) Luas bukaan kurang.
2) Vegetasi yang menghalangi cahaya matahari yang masuk dalam ruangan.
3) Lebar teras yang panjang.
4) Berhubungan langsung dengan bangunan sekitarnya.
5) Pengembangan rumah yang kurang memperhatikan pencahayaan alami.
Pencahayaan alami yang tidak memenuhi syarat menyebabkan suhu udara
dan kelembaban udara menjadi tidak nyaman. Tapi, hasil análisis angket
(lampiran II) menyatakan bahwa sebesar 72,2 % responden memilih jawaban
“nyaman” dan 27,8 % memilih jawaban “cukup nyaman” dengan kondisi
pencahayaan di sampel rumah yang diteliti. Hal ini karena adanya faktor
kebiasaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kondisi pencahayaan alami di tiga lokasi penelitian adalah sebagai berikut :
a. Ruang tamu, sebesar 44,4 % memenuhi persyaratan dan 55,6 % tidak
memenuhi persyaratan.
b. Ruang tidur, sebesar 12,1 % memenuhi persyaratan dan 87,9 % tidak
memenuhi persyaratan.
c. Ruang makan, sebesar 33,3 % memenuhi persyaratan dan 66,7 % tidak
memenuhi persyaratan.
d. Dapur, sebesar 44,4 % memenuhi persyaratan dan 55,6 % tidak memenuhi
persyaratan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Luas bukaan kurang memenuhi syarat 10 – 20 % dari luas lantai.
b. Vegetasi yang menghalangi cahaya matahari yang masuk dalam ruangan.
c. Lebar teras yang panjang.
d. Berhubungan langsung dengan bangunan sekitarnya.
e. Desain dan pengembangan rumah kurang memperhatikan pencahayaan
alami.
Pencahayaan alami tidak memenuhi syarat menyebabkan suhu dan
kelembaban udara tidak nyaman. Tapi, sebagian besar responden merasa
nyaman dengan kondisi pencahayaan tersebut karena adanya faktor
kebiasaaan.
2. Bukaan yang memenuhi syarat menghasilkan pencahayaan alami yang
nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
a. Luas bukaan memenuhi syarat 10-20 % dari luas lantai menghasilkan
pencahayaan alami yang nyaman.
b. Luas bukaan memenuhi syarat 10-20 % dari luas lantai, tapi ada faktor-
faktor yang menghalangi masuknya cahaya alami maka menghasilkan
pencahayaan alami menjadi tidak nyaman.
3. Vegetasi mempengaruhi pencahayaan alami dalam ruangan.
Tidak semua vegetasi mempengaruhi pencahayaan alami dalam
ruangan. Vegetasi yang bisa mempengaruhi pencahayaan alami dalam ruangan
adalah vegetasi yang tingginya hampir sama dengan ketinggian bukaan, jarak
vegetasi dekat dengan bukaan, lebar tajuk lebar, dan kerapatan daun rimbun.
Jika kondisi pencahayaan alami dalam ruangan melebihi persyaratan, vegetasi
bermanfaat untuk mengurangi cahaya alami yang masuk. Tapi, jika kondisi
pencahayaan alami dalam ruangan kurang memenuhi syarat, adanya vegetasi
menjadikan kenyamanan dalam ruangan semakin buruk.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian, maka menimbulkan implikasi sebagai
berikut :
1. Dampak Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak teoritis sebagai
berikut :
a. Memberikan wacana kepada masyarakat bahwa sebesar 66,45 % sampel di
perumahan Griya Prima Timur Klaten, Cipta Griya Bersinar, dan Pesona
Sawahan Boyolali kurang memenuhi syarat pencahayaan yang nyaman.
b. Menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang relevan.
2. Dampak Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan oleh :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
a. Pemilik rumah dalam mendesain ulang dan mengembangkan rumahnya
memenuhi syarat luasan bukaan sebesar 10-20 % dari luas lantai dan
memilih arah bukaan yang menghindari radiasi sinar matahari yaitu selatan
atau utara. Jika memang terpaksa menghadap barat atau timur, radiasi
sinar matahari dapat dikurangi dengan adanya vegetasi.
b. Developer dalam mendesain proyek perumahan selanjutnya memenuhi
syarat luasan bukaan sebesar 10-20 % dari luas lantai dan memilih arah
bukaan yang menghindari radiasi sinar matahari yaitu selatan atau utara.
Jika memang terpaksa menghadap barat atau timur, radiasi sinar matahari
dapat dikurangi dengan adanya vegetasi.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikut :
1. Pemilik rumah sebaiknya dalam mendesain ulang dan mengembangkan
rumahnya memenuhi syarat luasan bukaan sebesar 10-20 % dari luas lantai
dan memilih arah bukaan yang menghindari radiasi sinar matahari yaitu
selatan atau utara. Jika memang terpaksa menghadap barat atau timur,
radiasi sinar matahari dapat dikurangi dengan adanya vegetasi, tirai, jalusi,
kisi-kisi, overstek, dan kanopi. Di ruang-ruang yang tidak memungkinkan
adanya bukaan berupa jendela, dapat diganti dengan skylight.
2. Developer sebaiknya dalam mendesain proyek perumahan selanjutnya
memenuhi syarat luasan bukaan sebesar 10-20 % dari luas lantai dan
memilih arah bukaan yang menghindari radiasi sinar matahari yaitu selatan
atau utara. Jika memang terpaksa menghadap barat atau timur, radiasi
sinar matahari dapat dikurangi dengan adanya vegetasi, tirai, jalusi, kisi-
kisi, overstek, dan kanopi. Di ruang-ruang yang tidak memungkinkan
adanya bukaan berupa jendela, dapat diganti dengan skylight.
top related