definisi tep tahun 1977 1994 2008
Post on 12-Aug-2015
126 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
1
DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN 1977
1. Definisi Teknologi Pendidikan Menurut AECT ( 1977 ).
Definisi Teknologi pendidikan menurut AECT ( 1977 ) yakni : Proses
komplek dan Terpadu yang meliputi orang,prosedur,gagasan,sarana dan
organisasi untuk menganalisis masalah dan
merancang,melaksanakan,menilai,dan mengelola pemecahan masalah dalam
segala aspek belajar pada manusia.
Definisi tahun 1977 ini berusaha mengidentifikasi teknologi
pendidikan sebagai suatu teori pendidikan sebagai suatu teori,bidang dan
profesi.
Didalam proses analisis masalah,penentuan
pemecahan,pelaksanaan dan evaluasi pemecahan tersebut tercemin dalam
Fungsi Pengembangan pendidikan dalam bentuk Riset-teori, desain, produksi,
evaluasi, seleksi, logistic, pemamfaatan dan penyebarluasan
/pemamfaatan,proses pengarahan atau koordinasi satu atau lebih fungsi-
fungsi tercermin dalam fungsi pengelolaan pendidikan yang meliputi
pengelolaan organisasi dan pengelolaan personel.Hubungan antara unsur-
unsur ini dapat ditunjukan dalam model kawasan Teknologi Pendidikan.
Bagan 1.1
KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Fungsi Pengembangan pendidikan
Riset teori Desain Produksi Evaluasi-Seleksi Logistik Pemamfaatan ( Penyebarluasan/ Pemamfaatan)
Sumber Belajar
Pesan Orang Bahan Peralatan Teknik Latar (Lingkungan)
Si Belajar
Fungsi Pengelolaan Pendidikan
Pengelolaan Organisasi Pengelolaan Personel
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
2
2. Teknologi Pendidikan Sering Dikacaukan Dengan Teknologi
Pembelajaran.
Teknologi pembelajaran adalah bagian teknologi pendidikan
berdasar atas konsep bahwa pembelajaran adalah bagian dari
pendidikan.teknologi pembelajaran adalah porses yang komplek dan
terpadu yang melibatkan orang,prosedur,ide,peralatan, dan organisasi,
untuk menganalisis masalah,mencari cara pemecahan, melaksanakan,
mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah – masalah dalam situasi
di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam
teknologi instruksional ,pemecahan masalah itu berupa Komponen Sistem
Instruksional yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi,dan dalam
pemamfaatan,serta dikombinasikan sehingga sehingga menjadi system
instruksional yang lengkap: komponen-komponen ini meliputi : Pesan,
Orang, Bahan, Peralatan,Teknik, dan latar.Dalam Proses aanlisis masalah
dan mencari cara pemecahan implementasi dan evaluasi pemecahan itu
dididentifikasi memlui pengembangan instruksional yang meliputi Riset-
teori, Desain, Produksi, Evaluasi, Pemilihan, Pemamfaatan, dan
penyebarluasan – pemanfaatan.Proses pengarahan atau koordinasi satu
atau lebih fungsi ini diidentifikasikan melalui fungsi pengelolaan
instruksional yang meliputi baik pengelolaan organisasi maupun
pengelolaan personel,Hubungan timbal balik antara unsur-unsur ini
ditunjukkan didalam kawasan Teknologi Instruksional.
Pengertian unsur-unsur dalam kawasan teknologi instruksional
disajikan dalam tabel 1.1,1.2
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
3
Bagan 1.2
KAWASAN TEKNOLOGI INSTRUKSIONAL
Jadi,semua teknologi instruksional dapat masuk dalam kerangka
parameter teknologi pendidikan,namaun sebaliknya semua,namun sebalikx
semua.unsur teknologi pendidikan tidak dapat masuk dalam kerangka
parameter teknologi instruksional.jikalau teknologi instruksional beroperasi
,begitu pula teknologi pendidikan,namun kebalikannya tidaklah selalu
demikian Dalam teknologi pendidikan,Fungsi pengembangan dan
pengelolaan lebih luas , sebab meliputi lebih banyak sumber belajar
daripada sekedar komponen system instruksional,yaitu mencakup semua
sumber yang dapat digunakan untuk memberi kemudahan belajar.
3. Sumber Belajar /Komponen Sistem Instruksional
Sumber Belajar adalah suatu prosem pembelajaran yang diamana
belajar itu meliputi data,orang,dan barang ) yang dapat diugunakan oleh
pelajar baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan,biasanya
dalam situasi informal,untuk memberikan fasilitas belajar.sumber itu meliputi
: pesan,orang,bahan,peralatan,teknik,dan tata tempat.
Komponen Sistem Instruksional untuk teknologi instruksional dalah
sumber-sumber belajar yang disusun terlebih dulu dalam proses desain
atau pemilihan dan pemamfaatan,dan disatukan dalam system instruksional
yang lengkap,untuk mewujudkan proses belajar yang terkontrol dan terarah
tujuan.
Fungsi Pengembangan Instruksional Riset teori Desain Produksi Evaluasi-Pemilihan Logistik Pemamfaatan ( Penyebarluasan/ Pemamfaatan)
Komponen Sistem Instruksional Pesan Orang Bahan Peralatan Teknik Latar (Lingkungan)
Si Belajar
Fungsi pengelolaan Instruksional Pengelolaan Organisasi Pengelolaan Personel
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
4
Sumber atau Komponen
Definisi Contoh
Pesan Informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain; dapat berbentuk ide,fakta,gagasan dan data
Materi bidang studi misalnya sejarah yunani,hukum ohm,hasil-hasil bumi,system parlemen pemerintahan,perubahankata kerja‖ to be ―
Orang Orang-orang yang bertindak sebagai penyimpan dan/atau menyalurkan pesan.
Guru : siswa;pelaku;pembicara.
Bahan Barang – barang ( lazim disebut media atau perangkat lunak‘softwer‖) yang biasanya berisikan pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan;kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian
OHP;proyektor slide; proyektor filmstrif; tape video; perekam audio; pesawat televise; pesawat radio.
Tehnik Prosedur atau langkah – langkah tertentu dalam menggunakan bahan,alat,tata tempat,dan orang untuk menyampaikan pesan.
Komputer alat Bantu pengajaran ;pengajaran terprogram;simulasi;permainan; studi ekspolorasi;metode bertanya; studi lapangan; pengajaran dalam bentuk tim; pengajaran individual ;belajar mengajar mandiri; pengajaran kelompok; ceramah dan diskusi.
Latar ( Lingkungan )
Lingkungan di mana pesan diterima oleh pelajar.
Lingkungan Fisik : gedung sekolah; pusat penyimpanan paket instruksional; perpustakaan; studio; ruang kelas ; auditorium Lingkunagan Non Fisik ; penerangan; sirkulasi udara; akustik; pendingin; pemanasan.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
5
TEKNOLOGI PENDIDIKAN: KONSTRUK TEORITIK,BIDANG PROFESI
Bilamana kita berfikir tentang teknologi pendidikan kita dapat
memikirkanya dalam tiga cara: sebagai konstruk teoritik, sebagai bidang garapan,
dan sebagai profesi. Konsekkuensinya, jika kita mendifinisika teknologi pendidikan
kita dapat mendifinisikannya dengan menggunakan cara yang berbeda – beda
tersebut
Sebelum mengemukakan sebuah definisi,adalah bijaksana jikalau terlebih
dulu menganalisis masing-masing ketiga cara dalam memandang teknologi
pendidikan,untuk menentukan definisi man yang kita maksudkan dan untuk
menentukan criteria untuk mengevaluasi apakah definisi kita itu benar-benar
mendefinisikan teknologi pendidikan sesuai dengan cara yang seharusnya .
1. TIGA PERSPEKTIF TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Pertama, kita dapat memandang teknologi pendidikan sebagai sebuah
konstruk teoritik, sebuah abstraksi yang mencakup serangkaian ide prinsip
tentang cara bagaimana pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan
dengan menggunakan teknologi .
Kedua, kita dapat memandang teknologi pendidikan sebagai suatu bidang
garapan- aplikasi ide – ide dan prinsip-prinsip teoritik untuk memmecahkan
masalah-masalah konkrit dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran.Bidang tersebut meliputi teknik-teknik yang digunakan,
aktvitas yang dikerjakan,, informasi dan sumber yang digunakan,dan lien
yang dilayani oleh para pelaksana dalam bidang tersebut.
Ketiga, kta dapat memandang teknologi pendidikan sebagao suatu profesi
suatu kelompok pelaksana tertentu yang diorganisasikan, memenuhi criteria
tertentu, memiliki tugas-tugas tertentu,dan bergabung untuk membentuk
bagian tertentu dari bidang tersebut.
Tidak satupun dari tiga perspektif tersebut yang lebih betul atau lebih
baik.Masing-masing merupakan cara yang berbeda dalam memandang hal
yang sama.Tiap-tiap orang memiliki perspefktif yang berbeda-beda dan
perspektif seseorang itu bisa saja berubah, tergantung dari apa yang
mereka‖ kerjakan‖ dalam hubungannya dengan teknologi pendidikan.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
6
2. SYARAT- SYARAT DEFINISI
Untuk mencapai kesesuian ini, dan mamfaat dari definisi
tersebut,perlu terlebih dahulu ditetapkan criteria untuk mendefinisikan
bangunan teori,bidang garapan dan profesi.syarat 0syarat yang menjamin
bahwa definisi tersebut satu sama lain saling bertautan.Hal ini dapat
dilakukan sebaik-baiknya dengan jalan memulai membuat daftar syarat-
syarat yang seluas-luasnya,syarat-syarat untuk mendifinisikan profesi-
kemudian menentukan mana di antara syarat-syarat in yang diperlikan
untuk mendefinisikan bidang garapan,dan konstruk teoritik.
Syarat-syarat ini sebaliknya disajikan dalam daftar karakteristik
profesi yang mula pertama di didentifikasikan oleh Finn dan kemudian
dimodifikasikan oleh Finn,AECT,dan Sliber,sebagai berikut :
1. Satu Kesatuan intelektua,yang selalu dikembangkan melalui usaha
penelitian
2. Suatu teknik intelektual, suatu penerapan teknik tersebut terhadap hal-
hal praktis; jangka waktu panjang untuk latihan dan
sertifikasi;serangkaian standard an kode etik yang diteggakkan (
Finn,,1953)
Kemampauan melaksanakan kepemimpinan( Finn,1960 ) sebuah
asosiasi anggota profesi yang terjalin erat dengan dengan sarana
komunikasi yang berkualitas tinggi di antara sesame anggota (
Finn,1953),adanya pengakuan sebagai profesi( Sliber, 1974),menekankan
tanggung jawab profesionaldalam pelaksanaan tugas;adanya hubungan
tertentu dengan lain-lainprofesi (AECT,1972 );
Karakteristik yang dipersyaratkan untuk mendefinisikan konstruk
teoritik, bidang garapan,dan profesi di identifikasi dalam bagian
berikut,disertai dengan penjelasan masing-masing karakteristik tersebut
secara lebih rinci.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
7
3. MENDEFINISIKAN KONSTRUK TEORITIK
Untuk mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai knstruk teoritik,ini
hanya diperlukan karakteristik pertama di atas : satu kesatuan teori
intelektual,yang selalu dikembangkan melalui kegiatan penelitian
Definisi Teori.Istilah ― teori‖ yang dalam pembicaraan sehari-hari
sering digunakan sebagai lawan kata‖[raktek} mempunyai arti yang jelas.
suatu prinsip umum.yang didukukung oleh data yang
lengkap,dimaksudkan sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala;
sebuah pernyataann tentang hubungan yang dianggap tetap berlaku
terhadap sejumlah fakta yang komprehensif
Karakkteristik teori sebagai berkut : Adanya suatu gejala,
menjelaskan, merangkum, memberikan orientasi.
4. MENDEFINISIKAN BIDANG GARAPAN
Suatu bidang garapan adalah lingkungan kegiatan yang ‗ merangkum
komponen konsep, keterampilandan prosedur dari sejumlah disiplin
akademik dan juga dari bidang terapan yang lain dan memperpadukan
dalam bentuk aplikasi baru.
Ada tiga karaktaristik tamabahan yaitu: Adanya teknik intelektual,
aplikasi praktis, dan keunikan bidang garapan.
5. PERKEMBANGAN TEORI - PERSPEKTIF HISTORIK
Sekalipun definisi,model dan teori teknologi pendidikan yang
terdahulu sudah tidak cocok dengan adanya pertimbangan, pertama,
karena dapat menunjukkan perkembangan konsep yang dipergunakan
dalam teknologi pendidikan sejak awal . Kedua,karena mengandung konsep
– konsep yang kemudian dipadukan dalam definisi yang berlaku sekarang.
Pembahasan sejarah singkat berikut ini bertolak dari Finn, yaitu
dengan memakai tahun 1920-an sebagai awal teknologi
pendidikan.pembahasan diawali dengan adanya gerakan serta definisi
formal pertama yang berhubungan dengan teknologi pendidikan yaitu
pengajaran Visual.pembelajaran visual ke pembelajaran audio visual,dari
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
8
pembealajaran auke dio visual ke konsep system awal,Komunikasi
audiovisual;perpaduan komunikasi dan konsep system awal
a. Pembelajaran Visual
Yang dimaksud dengan alat Bantu Visual yaitu gambar, Model, objek atau
alat-alat yang dipakai untuk menyajiakan pengalaman konkrit melalui
visualisasi kepada siswa dengan tujuan untuk 1) memperkenalkan,
menyusun, memperkaya atau memperjelas konsep-konsep yang
abstrak,(2)mengembangkan sikap yang diinginkan dan,3) mendorong
timbulnya kegiatan siswa lebih lanjut.
b. Dari pembelajaran visual ke pembelajaran audio visual
Ditinjau dari segi tehnis,yang dimaksutkan dengan pembelajaran audio
visual menunjukkan pada beber pa macam perangkat keras…yang dipakai
guru untuk menyampaikan ide dan pengalaman melalui mata dan telinga.
c. Dari Pembelajaran Audio Visual ke Konsep Sistem Awal
Suatu system dapat didefinisikan sebagai rangkain komponen-komponen
yang mempunyai tujuan sama.Arti penting dari system adalah pengertian
adanya a.komponen-komponen dalam system, b.integrasi komponen-
komponen itu,dan c.peningkatan efesien system…( Hoban, 1960,hlmn.10 )
d. Komunikasi Audiovisual : Perpaduan Komunikasi dan Konsep Sistem
Awal
Komunikasi AudioVisual adalah cabang teori danPraktik pendidikan khusus
yang berkepentingan dengan rancangan dan pemamfaatan pesan yang
mengendalikan proses pembelajaran.
e. Pengaruh Ilmu-Ilmu Perilaku
Ilmu Perilaku ,khususnya teori belajar merupakan landasan ilmu yang
utama, darimana dapat diperkirakan aplikasinya berupa teknologi
pembelajaran.( Deterline, 1965,hlmn 407 )
Teknologi Instruksional adalah aplikasi teknologi perilaku untuk
menghasilkan perilaku khusus sistematis dalam rangka mencapai tujuan
instruksional( Deterline,1965, hlmn.407 )
f. Peralihan Dari stimulasi ke perilaku dan penguatan
Sampai saat ini mengajar dianggap sekedar pengaturan kemungkinan
penguatan . Kejadian Belajar terjadi dengan adanya kemungkinan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
9
penguatan,yang mengandung tuga variabel yaitu 1) Suatu kesempatan
untuk terjadinya perilaku,2).perilaku itu sendiri dan 3).akibat perilaku itu (
skinner,1958.hlmn 4, 5 )
g. Pemamfaatan Peralatan
Aliran perilaku berpendapat bahwa peralatan diperlukan bukan sebagai alat
penyaji, tetapi untuk penguat.Kecuali itu juga diajukan bahwa untuk tujuan
tertentu, peralatan dapat dan perlu menggantikan peranan guru.
h. Tujuan Perilaku
Tujuan Perilaku adalah Peratama, identifikasi rumusan perilaku
terminal..dan perincilah jenis perilaku yang akan dijadikan criteria
keberhasilan pencapaian tujuan oleh siswa.Kedua, perincilah perilaku itu
dengan menyatakan kondisi yang memungkinkan itu terjdinya peerilaku
itu.Ketiga, Perincilah criteria perilaku yang dapat diterima dengan cara
menyatakan tingkat keberhasilan yang harus dicapai siswa( Mager,
1962,hlmn 12 )
i. Evaluasi Acuan Standar
Pengukuran yang disusun menurut criteria standar yaitu tujuan yang
dirumuskan dalam bentuk perilaku,memberikan imformasi tentang
kompetensi yang dicapai siswa tertentu,terlepas dari hubungan dengan
perbuatan teman- temannya ( Glasser, 1965,hlmn 801)
j. Memprogram Sekolah
Sekolah lebih cendrung mengadopsi bahan pelajaran yang deprogram
daripada prinsip-prinsip pembelajaran terprogram……pembelajaran
terprogram harus diterapakan pada keseluruhan kurikulum
sekolah.termasuk bahan, media, dan personel( 217 )..memprogram adalah
proses umum untuk mengembangkan urutan kegiatan instruksional.
k. Memprogram sebagai suatu proses pengembangan
Keunikan dan kelebihan pembelajaran terprogram tertama terletak pada
proses produksinya. Sengat disayangkan bahwa proses produksi tersebut
tidak terlihat jelas dalam bahan yang diprogramnya atau pada
lingkungan,meskipun proses itulah yang menetukan struktur dan
kualitasnya.
l.Dari Komunikasi Audio Visual ke pendekatan system dan pengembangan
instruksional
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
10
Pendapat yang lebih mutahir memandang teknologi pendidikan sebagai
pendekatan system dalam proses belajar mengajar dengan memussatkan
perhatian pada rancangan optimal, implementasi dan evaluasi belajar dan
mengajar itu.( Hinst,1971,hlmn 41 ).
TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI TEORI,
BIDANG GARAPAN, DAN PROFESI
Teknologi pendidikan dapat dipandang sebagai tiga aspek, yaitu teknologi
pendidikan sebagai sebuah konstruk teoritik, sebagai bidang garapan, dan sebagai
suatu profesi. Ketiga aspek tersebut memberikan cara pandang yang berbeda
dalam memahami teknologi pendidikan. Setiap orang memiliki cara pandang
berbeda-beda dan cara pandang setiap orang itu bisa saja berubah, tergantung
dari apa yang mereka ―kerjakan‖ dalam hubungannya dengan teknologi
pendidikan.
Teknologi pendidikan sebagai konstruksi teoritik adalah perspektif dasar
dari sebuah ilmu pengetahuan. Dengan memandang teknologi pendidikan sebagai
konstruk teoritik, teknologi pendidikan mempunyai bentuk yang abstrak, dan
bentuk yang abstrak itu akan digunakan untuk proses menganalisis dan
menemukan perkembangan lainnya dalam kawasan teknologi pendidikan. Mereka
yang bekerja dalam ranah teknologi pendidikan, memandang bahwa teknologi
pendidikan juga merupakan suatu bidang garapan. Mereka menghubungkannya
dengan aktivitas dan pekerjaan sehari-hari. Bagi mereka yang memandang
teknologi pendidikan sebagai bidang garapan, teknologi pendidikan bukanlah
suatu teori yang hanya terdefinisi, melainkan suatu bentuk nyata yang dapat
menunjukkan keberadaannya.
Selain dpandang sebagai teori dan bidang garapan, sekelompok orang
lainnya juga berpandangan teknologi pendidikan sebagai suatu profesi dan
mengidentifikasikannya dengan menggunakan kriteria tertentu untuk menunjukkan
adanya profesi tersebut. Di samping menekankan kepada masalah pekerjaandan
aktivitas, orang-orang ini juga meneakankan pada masalah kriteria (seperti latihan,
menjadi suatu anggota organisasi) yang membuat mereka jadi professional dan
yang membuat teknologi pendidikan menjadi ―profesi utama‖ mereka.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
11
Ketiga perspektif tersebut memungkinkan kita untuk memandang teknologi
pendidikan sebagai sesuatu yang dapat terpisah satu sama lain dan dalam
pekerjaan yang berbeda-beda. Tapi sebenarnya ketiga teori tersebut saling
mempunyai keterhubungan satu sama lainnya. Teori merupakan konstruk dasar
dalam bidang keilmuan, segala sesuatu beranjak dari teori yang melandasinya.
Teori yang muncul tentang teknologi pendidikan tentunya tidak sembaran tercipta,
tetapi melalui proses yang sistematis dan penelitian yang panjang.
Teknologi pendidikan sebagai suatu bidang garapan dijelaskan oleh Finn
(1963: iv-v). Finn berpendapat bahwa suatu bidang garapan adalah lingkungan
kegiatan yang ―merangkum komponen konsep, keterampilan, dan prosedur dari
sejumlah disiplin akademik dan juga dari bidang terapan yang lain dan
memperpadukannya dalam bentuk aplikasi baru‖. Proses penentuan kawasan
dalam bidang garapan secara mendasar haruslah memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam mendefinisikan teori dan tiga karakteristik atau persyaratan
tambahan, yaitu adanya teknik intelektual, aolikasi praktis, dan keunikan bidang
garapan tersebut. Profesi teknologi pendidikan terlebih dahulu harus memenuhi
dan selaras dengan syarat-syarat untuk mendefinisikan teoritik dan bidang
garapan.
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
sebagai TEORI
TEKNOLOGI PENDIDIKAN sebagai BIDANG GARAPAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN sebagai
PROFESI
1. Suatu prinsip
umum
2. Suatu prinsip atau
serangkaian
prinsip
1. Teknik Intelektual
2. Aplikasi Praktis
3. Keunikan
1. Latihan dan
sertifikasi
2. Standar dan etika
3. Kepemimpinan
4. Asosiasi dan
komunikasi
5. Pengakuan
6. Tanggung jawab
profesi
7. Hubungan dengan
profesi lain
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
12
Bagan diatas menjelaskan hubungan yang berawal dari proses
penyusunan konsep teori dari teknologi pendidikan beserta unsur yang
menyertainya, prisip umum dan serangkaian prinsip lain. Setelah menemukan
bentuk konsep teori yang paten dan kuat, maka teori tersbut digunakan dalam
mengembangkan teknologi pendidikan sebagai bidang garapan. Bidang garapan
tersebut juga mempunyai syarat-syaratnya tersendiri, yaitu merupakan teknik
intelektual, bersifat aplikasi praktis, dan mempunyai keunikan tersendiri. Kekuatan
konsep teori dalam aplikasi teknologi pendidikan sebagai bidang garapan, dan
munculnya bentuk nyata penerapan teknologi pendidikan, barulah memberikan
landasan untuk pengakuan teknologi pendidikan sebagai suatu profesi yang diakui
keberadaannya. Adapun syarat-syarat dalam profesi tersebut adalah latihan dan
sertifikasi, standar dan etika, kepemimpinan, asosiasi dan komunikasi, pengakuan,
tanggung jawab profesi, dan hubungan dengan profesi lain.
TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PERJALANAN SEBAGAI KONSTRUKSI
TEORI DAN KAWASAN
Teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu yang
mencakup orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi, untuk menganalisis
masalah, mencari cara pemecahan, mengimplementasikan, mengevaluasi, dan
mengelola pemecahan masalah yang berkenaan dengan semua aspek belajar
manusia. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu tampak dalam
bentuk semua sumber belajar yang didesain dan/atau dipilih dan/atau
dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
Definisi teknologi pendidikan disusun berdasarkan dan menggunakan
banyak konsep. Beberapa konsep yang melandasi definisi teknologi pendidikan
memiliki kosep yang lebih khusus dan mengandung serangkaian asumsi yang
jelas. Konsep yang melandasi teknologi pendidikan adalah konsep pendidikan dan
pembelajaran. Konsep pendidikan disini mempunyai makna:
“pendidikan merupakan kebulatan konsep yang luas cakupannya, keseluruhan proses besar yang dengan itu seseorang mengembangkan kecakapan, sikap, dan lain-lain bentuk tingkah laku yang mempunyai nilai positif dalam masyarakat di mana ia hidup atau bertempat tinggal. (Good, 1973:202)”
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
13
Sementara itu pembelajaran mempunyai konsep sebagai berikut:
“pembelajaran adalah sub-bagian dari pendidikan, proses dimana lingkungan seseorang dengan sengaja dikelola agar memungkinkan orang itu dapat belajar melakukan hal tertentu dalam kondisi tertentu atau memberikan respons terhadap situasi tertentu. (Corey, 1967: 6)”
Teknologi pendidikan sebagai bidang ilmu pengetahuan, sejak 1920, juga
mengalami perluasan dan perkembangan. Ini tidak lepas dari ilmu pengetahuan
dan pemikiran manusia yang semakin maju dalam memenuhi kebutuhan. Dalam
penegertian pertamanya teknologi pendidikan berarti dengan pengajaran visual,
lalu kemudian berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan pemahaman
filsafat.
PEMBELAJARAN
VISUAL Definisi dan pengertian
teknologi pendidikan di awal
keunculan (1920)
PEMBELAJARAN
AUDIOVISUAL Dengan adanya kemajuan dalam bidang
perekam suara, maka pembelajaran visual
diperluas dengan ditambahkan audio
PEMBELAJARAN AUDIOVISUAL
DENGAN TEORI KOMUNIKASI
Perpaduan yang tepat ketika pembelajaran audiovisual didasarkan pada pandangan teori
komunikasi.
PEMBELAJARAN AUDIOVISUAL
DENGAN PENDEKATAN SISTEM
Konsep sistem dalam teknologi pendidikan
menganggap sistem sebagai produk, tetapi
bukan sebagai yang terpisah-pisah seperti
pada konsep bahan audiovisual.
PEMBELAJARAN AUDIOVISUAL
DENGAN PENDEKATAN SISTEM DAN
TEORI KOMUNIKASI
Dengan penyatuan teori komunikasi dan
pendekatan sistem pada aplikasi pembelajaran audiovisual memungkinkan
untukmengembangkan potensi si-belajar
secara penu. (Ely, 1963)
KOMUNIKASI AUDIOVISUAL KE
PENDAKATAN SISTEM DAN
PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL
Teknologi pendidikan sebagai pendekatan sistem dalam proses belajar-mengajar,
dengan memusatkan perhatian pada
rancangan optimal, implementasi dan evaluasi belajar dan mengajar itu.
(Hinst,1971)
KOMUNIKASI AUDIOVISUAL DAN
PENDEKATAN SISTEM MENUJU
TEKNOLOGI INSTRUKSIONAL
Teknologi instruksional dalam pengertian modern, meliputi pengelolaan gagasan,
prosedur, dana, mesin, dan orang dalam
proses instruksional. Dengan demikian teknologi instruksional meliputi: perangkat
fisik dan sistem pembelajaran.
(Hoban, 1965:124)
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
14
Perkembangan teoritis yang dialam bidang keilmuan teknologi pendidikan
sangat kompleks dan mempunyai proses yang panjang, lewat penelitian dan
pengembangan. Pada akhirnya teknologi pendidikan menemukan bentuk
aplikasinya yang nyata dan holistik. Kerangka teoritik teknologi instruksional
merupakan perbahan paradigm utama teknologi pendidikan untuk ke dua kalinya.
Perubahan itu menghasilkan pandangan yang sungguh-sungguh baru tentang
bagaimana teknologi pendidikan dipadukan dan berhubungan dengan masyarakat.
TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PERJALANAN
SEBAGAI BIDANG GARAPAN
Telah dipaparkan sebelumnya, bahwa untuk memandang keilmuan
sebagai bidang garapan daapt dipandang melalui tiga aspeknya, teknik intelektual,
aplikasi praktis, dan keunikan. Tiga aspek ini memiliki peran dan fungsi dalam
kemajuan suatu bidang keilmuan, tidak terkecuali teknologi pendidikan. Pada
kawasan pengelolaan dan pengembangan pendidikan, teknologi pendidikan
mempunyai teknik intelektual dalam berperan.
Teknik intelektual (cara berpikir dalam menghadapi tantangan) yang
digunakan dalam fungsi riset. Teori untuk melahirkan dan menguji pengetahuan,
misalnya, adalah metode ilmiah. Teknik yang digunakan dalam fungsi disain untuk
menciptakan spesifikasi sumber belajar adalah proses pengembangan
instruksional. Fungsi pengelolaan dan pengembangan dalam teknologi pendidikan
haruslah disandingkan dan diterapkan secara terpadu. Oleh karena itu,
menggunakan teknik intelektual fungsi-fungsi tersebut secara terpisah, tidak akan
memenuhi syarat untuk lahirnya suatu bidang garapan tersendiri. Di sinilah letak
arti pentingnya bahwa teknik intelektual itu harus menunjukkan keunikannya dalam
bidang teknologi pendidikan.
Teknologi pendidikan memandang masalah sekaligus pemecahannya
sebaagi suatu kebulatan (atau gestalt) proses belajar manusia. Teknologi
pendidikan memandang situasi secara menyeluruh, bukan melihatnya sebagian
demi sebagia yang diidentifikasi dan diimplementasikan dengan menggunakan
teknik-teknik tersendiri terpisah satu sama lain. Hasil proses yang kompleks lagi
terpadu ini serta pendekatannya terhadap masalah dan pemecahannya secara
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
15
menyeluruh adalah merupakan sinergi. Kekhasan teknik intelektual teknologi
pendidikan lebih daripada sekedar jumlah dari bagian-bagiannya – lebih daripada
sekedar jumlah masing-masing teknik dari setiap fungsi.
Teknik intelektual teknologi pendidikan menghasilkan tenaga ekstra dalam
usaha pemecahan masalah, dan membuahkan hasil yang tidak dapat diramalkan
sebelumnya berdasar atas apa yang dihasilkan oleh masing-masing fungsi
bilamana beroperasi sendiri-sendiri terpisah satu sama lain.
Setelah teknik intelektual, aspek yang dimiliki oleh teknologi pendidikan
sebagai suatu bidang garapan adalah aplikasi praktis. Aplikasi teknologi
pendidikan yang paling mendasar, dan yang secara tegas dinyatakan, adalah
menyediakan dan melaksanakan pemecahan masalah dalam memberikan
kemungkinan belajar. Pemecahan masalah disini mempunyai bentuk sebagai
suatu sumber belajar. Fungsi-fungsi pengelolaan dan pengembangan juga
merupakan bukti penerapan praktis teknologi pendidikan. Masing-masing fungsi
tersebut mempunyai kegiatan dan hasil khusus, yang dapat diukur dan dilihat.
Teknologi pendidikan mempunyai dampak penting terhadap struktur
organisasi lembaga yang menerapkannya. Dampak ini akan terasa dalam tiga hal
yaitu: mengubah tingkat pengambilan keputusan, menciptakan pola instruksional
baru, dan memungkinkan adanya bentuk alternatif lembaga pendidikan. Konsep
teknologi pendidikan pada definisi yang sekarang, mengubah tingkat dampak
teknologi pendidikan terhadap pendidikan dan pembelajaran.
TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PERJALANAN SEBAGAI PROFESI
Suatu profesi dalam bidang tertentu berkewajiban untuk menetapkan
pedoman atau petunjuk bagi penampilan dan latihan para pelaksana. Yang
pertama lewat pengawasan dan pemberian surat keterangan kecakapan
(sertifikasi) sedangkan yang kedua lewat pengakuan program-program
(akreditasi). AECT, sebagai suatu perkumpulan yang paling langsung berurusan
dengan penerapan teknologi pada pendidikan dan pembelajaran, telah
melaksanakan langkah pertamanya dalam sertifikasi dengan jalan mengidentifikasi
dan menyusun tiga kawasan spesialisasi yang perlu bagi sertifikasi dan latihan.
Heinich medukung konsep peranan ganda bagi mereka yang benar-benar
secara aktif terlibat dalam teknologi pendidikan. Peranan yang tradisional yaitu
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
16
menyajikan pelayanan media masih tetap dipertahankan dan hal itu memang
penting bagi keberhasilan penerapan teknologi, tetapi itu hanyalah salah satu dari
tiga peranan pokok, yang menurut Heininch (46) meliputi desain kurikuler dan
instruksional, desain produk instruksional, dan pelayanan media. Ketiga kawasan
ini menjadi dasar bagi pengembangan usaha-usaha sertifikasi AECT.
Pengembangan program instruksional (disebut juga Desain Kurikuler dan
Instruksional oleh Heinich, 1973) adalah suatu bidang yang menggarap masalah-
masalah yang lebih luas dalam pengembangan suatu sistem instruksional yang
lengkap. Bidang ini meliputi penerapan secara menyeluruh dari teknologi dan
pembelajaran bermedia (mediated instruction) untuk memberi kemudahan dalam
belajar. Pengembagan program instruksional terutama tersusun atas tugas atau
komptensi dalam fungsi desain, pemanfaatan/penyebaran, penelitian-teori, dan
pemanfaatan, dengan tugas/kompetensi sekundernya dalam fungsi evaluasi-
seleksi, pengelolaan organisasi dan produksi.
Pengembangan produk media (disebut juga Pengembangan Produk
Instruksional oleh Heinich, 1973) adalah bidangyang berurusan dengan produksi
paket-paket pembelajaran bermedia tertentu. Bidang ini mencakup penjabaran
tujuan instruksional yang khusus ke dalam hal-hal konkrit yang dapat memberikan
kemudahan untuk belajar.
Pengelolaan media (atau Pelayanan Media, menurut Heinich 1973) adalah
bidang yang berurusan dengan pelayanan-perpanjangan penunjang, baik yang
diberikan kepada para staf pengajar (faculty) maupaun para pelajar/ mahasiswa
yang terlibat dalam kegiatan instruksional. Pengelolaan media ini terutama terdiri
atas tugas/kompetensi yang berada dalam fungsi pengelolaan organisasi,
pengelolaan personel, pemanfaatan/penyebaran dan logistik serta
tugas/kompetensi sekundernya dalam fungsi evaluasi-seleksi, penelitian-teori,
desain, produksi dan pemanfaatan.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
17
HAKEKAT DEFINISI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN TAHUN 1994
Israel Scheffler ( 1960 ) membedakan definisi umum dengan definisi
ilmiah.Menurut pendapatnya definisi ilmiah mempunyai landasan tekniis dan
teoritis serta memerlukan pengetahuan khusus untuk memahaminya.Definisi ini
merupakan hasil penelitian.Sedangkan definisi umum dapat dimengerti baik oleh
umum maupun kaum profesi.Definisi umum menjelaskan bagaimana suatu istilah
dimengerti dalam penggunaannya.Menurut Scheffler ada tiga jenis definisi
umum,yaitu yang bersifat stipulatif ( kesepakatan = stipulative), bersifat deskriptif (
descriptive),dan yang bersifat programatik ( programmatic).Definisi bidang yang
dipakai disini termasuk definisi umum dari Scheffler yang bersifat stipulatif dan
progmatik,Definisi Tahun 1994 disusun atas dasar hal-hal yang telah digunakan
sebelumnya,dengan menyepakati apa kesamaan tentang bidang dan
cakupannya,serta menunjukkan bagian mana yang masih memerlukan riset.Oleh
karena itu,definisi ini bersifat stimulatif dengan implikasi progmatik yang
diharapakan dapat melayani kebutuhan berkomunikasi.
Suatu Bidang dapat didefinisikan dengan beberapa cara : berdasarkan
pada paeran yang dimainkan oleh para praktisi,berdasarkan pada cakupan
pengetahuan tertentu,atau menurut persyaratan profesi dalam bidan itu ( Marriner
– Tomey,1989).Definisi dapat bersifat logical dan metafora,atau gabungan dari
keduanya.sebagai contoh; peran dalam suatu bidang dapat dinyatakan dalam
bentuk kiasan,seperti penggambaran seorang desainer pembelajaran sebagai
seorang artis atau perupayasa.
Definisi yang dikembangkan pada tahun 1994 mengalami
penyempurnaan yang disesuaikan dengan kebutuhan ilmu pengetahuan. Tetapi,
unsur-unsur yang ada dalam definisi 1977 masih ada dalam kerangkan definisi
tahun 1994. Tetapi, sebelum definisi dikembangkan, harus sudah ada kejelasan
tentang parameter definisi tersebut. Parameter ini adalah anggapan (asumsi) yang
melandasi pengambilan keputusan. Agar definisi dapat dirumuskan, terlebih
dahulu harus ada ketentuan tentang lingkup, tujuan, pandangan, sasaran serta
karakteristik utama yang harus dijadikan pertimbangan. Asumsi dasar penyusunan
definisi tahun 1994 adalah sebagai berikut:
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
18
1. Teknologi pembelajaran telah berkembang dari suatu gerakan menjadi
suatu bidang dan profesi. Karena profesi menyangkut pengetahuan yang
menjadi landasannya. Definisi tahun 1994 harus mengidentifikasi serta
menekankan teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang studi maupun
Praktik. Sedangkan definisi tahun 1977 lebih memberikan penekanan pada
peran para praktisi.
2. Definisi yang disempurnakan harus mencakup semua wilayah kegiatan
maupun kaum praktisi. Wilayah ini, merupakan kawasan bidang garapan.
3. Proses maupun produk sangatlah penting dalam bidang.karena itu
keduanya harus tercermin dalam definisi.
4. Hal-hal kecil yang sulit dimengerti atau dikenali oleh kaum profesi teknologi
pembelajaran berikut uraian penjelasannya harus dihapus dari definisi.
Berdasarkan pandangan tentang sejarah teknologi pembelajaran, Saettler
(1990) berpendapat teknologi sebagai upaya yang lebih terpusat pada
peningkatan keterampilan dan organisasi kerja dibandingkan dengan mesin dan
peralatan. Teknologi modern digambarkan sebagai sistematisasi pengetahuan
praktis dalam meningkatkan produktivitas. Demikian pula Heininch, Molenda dan
Russell (1993) mendefinisikan teknologi pembelajaran sebagai ―penerapan
pengetahuan ilmiah tentang proses belajar pada manusia dalam tugas praktis
belajar dan mengajar‖.
Teknologi pembelajaran seringkali didefinisikan sebagai penerapan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan permasalahan belajar. ini
merupakan suatu paradigma yang mengasumsikan bahwa ilmu dan teknologi tidak
terpisahkan. Braudel mengingatkan bahwa teknologi bukan sekedar aplikasi ilmu
pengetahuan, melainkan juga perbaikan proses serta sarana yang memungkinkan
suatu generasi menggunakan pengetahuan generasi sebelumnya sebagai dasar
bertindak.
Definisi teknologi pembelajaran pada tahun 1994 juga dipengaruhi oleh
teori sistem. Integrasi ini dikarenakan teknologi tidak lepas dari konsep sistematik,
seperti yang tertera dalam definisi yang diungkapkan oleh Rogers. Menurut
Rogers (1983: 12) teknologi merupakan suatu rancangan langkah instrumental
untuk memperkecil keraguan mengenai hubungan sebab-akibat dalam mencapai
hasil yang diharapkan. Berdasarkan pendekatan sistem, teknologi pembelajaran
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
19
didefinisikan oleh Gentry sebagai asplikasi strategi maupun teknik yang sistemik
dan sistematik yang diambil dari konsep ilmu perilaku dan ilmu pengetahuan alam
maupun pengetahuan lain dalam memecahkan masalah pembelajaran.
Salah satu definisi yang paling komperehensif adalah definisiya Robert M.
Gagne yang menyatakan bahwa teknologi pembelajaran berhubungan dengan
studi dan penciptaan kondisi belajar yang berhasilguna. Pada akhirnya definisi
tahun 1994 memberi tempat pada adanya keragaman dan spesialisasi yang ada
sekarang, selain juga menggabungkan unsur-unsur definisi dan kawasan bidang
yang tradisional. Definisi hasil revisi adalah:
Teknologi pembelajaran adalah teori dan Praktik dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber
untuk belajar.
Tiap kawasan dari bidang memberikan sumbangan pada teori dan Praktik
yang menjadi landasan profesi. Tiap kawasan tersebut berdiri sendiri meskipun
saling berkaitan. Antara kawasan tersebut tidak terdapat hubungan yang linear.
Definisi teknologi pembelajaran menyoroti hubungan tiap kawasan dengan teori
dan Praktik.
Dalam definisi yang direvisi, dari beberapa definisi sebelumnya, terdapat
beberapa komponen yang dapat diuraikan. Menurut definisi tahun 1994, teknologi
pembelajaran adalah:Teori dan Praktik,Desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, dan penilaian,Proses dan sumber,Untuk keperluan belajar
Berdasarkan komponen-komponen yang diuraikan dalam definisi tahun
1994, para masyarakat ilmu pengetahuan mendapatkan masukan tentang
deskripsi yang dapat dilakukan oleh seorang teknolog pembelajaran beserta
bidang garapannya.
Melalui pengalaman dan penelitian yang panjang, bidang teknologi
pembelajaran semakin mempunyai kerangka pengetahuannya. Karena itu Praktik
dalam teknologi pembelajaran selalu didasarkan pada teori yang berhubungan
dengan bidang teknologi pembelajaran. Yang mana hubungan anatara teori dan
Praktik ini menjadi semakin mantap dengan matangnya bidang.Teori tediri dari
konsep bangunan (konstruk), prinsip, dan proporsi yang memberi sumbangan
terhadap khasanah pengetahuan. Sedangkan Praktik merupakan penerapan
pengetahuan tersebut dalam memecahkan permasalah.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
20
Setiap bidang atau kawasan dalam teknologi pembelajaran, yang telah
disebutkan dalam definisi tahun 1994, saling berhubungan dengan teori dan
Praktik.
Gambar 1.1 Definisi Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktik dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber
untuk belajar
Praktik juga dapat memberikan kontribusi kepada pengetahuan melalui
informasi yang didapat dari pengalaman.
Dalam Teknologi pembelajaran,baik teori maupun Praktik banyak
menggunakan model.Model prosedural, yang menguraikan cara pelaksanaan
tugas,membantu menghubungkan teori dan Praktik.Teori juga dapat menghasilkan
model untuk memvisualkan hubungan model ini disebut model konseptual (
Richey,1986).
TEORI &
PRAKTIK
PENGEMBANGAN PEMANFAATAN
DESAIN
PENGELOLAAN PENILAIAN
GAMBAR 1. Struktur definisi teknologi pembelajaran tahun 1994
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
21
Desain,Pengembangan,Pemamfaatan,Pengelolaan dan Penilaian
Kesemuanya merupakan lima kawasan dasar Teknologi Pembelajaran ,tiap
fungsi tersebut cukup memiliki lingkup dan ciri khas untuk berkembang
menjadi bidang studi tersendiri.Kawasan desain merupakan sumbangan
teoritik terbesar dari Teknologi Pembelajaran tiap fungsi tersebut cukup
memiliki lingkup dan ciri khas untuk berkembang menjadi bidang studi
tersendiri.Kawasan desain merupakan sumbangan teoritik terbesar dari
teknologi pembelajaran untuk bidang pendidikan yang lebih luas.Demikian
pula kawasan pengembangan telah menjadi matang dan memberikan
sumbangan terbesar untuk Praktik.Sebaliknya kawasan pemamfaatan secara
teoritis maupun praktis msih belum berkembang dengan baik.Meskipun
banyak usaha telah dilakukan dalam bidang pemanfaatan media, keadaanya
masih menyedihkan karena kurang adanya perhatian.Sedangkan kawasan
pengelolaan selalu ada dalam bidang karena sumber untuk menunjang
berlangsungnya tiap fungsi harus diorganisasikan dan diawasi (
dikelola).Kawasan penilaian masih menggantungkan diri pada penelitian dari
bidang lain.Sumbangan utama dari bidang studi ini adalah evaluasi formatif.
Proses dan Sumber
Proses adalah serangkaian operasi atau kegiatan yang diarahkan pada suatu
hasil tertentu.Pada Teknologi pembelajaran dikenal baik proses perancangan
maupun penyampaian.Pengertian proses mencakup data urutan yang terdiri
dari masukan, kegiatan dan keluaran.Yang dimaksud dengan sumber ialah
asal yang mendukung terjadinya belajar,termasuk system pelayanan,bahan
pembelajaran dan lingkungan.Bidang tumbuh dari minat penggunaan bahan
pembelajaran dan proses komunikasi.Sumber belajar tidak hanya terbatas
pada bahan dan alat yang digunakan dalam proses belajar-pembelajaran,
melainkan juga tenaga,biaya,dan fasilitas.Sumber belajar mencakup apa saja
yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan
menampilkan kompetensinya.
Untuk Belajar
Tujuan Teknologi Pembelajaran adalah untuk memacu ( merangsang )dan
memicu ( menumbuhkan ).Ungkapan ini dipilih untuk memberi tekanan pada
hasil belajar dan menjelaskan bahwa belajar adalah tujuannya dan
pembelajaran adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut,Belajar, yang
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
22
dapat terlihat dengan adanya perubahan pada pengetahuan,keterampilan
ataupun sikap, merupakan kriteria atau ukuran pembelajaran . Dalam definisi
disebutkan belajar menyangkut adanya perubahan yang relative permanent
pada pengetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman (
Mayer,1982:1040).Berlo( 1960)menunjukkan bahwa unsure-unsur pada
proses belajar dengan proses komunikasi sejalan.Pada komunikasi, pesan
diolah dan disalurkan yang kemudian diterima dan diberi makna serta
disalurkan kembali sebagai umpan balik kepada pengirim pesan.Sedangkan
pada proses belajar,orang menanggapi, menafsirkan dan merespon terhadap
rangsangan,dan mengambil pelajaran dari akibat tanggapan tersebut.
Pakar pendidikan seperti John Dewey (1916), William Heard Kilpatrick
(1925), dan W.W.Charters (1945) telah meletakkan dasar gagasan tentang
teknologi pendidikan. Sekalipun proses definisi teknologi pembelajaran
berakar dari Praktik pendidikan dalam era kemajuan, namun pendapat umum
menganggap bahwa teknologi pembelajaran tumbuh dari gerakan
komunikasi audiovisual (Saettler, 1990). Teknologi pendidikan semula dilihat
sebagai teknologi peralatan, yaitu penggunaan peralatan, media dan sarana
untuk tujuan pendidikan. Jadi, artinya sama dengan ungkapan mengajar
dengan alat bantu audiovisual (Rountree, 1979).
Bidang ini merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan,
yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran, dan pendekatan
sistem untuk pendidikan (Seels, 1989). Dua orang tokoh, Edgar Dale dan
James Finn pantas mendapat penghargaan karena sumbangan mereka yang
besar dalam pengembangan teknologi pembelajaran modern dan perumusan
awal dari definisinya. Dale mengembangkan kerucut pengalaman (Cone of
Experience), sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
23
Secara kronologis, sebelum definisi tahun 1994 muncul, sudah banyak ahli
yang mendefinisikan teknologi pembelajaran sesuai dengan bidang keahlian ahli
masing-masing. Konteks makna yang didapat dari definisi tersebut tidak lepas dari
latar belakang keilmuan seorang ahli. Pada akhirnyadefinisi tahun 1994 muncul
berdasarkan ragam keilmuan yang mendasari teknologi pembelajaran itu sendiri.
Definisi 1994 menafsirkan sarana sebagai proses dan sumber, sedang sistematik
berupa desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian. Desini
ini mencerminkan evolusi dalam teknologi pembelajaran mulai dari awal sebagai
suatu gerakan ke suatu bidang kajian dan profesi, dari bawah kontribusi bidang
kajian ini berupa teori dan Praktik.
GAMBAR 2. Kerucut Pengalaman Dale (Cone of Experience)
Lambang Verbal
Lambang Visual
Radio, Rekaman, Gambar Mati
Gambar Hidup
Pameran
Karya Wisata
Demonstrasi
Dramatisasi
Pengalaman Buatan
Pengalaman Langsung
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
24
A. KAWASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Definisi teknologi pembelajaran tahun 1994 dengan sangat jelas
mengemukakan bidang garapan teknologi pembelajaran berada pada cakupan
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Penjabaran
cakupan (taksonomi) didalam definisi tersebut mempunyai tujuan agar aplikasi
dalam teknologi pembelajaran dengan jelas tergambar dan terencana,
sehingga aplikasi dalam teknologi pembelajaran terorganisasi dengan baik.
Bloom (1956: 10-11) mengemukakan bahwa tujuan utama membuat
taksonomi adalah untuk pemilihan lambing-lambang yang sesuai,
mendefinisikannya yang tepat dan dapat digunakan, serta mendapatkan
konsensus dari kelompok yang akan menggunakannya.
Adanya struktur taksonomi yang mutakhir sangat penting bagi
perkembangan masa depan teknologi pembelajaran. Di samping itu bidang ini
memerlukan kesamaan kerangka konseptual dan kesepakatan dalam
peristilahan. Tanpa kerangka ini, sangat sulit untuk membuat generalisasi,
bahkan untuk berkomunikasi antar bidang sekalipun. Beberapa pendekatan
taksonomi teknologi pembelajaran yang terdahulu menggunakan pendekatan
fungsional. Definisi teknologi pembelajaran tahun 1977 mengusulkan agar
fungsi-fungsi pengelolaan pembelajaran dan fungsi-fungsi pengembangan
pembelajaran beroperasi sebagai komponen-komponen dalam sistem
pembelajaran.
Pada gambar 1 dijelaskan bagaimana taksonomi kawasan teknologi
pembelajaran saling disatukan oleh teori dan Praktik. Walaupun pada gambar
tersebut tidak terdapat garis hubungan antara bidang, tidak berarti kawasan
dalam teknologi pembelajaran saling berdiri sendiri. Sebaliknya, setiap
kawasan dalam teknologi pembelajaran memiliki kaitan yang sangat erat,
karena hubungan antara kawasan tersebut bersifat sinergetik. Seorang
teknolog pembelajaran (peneliti) dapat berkonsentrasi pada satu kawasan.
Walaupun peneliti tersebut dapat memfokuskan pada satu kawasan, mereka
menarik manfaat teori dan Praktik dari kawasan lain. Sebagai contoh, seorang
peneliti ingin melakukan pengembangan sistem pembelajaran, tetapi peneliti
tersebut harus menggunakan teori dalam desain terlebih dahulu.
Setiap kawasan dalam teknologi pembelajaran memiliki kontribusi
terhadap kawasan lainnya, baik dalam proses penelitian maupun aplikasi
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
25
lapangan. Setiap teori digunakan bersama dalam aplikasi tiap kawasan
teknologi pembelajaran, karena teknologi pembelajaran selalu berorientasi
kepada teori sistem. Teknologi pembelajaran memandang permasalahan
dalam pembelajaran secara holistik atau menyeluruh, sehingga suatu aplikasi
dalam teknologi pembelajaran tidak akan pernah lepas dari semua kawasan,
walaupun terkadang memiliki fokus dalam satu kawasan. Berikut adalah
gambar yang menjelaskan bagaimana setiap kawwasan bersinergi
GAMBAR 3. Setiap kawasan saling bersinergi
TEORI
&
PRAKTEK
PENGEMBANGAN PEMANFAATAN
DESAIN
PENGELOLAAN PENILAIAN
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
26
Setiap kawasan dalam teknologi pembelajaran pun memiliki sub kawasan, dapat
dijelaskan dalam gambar berikut ini.
Kawasan Desain
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain
ialah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti
program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul.
Ruang lingkup desain pembelajaran telah diperluas dari sumber belajar atau
komponen individual sistem ke peritmbangan maupun lingkungan yang
sistematik. Kawasan desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari
teori dan Praktik. Cakupan ini dapat diidentifikasi karena masuk dalam lingkup
pengembangan penelitian dan teori. Kawasan desain meliputi desain studi
mengenai desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran,
dan karakteristik pebelajar.
GAMBAR 3. Kawasan Teknologi Pembelajaran
TEORI
&
PRAKTEK
PENGEMBANGAN
Teknologi cetak
Teknologi Audiovisual
Teknologi Berbasis Komputer
Teknologi Terpadu
PEMANFAATAN
Pemanfaatan Media
Difusi Inovasi
Implementasi dan Institusionalisasi
Kebijakan dan Regulasi
DESAIN Desain Sistem
Pembelajaran
Desain Pesan
Strategi Pembelajaran
Karakteristik Pebelajar
PENGELOLAAN Manajemen Proyek
Manajemen Sumber
Manajemen Sistem Penyampaian
Manajemen Informasi
PENILAIAN
Analisis Masalah
Pengukuran Acuan Patokan
Evaluasi Formatif
Evaluasi Sumatif
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
27
Desain sistem pembelajaran berkaitan dengan bagaimana kita
menganalisa, merancang, mengembangkan, mengaplikasikan, dan menilai
pembelajaran. kata ―desain‖ merujuk kepada pendekatan sistem maupun
langkah-langkah pendekatan sistem. Setiap langkah dalam proses mempunyai
landasan teori dan Praktik sendiri seperti halnya pada teori disetiap desain
sistem pembelajaran. Sementara itu, desain pesan meliputi “perencanaan
untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan” (Grabowski, 1991: 206). Hal
tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan daya serap yang
mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara
pengirim dan penerima. Desain pesan berurusan dengan tingkat paling mikro
melalui unit-unit kecil seperti bahan visual, urutan, halaman dan layar secara
terpisah. Desain pesan haruslah bersifat spesifik baik terhadap media maupun
tugas belajarnya.
Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu
pelajaran. Penelitian dalam strategi pembelajaran telah memberikan kontribusi
terhadap pengetahuan tentang komponen pembelajaran. Secara khas, strategi
pembelajaran berinteraksi dengan situasi belajar. situasi-situasi belajar ini
sering dinyatakan dalam model-model pembelajaran. Teori tentang strategi
pembelajaran meliputi situasi belajar, seperti belajar induktif, serta komponen
dari proses belajar/mengajar seperti motivasi dan elaborasi.
Karakteristik pebelajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman
pebelajar yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya. Lingkup
karakteristik pebelajar menggunakan penelitian tentang motivasi untuk
mengidentifikasi variabel-variabel yang harus diperhitungkan dan untuk
menentukan bagaimana caranya hal-hal tersebut harus diperhitungkan.
Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakar pada produksi media.
Pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain kedalam
bentuk fisik. Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi
yang digunakan dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang berawal dari
bahan cetak, terutama buku, pada awalnya merupakan bahan ajar utama
dalam pembelajaran. Tepat pada tahun 1930an, penggunaan film untuk
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
28
pembelajaran seperti menjadi tonggak awal kemunculan teknologi
pembelajaran.
Kawasan pengembangan tidak hanya terdiri dari perangkat keras
pembelajaran, melainkan juga mencakup perangkat lunaknya, bahan-bahan
visual dan audio, serta program atau paket yang merupakan panduan
berbagai bagian. Didalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang
kompoleks antara teknologi dan teori yang mendorong baik desain pesan
maupun strategi pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan
dapat dijelaskan dengan adanya:
Pesan yang didorong oleh isi
Strategi pembelajaran yang didorong oleh teori, dan
Manifestasi fisik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak dan
bahan pembelajaran
Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori:
teknologi cetak (yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain),
teknologi audiovisual, teknologi berasaskan komputer, dan teknologi terpadu.
Karena kawasan pengembangan mencakup fungsi-fungsi desain, produksi,
dan penyampaian, maka suatu bahan dapat didesain dengan menggunakan
satu jenis teknologi, diproduksi dengan menggunakan yang lain, dan
disampaikan dengan menggunakan yang lain lagi.
Kawasan Pemanfaatan
Kawasan pemanfaatan teknologi pembelajaran merupakan kawasan
yang tertua diantara kelima kawasan, karena penggunaan bahan audiovisual
seara teratur mendahului meluasnya perhatian terhadap desain dan produksi
media pembelajaran yang sistematis. Kawasan pemanfaatan berasal dari
gerakan pendidikan visual yang tumbuh subur selama dekade pertama abad
ini dengan didirikannya museum-museum sekolah.
Kawsan pemanfaatan dipusatkan pada aktivitas guru dan ahli media
yang membantu guru. Model dan teori dalam kawasan pemanfaatan
cenderung terpusat pada perspektif pengguna. Akan tetapi, dengan
diperkenalkannya konsep difusi inovasi pada kahir tahun 1960an yang
mengacu pada proses komunikasi dan melibatkan pengguna dalam
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
29
mempermudah proses adopsi suatu gagasan, perhatian kemudian berpaling
keperspektif penyelenggara. Definisi AECT 1977 menggabungkan
pemanfaatan dan desiminasi menjadi satu fungsi, yaitu pemanfaatan-
desiminasi. Tujuan dari fungsi itu adalah ―memperkenalkan pebelajar dengan
informasi yang berhubungan dengan teknologi pendidikan‖ (AECT, 1977:66).
Definisi 1977 juga memasukkan suatu fungsi pemanfaatan tersendiri dengan
definisi yang sama ―memperkenalkan pebelajara dengan sumber belajar dan
komponen sistem pembelajaran‖.
Kawasan Pengelolaan
Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan supervisi.
Pengelolaan biasanya merupakan hasil dari penerapan sistem nilai. Secara
singkat, ada empat kategori dalam kawasan pengelolaan, pengelolaan proyek,
pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian, dan pengelolaan
sistem informasi. Di dalam setiap subkategori tersebut ada seperangkat tugas
yang sama yang harus dilakukan. Organisasi harus dimantapkan, personil
harus diangkat dan disupervisi, dana harus direncanakan dan
dipertanggungjawabkan, dan fasilitas harus dikembangkan serta dipelihara.
Pengelolaan proyek meliputi perencanaa, mi=onitoring, dan
pengendalian proyek desain dan pengembangan. Menurut Rothwell dan
kazanas (1992), pengelolaan proyek berbeda dengan pengelolaan tradisional,
yaitu organisasi garis dan staff (line and staff management). Perbedaan itu
disebabkan karena (1) staf proyek mungkin baru, yaitu anggota tim untuk
jangka pendek; (2) pengelolaan proyek biasanya tidak mempunyai wewenang
jangka panjang atas orang karena sifat tugas mereka yang sementara; dan (3)
pengelola proyek memiliki kendali dan fleksibilitas yang lebih luas dari yang
biasa terdapat pada organisasi garis dan staf.
Pengelolaan sumber mencakup perencanaan, pemantauan, dan
pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber. Pengelolaan sumber
sangat penting artinya karena mengatur pengendalian akses. Pengelolaan
sumber sangat penting artinya karena mengatur pengendalian akses.
Pengertian sumberdapat mencakup personil, keuangan, bahan baku, waktu,
fasilitas, dan sumber pembelajaran.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
30
Pengelolaan sistem penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan,
pegendalian, ―cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran dipergunakan‖.
Hal tersebut merupakan suatu gabungan medium dan cara penggunaan yang
dipakai dalam menyajikan informasi pembelajaran kepada pebelajar‖ (Ellington
dan Harris, 1986: 47). Pengelolaan sistem penyampaian memberikan
perhatian pada permasalahan permasalahan produk seperti persyaratan
perangkat lunak/keras dan dukungan teknik terhadap pengguna maupun
operator.
Pengelolaan informasi meliputi perencanaan, pemantauan, dan
pengendalian cara penyimpanan penerimaan/pemindahan atau pemrosesan
informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar. Cukup
banyak tumpang tindih terjadi antara penyimpanan, pengiriman/pemindahan,
dan pemrosesan karena fungsi yang satu sering diperlukan untuk melakukan
fungsi yang lain. Teknologi yang dijelaskan pada kawasan pengembangan
merupakan metode penyimpanan dan penyampaian. Penyiaran atau transfer
informasi sering terjadi melalui teknologi terpadu. ―pemrosesan adalah
pengubahan beberapa aspek informasi (melalui program komputer)…agar
lebih sesuai dengan tujuan tertentu‖ (Lindenmayer, 1988:137). Pengelolaan
informasi penting untuk memberikan akses dan keakraban pemakai.
Pentingnya pengelolaan informasi terletak pada potensinya untuk
mengadakan revolusi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran.
Kawasan Evaluasi
Penilaian dalam pengertian yang paling luas adalah aktivitas manusia
sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas
atau kejadian berdasarkan kepada sistem penilaian tertentu. Pengembangan
pendidikan formal, banyak diantaranya yang didanai oleh pemerintah federal,
menuntut perlunya program penilaian yang bersifat formal pula. Penilaian
program-program ini memerlukan penerapan prosedur yang lebih sistematik
dan ilmiah.
Ahli kurikulum Ralph Tyler dikenal orang sebagai pencetus gagasan
tentang penilaian pada tahun-tahun1930an (Worthen dan Sanders, 1973).
Pada tahun 1965 tanda tersebut terlihat dalamnaskah ―Elementary and
Secondary Education Act‖ (Undang-Undang Pendidikan Dasar dan Menengah
AS) yang memberikan wewenang perlunya diadakan analisis kebutuhan dan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
31
penilaian untuk jenis-jenis program tertentu. Sejak itu, penilaian berkembang
menjadi bidang dan mempunyai asosiasi profesi tersendiri (yaitu American
Evaluation Association atau Asosiasi Penilaian Amerika) dan daftar sejumlah
penerbitan dan jurnal atau majalah yang panjang.
Pada tahun 1960an Stufflebeam (1969) memperkenalkan pendekatan
lain untuk penilaian yang sekarang menjadi karya klasik, yaitu menelaah
―bukan untuk membuktikan tapi untuk memperbaiki‖ Stufflebeam (1983:118).
Model Stufflebeam ini mengemukakan empat jenid penilaian :context, input,
process, dan product (CIPP). Keempat unsur dalam model CIPP memberikan
informasi yang masing-masing berhubungan dengan analisis kebutuhan,
keputusan, desain tentang isi dan strategi, petunjuk pelaksanaan, serta hasil
penilaian (bradden, 1992).
Setelah perkembangan kawasan penelitan penilaian di bidang teknologi
pembelajaran, penilaian memiliki definisi sebagai proses penemuan memadai
tidaknya pembelajaran dan belajar. Penilaian mulai dengan analisis masalah.
Ini merupakan langkah awal yang penting dalam pengembangan dan penilaian
pembelajaran karena tujuan dan hambatan dijelaskan pada langkah ini. Dalam
kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program, penilaian
proyek, dan penilaian produk. Masing-masing merupakan jenis penilaian
penting untuk perancangan pembelajaran, seperti halnya penilaian formatif
dan penilaian sumatif.
Kawasan evaluasi atau penilaian memilii empat subkawasan: analisis
masalah, pengukuran acuan-patokan, penilaian formatif, dan penilaian sumatif.
Analisis masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah
dengan menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan
keputusan. Para evaluator beragumentasi bahwa penilaian yang seksama
dimulai saat program tersebut dirumuskan dan direncanakan. Bagaimanapun
baiknya anjuran orang, program yang diarahkan pada tujuan yang tidak/kurang
dapat diterima dapat dinilai gagal memenuhi kebutuhan.
Pengukuran Acuan Patokan (PAP) meliputi teknik-teknik untuk
menentukan kemampuan pebelajar menguasai materi yang telah ditentukan
sebelumnya. Pengukuran acuan patokan, yang sering berupa tes juga dapat
disebut acuan-isi, acuan-tujuan, atau acuan-kawasan. Sebab, kriteria tentang
cukup tidaknya hasil belajar ditentukan oleh seberapa jauh pebelajar telah
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
32
mencapai tujuan. Pengukuran acuan patokan memberitahukan pada para
siswa seberapa jauh mereka dapat mencapai standar yang ditentukan. Soal-
soal acuan patokan digunakan pada seluruh proses pembelajaran untuk
mengukur apakah prasyarat-prasyarat telah dikuasai. Pengukuran acuan
patokan dapat dipakai untuk menentukan apakah tujuan utama telah dicapai
(Seels dan Galsgow, 1990).
Penilaian formatif dan sumatif. Penilaian formatif berkaitan dengan
pengumpulan informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi ini
sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Sedangkan penilaian sumatif
berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk
pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan. Penekanan baik untuk
penilaian formatif pada tahap-tahap awal dari pengebangan produk, maupun
penilaian sumatif setelah kegiatan pembelajaran merupakan perhatian utama
dari para teknolog pembelajaran. perbedaan kedua jenis penilaian ini pertama
kali dikemukakan oleh Scriven (1967). Menurut Scriven, penilaian formatif
dilaksanakan pada waktu pengembangan atau perbaikan program atau produk
(atau orang, dsb). Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan staf dalam
lembaga program dan biasanya tetap bersifat intern, akan tetapi penilaian ini
dapat dilakukan oleh evaluator dalam atau luar, atau kombinasi (dilakukan
oleh pihak luar dan dalam).
Sedangkan, penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi
kepentingan pihak luar atau para pengambil keputusan. Penilaian sumatif juga
lebih baik dilaksanakan dengan melibatkan kedua pihak (luar dan dalam)
sehingga tidak mengurangi validitas penilaian dan tidak terkesan subjektif.
Kelima kawasan taknologi pembelajaran menunjukkan keragaman dari
bidang. Di samping itu, kawasan-kawasan itu sendiri merupakan kesatuan
yang kompleks. Setiap orang dapat meneruskan proses perumusan definisi
dan mengembangkan tingkat taksonomi yang lebih rinci. Pekerjaan teknolog
pembelajaran untuk masa mendatang adalah membuat definisi yang lebih
sempit dari subkategori maupun cakupan yang ada di dalamnya.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
33
B. UNSUR SISTEM DALAM TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Kawasan bidang ini telah berkembang melalui pergulatan antara
pengaruh nilai, penelitian, dan pengalaman praktisi, khususnya pengalaman
dengan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran. Bidang ini kemudian
berkembang tidak hanya berupa pengetahuan teoritik tetapi juga pengetahuan
praktis. Bagaimanapun, mereka yang menyebut dirinya teknolog
pembelajaran, memahami dan menggunakan landasan pengetahuan profesi
dari etos para pakar. Setiap kawasan dibentuk oleh:
1. Landasan penelitian dan teori;
2. Nilai dan perspektif yang berlaku; dan
3. Kemampuan teknologi itu sendiri.
Teknologi pembelajaran telah dipengaruhi oleh teori dari berbagai bidang
kajian. Akar teori ini dapat ditemui dalam berbagai disiplin, termasuk:
1. Psikologi;
2. Rekayasa;
3. Komunikasi;
4. Ilmu komputer;
5. Bisnis; dan
6. Pendidikan secara umum.
Sementara penelitian dan teori digunakan oleh para teknolog
pembelajaran utuk menuntun sebagian besar karyanya, prinsip-prinsip umum
menuntuk sebagian besar karyanya, prinsip-prinsip umum seringkali
diterjemahkan ke dalam bentuk model-model yang memberikan rumusan
prosedur yang direkomendasikan. Wilayah teori ini, yang biasanya mempunyai
hubungan erat dengan suatu kawasan, seingkali memberikan dampak lebih
dari satu bagian bidang saja.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
34
Gambar dibawah ini akan menjelaskan teori yang berkenaan dengan teknologi
pembelajaran.
Teori-teori yang berkembang didalam setiap kawasan tidak berarti
terbatas pada teori-teori tersebut saja. Walaupun setiap bidang atau kawasan
tidak terlihat saling berinteraksi, tetapi setiap kawasan dapat menggunakan
teori yang berkembang di teori pada kawasan lain. Dalam kawasan desain
terdapat aspek sistem umum, sistem umum disini memiliki makna sebagai
penggunaan teori sistem. Teori sistem yang terdapat dalam kawasan desain
dapat digunakan ketikan seorang teknolog melakukan kegiatan pada
pengembangan bahan pembelajaran.
Teori dalam setiap kawasan memiliki peran dan posisi tersendiri dalam
aplikasi teknologi pembelajaran. Kemungkinan penggunaan teori yang hanya
berasal dari satu bidang saja sangat kecil, karena sifat antara kawasan adalah
sinergetik. Gambar dibawah ini akan mengemukakan bidang apa saja yang
dapat digarap dalam aplikasi teknologi pembelajaran.
GAMBAR 4. Teknologi Pembelajaran. Hubungan antara beberapa landasan teori
TEORI
PENGEMBANGAN
Komunikasi
Berpikir Visual
Belajar Visual
Komunikasi Visual
Estetika
PEMANFAATAN
Pemanfaatan Ilmu
Kurikulum
Teori Sistem Umum
Perubahan
Pengembangan Organisasi
DESAIN
Sistem Umum
Belajar
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Kurikulum
PENGELOLAAN
Manajemen Umum
Komunikasi
Motivasi
Ekonomi
Informasi
PENILAIAN
Belajar Keperilakuan
Belajar Kognitif
Pengukuran
Umum
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
35
Penelitian menjadi salah satu kunci yang mengembangkan aplikasi keilmuan
teknologi pembelajaran. Dalam perspektif teknologi pembelajaran tahun 1977,
penelitian merupakan salah satu dasar dan kriteria bahwa teknologi pembelajaran
merupakan sebuah teroi konstruk yang dibentuk oleh beberapa landasan
keilmuan. Dalam kawasan teknologi pembelajaran tahun 1994, tiap kawasan
memiliki subkategori yang dapat digarap dalam penelitian bidang teknologi
pembelajaran.
C. TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM APLIKASI
Dimensi Praktik teknologi pembelajaran berkembang sejalan dengan
perkembangan potensi teknologi. Introfuksi mikro-komputer di bidang pendidikan
dan pelatihan secara drastis mengubah keberadaan proses Praktik di lapangan.
Penggunaan komputer yang semakin lazim serta semakin besar kemampuannya,
GAMBAR 5. Teknologi Pembelajaran. Hubungan antara beberapa penelitian
PENELIT
IAN
PENGEMBANGAN
Media
Desain Teks
Belajar Visual
PEMANFAATAN Difusi Inovasi
Dampak Konstektual
Pemasaran
DESAIN Perbedaan
Individual/Karakteristik Pembelajar
Strategi & Taktik Pembelajaran
Interaksi perlakuan Bakat
Desain Pesan
PENGELOLAAN Meramal
Kecenderungan
Efektivitas Biaya
Produktivitas
PENILAIAN Analisis Manfaat-
Biaya
Penelusuran Kebutuhan
Evaluasi Produk
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
36
memungkinkan perkembangan Praktik teknologi pembelajaran meningkat dengan
pesat.
Sebagai suatu bidang garapan (AECT 1977), teknologi pembelajaran
memiliki lingkup Praktik. Lulusan program teknologi pembelajaran biasanya
memeroleh pekerjaan di berbagai latar kerja. Gambar dibawah ini akan
menunjukkan bidang kerja yang dapat dimiliki seorang lulusan teknologi
pembelajaran.
Meluasnya pilihan lapangan bagi para teknolog pembelajaran mempunyai
dampak yang sangat berarti bagi bidang. Yang terpenting adalah perluasan pilihan
dalam sektor pelatihan swasta. Sekarang ini dalam kebanyakan wilayah geografis,
tugas pelatihan memprasyaratkan pendidikan lanjutan dalam bidang teknologi
pembelajaran atau bidang yang berkaitan. Ely (1992) mengungkapkan adanya
kecenderungan lebih banyaknya kegiatan pengembangan pembelajaran di latar
luar sekolah dibandingkan dengan di sekolah.
Satu lagi kekhasan Praktik dalam bidang ini adalah kenyatan bahwa
banyak lembaga yang memasukkan aplikasi teknologi ke dalam lingkungan
PROFESI
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
KESEHATA
N
BISNIS DAN INDUSTRI
TEMPAT IBADAH,
RUMAH, & MASYARAK
AT
PEMERINT
AHAN
SEKOLAH
GAMBAR 6. Pilihan bagi Lulusan Teknologi Pembelajaran
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
37
pekerjaan mereka. Berbagai teknologi itu, bukan semata-mata menjadi wilayah
eksklusif bidang teknologi pembelajaran. Perekayasa sistem, pemrogaman
komputer, guru dan akademisi dalam bdiang keahlian, semuanya tertarik pada
teknologi dan karena itu menggunakannya.
Variasi Praktik di Berbagai Tempat Bekerja
Dengan semakin berkembang dan menonjolnya pelatihan di lingkungan bisnis
dan industrial di berbagai daerah, telah berkembang pula topik-topik baru dalam
bidang teknologi pembelajaran, seperti misalnya:
Pembelajaran berorientasi keterampilan yang diikuti kemudian dengan
transfer pelatihan;
Pembelajaran mengacu pada materi bukan pebelajar;
Analisis tahap awal dan desain sistem pembelajaran;
Teknologi belajar jarak jauh
Hakekat pebelajar dewasa; dan
Teknologi kinerja
Lingkungan pelatihan seringkali merupakan area dimana banyak produk
teknologi canggih sekarang ini dikembangkan. Hal ini terjadi karena perusahaan
swasta seringkali lebih menekankan pada penggunaan teknologi sebagai sumber
dibandingkan dengan sekolah, bahkan seluruh sekolah mulai TK hingga SLTA di
suatu wilayah. Kecuali itu perusahaan besar dapat menyebarkan investasi
teknologinyakepada sejulah besar pelatihan, sehingga pengeluaran tiap peserta
tetap hemat-biaya (cost efficeint).
Lingkungan pelatihan juga menekankan pada produktivitas, serta mengurangi
waktu dalam merancang ulang. Tekanan pada produktivitas dan waktu ini
mengarah pada dikembangkannya sistem penunjang kinerja elektronik serta
pendekatan baru dalam kegiatan perancangan dan pengembangan untuk
menemukan teknik yang lebih efisien (Dick, 1993; Wager, 1993). Sekolah
mempunyai kepentingan lain yang meengaruhi Praktik teknologi pembelajaran
dalam lingkungan ini, termasuk:
Pembelajaran dengan kendaliguru yang luwes;
Memenuhi kebutuhan kimperehensi para siswa;
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
38
Pembelajaran yang tidak dirancang dengan analisis ―front-end‖ secara
menyeluruh; dan
Penilaian dan evaluasi
Pekerjaan para teknolog pembelajaran biasanya ditentukan oleh struktur dan
tujuan dari suatu lingkungan kerja tertentu dengan merujuk aturan dan pola
jabatan dalam lembaga tersebut. Seels dan Glasgow (1990) menguraikan pangsa
pasar kerja dengan membedakan dua peran, yaitu peneliti dan praktisi. Peneliti
yang berkarya di lembaga akademik mungkin berkepentingan dengan setiap
kawasan, namun biasanya mereka mengkhususkan diri pada satu atau dua bidang
minat. Di sekolah atau lembaga pelatihan, kebanyakan peneliti terlibat dalam
penelitian evaluatif.
Praktisi mungkin saja menaruh perhatian pada setiap kawasan dalam bidang
teknologi pembelajaran. Namun mereka ini cenderung mengkhususkan diri ke
dalam lingkup yang terbatas. Meskipun ada juga generalisasi, namun lingkup
teknologi pembelajran yang sangat luas tidak memungkinkan seseorang untuk
menguasai keahlian dalam setiap kegiatan dalam kawasan.
Para teknolog pembelajaran yang memPraktikkan ilmu di lapangan akan terus
mengembangkan keahlian serta keterampilan mereka melalui kegiatan yang
dilakukannya di luar lingkup program pelatihan formal. Usaha mereka merupakan
karakteristik bidang teknologi pembelajaran sebagai akibat dari perkembangan
teknologi baru yang pesat. Mempertahankan tingkat keahlian sesuai
perkembangan mutakhir, senantiasa merupakan persoalan terutama dalam sektor
pelatihan swasta, karena terbatasnya latar belakang pendidikan dan pelatihan dari
orang-orangnya. Tuntutan untuk selalu mengikuti perkembangan utakhir seringkali
dikaitkan dengan adanya teknologi baru dan penguasaan atas proses
perancangan, naming tuntutan itu juga disebabkan oleh majunya perkembangan
teori.
Hubungan antara Definisi 1994 dengan Praktik
Definisi teknologi pembelajaran sekarang disajikan sebagai suatu refleksi dari
teori dan Praktik. Kawasan-kawasan mewakili landasan ilmiah dari bidang dan
sekaligus membantu menentukan skema klasifikasi tentang cara bagaimana
secara khusus pengetahuan tersebut diterapkan dalam lingkungan pekerjaan.
Demi menjaga keutuhan definisi, kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan desain
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
39
dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber pembelajaran. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa proses atau kegiatan yang berkaitan dengan produk
merupakan rumusan fungsi dari kawasan yang bersangkutan.
Pertumbuhan dalamsatu bidang,terutama yang cepat, dapat merentangkan
bahkan melewati batas-batas tradisional bidang tersebut. Dalam kata lain, proses
penyusunan definisi ini merupakan usaha untuk menetapkan dan menguji batas-
batas tradisional bidang tersebut. Dalam kata lain, proses penyusunan definisi ini
merupakan usaha untuk menetapkan dan menguji batas bidang.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa setiap bidang dalam kawasan teknologi
pembelajaran memiliki sub bidang garapan dan teori yang melandasinya. Dalam
aplikasi di setiap bidang garapan dalam satu kawasan, haruslah diorientasikan
pada bagian proses dan sumber. Karena itu definisi tahun 1994 memberikan
pandangan bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teori dan Praktik
dalam proses dan sumber belajar.
PRAKTIK
MERAN CANG
PROSES SUMBER
MENGELOLA
PROSES SUMBER
MENILAI PROSES SUMBER
MEMANFA ATKAN
PROSES SUMBER
MENGEMBANGKAN
PROSES SUMBER
GAMBAR 7. Hubungan antara Kawasan dan Kegiatan dalam Bidang
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
40
DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN MENURUT AECT TAHUN 2004
Definisi terbaru teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktek dalam
upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara
menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan dan mengelola proses dan
sumber-sumber teknologi yang tepat. Dengan demikian tujuannya masih tetap
untuk memfasilitasi pembelajaran agar lebih efektif, efisien dan menyenangkan
serta meningkatkan kinerja.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa:1) teknologi
pembelajaran adalah suatu disiplin ilmu atau bidang gaapan 2). istilah teknologi
pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi pendidikan, 3). tujuan
utama teknologi pembelajaran adalah (a) untuk memecahkan masalah belajar atau
memfasilitasi pembelajaran; dan (b) untuk meningkatkan kinerja; 4). menggunakan
pendekatan sistemik (holistik atau menyeluruh); 5). kawasan teknologi
pembelajaran dapat meliputi kegiatan yang berkaitan dengan analisis, desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik
proses-proses maupun sumber-sumber belajar, 6). teknologi pembelajaran tidak
hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manusia (seperti
perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dll) sejauh berkaitan dengan upaya
memecahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja, 7). teknologi diartikan
secara luas, bukan hanya teknologi fisik (hardtech), tapi juga teknologi lunak
(softtech)
Dengan demikian beberapa definisi teknologi pembelajaran di atas,
tampaknya dari waktu ke waktu teknologi pemebelajaran mengalami proses
―metamorfosa‖ menuju penyempurnaan. Teknologi pemebelajaran pada awalnya
hanya dipandang sebagai alat berubah ke sistem yang lebih luas, dari hanya
berorientasi pada praktek menuju ke teori dan praktek, dari produk menuju ke
proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan evolusionernya saat ini
teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang kajian, program studi dan
profesi.
Teknologi pembelajaran baik sebagai disiplin ilmu, program studi maupun
profesi terus mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan teknologi
pembelajaran yang pesat ini dengan mengambil empat ciri utama, yaitu: 1)
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
41
menerapkan pendekatan sistem, 2) menggunakan sumber belajar seluas mungkin,
3) bertujuan meningkatkan kualitas belajar manusia, dan 4) berorientasi pada
kegiatan instruksional individual (Atwi Suparman, 2004:30-31). Dengan indikator
ini teknologi pembelajaran semakin memperhalus dan mempertajam
kemampuannya dalam memecahkan masalah belajar dan pembelajaran.
Sedangkan menurut Miarso (2004:201) perkembangan ini pada gilirannya
merangsang dan memperkuat perkembangan profesi dalam bidang teknologi
pembelajaran.
Teknologi pembelajaran sebagai suatu profesi berakar dari penelitian, teori,
dan praktek. Suatu profesi harus mempunyai landasan pengetahuan yang
menunjang praktek. Tiap kawasan teknologi pembelajaran mengandung kerangka
pengetahuan yang didasarkan pada hasil penelitian dan pengalaman. Hubungan
antara teori dan praktek semakin mantap dengan matangnya bidang garapan.
Teori terdiri dari konsep, bangunan (konstruk), prinsip, dan proposisi yang
memberi sumbangan terhadap khasanah pengetahuan. Sedangkan praktek
merupakan penerapan pengetahuan tersebut dalam memecahkan permasalahan.
Dalam teknologi pembelajaran baik teori maupun praktek, banyak menggunakan
model. Model prosedural, yang menguraikan cara pelaksanaan tugas membantu
menghubungkan teori dan praktek. Teori juga dapat menghasilkan model untuk
memvisualisasikan hubungan; model ini disebut model konseptual (Richey, 1986),
Seels & Richey, (2000:10-12).
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang demikian pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) maka tidak mustahil ke depannya
teknologi pembelajaran akan semakin terus berkembang dan memperkokoh diri
menjadi suatu disiplin ilmu, program studi, dan profesi yang dapat berperan dalam
memecahkan masalah-masalah pembelajaran.
Kendati demikian, harus diakui bahwa perkembangan bidang dan profesi
teknologi pembelajaran di Indonesia hingga saat ini boleh dikatakan belum
optimal, baik dalam hal desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan,
maupun evaluasinya. Kiranya masih dibutuhkan usaha perjuangan yang sungguh-
sungguh dari semua pihak yang terkait dengan teknologi pembelajaran, baik dari
kalangan akademisi, peneliti maupun praktisi.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
42
Dengan demikian konsekwensinya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
mengelola pendidikan harus memiliki kemampuan akademis dan profesional yang
handal untuk mengembangkan dan/atau mengaplikasikan teknologi pendidikan
agar penyelenggaraan pendidikan menjadi lebih berkualitas, efektif, efisien, dan
relevan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.
Kawasan Teknologi Pembelajaran.
Ada lima domain atau bidang garapan teknologi pembelajaran atau teknologi
instruksional berlandaskan definisi AECT 1994, yaitu desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan
(domain) dari bidang teknologi pembelajaran. Di bawah ini akan diuraikan kelima
kawasan tersebut, dengan sub kategori dan konsep yang terkait :
1. Kawasan Desain
Domain atau kawasan pertama teknologi pembelajaran adalah desain atau
perancangan yang mencakup penerapan berbagai teori, prinsip dan prosedur
dalam melakukan perencanaan atau mendesain suatu program atau kegiatan
pembelajaran yang dilakukan secara sistemik dan sistematik.
Yang dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan
kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk (Seels &
Richey, 2000: 32). Kawasan desain bermula dari gerakan psikologi
pembelajaran, terutama diilhami pemikiran B.F. Skinner (1954) tentang teori
pembelajaran berprogram (programmed instructions). Pada tahun
1969 pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif tentang
desain turut memicu kajian tentang desain. Pendirian pusat-pusat desain bahan
pembelajaran dan terprogram, seperti ―Learning Resource and Development
Center‖ pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang desain. Dalam
kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, Direktur Learning
Resource and Development Center tersebut menulis dan berbicara tentang
desain pembelajaran sebagai inti dari teknologi pendidikan.
Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi
pembelajaran tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
43
sistem pembelajaran secara bertahap mulai berkembang menjadi suatu
metodologi dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran.
Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-an
dan pada awal 1970-an. Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah
menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain
sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup.
Kawasan desain ini meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek,
yaitu: (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3) strategi
pembelajaran; dan (4) karakteristik peserta didik (Seels & Richey, 2000: 33).
1. a. Desain Sistem Pembelajaran;
Menurut Seels & Richey (2000: 33) desain sistem pembelajaran yaitu
prosedur yang terorganisasi dan sistematis untuk:: (a) penganalisaan
(proses perumusan apa yang akan dipelajari); (b) perancangan (proses
penjabaran bagaimana cara mempelajarinya); (c) pengembangan (proses
penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan belajar); (d)
pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi) dan (e) penilaian
(proses penentuan ketepatan pembelajaran).
Desain sistem pembelajaran biasanya merupakan prosedur linier dan
interaktif yang menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar dapat berfungsi
sebagai alat untuk saling mengontrol, semua langkah–langkah tersebut
harus tuntas. Dalam desain sistem pembelajaran, proses sama pentingnya
dengan produk, sebab kepercayaan atas produk berlandaskan pada
proses.
Sedangkan menurut Twelker, Urbach, Buck (1972) dalam Suparman
(2004:36) pengembangan instruksional adalah suatu cara yang sistematis
untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi satu set bahan
dan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Wujud
pengembangan instruksional adalah produksi dan penggunaan media
instruksional, evaluasi instruksional dan pengelolaan instruksional. Jadi
pengembangan instruksional merupakan salah satu teknologi perangkat
lunak (sofware technology) yang canggih untuk membangun sistem
instruksional yang berkualitas tinggi (Suparman, 2004: 31).
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
44
1. b. Desain Pesan
Desain pesan yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari
pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan
memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi,dan daya tangkap (Seels
& Richey, 2000: 33-34). Fleming dan Levie (1993) membatasi pesan pada
pola-pola isyarat, atau simbol yang dapat memodifikasi perilaku kognitif,
afektif dan psikomotor.
Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti: bahan visual,
urutan, halaman dan layar secara terpisah. Desain pesan harus bersifat
spesifik, baik tentang media maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung
makna bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda, tergantung pada
jenis medianya, apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi keduanya
(misalnya, suatu potret, film, atau grafik komputer). Juga apakah tugas
belajarnya tentang pembentukan konsep, pengembangan sikap,
pengembangan keterampilan, strategi belajar atau hafalan. Dengan
demikian desain pesan ini melibatkan perancangan untuk menentukan jenis
media dan format sajian yang paling menarik untuk menyampaikan pesan-
pesan pembelajaran kepada peserta didik.
1. c. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu
mata pelajaran (Seels & Richey, 2000: 34). Strategi pembelajaran meliputi
situasi belajar dan komponen pembelajaran. Dalam mengaplikasikan suatu
strategi pembelajaran tergantung pada situasi belajar, sifat materi dan jenis
belajar yang dikehendaki.
Strategi instruksional ini merupakan proses memilih dan menyusun
kegiatan pembelajaran dalam sesuatu unit pembelajaran seperti urutan,
sifat mateteri, ruang lingkup materi, metode dan media yang paling sesuai
untuk mencapai kompetensi pembelajaran
1. d. Karakteristik Peserta Didik.
Karakteristik peserta didik yaitu aspek latar belakang pengalaman
peserta didik yang mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya.
Karaketeristik peserta didik mencakup keadaan sosio-psiko-fisik peserta
didik. Secara psikologis, yang perlu mendapat perhatian dari karakteristik
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
45
peserta didik yaitu berkaitan dengan kemampuannya (ability), baik yang
bersifat potensial maupun kecakapan nyata dan kepribadiannya, seperti,
sikap, emosi, motivasi serta aspek-aspek kepribadian lainnya.
1. 2. Kawasan Pengembangan
Kawasan teknologi pembelajaran berikutnya adalah pengembangan
yang berarti proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.
Kawasan pengembangan mencakup pengembangan teknologi cetak,
teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer dan multimedia (Seels &
Richey, 2000:38)
Kawasan pengembangan ini berakar pada produksi media. Melalui
proses yang bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini
berakibat pada perubahan kawasan. Walaupun perkembangan buku teks
dan alat bantu pembelajaran yang lain (teknologi cetak) mendahului film,
namun pemunculan film merupakan tonggak sejarah dari gerakan audio-
visual ke era teknologi pembelajaran sekarang ini. Pada 1930-an film mulai
digunakan untuk kegiatan pembelajaran (teknologi audio-visual). Selama
Perang Dunia II, banyak jenis bahan belajar yang diproduksi terutama film
untuk pelatihan militer. Setelah perang, televisi sebagai media baru
digunakan untuk kepentingan pendidikan (teknologi audio-visual). Selama
akhir tahun 1950- an dan awal tahun 1960-an bahan pembelajaran
berprograma mulai digunakan untuk pembelajaran. Sekitar tahun 1970-an
komputer mulai digunakan untuk pembelajaran, dan permainan simulasi
menjadi mode di sekolah. Selama tahun 1980-an teori dan praktek di
bidang pembelajaran yang berlandaskan komputer berkembang seperti
jamur dan sekitar tahun 1990-an multimedia terpadu yang berlandaskan
komputer merupakan dari kawasan ini.
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang
kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain
pesan maupun strategi pembelajarannya. Pada dasarnya kawasan
pengembangan terjadi karena: a) pesan yang didorong oleh isi, b) strategi
pembelajaran yang didorong oleh teori, c) manifestasi fisik dari teknologi –
perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
46
Kawasan pengembangan ini meliputi: (1) teknologi cetak; (2)
teknologi audio-visual; (3) teknologi berbasis komputer; dan (4) multimedia
(Seels & Richey, 2000:39).
1. a. Teknologi Cetak.
Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan
bahan, seperti : buku-buku, bahan-bahan visual yang statis, terutama
melalui pencetakan mekanis atau photografis (Seels & Richey, 2000:40).
Teknologi ini menjadi dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan dari
kebanyakan bahan pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa cetakan.
Teks dalam penampilan komputer adalah suatu contoh penggunaan
teknologi komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut dicetak dalam
bentuk ―cetakan‖ guna keperluan pembelajaran merupakan contoh
penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.
Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan visual.
Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat
tlergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan
informasi oleh manusia dan teori belajar. Secara khusus, teknologi
cetak/visual mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1) Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang
2) Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif.
3) Keduanya berbentuk visual yang statis
4) Pengembangannya sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik
dan persepsi visual.
5) Keduanya berpusat pada pembelajar
6) Informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh
pemakai.
1. b. Teknologi Audio-Visual
Teknologi audio-visual; merupakan cara memproduksi dan menyampaikan
bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronis untuk menyajikan
pesan-pesan audio dan visual (Seels & Richey, 2000:41). Pembelajaran
audio-visual dapat dikenal dengan mudah karena menggunakan perangkat
keras di dalam proses pengajaran. Peralatan audio-visual memungkinkan
pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan
visual yang beukuran besar. Pembelajaran audio-visual didefinisikan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
47
sebagai produksi dan pemanfaatan bahan belajar yang berkaitan dengan
pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eksklusif
tidak selalu harus tergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-
simbol sejenis.
Secara khusus, teknologi audio-visual cenderung mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
1) Bersifat linier
2) Menampilkan visual yang dinamis
3) Secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah
ditentukan oleh desainer/pengembang.
4) Cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil
dan abstrak.
5) Dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan
kognitif.
6) Sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas belajar
si pembelajar.
1. c. Teknologi Berbasis Komputer
Teknologi Berbasis Komputer; merupakan cara-cara memproduksi
dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang
bersumber pada mikroprosesor (Seels & Richey, 2000:42). Pada dasarnya,
teknologi berbasis komputer menampilkan informasi kepada peserta didik
melalui tayangan di layar monitor. Berbagai aplikasi komputer untuk
pembelajaran biasanya disebut ―computer-based intruction (CBI)‖,
―computer assisted instruction (CAI”), atau ―computer-managed instruction
(CMI)”.
Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan
teori perilaku dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih
banyak berlandaskan pada teori kognitif. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat
bersifat: (1) tutorial, pembelajaran utama diberikan, (2) latihan dan
pengulangan untuk membantu peserta didik mengembangkan kefasihan
dalam bahan belajar yang telah dipelajari sebelumnya, (3) permainan dan
simulasi untuk memberi kesempatan menggunakan pengetahuan yang
baru dipelajari; dan (5) dan sumber data yang memungkinkan peserta didik
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
48
untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengakasesan
(protocol) data yang ditentukan secara eksternal.
Teknologi komputer, baik yang berupa perangkat keras maupun
perangkat lunak biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Dapat digunakan secara secara acak, disamping secara linier
2) Dapat digunakan sesuai dengan keinginan peserta didik, disamping
menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
3) Gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan
menggunakan kata, simbol maupun grafis.
4) Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan
5) Belajar dapat berpusat pada peserta didik dengan tingkat
interaktivitas tinggi.
1. d. Multimedia
Multimedia atau teknologi terpadu merupakan cara untuk
memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa
jenis media yang dikendalikan komputer (Seels & Richey, 2000:43).
Keistimewaan yang ditampilkan oleh teknologi multimedia ini, khususnya
dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi tinggi, yakni adanya
interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam sumber
belajar.
Pembelajaran dengan multimedia atau teknologi terpadu ini
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1) Dapat digunakan secara acak, disamping secara. linier
2) Dapat digunakan sesuai dengan keinginan peserta didik, disamping
menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
3) Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks
pengalaman peserta didik, relevan dengan kondisi peserta didik, dan di
bawah kendali peserta didik.
4) Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam
pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran
5) Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif
sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan.
6) Bahan belajar menunjukkan interaktivitas peserta didik yang tinggi
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
49
7) Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan contoh dari banyak
sumber media.
1. 3. Kawasan Pemanfaatan
Domain ketiga dalam teknologi pembelajaran ialah kawasan
pemanfaatan. Pemanfaatan adalah tindakan menggunakan metode dan
model instruksional, bahan dan peralatan media untuk meningkatkan
suasana pembelajaran. Adapun kawasan pemanfaatan dapat digambarkan
sebagai berikut:
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber
untuk belajar (Seels & Richey, 2000:50). Fungsi pemanfaatan
sangat penting karena membicarakan kaitan antara peserta didik dengan
bahan belajar atau sistem pembelajaran. Mereka yang terlibat dalam
pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokkan peserta didik
dengan bahan belajar dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan peserta didik
agar dapat berinteraksi dengan bahan belajar dan aktivitas yang dipilih,
memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil
yang dicapai peserta didik, serta memasukannya ke dalam prosedur
oragnisasi yang berkelanjutan.
Pembelajaran yang tertua, mendahului kawasan desain dan produksi
media pembelajaran yang sistematis. Kawasan ini berasal dari gerakan
pendidikan visual pada dekade pertama abad ke 20, dengan didirikannya
museum-museum. Pada tahun-tahun awal abad ke-20, guru
mulai berupaya untuk menggunakan film teatrikal dan film singkat
mengenai pokok-pokok pembelajaran di kelas.
Di antara penelitian formal yang paling tua mengenai aplikasi media
dalam pendidikan ialah studi yang dilakukan oleh Lashley dan Watson
mengenai penggunaan film-film pelatihan militer Perang Dunia I (tentang
pencegahan penyakit kelamin). Setelah Perang Dunia II, gerakan
pembelajaran audio-visual mengorganisasikan dan
mempromosikan bahan-bahan belajar audio visual, sehingga menjadikan
persediaan bahan pembelajaran semakin berkembang dan mendorong
cara-cara baru membantu guru. Selama tahun 1960-an banyak sekolah dan
perguruan tinggi mulai banyak mendirikan pusat-pusat media pembelajaran.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
50
Karya Dale pada 1946 yang berjudul Audiovisual Materials in
Teaching, yang di dalamnya mencoba memberikan rasional umum tentang
pemilihan bahan belajar dan aktivitas belajar yang tepat. Heinich, Molenda
dan Russel dalam buku Instructional Materials and New Technologies of
Instruction (1986) mengemukakan model ASSURE, sebagai acuan
prosedur untuk merancang pemilihan dan pemanfaatan media
pembelajaran. Langkah-langkah ASSURE meliputi: (1) Analyze leraner
(menganalisis peserta didik); (2) State objective (merumuskan
tujuan);(3) Select media and materials (memilih media dan bahan); (4)
Utilize media and materials (menggunakan media dan bahan), (5) Require
learner participation (melibatkan peserta didik) ; dan (6) Evaluate and revise
(penilaian dan revisi).
1. a. Pemanfaatan Media.
Pemanfaatan media yaitu penggunaan yang sistematis dari sumber
belajar. Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan
keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Misalnya
bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindaklanjuti dan dipolakan
sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan. Prinsip-prinsip pemanfaatan
media juga dikaitkan dengan karakteristik peserta didik. Seseorang yang
belajar mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar
dapat menarik keuntungan dari praktek atau sumber belajar.
1. b. Difusi Inovasi
Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi malalui strategi yang
terencana dengan tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai
ialah untuk terjadinya perubahan. Selama bertahun-tahun, kawasan
pemanfaatan dipusatkan pada aktivitas guru dan ahli media yang
membantu guru. Model dan teori pemanfaatan dalam kawasan
pemanfaatan cenderung terpusat pada perpektif pengguna. Akan tetapi,
dengan diperkenalkannya konsep difusi inovasi pada akhir tahun 1960-an
yang mengacu pada proses komunikasi dan melibatkan pengguna dalam
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
51
mempermudah proses adopsi gagasan, perhatian kemudian berpaling ke
perspektif penyelenggara.
Rogers (1983) melakukan studi tentang difusi inovasi, yang
mencakup berbagai disiplin ilmu. Hasil studinya telah memperkuat
pandangan tentang pentahapan, proses, serta variabel yang dapat
mempengaruhi difusi. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan bergantung pada upaya membangkitkan kesadaran,
keinginan mencoba dan mengadopsi inovasi. Dalam hal ini, penting
dilakukan proses desiminasi, yaitu yang sengaja dan sistematis untuk
membuat orang lain sadar adanya suatu perkembangan dengan cara
menyebarkan informasi. Desiminasi ini merupakan tujuan awal dari difusi
inovasi. Langkah-langkah difusi menurut Rogers (1983) adalah : (1)
pengetahuan; (2) persuasi atau bujukan; (3) keputusan; (4) implementasi;
(5) dan konfirmasi.
1. c. Implementasi dan Institusionalisasi
Implementasi dan Institusionalisasi; yaitu penggunaan bahan dan
strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan
tersimulasikan). Sedangkan institusionalisasi penggunaan yang rutin dan
pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya
organisasi. Begitu produk inovasi telah diadopsi, proses implementasi dan
pemanfaatan dimulai. Untuk menilai pemanfaatan harus ada implementasi.
Bidang implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan) yang didasarkan
pada penelitian, belum berkembang sebaik-bidang-bidang yang
lain. Tujuan dari implementasi dan institusionalisasi adalah menjamin
penggunaan yang benar oleh individu dalam organisasi. Sedangkan tujuan
dari institusionalisasi adalah untuk mengintegrasikan inovasi dalam struktur
kehidupan organisasi. Keduanya tergantung pada perubahan individu
maupun organisasi.
1. d. Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan dan Regulasi; adalah aturan dan tindakan yang
mempengaruhi difusi dan pemanfaatan teknologi pembelajaran. Kebijakan
dan peraturan pemerintah mempengaruhi pemanfaatan teknologi.
Kebijakan dan regulasi biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan
ekonomi. Misalnya, hukum hak cipta yang dikenakan pada pengguna
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
52
teknologi, baik untuk teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi
berbasis komputer, maupun terknologi terpadu.
1. 4. Kawasan Pengelolaan
Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui:
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Kawasan
pengelolaan bermula dari administrasi pusat media, program media dan
pelayanan media. Pembauran perpustakaan dengan program
media membuahkan pusat dan ahli media sekolah. Program-program
media sekolah ini menggabungkan bahan cetak dan non cetak sehingga
timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber teknologikal dalam
kurikulum. Oleh karena itu kawasan pengelolaan dapat digambarkan
sebagai berikut:
Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang
teknologi pembelajaran ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan
diadaptasi. Teori pengelolaan proyek mulai digunakan, khususnya dalam
proyek desain pembelajaran. Teknik atau cara pengelolaan proyek-proyek
terus dikembangkan, dengan meminjam dari bidang lain. Tiap
perkembangan baru memerlukan cara pengelolaan baru pula.
Keberhasilan sistem pembelajaran jarak jauh bergantung pada
pengelolaannya, karena lokasi yang menyebar. Dengan lahirnya teknologi
baru, dimungkinkan tersedianya cara baru untuk mendapatkan informasi.
Akibatnya pengetahuan tentang pengelolaan informasi menjadi sangat
potensial. Dasar teoritis pengelolaan informasi bersal dari disiplin ilmu
informasi. Pengelolaan informasi membuka banyak kemungkinan untuk
desain pembelajaran, khususnya dalam pengembangan dan implementasi
kurikulum dan pembelajaran yang dirancang sendiri.
1. a. Pengelolaan Proyek
Pengelolaan Proyek; meliputi : perencanaan, monitoring, dan
pengendalian proyek desain dan pengembangan. Pengelolaan proyek
berbeda dengan pengelolaan tradisional (line and staff management)
karena : (a) staf proyek mungkin baru, yaitu anggota tim untuk jangka
pendek; (b) pengelola proyek biasanya tidak memiliki wewenang jangka
panjang atas orang karena sifat tugas mereka yang sementara, dan (c)
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
53
pengelola proyek memiliki kendali dan fleksibilitas yang lebis luas dari yang
biasa terdapat pada organisasi garis dan staf.
Para pengelola proyek bertanggung jawab atas perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis
proyek yang lain. Peran pengelola proyek biasanya berhubungan dengan
cara mengatasi ancaman proyek dan memberi saran perubahan internal.
1. b. Pengelolaan Sumber.
Pengelolaan Sumber; mencakup perencanaan, pemantauan dan
pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber. Pengelolaan
sumber memliki arti penting karena mengatur pengendalian akses.
Pengertian sumber dapat mencakup, personil keuangan, bahan baku,
waktu, fasilitas dan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup
semua teknologi yang telah dijelaskan pada kawasan pengembangan.
Efektivitas biaya dan justifikasi belajar yang efektif merupakan dua
karakteristik penting dari pengelolaan sumber.
1. c. Pengelolaan sistem penyampaian.
Pengelolaan sistem penyampaian meliputi perencanaan,
pemantauan pengendalian ―cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran
diorganisasikan‖ Hal tersebut merupakan suatu gabungan antara medium
dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi
pembelajaran kepada pembelajar.
Pengelolaan sistem penyampaian memberikan perhatian pada
permasalahan produk seperti persyaratan perangkat keras/lunak dan
dukungan teknis terhadap pengguna maupun operator. Pengelolaan ini
juga memperhatikan permasalaan proses seperti pedoman bagi desainer
dan instruktur dan pelatih. Keputusan pengelolaan penyampaian sering
bergantung pada sistem pengelolaan sumber.
1. d. Pengelolaan informasi.
Pengelolaan informasi meliputi perencanaan, pemantauan, dan
pengendalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau
pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan
belajar. Pentingnya pengelolaan informasi terletak pada potensinya untuk
mengadakan revolusi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
54
1. 5. Kawasan Penilaian
Penilaian merupakan proses penentuan memadai tidaknya
pembelajaran dan relajar yang mencakup: (1) analisis masalah; (2)
pengukuran acuan patokan; (3) penilaian formatif; dan (4) penilaian sumatif.
Penilaian program merupakan evaluasi yang menaksir kegiatan
pendidikan yang memberikan pelayanan secara berkesinambungan dan
sering terlibat dalam penyusunan kurikulum. Sebagai contoh misalnya
penilaian untuk program membaca dalam suatu wilayah persekolahan,
program pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau suatu program
pendidikan berkelanjutan dari suatu universitas.
Penilaian proyek – evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai
secara khusus guna melakukan suatu tugas tertentu dalam suatu kurun
waktu. Contoh, suatu lokakarya 3 hari mengenai tujuan perilaku. Kunci
perbedaan antara program dan proyek ialah bahwa program diharapkan
berlangsung dalam yang tidak terbatas, sedangkan proyek biasanya
diharapkan berjangka pendek. Proyek yang dilembagakan dalam
kenyataannya menjadi program.
Penilaian bahan (produk pembelajaran) merupakan evaluasi yang
menaksir kebaikan atau manfaat isi yang menyangkut benda-benda fisik,
termasuk buku, pedoman kurikulum, film, pita rekaman, dan produk
pembelajaran lainnya.
1. a. Analisis Masalah.
Analisis masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter
masalah dengan menggunakan strategi pengumpulan informasi dan
pengambilan keputusan. Telah lama para evaluator yang piawai
berargumentasi bahwa penilaian yang seksama mulai saat program
tersebut dirumuskan dan direncanakan. Bagaimanapun baiknya anjuran
orang, program yang diarahkan pada tujuan yang tidak/kurang dapat
diterima akan dinilai gagal memenuhi kebutuhan.
Jadi, kegiatan penilaian ini meliputi identifikasi kebutuhan, penentuan
sejauh mana masalahnya dapat diklasifikasikan sebagai pembelajaran,
identifikasi hambatan, sumber dan karakteristik pembelajar, serta
penentuan tujuan dan prioritas (Seels and Glasgow, 1990). Kebutuhan telah
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
55
dirumuskan sebagai ―jurang antara ―apa yang ada‖dan ―apa yang
seharusnya ada‖ dalam pengertian hasil (Kaufman,1972). Analisis
kebutuhan diadakan untuk kepentingan perencanaan program yang lebih
memadai.
1. b. Pengukuran Acuan Patokan.
pengukuran acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan
kemampuan pembelajaran menguasai materi yang telah ditentukan
sebelumnya. Penilaian acuan patokan memberikan informasi tentang
penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau keterampilan
yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan dalam tes acuan
patokan berarti dapat melaksanakan ketentuan tertentu, biasanya
ditentukan dan mereka yang dapat mencapai atau melampaui skor minimal
tersebut dinyatakan lulus.Pengukuran acuan patokan memberitahukan
pada para siswa seberapa jauh mereka dapat mencapai standar yang
ditentukan.
1. c. Penilaian Formatif dan Sumatif
Penilaian Formatif dan Sumatif; berkaitan dengan pengumpulan
informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi ini sebagai dasar
pengembangan selanjutnya. Dengan penilaian sumatif berkaitan dengan
pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan
dalam hal pemanfaatan. Penilaian formatif dilaksanakan pada waktu
pengembangan atau perbaikan program atau produk (atau orang dsb).
Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan staf dalam lembaga program
dan biasanya tetap bersifat intern; akan tetapi penilaian ini dapat
dilaksanakan oleh evaluator dalam atau luar atau (lebih baik lagi)
kombinasi. Perbedaan antara formatif dan sumatif telah dirangkum dengan
baik dalam sebuah kiasan dari Bob Stake ― Apabila juru masak mencicipi
sup, hal tersebut formatif, apabila para tamu mencicipi sup tersebut, hal
tersebut sumatif. Penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi
kepentingan pihak luar atau para pengambil keputusan, sebagai contoh :
lembaga penyandang dana, atau calon pengguna, walaupun hal tersebut
dapat dilaksanakan baik oleh evaluator dalam atau dalam untuk gabungan.
Untuk alasan kredibiltas, lebih baik evaluator luar dilibatkan daripada
sekedar merupakan penilaian formatif. Hendaknya jangan dikacaukan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
56
dengan penilaian hasil (outcome) yang sekedar menilai hasil, biukannya
prose — hal tersebut dapat berupa baik formatif maupun sumatif. Metoda
yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda dengan penilaian sumatif.
Penilaian formatif mengandalkan pada kajian teknis dan tutorial, uji coba
dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Metoda pengumpulan data
sering bersifat informal, seperti observasi, wawancara, dan tes ringkas.
Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan prosedur dan metoda
pengumpulan data yang lebih formal. Penilaian sumatif sering
menggunakan studi kelompok komparatif dalam desain kuasi
eksperimental.
D. Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pemecahan Masalah
Pembelajaran.
Manusia agar dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik perlu belajar.
Sedangkan untuk dapat belajar secara efektif dan efisien perlu memanfaatkan
beraneka sumber belajar. Teknologi pembelajaran berupaya untuk merancang,
mengembangkan dan memanfaatkan aneka sumber belajar sehingga dapat
memudahkan atau memfasilitasi seseorang untuk belajar. Pada gilirannya
terbukanya kesempatan seseorang untuk belajar sepanjang hayat, di mana saja,
kapan saja dan oleh siapa saja, dengan cara dan sumber belajar apa saja yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
Dengan demikian teknologi pendidikan diperlukan untuk dapat menjangkau
peserta didik di manapun mereka berada. Selain itu untuk melayani sejumlah
besar dari mereka yang belum memperoleh kesempatan untuk belajar, memenuhi
kebutuhan belajar untuk dapat mengikuti perkembangan, dan meningkatkan
efisiensi, efektifitas dalam belajar.
Teknologi pendidikan secara konseptual dapat berperan untuk
membelajarkan manusia dengan mengembangkan dan atau menggunakan aneka
sumber belajar, yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam dan
lingkungan, sumber daya peluang atau kesempatan, serta dengan meningkatkan
efektifitas dan efisiensi sumber daya pendidikan (Miarso, 2004:701).
Berkaitan dengan peranan teknologi pendidikan ini menurut Miarso
(2004:6,109) teknologi pendidikan mempunyai potensi untuk meningkatkan
produktifitas pendidikan, dengan jalan: 1) mempercepat tahap belajar (rate of
learning), 2) membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik, 3)
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
57
mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat
membina dan mengembangkan kegairahan belajar peserta didik.
Dengan demikian teknologi pembelajaran berperan dalam upaya pemecahan
masalah pendidikan dan pembelajaran dengan cara: 1) memadukan berbagai
macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa, dan
lain-lain secara bersistem; 2) memecahkan masalah belajar pada manusia secara
menyeluruh dan serempak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi
dan saling kaitan di antaranya; 3) menggunakan teknologi sebagai proses dan
produk untuk membantu memecahkan masalah belajar; 4) timbulnya daya lipat
atau efek sinegi, dimana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur
mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan (Miarso, 2004:78). Demikian pula
pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih
daripada memecahkan masalah secara terpisah.
Peranan teknologi pendidikan dalam memecahkan masalah pendidikan dan
pembelajaran, khususnya dalam perluasan akses dan peningkatan mutu
pendidikan, melalui: a) penerapan prosedur pengembangan pembelajaran dalam
penyusuanan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), struktur dan muatan
kurikulum, kalender pendidikan, silabus dan perangkat pembelajaran lain, seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); b) penerapan prosedur
pengembangan pembelajaran dalam penyusuanan bahan belajar, modul, buku
teks, atau buku elektronik (e-book); c) penerapan metode pembelajaran yang lebih
menekankan kepada penerapan teori-teori belajar mutakhir, seperti teori belajar
konstruktivisme dan paradigma baru pendidikan lainnya; d) mengembangkan dan
memanfaatkan berbagai jenis media yang sesuai dengan kebutuhan dan dengan
mengindahkan prinsip-prinsip pemanfaatannya secara efektif dan efisien
(Purwanto, 2005:18) dan (e) mengembangkan strategi pembelajaran untuk
membangun dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif,
interaktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
58
DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN 2008
Konsep teknologi pendidikan mengalami perkembangan bersamaan dengan
bidang-bidangnya, ini tidak lepas dari perkembangan manusia yang semakin maju
dan tuntutan akan ilmu pengetahuan yang semakin tinggi. Konsep teknologi
pendidikan yang pada awal kemunculannya, tahun 1977, secara pasti
menenkankan bahwa teknogi pendidikan dapat dipandang sebagai konsep teori,
bidang garapan, dan profesi. Pada definisi kedua, yaitu tahun 1994, teknologi
pendidikan menekankan bahwa teknologi pendidikan merupakan teori dan praktek
dalam merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai
suatu proses dan sumber belajar.
Kedua konsep tersebut mempunyai penekanan khusus sesuai dengan
keadaan dan pemahaman para ilmuan dizamannya. Konsep teknologi pendidikan
pada saat ini, yaitu tahun 2008, dapat dibagi sebagai konsep abstrak atau sebagai
bidang latihan. Pertama, definisi teknologi pendidikan sebagai konsep adalah:
Teknologi pendidikan adalah teori dan praktek ilmiah dalam memfasilitasi atau
memudahkan belajar dan meningkatkan prestasi dengan cara membuat,
menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang tepat.
Educational Technology is the study and ethical practice of facilitating
learning and improving performance by creating, using, and managing
appropriate technological process and resources
Konsep teknologi pendidikan tentunya memiliki komponen-komponen yang
menyusunnya, tidak hanya semata-mata tersusun sendiri, butuh penelitian yang
panjang dan baik. Dibawah ini akan dijelaskan setiap bagian yang membentuk
definisi teknologi pendidikan 2008.
1. Teori
Teori teknologi pendidikan berasal dari pembangungan pengetahuan yang
berasal dari penelitian berkelanjutan dan latihan berkesinambungan. Teori
mengarah kepada pengumpulan informasi dan analisis yang dilaksanakan
berasaskan keilmuan yang sistematis. Didalamnya termasuk penelitian
kuantitatif dan kualitatif yang meliputi teorisasi, analisis filsafat, penyelidikan
sejarah, pengembangan kerja, analisis kesalahan, analisis sistem, dan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
59
evaluasi. Sehingga teori yang ada dalam teknologi pendidikan memiliki
konstruk ilmu pengetahuan yang kuat.
2. Praktek Ilmiah
Teknologi pendidikan melalui organisasinya, yaitu AECT, mempunyai kode
etik professional organisasi. Ini dibuat agar pengembangan dalam teknologi
pendidikan sesuai dengan visi misi teknologi pendidikan itu sendiri. Kode etik
ini menjadi dasar pagi para teknolog pendidikan memberikan kontribusi yang
ilmiah, sehingga praktek dalam teknologi pendidikan memegang peranan
penting dalam memfasilitasi pembelajaran.
3. Memfasilitasi
Definisi formal pertama yang dikemukakan oleh Ely (1963) menyatkan
bahwa memfasilitasi merupakan kegiatan merancang pesan untuk
mengendalikan proses belajar. Bersamaan dengan teori dalam belajar yang
semakin berkembang, behavioristik ke kognitivistik lalu beralih ke
konstruktivistik. Memfasilitasi pada definisi ini berarti tidak hanya menyediakan
informasi dalam pesan pembelajaran agar seseorang belajar, tetapi
memfasilitasi juga mempunyai makna membuat lingkungan yang dimana
seseorang dapat menemukan masalah dan alat untuk memecahkannya.
Memfasilitasi berisikan rancangan dari lingkungan pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, dan menyediakan alat untuk belajar.
4. Belajar
Belajar dalam definisi tidak mengandung arti yang sama dengan belajar 40
tahun yang lalu. Ada perubahan yang awalnya hanya sebagai belajar sebagai
penyimpanan informasi menjadi penerimaan ilmu, kemampuan, dan sikap yang
didapat dari pengalaman. Pengetahuan yang didapat dari belajar haruslah
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena pengajaran akan
percuma jika seseorang tidak menerapkannya. Belajar juga harus diatur agar
proses dan sumber belajar yang digunakan tepat.
5. Meningkatkan
Dalam teknologi pendidikan, kata ―meningkatkan prestasi‖ berarti menuntut
keefektifan hasil belajar. Proses menentukan secara pasti ke arah hasil yang
berkualitas, dan hasil tersebut mengarah pada belajar yang efektif, merubah
kemampuan yang dapat dibawa kedalam kehidupan sebenarnya. Keefektifan
juga harus dibarengi dengan efisiensi. Dalam konsep konstruktivistik, efisiensi
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
60
dipandang sebagai penekanan perhatian pada pembelajaran dengan
memberikan kesempatan pebelajar untuk menentukan tujuan belajar mereka
dan cara belajar mereka.
6. Prestasi
Dalam teknologi pendidikan, prestasi berarti kemampuan pebelajar untuk
menggunakan dan menerapkan kecakapan yang baru. Paradigma baru
memandang bahwa prestasi tidak hanya berupa informasi yang didapat, tetapi
memiliki kecakapan yang dapat digunakan. Secara jelas telah disebutkan
dalam definisi, alat untuk mencapai hasil belajar atau prestasi belajar adalah
penciptaan, penggunaan, dan pengelolaan dalam proses dan sumber belajar.
7. Penciptaan
Penciptaan disini mengarah pada penelitian, teori dan praktek didalam
bahan pembelajaran, lingkungan belajar, dan sistem belajar mengajar yang
lebih luas, formal atau non formal. Penciptaan dapar berisikan bermacam-
macam aktivitas, tergantung pada pendekatan yang digunakan.
8. Penggunaan
Elemen penggunaan ini mengarah pada teori dan praktek dalam membawa
pebelajar berinteraksi dengan lingkungan dan sumber belajar. Ini adalah pusat
kegiatan, dimana solusi atau pemecahan akan menemukan masalah.
Pemilihan akan sumber dan proses belajar akan tepat jika didasarkan pada alat
evaluasi.
9. Pengelolaan
Tanggung jawab yang benar dari seorang teknolog pendidikan adlah
mengelola sumber dan proses pembelajaran. Sebagai penghasil media
pembelajaran dan pengembang proses pembelajaran, teknolog pendidikan
harus memiliki kemampuan pengelolaan yang baik. Pengelolaan disini
termasuk pengelolaan personel (orang) dan pengelolaan sistem informasi.
10. Ketepatan
Ketepatan mengarah kepada menerapkan proses dan sumber belajar yang
sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Dalam kode etik teknologi
pendidikan yang disusun AECT, kata ketepatan dituliskan sebagai relevan.
11. Teknologi
Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan secara sistematis atau
pengelolaan pengetahuan untuk memecahkan masalah. Teknologi merupakan
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
61
cara berpikir. Teknologi disini menyempurnakan proses dan sumber
pembelajaran. Pada proses, teknologi pendidikan menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan oleh para guru untuk menentukan sistem
pembelajaran. pada sumber, teknologi berperan mengubah bahan belajar
kedalam sesuatu yang lebih menarik, baik dalam bentuk hardware ataupun
software
12. Proses
Proses dapat diartikan sebagai kumpulan kegiatan yang diarahkan pada
pencapaian tujuan dan hasil tertentu. Teknologi pendidikan sering
memasukkan proses sebagai desain, pengembangan, dan menghasilkan
sumber belajar. pendekatan sistem juga menjadi salah satu proses yang ada
dalam teknologi pendidikan.
13. Sumber
Sumber dalam konsepsi teknologi pendidikan merupakan segala hal yang
dapat diambil pengetahuannya. Segala hal yang memberikan informasi dan
merubah diri kita. Sumber bisa saja berupa orang, alat, dan bahan belajar yang
sengaja dibuat untuk belajar.
Kesimpulan
Definisi teknologi pendidikan diatas merupakan revisi dari sebelumnya
berdasarkan definisi mutakhir AECT tentang Teknologi Pengaajaran. Teknologi
pendidikan dilihat sebagai konstruks yang lebih luas Teknologi Pengajaran,
mengingat Pendidikan lebih luas dari Pengajaran. Konsep teknologi pendidikan
harus dibedakan dengan bidang dan profesi Teknologi pendidikan. Keabsahan
masing-masing dapat dinilai secara berlainan dengan kriteria yang berbeda pula.
Definisi diatas berbeda dengan definisi sebelumnya. Dalam beberapa istilah
studi bukan riset menunjukkan pandangan yang lebih luas dari berbagai bentuk
penyelidikan, termasuk:
1. Praktek reflektif.
2. Menyatakan komitmen eksplisit terhadap etika praktis.
3. Objek teknologi pendidikan adalah ―memfasilitasi pembelajaran‖ lebih
sederhana daripada ―mengontrol pembelajaran‖ atau menggiringnya.
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
62
4. Pembelajaran ditempatkan pada posisi sentral dari teknologi pendidikan
untuk menyoroti pentingnya pembelajaran.
5. ―Meningkatkan performance‖, yaitu tujuan memfasilitasi pembelajaran yang
lebih baik daripada pendekatan selain teknologi pendidikan.
6. Menjelaskan fungsi-fungsi utama bidang teknologi pendidikanP (yaitu,
penciptaan, pemamfaatan, pengelolaan) dalam terminologi yang lebih luas
tapi tidak terlalu tehnis dari pada definisi sebelumnya.
7. Menspesifikkan sarana-sarna dan metode-metode yang ‗tepat‘ sesuai
dengan orang-orang dan kondisi dimana ia diterapkan.
top related