d0213074.docx · web viewthe coefficient correlations between media exposure and media impact is...
Post on 19-Jan-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JURNAL
INSTAGRAM DAN DAMPAK MEDIA
(Studi Korelasi Terpaan Media Sosial Instagram akun @explore_wonogiri
dengan Dampak Kognitif, Afektif, dan Konatif di Kalangan Followers
Instagram @explore_wonogiri)
Oleh :
RATNA ANALISA
D0213074
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
INSTAGRAM DAN DAMPAK MEDIA
(Studi Korelasi Terpaan Media Sosial Instagram akun @explore_wonogiri
dengan Dampak Kognitif, Afektif, dan Konatif di Kalangan Followers
Instagram @explore_wonogiri)
Ratna Analisa
Sri Hastjarjo
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Abstract
The research aimed to prove the relationship between media exposure of Instagram @explore_wonogiri and media impact also to prove the relationship between media exposure of Instagram @explore_wonogiri and cognitive, affective, and behavioral impact among followers of Instagram @explore_wonogiri.
The coefficient correlations between media exposure and media impact is 0,540. These result indicate that there is positive and significant relationship. Secondly, the coefficient correlations between media exposure and cognitive impact is 0,352 then 0,535 is the coefficient correlations between media exposure and affective impact, and also for relationship between media exposure and behavioral impact is 0,387. Overall result show that there is a positive and significant relationship, but the relationship between media exposure and affective impact is the most dominant.
Keywords: correlation studies, new media, media exposure, media impact
Pendahuluan
Seiring dengan berjalannya waktu, beragam media sosial termasuk
Instagram menjadi suatu kebutuhan masyarakat modern saat ini. Media sosial
Instagram memungkinkan setiap orang untuk berinteraksi dan menyampaikan
pesan yang berupa foto dan video dengan mudahnya. Pengguna hanya tinggal
1
melakukan pemotretan, melakukan koneksi dengan aplikasi ini dan mengedit bila
perlu untuk kemudian diunggah ke server Instagram. Foto yang telah
diunggahakan otomatis dibagikan kepada followers sekaligus server pusat. Setiap
orang dapat ”berkomunikasi” dengan foto. Ini adalah bentuk komunikasi yang
baru dimana komunikasi tidak lagi berupa verbal tapi juga dalam bentuk foto atau
gambar.
Setiap pesan yang di unggah di Instagram baik foto maupun video dapat
disaksikan oleh banyak orang, dan ini lah yang membuat setiap foto maupun
video dapat menjadi sebuah informasi bagi setiap orang yang melihatnya.
Instagram sebagai media sosial kini juga dimanfaatkan penggunanya sebagai
media referensi, termasuk referensi tempat wisata di suatu daerah. Hal ini karena
media baru mengenalkan praktek baru yang mempengaruhi banyak aspek
kehidupan dan pembelajaran sehari-hari. Unggahan foto-foto tempat wisata yang
diunggah di media sosial Instagram, disadari maupun tidak foto – foto tersebut
mampu memberikan informasi, menimbulkan daya tarik hingga pada tahap
tindakan pada orang yang melihatnya. Pada fenomena ini foto berfungsi sebagai
media yang menjembatani antara calon wisatawan dengan tempat wisata yang
fotonya diunggah di media sosial Instagram.
Kehadiran media sosial Instagram mendapatkan animo yang tinggi dari
masyarakat Indonesia. Sejak Instagram menjadi fenomenal hingga kini telah
muncul banyak akun-akun referensi untuk pariwisata suatu daerah seperti
contohnya @exploremalang, @explore_wonogiri, @enjoywonogiri,
@explorejogja, @jogjawisata, @jelajahsolo dan masih banyak akun-akun lainnya
yang menjadi sarana referensi pariwisata suatu daerah yang diikuti oleh
masyarakat.
Akun Instagram @explore_wonogiri menjadi salah satu akun populer
sebagai media promosi pariwisata yang ada di Kabupaten Wonogiri. Melalui akun
@explore_wonogiri banyak foto-foto wisata menarik yang diunggah dan menjadi
referensi bagi calon wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata tertentu di
2
Kabupaten Wonogiri. Selain meningkatkan fenomena travelling, melalui akun
@explore_wonogiri kini wisata di Kabupaten Wonogiri menjadi semakin banyak
dieksplore.
Dari berbagai fakta yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini akan berkonsentrasi pada hubungan terpaan media sosial Instagram
pada akun @explore_wonogiri dengan dampak di kalangan followers yang dinilai
dari wawasan, opini hingga tindakan followers akun @explore_wonogiri. Hasil
penelitian ini nantinya akan memperoleh gambaran bagaimana followers dari
akun @explore_wonogiri menerima pesan yang disampaikan melalui unggahan
foto dan video oleh akun @explore_wonogiri. Sisi yang diteliti adalah aspek
kognitif, afektif, dan konatif dimana peneliti akan menggali hubungan terpaan
media Instagram dengan pembentukan wawasan seseorang terhadap unggahan
akun @explore_wonogiri, membentuk opini dan persepsi para pengikut akun
@explore_wonogiri, dan untuk melakukan kunjungan pariwisata di Kabupaten
Wonogiri dengan serangkaian unggahan yang dipublikasikan.
Aspek komunikasi yang diteliti terdapat pada aspek komunikan, dimana
dalam penelitian ini yang menjadi objeknya adalah para followers akun
@explore_wonogiri. Penelitian ini akan melihat efek dari pesan yang dituliskan
melalui Instagram @explore_wonogiri terhadap para followers-nya. Studi efek
dalam komunikasi menarik untuk dilakukan karena efek sebagai salah satu kajian
komunikasi, memberikan cerminan tentang bagaimana komunikasi sebagai proses
mampu memberikan dampak bagi para pelaku komunikasi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara terpaan media sosial Instagram @explore_wonogiri
dengan dampak media di kalangan followers Instagram @explore_wonogiri?
3
2. Adakah hubungan antara terpaan media sosial Instagram @explore_wonogiri
dengan dampak kognitif, afektif, dan konatif di kalangan followers Instagram
@explore_wonogiri?
Telaah Pustaka
1. Komunikasi
Definisi komunikasi telah dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya
oleh Lasswell. Definisi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut:
“Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu yang dijelaskan dengan menjawab pertanyaan yang mencakup pengiriman (who), yang menyampaikan pesan (Says what), melalui suatu saluran media massa (in which channel), kepada penerima atau khalayak (to whom), yang akan memberikan tanggapan sebagai efek dari pesan yang diterimanya (with what effect)” (Effendy, 1997:69).
Proses komunikasi sendiri memiliki beberapa tahapan untuk mencapai
pengertian dari pesan yang diterima. Beberapa unsur yang berpengaruh
diantaranya sumber (source), penerjemah (encoding), pesan (message), media
(channel), penerima (receiver), dan efek (Mulyana, 2010:69). Kemudian adapula
unsur-unsur lain yang ditambahkan seperti umpan balik (feed back), gangguan
(noise) dan situasi atau konteks komunikasi (Mulyana, 2010:73).
Penelitian ini akan memfokuskan pada kajian komunikasi sebagai suatu
proses penyampaian pesan, karena penelitian ini bermaksud untuk meneliti
hubungan terpaan media Instagram @explore_wonogiri dalam membentuk aspek
kognitif, afektif, dan konatif di kalangan followers akun @explore_wonogiri.
2. New Media
New media merupakan sarana berkomunikasi yang menggunakan
teknologi berbasis internet sebagai penunjangnya. Adapun pengertian mengenai
internet akan dijabarkan berikut ini. Internet secara global adalah sarana bertukar
4
informasi dan berkomunikasi melalui serangkaian komputer yang saling
berhubungan (Belch & Belch, 2001:486).
Karakteristik new media menurut Lister dalam Syaibani (2011:7) meliputi:
(1) merupakan bentuk pengalaman baru dalam teks, hiburan, kesenangan, dan
pola konsumsi media, (2) merupakan cara baru dalam merepresentasikan dunia,
(3) merupakan bentuk hubungan baru antara pengguna dan konsumen dengan
teknologi media, (4) merupakan bentuk pengalaman baru dari identitas diri
maupun komunitas dalam berinteraksi, (5) merupakan bentuk konsepsi baru dari
hubungan manusia secara biologi dengan teknologi media, dan (6) merupakan
pola baru dalam organisasi produksi.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut Lister new media menekankan
pada aspek kehidupan manusia. Lister mengatakan bahwa new media telah
mencakup berbagai aspek seperti hiburan, kesenangan, dan pola konsumsi media.
Selain itu, Lister juga menyatakan bahwa new media merupakan cara baru dalam
merepresentasikan dunia sebagai masyarakat virtual atau dunia maya. New media
juga dipandang sebagai bentuk hubungan baru antara pengguna dengan teknologi
media dan juga sebagai pengalaman baru dari gambaran bagi seseorang, identitas,
dan komunitas.
3. Media Sosial Instagram
Instagram merupakan sebuah aplikasi tak berbayar yang dapat didownload
oleh pengguna Iphone dan Android. Dalam aplikasi ini, kita bisa mengambil foto,
mengeditnya dengan berbagai macam filter, lalu mempost atau membaginya ke
sosial media lain secara gampang. Dari foto yang diposting di Instagram,
seseorang mungkin akan memperoleh banyak followers atau tidak. Pengguna
Instagram juga dapat dimanjakan oleh berbagai macam foto menarik dari
fotografer profesional, yang berbagi hasil foto mereka di Instagram. (Linaschke,
2011:1).
Perbedaan Instagram dengan aplikasi lainnya adalah fotografi dan
komunitas. Instagram adalah murni soal foto. Pengguna tidak bisa melakukan
5
sesuatu tanpa menggunakan foto. Pengguna juga tidak bisa memberikan komentar
ataupun menuliskan caption foto jika tidak ada fotonya (Linaschke: 2011:1). Jika
telah merasakan bahwa foto yang ditampilkan oleh pengguna dengan followers
banyak itu menarik, maka seseorang akan berlomba-lomba menaikkan kualitas
foto, menjaring social circle, dan membuat foto semenarik fotografer
membuatnya.
4. Terpaan Media
Terpaan menurut Onong Uchjana Effendy adalah keadaan terkena pada
khalayak oleh pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa (Effendy,
1997:124). Shore memberi pemaparan mengenai terpaan:
“Exposure is more complicated than access because its deal not only with what a person is within physically (range of the particular mess medium) but also wether a person is actually expose no message. Exposure is hearing, seeing, reading or most generally,experiencing, with at least a minimal amount of interest, the mass media message. This exposure might occure at an individual or group level”. (Shore dalam Kriyantono, 2006:208)
Dapat diketahui bahwa exposure lebih dari sekedar kedekatan seseorang
dengan mengakses media namun juga apakah seseorang benar-benar terbuka
dengan pesan yang disampaikan media. Exposure merupakan kegiatan
mendengar, melihat, dan membaca pesan media ataupun mempunyai pengalaman
dan perhatian terhadap pesan tersebut.
Menurut Rosengren dalam Kriyantono (2006:209) terpaan media (media
exposure) dapat dioperasionalkan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam
berbagai jenis media, isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara
individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media
keseluruhan.
5. Dampak Media
Menurut McLuhan media dari bentuknya saja sudah mempengaruhi
khalayak. “The medium is the message” yang diujarkan McLuhan menunjukkan
6
bahwa media adalah pesan karena media membentuk dan mengendalikan skala
serta bentuk hubungan dan tindakan manusia. (Rakhmat, 2003:220)
Menurut Onong Uchjana Effendy, terdapat tiga dampak dari komunikasi
massa, yaitu:
1. Dampak kognitif yaitu dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan ia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya.
Disini pesan yang ingin disampaikan komunikator ditujukan kepada
pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan, tujuan komunikator
hanyalah berupaya mengubah pikiran dari komunikan.
2. Dampak afektif yaitu dampak yang kadarnya lebih tinggi kadarnya
dari dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar
supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan
perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, dan
sebagainya.
3. Dampak konatif yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam
bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. (Effendy, 1997:7)
Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan memiliki 3 tahapan
perubahan psikologi yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Belch & Belch
mengemukakan tiga tahapan tersebut yang terdiri dari aspek kognitif dengan
dampak kesadaran dan pengetahuan. Kemudian aspek afektif dengan efek rasa
menyukai, preferensi, kepercayaan. Serta efek terakhir yaitu proses konatif
dengan efek berupa tindakan.(Belch & Belch, 2001:118).
Tabel 1. Model Hierarki Efek Belch & Belch
StagesHierarchy of Effects
Model
Cognitive Stage Awareness
7
Knowledge
Affective Stage
Liking
Preference
Conviction
Behavioral Stage Purchase
Sumber: Belch & Belch (2001)
Penelitian ini akan memfokuskan pada hubungan komunikasi massa
dengan aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Adapun pengertian aspek
kognitif secara umum diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari
tahapan: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi.
Komponen kognitif mencakup kepercayaan konsumen terhadap suatu objek.
Komponen ini mewakili apa yang komunikan ketahui akan sesuatu. Komponen
kognitif juga mencakup kesadaran akan adanya pengetahuan, informasi, atau
pemahaman tentang sifat-sifat, karakteristik, maupun manfaatnya. (Belch &
Belch, 2001:156)
Berbeda dengan aspek kognitif, aspek afektif merupakan aspek yang lebih
tinggi lagi dari aspek kognitif. Aspek afektif menyangkut pada pembentukan dan
perubahan sikap seseorang, dimana tujuan aspek afektif bukan hanya sekedar
supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu,
misalnya perasaan suka, iba, terharu, sedih, dan sebagainya. (Effendy, 1997:7).
Setelah melalui tahap aspek kognitif dan aspek afektif, maka dampak
media massa selanjutnya yaitu aspek konatif atau bisa juga disebut aspek
behavioral. Pada aspek konatif, dampak media massa telah sampai pada tahap
perubahan perilaku dan tindakan seseorang (Effendy, 1997:7). Dapat diartikan,
media massa memiliki kekuatan untuk membentuk bagaimana khalayak
berprilaku. Dalam teori periklanan, dampak media pada tahap behavioral ditandai
8
dengan tindakan membeli atau menggunakan produk yang diiklankan. (Blech &
Belch, 2001:118).
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelatif dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran hubungan antara terpaan media Instagram
@explore_wonogiri dengan dampak kognitif, afektif dan konatif di kalangan
followers Instagram @explore_wonogiri. Penelitian ini juga akan digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis dari himpunan data yang didapatkan (Bajari, 2015: 49).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh followers Instagram
@explore_wonogiri. Secara umum jumlah followers sebuh akun media sosial
tentunya akan selalu bertambah dan berkurang dari waktu ke waktu, maka dari itu
peneliti menetapkan followers akun @explore_wonogiri per 22 Juli 2017 dengan
jumlah 55.100 akun sebagai populasi penelitian. Jumlah tersebut termasuk
followers aktif maupun tidak aktif.
Penelitian ini menggunakan non probability samping, teknik pengambilan
sample yang dipilih oleh penulis adalah teknik quota sampling. Satuan sample
ditentukan berdasarkan kriteria tertentu dari polulasi hingga jumlah kuota yang
diinginkan periset terpenuhi (Sugiyono, 2010:84). Isaac dan Michael telah
menyediakan tabel besaran sample dengan taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%
dengan rentang populasi 10 - 1.000.000. Populasi dalam penelitian ini adalah
sebesar 55.100 akun, maka berasarkan tabel Isaac dan Michael jumlah sample
adalah sebesar 346 akun.
Untuk mengetahui apakah kuesioner cukup valid dan reliabel maka
dilakukan uji reliabilitas dan uji validitas. Lalu untuk meguji hubungan atau
korelasi penelitian ini menggunakan teknik analisis Tata Jenjang Spearman.
Teknik ini dgunakan untuk mencari koefisien korelasi antara data ordinal. Dalam
teknik Tata Jenjang Spearman variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya
9
dari yang terkecil hingga yang terbesar. Untuk peringkat terkecil diberi nila 1
(Kriyantono, 2006:176).
Sajian Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner digital
Google Form yang disebarkan kepada followers Instagram @explore_wonogiri
hingga terkumpul data sesuai kuota yaitu sebesar 346. Data yang terkumpul
kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS 23 dan disajikan dalam bentuk
tabel-tabel berisi perhitungan frekuensi.
Data yang dikur merupakan data yang diambil dari hasil scoring tiap-tiap
pertanyaan kuesioner yang disebarkan melalui akun Twitter pribadi responden.
Berikut adalah pembagian kategori scoring dari hasil jawaban responden:
Skor 1: < 3x per minggu, < 20 menit per hari, Sangat Tidak Setuju
Skor 2: 3-4 x per minggu, 20-40 menit per hari, Tidak Setuju
Skor 3: 5-6 x per minggu, 40-60 menit per hari, Netral
Skor 4: 7-8 x per minggu, 60-80 menit per hari, Setuju
Skor 5: > 8 x per minggu, > 80 menit per hari, Sangat Setuju
Berikut adalah tabel hasil jawaban yang diperoleh peneliti dari 346 orang
responden yang telah menjawab 16 pertanyaan melalui kuesioner:
Tabel 2. Hasil Kuesioner Penelitian dari 346 Respoden
Butir Soal Item Pertanyaan
Prosentase Jawaban berdasarkan Skor
1 2 3 4 5
3Seberapa sering Anda melihat konten Instagram @explore_wonogiri
21,40% 19,70% 21,70% 15% 22,30%
4
Seberapa sering Anda merespon konten Instagram @explore_wonogiri dengan like, comment atau direct message
34,40% 20,20% 18,20% 11% 16,20%
5Berapa lama Anda melihat konten Instagram @explore_wonogiri
65,90% 17,90% 10,70% 4% 1,40%
10
6 Saya melihat seluruh konten (foto maupun video) yang ada di Instagram @explore_wonogiri
1,70% 9,20% 33,50% 31,20% 24,30%
7
Saya membaca seluruh informasi pada caption Instagram @explore_wonogiri hingga selesai
1,70% 11% 28,60% 36,40% 22,30%
8
Saya tidak melakukan kegiatan lain saat mengakses seluruh konten Instagram @explore_wonogiri
7,50% 21,10% 35,50% 23,40% 12,40%
9
Instagram @explore_wonogiri membuat saya menyadari ada berbagai obyek wisata di Wonogiri
2% 2% 5,20% 22% 68,80%
10
Instagram @explore_wonogiri membuat saya mengetahui berbagai nama obyek wisata di Wonogiri
2,60% 2,30% 5,50% 24% 65,60%
11
Instagram @explore_wonogiri membuat saya mengetahui berbagai lokasi wisata di Wonogiri
2% 2,90% 6,40% 24,30% 64,50%
12
Instagram @explore_wonogiri membuat saya mengetahui berbagai acara kepariwisataan di Wonogiri
2% 2,90% 13,30% 34,70% 47,10%
13Saya menyukai seluruh konten foto obyek wisata di Instagram @explore_wonogiri
1,70% 8,40% 22% 32,40% 35,50%
14
Saya menyukai seluruh informasi tertulis (dalam caption, kolom komentar, atau insta story) yang disampaikan Instagram @explore_wonogiri
0,90% 9,20% 36,40% 31,20% 22,30%
15
Saya lebih memilih untuk berwisata ke seluruh obyek wisata yang telah diunggah Instagram @explore_wonogiri
1,20% 11,60% 38,40% 30,10% 18,80%
16
Saya mempercayai seluruh informasi yang disampaikan Instagram @explore_wonogiri adalah benar
1,40% 6,40% 26% 34,10% 32,10%
11
17Saya mengunjungi seluruh obyek wisata yang telah diunggah di Instagram @explore_wonogiri
6,10% 30,10% 42,80% 14,70% 6,40%
18
Saya mengikuti seluruh acara kepariwisataan yang telah diinformasikan Instagram @explore_wonogiri
8,40% 29,50% 43,90% 12,70% 5,50%
Sumber:Olahan data primer
Dari tabel diatas, dapat diinterpretasikan bahwa dampak kognitif, afektif
serta konatif yang diterima oleh followers Instagram @explore_wonogiri cukup
tinggi. Dari 16 butir pertanyaan hanya dua butir pertanyaan yang hasilnya
menunjukkan kategori rendah, yaitu pada butir pertanyaan seputar tingkat
keseringan merespon konten dan lama waktu mengakses konten. Selebihnya hasil
menunjukkan kategori sedang hingga sangat tinggi.
Analisis Data
Uji hubungan antar variabel dilakukan pada data yang diperoleh dari 346
responden followers @explore_wonogiri. Peneliti akan menguji ada tidaknya
hubungan antara variabel yang sebelumnya telah dipecah ke dalam beberapa
indikator. Selanjutnya data-data tersebut dikatrgorisasikan dan diuji dengan
bantuan perangkat lunak SPSS 23 menggunakan uji korelasi Spearman Rank atau
Tata Jenjang Spearman untuk melihat perolehan correlation coefficient yang
menunjukkan bagaimana korelasi kedua variabel yang diuji.
Peneliti juga menganalisis koefisien korelasi untuk mengetahui besarnya
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Guna memudahkan
analisis koefisien korelasi, peneliti menggunakan pedoman interpretasi korelasi.
Berikut adalah pedoman interprerasi koefisien korelasi menurut Sugiyono
(2010:115):
0,00 - 0,199 = hubungan sangat rendah
0,20 – 0,399 = hubungan rendah
0,40 – 0,599 = hubungan sedang
0,60 – 0,799 = hubungan kuat
0,80 – 1,000 = hubungan sangat kuat
12
Untuk mengetahui besar nilai koefisien korelasi masing-masing variabel,
dilakukan penghitungan dengan hasil sebagai berikut:
1. Hubungan antara terpaan media sosial Instagram @explore_wonogiri
(X) dan dampak media di kalangan followers Instagram
@explore_wonogiri (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Spearman dengan SPSS 23 antara
terpaan media sosial Instagram @explore_wonogiri dengan dampak di kalangan
followers @explore_wonogiri, diperoleh koefisien korelasi (r hitung) sebesar
0,540 dengan signifikansi 0,000. Pada angka koefisien korelasi ini terdapat dua
tanda bintang yang menunjukkan bahwa hipotesis hubungan kedua variabel dapat
diterima dan berada pada taraf signifikansi 0,01. Angka signifikansi dalam hasil
penelitian menunjukkan angka 0,000, ini artinya hubungan antar variabel
menunjukkan hasil yang sigifikan karena hasil angka signifikansi lebih kecil dari
0,05 dan termasuk ke dalam ketegori hubungan yang sedang. Berdasarkan hal
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara terpaan
media Instagram @explore_wonogiri dengan dampak kognitif, afektif dan konatif
di kalangan followers Instagram @explore_wonogiri.
2. Hubungan antara terpaan media sosial Instagram @explore_wonogiri
(X) dan dampak kognitif di kalangan followers Instagram
@explore_wonogiri (Y1)
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Spearman dengan SPSS 23 antara
terpaan media sosial Instagram @explore_wonogiri dengan dampak kognitif di
kalangan followers @explore_wonogiri, diperoleh koefisien korelasi (r hitung)
sebesar 0,352 dengan signifikansi 0,000. Pada angka koefisien korelasi ini
terdapat dua tanda bintang yang menunjukkan bahwa hipotesis hubungan kedua
variabel dapat diterima karena berada pada taraf signifikansi 0,01. Angka
signifikansi dalam hasil penelitian menunjukkan angka 0,000, ini artinya
hubungan antar variabel menunjukkan hasil yang sigifikan karena hasil angka
signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan termasuk ke dalam ketegori hubungan yang
rendah. Berdasarkan hal tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang
13
signifikan antara terpaan media Instagram @explore_wonogiri dengan dampak
kognitif di kalangan followers Instagram @explore_wonogiri.
3. Hubungan antara terpaan media sosial Instagram @explore_wonogiri
(X) dan dampak afektif di kalangan followers Instagram
@explore_wonogiri (Y2)
Selanjutnya untuk hasil perhitungan korelasi Spearman dengan SPSS 23
antara terpaan media sosial Instagram @explore_wonogiri dengan dampak afektif
di kalangan followers @explore_wonogiri, diperoleh koefisien korelasi (r hitung)
lebih besar dari dari dampak kognitif yakni sebesar 0,535 dengan signifikansi
0,000. Pada angka koefisien korelasi ini terdapat dua tanda bintang yang
menunjukkan bahwa hipotesis hubungan kedua variabel dapat diterima karena
berada pada taraf signifikansi 0,01. Angka signifikansi dalam hasil penelitian
menunjukkan angka 0,000, ini artinya hubungan antar variabel menunjukkan hasil
yang sigifikan karena hasil angka signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan termasuk
ke dalam ketegori hubungan yang sedang. Berdasarkan hal tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara terpaan media Instagram
@explore_wonogiri dengan dampak afektif di kalangan followers Instagram
@explore_wonogiri.
4. Hubungan antara terpaan media sosial Instagram @explore_wonogiri
(X) dan dampak konatif di kalangan followers Instagram
@explore_wonogiri (Y3)
Untuk hubungan terpaan media sosial Instagram @explore_wonogiri
dengan dampak konatif di kalangan followers @explore_wonogiri, diperoleh
koefisien korelasi (r hitung) sebesar 0,387 dengan signifikansi 0,000. Pada angka
koefisien korelasi ini terdapat dua tanda bintang yang menunjukkan bahwa
hipotesis hubungan kedua variabel dapat diterima karena berada pada taraf
signifikansi 0,01. Angka signifikansi dalam hasil penelitian menunjukkan angka
0,000, ini artinya hubungan antar variabel menunjukkan hasil yang sigifikan
karena hasil angka signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan termasuk ke dalam
ketegori hubungan yang rendah. Berdasarkan hal tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara terpaan media Instagram
14
@explore_wonogiri dengan dampak konatif di kalangan followers Instagram
@explore_wonogiri.
Kesimpulan
Sebelumnya peneliti telah melakukan penyajian data dan analisis data
yang diperoleh dari 346 responden yang merupakan followers Instagram
@explore_wonogiri dengan menggunakan SPSS 23. Metode korelasi Tata Jenjang
Spearman digunakan peneliti untuk menguji hipotesis yang sudah ditentukan.
Setelah diproses, diperoleh hasil bahwa hipotesis satu dan dua sama-sama
terbukti, berikut penjelasannya:
1. Terdapat hubungan antara terpaan media Instagram @explore_wonogiri
dengan dampak media di kalangan followers Instagram
@explore_wonogiri. Hubungan ini positif dan signifikan yang artinya
terpaan media Instagram @explore_wonogiri mampu memberikan
dampak bagi followers nya. Semakin tinggi terpaan maka dampak yang
dirasakan akan semakin tinggi pula. Dalam hubungan ini didapati angka
koefisien korelasi sebesar 0,540 yang dapat diinterpretasikan bahwa
hubungan antara terpaan media dengan dampak media disini adalah
tingkat hubungan korelasi yang sedang.
2. Terdapat hubungan antara terpaan media Instagram @explore_wonogiri
dengan dampak kognitif, afektif, dan konatif di kalangan followers
Instagram @explore_wonogiri. Hubungan ini positif dan signifikan yang
artinya terpaan media Instagram @explore_wonogiri mampu memberikan
dampak kognitif, afektif hingga konatif bagi followers nya. Semakin tinggi
terpaan maka dampak yang dirasakan akan semakin tinggi pula. Dalam
hubungan terpaan media dengan dampak kognitif, didapati angka
koefisien korelasi sebesar 0,352 yang artinya memiliki tingkat hubungan
yang rendah. Untuk hubungan terpaan media dengan dampak afektif
diketahui koefisien korelasi sebesar 0,535 yang masuk pada tingkat
hubungan sedang. Kemudian temuan koefisien korelasi pada hubungan
15
terpaan media dan dampak konatif adalah sebesar 0,387 yang artinya
memiliki tingkat hubungan yang rendah.
Saran
Berdasarkan data dan hasil analisis yang diperoleh, peneliti memberikan
beberapa pertimbangan yang diharapkan ke depannya dapat digunakan para
peneliti lain khususnya dan masyarakat pada umumnya. Saran-saran yang
diajukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Dari data yang telah diolah diketahui bahwa hasil distribusi frekuensi
terpaan media masih masuk pada kategori sedang dan cenderung rendah,
oleh karena itu pengelola Instagram @explore_wonogiri perlu
meningkatkan produksi dan optimalisasi konten supaya followers akan
mendapat terpaan lebih besar lagi.
2. Hubungan antara terpaan media dengan dampak afektif adalah yang paling
dominan dari penelitian ini, maka pengelola Instagram
@explore_wonogiri perlu menambah konten seputar pengetahuan untuk
meningkatkan pengetahuan followers atau perlu membuat kegiatan
pariwisata bersama secara berkala sehungga aspek konatif atau tindakan
followers unutk berwisata lebih tinggi lagi.
3. Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Wonogiri atau dinas terkait dapat
mencontoh untuk memulai mempromosikan pariwisata Kabupaten
Wonogiri melalui sosial media Instagram karena terbukti hal ini dapat
memberikan dampak yang positif.
4. Penelitian ini hanya sebatas memcari ada tidaknya hubungan antara
variabel yang sederhana, maka dari itu untuk penelitian selanjutnya
diharapkan untuk dapat menggunakan model penelitian dengan pola
hubungan yang lebih bervariasi, dan menggunakan varian media sosial
yang lebih beragam. Sehingga ke depan akan lebih memperluas dan
memperbanyak referensi kajian mengenai media sosial dan media baru.
16
Daftar Pustaka
Mulyana, D. (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi.Jakarta: Kencana
Belch dan Belch. (2001). Advertising and Promotions: An Integrated Marketing Communication Persspective, 5th ed. Boston: McGraw-Hill.
Syaibani, Yunus Ahmad. (2011). New Media: Teori dan Perkembangannya dalam Joni Rusdiana (ed.) New Media: Teori dan Aplikasi. Surakarta: Lindu Pustaka. Hal 1-34
Linaschke, Joseph. (2011). Getting the Most From Instagram. California: Peachpit Press.
Effendy, Onong Uchjana. (1997). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, J. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Bajari, Atwar. (2015). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian.Bandung: CV Alfabeta
17
top related