cyber-bullying terhadap atlet bulutangkis...
Post on 27-Jun-2019
242 Views
Preview:
TRANSCRIPT
CYBER-BULLYING TERHADAP ATLET BULUTANGKIS INDONESIA PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
(Analisis isi kuantitatif pada komentar di postingan hasil pertandingan dan
artikel hasil pertandingan selama kejuaraan All-England 14-18 Maret 2018
di akun instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com )
SKRIPSI
Disusun sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada
Konsentrasi Hubungan Masyarakat Jurusan Ilmu Komunikasi
Oleh
Hendra Fitriansyah
NIM 6662141144
KONSENTRASI HUMAS
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
IF YOU WANT IT, YOU WILL GET IT. -Gita Wirjawan-
YOU ARE WHAT YOU DO,
NOT WHAT YOU SAY YOU WILL DO !
Bismillahirrahmanirrahim,
Skripsi ini saya
persembahkan untuk diri
saya sendiri, kedua orangtua
dan keluarga serta semua
rekan-rekan dan orang yang
mengenali saya
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
Tugas Akhir Skripsi yang berjudul CYBER-BULLYING TERHADAP ATLET
BULUTANGKIS INDONESIA PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
(Analisis isi kuantitatif pada komentar di postingan hasil pertandingan dan artikel
hasil pertandingan selama kejuaraan All-England 14-18 Maret 2018 di akun
instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com ). Skripsi ini dibuat sebagai
syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dari berbagai sisi, oleh karena itu penulis mengarapkan adanya kritik
dan saran yang membangun untuk skripsi ini. selesai nya penulisan skripsi ini
tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, dengan hati yang tulus penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sultan agung Tirtayasa beserta jajarannya..
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Universitas Sultan ageng Tirtayasa sekaligus sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi I dan Dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih banyak atas
segala waktu dan kesempatanya dalam memberikan bimbingan, nasehat,
kritik, saran dan motivasinya selama masa perkuliahan hingga pada tahap
selesainya skripsi dan masa perkuliahan penulis.
4. Ibu Neka Fitriyah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik peneliti.
vi
5. Bapak Ari Pandu Witantra, M.I.kom selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
Terimakasih atas bimbingan, kritik, saran dan arahannya selama
mengerjakan tugas akhir skripsi ini
6. Ibu Dr. Nina Yuliana, M.Si yang telah memberikan bimbingannya kepada
peneliti diawal pengerjaan skripsi.
7. Bapak Iman Mukhroman, M.Si selaku Ketua Penguji pada sidang akhir
skripsi penulis.
8. Bapak Ail Muldi, M.I.Kom selaku penguji pada sidang akhir skripsi
penulis.
9. Bapak Ronny Yudhi SP., M.Si yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk berdiskusi dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
10. Segenap Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya
jurusan Ilmu Komunikasi. Terimakasih atas segala pengajaran dan bantuan
yang telah diberikan.
11. Seluruh teman-teman radio komunitas kampus Untirta 107.9 Tirta FM
yang telah memberikan dukungan dan pengalaman yang berharga dan
warna dalam kehidupan saya selama masa perkuliahan
12. Teman-temann LPM Orange FISIP Untirta dan DPM FISIP Untirta, atas
kepercayaannya kepada saya untuk dapat menjadi bagian untuk menggali
pengalaman dan menambah wawasan pengetahuan penulis.
13. Kedua Orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan dukungan
kepada saya selama menjalani perkuliahan.
14. Teman-teman Ilmu Komunikasi angkatan 2014. Terimakasih atas
pengalaman dan waktu yang telah diberikan selama penulis menjalani
perkuliahan bersama-sama.
15. Teman-teman KKN Bersama Desa Penyamun, Bangka Belitung.
terimakasih atas segala pengalaman, doa, dukungan dan motivasi yang
diberikan kepada penulis.
16. Dini Annisa Haryani dan Soffal Yahsya yang telah memberi banyak
pengalaman, masukan dan kesempatan kepada saya untuk bisa
mengembangkan kemampuan selama menjalani perkuliahan.
vii
17. Sahabat-sahabat terbaik M. Aryo Wibowo, Ermanatu Rosidah, Rai Intan,
Riska Aulia, Puput Fujianti, Luliyana Rimawaty, Nafisa Nuraini, Yunita,
Annisa Ratu dan Gita Dwi AP yang telah bersama-sama selama menjalani
perkuliahan menghabisi waktu dan berbagi suka dan duka, terimakasih
atas segala pertolongan dan waktu yang telah dihabiskan bersam-sama.
18. Fitriya Ningsih, Faradila Saphira, Dhea dan Tb. Hidayatullah yang telah
membantu peneliti dalam proses pengisia lembar Coding.
19. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi dan proses perkuliahan yang tidak dapat penulis tuliskan
satu persatu.
Kepada semua pihak, semoga amal baik yang telah diberikan dapat
diterima di sisi Allah S.W.T dan mendapat limpahan rahmat dari-nya. peneliti
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan atas kekurangan
yang ada saya ucapkan permintaan maaf. Terimaksih.
Cilegon, 1 November 2018
Penyusun
Hendra Fitriansyah
NIM 6662141144
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR...................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN.......................................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xv
ABSTRAK ..................................................................................................................... xvi
ABSTACT ...................................................................................................................... xvii
BAB I PENDHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 14
1.3 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 14
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 15
1.5 Manfaat Penelitan .............................................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 17
2.2 Cyber-bullying .................................................................................................. 22
ix
2.3 Media Sosial Instagram ..................................................................................... 28
2.4 Teori Logika Penyusunan Pesan ......................................................................... 30
2.5 Kategorisasi Penelitian ....................................................................................... 32
2.6 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................................ 38
3.2 Jenis Penelitian .................................................................................................. 40
3.3 Metode Penelitian .............................................................................................. 41
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 43
3.5 Unit Analisis ..................................................................................................... 45
3.6 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 46
3.7 Teknik Analisi Data .......................................................................................... 49
3.8 Uji Keabsahan Data ........................................................................................... 50
3.9 Jadwal Penelitian ................................................................................................ 52
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................................. 54
4.1.1 Akun Instagram @badminton.ina ............................................................... 54
4.1.2 Sejarah Singkat PBSI ................................................................................. 54
4.1.3 Struk Organisasi Komite Kepengurusan PBSI............................................ 57
4.1.4 Akun Instagram @badmintalk_com ........................................................... 59
4.1.5 Atlet Bulutangkis Indonesia ....................................................................... 61
4.1.6 Turnamen All-England ............................................................................... 62
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................................. 64
x
4.2.1 Uji Validitas ............................................................................................... 64
4.2.3 Uji Reliabilitas........................................................................................... 64
4.3 Hasil Penelitian .................................................................................................. 67
4.3.1 Frekuensi Kemunculan Komentar cyber-bullying....................................... 67
4.3.2 Frekuensi Kemunculan Jenis-jenis cyber-bullying ...................................... 69
4.3.3 Cara Komunikator Menyampaikan Pesan .................................................. 74
4.3.4 Hasil Temuan Tambahan ............................................................................ 78
4.4 Pembahasan ....................................................................................................... 81
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 89
5.2 Saran .................................................................................................................. 91
5.2.1 Saran Teoretis ........................................................................................... 91
5.2.2 Saran Praktis ............................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 93
LAMPIRAN ................................................................................................................. 97
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 21
Tabel 2.2 Kategorisasi Penelitian ................................................................................... 35
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................................. 53
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Komite Kepengurusan PBSI ............................................. 57
Tabel 4.2 Daftar Atlet Bulutangkis Indonesia Pada Kejuaraan All-England 2018 ............. 62
Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji Reliabilitas ............................................................................ 66
Tabel 4.4 Frekuensi Kemunculan Komentar Cyber-bullying pada akun instagram
@badminton.ina dan @badmintalk_com ......................................................... 68
Tabel 4.5 Frekuensi Kemunculan Jenis-jenis Cyber-bullying pada akun instagram
@badminton.ina .............................................................................................. 70
Tabel 4.6 Frekuensi Kemunculan Jenis-jenis Cyber-bullying pada akun instagram
@badmintalk_com ......................................................................................... 72
Tabel 4.7 Frekuensi Logika Penyusunan Pesan pada Komentar Cyber-bullying
dalam akun instagram @badminton.ina .......................................................... 75
Tabel 4.8 Frekuensi Logika Penyusunan Pesan pada Komentar Cyber-bullying
dalam akun instagram @badmintalk.com ........................................................ 77
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Postingan Kompas.com pada akun Facebook Kompas.com .......................... 8
Gambar 1.2 Komentar pada postingan yang dibuat oleh akun Facebook
Kompas.com ............................................................................................ 8
Gambar 1.3 Meme yang berisi serangan cyber-bullying pada Rio Haryanto ...............................9
Gambar 1.4 Contoh Cyber-bullying .............................................................................................10
Gambar 1.5 Contoh Cyber-bullying .............................................................................................12
Gambar 1.6 Contoh Cyber-bullying .............................................................................................13
Gambar 4.1 Tampilan Akun Instagram @badminton.ina..............................................................55
Gambar 4.2 Tampilan Akun Instagram @badmintalk_com ..........................................................60
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 37
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Ketidaknyamanan Pengguna Internet 2014/2015 ............................................ 2
Grafik 1.2 Negara dengan jumlah pengguna aktif instagram terbesar (Jan 2018) ........... 4
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Coding (Coding Sheet) .................................................................... 98
Lampiran 2 Dokumentasi Pengisian Coding Sheet .......................................................... 156
Lampiran 3 Transkip Wawancara .................................................................................... 158
xvi
ABSTRAK
Hendra Fitriansyah. NIM. 6662141144. Cyber-bullying Terhadap Atlet Bulutangkis Indonesia pada Media Sosial Instagram (Analisis Isi Kuantitatif pada Komentar di Postingan Hasil Pertandingan dan Artikel Hasil Pertandingan Selama Kejuaraan All-England 14-18 Maret 2018 di Akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com. Pembimbing 1 : Dr. Rahmi Winangsih., M.si dan Pembimbing 2: Ari Pandu Witantra., M.Ikom.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat kasus cyber-bullying yang menyerang atlet bulutangkis Indonesia selama turnamen All-England 2018 dari tanggal 14-18 Maret 2018 pada media sosial Instagram. Dengan menggunakan metode penelitian analisis isi kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk mencaritahu frekuensi munculnya komentar yang mengandung pesan cyber-bullying, frekuensi jenis-jenis cyber-bullying, dan cara komunikator menyampaikan pesannya pada komentar dalam postingan Hasil Pertandingan dan Artikel Hasil Pertandingan selama kejuaraan All-England 2018 di Akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com. Dengan menggunakan indikator pada jenis-jenis cyber-bullying dari Price dan Dalgleish serta teori logika penyusunan pesan dari O’Keefe. Diperoleh hasil penelitian frekuensi munculnya akun yang berkomentar dengan komentar yang mengandung pesan cyber-bullying pada akun instagram @badminton.ina sebanyak 18% dari jumlah sampel sebanyak 332 dan sebanyak 15% pada akun instagram @badmintalk_com dari jumlah sampel sebanyak 388. Jenis pesan cyber-bullying yang paling banyak muncul adalah jenis pesan cyber-bullying yang berisi pendapat yang merendahkan, dimana pada kedua akun instagram @badminton.ina dan @badmintalk_ina muncul sebanyak 97% dan 3% lainnya adalah jenis cyber-bullying called name. Logika penyusunan pesan yang paling banyak digunakan oleh pelaku cyber-bullying pada akun instagram @badminton.ina adalah logika penyusunan pesan ekspresif dengan angka sebesar 71%, kemudian logika retoris dengan persentase sebasar 19% dan logika penyusunan pesan konvensional sebesar 10%. Pada akun instagram @badmintalk_com, Logika penyusunan pesan ekspresif digunakan oleh 69% pelaku cyber-bullying. 26% menggunakan logika penyusunan retoris, dan 5% lainnya menggunakan logika penyusunan pesan konvensional.
Kata Kunci : Analisis isi, cyber-bullying, instagram, atlet bulutangkis.
xvii
ABSTRACT
Hendra Fitriansyah. NIM. 6662141144. Cyber-bullying To Indonesian Badminton Athletes on Instagram (Quantitative content analysis on Comments of Results Match Posts and Articles of Match Results Posts During the All-England on March 14th-18th 2018 Tournament on Instagram Accounts of @ badminton.ina and @badmintalk_com. Supervisor I: Dr. Rahmi Winangsih., M.si and Supervisor II : Ari Pandu Witantra., M.Ikom.
This research was conducted to look at cases of cyber-bullying that attacks Indonesian badminton athletes during the All-England 2018 on March 14th-18th 2018. By using quantitative content analysis research methods, this research aim to find out the frequency of comments that contain messages of cyber-bullying, frequency the types of cyber-bullying, and the way communicators convey their messages on comments of results match posts and articles of match results posts during the All-England 2018 tournament on Instagram accounts of @ badminton.ina and @badmintalk_com. Indicators of this research using the types of cyber-bullying from Price and Dalgleish’s research and the theory of message design logics by O’Keefe. The results of the research showed that the frequency of comments that contained messages cyber-bullying on Instagram account of @badminton.ina is 18% and 15% on Instagram account of @badmintalk_com. The types of cyber-bullying messages that appear most often are types of opinion slammed , opinion slammed appeared as mush as 97% on both of instagram account of @badminton.ina and @badmintalk_ina and the other 3% are types of cyber-bullying called names. The logic of design messages that are most widely used by cyber-bullying actors on Instagram account of @badminton.ina is the expressive logic as much as 71%, then rhetorical logic as much as 19% and the conventional logic messages as much as 10%. In Instagram account of @badmintalk_com, the expressive logic is used by 69% of the actor of cyber-bullying. 26% use the rhetorical logic, and the other 5% use the conventional logic.
Keywords: Content analysis, cyber-bullying, instagram, badminton athletes.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah data dari Tetra Pak Index 2017 yang dilansir dari detik.com
(diakses pada 28 Februari 2018, 15:03) menunjukan terdapat 132 juta
pengguna internet di Indonesia dan 106 juta penduduk Indonesia
menggunakan media sosial setiap bulannya. Banyaknya pengguna media
sosial tidak lain disebabkan oleh banyaknya fitur yang ditawarkan oleh tiap-
tiap jenis media sosial yang ada. McGraw Hill Dictionary menyebutkan
bahwa media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk
berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar
informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual.
Banyak manfaat yang telah dirasakan oleh para pengguna media sosial,
menjadikan penggunanya terus bertambah. Manfaat seperti memperoleh
informasi dengan cepat, dapat berbagi foto, video dan cerita pribadi serta
menjadi ruang bagi penggunanya untuk berekspresi dan menyampaikan
aspirasinya, menjadi daya tarik khas tersendiri pada media sosial.
Sayangnya, tidak semua pengguna media sosial menggunakan dan
memanfaatkan media sosial dengan bijak. Banyak para pengguna media sosial
yang menjadikan media sosial sebagai tempat yang justru berdampak negatif,
baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Salah satu bentuk penggunaan
media sosial yang salah adalah menjadikan media sosial sebagai tempat untuk
melakukan kegiatan cyber-bullying atau perundungan yang dilakukan melalui
2
media daring. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei oleh Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Puskakom UI terhadap
2.000 pengguna internet di 42 kota di Indonesia yang dilakukan pada
November 2014 sampai Februari 2015. Ditemukan bahwa 7.2% responden
menyatakan diganggu oleh akun anonim. Hal ini berarti ada 144 orang
mengalami serangan cyber-bullying dalam kurun waktu tiga bulan.
Grafik 1.1 Ketidaknyamanan Pengguna Internet (2014/2015) Sumber : puskakom.ui.ac.id
Data lain didapatkan dari UNICEF pada tahun 2016 yang dikutip dari
Kumparan.com (di akses pada 25 Maret 2018, 15:35) menyebutkan bahwa
terdapat 41 hingga 50 persen remaja di Indonesia dalam rentang usia 13
sampai 15 tahun pernah mengalami tindakan cyber-bullying pada tahun 2016.
Beberapa tindakan di antaranya adalah doxing (mempublikasikan data
personal orang lain), cyber stalking (penguntitan di dunia maya yang berujung
pada penguntitan di dunia nyata), revenge pom (penyebaran foto atau video
dengan tujuan balas dendam yang dibarengi dengan tindakan intimidasi dan
pemerasan) dan beberapa tindakan cyber-bullying lainnya.
3
Sederhananya cyber-bullying sendiri merupakan bentuk perundungan
yang dilakukan melalui pemanfaatan teknologi dan media elektronik untuk
menyerang orang tertentu, bentuk serangannya berupa ejekan, mengatakan
kata-kata bohong, kata-kata kasar dan lain sebagainya yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok secara intens dan terus menerus.
Berdasarkan data yang didapat dari hasil survei oleh lembaga donasi
anti-bullying, Ditch The Label dilansir dari Kompas.com (diakses pada 25
Maret 2018, 18:10) diketahui bahwa media sosial Instagram menjadi tempat
yang paling umum untuk melakukan kejahatan cyber-bullying. Cyber-bullying
yang dimaksud dalam hal ini mencakup komentar negatif pada postingan
tertentu, pesan personal tak bersahabat, serta menyebarkan postingan atau
profil akun media sosial tertentu dengan mengolok-olok.
Instagram sendiri merupakan sebuah media sosial yang didalamnya
terdapat fitur bagi para penggunanya untuk melakukan kegiatan berbagi foto,
video, menulis status yang dapat berisi aspirasi, pendapat ataupun hal lain
yang sifatnya pribadi, didalam Instagram juga terjadi sebuah interaksi antar
sesama pengguna Instagram melalui fitur live, direct message, dan adanya
kolom komentar yang dapat di isi oleh pengguna Instagram jika ingin
mengomentari postingan yang dibuat oleh salah satu diantara pengguna
Instagram lainnya. Instagram yang kini sangat populer dengan jumlah
pengguna yang banyak menjadi sasaran empuk bagi para pelaku cyber-
bullying untuk melancarkan aksinya.
4
Berdasarkan hasil survei dari WeAreSocial.net dan Hootsuite yang
dilansir oleh katadata.com (diakses pada 4 Maret 2018, 14:35), Instagram
merupakan platform media sosial dengan jumlah pengguna terbanyak ke tujuh
di seluruh dunia. Total terdapat 800 juta pengguna Instagram di seluruh dunia
pada Januari 2018. Indonesia berada diurutan ke tiga dengan jumlah pengguna
sebanyak 55 juta. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan
jumlah pengguna Instagram terbanyak se-Asia-Pasifik. Di Indonesia sendiri
Instagram menjadi media sosial dengan jumlah pengguna terbanyak ke-empat
setelah youtube, facebook, dan whatsapp.
Grafik 1.2 10 Negara dengan jumlah pengguna aktif Instagram terbesar (Jan 2018)
Sumber : databoks.katadata.co.id
Banyak orang yang menggunakan Instagram sebagai ajang eksistensi,
tempat melakukan bisnis, tempat penyebaran dan memperoleh informasi serta
tempat untuk beraspirasi dan mengeksperiskan diri. Namun begitu, peluang
terjadinya hal-hal negatif pun terbuka lebar, seperti provokasi, propaganda
hingga tindakan cyber-bullying.
5
Cyber-bullying sebenarnya dapat dikatakan lebih berbahaya jika
dibandingkan dengan tindakan perundungan tradisional. Dalam cyber-bullying
pelaku dapat dengan leluasa melakukan aksinya tanpa harus takut diketahui
oleh korbannya, berbeda dengan tindakan perundungan tradisional dimana
tindakannya berlangsung secara tatap muka dimana antara pelaku dan korban
saling bertemu. Dalam cyber-bullying pelaku dapat melakukan aksi sesukanya
tanpa harus memikirkan kapan waktunya dan dimana tempatnya.
Dampak cyber-bullying sangatlah menakutkan dan bervariasi, orang
yang menjadi korban cyber-bullying dapat terganggu psikologisnya sehingga
akan merasakan depresi, turunya rasa percaya diri, sulit bergaul dengan
lingkungan sekitar bahkan hingga aksi bunuh diri korban cyber-bullying.
Terdapat beberapa kasus cyber-bullying yang korbanya berakhir pada
kematian akibat depresi dari tekanan yang mereka dapatkan akibat tindakan
cyber-bullying. Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai dampak
cyber-bullying pada korban nya. (Setyawati, 2016) dalam penelitianya
mengenai pengaruh cyber-bullying terhadap gangguan emosi remaja.
Penelitian ini menggambarkan bahwa adanya tindakan cyber-bullying dapat
menganggu perkembangan emosi remaja sehingga membentuk karakter
remaja yang keras.
Penelitian lainnya dilakukan oleh (Rifauddin, 2016) yang meneliti
sebuah fenomena cyber-bullying pada remaja di media sosial Facebook.
Dalam penelitian ini disebutkan bahwa dampak cyber-bullying sebenarnya
tidak hanya dialami oleh korban melainkan juga pelakunya, dimana pelaku
6
terancam hukuman atas pelanggaran pada Undang-undang No.11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Sedangkan pada korbanya
cyber-bullying berdampak pada perkembangan psikisnya dimana mereka akan
merasakan kecemasan, depresi, ketidaknyamanan, penurunan prestasi sekolah,
tidak mau bergaul dengan teman sebaya, menghindar dari lingkungan sosial
hingga upaya bunuh diri.
Beberapa kasus cyber-bullying yang dilansir oleh CNNindonesia.com
(diakses pada 25 Maret 2018, 16:55) berikut adalah contohnya, Rahtaeh
Parson, merupakan gadis asal Kanada yang ditemukan tewas gantung diri usai
dua tahun menerima serangan Cyber-bullying di Facebook. Usianya masih 15
tahun, ia merupakan korban pemerkosaan. Malangnya, sebuah foto yang
menunjukkan kejadian pemerkosaan tersebut beredar di sekolah. Sejak itu
Rahtaeh menjadi bahan ejekan teman-teman sekolahnya. Akibat foto yang
beredar, Rahtaeh dianggap sebagai seorang pelacur. Selain dipermalukan
secara verbal, selama berbulan-bulan ia menjadi target cyber-bullying di
Facebook.
Di indonesia kasus cyber-bullying yang berakhir pada kematian pernah
terjadi pada Yustinus Yoga Cahyadi pada 26 Mei 2013. Diduga ia
memutuskan untuk bunuh diri dengan menabrakan dirinya pada kereta api
yang melintas, usai menerima ejekan dan hujatan di media sosial akibat
gagalnya penyelenggaraan acara LockStock Fest#2. Kebo sapaan akrab Yoga
Cahyadi ditemukan tewas di lintasan kereta api Sorowajan Baru,
Banguntapan, Bantul Yogyakarta pada Minggu (26/5/2013). Sebagai ketua
7
penyelenggara dan promotor musik, ia dianggap orang yang paling
bertanggung jawab atas kegagalan acara tersebut.
Cyber-bullying tidak memandang bulu untuk menyerang siapa korban
nya. Mulai dari masyarakat biasa, public figure, tokoh politik hingga atlet pun
dapat menjadi sasaran cyber-bullying. Akan sangat berbahaya jika atlet
menjadi korban cyber-bullying terlebih jika dampaknya langsung dirasakan
oleh mereka yakni menurunya rasa percaya diri. Kasus cyber-bullying pada
atlet yang cukup parah pernah dialami oleh seorang petenis wanita asal
Kanada yang memutuskan pensiun setelah menerima serangan cyber-bullying
di Facebook dan Twitter. Di lansir dari okezone.com (diakses pada 3 April
2018, 13:25) , Rebecca Marino petenis berusia 22 tahun tersebut mengaku tak
kuat hati ketika dirinya menerima serangan cyber-bullying, serangan tersebut
didapatnya akibat ia seringkali tidak tampil baik dalam beberapa turnamen.
Maka dari itu sangat beralasan jika serangan cyber-bullying pada atlet akan
berpengaruh banyak terhadap keadaan psikologisnya terutama saat melakukan
latihan hingga dalam sebuah pertandingan yang dijalani, sehingga akan sulit
untuk memenangkan sebuah pertandingan.
Serangan cyber-bullying pada atlet juga banyak terjadi di Indonesia
berikut adalah beberapa kasus serangan cyber-bullying pada atlet-atlet
Indonesia. Dari cabang olahraga wushu, melansir dari artikel yang
diterbitkan oleh Tribunnews.com (diakses pada 10 Mei 2018, 18: 30), atlet
berprestasi Lindswell Kwok kala itu berhasil menyumbangkan medali
8
emas pada ajang Sea Games 2017, namun ternyata tidak hanya sebuah
pujian yang datang padanya sebuah komentar negatif pun menyerang
dirinya. Sebuah postingan dari akun Facebook media berita Kompas.com
yang berisikan informasi kemenangan Lindsell Kwok atas raihan emasnya
kala itu, ternyata mendapat beberapa komentar negatif dari para warganet
seperti terlihat pada foto di bawah ini.
Gambar 1.1 Postingan Kompas.com pada akun Facebook Kompas.com Sumber : Tribunnews.com
Gambar 1.2 Komentar pada postingan yang dibuat oleh akun Facebook Kompas.com
Sumber : Tribunnews.com
Berikutnya kasus cyber-bullying juga pernah menyerang pebalap F1
pertama asal Indonesia, Rio Haryanto. Rio Haryanto sebenarnya telah
9
mencatatkan prestasi tersendiri bagi Indonesia yaitu ia menjadi orang
Indonesia pertama yang berhasil mengikuti kompetisi balap mobil cepat
terbaik di dunia yakni F1. Namun sayangnya Rio tidak begitu menunjukan
prestasinya, saat balapan ia kerap kali gagal finish dan kalaupun berhasil
finish Rio hanya berada pada urutan belakang. Hal ini menimbulkan banyak
kekecewaan pada warga Indonesia terlebih untuk mengikuti kompetisi
tersebut Rio Haryanto telah menghabiskan banyak uang yang menjadi syarat
baginya agar dapat tergabung dalam klub mobil balap Manor Racing. Dari
sinilah banyak serangan cyber-bullying yang menyerang padanya salah
satunya seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 1.3 Meme yang berisi serangan cyber-bullying pada Rio Haryanto Sumber : Kaskus.com
serangan cyber-bullying pada atlet-atlet di Indonesia biasanya
menyerang atlet dari cabang olahraga populer seperti sepak bola dan
bulutangkis. Hal ini terjadi akibat cabang-cabang olahraga tersebut seringkali
di ekspos oleh media massa, sehingga banyak masyarakat yang mengetahui
dan memberikan respon terhadap pemberitaan yang ada. Respon yang muncul
10
dapat berupa respon positif seperti bentuk apresiasi serta dukungan, dan
respon negatif yaitu serangan cyber-bullying.
Mengingat bulutangkis merupakan salah satu olahraga paling populer di
Indonesia dan juga olahraga yang paling berprestasi bagi Indonesia di kancah
Dunia. Maka wajar jika masyarakat mempunyai harapan yang besar kepada
mereka untuk mengharumkan nama bangsa. Namun apa yang terjadi saat ini
adalah cabang olahraga bulutangkis tidak lagi memiliki prestasi yang begitu
baik jika dibandingkan pada era beberapa dekade yang lalu. Banyak
masyarakat yang justru melakukan serangan cyber-bullying pada atlet
bulutangkis yang belum menunjukan prestasi terbaiknya. Berikut dibawah ini
adalah beberapa serangan cyber-bullying yang menyerang atlet bulutangkis
Indonesia.
Gambar 1.4 Contoh Cyber-bullying Sumber : Instagram.com/badmintalk_com
11
Gambar diatas merupakan bentuk cyber-bullying yang diterima oleh
salahsatu atlet bulutangkis Indonesia yaitu Jonathan Cristie, saat berlaga pada
kejuaraan All England 2018 di Birmingham-Inggris. Saat itu Instagram
Fanbase bulutangkis @badmintalk_com (diakses pada 29 April 2018, 11:25)
dan akun resmi humas PBSI @badminton.ina (diakses pada 29 April 2018,
11:40) mengumumkan hasil pertandingan, banyak komentar dari para warga
net yang tergolong dalam kegiatan cyber-bullying.
Sebagai akun resmi PP PBSI akun Instagram @badminton.ina tentu
akan menjadi pilihan utama untuk memperoleh informasi seputar
perbulutangkisan Indonesia mulai dari aktifitas atlet selama latihan,
bertanding, hingga kegiatan lainnya yang dilakukan dan dilaksanakan oleh PP
PBSI. Sehingga akan banyak warga net yang menjadikan akun Instagram
@badminton.ina untuk memperbarui informasi seputar bulutangkis Indonesia.
Selain akun Instagram resmi PP PBSI, sebetulnya masih banyak lagi akun-
akun Instagram fanbase bulutangkis yang juga memberikan informasi seputar
bulutangkis salah satu diantaranya adalah akun Instagram @badmintalk_com.
Dengan jumlah pengikut yang mencapai sekitar 510 ribu pengikut,
menjadikan akun ini sebagai akun Instagram fanbase bulutangkis terbesar
yang mengindikasikan bahwa banyak warga net yang mengakses akun
Instagram tersebut untuk memperoleh informasi seputar bulutangkis. Peneliti
melihat adanya komentar-komentar yang mengandung pesan cyber-bullying
pada komentar di postingan dalam kedua akun Instagram tersebut. Hal ini
terjadi karena kedua akun tersebut memang menjadi pusat informasi bagi
12
pecinta bulutangkis Indonesia dan warganet sehingga banyak pula komentar
yang akan datang dan kemungkinan munculnya pesan cyber-bullying pun
terbuka.
Kejuaraan All-England merupakan salah satu kejuaraan prestisius
dalam dunia bulutangkis dunia hal ini disebabkan karena turnamen ini
merupakan turnamen tertua dalam dunia perbulutangkisan. Banyak atlet yang
menargetkan gelar juara pada kejuarann All-England dalam karir
bulutangkisnya, termasuk atlet bulutangkis Indonesia. Catatan prestasi Atlet
bulutangkis Indonesia pun terbilang sangat baik pada kejuaraan ini, total
secara keseluruhan Indonesia berhasil mendapatakan 46 koleksi gelar juara
All-England sepanjang sejarah penyelenggaraanya. Hal ini pulalah yang
membuat masyarakat Indonesia memiliki ekspetasi tinggi pada atlet Indonesia
untuk bisa berprestasi pada kejuaraan tersebut.
serangan cyber-bullying lainya yang menyerang beberapa atlet
bulutangkis indonesia terlihat pada gambar berikut.
Gambar 1.5 Contoh Cyber-bullying Sumber : facebook.com/badmintonwonderbwf
13
Gambar 1.6 Contoh Cyber-bullying Sumber : Instagram.com/badmintalk_com
Gambar-gambar diatas merupakan serangan cyber-bullying yang terjadi
selama penyelenggaraan turnamen Thomas & Uber Cup 2018 pada tanggal
20-27 Mei 2018. Pada turnamen ini tim beregu putra dan putri Indonesia gagal
meraih hasil terbaik, sehingga banyak komentar negatif dari warga net yang
datang dari berbagai media sosial. Banyaknya komentar negatif terjadi akibat
beberapa atlet Indonesia tidak mampu menjadi juara pada beberapa kejuaraan
yang diikuti. Sebenarnya posisi Indonesia dalam persaingan perbulutangkisan
dunia terbilang sangat baik. Indonesia merupakan negara dengan prestasi
bulutangkis yang sangat banyak mulai dari Sea Games hingga Olimpiade .
Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
tindakan cyber-bullying terhadap atlet bulutangkis Indonesia pada media
sosial Instagram (analisis isi kuantitatif pada komentar di postingan hasil
pertandingan dan artikel hasil pertandingan selama kejuaraan All-England 14-
18 Maret 2018 di akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com).
14
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas. Maka rumusan masalah
dalam penelitiaan ini adalah : “Bagaimana cyber-bullying terhadap atlet
bulutangkis Indonesia pada media sosial Instagram (analisis isi
kuantitatif pada komentar di postingan hasil pertandingan dan artikel
hasil pertandingan selama kejuaraan All-England 14-18 Maret 2018 di
akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com) ? “
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah disusun diatas. Maka
peneliti mengidentifikasikan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Seberapa banyak frekuensi cyber-bullying muncul dalam komentar di
postingan hasil pertandingan dan artikel hasil pertandingan selama
kejuaraan All-England 2018 di akun Instagram @badminton.ina dan
@badmintalk_com ?
2. Apasajakah jenis-jenis cyber-bullying yang muncul dalam komentar di
postingan hasil pertandingan dan artikel hasil pertandingan selama
kejuaraan All-England 2018 di akun Instagram @badminton.ina dan
@badmintalk_com ?
3. Bagaimana cara komunikator (pelaku cyber-bullying) memproduksi
pesan ?
15
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui banyaknya frekuensi cyber-bullying yang muncul
dalam komentar di postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan selama kejuaraan All-England 2018 di akun Instagram
@badminton.ina dan @badmintalk_com.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis cyber-bullying yang muncul dalam
komentar di postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan selama kejuaraan All-England 2018 di akun Instagram
@badminton.ina dan @badmintalk_com.
3. Untuk mengetahui cara komunikator (pelaku cyber-bullying)
memproduksi pesan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi penulis dalam
memperkaya kajian Ilmu Komunikasi umumnya. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi penelitian-
penelitian analisis isi kuantitatif komunikasi khususnya yang berkaitan
dengan tema cyber-bullying yang penulis ketahui bahwa masih belum
banyak kajian tentang hal tersebut dan juga mengenai adanya fenomena
cyber-bullying sebagai akibat dari berkembangnya media komunikasi
digital.
16
1.5.2 Manfaat Praktis
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan penjelasan
mengenai cyber-bullying. serta menjadi pengingat bagi para pengguna
media siber akan besarnya ancaman cyber-bullying sehingga untuk
dikemudian hari dapat dilakukan tindakan pencegahan dan ditemukan
solusi agar tindakan cyber-bullying dapat dikurangi. Selain itu diharapkan
juga ini dapat menjadi masukan bagi para atlet bulutangkis Indonesia dan
pengurus Pusat Pelatihan Nasional PP PBSI agar dapat menanggapi positif
terhadap serangan cyber-bullying yang ada dan melakukan penanganan
cepat terkait dampak dari serangan cyber-bullying.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu bukanlah hal yang dapat dikesampingkan.
Penelitian terdahulu penting untuk digunakan dalam sebuah penelitian untuk
menjadi sumber referensi bacaan bagi peneliti serta sebagai bahan
pembanding antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Dengan begitu
akan dapat diketahui persamaan dan perbedaan diantara penelitian-penelitian
tersebut, sehingga mencegah terjadinya pengulangan / penjiplakan hasil
penelitian dan sebagai bentuk pembaharuan terhadap penelitian baik yang
sudah ada maupun penelitian yang belum pernah ada sebelumnya. Dalam
penelitian ini, peneliti akan menyajikan tiga penelitian terdahulu yang relevan
dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
Penelitian terdahulu yang pertama, merupakan penelitian yang
dilakukan pada tahun 2015 oleh Syarif Ady Putra yang merupakan
mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman, judul penelitian
tersebut adalah “ Analisis isi kekerasan verbal pada tayangan Pesbukers di
ANTV”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi kekerasan
verbal yang terdapat pada program komedi Pesbukers selama periode bulan
September 2014 . Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode
penelitian analisis isi kuantitatif deskriptif. Analisa dalam penelitian ini
dilakukan terhadap 1.396 tayangan Pesbukers pada tanggal 1 sampai 30
18
September 2014, dengan menggunakan lima kategori kekerasan yaitu:
asosiasi pada binatang, umpatan, hiperbola, eufimisme dan kekerasan verbal
secara disfemisme. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat
1.396 pola komunikasi yang termasuk kekerasan verbal, yang mencapai 1.394
jumlah frekuensi kesepakatan. Terdiri dari lima kategorisasi. Kekerasan
verbal didominasi oleh kategori dengan cara umpatan sebanyak 679 kali
kemunculan (48,63%), sedangkan kekerasan dengan cara disfemisme 193 kali
kemunculan (13,82% ). Kekerasan dengan cara eufimisme sebanyak 191
kemunculan (13,68%), kemudian kategori asosiasi binatang sebanyak 184
kali (13,18%), dan kekerasan verbal secara hiperbola sebanyak 149 kali
kemunculan atau 10,67%.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan adalah kedua penelitian menggunakan metode penelitian analisis isi
kuantitatif deskriptif. Namun berbeda dengan unit analisis nya. Dalam
penelitian yang akan peneliti teliti unit analisis nya adalah komentar pada
postingan hasil pertandingan selama turnamen All-England 2018 , selain itu
konsep yang dibahas pun berbeda, pada penelitian tersebut konsep yang
digunakan adalah mengenai kekerasan verbal, sedangkan peneliti disini akan
meneliti mengenai cyber-bullying.
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang berjudul “Diskursus
Cyberbullying Florence Sihombing (Analisis Wacana Kritis Teun A. Van
Dijk Tentang Florence Sihombing di Dunia Maya), penelitian ini dilakukan
oleh Syntia Balina Dewi dan Syarif Maulana pada tahun 2015 dari
19
Universitas Islam Sultan Agung Semarang, dengan tujuan untuk mengetahui
diskursus cyber-bullying dalam kasus Florence Sihombing berdasarkan
analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk. Metode penelitian yang digunakan
adalah analisis wacana, dengan cara mengumpulkan screenshot kicauan
cyber-bullyer di media Twitter dan headline sebuah portal berita online yang
berhubungan dengan kasus Florence Sihombing yang kemudian dikaitkan
dengan analisis wacana kritis van Dijk. Penelitian ini berhasil membuktikan
bahwa cyber-bullying yang dialami Florence Sihombing melalui headline
berita online dan kicauan Twitter cyber-bullyer dapat dijelaskan melalui
sembilan elemen yang terdapat dalam analisis wacana kritis van Dijk.
Penelitian tersebut serupa dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti dalam hal fokus penelitianya yakni mengenai cyber-bullyingi
walaupun unit analisis yang digunakannya berbeda yakni screenshot kicauan
cyber-bullyer di media Twitter dan headline sebuah portal berita online yang
berhubungan dengan kasus Florence Sihombing. Sedangkan peneliti dalam
penelitian ini menggunakan Komentar pada postingan hasil pertandingan
turnamen All-England 2018 pada akun Instagram @badminton.ina dan
@badmintalk_com sebagai unit analisisnya. Sedangkan mengenai metode
penelitianya berbeda. Pada penelitian tersebut menggunakan metode analisis
isi kualitatif tepatnya analisis wacana kritis Van Dijk sedangkan pada
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis menggunakan metode penelitian
analsis isi kuantitatif deskriptif.
20
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang berjudul analisis isi
Cyber-bullying di media sosial twitter (Studi Pada Akun Twitter
@ahmaddhaniprast Periode Bulan Februari-Juni 2016) yang dilakukan oleh
Aprian Putra mahasiswa Universitas Lampung pada tahun 2017. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis isi teks cuitan cyber-
bullying pengguna twitter terhadap akun twitter @ahmaddhaniprast. Dengan
menggunakan metode penelitian analisis wacana Van Dijk ditemukan hasil
penelitian bahwa cyber-bullying yang dilakukan oleh para followers
disebabkan cuitan-cuitan Ahmad Dhani yang dianggap kasar dan
kontrovesial. Selain itu faktor kebencian atau ketidaksukaan terhadap sosok
Ahmad Dhani yang dikarenakan citra negatif dirinya juga merupakan alasan
lain mengapa followers melakukan cyber-bullying terhadap Ahmad Dhani.
Jenis cyber-bullying yang dilakukan pengguna twitter terhadap akun twitter
@ahmaddhaniprast terdiri dari flaming, dinegration, dan masquerade.
Ditinjau berdasarkan karakteristik cyber-bullying, Ahmad Dhani
mendapatkan cybe-rbullying dengan karakteristik agresif. Selain itu logika
desain pesan pengguna twitter yang melakukan cyber-bullying mereka
mengemas pesan dengan tipe logika pesan ekspresif.
Yang menjadi pembeda dalam penelitian diatas dengan penelitian yang
akan dilakukan peneliti terletak pada metode penlitian dan unit analisis yang
digunakan. Pada penelitian diatas metode yang digunakan adalah analisis
wacana Van Dijk sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti
menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian
21
yang akan dilakukan peneliti adalah komentar pada postingan hasil
pertandingan turnamen All-England 2018 pada akun Instagram
@badminton.ina dan @badmintalk_com sedangkan pada penelitian diatas
adalah cuitan cyber-bullying pengguna twitter terhadap akun twitter
@ahmaddhaniprast. Sedangkan untuk konsep yang digunakan antara
penelitian diatas dengan penelitian ini adalah sama yaitu mengenai cyber-
bullying.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Universitas Judul Tujuan Kesimpulan 1. Syarif
Ady Putra
Universitas Mulawarman
Analisis isi kekerasan verbal pada tayangan Pesbukers di ANTV
mengetahui frekuensi kekerasan verbal yang terdapat pada prokram komedi Pesbukers selama periode bulan September 2014 .
terdapat 1.396 pola komunikasi yang termasuk kekerasan verbal, yang mencapai 1.394 jumlah frekuensi kesepakatan. Terdiri dari lima kategorisasi. Kekerasan verbal didominasi oleh kategori dengan cara umpatan sebanyak 679 kali kemunculan (48,63%), sedangkan kekerasan dengan cara disfemisme 193 kali kemunculan (13,82% ). Kekerasan dengan cara eufimisme sebanyak 191 kemunculan (13,68%), kemudian kategori asosiasi binatang sebanyak 184 kali (13,18%), dan kekerasan verbal secara hiperbol sebanyak 149 kali kemunculan atau 10,67%.
2. Syntia Balina Dewi dan Syarif Maulana
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Diskursus Cyberbullying Florence Sihombing (Analisis Wacana
mengetahui diskursus cyberbullying dalam kasus Florence Sihombing berdasarkan
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa cyberbullying yang dialami Florence Sihombing melalui headline berita online dan kicauan Twitter cyberbullyer dapat dijelaskan melalui
22
2.2 Cyber-bullying
Cyber-bullying merupakan bentuk lain dari bullying. Hal ini terjadi
karena perkembangan jaman yang semakin pesat dimana proses komunikasi
dapat terjadi melalui media siber, dimana media dengan sistem jaringan
Kritis Teun A. Van Dijk Tentang Florence Sihombing di Dunia Maya
analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk.
sembilan elemen yang terdapat dalam analisis wacana kritis van Dijk.
3. Aprian Putra
Universitas Lampung
Analisis isi Cyberbullying di media sosial twitter (Studi Pada Akun Twitter @ahmaddhaniprast Periode Bulan Februari-Juni 2016)
mengetahui dan menganalisis isi teks cuitan cyber-bullying pengguna twitter terhadap akun twitter @ahmaddhaniprast.
cyberbullying yang dilakukan oleh para followers disebabkan cuitan-cuitan Ahmad Dhani yang dianggap kasar dan kontrovesial. Selain itu faktor kebencian atau ketidaksukaan terhadap sosok Ahmad Dhani yang dikarenakan citra negatif dirinya juga merupakan alasan lain mengapa followers melakukan cyberbullying terhadap Ahmad Dhani. Jenis cyberbullying yang dilakukan pengguna twitter terhadap akun twitter @ahmaddhaniprast terdiri dari flaming, dinegration, dan masquerade. Ditinjau berdasarkan karakteristik cyberbullying, Ahmad Dhani mendapatkan cyberbullying dengan karakteristik agresif. Selain itu logika desain pesan pengguna twitter yang melakukan cyberbullying mereka mengemas pesan dengan tipe logika pesan ekspresif.
23
internet dan digital tersebut dapat dikatakan telah menjadi salah satu
teknologi utama bagi media komunikasi saat ini.
Cyber-bullying adalah perbuatan bullying yang dilakukan / terjadi di
media siber dan media komunikasi elektronik seperti sosial media, website, e-
mail, social chat, dan lain sebagainya. (Hinduja & Patchin, 2009), dan
(Smith, dkk, 2008) mengadaptasi definisi bullying dari Olweus, yaitu cyber-
bullying adalah perilaku agresif, intens, berulang yang dilakukan oleh
individu dan perorangan dengan menggunakan bentuk-bentuk pemanfaatan
teknologi dan eletronik sebagai media untuk menyerang orang tertentu (dalam
Putera, 2017: 19). Menurut Kowalski (2008), cyberbullying mengacu pada
bullying yang terjadi melalui instant messaging, email, chat room, website,
video game, atau melalui gambaran atau pesan yang dikirim melalui telepon
selular.
Bentuk cyber-bullying bermacam-macam dapat berupa kata-kata
umpatan, gosip, ejekan, cemoohan, penghinaan, dan lain sebagainya. Menurut
Hertz (dalam Putera, 2017: 19), cyber- bullying adalah bentuk penindasan
atau kekerasan dengan bentuk mengejek, mengatakan kebohongan,
melontarkan kata-kata kasar, menyebarkan rumor maupun melakukan
ancaman atau berkomentar agresif yang dilakukan melalui media-media
seperti e-mail, chat room, website (termasuk blog) atau pesan singkat (SMS).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Cyber-
bullying merupakan bentuk perundungan yang dilakukan melalui
24
pemanfaatan teknologi dan media elektronik untuk menyerang orang tertentu,
bentuk serangannya berupa ejekan, mengatakan kata-kata bohong, kata-kata
kasar dan lain sebagainya yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
secara intens dan terus menerus. Yang umum menjadi korban cyber-bullying
adalah anak-anak, remaja, tokoh-tokoh publik, artis, politikus hingga atlet.
Hal ini dapat terjadi karena mereka -tokoh politik, atlet, artis- seringkali
mendapat sorotan media sehingga kehidupan mereka banyak yang tersebar
dan itu dapat menjadi bahan bagi para pelaku cyber-bullying untuk
melakukan serangan cyber-bullying.
Terdapat beberapa pendapat yang membahas mengenai jenis-jenis
cyber-bullying. Yang pertama adalah pendapat dari Willard (Jalil A dalam
Sanda, 2016: 25-27) yang membagi berbagai macam tindakan cyber-bullying
kedalam delapan bentuk, yaitu :
Flaming (terbakar): yaitu mengirimkan pesan teks yang isinya
merupakan kata-kata yang penuh amarah dan frontal. Istilah “flame” ini
pun merujuk pada kata-kata di pesan yang berapi-api dan menggambarkan
emosi si komunikator yang penuh dengan amarah.
Harassment (gangguan): pesan-pesan yang berisi gangguan yang
menggunakan e-mail, SMS, maupun pesan teks di jejaring sosial yang
dilakukan secara terus menerus.
25
Denigration (pencemaran nama baik): yaitu proses mengumbar
keburukan seseorang di internet dengan maksud merusak reputasi dan
nama baik orang tersebut (korban)
Impersonation (peniruan): berpura-pura menjadi orang lain dan
mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik
Outing: menyebarkan rahasia orang lain, atau foto-foto pribadi orang lain
Trickery (tipu daya): membujuk seseorang dengan tipu daya agar
mendapatkan rahasia atau foto pribadi orang tersebut
Exclusion (pengeluaran): secara sengaja dan kejam mengeluarkan
seseorang dari grup online.
Cyberstalking: mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang
secara intens sehingga membuat ketakutan besar pada orang tersebut.
Pendapat kedua mengenai jenis cyber-bullying didapat dari penelitian
yang dilakukan Price dan Dalgleish (2010) pada 548 remaja Australia dan juga
didukung oleh penelitan-penelitian lainnya (dalam Akbar & Prahastiwi,2015;
14-15) yang menggarisbawahi bentuk-bentuk cyber-bullying yang dilakukan
oleh pelaku remaja pada media internet. Bentuk-bentuk cyber-bullying yang
ditemukan antara lain;
a. Called Name (Pemberian Nama Negatif)
Pemberian nama negatif adalah bentuk serangan cyber-bullying yang
memberi label buruk terhadap korban. Seorang pakar bullying, Sherry Gordon
(bullying.about.com, 2014) mengemukakan pemberian nama negatif atau yang
kerap disebut name-calling adalah salah satu bentuk cyber-bullying yang
26
paling membahayakan, karena memaksakan seseorang untuk menerima nama
negatif yang bukan dirinya. Nama-nama negatif yang disebutkan dalam aksi
cyber-bullying terhadap korban antara lain: 1) Nama hewan, seperti :
“Anjing”, “Babi”, “Bangsat” dll. 2) Nama makhluk halus, Seperti : “Setan”,
“kuntilanak”, “hantu” dll ; c) Panggilan fisik, Seperti “gembrot”, “pesek” dll.
b) Image of Victim Spread (Penyebaran Foto Korban)
Adalah wujud dari ungkapan ekspresi pelaku untuk menghibur dirinya
maupun orang lain dengan memakai foto korban sebagai objek/bahan hiburan.
penyebaran foto pribadi korban juga dilakukan biasanya untuk membuat malu
korban. Foto yang di sebarkan biasanya adalah foto rahasia dari korban
tersebut atau ada juga yang menyebarkan foto hasil editan yang membuat
malu korbannya.
c) Threatened Physical Harm (Mengancam Keselamatan Fisik)
Merupakan bentuk cyber-bullying yang dilakukan dengan memberikan
ancaman yang dapat membahayakan keselamatan kepada korbannya.
Ancaman seperti pembunuhan, berkelahi dan lain sebagainya merupakan
bentuk ancaman yang mengancam keselamatan fisik korban.
d) Opinion Slammed (Pendapat yang Merendahkan)
Opini merendahkan adalah pendapat yang ditulis pelaku kepada
korban untuk menghina keadaan atau penampilan korban. Jenis ini biasanya
termasuk juga seperti mengolok-olok, mengejek dan lain sebagainya.
Dari berbagai jenis cyber-bullying yang telah diuraikan diatas dapat
dilihat bahwa jenis apapun itu semuanya merupakan bentuk tindakan yang
27
sangat merugikan bagi korbannya terlebih dalam hal kesehatan psikologis
karena serangan cyber-bullying merupakan bentuk serangan yang dilakukan
tidak dengan melakukan kontak fisik melainkan dengan bentuk serangan
verbal yang tidak dapat dirasa oleh fisik dampaknya melinkan oleh psikologis,
namun begitu perlahan tapi pasti dampaknya pun akan berimbas pada
kesehatan fisik korbannya.
Secara sitematik pelaku cyber-bullying mencoba untuk masuk ke dalam
kepala dan pola pikir korbannya untuk membuat korban merasa tak berharga
dan menderita akibat perbuatan pelaku. Korban akan merasa takut dengan apa
yang akan terjadi selanjutnya. Hal ini dapat menyebabkan beberapa gangguan
yang tidak dapat dianggap remeh pada kesehatan secara keseluruhan.
Korban cyber-bullying pada umumnya mengalami masalah kesehatan secara
fisik dan mental.
Gejala Fisik: Selera makan hilang, sulit tidur atau gangguan tidur, keluhan
masalah kulit, pencernaan dan jantung berdebar-debar. Dari gejala-gejela
fisik tersebut jika dibiarkan akan berdampak lebih besar lagi seperti selera
makan hilang akan berpengaruh terhadap asupan gizi korban, gangguan tidur
akan berpengaruh terhadap metabolisme dan sistem kerja tubuh korban dan
lain sebagainya dimana jika gejala ini tidak ditangani secara cepat maka besar
kemungkinan efek yang lebih serius akan dialami oleh korban.
Gejala Psikologis: Gelisah, depresi, Kelelahan, rasa harga diri berkurang,
sulit konsentrasi, murung, menyalahkan diri sendiri, gampang marah, hingga
28
bunuh diri (Dinkes, 2015). Gejala ini lebih besar dirasakan nantinya pada
proses sosial korbannya dimana korban akan cenderung memilih untuk
menyendiri akibat depresei, tidak percaya diri, dan lain sebagainya. Dampak
sosial seperti ini yang sebenarnya akan sulit disembuhkan jika tidak ada
penanganan cepat. Rasa trauma akan muncul sepanjang hidup korban.
Dari kedua pendapat di atas mengenai jenis-jenis cyber-bullying,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis cyber-bullying yang
dikemukakan oleh Price dan Dalgleish untuk menjawab identifikasi masalah
frekuensi kemunculan pesan cyber-bullying dan jenis-janis cyber-bullying.
2.3 Media Sosial Instagram
Kemunculan media sosial tidak dapat dilepaskan dari berkembangnya
teknologi komunikasi yang kini dikenal dengan media siber yaitu bentuk
komunikasi dengan pola many to many dan feww to few yang terjadi karena
adanya koneksi antara satu perangkat komputer dengan perangkat komputer
lainnya dimana dari sinilah muncul istilah “internet” yang menghubungkan
komputer secara global, yaitu tidak ada batasan baik secara lokasi
demografis, perangkat keras atau program yang digunakan. (dalam Nasrullah,
2014; 24). Nasrullah menyebutkan terdapat beberapa jenis media siber yang
salah satu diantaranya adalah media sosial yang diartikannya sebagai media
yang digunakan untuk mempublikasikan konten seperti profil, aktivitas, atau
bahkan pendapat pengguna juga sebagai media yang memberikan ruang bagi
komunikasi dan interaksi dalam jejaring sosial di ruang siber.
29
Dalam McGraw Hill Dictionary disebutkan bahwa media sosial
merupakan sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu
sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan
gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual. Media sosial sama
halnya dengan media komunikasi lainnya yang digunakan sebagai sarana
untuk berkomunikasi antara komunikator dan komunikan. Yang membedakan
antara media komunikasi konvensional dengan media sosial adalah teknologi
yang digunakan pada media sosial dimana sistem digital lebih dominan dalam
media sosial. Media sosial umumnya digunakan sebagai media untuk berbagi
gagasan, pemikiran, ide, informasi, dan gagasan lainnya kepada orang lain
yang juga menggunakan media massa.
Saat ini sudah banyak sekali berbagai macam media sosial seperti
Facebook, Twitter, Path, dan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini
adalah Instagram. Mengutip dari Wikipedia (diakses pada 29/07/2016, 18.45)
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto dan video yang memungkinkan
pengguna mengambil foto, mengambil video, menerapkan filter digital, dan
membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik
Instagram sendiri. Terdapat banyak fitur dalam Instagram yang dapat
digunakan oleh para penggunanya. Seperti fitur berbagi foto dan video,
InstaStory, live,dan IGTV, serta dilengkapi pula dengan fitur berbagi pesan
seperti Direct Message dan kolom komentar.
Instagram berasal dari kata “insta” dan “gram”. Kata "insta" berasal
dari kata "instan", kata ini menggambarkan fungsi Instagram yang dapat
30
menampilkan foto-foto secara instan. Sedangkan untuk kata "gram" berasal
dari kata "telegram" yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada
orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat
mengunggah foto dengan menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi
yang ingin disampaikan dapat diterima dengan cepat (Wikipedia. Diakses
pada 29/7/2018: 18.57). Instagram dapat digunakan umtuk berbagi segala
macam pesan seperti foto, gambar, video, dan lain sebagainya secara cepat
dan instan dengan menggunakan teknologi internet.
2.4 Logika Penyusunan Pesan
Teori ini dikembangkan oleh Barbara O’Keefe. Dalam tesisnya
O’Keefe menjelaskan bahwa manusia beprikir dengan cara yang berbeda
tentang komunikasi dan pesan serta mereka menggunakan logika yang
berbeda dalam memutuskan apa yang akan dikatakan kepada orang lain
dalam sebuah situasi (Littlejohn, 2014:188). Terdapat proses dan
pertimbangan tertentu sebelum kita melakukan sebuah komunikasi ini disebut
juga sebagai manajemen pesan. O’Keefe menggunakan istilah “logika dalam
merancang pesan” (message design logic) untuk menjelaskan bagaimana
proses berpikir yang terjadi hingga munculnya pesan (O’Keefe dalam
Morissan, 2013: 185) . Logika penyusunan pesan berbeda-beda pada tiap
orang dan pada kondisi tertentu, dimana penyusunan logika pesan ini
digunakan agar pesan yang ingin disampaikan sesuai dengan apa yang
diinginkan. Sama halnya dengan cyber-bullying ada pertimbangan-
pertimbangan tertentu dalam komunikator sebelum ia menyampaikan
31
pesannya supaya pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan
baik.
Terdapat tiga macam logika penyusunan pesan menurut O’Keefe.
1. Logika ekspresif (expressive logic) merupakan komunikasi untuk
pengungkapan perasaan dan pemikiran sendiri. Pesan-pesan dalam
cara ini bersifat terbuka dan reaktif, dengan adanya sedikit perhatian
pada kebutuhan atau keinginan orang lain. Dalam hal ini, logika
ekspresif bersifat self-centered atau terpusat pada diri komunikator,
kebalikan dari person-centered atau terpusat pada lawan bicara
(komunikan).
2. Logika konvensional (conventional logic), dalam logika ini,
komunikasi adalah sebuah cara pengungkapan diri yang berjalan
sesuai dengan aturan-aturan dan norma-norma yang diterima,
termasuk hak dan kewajiban setiap orang yang terlibat. logika ini
bertujuan untuk menyusun pesan-pesan yang sopan, tepat, dan
didasarkan pada aturan-aturan yang diketahui setiap orang.
3. Logika retoris (rhetorical logic), yaitu memandang komunikasi
sebagai sebuah cara perubahan aturan melalui negosiasi. Pesan-pesan
yang disusun dengan logika ini cenderung luwes, berwawasan, dan
terpusat pada seseorang (Littlejohn, 2014:189). Komunikator yang
menggunakan logika ini cenderung untuk membingkai ulang situasi
yang dihadapi agar berbagai tujuan termasuk persuasi dan kesopanan,
dapat diintegrasikan dalam satu kesatuan yang bulat.
32
Menurut O’Keefe pada situasi tertentu, pesan akan cenderung sama,
tetapi pada situasi lain, pesan akan menjadi berbeda, misal, jika anda bertanya
kepada beberapa orang teman anda yang baru pulang dari liburan bersama di
Bali maka mereka akan mengemukakan cerita yang kurang lebih sama.
Sebaliknya, jika anda meminta mereka untuk menilai diri anda , “apa
pendapat kamu tentang saya?” maka mereka masing-masing akan
meyampaikan pandangan yang berbeda-beda yang disebut oleh O’Keefe
sebagai “keragaman pesan” (message diversity). Pada situasi tertentu akan
terdapat sedikit keragaman, namun pada situasi lain terdapat keragaman yang
besar, apapun logika yang digunakan dalam merancang pesan akan
menghasilkan bentuk pesan yang kurang lebih sama jika tujuan komunikasi
bersifat sederhana dan tidak ada orang yang akan kehilangan muka.
Sebaliknya, jika banyak tujuan yang ingin dicapai, kompleks dan memiliki
potensi seseorang kehilangan muka, maka apapun logika yang digunakan
dalam merancang pesan akan menghasilkan berbagai bentuk pesan yang
berbeda (Morissan, 2013: 187).
2.5 Kategorisasi Penelitian
Kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada jenis-
jenis cyber-bullying dan tiga macam logika penyusunan pesan dari O’Keefe.
Jenis-jenis cyber-bullying dari Price dan Dalgleish (2010) digunakan untuk
menjawab dua identifikasi masalah yaitu frekuensi munculnya pesan cyber-
bullying dan frekuensi munculnya Jenis-jenis cyber-bullying. Sehingga, untuk
33
menentukan suatu pesan tergolong dalam pesan cyber-bullying atau bukan
digunakan indikator yang sama pada indikator jenis-jenis cyber-bullying.
Jenis-jenis cyber-bullying didapat dari hasil penelitian yang dilakukan
Price dan Dalgleish (2010) pada 548 remaja Australia dan juga didukung oleh
penelitan-penelitian lainnya (Patchin, 2009)(dalam Akbar & Utari,2015)
yakni : 1) pemberian nama negatif (called name) Pemberian nama negatif
adalah bentuk serangan cyber-bullying untuk memberi label buruk terhadap
korban. Nama-nama negatif yang disebutkan dalam aksi cyber-bullying
terhadap korban antara lain nama hewan seperti : “Anjing”, “Babi”,
“Bangsat” dan sejenisnya, nama makhluk halus seperti : “setan”, “hantu”,
“pocong”, dan lain sebagainya, dan panggilan fisik seperti : “cebol”,
“gembrot”, “bantet” dan lain sebagainya; 2) Penyebaran foto (Image of Victim
Spread) menurut Price dan Dalgleish (2010) Image of Victim Speard adalah
wujud dari ungkapan ekspresi pelaku untuk menghibur dirinya maupun orang
lain dengan memakai foto korban sebagai objek hiburan. Namun, disisi lain
Price dan Dalgleish juga mengutarakan bahwa penyebaran foto pribadi
korban adalah aksi untuk membuat malu korban. Bentuknya dapat berupa
foto pribadi korban yang sebenarnya adalah sebuah rahasia atau foto hasil
gubahan yang bertujuan unutk mempermalukan korban; 3) Mengancam
keselamatan fisik (Threatened Physical Harm) penggunaan kata-kata seperti
“mati” atau “bunuh” atau kata lainnya yang bermaksud untuk mengancam
keselamatan seseorang menjadi erat kaitannya dengan eksistensi keselamatan
orang lain di dunia nyata; 4) Opinion Slammed (Pendapat Yang
34
Merendahkan), Opini merendahkan adalah pendapat yang ditulis pelaku
kepada korban untuk menghina keadaan atau penampilan korban. Jenis ini
biasanya termasuk juga seperti mengolok-olok, mengejek dan lain
sebagainya.
Untuk menjawab identifikasi masalah cara komunikator memproduksi
pesan , digunakan indikator pada tiga macam logika penyusunan pesan
menurut O’Keefe. Pertama adalah logika ekspresif yang dapat dilihat dari
sifat pesannya yang terbuka dan reaktif, kata-kata ataupun kalimat yang
digunakan merupakan sebuah ungkapan perasaan dari komunikator, ditandai
dengan penggunaan huruf kapital, penggunaan simbol seperti emoticon,
gambar yang digunakan sebagai pendukung sebuah pernyataan serta kata-kata
ekspresif lainya. Berikutnya adalah logika konvensional (conventional logic),
dalam logika ini pesan-pesan yang disampaikan bersifat sopan, tepat, dan
didasarkan pada aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku ditandai
dengan penggunaan kata “maaf”, “tolong” dan lain sebagainya. Bentuk logika
terakhir adalah logika retoris (rhetorical logic) yaitu memandang komunikasi
sebagai sebuah cara perubahan aturan melalui negosiasi. Pesan-pesan yang
disusun dengan logika ini cenderung luwes, berwawasan, dan terpusat pada
seseorang. Pelaku interaksi retoris menggunakan komunikasi untuk
menetapkan situasi dalam cara yang akan memfasilitasi pertemuan beragam
instrumen dan tujuan yang dihadapi. Komunikator yang menggunakan logika
ini cenderung untuk membingkai ulang situasi yang dihadapi agar berbagai
35
tujuan termasuk persuasi dan kesopanan, dapat diintegrasikan dalam satu
kesatuan yang bulat.
Lebih jelasnya kategorisasi penelitian pda penelitan ini dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.2 Kategorisasi Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Cyber-Bullying dan Jenis-Jenis Cyber-Bullying
1. Called Name 2. Image of Victim
Spread 3. Mengancam
Keselamatan Fisik 4. Pendapat yyang
merendahkan
1. nama hewan : “Anjing”, “Babi”, “Bangsat” dan sejenisnya, nama makhluk halus : “setan”, “hantu”, “pocong”, dan lain sebagainya, dan panggilan fisik : “cebol”, “gembrot”, “bantet” dan lain sebagainya;
2. Penggunaan foto untuk menghibur diri pelaku dan mempermalukan korban. Baik foto asli maupun foto hasil gubahan.
3. penggunaan kata-kata seperti “mati” atau “bunuh” atau kata lainnya yang bermaksud untuk mengancam keselamatan seseorang
4. menghina keadaan atau penampilan korban. Mengolok-olok ataupun mengejek.
36
Logika penyusunan pesan
1. Ekspresif 2. Konvensional 3. Retoris
1. huruf kapital, penggunaan simbol seperti emoticon, gambar yang digunakan sebagai pendukung sebuah pernyataan serta kata-kata ekspresif lainya
2. penggunaan kata/kalimat yang sopan seperti penggunaan kata “tolong”, “maaf”, “silahkan”, atau kata/kalimat lainya yang bersifat sopan.
3. persuasi, argumentasi, negosiasi serta pesan cenderung luwes/fleksibel, dan berwawasan.
Sumber : Peneliti, 2018
2.6 Kerangka Berpikir
Penelitian ini merupakan penelitian yang berawal dari adanya
fenomena yang terjadi di media sosial khususnya media sosial Instagram.
Peneliti melihat bahwa terdapat kasus yang terjadi pada atlet-atlet bulutangkis
nasional Indonesia yaitu kasus serangan cyber-bullying yang menyerang pada
atlet-atlet bulutangkis nasional Indonesia. Pada penelitian ini peneliti
berusaha melakukan sebuah analisis isi kuantitatif.
Analisis isi kuantitatif dilakukan untuk mencari tahu jumlah
frekuensi munculnya komentar yang mengandung pesan cyber-bullying pada
postingan hasil pertandingan dan artikel hasil pertandingan selama turnamen
All-England 14-18 Maret 2018 di akun Instagram @badminton.ina dan
@badmintalk_com, dan frekuensi munculnya jenis-jenis pesan cyber-bulying
dimana untuk menjawab dua identifikasi masalah tersebut peneliti lakukan
dengan melihat indikator-indikator pada jenis-jenis cyber-bullying yang
37
diungkapkan oleh Price dan Dalgleish (2010) yang muncul, untuk kemudian
akan di akumulasikan total keseluruhannya. Kemudian peneliti akan
menghitung juga frekuensi munculnya masing-masing jenis cyber-bullying
dengan menggunakan indikator yang sama. Dalam penelitian ini juga peneliti
akan mencari tahu bagaimana cara komunikator menyampaikan pesannya
yang dapat diketahui dengan menggunakan melihat indikator-indikator pada
teori logika penyusunan pesan dari Barbara O’Keefe.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Sumber : Analisa Peneliti, 2018
Analisis isi
- Frekuensi munculnya Pesan
cyber-bullying
- Jenis cyber-bullying
Logika penyusunan pesan
Cara komunikator (pelaku
cyber-bullying)
menyampaikan pesan
- Ekspresif
- Konvensional
- Retoris
Instagram Cyber-bullying pada atlet
bulutangkis
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif. Menurut Sugioyono (2008), metode kuantitatif adalah pendekatan
ilmiah yang memandang suatu realitas itu dapat diklasifikasikan, konkrit,
teramati dan terukur, hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data
penelitiannya berupa angka-angka dan analisinya menggunakan statistik.
Dengan pendekatan kuantitatif peneliti berusaha menjawab rumusan masalah
dengan sebuah jawaban yang besifat kuantitatif yaitu menggunakan angka-
angka. Penelitian kuantitatif menekankan pada fenomena-fenomena objektif
dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian
kuantitatif menurut Sukmadinata (2009:530) dilakukan dengan menggunakan
angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol.
Pendekatan kuantitatif umum digunakan pada penelitian analisis
isi. Dimana pada penelitian analisis isi kuantitatif, yang menjadi pusat
perhatian dari peneliti adalah menghitung dan mengukur secara akurat aspek
atau dimensi dari teks dan kemudian menyajikannya secara kuantitatif
(Eriyanto, 2011: 4). Sesuai dengan penelitian ini dimana peneliti akan
melakukan penghitungan pada frekuensi munculnya pesan cyber-bullying dan
jenis-jenisnya serta cara komunikator menyampaikan pesannya. Eriyanto
lanjut menjelaskan penelitian analisis isi kuantitatif harus dikerjakan secara
39
objektif dimana ini merupakan ciri khas dari pendekatan penelitian
kuantitatif. Syarat objektif baru dapat dilakukan oleh peneliti bila tersedia
kategorisasi analisis yang telah di definisikan secara jelas dan operasional
sehingga peneliti lain dapat mengikutinya. Analisis kuantitatif mengutamakan
ketepatan dalam mengidentifikasi isi pernyataan, seperti penghitungan,
penyebutan yang berulang-ulang dari kata-kata tertentu (Eriyanto, 2011: 1).
Pendekatan penelitian ini dipilih karena sifatnya yang objektif dimana
hasil penelitian tidak dipengaruhi oleh perspektif subjektif dari peneliti, hasil
penelitian didapat sesuai dengan apa yang terjadi selama proses pengumpulan
data. Selain itu penelitian kuantitatif yang bersifat dapat di generalisasikan
juga menjadi pertimbangan peneliti untuk memilih pendekatan kuantitatif.
Dengan pengumpulan data melalui sampel hasil penelitian dapat dijadikan
jawaban atas sebuah permasalahan secara keselurhan, dimana permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini yaitu cyber-bullying pada media sosial
Instagram.
Dalam penelitian ini penulis akan menyajikan data-data yang berupa
angka untuk mencapai tujuan penelitian yakni mengenai cyber-bullying yang
terjadi selama pelaksanaan turnamen bulutangkis All England 2018. Dengan
metode ini diharapkan dapat diketahui frekuensi munculnya jenis-jenis cyber-
bullying, seberapa banyak kasus cyber-bullying yang terjadi yang menyerang
kepada atlet-atlet bulutangkis Pelatnas PP PBSI dan bagaimana para pelaku
cyber-bullying menyampaikan pesannya.
40
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kuantitatif deskriptif.
Penelitian dengan jenis deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan karakter suatu variabel, kelompok atau gejala sosial yang
terjadi di masyarakat (Martono, 2011: 17). dalam penelitian ini peneliti
berusaha menggambarkan hasil temuan atas jawaban dari rumusan masalah
dengan menyajikan data yang berupa angka dan menggambarkanya dalam
bentuk kata-kata untuk menjelaskan temuan yang didapat. Best (1982) (dalam
Sukardi, 2009: 157) mengatakan bahwa penelitian deskritif merupakan
metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek
sesuai dengan apa apadanya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis isi
kuantitatif deskriptif, yaitu analisis isi yang dimaksudkan untuk
menggambaran secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu (Eriyanto,
2013: 47). Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan analisis isi pada
pesan cyber-bullying yang menyerang atlet bulutangkis pelatnas PP PBSI
yang hasilnya akan disajikan dalam bentuk angka dan kemudian
menggambarkan hasil temuan tersebut. Eriyanto menyebutkan bahwa analisis
isi kuantitatif deskriptif tidak bertjuan untuk menguji suatu hipotesis tertentu,
atau menguji hubungan diantara variabel. Analisis isi ini semata untuk
menggambarkan aspek-aspek dan karakter dari suatu pesan. Dalam penelitian
ini peneliti bertujuan untuk mencari tahu frekuensi munculnya pesan cyber-
bullying, jenis cyber-bullying yang muncul, dan cara komunikator
41
menyampaikan pesan tersebut, dimana hasil temuan akan disajikan dalam
bentuk angka dan kemudian peneliti akan menggambarkannya.
3.3 Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah analisis isi. Eriyanto (2013:1)
menyebutkan bahwa analisis isi merupakan salah satu metode utama dalam
ilmu komunikasi. Peneliti di bidang ilmu komunikasi menggunakan analisis
isi untuk mengetahui secara sistematis isi dari media. Martono (2011;86)
menyebutkan bahwa analisis isi berupaya mengungkap informasi dibalik data
yang disajikan di media atau teks, atau singkatnya analisis isi merupakan
teknik mengumpulkan data dan menganalisis isi dari suatu teks. Peneliti
dibidang ilmu komunikasi menggunakan analisis isi untuk mengetahui secara
sistematis isi dari media (surat kabar, radio, film, televisi), iklan, dan materi
public relations, sebuah dokumen serta media komunikasi lainya seperti
grafiti, surat pribadi, buku dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud
“isi” dapat berupa gambar, kata, simbol, ide, tema dan lain sebagainya.
Peneliti menggunakan metode ini karena dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan analisis terhadap isi pesan dimana dalam penelitian ini yang
dimaksud pesan adalah pesan cyber-bullying.
Eriyanto menerangkan bahwa analisis isi kuantitatif adalah analisis
yang dipakai untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari isi yang dilakukan
secara kuantitatif dengan prosedurnya yaitu mengukur atau menghitung aspek
dari isi dan menyajikannya secara kuantitatif. Peneliti akan mengukur
frekuensi dan jenis cybe-bullying. Perlu ditegaskan bahwa penelitian analisis
42
isi kuantitatif hanya menfokuskan penelitiannya pada bahan atau pesan yang
tersurat, yaitu pesan atau teks yang tampak dan terlihat. Tidak seperti
penelitian analisis isi kualitatif yang berusaha mencari pesan tersembunyi
didalam sebuah teks atau bahan tertentu.
Dalam analisis isi, secara umum terdapat dua aliran (paradigma),
pertama adalah aliran transmisi yaitu aliran yang melihat komunikasi sebagai
proses yang statis. Proses dilihat secara linear dari pengirim ke penerima.
Asumsi dari aliran ini adalah adanya hubungan satu arah dari media ke
khalayak. Peranan dalam menyampaikan pesan digambarkan sebagai yang
satu aktif, dan yang lain pasif. Aliran kedua adalah aliran produksi dan
pertukaran makna, aliran ini melihat komunikasi sebagai proses penyebaran
(pengiriman dan penerimaan pesan), maka aliran ini melihat komunikasi
sebagai produksi dan pertukaran makna (Fiske dalam Eriyanto, 2011: 2).
Terdapat perbedaan mendasar anatar dua aliran dalam analisis isi
tersebut, perbedaan antara aliran transmisi dan aliran produksi dan pertukaran
makna menurut Eriyanto ialah terletak padda definisi pesan dan makna. Pada
aliran transmisi, kuncinya addalah pesan, yaitu apa yang pengirim sampaikan
kepadda khalayak, pesan merupakan isi yang statis. Sementara pada aliran
produksi dan pertukaran makna, kata kuncinya adalah makna, dimana makna
disini bukanlah isi yang statis. Makna disini bukan apa yang dikirimkan,
tetapi apa yang di konstruksi, atau apa yang dibaca. Makna merupakan
produk konstruksi dan interaksi antara pengirim dan penerima.
43
Pada penelitian ini peneliti menggunakan aliran (paradigma)
transmisi, dimana sesuai pada praktiknya, aliran transmisi itu melahirkan
teknik analisis isi kuantitatif, yang menjadi pusat perhatian dari peneliti
adalah menghitung dan mengukur secara akurat aspek atau dimensi dari teks.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini dimana peneliti
akan menghitung frekuensi munculnya pesan cyber-bullying dan jenis-
jenisnya serta cara komunikator menyampaikan pesannya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,
2009: 62). Teknik pengumpuulan data merupakan hal yang sangat penting
dalam sebuah penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya dan apa alat yang digunakan. Dalam
penelitan ini teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah melalui
lembar coding (coding sheet), dokumentasi, dan kajian pustaka.
Lembar coding merupakan alat yang digunakan untuk menghitung
ataupun mengukur aspek tertentu dari isi media. Lembar coding sama halnya
dengan kuesioner dalam penelitian kuantiatif lainnya. Di dalam lembar
coding memuat aspek-aspek apa saja yang akan dilihat dalam analisis isi
(Eriyanto, 2013:221). Dari lembar coding inilah kemudian diperoleh data-
data yang sesuai dengan unit analisis dan tujuan dari sebuah penelitian. Data
44
yang akan terdapat dalam lembar coding pada penelitian ini adalah komentar-
komentar yang ada pada postingan hasil pertandingan selama turnamen All-
England 2018 di akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com
untuk kemudian dilakukan proses pengolahan data atau pengukuran sesuai
dengan kategorisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Teknik berikunya adalah dokumentasi. Studi dokumen merupakan
suatu cara memperoleh data dengan mengumpulkan, melihat dan menganalisa
dokumen dari objek dan subjek penelitan serta mengolahnya sehingga dapat
dijadikan sebagai sumber data penelitian. (Sugiyono, 2012; 240) mengatakan
bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah komentar-komentar
yang ada pada postingan hasil pertandingan selama turnamen All-England
2018 di akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com, dimana
dokumen ini diperoleh dengan cara melakukan screenshot dan copy-paste.
Terakhir, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi pustaka yaitu proses peneliti dalam memahami permasalahan
dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memahami fenomena
penelitian dan mendapatkan data pendukung lainnya terkait topik penelitian
yang akan dibahas. Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari,
mengutip, dan memahami konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian ini. Sehingga data yang dikumpulkan
45
merupakan data yang sesuai dan relevan dengan kajian dan teori keilmuan
yang telah ada.
3.5 Unit Analisis
Eriyanto (2013:59) mengatakan bahwa menentukan unit analisis
merupakan salah satu langkah terpenting dalam penelitian analisis isi. Dapat
dikatakan tahap ini merupakan tahap pokok dalam penelitian analisis isi
sehingga tidak dapat dilakukan sebuah penelitian analisis isi jika tidak
ditentukan unit analisis sebelumnya. Krippendorff (dalam Eriyanto, 2013:59)
mendefinisikan unit analisis sebagai apa yang diobservasi, dicatat, dan
dianggap sebagai data, memisahkan menurut batas-batasnya dan
mengidentifikasi untuk analisis berikutnya. Data ini dapat berupa kata,
kalimat, foto, potongan adegan, paragraf. Dalam penelitian ini data yang akan
diteliti adalah komentar-komentar yang mengandung pesan cyber-bullying
yang terdapat pada postingan hasil pertandingan selama turnamen All-
England 2018 di akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com.
Terdapat 5 jenis unit analisis menurut Eriyanto (2013:64), yaitu, unit
fisik, unik sintaksis, unit refrensial, unit proporsional, dan unit tematik.
Dalam penelitian ini digunakan jenis unit refrensial. Unit refrensial kurang
lebih sama dengan unit sintaksis yang mencatat dan menghitung pemakaian
sebuah kata atau kalimat. Kata yang berbeda akan dihitung berbeda dan
dicatat sebagai satuan yang berbeda. Sedangkan dalam unit refrensial, kata-
kata yang mirip, sepadan, atau punya arti dan maksud yang sama dicatat
sebagai satu kesatuan. Dimana dalam pesan cyber-bullying terdapat berbagai
46
macam bentuk kata yang dapat digolongkan kedalam bentuk cyber-bullying.
dalam penelitian ini akan dihitung frekuensi munculnya pesan cyber-bullying.
unit refrensial dalam penelitian ini adalah kata atau kalimat yang
mengandung pesan cyber-bullying dalam komentar-komentar pada postingan
hasil pertandingan dan artikel hasil pertandingan selama turnamen All-
England 2018 di akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com.
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantitas atau karakter tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2001:55). Eriyanto mengatakan bahwa populasi merupakan
semua anggota dari objek yang ingin kita ketahui isinya. populasi dalam
penelitian ini adalah semua komentar yang ada pada postingan hasil
pertandingan dan artikel hasil pertandingan selama turnamen All-England
2018 dari tanggal 14-18 Maret 2018 di akun Instagram @badminton.ina dan
@badmintalk_com.
Setelah melalui proses pengumpulan data, diketahui bahwa populasi
pada penelitian ini yaitu sebanyak 1.950 akun instagram yang berkomentar
pada postingan hasil pertandingan dan artikel hasil pertandingan selama
turnamen All-England 2018 di akun Instagram @badminton.ina. kemudian
sebanyak 13.212 akun yang berkomentar pada postingan hasil pertandingan
dan artikel hasil pertandingan selama turnamen All-England 2018 di akun
Instagram @badmintalk_com.
47
Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau
keadaan tertentu yang akan di teliti (Martono, 2011: 74). Martono
menyebutkan bahwa sampel juga dapat dikatakan sebagai sebagian anggota
populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga
diharapkan dapat mewakili populasi. Untuk menentukan jumlah sampel yang
akan diteliti, peneliti menggunakan teknik probability sampling atau
penarikan sampel acak yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap anggota
populasi diberikan peluang sama untuk terpilih sebagai sampel. Jenis
pemilihan sampel acak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel
acak sederhana dimana sistem penarikan sampel dilakukan dengan
menggunakan angka acak. Peneliti menggunakan angka acak yang didapat
melalui operasi yang dlakukan pada Ms. Excel untuk menentukan sampel
penelitian.
Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus
Slovin dengan tingkat derajat kesalahan sebesar 5%. Maka dapat dilihat
rumusnya sebagai berikut :
𝒏 = 𝑵
𝟏 + 𝑵𝒆²
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Taraf signifikansi 5%
48
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh jumlah sampel
pada masing-masing akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com
sebanyak :
𝒏 = 𝑵
𝟏 + 𝑵𝒆²
𝒏(@𝒃𝒂𝒅𝒎𝒊𝒏𝒕𝒐𝒏. 𝒊𝒏𝒂) = 𝟏𝟗𝟓𝟎
𝟏 + 𝟏𝟗𝟓𝟎. 𝟎. 𝟎𝟓²
𝒏(@𝒃𝒂𝒅𝒎𝒊𝒏𝒕𝒐𝒏. 𝒊𝒏𝒂) = 𝟏𝟗𝟓𝟎
𝟏 + 𝟏𝟗𝟓𝟎. 𝟎. 𝟎𝟎𝟐𝟓
𝒏(@𝒃𝒂𝒅𝒎𝒊𝒏𝒕𝒐𝒏. 𝒊𝒏𝒂) = 𝟏𝟗𝟓𝟎
𝟏 + 𝟒. 𝟖𝟕𝟓
𝒏(@𝒃𝒂𝒅𝒎𝒊𝒏𝒕𝒐𝒏. 𝒊𝒏𝒂) = 𝟏𝟗𝟓𝟎
𝟓. 𝟖𝟕𝟓
𝒏(@𝒃𝒂𝒅𝒎𝒊𝒏𝒕𝒐𝒏. 𝒊𝒏𝒂) = 𝟑𝟑𝟏. 𝟗𝟏 = 𝟑𝟑𝟐
Dari perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel pada akun
Instagram @badminton.ina sebanyak 332 akun yang berkomentar dari total
populasi sebanyak 1.950.
𝒏 = 𝑵
𝟏 + 𝑵𝒆²
𝒏(@𝒃𝒂𝒅𝒎𝒊𝒏𝒕𝒐𝒏𝒕𝒂𝒍𝒌_𝒄𝒐𝒎) = 𝟏𝟑𝟐𝟏𝟐
𝟏 + 𝟏𝟑𝟐𝟏𝟐. 𝟎. 𝟎𝟓²
𝒏(@𝒃𝒂𝒅𝒎𝒊𝒏𝒕𝒐𝒏𝒕𝒂𝒍𝒌_𝒄𝒐𝒎) = 𝟏𝟑𝟐𝟏𝟐
𝟏 + 𝟏𝟑𝟐𝟏𝟐. 𝟎. 𝟎𝟎𝟐𝟓
49
𝒏(@𝒃𝒂𝒅𝒎𝒊𝒏𝒕𝒐𝒏𝒕𝒂𝒍𝒌_𝒄𝒐𝒎) = 𝟏𝟑𝟐𝟏𝟐
𝟏 + 𝟑𝟑. 𝟎𝟑
𝒏(@𝒃𝒂𝒅𝒎𝒊𝒏𝒕𝒐𝒏𝒕𝒂𝒍𝒌_𝒄𝒐𝒎) = 𝟏𝟑𝟐𝟏𝟐
𝟑𝟒. 𝟎𝟑
𝒏(@𝒃𝒂𝒅𝒎𝒊𝒏𝒕𝒐𝒏𝒕𝒂𝒍𝒌𝒄𝒐𝒎) = 𝟑𝟖𝟖. 𝟐𝟒 = 𝟑𝟖𝟖
Dari perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel pada akun
Instagram @badmintalk_com sebanyak 388 akun yang berkomentar dari
jumlah populasi sebanyak 13.212..
3.7 Teknik Analisis Data
Langkah pertama yang dilakukan dalam melakukan analisis data
dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data populasi yang dilakukan
dengan cara menyalin seluruh komentar kedalam lembar kerja Ms.word
kemudian melakukan input dan rekapitulasi data. Data yang dimaksud adalah
data yang diperoleh dari hasil coding dan penghitungan jumlah sampel yang
telah dilakukan sebelumnya. Dari sini dihitung frekuensi munculnya pesan
cyber-bullying dan jenisnya kemudian mendeskripsikan hasil temuan dengan
metode statistik deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan dan menjabarkan
temuan dan data yang didapat dari analisis isi (Eriyanto, 2013: 305).
Pada penelitian ini hasil analisis isi akan dideskripsikan dalam bentuk
tabel frekuensi, yaitu dengan mengklasifikasikan data sesuai dengan kategori
yang telah ditentukan dan dilakukan proses penghitungan yang diperoleh dari
hasil peng-coding-an. Tabel frekuensi yang akan digunakan adalah tabel
50
frekuensi tabulasi tunggal. Dalam tabel frekuensi tabulasi tunggal, tabel
hanya akan menyajikan data dari satu variabel (Eriyanto, 2013:306).
3.8 Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melakukan uji keabsahan data
dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Validitas menurut
(Sugiyono, 2012: 267) adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
objek maupun subjek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
peneliti. Dalam analisis isi kuantitatif validitas berkaitan dengan apakah alat
ukur yang dipakai secara tepat mengukur konsep yang ingin diukur (Eriyanto,
2013: 260). Maksudnya apakah dalam melakukan sebuah penelitian telah
digunakan alat ukur yang tepat atau belum. Eriyanto menyebut setidaknya ada
lima jenis validitas utama yang biasa dipakai yaitu, validitas muka, validitas
kecocokan, validitas konstruk, validitas prediktif, dan validitas isi. Dari
kelima jenis validitas tersebut Krippendorff (dalam Eriyanto, 2011: 200)
menggolongkannya kembali kedalam tiga kategori yaitu: 1) validitas yang
berotientasi pada data (data oriented); 2) validitas yang berorientasi pada
hasil (product oriented) dan ; 3) validitas yang berorientasi pada proses
(process oriented).
Dalam penelitian ini akan digunakan adalah kategori validititas yang
berorientasi pada data, yaitu validitas yang menilai seberapa baik alat ukur
merepresentasikan informasi yang melekat di dalam dan berasosiasi dengan
data yang tersedia. Validitas muka yaitu jenis validitas yang termasuk
kedalam kategori validitas yang berorientasi pada data maka dari itu akan
51
digunakan pengujian validitas muka pada penelitian ini yaitu pengujian
validitas yang berkaitan dengan ketepatan dalam menggunakan alat ukur.
Validitas muka mengecek dan memastikan bahwa ukuran yang dipakai sesuai
dengan apa yang ingin diukur (Eriyanto, 2013:260). Eriyanto menjelaskan
cara yang dilakukan dalam melakukan validitas muka adalah dengan melihat
kesesuain alat ukur yang digunakan oleh komunitas ilmiah atau kajian-kajian
yang telah ada. Kemudian menguji alat ukur yang dipakai kepada beberapa
ahli. Peneliti dapat meminta beberapa ahli untuk mengevaluasi alat ukur,
apakah sudah sesuai atau belum.
Uji reliabilitas melihat pada apakah alat ukur dapat dipercaya
menghasilkan temuan yang sama, ketika dilakukan oleh orang yang berbeda
(Eriyanto, 2013: 282). Reliabilitas menguji kesamaan hasil yang diperoleh
dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Pengujian reliabilitas
dilakukan terhadapap hasil pengisian lembar coding yang diisi oleh orang
yang berbeda. Minimal diperlukan dua orang coder (pengisi lembar coding)
untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak. Untuk kemudian hasil
dari masing pengisian oleh coder akan dibandingkan. Untuk mengukur
reliabilitas digunakan rumus yang diperkenalkan oleh Holsti yaitu :
𝑅𝑒𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑛𝑡𝑎𝑟 − 𝐶𝑜𝑑𝑒𝑟 =2M
N1 + N2
Keterangan :
M = jumlah coding yang sama
52
N1 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 1
N2 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 2
Reliabilitas bergerak antara 0 hingga 1, dimana 0 berarti tidak ada
satu pun yang disetujui oleh para coder dan sebaliknya untuk nilai 1. Dalam
formula Holsti, angka reliabilitas minimun yang ditoleransi adalah 0,7 atau
70%. Artinya jika hasil perhitungan menunjukan angka 0,7 berarti alat ukur
dianggab reliabel, dan jika hasil penghitungan diperoleh angka dibawah 0,7
berarti alat ukur tidak reliabel.
3.9 Jadwal Penelitian 3.9.1 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian merupakan agenda waktu yang
ditentukan atau telah dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini
peneliti memulai penelitian dengan pra-riset yang mulai dilakukan
pada bulan November 2017 pra-riset dilakukan dengan melihat
kasus-kasus cyber-bullying pada beberapa media sosial dan melihat
dan mengamati kasus cyber-bullying yang menyerang atlet-atlet
bulutangkis Indonesia dan pengumpulan data dimulai dari bulan
juni hingga Agustus data yang dicari pada penelitian ini adalah dat
mengenai kasus cyber-bullying, data penggunaan internet dan
media sosial secara umum dan Instagram secara khusus dan data-
data lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini serta proses
bimbingan yang dilakukan selama 9 bulan mulai dari bulan
53
November 2017 hingga Oktober 2018. Berikut adalah tabel Jadwal
Penelitian yang telah diusun oleh peneliti.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No. Jenis Kegiatan
Nov ‘17
Des ‘17
Jan ‘18
Feb ‘18
Mar ‘18
Apr ‘18
Mei ‘18
Jun ‘18
Jul ‘18
Agu ‘18
Sept ‘18
Okt ‘18
1. Pengajuan Judul dan Pra riset
2. Pengmpulan Sumber Data
3. Proses Bimbingan dan Acc bab 1 s/d 3
4. Sidang Outline
5. Revisi dan pengerjaan bab 4-5
6. Sidang akhir skripsi
Sumber : Peneliti, 2018
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Akun Instagram @badminton.ina
Akun media sosial Instagram @badminton.ina merupakan akun
instgaram resmi Pengurus Pusat Persatuan Bultangkis Seluruh
Indonesia (PP PBSI) yang dikelola oleh Subid humas dan media PP
PBSI. Akun Instagram ini digunakan sebagai sarana untuk memberikan
informasi kepada masyarakat seputar berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh PP PBSI dan informasi lainnya seputar perbulutangkisan dunia
secara umum dan Indonesia secara khusus. Mulai dari jadwal
pertandingan yang akan di ikuti oleh atlet bulutangkis Indonesia, hasil
pertandingan, profil atlet, hingga kegiatan-kegiatan lainnya. Saat ini
akun Instagram @badminton.ina sudah di ikuti oleh sekitar 314.000
pengguna Instagram. Dengan adanya akun ini terbuka kesempatan bagi
masyarakat untuk bisa memberi dukungan dan pendapatnya seputar
perbulutangkisan indonesia melalui fitur-fitur yang tersedia pada media
sosial Instagram, seperti, kolom komentar, direct Message, dan fitur
lainnya. Selain media sosial Instagram, PP PBSI juga menggunakan
beberapa media lainya sebagai media kehumasan yaitu website
www.badmintonindonesia.org, akun facebook Badminton Indonesia,
akun twitter @INABadminton.
55
Gambar 4.1 Tampilan akun Instagram @badminton.ina
4.1.2 Sejarah Singkat Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia
PP PBSI berdiri pada mulanya di awali dengan adanya ada
perkumpulan-perkumpulan bulutangkis di Indonesia yang bergerak
sendiri-sendiri pada jaman penjajahan. Perkumpulan ini berdiri tanpa
adanya satu tujuan dan satu cita-cita. Melihat hal ini tidak dapat
dibiarkan begitu saja dimana harus diusahakan adanya satu organisasi
secara nasional, sebagai organisasi pemersatu.
Untuk menempuh jalan menuju satu wadah organisasi maka cara
yang paling tepat adalah mempertemukan tokoh perbulutangkisan
dalam satu kongres. Namun, dikarenakan sulitnya komunikasi antara
satu daerah dengan daerah lainnya. Satu-satunya cara yang bisa
ditempuh adalah hanya dengan melibatkan tokoh perbulutangkisan di
56
lingkunga pulau jawa saja. Itupun bisa ditempuh setelah terbentuknya
PORI (Persatuan Olah Raga Replubik Indonesia).
Usaha yang dilakukan oleh Sudirman dan rekan-rekannya dengan
melalui perantara surat yang intinya mengajak mereka untuk
mendirikan PBSI membawakan hasil. Maka dalam suatu pertemuan
tanggal 5 Mei 1951 di Bandung lahirlah PBSI (Persatuan Bulutangkis
Seluruh Indonesia) dan pertemuan tersebut dicatat sebagai kongres
pertama PBSI. Dengan ketua umumnya A. Rochdi Partaatmadja, ketua
I : Soedirman, Ketua II : Tri Tjondrokoesoemo, Sekretaris I : Amir,
Sekretaris II : E. Soemantri, Bendahara I : Rachim, Bendahara II : Liem
Soei Liong.
Dengan adanya kepengurusan tingkat pusat itu maka kepengurusan
di tingkat daerah / propinsi otomatis menjadi cabang yang berubah
menjadi Pengda (Pengurus Dareah) sedangkan Pengcab (Pengurus
Cabang) adalah nama yang diberikan kepada kepengurusan ditingkat
kotamadya / kabupaten. Hingga akhir bulan Agustus 1977 ada 26
Pengda di seluruh Indonesia (kecuali Propinsi Timor-Timur) dan
sebanyak 224 Pengcab, sedangkan jumlah perkumpulan yang menjadi
anggota PBSI diperkirakan 2000 perkumpulan.
57
4.1.3 Struksur Organisasi Komite Kepengurusan PP PBSI
Tabel 4.1 Struktur organisasi komite kepengurusan PP PBSI 2016-2020
DEWAN KEHORMATAN 1. Try Sutrisno 2. Soerjadi 3. Subagyo Hadisiswoyo 4. Chairul Tanjung 5. Sutiyoso 6. Joko Santoso
DEWAN PENYANTUN 1. Harun 2. Bing Arianto 3. Irwan Hidayat
DEWAN PENASEHAT 1. Gita Wirjawan 2. Bambang S. Brodjonegoro 3. Nurdin Halid 4. Nusron Wahid 5. Hamid Awaludin 6. Lukmanul Hakim 7. Franky Wijaya 8. Ciputra 9. Justian Suhandinata 10. Tan Joe Hok 11. Rudi Hartono 12. Anton Subowo
DEWAN PENGAWAS 1. Abdullah Fadri Auli 2. Eduart Wolok 3. Syarif Abdullah Alkadrie 4. Tahrir Tasaruddin 5. Syafrizal Ucok 6. Djendri A. Kentjen 7. I Nengah Wiratha 8. TB. Herman 9. Tjandra Agriawan
KETUA UMUM Wiranto WAKIL KETUA UMUM I/ KETUA HARIAN WAKIL KETUA UMUM II WAKIL KETUA UMUM III
Alex Tirta Lutfi Hamid Karna Brata Lesmana
SEKJEN / WASEKJEN 1. Achmad Budiharto 2. Oei Wijanarko Ady Mulya
58
BENDAHARA/WAKIL BENDAHARA 1. Beni Prananto 2. Sutoto Agus Harmono
SUBID HUBUNGAN LUAR NEGERI Bambang Roediyanto SUBID INFORMASI TEKNOLOGI (IT) Devi Indah Kartika SUBID HUMAS DAN MEDIA Ricky Achmad
Soebagdja Carmelita
SUBID PELATNAS Lius Pongoh SUBID PENGEMBANGAN DAN SPORT SCIENCE Basri Yusuf SUBID ORGANISASI DAN TATA LAKSANA Topan Indra Karsa SUBID TURNAMEN Sarjono SUBID PERWASITAN Nelson Napis SUBID KORWIL I 1. Sukriadi
2. Eri Zulhendrizal SUBID KORWIL II 1. Agung Lindartawan
2. Suyono SUBID KORWIL III 1. H. Junaidin Yaman
2. Dharmawan Duming 3. Calvin A. Kobis
SUBID KOMUNITAS Edy Prayitno SUBID SPONSORSHIP Alan Budikusuma SUBID PENGADAAN DAN LOGISTIK 1. HM. Ferlie
2. Masranudin Abd. Aziz 3. Johnson AM Rantung
STAF AHLI ORGANISASI 1. Indra Utoyo
2. Juniarto Suhandinata STAF AHLI HUKUM 1. Umbu S. Samapaty
2. Arfa Gunawan STAF AHLI BINPRES 1. Taufik Hidayat
2. Christian Hadinata BIDANG BINPRES Susi Susanti BIDANG ORGANISASI DAN KELEMBAGAAN Edy Sukarno BIDANG KEABSAHAN DAN IMPLEMENTASI Rachmat Setiyawan BIDANG TURNAMEN PERWASITAN DAN REFEREE
Eddiyanto Sabarudin
BIDANG PENGEMBANGAN DAERAH DAN KOMUNITAS
Alfianto Wijaya
BIDANG DANA DAN USAHA Yoppy Rosimin BIDANG SARANA DAN PRASARANA Freddy EP Husein
Sumber : badmintonindonesia.org
59
4.1.4 Akun Instagram @badmintalk_com
Lahir pada 12 Agustus 2016, akun Instagram @badmintalk_com
merupakan akun resmi dari badmintalk.com. sama halnya dengan
akun Instagram @badminton.ina, akun Instagram @badminton_com
juga membarikan informasi kepada masyarakat seputar
perbulutangkisan dunia umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Mulai dari informasi hasil pertandingan, jadwal pertandingan
bulutangkis, profil atlet, dan informasi lainnya seputar bulutangkis.
Dengan jumlah pengikut sekitar 410.000 pengikut menjadikan akun
instgram @badmintalk_com sebagai akun Instagram fanbase
badminton terbesar, dengan jumlah postingan sebanyak 5.065
postingan. Badmintalk.com sendiri merupakan sebuah website yang
memberikan wadah bagi masyarakat pada umumnya dan pecinta
bulutangkis secara khusus untuk untuk berbagi informasi, berdiskusi,
menyuarakan aspirasi dan menyalurkan inspirasi para pecinta
bulutangkis, agar olahraga bulutangkis semakin dikenal dan dipahami
oleh masyarakat Indonesia.
Latar belakang munculnya badmintalk.com adalah dikarenakan
minimnya pemberitaan, perbincangan dan pengetahuan masyarakat
Indonesia dewasa ini tentang olahraga bulutangkis. Badmintalk.com
mempercayai bahwa bulutangkis adalah olahraga yang paling banyak
mengangkat harkat martabat bangsa dan mengharumkan nama
Indonesia di kancah internasional, dan badmintalk.com meyakini
60
bahwa sampai saat ini bulutangkis masih menjadi salah satu olahraga
kebanggaan Indonesia yang melekat erat pada identitas bangsa ini dan
selalu memiliki tempat yang spesial di hati masyarakat
Indonesia. Badmintalk.com juga melihat bahwa dukungan, aspirasi,
dan suara-suara pendapat yang embangun bagi perbulutangkisan
indonesia perlu digaungkan dengan tujuan yang baik bagi
perbulutangkisan Indonesia di kancah internasional, supaya lebih
berprestasi, maju dan berjaya.
Badmintalk.com percaya bahwa kecintaan dan kebanggaan
masyarakat Indonesia terhadap olahraga bulutangkis ini perlu terus
dipupuk, dikembangkan, dan ditularkan agar jasa para pahlawan
bulutangkis Indonesia dapat terus diingat dan dibanggakan oleh
generasi penerus bangsa Indonesia sampai kapan pun juga.
Gambar 4.2 Tampilan akun Instagram @badmintalk_com
61
4.1.5 Atlet Bulutangkis Indonesia
Atlet bulutangkis adalah seseorang yang tekun dan menggeluti
bidang olahraga bulutangkis dengan rutin menjalankan latihan dan
mengikuti berbagai kompetisi yang ada dan menerima hadiah atas
prestasi yang didapatkan. Dalam (KBBI, 2008) tertulis bahwa atlet
bulutangkis adalah atlet yang mengikuti perlombaan, atlet yang
mengikuti pertandingan (dalam beradu ketangkasan, kecepatan,
keterampilan dan kekuatan). Atlet bulutangkis indonesia sendiri berarti
atlet bulutangkis yang membawa nama Indonesia dalam setiap
pertandingannya dalam skala internasional.
Bulutangkis sendiri merupakan sebuah cabang olahraga yang
identik dengan raket dan shuttlecock. Menurut Alhusin Syahri (dalam
Mahakharisma, 2014: 25) Bulutangkis adalah permainan yang
menggunakan raket sebagai alat memukul shutlecock sebagai objeknya.
Lapangan bulutangkis memiliki ukuran lebar 6.10m, panjang
13.40m. Berbentuk empat persegi panjang yang datar, dan garis selebar
4cm. Sebuah net terikat pada dua buah tiang setinggi 1.55m. lapangan
bulutangkis dibatasi dua buah garis pinggir (side boundary lines and
back boundary lines) yang berada di setiap sisinya. Net dipasang di
bagian tengah lapangan sehingga membagi luas lapangan menjadi dua
sama besar yang menyerupai empat persegi panjang.
Permainan bulutangkis memiliki macam-macam nomor yakni
nomor tunggal putra, tunggal puteri, ganda putera, ganda puteri dan
62
ganda campuran. Untuk mmemulai permainan seorang pemain harus
melakukan servis sehingga permainan dapat berlangsung dengan
terjadinya rally-rally. Terdapat beberapa teknik dalam bermain
bulutangkis yaitu: drive, lob, dropshot, smash, netting, overhead dan
pukulan backhand serta teknik-teknik lainya.
Dalam penelitian ini atlet bulutangkis yang dibahas adalah atlet
bulutangkis Indonesia yang dikirim unutk mengikuti turnamen All-
England 2018 terdapat 14 pemain/pasangan yang akan diturunkan
Indonesia dalam turnamen tersebut. Atlet-atlet tersebut yaitu :
Tabel 4.2 Daftar Atlet Bulutangkis Indonesia pada Kejuaraan All-England 2018
Nomor Pertandingan Wakil Tunggal Putra Anthony Sinisuka Ginting (INA)
Tommy Sugiarto (INA) Jonatan Christie (INA)
Tunggal Putri Fitriani (INA) Ganda Putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon
(1/INA) Angga Pratama/Rian Agung Saputro (INA) Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (INA) Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (INA)
Ganda Putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu (INA) Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani (INA) Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta (INA)
Ganda Campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (INA) Praveen Jordan/Debby Susanto (INA) Hafiz Faisal/Gloria Emanuelle Widjaja (INA)
4.1.6 Turnamen All-England
Turnamen All-England merupakan turnamen tertua dan prestisius
dalam dunia perbulutangkisan. Sejarah munculnya turnamen All-
England diawali pada sebuah kejuaraan pertama di dunia yang digelar di
63
Guildford, Inggris, pada 4 April 1899 yang kini dikenal sebagai All
England. Awalnya kejuaraan All-England hanya mempertandingkan tiga
nomor yaitu ganda putra, ganda putri dan ganda campuran. Sedangkan
untuk nomor tunggal putra dan tunggal pitru baru dipertandingkan pada
tahun berikutnya.
Kejuaraan All-England pernah tidak dipertandingkan pada masa
perang dunia pertama pada tahun 1915-1919 dan perang dunia kedua
pada tahun 1940-1946. Para pebulutangkis Inggris mendominasi
perhelatan All England hingga paruh pertama Abad ke-20. Namun,
setelah semakin banyak negara lain berpartisipasi, All England menjadi
lebih kompetitif dan tak lagi didominasi pemain-pemain tuan rumah.
Hingga 1977, All England menjadi satu-satunya turnamen bulutangkis di
dunia. Namun, pada tahun tersebut BWF mulai meluncurkan turnamen
resminya.
Catatan prestasi atlet bulutangkis Indonesia pun terbilang sangat baik.
Pada kejuaraan All-England, total secara keseluruhan Indonesia telah
berhasil mengumpulkan 46 gelar juara All-England sepanjang sejarah
pelaksanaannya dari lima sektor tunggal putera dan puteri, ganda putera
dan puteri, serta ganda campuran. Raihan gelar juara tersebut
menjadikan Indonesia berada pada posisi ke-4 dibawah Inggris,
Denmark, dan Tiongkok. Gelar juara terakhir berhasil dipersembahkan
oleh pasangan ganda putera Indonesia Kevin Sanjaja/Gideon Marcus
pada gelaran All-England 2018. Nama atlet lain seperti Tontowi
64
Ahmad/Lilyana Natsir, Susy Susanti, Christian Hadinana/Ade Chandra,
hingga Rudy Hartono yang berhasil membuat rekor dengan berhasil
meraih gelar juara All-England sebanyak delapan kali diama tujuh
diantaranya diraih secara beruntun, masih banyak lagi atlet bulutangkis
Indonesia yang berhasil meraih galar juara pada kejuaraan All-England.
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.2.1 Uji Validitas
Dalam penelitian ini akan digunakan jenis validitas muka
yaitu jenis validitas yang berkaitan ketepatan dalam menggunakan
alat ukur. Validitas muka mengecek dan memastikan bahwa ukuran
yang dipakai sesuai dengan apa yang ingin diukur (Eriyanto,
2013:260). Eriyanto menjelaskan cara yang dilakukan dalam
melakukan validitas muka adalah dengan melihat kesesuain alat ukur
yang digunakan oleh komunitas ilmiah atau kajian-kajian yang telah
ada, cara ini dapat dilakukan dengan mengecek buku, jurnal ataupun
konferensi yang dilakukan oleh komunitas ilmiah dibidang yang kita
teliti. Dalam melakukan uji validitass ini peneliti sudah melakukan
pengecekan melalui sebuah jurnal penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad alam Akbar dan Prahastiwi Utari mengenai cyber-
bullying pada remaja di media sosial Facebook. Dalam jurnal
tersebut digunakan juga indikator yang sama yang digunakan oleh
penulis dalam penelitian ini.
65
Kemudian menguji alat ukur yang dipakai kepada beberapa
ahli. Peneliti dapat meminta beberapa ahli untuk mengevaluasi alat
ukur, apakah sudah sesuai atau belum. Pada tahap ini peneliti
melakukan pengujian alat ukur kepada ahli dari dosen Ilmu
Komunikasi padaUniversitas Sultan Ageng Tirtayasa Yakni Ronny
Yudhi Septa Priana, S.I.Kom, M.Si. Latarbelakang pendidikan
dibidang Ilmu Komunikasi menjadi alasan peneliti untuk melakukan
pengujian validitas pada indikator yang telah disusun oleh peneliti
dan dinyatakan valid untuk kemudian dapat dilanjutkan untuk
melakukan proses penelitian selanjutnya. Berdasarkan pada dua
langkah yang telah dilakukan peneliti, maka alat ukur yang
digunakan dapat dikatakan valid untuk melakukan penelitian ini.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas melihat pada apakah alat ukur dapat
dipercaya menghasilkan temuan yang sama, ketika dilakukan oleh
orang yang berbeda (Eriyanto, 2013: 282). Reliabilitas menguji
kesamaan hasil yang diperoleh dari alat ukur yang digunakan
dalam penelitian. Untuk mengukur reliabilitas peneliti
menggunakan rumus Holsti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Dalam formula Holsti, angka reliabilitas minimun
yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%. Artinya jika hasil
perhitungan menunjukan angka 0,7 berarti alat ukur dianggap
66
reliabel, dan jika hasil penghitungan diperoleh angka dibawah 0,7
berarti alat ukur tidak reliabel.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji Reliabilitas
No Variabel
Nilai Reliabilitas antar Coder
1&2
Nilai Reliabilitas antar Coder
1&3
Nilai Reliabilitas antar Coder
2&3
Nilai Batas Status
@badminton.ina 1. Frekuensi Cyber-
bullying 0.95 0.96 0.95 0.7 Reliabel
2. Jenis-jenis Cyber-bullying 0.95 0.96 0.95 0.7 Reliabel
3. Logika Penyusunan Pesan 0.94 0.94 0.94 0.7 Reliabel
@badmintalk_com 4. Frekuensi Cyber-
bullying 0.98 0.96 0.96 0.7 Reliabel
5. Jenis-jenis Cyber-bullying 0.98 0.96 0.96 0.7 Reliabel
6. Jenis-jenis Cyber-bullying 0.96 0.93 0.94 0.7 Reliabel
Sumber : Penghitungan Peneliti, 2018
Dalam melakukan uji reliabilitas peneliti secara keseluruhan
menggunakan 5 orang Coder. Terdiri dari tiga Coder untuk akun
Instagram @badminton.ina, dan tiga Coder untuk akun Instagram
@badmintalk_com. Dari total kelima coder tersebut 4 diantaranya
adalah penggemar olahraga bulutangkis dan mengikuti informasi
seputar perbulutangkisan hal ini dilakukan untuk menghindari bias
yang kemungkinan terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap
topik yang akan diteliti, sedangkan satu diantaranya adalah coder
umum, hal ini dilakukan untuk menguji ketepatan penggunaan alat
67
ukur apakah reliabel atau tidak, apakah bisa digunakan untuk orang
yang tidak memahami topik penelitian yakni mengenai
cyberbullying dan perbulutangkisan.
Dilihat dari tabel 4.1 hasil uji reliabilitas dengan jumlah
coder masing-masing akun Instagram tiga orang, maka semua item
dalam penelitian dikatakan raliabel karena melebihi nilai batas
yang telah ditentukan dalam formula Holsti yaitu 0,7. Maka, dilihat
dari hasil pengujian validitas dan reliabilitas maka setiap butir item
dalam penelitian ini bisa digunakan dan dapat dilanjutkan untuk
melaksanakan proses penelitian.
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Frekuensi Kemunculan Komentar Cyber-bullying
Hasil analisis data untuk menjawab pertanyaan frekuensi
munculnya komentar cyber-bullying dapat dilihat pada tabel
dibawah ini. untuk menentukan jumlah komentar cyber-bullying
yang muncul dalam postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan selama kejuaraan All-England 14-18 Maret 2018 di
akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com
digunakan indikator pada jenis-jenis cyber-bullying dari Price dan
Dalgleish (2010). Sehingga dari jenis-jenis cyber-bullying tersebut
dapat diketahui apakah pesan dalam komentar tersebut termasuk
kedalam bentuk pesan cyber-bullying atau bukan.
68
Tabel 4.4 Frekuensi Kemunculan Komentar Cyber-bullying pada akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_com
Total Cyber-bullying Akun Instagram
@badminton.ina @badmintalk_com
Jumlah Sampel 332 Akun 388 Akun
Frekuensi 59 akun 58 akun
Persentase 18 % 15 %
Sumber : Hasil Pengamatan Peneliti, 2018
Dari tabel diatas ditemukan hasil bahwa jumlah akun yang
berkomentar dengan komentar yang mengandung unsur cyber-
bulying pada postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan selama turnamen All-England 2018 dalam akun
Instagram @badminton.ina adalah sebanyak 59 akun atau 18 %.
Dari total sebanyak 35 postingan hasil pertandingan dan artikel
hasil pertandingan dan sebanyak 1.950 total keseluruhan akun yang
berkomentar, diketahui bahwa akun yang memberikan komentar
yang mengandung pesan cyber-bullying lebih banyak muncul pada
saat postingan yang menginformasikan hasil atlet bulutangkis
Indonesia yang kalah dalam pertandingan.
Sedangkan untuk hasil analisis frekuensi munculnya akun
yang berkomentar dengan komentar yang mengandung pesan
cyber-bullying pada akun Instagram @badmintalk_com tidak
berbeda jauh dengan hasil data pada akun Instagram
@badminton.ina, dari data diatas diketahui bahwa frekuensi
munculnya akun yang berkomentar yang berisi pesan cyber-
69
bullying pada postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan selama All-England 2018 dalam akun Instagram
@badmintalk_com sebanyak 58 akun atau sebesar 15 %. Yang
membedakan dengan akun Instagram @badminton.ina adalah
jumlah keseluruhan akun yang berkomentar / populasi pada akun
Instagram @badmintalk_com lebih banyak yakni 13.212 akun
yang berkomentar dari total 34 postingan hasil pertandingan dan
artikel hasil pertandingan.
4.3.2 Frekuensi kemunculan Jenis-Jenis Cyber-bullying
Hasil temuan data frekuensi kemunculan jenis cyber-
bullying pada postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan pada akun Instagram @badminton.ina dan
@badmintalk_ina diperoleh dengan melihat indikator-indikator
yang telah ditentukan sebelumnya yaitu indikator jenis-jenis cyber-
bullying yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Price dan Dalgleish (2010) yang kemudian dijadikan pedoman bagi
peneliti dan pengisi lembar coding lainnya dalam menghitung
jumlah kemunculan jenis-jenis cyber-bullying. berikut dibawah ini
adalah hasil penghitungan frekuensi kemunculan jenis-jenis cyber-
bullying yang dapat dilihat pada tabel berikut :
70
Tabel 4.5 Frekuensi Kemunculan Jenis-jenis Cyber-bullying pada akun Instagram @badminton.ina
@badminton.ina Total
Cyber-bullying
Jenis-Jenis Cyber-bullying
Called Name
Penyebaran Foto
Ancaman Keselamatan Diri
Pendapat yang Merendahkan
Frekuensi 59 akun 2 akun 0 0 57 akun
Persentase 18 % 3 % 0 0 97%
Sumber : Hasil Pengamatan Peneliti, 2018
Dari tabel 4.5 diatas diketahui pada akun Instagram
@badminton.ina jenis cyber-bullying yang muncul pada kolom
komentar dalam postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan hanya terdapat dua jenis pesan cyber-bullying saja
yakni jenis cyber-bullying called name (pemberian nama negatif)
dan jenis cyber-bullying Opinion Slammed (pendapat yang
merendahkan) dengan persentase masing-masing sebanyak 3% dan
97%. Akun yang berkomentar dengan komentar yang mengandung
pesan pendapat yang merendahkan memang merupakan jenis
cyber-bullying yang paling banyak muncul. Hal ini disebabkan oleh
komentar cyber-bullying berdasarkan hasil pengamatan peneliti
dominan muncul pada postingan yang menginformasikan
kekalahan atlet bulutangkis Indonesia, sehingga hal tersebut
memancing warga net untuk berkomentar mengenai penampilan
atlet tersebut yang justru termasuk dalam bentuk serangan cyber-
bullying.
71
Bentuk pendapat merendahkan yang kerap muncul pada
postingan hasil pertandingan dan artikel hasil pertandingan selama
turnamen All-England 2018 di akun Instagram @badminton.ina
adalah ungkapan sindiran yang mengatakan bahwa atlet
bulutangkis Indonesia pergi bertanding bukan untuk menang,
melainkan untuk berjalan-jalan. Membandingkan kualitas
permainan, mental bertanding, dengan atlet bulutangkis lainnya
yang dianggap lebih baik, sedangkan lainnya dianggap lebih buruk.
Dan komentar-komentar lainnya yang menilai bahwa kualitas
permainan atlet bulutangkis Indonesia buruk seperti banyak
melakukan kesalahan sendiri, bermain kurang cerdas, kualitas yang
lebih buruk dibanding atlet bulutangkis negara lain dan pendapat-
pendapat merendahkan lainnya.
Sedangkan sisanya sebanyak 3% merupakan pesan cyber-
bullying yang tergolong kedalam jenis called name (pemberian
nama negatif). Diketahui dalam pengamatan peneliti, terdapat
pesan yang bertuliskan “Ahh Vangke Tommy Sugiarto”, dalam
komentar ini komunikator (pemilik akun) menggunakan kata
plesetan dari “bangkai” untuk mengungkapkan kekesalannya
terhadap atlet bulutangkis Tommy Sugiarto yang kalah pada
pertandingan tersebut. Kemudian terdapat juga pesan yang berisi
hinaan terhadap kondisi fisik atlet yang dituliskan oleh akun
@tamrin01 “Shitta Awanda Badannya aja gede...powernya Nol”,
72
dalam pesan ini pelaku cyber-bullying menghina kondisi fisik atlet
yang dianggapnya gemuk namun tidak memiliki tenaga yang cukup
saat bermain.
Berikutnya untuk jenis cyber-bullying lainnya diketahui
tidak muncul sama sekali yakni jenis penyebaran foto dan ancaman
keselamatan. Selain pesan cyber-bullying, akun-akun Instagram
yang berkomentar banyak yang memberikan komentar-komentar
yang berisi pesan semangat dan ucapan syukur terhadap hasil
pertandingan yang dilakukan oleh atlet bulutangkis Indonesia
kemudian ada juga pesan yang berisi adu balas komentar di antara
warga net yang membela atlet yang yang menjadi korban cyber-
bullying.
Untuk frekuensi kemunculan jenis-jenis cyber-bullying
pada akun Instagram @badmintalk_ina dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.6 Frekuensi Kemunculan Jenis-jenis Cyber-bullying pada akun Instagram @badmintalk_com
@badmintalk_com Total
Cyber-bullying
Jenis-Jenis Cyber-bullying
Called Name
Penyebaran Foto
Ancaman Keselamatan Diri
Pendapat yang Merendahkan
Frekuensi 58 akun 2 akun 0 0 56 akun
Persentase 15 % 3 % 0 0 97%
Sumber : Hasil Pengamatan Peneliti, 2018
73
Dari tabel diatas diketahui hasil yang didapat tidak jauh
berbeda dengan hasil yang diperoleh pada akun Instagram
@badminton.ina, dimana terdapat 97% akun yang berkomentar
dengan pesan cyber-bullying termasuk kedalam jenis pendapat
yang merendahkan dan sisanya sebanyak 3% adalah jenis cyber-
bullying pemberian nama negatif. Sama dengan pada akun
Instagram @badminton.ina komentar yang mengandung pesan
cyber-bullying banyak muncul pada postingan yang
menginformasikan hasil kekalahan atlet bulutangkis Indonesia.
Sehingga memancing warga net untuk memberikan pendapat yang
merendahkan terhadap penampilan atlet yang bertanding.
Akun Instagram warga net yang berkomentar pada akun
Instagram @badmintalk_com dapat dikatakan lebih berani dan
lebih ekspresif. Warga net lebih berani secara langsung
memberikan kritik terhadap permainan atlet bulutangkis Indonesia.
Seperti komentar yang berisi pesan untuk mengeluarkan atlet dari
pusat pelatihan PBSI yang ditulis oleh akun @jacobmanullang
“Praven didegradasi aja”, pesan ini muncul disebabkan atas
kekalahan pasangan ganda campuran bulutangkis Indonesia Praven
Jordan/Debby Susanto. Praven Jordan menjadi atlet yang paling
banyak menerima komentar negatif dari warga net pada akun ini,
dimana pelaku cyber-bullying menilai kualitas permainan Praven
yang buruk dengan seringnya melakukan kesalahan saat
74
bertanding. namun begitu terdapat juga akun lain yang memberikan
komentar dengan menyampaikan pesan yang menyudutkan atlet
Indonesia akibat kualitas permainan yang buruk. Kemudian pesan
yang tergolong jenis pemberian nama negatif dilakukan oleh akun
@dickyalamsyahhh yang menulis “Badan Jojo gede amat ya, berat”
dan akun @aimy_olshop2 “Jojo kalau main beregu bagus tapi
kalau individu kok lembek banget ya...........”, dua komentar ini
memberikan nama negatif kepada atlet bulutangkis tunggal putra
Jonatan Christie dengan mengejek fisik, yaitu mengatakan kondisi
fisik yang besar dan berat dan memberikan nama negatif “lembek”.
Pada akun Instagram @badmintalk_com ini juga diketahui tidak
terdapat pesan yang mengancam keselamatan fisik dan penyebaran
foto korban.
4.3.3 Cara Komunikator Menyampaikan Pesan
Untuk mengetahui logika yang digunakan komunikator atau
cara komunikator menyampaikan pesan pada komentarnya selama
kejuaraan All-England 2018 di akun Instagram @badminton.ina
dan @badmintalk_com digunakan indikator yang didapat pada
terori logika penyusunan pesan dari Barbara O’keefe yang
menyebutkan terdapat tiga logika penyusunan pesan yakni : 1)
Logika Ekspresif; 2) Konvensional dan 3) Retoris. Setelah melalui
penghitungan secara manual pada lembar coding maka diperoleh
data sebagai berikut.
75
Tabel 4.7 Frekuensi Logika Penyusunan Pesan pada Komentar Cyber-bullying dalam akun Instagram @badminton.ina
@badminton.ina
Logika Penyusunan Pesan Frekuensi Persentase
Ekspresif 43 73 %
Konvensional 5 8 %
Retoris 11 19 %
Total 59 100 %
Sumber : Hasil Pengamatan Peneliti, 2018
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 15 % akun yang
berkomentar dengan komentar cyber-bullying pada postingan hasil
pertandingan dan artikel hasil pertandingan selama turnamen All-
England 2018 pada akun Instagram @badminton.ina, 73%
diantaranya pesan disampaikan dengan menggunakan logika pesan
ekspresif, artinya pesan yang disampaikan merupakan pesan yang
berisi ungkapan perasaan komunikator, pesan bersifat reaktif, serta
pesan diungkapkan dengan menggunakan beberapa unsur penguat
yang menggambarkan bentuk pesan yang ekspresif yaitu
penggunaan emoticon, penggunaan huruf kapital pada keseluruhan
kalimat/kata, dan penggunaan kata-kata ekspresif lainnya seperti
“ahh” yang menggambarkan ekspresi kekecewaan, “wkwk” dan
“hahaha” menggambarkan ekspresi tertawa, “hiks” yang
menggambarkan ekspresi menangis ataupun sedih, “hmm”
menggambarkan ekspresi berpikir, “waduh” yang menggambarkan
ekspresi kekecewaan dan kata ekspresif lainnya.
76
Selanjutnya, 19% diantaranya diketahui menggunakan
logika penyusunan pesan retoris, artinya pesan disampaikan secara
luwes, berwawasan dan merupakan sebuah argumentassi yang
sistematis. dan sisanya sebanyak 8 % menggunnakan pesan
konvensional, dimana terdapat pula pelaku cyber-bullying yang
menyampaikan pesannya dengan sopean dimana dalam penelitian
ini ditemui terdapat pesan yang menggunakan kata “maaf”, namun
begitu walaupun pesan disampaikan dengan logika konvensional,
jika memang terdapat indikator yang menyatakan bahwa pesan
tersebut adalah pesan cyber-bullying, maka pesan tersebut tetap
tergolong dalam bentuk serangan cyber-bullying.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pesan cyber-bullying lebih
dominan disampaikan dengan cara yang ekspresif dimana
komunikator menggunakan kata-kata atau kalimat yang reaktif,
merupakan ungkapan perasaan sang komunikator, menggunakan
emoticon, huruf kapital, dan kata-kata yang meggambarkan
ekspresi komunikator.
Sedangkan untuk logika penyusunan pesan komentar cyber-
bullying pada postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan selama turnamen All-England 2018 pada akun
Instagram @badmintalk_com dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
77
Tabel 4.8 Frekuensi Logika Penyusunan Pesan pada Komentar Cyber-bullying dalam akun Instagram @badmintalk.com
@badmintalk_com Logika Penyusunan Pesan Frekuensi Persentase Ekspresif 40 69 % Konvensional 3 5 % Retoris 15 26 % Total 58 100 %
Sumber : Hasil Pengamatan Peneliti, 2018
Dari hasil penghitungan yang dilakukan secara manual oleh
peneliti diperoleh hasil bahwa sebanyak 69% dari seluruh akun
yang berkomentar dengan komentar yang mengandung pesan
cyber-bullying pada postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan selama turnamen All-England 2018 pada akun
Instagram @badmintalk_com adalah pesan yang menggunakan
logika penyusunan pesan ekspresif, kemudian 26% diketahui akun
berkomentar dengan menggunakan logika penyusunan pesan
retoris dan hanya sedikit akun yang menggunakan logika
penyusunan pesan konvensional yakni hanya sebesar 5%. Sama
halnya dengan pada akun Instagram @badminton.ina, logika
penyusunan pesan yang paling banyak digunakan adalah logika
penyusunan pesan ekspresif diikuti dengan logika penyusunan
pesan retoris di urutan kedua dan logika penyusunan pesan
konvensional yang paling sedikit digunakan oleh komunikator.
Dari hasil temuan data yang telah dipaparkan diatas dapat
dikatakan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat banyak
perbedaan antara akun Instagram @badmintan.ina dan
78
@badmintalk_com baik dalam hal frekuensi munculnya komentar
yang mengandung cyber-bullying, frekuensi munculnya jenis
cyber-bullying dan logika penyusunan pesan yang digunakan oleh
komunikator.
4.3.4 Hasil Temuan Tambahan
Pada penelitian analisis isi kuantitatif diketahui bahwa penelitian
ini dilakukan pada isi yang tampak, artinya yang dianalisis oleh peneliti
adalah unsur-unsur teks yang terlihat bukan pesan yang tersembunyi.
Namun begitu, terdapat beberapa pendapat mengenai hal ini. Neuendorf
dan Krippendorff (dalam Eriyanto, 2011: 23) mengatakan bahwa analisis
isi dapat dipakai untuk melihat semua karakteristikdari isi, baik yang
tampak maupun yang tidak tampak. Kemudian Riffe, Lacy, dan Fico
(dalam Eriyanto, 2011: 23) menyebutkan bahwa pada saat proses coding
dan pengumpulan data, peneliti hanya dapat menilai aspek-aspek dari isi
yang terlihat. Sementara pada saat tahap analisis data, peneliti dapat
memasukan penafsiran akan aspek-aspek dari isi yang tidak terlihat. Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya analisis isi memang
berfokus pada teks yang nampak, namun begitu tidak melarang peneliti
untuk melakukan analisis terhadap pesan yang tersembunyi dari sbuah
teks.
Atas dasar itulah peneliti disini menyertakan hasil temuan
tambahan yang didapat melalui proses wawancara terhadap akun
Instagram yang diketahui melakukan serangan cyber-bullying. Wawancara
79
ini dilakukan untuk mengetahui motif pelaku dan pemahaman pelaku
terkait dampak dari serangan cyber-bullying yang dilakukannya terhadap
atlet-atlet bulutangkis Indonesia Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
sempat menyebar beberapa pertanyaan melalui google form kepada
beberapa pelaku cyber-bullying yang diketahui menyerang atlet
bulutangkis Indonesia. Pertanyaan yang diajukan dalam formulir tersebut
adalah pertanyaan seputar motif pelaku dalam melakukan serangan cyber-
bullying dan siapa saja atlet yang menjadi sasaran pelaku cyber-bullying
serta pemahaman pelaku terkait dampak dari cyber-bullying yang
dilakukannya.
Permohonan pengisian formulir dilakukan melalui fitur direct
message pada media sosial Instagram. Terdapat dua akun pelaku cyber-
bullying terhadap atlet yang bersedia mengisi pertanyaan yang telah
disediakan oleh peneliti yaitu akun @jamali1987 dan @radinwinata.
Akun @jamali1987 mengaku bahwa tujuan ia melakukan serangan
cyber-bullying adalah untuk meningkatkan motivasi dan memperkuat
mental atlet supaya dapat tampil lebih baik di turnamen yang akan diikuti
berikutnya.
“ya, karena beliau bertanding membawa nama bangsa jadinya ya seharusnya beliau sadar karakternya dilapangan mewakili bangsa, sehingga beliau sadar kekurangganya” ungkapnya (23/6/2018). Serangan cyber-bullying biasa dilakukanya kepada atlet yang
kualitas permainanya tidak konsisten -terkadang baik, terkadang buruk-.
Saat atlet bermain buruk dan bermain tanpa daya juang adalah saat dimana
80
akun @jamali1987 melakukan cyber-bullying. akun @jamali1987
sebenarnya memiliki maksud yang baik, yaitu untuk meningkatkan
motivasi atlet namun cara yang dilakukannya adalah salah yakni dengan
memberikan kritik dan sindiran terhadap atlet. Pelaku cyber-bullying ini
sebenarnya mengetahui bahwa sebenarnya serangan cyber-bullying yang
dilakukan dapat berdampak negatif terhadap atlet. Namun dengan alasan
untuk memotivasi, serangan cyber-bullying tetap dilakukannya.
“ya, tapi itu buat atlet yang memiliki mental lemah, kalau bagi atlet mental tangguh dia akan membungkam bullying dengan prestasi” (23/6/2018) tulis @jamali saat ditanya mengenai dampak cyber-bullying yang dapat mengganggu atlet. Berbeda dengan akun @jamali1987, akun @radinwinata justru
melakukan cyber-bullying karena dia mengaku suka melakukan kegiatan
tersebut. Dia beralasan bahwa atlet yang lemah, stamina yang lemah, dan
dengan gaji yang atlet terima dianggapnya tidak pantas berada di pusat
pelatihan PBSI dan mewakili Indonesia di kejuaraan internasional.
“...karena lemah, stamina lemah, digaji ratusan juta gabisa berbuat banyak!! Out aja itu atlet!” tulisnya (23/6/2018)
Akun @radinwinata lebih sering melakukan serangan cyber-
bullying kepada atlet tunggal putri Indonesia, Fitriani, yang dianggapnya
bermain sangat buruk. Dengan adanya serangan cyber-bullying yang
dilakukannya, ia berharap bahwa atlet dapat memperbaiki kekuranganya
dan lebih keras berlatih. Akun @radinwinata berharap bahwa atlet yang
bermain buruk dikeluarkan dari pusat pelatihan PBSI. “...Biar cepet
81
intrspeksi dan out dari Pelatnas” ungkapnya saat ditanya alasan
melakukan serangan cyber-bullying
Dalam melakukan serangannya, tidak ragu akun @radinwinata
memblokir akun Instagram atlet bulutangkis indonesia. ia pun mengaku
sering melakukan serangan cyber-bullying di Instagram, khususnya disaat
atlet bulutangkis Indonesia bermain buruk, ia mengaku sering
menggunakan kata-kata/kalimat-kalimat kebencian saat melakukan
serangan cyber-bullying.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan pada hasil pengumpulan data dilapangan yang telah
dilakukan oleh peneliti. Diperoleh hasil bahwa persentase munculnya akun
yang memberikan komentar yang mengandung pesan cyber-bullying pada
postingan hasil pertandingan dan artikel hasil pertandingan dalam akun
Instagram @badminton.ina yaitu sebesar 18% atau sebanyak 59 komentar
dari 332 sampel akun instagram yang memberi komentar.
Dari semua akun yang berkomentar yang mengandung pesan
cyber-bullying, 97% diantaranya adalah pesan cyber-bullying yang berisi
pendapat yang merendahkan. Banyak akun yang berkomentar dengan pesan
cyber-bullying yang menghina dan menyudutkan kemampuan seorang atlet
ketika bertanding. Pelaku cyber-bullying biasanya mengunakan kata-kata
ataupun kalimat yang merendahkan atlet yang mengganggap bahwa
permainan atlet buruk.
82
Banyaknya kemunculan jenis cyber-bullying yang berisi pendapat
yang merendahkan ini terjadi dikarenakan komentar yang mengandung pesan
cyber-bullying banyak muncul pada postingan yang menginformasikan
kekalahan atlet bulutangkis Indonesia pada saat pertandingan. Sedangkan
pada postingan lainnya yang menginformasikan kemenangan atlet Indonesia
komentar yang mengandung pesan cyber-bullying hampir tidak ada sama
sekali, yang ada hanyalah ucapan selamat dan kalimat dukungan dari para
warga net. Sedangkan 3% lainya adalah cyber-bullying yang termasuk dalam
jenis pemberian nama negatif. Sama halnya dengan pendapat yang
merendahkan, jenis cyber-bullying ini juga muncul pada postingan mengenai
kekalahan atlet bulutangkis Indonesia pada pertandingan.
Kemudian pada akun Instagram @badmintalk_com, akun yang
berkomentar yang muncul pada postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan mengandung 15% akun yang memberikan komentar yang berisi
pesan cyber-bullying atau sebanyak 58 akun dari total sampel yang digunakan
yaitu sebanyak 388 akun yang memberikan komentar. Dari seluruh komentar
yang mengandung pesan cyber-bullying, jenis cyber-bullying yang berisi
pendapat yang merendahkan muncul sebanyak 97% dan 3% lainya adalah
jenis cyber-bullying pemberian nama negatif.
Dari kedua akun Instagram tersebut, secara persentase frekuensi
kemunculan akun yang memberikan komentar yang mengandung pesan
cyber-bullying dapat dikatakan tidak jauh berbeda begitupun dengan jenis
cyber-bullying yang muncul. Hanya saja yang membedakan adalah jumlah
83
keseluruhan populasi komentar yang ada dari kedua akun tersebut, dimana
perbedaan terlihat sangat mencolok. Secara keseluruhan akun yang
berkomentar yang ada pada postingan hasil pertandingan dan artikel
pertandingan pada akun Instagram @badminton.ina sebanyak 1.950 akun
berbeda jauh dengan jumlah akun yang berkomentar pada akun Instagram
@badmintalk_com yang berjumlah 13.212. Peneliti berpendapat bahwa hal
ini terjadi karena sifat akun Instagram tersebut yang berbeda, dimana akun
Instagram @badminton.ina merupakann akun Instagram resmi dari Persatuan
Bulutangkis Seluruh Indonesia sehingga tidak begitu banyak warga net yang
berani memberikan begitu banyak komentar, selain itu variasi isi setiap
postingan pun kurang bervariatif dan menarik.
Berbanding terbalik dengan akun Instagram @badmintalk_com yang
merupakan akun Instagram yang diciptakan oleh masyarakat pecinta olahraga
bulutangkis, sehingga warga net dapat dengan leluasa memberikan
komentarnya pada setiap postingan dalam akun Instagram @badmintalk_ina
tanpa merasa takut jika dibandingkan harus berkomentar langsung di akun
resmi PBSI. Selain itu variasi isi pada postingan di akun Instagram
@badmintalk_com juga menarik dan bervariasi sehingga wajar jika jumlah
followers-nya mencapai angka 411 ribu pengikut. Sehingga lebih banyak pula
warga net yang akan memberikan komentar pada setiap postingan yang ada
dalam akun Instagram @badmintalk_com, dan juga membuka peluang akan
semakin banyaknya komentar yang mengandung pesan cyber-bullying pada
setiap postinganya.
84
Sedangkan melihat hasil pengumpulan data untuk cara komunikator
menyampaikan pesan, hasilnya lebih bervariasi. Pada akun Instagram
@badminton.ina akun yang menyampaikan pesan dengan logika pesan
ekspresif diperoleh angka sebesar 73% artinya banyak pelaku cyber-bullying
yang menyampaikan pesannya secara ekspresif, dimana kata-kata ataupun
kalimatnya merupakan kalimat yang bersifat reaktif, terbuka, dan merupakan
ungkapan perasaan yang ada pada diri komunikator, serta kata-kata ataupun
kalimatnya disampaikan dengan cara yang ekspresif yaitu dengan
menggunakan huruf kapital, emoticon, dan kata-kata esprsif lainnya.
Kemudian terdapat 19% akun yang berkomentar dengan pesan
cyber-bullying disampaikan dengan logika retoris, dimana dalam pesan ini
biasanya pelaku menyampaikan pesannya dengan kalimat yang struktural,
logis, dan fleksibel. Dan sisanya sebanyak 8% pelaku cyber-bullying
menggunakan logika penyusunan pesan yang konvensional, yaitu pesan yang
disusun sesuai dengan aturan yang ada dengan kalimat yang sopan, namun
dalam konteks ini tetap saja walaupun pesan disampaikan ssecara sopan
namun pesan tersebut tetaplah mengandung pesan cyber-bulying sesuai
dengan indikator yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan pada akun Instagram @badmintalk_com, persentase
munculnya pesan cyber-bullying yang menggunakan logika penyusunan
pesan retoris lebih banyak dibanding pada akun Instagram @badminton.ina
yakni sebesar 26%, kemudian pesan dengan logika ekspresif sebanyak 69%
lebih sedikit dibanding pada aku Instagram @badminton.ina, begitu pula
85
dengan logika penyusunan pesan konvensional yang hanya sebanyak 5%.
Lagi-lagi hal ini disebabkan oleh sifat kedua akun Instagram tersebut yang
berbeda dimana akun Instagram @badminton.ina merupakan akun resmi yang
dikelola langsung oleh PBSI sehingga pesan yang disampaikan lebih bisa
diolah terlebih dahulu oleh komunikator supaya terlihat lebih sopan dan tidak
terlalu kasar dalam melakukan penyerangan cyber-bullying kepada atlet.
Jika di analisis lebih dalam lagi, diketahui bahwa seluruh pelaku
yang menyampaikan pesan cyber-bullying dengan jenis called name
(pemberian nama negatif) yang memiliki persentase masing-masing 3%,
mereka menggunakan logika penyusunan pesan ekspresif. Hal ini dilakukan
untuk memperkuat pesan cyber-bullying yang disampaikannya dengan
kalimat ataupun kata-kata yang bersifat reaktif dan kata-kata ekspresif
lainnya. Sedangkan 97% akun yang menyampaikan pesan cyber-bullying
dengan jenis pendapat yang merendahkan pada akun @badminton.ina, 72%
disampaikan dengan logika pesan ekspresif, 9% dengan logika konvensional
dan 19% dengan logika retoris. Pada akun @badmintalk_com 97% akun yang
menyampaikan pesan cyber-bullying dengan jenis pendapat yang
merendahkan terdapat 68% pesan disampaikan dengan logika pesan ekspresif,
5% dengan logika pesan konvensional dan logika pesan retoris disampaikan
sebanyak 27%.
Jika melihat besarnya angka persentase frekuensi kemunculan
komentar yang mengandung pesan cyber-bullying yang hanya sebesar 18%
dan 15% memang tergolong dalam angka yang cukup kecil. Namun begitu
86
akun Fanbase bulutangkis di media sosial pada umumnya dan Instagram pada
khususnya tidaklah hanya dua akun tersebut, masih banyak sekali akun-akun
lain yang juga memiliki kemungkinan untuk munculnya komentar yang
mengandung pesan cyber-bullying yang menyerang atlet bulutangkis.
Melihat dari hasil jawaban yang diberikan oleh pelaku cyber-
bulying yang terdapat pada lembar pertanyaan yang sepat peneliti berikan,
diketahui motif sebenarnya dari warga net adalah untuk memberikan motivasi
kepda atlet dan masukan pendapat serta kritik agar atlet dapat membenahi
kualitas permainannya. Hanya saja memang cara yang dilakukan salah yaitu
membeikan komentar dengan kalimat negatif yang justru kalimat tersebut
mengandung pesan cyber-bullying. Dari hasil wawancara yang peneliti dapat
diketahui terdapat salah satu pelaku yang terlihat sangan marah dan
membenci satu atlet tertentu, sehingga ia kerap melakukan tindakan cyber-
bullying yang mengarah kepada atlet tersebut. Dari hasil wawancara juga
menegaskan bahwa serangan cyber-bullying muncul dan meyerang kepada
atlet akibat permainan atlet yang kurang baik sehingga kalah dalam
pertandingan.
Maksud yang baik yang sebenarnya ada pada diri pelaku justru menjadi
hal yang berdampak negatif terhadap atlet bulutangkis. Dari adanya serangan
cyber-bullying tersebut sedikit banyaknya tentu akan berpengaruh terhadap
penampilan atlet dalam bertanding. Kebanyakan dari mereka yang mendapat
serangan cyber-bullying menurut pengamatan peneliti memang grafik
prestasinya tidak begitu terlihat, tidak banyak prestasi yang mereka dapatkan
87
bahkan ada juga yang penampilanya semakin menurun sehingga serangan
cyber-bullying pun semakin banyak menyerang. Dampak cyber-bullying disini
sangat terlihat jelas, dimana atlet akan merasa dirinya memang tidak mampu
untuk berprestasi atau atlet merasa tidak percaya diri terhadap kemampuan
yang dimilikinya. Keyakinan pada kemampuan diri sangat diperlukan bagi
setiap orang untuk meyakinkan pada diri sendiri akan kemampuan untuk
menyelesaikan suatu masalah dan kemampuan untuk mencapai sebuah target.
Termasuk sangat penting dimiliki oleh seorang Atlet.
Keyakinan yang telah dibangun selama bertahun-tahun melalui latihan dan
pertandingan-pertandingan yang mereka ikuti merupakan modal bagi para
atlet untuk membangun rasa percaya diri dan keyakinan akan kemampuan
yang mereka miliki. Atlet yang belum bisa berprestasi secara psikis tentu ia
akan merasa kecewa akan hasil yang diraihnya. Maksud baik dari warga net
dengan memberikan kritik akan sangat membantu atlet dalam mengevaluasi
permainannya, namun jika cara yang dilakukan salah yaitu dengan
memberikan pesan cyber-bullying justru akan memperburuk keadaan psikis
pemain, hingga akhirnya atlet bulutangkis akan kebingungan terhadap
permainannya dan akhirnya akan berdampak pada prestasi atlet tersebut.
Walaupun ada juga atlet yang menanggapi positif serangan cyber-
bullying sebagai sebuah motivasi dan berhasil membuktikan dengan prestasi-
prestasi yang mereka dapatkan. Sebagai contoh pasangan Gideon/Kevin, pada
awal karir mereka dipasangkan, mereka tidak langsung mendapat prestasi
88
yang cukup baik, sehingga banyak komentar negatif yang menyerang mereka
bahkan sempat dijuluki sebagai “pasangan bag big bug” yaitu pemain yang
cara bermainnya asal pukul dan smash saja. Namun begitu seiring berjalanya
waktu mereka berhasil membuktikan dengan catatan prestasi yang cukup baik
sehingga mereka kini menjadi pasangan yang menempati peringkat 1 dunia.
Namun begitu tindakan cyber-bullying yang dilakukan oleh warga
net pada media sosial Instagram walaupun berdasarkan pada hasil penelitian
ini jumlahnya tergolong kecil, namun jelas sedikit banyaknya akan
berdampak secara baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
penampilan atlet bulutangkis Indonesia, terlebih pesan cyber-bullying tersebut
menggunakan kata-kata yang frontal dan amat kasar bukan pesan yang
memberikan semangt dan motivasi
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pengumpulan data yang telah dilakukan oleh
peneliti dan telah pula diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang
dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah.
1. Frekuensi munculnya komentar yang mengandung pesan cyber-bullying
pada postingan hasil pertandingan dan artikel hasil pertandingan dalam
akun Instagram @badminton.ina sebanyak 59 akun yang berkomentar dari
jumlah sampel sebanyak 322 akun atau 18 % dan sebanyak 15% yaitu 58
akun yang berkomentar dari jumlah sampel sebanyak 388 akun pada akun
Instagram @badmintalk_com.
2. Jenis pesan cyber-bullying yang paling banyak muncul adalah jenis pesan
cyber-bullying yang berisi pendapat yang merendahkan, dimana pada
kedua akun Instagram @badminton.ina dan @badmintalk_ina muncul
sebanyak 97%, pendapat merendahkan yang sering muncul adalah
pendapat mengenai kualitas permainan atlet bulutangkis Indonesia yang
dinilai buruk oleh warga net. Dari 97% tersebut pada akun
@badminton.ina 72% disampaikan dengan logika pesan ekspresif, 9%
dengan logika konvensional dan 19% dengan logika retoris. Pada akun
@badmintalk_com terdapat 68% pesan disampaikan dengan logika
ekspresif, 5% dengan logika konvensional dan logika retoris disampaikan
sebanyak 27%. Sedangkan 3% lainnya adalah jenis cyber-bullying dengan
90
memberikan nama negatif pada pelaku, Seperti “badan gede”, “letoy” dan
“Bangkai” dimana dari 3% jenis called name seluruhnya disampaikan
dengan logika pesan ekspresif. Sedangkan jenis lainnya yaitu penyebaran
foto korban dan ancaman keselamatan tidak terdapat pada kedua akun
tersebut.
3. Logika penyusunan pesan secara keseluruhan yang paling banyak
digunakan oleh pelaku cyber-bullying pada postingan hasil pertandingan
dan artikel hasil pertandingan dalam akun Instagram @badminton.ina
adalah logika penyusunan pesan ekspresif dengan angka sebesar 73%.
Kemudian logika retoris ada pada urutan kedua dengan persentase sebasar
19% dan terakhir adalah logika penyusunan pesan konvensional dengan
persentase sebesar 8%. Pada postingan hasil pertandingan dan artikel hasil
pertandingan dalam akun Instagram @badmintalk_com. Logika
penyusunan pesan ekspresif digunakan oleh 69% pelaku cyber-bullying.
26% menggunakan logika penyusunan retoris, dan 5% lainnya
menggunakan logika penyusunan pesan konvensional. Penggunaan logika
ekspresif dapat dilihat dari penggunaan emoticon, penggunaaan huruf
kapital, dan kata-kata ekspresif seperti “wkwk”, “haha”, “waduh”, dan
“hmm”. Pesan retoris dapat dilihat dari gaya penulisan yang merupakan
argumentasi yang berwawasan dan fleksibel. Logika penyusunan pesan
konvensional dapat dilihat dari adanya penggunaan kata “maaf” dan
penulisan komentar lainnya yang sopan.
91
5.2 Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
memberikan saran :
1. Saran Teoretis
Bagi para peneliti berikutnya yang juga tertarik melakukan
penelitian dengan tema yang sama disarankan untuk dapat menggunakan
sudut pandang yang lebih luas lagi dalam melakukan penelitian, yaitu
dengan menggunaka metode penelitian kualitatif yang dapat lebih jelas
menggambarkan mengenai motif pelaku cyber-bullying dan dampaknya
terhadap atlet serta penanganan yang dapat dilakukan, bukan lagi dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif yang menggambarkan fenomena
dengan mengguakan angka-angka. Disarankan penelitian berikitnya dapat
dilakukan dengan membandingkan kasus cyber-bullying yang muncul di
beberapa media sosial yang berbeda dan menganalisa fitur-fitur yang ada
pada media sosial tersebut yang mendukung terjadinya kasus cyber-
bullying.
2. Saran Praktis
Secara praktis peneliti menyarankan kepada kedua akun Instagram
@badminton.ina dan @badmintalk_com untuk dapat melakukan tindakan
terhadap akun-akun yang diketahui melakukan tindakan cyber-bullying
baik dengan melakukan pemblokiran, melaporkannya pada pihak
Instagram ataupun cara lainnya dan tidak menyebarluaskan informasi yang
dapat memprovokasi satu sama lain. Untuk para penggemar bulutangkis
92
Indonesia diharapkan dapat menanggapi dengan positif segala hasil dari
perjuangan setiap atlet Indonesia dan terus memberikan dukungan kepada
atlet-atlet Indonesia yang sedang bertanding membawa nama bangsa. Bagi
atlet saya menyarankan untuk dapat menangggapi cyber-bullying ini
sebagai sebuah motivasi untuk terus berlatih keras dan meraih prestassi
terbaik. Bagi PBSI disarankan agar dapat menangani permasalahan ini
dengan bantuan beberapa ahli seperti psikolog dan pelatih untuk
memantau keadaan atlet sebelum efek buruk menimpa atlet Indonesia.
93
Daftar Pustaka
Buku :
Basrowi. Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Bungin. Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif, Prenadamedia Group, Jakarta, 2005.
Dianne L. Hoff, Sidney N. Mitchell, Cyberbullying: causes, effects, and
remedies, Journal of Educational Administration, Vol. 47 Issue: 5, pp.652-665, USA, 2009.
Effendy. Uchjana Onong, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2003. Eriyanto. Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi
dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, PT. Prenada Media Group, Jakarta 2011.
Jalil A., 2015. Psikolog dari Cyberbullying. Bandung: Universitas UGM
Kowalski, R.M., Limber, S.P., & Agatston, P.W. (2008). Cyberbullying: Bullying in the digitalage. Oxford: Blackwell Publishing.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, PT. Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006.
Littlejohn. Stephen & Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Salemba Humanika,
Jakarta, 2014. Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif, PT Raya Grafindo Persada,
Jakarta, 2011. Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, PT. Fajar Interpratama
Mandiri, Jakarta, 2013. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2013.
Mulyana. Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008.
Myers. David G, Psikologi Sosial, Salemba Humanika, Jakarta, 2014 Nasrullah. Rulli, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), Prenadamedia
Group, Jakarta, 2014.
94
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rohim. Syaiful, TEORI KOMUNIKASI Perspektif, Ragam, & Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2009.
Smith. Peter K, Cyberbullying: Abusive Relationships in Cyberspace Volume 217,Masalah 4 dari Journal of Psychology Series Volume 217 dari Zeitschrift Fur Psychologie/Journal of Psychology Zeitschrift für Psychologie. Hogrefe, 2010
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2012.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009
Sukmadinata. Syaodih Nana, Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009.
Jurnal
Mira M & Ivan T. 2016. Pengaruh Cyber-bullying di Media Sosial Terhadap
Perilaku Reaktif Sebagai Pelaku maupun Korban Cyber-bullying pada Siswa Kristen SMP Nasional Makassar. Jurnal. Jurnal Jaffray: Makassar.
M Alam Akbar & Prahastiwi.2015. Cyberbullying pada media sosial.Jurnal.Jurnal
Kommas UNS: Surakarta Rifauddin M. 2016. Fenomena cyberbullying pada remaja. Jurnal Ilmu
Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah: Makassar.
Syarif Ady Putra. 2015. Analisis isi kekerasan verbal pada tayangan Pesbukers di ANTV.Jurnal. ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id: Kalimantan Timur.
Syntia B & Syarif M. 2015.Diskursus cyberbullying Florence
Sihombing.Jurnal.Jurnal Ilmiah Komunikasi MAKNA:Semarang Skripsi
Antonius S. 2016. Tinjauan Yuridis terhadap Fenomena Cyberbullying Sebagai Kejahatan Di Dunia CyberDikaitkan Dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Hukum. Universitas Hasanuddin: Makassar
Aprian P. 2017. Analisis Cyberbullying Di Media Sosial Twitter (studi pada akun twitter @ahmaddhaniprast periode bulan februari-juni 2016). Skripsi.
95
Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Universitas Lampung: Bandar Lampung
Indah S. 2016. Pengaruh Cberbullying Di Media Sosial Ask.FM Terhadap
Ganggua Remaja (studi pada siswa-siswi SMAN 10 Bandar Lampung). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Universitas Lampung: Bandar Lampung
Sumber Lainnya
http://badmintonindonesia.org (diakses pada 07 September 2018, 14.10)
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/09/berapa-pengguna-instagram-dari-indonesia (diakses pada 4 Maret 2018, 14.35)
http://ditchthelabel.org/the-annual-bullying-survey-2017-1 (diakses pada 26 Maret 2018, 13.40)
hhtp://facebook.com/badmintonwonderbwf (diakses pada 25 Mei 2018, 16:30)
hhtp://facebook.com/badmintonnewsflash (diakses pada 25 Mei 2018, 16:30)
Hilda , T ; (t.t) ; Pengertian Instagram, Sejarah, Fitur, Kelebihan, dan kekuranganya; https://www.kata.co.id/Pengertian/Instagram/2535 (diakses pada 15 Maret 2018, 14.50)
https://inet.detik.com/cyberlife/d-3659956/132-juta-pengguna-internet-indonesia-40-penggila-medsos (diakses pada 28 Februari 2018, 15.03)
https://Instagram.com/badmintalk_com (diakses pada 29 April 2018, 17.10)
https://Instagram.com/badminton.ina (diakses pada 17 Maret 2018, 14.40)
https://kumparan.com/@kumparanstyle/41-persen-remaja-indonesia-pernah-alami-cyberbullying (diakses pada 25 Maret 2018, 15:35)
https://kaskus.co.id (diakses pada 10 Mei 2018, 19:00)
http://puskakom.ui.ac.id/publikasi/rilis-pers-hasil-survey-profil-pengguna-internet-di-indonesia-2014-oleh-apjii-bekerja-sama-dengan-pusat-kajian-komunikasi-universitas-indonesia.html (diakses pada 4 April 2018, 11.25)
https://sports.okezone.com/read/2013/02/21/44/765425/gara-gara-cyberbully-petenis-ini-gantung-raket (diakses pada 3 April 2018, 13.25)
96
https://tekno.kompas.com/read/2017/07/21/12520067/instagram-jadi-media-cyber-bullying-nomor-1(diakses pada 25 Maret 2018, 18.10)
https://football-tribe.com/indonesia/2017/05/29/cyber-bullying-di-wajah-sepak-bola-kita/ (diakses pada 10 Mei 2018, 18:15)
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20140910112008-255-2906/ketika-bullying-berujung-maut (diakses pada 25 Maret 2018, 16.55)
http://style.tribunnews.com/2017/08/23/atlet-wushu-indonesia-ini-berhasil-raih-medali-emas-di-sea-games-2017-tapi-malah-dibully-netizen?page=2 (diakses pada10 Mei 2018, 18:30)
97
LAMPIRAN
98
Lampiran 1 Lembar Coding (Coding Sheet)
Lampiran 1.1 Lembar Coding @badminton.ina
99
Lampiran 1.2 Lembar Coding @badminton.ina
100
Lampiran 1.3 Lembar Coding @badminton.ina
101
Lampiran 1.4 Lembar Coding @badminton.ina
102
Lampiran 1.5 Lembar Coding @badminton.ina
103
Lampiran 1.6 Lembar Coding @badminton.ina
104
Lampiran 1.7 Lembar Coding @badminton.ina
105
Lampiran 1.8 Lembar Coding @badminton.ina
106
Lampiran 1.9 Lembar Coding @badminton.ina
107
Lampiran 1.10 Lembar Coding @badminton.ina
108
Lampiran 1.11 Lembar Coding @badminton.ina
109
Lampiran 1.12 Lembar Coding @badminton.ina
110
Lampiran 1.13 Lembar Coding @badminton.ina
111
Lampiran 1.14 Lembar Coding @badminton.ina
112
Lampiran 1.15 Lembar Coding @badminton.ina
113
Lampiran 1.16 Lembar Coding @badminton.ina
114
Lampiran 1.17 Lembar Coding @badminton.ina
115
Lampiran 1.18 Lembar Coding @badminton.ina
116
Lampiran 1.19 Lembar Coding @badminton.ina
117
Lampiran 1.20 Lembar Coding @badminton.ina
118
Lampiran 1.21 Lembar Coding @badminton.ina
119
Lampiran 1.22 Lembar Coding @badminton.ina
120
Lampiran 1.23 Lembar Coding @badminton.ina
121
Lampiran 1.24 Lembar Coding @badminton.ina
122
Lampiran 1.25 Lembar Coding @badminton.ina
123
Lampiran 1.26 Lembar Coding @badminton.ina
124
Lampiran 1.27 Lembar Coding @badminton.ina
125
Lampiran 1.28 Lembar Coding @badminton.ina
126
Lampiran 1.29 Lembar Coding @badminton.ina
127
Lampiran 1.30 Lembar Coding @badminton.ina
128
Lampiran 1.31 Lembar Coding @badminton.ina
129
Lampiran 1.32 Lembar Coding @badminton.ina
130
Lampiran 1.33 Lembar Coding @badmintalk_com
131
Lampiran 1.34 Lembar Coding @badmintalk_com
132
Lampiran 1.35 Lembar Coding @badmintalk_com
133
Lampiran 1.36 Lembar Coding @badmintalk_com
134
Lampiran 1.37 Lembar Coding @badmintalk_com
135
Lampiran 1.38 Lembar Coding @badmintalk_com
136
Lampiran 1.39 Lembar Coding @badmintalk_com
137
Lampiran 1.40 Lembar Coding @badmintalk_com
138
Lampiran 1.41 Lembar Coding @badmintalk_com
139
Lampiran 1.42 Lembar Coding @badmintalk_com
140
Lampiran 1.43 Lembar Coding @badmintalk_com
141
Lampiran 1.44 Lembar Coding @badmintalk_com
142
Lampiran 1.45 Lembar Coding @badmintalk_com
143
Lampiran 1.46 Lembar Coding @badmintalk_com
144
Lampiran 1.47 Lembar Coding @badmintalk_com
145
Lampiran 1.48 Lembar Coding @badmintalk_com
146
Lampiran 1.49 Lembar Coding @badmintalk_com
147
Lampiran 1.50 Lembar Coding @badmintalk_com
148
Lampiran 1.51 Lembar Coding @badmintalk_com
149
Lampiran 1.52 Lembar Coding @badmintalk_com
150
Lampiran 1.53 Lembar Coding @badmintalk_com
151
Lampiran 1.54 Lembar Coding @badmintalk_com
152
Lampiran 1.55 Lembar Coding @badmintalk_com
153
Lampiran 1.56 Lembar Coding @badmintalk_com
154
Lampiran 1.57 Lembar Coding @badmintalk_com
155
Lampiran 1.58 Lembar Coding @badmintalk_com
156
Lampiran 2 Dokumentasi Pengisian Coding Sheet
Lampiran 2.1 Coder saat mengisi lembar coding
Lampiran 2.2 Coder saat mengisi lembar coding
157
Lampiran 2.3 Coder saat mengisi lembar coding
Lampiran 2.4 Coder saat mengisi lembar coding
158
Lampiran 3 Transkip Wawancara
Lampiran 3.1 Transkrip Wawancara dengan akun Instagram @radinwinata
159
Lampiran 3.2 Transkrip Wawancara dengan akun Instagram @radinwinata
160
Lampiran 3.3 Transkrip Wawancara dengan akun Instagram @radinwinata
161
Lampiran 3.4 Transkrip Wawancara dengan akun Instagram @jamali1987
162
Lampiran 3.5 Transkrip Wawancara dengan akun Instagram @jamali1987
163
Lampiran 3.6 Transkrip Wawancara dengan akun Instagram @jamali1987
top related