daya dukung pt di bagi kebangkitan industri nasional
Post on 19-Jun-2015
458 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Disiapkan untuk :
Seminar Nasional Indistri Indonesia 2010
Bandung, 1 May 2010
Andi Alisjahbana
PT. DIRGANTARA INDONESIA (PERSERO)
Daya Dukung PT Dirgantara Indonesia bagi kebangkitan Industri
Nasional
REKAYASA, RANCANG BANGUN DAN TEKNOLOGI INTEGRASI
MENJADI TULANG PUNGGUNG TEKNOLOGI NASIONAL
PTDI
PT Dirgantara Indonesia
di mulai semenjak 1976 (Dari Fasilitas LIPNUR/TNI-AU)
4 fasilitas utama terletak di
Bandung, Jakarta, Tasikmalaya, Batu Poron
PTDI
Paradig
ma baru.
1967Nurtanio Pringoadinuryo
merintis terbentuknya
LIPNUR yang
mempelopori usaha
penguasaan teknologi
dirgantara Indonesia,
1974Persiapan penguasaan
INDUSTRI Dirgantara
Indonesia dimulai
dengan pembentukan
Advanced & Aircraft
Technology Division di
PERTAMINA di Januari
74. Divisi ini menjalin
kerja sama dengan MBB
(jerman) untuk
membangun NBO-105
CASA (spanyol) untuk
pesawat C212.
1986Keppres No.5/1986
dan Rapat
Pemegang Saham
pada tgl 8 April
merubah nama IPTN
menjadi Industri
Pesawat Terbang
Nusantara (IPTN)
1976Industri Pesawat Terbang
Nurtanio dibentuk pada 28 April
1976 dan diresmikan oleh
Presiden RI pada 23 August
1976. Pada saat ini, perusahaan
dimulai dengan 860 karyawan.
Falsafah pembentukan ialah
“Dimulai dari akhir dan Selesai di
awal”
nurtanio
2000Perubahan nama
IPTN menjadi PT
Dirgantara
Indonesia
Persiapan Pembangunan Pengembangan
2. SEJARAH
PT DIRGANTARA INDONESIA
PTDI
• PT Dirgantara Indonesia mewarisi sejarah bangsa Indonesia yang panjang dalam perkembangan Rekayasa Pesawat Terbang.
• Dimulai dengan semangat bangsa untuk menguasai teknologi pesawat terbang, diteruskan dengan berbagai tahapan inovasi, percobaan dan rekayasa yang sebenarnya.
PT Dirgantara Indonesia
RI-X
Si Kumbang
Belalang 95
PTDI
Konvensionil
inkonvensionil
Pengenalan Teknologi
Integrasi teknologi
Pengembangan Teknologi
Penelitian ke industrian
4 3 2 1
Terobosan Habibie Mulai dari Akhir, Selesai di Awal
0
Tahap 4
Tahap 3
Tahap 2
Tahap 1
Mulai
Penelitian keindustrian Rancang Bangun Produksi Perakitan
Selesai
Uji Terbang
Strategi Pengembangan Industri
Kondisi awal sumber daya manusia dan fasilitas yang sangat minim
pada tahun 1976 , menuntut strategi pengembangan dengan
terobosan tak konvensionil
Ref : SDJ 2004
PTDI
CN235
tahap 2 : Integrasi Teknologi
N250
Tahap 3 : Pengembangan
Teknologi
Tahap 1: Pengenalan
Teknologi
NC 212
Sumber Daya Manusia
Su
mb
er
Daya
Fasilit
as
1989
1980
1976
Roll out , First Flight 1976
Roll out , First Flight 1983
Roll out 1994 ,
First Flight 1995
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia dan
Sumber Daya
Fasilitas
∙ Rekrut / latih tenaga STM , PolTek
∙ Bea Siswa S1 Teknik Penerbangan
ke Luar Negeri
∙ Rekrut / latih insinyur S1
∙ Upgrade PN ITB : - Kurikulum S1
- Staff S2, S3
∙ Bea Siswa S1 , S2 T. Penerbangan
∙ Apprenticeship S1, di Industri LN
∙ Pengembangan dik Test Pilot / FTE
∙ Rekrut / latih insinyur S2
∙ Upgrade PN ITB : -Kurikulum S2
- Perpustakaan
- Laboratoria
∙ Bea Siswa S2 , S3 T. Penerbangan
∙ Apprenticeship di Industri LN
∙ Pengembangan Dik Sertifikasi
∙ Upgrade DSKU / DepHub
∙ Rekrut / latih insinyur S3
∙ Upgrade PN ITB : Fakultas
dengan 4 jurusan
-Joint Research Industri
- Dirgantara
Pembangunan :
Laboratoria Uji Konstruksi
BPPT / Puspiptek
Pembangunan :
∙ Laboratoria Aerodinamika
BPPT / Puspiptek
∙ Sistem Uji terbang FTC
∙ Sistem Simulator uji Terpadu
Pembangunan :
Laboratoria Aerodinamika
Transonik BPPT /Puspiptek
N2130
Tahap 4 : Penelitian
Keindustrian
1999
2004
1997,
KRISIS Ref : SDJ 2004
PTDI
Proses Rekayasa Pengembangan Pesawat terbang
• Pesawat Terbang dikembangkan dalam berbagai bentuk dan fungsi.
• Pengembangannya merupakan optimasi dari berbagai prasyarat (requirements) dan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu.
• Semua dikembangkan melalui tahapan rekayasa yang panjang dan kompleks, agar dapat tercapai tujuan dan fungsinya
Physical Integration
System Functionality Integration
Metrics Integration
Know How & Innovation
Know How & Innovation
Know How & Innovation
Flight Controls
NoiseManufacturing
Weights
Payloads
MarketingAerodynamics
Schizophrenia
Structures
Aircraft Manufacturer
Forward
CRAY Z MP
Supercomputer
Aft
CRAY Z MP
Supercomputer
PianoSauna & Jacuzzi
PTDI
Initial
Market DefinedPreliminary Design
StudiesComplete
Financing
Scheme
defined
Program
Go Ahead
- 2 - 1 0Year
Conceptual Design
Customer
Confirmed
Configuration
FreezeCertification
Application
Clark-Y-15
NACA 2412
NACA 23012
NACA 16-212
NACA 651-212
Witcomb-type supercritical airfoil
NASA GA(W) - 1
Plain flap
Split flap
Fowler flap
Slotted flap
Double-slotted flap
Zap flap
Blown flap
Jet flap
Kruger flap
Leading edge flap
Extensible flap
PTDI
Wind Tunnel Test
Drawing Releases begin
Tooling
manufactu
ring
+ 1 +2 +3Year
Preliminary and Detail Design
Part Start to
be build
PTDI
Flight Test Start
Type
Certification
awarded
+ 4 +5 +6Year
Prototyping and Development Testing
Customer
Service
begin
Production
Ground Test Start
1st Customer
Delivery
PTDI
JARINGAN TERPADU
(By. Prof. Said D. Jenie Sc.D.)
STRUKTUR INDUSTRI PESAWAT TERBANG
DAN INDUSTRI IKUTANNYA
Keterangan :IND: Industri LP : Lembaga PendidikanST : Badan Sertifikasi LR : Lembaga Riset CT : Communication TechnologyGD : Global DesignST : Simulation Technology IT : Information Technology
AIRCRAFTMAINTE-NANCE
FLIGHTOPS.
COM-PONENT
Terdapat 134 PerusahaanPemilik AMO di Indonesia
Terdapat :20 Perusahaan Scheduled34 Perusahaan Charter3 Angkatan dan POLRI. Di Indonesia
Terdapat Ratusan PerusahaanJasa PendukungOperasi Penerbangan
Terdapat Ratusan Perusahaan Tools & Ground Handling di bawah GAMMA
ST
GD
CT
IT
OPERATIONSERVICES
Membangun Industri berarti membangun seluruh STAKEHOLDER yang terkait dengannya, dan jangan pernahmengartikan industri pesawat terbang itu hanya manufaktursemata.
PTDI
Apa yang telah dicapai selama ini melalui perjalanan panjang PTDI melalui Pengembangan pesawat
terbang ?
• Melalui program pengembangan CN 235 dan N250 maka kemampuan mengembangkan Produk pesawat baru dimiliki sesuai dengan kebutuhan customer atau pasar.
• Dimiliki kemampuan menjadi Integrator Teknologi Pesawat Terbangdan system system yang kompleks, termasuk system militer.
• Menjadi bagian dari Global Aircraft Industry yang up to date dalam teknologi, kualitas dan dihargai sebagai partner yang andal
Mari melihat ini dari sisi customer PTDI
PTDI
Didapatnya kepercayaan Pelanggan (CN235 Customer base)
Merpati Nusantara AirlinesIndonesian – TNI-AUIndonesian – TNI-AL
United Arab Emirates - Air Force Royal Brunei - Air Force
Malaysia - TUDMThailand - MOAC
Venezuela - Air VenezuelaPhilippines - Asian Spirit
Republic of Korea - Air ForceRepublic of Korea – Coast Guard
Pakistan - Air Force
Total 55 pesawat delivered
PTDI
Kepercayaan diberikan untuk perancangan dan
pembuatan pesawat ke-Presidenan Republik
Korea
PTDI
Bubble Window
SAR Life Raft
Sonobuoy Launcher
Mission Consoles
Galley
Observer Seat
Lavatory Mission Avionics Rack
Kepercayaan diberikan untuk perancangan dan pembuatan pesawat MPA-MSA-ASW Meltem Turki
PTDI
AIR SCOOP
HOLE & LOCKOUTLET TUBE
FUNNEL
FILTER
FUNNEL
SUPPORT BOX
FLARES OF SILVER IODIDE (3 EA)
GATE VALVE
SPECTROMETER PROBE
(WMI FSSP-100) LH OF WING
PRECIPITATION PROBE
(WMI-2D2-P)
CLOUD DROPLET PROBE
(WMI-2D2-C)
Kepercayaan diberikan bagi rekayasa pesawat dengan
misi sangat khusus
Thailand Ministry of AgriculturePesawat Khusus Hujan Buatan
PTDI
Chaff & Flare buatan Pakistan
RWR dan IFF buatan China
Dual Garmin 430 GPS (commercial)
Lighted Panel Buatan PTDI
Kepercayaan Customer untuk PTDI melakukan Integrasi
PTDI
Kepercayaan diberikan bagi pembuatan komponen komponen pesawat skala besar dan
berisiko tinggi
Wings - Inboard Outboard Fixed
Leading Edge
AIRBUS 380 Wide Body:-Typical Seating 555 seats-10 (ten) years contract from 2003
Komponen buatan PTDI
PARAGON 2 AIRBUS 340 & A320: -D Nose-Pylon-Leading Edge-5 (five) years contract from 2005
PTDI
Kepercayaan diberikan bagi pembuatan komponen komponen pesawat skala besar dan
berisiko tinggi
Komponen buatan PTDI
Super Puma MKII/MKII+ central fuselage and Tail boom
- Long fuselage (lower, upper structure) mated, extended and equipped- Tail boom
Super Puma/Cougar helicopter
PTDI
Kepercayaan Juga diberikan bagi Customer Support dan Rekayasa dari In-Service Issues
PTDI
102
121
20
32
11
20 40 60 80 100 120
256*
55
CN235 - CASA & PTDI
Total 341 Aircrafts !!
*) produksi CN 235 CASA, 50% share PTDI
PTDI Aircrafts Delivery (1976-2009)
PTDI
Telah dimilikinya fasilitas produksi komponen
pesawat yang terbaik
PTDI
Design Development
Stress Analysis and Finite Element ModelingStructure / System Integration
Design, CATIA V4 Based
CATIA V5 Based Harness Design
Dimiliknya kemampuan Engineering Design , Analysis dan integrasi
CATIA V4 Based Detail Structure Design
CATIA V5 Based Structure/System integration Design
PTDI
Yang terpenting ialah terlatihnya 15,000 orang karyawan berkeahlian tinggi dalam rekayasa, produksi dan pengembangan produk pesawat terbang dan teknologi integrasi
Aircraft Simulator
PTDI
Secara Nasional juga telah terbangun
• Membuka Lapangan kerja sektor Industri Pesawat Terbang.
• Membangun Tenaga Kerja yang trampil dan berpengalaman pada Industri penerbangan secara keseluruhan.
• Eks- Karyawan PTDI berada diseluruh Industri penerbangan Indonesia dan dunia.
• Subsitusi Impor dan Meningkatkan Ekspor nasional dengan produk yang membanggakan
PTDI
Bagi bangsa manapun, kemampuan rekayasa dan pengembangan produkindustri tidak bisa didapat dengan hanya pendidikan.
Melainkan dengan “pengalaman” industri yang tepat dan menantangsehingga membekali seluruh pelakunya dengan kemampuan dankapasitas teknologi.
Kemampuan rekayasa dan pengembangan produk bukan keahlianindividual, tapi kemampuan kolektif bersama termasuk kemampuanberorganisasi.
Bangsa Indonesia kurang memperhatikan hal ini,
Banyak produk dibuat di Indonesia, tapi sangat sedikit yangdirancang dan dikembangkan di Indonesia
Kemampuan Rekayasa dan Pengembangan Produk Indonesia ?
PTDI
Dengan pengalaman dan perjalanan panjang dalam Rekayasa pesawat
terbang ini, Apa yang bisa dilakukan oleh PTDI mendukung
pengembangan industri nasional di Indonesia ??
PTDI
Keinginan PTDI
• Sesuai dengan Visi dan Misi PTDI, maka PTDI ingin lebih berperan dalam menyumbangkan keahliannya dalam rekayasa dan pengembangan produk industri nasional yang memiliki nilai solusibagi keperluan bangsa Indonesia.
PTDI
Halaman 29
Example of Country Specific Engineering for Economic Development
• Thailand’s large Farming land are located mostly on flat land, some of them irigated but a large portion of the farm land is Rain fed. The Economy is based on agriculture
• In 1955, His Majesty, king of Thailand observe, that even when severe drought is happening, (and creating major national disaster). There are lots Cloud is in the sky !!
• When He saw flooding in one area, and drought in another part,
“Why can’t we bring the Clould down as Rain ?”
“Why can’t we move the water from one area to another without pumping ?”
PTDI
• Only July 1969, First Research Experiment of Rain Making is conducted, using surplus crop dusting aircraft. The basic Technology is salt Spraying/Seeding of the cloud.
• In 1972, The King starting to lead and fund the Research, and the research team named “ The Special Royal Rainmaking Operations Unit”
• The Royal team, relentlessly pursue the local rain making technology thru field research. Braving the critics and failures, and perfected it into a Specific Thai Technology
“Rain making research and study is most important and never ends”
“Ignore Critics which discourage the effort to develop”
“Always keep written record”
PTDI
• 1974, Thai Farmers start to gain benefits from the Rain making effort. That year an operation which lasted 45 days, using 8 aircrafts, Covers 16 province, 2.72 million hectares.
• Before the operation, farmer can only plant 5 % of the total rice planting area during dry season. After the operation, 55 % of the rice planting area is saved from drought and start producing.
• The field research continue and become more extensive, systematic, planned and well organized
PTDI
• The Key Technology is three step called “Triggering, “Fattening” and “Attacking” with multiple aircraft formations.
• Currently 9 different Salt/Urea Formula are invented and used
• Various Flying and Seeding Technique is also invented
• A National weather Monitoring System with military operation style command system is used.
PTDI
• Today,the operation of Thailand’s Rain Making is still one of the most important National Operation. In the dry season, flew more aircraft in a day than Thai Air Force !!.
• It is named : “ The Bureau of Royal Rain making and Agricultural Aviation” Office of the permanent secretary. Ministry of Agriculture and Cooperative.
• Consists of 37 Aircrafts, (including 6 from PTDI), Various Radar and Weather Stations, Several Air bases. Chemical Factories. Atmospheric Research Center.
• Its Socio Economic impact is Legendary
PTDI
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar diduniadengan 17.000 pulau dengan jangkauan lebih dari 6000kilometer
Angkutan Laut dan Darat tidak akan pernah mencakupIndonesia secara keseluruhan.
Transportasi Udara adalah satu satunya angkutan yangbisa mencakup 100 % Indonesia
Sudah terbuktikan bahwa pembukaan jalur transportasiudara didaerah akan men stimulasi perkembangan ekonomiyang signifikan.
Apa Ciri khas Indonesia ?
PTDI
Dabo Airstrip
Papua merupakan ekstrim nasional dimana penerbangan merupakan satu satunya alat transportasi
500 m
Transportasi udara sebagai solusi “National Unity”
PTDI
• Max Cruise Speed: 213 kts (395 km/hr)
• Economical Cruise Speed: 190 kts (352 km/hr)
• Take-off Distance (35 ft obstacle): 465 m, ISA, SL
• Landing Distance (50 ft obstacle) 510 m, ISA, SL
• Maximum take-off weight: 7,270 kg (16,000 lbs)
• Maximum Payload: 2500 kg (5,511 lbs)
• Rate of climb 2,300 ft/min all engine operative
• Certification DGAC CASR 23, Commuter Category
• 60 % Local content
• Selling Price Target US$ 3 Million
PTDI Solusi
N219 Perintis AircraftDirancang khusus untuk keadaan Indonesia
Market Study (2006, Depperin)
Feasibility Study (2007)
Preliminary Design (60%)
2nd Wind Tunnel Test (100%, BPPT)
PTDI
Sinergi Industri dalam produksi
Pesawat Terbang Nasional N219
PT DIRGANTARA INDONESIA
Industri Lokal
Industri Lokal
Industri Lokal
Industri Lokal
Industri Lokal
Industri Lokal
N219
PTDI
Transportasi daerah kepulauan terpencil ?
Kepulauan Anambas- Natuna
Transportasi laut merupakan satu satunya cara, tapi karena luasnya wilayah Indonesia, membutuhkan waktu yang lama bila melalui Laut. Transportasi udara merupakan solusi
PTDI
KEP. KAWIO
KEP. SANGIHE
KEP. NENUSA
TAHUNA
KEP. TALAUDMELONGUANE
Kalimantan: 25 Ibukota
kabupaten/kota berada di
pesisir atau dilalui/dekat
sungai
Sulawesi: 50 ibukota
kabupaten/kota berada
di pesisir.
Maluku: Semua ibukota
kabupaten/kota (16) berada di
pesisir.
Irian: 10 Ibukota kabupaten/kota di
Irian berada di pesisir.
Peta Ibukota Kabupaten/Kota
Jawa: 26
Ibukota
kabupaten/kota
berada di
pesisir (utara). Bali/Nusa Tenggara: Hampir semua ibukota
kabupaten/kota (30) berada di pesisir.
Sumatra: 54 Ibukota
kabupaten/kota berada di
pesisir atau dilalui/dekat
sungai, dekat danau
62 % Ibukota kabupaten didaerah pesisir !!
PTDI
> 17.000 Kepulauan
> 680 Airport & airstrip
17,000 Pulau, 680 Airport dan Airstrip
333 memiliki panjang kurang dr 600 m (1968ft)
PTDI
Service “ Air Ambulance” banyak dirintis di negara lain untuk memenuhi pelayanan kesehatan di daerah mereka yang terpencil dan memiliki penduduk sedikit (sparsely populated).Di Australia, Canada, banyak daerah spt ini sering hanya dapat dikunjungi dengan perjalanan ber hari hari, atau sama sekali tidak dapat dikunjungi pada musim tertentu.
Royal Flying Doctor Service merupakan salah satu organisasi terbesar, memiliki 53 pesawat dan pada
tahun 2009 mampu melakukan :
Meliput 80% dari Australia (7,150,000 km2),Memberikan pelayanan pada 274,237 patients (average of 751 per dayMelakukan 36,832 aerial evacuations and transfers (average of 101 per day)Melakukan 14,004 health care clinics (average of 38 per day)Terbang 23,923,440 kms (average 65,544 km perday)
Apakah Bisa system yang sama di Indonesia untuk dapat meberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat ?
PTDI
PTDI merencanakan untuk memperkenalkan kembali pesawat Amphibi sebagai sarana transportasi
Nusantara
• Merupakan Pesawat Khusus yang dirancang untuk beroperasi di Laut – laut Indonesia.
• Tahan karat dan cuaca lembab
• Berpenumpang 12, bermesin ganda
• Menggunakan bahan–bakar Jet A (Avtur)
• Bekerja sama dengan –Dornier Seawing , Jerman
PTDI
Utility/cargoLoading of extra long
goods possible
Air ambulanceEasy handling of stretchers
Special versionsAccording to
customer’s need
Interior yang flexible
PTDI
Dornier in Indonesia• Pemerintah Kolonial Hindia Belanda paham benar potensi pesawat Amphibi untuk menjangkau
seluruh wilayah Nusantara. Pemerintah Hindia Belanda membeli 40 Dornier WAL yang digunakan pada tahun 1935-1942. Pesawat pesawat ini merupakan tulang punggung angkutan udara pemerintah pada masa itu
PTDI
• System transportasi ini sangat flexible, mencakup darat (lapangan terbang) dan laut.
• Banyak daerah di Indonesia, sulit atau mahal sekali untuk dapat membangun lapangan terbang didarat. Permasalahan ialah pengadaan Lahan datar yang cukup, (permukiman dan Indonesia banyak berbukit), juga mendapatkan kekerasan tanah yang cukup, (Indonesia tanah banyak yang lunak, memerlukan biaya pengerasan yang tinggi).
• Tidak seperti negara negara lain, perairan “ internal” diantara pulau-pulau Nusantara relatif memiliki Laut yang tenang, yang memungkinkan take off dan pendaratan sepanjang tahun.
Mengapa Amphibian Aircraft ?
PTDI
• Tidak perlu lahan besar• Tidak perlu pembersihan dan
pengerasan lahan• Dapat dibangun waktu pendek• Airport dapat dipindahkan bilamana
perlu !!
Perbandingan WaterBased Airport/Airstrip
• Perlu melihat situasi cuaca dan laut
• Landasan air harus dibersihkan dari sampah ynag mengambang
Main Advantage compare to Landbased
Perbandingan biaya konstruksi airport diair dan didarat adalah 1: 8 !!!
Keuntungan Kerugian
PTDI
Penghematan Nasional
• Apabila biaya pembuatan sebuah Landasan Airport (800 m landasan) Rp 10 Milyar, estimasi sebuah Amphiport = Rp 1,25 Milyar. Indonesia saat ini membutuhkan 500 airport perintis baru setara dengan Rp 5 trilyun.
• Harga pesawat Amphibi PTDI Rp 50 Milyar.
• Maka dengan nilai uang yang sama, kita dapat memiliki 97 pesawat amphibi dan 500 Amphiport bersama, daripada membangun 500 airport dan TIDAK ADA pesawat.
• Dana bagi pembelian Lahan (untuk landasan) tidak mengembangkan industri, tapi pembelian pesawat akan menggerakkan industri.
PTDI
Kemandirian dalam Industri Pertahanan
1. Ini adalah sebuah topik yang sangat strategis tapi Indonesia masih belum memperhatikannya.
2. Industri pertahanan dapat merupakan titik awal baru bagi revitalisasi industri nasional
PTDI
Mengapa Negara membutuhkan Industri
pertahanan
1. Dalam pertahanan modern dibutuhkan 3 Pillar utama, yaitu
Tentara yang kuat, Ekonomi yang kuat dan industri
pertahanan yang kuat.
2. Setiap bangsa memiliki sistem pertahanan yang khas sesuai
dengan keadaan geografis dan budaya bangsa tersebut.
Seterusnya akan membuahkan doktrin pertahanan yang khas
yang membutuhkan peralatan utama sistem senjata
(alutsista) yang khas pula.
3. Dalam keadaan perang dan krisis, maka tentara harus dapat
didukung dengan alutsista dan logistik dari belakang garis
pertempuran/pertahanan.
4. Industri pertahanan luar negeri akan mengutamakan dan
mendahulukan kebutuhan pertahanan di negaranya.Landasan UU
TN
I yang
Pro
ffesio
na
l
Kem
am
pua
n E
kono
mi N
asio
an
al
Kekua
tan Indu
str
i P
ert
aha
nan
Pertahanan Negara
PTDI
Contoh contoh sejarah akan perlunya Industri Pertahanan didalam negeri
• Masa keemasan Eropa, masa kolonial (1400-1800 Masehi)– Pada masa ini Kerajaan kerajaan Eropa mengalami masa kemajuan teknologi dimana dikuasainya
teknologi kapal Samudra, Navigasi laut dan senjata api.– Teknologi ini sebenarnya dikuasai oleh “ekspedisi ekspedisi” yang nota bene adalah industri
perdagangan– Dengan kelebihan ini, maka lebih dari separuh dunia, terutama yang penguasaan teknologinya
terbelakang dapat dijajah dan dikuasai.
• Masa Perang Dunia kedua
– Amerika adalah contoh bahwa kemampuan Industrinya mampu memenangkan perang dunia ke 2– Sekutu mempunyai 2 front, yaitu Perang Eropa (Jerman) dan perang pasifik (Jepang). Kemampuan
industri alutsista sekutu secara praktis berasal dari amerika, karena industri sekutu di eropa sudah dikuasai Jerman. Di perang pasifik, Australia secara praktis tidak memiliki industri alutsista
– Puluhan ribu pesawat dihasilkan oleh industri industri amerika hanya dalam waktu 4-5 tahun. Misalnya 3000 P-51 Mustang dan 2400 Catalina. Dalam berbagai segi kemampuan Alutsista Amerika sebenarnya berada dibawah alutsista Jerman.
– Seluruh rakyat amerika bekerja dalam industri alutsista untuk mendukung perang. Symbol “ Rosie the riverter”
PTDI
Contoh contoh sejarah akan perlunya Industri Pertahanan didalam negeri
• Perang India-Pakistan (3-16 Desember 1971)– Kedua negara pada masa itu tidak memiliki industri alutsista– Perang selama 2 minggu dengan Pakistan kehilangan ½ dari angkatan lautnya dan
angkatan udaranya (pada masa itu tidak lebih dari 50 pesawat).– Pesawat angkut dgn ramp door (hercules) digunakan untuk melakukan pemboman.– Pakistan relatif kehabisan alutsista, Pakistan Timur tidak terproteksi dari udara dan laut
Kemudian pasukan darat ditimur menyerah dalam jumlah besar.
• Perang Malvinas (1982)
– Argentina memperlihatkan semangat juang yang tinggi, terutama angkatan Udaranya yang menggunakan pesawat pesawat A4 Skyhawk dan Mirage.
– Seluruh pelabuhan argentina di blokade oleh kapal-kapal selam Royal Navy, sehingga Argentina tidak dapat mendapatkan logistik perang.
– Perlahan lahan, kemampuan AU Argentina terkikis logistik (kehilangan hampir seluruh 134 pesawat tempurnya), sehingga pada akhirnya hanya mampu melakukan perlawanan udara dengan pesawat “Pucara” dan “Pampa” (pesawat latih)
PTDI
Dukungan industri dalam negeri untuk dapat mendukung Daya tempur
pada masa krisis adalah utama, juga tertuang dalam doktrin
pertahanan negara masing2.
1. Swedia dan Norwegia
1. Memiliki prinsip kemandirian dalam industri alutsistanya. Tidak ingin tergantung
dari teknologi US ataupun Russia.
2. Mengembangkan pertahanan “littoral warfare” yang menggunakan kelebihan
geografis nya yang penuh dengan fyord. Mengembangkan alutsista yang sesuai
dengan ini dalam industri dalam negerinya.
2. China
1. Telah lama memiliki prinsip kemandirian industri alutistanya.
2. Menggunakan prinsip “Dual use factory”, terutama sehabis revolusi kebudayaan.
Dinyatakan bahwa untuk effisiensi industri pertahanannya, tapi juga demi alutsista
dapat diproduksi pada berbagai sentra industri yang tersebar seantero negaranya,
pada saat kritis.
3. Pakistan
1. Membangun fasilitas “refurbishment” di Kamra sehingga pesawat pesawat
tempurnya dapat memiliki lifetime extension. 2 X sampai 3 X umur pesawat dapat
dilakukan. Ini dikarenakan Pakistan merasa tidak mudah membeli pesawat
baru/pengganti sehabis masa pakainya habis.
PTDI
Singapore
India
PTDI
Apakah ini doktrin
pengadaan Alutsista
yang benar ?
Dalam Industri
Pertahanan, tidak
dikenal hak paten !
PTDI
Jalan panjang bagi pembangunan Industri Strategis Nasional
• Diperlukan semangat Juang Bangsa yang tinggi. Pantang menyerah.
• Dibutuhkan konsistensi kebijakan dalam waktu yang lama
• Dibutuhkan kebijakan yang tepat dalam penguasaan teknologi dan pembangunan SDM
PTDI
MISI
1.Memenuhi kebutuhan pokokmatra darat laut dan udara TNIsehingga Indonesia bisa mandiri
2.Menguasai teknologi danmempunyai akar industri DN
3.Memiliki SDM yang mumpunidan kreatif
4.Mempunyai jaringan yang luasmelalui kerjasama strategisdengan mitra LN dan DN
Penetapan Kebutuhan TNIKebijakan Industri Pertahanan NasionalPenetapan Perusahaan
Perluasan pasar keLN melalui aliansi/kemitraan
Perumusan ProgramNasionalPenetapan Misi PershKebijakan Anggaran
Industri alutsistayang mandiri
2009 - 2010
Jangka Pendek : Penetepan MisiPenyehatan Perusahaan Penyiapan SDM Reorganisasi & Pembenahan Sistem.Peningkatan Revenue Mix.
Jangka Menengah : Reposisi Bisnis & Sistem
Pemasaran. Financial Access. Kemitraan DN & LN Inovasi & Pengembangan
Produk & Jasa.
Jangka Panjang : Pembangunan
Kompetensi Inti. Kerjasama Jangka
Panjang/StrategicAlliances..
INDUSTRI ALUTSISTA 2025
2011
Pengembangan KompetensiInvestasiProgresive ManufacturingPrototyping
2011 - 2015
2015 - 2020
2025
56
PTDI
Roket Dirgantara 230Parameter Dasar:
Roket• Tipe roket : Roket balistik, unguided• Kaliber : 122 mm• Panjang roket RX1210/RX1213 : 2360 mm/2670 mm• Berat roket RX1210/RX1213 : 38 kg / 42 kg• Jarak Jangkau : 13 km
Warhead dan Fuze• Berat : 15 kg• Panjang : 500 mm• Jenis Fuze : Mechanical Fuze• Jenis Warhead : HE-Fragmentation• Jenis Explosive : TBD
Pengembangan bersama RISTEKPTDI,ITB, PINDAD, LAPAN, LEN
PTDI
POHON INDUSTRI ROKET
PTDI Phase - 1 Phase - 2 Phase - 3
Phase 1 : Technology Introduction
Underlicense Program
FFAR 2.75” (Belgium)
Unguided Rocket
Short Range, Single Stage
Mode : - air to ground : 3 km
- ground to ground : 8.75 km
Technology
Aerodynamic : - non lifting body
- folded fin
Stability : passive, spin stabilized
Electronics : none
Propellant : solid, single configuration
Rocket motor: Isp 225 sec
Warhead : time fuze control
explosion upon impact
Weight : 9.49 kg
Speed : 2.5 Mach (at burn out)
Phase 2 : Technology Integration
Integration Design Program
122mm JROF, Artillery Rocket
Range : 20 - 40 km, medium, single stage
Mode : ground to ground
Unguided & Guided Rocket
Technology
Aerodynamic : - non lifting body
- aerodynamic-spin
stabilized
Stability : passive, spin stabilized
Electronics : none & guidance
Propellant : solid, dual configuration
Warhead : time fuze control
explosion upon impact
Weight : 66.75 kg
Phase 3 : Technology Development
Indigenous Design/Development
NRI-350, Guided Missile
Medium Range, 120 km, two stage rocket
Mode : - ground to surface
- surface to surface
- air to ground
Technology
Aerodynamic : - non lifting body
- aerodynamic stabilized
Stability : active aerodynamic control
Electronics : guidance & control system
Propellant : solid, dual configuration
Rocket motor: Isp 220 & 260 sec
Warhead : time fuze control
explosion upon penetrated
Weight : 895 kg
Speed : 0.9 Mach (at cruising)
Phase 4 : Basic Research
Indigenous Design/Development
NRI-560, Guided Missile
Long Range, 400 km, two stage rocket
Mode : - ground to surface
- surface to surface
Technology
Aerodynamic : lifting body
Stability : active control FbW
Electronics : FCS, Guidance System
Propellant : solid rocket / turbo jet
Warhead : (possible nuclear)
Weight : 1500 kg
Speed : high sub-trans sonic
4 Phase Rocket Technology Development Program
Phase - 4
PTDI
1
2
3
4
7
5
6
Kebakaran Hutan setiap tahun menjadi masalah Nasional
CN 235 yang dilengkapi dengan tangki “ water bomb”
CN 235 untuk kebakaran Hutan
PTDI
Machine Gun Turret
2.75 “ Rocket launcher(7 tubes)
Camera And FLIR
General Arrangement
PTDI
PTDI saat in sedang mengembangkan Hovercraft Berat (Daya angkut 10-20 ton) bagi angkutan khusus pasca bencana dan transportasi daerah rawa
PTDI
PT NTP adalah anak perusahaan PTDI, khusus dalam bidang perbaikan mesin Turbin
PTDI
PTDI akan terus konsisten dalam bidang industri
penerbangan dan teknologi integrasinya
1. Investasi, kapasitas dan keahlian yang telah dibangun selama 40
tahun lebih telah ada di PTDI.
2. Pasar dan kebutuhan dalam negeri akan produk transportasi
udara yang masih berkembang terus. Baik sipil maupun militer.
3. Dengan kemampuan Teknologi Integrasi yang telah dimiliki PTDI,
maka bilamana ditugaskan melalui program baru, maka PTDI akan
mampu menyelesaikannya serta menemukannya solusi baru.
4. Program Baru yang menantang adalah daya tarik utama bagi
penanggulangan Brain Drain
PTDI
Akhir kata1. PTDI dengan kemampuan yang telah dimilikinya adalah Asset bangsa sebagai
bagian terpenting dari Industri strategis Nasional.
2. Potensi penggunaan produk PTDI terutama dalam industri penerbangan
khusus dan perintis masih sangat luas. Secara langsung ini akan berdampak
pada ekonomi Nasional.
2. Produk unggulan yang diharapkan ialah CN 235 Next Generation dan Pesawat
Amphibi. Dalam “niche” market ini hampir tidak ada kompetisi.
3. PTDI juga akan meneruskan bisnisnya sebagai “Global Supplier” komponen
pesawat terbang untuk menjaga kualitas dan standar internasional.
4. Misi pengisian produk produk Alutsista beserta integrasi teknologinya juga
akan dilakukan sesuai dengan komitment negara bagi pertahanan nasional.
Terima Kasih
top related