usaha eceran ritel

26
Bahan Diklat Produktif Aserani, S.Pd Untuk Siswa tingkat X Pemasaran Semester ganjil DINAS PENDIDIKAN TABALONG SMK Negeri 1 TANJUNG 2012

Upload: awit-prasetyo

Post on 23-Oct-2015

274 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

bisnis ritel

TRANSCRIPT

Page 1: usaha eceran ritel

Bahan Diklat Produktif

Aserani, S.Pd

Untuk Siswa tingkat X Pemasaran

Semester ganjil

DINAS PENDIDIKAN TABALONG SMK Negeri 1 TANJUNG

2012

Page 2: usaha eceran ritel

iii

Judul : Bahan Diklat Produktif

MEMBUKA USAHA ECERAN/RITEL Bagian Pertama

Penyusun : Aserani, S.Pd HP. 085251967908

e-mail : [email protected]

webblog : http://aserani.wordpress.com

Desain, Pengetikan dam Setting : Rolisa Komputer Tanjung

Mess Guru E SMKN 1 Tanjung

Jln Ir.P.H.M.Noor Pembataan Tanjung HP.085651067745

e-mail : [email protected]

webblog : http://rolisakomputer.wordpress.com

Cetakan Ke : I, Juli 2012

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

iv

Bahan Diklat Produktif

Aserani, S.Pd

Untuk Siswa tingkat X Pemasaran

Semester ganjil

DINAS PENDIDIKAN TABALONG SMK Negeri 1 TANJUNG

2012

Page 3: usaha eceran ritel

KATA PENGANTAR

F

lhamdulillah, atas izin dan karunia Allah

SWT. dapatlah penyusun menyajikan tulis-an ini dalam rangka upaya pemenuhan ba-

han diklat produktif pada SMK Negeri 1

Tanjung khususnya Bidang Kompetensi Kehlian Pemasar-an.

Buku bahan diklat Membuka Usaha Eceran/Ritel ini

penyusun sajikan dalam dua buku/dua bagian, yaitu : bagi-

an pertama berisi tentang : Dasar-dasar Bisnis Ritel ; Klasi-

fikasi dan Diferensiasi Bisnis Ritel ; Bagaimana Membuka dan Memulai Bisnis Ritel, yang disajikan pasa semester

ganjil. Bagian kedua berisi tentang Melakukan Riset Pema-saran Bisnis Ritel, yang disajikan pada semester genap.

Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak

yang turut membantu dalam proses penulisan dan penggan-

daan buku ini. Semoga buku ini dapat membantu bagi ke-lancaran proses pembelajaran mata diklat produktif pema-

saran bidang kompetensi Membuka Usaha Eceran/Ritel.

Akhrinya, tegur sapa, saran dan kritik yang orienta-sinya membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan

di masa-masa yang akan datang.

v

Semoga kita dapat berkarya terus dan terus berkarya untuk

menoreh kebaikan buat generasi muda kita guna me-nyongsong masa depan yang cerah dan gemilang. Amin.

Tanjung, 14 Juli 2012

Penyusun,

vi

a

Page 4: usaha eceran ritel

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR … v

DAFTAR ISI … vii

BAB I DASAR-DASAR BISNIS RITEL …1

A. Pengertian, Ciri dan Sifat Usaha Eceran/

Ritel …1 B. Fungsi, Peranan dan Tugas Usaha Eceran/

Ritel … 2

C. Tujuan Usaha Eceran/Ritel … 6

BAB II KLASIFIKASI DAN DIFERENSIASI BISNIS RITEL … 8

A. Klasifikasi Usaha Eceran/Ritel … 8

B. Diferensiasi Usaha Eceran/Ritel … 20

BAB III BAGAIMANA MEMBUKA DAN MEMULAI

BISNIS RITEL … 23

A. Sumber Informasi dan Cara Melihat Peluang

… 23 B. Teknik Pemilihan Produk/Jasa … 27

C. Pemilihan Bentuk Usaha … 30

D. Menyusun Rencana Usaha … 31 E. Beberapa Pertimbangan Yang Perlu

Diperhatikan Dalam Membuka dan

Memulai Usaha … 35

DAFTAR KEPUSTAKAAN … 45

vii

Bab I DASAR-DASAR BISNIS RITEL

A. Pengertian, Ciri dan Sifat Usaha Eceran/Ritel

Kata ritel berasal dari bahasa Perancis yaitu retailer

yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Menurut kamus

besar bahasa Indonesia, eceran berarti secara satu-satu, sedikit-

sedikit.

Usaha eceran/ritel tidak hanya terbatas pada penju-alan barang, seperti bahan makanan dan minuman, barang

kelontongan, barang elektronik, berbagai jenis pakaian dan

sebagainya, tetapi juga bisa berupa layanan jasa sepeti jasa salon, rental mobil, jasa desain grafis dan sebagainya. Usa-

ha eceran/ritel tidak harus selalu di lakukan di toko, tapi

bisa dilakukan di mana saja, bahkan tanpa tempat khusus

pun juga bisa, kegiatan transaksi bisa melalui telepon atau internet dan sarana komunikasi lainnya.

Usaha eceran/ritel (retailing) merupakan kegiatan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsu-

men akhir untuk pemakaian pribadi dan atau rumah tang-

ga, bukan untuk keperluan usaha/bisnis.

Dari pengertian di atas, dapat dilihat bahwa ciri dan

sifat usaha eceran/ritel, antara lain adalah :

1. Lebih dekat dengan konsumen, karena saban hari peda-

gang eceran/ritel ini selalu berhubungan/komunikasi de-

ngan konsumen, sehingga hampir setiap para pembeli/

1

Page 5: usaha eceran ritel

pelanggan yang pernah atau sering datang ke tokonya

dikenalnya semua, bahkan mungkin sudah terjalin hu-bungan yang akrab penuh kekeluargaan.

2. Lebih mengetahui keadaan pasar, ini dikarenakan peda-

gang eceran/ritel waktu kesehariannya justeru lebih ba-

nyak berada di pasar dan lebih dekat dengan pembeli/

pelanggan, maka segala sesuatu sampai hal yang sekecil-kecilnya, pedagang eceran/ritel lebih paham bagaimana

kondisi dan situasi pasar, terutama yang berhubungan

dengan keadaan, sifat dan perilaku pembeli/pelanggan.

3. Melayani keperluan konsumen hingga jumlah yang sekecil-

kecilnya. Dari ciri dan sifat ini, maka semua kalangan

akan dilayani oleh pedagang eceran/ritel. Berapapun

jumlah dan volume/kadar barang yang diperlukan, akan

dipenuhi oleh pedagang eceran/ritel.

B. Fungsi, Peranan dan Tugas Usaha Eceran/Ritel

1. Fungsi Usaha Eceran/Ritel

a. Sebagai mitra terdekat bagi pembeli/pelanggan dalam me-

menuhi kebutuhannya sehari-hari.

Melalui usaha eceran/ritel inilah pembeli/pelanggan

memperoleh suplai/pasokan barang dan jasa pada saat

dan ketika dibutuhkan dengan segera atau tanpa penun-

daan, karena usaha eceran/ritel biasanya berlokasi di de-kat tempat tinggal pembeli/pelanggan, sehingga bisa de-

ngan segera mendapatkan suatu produk tanpa perlu me-

nunggu lama. Dalam hubungan ini maka penjual eceran

2

/ritel harus siap sedia menyediakan berbagai jenis dan

macam barang yang diperlukan pembeli/pelanggan, de-ngan melakukan kegiatan pembelian, penyimpanan dan

penjualan barang.

b. Sebagai tempat terdekat bagi pembeli / pelanggan untuk

memperoleh informasi tentang barang/jasa, membanding-

kan dan memilih barang/jasa tersebut serta menyampaikan

berbagai pertanyaan atau keluhan tentang keadaan barang/

jasa yang akan atau telah dibelinya.

Melalui usaha eceran/ritel, pembeli/pelanggan dapat

memperoleh informasi yang mudah, jelas, detil dan in-

teraktif tentang barang/jasa yang akan atau sudah dibeli-

nya. Disamping itu juga, memudahkan pembeli/pelang-

gan dalam membandingkan dan memilih bentuk, kuali-

tas, dan kondisi barang/jasa yang ditawarkan, karena

pembeli/pelanggan mungkin tidak hanya ingin sekedar

mendapatkan barang/jasa yang dibutuhkan, tetapi mere-

ka juga kepingin berbelanja pada tempat yang nyaman,

aman dan bisa memperoleh kemudahan dalam memilih,

membandingkan kualitas, bentuk, model, corak, warna

dan harga dari produk yang diinginkannya atau yang

akan dibelinya, serta menyampaikan pertanyaan/keluh-

an jika barang yang dibelinya itu tidak memenuhi stan-

dar kualitas. Dalam hubungan ini maka penjual eceran/

ritel harus benar-benar mengetahui dan memahami kon-

disi barang/jasa yang sedang/telah dijualnya, baik me-

ngenai merek, spesifikasi, kualitas, keunggulan dan kele-

mahan barang, manfaat/kegunaan dan cara pemakaian

3

Page 6: usaha eceran ritel

serta perawatan terhadap barang tersebut.

c. Sebagai saluran distribusi/pemasaran akhir barang.

Fungsi usaha eceran/ritel dalam kegiatan perekonomian secara kesuluruhan adalah sebagai pihak akhir (final

link) dalam suatu rantai produk yang di mulai dari peng-

olahan bahan baku hingga distribusi barang/jasa ke kon-

sumen akhir. Dalam hal ini penjual eceran/ritel ber-fungsi untuk memindahkan hak milik barang kepada

konsumen/pemakai akhir.

2. Peranan Usaha Eceran/Ritel

a. Sebagai penentu/ujung tombak pelaksanaan kegiatan pema-

saran. Ibarat dalam medan pertempuran, usaha eceran/

ritel merupakan sejumlah prajurit yang siap berada di jalur depan, dengan mempertaruhkan jiwa dan raganya.

Keberhasilannya atau kegagalannya sangat berpengaruh

terhadap keutuhan bangsa dan negara. Artinya, segala upaya yang dilakukan pedagang eceran/ritel dalam men-

jual barang/jasa, sangat menentukan maju mundurnya

usaha/produksi barang/jasa, bahkan hidup matinya pe-

rusahaan yang memproduksi barang/jasa tersebut, sa-ngat ditentukan oleh keberadaan usaha eceran/ritel ini.

b. Sebagai cermin keberhasilan di bidang pemasaran.

Keberhasilan di bidang pemasaran dapat di lihat dari dua

sisi. Pertama, keberhasilan kegiatan pemasaran dalam

merambah ke berbagai segmen-segmen pasar, dalam pe-ngertian lain, sejauhmana barang/jasa yang telah di pro-

duksi dapat memenuhi kebutuhan pembeli/pelanggan.

Seberapa banyak dan seberapa luas jangkauan area pasar

4

yang telah ditempuh. Kedua, keberhasilan kegiatan pe-

masaran dalam hal meningkatkan pendapatan/laba pe-rusahaan. Sisi pertama dan kedua di atas tentu saling

berhubungan, artinya semakin luas jangkauan (area) pe-

masaran, maka semakin luas pula peluang lakunya ba-

rang atau peluang mendapatkan keuntungan/laba. Kun-ci keberhasilan ke dua sisi ini ada pada usaha eceran/ri-

tel, sejauhmana ia memungsikan dirinya di dalam me-

masarkan barang hingga sampai ke tangan konsumen/ pembeli/pelanggan.

c. Sebagai pendorong bagi peningkatan produksi barang/jasa.

Adanya usaha eceran/ritel memungkinkan dilakukannya

produksi besar-besaran (produksi masal ) atau paling ti-

dak jumlah produksi akan selalu bertambah. Hal ini

tentu harus diiringi dengan bertambahnya jumlah pen-

jual eceran/ritel serta pengelolaan usaha dan manajerial

yang baik.

d. Sebagai perantara bagi peningkatan kualitas hidup dan ke-

sejahteraan masyarakat.

Berkembangnya usaha eceran/ritel di masyarakat dapat

membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan

kesejahteraannya. Semakin banyak pedagang eceran/ri-

tel yang menjual berbagai jenis dan macam produk di

pasaran/masyarakat, tentu sangat membantu masyarakat

dalam memilih berbagai produk tersebut untuk meme-

nuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bukankah dalam

teori ekonomi disebutkan bahwa seseorang akan sejahtera

jika semua kebutuhan hidupnya terpenuhi, dan kehadiran

5

Page 7: usaha eceran ritel

pedagang eceran/ritel, setidaknya menjadi perantara da-

lam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.

3. Tugas Usaha Eceran/Ritel

a. Melakukan kegiatan usaha di lokasi yang nyaman dan

mudah di akses pembeli/pelanggan, seperti diantaranya

berada di lokasi sekitar rumah-rumah penduduk;

b. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap pem-

beli/pelanggan;

c. Menyediakan beragam produk sehingga memungkinkan

pembeli/pelanggan bisa memilih produk yang di ingin-

kan/dibutuhkan;

d. Menyediakan berbagai alternatif pilihan volume ukuran,

timbangan dan takaran terhadap produk yang dijual, dari

yang bervolume besar hingga volume yang paling kecil;

e. Menyediakan barang dengan berbagai kualitas dan ber-

bagai harga;

f. Mengubah produk dalam bentuk yang lebih menarik;

g. Menyimpan produk agar tetap tersedia dengan harga

yang relatif tetap;

h. Memberikan informasi terhadap barang yang dijual;

i. Memberikan jaminan produk dan layanan purna jual ser-

ta bertanggungjawab terhadap kemungkinan adanya keti-

dakpuasan/keluhan pembeli/pelanggan;

C. Tujuan Usaha Eceran/Ritel

Bagi produsen yang menghasilkan berbagai jenis dan

6

macam barang, kehadiran usaha eceran/ritel sangat mem-

bantu bagi usaha pemasaran dan pendistribusian barang, sehingga barang yang telah diproduksi dapat sampai dan

dinikmati oleh konsumen. Dengan demikian, tujuan usaha eceran/ritel adalah agar barang yang diproduksi perusahaan/

produsen dapat sampai ke konsumen akhir (kelompok pemakai).

7

Page 8: usaha eceran ritel

Bab II Klasifikasi dan

diferensiasi bisnis ritel

A. Klasifikasi Usaha Eceran/Ritel

1. Berdasarkan Pengelolaannya

Berdasarkan cara pengelolaannya, usaha eceran/ri-

tel dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Usaha ecer-

an/ritel yang dikelola secara tradisional dan; usaha eceran/ ritel yang dikelola secara modern.

a. Usaha eceran/ritel yang dikelola secara tradisional

Pengelolaan usaha ritel tradisional dilakukan secara se-

derhana, tempatnya tidak terlalu luas, barang yang dijual

tidak terlalu banyak jenisnya, sistem pengelolaan/mana-jemennya masih sederhana, kurang memperhatikan segi

kenyamanan berbelanja bagi pembeli/pelanggan dan

masih ada proses tawar menawar harga antara pembeli/

pelanggan dengan penjual, serta produk yang dijual tidak dipajang secara terbuka sehingga pembeli/pelanggan ti-

dak mengetahui apakah penjual menyediakan barang

yang sedang dicarinya atau tidak. Usaha eceran/ritel tradisional ini adalah usaha perdagangan eceran/ritel

yang kebanyakan dilakukan oleh masyarakat pedagang

secara umum yang berlokasi di pasar-pasar tradisional,

baik yang berada di desa, kecamatan, kabupaten/kota maupun propinsi. Usaha eceran/ritel tradisional disebut

8

juga usaha eceran/ritel berskala kecil. Ciri-ciri usaha

eceran/ritel yang dikelola secara tradisional/skala kecil, antara lain adalah sebagai berikut :

1) Proses transaksi penjualan dilakukan secara langsung;

2) Tempat berjualan biasanya berupa toko kecil, kios-

kios, los dan dasaran terbuka; 3) Pengelolaan tempat umumnya ditangani oleh Dinas

Pasar yang merupakan bagian dari sistem birokrasi.

4) Sistem penngelolaannya biasanya terdesentralisasi, di-mana setiap pedagang mengatur sistem bisnisnya ma-

sing-masing;

5) Barang yang dijual adalah kebutuhan sehari-hari se-

perti bahan-bahan makanan berupa ikan, daging, bu-ah, sayur-sayuran, telur, kain, pakaian, barang elekt-

ronik, barang kelontongan, barang pecah belah dan

lain sebaginya; 6) Lokasinya terletak dekat kawasan perumahan/pemu-

kiman penduduk sehingga memudahkan pembeli/pe-

langgan untuk datang/berbelanja;

7) Masih terjadi proses tawar menawar harga. 8) Adanya kedekatan personal dan emosional antara

penjual dan pembeli/pelanggan.

Dalam prakteknya, terdapat dua jenis usaha eceran/ritel tradisional atau ritel berskala kecil, yaitu :

1) Usaha eceran/ritel berpangkalan

Usaha eceran/ritel berpangkalan adalah usaha ecer-

an/ritel yang memiliki lokasi tetap, seperti toko, wa-rung atau kios.Termasuk juga usaha eceran/ritel yang

berpangkalan adalah pedagang kaki lima yang berjual-

an di berbagai lokasi pasar setiap hari pasar.

9

Page 9: usaha eceran ritel

Walaupun tidak mempunyai tempat yang khusus/ter-

tentu, namun setiap kali berjualan di suatu areal pa-sar, pedagang kaki lima tidak berpindah-pindah, tetap

berada di situ, dari mulai buka hingga tutup.

2) Usaha eceran/ritel tidak berpangkalan

Usaha eceran/ritel tidak berpangkalan adalah usaha

eceran/ritel yang dalam menjalankan usahanya dila-

kukan secara berpindah-pindah (tidak memiliki lokasi berjualan tetap/khusus). Alat yang digunakan dalam

berjualan bisa berupa mobil, kendaraan bermotor, se-

peda, gerobak dorong, alat pikul dan sebagainya.

Contoh usaha eceran/ritel tidak berpangkalan, antara lain : penjual bubur, bakso, buah-buahan, sayur-sayur-

an, jamu gendong dan sebagainya.

b. Usaha eceran/ritel yang dikelola secara modern

Pada usaha eceran/ritel modern menawarkan tempat

yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistem

manajemennya dikelola dengan baik, teratur dan mo-dern, menawarkan kenyamanan berbelanja, harga jual

sudah ditentukan (fixed price) sehingga tidak ada proses

tawar menawar dan adanya sistem swalayan/pelayanan mandiri, serta pemajangan produk pada rak terbuka se-

hingga pembeli/pelanggan bisa melihat, memilih, bah-

kan mencoba produk terlebih dahulu sebelum memutus-

kan untuk membeli. Usaha eceran/ritel yang dikelola se-cara modern ini dapat kita lihat pada minimarket, super-

market, hypermarket dan pada berbagai jenis pasar-pasar

modern lainnya. Ciri-ciri usaha eceran/ritel yang dikelo-la secara modern ini, antara lain adalah sebagai berikut :

10

1) Umumnya dikelola oleh para profesional dengan

pendekatan bisnis; 2) Tidak ada tawar menawar harga, karena label harga

3) sudah tercantum pada barang (barcode);

4) Pelayanan dilakukan secara mandiri (swalayan) atau

dilayani oleh pramuniaga (sales); 5) Sistem pengelolaan bersifat terpusat sehingga me-

mungkinkan pengelola induk dapat mengatur standar

pengelolaan bisnisnya; 6) Barang yang dijual berskala menengah dan besar serta

beragam jenis dan macamnya, ada juga yang hanya

menjual satu jenis barang;

7) Barang yang dijual memiliki variasi jenis yang bera-gam, selain barang lokal, juga menyediakan barang

impor;

8) Umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai pe-nyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan

yang baik kepada konsumen (umumnya kelas mene-

ngah ke atas);

9) Kurangnya kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli/pelanggan;

10) Kualitas barang yang dijual relatif lebih terjamin ka-

rena sudah melalui penyeleksian secara ketat;

2. Berdasarkan Tempat dan Jenis Barang

Pada umumnya kegiatan usaha eceran/ritel dilaku-

kan dalam satu tempat khusus/tersendiri, baik berupa toko, warung, kios dan sebagainya, yang disebut dengan in store

retailing, namun ada juga kegiatan usaha eceran/ritel yang

dilakukan tanpa menggunakan tempat khusus/tersendiri,

11

Page 10: usaha eceran ritel

namun hanya menggunakan sarana telekomunikasi dan

media informasi, seperti surat, telepon, media cetak, media elektronik, internet dan sebagainya, yang disebut dengan non store retailing.

a. In store retailing

Pada in store retailing, transaksi dilakukan di suatu tempat

khusus/tertentu seperti di toko, kios atau warung. In store

retailing terbagi lagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

1) Specialty merchandisers

Toko ritel jenis ini meliputi :

Single line stores, merupakan toko ritel yang mena-

warkan satu lini produk barang dagangan, dengan

cukup banyak pilihan yang disajikan. Contohnya

pada toko buku Gramedia, tersedia puluhan jenis buku yang membahas berbagai disiplin ilmu.

Limited line stores, merupakan toko ritel yang mena-

warkan satu lini pilihan barang dagangan yang le-

bih sempit dibandingkan dengan single line store. Toko roti Raja merupakan contoh dari limited line

stores pada kategori makanan.

Specialty shops, merupakan toko ritel yang menjual

barang-barang secara khusus dengan mengkonsen-trasikan diri pada beberapa jenis barang dagangan

tertentu. Misalnya toko Sirena yang hanya menjual

berbagai mainan dan asesoris anak-anak dan re-maja.

2) General merchandisers

Toko ritel jenis ini terdiri atas :

12

General stores, merupakan toko ritel yang menyedia-

kan berbagai produk barang yang lebih banyak dan memiliki berbagai pilihan yang lebih luas. General

stores merupakan toko yang menjual beragam ba-

rang kebutuhan pokok seperti beras, gula, tepung,

minyak, obat-obatan dan sebagainya. Bentuk general stores bisa berupa minimarket, midemarket, super-

market dan hypermarket.

Variety stores, merupakan toko ritel yang hanya me-

nyediakan satu kategori barang dagangan, namun dengan pilihan yang banyak. Misalnya pada kategori

makanan kaleng, tersedia lengkap mulai dari makan-

an daging kaleng, buah-buahan kaleng, sayur kaleng dan sebagainya.

Departement stores, merupakan toko yang besar dan

terbagi dalam beberapa bagian departemen dengan

menawarkan beragam produk. Barang-barang yang biasa dijual di departement store antara lain pakaian

dan perlengkapan rumah tangga, produk sandang

dan perlengkapannya, dan sebagainya. Contoh dari

jenis ritel ini adalah Matahari dan Ramayana depar-tement store.

b. Non store retailing

Penjualan ritel nontoko terbagi kedalam tiga kategori,

antara lain penjualan langsung, penjualan tidak lang-

sung, dan penjualan otomatis.

1) Penjualan langsung

Penjualan langsung adalah proses penjualan yang

dilakukan secara langsung antara penjual dengan

13

Page 11: usaha eceran ritel

pembeli/pelanggan, yang terdiri dari :

Penjualan satu-satu (one to one selling), dimana se-orang penjual mengunjungi dan mencoba menjual

produk ke satu pembeli. Contoh : Penjualan barang

dari rumah ke rumah (dor to dor), dari kantor ke

kantor dan sebagainya.

Penjualan satu ke banyak (one to many/party sel-

ling), dimana seorang penjual datang ke rumah se-

seorang yang mana di rumahnya telah terkumpul teman dan tetangganya yang sebelumnya memang

sudah diundang oleh si pemilik rumah. Penjual

kemudian menginformasikan dan menawarkan ser-

ta mendemonstrasikan produk yang dibawa dan siap menerima pembelian/pemesanan barang. Ke-

giatan ini bisa juga dilakukan, dimana pihak penju-

al mengundang sekian banyak orang untuk datang ke suatu tempat yang sudah ditentukan dan pada

hari dan jam yang sudah ditentukan pula. Ketika

yang di undang sudah datang, maka penjual menje-

laskan dan mendemonstrasikan barang yang dita-warkan serta siap menerima pembelian/pemesanan

barang. Contoh : Kegiatan promo dan demo

produk/barang.

Penjualan bertingkat (jaringan/Multi Level Mar-

keting/MLM). Pada kegiatan penjualan ini, peru-

sahaan merekrut para usahawan independen (seca-

ra individu) yang bertindak sebagai distributor un-tuk produk mereka, yang kemudian akan merek-rut

dan menjual produk tersebut ke subdistributor lain-

nya. Contoh MLM adalah Tianshi, K-Ling dsb.

14

2) Penjualan tidak langsung

Penjualan tidak langsung pada awalnya hanya meng-gunakan surat dan catalog, namun seiring dengan

perkembangan ilmu dan teknologi, penjualan tidak

langsung menggunakan media telepon, TV, surat elek-

rtonik, e-mail, internet dan sebagainya.

3) Penjualan otomatis

Penjualan otomatis biasanya dilakukan dengan meng-

gunakan mesin penjual otomatis (vending machine). Mesin penjual tersebut menjual produk secara otoma-

tis. Mesin ini biasanya di tempatkan di lokasi-lokasi

srategis atau di tempat-tempat ramai seperti bank, pa-sar, swalayan, hotel, bioskop, kantor, halte bus, ter-

minal/stasion dan sebagainya. Produk yang di tawar-

kan seperti minuman botol/ kaleng, makanan ringan

dan sebagainya dengan harga yang di tawarkan bia-sanya lebih mahal jika diban-dingkan dengan harga

biasa/pasar.

3. Berdasarkan Kepemilikan dan Areal/Lokasi Usaha

Berdasarkan kepemilikan dan areal/lokasi usaha,

bisnis ritel dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Independent Retailer

Yaitu usaha eceran/ritel dengan toko yang berdiri sen-

diri atau dimiliki sendiri secara individu. Status kepemi-likan usaha eceran/ritel ini bisa berupa :

Toko dan barang dagangannya dimiliki sendiri;

Hanya barang dagangannya milik sendiri, sedangkan

tokonya menyewa / mengontrak atau milik

15

Page 12: usaha eceran ritel

pemerintah, milik sebuah lembaga bisnis dan seba-

gainya, namun penyedia toko ini hanya menyedia-kan tempatnya saja, tidak mencampuri usaha yang

sedang dijalankan. Dengan kata lain, usaha eceran/

ritel yang dijalankannya tidak terkait secara organi-

sasi atau ke-lembagaan dengan orang lain, dalam arti usaha eceran/ritel yang ia jalankan benar-benar

usaha sendiri.

Pedagang independent retailer ini pada umumnya tidak memiliki atau tidak mempergunakan tenaga ahli dalam

hal misalnya, window display (teknik pemajangan ba-

rang), pembukuan (accounting), periklanan, reklame

dan sebagainya. Sebagian besar aktivitas yang dilaku-kan sehari-hari dalam kegiatan usahanya, dikerjakan-

nya sendiri dan jika agak susah/kewalahan, maka ia

mencari beberapa orang pembantu untuk bekerja di to-konya, dengan kualifikasi pendidikan dan keterampilan

yang cenderung tidak ditentukan/tidak menjadi per-

syaratan mutlak. Contoh Indenpendet Retailer bisa be-

rupa toko, warung atau kios yang biasanya berlokasi di pasar regional, pasar inpres, pasar tradisional, jajaran

rumah toko (ruko), minimarket, pedagang eceran/ritel

yang berjualan di mall, swalayan, waserda yang dike-lola koperasi, dan sebagainya.

Berdasarkan area/lokasi di mana usaha eceran/ritel itu

berada, maka independent retailer ini dibagi lagi men-

jadi :

1) Rural Stores, yaitu indenpendet retailer yang berlo-

kasi di stasion atau terminal kecil di kota-kota kecil

atau di desa-desa, yang letak antara toko yang satu

dengan toko lainnya saling berdekatan dalam

16

sebuah areal tertentu. Contoh : toko/warung/kedai/

kios yang ada di stasion kereta api, terminal angkut/ bus yang ada di desa, kecamatan maupun kabupaten/

kota.

2) Trading Center Store, yaitu indenpendent retailer yang

berlokasi di kota-kota kecil dalam bentuk toko, mini

market yang letak antara toko yang satu dengan toko lainnya relatif berjauhan (tidak merupakan satu areal).

Contoh : Minimarket Karmina di Murung Pudak,

Minimarket Barunak di Tanjung dan toko/minimar-

ket yang ada di daerah-daerah lainnya. Pada Trading Center Store, penyediaan barang dan fasilitas lainnya

yang disediakan memang lebih lengkap dibandingkan

dengan Rural Store.

3) Shopping Center Store, yaitu indenpendent retailer yang

berlokasi di tempat-tempat tertentu, tergantung kondi-si daerah yang ditempatinya, bisa terletak di tengah-

tengah kota, di pinggiran kota, di dekat pasar, di dekat

perkantoran, di lokasi pendidikan dan sebagainya. Shopping Center Store merupakan pusat perbelanjaan

dalam bentuk mall, swalayan dan sebagainya yang

dimiliki secara individu atau lembaga/organisasi ter-

tentu. Penyediaan barang pada shopping center store ini bisa berupa general store (menjual berbagai macam

barang) maupun special store (menjual satu jenis ba-

rang). Contoh : pedagang eceran/ritel yang ada di Duta Mall Banjarmasin, pedagang grosir yang juga

melayani eceran yang berjualan di mall Tanah Abang

Jakarta, di pasar Baru Bandung dan sebagainya.

17

Page 13: usaha eceran ritel

4) Neighborhood Stores, yaitu indenpendent retailer yang

berlokasi di daerah perdagangan di ibukota kecamat-an, kabupaten/kota maupun propinsi. Contoh :

toko, warung yang ada di pasar (pusat perbelanjaan).

b. Franchising Retailer

Yaitu usaha eceran/ritel yang menggunakan sistem pe-

masaran atau distribusi barang, dimana sebuah perusa-haan induk (franchisor) memberikan kepada individu

atau perusahaan lain yang berskala kecil atau menengah

(franchisee) dengan hak-hak istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha tertentu melalui cara yang sudah di-

tentukan, selama waktu tertentu dan di suatu tempat ter-

tentu pula. Pihak franchisor biasanya menyediakan beru-

pa peralatan, produk atau jasa yang dijual dan pelayanan manajerial. Sebagai imbalannya, franchisee harus mem-

bayar uang pangkal (initial franchise fee) dan royalti atas

penjualan kotor, membayar management fee, membayar

biaya sewa peralatan serta memasarkan produk atau jasa dengan cara-cara yang sudah di atur dan ditentukan.

Salah satu keuntungan dari mengikuti bisnis franchising

retailer ini adalah tetap indenpenden meskipun tidak se-penuhnya dan tetap memperoleh hak dalam penggunaan

nama merek perusahaan yang bersangkutan. Franchising

retailer merupakan bentuk usaha retailer yang kita kenal dengan waralaba. Usaha waralaba di Indonesia tidak ha-

nya jenis usaha makanan saja, tetapi juga pendidikan,

agen perjalanan, kesehatan dan jasa lainnya. Usaha wa-

ralaba dikelompokkan sebagai berikut.

18

1) Menurut produk yang ditawarkan

a) Waralaba produk, yaitu usaha waralaba dengan

produk yang ditawarkan berupa barang seperti

makanan dan minuman. Contoh : Bakmi Raos,

Mc Donald dan sebagainya.

b) Waralaba jasa, merupakan usaha waralaba di ma-

na produk yang di tawarkan berupa layanan ja-

sa, seperti pendidikan (bimbingan belajar Prima-gama dan sebagainya.

c) Waralaba gabungan, yaitu usaha waralaba dengan

produk yang ditawarkan berupa barang dan jasa.

2) Menurut asalnya

a) Waralaba luar negeri

Jenis waralaba ini cenderung lebih disukai kare-

na sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima di berbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.

Contoh : Carrefour, KFC dan sebagainya.

b) Waralaba dalam negeri

Jenis waralaba ini juga menjadi salah satu pilih-an investasi bagi orang-orang yang ingin cepat

menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki penge-

ahuan cukup mengenai piranti awal dan kelan-jutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik wa-

ralaba. Contoh : usaha waralaba yang berasal

dari dalam negeri antara lain seperti Tela Krezz,

Ayam Goreng Dobbi, dan restoran cepat saji Toni Jacks.

19

Page 14: usaha eceran ritel

B. Diferensiasi Usaha Eceran/Ritel

Diferensiasi (diferensial) menurut kamus besar Baha-sa Indonesia dimaknai sebagai sesuatu yang mengandung

atau menghasilkan perbedaan. Dengan demikian, deferensiasi

merupakan tindakan untuk merancang, memprogram se-rangkaian kegiatan untuk menghasilkan suatu perbedaan

dengan merubah atau menambah beberapa unsur/kompo-

nen fisik maupun nonfisik agar lebih terlihat/nampak per-

bedaan dirinya dengan para pesaing melalui cara-cara yang wajar, rasional dan bisa dipertanggungjawabkan.

Melakukan diferensiasi usaha eceran/ritel berarti me-

lakukan upaya-upaya perubahan ke arah perbaikan agar

tampil beda, dengan harapan dapat bersaing secara sehat

dan dapat mempertahankan pembeli/pelanggan yang su-dah ada serta dapat merekrut pembeli/pelanggan baru.

1. Bahan Pertimbangan Diferensiasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan/dipertimbang-

kan dalam melakukan diferensiasi usaha eceran/ritel, anta-ra lain :

a. Lokasi Tempat Usaha

Lokasi toko ritel yang meliputi : lingkup daerah usaha,

pengelompokkan sosial ekonomis pembeli/pelanggan,

jalan penghubung, arus lalu lintas, dan sebagainya.

b. Desain Ruangan

Faktor desain ruangan seperti desain pintu masuk, ter-masuk juga interior ruangan toko seperti penerangan,

20

ketinggian langit-langit toko, serta pengaturan penem-

patan produk yang dijual.

c. Bauran Barang Dagangan

Suatu toko harus menunjukkan produk yang konsisten

dengan kebutuhan para pelanggan/pembeli, antara lain

variasi barang yang tersedia, dengan berbagai pilihan

merek, kualitas, ukuran/spesifikasi, harga dan sebagai-nya.

d. Kebijakan Pelayanan

Tingkat keterlibatan staf dalam penjualan tentu berbeda

bagi setiap toko, namun hal penting yang perlu diperha-

tikan adalah menyesuaikan struktur personalia dengan jenis pelayanan yang ingin di berikan kepada pelanggan. a. Staf, yaitu jumlah personil yang dibutuhkan untuk me-

laksanakan sebuah operasional usaha; b. Gaya, yaitu bagaimana kemampuan seorang manajer

dan sales/penjual melayani pembeli/pelanggan; c. Keterampilan, yaitu sejauhmana kemampuan penge-

tahuan dan skill yang dimiliki sekaligus diperlukan personil/staf dalam mengoperasikan perdagangan ri-

tel. Tentu saja dalam hal ini keterampilan bagian pem-

belian/pengadaan barang dagangan dan bagian penju-

alan dalam memberikan pelayanan prima sangat pen-ting dalam rangka memenuhi kebutuhan para pembe-

li/pelanggan serta memenuhi tuntutan mode yang

sedang tren dan berlaku di masyarakat. Mereka harus mampu mengenali kecenderungan yang sedang terjadi

dan berlaku dalam masyarakat serta bisa mengatasi

permintaan yang terjadi secara mendadak. Selain itu,

ia juga mampu membaca kondisi pasar, sehingga

21

Page 15: usaha eceran ritel

dapat menurunkan tingkat persediaan barang dagangan

pada saat permintaan pasar mulai menurun.

2. Bagian yang perlu di Diferensiasi

a. Diferensiasi Personalia

Pedagang eceran/ritel bisa memperoleh keunggulan ber-

saing yang kuat dengan mempekerjakan dan melatih kar-yawan yang lebih baik dari pada para pesaing.

b. Diferensiasi Saluran

Pedagang eceran/ritel dapat memperoleh keunggulan

bersaing melalui perancangan saluran distribusi, teruta-

ma yang menyangkut jangkauan, keahlian,dan kinerja saluran-saluran tersebut. Dengan lancarnya saluran dis-

tribusi tentu akan menjamin bagi ketersediaan barang

dagangan.

c. Diferensiasi Citra

Citra merupakan persepsi masyarakat terhadap perusaha-

an atau produknya. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor

yang terkadang di luar control perusahaan, sebab para

pembeli/pelanggan mungkin memiliki tanggapan yang berbeda terhadap citra toko dan berbagai merek barang

dagangan yang dijual. Oleh karena itu, menjaga nama

baik/citra perusahaan di mata pembeli/pelanggan ada-lah sangat penting.

d. Diferensiasi Aktivitas

Melakukan identifikasi dan analisis aktivitas usaha ritel

secara berkala perlu dilakukan dalam rangka upaya dife-rensiasi yang lebih baik di masa-masa yang akan datang.

22

Bab III bagaimana MEMBUKA

DAN MEMULAI bisnis ritel

A. Sumber Informasi dan Cara Melihat Peluang

Tak ada seorangpun yang tidak membutuhkan infor-

masi, apapun jenis dan pekerjaan orang itu. Pelajar, maha-

siswa, guru, dokter, birokrat, seniman, wartawan, pengusa-ha, penulis, ahli hukum, petani, nelayan dan sebagainya,

semuanya memerlukan informasi. Informasi memang ka-

dang-kadang bisa datang sendiri (diperoleh dengan mudah),

karena berbagai media informasi telah banyak dan beragam jenisnya dan ada di sekitar kita, namun informasi juga perlu

kita cari, kita harus proaktif mencarinya. Terlebih-lebih jika

kita ingin mendirikan sebuah usaha, kendati hanya usaha kecil-kecilan, informasi bisnis perlu kita cari, kita analisa

yang pada gilirannya informasi yang kita peroleh tersebut

menjadi sebuah peluang usaha. Sumber informasi itu se-

benarnya ada di mana-mana, baik informasi lisan langsung, rekamam maupun informasi tulisan. Informasi dapat kita

peroleh di pasar, di kerumunan orang, di kedai, warung, di

sekolah, di tempat kerja,di tempat diskusi, seminar, loka karya, di pengajian, poster, papan penguman, majalah, su-

rat kabar, radio dan televisi. Ketika kita jalan-jalan, melihat

sesuatu, mendengar sesuatu merasakan sesuatu, semuanya

dapat kita jadikan informasi dan sumber informasi. Tinggal

kita saja lagi, apakah mampu memilih dan memilah, mana

informasi yang sekiranya dapat kita manfaatkan untuk dija-

dikan peluang di dalam memilih produk barang atau jasa

23

Page 16: usaha eceran ritel

bagi usaha eceran/ritel kita nanti.

Keberhasilan dunia usaha dan bisnis dewasa ini

sangat tergantung pada kejelian melihat peluang melalui

berbagai sumber informasi serta memanfaatkan peluang itu sebelum orang lain melihat dan memanfaatkannya. Sebagai

calon usahawan kecil, kita harus mampu berpacu dalam

menyerap informasi serta memperluas cakrawala berpikir dan wawasannya. Dalam menggali berbagai informasi un-

tuk mencari peluang usaha, kepada kita disarankan :

Sering-seringlah pergi ke pasar untuk melihat dan meng-

amati berbagai prilaku penjual dan pembeli. Jenis pro-duk/jasa apa kira-kira yang paling diminati dan dibutuh-

kan pembeli dan bagaimana persediaannya di pasar;

Sering-seringlah berkonsultasi/dialog dengan para peda-

gang mengenai aktivitas jual beli yang dijalankannya;

Datanglah ke tempat usaha yang ada di sekitar kita, la-

kukan pengamatan dan jalinlah persahabatan dengan

pimpinan dan para karyawannya;

Jika perlu, ikutlah magang di tempat usaha untuk men-dapatkan pengalaman kerja;

Manfaatkan berbagai media seperti koran, majalah,

radio, televisi dsb. sebagai sumber informasi dan ikuti

acara-acara yang berkaitan dengan dunia usaha;

Jika ke lima hal di atas dapat kita lakukan dan kita manfaatkan seoptimal mungkin, kita tentu akan banyak

memperoleh informasi dan dari berbagai informasi tersebut

insyaAllah kita akan mampu menentukan peluang usaha yang dapat kita garap.

24

Bagaimana sebuah informasi dapat kita jadikan se-

bagai peluang usaha, dapat kita lihat cermati tabel berikut ini :

Informasi Peluang Usaha

- Ada penambahan loka- si pasar

- Membuka toko untuk berjualan

- Membuka usaha

ransportasi (taxi/angkot/ angdes)

- Pembangunan tempat

penginapan/losmen/

mess/ hotel baru

- Membuka toko/kios/

warung di sekitar lokasi

- Membuka usaha jasa transportasi (taxi/angkot)

- Didirikan pabrik tahu

- Membuka usaha pertanian

kedelai

- Membuka usaha pemasar- an/penjualan tahu;

Peluang bisnis memang ada di mana-mana. Dengan mengamati dinamika kehidupan masyarakat, di sana ada

peluang. Dengan memperhatikan potensi alam dan potensi

daerah yang ada, juga merupakan peluang. Dengan adanya pergantian musim dan pergeseran tata nilai, pun merupa-

kan peluang. Pendeknya peluang untuk berusaha terbuka

luas buat kita. Tinggal kita saja lagi yang menentukan pe-

luang usaha seperti apa yang kita inginkan dan sekiranya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki, baik kemam-

puan mental maupun kemampuan pisik, termasuk permo-

dalan. Jika kita telah berhasil memilih jenis usaha/produk yang akan kita jual nanti, maka hendaknya kita tanamkan

ke dalam diri kita masing-masing :

25

Page 17: usaha eceran ritel

Sifat optimis akan kemampuan diri untuk melaksana-

kannya;

Berusaha menyukai jenis usaha/produk yang akan dijual

tersebut dan punya kemauan yang keras untuk mewujud-

kannya;

Perjuangan yang tidak mengenal lelah dan putus asa;

Kesediaan menghadapi berbagai kemungkinan risiko;

Berpikir positif dan menjauhkan pikiran-pikiran yang

negatif;

Dapat menerima saran-saran orang lain demi kemajuan usaha;

Tidak lekas puas terhadap hasil yang telah diperoleh;

Punya keinginan untuk maju dan berkembang serta opti-

mis terhadap masa depan;

Seseorang yang akan menggarap suatu produk/jasa

(membuka usaha eceran/ritel), seyogyanya mempunyai tiga

ktrampilan (skill), yaitu :

1. Ketrampilan memimpin, yaitu kemampuan seseorang di-

dalam memanej (mengelola) usaha, mengorganisir fak-

tor-faktor atau sumber daya yang ada dan siap diguna-

kan, memanfaatkan berbagai peluang bisnis dan kreatif dalam mencari teknik baru dalam berusaha/berpro-

duktif;

2. Ketrampilan teknik, yaitu keahlian yang dimiliki seseorang

terhadap bidang usaha yang dijalankannya. Jadi, kalau jenis usaha yang akan ia garap dibidang penjualan ecer-

an/ritel, maka ia harus benar-benar memahami bagai-

mana mengelola usaha tersebut dengan baik.

3. Ketrampilan mengelola (organisir), yaitu kemampuan

26

seseorang dalam mengatur kegiatan usaha, mengatur/

mengelola para karyawan, mengelola segala peralatan kerja dsb.

B. Teknik Pemilihan Produk/Jasa

Untuk menentukan produk/jasa apa yang akan kita

garap/jual, kita dapat menggunakan suatu teknik analisis yang disebut Analisis SWOT.

Analisis SWOT adalah sebuah analisis untuk meng-

amati suatu keadaan dan masalah tertentu dengan melihat sisi kekuatannya (strength), kelemahannya (weakness), peluang-

nya (opportunity) dan segi ancamannya (threath). Dari analisis

ini, segala kekuatan kita manfaatkan, kelemahan kita atasi

atau minimal kita perkecil, ancaman kita antisipasi/tang-gulangi, dan peluang kita munculkan untuk dijadikan keku-

atan baru.

Penerapan Analisis SWOT untuk menentukan jenis

Usaha dagang/produk yang akan kita garap, dapat kita

kemukakan contoh berikut ini.

Kita tahu bahwa kondisi alam daerah kita Tabalong

cukup luas dan potensial. Tidak sedikit potensi alam yang

dapat kita garap dan dijadikan lahan bisnis/usaha.

Daerah kita disamping dikenal sebagai daerah tam-

bang minyak dan batubara, sejak dulu kita juga dikenal se-

bagai daerah penghasil buah-buahan seperti duku (langsat) dan cempedak (tiwadak). Sehingga bila orang mendengar “langsat Tanjung”, “tiwadak Tanjung” maka terbanyang dibe-

naknya, bahwa langsat atau tiwadak tersebut enak dan

27

Page 18: usaha eceran ritel

manis. Nah, mari kita analisis keberadaan duku dan cem-

pedak ini dengan pendekatan Analisis SWOT.

1. Kekuatannya (Strength)

Pohon duku dan cempedak banyak tumbuh di daerah

Tabalong;

Rasanya manis dan disukai banyak orang;

Jika musim tiba jumlahnya sangat banyak dan har-

ganya relatif murah;

Banyak orang-orang, baik daerah setempat maupun dari daerah lain datang untuk membelinya;

Buah duku dan cempedak tersebut sering di kirim dan

dijual ke daerah lain, sehingga keberadaanya semakin

terkenal.

2. Kelemahannya (Weakness)

Sebagian besar pohon duku dan cempedak berada di hutan-hutan dan ditanam tidak beraturan serta tidak

dipelihara sebaik mungkin;

Pemilik pohon duku dan cempedak sebagian besar masih bersifat perorangan;

Pohon duku dan cempedak bagi pemiliknya, masih

dianggap sebagai tanaman sampingan, tidak dimanfa-

atkan menjadi sebuah usaha;

Penjualan buah duku dan cempedak masih bersifat

tradisional secara turun temurun;

3. Peluangnya (Opportunity)

Memungkinkan untuk peningkatan budidaya perke-

bunan duku dan cempedak, dengan membuka lahan

perkebunan;

Memungkinkan buah duku dan cempedak dijadikan

28

sebagai komuditi penambah penghasilan;

Memungkinkan melakukan perdagangan duku dan cempedak lebih besar dan profesional;

Menungkinkan mendirikan usaha pengolahan/pro-

duksi seperti pengalengan buah duku dan cempedak,

pembuatan selai buah duku dan cempedak, pembuat-an sirup buah duku, dan sebagainya;

c. Ancamannya (Threath)

Jika tidak dikelola dengan baik, buah duku dan cem-

pedak terancam kepunahan;

Akibat perluasan kota/pemukiman penduduk, dan kurangnya pemeliharaan, tanaman duku dan cempe-

dak mengalami penurunan kuantitas dan kualitas;

Munculnya daerah-daerah lain penghasil duku dan

cempedak;

Dari contoh analisis di atas, apa yang dapat kita jadi-

kan peluang untuk memilih jenis usaha dagang/produk

bagi usaha eceran/ritel kita. Ada beberapa alternatif pilihan

yang dapat kita lakukan, antara lain :

Pada musim duku dan cempedak, kita bisa ikut jualan

duku dan cempedak;

Buah cempedak dapat kita jadikan kue seperti gaguduh

tiwadak (cempedak goreng), buat menambah kue yang

ada di warung kita, atau kita bikin di rumah, lalu kita ju-

al ke warung/kedai minuman/makanan;

Buah cempedak dapat kita olah menjadi selai cempedak dan jenis makanan lainnya;

Buah duku dapat kita olah menjadi minuman berupa si-

rup buah duku;

29

Page 19: usaha eceran ritel

Kulit cempedak dapat kita jadikan mandai tiwadak;

Mandai tiwadak juga dapat kita jadikan kerupuk dengan

nama kerupuk mandai tiwadak.

C. Pemilihan Bentuk Usaha

Dalam proses ini, setelah memperoleh berbagai in-

formasi dan menganalisanya sehingga terbukalah peluang

usaha, yang kemudian memanfaatkan peluang itu dengan memilih suatu produk/jasa untuk dijadikan bidang garapan

usaha eceran/ritel.

Proses selanjutnya adalah bagaimana memilih ben-tuk usaha eceran/ritel, apakah dikelola secara tradisional

yaitu usaha eceran/ritel yang dikelola masyarakat banyak secara perorangan, tidak terorganisir secara modern, con-

tohnya seperti usaha pedagang asongan, pedagang kaki

lima, penjual sayur, ikan, pedagang di kios/toko kecil, dan

sebagainya. Atau usaha eceran/ritel yang dibuka nanti di-kelola secara modern, baik dalam bentuk minimarket, super-

market, departemen store dan sebagainya. Usaha eceran/ri-

tel nanti apakah dikelola sendiri, atau bekerja sama dengan pengusaha lain (menjalin kemitraan) dalam bentuk/pola

waralaba.

Di dalam memilih bentuk usaha eceran/ritel seperti

yang dijelaskan di atas, ada beberapa bahan pertimbangan

yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Permodalan yang dimiliki dan pengembangannya;

2. Risiko usaha yang mungkin terjadi;

3. Strategis tidaknya usaha yang dijalankan;

30

4. Prakiraan prospek masa depan usahanya;

5. Peralatan usaha, teknis, dan tenaga kerja yang tersedia; 6. Ketersediaan barang dagangan;

7. Birokrasi pengurusan pendiriannya dan besarnya pajak;

8. Keahlian/ketrampilan teknis yang dimiliki;

9. Kemungkinan keuntungan yang diperoleh; 10. Persaingan yang muncul di pasaran;

11. Kemungkinan pemasaran hasil produk;

D. Menyusun Rencana Usaha

Perencanaan usaha adalah keseluruhan proses ten-

tang hal-hal yang akan dikerjakan sehubungan dengan usa-

ha yang akan dibuka untuk mencapai tujuan.

Dengan perencanaan usaha diharapkan :

1. Ada kepastian tentang : a. Usaha apa yang akan dikerjakan;

b. Kapan usaha itu dilaksanakan;

c. Bagaimana cara melaksanakan usaha tersebut;

d. Siapa saja yang terlibat dalam usaha tersebut; e. Di mana lokasi usaha dilakukan;

2. Dapat menjadi pedoman kegiatan usaha;

3. Menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan pimpinan/ pengelola usaha;

Menyusun rencana membuka usaha eceran/ritel, di-perlukan langkah-langkah yang tepat dan sistematis dengan

berpedoman pada konsep 5 W 1 H yang merupakan kata

tanya dalam bahasa Inggris, yang selanjutkan diterapkan ke dalam rencana membuka usaha eceran/ritel.

31

Page 20: usaha eceran ritel

Penerapan 5 W 1 H ini dapat kita jelaskan sbb :

1. WHAT ? (APA?)

Pertanyaan inilah yang mula-mula muncul dalam pikir-

an kita manakala kita ingin berencana. What? (Apa?), maksudnya rencana apa yang ingin kita lakukan?. Kalau

berhubungan dengan usaha eceran/ritel, pertanyaannya

adalah :

- Bentuk usaha eceran/ritel apa yang ingin kita kelola. Apakah kita kelola secara sederhana saja/tradisional,

atau kita ingin mengelolanya secara modern. Hal ini

tentu perlu pertimbangan-pertimbangan yang matang. - Barang/jasa apa yang akan kita perdagangkan.

- Apa nama usaha eceran/ritel yang kita buka.

- Apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari usaha kita

nanti.

2. WHERE ? (DI MANA ?)

Setelah pertanyaan what? (apa?), sudah terjawab, dalam artian kita sudah dapat menentukan bentuk usaha yang

dipilih, bidang usaha (barang/jasa) yang akan diperda-

gangkan, nama usaha yang kita tentukan, maksud, sasar-

an serta tujuan usaha yang ingin kita capai, maka perta-nyaan ke dua biasanya muncul adalah di mana lokasi

usaha tersebut kita dirikan/lakukan. Pertanyaan ini me-

nunjukkan tempat/lokasi/areal di mana usaha eceran/ ritel tersebut kita lakukan. Apakah di desa A, desa B,

kota C, kota D, di daerah pantai/pesisir, di lokasi wisata,

di dekat terminal, stasion, lapangan terbang, pelabuhan

dan sebagainya.

32

3. WHEN ? (PABILA/KAPAN ?)

Setelah kita menentukan bentuk usaha dan jenis/macam barang/jasa yang dijual, nama usaha, sasaran dan tujuan

yang akan dicapai dari usaha yang kita kerjakan, juga

penentuan lokasi/tempat beroperasinya usaha kita nanti, maka pertanyaan berikutnya adalah :

- Kapan/pabila operasional usaha tersebut mulai diker-

jakan.

4. WHO ? (SIAPA ?)

Pertanyaan ini berhubungan dengan personalia/para pe-

laksana atau orang-orang yang terlibat di dalam usaha yang akan kita garap. Pertanyaannya :

- Berapa jumlah personil yang kita butuhkan dalam ke-

giatan usaha kita nanti;

- Dari mana dan bagaimana penjaringan (merekrut) per- sonil-personil tersebut. Apakah kita pasang iklan di me-

dia masa, kita sebarkan selebaran, pengumuman dan

kita tempel di tempat-tempat strategis, atau kita cari sendiri (mungkin kita ajak beberapa orang keluarga, be-

berapa orang teman/sahabat) dan sebagainya;

- Siapa-siapa orangnya yang menurut kita cocok dan

pantas serta dapat diajak kerja sama dalam menjalan-kan usaha kita nanti;

- Ketrampilan apa yang kita perlukan dari personil-per-

sonil tersebut. Misalnya kita membutuhkan tenaga penjual/sales. Kita memerlukan personil yang terampil

dalam kegiatan pembukuan/akuntansi, dan sebagainya; 5. WHY ? (MENGAPA ?)

Pertanyaan ini berhubungan dengan analisa usaha. Bisa

33

Page 21: usaha eceran ritel

juga merupakan pertanyaan koreksi dari empat perta-

nyaan sebelumnya. Pertanyaan yang berhubungan de-ngan why (mengapa) ini, misalnya seperti :

- Mengapa usaha yang akan dikerjakan tersebut dikelola

secara tradisional?

- Mengapa barang yang dijual bahan makanan?, apa ala-sannya, apa sudah cocok?, bagaimana prospek masa

depan usaha ini? dan seterusnya;

- Mengapa lokasi usaha di daerah pasar/pusat perbelan-jaan? Mengapa hanya satu tempat?;

- Mengapa operasional usaha ini baru bisa dimulai ta-

hun depan? Kenapa tidak segera saja dimulai?;

6. HOW ? (BAGAIMANA ?)

Pertanyaan ini menunjukkan cara, metode, teknik, dan

prosedur kerja yang akan dikerjakan. Yaitu, bagaimana cara, teknik dan prosedur kerja yang sebaik-baiknya da-

lam melaksanakan usaha nanti. Pertanyaannya :

- Usaha yang akan kita kerjakan apakah menggunakan teknik tradisional, modern, atau campuran (semi mo-

dern);

Dari enam pertanyaan yang terhimpun dalam rumus 5 W 1 H tersebut dapat kita terapkan ke dalam Rencana Membuka Usaha Eceran/Ritel.

Di dalam menyusun rencana membuka usaha ecer-

an/ritel, hendaknya diperhatikan beberapa hal sebagai beri-

kut :

• Jenis/bentuk usaha yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tersedianya sumber-sumber bahan/barang yang

cukup, tenaga kerja yang mudah di dapat, pemasaran

34

yang baik serta prospek masa depannya (kelangsungan

usaha); • Sebelum usaha dijalankan, hendaknya secara tegas kita

sudah menentukan sasaran/target yang akan dicapai dari

usaha kita tersebut dalam jangka waktu tertentu, baik

secara kuantitas maupun secara kualitas; • Rencana usaha yang kita susun, hendaknya sudah ter-

program secara sistematis (punya tahapan-tahapan ope-

rasional), dari tahap awal hingga tahap penyelesaian; • Rencana usaha yang akan digarap hendaknya disesuai-

kan dengan pendanaan yang ada. Jangan sekali-kali

memaksakan diri dengan berbuat spekulasi.

E. Beberapa Pertimbangan Yang Perlu Diperhatikan

Dalam Membuka dan Memulai Usaha

1. Pemilihan Produk/Jasa

Memilih sebuah produk atau jasa yang akan dijual

merupakan sesuatu hal yang perlu kita pertimbangkan dan

cermati secara mendalam, karena hal ini dapat menentukan sukses tidaknya usaha yang akan kita jalankan.

Menurut beberapa penelitian, hampir 80% barang atau jasa yang dikonsumsi pada saat ini, pasti berbeda dari

barang atau jasa yang dikonsumsi lima tahun yang lalu.

Dan lima tahun yang akan datang, 80% produk yang digu-nakan akan merupakan produk baru dan pasti berbeda pula

dari produk-produk yang digunakan sekarang.

Ada ribuan barang atau jasa yang tersedia buat para

pembeli/pelanggan yang tersebar di pasar saat ini. Seiring

35

Page 22: usaha eceran ritel

dengan itu, terdapat pula kesempatan yang tidak terbatas

buat kita untuk memasuki pasar, membaur di dalamnya ser-ta ikut bersaing secara efektif dengan pedagang-pedagang

lainnya dalam menawarkan barang dan jasa yang mungkin

serupa dengan yang mereka jual. Hal yang penting yang

harus kita lakukan sebelum memutuskan barang atau jasa apa yang akan kita jual di pasar adalah, berpikirlah terlebih

dahulu. Semakin banyak kita berpikir tentang sebuah barang

atau jasa sebelum kita menawarkannya ke pasar, maka ke-putusan yang akan kita ambil nanti cenderung akan sema-

kin baik.

Jadi, bagaimana memulai untuk menjalankan sebu-

ah usaha eceran/ritel, agar memperoleh kesuksesan, perta-

ma-tama kita harus mampu berkomitmen terhadap diri kita

sendiri dan terhadap kesuksesan barang atau jasa yang akan kita jual (sesuai dengan pilihan kita).

Pertama-tama, lakukan analisis terhadap diri sendiri, sebagai berikut :

a. Jenis produk seperti apakah yang kita sukai. Kita sangat menikmati bila menggunakannya serta memberikan

manfaat yang luar biasa buat kita;

b. Apakah rencana barang atau jasa yang akan kita jual tersebut merupakan barang atau jasa yang memang kita

sukai;

c. Apakah kita cukup bersemangat dengan menjual barang

atau jasa tersebut; d. Seandainya barang atau jasa yang akan kita jual tersebut,

juga dijual oleh orang lain, apakah kita juga mau mem-

beli dan menggunakan barang atau jasa tersebut;

36

e. Kepada siapa saja barang atau jasa yang akan dijual

tersebut kita tawarkan; f. Kira-kira dapat bertahan berapa lama kita berjualan ba-

rang atau jasa tersebut;

Kemudian, analisislah barang atau jasa yang akan

kita jual tersebut berdasarkan sudut pandang pembeli/pe-

langgan, sebagai berikut :

a. Manfaat apa yang akan diperoleh pembeli/pelanggan.

Apa yang dihindari oleh pembeli/pelanggan berkaitan dengan barang atau jasa tersebut. Atau apa yang harus

tetap dipertahankan terhadap barang atau jasa tersebut

agar pembeli/pelanggan tetap menyukainya;

b. Sejauhmana barang atau jasa tersebut dapat merubah sikap, gairah, percaya diri, penampilan dan gaya hidup

pembeli/pelanggan ke arah yang lebih baik. Atau bagai-

mana produk tersebut mempengaruhi pekerjaan pembe-li/pelanggan kita;

c. Jenis pembeli/pelanggan seperti apa yang menjadi sasar-

an produk kita;

d. Secara pribadi apakah kita suka terhadap orang-orang yang akan membeli produk kita nanti;

Gali lebih dalam lagi potensi barang atau jasa yang

akan kita jual dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan

kritis berikut ini :

a. Sebenarnya apa sih barang atau jasa yang akan kita jual. Apa memang betul begitu. Coba deskripsikan lagi pro-

duk tersebut secara lebih jelas dan rasional, lalu apa

manfaat yang akan diperoleh pembeli/pelanggan jika membeli dan menggunakan produk tersebut;

37

Page 23: usaha eceran ritel

b. Siapa-siapa pembeli/pelanggan ideal yang hampir dapat

dipastikan akan membeli produk yang kita jual; c. Berapa harga yang paling pantas kita bubuhkan pada

setiap produk yang kita jual;

d. Bagaimana produk tersebut dijual;

e. Bagaimana memberikan pelayanan terbaik kepada pem-beli/pelanggan;

f. Metode penjualan, atau proses promosi apa yang akan

kita gunakan dalam memasarkan produk kita; g. Bagaimana layanan purna jual, perbaikan, garansi dan

penggantian produk baru karena kekeliruan;

2. Penentuan Lokasi Usaha

Memilih lokasi usaha adalah faktor yang sangat pen-

ting dalam menentukan keberhasilan usaha eceran/ritel. Perlu diingat bahwa lokasi yang tepat dapat membuat usa-

ha eceran/ritel dapat bertahan sekian lama, namun lokasi

yang kurang tepat bisa membuat usaha eceran/ritel gulung

tikar/bangkrut, kendati usianya baru seumur jagung.

Analisis terhadap lokasi usaha merupakan proses yang hendaknya dilakukan secara terus menerus sepanjang

berlangsungnya kehidupan usaha. Beberapa faktor, seperti

perubahan kondisi masyarakat, perubahan kebiasaan pem-

beli/pelanggan dalam mengkonsumsi barang/jasa, keadaan jalan dan peningkatan alat transportasi, laju dan arah per-

tumbuhan masyarakat, dan sebagainya, dapat memberikan

dampak terhadap lokasi usaha kita selama ini. Oleh karena itu, di dalam menentukan lokasi usaha, yang menjadi per-

timbangan kita adalah, tidak saja berorientasi pada kondisi

38

yang ada sekarang, tetapi juga kita harus memperkirakan

atau mempertimbangkannya bagaimana untuk sekian tahun ke depan, bagaimana prospeknya.

Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan di

dalam menentukan lokasi usaha, antara lain :

a. Tingkat Perekonomian

Faktor utama yang perlu kita pertimbangkan di dalam

memilih lingkungan/lokasi usaha di mana kita akan

membuka usaha eceran/ritel adalah keadaan perekono-

mian masyarakat tersebut. Mengapa mereka tinggal di daerah itu? Bagimana standar ekonomi kehidupan mere-

ka? Adakah dan bagaimana kondisi bisnis-bisnis lain di

daerah tersebut?. Jumlah penghasilan masyarakat di sua-tu daerah akan menentukan tingkat permintaan akan

barang/jasa. Oleh karena itu, kita perlu mengumpulkan

informasi tentang penghasilan masyarakat di mana loka-

si usaha kita berada.

b. Kondisi Penduduk

Kita perlu mengidentifikasi kelompok-kelompok masya-

rakat yang akan menjadi pembeli/pelanggan kita. Bagai-

mana jumlah penduduk secara keseluruhan, berapa per-sen dari jumlah penduduk tersebut yang memungkinkan

dapat menjadi pembeli/pelanggan kita dan bagaimana

prospek masa depannya, apakah ada kemungkinan jum-

lah penduduknya bertambah? dan sebagainya.

c. Keberadaan Pesaing

Kita perlu mempelajari para pesaing bisnis kita dengan

mengumpulkan informasi tentang keunggulan dan

39

Page 24: usaha eceran ritel

kelemahan mereka. Kita perlu mengetahui berapa ba-

nyak saingan kita dan di mana saja lokasi mereka. Kita juga harus mengetahui berapa banyak usaha yang serupa

dengan bisnis kita, bagaimana keadaan mereka, masih

akseskah, atau mungkin sebagian mereka ada yang su-

dah tidak jualan lagi. Apa sih sebabnya sehingga mereka berhenti. Pokoknya semua yang berhubungan dengan

pesaing, kita pelajari semuanya. Tapi ingat, hal ini tentu

jangan sampai menelantarkan usaha yang sedang kita jalankan. Pesaing ya pesaing, tapi mengelola dengan ba-

ik usaha kita sendiri tetap saja porsinya nomor satu bagi

kita.

Satu hal yang nampaknya juga perlu sebuah pertim-

bangan berkaitan dengan lokasi usaha adalah tempat parkir dan akses ke jalan utama. Toko eceran/ritel yang berlokasi

di pusat-pusat perbelanjaan biasanya punya masalah parkir

yang cukup serius. Oleh karena itu, berbagai pertimbangan

berkenaan dengan tempat parkir kiranya perlu dipikirkan, sebab tidak sedikit gara-gara sempitnya tempat parkir, atau

kurang amannya tempat parkir, para pembeli/pelanggan

mengurungkan niatnya singgah dan berbelanja di toko kita.

Kemudian, jumlah orang yang lalu lalang di depan

toko kita juga perlu menjadi pertimbangan. Semakin ba-

nyak orang yang lalu lalang, ada kemungkinan diantara mereka ada yang berkenan singgah ke toko kita.

3. Penentuan Target Pasar

Meskipun dalam bisnis ritel biasanya menawarkan

40

berbagai produk kebutuhan pembeli/pelanggan secara kese-

luruhan, namun sebisa mungkin kita hendaknya tetap me-nentukan target pembeli/pelanggan yang ingin kita suguh-

kan atau kita jangkau. Misalnya saja kita lebih menekankan

harga murah dalam rangka menjangkau pembeli/pelanggan

menengah ke bawah, atau menyediakan produk dengan ku-alitas terbaik untuk menjangkau sasaran pasar menengah ke

atas. Penentuan target pasar ini tentu setelah kita pertim-

bangkan tentang kondisi lokasi tempat kita berusaha dan keadaan ekonomi penduduk yang ada di sekitarnya.

4. Pencantuman Brand/Logo Usaha ( Toko) Pada Setiap

Produk/Jasa

Pencantuman brand/logo usaha (toko) pada setiap

produk/jasa merupakan salah satu penanaman image yang

baik kepada para pembeli/pelanggan, sehingga hal ini men-

jadi salah satu cara jitu untuk memasarkan bisnis ritel.

Yang perlu diingat adalah bahwa brand/logo usaha

(toko) bukan hanya sekedar nama atau lambang semata, tapi sungguh pencantuman brand/logo usaha (toko) sangat

besar pengaruhnya terhadap daya tarik pembeli/pelanggan

untuk membeli produk/jasa yang kita tawarkan. Oleh kare-na itu maka cantumkanlah selalu brand/logo usaha (toko)

yang telah ditetapkan di setiap produk/jasa yang kita jual,

seperti mencantumkan brand/logo disetiap label harga pro-

duk, atau mencantumkan brand/logo pada interior ruang-an. Sehingga brand/logo tersebut menjadi pembeda bisnis

ritel kita dengan bisnis ritel para pesaing.

5. Penanaman Loyalitas Pembeli/Pelanggan

41

Page 25: usaha eceran ritel

Memiliki pembeli/pelanggan yang loyal, merupakan

strategi tepat untuk meningkatkan pemasaran. Bukan hanya itu saja, dengan adanya loyalitas pembeli/pelanggan juga

membantu bisnis ritel kita untuk menghadapi persaingan

pasar. Ciptakan program-program promosi yang dapat me-

ningkatkan loyalitas pembeli/pelanggan, contohnya dengan memberikan kartu diskon bagi para pembeli/pelanggan

yang berbelanja dengan jumlah tertentu, atau mengadakan

event promosi setiap akhir pekan, dan sebagainya.

6. Memberikan Pelayanan Prima

Jangan abaikan istilah pembeli adalah raja. Istilah ini

memberikan masukan kepada para pelaku usaha eceran/

ritel untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi

para pembeli/pelanggan. Biasakan layani pembeli/pelang-gan dengan 3S 1A (sambut, senyum, sapa dan antusias).

Lakukan dari hal yang terkecil, seperti menyambut konsu-

men dengan salam dan mengucapkan terimakasih setelah

mereka selesai berbelanja. Dengan memberikan pelayanan prima, pembeli/pelanggan merasa dihargai ketika berbelan-

ja di toko kita, dan mereka tidak segan-segan lagi untuk

datang berbelanja kembali.

7. Membeli Usaha Yang Sudah Ada, Membuka Usaha

Baru atau Menjadi Pemegang Waralaba

a. Membeli Usaha Yang Sudah Ada

Bagi seseorang yang belum pernah punya usaha, membe-li dan mengoperasikan usaha yang sudah ada atau se-

dang berjalan mungkin dapat memberikan banyak

42

keuntungan, dibandingkan dengan memulai usaha baru

dari nol. Yang jelas, dengan membeli usaha yang sudah ada/sedang berjalan, mungkin kita sudah punya pembe-

li/pelanggan terdahulu, kita sudah punya karyawan/

pembantu di toko kita jika kita masih memerlukan mere-

ka, nama usaha kita sudah dikenal banyak orang, dan se-bagainya. Kendati demikian, sebelum kita memutuskan

untuk membeli usaha yang sudah ada, kiranya beberapa

hal perlu juga kita pertimbangkan :

Mengapa kita mau membeli usaha tersebut? Berikan

alasannya;

Apa sebabnya usaha tersebut mau dijual oleh pemilik-

nya? Apa yang melatarbelakanginya;

Apakah bisnis yang akan kita beli tersebut mempu-

nyai prospek masa depan yang cerah;

Apakah memang kita suka atau senang bisnis yang

akan kita beli tersebut;

Apakah kita punya keterampilan yang cukup mema-

dai untuk menjalankan bisnis yang akan dibeli terse-

but;

b. Membuka Usaha Baru

Sebagian besar kita beranggapan mungkin lebih baik me-

milih membuka usaha baru daripada membeli yang se-con (sudah pernah dikelola oleh orang lain). Hal ini te-

rutama dalam rangka memenuhi kepuasan batin, kendati

membuka dan mengelola usaha baru lebih beresiko dari-pada melanjutkan usaha orang lain. Membuka usaha ba-

ru berarti kita harus mengalokasikan waktu yang relatif

banyak untuk menyusun perencanaan dan meneliti pro-

ses pasar bagi barang atau jasa yang akan kita tawarkan.

43

Page 26: usaha eceran ritel

Jika kita benar-benar siap dengan segala kemungkinan,

karena komitmen membuka usaha baru tentu semuanya akan serba baru dan karena segalanya serba baru, tidak

mustahil bayangan kegagalan akan selalu menghantui

kita, karena itu hati-hati dan waspadalah dalam setiap

kita melangkah.

c. Menjadi Pemegang Waralaba

Pemegang waralaba membuka suatu usaha dengan me-manfaatkan gagasan bisnis prmilik waralaba dengan

membayarkan sejumlah uang. Ia kemudian akan menda-

patkan pelatihan, konsep pemasaran, merek, dan produk serta jasa itu sendiri. Ia juga mendapat jaminan bahwa

tidak akan ada pemegang waralaba lain dari pemberi wa-

ralaba tersebut yang mempunyai hak untuk berbisnis di

wilayah yang sama. Semua elemen ini diterapkan dalam suatu kontrak waralaba yang mengikat kedua belah pi-

hak. Waralaba mengurangi risiko karena produknya su-

dah dikenal dengan baik oleh masyarakat, namun dipi-hak lain ini mengurangi kapasitas pengambilan keputus-

an serta dapat mengecilkan margin keuntungan karena

ada biaya atau beberapa persen dari penjulan harus dise-

torkan kepada pihak pemilik waralaba.

Yang mana saja yang kita pilih dari tiga tawaran di

atas pada prinsipnya adalah baik, asal saja yang kita pilih

tersebut benar-benar sudah kita pertimbangkan dan kita prakirakan baik buruknya, untung ruginya secara seksama.

44

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aserani, S.Pd, Bahan Pelajaran Membuka Usaha Kecil, SMK

Negeri 1, Tanjung, 2003;

Ani Setiani, Dra. MM. Strategi Pemasaran, P4TK Bisnis

dan Pariwisata, Jakarta, 2010;

Ngadiman, dkk. Marketing, Departemen Pendidikan Nasio-

nal, Jakarta, 2008;

Rozaniwati dan Tata Purwata, Bahan Ajar Membuka Usaha

Eceran/Ritel, Erlangga, Surabaya, 2010;

45