bhd bhl pediatri
Post on 21-Oct-2015
4 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BANTUAN HIDUP DASAR
1. Lakukan penilaian korban
Nilai respon korban dan kesadaran
Nilai pernafasan
Penilaian korban dan aktivasi system keamanan tidak boleh lebih dari 10 detik
2. Aktifkan sistem keamanan dan minta pertolongan
Teriak untuk minta pertolongan dan minta bantuan pada orang lain
3. Airway Control (Penguasaan Jalan Nafas)
Bila tidak ditemukan respons pada korban maka langkah selanjutnya adalah penolong
menilai pernafasan korban apakah cukup adekuat. Untuk menilainya maka korban harus
dibaringkan terlentang dengan jalan nafas terbuka.
Lidah paling sering menyebabkan sumbatan jalan nafas pada kasus-kasus korban
dewasa tidak ada respons, karena pada saat korban kehilangan kesadaran otot-otot akan
menjadi lemas termasuk otot dasar lidah yang akan jatuh ke belakang sehingga jalan
nafas jadi tertutup. Penyebab lainnya adalah adanya benda asing terutama pada bayi dan
anak.
Beberapa cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk membebaskan jalan nafas
a. Angkat Dagu Tekan Dahi :
Teknik ini dilakukan pada korban yang tidak mengalami trauma pada kepala,
leher maupun tulang belakang.
b. Perasat Pendorongan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver)
Teknik ini digunakan sebagai pengganti teknik angkat dagu tekan dahi. Teknik ini
merupakan teknik yang aman untuk membuka jalan nafas bagi korban yang mengalami
trauma pada tulang belakang. Dengan teknik ini, kepala dan leher korban dibuat dalam
posisi alami / normal.
Membersihkan Jalan Nafas
- Posisi Pemulihan
Bila korban dapat bernafas dengan baik dan tidak ada kecurigaan adanya cedera leher,
tulang punggung atau cedera lainnya yang dapat bertambah parah akibat tindakan ini
maka letakkan korban dalam posisi pemulihan atau dikenal dengan istilah posisi miring
mantap.
Posisi ini berguna untuk mencegah sumbatan dan jika ada cairan maka cairan akan
mengalir melalui mulut dan tidak masuk ke dalam saluran nafas.
- Sapuan Jari
Teknik hanya dilakukan untuk penderita yang tidak sadar, penolong menggunakan
jarinya untuk membuang benda yang mengganggu jalan nafas.
4. Bantuan pernafasan (breathing support)
Bila pernafasan seseorang terhenti maka penolong harus berupaya untuk
memberikan bantuan pernafasan.
Teknik yang digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan yaitu:
a. Menggunakan mulut penolong:
1. Mulut ke masker RJP
2. Mulut ke APD
3. Mulut ke mulut / hidung
b. Menggunakan alat bantu:
Masker berkatup
Kantung masker berkatup (Bag Valve Mask / BVM)
Nafas buatan dilakukan dengan cara:
a. Pada usia kurang dari satu tahan, pasang sungkup alat bantu nafassesuai ukuran
sehingga dapat menutup mulut dan hidung, kemudian rapatkan
b. Pada usia satu tahun, pasang sungkup alat bantu nafas sesuai dengan ukuran sehingga
dapat menutup mulut, rapatkan dan lubang hidup dijepit dengan ibu jari dan telunjuk
penolong
c. Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas) lakukanlah tiupan nafas buatan
dengan mulut atau balon (bag) resusitasi.
Bila dilakukan dengan mulut, tarik nafas, kemudian tiup dan lihat pengembangan
dada.Bila dada tidak mengembang, perbaiki posisi kepala dan bila tetep tidak
mengembang pikirkan kemungkinan sumbatan jalan nafas. Hal yang sama dilakukan
dengan balon resusitasi. Tiupan dilakukan 1-1.5 detik dan lihat pengembangan dada.
Lakukan peniupan (nafas buatan) sebanyak 2-5 kali. Bila denyut nadi baik, lakukan
tiupan 12-20 kali per menit. ( satu tiupan setiap 3-5 detik).
Saat memberikan bantuan pernafasan petunjuk yang dipakai untuk menentukan
cukup tidaknya udara yang dimasukkan adalah gerakan naiknya dada. Jangan sampai
memberikan udara yang berlebihan karena dapat mengakibatkan udara juga masuk
dalam lambung sehingga menyebabkan muntah dan mungkin akan menimbulkan
kerusakan pada paru-paru. Jika terjadi penyumbatan jalan nafas maka lakukan
kembali Airway Control.
Beberapa tanda-tanda pernafasan:
Adekuat (mencukupi)
- Dada dan perut bergerak naik dan turun seirama dengan pernafasan
- Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut / hidung
- Korban tampak nyaman
- Frekuensinya cukup (12-20 x/menit)
Kurang Adekuat (kurang mencukupi)
- Gerakan dada kurang baik
- Ada suara nafas tambahan
- Kerja otot bantu nafas
- Sianosis (kulit kebiruan)
- Frekuensi kurang atau berlebihan
- Perubahan status mental
Tidak Bernafas
- Tidak ada gerakan dada dan perut
- Tidak terdengar aliran udara melalui mulut atau hidung
- Tidak terasa hembusan nafas dari mulut atau hidung
Bila menggunakan masker atau APD, pastikan terpasang dengan baik dan tidak
mengalami kebocoran udara saat memberikan bantuan pernafasan.
5.Bantuan Sirkulasi
Penilaian sirkulasi darah dengan memeriksa denyut nadi setelah dilakukan 2-5
kali nafas buatan. Pemeriksaan denyut nadi harus dilakukan kurang dari 10 detik.
Tempat pemeriksaan sebaiknya di daerah umbilicus pada bayi baru lahir, arteri
brakialis pada bayi, dan arteri karotis pada anak. Pijat jantung dilakukan pada
bradikardi atau henti jantung.
Tempat pijatan pada ½ bagian bawah tulang dada dengan kedalaman pijatan 1/3
tebal dada. Pada bayi, pijatan dilakukan dengan menggunakan ibu jari atau dua jari
(telunjuk dan jari tengah), pada anak kurang 8 tahun dengan pangkal telapak tangan
terbuka dan dibantu oleh tangan yang satu di atasnya.
Pijat jantung dilakukan sekitar 100x/menit pada bayi dan anak, sedangkan pada
neonatus sekitar 120x/menit. Koordinasikan antara gerak pijat jantung dan gerak nafas
buatan dengan perbandingan pijatan jantung dan nafas buatan 15:2 (bila dilakukan
oleh 2 penolong) atau 30:2 (satu penolong). Perbandingan tersebut berlaku pada semua
umur kecuali bayi baru lahir.
AHA mengeluarkan algoritma baru bantuan hidup dasar pada anak pada tahun 2010,
seperti terlihat pada skema 1. Bantuan hidup lanjut tampak pada algoritma lampiran 2
dan 3.
top related