dampak kehadiran ritel modern ... - repository.ipb.ac.id · kehadiran ritel modern sering dianggap...
Post on 14-Mar-2019
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DAMPAK KEHADIRAN RITEL MODERN TERHADAP
PROFITABILITAS PEDAGANG PASAR
TRADISIONAL DI KOTA BEKASI
FITRIA PERMATA SARI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kehadiran
Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bekasi
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Fitria Permata Sari
NIM H14100115
ABSTRAK
FITRIA PERMATA SARI. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap
Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bekasi. Dibimbing oleh
SAHARA, Ph.D.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak keberadaan ritel
modern terhadap profitabilitas pedagang pasar tradisional di Kota Bekasi.
Pemilihan pasar dilakukan secara purposive sampling sehingga terpilih Pasar
Jatiasih dan Pasar Family Mart sebagai kelompok pasar perlakuan dan Pasar
Bantargebang sebagai pasar kontrol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah t-test, chi-square test, dan ordinal logistic regression. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan keuntungan yaitu jumlah pembeli, jarak antara pasar
tradisonal dengan ritel modern, komoditas utama produk segar serta produk
olahan. Semakin dekat jarak antara pasar tradisional di Kota Bekasi dengan ritel
modern memiliki peluang yang lebih besar untuk meningkatkan keuntungan.
Kata kunci: chi-square test, keuntungan, ordinal logistic regression, pasar
tradisional, ritel modern, t-test
ABSTRACT
FITRIA PERMATA SARI. The Impact of Modern Retail on The Profitability
Level of Traditional Market Traders in Bekasi. Supervised by SAHARA, Ph.D.
The aims of this research are to analyze the impact of modern retail on the
profitability level of traditional market traders in Bekasi. The market selection is
done by purposive sampling method. Jatiasih Market and Family Mart Market are
selected as treatment group and Bantargebang Market is selected as control group.
The methods using in this study are t-test, chi-square test, and ordinal logistic
regression. Factors influencing changes of profit are the number of buyers, the
distance between the traditional market with the modern retail, the main
commodity of fresh products and processed products. The closer distance the
traditional market to the modern retail, the more chance of traditional market
traders to increase their profits.
Keywords: chi-square test, profit, ordinal logistic regression, traditional markets,
modern retail, t-test
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DAMPAK KEHADIRAN RITEL MODERN TERHADAP
PROFITABILITAS PEDAGANG PASAR
TRADISIONAL DI KOTA BEKASI
FITRIA PERMATA SARI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang
Pasar Tradisional di Kota Bekasi
Nama : Fitria Permata Sari
NIM : H14100115
Disetujui oleh
Sahara, Ph.D.
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang telah dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 berjudul Dampak Kehadiran
Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bekasi.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Orang tua dan seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih
sayangnya.
2. Sahara, Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar telah
membimbing dan memberikan arahan maupun motivasi kepada penulis sehingga
dapat terselesaikan dengan baik.
3. Prof. Dominicus Savio Priyarsono, Ph.D. selaku dosen penguji utama dan
Deni Lubis, MA selaku dosen komisi pendidikan atas kritik dan saran yang
membangun dan bermanfaat yang diberikan kepada penulis.
4. Teman-teman sebimbingan (Elis, Selly, Ratna, Sasha, Triana, Fira, Ezik) atas
segala dukungan dan telah membantu penulis selama proses pembuatan
skripsi ini.
5. Sahabat-sahabat Penulis (Meliana, Elis, Selly, Ria, Fithri Tyas, Sissy, Sasha,
Nindya, Linda, Arief, Nicco, Gialdy, Dodo, Azis, Pangrio, Andri) yang telah
memberikan semangat dan bantuan selama menjalankan skripsi.
6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 47, HIPOTESA terutama divisi RE-D atas
momen dan pengalaman berharganya.
7. Pimpinan dan seluruh staf Dinas Perekonomian Rakyat Kota Bekasi, Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bekasi, pengelola pasar serta
pedagang pasar tradisional Kota Bekasi yang telah bekerjasama dan
membantu selama pengumpulan data.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Fitria Permata Sari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
METODE 10
Lokasi dan Waktu Penelitian 10
Jenis dan Sumber Data 10
Metode Penentuan Sampel 10
Metode Analisis 11
GAMBARAN UMUM 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Persaingan dan Kinerja Pedagang Pasar Tradisional Kota Bekasi 19
Analisis Faktor-faktor Mempengaruhi Perubahan Keuntungan Pedagang 22
Pengaruh Jarak Ritel Modern dan Pasar Tradisional terhadap Keuntungan di
Kota Bekasi 23
SIMPULAN DAN SARAN 24
Simpulan 24
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27
RIWAYAT HIDUP 62
DAFTAR TABEL
1 Jarak antara Pasar Tradisional dan Ritel Modern Kota Bekasi 11 2 Nama dan Tahun Beroperasi Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di
Kota Bekasi 15 3 Data Monografi Pasar Tradisional di Kota Bekasi Tahun 2013 16
4 Komoditi Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Kontrol Kota Bekasi
Tahun 2008 dan 2013 dengan Chi-square test 17
5 Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota
Bekasi dengan t-test 17
6 Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota
Bekasi dengan Chi-square Test 18
7 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Persentase Jumlah Pembeli dan
Nilai Penjualan Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota Bekasi
dengan t-test 18
8 Pemasok Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota
BekasiTahun 2013 dengan chi-square test 19
9 Metode Pembayaran Utama di i Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol
Kota BekasiTahun 2013 dengan chi-square test 19
10 Strategi Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota
BekasiTahun 2013 dengan chi-square test 20 11 Pesaing Terberat di Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota Bekasi
dengan chi-square test 20 12 Penyebab Kelesuan Usaha di Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota
Bekasi dengan chi-square test 21 13 Kinerja Pedangang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota Bekasi
dilihat dari Perubahan Omzet dan Keuntungan sebelum dan sesudah
keberadaan ritel modern dengan paired-sample t-test 22
14 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Keuntungan Pedagang
Pasar Tradisional Kota Bekasi 22
DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah Ritel Modern Kota Bekasi tahun 2007-2013 2
2 Kerangka Pemikiran Konseptual 9 3 Peta Pasat Tradisional dan Ritel Modern Kota Bekasi 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel Jarak Ritel Modern dengan Pasar Tradisional Kota Bekasi 27
2 Hasil Output Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi dengan t-test 28
3 Hasil Output Komoditi Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan
Kontrol Kota Bekasi dengan chi-square test 29
4 Hasil Output Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi dilihat dari Jenis Kelamin dengan chi-square Test 31
5 Hasil Output Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi dilihat dari Letak Kios dengan chi-square Test 32
6 Hasil Output Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi dilihat dari Status Usaha dengan chi-square Test 33
7 Hasil Output Karakteristik Pedagang Berdasarkan Persentase Jumlah
Pembeli dan Nilai Penjualan Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol
Kota Bekasi dengan t-test 34
8 Hasil Output Pemasok Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test 36
9 Hasil Output Metode Pembayaran Utama Pedagang di Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test 37
10 Hasil Output Strategi Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test 38
11 Hasil Output Metode Pesaing Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan
Pasar Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test 39
12 Hasil Output Penyebab kelesuan Utama di Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi dengan Chi-square Test 40
13 Hasil Output paired t-test Keuntungan Sesudah-Sebelum pada Pasar
Kontrol Kota Bekasi` 42
14 Hasil Output paired t-test Omzet Sesudah-Sebelum pada Pasar
Kontrol Kota Bekasi 43
15 Hasil Output paired t-test Keuntungan Sesudah-Sebelum pada Pasar
Perlakuan Kota Bekasi 44 16 Hasil Output paired t-test Omzet Sesudah-Sebelum pada Pasar
Perlakuan Kota Bekasi 45
17 Hasil Output Uji Korelasi Antar Variabel Independen 46
18 Hasil Output Regresi Logistik Ordinal 48
19 Kuesioner Penelitian 49
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak pemberlakuan liberalisasi perdagangan pada tahun 1998
menyebabkan terjadinya arus penanaman modal asing (FDI) yang diikuti dengan
persaingan secara ketat terutama pada industri ritel. Menurut Shepherd (2005),
kondisi yang terjadi selain terbukanya FDI di beberapa negara, perkembangan
ritel modern terkait dengan meningkatnya permintaan terhadap jasa yang
ditawarkan oleh ritel modern, hal ini yang didasari oleh tingginya tingkat
urbanisasi, peningkatan pendapatan perkapita (pertumbuhan pekerja kelas
menengah), peningkatan pekerja wanita (peningkatan opportunity cost waktu dari
ibu rumah tangga yang berkarir), gaya hidup yang berkiblat ke Barat,
meningkatnya penggunaan kartu kredit, dan lain-lain.
World Bank (2007) menunjukkan bahwa pada 1999 ritel modern hanya
meliputi 11% dari total pangsa pasar bahan pangan. Menjelang 2004, jumlah
tersebut meningkat tiga kali lipat menjadi 30%. Terkait dengan tingkat penjualan,
fakta menununjukkan bahwa jumlah penjualan di ritel modern bertumbuh rata-rata
15%, sementara penjualan di ritel tradisional menurun 2% per tahun. Ekspansi
dari ritel modern ini yang turut mendorong jumlah omset penjualan ritel modern
semakin meningkat.
Kehadiran ritel modern sering dianggap sebagai ancaman serius oleh
pedagang pasar tradisional. Secara faktual ancaman ini mungkin terjadi karena
bisnis pasar tradisional dan ritel modern sama yaitu perdagangan ritel.
Perdagangan ritel artinya setiap pendirian ritel modern akan memunculkan
persaingan dan berhadapan langsung dengan kepentingan pedagang di pasar
tradisional. Masalah utama yang dapat terjadi adalah bentuk persaingan yang tidak
sehat (Mukbar 2007).
Perkembangan ritel di Indonesia ditandai dengan pembukaan gerai-gerai
baru yang dilakukan oleh peritel asing yang tersebar di kota-kota besar salah
satunya Kota Bekasi. Kota Bekasi cukup pesat terutama pada ritel modern, seperti
pusat perbelanjaan, supermarket, hypermarket, dan minimarket. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, Kota Bekasi
mengalami pertumbuhan ritel modern yang positif sementara pasar tradisional
tidak mengalami pertumbuhan. Pada gambar 1 menunjukan bahwa jumlah ritel
modern Kota Bekasi (pusat perbelanjaan, supermarket, hypermarket, dan
department store) meningkat dari tahun 2008 hingga 2013 sedangkan jumlah
pasar tradisional mengalami penurunan pada tahun 2009 dan selanjutnya hingga
tahun 2013 tidak mengalami pertumbuhan. Hingga tahun 2013 tercatat bahwa
terdapat 42 ritel modern di Kota Bekasi. Hal ini belum termasuk ritel modern
brupa minimarket. Jika dibandingkan dengan pasar tradisional yang jumlahnya
hanya 12 pada tahun 2013, ritel modern memiliki jumlah empat kali lipatnya.
(Disperindagkop Kota Bekasi 2014).
2
Sumber : Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi Kota Bekasi
Gambar 1 Jumlah Ritel Modern Kota Bekasi tahun 2008-2013
Beberapa tahun terakhir ini, banyaknya pembangunan pusat perbelanjaan
di Kota Bekasi dengan berlokasi di tempat yang cukup strategis seperti pintu
keluar tol atau jalan-jalan arteri yang sangat ramai. Hal ini dikarenakan ritel
modern memiliki area perdagangan yang lebih besar jika dibandingkan dengan
pasar tradisional yang biasanya hanya diperuntukkan untuk penduduk sekitar.
Namun keberadaan ritel modern yang berdiri berdekatan bahkan bersebelahan
dengan pasar tradisional pada akhirnya dapat mematikan secara tidak langsung
usaha atau kegiatan di pasar tradisional. Oleh karena itu penelitian ini dikaji untuk
mengukur dampak ritel modern terhadap pedagang pasar tradisional di Kota
Bekasi.
Perumusan Masalah
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta merupakan pasar
potensial bagi bisnis ritel modern. Namun keberadaan ritel modern dapat
memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap pasar
tradisional selaku pemain lama untuk dapat bertahan dalam industri ritel nasional.
Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, tahun 2007 terdapat 13 450
pasar tradisional. Berdasarkan data dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha,
pasar tradisional juga memiliki pedagang yang cukup besar hingga mencapai 12.5
juta orang. Sementara itu data Kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa
pada tahun 2011 menyebutkan bahwa tersisa 9 559 pasar tradisional. Berdasarkam
data di atas, terjadi penurunan jumlah pasar tradisional yang cukup drastis pada
periode tersebut.
Pada periode yang sama, peningkatan omset ritel modern cukup pesat, hal
ini juga didukung oleh pertumbuhan jumlah ritel yang mencapai 18 152 gerai pada
2011, sementara apabila dibandingkan pada tahun 2007 hanya terdapat 10 365
gerai. Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia, ritel modern di Indonesia
mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 17.57% per tahun. Penjualan ritel pada
2006 masih sebesar Rp 49 triliun, namun melesat hingga mencapai Rp 110 triliun
pada 2011.
Secara nasional perkembangan pasar tradisional memang telah mengalami
penurunan apabila dibanding dengan perkembangan ritel modern, hal tersebut
19 20 24
29 34
42
13 12 12 12 12 12
0
10
20
30
40
50
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Ritel Modern dan Pasar Tradisional Tahun 2008-2013
Ritel Modern
Pasar Tradisional
Tahun
Jumlah
3
dijelaskan pada hasil penelitian Nielsen (2008) jika dilihat pada trend
pertumbuhannya, ritel modern tumbuh pesat yaitu 31.40 persen sementara pasar
tradisional pertumbuhannya hanya minus delapan persen. Menurut hasil penelitian
tersebut di atas bahwa keberadaan pasar tradisional sebenarnya masih diperlukan
oleh masyarakat luas, tetapi pertumbuhan pasar tradisional dalam lima tahun
terakhir dalam kondisi mengkhawatirkan karena pertumbuhannya menurun
sehingga memungkinkan ritel modern akan terus berkembang di Indonesia
terutama kota-kota besar salah satunya Kota Bekasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan,
dan Koperasi, Kota Bekasi mengalami pertumbuhan ritel modern yang positif
sedangkan pasar tradisionalnya tidak mengalami perkembangan yang positif. Hal
ini ditandai dengan jumlah ritel modern di Kota Bekasi hingga tahun 2013 tahun
2013 terdapat 15 pusat perbelanjaan dan sekitar 25 ritel modern dan belum
termasuk minimarket (Disperindagkop 2014). Berdasarkan data tersebut,
didapatkan fakta jumlah pasar tradisional yang hanya berjumlah 12 di Kota Bekasi
lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah ritel modern.
Beberapa penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa ritel modern
berdampak negatif terhadap pasar tradisional. Penelitian yang dilakukan oleh
Mega (2012) bahwa semakin dekat jarak antara minimarket dengan pedagang
eceran tradisional menyebabkan perubahan omzet yang semakin besar kepada
pedagang pasar tradisional. Beberapa penelitian juga belum menemukan bukti
bahwa keberadaan ritel modern berdampak negatif terhadap pasar tradisional
seperti pada penelitian Suryadharma et al (2007) tentang Dampak Supermarket
terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia
menyimpulkan bahwa supermarket bukan penyebab utama kelesuan usaha yang
dialami pedagang pasar tradisional. Oleh karena itu, Penelitian ini berusaha
membuktikan dampak keberadaan ritel modern terhadap pasar tradisional dengan
studi kasus Kota Bekasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota
Bekasi?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan keuntungan
pedagang di pasar tradisional di Kota Bekasi?
3. Bagaimana pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional terhadap
keuntungan pedagang di Kota Bekasi?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :
1. Menganalisis persaingan dan kinerja pedagang di pasar tradisional Kota
Bekasi
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan keuntungan
pedagang di pasar tradisional di Kota Bekasi
3. Menganalisis pengaruh jarak ritel modern dan pasar tradisional terhadap
keuntungan pedagang di Kota Bekasi
4
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna:
1. Bagi penulis untuk melatih kemampuan berpikir kritis dan tanggap
terhadap permasalahan yang terjadi di daerah dan masyarakat.
2. Bagi para pembaca untuk menambah wawasan dalam memberikan
gambaran mengenai dampak keberadaan pasar modern terhadap pedagang
pasar tradisional di Kota Bekasi sehingga akan muncul kritik yang
membangun dan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan tulisan ini
3. Bagi pengelola pasar tradisional, asosiasi yang bersangkutan, Pemerintah
Provinsi dan daerah sebagai bahan masukan dan referensi dalam
pengembangan pasar tradisional.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengukur dampak ritel modern terhadap pedagang pasar
tradisional di Kota Bekasi. Pengukurannya dengan melihat faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi perubahan keuntungan pedagang pasar tradisional. Objek
penelitian yang dilakukan difokuskan kepada para pedagang di beberapa pasar
tradisional yang ada di Kota Bekasi. Pasar tradisional yang dipilih yang dikelola
oleh pemerintah ataupun swasta (selama pola dan tata kelolanya masih relatif
sama dengan pasar tradisional pemerintah).
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Konsep Ritel
Menurut Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan
pasar tradisional, toko modern, dan pusat perbelanjaan. Toko modern adalah toko
dengan sistem pelayanan mandiri menjual berbagai jenis brang secara eceran yang
berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun
grosir yang berbentuk perkulakan. Lebih jelasnya konsep ritel modern dalam
Perpres tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dilihat dari sisi luas gerai yang digunakan, kategorisasi dari toko modern
dapat dijelakan sebagai berikut:
a. Minimarket kurang dari 400 m2;
b. Supermarket, 400 m2 sampai dengan 5 000 m
2;
c. Hypermarket, diatas 5 000 m2;
d. Department Store, diatas 400 m2;
e. Perkulakan, diatas 5 000 m2.
Dilihat dari sisi item produk yang dijual, kategorisasi dari toko modern
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Minimarket, supermarket dan hypermarket menjual secara eceran barang
konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;
5
b. Department Store menjual secara eceran barang konsumsi utamanya
produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang
berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen; dan
c. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.
Pasar memiliki beberapa klasifikasi. Berdasarkan bangunan pasar dibagi
menjadi dua jenis, yaitu pasar dengan bangunan permanen atau semi permanen
dan pasar tanpa bangunan permanen. Pasar dengan bangunan permanen atau semi
permanen adalah pasar yang menggunakan lantai semen/tegel, tiang besi/kayu,
atap seng/genteng/sirap, baik berdinding/tidak. Pasar tanpa bangunan permanen
(tidak termasuk kaki lima) adalah pasar yang mempunyai bangunan tetapi tidak
permanen, misalnya pasar kaget. Pasar kaget adalah pasar yang muncul di lokasi
yang tidak diperuntukan pasar dan selesai dengan cepat. (Badan Pusat Statistik
2003)
Pengertian pasar diambil berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan Nomor: 70/M-Dag/Per/12/2013 yaitu tempat bertemunya
penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli
terbentuk, yang menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi Pasar
Tradisional dan Pasar Modern, dan menurut sifat pendistribusiannya dapat
digolongkan menjadi Pasar Eceran dan Pasar Grosir. Pasar tradisional adalah
pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya
masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki
atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah dan koperasi dengan usaha skala
kecil dan modal kecil. Proses jual beli melalui tawar-menawar. Pasar Modern
adalah pasar yang dibangun pemerintah, swasta, atau koperasi yang bentuknya
berupa mall, supermarket, departement store, dan shopping centre dimana
pengelolaannya dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan
kenyamanan berbelanja dengan manajemen disatu tangan, bermodal relatif kuat,
dan dilengkapi harga pasti.
Teori Lokasi
Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang
(spatial order) kegiatan ekonomi atau ilmu tentang alokasi secara geografis dari
sumber daya yang langka serta hubungaan atau pengaruhnya terhadap lokasi
berbagai macam usaha atau kegiatan lain. Secara umum, pemilihan lokasi oleh
suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti, bahan baku lokal,
permintaan lokal, bahan baku yang dapat dipindahkan, permintaan luar. (Hoover
dan Giarratani 2007)
Secara umum teori lokasi dapat dikelompokkan atas tiga bagian besar, yaitu:
1. Bid-Rent Theories, yaitu kelompok teori lokasi yang mendasarkan analisis
pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada kemampuan membayar sewa tanah
(bid-rent) yang berbeda dengan harga pasar sewa tanah (land-rent).
Berdasarkan hal ini, lokasi kegiatan ekonomi ditentukan oleh nilai bid-rent
yang tertinggi yang dapat dibayarkan oleh pengguna tanah. Kelompok teori
lokasi ini dipelopori oleh Von Thunen (1854).
2. Least Cost Theory, yaitu kelompok teori lokasi yang mendasarkan analisisnya
pada pemilihan lokasi kegiatan industry yang didasarkan pada prinsip biaya
minimum (least cost). Dalam hal ini, lokasi yang terbaik (optimal) adalah pada
6
tempat dimana biaya produksi dan ongkos angkut yang harus dibayar adalah
paling kecil. Bila hal ini dapat dicapai, maka tingkat keuntungan yang
diperoleh perusahaan akan menjadi maksimum. Kelompok teori lokasi ini
dipelopori oleh Alfred Weber (1929).
3. Market Area Theories, yaitu kelompok teori lokasi yang mendasarkan analisis
pemilihan lokasinya kegiatan ekonomi pada prinsip luas pasar (market area)
terbesar yang dapat dikuasai perusahaan. Luas pasar tersebut adalah mulai dari
lokasi pabrik sampai ke lokasi konsumen yang membeli produk perusahaan
yang bersangkutan. Bila pasar yang dikuasai adalah yang terbesar, maka
tingkat keuntungan perusahaan menjadi maksimum dan demikian juga
sebaliknya. Kelompok teori lokasi ini dipelopori oleh August Losch (1954).
Teori Lokasi Market Area
August Losch (1994) mempelopori Teori Lokasi Market Area yang
mendasarkan analisis pemilihan lokasi optimal pada luas pasar yang dapat
dikuasai (market area) dan kompetisi antartempat (spatial competition).
Berdasarkan pada pandangan ini, sebuah perusahaan akan memilih suatu tempat
sebagai lokasi yang optimal berdasarkan pada kekuatan persaingan antartempat
dan luas pasar yang dapat dikuasainya. Hal ini akan menunjukkan bahwa
permintaan dan penawaran antartempat merupakan unsure penting dalam
menentukan lokasi optimal dari suatu kegiatan perusahaan. Losch mengatakan
bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat
digarapnya. Semakin jauh dari tempat penjual, konsumen semakin tidak ingin
membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin
mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang
identik dengan penerimaan terbesar. Atas dasar pandangan tersebut, Losch
cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau dekat pasar
(Tarigan 2007).
Teori lokasi market area ini juga mempunyai asumsi dasar tertentu yang
melandasi analisisnya. Pertama, konsumen tersebar secara relative merata
antartempat, artinya teori ini cocok digunakan di daerah perkotaan dimana
konsentrasi penduduk dan industry relatif merata dibandingkan dengan daerah
pedesaan atau pedalaman. Kedua, produk homogen sehingga persaingan akan
sangat ditentukan oleh harga dan ongkos angkut. Ketiga, ongkos angkut per
kesatuan jarak (ton/km) adalah sama (Sjafrizal 2012).
Penelitian Terdahulu
Suryadharma, et al (2007) dalam penelitiannya tentang Dampak
Supermarket terhadap Kebijakan Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah
Perkotaan di Indonesia, mengungkapkan bahwa dari tiga indikator kinerja pasar
tradisional (keuntungan, omzet, dan jumlah pegawai), supermarket secara statistik
hanya berdampak pada jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh pedagang pasar
tradisional. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah pegawai yang dipekerjakan oleh
pedagang pasar tradisional menjadi berkurang bila keberadaan pasar dekat dengan
supermarket, dan demikian sebaliknya. Hasil ini kemudian ditegaskan oleh
temuan analisis kualitatif bahwa supermarket bukanlah penyebab utama kelesuan
usaha yang dialami pedagang pasar tradisional. Para pedagang, pengelola pasar,
7
wakil APPSI semuanya menegaskan bahwa langkah utama yang harus dilakukan
demi menjamin keberadaan pedagang pasar tradisional adalah perbaikan
infrastruktur pasar tradisional, pengorganisasian para PKL, dan pelaksanaan
praktik pengelolaan pasar yang lebih baik. Para pedagang secara eksplisit
mengungkapkan keyakinan mereka bahwa supermarket tidak akan menyingkirkan
usaha mereka jika syarat tersebut di atas dapat dipenuhi. Sementara itu, terdapat
bukti nyata bahwa sebagian pedagang telah menutup usaha dagangnya selama tiga
tahun yang lalu. Alasan untuk hal ini bersifat lebih kompleks dari sekadar karena
hadirnya supermarket semata. Kebanyakan penutupan usaha erat berkaitan dengan
persoalan internal pasar dan persoalan pribadi. Selain itu, pedagang yang
pelanggan utamanya bukan rumah tangga dan telah membina hubungan yang baik
dengan pelanggan selama waktu yang lama berkemungkinan lebih besar untuk
bertahan dalam usahanya.
Penelitian Mega (2012) dengan judul Dampak Pendirian Minimarket
terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran
Masyarakat (Kasus: Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor). HAsil penelitian
menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omzet pedagang
eceran akibat pendirian minimarket adalah jarak antara lokasi usaha pedagang
eceran tradisional dengan minimarket dan tingkat pendidikan. Semakin jauh jarak
antara lokasi usaha pedagang eceran tradisional dengan minimarket maka
perubahan omzet usaha responden akan semakin kecil. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka perubahan omzet usaha responden akan semakin besar.
Aryani (2011) dalam penelitian berjudul Efek Pendapatan Pedagang
Tradisional dari Ramainya Kemunculan Minimarket di Kota Malang Penelitian ini
bertujuan mengkomparasikan jumlah pendapatan para pedagang di pasar
tradisional sebelum dan sesudah munculnya minimarket di Kota Malang serta
mengetahui permasalahan yang dihadapi pedagang di pasar tradisional berkaitan
dengan keberadaan minimarket. Dari hasil uji beda membuktikan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata pendapatan para pedagang di pasar tradisional sebelum
dengan sesudah munculnya minimarket.
Hadiwiyono (2011) dalam penelitian berjudul “Analisis Kinerja Pasar
Tradisional di Era Persaingan Global di Kota Bogor”. Pada penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kondisi Pasar Tradisional di tengah tekanan
ekspansi Pasar Modern di kota Bogor dimana penelitian ini menyimpulkan bahwa
kinerja bisnis pedagang pasar tradisional mengalami penurunan, sebanyak 67
persen pedagang di pasar mengalami penurunan omset dan keuntungan. Jumlah
pedagang masing-masing pasar mengalami fluktuasi, sedangkan jumlah pembeli
harian juga menurun juga memicu semakin menyempitnya jam aktif transaksi di
dalam pasar.
Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK (2006) tentang Dampak
Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Koperasi/Waserda dan Pasar
Tradisional. Penelitian ini menyimpulkan dampak keberadaan pasar modern
terhadap pasar tradisional adalah dalam hal penurunan omzet penjualan. Penelitian
ini menggunakan uji beda dengan hasil analisis yang menunjukkan bahwa dari
tiga variabel yang diteliti, variabel omzet penjualan pasar tradisional menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah hadirnya pasar modern
dimana omzet setelah ada pasar modern lebih rendah dibandingkan sebelum
hadirnya pasar modern.
8
Hartati (2006) dalam penelitian yang berjudul “Pergeseran Subsektor
Perdagangan Eceran dari Tradisional ke Modern di Indonesia”. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pergeseran subsektor perdagangan eceran dari tradisional
ke modern yang terjadi dalam lingkup provinsi maupun nasional, menganalisa laju
pertumbuhan pada perdagangan eceran tradisional dan modern, jumlah omzet,
serta pertumbuhan omzet pasar tradisional dan modern pada tahun 1993-2003 agar
dapat membandingkan kondisi penjualan di pasar tradisional dan pasar modern.
Penelitian ini difokuskan untuk melihat pergeseran dari pasar tradisional ke pasar
modern dari sisi jumlah pasar dan omzet penjualan, sedangkan pergeseran dengan
indikator tenaga kerja hanya sebagai pelengkap karena data yang digunakan masih
bersifat umum yaitu tenaga kerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran bukan
data yang spesifik seperti jumlah tenaga kerja di pasar tradisional dan modern.
Hipotesis
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini untuk menganalisis
dampak ritel modern terhadap pedagang pasar tradisional di Kota Bekasi yaitu :
1. Terdapat perbedaan rata-rata antara omzet maupun keuntungan sebelum
dengan sesudah adanya ritel modern baik pada pasar perlakuan maupun
pasar kontrol.
2. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan keuntungan
pedagang secara signifikan yaitu ukuran kios, umur pedagang, lama
berdagang, jumlah pembeli, pendidikan yang ditempuh pedagang, dummy
jarak, dummy komoditi utama produk segar, dummy komoditi utama
produk olahan, dan dummy letak kios.
3. Semakin jauh jarak pasar tradisional dengan ritel modern maka peluang
untuk meningkatkan keuntungan akan semakin besar dibandingkan pasar
tradisonal yang dekat dengan ritel modern.
Kerangka Pemikiran
Liberalisasi perdagangan pada tahun 1998 menyebabkan terjadinya arus
penanaman modal asing yang diikuti perkembangan pada industri ritel. Menurut
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, bisnis ritel atau usaha eceran di Indonesia
mulai berkembang pada kisaran tahun 1980an seiring dengan mulai
dikembangkannya perekonomian Indonesia. Hal ini timbul sebagai akibat dari
pertumbuhan yang terjadi pada masyarakat kelas menengah, yang menyebabkan
timbulnya permintaan terhadap supermarket dan department store di wilayah
perkotaan. Hal lain yang mendorong perkembangan bisnis ritel di Indonesia
adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat kelas menengah ke atas,
terutama di kawasan perkotaan yang cenderung lebih memilih berbelanja di pusat
perbelanjaan modern. Perubahan pola belanja yang terjadi pada masyarakat
perkotaan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan berbelanja saja namun juga
sekedar jalan-jalan dan mencari hiburan.
Berkembangnya usaha di industri ritel ini juga diikuti dengan persaingan
yang semakin ketat antara sejumlah peritel baik lokal maupun peritel asing yang
marak bermunculan di Indonesia. Industri ritel di Indonesia saat ini semakin
berkembang dengan semakin banyaknya pembangunan gerai-gerai baru di
9
berbagai tempat. Kegairahan para pengusaha ritel untuk berlomba-lomba
menanamkan investasi dalam pembangunan gerai-gerai baru tidak sulit untuk
dipahami. Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 3% sejak tahun 2000
dan makin terkendalinya laju inflasi, bisa menjadi alasan mereka bahwa ekonomi
Indonesia bisa menguat kembali di masa mendatang.
Pada 1999 ritel modern hanya meliputi 11% dari total pangsa pasar bahan
pangan (World Bank 2007). Menjelang 2004, jumlah tersebut meningkat tiga kali
lipat menjadi 30%. Terkait dengan tingkat penjualan, fakta menununjukkan bahwa
jumlah penjualan di ritel modern bertumbuh rata-rata 15%, sementara penjualan di
ritel tradisional menurun 2% per tahun. Ekspansi dari ritel modern ini yang turut
mendorong jumlah omset penjualan ritel modern semakin lebih sedikit
dibandingkan ritel modern, hal ini dapat mengindikasikan akanada dampak yang
ditimbulkan dari keberadaan ritel modern terhadap pasar tradisional.
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Konseptual
Perkembangan Ritel di
Indonesia
Liberalisasi Perdagangan
Terjadi Arus Penanaman Modal Asing
Ekspansi Jumlah Ritel Modern Menurunnya Jumlah Pasar Tradisional
Kehadiran Ritel Modern Berdampak
terhadap Pasar Tradisional
Karakteristik pedagang
pasar tradisional Kota
Bekasi
Rekomendasi
Kebijakan
Faktor yang
mempengaruhi Perubahan
Keuntungan Pedagang
Pasar Tradisional di Kota
Bekasi
Persaingan dan kinerja
pedagang di pasar
tradisional Kota Bekasi
10
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada
bulan Februari 2014 sampai dengan Mei 2014. Penelitian ini dilakukan pada pasar
tradisional yang terpilih secara purposive sampling. Pemilihan lokasi di Kota
Bekasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena ritel modern di Kota Bekasi
terus mengalami perkembangan yang tidak diiringi dengan perkembangan jumlah
pasar tradisional.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawacara kepada para pedagang pasar
tradisional di Kota Bekasi yang dipandu dengan kuesioner. Data sekunder berupa
studi literatur dan data-data lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi,
Dinas Perekonomian rakyat. Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data cross section pada tahun 2008 dan 2013.
Metode Penentuan Sampel
Sampling dilakukan melalui tahapan berikut:
1. Mengidentifikasi pasar tradisional yang menjual produk yang sama seperti
ritel modern (produk segar, produk olahan, dan sandang). Terdapat
delapan dari 12 pasar tradisional yang memenuhi kriteria ini.
2. Pasar tradisional yang dipilih dibagi menjadi kelompok pasar perlakuan
dan kelompok pasar kontrol. Pasar tradisional yang menjadi pasar
perlakuan dipilih secara purposive sesuai syarat berikut: terdapat ritel
modern (supermarket, hypermarket, department store) dalam radius lima
kilometer dari pasar tradisional dan ritel modern tersebut mulai
dioperasikan antara 2008 dan 2013. Sementara itu syarat pasar tradisional
yang dijadikan kelompok kontrol yaitu tidak terdapat ritel modern dalam
radius lima kilometer dari pasar tradisional. Pada pasar perlakuan dan
pasar kontrol memiliki produk yang homogen (produk yang dijual sama
dikedua pasar) sehingga perbedaan diantara kedua kelompok pasar
tersebut terletak hanya terletak pada jarak terhadap ritel modern.
3. Melakukan pengukuran jarak antara pasar tradisional dengan ritel modern
yang beroperasi mulai tahun 2008 untuk menentukan sampel kelompok
pasar perlakuan dan pasar kontrol sehingga terpilih Pasar Jatiasih dan
Pasar Family Mart sebagai pasar perlakuan serta Pasar Bantargebang
sebagai pasar kontrol. Pasar Jatiasih terpilih karena berdekatan dengan ritel
modern terdekat yaitu Giant yang berjarak 1.3 km. Pasar family mart
terpilih juga berdekatan dengan dua ritel modern yaitu Carefour dan Giant
yang masing-masing berjarak 0.4 dan 0.5 km. Pasar kontrol terpilih yaitu
pasar bantargbang memiliki jarak terdekat dengan ritel modern (giant)
berjarak 5.3 km.
11
4. Pada ketiga pasar terpilih masing-masing dilakukan penarikan sampel
kepada 30 pedagang pasar tradisional. Setiap pasar mewakili ketiga
kategori produk sehingga satu pasar terdiri dari 10 pedagang produk segar,
10 pedagang produk olahan, dan 10 pedagang sandang pilihan (pakaian,
sepatu, tas). Pedagang yang diwawancarai terbatas yaitu hanya pedagang
yang telah berdagang di pasar tersebut minimal selama lima tahun.
Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat analisis
deskriptif dan statistik inferensia. Penelitian ini juga menggunakan bantuan alat
analisis yaitu SPSS 16.
Uji t statistik
Uji t statistik yang digunakan dalam penelitian terdapat dua macam yaitu
independent sample t-test serta paired t-test. Kedua uji t ini digunakan untuk
menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Perumusan hipotesis uji t-
statistik yaitu:
H0 : µ1- µ2 = 0
H1 : µ1- µ2 ≠ 0
Jika t-statistik > t-tabel pada α atau probality (t-statistik) < α maka tolak
Ho. Artinya, variabel Kedua kelompok memiliki variansi yang berbeda.
Sebaliknya jika t-statistik < t-tabel pada α atau probaility (t-statistik) > α maka
terima Ho. Artinya, Kedua kelompok memiliki variansi yang sama.
Pada penelitian ini independent sample t-test digunakan untuk melihat
perbedaan umur pedagang, lama berdagang, ukuran kios, jumlah kios, jumlah
pembeli, pendidikan, serta segmentasi pembeli pada pasar perlakuan dengan pasar
kontrol. Pada paired t-test digunakaan untuk melihat perbedaan omzet serta
keuntungan pedagang pasar tradisional dilihat dari sebelum dan sesudah adamya
ritel modern.
Tabel 1 Jarak antara Pasar Tradisional dan Ritel Modern Kota Bekasi
No. Pasar
Tradisional Ritel Modern
Tahun Jarak
Operasi (km)
1 Pasar Jatiasih Giant Superstore Jatiasih 2009 1.3
Giant Supermarket Pekayon 2011 3.5
Grand Galaxy Park 2013 4.9
2 Pasar Family
Mart
Carefour Harapan Indah 2010 0.4
Giant Hypermart Harapan
Indah
2010 0.5
3 Pasar
Bantargebang
Giant Superstore Jatiasih 2009 5.3
Plaza Cibubur 2006 13.7
Mall Ciputra Cibubur 2013 13.2
12
Uji Khi Kuadrat (Chi-Square)
Uji chi-square digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel (X dan
Y) yang berupa kategorik berkorelasi signifikan dipopulasinya, berlandaskan data
sampel yang dimiliki (Firdaus 2011). Perumusan uji hipotesis statistik yaitu:
H0 : Kedua variabel tidak memiliki keterkaitan
H1 : Kedua variabel memiliki keterkaitan
Berdasarkan perbandingan chi-square hitung dengan chi-square tabel, jika
chi-square Hitung > chi-square Tabel atau p-value<alpha maka H0 ditolak.
Sebaliknya , jika chi-square Hitung < chi-square Tabel maka H0 diterima.
Pada penelitian ini uji chi-square digunakan untuk melihat keterkaitan
komoditas utama pedagang, jenis kelamin pedagang, letak kios, status tempat
usaha, pemasok utama pedagang, metode pembayaran utama yang digunakan
pedagang, strategi yang digunakan pedagang, pesaing terberat, penyebab kelesuan
utama dengan pasar perlakuan dan pasar kontrol.
Uji Korelasi
Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk
mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah
hubungan yang terjadi (Trihendradi 2009). Koefisien korelasi sederhana
menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel. Berdasarkan Wijaya (2009), Coefficient correlation ada tiga yaitu:
1. Pearson digunakan untuk menguji korelasi dengan menggunakan Pearson
Product Moment
2. Kendall’s tau-b digunakan untuk melakuak analisis korelasi non-
parametrik dari metode Kendall. Ukuran assosiasi dari variabel yang
bersifat ordinal.
3. Spearman digunakan untuk menganalisis korelas non-parametrik yang
variabelnya bersifat ordinal.
Hipotesis uji korelasi :
H0 : Tidak ada hubungan (korelasi) antara dua variabel
H1 : Ada hubungan (korelasi) antara dua variabel
Jika nilai probabilitas lebih kecil dari alpha maka tolak H0. Sebaliknya jika
nilai probabilitas lebih besar dari alpha maka terima H0. Pada penelitian ini
dilakukan uji korelasi sederhana yaitu untuk melihat keeratan antar variabel-
variabel independen. Variabel yang di uji yaitu ukuran kios, umur pedagang, lama
berdagang, jumlah pembeli, pendidikan pedagang, dummy jarak, dummy
diversifikasi produk, dummy komoditas utama produk segar, dummy komoditas
utama produk olahan, dummy letak kios.
Metode Regresi Logistik Ordinal
Analisis regresi logistik digunakan untuk memeriksa hubungan antara peubah
respon yang terdiri dari data kategorik dengan peubah penjelas yang terdiri dari data
kategorik atau numerik. (Husaini 2006). Jika peubah respon berskala nominal
digunakan regresi logistik multinomial, sedangkan pada peubah respon berskala
ordinal digunakan regresi logistik ordinal. Penelitian ini mempunyai peubah respon
berupa tiga kategorik yang bersifat urutan sehingga pada penelitian ini menggunakan
13
model regresi logistik ordinal. Menurut Juanda (2009), model logit diturunkan
berdasarkan fungsi peluang logistic kumulatif yang dispesifikkan sebagai berikut:
Pi = F(Zi) = F(α + βXi) =
=
(1)
Nilai e merepresentasikan bilangan dasar logaritma natural (e=2.718…).
Pemilihan sebaran logistic kumulatif ini karena interpretasinya logis dan dapat
ditujukan bahwa: 0 ≤ E(Yǀ Xi) = Pi ≤ 1
Selain itu, dari sisi matematika merupakan fungsi yang sangat fleksibel
dan mudah digunakan serta parameter koefisiennya mudah diinterpretasi.
Berdasarkan aljabar biasa, persamaan (1) dapat ditunjukkan menjadi:
(2)
Peubah Pi/(1-Pi) dalam persamaan (2) disebut odds, yang sering juga
diistilahkan dengan risiko atau kemungkinan, yaitu rasio peluang yang terjadi
pilihan-1 terhadap peluangterjadi plihan-0 alternatifnya. Jika persamaan (2)
ditransformasi dengan logaritma natural maka:
(3)
Persamaan (3) ini menunjukkan bahwa salah satu karakteristik penting dari
model logit adalah bahwa model ini mentransformasi masalah prediksi peluang
dalam selang (0;1) ke masalah prediksi log odds tentang kejadian (Y=1) dalam
selang bilangan riil, -~ ≤ logit (Pi) ≤ ~. Variabel dependen yang digunakan untuk model dalam penelitian ini adalah
Keuntungan pedagang pasar tradisional kota Bekasi. Persamaannya yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6D1 + β7D2+ β8D3+ β9D4+ ei
Dimana :
Y= Keuntungan Pedagang (rupiah) (nilai “1” jika keuntungan pedagang kurang dari
Rp. 300 000, nilai “2” jika keuntungan pedagang diantara Rp. 301 000 sampai
Rp. 1 000 000, nilai “3” jika keuntungan pedagang lebih dari Rp. 1 001 000)
X1 = Ukuran Kios (m2)
X2 = Umur pedagang (tahun)
X3 = Lama berdagang (tahun)
X4 = Jumlah pembeli (orang)
X5 = Pendidikan pedagang (tahun)
D1 = Dummy jarak (nilai “1” jika dekat dari ritel modern, nilai “0” jika jauh dari ritel
modern) D2 = Dummy komoditi utama produk segar (nilai “1” jika pedagang menjual produk
segar, nilai “0” jika pedagang menjual lainnya)
D3= Dummy komoditi utama produk olahan (nilai “1” jika pedagang menjual produk
olahan, nilai “0” jika pedagang menjual lainnya)
D4 = Dummy Letak kios (nilai “1” jika letak kios berada di depan pasar, nilai “0” jika
letak kios berada di belakang pasar)
14
GAMBARAN UMUM
Letak Geografis Ritel Modern dan Pasar Tradisional Kota Bekasi
Gambar 3 Peta Pasar Tradisional dan Ritel Modern Kota Bekasi
Gambaran Umum Pasar Modern di Kota Bekasi
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi pada
tahun 2007 hanya terdapat 17 ritel modern di Kota Bekasi. Sementara data
terkahir menyebutkan hingga tahun 2013 terdapat 15 pusat perbelanjaan dan
sekitar 25 ritel modern di Kota Bekasi. Jumlah tersebut belum termasuk
minimarket yang jumlahnya lebih banyak.
15
Gambaran Umum Pasar Tradisional di Kota Bekasi
Sebagian besar pasar tradisional dikelola oleh pemda kota setempat, pada
Kota Bekasi, saat ini pengelolaan pasar diserahkan kepada Dinas Perekonomian
Rakyat. Kota Bekasi memiliki 12 pasar tradisioanal yang tersebar di setiap
kecamatan di Kota Bekasi. Pasar tradisional di Kota bekasi merupakan pasar yang
dimiliki oleh pemerintah namun pengelolaannya selain pihak pemerintah tetapi
juga pihak swasta. Terdapat tujuh dari 12 pasar tersebut dikelola oleh pemerintah,
sementara lima pasar tradisional lainnya dikelola oleh pihak swasta. Beberapa
Tabel 2 Nama dan Tahun Beroperasi Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kota Bekasi
NO
Nama Pusat
Perbelanjaan/ Tahun
NO
Nama Pusat
Perbelanjaan/ Tahun
Toko Modern beroperasi Toko Modern beroperasi
1 Mal Metropolitan 1999 21 Giant Wisma Asri 2010
2 Summarecon Mal
Bekasi
2013 22 Giant Jatirahayu 2013
3 Grand
Metropolitan Mall
2013 23 Giant Jatiwarna 2012
4 Blu Plaza 2006 24 Giant Kranggan 2013
5 Mega Bekasi
Hypermal
2000 25 Giant Pekayon 2011
6 Bekasi Square 2007 26 Carrefour Harapan
Indah
2008
7 Bekasi Junction 2013 27 Tip Top Pondok Gede 2007
8 Plaza Pondok Gede 1998 28 Lotte Mart 2005
9 Grand Mal Bekasi 1998 29 Superindo Jatimakmur 2012
10 Bekasi Cyber Park 2004 30 Superindo Kalimalang 2000
11 Bekasi Trade
Centre
2004 31 Super Indo Jatikramat 2011
12 Citra Gran Mall 1998 32 Super Indo Jatibening 2012
13 Grand Galaxi Park 2013 33 Super Indo Kincan 2011
14 Plaza Cibubur 2006 34 Super Indo Cerewed 2011
15 Mall Ciputra
Cibubur
2013 35 Super Indo Bulak
Kapal
2010
16 Giant Jatiasih 2008 36 Super Indo Kaliabang 2010
17 Giant Bintara 2010 37 Super Indo Taman
Harapan Baru
2012
18 Giant Jatibening 2010 38 Superindo Jaka
Sampurna
2012
19 Giant Harapan
Indah
2011 39 Naga Swalayan
Jatiasih
2005
20 Giant Pondok
Gede
2006 40 Naga Swalayan
Pekayon
2003
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bekasi, 2014
16
pasar telah mengalami renovasi atau revitalisasi seperti Pasar Pondok Gede, Pasar
Kranggan Mas, Pasar Baru Bekasi. Sebagian pasar yang direvitalisasi tersebut
merupakan pasar yang dikelola oleh pihak ketiga yaitu pihak swasta. Berdasarkan
data Dinas Perekonomian Rakyat (2014), Jumlah pedagang terbanyak terdapat di
Pasar Kranji Baru yang terletak di Kecamatan Jatisampurna sejumlah 1505
sementara Pasar Teluk Buyung hanya tinggal tersisa 11 pedagang. (Tabel 3)
Pada tabel 4 mencatat jenis komoditas yang dijual di pasar tradisional dan
proporsi pedagang yang menjual setiap komoditas pada masing-masing kelompok
pasar perlakuan dan pasar kontrol. Dalam hal ini tidak terdapat keterkaitan antara
komoditas produk yang dijual pedagang dengan pasar tradisional Kota Bekasi
dilihat dari signifikansi pada uji chi-square. Komoditas utama yang dijual
pedagang pasar tradisional Kota Bekasi baik pasar perlakuan dan pasar kontrol
adalah pakaian. Selanjutnya diikuti komoditi telur dan susu untuk pasar perlakuan
serta bumbu-bumbuan untuk pasar kontrol. Hal ini membuktikan bahwa terjadi
peningkatan kompetisi di pasar yang menyebabkan penetapan harga yang bersaing
dan menjaga kualitas agar lebih baik.
Tabel 3 Data Monografi Pasar Tradisional di Kota Bekasi Tahun 2013
No Nama Pasar Dibangun Jumlah Pedagang
Tahun Toko Kios Counter Los
1 Pasar Bintara 1995 - 248 168 462 565
2 Pasar Kranji
Baru
2004 40 472 306 628 1505
3 Pertokoan
Kranji
2005 - 413 80 39 465
4 Pasar Kranggan
Mas
2006 - 761 - 663 718
5 Pasar
Bantargebang
1993 - 457 - 1115 1082
6 Pasar Jatiasih 2005 - 335 - 130 579
7 Pasar Baru
Bekasi
Blok II :
2004
- 115 124 1197 981
BlokI&III :
2009
- 732 228 52 769
8 Pertokoan
Bekasi
2008 - 238 - - 155
9 Pasar Teluk
Buyung
2009 - 190 - 32 11
10 Pasar Pondok
Gede
2010 - 298 12 317 495
11 Pasar Family
Mart
1996 - 54 30 312 273
12 Pertokoan
Pondok Gede
1982 - 152 - - 41
Sumber: Dinas Perekonomian Rakyat, 2014
17
Karakteristik pedagang disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan hasil uji t
bahwa umur pedagang di pasar perlakuan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
umur pedagang di pasar kontrol. Adapun untuk variabel lama berdagang, ukuran
kios, jumlah kios, jumlah pembeli serta pendidikan relatif sama.
Karakteristik pedagang selanjutnya disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan
hasil uji chi-square bahwa pedagang laki-laki di pasar perlakuan lebih banyak
dibandingkan dengan pedagang perempuan. Keadaan sebaliknya di pasar kontrol
Tabel 5 Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota Bekasi dengan t-test
Variabel
Pasar Perlakuan
(n=60)
Pasar Kontrol
(n=30) t hitung
Mean Std. Dev. Mean Std. Dev.
Umur (tahun) 44.45 9.21 39.53 9.14 2.40**
Lama Berdagang
(tahun)
12.40 5.51 12.57 7.28 -0.12
Ukuran Kios (m2) 7.20 4.86 6.43 3.53 0.77
Jumlah Kios (unit) 1.10 0.30 1.03 0.18 1.11
Jumlah Pembeli
(orang)
27.58 14.80 26.17 18.78 0.39
Pendidikan (tahun) 10.47 3.60 9.30 3.81 1.42
Keterangan : Berdasarkan t-test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%;
*signifikan pada alpha 10%. Std.Dev. = standard deviation.
Tabel 4 Komoditi Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Kontrol Kota Bekasi dengan chi-square test (%)
Deskripsi Pasar Perlakuan
(n=60)
Pasar Kontrol
(n=30)
khi kuadrat
hitung
Komoditi
Pakaian 25.00 16.67
Telur dan susu 15.00 0.00
Sepatu 10.00 6.67
Bumbu-bumbuan 8.33 13.33
Ayam 6.67 10.00
Ikan 6.67 10.00
Sayur-sayuran 6.67 6.67
Buah-buahan 5.00 3.33
Daging(sapi.kambing) 5.00 3.33
Minyak 3.33 10.00
Beras 3.33 0.00
Tas 1.67 10.00
Kacang-kacangan 1.67 6.67
kue dan bahannya 1.67 3.33
Total 100 100 14.17 Keterangan : Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%. **signifikan pada
alpha 5%. *signifikan pada alpha 10%.
18
dimana pedagang perempuan lebih banyak daripada pedagang laki-laki.
Sementara itu untuk letak kios baik di pasar perlakuan maupun pasar kontrol lebih
banyak pedagang yang kiosnya terletak di belakang pasar daripada di depan pasar.
Pada Tabel 7 menunjukkan karakteristik pedagang berdasarkan segmentasi
pembeli dilihat dari persentase jumlah pembeli dan nilai penjualan. Berdasarkan
hasil uji t bahwa jumlah pembeli dan nilai penjualan untuk rumah tangga serta
warung pada pasar pelakuan rata-rata lebih tinggi jika dibandingkan dari pasar
kontrol. Berbeda pada jumlah pembeli dan nilai penjualan untuk restoran serta
pedagang keliling di pasar kontrol rata-rata lebih tinggi daripada pasar perlakuan.
Tabel 6 Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota
Bekasi dengan chi-square test (%)
Deskripsi Pasar Perlakuan
(n=60)
Pasar Kontrol
(n=30)
Khi
Kuadrat
Hitung
Jenis kelamin
Laki-laki 61.67 30.00
Perempuan 38.33 70.00
Total 100.00 100.00 8.03***
Letak kios
Belakang 70.00 86.67
Depan 30.00 13.33
Total 100.00 100.00 3.01*
Status usaha
Milik sendiri 66.67 56.67
Sewa 33.33 43.33
Total 100.00 100.00 0.86 Keterangan : Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada
alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.
Tabel 7 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Persentase Jumlah Pembeli dan
Nilai Penjualan Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota Bekasi dengan t-test
Variabel
Pasar Perlakuan
(n=60)
Pasar Kontrol
(n=30) t hitung
Mean Std. Dev. Mean Std. Dev.
Jumlah pembeli (%)
Rumah tangga 71.03 24.85 45.67 31.75 3.83***
Restoran/catering 12.83 16.48 22.33 19.20 -2.44**
Pedagang keliling 10.05 12.85 31.67 23.13 -4.76***
Warung 6.42 13.99 2.00 9.25 1.79*
Nilai penjualan (%)
Rumah tangga 60.58 28.20 35.83 30.91 3.80***
Restoran/catering 22.33 19.20 26.67 23.39 -2.06**
Pedagang keliling 13.50 16.35 33.33 21.35 -4.47***
Warung 8.67 17.37 2.50 11.20 2.03** Keterangan : Berdasarkan t-test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%;
*signifikan pada alpha 10%. Std.Dev. = standard deviation.
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persaingan dan Kinerja Pedagang di Pasar Tradisional Kota Bekasi
Tabel 8 menunjukkan persaingan dan kinerja pedagang dilihat dari pemasok
utama barang yang dijual pedagang. Berdasakan perolehan hasil uji chi-square
bahwa pemasok utama pedagang baik di pasar perlakuan maupun pasar kontrol
melalui grosir.
Tabel 9 menunjukkan persaingan dan kinerja pedagang dilihat dari metode
pembayaran yang digunakan oleh pedagang untuk memasok barangnya.
Berdasakan hasil uji chi-square bahwa metode utama yang banyak digunakan
pedagang di pasar perlakuan dan pasar kontrol adalah pembayaran secara tunai.
Tabel 10 menunjukkan persaingan dan kinerja pedagang dilihat dari strategi
pedagang. Berdasarkan hasil uji chi-square bahwa strategi utama yang dipilih
pedagang baik pasar perlakuan maupun pasar kontrol adalah pelayanan yang baik
seperti sopan santun, menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan.
Tabel 8 Pemasok Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota
Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test (%)
Deskripsi Pasar Perlakuan
(n=60)
Pasar Kontrol
(n=30)
Khi Kuadrat
Hitung
Grosir 51.67 36.67
Penyalur 25.00 33.33
Pasar induk 16.67 26.67
Tengkulak 5.00 3.33
Produksi sendiri 1.67 0.00
100.00 100.00 3.09 Keterangan : Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha
5%; *signifikan pada alpha 10%.
Tabel 9 Metode Pembayaran Utama Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan
Pasar Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test (%)
Deskripsi Pasar Perlakuan
(n=60)
Pasar Kontrol
(n=30)
Khi Kuadrat
Hitung
Metode pembayaran
Kontan 80.00 76.67
Kredit 20.00 23.33
100.00 100.00 0.13
Keterangan : Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada
alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.
20
Tabel 11 menunjukkan para pesaing terberat pada pasar perlakuan dan
pasar kontrol. Jawaban yang diambil hanya pedagang yang mengklaim memiliki
pesaing terberat. Ritel modern merupakan pesaing terberat bagi para pedagang di
pasar perlakuan. Pada pasar kontrol pesaing terberat utama adalah pedagang lain
di dalam pasar tradisional itu sendiri.
Tabel 12 menunjukkan penyebab penurunan usaha pedagang. Jawaban ini
juga hanya diambil dari pedagang yang mengkalim pernah mengalami penurunan
omzet maupun keuntungan. Berdasarkan uji chi-square, penyebab penurunan
usaha yang utama pada kelompok pasar perlakuan adalah berkurangnya jumlah
pembeli. Pada pasar kontrol meningkatnya persaingan dengan pedagang lain di
dalam pasar tradisional sebagai faktor utama penyebab kelesuan usaha di pasar.
Tabel 11 Pesaing Terberat di Pasar Perlakuan Dan Pasar Kontrol Kota Bekasi
dengan chi-square test (%)
Pesaing Terberat
Pasar
Perlakuan
(n=47)
Pasar
Kontrol
(n=18)
Khi
Kuadrat
Hitung
Pasar modern 45.80 0.00
Pedagang lain di dalam pasar tradisional 37.50 44.44
PKL 12.50 11.11
Pedagang lain di pasar tradisional lain 4.20 22.22
Minimarket 0.00 22.22
Total 100.00 100.00 35.27*** Keterangan : Jawaban hanya dari pedagang yang mengklaim mempunyai pesaing terberat.Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%;
*signifikan pada alpha 10%.
Tabel 10 Strategi Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test (%)
Deskripsi Pasar Perlakuan
(n=60)
Pasar
Kontrol
(n=30)
Khi
Kuadrat
Hitung
Strategi
Pelayanan yang baik 53.33 76.67
Kualitas barang dijaga 16.67 0.00
Memberi potongan harga 11.67 16.67
Jenis dagangan diperbanyak 8.33 0.00
Prioritas bagi pelanggan 6.67 6.67
Kios selalu dijaga kebersihannya 3.33 0.00
Total 100.00 100.00 10.66* Keterangan : Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha
5%; *signifikan pada alpha 10%.
21
Tabel 13 menunjukkan kinerja pedagang dilihat berdasarkan omzet dan
keuntungan pada tahun 2008 dan 2013. Hasil paired sample t-test menunjukan
bahwa pada pasar perlakuan maupun pasar kontrol rata-rata omzet serta
keuntungan sebelum keberadaan ritel modern lebih tinggi jika dibandingkan
dengan sesudah adanya ritel modern. Berdasarkan tabel terlihat bahwa rata-rata
omzet dan keuntungan pedagang di kelompok pasar perlakuan mengalami
penurunan kinerja yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pasar kontrol. Hal
ini didukung dengan penelitian Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya
oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK (2006) bahwa terdapat
perbedaan rata-rata omzet pada pedagang pasar tradisional sebelum dan sesudah
adanya ritel modern.
Tabel 12 Penyebab Kelesuan Usaha di Pasar Perlakuan Dan Pasar Kontrol Kota Bekasi dengan chi-square test (%)
Penyebab Kelesuan
Pasar
Perlakuan
(n=54)
Pasar
Kontrol
(n=23)
Khi
Kuadrat
Hitung
Kurangnya jumlah pembeli 29.63 8.70
Meningkatnya persaingan dengan
pasar modern
(hypermarket.supermarket.departmen
t store)
20.37 0.00
Meningkatnya persaingan dengan
pedagang lain di dalam pasar
tradisional
16.67 34.78
Daya beli masyarakat menurun 12.96 4.35
Meningkatnya persaingan dengan
PKL
5.56 8.70
Faktor iklim 3.70 0.00
Kondisi pasar yang memburuk 3.70 0.00
Kualitas barang menurun 1.85 0.00
Harga dari pemasok lebih tinggi 1.85 4.35
Meningkatnya persaingan dari
pedagang lain di pasar tradisional lain
1.85 17.39
Akses jalan menuju pasar kurang
memadai
1.85 0.00
Harga lebih tinggi di pasar tradisional 0.00 4.35
Meningkatnya persaingan dengan
minimarket
0.00 17.39
Total 100.00 100.00 32.18*** Keterangan : Jawaban hanya dari pedagang yang mengklaim pernah mengalami penurunan
omzet dan keuntungan. Berdasarkan chi-square test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan
pada alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.
22
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Keuntungan
Pedagang Pasar Tradisional Kota Bekasi
Pada Tabel 14 menunjukkan faktor-faktor yang menjadi penyebab
perubahan keuntungan. Pengukuran keuntungan yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan tiga kategori. Pertama, keuntungan pedagang yang berada pada
kisaran kurang dari Rp. 300 000,-, kedua keuntungan pedagang pada kisaran
Rp.300 000,- sampai dengan Rp. 1 000 000,- dan ketiga keuntungan pedagang
sebesar Rp.1 000 000,- ke atas. Tabel 14 memperlihatkan bahwa variabel yang
signifikan yaitu jumlah pembeli, dummy jarak, dummy komoditas utama produk
segar, dan dummy komoditas utama produk olahan.
Tabel 14 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Keuntungan
Pedagang Pasar Tradisional Kota Bekasi
Variabel Koefisien
Odds
Ratio Signicance
Ukuran kios (m2) -0.01 0.99 0.87
Umur pedagang(tahun) 0.01 1.01 0.84
Lama berdagang (tahun) -0.04 0.96 0.56
Jumlah pembeli (orang) 0.08 1.08 0.00***
Pendidikan pedagang(tahun) 0.04 1.04 0.63
Dummy jarak (dekat=1. jauh=0) 1.38 3.96 0.03**
Dummy Komoditas Utama (1=Produk segar.
0=Lainnya)
3.88 48.62 0.01***
Dummy Komoditas Utama (1=produk olahan.
0=Lainnya)
2.39 10.91 0.06*
Dummy Letak kios (1=depan. 0=belakang) 0.98 2.66 0.27
R-Square 53.00%
Chi-Square 50.35*** Keterangan : Berdasarkan Regresi Logistik Ordinal: ***signifikan pada alpha 1%;
**signifikan pada alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.
Tabel 13 Kinerja Pedangang Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol di Kota
Bekasi dilihat dari Perubahan Omzet dan Keuntungan sebelum dan
sesudah keberadaan ritel modern dengan paired sample t-test
VARIABEL PASAR PERLAKUAN PASAR KONTROL
Mean Std. Dev. t hitung Mean
Std.
Dev. t hitung
Omzet
Sesudah 1.80 0.73 1.77 0.12
Sebelum 2.25 0.65 -5.86*** 1.8 0.12 -0.27
Keuntungan
Sesudah 1.50 0.70 1.27 0.08
Sebelum 2.05 0.62 -7.54*** 1.43 0.10 -1.54
Keterangan : Berdasarkan t-test: ***signifikan pada alpha 1%; **signifikan pada alpha 5%; *signifikan pada alpha 10%.
23
Berdasarkan perolehan hasil dengan menggunakan metode regresi ordinal
logit, jumlah pembeli merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan
keuntungan. Nilai odds ratio sebesar 1.08 dan koefisien bertanda positif
menjelaskan bahwa setiap peningkatan satu orang pembeli akan memiliki peluang
1.08 kali atau 8% [(1.08-1)x100%] untuk meningkatkan keuntungan. Dummy jarak mempengaruhi perubahan keuntungan pedagang pasar
tradisional Kota Bekasi. Nilai odds ratio sebesar 3.96 dengan koefisien positif
menjelaskan peluang pasar tradisional yang memiliki jarak dekat dengan ritel modern
memiliki peluang lebih besar 3.96 kali atau 296% [(3.96-1)x100%] untuk
meningkatkan keuntungan dibandingkan pasar tradisional yang jaraknya jauh dengan
ritel modern.
Dummy komoditas utama pada produk segar mempengaruhi perubahan
keuntungan secara signifikan. Koefisien pada variabel ini positif dan nilai odds ratio
sebesar 48.62 artinya peluang pedagang menjual komoditi produk segar untuk
meningkatkan keuntungan lebih besar 48.62 kali atau 4762% [(48.62-1)x100%]
daripada pedagang menjual komoditi lainnya (sandang). Dummy komoditas utama pada produk olahan secara signifikan berpengaruh
terhadap perubahan keuntungan. Koefisien pada variabel ini bernilai positif dan nilai
odds ratio sebesar 10.91 berarti peluang pedagang menjual komoditi produk olahan
untuk meningkatkan keuntungan lebih besar 10.91 atau 991% [(10.91-1)x100%]
daripada pedagang menjual komoditi lainnya.
Pengaruh Jarak Ritel Modern dan Pasar Tradisional terhadap Keuntungan
di Kota Bekasi
Berdasarkan hasil dari uji ordinal logit regression, bahwa peluang pasar
tradisional yang memiliki jarak dekat dengan ritel modern memiliki peluang lebih
besar untuk meningkatkan keuntungan dibandingkan pasar tradisional yang jaraknya
jauh dengan ritel modern. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan ritel modern bukan
satu-satunya penyebab penurunan keuntungan pedagang di pasar tradisional Kota
Bekasi. Jika dilihat dari pesaing terberat, pedagang di pasar perlakuan menyadari
bahwa kehadiran ritel modern telah menjadi pesaing terberat utama mereka.
Berdasarkan hasil wawancara kepada pedagang, untuk mengatasi hal tersebut
pedagang melakukan strategi-strategi agar dapat bersaing dengan ritel modern. Hal ini
juga diperkuat berdasarkan hasil penyebab kelesuan usaha pedagang di pasar
tradisional bahwa penyebab utamanya bukan oleh ritel modern melainkan kurangnya
jumlah pembeli pada pasar perlakuan. Hasil penelitian yang didapat sejalan dengan
penelitian Suryadarma et all (2007) bahwa ritel modern bukan penyebab utama
penurunan omzet pedagang di pasar tradisional.
Pada penelitian ini juga terbukti bahwa pedagang baik pada pasar perlakuan
dan pasar kontrol sama-sama mengalami penurunan keuntungan. Penurunan
keuntungan pedagang di beberapa pasar tradisional Kota Bekasi menyebabkan pasar
tradisional yang merupakan salah satu wadah aktifitas ekonomi mikro melemah.
Melemahnya perekonomian mikro ini juga dapat menyebabkan pemerataan
pendapatan yang tidak seimbang. Distribusi pendapatan yang tidak merata
mempunyai potensi menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang akhirnya akan
berdampak pada ketidakstabilan ekonomi.
Berdasarkan hasil wawancara, pedagang di pasar tradisional saat ini memiliki
kendala dalam mengembangkannya. Kendala tersebut adalah sempitnya ruang
bersaing pedagang pasar tradisional yang terbatas. Selama ini pasar tradisional
24
dianggap memiliki keunggulan dalam memberikan harga relatif lebih rendah untuk
banyak komoditas. Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya ritel
modern yang memiliki skala ekonomis cukup luas dan akses langsung terhadap
produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan. Ritel modern saat ini mampu
menawarkan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan pasar tradisional untuk
beberapa komoditi tertentu sehingga keunggulan biaya rendah pedagang tradisional
saat ini mulai tersisih. Oleh karena itu, untuk mempertahankan eksistensi dan
meningkatkan potensi pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi rakyat kecil,
diperlukan sebuah model pengembangan pasar tradisional, dimana pemerintah
berperan sebagai pengatur alokasi peran para stakeholders dan penyusun regulasi.
Regulasi mengenai pasar tradisional dan ritel modern mengatur tentang
pembagian zona usaha sudah ada namun belum bisa dilaksanakan sepenuhnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat
diperoleh antara lain :
1. Berdasarkan kinerja pedagang pasar tradisional dilihat dari omzet maupun
keuntungan pada tahun 2008 dan 2013, pasar perlakuan dan pasar kontrol
sama-sama mengalami penurunan omzet dan keuntungan. Hal ini terjadi
karena terdapat kelesuan usaha yaitu berkurangnya jumlah pembeli pada
pasar perlakuan dan meningkatnya persaingan dengan pedagang lain di
pasar kontrol.
2. Berdasarkan hasil uji ordinal logit regression terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan keuntungan yaitu jumlah pembeli, jarak,
komoditas utama produk segar, dan produk olahan.
3. Pasar tradisional di Kota Bekasi jaraknya dekat dengan pasar modern
berpeluang lebih besar untuk mendapatkan keuntungan. Hal ini didukung
dengan penyebab utama kelesuan usaha bukan keberadaan pasar modern
melainkan berkurangnya jumlah pembeli. Pedagang yang menjual
komoditi produk segar dan olahan memiliki peluang lebih tinggi untuk
meningkatkan keuntungannya.
Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini:
1. Penyebab kelesuan pada pasar perlakuan adalah kurangnya jumlah
pembeli, sebaiknya pedagang pasar tradisional lebih meningkatkan strategi
seperti menjaga kebersihan, pebaikan sarana dan prasarana, melakukan
promosi kepada pembeli, misalnya dengan pemasangan spanduk dari
Dinas Perekonomia Rakyat, karena berdasarkan hasil penelitian diperoleh
apabila jumlah pembeli semakin meningkatnya maka peluang untuk
meningkatkan keuntungan pedagang lebih besar.
25
2. Pedagang pasar tradisional sebaiknya berspesialisasi ke komoditi produk
segar atau olahan dibandingkan komoditi sandang (pakaian, tas, sepatu).
Hal ini dilakukan karena komoditi sandang bisa jadi telah menjadi sasaran
penjualan oleh ritel modern sehingga menyebabkan persaingan ketat
dengan pasar tradisional.
3. Penelitian ini memiliki keterbatasan pengukuran dalam hal perolehan data
keuntungan pedagang pasar tradisional. Data keuntungan pedagang per
hari merupakan data ordinal yang diberikan range. Hal ini dilakukan
karena tidak semua pedagang ingin menyebutkan angka pasti keuntungan
yang diperolehnya. Sebaiknya untuk mempermudah penelitian selanjutnya
dapat digunakan data rasio atau menyebutkan angka pasti keuntungan
yang diperoleh pedagang.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Dwinita. 2011. Efek Pendapatan Pedagang Tradisional dari Ramainya
Kemunculan Minimarket di Kota Malang. Jurnal Dinamika Manajemen.
Vol. 2, No. 2, pp: 169-180
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. BPS, Jakarta-Indonesia.
Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. 2006. Dampak Keberadaan Pasar
Modern (Supermarket dan Hypermarket) terhadap Usaha Ritel
Koperasi/Waserda dan Pasar Tradisional. Jurnal Pengkajian Koperasi dan
UKM. Vol. 1, No. 1, pp: 97.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bekasi. 2014.
Perkembangana Ritel Modern Kota Bekasi. Bekasi
Firdaus, Muhammad, Harmini, Farid Mochamad Afendi. 2011. Aplikasi Metode
Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor: PT IPB Press
Hadiwiyono. 2011. Analisis Kinerja Pasar Tradisional di Era Persaingan Global di
Kota Bogor [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
Hartati, Widi. 2006. Pergeseran Subsektor Perdagangan Eceran dari Tradisional
ke Moderen di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Hoover, Edgar Malone and Frank Giarratani. 2007. Introduction to Regional
Economics. Web-Book. Wes Virginia University
Husaini, Usman. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB
Press
Kementrian Perdagangan. 2011. Jumlah Pasar Tradisional di Indonesia. [diakses:
7 Februari 2014]. Tersedia pada: http://www.kemendag.go.id/
Kementrian Perindustrian. 2007. Jumlah Pasar Tradisional di Indonesia. [diakses:
7 Februari 2014]. Tersedia pada: http://www.kemenperin.go.id/
26
[KPPU] Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Jumlah Pedagang Pasar
Tradisional di Indonesia. [diunduh: 7 Februari 2014]. Tersedia pada:
www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/ritel.pdf
Mega, Kusyuniarti. 2012. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan
Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat
(Kasus : Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)[Skripsi]. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor
Mukbar, Deni. 2007. Denyut Usaha Kecil di Pasar Tradisional dalam Himpitan
Hypermarket. Yayasan AKATIGA Pusat Analisis Sosial
Nielsen, Arthur Charles. 2008. Asia Pasific Retail Shooper Trends 2008.A.C.
Nielsen. Indonesia [diunduh: 7 Februari 2014]. Tersedia pada:
http://pt.nielsen.com/documents/tr_0708_AsiaPacificShopperTrends2008.p
df.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan
dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern.
Shepherd, Andrew. 2005. The Implications of Supermarket Development for
Horticultural Farmers and Traditional Marketing Systems in Asia. Roma:
Agricultural Management, Marketing and Finance Service FAO.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suryadarma, Daniel, Adri Poesoro, Sri Budiyati, Akhmadi, dan Meuthia
Rosfadhila. 2007. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang
Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Jakarta: Lembaga
Penelitian SMERU.
Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi .Jakarta: Bumi
Aksara
Trihendradi, Cornelius. 2009. Step by Step SPSS 16.Yogyakarta: CV Andi Offset
Wijaya, Toni. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
World Bank (2007) Horticultural Producers and Supermarket Development in
Indonesia. Jakarta: World Bank.
27
Lampiran 1 Tabel Jarak Ritel Modern dengan Pasar Tradisional Kota Bekasi
No. Pasar Tradisional Toko Modern Tahun Jarak
Operasi (km)
1 Pasar Bintara Giant supermarket Bintara 2010 0.6
(1995) Mall Metropolitan 1999 8.0
Grand Metropolitan Mall 2013 7.5
Grand Galaxy Park 2013 6.0
2 Pasar Kranji Baru Summarecon Mall 2013 5.7
(1994) Grand Mall Bekasi 1998 2.6
Blue Mall 2006 5.8
Carefour Harapan Indah 2010 9.8
3 Pertokoan Kranji Tidak menjual 9 bahan pokok
4 Pasar Kranggan Mas Plaza Cibubur 2006 1.9
(2006) Mall Ciputra Cibubur 2013 2.4
Giant supermarket Kranggan 2013 3.8
Super indo Kranggan 2012 3.5
5 Pasar Bantargebang Giant Superstore Jatiasih 2009 5.3
(1993) Plaza Cibubur 2006 13.7
Mall Ciputra Cibubur 2013 13.2
6 Pasar Jatiasih Giant Superstore Jatiasih 2009 1.3
(2005) Naga Swalayan Jatiasih 2005 0.5
Giant Supermarket Pekayon 2011 3.5
Naga Swalayan Pekayon 2003 3.3
Grand Galaxy Park 2013 4.9
7 Pasar Baru Bekasi Blue Mall 2006 2.5
Blok II : 2004 Summarecon Mall 2013 5.4
Blok I dan III : 2009 Bekasi Square 2007 5.2
8 Pertokoan Bekasi/ Tidak menjual 9 bahan pokok
Bekasi Junction
9 Pasar Teluk Buyung Tersisa 12 pedagang
10 Pasar Pondok Gede/ Plaza Pondok Gede 1998 0.2
Atrium Pondok Gede Giant HypermartPondok Gede 2006 0.5
(2010) Tip Top Pondok Gede 2007 0.7
11 Pasar Family Mart Carefour Harapan Indah 2010 0.4
(1996)
Giant Hypermart Harapan
Indah 2010 0.5
12 Pertokoan Pondok Gede
Tidak menjual 9 bahan pokok
28
Lampiran 2 Hasil Output Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi dengan t-test
Group Statistics
pasar N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Umur perlakuan 60 44.45 9.208 1.189
kontrol 30 39.53 9.138 1.668
Lama Berdagang perlakuan 60 12.40 5.512 .712
kontrol 30 12.57 7.281 1.329
Ukuran kios perlakuan 60 7.20 4.858 .627
kontrol 30 6.43 3.532 .645
Jumlah Kios perlakuan 60 1.10 .303 .039
kontrol 30 1.03 .183 .033
Jumlah Pembeli perlakuan 60 27.58 14.801 1.911
kontrol 30 26.17 18.782 3.429
Pendidikan perlakuan 60 10.47 3.596 .464
kontrol 30 9.30 3.807 .695
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Umur Equal variances assumed .192 .663 2.394 88 .019 4.917 2.054 .835 8.998
Equal variances not assumed 2.400 58.512 .020 4.917 2.049 .817 9.017
Lama Berdagang Equal variances assumed 1.107 .296 -.121 88 .904 -.167 1.375 -2.900 2.567
Equal variances not assumed -.111 46.138 .912 -.167 1.508 -3.201 2.868
Ukuran kios Equal variances assumed 1.520 .221 .768 88 .445 .767 .998 -1.217 2.751
Equal variances not assumed .852 76.265 .397 .767 .900 -1.025 2.558
Jumlah Kios Equal variances assumed 5.468 .022 1.108 88 .271 .067 .060 -.053 .186
Equal variances not assumed 1.298 84.761 .198 .067 .051 -.035 .169
Jumlah Pembeli Equal variances assumed 4.306 .041 .391 88 .697 1.417 3.627 -5.792 8.625
Equal variances not assumed .361 47.551 .720 1.417 3.926 -6.478 9.311
Pendidikan Equal variances assumed .089 .766 1.423 88 .158 1.167 .820 -.463 2.796
Equal variances not assumed 1.396 55.242 .168 1.167 .836 -.508 2.842
29
Lampiran 3 Hasil Output Komoditi Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan
Kontrol Kota Bekasi dengan chi-square test
Crosstab
Pasar
Total Kontrol Perlakuan
Produk1 Beras Count 0 2 2
Expected Count .7 1.3 2.0
% within Pasar .0% 3.3% 2.2%
Minyak Count 3 2 5
Expected Count 1.7 3.3 5.0
% within Pasar 10.0% 3.3% 5.6%
Bumbu-bumbuan Count 4 5 9
Expected Count 3.0 6.0 9.0
% within Pasar 13.3% 8.3% 10.0%
Sayur-sayuran Count 2 4 6
Expected Count 2.0 4.0 6.0
% within Pasar 6.7% 6.7% 6.7%
Buah-buahan Count 1 3 4
Expected Count 1.3 2.7 4.0
% within Pasar 3.3% 5.0% 4.4%
Kacang-kacangan Count 2 1 3
Expected Count 1.0 2.0 3.0
% within Pasar 6.7% 1.7% 3.3%
Daging(sapi.kambing) Count 1 3 4
Expected Count 1.3 2.7 4.0
% within Pasar 3.3% 5.0% 4.4%
Ayam Count 3 4 7
Expected Count 2.3 4.7 7.0
% within Pasar 10.0% 6.7% 7.8%
Ikan Count 3 4 7
Expected Count 2.3 4.7 7.0
% within Pasar 10.0% 6.7% 7.8%
Telur dan susu Count 0 9 9
Expected Count 3.0 6.0 9.0
% within Pasar .0% 15.0% 10.0%
Pakaian Count 5 15 20
Expected Count 6.7 13.3 20.0
% within Pasar
16.7% 25.0%
22.2%
30
Pasar Perlakuan
Pasar Kontrol
Total
Tas Count 3 1 4
Expected Count 1.3 2.7 4.0
% within Pasar 10.0% 1.7% 4.4%
Sepatu Count 2 6 8
Expected Count 2.7 5.3 8.0
% within Pasar 6.7% 10.0% 8.9%
kue dan bahannya Count 1 1 2
Expected Count .7 1.3 2.0
% within Pasar 3.3% 1.7% 2.2%
Total Count 30 60 90
Expected Count 30.0 60.0 90.0
% within Pasar 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 14.171a 13 .362
Likelihood Ratio 17.139 13 .193
N of Valid Cases 90
a. 23 cells (82.1%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .67.
Symmetric Measures
a
Value
N of Valid Cases 90
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
31
Lampiran 4 Hasil Output Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi dilihat dari Jenis Kelamin dengan chi-square
Test
Crosstab
Pasar
Total Kontrol Perlakuan
JenisKelamin Laki-laki Count 9 37 46
Expected Count 15.3 30.7 46.0
% within Pasar 30.0% 61.7% 51.1%
Perempuan Count 21 23 44
Expected Count 14.7 29.3 44.0
% within Pasar 70.0% 38.3% 48.9%
Total Count 30 60 90
Expected Count 30.0 60.0 90.0
% within Pasar 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.026a 1 .005
Continuity Correctionb 6.809 1 .009
Likelihood Ratio 8.189 1 .004
Fisher's Exact Test .007 .004
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
a
Value
N of Valid Cases 90
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
32
Lampiran 5 Hasil Output Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi dilihat dari Letak Kios dengan chi-square Test
Crosstab
Pasar
Total Kontrol Perlakuan
Letakkios Depan Count 4 18 22
Expected Count 7.3 14.7 22.0
% within Pasar 13.3% 30.0% 24.4%
Belakang Count 26 42 68
Expected Count 22.7 45.3 68.0
% within Pasar 86.7% 70.0% 75.6%
Total Count 30 60 90
Expected Count 30.0 60.0 90.0
% within Pasar 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.008a 1 .083
Continuity Correctionb 2.173 1 .140
Likelihood Ratio 3.243 1 .072
Fisher's Exact Test .119 .067
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
a
Value
N of Valid Cases 90
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
33
Lampiran 6 Hasil Output Karakteristik Pedagang pada Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi dilihat dari Status Usaha dengan chi-square Test
Crosstab
Pasar
Total Kontrol Perlakuan
Statususaha Milik sendiri Count 17 40 57
Expected Count 19.0 38.0 57.0
% within Pasar 56.7% 66.7% 63.3%
Sewa Count 13 20 33
Expected Count 11.0 22.0 33.0
% within Pasar 43.3% 33.3% 36.7%
Total Count 30 60 90
Expected Count 30.0 60.0 90.0
% within Pasar 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .861a 1 .353
Continuity Correctionb .484 1 .486
Likelihood Ratio .853 1 .356
Fisher's Exact Test .365 .242
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
a
Value
N of Valid Cases 90
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
34
Lampiran 7 Hasil Output Karakteristik Pedagang Berdasarkan Persentase Jumlah
Pembeli dan Nilai Penjualan Pada Pasar Perlakuan dan Pasar Kontrol
Kota Bekasi dengan t-test
Group Statistics
Pasar N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
JumlahPembeliRT perlakuan 60 71.03 24.851 3.208
kontrol 30 45.67 31.752 5.797
NilaiPembelianRT perlakuan 60 60.58 28.196 3.640
kontrol 30 35.83 30.908 5.643
JumlahPembeliResto perlakuan 60 12.83 16.477 2.127
kontrol 30 22.33 19.197 3.505
NilaiPembelianResto perlakuan 60 16.92 20.023 2.585
kontrol 30 26.67 23.391 4.271
JumlahPembeliPK perlakuan 60 10.05 12.852 1.659
kontrol 30 31.67 23.131 4.223
NilaiPembelianPK perlakuan 60 13.50 16.346 2.110
kontrol 30 33.33 21.348 3.898
JumlahPembeliWarung perlakuan 60 6.42 13.994 1.807
kontrol 30 2.00 9.248 1.688
NilaiPembelianWarung perlakuan 60 8.67 17.366 2.242
kontrol 30 2.50 11.200 2.045
35
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differe
nce Std. Error Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Jumlah Pembeli RT Equal variances assumed 5.868 .017 4.153 88 .000 25.367 6.109 13.227 37.506
Equal variances not assumed 3.829 47.30
4 .000 25.367 6.626 12.040 38.693
Nilai Pembelian RT Equal variances assumed .365 .547 3.801 88 .000 24.750 6.511 11.811 37.689
Equal variances not assumed 3.686 53.59
3 .001 24.750 6.715 11.285 38.215
Jumlah Pembeli Resto
Equal variances assumed 1.893 .172 -2.439 88 .017 -9.500 3.895
-17.241
-1.759
Equal variances not assumed -2.317 50.90
6 .025 -9.500 4.100
-17.731
-1.269
Nilai Pembelian Resto
Equal variances assumed 1.072 .303 -2.058 88 .043 -9.750 4.739
-19.167
-.333
Equal variances not assumed -1.953 50.79
2 .056 -9.750 4.992
-19.773
.273
Jumlah Pembeli PK Equal variances assumed 20.280 .000 -5.706 88 .000
-21.617
3.789 -
29.146 -
14.088
Equal variances not assumed -4.764 38.19
6 .000
-21.617
4.537 -
30.801 -
12.433
Nilai Pembelian PK Equal variances assumed 5.419 .022 -4.888 88 .000
-19.833
4.058 -
27.898 -
11.769
Equal variances not assumed -4.475 46.52
9 .000
-19.833
4.432 -
28.752 -
10.914
Jumlah Pembeli Warung
Equal variances assumed 7.756 .007 1.564 88 .121 4.417 2.824 -1.195 10.028
Equal variances not assumed 1.786 81.14
2 .078 4.417 2.473 -.503 9.337
Nilai Pembelian Warung
Equal variances assumed 12.046 .001 1.767 88 .081 6.167 3.489 -.768 13.101
Equal variances not assumed 2.032 82.22
7 .045 6.167 3.034 .131 12.203
36
Lampiran 8 Hasil Output Pemasok Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test
Crosstab
Pasar
Total Kontrol Perlakuan
Pemasok1 Produksi sendiri Count 0 1 1
Expected Count .3 .7 1.0
% within Pasar .0% 1.7% 1.1%
Penyalur Count 10 15 25
Expected Count 8.3 16.7 25.0
% within Pasar 33.3% 25.0% 27.8%
Tengkulak Count 1 3 4
Expected Count 1.3 2.7 4.0
% within Pasar 3.3% 5.0% 4.4%
Pasar induk Count 8 10 18
Expected Count 6.0 12.0 18.0
% within Pasar 26.7% 16.7% 20.0%
Grosir Count 11 31 42
Expected Count 14.0 28.0 42.0
% within Pasar 36.7% 51.7% 46.7%
Total Count 30 60 90
Expected Count 30.0 60.0 90.0
% within Pasar 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 3.089a 4 .543
Likelihood Ratio 3.389 4 .495
N of Valid Cases 90
a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33.
Symmetric Measures
a
Value
N of Valid Cases 90
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
37
Lampiran 9 Hasil Output Metode Pembayaran Utama Pedagang di Pasar
Perlakuan dan Pasar Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-
square test
Crosstab
Pasar
Total Kontrol Perlakuan
Pembayaran1 Kontan Count 23 48 71
Expected Count 23.7 47.3 71.0
% within Pasar 76.7% 80.0% 78.9%
Kredit Count 7 12 19
Expected Count 6.3 12.7 19.0
% within Pasar 23.3% 20.0% 21.1%
Total Count 30 60 90
Expected Count 30.0 60.0 90.0
% within Pasar 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .133a 1 .715
Continuity Correctionb .008 1 .927
Likelihood Ratio .132 1 .717
Fisher's Exact Test .786 .457
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
a
Value
N of Valid Cases 90
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
38
Lampiran 10 Hasil Output Strategi Utama Pedagang di Pasar Perlakuan dan Pasar
Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test
Crosstab
Pasar
Total Kontrol Perlakuan
Strategi1 Memberi diskon harga Count 5 7 12
Expected Count 4.0 8.0 12.0
% within Pasar 16.7% 11.7% 13.3%
Kios selalu dijaga kebersihannya
Count 0 2 2
Expected Count .7 1.3 2.0
% within Pasar .0% 3.3% 2.2%
Jenis dagangan diperbanyak Count 0 5 5
Expected Count 1.7 3.3 5.0
% within Pasar .0% 8.3% 5.6%
Prioritas bagi pelanggan Count 2 4 6
Expected Count 2.0 4.0 6.0
% within Pasar 6.7% 6.7% 6.7%
pelayanan yang baik Count 23 32 55
Expected Count 18.3 36.7 55.0
% within Pasar 76.7% 53.3% 61.1%
kualitas barang dijaga Count 0 10 10
Expected Count 3.3 6.7 10.0
% within Pasar .0% 16.7% 11.1%
Total Count 30 60 90
Expected Count 30.0 60.0 90.0
% within Pasar 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 10.657a 5 .059
Likelihood Ratio 15.867 5 .007
N of Valid Cases 90
a. 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .67.
Symmetric Measures
a
Value
N of Valid Cases 90
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
39
Lampiran 11 Hasil Output Metode Pesaing Utama Pedagang di Pasar Perlakuan
dan Pasar Kontrol Kota Bekasi Tahun 2013 dengan chi-square test
PesangTerberat * Pasar Crosstabulation
Pasar
Total Kontrol Perlakuan
pedagang lain di dalam pasar tradisional
Count 8 9 17
Expected Count 7.3 9.7 17.0
% within Pasar 44.4% 37.5% 40.5%
pasar modern (hypermarket.supermarket.department store)
Count 0 11 11
Expected Count 4.7 6.3 11.0
% within Pasar .0% 45.8% 26.2%
PKL Count 2 3 5
Expected Count 2.1 2.9 5.0
% within Pasar 11.1% 12.5% 11.9%
Minimarket Count 4 0 4
Expected Count 1.7 2.3 4.0
% within Pasar 22.2% .0% 9.5%
pedagang lain di pasar tradisional lain
Count 4 1 5
Expected Count 2.1 2.9 5.0
% within Pasar 22.2% 4.2% 11.9%
Total Count 18 24 42
Expected Count 18.0 24.0 42.0
% within Pasar 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 16.539a 4 .002
Likelihood Ratio 22.122 4 .000
N of Valid Cases 42
a. 7 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.71.
Symmetric Measures
a
Value
N of Valid Cases 42
a. Correlation statistics are available for numeric data only.
40
Lampiran 12 Hasil Output Penyebab kelesuan Utama di Pasar Perlakuan dan
Pasar Kontrol Kota Bekasi dengan chi-square Test
PenyebabKelesuan1 * pasar Crosstabulation
pasar
Total perlakuan kontrol
Kurangnya jumlah pembeli Count 16 2 18
Expected Count 12.6 5.4 18.0
% within pasar 29.6% 8.7% 23.4%
Meningkatnya persaingan dengan pedagang lain di dalam pasar tradisional
Count 9 8 17
Expected Count 11.9 5.1 17.0
% within pasar 16.7% 34.8% 22.1%
Meningkatnya persaingan dengan pasar modern (hypermarket,supermarket,department store)
Count 11 0 11
Expected Count 7.7 3.3 11.0
% within pasar 20.4% .0% 14.3%
Harga lebih tinggi di pasar tradisional
Count 0 1 1
Expected Count .7 .3 1.0
% within pasar .0% 4.3% 1.3%
Meningkatnya persaingan dengan PKL
Count 3 2 5
Expected Count 3.5 1.5 5.0
% within pasar 5.6% 8.7% 6.5%
Harga dari pemasok lebih tinggi Count 1 1 2
Expected Count 1.4 .6 2.0
% within pasar 1.9% 4.3% 2.6%
Meningkatnya persaingan dengan minimarket
Count 0 4 4
Expected Count 2.8 1.2 4.0
% within pasar .0% 17.4% 5.2%
Kondisi pasar yang memburuk Count 2 0 2
Expected Count 1.4 .6 2.0
% within pasar 3.7% .0% 2.6%
Kualitas barang menurun Count 1 0 1
Expected Count .7 .3 1.0
% within pasar 1.9% .0% 1.3%
Daya beli masyarakat menurun Count 7 1 8
Expected Count 5.6 2.4 8.0
% within pasar 13.0% 4.3% 10.4%
Meningkatnya persaingan dari pedagang lain di pasar tradisional lain
Count 1 4 5
Expected Count 3.5 1.5 5.0
% within pasar 1.9% 17.4% 6.5%
Faktor iklim Count 2 0 2
Expected Count 1.4 .6 2.0
% within pasar 3.7% .0%
2.6%
41
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 32.184a 12 .001
Likelihood Ratio 37.302 12 .000
Linear-by-Linear Association .833 1 .361
N of Valid Cases 77
a. 20 cells (76.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .30.
Pasar Perlakuan
Pasar Kontrol
Total
Akses jalan menuju pasar kurang memadai
Count 1 0 1
Expected Count .7 .3 1.0
% within pasar 1.9% .0% 1.3%
Total Count 54 23 77
Expected Count 54.0 23.0 77.0
% within pasar 100.0% 100.0% 100.0%
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Errora Approx. T
b Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R .105 .111 .912 .365c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .153 .108 1.339 .185c
N of Valid Cases 77
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
42
Lampiran 13 Hasil Output paired t-test Keuntungan Sesudah-Sebelum pada Pasar
Kontrol Kota Bekasi
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 KeuntunganSesudah 1.27 30 .450 .082
KeuntunganSebelum 1.43 30 .568 .104
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 KeuntunganSesudah & KeuntunganSebelum
30 .342 .065
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Keuntungan Sesudah – Keuntungan Sebelum
-.167 .592 .108 -
.388 .054 -1.542 29 .134
43
Lampiran 14 Hasil Output Paired t-test Omzet Sesudah-Sebelum pada Pasar
Kontrol Kota Bekasi
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 OmzetSesudah 1.77 30 .679 .124
OmzetSebelum 1.80 30 .664 .121
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 OmzetSesudah & OmzetSebelum
30 .505 .004
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Omzet Sesudah – Omzet Sebelum
-.033 .669 .122 -.283 .216 -.273 29 .787
44
Lampiran 15 Hasil Output Paired t-test Keuntungan Sesudah-Sebelum pada Pasar
Perlakuan Kota Bekasi
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 KeuntunganSesudah 1.50 60 .701 .091
KeuntunganSebelum 2.05 60 .622 .080
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 KeuntunganSesudah & KeuntunganSebelum
60 .641 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Keuntungan Sesudah – Keuntungan Sebelum
-.550 .565 .073 -.696 -.404 -
7.537 59 .000
45
Lampiran 16 Hasil Output Paired t-test Omzet Sesudah-Sebelum pada Pasar
Perlakuan Kota Bekasi
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Omzet Sesudah 1.80 60 .732 .094
Omzet Sebelum 2.25 60 .654 .084
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Omzet Sesudah & Omzet Sebelum
60 .637 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Omzet Sesudah – Omzet Sebelum
-.450 .594 .077 -.604 -.296 -5.864 59 .000
46
Lampiran 17 Hasil Output Uji Korelasi Antar Variabel Independen
Correlations
X1 X2 X3 X4 X5 Dummy1 Dummy2 Dummy3 Dummy4 Dummy5
X1 Correlation Coefficient 1.000 -.061 -.053 -.031 .188* .034 .337
** -.519
** .208
* .340
**
Sig. (1-tailed) . .216 .250 .348 .014 .357 .000 .000 .013 .000
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X2 Correlation Coefficient -.061 1.000 .353** -.207
** -.029 .217
** -.200
* -.052 -.147
* .070
Sig. (1-tailed) .216 . .000 .003 .362 .007 .012 .279 .047 .215
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X3 Correlation Coefficient -.053 .353** 1.000 -.049 -.178
* .027 -.078 .123 -.171
* .107
Sig. (1-tailed) .250 .000 . .263 .016 .383 .192 .085 .029 .117
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X4 Correlation Coefficient -.031 -.207** -.049 1.000 -.069 .075 .275
** .296
** .256
** -.178
*
Sig. (1-tailed) .348 .003 .263 . .208 .206 .001 .001 .002 .025
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
X5 Correlation Coefficient .188* -.029 -.178
* -.069 1.000 .116 .109 -.198
* .118 .086
Sig. (1-tailed) .014 .362 .016 .208 . .118 .133 .022 .115 .191
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Dummy1 Correlation Coefficient .034 .217** .027 .075 .116 1.000 -.121 .000 .000 .183
*
Sig. (1-tailed) .357 .007 .383 .206 .118 . .126 .500 .500 .042
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Dummy2 Correlation Coefficient .337** -.200
* -.078 .275
** .109 -.121 1.000 -.399
** .589
** .037
Sig. (1-tailed) .000 .012 .192 .001 .133 .126 . .000 .000 .364
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
47
X1 X2 X3 X4 X5 Dummy1 Dummy2 Dummy3 Dummy4 Dummy5
Dummy3 Correlation Coefficient -.519** -.052 .123 .296
** -.198
* .000 -.399
** 1.000 -.500
** -.293
**
Sig. (1-tailed) .000 .279 .085 .001 .022 .500 .000 . .000 .003
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Dummy4 Correlation Coefficient .208* -.147
* -.171
* .256
** .118 .000 .589
** -.500
** 1.000 -.183
*
Sig. (1-tailed) .013 .047 .029 .002 .115 .500 .000 .000 . .042
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
Dummy5 Correlation Coefficient .340** .070 .107 -.178
* .086 .183
* .037 -.293
** -.183
* 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .215 .117 .025 .191 .042 .364 .003 .042 .
N 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
48
Lampiran 18 Hasil Output Regresi Logistik Ordinal
Case Processing Summary
N Marginal
Percentage
Keuntungan 1 59 65.6%
2 24 26.7%
3 7 7.8%
Valid 90 100.0%
Missing 0
Total 90
Model Fitting Information
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 149.027
Final 98.677 50.350 9 .000
Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 112.748 169 1.000
Deviance 98.677 169 1.000
Pseudo R-Square
Cox and Snell .428
Nagelkerke .530
McFadden .338
Parameter Estimates
Estimate Std. Error Wald df Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Threshold [Keuntungan = 1]
6.945 2.571 7.299 1 .007 1.907 11.984
[Keuntungan = 2]
9.737 2.706 12.944 1 .000 4.432 15.041
Location X1 -.014 .083 .027 1 .871 -.177 .150
X2 .007 .035 .040 1 .842 -.061 .075
X3 -.036 .062 .336 1 .562 -.157 .086
X4 .080 .023 12.637 1 .000 .036 .125
X5 .039 .081 .232 1 .630 -.120 .198
Dummy1 1.377 .647 4.527 1 .033 .109 2.646
Dummy3 3.884 1.395 7.749 1 .005 1.149 6.619
Dummy4 2.390 1.282 3.476 1 .062 -.123 4.903
Dummy5 .980 .881 1.238 1 .266 -.747 2.707
49
DAFTAR PERTANYAAN
UNTUK PEDAGANG1 DI PASAR TRADISIONAL
Tanggal wawancara : ___________________ Jam : _________________________________________________________
Pewawancara : __________________________________________________________________________________
Situasi Wawancara : __________________________________________________________________________________
Nama Pasar : ___________________ Alamat Pasar __________________________________________________
Ada berapa banyak pasar retail modern di sekitar pasar ini? (sudah ditentukan terlebih dahulu)
A a. Satu buah b. Dua buah c. Tiga buah d d. Lebih dari 3 buah. sebutkan: __________________ buah
Jarak pasar ritel modern terdekat dari pasar ini adalah: (sudah ditentukan terlebih dahulu)
a. 200 m atau kurang c. 501 m – 1.000 m e e. 2.501 m – 5.000 m b b. 201 m – 500 m d d. 1.001 m – 2.500 m f
. f. 5.001 m – atau lebih. sebutkan: __________ km
Pasar ritel modern terdekat dari pasar ini. adalah (jenis. nama dan kapan didirikan): (sudah ditentukan terlebih dahulu)
A a.Department store Nama: __________________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________ B b.Supermarket Nama: __________________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________ c
. c. Hypermarket Nama: __________________ Berdiri/operasi: Bulan: ______________ Tahun: ______________
Catatan :
1 Responden adalah pemilik dan berusaha di pasar tradisional ini lebih dari 5 tahun
50
Petunjuk umum:
Lingkari huruf di depan jawaban dan/atau isi titik-titik yang menjadi jawaban responden
Beri check mark (√) atau tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan persepsi responden
Isi kotak sesuai dengan Kode di depan jawaban
Untuk pertanyaan yang disampaikan secara terbuka. yang diharapkan diisi sesuai dengan data/kondisi responden
IDENTIFIKASI RESPONDEN
1. Nama responden: 2. Umur responden: 3. Jenis kelamin:
___________________________
a. __________ tahun a. Laki-laki
b. Tidak tahu b. Perempuan
4. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan ___________________________ tahun
5 Pekerjaan berdagang adalah pekerjaan: (berdasarkan penghasilan)
a. Utama (langsung ke pertanyaan 6)
b. Kedua. Sebutkan**:
6 Jumlah anggota keluarga (termasuk responden): __________________ orang
7 Jarak dari rumah ke pasar tradisional ini: ____________________m (atau isi kotak di bawah ini)
Yang terdiri dari:
Laki Perempuan
Dewasa (>18 tahun)
Remaja (15 – 17 thn) Anak kecil (15> thn) Total
Kode Jarak a = 200 m atau kurang b = 201 m – 500 m c = 501 m – 1.000 m d = 1.001 m – 2.500 m e = 2.501 m – 5.000 m f = > 5.000 m
Responden adalah pengelola usaha di pasar tradisional (pemilik atau pengelola usaha) **Pertanyaan terbuka, contoh: PNS atau Pegawai swasta. Kemudian dirinci lagi pekerjaan yang dilakukan apakah karyawan administrasi, pengendara ojek dll.
51
RIWAYAT USAHA
8. Sejak kapan berdagang di pasar tradisional ini: 9. Letak Kios (saat awal berdagang dan saat ini)
Bulan: ______________ Tahun: ______________
Kode letak Saat ini Saat awal berdagang a = Di depan & lantai bawah
b = Di dalam & lantai bawah
c = Di depan & lantai atas
d = Di dalam &lantai atas
10. Status tempat usaha (saat awal berdagang): 11. Status tempat usaha saat ini: a. Milik sendiri. harga per m2____________ a. Milik sendiri. harga per m2______________
b. Sewa. sebesar Rp. ________/hr/mgg/bln/th b. Sewa. sebesar Rp. ________________/hr/mgg/bln/th
c. Lainnya. sebutkan: ___________________ c. Lainnya. sebutkan: ____________________________
12 Apa jenis retribusi (resmi dan tidak resmi). besar retribusi tersebut. dan pemungutnya?
Jenis retribusi Nilai 1 = Resmi; 2 = Tidak Resmi Pemungut Kwitansi: 1=ada.
2= tidak ada
Kios Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun*
Kebersihan Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Keamanan Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
Rp.__________hari/minggu/bulan/tahun
* Lingkari salah satu, hari/minggu/bulan/tahun
52
13. Nilai inventarisasi (jumlah kios. harta benda. truk dll) usaha anda: Rp.____________________(atau isi kotak di bawah ini)
Kode nilai a = < Rp. 1.000.000
b = Rp. 1.000.100 – Rp 4.000.000
c = Rp. 4.000.100 – Rp 7.000.000
d = Rp. 7.000.100 – Rp 10.000.000 e = Rp. 10.000.000 ke atas
f = Tidak Tahu
KONDISI BERDAGANG DI PASAR TRADISIONAL PADA TAHUN 2008 DAN 2013
2013 2008
14a.
Ukuran tempat berdagang: _____________m x __________________m = ________ m
2
14b.
Ukuran tempat berdagang: _____________m x __________________m = ________ m
15a.
Jumlah kios yang anda miliki _____________________kios
15b.
Jumlah kios yang anda miliki ________________________kios
53
16a Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban
diurutkan berdasarkan 5 omzet terbesar)
Kode Jenis dagangan
A = Beras
Urutan 1 2 3 4 5
B = Minyak C = Bahan minuman D = Bumbu-bumbuan E = Sayur-sayuran F = Umbi-umbian G = Buah-buahan H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi. kambing) J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian N = Tas O = Sepatu P = Kue dan Bahan Kue
16b. Jenis dagangan apa yang bapak/ibu perdagangkan? (Jawaban diurutkan
berdasarkan 5 omzet terbesar)
Kode Jenis dagangan
A = Beras
Urutan 1 2 3 4 5
B = Minyak C = Bahan minuman D = Bumbu-bumbuan E = Sayur-sayuran F = Umbi-umbian G = Buah-buahan H = Kacang-kacangan I = Daging (sapi. kambing)
J = Ayam K = Ikan L = Telur & susu M = Pakaian N = Tas O = Sepatu P = Kue dan Bahan Kue
17a. Berapa orang yang membantu secara rutin usaha bapak/ibu? _________________________orang
17b. Berapa orang yang membantu secara rutin usaha bapak/ibu? __________________________orang
54
Apakah mereka diupah atau tidak?
Laki Perempuan
Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total
Apakah mereka diupah atau tidak?
Laki Perempuan
Diupah (pekerja tetap) Diupah (pekerja sementara) Tidak diupah (tetap) Tidak diupah (sementara) Total
18a.
Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari? Pembeli:________________________orang per hari
18b.
Berapakah rata-rata jumlah pembeli per hari? Pembeli:________________________orang per hari
19.a Berdasarkan jenis kelamin. pembeli yang berbelanja di kios
bapak/ibu per hari adalah:
Laki-laki % Perempuan %
100%
19b. Berdasarkan jenis kelamin. pembeli yang berbelanja di kios bapak/ibu per
hari adalah:
Laki-laki % Perempuan %
100%
20a. Dilihat dari segmen pembeli. pembeli terbanyak menurut
persentase jumlah pembeli dan nilai penjualan?
20b. Dilihat dari segmen pembeli. siapa pembeli paling banyak? (dibandingkan
dengan tahun 2006)
55
Jumlah pembeli Nilai penjualan
Rumah Tangga % % Restoran/Catering % % Pedagang keliling % % Warung % % Lainnnya. sebutkan
% %
100% 100%
Jumlah pembeli 1=lebih tinggi
2=sama
3=lebih rendah
Nilai penjualan 1=lebih tinggi
2=sama
3=lebih rendah Rumah Tangga
Restoran/Catering Pedagang keliling Warung Lainnnya. sebutkan
21a.
Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban
diurutkan berdasarkan 3 pilihan utama)
21b.
Strategi bapak/ibu untuk menarik pembeli? (Jawaban diurutkan berdasarkan
3 pilihan utama)
Kode
A = Barang diantar ke rumah
urutan
1
2
3
B = Memberikan diskon harga C = Kios selalu dijaga kebersihannya D = Jenis dagangan diperbanyak
E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Lainnya. Sebutkan
Kode
A = Barang diantar ke rumah
urutan
1
2
3
B = Memberikan diskon harga C = Kios selalu dijaga kebersihannya D = Jenis dagangan diperbanyak
E = Pembayaran bisa dicicil F = Prioritas bagi pelanggan (barang dapat dipesan) G = Lainnya. Sebutkan
22a.
Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai barang terbesar)
22b.
Darimana pengadaan barang-barang dagangan bapak/ibu? (3 terbesar)
Kode Kode
A Produksi sendiri A Produksi sendiri
56
B Produksi orang/rumahtangga lain urutan 1 2 3
B Produksi orang/rumahtangga lain urutan 1 2 3
C Penyalur C Penyalur
D Tengkulak (pedagang pengumpul) D Tengkulak
E Pasar induk E Pasar induk
F Grosir (makro/.............................................)* F Grosir (makro/.........................)*
G Lainnya. sebutkan: ___________________ G Lainnya. sebutkan: ___________
23a.
Untuk pengadaan barang-barang tersebut. bagaimana cara
pembayarannya? (jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
23b.
Untuk pengadaan barang-barang tersebut. bagaimana cara pembayarannya? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai terbesar)
Kode Kode
A Kontan urutan 1 2 3
A Kontan urutan 1 2 3
B Kredit B Kredit
C Konsinyasi C Konsinyasi
D Lainnya. sebutkan: _____________________
D Lainnya. sebutkan: _____________________
24a. Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan
berdasarkan 3 nilai terbesar)
24b. Dari mana modal usaha bapak/ibu? (Jawaban diurutkan berdasarkan 3 nilai
terbesar)
Kode Kode
A Modal sendiri urutan 1 2 3
A Modal sendiri
urutan 1 2 3
B Meminjam dari saudara B Meminjam dari saudara
C Meminjam dari teman/tetangga C Meminjam dari teman/tetangga
D Bank swasta (sebutkan ) D Bank swasta ( ……..)
E Bank pemerintah (sebutkan ) E Bank pemerintah (…… )
F Rentenir/pelepas uang F Rentenir/pelepas uang
57
G BPR/bank pasar G BPR/bank pasar
H Koperasi H Koperasi
I Lainnya. sebutkan:
_____________________ I Lainnya. sebutkan:
_____________________
25a.
Berapa rata-rata omzet dagangan per hari? Rp.________________ (atau isi kotak jawaban di bawah ini)
25b.
Berapa omzet dagangan per hari? Rp._______________ (atau isi kotak jawaban di bawah ini)
Kode a = Rp. Rp. 1.000.000 atau kurang b = Rp. 1.001.000 – Rp. 5.000.000 c = Rp. 5.001.000 ke atas
Kode a = Rp. Rp. 1.000.000 atau kurang b = Rp. 1.001.000 – Rp. 5.000.000 c = Rp. 5.001.000 ke atas
26a.
Berapa rata-rata keuntungan bersih per hari? Rp._______________(atau isi kotak jawaban di bawah ini)
26b.
Berapa rata-rata keuntungan bersih per hari? Rp.________________(atau kotak isi jawaban di bawah ini)
Kode a = Rp. 300.000atau kurang b = Rp.301.000 – Rp. 1.000.000 c= Rp. 1.001.000 ke atas
Kode a = Rp. 300.000atau kurang b = Rp.301.000 – Rp. 1.000.000 c= Rp. 1.001.000 ke atas
PENDAPAT PEDAGANG MENGENAI USAHANYA DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
Bagaimana kinerja usaha bapak/ibu selama lima tahun terakhir
1 = Maju 2 = Mundur 3 = Tetap
58
Tempat usaha
Omzet Varietas Keuntungan Lainnya. sebutkan
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan usaha bapak/ibu menjadi maju/mundur dalam lima tahun terakhir
Faktor penyebab 1=Maju; 2=Mundur Alasan
PENDAPAT/PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR MODERN/HYPERMARKET
Apakah bapak/ibu mengetahui keberadaan pasar modern/hypermarket di sekitar pasar tradisional ini? a. Ya
b. Tidak
Dengan adanya pasar modern/hypermarket tersebut. apakah ada perubahan dalam berusaha?
1=Maju;
2=Mundur;
3=Tetap
Tempat usaha
59
Omzet
Varietas Keuntungan Lainnya. sebutkan
Dalam melakukan kegiatan usaha. lebih menguntungkan sebelum atau setelah ada pasar modern?
Kode A = sebelum ada pasar modern B = sama saja C = setelah ada pasar modern
Faktor-faktor apa saja (selain pasar modern) yang mengurungkan minat konsumen untuk berbelanja ke pasar tradisional:
√
Masalah yang berhubungan dengan kemacetan jalan
Masalah premanisme Kondisi pasar tradisional yang kotor. becek. sempit. panas. dan pengap Lainnya. sebutkan: __________________________
Faktor-faktor apa yang menyebabkan masyarakat masih ingin berbelanja di pasar tradisional?
√ Bisa menawar
Barang-barang yang diperdagangkan masih segar. Bisa menyicil Lainnya.sebutkan:______________________________________
60
Menurut Bapak/Ibu. mengapa orang lebih suka pergi ke pasar modern/hypermarket? (Jawaban diurutkan 3 pilihan tertinggi)
Kode A = Harga lebih murah
Urutan 1 2 3
B = Kualitas barang lebih bagus C = Cara pembayarannya mudah (tunai. debit/credit card) D = Tempatnya nyaman dan bersih E = Banyaknya pilihan barang F = Rekreasi G = Lainnya. sebutkan:______________________________
Bagaimana dampak keberadaan pasar modern/hypermarket terhadap pedagang-pedagang di pasar tradisional secara umum?
a. Pasar modern/hypermarket merugikan. Alasannya: __________________
b. Pasar modern/hypermarket membantu/menguntungkan. Alasannya: _____ c. Lainnya. Sebutkan: ____________________________________
Bagaimana tanggapan Bapak/ibu kalau pasar tradisional ini dibuat menjadi pasar yang lebih modern?
a. Setuju. Alasannya: ________________________________________________________________ b. Tidak setuju. Alasannya: ____________________________________________________________
Sebutkan kesulitan-kesulitan utama yang dihadapi dalam berusaha sebagai akibat adanya pasar ritel modern? Sebutkan secara terinci dan prioritasnya!
a. __________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________ b. __________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
c. __________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________ d. __________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
61
e. __________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
HARAPAN
Apa yang Bapak/Ibu harapkan untuk mendorong atau meningkatkan usaha. baik harapan terhadap pemerintah pusat. pemerintah daerah.
pengelola pasar. atau instansi lainnya?
Harapan terhadap pemerintah pusat: ______________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________________________________
Harapan terhadap pemerintah daerah: ______________________________________________________________________________
Harapan terhadap pengelola pasar tradisional: ______________________________________________________________________
Harapan terhadap pengelola pasar ritel modern: ______________________________________________________________________________
62
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Fitria Permata Sari. lahir di Jakarta pada tanggal 23 April
1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. dari pasangan Drs.
Moh. Rusydi dan Djumiati (alm). Penulis mengawali pendidikan di jenjang
Taman Kanak-kanak Ar-rasyidu pada tahun 1997. kemudian pada tahun 1998
dilanjutkan ke SDN Jatirahayu V Bekasi. Tahun 2004 penulis melanjutkan
pendidikan ke SMPN 246 Jakarta hingga lulus pada tahun 2007. kemudian
dilanjutkan ke SMAN 48 Jakarta hingga tahun 2010. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor dengan mayor Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa. penulis aktif di organisasi intra kampus
Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (Hipotesa)
FEM IPB sebagai anggota divisi Research and Development (RED) pada tahun
2011-2013. Penulis juga aktif ikut berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan
oleh kampus. seperti HIPOTESA Exhibition in Revolution (HIPOTEX-R) 2011
dan 2012. Economic Contest (EC) 2012. Seminar Nasional Forum For Indonesia
2013.
top related