css konjungtivitis
Post on 08-Feb-2018
276 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
1/24
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar.
Keluhan ini timbul akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya
berwarna putih menjadi merah. Mata merah terjadi karena terdapat pelebaran
pembuluh darah atau akibat pecahnya pembuluh darah dan darah tertimbun di
bawah jaringan konjungtiva. Struktur dari mata yang dapat menyebabkan mata
merah adalah konjungtiva, kornea, episklera, sklera, iris, badan siliaris dan
adneksa seperti kelenjar sebaseous.
Mata merah dapat disertai dengan gejala penurunan tajam penglihatan,
nyeri, fotofobia, halo dan mid-dilatasi pupil. Pemeriksaan dilakukan untuk
menentukan penyebab dari mata merah dan mencari penyebab dari keluhan
keluhan penderita serta menganalisa tajam penglihatan. Dengan demikian
diagnosa dapat ditegakkan guna pemberian terapi, menentukan prognosis dan
mencegah terjadinya komplikasi. Maka dalam beberapa kasus, mata merah
merupakan hal yang harus ditangani dengan serius dengan penatalaksanaan yang
tepat dan tuntas karena dapat menyebabkan kebutaan.
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
2/24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konjungtiva
2.1.1 Anatomi dan Histologi Konjungtiva
Konjungtiva mata adalah membran mukosa tipis dan transparan yang
terletak di posterior palpebra dan anterior sclera dari mata. Daerah antara epitel
konjungtiva dan kulit disebut mucocutaneous junction, sedangkan daerah antara
epitel konjungtiva dan kornea disebut limbus. Di limbus juga terdapat fusi dari
konjungtiva, episclera, dan kapsul Tenon, fasia yang membatasi bola mata dengan
struktur lain.
Berdasakan letaknya, konjungtiva terbagi 2, yaitu:
1. Konjungtiva palpebra ( konjungtiva tarsal).Konjungtiva palpebra melekat kuat pada didinding posterior palpebra,
pada tarsus palpebra. Konjungtiva palpebra terdiri dari konjungtiva palpebra
superior dan inferior.
2. Konjungtiva bulbi.Konjungtiva bulbi terletak di dinding anterior bola mata, dan berikatan
secara lemah. Keadaan demikian menyebabkan bola mata dapat bergerak dan
meningkatkan luas permukaan sekretori dari konjungtiva.
Penebalan dari konjungtiva bulbi di chantus dalam disebut Plika
Semilunar. Dibagian lebih superficial, terdapat stuktur epidermoid, kecil, dan
seperti daging, disebut Caruncle, merupakan daerah transisi antara kutan dan
membran mukosa
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
3/24
Vaskularisasi arteri konjungtiva yang berasal dari arteri palpebra dan arteri
siliar. Arteri konjungtiva posterior akan mensuplai konjungtiva bulbi, arteri siliar
dan episklera akan mensuplai iris, dan badan siliar yang akan beranastomosisdengan pembuluh vena. Drainase limfatik berupa pleksus limfatik, bersama
dengan palpebra. Inervasi berupa inervasi sensori sakit oleh syaraf kranial ke V.
Secara histologi, konjungtiva terdiri dari lapisan epitel dan stroma. Terdapat 5
lapis epitel pipih sampai kolumnar, yang terbagi atas:
1. Lapisan superfisial epitel : Terdiri dari sel goblet yang mensekresikan mukusyang menjadi salah satu komponen dari air mata.
2. Lapisan basal epitel: Sel epitel terwarnai lebih pekat. Sel di dekat limbusmungkin berpigmen.
Epitel di dekat limbus, caruncle, dan mucocutaneous junction adalah
epitel selapis bertingkat, sedangkan daerah lainya merupakan sel epitel kolumnar
bertingkat.
Stroma (lamina propia) konjungtiva merupakan jaringan ikat longgar tipis
yang mengandung serat kolagen dan elastin. Terdiri dari 2 lapisan :
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
4/24
1. Lapisan adenoid (superficial) merupakan jaringan limfoid yang mengandungstruktur seperti folikel tanpa pusat germinatif. Struktur ini mulai muncul di
bulan ke 23 kelahiran.
2. Lapisan fibrosa melekat secara kuat pada bagian tarsal, dan tidak terlalu kuatpada bagian bulbi.
Didalam stroma terdapat kelenjar aksesoris, kelenjar Krause dan Wolfring
yang memiliki fungsi yang mirip dengan kelenjar lakrima. Kelenjar ini lebih
banyak terdapat di superior tarsal dibandingkan di inferior tarsal.
2.1.2 Fisiologi dan Mikrobiologi KonjungtivaKonjungtiva memiliki fungsi proteksi dan sekresi. Proteksi terhadap
masuknya benda asing. Konjungtiva juga mensekresi mukus yang dapat menjebak
kotoran, dan juga menjadi bagian dari film air mata. Konjungtiva bukan
merupakan jaringan steril. Bisa ditemukan adanya mikroorganisme seperti :
Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus, Micrococcus sp,
Corynebacterium sp, Propionibacterium acnes, Streptococcus sp, Haemophylus
influenza, Moraxella sp, Enteric gram (-) bacilli, Bacilus sp, Anaerobic bacteria,
Yeast, Filamentous fungi,Demodex sp.
Konjungtiva memiliki beberapa mekanisme yang menyebabkan,
proliferasi dari mikroorganisme tersebut tidak menjadi patogen. Mekanisme
tersebut berupa:
1. Suhu yang relatif rendah akibat penguapan dari cairan lakrima.2. Cairan lakrima bersifat bakteriostatik, juga memiliki enzim lisozim.3. Kemampuan sistem lakrimasi untuk memproduksi dan mendrainase lakrima,
juga diikuti dengan mendrainase mikroorganisme.
2.2 Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah proses peradangan pada konjungtiva mata yang
disebabkan oleh infeksi, reaksi hipersensitifitas, reaksi autoimun, agen iritatif dan
kimia, dan penyakit sistemik lainnya.
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
5/24
Proses peradangan ini ditandai dengan adanya hiperemia pada mata, yang
secara klinis dikenal dengan mata merah. Selain itu adanya sekret yang
dikeluarkan mata berupa serosa, mukoid, mukopurulen, dan purulen.
Klasifikasi:
Berdasarkan Etiologinya (Vaughan)
1. Konjungtivitis karena infeksi2. Konjungtivitis non-infeksi:
1. Alergi2. Autoimun3. Kimia dan iritasi4. Penyakit sistemik atau penyakit lain5. Penyakit degeneratif6. Tumor7. Tidak diketahui
Berdasarkan waktu
1. Akut2. Kronis
2.2.1 Konjungtivitis Infeksi2.2.1.1 Konjungtivitis bakteri
Patogenesis
Konjungtivitis bakteri disebabkan oleh pertumbuhan bakteri yang
meningkat dan infiltrasi bakteri ke dalam lapisan epitel konjungtiva dan kadang-
kadang dapat ke substansia propria. Sumber infeksi melalui kontak langsung
dengan sekret individu yang terinfeksi (biasanya melalui kontak mata-tangan) ataupenyebaran infeksi dari kolonisasi bakteri dari mukosa sinus dan nasal individu
itu sendiri.
Walaupun dapat sembuh sendiri, infeksi bakteri mengancam penglihatan
apabila penyebabnya adalah bakteri virulen seperti Neisseria gonorrhoe, atau
Streptococcus pyogen.
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
6/24
2.2.1.2 Konjungtivitis sederhana (konjungtivitis kataral)
Suatu konjungtivitis yang disebabkan bakteri akibat infeksi S.Aureus, S.
epidermidis, S.pneumonia dan H.influenza. Konjungtivitis ini dapat sembuh
sendiri dan sering terjadi pada anak-anak. Transmisi infeksi dapat secara kontak
langsung dengan sekret.
Gejala klinis
Timbul kemerahan akut, sensasi benda asing, rasa terbakar dan terdapat
sekret. Sewaktu bangun tidur, kedua kelopak mata akan menempel dan sulit
dibuka karena akumulasi eksudat selama semalam. Kedua mata dapat terinfeksi
walaupun dapat berawal dari satu mata.
Tanda klinis
Terdapat edema dan krusta pada kelopak mata. Sekretnya berair
menyerupai konjungtivitis virus tapi dalam sehari atau lebih, sekret akan menjadi
mukopurulen. Injeksi konjungtiva maksimal terdapat di forniks dan berkurang
saat mendekati limbus. Konjungtiva tarsalis berwarna merah daging, velvetydan
ada reaksi papila ringan. Sering terjadi erosi pungtata epitel superfisial tetapi tidak
membahayakan.
Terapi
Tanpa pengobatan dapat sembuh sendiri dalam waktu 10 hingga 14 hari
dan pemeriksaan laboratorium tidak rutin dilakukan. Sebelum pengobatan
dilakukan, kelopak dan bulu mata dibersihkan dari sekret. Antibiotik spektrum
luas digunakan dalam bentuk tetes dan salep mata yang dioleskan pada jam tidur
sehingga tidak ada lagi sekret.
Antibiotik tetes mata
a.
Asam fusidat (fucithalmic) dalam bentuk suspensi bermanfaat untukinfeksi stafilokokus tetapi tidak untuk kebanyakan bakteri gram negatif.
Pengobatan inisial q.i.d untuk 48 jam kemudian b.d
b. Kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang diberikan setiap 1-2jam.
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
7/24
c. Antibiotik lain dalam bentuk tetes mata adalah siprofloksasin, ofloksasin,lomefloksasin, gentamisin, neomisin, tobramisin, neosporin (polimiksin B
+ neomisin + gramisidin) dan politrim (polimiksin + trimetropim)
Salep antibiotik
Mempunyai konsentrasi lebih tinggi untuk jangka waktu lama tapi
penggunaan pada waktu siang hari dibatasi karena mengganggu penglihatan.
Salep mata dapat dipakai waktu malam hari sewaktu tidur.
2.2.1.3 Konjungtivitis gonore
Kojungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang
disertai dengan sekret purulen masif, kemosis berat, edema kelopak mata dan
hiperemis konjungtiva. Gonokokus paling sering adalah Neisseria gonococcus
yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap
kuman ini sangat berat, jika dibiarkan dapat menginfiltrasi kornea, kornea mencair
dan perforasi. Konjungtivitis gonore adalah penyakit menular seksual, disebarkan
melalui kontak genital-mata, genital-tangan-mata atau melalui jalan lahir dari
seorang ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Penyakit kelamin yang
disebabkan oleh gonore merupakan penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia
secara endemik.
Gambaran klinis
Pada orang dewasa, konjungtivitis gonore terdiri dari 3 stadium yaitu
stadium infiltrasi, stadium supuratif dan stadium penyembuhan atau edema papila.
Pada stadium infiltrasi ditemukan kelopak mata dan konjungtiva yang kaku
disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga
sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada kongjungtiva tarsal superior,konjungtiva bulbi hiperemis, kemotik dan menebal. Pada umumnya menyerang
satu mata terlebih dahulu. Kemungkinan ada demam dan pembengkakan glandula
preaurikuler. Stadium ini berlangsung selama 2 hari kemudian diikuti stadium
selanjutnya.
Pada stadium supuratif edema kelopak mata dan konjungtiva yang
kemotik sudah menghilang dan mata tidak lagi terlalu nyeri. Sekret purulen yang
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
8/24
kental dan masif terus menerus terdapat pada kedua mata. Kondisi ini berlangsung
selama 2 hingga 3 minggu, semua gejala yang dikeluhkan pada stadium awal lama
kelamaan semakin menghilang.
Pada stadium penyembuhan atau edema papila, mata kembali ke normal
dalam waktu 2 hingga 3 minggu, tapi paling sering terdapat suatu keadaan di
mana kelopak mata mengalami inflamasi kronik yaitu stadium pembengkakan
papila, yang mana konjungtiva palpebra dan retrotarsal tetap menebal dan merah,
terutama pada tarsus terdapat granular yang tidak sama ukuran berlangsung
selama beberapa minggu.
Konjungtivitis gonore pada neonatus memberi gambaran klinis yang sama
seperti dewasa. Inkubasi bakteri bervariasi dari 12 jam hingga 5 hari. Infeksi
terjadi karena kontaminasi konjungtiva sewaktu melewati serviks ibu yang
terinfeksi. Tapi infeksi dapat terjadi sebelum kelahiran akibat penyebaran infeksi
ke dalam sakus konjungtiva diikuti ketuban pecah dini. Dalam kondisi ini, infeksi
telah terjadi saat bayi lahir, infeksinya berat dan telah terjadi ulkus kornea.
Apabila infeksi terjadi setelah hari kelima kehidupan, kontaminasi didapat setelah
kelahiran karena kontak dengan handuk dan pampers yang telah terkontaminasi
atau jari yang telah kontak dengan genital ibu.
Diagnosis
Diagnosis pasti adalah pemeriksaan sekret dengan perwarnaan gram, akan
terlihat diplokokus bersifat gram negatif di intraselular dan ekatraselular dari
leukosit. Selain itu dilakukan juga kultur dari sekret. Pemeriksaan sensitivitas
dilakukan pada agar darah dan agar coklat. Pemeriksaan konjungtivitis .gonore
menunjukkan adanya gram negatif intraselular.
TerapiPasien dengan konjungtivitis gonore harus dipisahkan dari pasien peyakit
mata lainnya. Cap, masker,gown, sarung tangan dan kaca mata pelindung harus
dipakai oleh pemeriksa sewaktu memeriksa atau mengobati pasien tersebut. Mata
harus diirigasi dengan NaCl fisiologis sampai sekret tidak ada. Antibiotik yang
dapat diberikan adalah :
a. Antibiotik topikal:
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
9/24
Sulfasetamid 10-15% tetes mata setelah irigasi
Sulfasetamid 30% salep mata untuk malam
Gentamisin 0,3% tetes mata dan salep mata
Penisilin tetes mata konsentrasi 15000 IU/mL
Tetrasiklin salep mata
b. Antibiotik sistemik:Neonatus : Penisilin prokain dosis 50000 IU/KgBB/hari I.M selama 5 hari
Sefotaksim 100 mg/KgBB I.M dosis tunggal
Dewasa : Penisilin prokain 4.8 juta IU I.M dosis tunggal + Probenasid 1gr
peroral
Ampisilin 3.5gr dosis tunggal peroral + Probenasid 1 gr peroral
Tetrasiklin 1.5gr peroral dilanjutkan 3x500mg selama 4 hari
Spektinomisin 3gr I.M dosis tunggal
Pasien dapat dipulangkan apabila pewarnaan Gram menunjukkan Gram-
negatif diplokokus intraselular negatif 3 hari berturut-turut. Pasien dan pasangan
seksual harus diperiksakan ke dokter bagian kulit dan kelamin untuk
kemungkinan penyakit seksual yang diderita. Komplikasi yang sering terjadi
adalah ulkus kornea. Selain itu dapat juga terjadi panoftalmitis.
Prognosis
Prognosis tergantung beberapa kondisi yaitu tingkat keparahan infeksi dan
keadaan kornea. Sejak sulfonamid dan penisilin diperkenalkan sebagai terapi
konjungtivitis gonore, banyak kasus sembuh tanpa komplikasi dengan catatan
bahwa pasien menerima pengobatan yang tepat dan tuntas sebelum terjadi ulkus
kornea.
2.2.1.4 Konjungtivitis Chlamydia
Chlamydia trachomatis merupakan bakteri obligat intraselular yang dapat
menimbulkan beberapa gejala konjungtivitis yang berbeda karena berhubungan
dengan serotipe dari C. trachomatis yaitu trachoma dari serotipe A-C,
konjungtivitis inklusi pada neonatus dan dewasa serotipe D-K dan
lymphogranuloma venereum serotipe L1, L2, L3.
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
10/24
2.2.1.4.1 Trachoma
Trachoma merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi pada komunitas
dengan higene yang buruk dan sanitasi yang tidak memadai. Trachoma
merupakan penyebab kebutaan paling utama yang sebenarnya dapat dicegah.
Lalat adalah vektor utama dalam siklus infeksi-reinfeksi.
Gambaran klinis trachoma
Gejala-gejala inisial dari trachoma adalah sensasi benda asing, mata
merah, berair dan sekret mukopurulen. Terjadi reaksi folikular berat terutama di
konjungtiva tarsal superior tapi kadang-kadang dapat timbul di forniks inferior
dan superior, konjungtiva tarsal inferior, lipatan semilunar dan limbus. Pada
inflamasi konjungtiva kronis, terlihat sikatriks linear atau stellate di tarsus
superior (Arts line). Sikatriks kemudian akan ditutupi oleh epitel, menimbulkan
permukaan yang tidak rata dikenal sebagai Herberts pits. Kornea dapat
mengalami keratitis.
World Health Organization (WHO) grading of trachoma
TF : trachomatous folliculardengan 5 atau lebih folikel di tarsus superior
TI : trachomatous inflammationdengan inflamasi difusa dan penebalan menutupi
lebih dari 50% pembuluh darah tarsalis
TS : trachomatous scarring yaitu sikatrisasi konjungtiva tarsal dengan pita
jaringan fibrosa putih
TT : trachomatous trichiasis yang mencapai kornea
CO : corneal opacity. Kekeruhan pada kornea mengenai paling sedikit sebagian
dari tepi pupil.
TerapiTrachoma yang aktif diobati dengan tetrasiklin atau eritromisin4x250mg
sampai 500mg atau doksisiklin 2x100mg atau klaritromisin 2x 250mg sampai
500mg per oral selama 3 hingga 6 minggu. Tetrasiklin 1% atau eritromisinsalep
mata dioleskan 2xsehari selama 2 bulan. Eritromisin disarankan untuk pengobatan
kasus trachoma yang resisten terhadap tetrasiklin. Azitromisin merupakan
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
11/24
makrolid dengan durasi aksi yang panjang dan pemberian single dosemaka dapat
diberikan pada program pengobatan massal.
2.2.1.4.2Konjungtivitis klamidia pada dewasa
Pasien dengan konjungtivitis klamydia rata-rata terjadi pada dewasa muda
dengan infeksi genital (servisitis pada perempuan dan uretritis pada laki-laki)
yang tidak menimbulkan keluhan. Mata selalu terinfeksi melalui kontak direk
atau indirek dengan sekresi genital yang terinfeksi, walaupun transmisi dapat
melalui cara lain yaitu melalui peralatan kosmetik mata yang digunakan bersama-
sama dan kolam renang yang tidak dilakukan klorinisasi. Masa inkubasi 1
minggu.
Gambaran klinis
Terlihat adanya reaksi folikular terutama pada konjungtiva palpebra
inferior dan fornik inferior, sekret mukopurulen dalam jumlah yang sedikit dan
kelenjar getah bening preaurikuler dapat teraba membesar. Pada kornea dapat
terlihat adanya infiltrat yang sering berhubungan dengan infiltrat subepitel,
keratitis dan mikropannus kurang dari 3 mm dari kornea superior.
Terapi
a. Pengobatan topikal yaitu salep tetrasiklin q.i.d selama 6 minggub. Pengobatan sistemik dengan salah satu dari obat berikut :
Azitromisin 1 gram single dose
Doksisiklin 100 mg b.d untuk 1-2 minggu
Eritromisin 500 mg q.i.d untuk 1 minggu jika tetrasiklin tidak efektif
2.2.1.4.3 Konjungtivitis klamidia pada neonatusInfeksi ditransmisi ke bayi melalui jalan lahir ibu yang terinfeksi sewaktu
proses kelahiran, maka adalah penting kedua orang tua memeriksakan diri untuk
membuktikan adanya infeksi genital.
Gambaran klinis
Masa inkubasi dari chlamydia adalah 5 sampai 19 hari setelah lahir.
Sekretnya mukopurulen dan terdapat reaksi papila konjungtiva karena neonatus
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
12/24
tidak dapat membentuk folikel sehingga bulan ketiga kehidupan. Jika tidak diobati
dapat menyebabkan sikatriks konjungtivapannus superior kornea.
Terapi
Tetrasiklin topikal dan eritromisin etil suksinat 25 mg/kgBB b.d per oral
selama 2 minggu.
2.2.1.5 Konjungtivitis virus
2.2.1.5.1 Keratokonjungtivitis adenovirus
Spektrum infeksi adenovirus bervariasi dari infeksi ringan hingga infeksi
berat dengan morbiditas yang signifikan. Transmisi virus melalui sekresi okular
atau respiratorious dan menyebar melalui towel atau alat seperti tonometer. Masa
inkubasinya 4 hingga 10 hari. Kemudian diikuti dengan konjungtivitis yang
berlangsung selama 12 hari. Langkah-langkah keamanan harus diperhatikan
seperti mencuci tangan untuk mengelakkan transmisi saat memeriksa pasien yang
diyakini terinfeksi adenovirus.
Adenovirus tipe 3, 4 dan 7 dan jarang pada tipe 5 adalah penyebab demam
faringokonjungtiva. Transmisi melalui droplet dan sering menyerang anak-anak
yang juga sedang mengalami infeksi saluran nafas atas. Keratitis terjadi pada 30%
kasus tapi jarang sekali infeksinya berat. Adenovirus tipe 8 dan 19 paling sering
menyebabkan keratokonjungtivitis epidemik. Transmisi melalui kontak tangan ke
mata, alatan dan solusio. Keratokonjungtivitis epidemik tidak menimbulkan gejala
sistemik. Keratitis terjadi pada 80% kasus dan infeksinya berat.
Gejala dan tanda klinis konjungtivitis virus
Gejala pada konjungtivitis virus berupa, mata berair, kemerahan rasa tidak
nyaman pada mata dan fotofobia, biasanya mengenai kedua mata.Tanda yang ditemukan pada konjungtivitis virus seperti, elopak mata
edema, sekret berair dan terdapat folikel konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva,
kemosis, terdapat pseudomembran pada kasus berat dan limfadenopati dengan
nyeri tekan.
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
13/24
Tanda-tanda keratitis virus
a. Stage 1 terjadi dalam 7 hingga 10 hari dimulai dari timbulnya gejala,ditandai dengan keratitis epitelial pungtata yang sembuh sendiri dalam
waktu 2 minggu.
b. Stage 2 ditandai dengan opasitas subepitelial yang berwarna putih danfokal yang terbentuk dibawah lesi epitel yang hilang. Terjadi karena
respon imun terhadap virus dan dapat berhubungan dengan uveitis anterior
ringan yang hilang timbul.
c. Stage 3 ditandai dengan infiltrat stroma anterior yang beransur-ansurhilang setelah beberapa bulan atau tahun
Penatalaksanaan
a. Terapi konjungtivitis virusTerapi yang dilakukan adalah simtomatik dan suportif karena
penyembuhan spontan terjadi dalam waktu 2 minggu. Penggunaan antivirus tidak
efektif dan penggunaan steroid topikal dielakkan kecuali terjadi inflamasi berat.
b. Terapi keratitis virusDengan steroid topikal jika pasien merasa matanya tidak nyaman atau
ketajaman penglihatan berkurang pada stage 3. Steroid tidak memperpendek
perjalanan penyakit tapi dapat menekan inflamasi dari kornea sehingga lesi
cenderung untuk kambuh jika terapi penggunaan steroid dihentikan dini.
2.2.1.6 Konjungtivitis Molluscum contagiosum
Molluscum adalah virus onkogenik yang dapat menimbulkan lesi padakulit dan mukus membran. Disebarkan melalui kontak erat yang biasanya
menginfeksi anakanak dan dewasa muda. Molluscum juga merupakan infeksi
yang sering didapat pada penderita AIDS. Penderita dengan manifestasi pada mata
juga menunjukkan manifestasi pada bagian tubuh lain.
Tanda-tanda
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
14/24
Pinggir kelopak mata terdapat nodul yang pucat, kecil, berminyak dan
umbilcated. Sekret biasanya mukoid dan sedikit. Konjungtiva menunjukkan
respon folikular pada lesi kelopak mata ipsilateral. Jarang sekali pasien dengan
sistem pertahanan tubuh yang lemah membentuk nodul molluscum di konjungtiva
bulbi. Pada kasus kronis, dapat terjadi keratitis yang dapat berlanjut menjadi
pannus jika tidak diobati.
Terapi
Melibatkan destruksi dari lesi seperti eksisi sayat, krioterapi atau
kauterisasi.
2.2.1.7 Konjungtivitis jamur dan parasit
Demodexmerupakan parasit komensal yang ada pada tubuh manusia pada
keadaan normal. Pada slit-lamp sering terlihat parasit berbentuk batang dan
lengket sekitar bulu mata atau terlihat seperti silinder lanjutan dari glandula
sebaseous pada perbatasan kelopak mata. Organisma lain yang dapat hidup dalam
lemak glandula kelopak mata adalah jamur yaituMalassessia furfur.
Kutu dapat menyerang dalam jumlah yang banyak dan mendatangkan
masalah pada kelopak mata dan bulu mata, misalnya seperti peduculosis dan
phthiriasis. Gejalanya gatal dan injeksi adalah minimal. Tanda penting adalah
ditemukan kutu dewasa, nifa, telur dan debris dengan darah kering pada kelopak
mata dan bulu mata. Dapat ditemukan adanya folikel konjungtiva. Kutu dan
telurnya dapat diangkat secara mekanik dengan menggunakan forsep. Salep mata
(erithromycin atau bacithracin) dapat dioleskan pada kelopak mata 3 kali sehari
selama 10 hari untuk menghancurkan kutu dan nimfa. Anti kutu baik lotion atau
sampo pada daerah di luar mata untuk pasien dan orang-orang terdekat. Baju danalas tidur harus direndam dalam air panas untuk membunuh kutu-kutu tersebut.
2.2.1.8 Keratokonjungtivitis vernal
Merupakan inflamasi okular eksternal yang rekuren dan mengenai kedua
mata terutama pada anak laki-laki dan dewasa muda yang tinggal di kawasan
dengan udara kering dan panas. Keratokonjungtivitis vernal merupakan suatu
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
15/24
kelainan alergi yang melibatkan Ig E dan mekanisme imun cell-mediated.
pasien mempunyai riwayat atopi dalam keluarga. Pasien mempunyai riwayat asma
dan ekzema pada usia masih bayi. Onset paling sering setelah usia 5 tahun dan
sembuh sendiri pada saat menjelang pubertas, jarang berlanjut sehingga melewati
usia 25 tahun.
Gejala klinis
Gejala paling utama adalah gatal pada mata yang dapat berhubungan
dengan lakrimasi, fotofobia, sensasi bendasing dan terbakar. Terdapat sekret
mukus dan ptosis. Terdapat 3 tipe yaitu tipe palpebra, tipe limbal dan tipe
campuran. Tanda-tanda pada tipe limbal lebih terlihat pada ras berkulit gelap dan
tipe lainnya dapat dilihat pada ras berkulit cerah.
Tanda klinis
a) Tipe palpebra
Terdapat hipertrofi papil difus, paling jelas di tarsus superior. Papil besar dengan
permukaan yang rata dan bersegi menyerupaicobblestones.
b) Tipe limbal
Terdapat nodul mukoid menyebar sekitar limbus dengan bintik superfisial putih
diskret (Trantas dots) yang mengandung banyak eosinofil di apeks dari lesi.
c) Keratopati
Gambaran klinis pada keratopati pada awalnya akan terlihat sebagai erosi
pungtata epitelial melibatkan kornea superior. Kemudian apabila berlanjut
menjadi ulkus terlihat seperti infiltrat putih-abu berbatas tegas (Shields
ulceration) yang dapat diperberat dengan keratitis bakterialis, jarang perforasi.
Plak dapat terbentuk apabila dasar dari ulkus bergabung dengan mukus yangkering menyebabkan defek pada pembasahan air mata, mengelakkan reepitelisasi,
memudahkan predisposisi terhadap sikatriks subepitelial dan vaskularisasi. Dapat
juga terlihat adanya pseudogorontoxon yang merupakan arkus senilis dengan
gambaran seperti cupid bow pada segmen limbus yang terkena inflamasi
sebelumnya.
Terapi
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
16/24
Pasien diterapi sebagai konjugtivitis alergi ditambah sodium chromolyn
tetes 4% 4 kali sehari, lodoxamide 0,1% 4 kali sehari. Bila terdapat Shields
ulceration dapat diterapi dengan
a. Steroid topikal misalnya flurometolon atau prednisolon asetat 1% ataudeksametasonesalep 0,1% 4 sampai 6 kali perhari.
b. Mast cell stabilizers misalnya seperti nedokromil b.d dan lodoxamide q.i.duntuk terapi profilaksis yang mengurangkan penggunaan steroid. Obat ini
tidak mempunyai efek samping seperti steroid maka dapat digunakan dalam
jangka waktu lama tapi tidak efektif untuk mengontrol eksaserbasi akut.
c. Antihistamin.d. Acetylcysteine0.5% mempunyai efek mukolitik.e. Operasi jika terapi medikamentosa tidak berhasil untuk Shields ulceration
yang berat yang melibatkan debridemen, keratektomi superfisial, penggunaan
laser juga transplantasi supaya terjadi reepitelialisasi.
KONUNGTIVITIS IMUNOLOGIS
Immediate humoral hypersensitivity reaction
Konjungtivitis Alergi.Konjungtivitis yang berasosiasi dengan hay fever (rinithis
alergik). Perasaan gatal, berair dan mata merah. Sering kali penderita merasa
matanya seperti tenggelam kedalam jaringan sekitar "sinking into the surrounding
tissue. Pada pemeriksaan fisik ditemukan injeksi konjungtiva tarsal dan bulbar,
chemosis (pembengkakan konjungtiva), ropy discharge ( terlebih jika penderita
mengucek matanya), mugkin terjadi konjungtivitis papiler bila allergen masih ada.
Pengobatan dengan topical antihistamine-vasoconstrictor. Hindari pencetus
(antigen). Kompres dingin dan antihistamin oral membantu menghilangkan gatal.Keratoconjugtivitis Vernal. Dikenal juga dengan konjungtivitis musim panas.
Bilateral. Dimulai pada usia prepuber (5 10 tahun). Sering terjadi pada laki
laki. Penyebab belum diketahui pasti, tapi kebanyakan penderita konjungtivitis
veneral, juga memiliki alergi terhadap serbuk bunga.
Penderita mengalami gatal yang ekstrim dan ropy discharge. Sering kali ditemui
dengan riwayat keluarga yang juga memiliki alergi.
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
17/24
Penampakan konjungtiva seperti susu, ada banyak papilla di konjungtival tarsal,
terutama di bagian superior ada papilla raksasa sehingga tampak seperti
cobblestone, polygonal dengan atap yang rata dan mengandung lempeng kapiler.
Sekretnya tipis dan lengket, fibrinous pseudomembrane pada superior tarsus,
papilla di sekitar limbus disertai pseudogerontoxon. Titik Trantas (titik berwarna
putih di limbus) juga sering ditemui. Dengan pewarnaan Giemsa dapat terlihat
eosinophil dan granul bebasnya pada apus dari eksudat atau titik Trantas.
Micropannus (hanging flap of tissue) di palpebral atau limbal vernal
keratokonjungtivitis. Bisa berasosiasi dengan keratoconus.
Konjungtivitis vernal merupakan penyakitself-limiting. Terapinya simptomati dan
dalam jangka pendek, berupa topical dan sistemik steroid untuk menghilangkan
gatal, Efek samping penggunaan obat ini berupa glaucoma, katarak, dan infeksi
lainnya.
Vasokonstriktor, kompres dingin, dan beristirahat ber ac akan membuat pasien
lebih nyaman. Rekurensi mungkin terjadi, juga staphylococcal blepharitis dan
konjungtivitis sebagai komplikasi.
Keratoconjungtivitis Atopik. Biasa penderita juga menderita atopic dermatitis.
Penderita mengalami persaan seperti terbakar, mengeluarkan sekret mukoid, dan
photophobia. Margo palpebra erytem, dan konjungtivanya tampak seperti susu.
Papila di inferior tarsal dan tipis, tidak terlalu tampak. Pada kasus yang berat
kornea akan keruh dan tervaskularisasi, kemudian ketajaman visual menurun.
Penyakit ini bisa berasosiasi dengan keratokonus. Ada riwayat alergi pada
penderita dan keluarganya.
Terapi berupa pengkondisian lingkungan, topika mast-cell-stabilizer, oral
antihistamin dan short - term NSAID. Jika diperlukan plasmapheresis atauimunosupresi. Jika komplikasi sudah mencapai kornea makan diperlukan
transplantasi kornea.
Giant papillary konjunctivitis. Biasanya pada pasien yang menggunalan mata
plastik buatan atau kontak lensa. Mungkin karena basophil-rich delayed
hypersensitivity, atau karena Ig E. Penyembuhannya dengan mengganti kontak
lens plastic dengan kaca mata. Namun jika tetap ingin menggunakan kontak lens,
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
18/24
maka perharikan kandungan kontak lense, kebersihan kontak lense dengan
disinfeksi hydrogen peroxida atau secara enzimatis. Bisa juga dengan
menggunakan kontak lense sekali pakai dengan menggantinya setiap hari. Jika
terapi tidak berhasil jangan dilanjutkan.
Delayed hypersensitivity reaction
Phlyctenulosis. Delayed hypersensitivity yang terjadi akibat adanya protein
mikrobial yang dighasilkan tubercle bacillus, staphylococcus species, Candida
albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptius, and Chlamydia
trachomatis.
Bermula dari lesi dengan diameter 13 mm, keras, merah, timul dan hyperemis.
Biasanya di kimbus, biasanya berbentuk triangular, dengan apex di kornea. Pada
hari ke 10 12 akan muncul area berwarna putih- keabuan yang nantnya akan
pecah. Jika berada di kornea maka phlyctenulosis akan menyebabkan jaringan
parut, tidak pada konjyngtiva.
Biasanya penderita juga mengeluhkan photophobia, iritasi, dan berair.
Terapi dengan kortikosteroid oral untuk gejala akut, akan mengurangi gejala
dalam 24 jam. Topical antibiotic dibutuhkan. Jika dibutuhkan perbaikan pada
jaringan parut dicornea maka lakukan transplantasi kornea
Mild conjunctivitis secondary to contact blepharitis. Biasanya penggunaan
atropine, neomycin, broadspectrum antibiotic topical menyebabkan hyperemia,
hipertropi papilla, sedikit skret mukoid, dan beberapa iritasi. Pada pewarnaan
giemsa dari hasil kerokan, bisa ditemukan sel epithelia yang berdegenerasi, sel
PMN dan monuclear, tidak ada eosinofil.
Terapi menghentikan penggunaan obat obatan, bisa diganti dengan
corticostreroid, tapi tidak boleh terlalu lama.
KONJUNGTIVITIS AKIBAT PENYAKIT AUTOIMMUN
Keratokonjungtivitis Sicca (Berasosiasi dengan Sjogrens Syndrome).
Sindroma Sjogren berupa konjungtivitis sicca, xerostomia, dan arthritis. Sindroma
ini biasa terjadi pada perempuan menopause.
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
19/24
Karakterisktik berupa konjungtiva hiperemis, sekresi mata yang mucoid, lesi
epitel seperti jerawat disetengah daerah bawah kornea. Nyeri yang muncul di
siang dan sore hari, dan hilang dipagi hari.
Terapi dengan penggunaan air mata buatan, menghilangkan obstruksi di pungta,
dan mengatur kelembaban ruangan. Sedian dosis rendah kortikosteroid dan
siklosporin topical memberikan efektifitas pada konjungtivitis ini.
Cicatrical Phemphigoid. Non spesifik konjungtifitis kronis, yang resiten
terhadap terapi. Adanya sikatrik yang progresif mencapai forniks, disertai
entropion dan trichiasis. Juga terdapat gejala nyeri, iritasi, rabun. Pada wanita
terjadi lebih berat, progresifitas cepat dan bisa menyebabkan kebutaan, sedangkan
pada laki laki progresinya lambat, dan cenderung membaik dengan spontan.
Terapi oral dapsone dan immunosuppressive (eg, cyclophosphamide). Jika tidak
segera ditangani, maka prognosinya buruk, bisa menyebabkan kebutaan.
KONJUNGTIVITIS KIMIA DAN IRITASI
Konjungtivitis iatrogenic dari penggunaan obat topical. Suatu konjungtivitis
folikular atau infiltrative, akibat penggunaan obat mata dalam jangka panjang.
Obat obatan ini berupa dipivefrin, miotics, idoxuridine, neomycin dan obat
lainnya yang bersifat toksik dan mengiritasi. Pada pemeriksaan kerok konjungtiva
seringkali ditemykan sel epitel keratin, sel PMN, dan sering kali oddly shaped
cell. Tatalaksana berupa menghentikan penggunaan obat obatan. Reaksi
inflamasi akan hilang dalam beberapa minggu atau bulan.
Konjungtivitis okupasi dari kimia dan iritan. Zat kimia atau iritan dapat rupa,
asam, basa, asap, angin, kabut, sabun, deodorant, hair spray, mascara. Tidak adatata laksana khusus tapi dapat mata merah dan iritasi akan terjaid secara kronis.
Zat asam akan segera mendenaturasi protein, sehingga gejla akan muncul
secepatnya. Sedangkan zat basa, akan terpenetrasi dalam, kemudian berikatan
dengan komponen konjungtiva dan akan merusak dalam waktu berjam jam
sampai berhari hari, bergantung kadarnya. Sikatrik lebih sering terjadi pada
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
20/24
kornea yang terpapar zat basa. Keadaan klinis berupa nyri, injeksi, photophobia,
dan blepharospasm.
Tatalaksana dengan irigasi menggunakan air dan larutan saline. Jika ada benda
asing dikeluarkan. Bisa juga diberikan tetes mata steroid, ascorbat, dan citrate,
sikloplegik, antiglaucoma. Lakuakn kompres dingin dan analgesic sistemis.
Transplantasi kornea dibutuhkan jika muncul sikatrik pada kornea.
Conjungtivitis rambut caterpillar (Ophtalmia Nodosum). Jarang terjadi.
Rambut ulat bulu yang terpajan pada konjungtiva bisa menghasilkan baranyak
granuloma (ophtalmia nodosum). Granuloma tampak seperti benda asing.
Tatalakasana dengan mengiholangkan bulu, jika dibiarkan bisa menginvasi sclera
dan traktus uvea.
2. Konjungtiva karena sebab yang tidak diketahui
2.1 Folikulosis
Suatu kondisi non-inflamasi bilateral pada konjungtiva yang jinak dan
menyebar dikarakterisasikan oleh hipertrofi folikel.Gejalanya minimal dan
lebih banyak terjadi pada anak-anak. Folikel lebih banyak terdapat pada
konjungtiva inferior. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi kemungkinan
merupakan manifestasi dari hipertrofi adenoid yang general. Tidak ada
pengobatan untuk folikulosis. Biasanya hilang spontan setelah 2-3 tahun.
2.2 Konjungtivitis Folikular Kronis
Merupakan konjungtiviitis bilateral yang menular pada anak-anak,
dikarakterisasikan dengan adanya folikel-folikel pada konjungtiva tarsal
inferior dan superior. Inflamasinya bersifat minimal dan sedikit eksudat yangdihasilkan. Penyakitnya sembuh sendiri dalam 2 tahun.
2.3 Ocular Rosacea
Komplikasi dari acne rosacea dan sering terjadi orang berkulit putih.
Pembuluh darah pada batas kelopak mata berdilatasi dan konjungtiva
hiperemis, terutama pada bagian interpalpebra yang terekspos. Kadang
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
21/24
muncul nodul keabuan di dekat limbus. Pemeriksaan mikroskopis dari nodul
menunjukkan adanya sel epitel dan limfosit.
Pengobatan untuk Ocular rosacea diantaranya dengan menghindari
makanan panas dan pedas, alkohol yang mengakibatkan pelebaran pembuluh
darah wajah. Infeksi sekunder dari streptokokus harus diobati. Pengobatan
dengan menggunakan tetrasiklin atau doksisiklin sangat membantu.
Penyakit ini merupakan penyakit kronis, dimana sering terjadi
rekurensi, dan respon terhadap pengobatan biasanya tidak bagus. Prognosis
penglihatan bagus jika korne atidak terlibat.
2.4 Psoriasis
Psoriasis vulgaris biasanya terdapat pada kulit yang tidak terpapar sinar
matahari, tapi pada 10% kasus, lesi muncul pada kulit kelopak mata, dan plak
nya bisa menyebar ke konjungtiva sehingga mengakibatkan iritasi, sensasi
benda asing, dan mata berair. Psoriasis juga dapat mengakibatkan
konjungtivitis dengan sekret mukoid.
2.5 Erythema Multiforme Major
Eritema multiforma merupakan penyakit pada membran mukosa dan
kulit. Konjungtivitis bilateral merupakan manifestasi yang sering terjadi.
Pasien juga mengeluhkan sakit, iritasi, sekret dan fotofobia.
Sediaan konjungtiva menunjukkan sel polimorfonuklear dan negatif
bakteri. Konjungtiva harus sering dibersihkan untuk menghilangkan sekret
yang terakumulasi. Trikiasis dan entropion harus dikoreksi jika terjadi.
2.6 Dermatitis Herpetiformis
Merupakan kelainan kulit yang jarang terjadi. Karakteristiknya adalah
adanya kumpulan eritema papilovesikular yang simetris. Predileksi terjadipada lipatan aksilari posterior, regio sakral dan lengan. Gatal terasa sangat
hebat. Kadang terjadi konjungtivitis pseudomembranosa yang mengakibatkan
sikatriks. Dapat diobati dengan sulfapiridin sistemik.
2.7 Epidermolysis Bullosa
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
22/24
Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, dikarakterisasikan
oleh adanya vesikel, bula dan kista epidermal. Dapat juga mengakibatkan
skar pada konjungtiva yang mirip dengan dermatitis herpetiformis.
2.8 Keratokonjungtivitis Limbus Superior
Keratokonjungtivitis limbus superior biasanya bilateral dan terbatas
pada tarsus superior dan limbus superior. Gejala yang paling utama adalah
iritasi dan hiperemia. Gejala yang lain berupa hipertrofi papilar tarsus
superior, keratitis epitel, penebalan dan keratinisasi limbus dan mikropanus
superior. Alat diagnosis yang berguna adalah pewarnaan Rose bengal.
Pengobatan dengan cara mengaplikasikan 0,5% atau 1% perak nitrat pada
konjungtiva palpebral superior biasanya mengakibatkan pengelupasan sel
keratin dan gejala membaik pada minggu ke 4-6. Tidak terjadi komplikasi.
2.9 Konjungtivitis Ligneous
Merupakan konjungtivitis pseudomembranosa bilateral, kronis atau
rekuren yang jarang terjadi. Kebanyakan terjadi pada awal kehidupan dan
terutama menyerang perempuan. Dapat muncul granuloma, dan kelopak mata
terasa sangat keras. Pengobatan yang efektif adalah dengan menggunakan
siklosporin.
2.10 Sindrom Reiter
Manifestasi dari sindrom Reiter adalah triad dari uretritis, artritis dan
konjungtivitis. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada laki-laki. Tipe
konjungtivitisnya adalah papilari dan bilateral. Penggunaan NSAID dirasakan
cukup efektif untuk pengobatan. Penyakit ini berhubungan dengan antigen
HLA-B27.
2.11 Kawasaki DiseaseMerupakan penyakit dengan enam tanda diagnostik : (1) demam yang
tidak responsif terhadap antibiotik; (2) perubahan pada bibir dan rongga
mulut; (3) Perubahan pada tungkai seperti kemerahan dan edema; (4)
Eksantem polimorfous pada batang tubuh; (5) bengkak akut nonpurulen pada
limfa servikal; (6) konjungtivitis.
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
23/24
Penyakit ini terutama terjadi pada anak-anak prepubertal dengan
tingkat mortalitas 1-2% karena gagal jantung. Pengobatan dengan terapi
suportif.
6. Konjungtivitis yang Berasosiasi dengan Penyakit Sistemik
Pada penyakit Grave, konjungtiva dapat menjadi merah, kemosis dan
berair. Jika penyakitnya bertambah, kemosisnya meningkat dan bahkan
menonjol dari kelopak mata. Pengobatan difokuskan pada pengobatan
penyakit tiroidnya sendiri. Dapat dilakukan upaya-upaya untuk melindungi
kornea dan konjungtiva dengan mengoleskan ointment. Dekompresi orbit
mungkin diperlukan jika kelopak mata tidak dapat menutupi kornea dan
konjungtiva.
Pasien dengan penyakit gout juga sering mengeluhkan adanya gejala
mata panas. Pada pemeriksaan ditemukan konjungtivitis ringan. Gout juga
dapat berasosiasi dengan skleritis, iridoskleritis, keraititis urika dan retinopati.
Pengobatan difokuskan pada kontrol gout dengan kolkisin dan alopurinol.
Pada penyakit kanker, konjungtiva kadang membengkak dan sianotik
karena sekresi serotonin oleh sel kromafin dari saluran cerna. Pasien dapat
mengeluhkan mata panas saat serangan.
7. Konjungtivitis karena Penyakit Degeneratif
a. Pinguekula
Pinguekula sering terjadi pada orang dewasa. Kenampakannya adalah
nodul kuning pada kedua sisi kornea (lebih sering pada bagian nasal) pada
area palpebra. Nodul terdiri dari hialin dan jaringan elastik kuning, yangukurannya jarang membesar, tapi sering terjadi inflamasi. Secara umum,
tidak diperlukan pengobatan, tapi pada beberapa kasus bisa diberikan
steroid topikal lemah (prednisolon 0,12%).
b. Pterigium
Adalah perpanjangan triangular dari pinguekula menuju kornea,
biasanya bilateral pada bagian nasal. Pterygium terjadi karena proses iritasi
-
7/22/2019 CSS Konjungtivitis
24/24
yang kronis dari cahaya UV, lingkungan yang kering dan berangin.
Temuan patologisnya sama dengan pinguekula. Pada kornea, terdapat
jaringan hialin dan elastik yang menggantikan lapisan Bowman.
Operasi harus dilakukan jika pterygium membesar dan menutupi
area pupil. Untuk mencegah rekurensi, gunakan kacamat protektif saat
bekerja di luar ruangan.
8. Konjungtivitis karena Dakriosistitis atau Kanalikulitis
Konjungtivitis karena dakriosistitis biasanya berhubungan dengan
konjungtivitis pneumokokus (biasanya unilateral dan tidak responsif terhadap
pengobatan) dan konjungtivitis streptokokus beta hemolitikus (biasanya
hiperakut dan purulen).
Konjungtivitis karena kanalikulitis biasanya unilateral, mukopurulen
dan kronis. Apusan dari konjungtiva menunjukkan dominasi sel
polimorfonuklear. Kultur biasanya negatif. Infeksi biasanya disebabkan oleh
Actinomyces israelii yang membutuhkan media aerob.
Mata Merah
Pemeriksaan
visus
Penglihatan(Subjektif)
Normal
Merah merata(difus)
Konjungtivitis Skleritis
Merahterlokalisasi
Episcleritis
top related