cb inter in indonesia - cbsisters.net · sr. adeltruda, bpk. j. van term dan ibu cramers dalam...
Post on 04-May-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
111111
2
333333
KontribusiKontribusiKontribusiKontribusiKontribusi
Sekecil apapun sumbangan kita bagi perbaikan dunia sangat berharga dan selalu diharapkan. Sebagai orangberiman dan sebagai suster CB kita memiliki tugas rasuli (sebagai yang diutus), menjadi pewarta-pewartakabar baik atau gembira. Menjadi pewarta kabar baik atau gembira berarti cara hidup dan cara bertindak kitadimanapun dan kapanpun senantiasa menggembirakan serta memotivasi mereka yang melihat untuk semakinpercaya atau beriman kepada Tuhan, semakin suci, semakin berbakti kepada Tuhan melalui sesamanya.Dalam pertemuan para pemimpin umum religius perempuan sedunia, Paus Fransiskus menghimbau para religiusperempuan untuk bersikap sebagai seorang ibu yang memiliki sifat keibuan, afeksi dan kelembutan. Kaulkemurnian harus dibaktikan dengan banyak cara yang bermakna dan tidak mandul. Para religius perempuanharus hidup tidak sebagai perempuan mandul tetapi perempuan dengan kesucian yang menghasilkan banyakbuah.Seruan Bapa Paus tersebut memperteguh kita dalam menghayati hidup bakti kita kepada Tuhan dan sesama.Kita mengungkapkan cinta kita kepada Tuhan dan sesama dengan cara kita masing-masing. Motivasi dan kepekaankita membuka hati dan mata kita untuk melihat kebutuhan dunia pada masa kini dan di sini. Karenanya kitadapat memberikan sumbangan kita dengan tepat bagi mereka yang membutuhkannya. Kontribusi kita dapatmembantu mewujudkan suatu perubahan. Karena perubahan sosial memungkinkan perubahan pada manusia.Jika situasi sosial manusia berubah hal itu memungkinkan manusia mengubah diri sendiri. Mereka lahir kembali.Kita dapat mendorong orang-orang menjadi ‘mitra-penciptaan’ Tuhan dalam proses penciptaan yang terus-menerus.
Salam hangat dari Staf redaksi
Pengantar Redaksi 3
Berterima kasih dengan sepenuh hati 4
Menjadi relawan ‘Sensoor’ 6
Nabi masa kini 9
Organisasi karitatifSt. Vincentius “Virgin of the Poor” 12
To the world you may be one personBut to one person you may be the world. 16
50 Tahun Rumah Sakit Ndala(sejenak meninjau kembali) 29
Jika Tuhan menghendaki,itu pasti akan terjadi 22
Compostela dihantam Topan Pablo 25
Perjalanan hidup dari masa ke masa 27
Kaum Religius menyuarakanmereka yang tidak mempunyai suara 30
Panggilan religius dan Gereja orang miskinBagaimana memelihara dan mengahayatinya? 33
Masih ada yang dapat kuberikan 37
Di mana rumahku 39
4
Kurang lebih selama 22 tahun, CB Inter In
merupakan salah satu media untuk menjangkau
para suster di berbagai penjuru dunia. ‘Sharing’
dalam lembaran CB Inter In membantu kita dalam
mempererat, meningkatkan dan membarui
persaudaraan kita satu sama lain serta memberi
peneguhan dalam pelayanan dan kehadiran kita.
Untuk itu kami sangat berterimakasih kepada para
suster penggagas majalah CB Inter In yang hingga
kini media tersebut masih tetap berlanjut. Terima
kasih juga atas usaha yang dilakukan oleh para
anggota staf redaksi yang silih berganti dari awal
hingga kini. Anda telah melaksanakan pelayanan
besar bagi para suster.
Berterima kBerterima kBerterima kBerterima kBerterima kasih dengan sepenuh hatiasih dengan sepenuh hatiasih dengan sepenuh hatiasih dengan sepenuh hatiasih dengan sepenuh hatiSr. Jane Ann Aballe
Maastricht, Nederland
Munculnya berbagai macam teknologi saat ini,
menawarkan banyak kemungkinan. Apapun yang
dipikiran manusia, dapat diwujudkan secara ajaib
dengan sentuhan jari-jari mereka. Dengan
teknologi kita dapat menghemat waktu, misalnya
dengan fasilitas komputer, kita dapat melakukan
pekerjaan apapun dalam waktu yang lebih singkat
dan dapat membantu meningkatkan kualitas serta
penghematan dalam banyak hal. Berdasarkan
pemikiran tersebut, Dewan Pimpinan Umum
memutuskan pengaturan tata letak dan
pencetakan CB Inter-In dikerjakan di Indonesia.
Kecuali itu sebagian besar pembaca CB Inter In
berada di Indonesia. Dalam Kongregasi jumlah
Dari kiri ke kanan
Sr. Adeltruda, Bpk. J. van Term dan Ibu Cramers dalam acara perpisahan staf redaksi CB Inter In
555555
mereka paling besar. Mereka juga memiliki fasilitas
berteknologi modern. Distribusi CB Inter In ke
kawasan-kawasan lainnya juga langsung ditangani
dari Indonesia. Dengan senang hati mereka
melaksanakan tugas tersebut. Hal ini dapat
menghemat waktu dan financial Kongregasi.
Semua pihak yang terlibat dalam hal ihwal
penerbitan CB Inter In dan sistem baru tersebut
memahami dan menyambut keputusan DPU dengan
baik. Karena itu pada tanggal 20 Desember 2012,
DPU bersama DPP Nederland mengundang staf
redaksi lama dan beberapa undangan lain untuk
beramah tamah sebagai ungkapan rasa terima
kasih DPU kepada mereka yang telah bertahun-
tahun duduk dalam staf redaksi CB Inter In.
Pertemuan tersebut diselenggarakan di Cecilia-
zaal, Onder de Bogen, Maastricht.
Kegembiraan dan rasa syukur mendominasi
suasana. Di sudut ruangan semua terbitan CB Inter
In dari awal (1990) hingga terbitan 2012,
ditampilkan sebagai tanda/bukti sumbangan
mereka dan rasa terima kasih DPU kepada mereka.
Ruangan dimana acara diselenggarakan diatur oleh
karyawan, dan penataan sangat cocok untuk
kesempatan tersebut. Sebelum pertemuan
berakhir, dalam sambutannya, Sr Rosaria secara
resmi mengucapkan salam perpisahan dan terima
kasih kepada Bpk. Jaap van Term, Bpk. Wim Puts
dan juga Bpk. G. Creemers atas bantuan dan
kontribusi mereka selama bekerjasama dengan
kami kurang lebih selama 22 tahun. Bantuan
mereka mempermudah para suster bekerja dan
mempercepat dalam menerbitkan CB InterIn.
Terima kasih juga disampaikan khusus kepada Sr.
Adeltruda, Sr. Clazina, Sr Vincenza dan Sr Yulita
sebagai kontributor besar dan perencanaan di
masa lalu. Mereka berkontribusi sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Kepada mereka, DPU
menyampaikan tanda mata sebagai ungkapan rasa
terima kasih.
Bpk J. van Term,
Ibu cramers
sedang mengagumi
tanda mata dari
DPU.
6
Jika Anda menelpon Sensoor, Anda akan mendengar
jawaban “Sensoor, jaringan bantuan Limburg”.
Itulah Sensoor. Sensoor adalah sebuah organisasi
nasional, yang di setiap provinsi memiliki lokasi
anonim. Di Provinsi Limburg memiliki dua jaringan,
di Heerlen dan Venlo, masing-masing berjarak 30
dan 70 km dari Maastricht.
Prinsip-prinsip organisasi:
· Bantuan hanya diberikan dari jarak jauh,
melalui telepon, email dan chatting.
· Orang yang meminta bantuan diutamakan.
Menjadi relawan ‘SensoorMenjadi relawan ‘SensoorMenjadi relawan ‘SensoorMenjadi relawan ‘SensoorMenjadi relawan ‘Sensoor’’’’’Sr. Wulfram
Maastricht, Nederland
· Bantuan atas dasar rasa hormat dan
kesetaraan.
(Relawan bukanlah pemberi bantuan dalam
arti sempit)
· Orang yang mencari bantuan bebas
menyebut namanya atau anonim. Tetapi
relawan harus selalu anonim.
· Relawan tidak boleh membawa keluar atau
memberikan kepada pihak ketiga informasi
tentang orang yang mencari bantuan.
Untuk apa dan bagi siapa ?
Sensoor diperuntukan bagi semua orang yang
mencari mitra komunikasi yang ramah dan dapat
Sr. Wulfram (tanda X) bersama kelompok relawan “Sensoor”
777777
mendengarkan dengan baik, tanpa memandang
usia, gender, agama, atau asal usul.
Topik percakapan, sangat beragam bergantung
pada orang-orang yang menelponnya. Tema yang
sering muncul misalnya: masalah relasi dan
kesepian tetapi juga kesedihan, kecanduan,
depresi, kekerasan, pelecehan dan masalah
seksual.
Merekrut calon relawan.
Dalam surat kabar ‘De Limburger’ saya melihat
advertensi untuk mencari relawan yang mau
bekerja pada ‘Sensoor’. Titik awalku adalah,
“Menjadi tua penuh makna”, aku pikir pekerjaan
itu dekat dengan kehidupan sosial dan sangat
penting. Jika saya dapat berkontribusi dalam
organisasi yang memberikan bantuan maka dapat
dikatakan ‘pisau bermata dua’ karena itu aku
mendaftarkan diri dan wawancara dengan
organisasi tersebut dan ternyata wawancara kami
berhasil dengan baik.
Program pelatihan.
Pada bulan September 2012, kami, 17 calon
relawan memulai pelatihan lima hari: dua kali
teori dua kali latihan, satu hari praktikum. Pada
periode yang sama, kami magang pada relawan
yang berpengalaman dalam layanan telepon. Tiga
kali ikut mendengarkan, kemudian lima kali
bertugas menjawab sendiri telepon dari pencari
bantuan tetapi masih di bawah pengawasan.
Tujuan dari pelatihan ini adalah mengembangkan:
pengetahuan, sikap dan keterampilan agar kelak
relawan dapat beroperasi secara mandiri
menjawap/menaggapi telepon dengan cara yang
memenuhi tuntutan kualitas dari Sensoor. Setelah
tiga bulan ada pertemuan akhir kemudian saya
harus menandatangani kontrak untuk satu tahun.
Dengan kontrak itu saya wajib, setidaknya empat
kali layanan tiga setengah jam dan melakukannya
setiap empat minggu, termasuk jaga malam dan
sekali pada akhir pekan. Selama periode ini sudah
empat orang relawan yang berhenti, tapi saya akan
terus melaksanakan pelayanan ini.
Cara kerja kami
Kursus pelatihan diperlukan sebelum kami dapat
memberikan bantuan lewat jaringan telepon.
Relawan harus memiliki ketrampilan cukup.
Relawan memberi bantuan kepada pencari
bantuan tanpa imbalan namun ia mendapat
pendidikan. Bersama penelpon, relawan
membahas, menganalisa dan menjelaskan
masalah. Pertanyaan yang tepat dan mendorong
kemandirian sangatlah penting. Jadi tidak
diperkenankan memberikan saran, tetapi bertanya
kepada penelpon, solusi apa yang telah dilihatnya.
Kami belajar untuk membedakan fase percakapan
aktif dan pasif dalam suatu percakapan. Ada lima
jenis percakapan, tujuh jenis pertanyaan,
sembilan jenis jebakan. Jenis percakapan:
percakapan kontak, percakapan mencerahkan
masalah, percakapan tentang krisis, percakapan
informatif, kami tidak mau melayani penelpon
sex (sexbeller). Dengan pertanyaan yang tepat
orang dapat menemukan jenis penelpon dan
tujuan si penelpon. Pada tahap akhir percakapan,
seseorang dapat menguji puas atau tidaknya
penelpon dan tercapai atau tidaknya tujuan.
Selanjutnya, kita membedakan jenis penelpon
yakni: penelpon seks, penelpon yang terganggu
mentalnya, penelpon yang mau bunuh diri,
penelpon yang mengalami krisis. Tiga tipe terakhir
dari penelpon ini sering orang-orang yang sangat
membutuhkan bantuan profesional. Hanya setelah
setengah tahun berpengalaman saya boleh secara
independen menilai apakah aku harus menelpon
nomer rahasia atau tidak. Waktu yang disediakan
untuk itu dari pk.17. 00 sampai pk. 09.00 pagi.
Nomor itu adalah nomor: Xonar - rumah
penampungan umum. Rumah penampungan
perempuan: “het Blijf van mijn lijf huis”, Dinas
pembinaan kaum muda dan Pekerjaan sosial.
8
Dalam situasi yang kusebutkan di atas pertama-
tama saya harus menelpon karyawan Sensoor yang
bukan relawan, untuk menjelaskan situasi dan
kemudian jika perlu saya dapat menelpon nomor
rahasia dari instansi yang bersangkutan. Jika polisi
menelpon, saya selalu dapat segera memediasi/
pengantara tetapi tidak boleh memberikan/
menyebarkan nomor rahasia.
Pada bulan Juli 2013 yang akan datang, saya akan
genap enam bulan berpengalaman kerja di
Sensoor. Jika saya terbukti menunjukkan
kecocokan saya masih harus mengikuti pelatihan
lagi sehari. Kemudian saya boleh mandiri, dapat
menilai apakah bantuan profesional mendesak
diperlukan atau tidak. Ketika penelpon akan bunuh
diri, saya bisa menyarankan nomor nasional: no.
112, dimana spesialis dapat dihubungi, atau
mereka dapat mencari bantuan online di: www.
113. nl
Pelatihan
Setelah pelatihan dasar, ada pertemuan rutin
dalam kelompok 8-12 relawan. Dua kali setahun
dimana orang dapat berpartisipasi dalam pelatihan
yang diselenggarakan secara nasional. Sensoor,
memantau kualitas mereka dengan sangat serius.
Pengalamanku bekerja di ‘Sensoor’.
Pelatihan ini cukup intensif dan saya sebagai
pemula relawan mandiri menghadapi masalah.
Tetapi di sana ada banyak kesempatan untuk
berdiskusi dengan rekan pegawai tetap. Menurutku
pekerjaan ini penuh makna dan selama bertugas
saya mewakili ‘Sensoor’, serta mengemban
tanggung jawab bagaimana aku melakukan
tugasku. Saya harus membuat catatan kecil setiap
kali menerima telepon dan membuat laporan
singkat, tentu saja anonim. Bagaimanapun juga
para penelpon mengenali suara-suara kami. Baru-
baru ini, seorang perempuan sangat ramah,
mengatakan: “Oh, kamu toh, perempuan yang
mengatakan sebuah ungkapan indah”. Saya
mengatakan kepadanya; “Bumi adalah tempat
yang indah, Anda juga termasuk di dalamnya.”
Apa yang mengejutkanku adalah bahwa begitu
banyak orang yang goyah dalam kehidupan
mereka. Sensoor merupakan jaringan telepon
bantuan pertama tetapi juga jaringan keempat,
dengan kata lain bagi mereka yang selesai
pengobatan dalam psikiatri, Sensoor merupakan
jaringan pengaman yang penting. Dari orang-orang
ini, kami memiliki kode sehingga dalam
pendekatan kami dapat memperkirakan apa yang
diharapkan oleh penelpon. Baru-baru ini seorang
perwira polisi, istri dari seorang relawan,
mengatakan, “Jangan meremehkan pentingnya
Sensoor, karena Sensoor 24 jam dapat dihubungi
dan sering mencegah eskalasi”. Dia harus tahu
itu!
Sebelum saya memulai pelayanan, saya selalu
berdoa bagi orang-orang yang menelponku. Mereka
biasanya orang rapuh atau orang dalam situasi
rentan. Pelayananku sejalan dengan tujuan
Kongregasi kita dan prinsipku: “Menjadi tua penuh
makna”.
999999
Siapakah nabi-nabi pada jaman kita sekarang?
Pada saat-saat hening pertanyaaan itu mengganjal
dalam pikiranku. Aku membutuhkan waktu untuk
merenungkan pertanyaan yang terus mengusikku,
agar aku merasa tenang dan adil terhadap diriku
sendiri. Aku telah mencoba dan bergulat untuk
mencari jawaban yang menuntunku sampai pada
kesadaran bahwa semua orang Kristen yang
dibaptis mempunyai tugas sebagai nabi. Aku sendiri
menambatkan diri pada nilai-nilai Kristus dan nabi,
di sana aku menemukan sesuatu yang penting dan
Nabi masa kiniNabi masa kiniNabi masa kiniNabi masa kiniNabi masa kiniSr. Vergenia MondanoQuezon City, Filipina
layak untuk dihayati. Menjadi seorang nabi berarti
kita masing-masing menjadi utusan Tuhan untuk
mengungkapkan potensi dan kemampuan kita yang
berasal dari Sumber Kehidupan. Sementara dunia
mungkin tidak mengenali kehadiran-Nya, namun
realita bahwa Allah berbicara kepada kita masing-
masing adalah hal yang paling penting.
Seorang nabi mengungkapkan dan memberi
kesaksian akan kebenaran. Dan selalu mengalami
dikritik, ditolak, tidak dimengerti, dan disalibkan.
Bukankah Kristus sendiri mengalami perlakuan
Sr. Vergenia (tandaX ) ketika mengikuti program musim panas bersama para suster junior.
10
seperti itu? Para nabi pada masa lalu dan masa
kini tidak banyak perbedaannya. Keduanya ingin
mengungkapkan Cinta Allah. Banyak orang yang
tidak bisa menerima kenyataan itu, karena mereka
percaya pada kekuasaan, kecerdasan dan uang
mereka, dsb. Situasi saat ini terus menerus
memanggil kita untuk memiliki keberanian dan
menentukan nasib sendiri serta menjadi tulus dan
setia dalam hubungan kita dengan orang lain dan
dalam menyatukan diri kita dengan Allah, dalam
memanggul salib kita masing-masing dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Pada suatu hari kami pernah menghadiri konferensi
ekumenis yang diselenggarakan di Wellness Center
Alexian dengan tema: “Biblical reflection on the
Church of the Poor”. Konferensi itu bertujuan
memperkuat dan mempertahankan kerjasama
antara umat beriman dan mereka yang bekerja
mendukung kaum miskin dalam mengatasi
berbagai masalah dan hal-hal yang menyentuh
kepentingan kaum miskin, untuk mencapai
tanggapan umum yang secara aktif akan
mendukung hak-hak kaum miskin.
Kami diingatkan bahwa “panggilan menjadi
seorang nabi berasal dari Allah; bahwa seorang
nabi selalu mencari keadilan dan hak-hak bagi
mereka yang dalam masyarakat diabaikan,
mereka yang tersisihkan, yang lemah dan tak
berdaya. Bagi mereka harus ada orang yang dapat
memperjuangkan hak-hak dan martabat mereka.
Namun… Sekarang siapa sebenarnya yang kami
identifikasikan? Kita mengidentifikasi diri dengan
mereka yang kaya dan berkuasa di bumi ini? Atau
dengan mereka yang tertindas yang benar-benar
membutuhkan kita?” Hal itu merupakan tantangan
yang membuatku melihat kembali pencarianku
‘menjadi seorang nabi’. Aku tahu bahwa itu tidak
mudah, banyak nabi kehilangan nyawa mereka
untuk memberi kesaksian iman mereka dan untuk
memperjuangkan kepentingan umum. Namun
demikian masih banyak orang lapar dan haus akan
kemenangan kebenaran dan keadilan.
Bahkan kami dikonfrontasikan dengan perjuangan
kami sendiri untuk mendapatkan kembali tanah
milik kami dari tangan Helen Daniela dan
perusahaannya. Setiap kali kami pergi ke
persidangan, ada begitu banyak ketegangan dan
sakit yang kami berdua rasakan terutama ketika
mendengar lawan mengklaim bahwa tanah kami
sungguh-sungguh milik mereka. Aku tahu
bagaimana upaya para suster kami untuk
mengumpulkan atau mencari beberapa dokumen
yang akan membuktikan bahwa kamilah pemilik
otentik tanah tersebut. Sungguh hal itu bukan
tugas yang mudah. Saya merasa sedih ketika suster
yang bertanggung jawab atas kasus ini merasa
tertekan oleh kehadiran kami yang ingin segera
mencapai hasil atau untuk mendapat keputusan
secepat mungkin.
Sekarang perkara ini sudah masuk dalam proses
hukum, sehingga pengacara kami selalu
mengingatkan kami agar kami bersabar dan
menunggu prosesnya. Kami diminta untuk berdoa
dengan tulus dan kusuk karena kekuatan harus
ditambahkan dalam perjuangan kami untuk
mencapai keadilan dan mendapatkan kembali
sebidang tanah milik kami.
Oleh karena itu semua, aku dapat mengatakan
bahwa nabi pada masa kini harus memiliki
kekuatan untuk menanggung sakit dengan diam-
diam. Mereka memberikan apa yang terbaik dari
dirinya karena cinta kepada Kongregasi, untuk
melaksanakan kehendak Allah untuk mencari
Kebenaran dan keadilan. Sebagai nabi Allah, aku
berniat dengan setiap profesi yang aku lakukan
untuk menjadi pembuka mata dan membawa
mereka untuk peduli pada lingkungan dengan
mendorong mereka untuk ikut memilah sampah
baik yang biologis maupun non biologis yang tak
111111111111
dapat dihancurkan, menghemat air dan listrik
serta peduli akan banyak keprihatinan, baik secara
induvidual maupun bersama.
Bagiku sebagai nabi berlaku bahwa kita perlu
merebut kembali identitas kita yang sebenarnya.
Kita masing-masing diciptakan menurut gambar
dan rupa Allah. Oleh karena itu masing-masing dari
kita dipanggil untuk menjadi seorang nabi jaman
kita dan menjadi saksi kebenaran.
Suatu hal yang bagus untuk kita ingat: “Allah telah
memberi kita mata tidak untuk memandang
dengan hina tetapi untuk melihat melampaui
situasi. Tuhan telah memberi kita mulut bukan
untuk mengkritik tetapi untuk berbicara
kebenaran. Tuhan telah memberi kita tangan
bukan untuk menghukum orang-orang berdosa,
tetapi untuk memberikan uluran tangan. Tuhan
telah memberi kita telinga tidak untuk menulikan
diri terhadap suara-suara mereka yang dalam
penderitaan tetapi justru untuk mendengarkan
mereka. Semuanya yang Ia berikan kepada kita
memiliki tujuannya masing-masing. Bagi kita hal
itu hanya perkara memilih apa yang benar.
12
Organisasi St. Vincentius berdiri pada tahun 1833
di Paris. Industrialisasi yang terjadi di Perancis
pada saat itu, menimbulkan kemiskinan yang
sangat besar di sana. Karena itu terjadilah
urbanisasi besar-besaran, orang-orang pedesaan
secara massal pindah ke kota-kota. Di kawasan
pinggiran kota Paris mencuat keluarga compang-
camping, tunawisma dan sangat miskin. Frederic
Ozanam, seorang mahasiswa yang sangat religius
dari Universitas Sorbonne, tersentuh oleh
penderitaan orang-orang di sekitarnya. Bersama
enam mahasiswa lainnya, ia memutuskan: untuk
lebih baik melakukan sesuatu, dari pada berdiskusi
yang berkepanjangan. Pada tanggal 20 April 1833,
mereka mendirikan “Konferensi de Charité”
pertama, yang sekarang kita sebut ‘organisasi
karitatif’. Mereka terinspirasi oleh iman mereka,
mereka pergi mengunjungi orang-orang miskin,
membagikan makanan dan pakaian.
Organisasi kOrganisasi kOrganisasi kOrganisasi kOrganisasi karitatifaritatifaritatifaritatifaritatifSt. VSt. VSt. VSt. VSt. Vincentius “incentius “incentius “incentius “incentius “VVVVVirgin of the Pirgin of the Pirgin of the Pirgin of the Pirgin of the Poorooroorooroor”””””
Sr. Mariani WiningsihLeut, Belgia
Sr. Mariani
131313131313
Dengan cepat Organisasi St. Vincentius dari Paris
ini, menyebar ke seluruh dunia. Kini di seluruh
dunia, organisasi tersebut, kurang lebih memiliki
1.3 juta anggota yang tersebar di 148 negara dan
terbagi dalam 46.000 organisasi. Mereka menyebut
diri mereka “Vincentian”.
Pada tanggal 23 Desember 1999, dua hari sebelum
Natal, saya memulai dengan ‘Organisasi
Vincentius’ di Maasmechelen. Untuk memulai
organisasi itu saya mengajak sejumlah orang yang
mereka sendiri termasuk orang yang tidak mampu.
Kami membagikan paket makanan di paroki
Mariaheide Maasmechelen. Organisasi kami juga
bergantung pada kebaikan dari organisasi
Vincentius di kota-kota lain. Setiap minggu kami
pergi mengambil makanan, kemudian dibuat paket
dan selanjutnya kami bagikan kepada mereka yang
miskin di daerah kami, Maasmechelen. Pada saat
itu setiap minggunya kami membagikan 20 paket,
kini setiap minggu pada hari Jum’at, kami dapat
membagikan 140 paket.
Langkah demi langkah kami terus bekerja,
walaupun dengan jatuh bangun. Akhirnya kami
mendapat pengakuan dari pemerintah dan
berbagai instansi. Kami memulai karya ini tanpa
modal, kecuali bermodal niat dan hati yang baik
dari sekelompok kecil orang-orang sederhana yang
tersentuh oleh Cinta Allah dan yang dengan tulus
ingin membantu orang miskin lainnya. Dalam diri
orang-orang ini, Allah berkarya dan hadir dengan
anugerah berlimpah yang mengagumkan.
“Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah satu saudaraku yang paling hina ini
kamu telah melakukannya untuk Aku….” (baca Mt.
25,31- 40).
Sejak 10 April 2000, di Dekenat Maasmechelen
secara resmi kami diakui sebagai Organisasi St.
Vincentius “Virgin of the poor” (“Santa Perawan
Bunda Kaum miskin”). Nama “Virgin of the poor”
adalah nama pelindung paroki Mariaheide, kami
mengambil nama itu karena di paroki tersebut
organisasi ini dimulai. Pada awalnya saya banyak
mencurahkan perhatian pada pembentukan
organisasi. Yakni: mencari tempat yang cocok dan
merekrut relawan. Sekarang kami berjumlah 18
Para relawan sedang
menyiapkan paket
makanan
14
relawan yang termotivasi dan membaktikan diri
dengan sepenuh hati. Dari Pastor Jaak Martens,
mantan pastor Paroki Mariaheide, saya mendapat
tempat yang bagus di pastoran. Saya menyediakan
waktu dua hari untuk bekerja dan mengurus
organisasi ini; menerima orang-orang, dan
menjawab telepon. Pastoran menjadi tempat
pertemuan orang-orang dari berbagai bangsa,
dan dalam rumah ini kami memulai pelayanan
bagi orang-orang miskin.
Setelah Sr. Gaudens meninggal pada tahun 2000,
saya jarang datang ke pastoran. Sebagian besar
dari bangunan itu ditempati oleh seorang janda
yang merawat gereja sekaligus sebagai koster.
Sayang, tiga tahun yang lalu dia meninggal.
Tugasnya sebagai penjaga gereja sekarang
dilakukan oleh keluarga Italia dengan tiga anak
mereka.
Sumber keuangan, makanan dan pakaian.
Kami telah menemukan sumber itu terutama
melalui banyak kontak dengan organisasi pusat,
toko-toko, tukang roti, sekolah, dan berbagai
lembaga lainnya. Untuk memperkenalkan
organisasi ini kami minta izin dan mengusulkan
kepada para pastor paroki dari 12 gereja di seluruh
dekenat untuk memperkenalkan diri kami sendiri,
para relawan dari St. Vincentius dan pekerjaan
kami, sebagai gantinya homili, selama masa puasa.
Tanggapan para pastor selalu positif dan
mendukung kegiatan kami serta membesarkan hati
kami! Dengan cara itu kemudian kami dikenal oleh
banyak orang.
Hingga saat ini kami telah mengalami dua kali
pindah lokasi. Sekarang kami berada di lokasi
ketiga namun masih di paroki Mariaheide.
Kerjasama dengan relawan dan OCMW berlangsung
dengan baik, kerjasama antara relawan sendiri
juga sangat baik. Oleh karena itu bahkan saya
sendiri kini telah mengambil jarak dan tidak
campur tangan dengan urusan-urusan praktis. Saya
lebih banyak menangani urusan pembinaan rohani
para relawan. Saya menyediakan waktu untuk
melakukan kunjungan rumah, kontak secara
pribadi dan mengikuti situasi mereka secara dekat
serta memberi mereka dukungan spiritual.
Menyiapkan paket
Setiap hari Jum’at pagi, para relawan datang untuk
bersama-sama menyiapkan peket makanan yang
akan didistribusikan pada siang hari antara pukul
13.30 – 15.00. Biasanya saya memasak makanan
bagi para relawan yang sejak pk. 09.00 sudah
bekerja. Saya selalu memperhatikan apakah di
sana sini kekurangan tenaga atau tidak. Jika ada
kekurangan tenaga saya sendiri akan mengisinya.
Sangat mengejutkan bahwa kurang lebih ada 25
orang dari berbagai kebangsaan datang kepada
kami untuk meminta paket makanan.
Untuk siapa St. Vincentius dimaksudkan?
Pelayanan ini benar-benar diperuntukkan bagi
orang-orang yang karena berbagai alasan berada
dalam kesulitan ekonomi. Misalnya karena
kehilangan pekerjaan, bangkrut, perceraian, dan
sebagainya. Orang-orang yang tidak dapat
mengelola keuang mereka, pengeluaran lebih
banyak dari pada pemasukan setiap bulannya atau
mingguanya. (Besar pasak daripada tiang), kecuali
itu juga para pengungsi dan pencari suaka. Kami
bekerjasama dengan OCMW yang menyelidiki
situasi keuangan orang-orang. OCMW sedikit
banyak menentukan diijinkan atau tidaknya orang
mengambil paket makanan. Kami melihat bahwa
kebanyakan orang mengalami penderitaan dan
dengan berbagai cara mereka telah mencoba untuk
mengatasi masalah mereka, sebelum mereka
datang kepada kami “St. Vincentius”. Beberapa
orang merasa malu datang mengambil makanan.
Jika ada orang karena alasan yang benar-benar
tidak memungkinkan untuk datang sendiri
mengambil paket makanan maka paket itu diantar
ke rumahnya.
151515151515
Situasi kerja mingguan kami.
Kami bekerja dengan 18 relawan. Empat kali dalam
seminggu, kami mengambil roti yang tidak terjual
di dua toko roti. Roti itu kemudian kami simpan
di vriezer. Sebulan sekali kami belanja besar untuk
persediaan/stok pangan. Setiap hari Jumat pukul
6.00 ada relawan yang pergi ke pusat lelang
sayuran di Brabant Mechelen/St. Katelijne-Waver
untuk mengambil sisa-sisa/kelebihan sayuran.
Setiap Jumat pukul 9 pagi kami mulai membuat
paket dan di sore hari, orang-orang datang ke sini
untuk mendapatkan paket dan berbincang-bincang
sambil minum kopi.
Isi paket dan cara mendapatkannya.
Dalam paket itu terutama berisi makanan pokok:
Susu, gula, kopi, tepung, spaghetti, beras, sayuran
kaleng, ikan dll. Harga paket tersebut bervariasi
dari 10 sampai 15 euro. Bagaimana kami
mendapatkan makanan itu? Ada beberapa cara
untuk mendapatkan makanan tersebut:
- Melalui bank makanan, yang disuplai toko-
toko yang memiliki kelebihan makanan.
- Via EEC di sini juga menerima makanan yang
lebih dari toko-toko.
- Melalui pembelian yang kita lakukan,
dengan uang yang berasal dari sumbangan:
klub layanan, kegiatan/aksi yang kami
selenggarakan pada:malam amal/konser
Natal kelompok paduan suara dari seluruh
Gereja Maasmechelen.
Kami tidak menerima subsidi ... kita hidup hanya
dari amal dan kebaikan orang lain. Kami sangat
gembira jika kami mendapat hadiah/paket Natal
ekstra untuk dibagikan kepada mereka yang miskin
disamping paket makanan mereka.
Organisasi dan administrasi ‘Vincentius’ sangat
BAGUS!
16
Teks ini tercantum diatas pintu masuk tempat
penitipan anak (day care) di ‘The Farm’. Letak
proyek istimewa ini kira-kira berjarak setengah
jam naik Mobil dari Durban, di tengah-tengah
perkebunan tebu di Afrika Selatan. Kondisi kerja
di masyarakat sangat buruk dan kemiskinan
nampak di mana-mana. Sebuah rumah besar dihuni
oleh 45 anak yang berusia 0-25 tahun. Mereka
adalah anak-anak yang ditinggalkan atau anak-
anak yang orang tuanya meninggal karena
mengidap penyakit AIDS/HIV. Linda dan Don Mac
Kenzie memberi anak-anak ini kesempatan untuk
menjadi seorang ‘anak’ dan berkembang lebih
lanjut. Mereka menawarkan pendidikan, sandang,
pangan dan papan. Karena ini adalah tugas yang
sangat besar, maka mereka menjalin kerja sama
dengan Yayasan ‘Be-More’ dari Belanda. ‘Be-More’
tidak hanya membantu dengan relawan, tetapi
juga ambil bagian dalam pekerjaan dan
berkontribusi secara finansial. Proyek ini dimulai
pada bulan Januari 2012.
Bahwa proyek ini masih dalam tahap awal nampak
jelas ketika pada hari pertama kami diajak
berkeliling oleh Ibu Linda. Beberapa menit
berjalan kaki dari rumah relawan, di sana ada
sebuah barak di mana para pekerja perkebunan
tebu tinggal. Gubuk kumuh, tak ada drainase air,
sungguh mengenaskan. Anak-anak kecil yang
tinggal di sana juga datang ke tempat penitipan
anak yang terletak di sisi lain dari perkebunan. Di
TTTTTo the world you may be one persono the world you may be one persono the world you may be one persono the world you may be one persono the world you may be one personBut to one person you may be the world.But to one person you may be the world.But to one person you may be the world.But to one person you may be the world.But to one person you may be the world.
Maria Lases, Nederland
“Bagi dunia Anda mungkin salah satu pribadi
Namun bagi seorang pribadi Anda mungkin sebuah dunia”
sana ada ‘The Farm’, sebuah rumah besar dengan
beberapa gubuk kecil di sekitarnya. Di tempat ini
ada gudang tua di mana setiap hari sekitar 8 anak
berusia 2 - 5 tahun dititipkan di sana. Kami, tiga
relawan membimbing anak-anak bagaimana hidup
sehat. Kecuali itu juga belajar menyanyi, bermain,
menggambar, mengerjakan tugas, dll.
Pada sore hari, anak-anak yang bersekolah diberi
waktu satu jam untuk mengerjakan pekerjaan
rumah, dan malam hari ada pelajaran untuk anak-
anak SMA. Semua ini merupakan hal-hal yang
sederhana namun mendasar. Kami melihat bahwa
hanya ada sedikit perhatian bagi anak-anak dan di
sana masih ada banyak hal yang harus dilakukan.
Di rumah penitipan anak ini hanya ada 1 ibu
asrama, yang kadang-kadang dibantu oleh putrinya
dan beberapa perempuan dari barak.
Sementara itu, di tengah-tengah perkebunan
dibangun sebuah teras bundar dengan atap jerami.
Di sana anak-anak dapat berkumpul dan makan
bersama. Gubuk untuk tidur anak laki-laki baru
saja diperbaiki dan dipasang atap baru. Tahap demi
tahap nampak adanya perbaikan.
Demi anak-anak tersebut, saya pergi ke Afrika
Selatan untuk berkontribusi bagi kesejahteraan
mereka dan ‘be the difference’ sebagaimana teks
dalam judul di atas.
171717171717
Dengan maksud baik dan juga penasaran aku
melakukan perjalanan tersebut. Afrika Selatan
mendapat tempat di hatiku, karena dalam tahun 70-
an aku pernah tinggal dan bekerja di Johannesburg.
Aku ingin tahu apakah negara itu banyak berubah
setelah ‘apartheid’ dihapus. Kami mendengar banyak
cerita tentang kejahatan, korupsi dan HIV/AIDS, dan
walaupun ekonomi bertumbuh, tetapi orang-orang
tetap mengalami banyak kesulitan. Hal ini menjadi
pengalaman yang sangat mendalam dan aku benar-
benar keluar dari hidupku yang aman, mapan dan
nyaman. Pekerjaan relawan dilakukan dengan
sukarela. Demikianlah aku juga melakukan ini semua
dengan sukarela. Untuk “menyesuaikan diri dan
beradaptasi”, aku merasa sudah mempersiapkan diri
dengan baik. Namun apa yang nampaknya mudah
kenyataannya dapat sangat sulit. Aku masuk dalam
situasi yang tidak mudah, aku tidak dapat
melepaskan begitu saja.
Anak-anak begitu kotor, sering mereka tidak
memiliki pakaian yang bersih atau sama sekali
tidak memilikinya. Setiap pagi di rumah itu
berantakan, kondisi hidup yang buruk, terjadi
kekerasan terhadap satu sama lain dan masih
banyak lagi. Minggu pertama saya sendiri merasa
benar-benar kecewa. Namun dengan
membicarakan bersama mengenai keadaan
tersebut, maka sayapun mendapat tugas-tugas
yang lebih cocok bagiku. Selain tugas membimbing
anak-anak pagi dan sore, masih ada tugas
membersihkan dan merapikan barang-barang,
serta menyiapkan kegiatan bagi anak-anak, dll.
Tugas itu cocok bagiku. Tugas-tugas itu juga
merupakan bentuk kontribusi kami demi
kesejahteraan anak-anak.
Hari demi hari Anak-anak mulai terbiasa dengan
kami dan sebaliknya. Setiap pagi kami mengadakan
Ibu Maria Lases (X) bersama anak-anak ‘The Farm’ Durban, Afrika Selatan
18
semacam ‘pusat medis’ bagi mereka: merawat
luka, memotong kuku, membersihkan dan
memplester luka, mereka merasa hal itu sangat
menarik. Tentu saja kami tidak bisa memecahkan
segala masalah. Untuk itu kami harus menerima
apa adanya. Walaupun hal itu kadang memilukan,
menyedihkan melihat wajah sedih Banéle. Apa
riwayat dibelakang anak berusia dua tahun ini?
Siapa yang benar-benar peduli kepadanya?
Bagaimana ia melanjutkan hidupnya? Aku melihat
bahwa hak hanya dinikmati oleh orang terkuat.
Yang lemah, di sana tidak mendapat perhatian.
Sulit, namun itulah suatu ‘kehidupan bagi mereka
yang dapat bertahan hidup’. Mungkin karena dia
lahir di tempat yang tidak aman dan nyaman,
sebagaimana tempat aku dibesarkan. Akan tetapi
mungkin aku telah menjadi ‘the World’ bagi anak
kecil ini dan aku merasa setidaknya dia sangat
berharga di mataku.
Pikiranku sering mengembara mengingat para
suster kita yang selama bertahun-tahun
menerima, melayani dan merawat orang sakit,
mengurus dan mendidik anak-anak miskin dan
menderita. Tetapi juga kepada perempuan-
perempuan yang mungkin sama seperti aku
sekarang, masuk kedalam dunia terlantar dan siap
melayani, tekun dan dengan cinta hadir di sana
untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Kini setelah bertahun-tahun kemudian, masih
tetap membutuhkan bantuan. Di seluruh dunia.
Seiring dengan berlangsungnya hari-hari,
pekerjaan bagi kami bertiga juga makin
bertambah. Pada suatu hari kami
menyelenggarakan pesta kecil dan memberi
kejutan bagi anak-anak dengan ‘pancake dan
hamburger’. Di antara kami dan anak-anak telah
tumbuh kepercayaan terhadap satu sama lain.
Ketika kami mengadakan malam perpisahan
kepada kami dihidangkan makanan lezat khas ZULU
dan tari-tarian ZULU dari anak-anak, mata
kamipun berlinang karena terharu dan sukacita.
Sekarang, aku sudah kembali ke rumahku sendiri.
Aku membutuhkan waktu untuk menempatkan
semua itu dalam hidupku. ‘Afrika Selatanku’ telah
berubah, sayang, tidak berubah menjadi baik.
Negara, orang-orang dan anak-anak layak untuk
dibantu. Aku senang dan bersyukur bahwa dengan
caraku sendiri dapat memberikan sumbangan
kepada ’The Farm’ dan saya berharap bahwa akan
terjadi ‘the difference’ (perubahan) bagi anak-
anak.
191919191919
Hari ini pesta 50 tahun Rumah Sakit Ndala. Pada
tanggal 25 Januari 1963, Sr. Gervasio, Sr. Vincent
dan Sr. Mariosa tiba di Ndala di mana Uskup Mark
Mihayo, merindukan sebuah rumah sakit. Rumah
sakit yang nantinya diselenggarakan oleh para
suster CB. Para suster “White Sisters” sudah
memiliki klinik MCH yang kelak klinik itu diperluas
menjadi rumah sakit. Untuk mewujudkan
kerinduan itu dimulailah dengan kerja keras. Lima
tahun pertama para suster harus menjalankan
tugas tanpa dokter. Hal itu merupakan tanggung
jawab yang besar! Jika ada hal-hal yang begitu
mendesak, Pastor Joseph de Rooij, selalu bersedia
50 T50 T50 T50 T50 Tahun Rahun Rahun Rahun Rahun Rumah Sakit Ndalaumah Sakit Ndalaumah Sakit Ndalaumah Sakit Ndalaumah Sakit Ndala(sejenak meninjau k(sejenak meninjau k(sejenak meninjau k(sejenak meninjau k(sejenak meninjau kembali)embali)embali)embali)embali)
Sr. Kitty AndreeUtrecht, Nederland
membantu kita dengan mobil pickupnya untuk
membawa para pasien ke Tabora dan dia sendiri
sebagai sopirnya. Untung pada malam Tahun Baru
1968, kami boleh menyambut kedatangan dokter
pertama, dokter Folmer, istri dan putri mereka
Katinka Elseke (saat itu masih bayi). Dokter Folmer
ditugaskan oleh Kongregasi dengan masa kerja
selama tiga tahun.
Situasi pada awal saat-saat merintis.
Pada waktu itu RMA pertama kami Bapak Theodori
Kulinduka, kami terima sebagai karyawan
pertama. Hingga saat ini Theodori masih menjadi
Sr. Kitty (X) dalam reuni di Onder de Bogen bersama para suster
yang pernah berkarya di RS. Ndala.
20
mitra perutusan rumah sakit Ndala. Dia ikut ambil
bagian dalam tim pencegahan AIDS di rumah sakit
Ndala dan di keuskupan.
Dalam perjalanan waktu, rumah sakit berkembang
menjadi lebih besar, tidak hanya dalam hal
bangunan dan karyawan, tetapi juga dalam bidang
pelayanan yang disediakan. Jumlah tempat tidur
selama bertahun-tahun tetap sama namun
karyawannya bertambah banyak. Beberapa tahun
kemudian dalam tahun delapan puluhan datanglah
seorang dokter yang kedua dan dokter ketiga. Dua
orang dokter tersebut diutus oleh Memisa.
Karyawan dari rumah sakit sendiri sedapat
mungkin dikirim untuk studi lebih lanjut, biayanya
sering ditanggung oleh lembaga dari luar negeri.
Hal itu memungkinkan untuk memberluas
pelayanan. Di antara para suster sering terjadi
juga perpindahan tugas. Para suster bekerja di
Ndala dengan tujuan yang sama yakni hadir bagi
orang sakit dan miskin. Tentu saja ada banyak
kesulitan yang harus kami hadapi misalnya
kekurangan tenaga, tidak memiliki perumahan
yang cukup bagi karyawan dan kekurangan air
merupakan masalah masalah tahunan. Kecuali itu
kami selalu kekurangan dana untuk mendukung
penyelenggaraan rumah sakit agar tetap berjalan
dan untuk perluasan bangunan serta mengirim
karyawan untuk studi dan pelatihan.
Dalam kurun waktu 50 tahun, karyawan di rumah
sakit Ndala bekerja dalam berbagai fungsi. Setiap
fungsi penting, maka diperlukan kerja sama yang
baik sehingga kita dapat bekerja dengan baik pula.
Saya bersyukur bahwa saya pernah bekerja di sana
selama bertahun-tahun dan dapat ikut ambil
bagian dalam proses pengembangan rumah sakit
tersebut. Hal itu tidak selalu mudah tetapi kami
merasa didukung oleh Kongregasi, serta dukungan
dari banyak pihak baik dari dalam maupun dari
luar rumah sakit, dari dalam dan dari luar Tanzania.
Rumah Sakit Ndala
212121212121
Keterlibatan dari banyak pihak itu membuat rumah
sakit berkembang menjadi seperti sekarang ini.
Oleh sebab itu saya ingin mengucapkan selamat
kepada semuanya, baik yang sekarang masih
bekerja maupun mereka yang pernah bekerja di
Rumah Sakit Ndala.
Sr. Gervasio pernah mengatakan: “JIKA ANDA
PERNAH BEKERJA DAN HIDUP DI AFRIKA HAL ITU
AKAN TETAP MEMBEKAS DALAM JIWA ANDA”.
Sepenuh hati saya mengamini ucapan tersebut.
Sekali lagi Selamat Pesta dan di masa depan
“USIKATE TAMAA” (tetaplah bersemangat!) ‘Mungu
awabariki Wote’ (Tuhan memberkati Anda
semua).
22
“Ibu guru Hedwig, kamu habis sakit keras ya? Ah
…. Kasihan! Aku kehilangan kamu” Demikianlah
ucapan Alyssa salah satu murid di kelas yang
kubantu. Ungkapan seorang anak yang polos dan
jujur itu membuatku sangat terharu. Selama tiga
minggu aku tidak bertemu anak-anak karena aku
sakit cacar air. Di kelas yang kubantu ada 8 anak.
Mereka adalah anak-anak yang mempunyai
JikJikJikJikJika Ta Ta Ta Ta Tuhan menghendaki,uhan menghendaki,uhan menghendaki,uhan menghendaki,uhan menghendaki,itu pasti akitu pasti akitu pasti akitu pasti akitu pasti akan terjadian terjadian terjadian terjadian terjadi
Sr. Hedwig Wigiastuti,Maastriht, Nederland
keterbatasan kemampuan baik fisik maupun
psikologis. Saat ini setiap hari Kamis, aku hadir di
tengah-tengah mereka.
Sekolah dimulai pk.08.30 dan berakhir pk. 15.30.
Situasi belajar di kelas sangat berbeda dengan
situasi belajar di sekolah biasa. Anak-anak di
sekolah ini lebih banyak bermain dan bekerja
Sr. Hedwig bersama para relawan dan anak-anak Adelante
232323232323
sambil belajar. Aku membantu di kelas anak-anak
usia 6 tahun. Setiap hari di kelas ada 3 orang
dewasa: 1 guru, 1 asisten, 1 relawan. Jadi masing-
masing mendampingi 2 atau 3 anak dalam sessi
bermain dan bekerja. Setiap selesai satu sessi,
kami berkumpul duduk melingkar dan setiap anak
diberi kesempatan menceritakan pengalamannya.
Anak-anak yang lain boleh mengajukan pertanyaan
atau menanggapinya.
Di ruangan yang telah disediakan bagi mereka, ada
beberapa pilihan bagi mereka untuk bermain dan
bekerja. Di sana mereka belajar: memasak dan
menyiapkan makanan; ada bagian toko: di sini
mereka belajar berjualan dan berbelanja; ada
bagian bangunan: di sini mereka bisa membuat
bangunan-bangunan; ada bagian tanah liat: di sini
mereka belajar membuat berbagai bentuk yang
mereka inginkan; ada pula bagian untuk melukis;
menggunting, dan sebagainya. Di antara waktu
bermain dan bekerja, ada kesempatan untuk
makan pagi, makan siang dan sore hari makan
buah. Mereka membawa bekal roti dan buah dari
rumah masing-masing. Demikianlah gambaran
pembelajaran di kelas di mana aku bekerja sebagai
relawan. Sudah 3 tahun lebih aku hadir di sekolah
Adelante, di Houthem sebagai tenaga
sukarelawan. Pada saat ini aku membantu kelas
tiga. Rasanya tidak percaya bahwa aku bisa hadir
ditengah-tengah anak-anak ini.
Sebelum aku bekerja di sekolah tersebut, pada
suatu hari, Nicol tetangga kami yang bekerja di
sekolah Adelante, mengundang kami ke sekolahnya
untuk bercerita tentang Indonesia. Sejak pertama
kali datang ke sekolah ini, hatiku sudah mulai
tertarik untuk dapat hadir di sana, meskipun saat
itu nampaknya sangat mustahil. Doa spontanku
dalam hati waktu itu:”Tuhan jika Engkau berkenan,
ijinkan aku hadir di sekolah ini. “Itu terjadi pada
bulan Nopember 2009.
Tuhan mengabulkan doa permohonanku.
Empat bulan kemudian tepatnya pada bulan Maret
2010, DPU minta kami (komunitas Stella Maris)
mencari tempat stage (pelatihan) untuk
mempraktekkan bahasa Belanda kami karena
kursus Bahasa Belanda kami di pusat bahasa di
universitas Maastricht telah selesai. Oleh karena
itu semakin besar keinginanku untuk bisa
mempraktekkan Bahasa Belandaku di sekolah
tersebut. Aku mengungkapkan keinginanku kepada
DPU dan DPU mendukungku. Selanjutnya aku harus
mengurus sendiri bagaimana bisa praktek di sana.
Aku meminta informasi kepada Nicol tentang
kemungkinan apakah aku bisa praktek di sekolah
di mana dia bekerja. Ternyata direktur sekolah itu
mengijinkan aku hadir di sekolah itu hingga akhir
tahun ajaran kira-kira selama tiga bulan. Betapa
senang hatiku mendapat kesempatan ini. Pada
waktu itu 3 kali seminggu aku hadir di sekolah
tersebut. Baru satu bulan aku bekerja di sana,
seorang petugas administrasi meminta kepadaku
surat kelakuan baik dari pemerintah kota sebagai
syarat jika seseorang ingin bekerja di sekolah
tersebut. Syarat itu berlaku bagi siapapun. Hal itu
dituntut sehubungan dengan adanya banyak kasus
kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak-
anak.
Untuk mendapatkan surat itu aku minta tolong
kepada suster yang biasa mengurus surat-surat.
Namun kami mengalami kesulitan karena pada
surat ijin tinggalku tercantum keterangan bahwa
aku tidak diijinkan bekerja di luar biara. Meskipun
statusku hanya sebagai relawan, tetap tidak
diijinkan. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi aku
tidak dapat melanjutkan membantu di sekolah ini.
Untuk sementara terpaksa aku berhenti, meski
guru-guru merasa kecewa karena anak-anak sudah
dekat denganku. Namun demikian aku tetap
berusaha untuk mendapatkan surat itu, sambil
berdoa: “Tuhan jika Engkau menghendaki,
24
tunjukkanlah jalan bagiku sehingga aku bisa
mendapatkan surat yang dibutuhkan itu. Aku
percaya jikaTuhan menghendaki, itu pasti akan
terjadi. Kuungkapkan masalah ini pada salah satu
suster anggota DPP yang kemudian ia minta tolong
kepada Bpk. F. Pijpers untuk membantu
mendapatkan surat tersebut dari pemerintah kota.
Dalam waktu 2 minggu akhirnya aku mendapatkan
surat itu. Aku sangat bersyukur karena aku dapat
hadir kembali di antara anak-anak. Setelah masa
stage tiga bulan berakhir, guru-guru bertanya
kepadaku apakah aku masih mau meneruskan
bekerja sebagai relawan di sekolah ini atau tidak.
Untuk itu aku meminta pertimbangan DPU dan DPP.
Mereka menganjurkan agar aku melanjutkan
apostolat ini. Kemudian aku menghadap direktur
sekolah Adelante untuk menyampaikan
keinginanku. Ia sangat senang bahwa aku mau
membantu lagi di sekolahnya. Selanjutnya aku
hanya harus mengirimkan surat permohonan untuk
menjadi relawan kepada direktur melalui e-mail.
Kesempatan hadir di sekolah ini, pada awalnya
hanya untuk stage, sekarang kualaminya sebagai
kesempatan untuk ambil bagian dalam
keprihatinan-Nya dengan melayani anak-anak yang
memerlukan pendampingan khusus. Aku sangat
bahagia melihat anak-anak bisa bergembira dan
tertawa. Anak-anak yang polos dan bisa merasakan
sikap orang lain apakah orang itu mencintai atau
menolak mereka. Dua bulan yang lalu ada anak
baru di kelas yang aku bantu. Pada awalnya ia
nampak takut ketika melihatku namun belum
sampai setengah jam, dia sudah mau bermain
denganku, bahkan sekarang ia menurut
terhadapku. Kecuali itu aku juga belajar banyak
dari guru-guru dan para asisten yang dengan tulus
dan penuh cinta serta kesabaran dalam melayani
anak-anak. Aku pun belajar juga dari semangat dan
usaha anak-anak yang luar biasa, serta kepolosan
mereka. Sungguh suatu rahmat bahwa aku dapat
mengalami semua ini. Terima kasih Tuhan.
Pengalaman ini membuat aku semakin percaya
bahwa jika Tuhan menghendaki, itu pasti akan
terjadi. Semoga nama Tuhan dimuliakan dan
sesama diabdi dengan tulus ikhlas.
Patung ini menggambarkan semangat dan pelayanan para suster CB
dan dibuat sebagai tanda terima kasih.
252525252525
Compostela adalah sebuah kota di mana aku
dibesarkan. Kota ini terletak di bagian pusat
Provinsi ComVal, dari Matina Aplaya, Davao City
tiga jam naik bis - dengan jalan yang semuanya
diaspal yang membuat nyaman perjalanan pulang
pergi ke daerah tersebut. Pohon-pohon dan sawah
di samping jalan raya nasional juga menjadi atraksi
utama di daerah ini yang mengungkapkan
keindahan alam yang anggun dan merupakan daya
tarik untuk memasuki kawasan ini. Di tengah-
tengah kota mengalirlah Sungai Agusan yang lebar
yang membagi dua kota yang berdekatan dari
Compostela dan Montevista. Hasil utama pertanian
dari Compostela adalah pisang dan padi, beberapa
tanaman lain seperti jagung, sayuran dan tomat
juga ada tetapi tidak banyak. Perkebunan pisang
bekerja sama dalam memasarkan pisang segar dan
ekspor ke luar Filipina dalam jumlah besar dengan
kapal. Dengan demikian menjadi salah satu
industri terbesar yang mencapai sekitar 45 persen
dari total pendapatan kota. Pemerintah daerah
mengusahakan sistem irigasi, sistem pembuangan
dan kanal untuk membantu petani lokal
memaksimalkan hasil pertanian.
Compostela Provinsi ComVal, dikenal sebagai
lembah berbentuk mangkuk yang dikelilingi
danau, sungai, pegunungan, bukit-bukit dan
pohon-pohon raksasa yang secara geografis
melindungi kawasan itu dari topan yang
menghancurkan. Ya! Selama ini, saya belum
Compostela dihantam Topan Pablo
Sr. Amelita A. IntervencionMusuan, Filipina
Sr. Amelita bersama anak-anak muda Keuskupan Davao City
26
pernah mengalami topan di sini, di Mindanao
seperti di Luzon dan bagian lain dari Filipina di
mana topan sering terjadi di berbagai tempat.
Karena itulah saya bersyukur kepada Allah karena
Mindanao telah dikenal sebagai daerah bebas
topan. Namun tiba-tiba datang berita peringatan
bahaya bahwa topan Pablo juga akan menerjang
Mindanao.
Yang terakhir pada 4 Desember 2012, topan kuat
telah menerjang Mindanao khususnya di kawasan
di Compostela, New Bataan dan Davao Oriental.
Angin kencang, hujan lebat, tanah longsor dan
banjir bandang, topan telah mengakibatkan ribuan
penduduk kehilangan rumah mereka, sekolah,
gereja, jembatan dan bangunan lainnya serta
fasilitas umum tak luput dari kehancuran. Banyak
orang masih bergulat mengatasi trouma dan
kenangan mengerikan atas kehancuran akibat
topan Pablo. Jumlah korban jiwa sudah mencapai
lebih dari seribu jiwa termasuk mereka yang
dinyatakan hilang. Tingkat kerusakan sumber
penghidupan rakyat sangat luas. Pejabat
pemerintah dan beberapa ahli memperkirakan
bahwa untuk memulihkan kembali mata
pencaharian rakyat terutama petani akan
memakan waktu lebih dari sepuluh tahun.
Kurangnya pasokan makanan, air, pakaian, obat-
obatan dan hal-hal lainnya bagi para korban
terutama yang tinggal di pusat-pusat evakuasi
menyebabkan mereka menjadi lemah dan sakit-
sakitan. Sebagian besar dari para korban sudah
khawatir tentang bagaimana mereka dapat
mempertahankan hidup mereka dalam beberapa
bulan dan tahun mendatang jika bantuan dan
operasi bantuan lainnya berhenti. Bantuan dari
pemerintah, Gereja dan beberapa organisasi non-
pemerintah tidak akan mecukupinya. Untuk itu
kampanye pengumpulan dana masih terus
diperkuat.
Ketika aku mengunjungi keluargaku di Compostela
pada tanggal 9 Desember lalu, mata saya tidak bisa
percaya bagaimana sebuah provinsi yang damai,
tempat kami biasanya tidak terdengar dalam berita
kini hancur lebur. Rumah, bangunan, pertanian dan
kota-kota di Davao Oriental semua hancur
diterjang topan Pablo. Hal itu sangat memilukan.
Tidak ada kata-kata yang dapat mengungkapkan
kehancuran tiga kota dan benar-benar hilang
lenyap. Dihapus oleh topan atau tornado dan bukan
hanya sebuah topan biasa. Beberapa bagian dari
rumah kami yang dibawa oleh arus air yang
mengamuk, terutama dapur kami. Ladang kami di
Valma kini gundul, pohon kelapa dan pisang hancur
total. Kami memiliki lahan di Gabi Compostela dari
warisan nenek moyang kami, tetapi juga
tercerabut oleh Pablo dan hanya sedikit yang
tersisa. Betapa menyedihkan!
Jalan menuju rumah keluaraga Sr. Amelita
di Valma Compostela
272727272727
Kami, dalam sebuah kelompok yang terdiri dari
enam suster: tiga suster dari Komunitas Kloosterhof
dan tiga suster dari Komunitas Carolus bersama
Sr. Floriana dan Sr. Hedwig dari komunitas Stella
Maris, diminta untuk menelusuri kembali
perjalanan hidup kami masing-masing. Sr. Hedwig
mendampingi dua murid yang mendapat tugas dari
sekolah mereka untuk membantu kami dalam
kegiatan tersebut.
Dua murid yang masih sangat muda, Dionne 15
tahun dan Eveny 16tahun, mendapat tugas dari
sekolah mereka untuk bekerjasama dengan
sekelompok orang lanjut usia dari sebuah panti
adiyuswa atau lembaga lainnya. Mereka harus
melakukan kegiatan pelatihan ini sebanyak 30 jam.
Untuk itu mereka memilih tempat pelatihan di
Onder de Bogen. Ini berarti mereka harus
bekerjasama dengan kami. Tentu saja mereka
merasa asing terhadap kami yang sudah lanjut
usia. Mereka kalem, sopan dan dapat
mendengarkan dengan baik. Mereka datang ke
Onder de Bogen bersama-sama sepulang dari
sekolah selalu tepat pada waktunya. Mereka sangat
teliti dalam membantu kami mengerjakan tempel
menempel, mewarnai gambar, melukis, dan
merekatkan gambar/foto pada plak boek. dll.
PPPPPerjalanan hidup dari masa kerjalanan hidup dari masa kerjalanan hidup dari masa kerjalanan hidup dari masa kerjalanan hidup dari masa ke masae masae masae masae masa
Sr. Cypriana KerkhofMaastricht, Nederland
Sr. Cypriana (tengah berlutut) bersama kelompok pembuat ‘plakboek’
28
Di sela-sela kegiatan kami dapat minum kopi/teh.
Sr. Hedwig dan Sr. Floriana memperhatikan segala
sesuatunya agar kegiatan berjalan dengan baik.
Jika perlu mereka membatu membuat foto copy,
foto atau apa saja yang kami perlukan.
Perjalanan hidup dari masa ke masa bagi setiap
orang berbeda. Perjalanan itu dimulai dengan
tempat dan tanggal lahir masing-masing.
Selanjutnya pengalaman hidup dan berkarya. Hal
ini juga berbeda bagi setiap pribadi. Kemudian,
asal usul dan pekerjaan orangtua masing-masing.
Demikian juga mengenai kakek-nenek, jumlah
kakak adik dan nama mereka. Sesi ini sungguh
menyenangkan karena kami mengingat semuanya
dan kemudian menuliskannya.
Masa sekolah dengan segala sesuatunya: sekolah
mana, pendidikan apa, para guru dll… Sebagian
besar dari kami pada tahun 1940-1945 mengalami
perang yang mengakibatkan banyak penderitaan.
Sedapat mungkin semua pengalaman itu dicatat.
Karena itu kami harus merenung dengan baik
untuk mengingat-ingat kembali pengalaman
tersebut. Banyak hal yang muncul kembali dalam
ingatan kami, sehingga membuat dua siswa, Sr.
Floriana dan Sr. Hedwig terheran-heran. Pada
waktu itu banyak keluarga rajin berdoa, di gereja
dan di sekolah juga masih ada doa. Siapa yang tidak
kenal lagi kelaparan musim dingin dan kebutuhan
akan pakaian dan alas kaki? Itu adalah TAHUN-
TAHUN BERAT yang kami alami. Pada waktu itu
banyak orang yang tidak selamat. Banyak tentara
dan orang-orang muda lainnya dieksekusi,
terutama orang Yahudi, kami tidak melihat anak-
anak Yahudi kembali lagi ke sekolah.
Hal-hal lain selama masa-masa sekolah, pramuka,
pelajaran menyanyi, menjaga anak tetangga atau
membantu pekerjaan rumah tangga. Sebagian
besar keluarga pada jaman itu adalah keluarga
besar dan selalu membutuhkan bantuan. Di
sekolah sendiri juga banyak hal yang harus
dilakukan misalnya memperhatikan agar lemari
tetap bersih dan rapi. Masing-masing pada
gilirannya harus memperhatikan dan mengisi
keranjang batubara. Ada kalanya di sekolah
kekurangan batubara maka kami duduk di bangku
dengan mengenakan jaket atau kami berjingkrak-
jingkrak di gang supaya badan menjadi hangat.
Ibu guru datang dari kota dengan bersepeda dan
sering terlambat. Pada waktu itu di kota tidak ada
lagi barang-barang yang dijual, tetapi ia tahu
bagaimana bisa mendapatakan barang yang
dibutuhkan. Meskipun dalam keadaan sulit namun
kami mendapat pendidikan yang sangat baik dari
para guru. Beberapa guru tinggal di desa kami juga
Bpk. Ryuis kepala sekolah kami. Semua
diperlakukan dengan baik dan jika ada kesulitan
kami datang kepada Pastor van Kampen di gereja
yang dekat dengan sekolah. Pastor paroki seorang
gembala yang sangat baik. Ia bersama guru-guru
mengurus agar anak-anak mendapat susu
tambahan dan sekolah sudah harus di buka jika
anak-anak datang sesudah Misa.
Setelah Misa kami masih harus sarapan, karena
kami tidak boleh makan sebelum Misa pagi.
Begitulah pada jaman dulu. Tidak semua anak
memiliki roti dan jodohnya maka kadang-kadang
kami berbagi dengan yang lain. Saya mempunyai
daging yang di goreng enak sekali dengan itu saya
sudah merasa sangat kaya. Tetapi kadang-kadang
hanya makan roti yang diolesi mentega saja.
Kadang-kadang kami juga mempunyai sirup bit
merah buatan sendiri. Walaupun demikian
keadaannya kami masih dapat bergembira
bersama.
Sekolah Dasar segera berlalu. Tetapi kami harus
sekolah paling tidak selama 14 tahun jika mau
meneruskan sekolah lebih lanjut. Untuk
melanjutkan sekolah kami harus pergi ke kota.
292929292929
Juga jika melanjutkan sekolah kerumahtanggaan.
Saya sendiri tinggal di rumah membantu ibu
mengurus rumah tangga. Setelah perang, adik
kami yang bungsu lahir. Ketika ia lahir kakaknya
sudah berusia lebih dari 9 tahun, sukacita atas
kelahirnyanya hingga kini masih tetap terasa. Di
rumah selalu ada banyak pekerjaan. Ayahku
seorang wiraswasta kecil, yang harus bekerja keras
agar dapat memberi nafkah keluarga. Keluarga
kami terdiri dari ayah, ibu dan 7 anak. Sementara
itu dua kali seminggu saya pergi ke kota untuk
kursus menjahit pada seorang ibu bernama
Middelkoop. Dari padanya saya banyak belajar.
Karena perang baru saja berakhir maka tidak
banyak barang yang dapat dibeli untuk membuat
sesuatu yang baru. Kami hanya memperbaiki atau
menambal pakaian yang rusak. Pada saat itu ada
banyak pakaian yang terbuat dari kertas.
Disamping itu saya juga mengerjakan pembukuan
rumah. Karena saya senang maka sayapun belajar
pembukuan. Tinggal di rumah saja kadang-kadang
juga membosankan. Pada suatu ketika saya ingin
mempunyai uang saku sendiri dengan membatu
rumah tangga orang lain atau menjaga anak.
Mendapat uang dari rumah rasanya tidak mungkin.
Saya juga menjadi anggota salah satu organisasi,
kadang-kadang juga ke dance group, dsb.
Setelah bekerja di sana sini, aku merasa
penggilanku untuk masuk biara semakin jelas.
Untuk itu saya membicarakannya dengan pastor
dan seorang yang aku percayainya. Di rumah saya
tidak dapat mebicarakannya bahkan saudara-
saudaraku selalu mengatakan bahwa itu bukan
panggilanku. Orangtuaku sendiri tidak percaya
bahwa itu panggilanku. Semuanya lalu menjadi
sulit bagiku. Tetapi Tuhan tidak membiarkan aku
terlepas. Keinginanku itu tidak menyenangkan
orangtua karena pada waktu itu berbeda dengan
jaman sekarang. Masuk biara berarti tidak bisa
pulang dan hanya boleh dikunjungi tiga bulan
sekali serta tidak dapat lagi makan bersama
keluarga jika mereka mengunjunginya. Namun
kelak semuanya itu akan berubah, kita sekarang
hidup dalam situasi yang sangat berbeda dengan
situasi jaman dahulu. Kita semua mengalami
banyak perubahan …. Namun Allah tetap sama.
Jatuh dan bangun siapa yang tidak mengalami
dalam hidupnya? Saya tidak pernah menyesali
pilihan jalan hidupku. Jatuh bangaun merupakan
saat untuk menyembuhkan semua luka dan
memperdalam kehidupan kita, memperkuat iman,
harapan dan cinta yang kita perjuangkan serta
memberi semangat untuk menyongsong masa
depan dengan penuh harapan.
Pada hari terakhir diadakan permainan ‘sjoelbak’.
Dua murid itu dengan gembira juga ikut serta
dalam permainan yang kami selenggarakan.
Setelah masa pelatihan berakhir, Sr. Hedwig masih
menanyakan kesan-kesan mereka selama mereka
berada di antara kami. Mereka mengatakan bahwa
mereka merasa senang bersama kami. Semoga
kamipun dapat berarti bagi mereka. Mereka
berjanji jika mereka lulus ujian akan datang ke
biara untuk bercerita. Mendengar itu semua kami
merasa senang. ‘Plakboek’ itu belum selesai sama
sekali namun bila anda ingin melihatnya silahkan
datang kepadaku.
Saya menghargai dan berterimakasih kepada Sr.
Hedwig dan Sr. Floriana yang mengurus segala
sesuatunya bagi kami. Kegiatan ini merupakan
tugas yang tidak mudah namun jika kita sudah
memulainya akan merasakan bahwa kegiatan ini
sangat menyenangkan. Memang benar bahwa
manusia tidak pernah terlalu tua untuk belajar
atau melakukan sesuatu.
30
Apakah kita memiliki nabi atau nabiah dalam
dunia modern ini? Mungkin ya mungkin juga, siapa
tahu? “ Beginilah firman tuhan: “Karena tiga
perbuatan jahat Israel, bahkan empat, Aku tidak
akan menarik kembali keputusanku: Oleh karena
mereka menjual orang benar karena uang dan
orang miskin karena sepasang kasut mereka
menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam
debu dan membelokkan jalan orang sengsara”.
(Amos 2. 6-7)
Tidak dapat diragukan lagi bahwa situasi yang
berabad-abad yang lalu masih terjadi pada jaman
sekarang. Saya ingin berbagi keprihatinan saya
kepada Anda sekalian, umat Allah mengenai
masyarakat Kibera.
KKKKKaum Raum Raum Raum Raum Religius menyuarakeligius menyuarakeligius menyuarakeligius menyuarakeligius menyuarakanananananmerekmerekmerekmerekmereka yang tidak mempunyai suaraa yang tidak mempunyai suaraa yang tidak mempunyai suaraa yang tidak mempunyai suaraa yang tidak mempunyai suara
Sr. Regina MassaweNdala, Tanzania
Sr. Regina Massawe (tengah)
313131313131
Kibera adalah kawasan kumuh yang terbesar di
Afrika yang terletak hanya beberapa km sebelah
selatan ibu kata Nairobi, Kenya, dihuni oleh
700.000 orang. Pikiran saya menjadi gundah
mengekpresikan perasaan saya ketika menyaksikan
meningkatnya ketidakadilan terhadap rakyat
Kibera. Setiap kali saya melihat rumah-rumah
padat dan jalan-jalan yang buruk hatiku sedih dan
meneteslah air mataku. Populasi penduduk sangat
tinggi tidak sebanding dengan jumlah sekolahan,
rumah sakit, tempat rekreasi dan tempat-tempat
lainnya. Padahal justru orang-orang inilah yang
memilih para anggota parlemen. Saya merasa
saatnya telah tiba untuk membantu mereka. Paling
tidak menurut saya.
Meskipun pada kenyataannya orang-orang yang
tinggal di daerah ini dieksplioitasi, namun mereka
tetap tinggal di sana karena tidak jauh dari
kawasan ini adalah daerah industri. Daerah
industry yang ditandai oleh sebuah barak ilegal
yang luas dan bobrok didirikan di sepanjang jalur
kereta api dikelilingi sampah dan segala sesuatu
yang meluap dari selokan yang terbuka. Pada
dasarnya Kibera adalah daerah yang sangat
tercemar dan tak layak huni. Mayoritas
penduduknya adalah penyewa barak tersebut dan
setiap pagi berjalan kaki yang cukup jauh untuk
mencari nafkah di kota atau di daerah industri.
Demi keinginannya yang kuat akan kemajuan,
pemerintah saat ini di bawah rezim Mwai Kibaki
telah memutuskan untuk membangun jalan bypass
yang menerjang perkampungan kumuh. Untuk itu
tigapuluh hari setelah pengumuman, mulailah
pemerintah melakukan penggusuran. Bagi banyak
orang hal ini merupakan operasi yang tidak jelas
akibat kurang pemberitaan dalam mass media.
Beberapa orang bahkan tidak mengerti istilah-
istilah teknis yang digunakan dalam pengumuman
tersebut dan beberapa hanya mendengar desas-
desus/kabar angin dan yang lain bingun dan tidak
tahu kemana membaringkan kepala, mereka hanya
mendengar dan melihat wajah murka buldoser
besar.
Oh Tuhan tolonglah kami, kami berenang dalam
darah panas, kami tidak tahu harus kemana. Ini
adalah seruan yang terdengan dari setiap sudut
Kibera. Seorang nabi dibutuhkan untuk
menyelamatkan umat Allah. Dari mana dia akan
datang? Tuhan yang berbelas kasih tidak akan
meninggalkan orang yang tertindas diinjak-injak
oleh orang yang seharusnya mengulurkan tangan
berbelas kasih kepada mereka.
Dapatkah di sini Gereja melakukan sesuatu? Situasi
ini tidak bisa dipertahankan. Kita harus
bergandengan tangan untuk menyelamatkan
situasi. Gereja diundang untuk berpartisipasi
secara aktif untuk melawan tindakan yang tidak
manusiawi dan membuktikan bahwa Gereja tidak
hanya peduli dengan dimensi spiritual masyarakat
tetapi juga peduli akan segi moral dan keadilan
sosial. Kita masih mempunyai Nabi Amos di
masayarakat kita jaman sekarang. Orang-orang
dari Kibera berteriak:”Dimana saja kau para
pemimpin Gereja?” Seruan ini ditujukan kepada
kita masing-masing. Kita tidak harus menunggu
sampai segala sesuatunya menjadi sangat buruk.
Tetapi selalu aktif mengkritik jika segala sesuatu
berjalan salah dan bersemangatlah jika semuanya
berjalan baik. Melakukan hal itu merupakan tugas
suci.
Penindasan terhadap orang-orang Kibera
mempercepat pertemuan Uskup serta para imam
dan kemudian bertemu dengan Presiden Kibaki.
Hal itu efektif karena kemudian penggusuran di
daerah kumuh Kibera dihentikan. Dengan cara itu
Gereja di Kenya dipandang sebagai hati nurani
masyarakat. Namun masih ada banyak lagi yang
harus dilakukan, untuk lebih menantang
32
pemerintah dan mencari kemungkinan alternatif
secara akurat untuk mengurus terutama situasi
‘anawim’ ini, masyarakat yang tidak memiliki
suara. Para religius dan umat Allah, harus berjalan
di depan dalam perjuangan mereka untuk
membantu pemerintah melakukan keadilan tanpa
diskriminasi bagi semua orang dalam masyarakat.
Ini adalah peran yang ditugaskan bagi kita. Sebagai
nabi kita tidak seharusnya takut untuk menyebut
naman koruptor dan tak henti-hentinya membela
hak rakyat.
Apa peran Anda di sini sebagai religius? Apakah
Anda bersedia untuk membela kebenaran? Kadang-
kadang kita lupa bahwa kita adalah religius dan
kita justru melakukan hal-hal yang sebaliknya.
Alih-alih memberikan perlidungan bagi mereka
yang miskin dan kurang beruntung, kita malahan
berpaling kepada mereka yang kaya (pejabat
pemerintah) dan melupakan orang-orang kecil.
Kita berefleksi sendiri dengan kelompok manakah
kita bergaul: dengan orang kaya, orang miskin
ataukah kita berperan sebagai seorang nabi? Jika
kita tersesat kembalilah kepada Tuhan dan mohon
pengampunan. Dia hadir untuk kita. Biarlah orang
mengenal nabi Amos dalam diri kita. Sebelum
terlambat kita harus menyadari hal itu, apabila
kita tetap memihak kepada orang kaya,
kesenjangan antara yang miskin dan kaya akan
semakin dalam dan lebar.
Sebagai pengikut Kristus kita disanrankan untuk
bergabung untuk mengikuti jejaknya. Saya tidak
berpikir bahwa saya memiliki hak untuk menanyai
orang yang diurapi Tuhan, tetapi masih
bersabarkah terhadapku jika secara sopan aku
bertanya:”Apakah peran Anda sebagai dalam hal
ini semua pastor, diakon? Apa peran Anda sebagai
religius perempuan?” Apakah dengan tidakan Anda
orang melihat Anda sebagai nabi Allah?
Refleksikanlah sendiri; kembalilah kepada perintah
Allah. Ini adalah warna warni untuk mendengarkan
dan memperhatikan bahwa kita masing-masing
sama di hadapan Allah dan diciptakan menurut
citra-Nya. Namun demikian, eskatologi
mengungkapkan kepada kita bahwa kita tidak
hanya harus tampil di hadapan Allah, tetapi juga
akan dinilai berdasarkan cinta kita terhadap
sesama kita. Semoga Allah memberkati kita untuk
menjaga perdamaian di dunia dan selalu tetap
setia pada tugas yang dipercayakan kepada kita.
333333333333
Pengantar
Artikel ini adalah cuplikan dari analisis penelitian
saya pada refleksi tingkat kedua yang berjudul:
“Suster CB dan Mitra Perutusan di Filipina Menuju
Gereja Orang Miskin” Sebuah studi fenomenologis1.
Pertanyaan pada judul di atas bisa menjadi
pertanyaan pada diri kita sendiri dan semua orang
beriman pada generasi kita dengan dunia teknologi
sekuler yang sangat beragam. Bagaimana
panggilan kita sebagai Suster CB menantang kita
dalam membangun Gereja Orang Miskin yang
otentik?
PPPPPanggilan religius dan Gereja orang miskinanggilan religius dan Gereja orang miskinanggilan religius dan Gereja orang miskinanggilan religius dan Gereja orang miskinanggilan religius dan Gereja orang miskinBagaimana memelihara dan mengahayatinya?Bagaimana memelihara dan mengahayatinya?Bagaimana memelihara dan mengahayatinya?Bagaimana memelihara dan mengahayatinya?Bagaimana memelihara dan mengahayatinya?
Apa relevasinya pada jaman sekApa relevasinya pada jaman sekApa relevasinya pada jaman sekApa relevasinya pada jaman sekApa relevasinya pada jaman sekarang?arang?arang?arang?arang?
Sr. Cletha F. BaayBohol - Filipina
Sr. Cletha (tengah) bersama para suster komunitas Bohol
1 Graduate Thesis pada Asian Social Institute, September 2008
34
Tantangan pribadi
Dalam saat-saat hening dan dalam perjumpaan
pribadi yang mendalam dengan diri sendiri dan
dengan Allah, saya menyadari bahwa panggilan
untuk melayani ditawarkan oleh Allah bagi setiap
orang terlepas dari keadaan hidup seseorang,
apakah seseorang adalah religius, menikah atau
tidak menikah. Perjalanan kita (saya dan asisten
penelitianku) di Flores de Mayo2 memainkan peran
penting dalam panggilan kita untuk melayani,
sebuah jalan awal panggilan Tuhan. Hidup religius
adalah panggilan khusus yang dipengaruhi langsung
oleh lingkungan kita misalnya: orangtua, kakek-
nenek, atau keterlibatan wali dalam kegiatan
religius yang merupakan dasar bagi kita sebagai
anak-anak. Pelajaran agama dari sekolah dan
organisasi juga faktor yang kuat dalam dasar
panggilan.
Meskipun kesadaran iman dan rasa yang mendalam
akan Tuhan sudah dikembangkan pada usia muda,
seseorang tidak bisa hanya membuat komitmen
yang kuat saja. Lingkungan sosial dan politik juga
dapat menantang panggilan dan keinginan untuk
mengasihi dan melayani, terutama jika ada
penganiayaan dari Gereja yang mengakibatkan
revolusi People Power seperti dalam kasus Filipina.
Sebagian dari kita mengalaminya selama rezim
diktator Marcos. Tanda-tanda zaman
memungkinkan panggilan untuk bertunas dan
bertumbuh dan dipelihara dengan doa. Oleh
karena itu kami ditantang untuk menanggapi
panggilan dari saat ke saat dalam waktu dan
konteksnya.
Bahkan jika aku berjuang untuk menerima
keterbatasanku sebagai pribadi, imanku dan
kepercayadirianku membuatku menjadi vokal dan
aktif dalam advokasi sosial. Saya mencoba dengan
caraku sendiri yang sederhana untuk merangkul
misi Gereja dan visi Kongregasi untuk berada dalam
“pilihan preferensial bagi mereka yang menderita
ketidakadilan dalam masyarakat”3. Saya mengakui
bahwa ada tantangan besar untuk secara radikal
menghayati kaul kemiskinan, kemurnian dan
ketaatan. Ada tantangan baru yang muncul yang
kita hadapi, menjadi efektif dan afektif bagi orang-
orang miskin yang merasa bahwa mereka berada
dalam pinggiran struktur Gereja. Hubungan kita
yang dangkal dapat membuat mereka merasa
seperti itu. Mereka merasa bahwa mereka adalah
bagian dari kita ketika kita dengan mereka atau
bahkan mereka mungkin tidak merasakan
kehadiran kita walaupun kita hadir diantara
mereka secara fisik. Kerasulan kehadiran hanya
efektif jika kita berziarah dengan perjuangan
mereka, rasa sakit, dan merayakan kemenangan
dan sukacita dengan mereka.
Namun, hamba Tuhan secara individu memiliki
identitas yakni jika ia berada dalam dirinya
menyadari dirinya milik Tuhan sendiri. “Meditasi,
berdoa, visualisasi dapat mempengaruhi kejadian
lahiriah kita.”4 Kesadaran kita akan Allah secara
terus menerus dapat berdampak pada kekuatan
transformatif sosial kepada masyarakat dan dunia.
Tantangan bagi Kongregasi
Komunitas religius kita dengan anggota yang
berasal dari latar belakang budaya yang beragam,
dapat lebih memberikan kesaksian dan inspirasi
kepada umat paroki jika para suster bekerja dan
hidup harmonis dengan arah dan visi yang sama.
Bentrokan mungkin ada karena beberapa
perbedaan, tetapi dimensi iman komunitas
memancarkan kasih dan pelayanan kristiani dalam
konteks yang lebih luas daripada komunitas bila
setiap orang berusaha untuk menghayati dan
2 Ritual keagamaan populer dalam masyarakat Filipina, berupa persembahan bunga pada Bunda Maria selama bulan Mei.3 Konstitusi dan Pedoman Kongregasi CB # 40.4 Disampaikan Dr. Mina Ramirez dalam kuliah “Spiritualitas dan Pembentukan Manusia yang Utuh”, 2005.
353535353535
memberi kesaksian akan visi dan misi Kongregasi
yang berakar pada nilai-nilai Injil Yesus.
Kharisma Bunda Elisabeth adalah dasar dari
kesaksian hidup kita sehari-hari sebagai suster
dalam melaksanakan pelayanan. Untuk
memperdalam kehidupan religius kita, kita
memperbarui kesadaran kita dengan situasi dalam
konteks global, nasional dan lokal yang menantang
kita untuk bekerja ke arah pembaruan dan
transformasi Gereja dan masyarakat. Kita perlu
terus-menerus diperbarui sebagai orang beriman
dan memberikan kontribusi terhadap
pembentukan manusia sebagaimana kita melihat
ke dalam peran kita sebagai religius dan awam
dalam Gereja. Kita perlu untuk memperdalam dan
mengintensifkan komitmen kita berdasarkan
kharisma, visi dan misi Kongregasi dan pembaruan
Evangelisasi Gereja secara terpadu.
Tantangan Bagi Gereja
Kekayaan pengalaman yang saya peroleh dalam
Gereja telah memperkuat komitmen saya untuk
secara total melayani Gereja yang berada dalam
situasi rumit. Masih selalu ada pengingat objektif
akan kebutuhan dan urgensi dari umat basis yang
mendorongan untuk mewujudkan Gereja kaum
miskin yang otentik. Para klerus lebih aktif dan
sabar daripada imam diosesan dalam
melaksanakan perubahan gerejawi di paroki
mereka. Gereja partisipatif PCP II5 lebih terlihat
di paroki dijalankan oleh imam religius. Para
pemimpin awam merasa diberdayakan dengan
proses konsultasi, pengorganisasian, perencanaan,
pembagian tugas dan evaluasi. Ini memperkuat
komitmen mereka dan menegaskan potensi
mereka dalam pelayanan. Kepemimpinan
partisipatif meningkatkan semangat kesukarelaan.
Kunjungan rumah dan relasi pribadi dengan
relawan kaum awam yang berkaitan dengan awam
relawan, berteman dengan keluarga mereka untuk
mendorong para pemimpin berkomitmen.
Ketika saya menyelami kehidupan orang miskin
saya menemukan bahwa masalah-masalah yang
dihadapi oleh Gereja sangat luas. Mereka tidak
hanya membutuhkan hal-hal liturgis dan
sakramental, tetapi juga transformatif dan proses
perkembangan. Keterlibatan Gereja dalam
advokasi sosial seperti anti-kemiskinan, kesadaran
ekologis, sensitivitas gender, kampanye
antikorupsi, dll merupakan aspek pembebasan
tidak langsung menanggapi pengentasan
kemiskinan. Jaringan dengan instansi lain dan
kelompok membantu kami memberikan pelayanan
yang efektif kepada masyarakat miskin. Berbagi
cerita dalam karya pastoral, mendengarkan
kepedihan dan perjuangan, keberhasilan dan
kemenangan yang mencerahkan dan mendorong
dan membantuku untuk mendapatkan kekuatan.
Hubungan kerja dengan perempuan awam, religius
perempuan lain, religius laki-laki dan klerus tidak
selalu berjalan mulus, tapi saling mendukung
meningkatkan efektivitas yang menunjukkan
komitmen pelayanan dan pastoral. Konflik
kepentingan kita dapat diselesaikan melalui dialog
dan terus menerus mendengarkan, melihat
masalah-masalah secara obyektif yang
mempengaruhi pelayanan kita serta
mengesampingkan prasangaka pribadi kita.
Mungkin peraturan, gaya hidup kita atau bahkan
pandangan kita pada dunia telah jauh dari orang
miskin dan menghalangi jalan masuk menuju
spiritual dan material yang mereka butuhkan. Hati
kita sering tidak siap untuk memahami kenekatan,
kekasaran, ketidaksopanan dan kebodohan
5 Pleno Dewan Filipina kedua, 1991.
36
mereka. Kita mengunci pintu kita untuk
melindungi diri kita sendiri. Kami lebih peduli
perbaikan, memperindah bangunan dengan
konstruksi yang canggih.
Gereja harus terpadu dan holistik dalam melayani
masyarakat miskin. Masyarakat dihadapkan dengan
banyak masalah saat budaya kekerasan menembus
setiap serat masyarakat dan keluarga. Anak-anak
dan perempuan menderita karena budaya
patriarki. Pria, baik secara materi kaya atau
miskin, dapat menjadi kasar terhadap perempuan
yang menangis untuk keadilan. Gereja tidak
terhindar dari dosa ini. Para korban perlu
keberanian besar untuk memperjuangkan
keadilan. Daya tahan terhadap penganiayaan
adalah kasih karunia yang perlu kita mohon dari
Tuhan. Penyelenggara pelayanan pastoral kepada
para korban pelecehan seksual adalah tuntutan
yang perlu kita tanggapi. Gereja juga harus
menghadapi proses pemurnian.
Kesimpulan
Masalah tersebut dan masalah-masalah lainnya
hampir tidak dapat dibicarakan dalam lingkungan
kaum muda. Pembicaraan mereka berkisar tentang
bagaimana membarui telepon seluler dan iPod,
siapa teman-teman mereka di jejaring sosial
seperti facebook, misalnya gosip apa yang paling
banyak mereka temukan di twitter. Mengindahkan
panggilan Allah untuk pelayanan dan panggilan
hidup religius merepakan fenomena yang langka
dilingkungan orang-orang muda jaman sekarang.
Mungkin ada beberapa orang yang bisa
mendengarkan dan merespon tetapi membutuhkan
banyak dukungan dari keluarga dan teman-teman
serta doa berlimpah dari kita yang sudah masuk
dalam hidup religius. Tapi di atas semua itu kita
juga membutuhkan doa untuk diri kita sendiri agar
tidak terkejut dengan godaan-godaan sehingga kita
bisa menunjukkan perbedaan antara kehidupan
religius dan dunia sekuler.
373737373737
Seiring dengan bertambahnya usia dan tidak gesit
lagi, maka dengan sendirinya kontak kami dengan
dunia luarpun juga berkurang. Bertahun-tahun
saya bekerja sama dengan sekelompok orang tua.
Pada saatnya hal itu juga berakhir. Oleh karena
itu saya juga tidak lagi aktif keluar, dan saya
merasa kehilangan itu. Tinggal di rumah! Kini
tibalah saatnya bagiku untuk memperdalam
kehidupanku dan aku memiliki banyak kesempatan
untuk itu. Walau kami tinggal di rumah saja tetapi
jika kita mau melihat di sekeliling kita, di sana
ada banyak hal yang dapat dilakukan. Namun
kadang-kadang itu membosankan juga. Pada suatu
ketika saya diminta untuk berpartisipasi dalam
kegiatan ‘pelatihan sosial’ dua murid dari sekolah
St. Maartens. Untuk kegiatan pelatihan tersebut
mereka datang ke biara kami.
Bentuk dan materi kegiatan
Bagi mereka kehidupan biara adalah hal yang sama
sekali asing dan merupakan tanda tanya besar.
Kami, beberapa suster diminta berpartisipasi,
Masih ada yang dapat kMasih ada yang dapat kMasih ada yang dapat kMasih ada yang dapat kMasih ada yang dapat kuberikuberikuberikuberikuberikanananananSr. Mariëtto SchipperMaastricht, Nederland
Sr. Mariëtto
38
untuk membuat plak book ‘Perjalanan menapaki
kehidupan dari masa ke masa’. Dalam proses
pembuatan ‘plak boek’ itu kami dibantu oleh dua
siswa tersebut diatas. Proses kegiatan itu diawali
dengan presentasi power point mengenai asal usul
Kongregasi kita. Kemudian sampailah kami pada
percakapan tentang: panggilan, doa, karya dan
sebagainya.
Merupakan hal yang sulit menjelaskan kepada
mereka mengenai panggilan dan seluk beluknya.
Banyak pertanyaan yang mereka ajukan kepada
kami misalnya: Apakah Anda tidak pernah pulang
lagi ke rumah? (keluarga). Apakah Anda bisa
memilih jenis pekerjaan yang ingin Anda lakukan?
Apakah Anda boleh ke Afrika atau ke daerah misi
lain?
Plakboek “Perjalanan menapaki kehidupan” jelas
bukan sebuah buku yang nantinya dapat
diterbitkan, tapi semacam klaper dengan
ringband. Halaman-halaman dengan teks singkat
misalnya: keterangan kapan dan di mana Anda
dilahirkan, nama orang tua, dan pendidikan yang
telah diperolehnya. Jenis pertanyaan kemudian
diperluas pada hal-hal yang menuntun masuk ke
dalam percakapan yang mendalam, dari sanalah
terjadi percakapan yang bermakna. Setelah 10 kali
melaksanakan pelatihan, dua siswa harus membuat
laporan untuk kami dan kami membuat laporan
juga untuk disampaikan ke sekolah mereka.
Baik dari pihak siswa maupun dari pihak kami,
proyek pelatihan ini berjalan dengan baik dan
lancar. Tidak semua pertanyaan dapat kami jawab,
dan memang tidak perlu di jawab semuanya.
Mereka sekarang tahu bahwa kita adalah orang-
orang biasa. Mungkin pada suatu ketika mereka
akan mengunjungi biara kita lagi. Tanggapan
mereka terhadap kami sangat positif. Pada tahun
berikutnya pasti akan ada siswa baru yang datang
lagi untuk stage (pelatihan) di biara kita.
Dari kegiatan itu kami memperoleh pengalaman
yang bermakna. Kamipun akan mengingat mereka
dalam doa-doa kami.
Demikianlah, meskipun kami tidak dapat lagi
berbuat banyak namun masih ada sesuatu yang
dapat kami berikan dimana kelak mereka dan kami
juga akan memiliki sesuatu.
393939393939
Saat itu hampir tengah malam. Dia tertidur
nyenyak menantikan hari kedua “Misa Aguinaldo”.
Keluarganya sepakat untuk mengikuti Misa fajar
sembilan hari berturut-turut, sebagai persiapan
Hari Natal. Agar dapat menyelesaikan novena itu
maka semua orang harus tidur lebih awal supaya
dapat bangun pagi-pagi pukul 03.00, karena
mereka harus berada di Gereja jauh lebih awal
dari jadwal yang ditentukan agar mereka
mendapatkan tempat duduk yang terbaik.
Dengan bergegas ibunya membangunkan dan
menginstruksikannya agar ia naik ke atap rumah
Di mana rumahkDi mana rumahkDi mana rumahkDi mana rumahkDi mana rumahkuuuuuSr. Crisencia LagunsatDavao City, Filipina
Sr. Cresencia bersama anggota koor ‘St. Jude’ dalam ‘Outreacht Program’
mengunjungi anak-anak di Pusat pembelajaran di Badjao, Davao.
mereka. Dia melihat lantai dua rumah sudah
tergenang air. Meskipun belum mengerti apa yang
terjadi, dengan panik ia mengikuti perintah
ibunya. Melalui celah sempit yang yang dibuat
dengan melipat salah satu atap seng, ia berhasil
bergabung dengan dua saudara perempuannya
yang sudah bangun dan sudah berada di atas atap.
Dengan tergopoh-gopoh ibunya bergabung dengan
mereka juga. Di sekitar mereka terjadi keributan
dan orang-orang berteriak-teriak minta tolong atau
berteriak memberi beberapa petunjuk kepada
yang lain.
40
Di atas atap mereka berkumpul, dalam keadaan
basah dan kedinginan, mereka berdoa bersama.
Tiba-tiba, dia merasa atap bergerak dan dalam
beberapa detik mereka telah dibawa oleh amukan
arus air berlumpur yang penuh dengan berbagai
macam kotoran. Anak itu menyadari dirinya
sendirian juga dibawa arus air, ia menangis
memangggil-manggil ibunya minta tolong. Ia
merasa terbentur sesuatu benda keras dan kuat
dan ia berpegangan pada benda itu sampai pagi
hari. Semalam suntuk ia dalam kegelapan, dan
hanya bisa mendengar teriakan orang-orang minta
tolong di tengah-tengah suara gemuruh yang
mengerikan. Air berlumpur bersama segala macam
benda menerjang rumah dan segala sesuatu di
sepanjang jalan.
Dalam terang sinar matahari pagi, anak itu
menyadari dirinya berdiri di atas tiang listrik. Dia
tetap aman karena memeluk tiang listrik dengan
kokohnya. Dia melihat ke bawah dan sekitarnya.
Nampak sungai yang tenang; potongan-potongan
kayu berserakan, segala macam puing-puing, serta
tubuh manusia dan hewan yang mati di sekitarnya.
Tidak ada tanda-tanda di mana keberadaan desa
mereka. Dia mendongak ke langit dan melihat
langit jernih dan biru! Hari yang cerah ... tidak
hujan ... tidak ada air berlumpur membawa segala
macam benda yang mengamuk ke dalam rumah
dan di sepanjang jalan. Tidak ada teriakan dan
tangisan minta tolong. Ini adalah hari yang cerah
dan indah! Itu hanya mimpi buruk, pikirnya.
Lalu ia mendengar suara yang memanggil
namanya. Ternyata suara ibunya diatas sebuah
pohon Kecapi. Bersama dengan beberapa orang
lain dia diselamatkan oleh pohon yang bertahan
dari amukan banjir bandang. Ia bertemu kembali
dengan ibunya dan bergabung dengan para korban
lainnya, mereka semua mulai mencari anggota
keluarga masing-masing dan orang-orang terkasih
yang hilang terpisah dari mereka.
Pada mulanya, bagi anak berumur delapan tahun
kejadian itu hanya mimpi buruk ... ya, hanya
mimpi buruk. Tetapi pada hari berikutnya ia harus
mencari dua kakak perempuannya dan ayahnya,
hidup atau mati. Selain itu, ia bertanya-tanya di
mana tempat yang mereka sebut RUMAH mereka,
di mana mereka dapat ditemukan, selanjutnya
hanya kenangan yang tetap ada dalam hidupnya.
Cerita ini adalah kisah nyata dari salah satu korban
banjir bandang di kota-kota Cagayan de Oro, Iligan
di Mindanao, Filipina baru-baru ini. Ribuan orang
tewas dan banyak yang masih dianggap hilang.
Anak tersebut di atas akhirnya bertemu kembali
dengan ayahnya tetapi dua saudara perempuannya
sampai saat ini tidak ditemukannya. Banjir
bandang karena hujan deras yang dibawa oleh
topan Sendong, tanah yang tererosi, potongan kayu
dan banyak jenis puing disebabkan penebangan
sembarangan, perkebunan atau agribisnis dan
pertambangan. Dalam memberikan pelayanan
kepada para korban, jaringan CB-Filipina bekerja
sama dengan organisasi non-pemerintah.
Misa Aguinaldo juga dikenal sebagai Misa de Gallo,
misa ini berasal dari Spanyol yang mengacu pada
Misa Kudus dan “Aguinaldo” yang berarti hadiah.
Jadi, berpartisipasi dalam misa fajar selama 9 hari
berturut-turut sebelum Hari Natal merupakan
salah satu persembahkan bagi YESUS yang baru
lahir. Gallo berarti ayam jantan yang berkokok dini
hari. Jadi, Misa de Gallo adalah Misa Kudus yang
dirayakan dini hari dan ayam jantan yang berkokok
mengumumkan fajar hari baru.
414141414141
42
KolofonKolofonKolofonKolofonKolofon
CB Inter InNomer 64, Juni 2013CB Inter In terbit dalam tiga bahasa
Staf RedaksiSr. YulitaSr. Jane Ann
Cover & Lay-outSr. Dwina dan tim
Alih bahasaSekretariat generalat
Alamat redaksiP.O. Box 206, 6200 AE Maastricht
E-mailcbinterin@gmail.com
Websitewww.cbsisters.net
434343434343
44
top related