buku pedoman praktikum mikrobiologi - fkk umj
Post on 04-Oct-2021
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
PENYUSUN : TIM PENGAJAR MIKROBIOLOGI
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2
TIM PENYUSUN
dr. Rayhana M. Biomed
Galila Aisyah Latif Amini, S.Keb.Bd.
EDITOR
Galila Aisyah Latif Amini, S.Keb.Bd.
3
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum,Wr.Wb.
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat selesai menyusun buku Panduan Praktikum
Mikrobiologi ini. Penuntun praktikum mikrobiologi ini disusun untuk membantu mahasiswa
dalam melaksanakan praktikum mata kuliah Mikrobiologi, sehingga dapat menguasai
ketrampilan di laboratorium secara maksimal sesuai dengan apa yang didapat selama
mengikuti
perkuliahan.
Penuntun praktikum mikrobiologi ini mencakup pengenalan mikroskop, tata cara
penggunaan mikroskop, pengamatan mikroba sederhana, pemeriksaan Golongan darah dan
pemeriksaan Pap Smear. Disadari bahwa penyusunan buku ini belum lah sempurna, maka
masukan yang positif dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan di masa datang. Semoga
buku ini bermanfaat bagi kita semua
Waalaikumsalam,Wr.Wb.
Jakarta, April 2017
Tim Penyusun
4
PENDAHULUAN
MUKADIMAH
“78. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku, 79. dan
Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu, 80. dan apabila aku sakit, Dialah
yang menyembuhkan Aku, 81. dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan
aku (kembali), 82. dan yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari
kiamat”. (asy-Syu’araa’: 78-82)
Hadits
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya, dari shahabat Abu Hurairah
bahwasanya Nabi bersabda,
“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya”
Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah, beliau berkata bahwa Nabi bersabda,
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia
akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
5
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
VISI
Menjadi Program Studi D-III Kebidanan RSIJ Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta yang kompetitif dan terkemuka dalam Menghasilkan Tenaga
Pelayanan Kebidanan yang Profesional dan Islami tahun 2020.
MISI
Dengan berpedoman pada visi di atas, Program Studi (PS) D-III Kebidanan mempunyai misi:
1. Melaksanakan pembelajaran yang inovatif dalam berbagai bidang Kebidanan dan
unggul dalam Kebidanan Komunitas berdasarkan evidence based.
2. Melaksanakan penelitian berbagai bidang kebidanan di area komunitas melalui
kemitraan dengan berbagai pihak di tingkat regional maupun nasional.
3. Mengembangkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama
Interprofesional Education dalam bidang kebidanan.
4. Mengaktualisasikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai islami dalam menyelenggarakan
program studi kebidanan.
6
COURSE OUTLINE MATA KULIAH
1. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini memberi kemampuan kepada mahasiswa untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi dalam memberikan asuhan kebidanan di dasari konsep, sikap dan
keterampilan sesuai dengan kewenangannya dengan pokok bahasan konsep dasar
mikrobiologi, mikrobiologi dasar, konsep dasar imunologi, pencegahan infeksi, infeksi
nosokomial, sterilisasi dan desinfeksi, Konsep dasar system imunologi, Jamur yang
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui, Macam-macam uji mikrobiologi,
virologi, Konsep dasar nosokomial, Penatalaksanaan cara pencegahan infeksi
nosokomial
2. CAPAIAN PEMBELAJARAN UMUM
Mengetahui prinsip Mikrobiologi secara umum dan berkaitan dengan praktik
kebidanan sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan di tatanan pelayanan
Kesehatan .
CPL PRODI
S3
S9
Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila
Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri
P1 Menguasai konsep teoretis sistem reproduksi, prinsip dan konsep umum biomedik,
kesehatan masyarakat, sosiologi, antropologi budaya, dan ilmu komunikasi
KU2 Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur
KU4 Mampu menyusun laporan hasil dan proses kerja secara akurat dan sahih serta
mengomunikasikannya secara efektif kepada pihak lain yang membutuhkan
KK1
KK3
KK4
Mampu memberikan asuhan antenatal tanpa komplikasi untuk mengoptimalkan kesehatan
selama kehamilan, yang peka terhadap kebudayaan setempat
Mampu memberikan asuhan dan memandu persalinan yang aman, sehat, peka terhadap
kebudayaan setempat, serta menangani situasi kegawatdaruratan untuk mengoptimalkan
kesehatan ibu dan bayinya yang baru lahir sesuai dengan kode etik profesi bidan
Mampu memberikan asuhan pada ibu nifas dan bayi baru lahir sehat sampai usia 5 tahun
CP-MK
M1 Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep dasar mikrobiologi
M2 Mahasiswa mampu menjelaskan Mikrobiologi Dasar
M3 Mahasiswa mampu menjelaskan Dasar-dasar bakteriologi
M4 Mahasiswa mampu menjelaskan Dasar-dasar virologi
M5 Mahasiswa mampu menjelaskan Dasar-dasar mikologi
7
M6 Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep dasar system imunologi
M7 Mahasiswa mampu menjelaskan proses adaptasi psikologi pada masa nifas
M8 Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep dasar pencegahan infeksi
M9 Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep tentang infeksi nosokomial
M10 Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan mikrobiologi
M11 Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan jenis bakteri melalui pewarnaan
8
BAB I
PENGENALAN MIKROSKOP
9
Mikroskop :
Mikroskop merupakan alat yang sangat erat hubungannya dengan mikrobiologi, hal ini
dikarenakan kita harus bekerja dengan mikrobia yang ukurannya sangat kecil. Mikroskop
adalah alat yang sangat peka sehingga harus digunakan dengan hati-hati. Apabila saudara
masih raguh dalam penggunaannya mintalah pertolongan dengan para asisten saudara.
Kebersihan dari alat ini juga harus dijaga. Setiap praktikan harus membersihkan
mikroskopnya apabila telah selesai
Cara kerja :
Lensa objektif berfungsi untuk pembentukan bayangan pertama dan menentukan struktur serta
bagian renik yang akan terlihat bayangan akhir serta kemampuan untuk memperbesar objek
sehingga dapat memiliki suatu ukuran daya pisah suatu lensa objektif yang akan menentukan
daya pisah spesimen sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai
suatu dua benda terpisah. Lensa adalah lensa yang terdapat dibagian ujung atas tabung
berdekatan dengn mata pengamat dan berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan
oleh lensa objektif sampai 4 hingga 25 kali. Lensa kondensor merupakan lensa yang berfungsi
mendukung terciptanya pencahayaan pada objek yang akan dilihat sehingga dengan
pengaturan yang tepat maka akan diperoleh daya pisah maksimal.
Lembar diskusi :
10
BAB II
MENGGUNAKAN MIKROSKOP
1. Letakkan mikroskop di tepi meja kerja
2. Letakkan preparat pada meja preparat (stage)
3. Naikkan kondensor setinggi-tingginya dan diafragma dibuka selebar-lebarnya
4. Cahaya diputar seerang-terangnya (light intensity control knob)
5. Amati preparat dari ukuran lensa objektif terendah
6. Naikkan meja preparat dengan memutar makrometer atau tombol pengatur kasar
(coarse focus knob) secara perlahan hingga jarak cukup dekat dengan lensa objektif
7. Lihat preparat melalui lensa okuler
8. Cari bayangan preparat dengan mengatur micrometer atau tombol pengatur halus (fine
focus knob) secara perlahan hingga bayangan terlihat jelas
9. Atur cahaya melalui difragma hingga penyinaran baik
10. Untuk pemeriksaan dengan menggunakan lensa objektif 100x, tambahkan minyak
emersi 1 tetes dan langsung diamati kembali.
Lembar diskusi :
11
BAB III
PENGAMATAN MIKROBA DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP
(DEMONSTRASI)
1. Pengamatan terhadap jamur
pengamatan ini tidak membutuhkan pewarnaan, sehingga dapat langsung diamati
dengan menggunakan lensa objektif 10x dan 40x, kondensor diturunkan serendah-
rendahny, diafragma di tutup (sesuai dengan kebutuhan cahaya)
Lembar diskusi :
12
Lembar diskusi
13
2. pengamatan terhadap bakteri
a. pewarnaan sederhana : pewarnaan ini menggunakan 1 macam zat warna
b. pewarnaan gram : pewarnaan ini menggunakan 2 macam zat warna, berguna untuk
mengetahui bakteri apakah termasuk gram positif (badan kuman berwana ungu)
atau gram negatif (badan kuman berwarna merah)
Lembar diskusi :
14
Lembar diskusi
15
BAB IV
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO
Pemeriksaan Golongan Darah ABO pertama kali ditemukan oleh seorang ahli Patologi
Amerika kelahiran Austria yang bernama Karl Landsteiner, pada tahun 1900an. Antigen utama
dalam sistem ABO ini disebut dengan antigen A dan antigen B dan antibodi utama adalah anti
- A dan anti - B. Gen yang menentukan ada tidaknya aktivitas A atau B terdapat pada
kromosom nomor 9. Pada Orang normal yang berumur di atas 6 bulan selalu mempunyai
antibodi yang dapat bereaksi dengan antigen A atau B apabila antigen bersangkutan tidak
terdapat dalam erihtrositnya sendiri.
Pemeriksaan Golongan Darah sistem ABO ini dapat dibagi menjadi empat golongan darah,
yaitu :
1. Golongan darah A : Erythrosit mengandung aglutinogen A dan serum mengandung
aglutinin anti B
2. Golongan darah B : Erythrosit mengandung aglutinogen B dan serum mengandung
aglutinin anti A
3. Golongan darah O : Erythrosit tidak mengandung aglutinogen dan serum mengandung
aglutinin anti A dan aglutinin anti B
4. Golongan darah AB : Erythrosit mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B
sedangkan pada serum tidak mengandung aglutinin apapun.
Meskipun anti - A dan anti - B bereaksi secara spesifik dan kuat dengan erytrosit yang relevan
serta adanya rangsangan untuk pembentukan anti - A dan anti - B tidak ditimbulkan oleh
erytrosit itu sendiri. Pada Orang-orang dengan golongan darah A hanya membentuk anti-B dan
mereka dengan golongan darah B hanya dapat membentuk anti-A. Sedangkan Orang-orang
dengan golongan darah O mempunyai baik anti-A maupun anti-B didalamnya, dan yang
golongan darah AB tidak memiliki anti-A dan anti-B.
16
Cara Menetukan Antigen dan Aglutinogen pada Pemeriksaan Golongan Darah ABO
Anti - A dan anti - B pada Pemeriksaan Golongan Darah ABO ini merupakan aglutinin yang
kuat dan mudah dinyatakan pada pemeriksaan laboratorium. Aglutinin ini dapat dengan cepat
menghancurkan erytrosit tidak kompatibel yang masuk dalam sirkulasi melalui aktivitas
komplemen. Satu-satunya cara erytrosit inkompatibel golongan darah ABO masuk dalam
sirkulasi adalah melalui transfusi darah yang salah, kecuali pada beberapa kasus dimana
erytrosit janin masuk kedalam sirkulasi darah ibu pada waktu hamil atau pada saat melahirkan.
Reaksi transfusi hemolitik pada umumnya bisa disebabkan oleh kesalahan dalam identifikasi
penderita atau kesalahan sampel darah penderita, donor dan atau kesalahan administrasi.
Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen yang terdapatdalam darah.
Disamping itu juga dilakukan penetapan jenis aglutinin yang terdapat dalam serum (Reverse
Grouping dan Serum Grouping). Terdapat beberapa cara untuk menentukan golongan darah
seperti dengan cara Objek glass dan dengan cara Tabung.
(Dikutip dari artikel pemeriksaan golonan darah :
http://www.tesdarahlengkap.com/2014/11/pemeriksaan-golongan-darah.html)
RHESUS
Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya antigen D di
permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini
diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh
Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan
darah Rh- (Rhesus Negatif). Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah
merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+ (Rhesus Positif).
Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO dengan
menambahkan “+” bagi pemilik faktor rhesus atau “-“ bagi yang tidak memiliki faktor rhesus
dalam darahnya, sehingga kita mengenal golongan darah A+ atau A
-, B
+ atau B
-, AB
+ atau AB
-,
dan O+ atau O
-.
Delapan puluh lima persen penduduk dunia memiliki faktor rhesus (Rh+) dalam darahnya,
sementara 15% nya tidak memiliki faktor rhesus (Rh-) dalam darahnya.
PEMERIKSAAN SEDERHANA GOLONGAN DARAH DAN RHESUS
Persiapan
Persiapan penderita: tidak memerlukan persiapan khusus
Persiapan sample: Larutan sel darah merah yang akan diperiksa dari darah utuh
Prinsip: Reaksi antigen-antibodi berupa penggumpalan (aglutinasi)
17
Alat dan bahan:
Serum yang terdiri atas:
serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau,
serum anti-B biasanya berwarna kuning,
serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tak berwarna
serum anti-D (Rhesus) biasanya tidak berwarma/bening
18
Pemeriksaan
Cara Slide
Pada sebuah kaca obyek (slide) teteskan 1 tetes serum anti A disebelah kiri, 1 tetes
tetes serum anti B ditengah, dan 1 tetes serum anti AB disebelah kanan. Pada kaca
obyek yang lain teteskan 1 tetes serum anti-D (anti Rhesus) disebelah kiri dan 1 tetes
serum yang akan diperiksa sebagai kontrol disebelah kanan.
Pada masing-masing serum teteskan 2 tetes darah yang akan diperiksa, campurkan
dengan cara menggoyangkan kedepan dan kebelakang, sambil diamati adanya
gumpalan (aglutinasi) berupa titik-titik halus seperti pasir yang akan terjadi.
Pengamatan dilakukan dalam waktu 2 menit setelah percampuran serum dan darah
yang akan diperiksa
Kesalahan dapat terjadi dalam pembacaan secara kasat mata karena gumpalan yang
terjadi bisa sangat halus dan tidak terlihat, pastikan secara mikroskopik
Aglutinasi terjadi pada Penilaian
anti-A anti-B anti-AB anti-D golongan darah Rh
+ - + + A Positif
- + + + B Positif
+ + + - AB Negatif
- - - - 0 Negatif
Sumber kesalahan
1. Masing-masing serum tidak boleh tercemar oleh serum yang lain.
2. Suspensi eritrosit juga tidak boleh tercemar oleh panel sel.
3. Kalau hasil pengamatan aglutinasi meragukan, maka dapat diamati dibawah
mikroskop.
Published by dr. Natalina
(Dikutip dari artikel pemeriksaan sederhana golongan darah dan rhesus :
http://www.rhesusnegatif.com/article-detail.php?id=157)
19
Lembar diskusi :
20
BAB V
PAP SMEAR
1. Definisi Pap Smear
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat
adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda
awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008). Pap Smear
merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian
diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah
dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada
sel-sel leher rahim (Diananda, 2009).
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap
saat, kecuali pada saat haid (Dalimartha, 2004). Pap Smear pertama kali diperkenalkan
tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel, namun mulai populer sejak
tahun 1943 (Purwoto & Nuranna, 2002).
2. Manfaat Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan
pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker
dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah (Dalimartha, 2004).
Pap Smear mampu mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal sehingga lesi dapat
ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif (Crum, Lester, & Cotran, 2007).
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus
endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah
operasi dan setelah mendapat kemoterapi dan radiasai.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa
ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran
pada hamil muda
d. Menentukan proses peradangan
21
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri
dan jamur.
3. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear . Menurut Soepardiman (2002), Manuaba
(2005), Rasjidi(2008), Sarwono (2011).
1. Persiapan alat, alat yang akan digunakan, meliputi spekulum Bivalve (cocor
bebek),cytobrush, spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda,
dan alkohol 95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior,
serviks uterus, dan kanalis servikalis.
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
Gambaran serviks normal
5. Terlebih dahulu dilakukan tindakan pengambilan sampel endoserviks (dari
kanalisservikalis), karena kandungan musin yang banyak mencegah
pengeringan sel. Ini penting, terutama bila sampel sel berada dalam satu kaca
benda.
6. Sangat dianjurkan mengambil bahan endoserviks dengan cytobrush,
pengambilandengan lidi kapas (cotton bud).
22
7. Setelah diyakinkan cytobrush mencakup keseluruhan kanalis servikalis
dilakukan pemutaran sehingga sel melekat pada sikat tersebut.
8. Sel yang diperoleh dipindahkan ke kaca benda dengan memutar cytobrush
(bukan dengan menggesek lurus) sehingga mengisi sebagian kaca benda yang
telah diberi nomor atau nama masing- masing pasien (dianjurkan kaca benda
frosted end atau yang mudah ditulis dengan pencil).
9. Selanjutnya untuk pengambilan bahan ektoserviks dengan spatula Ayre (ujung
yang pendek) dimasukkan ke dalam endoserviks sedalam mungkin, dimulai
dari arah jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam.
10. Bila pada pemeriksaan/inspekulo ditemukan kelainan cerviks bermakna,
dilakukan pengambilan sampel khusus (diagnostic pap smear).
11. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah
diberi tanda dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.
12. Masukkan segera (dalam hitungan detik) apusan pada kaca benda ke dalam
botol berisi cairan fiksasi etil alkohol, di beberapa negara fiksasi dilakukan
dengan semprotan (spray fiksatif, bukan hair spray).
13. Bila sediaan apus akan dikirim dengan pos ke laboratorium sitologi, sediaan
direndam di dalam cairan fiksasi paling sedikit 30 menit, keluarkan dan
keringkan di udara terbuka. Sediaan apus jangan direndam dalam cairan fiksasi
lebih dari 1 minggu karena akan terjadi distorsi sel.
14. Kemudian sediaan yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam wadah
transport dan dikirim ke ahli patologi anatomi. Untuk diproses dan diperiksa.
23
DAFTAR PUSTAKA
Crum, C.P., Lester, S.C., Cotran, R.S., 2007. Sistem Genitalia Perempuan dan Payudara.
In:Hartanto, H., et al., ed. Buku Ajar Patologi (vol. 2), 7thed. Jakarta: EGC. 767-770.
Dalimartha Setiawan. 2000.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : TrobusAgriwidya
Diananda, Rama,.2009.Panduan lengkap Mengenal Kanker, Jogjakarta: Mirza Media Pustaka
Manuaba, I.B.G.I.A. 2007. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Purwoto, G. & Nuranna L., 2002. Metode Skrinning Alternatif pada Kanker Serviks. In:
Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 142-143.
Rasjidi, I. Irwanto, Y. Wicaksono, B., 2008. Kanker Serviks. Jakarta : Sagung Seto.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Soepardiman. 2002. Cermin Dunia Kedokteran: Pemeriksaan Pap Smear.
Bibiana, 2010. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raya Grafindo Persada. Jakarta.
Hadioetomo, 1990.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT. Gramedia. Jakarta
Hafrah. 2009. Mikrobiologi Umum. Program Studi Biologi. UIN Alauddin
Makassar.Makassar
top related