bblokal
Post on 29-Jan-2016
212 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Potensi bambu dalam menopang keberlanjutan hutan dinilai
ekonomis di masa depan. Hutan sebagai sumber utama penghasil kayu
dari waktu ke waktu kondisinya sudah sangat memperihatinkan.
Keadaan ini disebabkan adanya tindakan eksploitasi dengan cara yang
sangat tidak bijaksana, tanpa memperhatikan keberlangsungan dan
kelestarian hutan itu sendiri. Pertambahan penduduk yang pesat, nilai
ekonomis yang dikandung hutan merupakan beberapa hal pemicu
semakin cepatnya kerusakan hutan (Gunardja, 1995).
Untuk menyelamatkan hutan perlu ditempuh berbagai cara, baik
secara managerial, kebijakan-kebijakan, politis dan sebagainya. Satu
hal yang penting dan mendesak guna memperkecil kerusakan hutan
adalah mencari alternatif pengganti kayu. Diketahui bahwa substitusi
terdekat kayu yang cenderung mudah dalam pengusahaannya adalah
bambu. Bambu keberadaannya tersebar mulai dari dataran rendah
hingga ke dataran tinggi, mulai dari pedesaan sampai ke perkotaan.
Untuk tumbuh, bambu tidak memerlukan habitat khusus sebagaimana
layaknya rotan, oleh sebab itu bambu merupakan jawaban sebagai
alternatif pengganti kayu di masa depan, dengan demikian percepatan
kerusakan hutan dapat lebih dikurangi (Anonim, 2010).
Tanaman bambu merupakan tanaman yang mudah untuk
dibudidayakan. Bambu dapat tumbuh di daerah yang beriklim kering
hingga yang beriklim basah, dari dataran rendah hingga ke daerah
pegunungan dan biasanya di tempat-tempat terbuka yang daerahnya
bebas dari genangan air (Widyana, 2001). Bambu tidak saja dipakai
untuk kebutuhan di dalam negeri juga merupakan komoditi ekspor.
Sebagai komoditi ekspor, menurut data Biro Pusat Statistik dalam
kurun waktu selama lima tahun ( 1986- 1990) ekspor bambu dan hasil
olahannya dalam bentuk mebel dan kerajinan terus menerus
mengalami peningkatan. Pada tahun 1989 volume ekspor meubel
bambu adalah 16.789 kg dengan nilai sebesar US 230, 714. Dengan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan bambu memiliki
keunggulan untuk memperbaiki sumber tangkapan air yang sangat
baik, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah secara
nyata. Selain itu bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam,
tidak membutuhkan perawatan khusus, dapat tumbuh pada semua jenis
tanah (baik lahan basah/kering), tidak membutuhkan investasi besar,
pertumbuhannya cepat, setelah tanaman mantap (3 – 5 tahun) dapat di
panen setiap tahun tanpa merusak rumpun dan memiliki toleransi
tinggi terhadap gangguan alam dan kebakaran (Nur Berlian, 1995).
Tanaman bambu merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan
dan memiliki potensi yang cukup tinggi, dikarenakan bambu
mempunyai manfaat ekologis dan manfaat ekonomi bagi masyarakat
setempat. Bambu sudah sejak lama dikenal petani sebagai tanaman
yang bernilai ekonomis. Namun hingga kini pola pemanfaatan bambu
yang ada di masih sangat minim, masyarakat sekitar masih belum
optimal dalam pemanfaatannya. Masyarakat hanya memanfaatkan
bambu sebagai bahan dasar kerajinan keranjang dan tepas, bambu
sendiri jika dijadikan beberapa kerajinan seperti untuk industri
furniture, berupa meja, kursi, lemari, rak dan tempat tidur.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah teknologi pemanfaatan bambu sebagai alternatif
pengganti kayu?
b. Apakah bambu dapat digunakan sebagai jembatan penghubung
pedesaan?
c. Bagaimana cara menggunakan bambu sebagai jembatan
penghubung pedesaan?
B. POKOK ISI PERMASALAHAN
Teknologi pemanfaatan bambu sebagai alternatif pengganti kayu dapat
berupa bambu laminasi. Teknologi bambu laminasi pada awalnya didasari
oleh pemikiran dari balok glulam (glue laminated beam). Balok glulam
dibuat dari lapisan-lapisan kayu yang relatif tipis yang dapat digabungkan
dan direkatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan balok kayu dalam
berbagai ukuran dan panjang (Breyer, 1988:112-116).
Pemakaian bambu sebagai bahan kayu lapis telah diperkenalkan oleh
Guisheng (1985), Bamboo Information Centre (1994), serta Subiyanto dan
Subyakto (1996). Bambu lapis mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap
abrasi serta momen lentur. Ketahanan lantai bambu terhadap abrasi telah
diteliti oleh Mohmod dan kawan-kawan (1990). Dari eksperimen yang
telah dilakukan diperoleh bahwa ketahanan lantai bambu adalah sekitar
130 persen dari ketahanan lantai kayu kempas (Koompasia Malaccensis),
atau sekitar 5 kali ketahanan kayu karet. Menurut Guisheng (1985) kayu
lapis yang dihasilkan jika diperbandingkan dengan papan partikel secara
acak, mempunyai MOR 4 – 7 kali, dan MOE 4 – 6 kali. Mengingat
kekuatan tersebut, bambu lapis cocok digunakan sebagai lantai bangunan
gedung, lantai truk, dan bekisting beton (Morisco 2006).
Guna menjamin mutu teknologi bambu laminasi sebagai pengganti
kayu konstruksi perlu dilakukan perumusan standar/pedoman, antara lain :
a. Spesifikasi teknis
Hal-hal yang diatur dalam spesifikasi teknis bambu laminasi antara
lain: Modulus elastisitas, kuat lentur, kuat tarik sejajar serat, kuat
tekan sejajar serat, kuat geser sejajar serat, kuat tekan tegak lurus serat.
b. Tata cara pengawetan bambu untuk bambu laminasi
Ruang lingkup yang diperlukan untuk menghindari organisme
perusak.
Bahan yang digunakan adalah bambu petung, air, dan boron + 3%.
Alat yang digunakan berupa bejana dalam proses pengawetan.
Cara proses pengawetan dengan cara perendaman.
c. Tata cara pembuatan bambu laminasi Ruang lingkup proses pembuatan bilah-bilah bambu menjadi
balok-balok bambu laminasi.
Bahan yang digunakan bilah bambu dan polymer isocyanate.
Alat yang digunakan adalah mesin serut, mesin gergaji circular,
pres hidrolik, klem, klem C, mesin ketam, kunci pas, timbangan
digital, koas, dan tempat penakaran.
Cara/proses laminasi dengan cara kempa dingin.
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi diatas sungai yang
digunakan sebagai prasarana lalu lintas darat. Pada suatu wilayah
khususnya pedesaan yang terpisah oleh sungai berarus deras atau terpisah
oleh jurang sangat dibutuhkan jembatan yang dapat mempermudah akses
masyarakat pedesaan. Misalnya jembatan pada jalan desa yang
menghubungkan desa dengan desa lain atau kota sebagai prasarana
perhubungan ekonomi dan komunikasi desa, jembatan pada jalan desa
yang menghubungkan perkampungan dengan pusat pemerintahan desa
atau pusat kegiatan ekonomi/pasar desa, jembatan pada jalan desa yang
menghubungkan perkampungan dengan pusat kegiatan produksi, seperti
pertanian, perkebunan, dll. sehingga sistem lalulintas transportasi
masyarakat desa terpenuhi.
Dalam pembuatan jembatan bambu yang menghubungkan suatu
pedesaan harus dilakukan survey lokasi terlebih dahulu agar perancangan
dan teknis pelaksanaan dapat direncanakan dengan tepat. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalan survey lokasi :
- Kondisi situasi penampang sungai yang dilewati jalan atau rencana
jalan.
- Rencana posisi jembatan
- Pengukuran lebar sungai untuk mengetahui rencana bentang
jembatan
- Data tinggi air maksimum / tinggi air banjir yang pernah terjadi yang
didapat dari penduduk setempat dan di control dengan data yang ada
di Dinas Pengairan setempat.
- Survei harga material yang tersedia dan material yang harus dibeli
dari luar desa.
Teknis pelaksanaan pembangunan jembatan dilakukan dengan
tahap pelaksanaan, yaitu sebagai berikut :
a. Pembersihan lokasi
b. Persiapan material
c. Pekerjaan konstruksi jembatan
d. Pembersihan dan pemulihan lokasi
a. Pembersihan Lokasi
Pembersihan lokasi dilakukan dengan cangkul, sabit, dsb pada
lokasi yang akan digunakan untuk jembatan dan telah ditentukan
sebelumnya agar bersih dari pohon-pohonan, akar-akaran, dan tonggak-
tonggak.
Amankan lahan yang akan digunakan dengan pagar agar tidak
terganggu oleh orang dan binatang.
b. Persiapan Material
Bambu yang digunakan untuk konstruksi jembatan harus cukup tua
dengan kualitas baik, lurus dan panjang, diantaranya jenis bambu
gombong, bambu tali, dan bambu betung. Bambu ini memiliki kekuatan,
keuletan, dan keawetan yang baik, atau jenis lain dengan persyaratan
antara lain :
Bambu harus berumur tua, berwarna kuning jernih, hitam atau
hijau tua, berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan
permukaan mengkilat, buku-bukunya tidak boleh pecah.
Pelupuh dan barang anyaman bambu seperti dan lain-lain harus
terbuat dari bambu yang terndam dengan baik, tahan lama dan
terbuat dari jenis bambu dengan garis tengah minimum 4 cm dan
harus terbuat dari kulit bambu.
Bambu untuk tiang atau cerucuk stabilitas tanah, harus dari jenis
yang tahan lama dengan garis tengah minimum 8 cm.
c. Pekerjaan Konstruksi Jembatan
1. Pemasangan Kepala Jembatan
Pemasangan kepala jembatan ditandai dengan patok yang
dipasang dengan tinggi yang menggambarkan tinggi
jembatan yang akan dibangun.
Ratakan tanah disekitar perletakan untuk kepala jembatan
Letakkan dua batang bambu ke arah melintang dengan
panjang sesuai lebar jembatan dengan diameter bambu ± 10
-14 cm dan diperkuat dengan 3 buah pasak bambu pada
setiap batang bambu tersebut.
Pancangkan dikedua sisi bamboo perletakan masing-masing
5 batang dengan panjang ± 1,50 meter dan jarak bersih
antara batang 30 cm.
Pemancangan dengan palu tangan, berat 8-10 kg, bila tanah
asli cukup keras, pemancangan dihentikan saat bambu susah
masuk.
2. Pemasangan Gelagar Memanjang
Bambu dipasang arah memanjang dengan bantuan perancah
selebar 1,5 meter. Pengikatan dilakukan dengan menggunakan tali
ijuk atau kawat dengan jarak antar ikatan 2 meter. Perkuatan
tambahan untuk ikatan gelagar memanjang dengan mengikat
dengan besi beton diameter maksimal 6 mm.
3. Membuat Tiang Sokongan
Tiang sokongan terdiri dari dua batang bambu yang diikat satu
sama lain dengan ijuk atau kawat.
Pancangkan tiang sokongan pada kedua tebing sungai
dengan kedalaman 2,5 meter.
Hubungkan bagian atas kedua sokongan pada masing-
masing sisi tebing dengan tali ijuk/kawat.
Pasang batang mendatar (panjang 3 meter / sesuaikan
dengan lebar jembatan + 30 cm) pada puncak sokongan
dengan tali ijuk/kawat.
4. Pemasangan Batang Tegak
Batang tegak terdiri dari dua batang bambu yang terpisah.
Kedua batang tegak dilubangi ± 8 cm pada bagian sebelah
atas batang mendatar, kedalam lubang tersebut dimasukkan
pasak batang bambu ukuran 8 cm, antara batang tegak
diperkuat dengan ikatan silang dari ijuk/kawat. Batang
tegak diperkuat dengan ikatan silang dari ijuk.
Catatan : Satu lubang untuk pasak dibuat tepat di bawah buku
bambu.
Hubungan seperti diatas dilakukan juga pada batang yang
dipasang di bawah lantai jembatan dengan lubang pasak
diletakkan di atas buku bambu.
5. Pemasangan Lantai
Pasang anyaman bambu dilantai jembatan dengan cara
mengikatnya pada besi pengikat gelagar memanjang.
6. Pemasangan Tiang Sandaran
Pasang tiang sandaran setinggi satu meter dari lantai jembatan
dengan cara mengikatkan pada batang tegak dengan menggunakan
tali ijuk, dengan jarak tiang 1 meter.
Hubungkan bambu dari tiang pada bagian atas dan diikat satu
sama lain.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Bambu merupakan bahan yang sangat baik untuk digunakan
sebagai alternatif pengganti penggunaan kayu dalam aspek kehidupan
salah satunya seperti struktur bangunan karena bambu memiliki kuat
tarik yang baik, mudah ditanam sehingga murah dan mudah
diperbarui.
Dalam pembangunan jembatan bambu harus memperhatikan
spesifikasi teknis bambu, tata cara pengawetan bambu, dan teknis
pelaksanaan pembangunan jembatan.
2. Saran
Sebaiknya penggunaan bambu dalam berbagai aspek kehidupan
terus ditingkatkan demi menjaga ekosistem hutan sebagai paru-paru
dunia.
D. Daftar Pustaka
http://pembangunanmasyarakatpedesaan.blogspot.com/2012/03/
jembatan.html
top related