bermain terapeutik jadi.docx
Post on 30-Dec-2014
600 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BERMAIN TERAPEUTIK
A. Definisi
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional,
dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak serta suara (Wong, 2000)
B. Tujuan
1.1 Tujuan Umum :
Melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan kognitif, emosional dan
meminimalkan kecemasan pada anak akibat dampak hospitalisasi di rumah sakit
1.2 Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan hubungan perawat – klien,
b. Meningkatkan kognitif pada anak,
c. Sosialisasi dengan teman sebaya / orang lain,
d. dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stres di RS
e. Melanjutkan perkembangan anak di rumah sakit
f. Menimbulkan rasa kerjasama,
g. Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.
C. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.
D. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk
anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan
aktivitas motorik baik kasar maupun halus
E. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak
akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-
mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia
telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan
untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini
akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
F. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang
nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia
sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah
adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan
keluarga.
G. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan
ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan
akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
H. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya
menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral
dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami
dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
I. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat
diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan
kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga
akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan
mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang
telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan
yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah
membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang
yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler
dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan
nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting
peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain
dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
J. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yasng sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk
itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan.
Hal tersebut terutama terjadi pada anak yang belum mampu
mengekspresikannya secra verbal. Dengan demikian, permainan adalah media
komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas
kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak
melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau
melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok
bermainnya.
K. Prinsip Bermain
a. kelompok umur yang sama
b. pertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c. tidak banyak energi
d. permainan Pasif (Mendengarkan Musik)
e. permainan sederhana, tidak kompleks
f. tidak bertentangan dengan pengobatan dan perawatan
g. waktu bermain melibatkan orang tua dan keluarga
L. Kriteria Anggota Kelompok
a. Kelompok bermain anak Toodler
b. Anak yang bermain kooperatif
c. Anak tidak menangis
M. Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi :
a. Anak lelah,
b. Anak bosan,
c. Anak merasa takut dengan lingkungan,
d. Anak rewel
e. Anak Menagis
f. Jadwal kunjung keluarga
N. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan :
a. Membatasi waktu bermain.
b. Music bervariasi / tidak monoton.
c. Jadwal bermain disesuaikan tidak pada waktu terapi.
d. Terlebih dahulu memberikan penjelasan pada anak dan orang tua.
e. Melibatkan perawat / petugas ruangan dan orang tua.
f. Konsultasi dengan pembimbing.
O. Rencana Pelaksanaan
a. Judul Permaianan : Musik Anak
b. Jumlah anak : ..... orang
c. Usia Anak : 1-3 tahun
d. Tanggal Pelaksanaan :
e. Lama /Waktu bermain : 30 Menit
f. Alat-alat yang di perlukan : Lagu-lagu Anak
Rencana Pelaksanaan :
No Terapis Waktu Subjek terapi1 Persiapan
a. Menyiapkan ruangan.b. Menyiapkan alat-alat.c. Menyiapkan anak dan keluarga
10 menitRuangan,alat,anak dan keluarga siap
2 Proses :a. Membuka proses terapi bermain
dengan mengucapkan salam, memperkenalkan diri.
b. Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang tujuan dan manfaat bermain, menjelaskan cara permainan.
c. Mengajak anak bermain musik (lagu-lagu anak)
d. Mengevaluasi respon anak dan keluarga.
2 menit
5 menit
10 menit
3 menit
Menjawab salam, Memperkenalkan diri, Memperhatikan
Bermain bersama dengan antusias dan mengungkapkan perasaannya
3 Penutup (1 menit).Menyimpulkan, mengucapkan salam
5 menit Memperhatikan dan menawab salam
1. DEFINISI BERMAIN
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional,
dan social dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian
atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000)
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan,
tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai (Suhendi et al, 2001)
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan.(Supartini, 2004)
2. PERKEMBANGAN PADA ANAK TOODLER
a. Parameter Pertumbuhan
Tinggi dan berat badan meningkat, yang menggambarkan pertumbuhan.
Toddler tumbuh 7,5 cm pertahun. Berat badan juga bertambah 1,8-2,7 kg
pertahun. Berat badan BBL pada usia 2,5 tahun. Lingkar kepala sama dengan
lingkar dada pada usia 1-2 tahun.
b. Perkembangan Kognitif
piaget
1. Fase sensorikmotorik (antara usia 12-24 bulan) meliputi 2 sub tahap pada
masa toddler yaitu : reaksi sirkuler tersier a(usia 12-18
tahun)menyangkut eksperimen uji coba dan eksplorasi keras hati,
kombinasi mental (usia 18-24 bulan)menyangkut perhitungan mental
untuk melengkapi cara-cara untuk menyelesaikan tugas.
2. Fase operasional meluas dari sekitar usia 2-4 tahun, anak menggunakan
pikiran-pikiran yang sesuai untuk mengingat masa lalu, memperlihatkan
sekarang dan mengantisipasi pada masa yang akan dating. Selama masa
ini, anak membentuk konsep yang tidak lengkap atau logis menurut
orang dewasa dan membuat klasifikasi sederhana. Menggabungkan satu
peristiwa dengan peristiwa serempak. Anak juga menunjukkan pikiran
yang egosentrik (ego)
c. Perkembangan Psikososial
Erikson mengistilahkan krisis psikososial yang dihadapi seorang anak
toddler adalah ptonomi versus shame dan doubt (otonomi melawan malu dan
ragu-ragu). Tema psikososial adalah untuk memegang dan melepaskan. Toddler
telah mengembangkan rasa kepercayaan dan siap untuk menegaskan rasa
pengontrolan permulaannya, kemandirian dan otonomi. Toddler mulai untuk
menguasai individuilisasi (membedakan diri sendiri dan orang lain), pemisahan
dari orang tua, mengontrol pada fungsi tubuh, berkomunikasi dengan kata-kata,
kemahiran perilaku yang dapat diterima secara social, dan ionteraksi egosentris
pada orang lain.
d. Perkembangan Motorik
1) Motorik kasar
Ketrampilan motorik kasar yang utama adalah lokomosi. Pada usia 15
bulan anak berjalan tanpa bantuan. Pada usia 18 bulan anak berjalan
menaiki tangga dengan satu tangan berpegangan. Pada usia 24 bulan
anak berjalan menaiki dan menuruni tangga satu tahap setiap kalinya
2) Motorik halus
Pada usia 15 bulan anka menyusun mainan balok (dua balok keatas).
Padsa usia 18 bulan anak menyusun tiga sampai empat balok ke atas.
Pada usia 24 bulan anak menirukan gerakan vertical. Pada usia 30 bulan
anak menyusun delapan balok keatas, anak juga dapat menyalin lintasan
e. Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Pada tahap anal, secara khas berlangsung pada usia 8 bulan sampai 4
tahun, zona-zona erogen adalah anus dan bokong dan aktivitas seksual
mengeluarkan dan menahan feses. Pada tahap ini, anak focus berubah dari area
oral mulut ke anal, dengan menekankan dengan pengontrolan BAB. Toddler
mengalami baik kepuasan dan frustasi sebagaimana ia memperoleh
pengontrolan pada menyembunyikan dan mengeluarkan, mengisi dan
melepaskan.
f. Perkembangan Moral
Menurut kohberg, toddler secara khas berada pada sub tahap pertama
tahap prekonvensional, menyangkut orientasi hukuman dan kepatuhan, dimana
ia membuat keputusan berdasarkan menghindari hukuman atau memperoleh
ganjaran atau upah. Tindakan disiplin yang tepat mencakup memberikan
penjelasan sederhana tentang mengapa perilaku-perilaku tertentu yang tidak
dapat diterima, menghargai atau menguji yang tepat, dan menggunakan
pengalihan jika toddler kemungkinan terjadi bahaya
g. Bahasa
Pada 15 bulan, anak menggunakan istilah yang ekspresif. Pada 2 tahun
anak mengatakan 300 kata, menggunakan 2 atau 3 suku kata dan menggunakan
kata ganti. Pada anak usia 2,5 tahun anak menyebutkan nama panggilan dan
nama lengkapnya. Anak juga menggunakan kata jamak.
h. Perilaku Personal-Sosial
Aspek perkembangan yang paling dramatis pada toddler adalah interaksi
personal social. Orang tua seringkali bertanya-tanya mengapa bayi mereka yang
tadinya mudah diatur, penurut, manis yang telah berubah menjadi anak kecil
yang angkuh, berkemauan kuat dan mudah marah. Anak yang sangat nakal
beerusia 2 tahun dapat kembali dan tidak disangka-sangka menjadi anak yang
manis lagi.
Toddler yang sedang mengembangkan ketrampilan kemandiriannya pada
usia 15 bulan yaitu makan sendiri, dapat minum dari cangkir berpenutup dan
dapat menggunakan sendok deengan sedikit ada tumpahan. Pada 24 bulan
mereka dapat menggunakan sendok dengan baik dan pada 36 bulan mereka
dapat menggunakan garpu. Antara usia 2 da 3 tahun mereka dapat makan
bersama dengan keluarga.
i. Bermain
Bermain akan memperbesar perkembangan fisik dan psikososial toddler.
Interaksi dengan orang-orang menjadi semakin penting. Permainan soliter
selama masa bayi berkembang menjadi permainan parelel, toddler bermain
disekitar, tidak bersama anak lain. Toddler akan menginspeksi mainan, berbicara
dengan mainan, menguji kekuatan dan ketahanan mainan da menemukan
berbagai fungsi pada mainan (Donna, Wong, 2004)
Berbicara merupakan bentuk permainan untuk toddler, yang menyukai
main musik seperti tape kaset yang sesuai usia boneka, dan boneka binatang
yang dapat berbicara dan telepon mainan. Program televisi yang sesuai untuk
anak sangat bagus, yang sedang belajar menghubungkan kata dengan gambar
visual. Toddler juga menyukai membaca cerita dari buku bergambar dan
menirukan suara binatang.
3. KLASIFIKASI BERMAIN
Ada beberapa jenis permainan, baik ditinjau dari isi permainan, karakter
social dan kelompok usia anak. Dibawah ini akan dibahas secara rinci satu per
satu :
4. Berdasarkan Isi Permainan
Berdasarkan isi permainan, ada enam jenis permainan, yaitu :
a. Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan
kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang
tuanya dan/atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah “Cilukba”,
berbicara sambil tersenyum/tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi
untuk menggenggamnya , tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan
tertawa. Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya
dan/atau orang dewasa tersebut/misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan/atau
mengoceh .
b. Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir,
anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat
dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan
melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke
botol, bak, atau tempat lain. Cirri khas permainan ini adalah anak akan semakin
asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang
dilakukannya sehingga susah dihentikan
c. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan
anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat
yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut
diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di lakukan. Semakin
sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.
d. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan dan/atau skor. Permainan ini bisa
dilakukan oleh anak sendiri dan/ atau dengan temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang
modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
e. Unoccupied behaviour
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di
sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu,
dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai
alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta
lingkungannya tersebut .
f. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran
sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian
meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan
sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan
terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru.
Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .
5. Berdasarkan Karakter Social
Berdasarkan karakter sosialnya, ada lima jenis permainan, yaitu :
a. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi,
anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan
yang sedang dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan,
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat
permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya,
tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama,
tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain
sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain.
Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak
lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin
permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah
bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan
jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin
permainan mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam
permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut.
Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan,
aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan
bersama, yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke gawang
lawan mainnya.
6. Permainan untuk anak usia toddler
Jenis Permainan Yang Cocok Untuk Usia 1-3 Tahun
1. Usia 1-2 tahun
b) Motorik kasar :
Mulai berjalan, dapat memainkan sesuatu dengan tangannya, senang
melempar sesuatu yang ada disekitarnya seperti melempar bola.
c) Motorik halus :
Aktivitas motorik halus yang bisa diperkenalkan anak usia 1 tahun,
tujuannya untuk kematangan&kekuatan kemampuan menggenggam,
menjepit, dan ketrampilan tangan lainnya. Media mainan yang bisa
dipergunakan antara lain play dough (lilin malam), pincher, Pegs dan tali
untuk meronce, puzzle, palu mainan, dll.
d) Bahasa :
orangtua bisa memberikan permainan flash card (bagian tubuh, benda
sekitar yang umum, binatang, buah-buhan, bentuk-bentuk dasar
segitiga ,persegi, dll ) untuk menambah kosakata anak. Selain menambah
kosakata tentunya sekaligus melatih bicara anak. Sering-seringlah mengajak
anak berkomunikasi dua arah yang benar, seperti memberi salam,
menyampaikan “terima kasih”, dan meminta “tolong”.
2. Usia 2-3 tahun
a) Motorik kasar : Kematangan motorik kasar seperti naik-turun tangga,
jumping, climbing, perlu dioptimalkan memasuki usia 2 tahun
b) Motorik halus : kemampuan motorik halus anak sudah diarahkan kepada
aktivitas fungsional, seperti menulis (memegang pensil, mewarnai,
membuat garis), menggunting, makan (pegang sendok), dan berpakaian
(mengancingkan).
c) Bahasa : Kemampuan kognisi anak juga sudah ditingkatkan, seperti
pengenalan konsep huruf sampai mengeja suku kata (membaca), membuat
bangunan sederhana dari blok, mengetahui nama anggota keluarga dan
alamat rumah secara sederhana, hingga story telling.
7. Pilihan Permainan
Peneliti memilih permainan pasif (mendengarkan musik) untuk
melanjutkan perkembangan proses kognitif dan emosional pada anak yang
mengalami sakit di RSUD Sampang Madura.
8. Manfaat Mendengarkan musik
Untuk melanjutkan perkembangan motorik kasar dan halus untuk anak
sakit
Memberikan kesempatan anak untuk belajar mengkoordinasikan
Relatif lebih aman dan nyaman untuk anak yang terpasang infus
Menurunkan tingkat kecemasan akibat dampak hospitalisasi
Sebagai Terapi
Merangsang otak sehingga otak terbuka dan reseptif pada informasi
Mengurangi stress, meredakan ketegangan atau kecemasan
Suasana lebih tenang dan menyenangkan
Otak dapat mengendalikan emosional atau kecemasan
9. Metode Permainan
Kumpulkan anak dan orang tua dalam suatu ruangan
Menjelaskan tentang bermain, fungsi bermain di rumah sakit, serta
menjelaskan bermain sebagai terapi
Mulailah pendekatan dengan masing-masing anak
Observasi kecemasan pada masing-masing anak
Mulailah untuk memberikan terapi musik pada anak
Observasi kembali kecemasan pada masing-masing anak
10. Kriteria Penilaian
a) Evaluasi Struktur
Peralatan bermain seperti audio visual atau mendengarkan musik dengan
sistem permainan pasif
Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain
Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu
Anak yang mengikuti terapi bermain sesuai dengan usia toddler usia 1-3
tahun
b) Evaluasi Proses
peneliti dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan
teratur
peneliti dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dengan mendengarkan
lagu dari awal sampai akhir.
c) Evaluasi Hasil
Sebagian besar anak merasa puas dan senang karena dapat mendengarkan
dengan tenang atau tidak menangis dalam proses mendengarkan lagu.
Anak-anak mampu mendengarkan musik dengan tenang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak
bermain sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai
fungsi yaitu untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial,
kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi anak saat sakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya
mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan
membantu anak untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
di rawat di Rumah Sakit.
Saran
1. Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya
di RS juga disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah
sakit.
2. Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat
menerapkan terapi di rumah dan di rumah sakit.
Daftar Pustaka
Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB
sauders Company, Philadelpia USA.
Hurlock E B, 1991, Perkembangan Anak Jilid I,Erlangga Jakarta.
Markum dkk, 1990, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,IDI Jakarta.
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak,EGC,Jakarta.
Whaley and Wong, 1991, Nursing Care infants and children. Fourth Edition,
Mosby Year Book,Toronto Canada.
Noname. (2006). Pengaruh permaianan pada perkembangan anak. Terdapat
padahttp://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 10 Juli 2006.
top related