dasar teori

30
DASAR TEORI A. Bakteri Tahan Asam (BTA) Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan (Syahrurachman, 1994). Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994). Uji bakteri tahan asam (BTA) menggunakan prosedur pewarnaan Ziehl Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol fuchsin, alkohol asam, dan methylen blue.

Upload: dessyandii

Post on 21-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum

TRANSCRIPT

DASAR TEORI

A. Bakteri Tahan Asam (BTA)

Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu

berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal

yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa

mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain

Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae,

Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose

adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan

bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA).

Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan

(Syahrurachman, 1994).

Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan

kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok

bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat

warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat

(alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri

yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan

reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak

berwarna (Lay, 1994).

Uji bakteri tahan asam (BTA) menggunakan prosedur pewarnaan Ziehl

Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol fuchsin, alkohol asam,

dan methylen blue. Tujuan pemberian carbol fuchsin 0,3% adalah untuk

mewarnai seluruh sel bakteri. Tujuan pemberian alkohol asam 3% adalah

meluruhkan warna dari carbol fuchsin, tetapi pada golongan BTA tidak

terpengaruh pemberian alkohol asam 0,3% karena memiliki lapisan lipid yang

sangat tebal sehingga alkohol sukar menembus dinding sel bakteri tersebut

dan warna merah akibat pemberian carbol fuchsin tidak hilang. Tujuan

pemberian methylen blue adalah memberi warna background

Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara pewarnaan

Ziehl Neelson. Pewarnaan Ziehl Neelson terdapat beberapa perlakuan dan zat

kimia yang diberikan. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri tetapi tidak

mengubah struktur sel bakteri. Perlakuan pencucian dengan menggunakan

aquades mengalir bertujuan untuk menutup kembali lemaknya (Pelczar dan

Chan, 1986).

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan

sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir

tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut

disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga

mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan.

Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu

mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.

Bakteri tahan asam adalah bakteri yang pada pengecatan Ziehl-Neelsen

(ZN) tetap mengikat warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol,

sehingga tidak mampu mengikat warna kedua. Bakteri tersebut ketika diamati

dibawah mikroskop tampak berwarna merah dengan warna dasar biru muda.

Terdapat lebih dari 50 spesies Mycobacterium, antara lain banyak yang

merupakan saprofit.

Gambar 1. Gambar Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri tahan asam, berbentuk

batang dan bersifat aerob obligat yang tumbuh lambat dengan waktu generasi

12 jam atau lebih. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis dan

merupakan patogen yang berbahaya bagi manusia. Mycobacterium leprae

menyebabkan lepra. Mycobacterium avium-intracellulare (kompleks M. avian)

dan mikobakteria apitik lain yang sering menginfeksi pasien AIDS, adalah

patogen ortunistik pada orang-orang dengan fungsi imun yang terganggu

lainnya, dan kadang-kadang menyebabkan penyakit pada pasien dengan

sistem imun yang normal. (Pelczar dan Chan, 1986).

B. Vibrio cholera

Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil

(batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari

antigen flagelar H dan antigen somatik O, gamma-proteobacteria, mesofilik dan

kemoorganotrof, berhabitat alami di lingkungan akuatik dan umumnya

berasosiasi dengan eukariot. Spesies Vibrio kerap dikaitkan dengan sifat

patogenisitasnya pada manusia, terutama V. cholerae penyebab penyakit

kolera di negara berkembang yang memiliki keterbatasan akan air bersih dan

memiliki sanitasi yang buruk. Kolera ditemukan pertama kali oleh ahli anatomi

dari Italia bernama Filippo Pacini dari Italia bernama Filippo Pacini pada tahun

1854 . Namun, penemuan awal ini baru dikenal luas setelah Robert Koch, yang

mempelajari penyakit kolera di Mesir, pada tahun 1883 berhasil membuktikan

bahwa bakteri tersebut adalah penyebab kolera. (Staf Pengajar FKUI, 2009).

Vibrio cholerae termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang

bengkok seperti koma dengan ukuran panjang 2 – 4 µm. Pada isolasi, Koch

menamakannya “kommabacillus”, tetapi bila biakan diperpanjang, kuman ini

bisa menjadi batang yang lurus. Kuman ini dapat bergerak sangat aktif karena

mempunyai 1 buah flagella polar yang halus ( monotrikh ). Kuman ini tidak

membentuk spora. Pada kultur dijumpai koloni yang cembung ( convex ), halus

dan bulat yang keruh ( opaque ) dan bergranul bila disinari. Vibrio cholerae dan

sebagian vibrio lainnya tumbuh dengan baik pada suhu 37ᵒ C pada berbagai

perbenihan. Vibrio cholerae tumbuh dengan baik pada agar tiosulfat –sitrat –

empedu – sukrosa ( TCBS ). Selain itu, organisme ini juga mempunyai ciri khas

yaitu tumbuh pada pH yang sangat tinggi ( 8,5 – 9,5 ) dan dengan cepat

dibunuh oleh asam. (Melnick E. Jawetz & Adelberg,1996)

Klasifikasi

Klasifikasi dari Vibrio cholerae

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Ordo : Vibrionales

Family : Vibrionaceae

Genus : Vibrio

Spesies : Vibrio cholerae

Gambar 2. Gambar Vibrio cholerae

C. Streptococcus sp.

Morfologi dan Identifikasi

1. Ciri-ciri Organisme

Kokus yang sendirian berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun

dalam rantai. Kokus membagi dalma bidang tegak lurus sumbu

panjang rantai. Anggota-anggota rantai sering memberikan gambaran

diplokokus, dan bentuk menyerupai batang kadang-kadang terlihat.

Panjang rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh

faktor-faktor lingkungan.

Beberapa streptokokus mengeluarkan polisakharida simpai yang

sesuai dengan polisakharida pneumokokus.

2. Biakan

Kebanyakan streptokokus tumbuh dalam media padat sebagai koloni

diskoid, biasanya diameternya 1-2 mm. Strain golongan A yang

menghasilkan bahan simpai sering memberikan koloni mukoid.

Peptostreptococcus tumbuh dalam keadaan anerobik.

3. Sifat-sifat Pertumbuhan

Energi pada dasarnya diperoleh dari penggunaan gula. Pertumbuhan

streptokokus cenderung menjadi kurang subur pada perbenihan padat

atau dalam kaldu kecuali diperkaya darah atau cairan jaringan.

Kebutuhan gizi sangat bervariasi di antara spesies. Streptokokus

tertentu dengan syarat pertumbuhan yang ketat hanya membentuk

koloni sekitar organisme kontaminan (“strepsatelit”). Kuman ini

mungkin yang menghasilkan “biakan darah negatif” pada endokarditis.

Kuman yang patogen bagi manusia paling banyak memerlukan faktor –

faktor pertumbuhan. Pertumbuhan dan hemolisis dibantu oleh CO2

10%.

Kendali kebanyakan streptokokus hemolitik patogen tumbuh paling

baik pada 37oC, enterokokus golongan D tumbuh baik antara 15oC dan

45oC. Enterokokus tumbuh juga dalam konsentrasi natrium klorida

tinggi (6,5%) dan pada metilen biru 0,1%, dan dalam agar-agar

empedu-eskulin. Kebanyakan streptokokus bersifat fakultatif anerob,

tapi beberapa strain dari infeksi bedah bersifat obligat anerob

(Peptotreptococcus).

4. Variasi

Varian strain Streptokokus yang sama, dapat menunjukkan bentuk

koloni yang berbeda. Ini terutama nyata diantara strain golongan A,

sehingga menghasilkan koloni yang pudar dan yang mengkilat. Koloni

yang pudar terdiri dari organisme yang mneghasilka banyak protein M.

Organisme demikian cenderung menjadi virulen dan relatif kebal

terhadap fagositosa oleh leukosit manusia. Koloni yang mengkilat

cenderung untuk menghasilkan sedikit protein M dan sering tidak

virulen.

Gambar 3. Gambar Streptococcus pyogenes

Struktur Antigen

Streptokokus hemolitik dapat dibagi dalam golongan-golongan

serologik (A-U), dan golongan-golongan tertentu dapat dibagi lagi menjadi

berbagai tipe. Beberapa zat antigen yang ditemukan :

1. Karbohidrat C

Zat ini terdapat dalam dinding sel dari banyak streptokokus dan

merupakan dasar penggolongan serologik (Lancefield A-U). Ekstrak

karbohidrat C untuk “penggolongan” streptokokus dapat dibuat melalui

ekstraksi biakan yang dipusingkan dengan asam khlorida panas, asam

nitrat, atau formaldehida; dengan lisis enzimatik sel-sel streptokokus

(misalnya dengan pepsin atau tripsin); atau dengan mengotoklafkan

suspensi sel pada tekanan 15 lb selama 15 menit. Kekhususan

serologik karbohidrat C ditentukan oelh gula amino. Untuk

streptokokus golongan A, gula amino tersebut adalah rhamnosa-N-

asetilglukosamin; untuk golongan C, adalah rhamnosa-N-asetil-

galaktosamin; untuk golongan F adalah glukopiranosil-N-

asetilgalaktosamin.

2. Protein M

Zat ini erat berhubungan dengan virulensi streptokokus golongan A

dan terutama terdapat pada organisme yang menghasilkan koloni yang

tidak berkilau atau mukoid. Pembikaan berulang ulang pada

perbenihan buatan dapat mengakibatkan kehilangan pembentukan

protein M, yang dapat dipulihkan dengan pembiakan berulang ulang

pada binatang. Protein M menghalangi perncernaan streptokokus

virulen oleh sel-sel fagositositik. Streptokokus bentuk L yang sedang

tumbuh menghasilkan juga protein M serta asam hialuronat.

Protein M menetukan kehususan tipe streptokokus golongan A, seperti

yang terlihat dengan reaksi aglutinasi atau presipitas, dengan

menggunakan serum tipe spesifik absorpsi. Terdapat lebih dari 60 tipe

pada golongan A. tipe – tipe diberi tanda dengan angka arab. Pada

manusia, antibodi terhadap protein M melindungi terhadap infeksi

dengan tipe spesifik Streptokokus golongan A.

3. Zat T

Antigen ini tidak mempunyai hubungan dengan virulensi streptokokus.

Zat ini dirusak oleh ekstraksi asam dan oleh panas dan dengan

demikian terpisah dari protein M. Zat ini diperoleh dari streptokokus

melalui pencernaan proteolitik (yang cepat merusak protein M) dan

memungkinkan diferensiasi tipe-tipe tertentu. Tipe lain mempunyai zat

T yang sama juga. Antigen permukaan lainnya dinamakan protein R.

4. Nukleoprotein

Ekstraksi streptokokus dengan alkali lemah menghasilkan campuran

protein dan zat-zat lain dengan spesifisitas serologik yang rendah, dan

dinamakan zat P, yang mungkin merupakan sebagian besar badan sel

streptokokus.

Klasifikasi Streptococcus

Penyusunan streptokokus secara praktis dalam kategori-kategori

utama dapat didasarkan pada :

1) Morfologi koloni dan hemolisa pada lempeng agar darah

2) Tes – tes biokimia dan resistensi terhadap faktor-faktor fisik dan kimia

3) Sifat – sifat imunologik

4) Gambaran ekologik

Kombinasi diatas memungkinkan penyusunan berikut ini lebih mudah.

a. Streptococcus beta hemolitik

Pada umumnya, streptokokus ini menghasilkan hemolisin yang larut dan

dapat dikenal dengan mudah pada perbenihan, meskipun strain individu

dapat gagal dikenali. Streptokokus ini mengeluarkan karbohidrat C

spesifik golongan. Ekstrak asam yang mengandung karbohidrat C ini

memberikan reaksi presipitas dengan antiserum spesifik yang

memungkinkan penyusunan streptokokus hemolitik ke dalam golongan-

golongan A-H dan K-U. Yang berikut ini terutama ada hubungan dengan

kedokteran dan kadang-kadang ditunjukkan dengan nama yang khusus :

Golongan A – Streptococcus pyogenes – merupakan kelompok besar

patogen manusia yang berhubungan dengan invasi lokal atau sistemik

dan kelainan pasca streptokok disebabkan reaksi-reaksi imunologi.

Kuman ini biasanya sensitif-basitrasin.

Golongan B - Streptkus agalactiae – merupakan anggota flora normal dari

saluran kelamin wanita dan merupakan penyebab yang penting pada

sepsis dan meningitis neonatal. Kuman – kuman ini menghidrolisa

natrium hipurat, jarang peka terhadap basitrasin, dan memberikan respon

yang positif terhadap apa yang dinamakan tes “CAMP”.

Golongan C dan G kadang-kadang terdapat pada farings; dapat

menyebabkan sinusitis, bakteremia atau endokarditis; dan dapat

dikacaukan oleh organisme golongan A.

Golongan D termasuk enterokokus (misalnya Streptococcus faecalis,

Streptococcus faecium) dan non-enterokokus (misalnya Streptococcus

bovis, Streptococcus equinis). Enterokokus khas tumbuh dalam NaCl

6,5% atau empedu 40%, dihambat oleh penisilin tetapi tidak dimatikan,

terdapat pada flora usus normal, dan ditemukan pada saluran air kemih

atau infeksi kardiovaskuler atau pada meningitis. Non-enterokokus

dihambat pula oleh NaCl 6,5% atau empedu 40% tetapi mudah dimatikan

oleh penisilin. Kuman ini menyebabkan infeksi saluran kelamin dan air

kemih atau endokarditis.

Golongan E, F, H dan K-U jarang menimbulkan penyakit pada manusia.

b. Streptococcus non beta hemolitik

Kuman ini biasa menunjukkan hemolisa alfa pada biakan darah atau

tanpa hemolisa. Anggota – anggota yang utama adalah sebagai berikut :

Streptococcus pneumoniae (pneumokok) merupakan kuman yang larut

dalam empedu, dan pertumbuhannya dihambat oleh cakram optokhin

(etil-hidrokuprein hidroklorida).

Streptokokus viridans, termasuk Streptococcus salivarius, Streptococcus

mitis, Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, dan lain-lain, tidak

larut dalam empedu, dan pertumbuhannya tidak dihambat oleh cakram

optokhin. Streptokok viridans adalah anggota yang paling umum dari flora

normal saluran pernapasan manusia dan penting untuk keadaan

kesehatan selaput lendir. Akibat trauma, kuman ini dapat mencapai aliran

darah dan merupakan penyebab utama endokarditis infektif spontan bila

kuman – kuman ini bersarang pada katup – katup jantung yang abnormal.

Beberapa streptokok viridans (misalnya S mutans) mensintesa

polisakharida bermolekul besar, seperti dekstran atau levans dan penting

dalam pembentukan karies gigi.

Streptokokus golongan D meliputi beberapa strain yang menghasilkan

hemolisin alfa tetapi selebihnya berlaku sebagai enterokokus.

Streptokokus golongan N memiliki kemampuan hemolitik yang bervariasi.

Kuman ini jarang ditemukan pada penyakit manusia tetapi menimbulkan

koagulasi normal pada susu (basi); kuman ini dinamakan pula

Streptokokus laktat.

c. Peptostreptococcus

Kuman ini hanya tumbuh dalam keadaan anerobik atau mikroerofilik dan

menimbulkan berbagai hemolisa. Kuman ini sering turut serta dalam

infeksi campuran anerobik dalam abdomen, pelvis, paru-paru atau otak.

Kuman ini merupakan anggota flora normal usus dan saluran kelamin

wanita. (Staf Pengajar FKUI, 2009)

D. Staphylococcus

Stafilokokus adalah sel berbentuk bola, gram positif, biasanya

tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur. Kuman ini mudah

tumbuh pada berbagai perbenihan dan metabolismenya aktif, meragikan

pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua. Stafilokokus patogen

sering menghemolisis darah dan mengkoagulasi plasma. Beberapa

diantaranya tergolong flora normal kulit dan selaput lendir manusia;

lainnya menyebabkan supurasi, pembentukan abses, berbagai infeksi

piogenik, dan malahan septikimia yang fatal.

Tipe keracunan makanan yang sering terjadi disebabkan oleh

enterotoksin tahan panas yang dihasilkan oleh stafilokokus tertentu.

Stafilokokus cepat menjadi resisten terhadap banyak zat antijasad renik

dan menyebabkan masalah pengobatan yang sulit.

Gambar 4. Gambar Staphylococcus aureus

Morfologi dan Identifikasi

1. Ciri-ciri Organisme

Sel berbentuk bola dengan garis tengah kira-kira 1µm tersusun

dalam kelompok-kelompok tidak teratur. Pada biakan cair juga

terlihat kokus yang tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk

rantai. Kokus muda bersifat gram positif kuat; pada biakan tua,

banyak sel menjadi gram negatif. Stafilokokus tidak bergerak dan

tidak membentuk spora. Di bawah pengaruh zat-zat kimia tertentu

(misalnya penisilin) kuman ini dilisiskan atau berubah menjadi bentuk

L, tetapi kuman tidak dipengaruhi oleh garam-garam empedu atau

optokin.

Beberapa Micrococcus sp, ditemukan hidup bebas dalam lingkungan

kita, membentuk paket dari 4 atau 8 kokus, koloninya sering kuning,

merah, atau jingga.

2. Biakan

Stafilokokus mudah tumbuh pada kebanyakan perbenihan

bakteriologik dalam keadaan aerobik atau mikro-aerobik.

Stafilokokus tumbuh paling cepat pada 37oC tetapi paling baik

membentuk pigmen pada suhu kamar (20oC). Koloni pada

perbenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol, dan berkilau-

kilauan, membentuk berbagai pigmen. Staphylococcus aureus

berwarna kuning emas, Staphylococcus epididimis (Staphylococcus

albus) berwarna putih porselin, warna antara juga terdapat. Banyak

koloni hanya membentuk pigmen pada pengeraman 20oC yang lama.

Pigmen tidak dihasilkan pada pembiakan anerobik atau pada kaldu.

Berbagai tingkatan hemolisis dihasilkan oleh strain-strain yang

berlainan. Kokus anerobik (Peptococcus) secara morfologis mirip

stafilokokus.

3. Sifat-sifat Pertumbuhan

Stafilokokus dapat meragikan banyak karbohidrat dengan lambat,

menghasilkan asam laktat tetapi tidak menghasilkan gas. Aktivitas

proteolitik sangat bervariasi, tetapi katalase dihasilkan secara tetap.

Stafilokokus relatif resisten terhadap pengeringan, terhadap panas

(kuman ini tahan 50oC selama 30 menit), dan terhadap 90% natrium

klorida, tetapi dengan mudah dihambat oleh zat-zat kimia tertentu,

misalnya heksaklorofen 3%. Stafilokokus berbeda-beda

kepekaannya terhadap banyak obat antijasad renik. Resistensi dibagi

menjadi beberapa golongan :

1) Sering membentuk beta-laktamase, dibawah pengendalian

plasmid, dan menyebabkan organisme resisten terhadap penisilin

dan sefalosporin. Plasmid dipindahkan melalui transduksi dan

mungkin pula oleh konjugasi.

2) “Resistensi metilisin” tidak tergantung pada pembentuka beta-

laktamase. Mungkin gen-gennya terletak pada kromosom.

Mekanisme yang tepat masih belum jelas tetapi mungkin

merupakan suatu fungsi dari struktur dinding sel.

3) “Toleransi” menyatakan secara tidak langsung bahwa

stafilokokus dihambat oleh obat tetapi tidak dimatikan, yaitu

terdapat perbedaan yang sangat luas antara hambatan minimal

dan dosis letal minimal. Toleransi dapat setiap saat dihubungkan

dengan ketiadaan aktivitas enzim otolitik dalam dinding sel.

4) Plasmid dapat pula membawa gen-gen yang resisten terhadap

tetrasiklin, eritromisin, dan aminoglikosida. Sebagian besar

stafilokokus yang resisten tetap peka terhadap vankomisin pada

tahun 1984.

4. Variasi

setiap biakan stafilokokus mengandung organisme tertentu yang

berbeda dengan sebagian besar populasi dalam sifat-sifat biakan

(tipe koloni, pigmen, hemolisis), pada perlengkapan enzim, pada

resistensi obat, dan pada patogenitasnya.

Struktur Antigen

Stafilokokus mengandung antigen polisakharida dan progein yang

memungkinkan penggolongan strain-strain dalam batas tertentu. Asam

teikoat (polimer gliserol atau ribitol fosfat) yang berikatan dengan

peptidoglikan dinding sel dapat bersifat antigenik. Antibodi antiteikoat yang

dapat ditemukan melalui difusi gel dapat secara khusus dihubungkan

dengan endokarditis stafilokokus. Protein permukaan dapat mengganggu

fagositosis.

Kebanyakan zat ekstraseluler yang dihasilkan oleh stafilokokus juga

merupakan antigen. Tes-tes serologik mempunyai kegunaan yang terbatas

dalam mengidentifikasi strain; identifikasi strain dapat dilakukan dengan

“tipe faga”. Metode ini berdasarkan lisis organisme oleh satu atau satu seri

bakteriofaga spesifik. Kepekaan bakteriofaga demikian (tipe faga) adalah

sifat genetik stabil, yang didasarkan atas reseptor-reseptor permukaan. Ini

memungkinkan pencarian epidemiologik strain-strain kuman.

Banyak strain stafilokokus bersifat lisogenik. Pembentukan

beberapa toksin dikuasai oleh plasmid atau faga “temperate”.

E. Aspergillus sp.

Fungi Deuteromycetes adalah fungi imperfect atau tidak sempurna

karena tidak memiliki fase seksual yang jelas. Morfologi khas dari kelas ini

adalah struktur reproduksi berupa konidia. Sebagian dari kelompok fungi

ini adalah merupakan stadium anamorf dari kelas Ascomycetes atau

Basidiomycetes. Fungi ini banyak terdapat di alam pada berbagai medium

seperti makanan, tumbuhan, minuman, permukaan gelas bahkan juga

logam. Deuteromycetes dapat tumbuh secara optimum pada suhu 29ᵒC –

32ᵒC (Alexopoulos & Mims, 1979).

Genera yang banyak dikenal bermanfaat bagi manusia dari fungi ini

adalah Aspergillus sp. dan Penicillium sp.

Aspergillus sp.

Aspergillus sp. adalah sejenis jamur yang sporanya terdapat pada

kotoran burung dan kelelawar. Spora ini dapat memasuki parenchym paru-

paru bila terhirup dan menimbulkan Aspergillosis paru-paru. Penyakit

tersebut bersifat primer bila tidak ada infeksi lain dan bila terjadi infeksi

massal dengan spora, ini sering berhubungan dengan pekerjaan si

penderita.

Beberapa species aspergillus yang tersering dianggap penyebab

penyakit ialah Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger dan Aspergillus

flavus oryzae. Diagnosis dibuat dengan memeriksa sputum atau dahak

penderita, sekret bronchus, sekret hidung, pus atau nanah dari sinus,

kerokan kuku, kerokan kornea mata, biopsi jaringan, bahan autopsi.

Klasifikasi

Divisio : Eumycetes

Classis : Deuteramycetes

Ordo : Moniliales

Familia : Moniliaceae

Gambar . Gambar Aspergillus sp

Sumber : www.google.com.

Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus sp.

Aspergillus niger

Aspergillus niger mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu berupa benang

tunggal disebut hypa, atau berupa kumpulan benang-benang padat

menjadi satu yang disebut miselium, tidak mempunyai klorofil dan hidup

heterotrop. Bersifat aerobik dan berkembang biak secara vegetatif dan

generatif melalui pembelahan sel dan spora-spora yang dibentuk di dalam

askus atau kotak spora (Raper dan Fennel, 1977).

Kapang ini tumbuh dengan baik pada suhu 30ᵒC – 35ᵒC. Kisaran pH

yang dibutuhkan 2,8 sampai 8,8 dengan kelembaban 80 – 90 persen.

Aspergillus niger merupakan spesies dari Aspergillus yang tidak

menghasilkan mycotoxin, bahkan dapat menekan terbentuknya racun

aflatoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus parasiticus, sehingga tidak

membahayakan. Kapang tersebut juga menghasilkan beberapa enzim,

seperti α-amilase, β-amilase, selulase, glukoamilase, katalase, pektinase,

lipase, dan β-galaktosidase (Ratledge, 1994).

Aspergillus niger merupakan salah satu strain kapang yang

dilaporkan mampu memproduksi enzim selulase. Selulase yang berasal

dari Aspergillus niger berbentuk selulase kompleks dan mampu diproduksi

dalam jumlah yang cukup banyak.

Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus

Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus adalah penyebab

paling umum dari aspergillosis pada manusia, walau spesies lain dapat

Gambar. Gambar Aspergillus fumigatus

Sumber : www.google.com

juga sebagai penyebab. Aspergillus fumigatus menyebabkan banyak

kasus bola jamur, Aspergillus niger penyebab umum otomikosis

F. Yeast Cell (Khamir)

Gambar . Gambar Yeast Cell (Khamir)

Sumber : www.google.com

Pada umumnya sel khamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri,

tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir

sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 µm lebarnya dan

panjangnya dari 5 sampai 30 µm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,

tetapi beberapa ada yang memanjang atau membentuk bola. Setiap

spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan

murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk sel-sel

individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak

dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya.

G. Bacillus spp.

Bacillus spp. ialah kelompok bakteri yang umum ditemukan di

berbagai lingkungan ekologi, baik di tanah, air, maupun udara. Bakteri ini

merupakan bakteri Gram positif yang dapat membentuk endospora yang

berbentuk oval di bagian sentral sel. Spora berfungsi untuk bertahan hidup

antara lain pada suhu dan kondisi lingkungan yang ekstrim. Sel Bacillus

spp. berbentuk batang, berukuran 0,3-2,2 x 1,2-7,0 µm dan mempunyai

flagel peritrikus. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 45° C, pH 5-7, NaCl

7%, menghidrolisis pati, serta membentuk asam sitrat dari karbohidrat

glukosa, arabinosa, manitol, dan silosa (Sonenshein et al. 2002).

Pada umumnya Bacillus spp. dapat digunakan sebagai agens

biokontrol terhadap patogen tanaman walaupun diketahui terdapat strain

yang dapat membusukkan biji kedelai. Biji kedelai yang diinokulasikan B.

subtilis strain virulen (isolat VS) pada suhu 30-35° C dan kelembaban

udara relatif 98% akan menunjukkan busuk berlendir 5 hari setelah

inokulasi. (Sinclair dan Backman 1989, dalam Desmawati 2006). Bakteri

Bacillus spp. yang bersifat antagonis mampu menekan pertumbuhan

mikroorganisme lain karena memproduksi antibiotik berupa lipopeptida

yang disebut basitrasin dengan mekanisme merusak membran sel bakteri

(Leary dan Chan 1988, dalam Desmawati 2006). Jenis metabolit sekunder

lain yang diproduksi Bacillus spp. adalah bio-surfaktan yang disebut

surfaktin atau subtilisin. Surfaktin merupakan lipopeptida siklik yang

berfungsi menurunkan tegangan permukaan air dan juga bersifat antibiotik

(Hommel dan Ratledge 1933, Desai dan Desai 1933, dalam Dirmawati

2004).

Sebagian besar anggota Bacillus spp. tidak dianggap sebagai

bakteri patogen terhadap manusia, walaupun dapat mengkontaminasi

makanan, namun jarang menimbulkan keracunan (Sonenshein,et al.

2002). Schaad et al. (2000) menyatakan bahwa hanya terdapat tiga

kelompok Bacillus yang diketahui sebagai patogen tanaman, yaitu B.

circulans, B. megaterium pv. cerealis, dan B. polymyxa. Bacillus spp.

memiliki aktivitas antifungal yang tinggi (Jing dan Qian 2007) dan berperan

dalam menekan beberapa fungi yang bersifat patogen, seperti

Rhizoctonia, Fusarium (Zhang et al. 2009) dan Aspergilus (Muis 2006).

Selain memiliki kemampuan dalam menekan perkembangan fitopatogen,

Bacillus spp. pun diketahui dalam mendukung pertumbuhan tanaman.

McQuilken et al. (1998) mengemukakan bahwa aplikasi Bacillus spp.

pada benih kedelai mampu mengurangi kerusakan bibit karena kerusakan

saat imbibisi. Selain itu, perlakuan benih dengan Bacillus spp. untuk

merangsang pertumbuhan tanaman dan 7 membantu mengurangi patogen

terbawa benih telah menjadi bahan penelitian yang menarik selama lebih

dari 20 tahun terakhir.

H. Makrokonidia

Makrokonidia adalah alat perkembangbiakan jamur yang berupa

konidia yang berukuran besar. Konidia adalah spora yang dihasilkan

dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan

diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Setelah masak, konidia

paling ujung dapat melepaskan diri.

Makrokonidia sering pula disebut sebagai konidia multiseluler, terdiri dari 2

sampai 6 septa. Makrokonidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan

membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan diferensiasi

hingga terbentuk banyak konidia. Setelah masak, konidia paling ujung

dapat melepaskan diri.( Singleton dan Sainsbury, 2006)

I. Penicillium sp.

Penicillium biasa disebut green molds atau blue molds. Kapang ini sering

ditemukan pada jeruk dan buah lainnya, keju di kulkas, dan bahan makanan lainnya

yang terkontaminasi dengan spora mikroba ini. Konidia Penicillium terdapat

di mana-mana baik di tanah maupun di udara. Kapangini sering menjadi

kontaminan pada laboratorium biologi. Penicillinditemukan pertama kali

oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 akibattercemarnya kultur

Staphylococcus oleh mikroba Penicillium notatum (Alexopaulos, 1979).

Aktivitas penting dari Penicillium adalah sebagaiberikut :

1. Produksi Antibiotik 

Sekarang ini, jenis kapang yang digunakan dalam produksi penicillin

secara industrial adalah P. chrysogenum. Penicillin aktif (sebagai agen

bacteriostatic) terhadap bakteri gram positif dan juga terhadap beberapa

virus dan rickettsia. Penicillin sekarang merupakan istilah umum yang

dipakai untuk seluruh grup antibiotik. Antibiotik griseofulvin diproduksi dari

P. griseofulvum. Obat ini digunakan dalam perawatan penyakit

dermatophylic (kulit, kuku,rambut, dan bulu) seperti kurap, kaki atlit, dan

epidermophytics.

Obat ini bersifat fungistatic bukan fungicidal yang artinya tidak

membunuh jamur. Obat ini hanya aktif terhadap jamur yang mempunyai

dinding kitin namun tidak aktif terhadap Oomycetes, yeast, dan bakteri.

2. Industri Keju

P. roqueforti dan P. camemberti digunakan dalam produksi keju.Kedua

jenis Penicillium ini menghasilkan keju yang memiliki rasa khusus yang

disebut keju Roquefort dan Camembert.

3. Parasit Tanaman

Mold biru pada tanaman jeruk (P. italicum), mold hijau pada

tanaman jeruk (P. digitatum), dan kebusukan pada apel (P. expansum)

merupakan beberapa penyakit yang disebabkan oleh Penicillium. Beberapa

spesies Penicillium dapat mengakibatkan produksi cacat pada makanan,

produk kulit, dan pakaian.

4. Mycotoxicoses

Beberapa spesies Penicillium memproduksi racun pada makanan /

pakan ternak yang menyebabkan keracunan pada manusia dan binatang. Konidia

Penicillium menyerupai manik-manik kaca jika dilihatdengan mikroskop

(Dube, 1990). Banyaknya konidia yang berwarna hijau,biru, atau kuning

sangat berpengaruh pada warna dari berbagai spesies Penicillium.

Klasifikasi Penicillium sp.

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Eurotiomycetes

Order : Eurotiales

Family : Trichocomaceae

Genus : Penicillium

Spesies : Penicillium sp.

Beberapa nama spesiesnya :

Penicillium expasum, Penicillium notatum, Penicillium chrysogenum,

Penicillium camemberti, Penicillium roquerforti.

Struktur Penicillium sp.

Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan

spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim,

karena tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai

konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia.

Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga

tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan

tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma. Beberapa

Gambar. Gambar Aspergillus fumigatus

Sumber : www.google.com

jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan

sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk

membuat keju biru. (Purves dan Sadava, 2003).

Morfologi dan Anatomi Penicillium sp.

1. Konidia adalah alat reproduksi seksual

2. Misellum adalah kumpulan dari hifa

3. Konidiofor adalah tangkai konidia yang berbentuk tabung

4. Stolon adalah hifa yang membentuk jaringan

5. Tubuhnya tersusun atas benang bersekat, bersel satu

6. Pilinya tersusun atas protein

7. Reproduksi jamur Penicillium

8. Secara vegetatif yaitu dengan pembentukan konidium dalam rantai

konidiofor.

9. Secara generatif dengan cara pembelahan spora di salam askus.

J. Rhizopus sp.

Klasifikasi Rhizopus sp.

Kingdom : Fungi

Divisio : Zygomycota

Class : Zygomycetes

Ordo  : Mucorales

Familia : Mucoraceae

Genus  : Rhizopus

Species  : Rhizopus sp.

Beberapa nama spesiesnya :

Rhizopus oryzae, Rhizopus nigricans, Rhizopus nodusus.

Ciri Morfologi dan Struktur Tubuh Rhizopus sp.

1. Terdiri dari benang-benang hifa yang bercabang dan berjalinan

membentuk miselium

2. Hifa tak bersekat (bersifat senositik)

3. Septa atau sekat antar hifa hanya ditemukan pada saat sel

reproduksi terbentuk

4. Dinding selnya tersusun dari kitin

5. Rhizopus sp. mempunyai tiga tipe hifa,

a. Stolon; hifa yang membentuk jaringan pada permukaan

substrat (misalnya roti)

b. Rhizoid; hifa yang menembus subtrat dan berfungsi

sebagai jangkar untuk menyerap makanan.

c. Sporangiopor; hifa yang tumbuh tegak pada permukaan

substrat dan memiliki sporangia globuler (berbentuk bulat)

diujungnya

6. Koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu.

7. Stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning

kecoklatan.

8. Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik

tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora).

9. Rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama

dengan sporangiofora.

10. Sporangia berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak.

11. Kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar.

12. Spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder.

Gambar

Bagian Tubuh Rhizopus sp.

Sumber : www.google.com

Rhizopus sp. adalah genus jamur benang yang termasuk filum

Zygomycota ordo Mucorales. Rhizopus sp. mempunyai ciri khas yaitu

memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri

lainnya adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau

bersekat. Miselium dari Rhizopus sp. yang juga disebut stolon  menyebar

diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif. Rhizopus sp.

bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor

yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan mengandung

ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya oleh

sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah

Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi. (Postlethwait

dan Hopson, 2006)

Habitat Rhizopus sp.

Habitat Rhizopus sp. yaitu di tempat lembab, hidup sebagai saprofit

pada organisme mati misalnya pada bahan makanan seperti kedelai, roti,

buah-buahan (anggur, stroberi dan tomat).

Reproduksi Rhizopus sp.

Jamur Rhizopus sp. melakukan reproduksi secara seksual dan

aseksual.

a. Reproduksi aseksualnya dengan fragmentasi miseliumnya atau dengan

spora aseksual.

b. Reproduksi seksualnya dengan perkawinan atara hifa berbeda jenis, yaitu

hifa (+) dan hifa (-), menghasilkan zigospora. Zigospora merupakan spora

seksual (spora generatif), yaitu spora yang dihasilkan oleh reproduksi

seksual.