dasar teori
Post on 21-Dec-2015
36 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
DASAR TEORI
A. Bakteri Tahan Asam (BTA)
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu
berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal
yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa
mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain
Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae,
Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose
adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan
bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA).
Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan
(Syahrurachman, 1994).
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan
kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok
bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat
warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat
(alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri
yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan
reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak
berwarna (Lay, 1994).
Uji bakteri tahan asam (BTA) menggunakan prosedur pewarnaan Ziehl
Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol fuchsin, alkohol asam,
dan methylen blue. Tujuan pemberian carbol fuchsin 0,3% adalah untuk
mewarnai seluruh sel bakteri. Tujuan pemberian alkohol asam 3% adalah
meluruhkan warna dari carbol fuchsin, tetapi pada golongan BTA tidak
terpengaruh pemberian alkohol asam 0,3% karena memiliki lapisan lipid yang
sangat tebal sehingga alkohol sukar menembus dinding sel bakteri tersebut
dan warna merah akibat pemberian carbol fuchsin tidak hilang. Tujuan
pemberian methylen blue adalah memberi warna background
Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara pewarnaan
Ziehl Neelson. Pewarnaan Ziehl Neelson terdapat beberapa perlakuan dan zat
kimia yang diberikan. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri tetapi tidak
mengubah struktur sel bakteri. Perlakuan pencucian dengan menggunakan
aquades mengalir bertujuan untuk menutup kembali lemaknya (Pelczar dan
Chan, 1986).
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir
tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut
disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga
mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan.
Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu
mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang pada pengecatan Ziehl-Neelsen
(ZN) tetap mengikat warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol,
sehingga tidak mampu mengikat warna kedua. Bakteri tersebut ketika diamati
dibawah mikroskop tampak berwarna merah dengan warna dasar biru muda.
Terdapat lebih dari 50 spesies Mycobacterium, antara lain banyak yang
merupakan saprofit.
Gambar 1. Gambar Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri tahan asam, berbentuk
batang dan bersifat aerob obligat yang tumbuh lambat dengan waktu generasi
12 jam atau lebih. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis dan
merupakan patogen yang berbahaya bagi manusia. Mycobacterium leprae
menyebabkan lepra. Mycobacterium avium-intracellulare (kompleks M. avian)
dan mikobakteria apitik lain yang sering menginfeksi pasien AIDS, adalah
patogen ortunistik pada orang-orang dengan fungsi imun yang terganggu
lainnya, dan kadang-kadang menyebabkan penyakit pada pasien dengan
sistem imun yang normal. (Pelczar dan Chan, 1986).
B. Vibrio cholera
Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil
(batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari
antigen flagelar H dan antigen somatik O, gamma-proteobacteria, mesofilik dan
kemoorganotrof, berhabitat alami di lingkungan akuatik dan umumnya
berasosiasi dengan eukariot. Spesies Vibrio kerap dikaitkan dengan sifat
patogenisitasnya pada manusia, terutama V. cholerae penyebab penyakit
kolera di negara berkembang yang memiliki keterbatasan akan air bersih dan
memiliki sanitasi yang buruk. Kolera ditemukan pertama kali oleh ahli anatomi
dari Italia bernama Filippo Pacini dari Italia bernama Filippo Pacini pada tahun
1854 . Namun, penemuan awal ini baru dikenal luas setelah Robert Koch, yang
mempelajari penyakit kolera di Mesir, pada tahun 1883 berhasil membuktikan
bahwa bakteri tersebut adalah penyebab kolera. (Staf Pengajar FKUI, 2009).
Vibrio cholerae termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang
bengkok seperti koma dengan ukuran panjang 2 – 4 µm. Pada isolasi, Koch
menamakannya “kommabacillus”, tetapi bila biakan diperpanjang, kuman ini
bisa menjadi batang yang lurus. Kuman ini dapat bergerak sangat aktif karena
mempunyai 1 buah flagella polar yang halus ( monotrikh ). Kuman ini tidak
membentuk spora. Pada kultur dijumpai koloni yang cembung ( convex ), halus
dan bulat yang keruh ( opaque ) dan bergranul bila disinari. Vibrio cholerae dan
sebagian vibrio lainnya tumbuh dengan baik pada suhu 37ᵒ C pada berbagai
perbenihan. Vibrio cholerae tumbuh dengan baik pada agar tiosulfat –sitrat –
empedu – sukrosa ( TCBS ). Selain itu, organisme ini juga mempunyai ciri khas
yaitu tumbuh pada pH yang sangat tinggi ( 8,5 – 9,5 ) dan dengan cepat
dibunuh oleh asam. (Melnick E. Jawetz & Adelberg,1996)
Klasifikasi
Klasifikasi dari Vibrio cholerae
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Ordo : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio cholerae
Gambar 2. Gambar Vibrio cholerae
C. Streptococcus sp.
Morfologi dan Identifikasi
1. Ciri-ciri Organisme
Kokus yang sendirian berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun
dalam rantai. Kokus membagi dalma bidang tegak lurus sumbu
panjang rantai. Anggota-anggota rantai sering memberikan gambaran
diplokokus, dan bentuk menyerupai batang kadang-kadang terlihat.
Panjang rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh
faktor-faktor lingkungan.
Beberapa streptokokus mengeluarkan polisakharida simpai yang
sesuai dengan polisakharida pneumokokus.
2. Biakan
Kebanyakan streptokokus tumbuh dalam media padat sebagai koloni
diskoid, biasanya diameternya 1-2 mm. Strain golongan A yang
menghasilkan bahan simpai sering memberikan koloni mukoid.
Peptostreptococcus tumbuh dalam keadaan anerobik.
3. Sifat-sifat Pertumbuhan
Energi pada dasarnya diperoleh dari penggunaan gula. Pertumbuhan
streptokokus cenderung menjadi kurang subur pada perbenihan padat
atau dalam kaldu kecuali diperkaya darah atau cairan jaringan.
Kebutuhan gizi sangat bervariasi di antara spesies. Streptokokus
tertentu dengan syarat pertumbuhan yang ketat hanya membentuk
koloni sekitar organisme kontaminan (“strepsatelit”). Kuman ini
mungkin yang menghasilkan “biakan darah negatif” pada endokarditis.
Kuman yang patogen bagi manusia paling banyak memerlukan faktor –
faktor pertumbuhan. Pertumbuhan dan hemolisis dibantu oleh CO2
10%.
Kendali kebanyakan streptokokus hemolitik patogen tumbuh paling
baik pada 37oC, enterokokus golongan D tumbuh baik antara 15oC dan
45oC. Enterokokus tumbuh juga dalam konsentrasi natrium klorida
tinggi (6,5%) dan pada metilen biru 0,1%, dan dalam agar-agar
empedu-eskulin. Kebanyakan streptokokus bersifat fakultatif anerob,
tapi beberapa strain dari infeksi bedah bersifat obligat anerob
(Peptotreptococcus).
4. Variasi
Varian strain Streptokokus yang sama, dapat menunjukkan bentuk
koloni yang berbeda. Ini terutama nyata diantara strain golongan A,
sehingga menghasilkan koloni yang pudar dan yang mengkilat. Koloni
yang pudar terdiri dari organisme yang mneghasilka banyak protein M.
Organisme demikian cenderung menjadi virulen dan relatif kebal
terhadap fagositosa oleh leukosit manusia. Koloni yang mengkilat
cenderung untuk menghasilkan sedikit protein M dan sering tidak
virulen.
Gambar 3. Gambar Streptococcus pyogenes
Struktur Antigen
Streptokokus hemolitik dapat dibagi dalam golongan-golongan
serologik (A-U), dan golongan-golongan tertentu dapat dibagi lagi menjadi
berbagai tipe. Beberapa zat antigen yang ditemukan :
1. Karbohidrat C
Zat ini terdapat dalam dinding sel dari banyak streptokokus dan
merupakan dasar penggolongan serologik (Lancefield A-U). Ekstrak
karbohidrat C untuk “penggolongan” streptokokus dapat dibuat melalui
ekstraksi biakan yang dipusingkan dengan asam khlorida panas, asam
nitrat, atau formaldehida; dengan lisis enzimatik sel-sel streptokokus
(misalnya dengan pepsin atau tripsin); atau dengan mengotoklafkan
suspensi sel pada tekanan 15 lb selama 15 menit. Kekhususan
serologik karbohidrat C ditentukan oelh gula amino. Untuk
streptokokus golongan A, gula amino tersebut adalah rhamnosa-N-
asetilglukosamin; untuk golongan C, adalah rhamnosa-N-asetil-
galaktosamin; untuk golongan F adalah glukopiranosil-N-
asetilgalaktosamin.
2. Protein M
Zat ini erat berhubungan dengan virulensi streptokokus golongan A
dan terutama terdapat pada organisme yang menghasilkan koloni yang
tidak berkilau atau mukoid. Pembikaan berulang ulang pada
perbenihan buatan dapat mengakibatkan kehilangan pembentukan
protein M, yang dapat dipulihkan dengan pembiakan berulang ulang
pada binatang. Protein M menghalangi perncernaan streptokokus
virulen oleh sel-sel fagositositik. Streptokokus bentuk L yang sedang
tumbuh menghasilkan juga protein M serta asam hialuronat.
Protein M menetukan kehususan tipe streptokokus golongan A, seperti
yang terlihat dengan reaksi aglutinasi atau presipitas, dengan
menggunakan serum tipe spesifik absorpsi. Terdapat lebih dari 60 tipe
pada golongan A. tipe – tipe diberi tanda dengan angka arab. Pada
manusia, antibodi terhadap protein M melindungi terhadap infeksi
dengan tipe spesifik Streptokokus golongan A.
3. Zat T
Antigen ini tidak mempunyai hubungan dengan virulensi streptokokus.
Zat ini dirusak oleh ekstraksi asam dan oleh panas dan dengan
demikian terpisah dari protein M. Zat ini diperoleh dari streptokokus
melalui pencernaan proteolitik (yang cepat merusak protein M) dan
memungkinkan diferensiasi tipe-tipe tertentu. Tipe lain mempunyai zat
T yang sama juga. Antigen permukaan lainnya dinamakan protein R.
4. Nukleoprotein
Ekstraksi streptokokus dengan alkali lemah menghasilkan campuran
protein dan zat-zat lain dengan spesifisitas serologik yang rendah, dan
dinamakan zat P, yang mungkin merupakan sebagian besar badan sel
streptokokus.
Klasifikasi Streptococcus
Penyusunan streptokokus secara praktis dalam kategori-kategori
utama dapat didasarkan pada :
1) Morfologi koloni dan hemolisa pada lempeng agar darah
2) Tes – tes biokimia dan resistensi terhadap faktor-faktor fisik dan kimia
3) Sifat – sifat imunologik
4) Gambaran ekologik
Kombinasi diatas memungkinkan penyusunan berikut ini lebih mudah.
a. Streptococcus beta hemolitik
Pada umumnya, streptokokus ini menghasilkan hemolisin yang larut dan
dapat dikenal dengan mudah pada perbenihan, meskipun strain individu
dapat gagal dikenali. Streptokokus ini mengeluarkan karbohidrat C
spesifik golongan. Ekstrak asam yang mengandung karbohidrat C ini
memberikan reaksi presipitas dengan antiserum spesifik yang
memungkinkan penyusunan streptokokus hemolitik ke dalam golongan-
golongan A-H dan K-U. Yang berikut ini terutama ada hubungan dengan
kedokteran dan kadang-kadang ditunjukkan dengan nama yang khusus :
Golongan A – Streptococcus pyogenes – merupakan kelompok besar
patogen manusia yang berhubungan dengan invasi lokal atau sistemik
dan kelainan pasca streptokok disebabkan reaksi-reaksi imunologi.
Kuman ini biasanya sensitif-basitrasin.
Golongan B - Streptkus agalactiae – merupakan anggota flora normal dari
saluran kelamin wanita dan merupakan penyebab yang penting pada
sepsis dan meningitis neonatal. Kuman – kuman ini menghidrolisa
natrium hipurat, jarang peka terhadap basitrasin, dan memberikan respon
yang positif terhadap apa yang dinamakan tes “CAMP”.
Golongan C dan G kadang-kadang terdapat pada farings; dapat
menyebabkan sinusitis, bakteremia atau endokarditis; dan dapat
dikacaukan oleh organisme golongan A.
Golongan D termasuk enterokokus (misalnya Streptococcus faecalis,
Streptococcus faecium) dan non-enterokokus (misalnya Streptococcus
bovis, Streptococcus equinis). Enterokokus khas tumbuh dalam NaCl
6,5% atau empedu 40%, dihambat oleh penisilin tetapi tidak dimatikan,
terdapat pada flora usus normal, dan ditemukan pada saluran air kemih
atau infeksi kardiovaskuler atau pada meningitis. Non-enterokokus
dihambat pula oleh NaCl 6,5% atau empedu 40% tetapi mudah dimatikan
oleh penisilin. Kuman ini menyebabkan infeksi saluran kelamin dan air
kemih atau endokarditis.
Golongan E, F, H dan K-U jarang menimbulkan penyakit pada manusia.
b. Streptococcus non beta hemolitik
Kuman ini biasa menunjukkan hemolisa alfa pada biakan darah atau
tanpa hemolisa. Anggota – anggota yang utama adalah sebagai berikut :
Streptococcus pneumoniae (pneumokok) merupakan kuman yang larut
dalam empedu, dan pertumbuhannya dihambat oleh cakram optokhin
(etil-hidrokuprein hidroklorida).
Streptokokus viridans, termasuk Streptococcus salivarius, Streptococcus
mitis, Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, dan lain-lain, tidak
larut dalam empedu, dan pertumbuhannya tidak dihambat oleh cakram
optokhin. Streptokok viridans adalah anggota yang paling umum dari flora
normal saluran pernapasan manusia dan penting untuk keadaan
kesehatan selaput lendir. Akibat trauma, kuman ini dapat mencapai aliran
darah dan merupakan penyebab utama endokarditis infektif spontan bila
kuman – kuman ini bersarang pada katup – katup jantung yang abnormal.
Beberapa streptokok viridans (misalnya S mutans) mensintesa
polisakharida bermolekul besar, seperti dekstran atau levans dan penting
dalam pembentukan karies gigi.
Streptokokus golongan D meliputi beberapa strain yang menghasilkan
hemolisin alfa tetapi selebihnya berlaku sebagai enterokokus.
Streptokokus golongan N memiliki kemampuan hemolitik yang bervariasi.
Kuman ini jarang ditemukan pada penyakit manusia tetapi menimbulkan
koagulasi normal pada susu (basi); kuman ini dinamakan pula
Streptokokus laktat.
c. Peptostreptococcus
Kuman ini hanya tumbuh dalam keadaan anerobik atau mikroerofilik dan
menimbulkan berbagai hemolisa. Kuman ini sering turut serta dalam
infeksi campuran anerobik dalam abdomen, pelvis, paru-paru atau otak.
Kuman ini merupakan anggota flora normal usus dan saluran kelamin
wanita. (Staf Pengajar FKUI, 2009)
D. Staphylococcus
Stafilokokus adalah sel berbentuk bola, gram positif, biasanya
tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur. Kuman ini mudah
tumbuh pada berbagai perbenihan dan metabolismenya aktif, meragikan
pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua. Stafilokokus patogen
sering menghemolisis darah dan mengkoagulasi plasma. Beberapa
diantaranya tergolong flora normal kulit dan selaput lendir manusia;
lainnya menyebabkan supurasi, pembentukan abses, berbagai infeksi
piogenik, dan malahan septikimia yang fatal.
Tipe keracunan makanan yang sering terjadi disebabkan oleh
enterotoksin tahan panas yang dihasilkan oleh stafilokokus tertentu.
Stafilokokus cepat menjadi resisten terhadap banyak zat antijasad renik
dan menyebabkan masalah pengobatan yang sulit.
Gambar 4. Gambar Staphylococcus aureus
Morfologi dan Identifikasi
1. Ciri-ciri Organisme
Sel berbentuk bola dengan garis tengah kira-kira 1µm tersusun
dalam kelompok-kelompok tidak teratur. Pada biakan cair juga
terlihat kokus yang tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk
rantai. Kokus muda bersifat gram positif kuat; pada biakan tua,
banyak sel menjadi gram negatif. Stafilokokus tidak bergerak dan
tidak membentuk spora. Di bawah pengaruh zat-zat kimia tertentu
(misalnya penisilin) kuman ini dilisiskan atau berubah menjadi bentuk
L, tetapi kuman tidak dipengaruhi oleh garam-garam empedu atau
optokin.
Beberapa Micrococcus sp, ditemukan hidup bebas dalam lingkungan
kita, membentuk paket dari 4 atau 8 kokus, koloninya sering kuning,
merah, atau jingga.
2. Biakan
Stafilokokus mudah tumbuh pada kebanyakan perbenihan
bakteriologik dalam keadaan aerobik atau mikro-aerobik.
Stafilokokus tumbuh paling cepat pada 37oC tetapi paling baik
membentuk pigmen pada suhu kamar (20oC). Koloni pada
perbenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol, dan berkilau-
kilauan, membentuk berbagai pigmen. Staphylococcus aureus
berwarna kuning emas, Staphylococcus epididimis (Staphylococcus
albus) berwarna putih porselin, warna antara juga terdapat. Banyak
koloni hanya membentuk pigmen pada pengeraman 20oC yang lama.
Pigmen tidak dihasilkan pada pembiakan anerobik atau pada kaldu.
Berbagai tingkatan hemolisis dihasilkan oleh strain-strain yang
berlainan. Kokus anerobik (Peptococcus) secara morfologis mirip
stafilokokus.
3. Sifat-sifat Pertumbuhan
Stafilokokus dapat meragikan banyak karbohidrat dengan lambat,
menghasilkan asam laktat tetapi tidak menghasilkan gas. Aktivitas
proteolitik sangat bervariasi, tetapi katalase dihasilkan secara tetap.
Stafilokokus relatif resisten terhadap pengeringan, terhadap panas
(kuman ini tahan 50oC selama 30 menit), dan terhadap 90% natrium
klorida, tetapi dengan mudah dihambat oleh zat-zat kimia tertentu,
misalnya heksaklorofen 3%. Stafilokokus berbeda-beda
kepekaannya terhadap banyak obat antijasad renik. Resistensi dibagi
menjadi beberapa golongan :
1) Sering membentuk beta-laktamase, dibawah pengendalian
plasmid, dan menyebabkan organisme resisten terhadap penisilin
dan sefalosporin. Plasmid dipindahkan melalui transduksi dan
mungkin pula oleh konjugasi.
2) “Resistensi metilisin” tidak tergantung pada pembentuka beta-
laktamase. Mungkin gen-gennya terletak pada kromosom.
Mekanisme yang tepat masih belum jelas tetapi mungkin
merupakan suatu fungsi dari struktur dinding sel.
3) “Toleransi” menyatakan secara tidak langsung bahwa
stafilokokus dihambat oleh obat tetapi tidak dimatikan, yaitu
terdapat perbedaan yang sangat luas antara hambatan minimal
dan dosis letal minimal. Toleransi dapat setiap saat dihubungkan
dengan ketiadaan aktivitas enzim otolitik dalam dinding sel.
4) Plasmid dapat pula membawa gen-gen yang resisten terhadap
tetrasiklin, eritromisin, dan aminoglikosida. Sebagian besar
stafilokokus yang resisten tetap peka terhadap vankomisin pada
tahun 1984.
4. Variasi
setiap biakan stafilokokus mengandung organisme tertentu yang
berbeda dengan sebagian besar populasi dalam sifat-sifat biakan
(tipe koloni, pigmen, hemolisis), pada perlengkapan enzim, pada
resistensi obat, dan pada patogenitasnya.
Struktur Antigen
Stafilokokus mengandung antigen polisakharida dan progein yang
memungkinkan penggolongan strain-strain dalam batas tertentu. Asam
teikoat (polimer gliserol atau ribitol fosfat) yang berikatan dengan
peptidoglikan dinding sel dapat bersifat antigenik. Antibodi antiteikoat yang
dapat ditemukan melalui difusi gel dapat secara khusus dihubungkan
dengan endokarditis stafilokokus. Protein permukaan dapat mengganggu
fagositosis.
Kebanyakan zat ekstraseluler yang dihasilkan oleh stafilokokus juga
merupakan antigen. Tes-tes serologik mempunyai kegunaan yang terbatas
dalam mengidentifikasi strain; identifikasi strain dapat dilakukan dengan
“tipe faga”. Metode ini berdasarkan lisis organisme oleh satu atau satu seri
bakteriofaga spesifik. Kepekaan bakteriofaga demikian (tipe faga) adalah
sifat genetik stabil, yang didasarkan atas reseptor-reseptor permukaan. Ini
memungkinkan pencarian epidemiologik strain-strain kuman.
Banyak strain stafilokokus bersifat lisogenik. Pembentukan
beberapa toksin dikuasai oleh plasmid atau faga “temperate”.
E. Aspergillus sp.
Fungi Deuteromycetes adalah fungi imperfect atau tidak sempurna
karena tidak memiliki fase seksual yang jelas. Morfologi khas dari kelas ini
adalah struktur reproduksi berupa konidia. Sebagian dari kelompok fungi
ini adalah merupakan stadium anamorf dari kelas Ascomycetes atau
Basidiomycetes. Fungi ini banyak terdapat di alam pada berbagai medium
seperti makanan, tumbuhan, minuman, permukaan gelas bahkan juga
logam. Deuteromycetes dapat tumbuh secara optimum pada suhu 29ᵒC –
32ᵒC (Alexopoulos & Mims, 1979).
Genera yang banyak dikenal bermanfaat bagi manusia dari fungi ini
adalah Aspergillus sp. dan Penicillium sp.
Aspergillus sp.
Aspergillus sp. adalah sejenis jamur yang sporanya terdapat pada
kotoran burung dan kelelawar. Spora ini dapat memasuki parenchym paru-
paru bila terhirup dan menimbulkan Aspergillosis paru-paru. Penyakit
tersebut bersifat primer bila tidak ada infeksi lain dan bila terjadi infeksi
massal dengan spora, ini sering berhubungan dengan pekerjaan si
penderita.
Beberapa species aspergillus yang tersering dianggap penyebab
penyakit ialah Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger dan Aspergillus
flavus oryzae. Diagnosis dibuat dengan memeriksa sputum atau dahak
penderita, sekret bronchus, sekret hidung, pus atau nanah dari sinus,
kerokan kuku, kerokan kornea mata, biopsi jaringan, bahan autopsi.
Klasifikasi
Divisio : Eumycetes
Classis : Deuteramycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Moniliaceae
Gambar . Gambar Aspergillus sp
Sumber : www.google.com.
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp.
Aspergillus niger
Aspergillus niger mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu berupa benang
tunggal disebut hypa, atau berupa kumpulan benang-benang padat
menjadi satu yang disebut miselium, tidak mempunyai klorofil dan hidup
heterotrop. Bersifat aerobik dan berkembang biak secara vegetatif dan
generatif melalui pembelahan sel dan spora-spora yang dibentuk di dalam
askus atau kotak spora (Raper dan Fennel, 1977).
Kapang ini tumbuh dengan baik pada suhu 30ᵒC – 35ᵒC. Kisaran pH
yang dibutuhkan 2,8 sampai 8,8 dengan kelembaban 80 – 90 persen.
Aspergillus niger merupakan spesies dari Aspergillus yang tidak
menghasilkan mycotoxin, bahkan dapat menekan terbentuknya racun
aflatoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus parasiticus, sehingga tidak
membahayakan. Kapang tersebut juga menghasilkan beberapa enzim,
seperti α-amilase, β-amilase, selulase, glukoamilase, katalase, pektinase,
lipase, dan β-galaktosidase (Ratledge, 1994).
Aspergillus niger merupakan salah satu strain kapang yang
dilaporkan mampu memproduksi enzim selulase. Selulase yang berasal
dari Aspergillus niger berbentuk selulase kompleks dan mampu diproduksi
dalam jumlah yang cukup banyak.
Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus
Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus adalah penyebab
paling umum dari aspergillosis pada manusia, walau spesies lain dapat
Gambar. Gambar Aspergillus fumigatus
Sumber : www.google.com
juga sebagai penyebab. Aspergillus fumigatus menyebabkan banyak
kasus bola jamur, Aspergillus niger penyebab umum otomikosis
F. Yeast Cell (Khamir)
Gambar . Gambar Yeast Cell (Khamir)
Sumber : www.google.com
Pada umumnya sel khamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri,
tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir
sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 µm lebarnya dan
panjangnya dari 5 sampai 30 µm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,
tetapi beberapa ada yang memanjang atau membentuk bola. Setiap
spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan
murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk sel-sel
individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak
dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya.
G. Bacillus spp.
Bacillus spp. ialah kelompok bakteri yang umum ditemukan di
berbagai lingkungan ekologi, baik di tanah, air, maupun udara. Bakteri ini
merupakan bakteri Gram positif yang dapat membentuk endospora yang
berbentuk oval di bagian sentral sel. Spora berfungsi untuk bertahan hidup
antara lain pada suhu dan kondisi lingkungan yang ekstrim. Sel Bacillus
spp. berbentuk batang, berukuran 0,3-2,2 x 1,2-7,0 µm dan mempunyai
flagel peritrikus. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 45° C, pH 5-7, NaCl
7%, menghidrolisis pati, serta membentuk asam sitrat dari karbohidrat
glukosa, arabinosa, manitol, dan silosa (Sonenshein et al. 2002).
Pada umumnya Bacillus spp. dapat digunakan sebagai agens
biokontrol terhadap patogen tanaman walaupun diketahui terdapat strain
yang dapat membusukkan biji kedelai. Biji kedelai yang diinokulasikan B.
subtilis strain virulen (isolat VS) pada suhu 30-35° C dan kelembaban
udara relatif 98% akan menunjukkan busuk berlendir 5 hari setelah
inokulasi. (Sinclair dan Backman 1989, dalam Desmawati 2006). Bakteri
Bacillus spp. yang bersifat antagonis mampu menekan pertumbuhan
mikroorganisme lain karena memproduksi antibiotik berupa lipopeptida
yang disebut basitrasin dengan mekanisme merusak membran sel bakteri
(Leary dan Chan 1988, dalam Desmawati 2006). Jenis metabolit sekunder
lain yang diproduksi Bacillus spp. adalah bio-surfaktan yang disebut
surfaktin atau subtilisin. Surfaktin merupakan lipopeptida siklik yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air dan juga bersifat antibiotik
(Hommel dan Ratledge 1933, Desai dan Desai 1933, dalam Dirmawati
2004).
Sebagian besar anggota Bacillus spp. tidak dianggap sebagai
bakteri patogen terhadap manusia, walaupun dapat mengkontaminasi
makanan, namun jarang menimbulkan keracunan (Sonenshein,et al.
2002). Schaad et al. (2000) menyatakan bahwa hanya terdapat tiga
kelompok Bacillus yang diketahui sebagai patogen tanaman, yaitu B.
circulans, B. megaterium pv. cerealis, dan B. polymyxa. Bacillus spp.
memiliki aktivitas antifungal yang tinggi (Jing dan Qian 2007) dan berperan
dalam menekan beberapa fungi yang bersifat patogen, seperti
Rhizoctonia, Fusarium (Zhang et al. 2009) dan Aspergilus (Muis 2006).
Selain memiliki kemampuan dalam menekan perkembangan fitopatogen,
Bacillus spp. pun diketahui dalam mendukung pertumbuhan tanaman.
McQuilken et al. (1998) mengemukakan bahwa aplikasi Bacillus spp.
pada benih kedelai mampu mengurangi kerusakan bibit karena kerusakan
saat imbibisi. Selain itu, perlakuan benih dengan Bacillus spp. untuk
merangsang pertumbuhan tanaman dan 7 membantu mengurangi patogen
terbawa benih telah menjadi bahan penelitian yang menarik selama lebih
dari 20 tahun terakhir.
H. Makrokonidia
Makrokonidia adalah alat perkembangbiakan jamur yang berupa
konidia yang berukuran besar. Konidia adalah spora yang dihasilkan
dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan
diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Setelah masak, konidia
paling ujung dapat melepaskan diri.
Makrokonidia sering pula disebut sebagai konidia multiseluler, terdiri dari 2
sampai 6 septa. Makrokonidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan
membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan diferensiasi
hingga terbentuk banyak konidia. Setelah masak, konidia paling ujung
dapat melepaskan diri.( Singleton dan Sainsbury, 2006)
I. Penicillium sp.
Penicillium biasa disebut green molds atau blue molds. Kapang ini sering
ditemukan pada jeruk dan buah lainnya, keju di kulkas, dan bahan makanan lainnya
yang terkontaminasi dengan spora mikroba ini. Konidia Penicillium terdapat
di mana-mana baik di tanah maupun di udara. Kapangini sering menjadi
kontaminan pada laboratorium biologi. Penicillinditemukan pertama kali
oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 akibattercemarnya kultur
Staphylococcus oleh mikroba Penicillium notatum (Alexopaulos, 1979).
Aktivitas penting dari Penicillium adalah sebagaiberikut :
1. Produksi Antibiotik
Sekarang ini, jenis kapang yang digunakan dalam produksi penicillin
secara industrial adalah P. chrysogenum. Penicillin aktif (sebagai agen
bacteriostatic) terhadap bakteri gram positif dan juga terhadap beberapa
virus dan rickettsia. Penicillin sekarang merupakan istilah umum yang
dipakai untuk seluruh grup antibiotik. Antibiotik griseofulvin diproduksi dari
P. griseofulvum. Obat ini digunakan dalam perawatan penyakit
dermatophylic (kulit, kuku,rambut, dan bulu) seperti kurap, kaki atlit, dan
epidermophytics.
Obat ini bersifat fungistatic bukan fungicidal yang artinya tidak
membunuh jamur. Obat ini hanya aktif terhadap jamur yang mempunyai
dinding kitin namun tidak aktif terhadap Oomycetes, yeast, dan bakteri.
2. Industri Keju
P. roqueforti dan P. camemberti digunakan dalam produksi keju.Kedua
jenis Penicillium ini menghasilkan keju yang memiliki rasa khusus yang
disebut keju Roquefort dan Camembert.
3. Parasit Tanaman
Mold biru pada tanaman jeruk (P. italicum), mold hijau pada
tanaman jeruk (P. digitatum), dan kebusukan pada apel (P. expansum)
merupakan beberapa penyakit yang disebabkan oleh Penicillium. Beberapa
spesies Penicillium dapat mengakibatkan produksi cacat pada makanan,
produk kulit, dan pakaian.
4. Mycotoxicoses
Beberapa spesies Penicillium memproduksi racun pada makanan /
pakan ternak yang menyebabkan keracunan pada manusia dan binatang. Konidia
Penicillium menyerupai manik-manik kaca jika dilihatdengan mikroskop
(Dube, 1990). Banyaknya konidia yang berwarna hijau,biru, atau kuning
sangat berpengaruh pada warna dari berbagai spesies Penicillium.
Klasifikasi Penicillium sp.
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Penicillium
Spesies : Penicillium sp.
Beberapa nama spesiesnya :
Penicillium expasum, Penicillium notatum, Penicillium chrysogenum,
Penicillium camemberti, Penicillium roquerforti.
Struktur Penicillium sp.
Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan
spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim,
karena tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai
konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia.
Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga
tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan
tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma. Beberapa
Gambar. Gambar Aspergillus fumigatus
Sumber : www.google.com
jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan
sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk
membuat keju biru. (Purves dan Sadava, 2003).
Morfologi dan Anatomi Penicillium sp.
1. Konidia adalah alat reproduksi seksual
2. Misellum adalah kumpulan dari hifa
3. Konidiofor adalah tangkai konidia yang berbentuk tabung
4. Stolon adalah hifa yang membentuk jaringan
5. Tubuhnya tersusun atas benang bersekat, bersel satu
6. Pilinya tersusun atas protein
7. Reproduksi jamur Penicillium
8. Secara vegetatif yaitu dengan pembentukan konidium dalam rantai
konidiofor.
9. Secara generatif dengan cara pembelahan spora di salam askus.
J. Rhizopus sp.
Klasifikasi Rhizopus sp.
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Species : Rhizopus sp.
Beberapa nama spesiesnya :
Rhizopus oryzae, Rhizopus nigricans, Rhizopus nodusus.
Ciri Morfologi dan Struktur Tubuh Rhizopus sp.
1. Terdiri dari benang-benang hifa yang bercabang dan berjalinan
membentuk miselium
2. Hifa tak bersekat (bersifat senositik)
3. Septa atau sekat antar hifa hanya ditemukan pada saat sel
reproduksi terbentuk
4. Dinding selnya tersusun dari kitin
5. Rhizopus sp. mempunyai tiga tipe hifa,
a. Stolon; hifa yang membentuk jaringan pada permukaan
substrat (misalnya roti)
b. Rhizoid; hifa yang menembus subtrat dan berfungsi
sebagai jangkar untuk menyerap makanan.
c. Sporangiopor; hifa yang tumbuh tegak pada permukaan
substrat dan memiliki sporangia globuler (berbentuk bulat)
diujungnya
6. Koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu.
7. Stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning
kecoklatan.
8. Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik
tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora).
9. Rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama
dengan sporangiofora.
10. Sporangia berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak.
11. Kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar.
12. Spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder.
Gambar
Bagian Tubuh Rhizopus sp.
Sumber : www.google.com
Rhizopus sp. adalah genus jamur benang yang termasuk filum
Zygomycota ordo Mucorales. Rhizopus sp. mempunyai ciri khas yaitu
memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri
lainnya adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau
bersekat. Miselium dari Rhizopus sp. yang juga disebut stolon menyebar
diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif. Rhizopus sp.
bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor
yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan mengandung
ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya oleh
sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah
Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi. (Postlethwait
dan Hopson, 2006)
Habitat Rhizopus sp.
Habitat Rhizopus sp. yaitu di tempat lembab, hidup sebagai saprofit
pada organisme mati misalnya pada bahan makanan seperti kedelai, roti,
buah-buahan (anggur, stroberi dan tomat).
Reproduksi Rhizopus sp.
Jamur Rhizopus sp. melakukan reproduksi secara seksual dan
aseksual.
a. Reproduksi aseksualnya dengan fragmentasi miseliumnya atau dengan
spora aseksual.
b. Reproduksi seksualnya dengan perkawinan atara hifa berbeda jenis, yaitu
hifa (+) dan hifa (-), menghasilkan zigospora. Zigospora merupakan spora
seksual (spora generatif), yaitu spora yang dihasilkan oleh reproduksi
seksual.
top related