contoh tugas iling makalah rkl pengalengan ikan
Post on 28-Dec-2015
530 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
INDUSTRI PENGALENGAN IKAN (STUDI KASUS PT. MAYA
FOOD INDUSTRIES PEKALONGAN)
Mata Kuliah Ilmu Lingkungan
OLEH
Afidya Indina H. (0906640715)
Farah Fauzia (0906640791)
Program Studi Teknologi Bioproses
Departemen Teknik Kimia
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2011
Teknologi Bioproses DTK FTUI
KATA PENGANTAR
Segala puji selayaknya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas nikmat, karunia dan kemudahan dari-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Rencana Pengelolaan Lingkungan Industri Pengalengan Ikan
(Studi Kasus PT Maya Food Industries Pekalongan)” ini.
Makalah ini berkenaan dengan tugas akhir dalam mata kuliah Ilmu
Lingkungan yaitu dalam pembelajaran rencana pengelolaan lingkungan serta
analisa mengenai dampak lingkungan. Selain sebagai pemenuhan tugas
pembuatan makalah, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
sebagai sumber pengetahuan mengenai pengelolaan lingkungan untuk rencana
industri perikanan.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Roekmijati W.
Soematojo selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Lingkungan, kepada Desy
Anggarwati, Teknologi Bioproses 2008, selaku asisten mata kuliah, dan kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
Namun demikian, makalah ini tentu saja tidak lepas dari kekurangan dan
kesalahan, karenanya penulis menerima kritik dan saran positif yang dapat
membantu memperbaiki makalah ini untuk ke depannya. Terima kasih dan
semoga bermanfaat.
Depok, April 2011
Penulis
ii Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
2.1 Deskripsi Kegiatan...............................................................................................2
2.2 Rona Lingkungan.................................................................................................3
2.2.1 Komponen Tata Ruang................................................................................3
2.2.2 Komponen Kimia-Fisika..............................................................................3
2.2.2.1Keadaan Geografis dan Topografi....................................................3
2.2.2.2 Iklim................................................................................................4
2.2.3 Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya..................................................4
2.3 Perkiraan Dampak................................................................................................6
2.3.1 Matriks Perkiraan Dampak..........................................................................6
2.3.2 Perkiraan Dampak pada Tahap Prakonstruksi.............................................8
2.3.3 Perkiraan Dampak pada Tahap Konstruksi..................................................9
2.3.4 Perkiraan Dampak pada Tahap Pascakonstruksi.........................................9
2.3.5 Perkiraan Dampak pada Operasi dan Pascaoperasi...................................10
2.4 Rencana Pengelolaan Lingkungan.....................................................................12
2.4.1 Tahap Prakonstruksi...................................................................................12
2.4.2 Tahap Konstruksi.......................................................................................12
2.4.3 Tahap Pascakonstruksi...............................................................................13
2.4.4 Tahap Operasi dan Pascaoperasi................................................................14
2.5 Rencana Pemantauan Lingkungan.....................................................................16
2.5.1 Tahap Prakonstruksi..................................................................................16
2.5.2 Tahap Konstruksi......................................................................................17
2.5.3 Tahap Pascakonstruksi..............................................................................17
2.5.4 Tahap Operasi dan Pascaoperasi...............................................................18
BAB III PENUTUP.........................................................................................................18
3.1 Kesimpulan........................................................................................................18
3.2 Saran..................................................................................................................19
Daftar Pustaka.....................................................................................................................iv
Lampiran .............................................................................................................................v
iii Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia yang tiga perempat wilayahnya berupa laut (5,8 juta km2) dan
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki potensi lestari (maximum
sustainable yield) ikan laut seluruhnya 6,4 juta ton/tahun atau sekitar 7 % dari
total potensi lestari ikan laut dunia. Artinya jika kita dapat mengendalikan tingkat
penangkapan ikan laut lebih kecil dari 6,4 juta ton/tahun maka kegiatan usaha
perikanan tangkap semestinya dapat berlangsung secara lestari (Dahuri, 2004).
Dalam dua puluh lima tahun terakhir banyak sekali penemuan ilmiah dari
para ahli gizi dan kesehatan dunia yang membuktikan bahwa ikan dan jenis
seafood lainnya sangat baik untuk kesehatan serta kecerdasan manusia (Dahuri,
2004). Ikan (seafood) rata-rata mengandung 20 % protein yang mudah dicerna
dengan komposisi asam amino esensial yang seimbang. Ikan juga mengandung
omega 3 yang sangat penting bagi perkembangan jaringan otak, mencegah
terjadinya penyakit jantung, stroke dan darah tinggi. Lebih dari itu omega 3 juga
dapat mencegah penyakit inflamasi seperti arthritis, asma, colitis, dermatitis serta
psoriasis, beberapa jenis penyakit ginjal dan membantu penyembuhan penyakit
depresi, skizofrenia serta gejala hiperaktif pada anak-anak (Dahuri, 2004 dan
Astawan, 2004).
Namun dalam prakteknya, banyak industri berskala kecil maupun besar
belum dapat mengelola limbah hasil proses produksi pengolahan perikanan sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) diperlukan sebagai upaya untuk menanggulangi dampak
lingkungan yang telah dan akan timbul, sedangkan untuk mendukung sekaligus
mengontrol program pengelolaan lingkungan diperlukan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) sehingga kegiatan industri-industri pengolahan perikanan
tetap selaras, seimbang, dengan lingkungan setempat secara timbal balik. Dengan
demikian upaya untuk memanfaatkan sumberdaya alam demi kesejahteraan rakyat
dan pembangunan secara menyeluruh dapat dilakukan dan sementara kelestarian
lingkungan tetap terjaga.
1 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Kegiatan
PT Maya Food Industries merupakan salah satu industri hasil pengolahan
perikanan, khususnya pengalengan ikan di Indonesia. Lokasinya terletak di kota
Pekalongan, Jawa Tengah. Saat baru berdiri pada tahun 1979, bahan baku ikan
untuk kebutuhan produksi masih dapat dipenuhi dari hasil tangkapan nelayan di
sekitar pulau Jawa, karena saat itu orientasi pasarnya masih cenderung ke arah
domestik (dalam negeri) saja. Pada 20 tahun terakhir, adanya pemanfaatan
perikanan secara besar-besaran untuk pemenuhan kebutuhan pangan
menyebabkan beberapa jenis ikan sulit ditemukan lagi sebagai bahan baku. Jenis
ikan seperti mackarel dan sardine sekarang ini cenderung diimpor dari beberapa
negara seperti Australia, Belanda, Cina dan Korea. Sebagai gambaran, bahan baku
ikan yang digunakan oleh PT Maya Food Industries pada rentang tahun 2000
sampai 2004 ditampilkan pada Tabel 1 lampiran. Kegiatan pengalengan ikan
sewajarnya cenderung dilakukan di lokasi yang dekat dengan perairan seperti laut
atau sungai, karena bahan bakunya yang spesifik. Maka, pembangunan suatu
pabrik pengalengan ikan akan mengambil wilayah di dekat perairan.
Dalam prosesnya, alur kegiatan produksi (proses pengalengan) dapat
digambarkan pada Gambar 1 lampiran. Operasi pabrik tersebut akan
menghasilkan limbah berupa bahan sisa produksi. Bahan sisa yang ditimbulkan
dapat dalam bentuk cair dan padat, dalam bentuk cair berupa air buangan dari
proses produksi dan dalam bentuk padat berupa kepala, sirip, sisik dan isi perut
[Purnomo, 2004]. Bahan sisa tersebut jika tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan masalah pencemaran lingkungan. Limbah padat dapat digunakan
sebagai bahan baku tepung ikan, namun jika tidak dimanfaatkan dan dibiarkan
menumpuk, dapat membusuk. Pembusukan akan terjadi karena adanya penguraian
protein [Waluyo, 2004 dalam Purnomo, 2004]. Dari beberapa bahan baku ikan
yang digunakan pada tahun 2004, data volume limbah di PT Maya Food
Industries digambarkan pada Tabel 2 lampiran.
2 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Pada pembahasan rencana pengelolaan lingkungan, akan digunakan
asumsi bahwa pabrik belum berdiri, dengan analisa berdasarkan aspek holistiknya
menuju keadaan pabrik PT Maya Food Industries yang sudah berdiri sekarang.
2.2 Rona Lingkungan
2.2.1 Komponen Tata Ruang
PT Maya Food Industries terletak di daerah Pekalongan, Jawa
Tengah, tepatnya di Jalan Jlamprang, Kelurahan Krapyak Lor, atau secara
administratif berada di wilayah kecamatan Pekalongan Utara. Dari segi
posisi pabrik, sebelah utara berbatasan dengan perusahaan galangan kapal
PT BMW, sebelah barat berbatasan dengan sungai Loji, sebelah timur
berbatasan dengan Kali Banger, dan sebelah selatan berbatasan dengan
stasiun pompa bensin KUD Makaryo Mino. Peta umum dari wilayah yang
dideskripsikan tersebut ditunjukkan pada Gambar 2 lampiran.
Luas lahan yang ditempati adalah sebesar 3 ha, dengan 1 ha
sebagai lahan pabrik dan sisanya belum dimanfaatkan secara optimal.
Ketika masa pembangunannya, di sekitar lahan sepi dan lahan merupakan
tempat terpencil jauh dari pemukiman penduduk karena merupakan lahan
rawa [Purnomo, 2004]. Setelah pembangunan, perlahan daerah sekitar
pabrik merupakan daerah padat penduduk.
2.2.2 Komponen Kimia-Fisika
2.2.2.1 Keadaan Geografis dan Topografi
Kota Pekalongan membentang antara 6º50’42”–6º55’44”
LS dan 109º37’55”–109º42’19” BT. Jarak terjauh dari Utara ke
Selatan mencapai ± 9 Km, sedangkan dari Barat ke Timur
mencapai ± 7 Km. Batas wilayah administrasi Kota Pekalongan
yaitu:
3 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Sebelah Utara = Laut Jawa
Sebelah Selatan = Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten
Batang
Sebelah Barat = Kabupaten Pekalongan
Sebelah Timur = Kabupaten Batang
Secara Topografis, Kabupaten Pekalongan merupakan perpaduan
antara wilayah datar di wilayah bagian utara dan sebagian
merupakan wilayah dataran tinggi/pegunungan di wilayah bagian
selatan.
2.2.2.2 Iklim
Letak Kabupaten Pekalongan yang membentang sepanjang
pesisir pantai utara Pulau Jawa membuat suhu udara di kabupaten
ini cukup tinggi dan beriklim tropis dengan curah hujan tahunan
rata-rata 2.000 meter, dan suhu rata-rata 21-32oC.
2.2.3 Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Indek gini untuk Kota Pekalongan pada tahun 2000 diketahui
sebesar 0,2285 termasuk dalam kategori distribusi pendapatan
dengan kesenjangan antar kelompok rendah, dengan kata lain
pemerataan pendapatan cukup baik (< 0,35). Indek gini tersebut
lebih rendah daripada rata - rata Propinsi Jawa Tengah sebesar
0,2495. Besarnya pendapatan per kapita diketahui sebesar Rp.
1.663.323,28 dengan sumbangan PDRB terbesar dari perdagangan
dan jasa.
Wisata alam yang ada di Kota Pekalongan berupa pantai dan
keindahan laut di pesisir utara pulau Jawa, antara lain pantai
Slamaran, pantai Pasir kencana dan pelabuhan Perikanan
Nusantara. Wisata budaya yang ditawarkan berupa tradisi dan adat
istiadat serta keunikan khas yang ada di Kota Pekalongan, seperti
4 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
tradisi Pek Chun, Kesenian Tari Sintren, Syawalan, Simtudurror
dan sedekah laut.
Kota Pekalongan terkenal dengan Kota Batik dan merupakan mata
pencaharian utama penduduk Pekalongan.
5 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
2.3 Perkiraan Dampak
2.3.1 Matriks Perkiraan Dampak
Berikut adalah matriks perkiraan dampak secara holistik dalam berbagai aspek:
6 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Keterangan:
[Kiri] Besaran Dampak:1= kecil2= sedang3 = besar[Kanan] Kepentingan Dampak:1= kurang penting2= penting3 = sangat penting[Contoh] -1/3
7 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Komponen Lingkungan
Tahap Kegiatan
Prakonstruksi Konstruksi PascakonstruksiOperasi dan
PascaOperasi
A B C A B C A B C A B C
I. Aspek Tata Ruang
I.1. Tata Guna Lahan 2/1 3/3
I.2. Fasilitas Lingkungan 2/2 2/2 2/2
II. Fisika Kimia
II.1. Kualitas Udara -1/1 -1/1 -2/1 -1/1
II.2. Kebisingan -1/1 -2/1 -1/1 -2/1 -1/1
II.3. Kualitas Air (Permukaan) -1/1 -1/1 -1/2 ±1/1 ±3/3
II.4. Kondisi Geologis (lahan) ±2/2 -1/1
II.5. Energi listrik -1/2 -1/2 -1/2 -2/1
III. Biologi
III.1. Flora -3/2 ±1/1
III.2. Fauna -3/2 -1/2 ±2/3
Komponen Lingkungan
Tahap Kegiatan
Prakonstruksi Konstruksi PascakonstruksiOperasi dan
PascaOperasi
A B C A B C A B C A B C
IV. Sosial, Ekonomi, dan Budaya
IV.1. Sosial Ekonomi
IV.1.1. Pendapatan Daerah 1/1 1/1 1/1 1/1
IV.1.2 Struktur Mata Pencahariaan Penduduk 1/2 1/2 1/2 1/2 -1/2 2/2 2/2
IV.1.3. Kesempatan Kerja 1/2 1/2 2/2 2/2 1/2 -1/2 2/3 2/3
IV.1.4. Tingkat Pendapatan 1/2 1/2 1/2 2/2 1/2 2/2 2/2
IV.2. Sosial Budaya
IV.2.1. Sikap Hidup 1/1 1/1 2/2 2/2
IV.2.2. Persepsi Masyarakat 2/2 -1/1±2/
3 ±2/2 ±1/1 ±3/3
IV.2.3. Keamanan dan Ketertiban -1/1 -1/1 -1/1 -1/1 1/1 1/1 1/1
IV.2.4. Kesehatan Masyarakat -1/1 ±2/3
Teknologi Bioproses DTK FTUI
= Dampak negatif, besaran kecil. Kepentingan dampak sangat penting
Tahap Kegiatan
[I] PrakonstruksiA = Pembuatan jalan kerjaB = Pengangkutan alat beratC = Pengurukan lahan
[II] KonstruksiA = Pengangkutan alat berat/materialB = Mobilisasi tenaga kerjaC = Pembangunan infrastruktur
[III] Pascakonstruksi A = Pembersihan material bekas dan alat beratB = Demobilisasi tenaga kerjaC = Pengaktifan pabrik
[IV] Operasi dan Pasca OperasiA = Penerimaan Bahan BakuB = Proses PengalenganC = Pengelolaan limbah
8 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
2.3.2 Perkiraan Dampak pada Tahap Prakonstruksi
Pada tahap prakonstruksi, dilakukan tiga kegiatan utama, yaitu
pembuatan jalan kerja, pengangkutan alat berat serta material dan
pengurukan lahan. Tahap pembuatan jalan kerja memberi dampak positif
untuk tata guna lahan, karena munculnya akses ke lahan yang belum
didayagunakan. Kualitas udara dan kebisingan sedikit negatif namun
kepentingannya kecil karena sekitar lahan belum ada penduduk.
Pendapatan daerah bertambah karena retribusi perizinan sedangkan
kesempatan kerja dan tingkat pendapatan terbuka dari tahap ini.
Tahap pengangkutan alat berat secara umum memberi dampak
negatif pada kebisingan, energi listrik dan keamanan/ketertiban, namun
kepentingannya kecil karena di sekitar lahan masih belum ada penduduk.
Pengangkutan alat berat ini adalah alat berat yang akan digunakan untuk
menguruk lahan.
Tahap pengurukan lahan memberi dampak positif yang besar dan
penting pada tata guna lahan karena lahan yang digunakan merupakan
rawa yang tidak digunakan, sehingga pengurukan dan pembangunan akan
meningkatkan daya gunanya. Kondisi geologis lahan akan terkena
dampak, dapat positif maupun negatif bergantung pada proses pengurukan
lahannya. Jika dilakukan dengan kurang baik, kondisi geologis dari lahan
urukan bisa berkurang ketahanannya. Flora dan fauna akan hilang pada
daerah rawa yang diuruk, sehingga nilainya negatif. Besarnya kepentingan
tidak terlalu tinggi karena asumsi bahwa proses perizinan sudah mencakup
analisa kepentingan flora/fauna yang ada di daerah rawa tersebut.
Selanjutnya pendapatan daerah, kesempatan kerja dan tingkat pendapatan
positif seperti pada tahap sebelumnya. Struktur mata pencahariaan positif
akibat kemungkinan adanya pengalihan mata pencahariaan penduduk
sekitar sebagai pekerja penguruk lahan dalam jangka waktu yang cukup
lama. Persepsi masyarakat positif karena adanya perekrutan tenaga kerja
sekitar dan pembukaan lahan untuk pabrik dapat mengangkat
kemungkinan kesempatan kerja lain di daerah tersebut.
9 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
2.3.3 Perkiraan Dampak pada Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi, dilakukan tiga kegiatan utama, yaitu
pengangkutan alat berat/material, mobilisasi tenaga kerja, dan
pembagunan infrastruktur. Tahap pengangkutan alat berat/material adalah
yang akan digunakan untuk membangun pabriknya. Tahap ini umumnya
memberi dampak negatif pada kebisingan, kualitas udara, energi dan
keamanan/ketertiban, namun kepentingannya kecil karena dianggap pada
tahap ini masih belum banyak penduduk di sekitar pabrik.
Tahap mobilisasi tenaga kerja memberi dampak cukup besar pada
penambahan fasilitas lingkungan seperti fasilitas umum. Selain itu,
kesempatan kerja, struktur mata pencahariaan, tingkat pendapatan dan
sikap hidup juga akan dikenai dampak. Tenaga kerja ini merupakan tenaga
pembangun infrastruktur pabrik.
Pada tahap pembangungan infrastruktur, dampak negatif dirasakan
pada komponen fisika/kimia dengan nilai kepentingan kecil karena masih
bukan wilayah padat penduduk. Aspek sosial ekonomi positif karena
terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, sementara
kesehatan masyarakat dalam hal ini pekerja sedikit negatif namun tidak
terlalu besar. Pada tahap ini, pengembangan fasilitas lingkungan lebih
ditingkatkan karena tenaga kerja yang semakin bertambah selama kegiatan
konstruksi.
2.3.4 Perkiraan Dampak pada Tahap Pascakonstruksi
Pada tahap pascakonstruksi dilakukan pembersihan material bekas
serta alat berat dan demobilisasi tenaga kerja, dan pengaktifan pabrik.
Selain dampak cenderung kurang siginifikan dari komponen kimia/fisika,
pada tahap ini dampak yang signifikan adalah persepsi masyarakat.
Persepsi masyarakat bisa positif maupun negatif bergantung cara pabrik
mengelola komponen kegiatannya. Pembersihan alat konstruksi dan
demobilisasi tenaga kerja mempengaruhi juga aspek sosial ekonomi, sikap
hidup dan persepsi masyarakat.
10 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Apabila pabrik memiliki kecenderungan untuk mengembangkan
masyarakat sekitar misalnya dengan membangun fasilitas publik dan
mengizinkan pemakaian serta membuka kesempatan kerja untuk pabrik
sesuai kemampuan, persepsi masyarakat dapat menjadi positif.
Pada tahap pengaktifan pabrik, persepsi masyarakat menjadi sangat
penting dengan besaran yang bergantung pada cara pabrik mengelola
kegiatannya. Dengan memberi gambaran produksi, seperti asal bahan
baku, distribusi produk, sisa bahan yang dihasilkan, persepsi masyarakat
dapat menjadi positif dalam arti masyarakat dapat sampai pada titik
menentukan pilihan untuk mempertimbangkan tinggal di daerah sekitar
pabrik serta memiliki mata pencahariaan dari pabrik tersebut. Selain itu,
aspek sosial ekonomi lain positif akibat pabrik yang membuka kesempatan
kerja bagi masyarakat sekitar sesuai kapasitas, baik sebagai nelayan lokal
pemasok bahan baku maupun sebagai buruh pabrik tersebut.
2.3.5 Perkiraan Dampak pada Operasi dan Pascaoperasi
Pada tahap operasi dan pascaoperasi, diasumsikan tahap ini dapat
berjalan selama bertahun-tahun. Kegiatan pada tahap ini adalah
penerimaan bahan baku, proses pengalengan dan akhirnya pengolahan
limbah. Pada tahap penerimaan bahan baku, komponen fauna dapat
menjadi negatif karena bahan baku diambil dari wilayah perairan di sekitar
pabrik dalam jumlah tertentu sesuai kebutuhan pabrik, yang dapat berarti
pengurangan jumlah fauna ikan tertentu. Selebihnya pada tahap
penerimaan bahan baku, dampak dirasakan pada komponen sosial
ekonomi budaya. Pendapatan daerah bisa bertambah dari retribusi impor
bahan baku dari daerah lain. Sementara kesempatan kerja tergambar dari
struktur mata pencahariaan penduduk yang bisa beralih menjadi nelayan
lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabirk, sehingga
mempengaruhi tingkat pendapatan, sikap hidup dan persepsi. Persepsi
masyarakat bisa bernilai negatif jika pabrik cenderung menerima bahan
baku dari impor daripada dari hasil nelayan lokal.
11 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Proses pengalengan memiliki dampak terhadap penggunaan energi
listrik pabrik, yang menjadi cost produksi. Kualitas air permukaan di
sekitar pabrik dipengaruhi oleh proses ini, jika proses ini mengalami
ketidaksempurnaan di bagian tertentu, limbah yang dihasilkan bisa saja
dialihkan ke air permukaan. Persepsi masyarakat juga dapat menjadi
dampak, dengan positif dan negatif yang bergantung dari pengelolaan
pabrik sendiri. Jika pengalengan berlangsung lancar tanpa isu-isu limbah
tertentu, maka masyarakat cenderung tidak memberi dampak negatif.
Terakhir adalah proses pengelolaan limbah. Pada tahap ini,
dampak-dampak yang ada besaran positif negatifnya bergantung pada
keberhasilan pengelolaan limbah. Jika pengelolaan limbah yang dilakukan
kurang baik dan limbahnya terlepas ke lingkungan, maka dampak-dampak
akan bernilai negatif. Komponen yang dipengaruhi adalah kualitas air
permukaan, karena limbah cair pabrik akan mengalir ke air permukaan
(sungai/laut) di sekitar pabrik. Jika komponen limbah cair ini tidak sesuai
ambang batas, maka dapat mempengaruhi aspek kesehatan masyarakat
yang menjadi negatif. Untuk komponen biologi berupa flora dan fauna,
limbah cair yang terbuang ke air permukaan dapat mengganggu kehidupan
flora dan fauna perairan. Fauna memiliki dampak yang lebih besar dan
penting karena yang dipengaruhi adalah ikan yang juga menjadi bahan
baku pabrik. Persepsi masyarakat besar dan kepentingan dampaknya
sangat besar, dan nilainya bergantung dari keseluruhan aspek pengelolaan
limbah. Selain limbah cair, limbah padat yang menimbulkan bau busuk
jika tidak dikelola dengan baik dapat mempengaruhi persepsi masyarakat.
Sebaliknya, jika pengelolaan dapat menghasilkan sesuatu yang dapat
dimanfaatkan masyarakat, nilai dampak pada persepsi ini bisa menjadi
positif.
12 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
2.4 Rencana Pengelolaan Lingkungan
2.4.1 Tahap Prakonstruksi
Pada tahap prakonstruksi, pusat kegiatan dalam pembangunan PT
Maya Food Industries ini adalah pengurukan rawa menjadi lahan pabrik.
Dalam prosesnya, pembuatan jalan serta pengangkutan alat berat
menunjang kegiatan tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini
adalah dampak positif berupa peningkatan daya guna lahan dan persepsi
masyarakat yang mendukung kegiatan. Pengelolaan yang dilakukan adalah
dengan mengikuti prosedur perizinan yang baik kepada pemerintah daerah
Pekalongan dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar. Untuk
memperoleh persepsi masyarakat yang baik, dilakukan upaya pengelolaan
berupa pembukaan kesempatan kerja dan pembangunan fasilitas
lingkungan di daerah yang tadinya tidak digunakan tersebut.
Untuk dampak negatif berupa penghilangan flora dan fauna yang
berada di rawa yang akan dijadikan lahan pabrik, dapat dilakukan upaya
pengelolaan berupa pemeriksaan sebelumnya bahwa tidak ada flora/fauna
setempat yang dilindungi atau digunakan sebagai mata pencarian
masyarakat. Selain itu, pemberian izin dari pemerintah setempat dinilai
sudah menjadi parameter tidak digunakannya rawa di lahan tersebut
sebagai sumber penting bagi pengelolaan flora/fauna untuk kepentingan
masyarakat atau lingkungan, sehingga penghilangan bisa dikatakan tidak
memberikan dampak panjang yang penting mempengaruhi daerah sekitar.
2.4.2 Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi, dampak yang ada bersumber dari kegiatan
pembangunan infrastrktur pabrik yang diikuti juga oleh mobilisasi tenaga
kerja dan kegiatan pengangkutan material serta alat berat. Dampak yang
ada terhadap kualitas udara dan kebisingan dapat ditekan melalui upaya
pengelolaan yakni menjadwal intensitas kendaraan yang lewat serta
operasi peralatan secara bersamaan. Penurunan kualitas air permukaan
dapat dikelola dengan pengaturan kelandaian tanah sehingga tidak
menyebabkan banjir.
13 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Terhadap aspek sosial ekonomi, perlu dilakukan pengelolaan agar
dapat meningkatkan persepsi masyarakat sekitar terhadap PT Maya Food
Industries. Dampak dari mobilisasi tenaga kerja dan kegiatan konstruksi
dapat mempengaruhi mata pencahariaan, kesempatan kerja dan tingkat
pendapatan masyarakat. Upaya pengelolaan yang perlu dilakukan adalah
membuka kesempatan dan mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari
penduduk sekitar, serta dengan mengizinkan masyarakat di sekitar
kawasan menggunakan fasilitas umum yang dibangun selama konstruksi.
Dalam hubungannya dengan kemananan dan ketertiban, perlu dilakukan
upaya penempatan rambu peringatan di wilayah konstruksi serta petugas
keamanan di sekitar wilayah konstruksi untuk mencegah kriminalitas.
2.4.3 Tahap Pascakonstruksi
Pada tahap pascakonstruksi berupa kegiatan demobilisasi tenaga
kerja dan pembersihan sisa material dan alat berat, dampak yang
dihasilkan tidak sesignifikan pada tahap konstruksi sehingga upaya
pengelolaan dilakukan dengan tujuan untuk normalisasi kembali
komponen lingkungan. Untuk mengurangi dampak negatif seperti
penurunan kualitas udara dan kebisingan, dapat dilakukan upaya
pengelolaan berupa proses mobilisasi bertahap dan terjadwal. Selain itu,
untuk dampak perubahan struktur mata pencaharian serta tingkat
pendapatan masyarakat karena selesainya kegiatan konstruksi, dapat
dilakukan upaya pengalihan kesempatan kerja ke bagian operasional
pabrik sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
Untuk tahap operasi berupa pengaktifan pabrik, kegiatan yang
dilakukan umumnya bersifat sosialitatif, yaitu penginformasian mengenai
kegiatan umum pabrik ini, mulai dari manajemen tenaga kerja, asal bahan
baku yang digunakan, proses umum, target distribusi, hingga pengelolaan
limbah. Pengaktifan pabrik perlu dikelola guna mendapatkan persepsi
masyarakat yang positif sehingga dapat mendukung kelancaran operasi
pabrik ke depannya dalam jangka waktu panjang. Hal yang dikelola adalah
informasi pabrik dan targetnya adalah masyarakat.
14 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Jika pengelolaan berhasil, masyarakat bisa sampai pada titik
mempertimbangkan untuk tinggal di daerah sekitar pabrik atau
menggantungkan mata pencahariaan dari pabrik tersebut. Tentunya ini
akan mempengaruhi struktur mata pencahariaan, kesempatan kerja, tingkat
pendapatan masyarakat, serta sikap hidup masyarakat sekitar pabrik.
2.4.4 Tahap Operasi dan Pascaoperasi
Pada tahap operasi dan pascaoperasi, kegiatan pabrik diasumsikan
berjalan dalam jangka panjang, hingga bertahun-tahun, dan sudah
memiliki pola konstan dalam operasinya sehingga dampak yang dihasilkan
jelas. Pada tahap ini, kegiatan yang ada yaitu penerimaan bahan baku,
proses pengalengan, dan pengelolaan limbah.
Dalam penerimaan bahan baku, diinginkan suatu persepsi positif
masyarakat dan ketersediaan bahan baku pabrik sesuai kebutuhan. Upaya
pengelolaan yang diusulkan adalah membuka kemungkinan pembelian
bahan baku ikan untuk dikalengkan dari nelayan lokal. Meskipun PT
Maya Food Industries mengambil bahan baku utama dari hasi impor,
namun lebih baik tetap membuka bagian untuk pembelian dari masyarakat
sekitar sehingga bisa mempengaruhi aspek sosial perekonomian daerah
sekitar dan masyarakat memiliki persepsi positif sehingga turut
mendukung keberlangsungan pabrik sampai jangka waktu lama.
Kegiatan proses pengalengan perlu dikelola agar pada hasil
akhirnya, diperoleh produk optimal dengan limbah minimal. Proses
pengalengan ini perlu dilakukan dengan berlandaskan prinsip produksi
bersih. Kementrian Lingkungan Hidup (2003) mendefinisikan produksi
bersih sebagai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif, terpadu dan diteripkan secara terus menerus pada setiap kegiatan
mulai dari hulu ke hilir yang terkait proses produksi, produk dan jasa
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam, mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah
pada sumbernya sehingga dapat meminimasi resiko terhadap kesehatan
dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan.
15 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Proses perlakuan yang dilakukan untuk bahan baku ikan yang
dikalengkan perlu dilakukan sedemikan hingga menunjang produksi bersih
sehingga nantinya limbah yang dihasilkan minimal. Diambil contoh
pengelolaan dalam pengalengan ikan tuna seperti berikut: (1) melakukan
housekeeping yang baik, yaitu peralatan proses seperti misalnya pipa
dipastikan tidak menimbulkan kebocoran, (2) melakukan modifikasi
proses seperti mengatur posisi pekerja dalam tahap cleaning daging putih
tuna, melapisi kertas pada rak ikan yang digunakan untuk pre-cooking,
mengurangi air bilas pada proses pembersihan ikan dengan tujuan
mengurangi pemborosan air pada akumulasi produksi [Aditama, 2003].
Sebagai gambaran, aliran proses pada pengalengan ikan di PT Maya Food
Industries digambarkan pada Gambar 1 lampiran, yang dapat dijadikan
acuan untuk melakukan produksi bersih sebisa mungkin pada setiap titik
tahapan sehingga dapat meminimalisasi limbah langsung di sumber.
Kemudian, kegiatan terakhir dalam tahap operasi dan pascaoperasi
adalah pengelolaan limbah. Limbah diawali dari muculnya bahan sisa dari
proses produksi. Bahan sisa ini dapat berupa cair, yaitu air buangan dari
proses produksi, dan berupa padatan, yaitu sisa bagian ikan yang tidak
digunakan dalam produksi. Bahan sisa perlu dikelola karena merupakan
bahan organik yang jika dibiarkan dapat membusuk dan menyebabkan bau
menyengat serta pencemaran lingkungan lain. Yang ingin dikelola pada
tahap ini adalah bahan sisa serta limbah, dengan tujuan mendapatkan
efisiensi produksi yang baik serta persepsi positif masyarakat yang diikuti
dengan positifnya komponen-komponen lingkungan sekitar pabrik
sehingga keberlangsungan pabrik dapat lebih panjang. Bagan air proses
pengelolaan limbah padat di PT Maya Food Industries ditunjukkan pada
Gambar 3 lampiran. Dari bagan tersebut, sebisa mungkin bahan sisa padat
diolah hingga menghasilkan bahan baku lain yang dapat dijual kembali,
seperti tepung ikan atau minyak ikan. Selain itu, untuk mencegah bau
busuk yang timbul akibat penguraian protein dari sisa ikan, dimanfaatkan
enzim papain. Enzim papain dapat menjadi katalisator dan memiliki
kemampuan memecah jaringan protein agar minyak ikan mudah keluar.
16 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Gambaran umum proses pengelolaan limbah yang dapat dilakukan dengan
menggunakan enzim papain digambarkan pada Gambar 4 lampiran.
Dengan demikian limbah atau bahan sisa dapat diminimalisasi secara
langsung di sumber.
Berikutnya, karena PT. Maya Food Industries Pekalongan terletak
di dekat sungai dan kali yang digunakan masyarakat sekitar sebagai pusat
kehidupan, maka pengelolaan limbah, khususnya limbah cair, menjadi
sesuatu yang esensial dilakukan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam
pengelolaan limbah cair pabrik pengalengan ikan tercantum dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 6 tahun 2007 tentang Air
Limbah Perikanan. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah: melakukan
pengolahan air limbah, menggunakan sistem saluran air limbah kedap air,
dan melakukan pencatatan jumlah bahan baku, pH, serta kadar parameter
limbah sesuai baku mutu yang ada. Spesifikasi parameter-parameter
ditampilkan pada Tabel 3 lampiran.
Dengan melakukan pengelolaan limbah pabrik secara tepat,
diharapkan pabrik dapat menerima persepsi postif dari masyarakat
sekaligus mengefektifkan proses produksinya sehingga pabrik
pengalengan ikan ini dapat berkelanjutan dan tetap beroperasi di
lingkungan dengan memberikan dampak positif pada aspek-aspeks sosial
ekonomi dan budaya masyarakat sekitarnya. Untuk itu, pengelolaan
lingkungan perlu dirancang sedemikian rupa.
2.5 Rencana Pemantauan Lingkungan
2.5.1 Tahap Prakonstruksi
Dalam tahap prakonstruksi, dampak yang ditimbulkan kegiatan
dalam tahap ini antara lain peningkatan daya guna lahan dan persepsi
masyarakat yang mendukung kegiatan. Sumber dampak dikarenakan
terjadinya pengelolaan secara terstruktur suatu lahan yang semula hanya
rawa. Parameter lingkungan yang dipantau berupa tanah, udara, dan air
yang ada di daerah sekitar industri yang dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat. Sementara dampak negatif yang dihasilkan berupa penghilangan
17 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
flora dan fauna yang berada di rawa yang akan dijadikan lahan pabrik.
Sumber dampak ini akibat lahan rawa yang merupakan habitat yang
krusial bagi flora dan fauna. Parameter yang dipantau berupa flora dan
fauna apakah mengganggu kehidupan mereka. Tujuan rencana
pemantauan lingkungan hidup ini adalah agar proses konstruksi, operasi
dan pasca-operasi dapat berjalan dengan lancar dengan adanya dukungan
baik dari pemerintah daerah.
2.5.2 Tahap Konstruksi
Dalam tahap konstruksi, dampak yang ditimbulkan berupa
dampak positif dimana dapat membuka kesempatan kerja masyarakat
daerah sekitar. Sumber dampak dikarenakan industri yang dibangun
berada pada lingkungan yang perlu dilakukan peningkatan terhadap
sumber daya manusia guna memenuhi kebutuhan hidup dan pembangunan
berkelanjutan di daerah Pekalongan dan sekitarnya. Parameter yang
dipantau berupa kondisi sosial, termasuk di dalamnya aspek ekonomi
(tingkat pendapatan), pendidikan dan budaya masyarakat setempat. Tujuan
rencana pemantauan lingkungan ini adalah agar masyarakat di daerah
Pekalongan dan sekitarnya dapat memaksimalkan peluang yang ada guna
terciptanya daerah yang produktif bagi kesejahteraan penduduk.
2.5.3 Tahap Pascakonstruksi
Dalam tahap ini, dampak yang ditimbulkan berupa persepsi dapat
menjadi positif dan negatif dari masyarakat mengingat pabrik selalu
dikaitkan dengan limbah yang dihasilkan. Sumber dampak dikarenakan
selama kegiatan produksi, limbah yang dihasilkan sebagai produk
sampingan hasil pengolahan pengalengan ikan dapat meresahkan warga
sekitar karena dapat mengganggu kenyamanan. Parameter yang dipantau
berupa lingkungan di daerah sekitar pembangunan industri. Tujuan
rencana pemantauan lingkungan ini adalah agar tidak menyebabkan
terganggunya keseimbangan lingkungan di daerah tersebut.
18 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
2.5.4 Tahap Operasi dan Pascaoperasi
Dalam tahap ini, dampak yang ditimbulkan berupa persepsi dapat
menjadi positif dan negatif dari masyarakat mengingat pabrik selalu
dikaitkan dengan limbah yang dihasilkan. Sumber dampak dikarenakan
selama kegiatan produksi, limbah yang dihasilkan sebagai produk
sampingan hasil pengolahan pengalengan ikan dapat meresahkan warga
sekitar karena dapat mengganggu kenyamanan. Parameter yang dipantau
berupa lingkungan di daerah sekitar pembangunan industri. Tujuan
rencana pemantauan lingkungan ini adalah agar tidak menyebabkan
terganggunya keseimbangan lingkungan di daerah tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup maupun Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup pada suatu kegiatan sangat penting dilakukan untuk
meninjau kegiatan tersebut serta dampaknya terhadap lingkungan untuk
kemudian akan menentukan disetujui atau tidaknya suatu kegiatan itu
berlangsung
19 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Pembuatan RKL maupun RPL harus meninjau dari berbagai aspek
kehidupan seperti sosial, ekonomi, budaya, biologis serta komponen
kimia-fisika daerah yang akan diberi kegiatan itu.
Peninjau atau institusi yang berhak menentukan dampak terhadap
lingkungan adalah pemilik perusahaan, pemerintah daerah setempat dan
masyarakat sekitar.
3.2 Saran
Dalam pengelolaan lingkungan hendaknya dilakukan seadil mungkin
Tidak ada pihak yang dirugikan dalam penyusunan RKL maupn RPL
20 Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Kiki. 2003. “Studi Kasus Produksi Bersih pada Industri Pengalengan
Ikan Tuna di PT Biak Mina Jaya”. Skripsi. Program Sarjana, Program Studi
Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anonim. “Kondisi Geografis Kabupaten Pekalongan”.
http://www.pekalongankab.go.id/selayang-pandang/deskripsi wilayah/kondisi-
geografis.html
Purnomo, Eddy.2005. “Pemanfaatan Bahan Sisa sebagai Upaya Meminimilisasi
Limbah Padat (Studi Kasus Industri Pengalengan Ikan PT. Maya Food
Industries Pekalongan)”. Tesis. Program Pasca Sarjana, Program Magister
Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Witoelar, Rahmat. 2007. “Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
06 tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pengolahan Hasil Perikanan”.menlh_6_2007_1.pdf
iv Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
LAMPIRAN
Gambar 1. Bagan Alir Proses Pengalengan Ikan dan Timbunan Limbah
v Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Sumber: Pemanfaatan Bahan Sisa sebagai Upaya Minimalisasi Limbah Padat (Tesis, Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro), 2005, halaman I-3
Gambar 2. Peta Kecamatan Pekalongan Utara
Sumber: Pemanfaatan Bahan Sisa sebagai Upaya Minimalisasi Limbah Padat (Tesis, Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro), 2005, halaman IV-2
Gambar 3. Bagan Alir Pengelolaan Bahan Sisa PT Maya Food Industries
vi Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Sumber: Pemanfaatan Bahan Sisa sebagai Upaya Minimalisasi Limbah Padat (Tesis, Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro), 2005, halaman I-7
Gambar 4. Bagan Alir Pengelolaan Bahan Sisa Industri Pengalengan Ikan
vii Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Sumber: Pemanfaatan Bahan Sisa sebagai Upaya Minimalisasi Limbah Padat (Tesis, Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro), 2005, halaman III-3
Tabel 1. Rekapitulasi Penggunaan Bahan Baku Ikan PT Maya Food Industries, Tahun 2000-2004
Sumber: Pemanfaatan Bahan Sisa sebagai Upaya Minimalisasi Limbah Padat (Tesis, Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro), 2005, halaman I-11
viii Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Tabel 2. Rekapitulasi Volume Bahan Sisa PT Maya Food Industries Tahun 2004
Sumber: Pemanfaatan Bahan Sisa sebagai Upaya Minimalisasi Limbah Padat (Tesis, Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro), 2005, halaman I-12
Tabel 3. Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2007
ix Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
Teknologi Bioproses DTK FTUI
Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan.2007. menlh_6_2007_1.pdf
x Ilmu Lingkungan – RKL Industri Pengalengan Ikan
top related