bakti aipd bahasa final
Post on 11-Feb-2015
112 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 1l 1l 1l 1l 1
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
22222 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 3l 3l 3l 3l 3
Kemitraan Australia-IndonesiaUntuk Desentralisasi
(AIPD)
LAPORAN NO. 1PERIODE JANUARI – JUNI 2011
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
44444 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 5l 5l 5l 5l 5
DAFTAR SINGKATAN 4
1. RINGKASAN EKSEKUTIF 5
2. PENDAHULUAN 7
3. MONEV 10
4. ANALISA DAN PEMBELAJARAN 14
5. LAPORAN PROVINSI 19
5.1. Jawa Timur 20
5.2. Nusa Tenggara Barat 22
5.3. Nusa Tenggara Timur 24
5.4. Papua Barat 28
5.5. Papua 30
6. PEMERINTAH PUSAT & DUKUNGAN LINTAS PROGRAM 33
7. TAHAPAN SELANJUTNYA 39
LAMPIRAN 1: FORMAT TEMPLATE QUALITY AT ENTRY (QAE) 41
LAMPIRAN 2: LOGISTIK, STAF DAN STRUKTUR ORGANISASI 42
LAMPIRAN 3: KEUANGAN 46
LAMPIRAN 4: DATA KEGIATAN DAN RENCANA KERJA 48
LAMPIRAN 5: RINGKASAN SISTEM MONEV 52
Daftar Isi
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
66666 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
AIPMNH – Australia-Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health (Kemitraan Australia
Indonesia untuk Kesehatan Ibu dan Anak)
ANGGUR MERAH – Anggaran untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Budgeting for People’s Welfare)
BaKTI – Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia
CSR - Common Result Framework / Kerangka Hasil Umum
DeMAM – Desa Mandiri Anggur Merah
FKTI – Forum Kawasan Timur Indonesia
LOGICA – Local Government Innovation for Communities in Aceh Program
M&E – Monitoring dan Evaluasi
MKPP – Matriks Konsolidasi Perencanaan dan Penganggaran
NTT – Nusa Tenggara Timur
NTB – Nusa Tenggara Barat
OECD – Organisation for Economic Cooperation and Development
PCC – Program Coordinating Committee
PEACH – Public Expenditure and Capacity Enhancement Program
PILKADA – Pemilihan Kepala Daerah
PMC – Program Management Committee/Komite Manajemen Program
PNPM – Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
RESPEK – Rencana Strategis Pembangunan Kampung
QAE – Quality at Entry
TTU – Timor Tengah Utara
Daftar Singkatan
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 7l 7l 7l 7l 7
i. Pelaksanaan enam bulan pertama program AIPD diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang dirancang untukmemastikan fondasi yang kuat untuk beroperasinya program ke depan, seperti membangun hubungan baikdengan para mitra dan menyepakati pedoman operasional. Dengan demikian, hanya beberapa kegiatan yangberkontribusi langsung pada pencapaian tujuan akhir program. Pada bulan-bulan berikut fokus diberikanpada kegiatan-kegiatan yang menyumbang langsung pada hasil akhir program yang telah ditetapkan.
ii. AIPD adalah program lima tahun, dengan dukungan dana sebesar AU$62 juta, yang dirancang untuk mendukungupaya peningkatan kinerja pemerintah provinsi dan kabupaten dalam pelayanan publik kepada masyarakat,khususnya di sektor kesehatan, pendidikan dan infrastruktur.
iii. Program ini difokuskan pada pengelolaan sumber daya, SDM dan keuangan, dengan dua pendekatan, yaitu‘enabling dan modeling’.Enabling,dengan maksud mendukung terciptanya lingkungan yang kondusif yangmemungkinkan program-program sektoral memiliki peluang keberhasilan yang lebih besar; Modeling, denganmaksud menyediakan model pembangunan yang dapat menjadi contoh untuk direplikasi pada provinsi dankabupaten lain.
iv. AIPD memiliki tiga komponen – penawaran, permintaan dan pertukaran pengetahuan. Untuk memahamilebih baik ketiga komponen ini, dengan menggunakan istilah yang dibuat program LOGICA,AIPDmengembangkannya menjadi ‘pemerintah yang responsif’ dan ‘masyarakat yang aktif ’. Kedua komponenini mendasari komponen ‘pertukaran pengetahuan’, yang bermaksud untuk memastikan semua lessons learneddipetakan dan disebar di wilayah lain.
v. Tantangan utama bagi AIPD adalah pada sebaran geografisnya dari Jawa Timur sampai Papua. Masing-masingprovinsi mempunyai karakteristik yang unik dan memiliki tingkat perkembangan pembangunan yang berbeda.
vi. Struktur laporan ini diinspirasi oleh struktur kriteria evaluasi OECD: relevansi, efektivitas, efisiensi dankeberlanjutan. Laporan ini juga dirancang untuk berbasis hasil dan isu-isu penting. Karenanya laporan inilebih berfokus pada ‘hasil akhir’ (outcomes) dan bukan pada input. Aspek input dilaporkan sebagai matrikskegiatan pada lampiran. Karena hasil-hasil program dalam enam bulan pertama masih terbatas, maka laporanini lebih memberi ruang untuk membahas isu-isu utama yang mendukung dan menjadi hambatan program.
vii. Penyaluran dana dalam enam bulan pertama tergolong lambat dan sedikit dibawah harapan. Hal ini terutamadidorong oleh tantangan yang dihadapi ketika menegosiasikan mekanisme manajemen program dan pengaturan-pengaturan teknis operasional pelaksanaan program (technical arrangement) di tingkat provinsi. Namundiperkirakan penyaluran dana akan meningkat secara eksponensial pada enam bulan yang akan datang.
viii. AIPD telah mendesain sistem M&E yang sangat jelas, berbasis pada standar M&E AusAID. Pemerintah Indo-nesia telah menyetujui penggunaan sistem ini. Terdapat tiga tujuan utama: (i) akuntabilitas – untuk menyediakanmekanisme yang sistematis untuk mengumpulkan berbagai bukti guna mengukur pencapaian hasil akhir; (ii)perbaikan program – untuk menyediakan informasi yang berguna bagi manajemen AIPD, AusAID danPemerintah Indonesia bagi pembuatan keputusan strategis; (iii) berbagi lessons learned – untuk memetakanberbagai pembelajaran yang bermanfaat untuk perbaikan rancangan program-program serupa.
ix. AIPD telah mengembangkan sistem yang disebut QAE yang menjamin kualitas setiap kegiatan sejak tahapdesain dan juga mencakup diantaranya aspek kesetaraan gender. Guna menjamin kesinambungan, pengembanganexit strategy juga dilakukan sejak tahap awal setiap kegiatan.
1. Ringkasan Eksekutif
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
88888 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
x. Dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah AIPD akan mengembangkan strategi yang memastikan bahwapelaksanaannya tidak didominasi oleh satu unit pemerintah atau tokoh tertentu. Dana program tersediauntuk semua instansi dan dinas yang mampu mendemostrasikan bahwa usulannya benar-benar memberikanperbaikan dalam kinerja pemerintah.
xi. Dana program tidak akan dibagi sama rata untuk semua provinsi lokasi program. Dana akan dinegosiasikandengan masing-masing provinsi dan kabupaten berdasarkan kebutuhan yang sesuai dengan prioritasnya.Dana program juga tidak akan disalurkan untuk kegiatan-kegiatan yang merupakan kewajiban pemerintah.
xii. Pemilihan kabupaten lokasi program merupakan hasil negosiasi dengan Komite Manajemen Program di tingkatprovinsi. Beberapa kriteria pemilihan empat kabupaten lokasi per provinsi diantaranya mencakup pemilihankabupaten dengan karakteristik yang saling berbeda.
xiii. Sejumlah quick start activities telah dilaksanakan di tingkat kabupaten. Meskipun kegiatan-kegiatan ini tidakberkontribusi terlalu besar dalam pencapaian tujuan akhir program, kegiatan-kegiatan tersebut sangat pentingdalam membangun kepercayaan dan hubungan baik dengan pemerintah provinsi dan kabupaten.
xiv. Aspek gender telah diintegrasikan kedalam semua aspek program melalui: (i) evaluasi aspek gender dalamtahap desain setiap kegiatan melalui proses QAE; (ii) identifikasi entry points untuk dilakukannya reformasikelembagaan dengan mitra pelaksana, berupa penerapan indikator dan mekanisme untuk memantaui danmengevaluasi upaya mendorong kesetaraan gender.
xv. Pada tingkat pusat AIPD telah menjadwalkan kegiatan lokakarya pengembangan mekanisme untuk menangkappembelajaran dari daerah dan menjadikannya sebagai umpan-balik dalam diskusi kebijakan di tingkat nasional.Mekanisme ini akan menentukan prioritas-prioritas pembiayaan dari AIPD dan lembaga donor lain.
xvi. AIPD juga membiayai sejumlah kegiatan lintas komponen. Beberapa diantaranya, seperti seminar dan lokakaryanasional, merupakan respon terhadap permintaan pemerintah demi menciptakan hubungan baik yang akanmemampukan AIPD untuk beroperasi secara efektif.
xvii. Salah satu kegiatan lintas program yang dibiayai AIPD adalah hibah untuk Yayasan BaKTI di Makassar. BaKTIadalah mitra utama untuk pelaksanaan komponen pertukaran pengetahuan.
xviii.Rencana kerja enam bulan berikutnya akan dibuat berdasarkan hasil dari enam bulan pertama,dengan fokuspada kegiatan-kegiatan yang transparan dan berkontribusi besar terhadap tujuan program. Pendekatansebelumnya dimana ketiga komponen program memiliki rencana kerja terpisah akan digabung dandikonsolidasikan menjadi hanya satu rencana kerja dengan tiga komponen yang terintegrasi.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 9l 9l 9l 9l 9
KEMITRAAN Australia-Indonesia untuk Desentraliasi (the Australia Indonesia Partnership for Decentralisation -AIPD) adalah program lima tahun, dengan dukungan dana sebesar Au$62 juta, yang dirancang untuk mendukungupaya pemerintah Indonesia memperkuat kinerja pemerintah provinsi dan kabupaten dalam meningkatkanpelayanan publik kepada masyarakat. Secara spesifik, program AIPD bertujuan untuk meningkatkan pelayananpublik di sektor kesehatan, pendidikan dan infrastruktur. Aspek manajemen sumberdaya, baik SDM maupunfinansial, merupakan fokus dari program. AIPD menyediakan dukungan guna menciptakan lingkungan yangmemampukan/kondusif (enabling environment) bagi pemerintah provinsi dan kabupaten untuk meningkatkankinerjanya sehingga memberikan peluang yang lebih besar bagi program-program sektoral untuk menyediakanpelayanan publik yang berhasil dan efektif. Pada saat yang sama, program AIPD juga menyediakan model barupembangunan yang dapat direplikasi pada kabupaten dan provinsi lain.
Dalam mendukung upaya mengefektifkan otonomi daerah, AIPD dapat pula berperan dalam mendukunganpengembangan kebijakan. Ini dilakukan dengan cara ‘menangkap’ isu-isu dihadapi pemerintah provinsi dankabupaten dan menjadikannya umpan balik kepada pemerintah pusat. Lebih lanjut AIPD mendukung implementasikebijakan ke dalam pelaksanaan yang lebih baik sehingga ‘membuat desentralisasi bekerja’.
Untuk mencapai tujuan diatas, program AIPD mengembangkan tiga komponen – supply, demand dan knowledgesharing. Istilah-istilah ini membantu memetakan siapa saja pemangku kepentingan yang dengannya program inibekerja. Sebagai contoh, dalam konteks penyediaan layanan publik dan fungsi pemerintahansupply menunjukpada pemerintah pada berbagai tingkatan, sementara demand menunjuk pada masyarakat sipil (civil society) ataumasyarakat secara lebih luas. Supaya lebih tepat dalam menggambarkan tujuan-tujuan dari setiap komponentersebut, dengan diilhami oleh program LOGICA di Aceh, AIPD mengembangkan istilah demand dan supplymenjadi ‘masyarakat yang aktif ’ dan ‘pemerintahan yang responsif’. Kedua komponen ini selanjutnya mendasarikomponen ‘pertukaran pengetahuan’ (knowledge sharing) yang berperan untuk memastikan bahwa lessons learneddapat dipetakan dan dibagi ke tempat lain.
Tantangan utama bagi AIPD adalah pada sebaran geografis lokasi program. AIPD mencakup wilayah yang luas,bekerja di lima provinsi yang tersebar dari Jawa Timur sampai Papua Barat, dari kota dengan wilayah padat pendudukhingga pedesaan terpencil. Setiap provinsi memiliki karakteristik yang unik dan tingkat pembangunan yang berbeda.Meski demikian semua provinsi memiliki tujuan yang sama, yaitu ‘membuat desentralisasi bekerja’ (making decen-tralization work).
Struktur laporan ini, dan laporan-laporan yang sama di kemudian hari, diilhami oleh struktur laporan the Indepen-dent Completion Report dari OECD, dimana kriteria evaluasinya mencakup: relevansi, efektivitas, efisiensi dankeberlanjutan. Penggunaan struktur tersebut adalah untuk menjaga agar laporan ini tetap fokus pada hasil (re-sults) dan hasil akhir dari program (end-of-program-outcomes). Untuk menjamin konsistensi, meski dalam enambulan hasil dari program masih sangat terbatas, namun laporan ini tetap memberikan fokus pada hasil.
Program AIPD dimulai sedikit terlambat. Faktor non-program seperti pemilihan umum di Australia dan pergantianpejabat pemerintah di Indonesia turut menyumbang pada penundaan dimulainya program AIPD. AIPD memanfaat-kan penundaan tersebut terutama untuk memantapkan desain sistem monitoring dan evaluasi (M&E) yang lebihlengkap, sesuai dengan standar sistem M&E AusAID. Diketahui bahwa tidak semua program pembangunan memilikisistem M&E yang efektif sejak awal program. Belajar dari sini AIPDdiuntungkan dari tersedianya sistem M&E yanglengkap sejak awal yang mengarahkan program untuk berorientasi pada hasil. Hal ini juga memungkinkan AIPDmemastikan adanya potensi keberlanjutan sejak awal, sebagai bagian dari exit strategy.
2. Pendahuluan
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
1111100000 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Aspek gender ini tidak dibuat sebagai strategi yang terpisah. Kesetaraan gender telah diintegrasikan ke dalamdesain seluruh kegiatan,dan keberhasilan AIPD akan diukur berdasarkan kesuksesannya dalam mengarusutamakan(mainstreaming) kesetaraan gender. Persetujuan seluruh kegiatan AIPD, termasuk didalamnya penilaian terhadapaspek gender, dilakukan melalui proses quality at entry (QAE), suatu prosedur untuk menjamin kualitas setiapkegiatan sejak awal perencanaannya. (lihat Lampiran1tentang template QAE)
AIPD juga didesain untuk memainkan peran ‘penghubung’ bagi kegiatan-kegiatan AusAID dan lembaga donorlainnya pada tingkat regional. Hal ini dimaksudkan untuk membangun keselarasan dan kesinambungan denganmenghindari duplikasi antar kegiatan. Salah satu alat penting untuk melaksanakan peran ini adalah KerangkaCapaian Bersama (Common Results Framework – CRF). Kerangka ini dibuat untuk memastikan bahwa berbagaikegiatan yang berbeda akan diukur dengan menggunakan indikator-indikator yang sama. Meskipun demikian,dalam beberapa bulan penggunaan kerangka ini telah hampir kehilangan daya geraknya (momentum) dan beradadalam situasi yang tidak menguntungkan karena keterlambatan pelaksanaan. Akibatnya kerangka ini tidak mampumengambil manfaat dari program seperti AIPMNH yang akan segera selesai tahun 2012.
Masih terkait CRF, AIPD dapat berperan untuk memperkuat mekanisme-mekanisme koordinasi di tingkat provinsidan kabupaten. Hal ini dapat dicapai melalui pengembangan peran Komite Manajemen Program (PMC) dengantujuan ganda yaitu: 1) menyetujui kegiatan-kegiatan yang diusulkan; 2) memverifikasi capaian kegiatan.PMC diberbagai provinsi dipimpin oleh pejabat senior pemerintah provinsi, dan secara potensial memiliki kontrol terhadapdananon-APBD sehingga dapat dikelola dengan cara yang lebih terkoordinasi baik di tingkat provinsi maupunkabupaten.
AIPD selanjutnya berada pada posisi yang sangat strategis untuk mendorong sinergi antar program AusAID,melalui struktur manajemen AusAID yang lebih terintegrasi. Program AIPD diarahkan oleh tiga staf AusAID,masing-masing seorang Direktur Program yang berkedudukan di Jawa Timur dan dua orang Wakil DirekturProgram yang juga bekerja di daerah (Papua dan Papua Barat serta NTT dan NTB). Ketiga staf tersebut memilikikewenangan untuk mengkonsolidasi dan mengintegrasikan kegiatanAusAID di wilayah bersangkutan sebagai bagiandari perannya sebagai Regional Coordinator.
Sementara itu, Tim Pendukung Manajemen yang dikelola oleh Cardno Emerging Markets sebagai kontraktor telahmerekrut staf dan mendirikan kantor di lima provinsi lokasi program. Staf di masing-masing provinsi merupakansatu kesatuan dengan staf AusAID di masing-masing provinsi, sehingga mendorong terciptanya kemitraan dankelugasan dalam menanggapi secara efektif permintaan dan kebutuhan dari pemerintah daerah di setiap provinsi.Setiap provinsi diperkuat koordinator komponen tematik tertentu, antara lain pengelolaan keuangan daerah,kemitraan dengan masyarakat sipil, manajemen pengetahuan, monitoring dan evaluasi, serta human resource man-agement. (lihat Lampiran 2 tentang staffing logistik, dan struktur organisasi)
Di bidang penyaluran dana program (disbursement), penyaluran dana dalam enam bulan pertama tergolong lambat.Hal ini terutama didorong oleh tantangan yang dihadapi ketika menegosiasikan mekanisme manajemen programdan pengaturan teknis operasional pelaksanaan program (technical arrangement) di tingkat provinsi. Sekalipundemikian, diperkirakan penyaluran dana akan meningkat pada enam bulan yang akan datang, terutama setelahprogram semakin dikenal dan hubungan yang lebih kuat dan saling-percaya dengan para mitra di daerah terbangun(lihat Lampiran 3 tentang keuangan).
Status Penyaluran Dana
Penyaluran dana program untuk kegiatan-kegiatan yang telah disepakati bersama, berikut pembelanjaannya, dalamenam bulan pertama ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan melalui proses QAE. Persetujuan melaluiQAE adalah tahap prosedur final dan mutlak didalam merespon permintaan dukungan dari pemerintah yangdisampaikan melalui proposal bersama antara pemerintah dan Tim AIPD di provinsi.
Dana program yang telah dibelanjakan hingga periode 30 Juni 2011 adalah sejumlah AU$505,394 dan danakegiatan yang telah disepakati dan ditetapkan adalah sebesar AU$1,630,255. Selanjutnya Lampiran 4menggambarkan kegiatan-kegiatan yang telah disetujui dan dana yang telah menjadi komitmen program.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 11l 11l 11l 11l 11
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
1212121212 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
AusAID saat ini sedang berupaya untuk meningkatkan kualitas program-programnya dengan cara memperbaikiberbagai sistem dan mekanisme yang ada, mulai dari tahap perancangan program (initiative design), perancangansistem Monitoring dan Evaluasi (M&E) Program, dan sistem pelaporan dan evaluasi. Hal ini ingin dicapai melalui ujicoba Standard M&E AusAID dan pelaksanaan kegiatan peningkatan kapasitas evaluasi (Evaluation Capacity Build-ing) di AusAID.
AIPD secara aktif mendukung upaya AusAID untuk meningkatkan kualitas sistem M&E Program. Enam bulanpertama masa implementasi AIPD digunakan untuk mengembangkan sistem M&E dengan menggunakan standarM&E AusAID sebagai referensi utama. Sistem M&E untuk AIPD menjadi sangat penting oleh karena tiga fungsiutamanya, yaitu: (i) pertanggungjawaban, untuk menyediakan sistem pengumpulan informasi yang sistematis dandidukung oleh metodologi yang kuat untuk bisa secara tepat menilai keberhasilan Program. Informasi hasil Pro-gram ini juga mendukung proses analisa kontribusi AusAID untuk berbagai capaian pembangunan di Indonesiamelalui Kerangka Capaian Bersama – AusAID (Common Results Framework), (ii) perbaikan program, untukmenyediakan informasi yang berguna bagi tim manajemen AIPD, AusAID, Kemendagri, dan Pemerintah Daerahuntuk mengambil keputusan secara strategis untuk menjamin bahwa program bisa mencapai hasil yang diharapkan,(iii) pertukaran hasil pembelajaran, untuk menyebarluaskan berbagai hasil pembelajaran yang diperoleh selamamasa implementasi AIPD kepada berbagai stakeholder sasaran, baik untuk perbaikan Program maupun replikasilebih lanjut di daerah lainnya.
Monitoring dan Evaluasi AIPD dilakukan berdasarkan alur logika program AIPD sebagai berikut. Berbagai input(kegiatan-kegiatan) program yang diberikan/dilakukan oleh AIPD akan menghasilkan berbagai macam keluaranatau produk, misalnya berbagai kebijakan dan aturan, anggaran dan perencanaan, sistem dan mekanisme,pengetahuan, keahlian dan kemitraan yang lebih baik. Selanjutnya, apabila para stakeholder kunci terus menggunakansecara berkesinambungan berbagai produk-produk tersebut maka akan mendorong berbagai perubahan dikalangan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten sasaran AIPD, khususnya dalam hal pengalokasian dan pengelolaankeuangan menjadi lebih baik. Membaiknya kondisi pengelolaan keuangan daerah ini kemudian diharapkan dapatmeningkatkan pelayanan dasar publik dalam hal akses, kuantitas dan kualitas untuk masyarakat. Logika ProgramAIPD bisa diringkaskan dalam diagram yang telah disederhanakan di bawah ini.
3. Monev
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 13l 13l 13l 13l 13
Figure 1. Logika Program AIPD (simplified version)1
1 Selanjutnya Lampiran 4 menggambarkan kegiatan-kegiatan yang telah disetujui dan dana yang telah menjadi komitmen program.2 Proses konsultasi dengan berbagai stakeholder yang relevan untuk mengklarifikasikan berbagai aspek M&E, diantaranya, teori perubahan
program, pertanyaan kunci evaluasi, kebutuhan informasi dan mekanisme pelaporan.
Persiapan Rencana Monitoring dan Evaluasi
Sebagai bagian inti dari proses Evaluability Assessment1dalam mengembangkan rencana M&E AIPD, konsultasi yangluas untuk memperoleh masukan telah dilakukan selama enam bulan pertama implementasi Program AIPD. Berbagaimasukan diperoleh dari tim AIPD, AusAID, Mitra Pemerintah (tingkat Nasional dan Provinsi), Komite KoordinasiProgram (PCC), dan Program-Program AusAID lainnya yang diarahkan pada peningkatan penyediaan layanandasar.
Suatu proses review juga dilakukan untuk menilai apakah Draft Rencana M&E AIPD telah sesuai dengan Stan-dard M&E AusAID Indonesia. Dua Penilai Eksternal telah melakukan review dan memberikan berbagai rekomendasiperbaikan Rencana M&E. Ringkasan Draft Rencana M&E yang menerangkan secara detail aspek-aspek utamaM&E di Program AIPD tersedia di Lampiran 5
Dalam enam bulan kedepan, tiga kegiatan utama ini akan menjadi prioritas dari Bagian M&E di Program AIPD, yaitu,pelaksanaan studi data dasar (baseline), pelatihan penggunaan sistem M&E kepada tim AIPD dan pengembangandatabase.
Studi Data Dasar (Baseline Study)
Sebuah studi baseline akan dilakukan untuk menilai kondisi saat ini di wilayah sasaran AIPD. Aspek-aspek utamaseperti, Pengelolaan Keuangan Publik/Kinerja Keuangan, Keadaan Pelayanan Dasar dibandingkan dengan Stan-dard Pelayanan Minimum, dan hasil-hasil pembangunan yang telah ada, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten.Studi ini akan mencoba melihat pola dari berbagai aspek tersebut di seluruh wilayah sasaran AIPD selama 5 (lima)tahun terakhir. Diharapkan, studi data dasar ini dapat memberikan titik referensi untuk perbandingan progressdan penilaian keberhasilan Program AIPD selama 5 (lima tahun) kedepan.
Kegiatan-kegiatandan Produk-Produk
KunciPenyebarluasanInformasi dan
Input - Output Immediate Outcome End of ProgramOutcomes
Impact
Kegiatan-kegiatandan Produk-Produk
kunci
Kegiatan-kegiatandan Produk-Produk
Kunci untukMasyarakat
(Legislatif, Media,
Berbagaistakeholder kunci(staff pemerintah,anggota DPRD,media, ormas danmasyarakat)menggunakansecaraberkesinambunganberbagai produkyg dihasilkan,seperti;
kebijakan/regulasi,perencanaan/
PemerintahProvinsi dan
Kabupaten/Kotasasaran AIPD
mengalokasikandan mengelolasumber daya
Masyarakat di daerahsasaran programAIDP menikmati
peningkatan layanandasar publik (akses,
kuantitas, dan
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
1111144444 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Pelatihan Sistem M&E
Rencana M&E Program AIPD yang lebih ramah pengguna (user friendly), akan mulai didesain pada bulan Julisampai Agustus 2011. Versi ini akan menjadi bahan utama pelatihan tim AIPD ditingkat Provinsi dan Kabupatenuntuk dapat memahami sistem M&E Program AIPD secara baik, termasuk didalamnya tentang aspek-aspek utamaM&E, peran dan tanggung jawab, serta mekanisme analisa dan pelaporan. Pelatihan akan dilakukkan denganmenggunakan pendekatan kluster selama bulan September 2011 yaitu: (i) workshop pertama – untuk tim AIPDdari wilayah Nusa Tenggara dan Jawa Timur, dan (ii) workshop 2 – untuk tim Papua dan Papua Barat.
Pengembangan Data Base
Sebuah database akan dikembangkan mulai bulan Juli – September. Database ini akan memiliki dua bagian utama,yaitudatabase tingkat kegiatan dan database tingkat program. Pada dasarnya, data base ini akan berisikan berbagaiinformasi kunci seperti data-data kunci kegiatan, keluaran (deliverables/outputs), dan hasil, yang semuanya akanmendukung proses analisa kemajuan dan hasil Program AIPD. Database ini harus bisa menghasilkan informasitentang kemajuan dan hasil program yang membantu para pengelola program AIPD dan para pemangku kepentingan(stakeholder)utama bisa melakukan berbagai keputusan tentang implementasi dan arah strategis program.
Quality at Entry
Sebuah sistem jaminan kualitas saat perancangan kegiatan, Quality at Entry system (QAE), telah dikembangkan dandigunakan untuk bisa menilai setiap kegiatan sebelum disetujui untuk diimplementasikan. Tahapan ini memastikanbahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh AIPD telah benar dan sesuai kebutuhan, dengan kualitas yang tinggi,dan mengarah pada pencapaian hasil akhir Program AIPD (End of Program Outcomes).
Proses review mencakup berbagai aspek seperti ketepatan kebutuhan, ketepatan pilihan kegiatan dari sisi teknis,kejelasan logika program untuk bisa mencapai hasil akhir AIPD, kualitas pengaturan Monitoring dan Evaluasi,dukungan pada dimensi peningkatan keadilan Gender, serta kesesuaian anggaran yang efisien namun efektif. Berbagaiaspek diatas direview secara berjenjang mulai dari Program Officer, Asisten Direktur Program di Provinsi, berbagaiKoordinator Program, sampai pada tingkat manajemen senior untuk persetujuan. Format QAE bisa dilihat diLampiran1.
Tantangan
Rencana M&E harus sesuai dengan keadaan, kapasitas dan konteks wilayah dimana AIPD bekerja. Meskipunberbagai resiko dan tantangan yang harus dikelola akan dihadapi. Resiko dan tantangan diantisipasi sebagai berikut:
Kemungkinan over evaluasi. Bermacam-macam evaluasi dijadwalkan akan dilakukan selama masaAIPD. Selain berbagai evaluasi kecil (minor evaluations) yang akan dilakukan atau ditugaskan olehAIPD (paling sedikit 12 evaluasi), juga akan dilakukan berbagai evaluasi besar, oleh pihak luar seperti,Kelompok Evaluasi Referensi (Reference Evaluation Groups) dan Tim Evaluasi Gabungan dari AusAIDdan Kemendagri. AIPD harus berupaya untuk meminimalkan kemungkinan pengulangan fokus dariberbagai evaluasi ini, dengan mengatur agar berbagai evaluasi tersebut akan saling melengkapi dantidak tumpang tindih.
Ketersediaan Evaluator Lokal yang berkualitas. AIPD ingin menggunakan secara efektif paraevaluator nasional. Namun, ketersediaan evaluator tersebut yang telah memenuhi syarat-syarat danstandar evaluasi internasional bisa saja sulit ditemukan karena memang tidak banyak evaluator Indo-nesia yang memenuhi standar tersebut. Untuk mencari evaluator dari luar Indonesia akanmembutuhkan biaya yang lebih besar.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 15l 15l 15l 15l 15
Kriteria yang ditetapkan terlalu detail, sehingga malah lebih fokus pada pengamataninput. Rencana M&E telah menerangkan dengan cukup rinci berbagai mekanisme pengukurankemajuan dan hasil AIPD. Dengan penjabaran yang terlalu rinci ada resiko AIPD akan fokus padaanalisa, pengamatan dan pelaporan input dan keluaran, bukan pada pencapaian yang lebih luas, yaituhasil keseluruhan Program. Laporan kemajuan harus menampilkan keseimbangan yang baik antarainput/keluaran dan pencapaian hasil secara keseluruhan program.
Harapan yang tidak realistis. Walaupun kelihatanya AIPD memiliki sumber daya yang cukupbesar, namun tetap saja target yang realistis harus bisa dikembangkan bersama oleh para stakeholderAIPD, karena: 1) dibutuhkan waktu secara bertahap sampai AIPD bisa secara penuh beroperasi diberbagai wilayah sasaran AIPD. Pendekatan ini sebenarnya mengurangi total waktu efektif pelaksanaankegiatan di wilayah-wilayah tertentu. Kecepatan pelaksanaan akan berbeda-beda diantara berbagaiwilayah sasaran AIPD karena perbedaan kapasitas dan kesiapan tiap wilayah.
Pembebanan tugas yang berlebihan. Tantangan lain yang diantisipasi akan muncul adalah ketikaAIPD berupaya untuk menjadikan M&E sebagai bagian yang terpadu dalam implementasi programAIPD. Resikonya adalah pembebanan tugas yang berlebihan kepada tim AIPD dengan penambahanberbagai tugas dan tanggung jawab M&E. Pemahaman yang baik dan pembagian peran dan tanggungjawab yang sesuai sangat dibutuhkan untuk pengimplementasian sistem M&E seperti yang diharapkan.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
1111166666 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
4. Analisa dan Pembelajaran
Pelaksanaan program AIPD dengan logika program sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, dikembangkansebagai respons terhadap pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang telah berlangsung selama sepuluhtahun terakhir dengan berbagai kemajuan serta berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi. Bagian ini mengulaskonteks yang terus berubah, terutama pada tahun-tahun terakhir ini, terutama pada provinsi-provinsi lokasiprogram AIPD, serta bagaimana AIPD menyikapi keadaan tersebut.
Situasi Politik dan Ekonomi
Pelaksanaan otonomi daerah menyediakan arsitektur baru bagi pencapaian berbagai komitmen dan prioritaspembangunan Pemerintah Indonesia. Salah satu prioritas pemerintah yang secara intensif diupayakan adalahkomitmen untuk mengentaskan kemiskinan, melalui kebijakan yang sifatnya mendorong pertumbuhan ekonomiguna menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan meningkatkan pendapatan masyarakat, maupun yang sifatnyalangsung, berupa bantuan dan pendampingan sosial bagi masyarakat miskin.
Dalam beberapa tahun terakhir, prioritas mengurangi kemiskinan, yang diwujudkan melalui pengembangan pro-gram yang menyediakan dana dan sumber daya secara khusus dan yang langsung diarahkan kepada masyarakat didesa (misalnya melalui PNPM), telah berkembang dan tidak hanya menjadi milik pemerintah pusat semata. Fokusini mendapat bobot yang semakin besar melalui berbagai program serupa yang juga dikembangkan oleh sejumlahpemerintah provinsi dan kabupaten. Pada sebagian besar lokasi program AIPD misalnya, pemerintah provinsi dankabupatenmenyediakan dana dan sumberdaya yang langsung disalurkan kepada masyarakat di tingkat desa/kampung;sebagaimana yang terjadi di Papua, Papua Barat, NTT dan NTB.
Menguatnya program-program pengentasan kemiskinan daerah ini diduga merupakan pengaruh dari dua faktor,yang pertama terkait dengan dampak dari program-program ini, yang karena sifatnya yang langsung dirasakanmasyarakat, memiliki pengaruh yang kuat bagi pencitraan dan, pada gilirannya, membangun dukungan politik dalampemilihan kepala daerah. Yang kedua, terkait dengan kesadaran para politisi, terutama para kepala daerah, sebagaimanadisampaikan di dalam kampanye-kampanye PILKADA. Gejala ini mengindikasikan bahwa desain otonomi daerahmenyediakan ‘tekanan elektoral’ kepada para politisi untuk menyusun program pembangunan dan mengalokasikandana APBD yang berdampak langsung pada masyarakat.
Meski memiliki dampak positif memperkuat kecenderungan demokrasi pada tingkat bawah, pelaksanaan programdan komitmen pengentasan kemiskinan ini memiliki banyak tantangan dan persoalan. Munculnya fokus dankarakteristik kegiatan yang lebih berbasis desa/kampung membutuhkan perubahan dalam cara berpikir, ketrampilandan mekanisme penyaluran dana yang efektif. Tantangannya antara lain: pertama, pada sejumlah daerah, meskipunprogram-program ini bertumpu pada dan mirip dengan PNPM, namun banyak kritik dilontarkan terhadap desainPNPM yang dianggap belum sepenuhnya mampu mengakomodasikan agenda politik lokal. Sebagai contoh, RESPEKdi Papua dan DeMAM di NTT.
Meskipun keduanya mirip dan sama-sama lahir sebagai upaya untuk mengkontekstualisasikan upaya pengurangankemiskinan, namun desain dan pelaksanaan menjadi bervariasi. Dalam kasus Papua, RESPEK dikembangkan dengantetap bertumpu pada PNPM, sementara DeMAM berada diluar PNPM. Gejala ini menunjukkan rendahnya‘kepemilikan’ pemerintah daerah terhadap PNPM. Selain itu, dari segi pembiayaan, RESPEK di Papua berasal darisumber dana OTSUS Papua, sementara DeMAM dimungkinkan melalui upaya efisiensi belanja tidak langsungpemerintah di sektor-sektor lain.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 17l 17l 17l 17l 17
Kedua, lemahnya sistem penyaluran dan terbatasnya kapasitas. Komitmen politik untuk melaksanakan programseperti ini belum didukung oleh tersedianya sistem yang kuat dan secara utuh mampu mendukung pelaksanaannya.Banyak persoalan muncul, misalnya terkait dengan kapasitas pemerintah yang belum terbiasa mendesain,melaksanakan dan mengontrol program berbasis masyarakat; persoalan minimnya tenaga fasilitator terlatih; danjuga persoalan mekanisme penyaluran dana yang handal dan sungguh-sungguh mampu mencapai masyarakatyang membutuhkannya dengan tepat waktu.
Komitmen pemerintah Kabupaten Merauke dapat digunakan sebagai contoh kasus. Pemerintah Kabupaten Merauketelah berkomitmen untuk mengembangkan program SKPD berbasis kampung. Selain dana RESPEK sekitar Rp100 juta/kampung dari sumber dana OTSUS Provinsi Papua,pemerintah Kabupaten Merauke dalam tahun anggaran 2012 jugamerencanakan untuk memberikan dana tambahan dan juga pro-gram-program SKPD berbasis kampung. Menurut Kepala BappedaKabupaten Merauke3 diperkirakan total komitmen pemerintahkabupaten mencapai nilai hampir Rp 1 milyar/kampung. Saat inipemerintah Kabupaten Merauke membutuhkan pembentukankeahlian yang cukup di SKPD-SKPD, fasilitator dalam jumlah yangcukup, serta mekanisme yang handal untuk memastikan efektivitasdana yang disalurkan. Selain Merauke, pengembangan programDeMAM di NTT juga memiliki tantangan yang mirip. TantanganDeMAM adalah pada upaya mengintegrasikan seluruh programberbasis kampung atau desa ini dalam sebuah sistem yang terintegrasi,mengingat saat ini ada program PNPM yang juga memiliki tujuanyang sama di NTT.
Program AIPD, meskipun tidak sepenuhnya dikembangkan sebagaiprogram dengan fokus langsung pada masyarakat di tingkat kampungatau desa, memposisikan perubahan konteks ini sebagai peluangdan kebutuhan untuk mengoptimalkan komponen ‘masyarakatpartisipatif ’ dalam merespon berbagai kebutuhan pemerintah. Olehkarena itu dengan bertumpu pada peran AIPD sebagai ‘delivery unit’,AusAID dapat memperkuat dukungannya di bidang penguatanfasilitator.
Aspek lain yang membentuk dinamika pelaksanaan otonomi daerahpada tahun-tahun terakhir ini adalah upaya pemerintah pusat untukterus memperkuat efektifitas pelaksanaan otonomi daerah melaluisejumlah peraturan baru terkait pengelolaan keuangan daerah danpelayanan publik. Dalam kurun waktu Januari – Juni 2011, PemerintahPusat terus berkomitmen untuk memantapkan kerangka regulasidesentralisasi dan pengelolaan keuangan daerah (PKD). Komitmenini ditandai dengan dikeluarkannya beberapa regulasi dalam bentukPeraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri Dalam Negeri(Permendagri) dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Sementaraitu, di tingkat grand design otonomi daerah dan desentralisasi fiskal,Pemerintah Pusat terus mendorong perbaikan melalui proses revisiUndang-Undang (UU) 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerahdan UU 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan.
Perubahan regulasi umumnya memberikan dampak yang besar bagibirokrasi di daerah. Sejumlah penyesuaian dan pembentukan
Sejumlah kebijakan kunci yangberkaitan dengan Desentralisasi danPengelolaan Keuangan Daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah pusatpada periode Januari – Juni 2011adalah sebagai berikut:
PP No. 23 Tahun 2011 tentangPerubahan atas PP No. 19 Tahun2010 tentang Tata CaraPelaksanaan Tugas danWewenang serta KedudukanKeuangan Gubernur sebagaiWakil Pemerintah di WilayahProvinsi
Permendagri No. 13 Tahun 2011tentang Pedoman PelaksanaanTugas Kehumasan di LingkunganKementerian Dalam Negeri danPemerintah Daerah
Permendagri No. 21 Tahun 2011tentang Perubahan Kedua atasPermendagri No. 13 Tahun 2006Tentang Pedoman PengelolaanKeuangan Daerah
Permendagri 22/ 2011 tentangPedoman Penyusunan APBDTahun Anggaran 2012
PMK No. 4 Tahun 2011 tentangTata Cara Penyampaian DanaInsentif Daerah
PMK No. 61 Tahun 2011 tentangPedoman Umum dan AlokasiDana Insentif Daerah TahunAnggaran 2011
PMK No. 66 Tahun 2011 tentangIndeks Fiskal dan KemiskinanDaerah dalam RangkaPelaksanaan Pendanaan UrusanBersama Pusat dan Daerahuntuk PenanggulanganKemiskinan Tahun Anggaran2012
3 Disampaikan di dalam rapat dengan AusAID di Jakarta, 24 Juni 2011.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
1111188888 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
kapasitas baru sering dipersyaratkan dalam implementasinya. Untuk mendukung regulasi baru ini, AIPD akanmendorong Pemda dalam mengimplementasikan sejumlah regulasi baru sesuai dengan kebutuhan dan konteksdaerah masing-masing.
Pelaksanaan PILKADA merupakan faktor lain yang menentukan pelaksanaan program yang didukung lembagadonor. Implikasi PILKADA yang utama adalah situasi transisi pemerintah yang diciptakan selama proses PILKADAdan kekuatiran akan berubahnya prioritas dan kebutuhan spesifik yang perlu diakomodasi. Sebagai contoh, PILKADAdi provinsi Papua dan Papua Barat membuat sejumlah kegiatan tertunda pelaksanaannya karena ketidakpastiandan kekuatiran akan keberlanjutan dari program yang telah disiapkan saat ini.
Dalam situasi tersebut, AIPD memberikan dukungan pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya wajib dilakukan dalammasa transisi PILKADA, misalnya penyiapan draft RPJMD dan RENSTRA SKPD. Penyiapan draft kedua dokumentersebut sangatlah penting dan strategis mengingat perannya dalam mengarahkan seluruh aktivitas pembangunanselama lima tahun berikutnya. Selain itu AIPD juga memberikan dukungan pada persiapan pemerintah daerahdalam mengimplementasi kebijakan pemerintah pusatyang tetap harus dilakukan, misalnya penyiapan pelaksanaanpengadaan barang dan jasa secara elektronik mulai 2012.
Kemajuan Terhadap Pencapaian Hasil Akhir Program
Dalam enam bulan pertama pelaksanaan program, dukungan AIPD terutama dilakukan untuk memastikantersedianya dokumen teknis yang berkualitas dan sesuai dengan persyaratan regulasi pemerintah terkait. Hal inidapat dilihat dari jenis-jenis kegiatan pada rencana kerja provinsi pada Lampiran 4. Misalnya dukungan pembuatanRPJMD dan Resntra SKPD. Meski dokumen yang berkualitas akan tersedia nantinya, namun tantangannya kemudianadalah apakah dokumen-dokumen tersebut digunakan dan mampu memastikan pengalokasian sumber daya yanglebih efektif dan pelayanan publik yang lebih baik?
Untuk memastikan hasil akhir yang sesuai dengan skenario logika program AIPD maka komponen-komponenmanajemen pengetahuan dan pembentukan masyarakat yang partisipatif (demand side) telah berperan sejak awal.Selain pilihan tersebut, AIPD turut mendukung pelaksanaan PEA sektoral, misalnya untuk sektor pendidikanyang akan dilaksanakan di NTB. Dukungan seperti ini tidak hanya bermanfaat secara substantif untuk memastikankemana uang publik dibelanjakan, namun proses pelaksanaan kegiatannya juga akan menciptakan modal politik(political capital) pentingberupa terbangunnya rasa saling percaya antara mitra pembangunan dengan pemerintahdaerah.
Terkait dengan pelaksanaan Kerangka Capaian Bersama (CRF), pelaksanaanpilot project yang lambat telah membatasikemungkinan AIPD untuk memaksimalkan peluang untuk melihat hasil pelaksanaan program-program AusAIDlainnya di lokasi yang sama dengan AIPD. Sebagai contoh, pelaksanaan AIPMNH akan berakhir tahun 2012.Pelaksanaan pilot CRF yang terlambat enam bulan di NTT akan membuat hasil CRF menjadi kurang relevan.Untuk itu dorongan yang lebih kuat dibutuhkan dari kantor AusAID di Jakarta.
Sebagai program yang masih pada tahap awal pelaksanaan, maka untuk memastikan adanya kontribusi signifikanterhadap hasil program dalam penyiapan rencana kerja tahun-tahun berikutnya, AIPD akan mengembangkanperan memberikan umpan balik berupa analisa kebijakan dan penyediaan informasi bagi perbaikan kebijakan.Dalam konteks ini komponen pengelolaan pengetahuan akan sangat berperan dalam memetakan berbagaiterobosan yang dibuat di daerah, misalnya inisiatif pembentukan forum-forum antar pemerintah, pembelajarandari kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas, analisa yang dihasilkan dari monitoring terhadap perubahan-perubahandalam alokasi sumberdaya, hingga juga efektivitas pelaksanaan program-program berbasis kampung/desa sepertiPNPM/RESPEK dan DeMAM.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 19l 19l 19l 19l 19
Kemajuan Terhadap Pencapaian Rencana Kerja dan Anggaran 2011
Beberapa pembelajaran penting perlu dilaporkan jika membandingan enam bulan pelaksanaan program AIPDdengan rencana awal yang dilaporkan dalam inception report. Salah satu kegiatan yang ternyata pelaksanaannyamengalami banyak hambatan adalah pembentukan Komite Manajemen Program dan penyediaan dokumen-dokumen teknis pedoman operasional guna pelaksanaan program (technical arrangement). Sulitnya mendapatkankomitmen antar berbagai instansi pemerintah daerah serta tekanan untuk segera memulai kegiatan disisi lainmerupakan penyebab utama dari hambatan yang dialami.
Untuk mengatasi hambatan tersebut Tim Manajemen AIPD memutuskan untuk membuat quick-start activitiesyang pada prinsipnya menunjukkan komitmen dan keseriusan AIPD dalam mendukung perbaikan dalampengelolaan keuangan daerah di provinsi lokasi program. Saat ini empat provinsi penerima dukungan AIPD telahmembentuk PMC. Sementara itu draft untuk technical arrangements sedang dalam pembahasan. Beberapa quick-start activities juga telah dilaksanakan dan lainnya akan segera menyusul setelah persetujuan terhadap TOR melaluiQAE dilalui.
Tantangan lain dalam pelaksanaan program selama enam bulan pertama adalah terlewatkannya kegiatan-kegiatanpenyiapan dokumen-dokumen perencanaan dan anggaran pemerintah untuk tahun anggaran 2011. Hal ini terkaitdengan keterlambatan dimulainya AIPD. Meskipun hal ini telah diantisipasi pada bulan-bulan awal pelaksanaanprogram, namun ke depan keterlambatan seperti ini sangat beresiko bagi keberlanjutan dan exit strategyprogramAIPD. Contohnya kegiatan resource centre membutuhkan pendanaan berkelanjutan dari pemerintah yang perludialokasikan sejak awal pada APBD. Meskipun demikian pada beberapa kegiatan pendanaan bersama (cost sharing)antara AIPD dan pemerintah daerah sudah dilakukan, contohnya dukungan bagi TAPD di NTB.
Sistem Pengelolaan dan Pelaksanaan
Enam bulan pertama pelaksanaan program AIPD secara umum merupakan masa untuk mematangkan seluruhdesain pelaksanaan program, karena belum banyak kegiatan yang bisa dilaksanakan. Dalam enam bulan pertama iniAIPD telah mencoba pengoperasian AIPD dalam model yang baru (new business model). Ciri utama pelaksanaanmodel ini adalah penempatan staf AusAID di dalam implementasi program di daerah.
Aspek lain yang menonjol dari sistem pengelolaan program AIPD adalah berubahnya pendekatan pelaksanaanprogram dari yang sifatnya project-based menjadi lebih program-based. Perubahan ini dicirikan oleh kepemimpinandan kepemilikan program yang lebih besar di tangan pemerintah. Tindakan inimerupakan pengakuan bahwapemerintah dan masyarakat adalah pelaku pembangunan utama dan lembaga donor hanya melaksanakan peranpendukung.
Pendekatan ini seharusnya menjamin kepemilikan (ownership) dan penyesuaian (alignment) yang lebih kuat antaradukungan yang ditawarkan dengan prioritas-prioritas dan kebutuhan nyata pemerintah. Pada tingkat yang lebihkonkrit perubahan pendekatan ini dilakukan oleh AIPD dengan hanya mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatanyang berasal dari kebutuhan pemerintah dan masyarakat (demand approach) dan secara tertulis diprogramkanoleh pemerintah melalui Komite Manajemen Program.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
2020202020 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 21l 21l 21l 21l 21
5. Laporan Provinsi
Dalam enam bulan pertama implementasi program, AIPD telah menginvestasikan waktu dan sumberdaya yangsignifikan untuk mendalami situasi politik-ekonomi di lokasi-lokasi pelaksanaan program. Hal ini sangat pentinguntuk memastikan siapa pihak-pihak yang secara politik menentukan, latar belakang merekaserta motivasiutamanya,demi membangun kepercayaan dan hubungan baik, dan desain kegiatan yang lebih efektif serta sesuai dengankebutuhan sesungguhnya. Dalam konteks ini memetakan dengan tepat proses PILKADA dan isu-isu lokal yangberpotensi mendorong dan juga menghambat pelaksanaan program menjadi suatu keharusan.
Dalam menyepakati struktur, membentuk Komite Manajemen Program dan menyetujui dokumen-dokumenpengaturan teknis pedoman operasional program (technical arrangements) dengan mitra pemerintah provinsidan kabupaten, AIPD mengembangkan strategi yang memastikan bahwa program AIPD tidak didominasi oleh satuunit pemerintah atau tokoh tunggal tertentu saja. Hal ini penting karena pada prinsipnya dana program disediakanuntuk semua unit pemerintahan guna memastikan bahwa setiap usulan kegiatan akan menjamin terjadinya perbaikankinerja, perubahan perilaku ataupun sistem ke arah yang lebih efektif. Dengan kata lain, perlu diyakinibahwa danayang disediakan akan menciptakan perbaikan serta pelayanan yang lebih baik terutama kepada kelompok miskin.
Perlu pula dicatat bahwa dana program yang telah disediakan tidak akan dibagi sama rata kepada semua provinsilokasi program. Dana yang disediakan ini harus dinegosiasikan setiap tahunnya oleh pemerintah provinsi dankabupaten, terkait kebutuhan pembangunan yang sesungguhnya, sesuai dengan prioritas pemerintah provinsidan kabupaten tersebut. Sistem ini akan mendorong terjadinya kompetisi positif antar provinsi dan kabupatenlokasi program.
Pelaksanaan program AIPD di tingkat daerah didesain untuk memastikan bahwa dana AIPD tidak diperuntukkanbagi kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian dari kegiatan-kegiatan rutin pemerintah (normal government busi-ness). Dana AIPD tidak dapat digunakan sebagai substitusi dari kegiatan yang harus dan telah didanai oleh APBNmaupun APBD. Tentunya AIPD juga tidak diposisikan sebagai ‘mesin ATM’. Dengan demikian, terdapat programyang seharusnya dibiayai oleh APBD namun kemudian disetujui pendanannya oleh AIPD, itu hanya dapat terjadidengan pertimbangan khusus, dan kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan cara tersebut tidak dapat terus-menerusdilakukan. Secara umum rencana kerja akan disetujui dua kali dalam setahun oleh Komite Manajemen Programsesuai pilihan yang disediakan pada menu kegiatan yang diturunkan dari rencana kerja umum (global work plan)hasil pertemuan PCC di tingkat nasional.
Kabupaten lokasi program, yaitu empat kabupaten di setiap provinsi lokasi program, tidak dipilih oleh Tim AIPD.Pemilihan kabupaten lokasi program merupakan merupakan hasil negosiasi dan keputusan di tingkat provinsidari Komite Manajemen Program. Kepemimpinan yang kuat serta komitmen untuk menyediakan dana pendampingbagi kegiatan AIPD merupakan kriteria utama diantara sejumlah kriteria pemilihan kabupaten. Kriteria lainnyaadalah pertimbangan terhadap keragaman karakteristik kabupaten, misalnya pegunungan vs pesisir, perkotaan vspedesaan, dll. Maksud dari pengembangan kriteria yang demikian adalah untuk memudahkan replikasi di kemudianhari. Sebagai contoh, masalah yang dihadapi oleh satu kabupaten lokasi program di wilayah pegunungan/pantaikemungkinan besar mirip dengan yang terjadi di kabupaten lainnya di wilayah pegunungan/pulau, sehingga bisasaling belajar dari cara kabupaten lokasi program menyelesaikan masalah tersebut.
Kriteria penting lainnya dari perspektif AusAID adalah pemilihan kabupaten yang juga merupakan kabupatenlokasi program AusAID lainnya yang telah berjalan.Pilihan seperti ini memungkinkan AusAID untuk menggandakanmanfaat dari kegiatan-kegiatan yang telah berlangsung. Beberapa kabupaten juga dikeluarkan dari proses seleksi,yakni kabupaten-kabupaten yang telah didukung oleh program yang mirip dari lembaga donor lainnya. Sebagai
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
2222222222 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
contoh kabupaten-kabupaten yang telah mendapat dukungan dari program PEACH yang dikelola oleh BankDunia.
Dengan pemahaman yang lebih baik terhadap dinamika pemerintahan tingkat provinsi dan kabupaten, programAIPD mengakui perbedaan ‘titik berangkat’ (starting point) yang berbeda-beda sebagai pengaruh konteks politik,budaya dan geografi yang beragam. Sistem M&E telah dikembangkan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaantersebut dan melakukan pengukuran hasil dengan nantinya membandingkan hasil dari program terhadap titikstart yang berbeda tersebut dari tiap provinsi dan kabupaten, ketimbang memperlakukan seluruh lokasi pro-gram AIPD dengan menganggapnya memiliki kondisi yang sama sehingga diukur dengan cara yang sama pula.
5.1. Jawa Timur
Gubernur Dr. H. Soekarwo, SH, H. Hum Mulai Menjabat 29 Sept 2008
Wakil Gubernur Drs. H. Syaifullah Yusuf
Jumlah Penduduk 37.4 Juta
Wilayah Administratif 29 Kab 9 Kota 662 kec 8.506 desa
Peringkat Kemitraan Pemerintahan - 2008 Index : 6.06 Peringkat se-Indonesia : 2
Indeks Pembangunan Manusia - 2009 Provinsi Jawa Timur = 70.06 Nasional = 71.76
Indikator Kesehatan 2009
Kelahiran ditangani oleh tenaga kesehatan terlatih(percentage)
Provinsi Jatim = 86.33% Nasional = 77.34%
NasionalPerempuan = 109.41%Laki-Laki = 109.42%
Perempuan: 109.85%Laki-Laki: 108.95%
NasionalPerempuan = 89.68%Laki-Laki = 95.65%
Provinsi Jatim = 87.80%Perempuan = 83.09%Laki-laki = 92.96%
NasionalPerempuan = 67.62%Laki-Laki = 66.36%
Perempuan: 69.90%Laki-Laki: 68.80%
Angka partisipasi murni
Indikator Pendidikan (Sekolah Menengah Pertama) - 2008
Angka partisipasi kasar
Angka partisipasi murni
Angka Literasi - 2009
NasionalPerempuan = 81.89%Laki-Laki = 80.89%
Perempuan: 85.06%Laki-Laki: 83.93%
NasionalPerempuan = 94.06%Laki-Laki = 93.91%
Perempuan: 94.80%Laki-Laki: 94.32%
Cakupan Imunisasi (percentage) Provinsi Jatim = 80% Nasional = 90.6%
Indikator Pendidikan (Sekolah Dasar) – 2008
Angka partisipasi kasar
Sumber data:1. BPS. February 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Sosial-Ekonomi Indonesia2. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia tahun 20093. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&Itemid=115 . Accessed 28 June 20114. http://www.kemitraan.or.id/govindex/ accessed 28 June 2011
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 23l 23l 23l 23l 23
Jawa Timur adalah provinsi i terakhir yang ditunjuk sebagai lokasi program, sebelumnya di empat provinsi pro-gram lainnya AusAID telah bekerja cukup intens dengan membangun kantor dan melaksanakan kegiatan-kegiatandibawah program ANTARA. Inilah yang membuat Jawa Timur terkesan terlambat dan baru menyelesaikan rekrutmenTim Provinsi dan masih dalam tahap negosiasi kantor AIPD di lokasi kantor pemerintah seperti pada provinsilokasi AIPD lainnya.
Provinsi Jawa Timur memiliki karakteristik yang sangat berbeda dibanding provinsi-provinsi lain di KawasanTimur Indonesia. Populasinya mencapai hampir 40 juta orang, yang membuatnya empat kali lebih besar dibandingjumlah penduduk keempat provinsi lokasi AIPD lainnya jika dijadikan satu, dan juga hampir dua kali lipat totalpenduduk Australia. Jawa Timur berada pada posisi kedua secara nasional dalam pengukuran indikator-indikatorpemerintahan, menempatkannya jauh di atas provinsi lokasi program AIPD lainnya. Hal ini membuat Jawa Timurmenjadi penting untuk dijadikan landasan pembelajaran bagi provinsi-provinsi di Papua dan Nusa Tenggara, danmemungkinkannya menjadi lokasi percobaan apa yang bisa dan tidak bisa dilaksanakan dalam pemerintahan.Sistem-sistem baru dapat dengan mudah diujicobakan di Jawa Timur dan kemudian direplikasi di wilayah lain diIndonesia.
Provinsi Jawa Timur berperan penting dalamperekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomidaerahnya di tahun 2010 mencapai 6,7%.Berdasarkan data 2010, Jawa Timurmenyumbang hampir seperenam dari PDB.Dengan sendirinya, pemerintah Pusatmemberikan perhatian lebih dan alokasi APBNyang besar pada provinsi ini karena fluktuasiindikator sosial dan ekonomi Jawa Timur akanberdampak signifikan pada angka nasional.
Meskipun memiliki kinerja yang sangat bagusdengan pertumbuhan ekonomi yangmengesankan, terdapat kesenjangan antarawilayah utara yang secara ekonomi lebihberkembang dibanding wilayah-wilayah diselatan yang lebih miskin. Kesenjangan ini menjadi catatan penting dan membuat kabupaten-kabupaten di wilayahselatan menjadi prioritas lokasi program. Penge-cualian diberikan kepada Madura, yang secara relatif lebih miskindan perlu ditonjolkan dalam kriteria pemilihan kabupaten.
Dalam bidang pemerintahan, Pemprov Jawa Timur bisa dikatakan termasuk yang paling maju. Hal ini tampak darikesiapan Jawa Timur dalam mengimplementasikan kebijakan nasional, seperti MDGs dan KIPD, dan berkembangnyaperan media dan LSM sebagai mitra pemerintah. Jawa Timur juga sering dijadikan lokasi piloting untuk beberapakebijakan baru, seperti model monitoring dan evaluasi UKP4 di tingkat daerah. Baru-baru ini, Pemprov JawaTimur juga menunjukkan prestasi dalam pengelolan keuangan daerah dengan diraihnya hasil audit BPK WajarTanpa Pengecualian (WTP) atas LKPD 2010.
Salah satu kegiatan utama yang akan segera dibiayai oleh AIPD adalah dukungan untuk pembentukan unit yangmengukur kinerja pembangunan antar sektor di tingkat provinsi. Unit ini merupakan model di tingkat provinsidari unit yang sama di tingkat pusat yang dikenal dengan nama UKP4. Jawa Timur adalah provinsi pertama diIndonesia yang mengembangkan unit ini,sehingga dapat dijadikan contoh bagi provinsi dan kabupaten lain diIndonesia. Hal ini menjadi penting mengingat suatu sistem monitoring dan evaluasi memiliki potensi untukmentransformasikan perilaku pemerintah dan dapat mendorong berbagai unit pemerintah untuk fokus padahasil. Ini akan berdampak positif terhadap perbaikan pelayanan publik.
Di samping kemajuan ini, sebagian kabupaten di Jawa Timur masih menghadapi sejumlah masalah, terutama kemiskinanyang tinggi dan kapasitas Pemda dan DPRD yang belum optimal. Menyikapi permasalahan ini, AIPD akan lebihbanyak fokus pada peningkatan kapasitas di kabupaten-kabupaten tersebut dan mengoptimalkan fungsi pembinaandari Pemerintah Provinsi.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
2222244444 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
5.2. Nusa Tenggara Barat
Sumber data:1. BPS. February 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Sosial-Ekonomi Indonesia2. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia tahun 20093. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&Itemid=115 . Accessed 28 June 20114. http://www.kemitraan.or.id/govindex/ accessed 28 June 2011
Meskipun sudah menunjukkan berbagai kemajuan dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan di ProvinsiNTB masih ditandai dengan rendahnya berbagai indikator sosial. Di sisi perekonomian, pertumbuhan ekonomiNTB selama beberapa tahun terakhir sudah di atas rata-rata nasional. Namun, IPM NTB masih termasuk tigaterendah di Indonesia.
Negosiasi menyangkut distribusi bagi hasil sumberdaya alam mendominasi wacana lokal dalam beberapa bulanterakhir. Misalnya terkait besarnya skala kegiatan dari beberapa perusahaan tambang, diantaranya PT Newmont’sBatu Hijau Mine, terhadap keseluruhan perekonomian daerah. Di luar sektor pertambangan, sebagian besartenaga kerja masih bekerja di sektor informal. Berdasarkan data Sakernas 2008, sebagian besar tenaga kerja diNTB (75 persen) bekerja di sektor informal.
Berdasarkan indikator pembangunan manusia yang rendah, Gubernur NTB yang memasuki tahun ketiga masajabatannya, telah memprioritas dan menggunakan keberhasilan beberapa program unggulan, seperti PIJAR(penetapan sapi, jagung, dan rumput laut sebagai komoditas utama daerah), ABSANO (angka buta aksara nol),
Gubernur
Wakil Gubernur
Jumlah Penduduk
Wilayah Administratif
Peringkat Kemitraan Pemerintahan - 2008
Indeks Pembangunan Manusia - 2009
Indikator Kesehatan - 2009
Kelahiran ditangani oleh tenaga kesehatanterlatih (percentage)
Cakupan Imunisasi (percentage)
Indikator Pendidikan (Sekolah Dasar) - 2008
Angka partisipasi kasar
Angka partisipasi murni
Indikator Pendidikan (Sekolah Menengah Pertama) - 2008
Angka partisipasi kasar
Angka partisipasi murni
Angka Literasi - 2009
Mulai Menjabat 08 Sept 2008
116 Kec 989 Desa
Peringkat se-Indonesia : 13
Nasional = 71.76
Nasional = 74.34%
Nasional = 90.6%
NasionalPerempuan = 109.41%Laki-Laki = 109.42%
NasionalPerempuan = 94.06%Laki-Laki = 93.91%
NasionalPerempuan = 81.89%Laki-Laki = 80.89%
NasionalPerempuan = 67.62%Laki-Laki = 66.36%
Nasional = 92.58%Perempuan = 89.68%Laki-Laki = 95.65%
K.H. M. Zainul Majdi, MA
Ir. H. Badrul Munir, MM
4.5 Juta
8 Kab 2 Kota
Index : 5.33
Provinsi NTB = 64.66
Provinsi NTB = 71.32 %
Provinsi NTB = 94,53%
Perempuan = 106.71%Laki-laki = 109.66%
Perempuan = 94.06%Laki-laki = 94.34%
Perempuan = 82.36%Laki-laki = 82.94%
Perempuan = 71.30%Laki-laki = 70.73%
Provinsi NTB = 90,57%Perempuan = 94,66%Laki-laki = 95,91%
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 25l 25l 25l 25l 25
ADONO (angka drop out nol), AKINO (angka kematian ibu nol), dan BASNOL (buang air sembarangan nol)sebagai salah satu tumpuan pembangunan. Untuk itu pemerintah provinsi telah menetapkan target pembangunanmanusia yang cukup ambisius di dalam dokumen RPJMD. Untuk mengejar ketertinggalan pencapaian target MDGs,Pemerintah Provinsi NTB telah mencanangkan target pengurangan kemiskinan yang jauh lebih tinggi dibandingskenario target minimum pencapaian MDGs.
Dari segi fiskal, alokasi dana APBN untuk NTB relatif kecil, bahkan jika dibandingkan provinsi lain dengan karakteristikpenduduk dan geografis yang serupa. Bahkan, penyelesaian Bandara Internasional Lombok terus mundur karenabelum tuntasnya pembangunan sarana dan prasarana. Untuk mengatasi masalah ini, Gubernur sudah menyiapkanlangkah-langkah tertentu untuk mengawal peningkatan alokasi APBN untuk NTB dan beberapa program prioritasyang didanai APBN.
Misi kelima dari RPJMD Pemerintah Provinsi NTB adalah menegakkan supremasi hukum, pemerintahan yangbebas KKN dan memantapkan otonomi daerah. Dari enam program prioritas sebagai gambaran misi kelima ini,tiga diantaranya sangat relevan dengan end-of-program outcomes yang diharapkan oleh program AIPD, yaitu: (a)Penataan birokrasi pemerintahan daerah; (b) Pemantapan pengendalian dan pengawasan pembangunan, dan (c)Peningkatan kualitas penyelenggaraan otonomi daerah.
Pembentukan Komite Manajemen Program (Pro-gram Management Komite/PMC) akan dilakukandibawah koordinasi Biro Administrasi KerjasamaSetda Provinsi NTB, diikuti dengan pembentukanKomite Kemitraan Percepatan PembangunanNTB (K2P2NTB). Komite ini nantinya berfungsibukan hanya mengkoordinir kerjasama denganprogram AIPD akan tetapi lebih luas dengan pro-gram donor, mitra pembangunan lainnya. KepalaBappeda Provinsi NTB akan menjadi Ketua darikomite ini dan Kepala Biro Administrasi Kerjasamaakan menjadi Sekretaris Komite. Karena kesibukanmasing-masing, sampai saat ini komite ini belumdapat terbentuk.
Proses pemilihan kabupaten/kota yang akan menjadi wilayah kerja AIPD dilakukan dengan Kepala Bappeda, sekretarisBappeda dan beberapa kepala bidang di Bappeda Provinsi NTB. Hasil pembahasan menyepakati 4 kabupatenyang akan menjadi wilayah kerja AIPD, yaitu: Kabupaten Lombok Utara, Kabuaten Lombok Barat, KabupatenDompu, dan Kabupaten Bima. Kabupaten Lombok Utara ditetapkan sebagai kabupaten pertama yang akan menjadiwilayah kerja AIPD.
Dalam menjalankan program kerjanya AIPD tidak menggunakan sistem atau cara-cara baru yang berbeda denganpraktek sistem pemerintah yang sedang berjalan. Sepertibisa dilihat dalam Lampiran 4tentang status kegiatan danrencana kerja, AIPD hanya memberikan nilai tambah sehingga sistem yang sudah ada dapat berjalan lebih efektif.
Sebagai contoh, salah satu program yang telah disetujui untuk dilaksanakan adalah Program Pengingkatan KinerjaTAPD Dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah. Program ini adalah program pemerintahyang secara rutin dilaksanakan setiap tahun untuk menghasilkan dokumen perencanaan pembangunan daerah.Peran AIPD dalam program ini adalah meningkatkan kapasitas dan kualitas dari tahapan kegiatan yang ada melaluiusulan berbagai format penyelarasan kegiatan serta mengusulkan sosialisasi Permendagri yang baru (No. 21 dan22 Tahun 2011) agar bisa diintegrasikan kedalam dokumen perencanaan pembangunan daerah yang akan dihasilkan.Kegiatan ini merupakan contoh yang baik dari pembiayaan bersama kegiatan (cost sharing), dimana total danasharing dari AIPD sebesar 56% dan pemerintah provinsi sebesar 44%.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
2626262626 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
5.3. Nusa Tenggara Timur
Gubernur
Wakil Gubernur
Jumlah Penduduk
Wilayah Administratif
Peringkat Kemitraan Pemerintahan - 2008
Indeks Pembangunan Manusia – 2009
Indikator Kesehatan – 2009
Kelahiran ditangani oleh tenagakesehatan terlatih (percentage)
Cakupan Imunisasi (percentage)
Indikator Pendidikan (Sekolah Dasar) – 2008
Angka partisipasi kasar
Angka partisipasi murni
Indikator Pendidikan (Sekolah Menengah Pertama) – 2008
Angka partisipasi kasar SMP
Angka partisipasi murni SMP
Angka Melek Huruf- 2009
Mulai Menjabat 16 Juli 2008
289 Kec 2.874 desa
Peringkat se-Indonesia : 20
Nasional = 71.76
Nasional = 77.34%
Nasional = 90.6%
NasionalPerempuan = 109.41%Laki-Laki = 109.42%
NasionalPerempuan = 94.06%Laki-Laki = 93.91%
NasionalPerempuan = 81.89%Laki-Laki = 80.89%
NasionalPerempuan = 67.62%Laki-Laki = 66.36%
Nasional = 92.58%Perempuan = 89.68%Laki-Laki = 95.65%
Drs. Frans Lebu Raya
Ir. Esthon L. Foenay, M. Si
4.6 Juta
20 Kab 1 Kota
Index : 5.06
Provinsi NTT = 66.60
Provinsi NTT = 49.85%
Provinsi NTT = 89.45%
Perempuan = 107.23%Laki-laki=109.35%
Perempuan = 91.61%Laki-laki=91.82%
Perempuan = 64.44%Laki-laki=61.88%
Perempuan = 52.04%Laki-laki=47.50%
Provinsi NTT = 89.66%Perempuan = 87.75%Laki-laki = 91.66%
Sumber data:1. BPS. February 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Sosial-Ekonomi Indonesia2. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia tahun 20093. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&Itemid=115 . Accessed 28 June 20114. http://www.kemitraan.or.id/govindex/ accessed 28 June 2011
Pemerintah Pusat telah menetapkan secara resmi status NTT sebagai “provinsi kepulauan”. Wilayahnya yangterdiri dari pulau-pulau memberikan tantangan berat dalam memastikan bahwa pembangunan bermanfaat bagiseluruh masyarakat bahkan di wilayah-wilayah terpencil. Faktor geografis ini terus mendominasi wacana politik diNTT, termasuk usulan untuk menjadikan Flores sebagai provinsi sendiri.
Tahun ini, Pemerintah Pusat mulai menunjukkan perhatian lebih pada ketertinggalan Provinsi NTT. Dalamkunjungannya ke NTT bulan Februari 2011, Presiden SBY menjanjikan adanya tambahan alokasi dana APBNuntuk Provinsi NTT dan mengeluarkan Keppres/ Inpres tentang percepatan pembangunan di NTT. Sampai saatini, beberapa kementerian sudah menunjukkan tambahan alokasi DIPA untuk NTT, seperti misalnya KementerianPU dan Kemendiknas. Hanya saja, peningkatan alokasi APBN ini baru bisa dibuktikan ketika DIPA Perubahan2011 dan DIPA 2012 disahkan serta direalisasikan.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 27l 27l 27l 27l 27
Mutasi PNS di lingkup Pemprov terus berlangsung. Gubernur Propinsi Nusa Tenggara Timur baru saja melakukanmutasi dan pelantikan terhadap 102 pejabat Eselon IV, III dan II di lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Timur,termasuk perubahan beberapa Kepala Bidang di Bappeda Propinsi NTT.
NTT merupakan salah satu contoh utama dari kecenderungan pemerintah daerah yang mengalokasi dana danprogram pengurangan kemiskinan yang langsung disasarkan ke desa. Skema Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM)saat ini merupakan prioritas utama pemerintah provinsi. Untuk itu pemerintah provinsi NTT telah memotongsejumlah belanja tidak langsung dalam APBD untuk mendanai skema ini. Setiap SKPD juga diberikan tanggungjawabuntuk memonitor pelaksanaan Desa Mandiri Anggur Merah di sejumlah desa. Dalam konteks ini, meskipun AIPDtidak didesain untuk memiliki kegiatan-kegiatan berbasis kampung, AIPD memberikan dukungan dalam bentukpelatihan bagi para fasilitator. Kegiatan ini merupakan bagian dari mandat bidang manajemen pengetahuan AIPDyaitu untuk mendukung koordinasi yang lebih luas terhadap program-program dukungan AusAID.
Sejalan dengan itu BAPPEDA Provinsi NTT telah menunjuk Sekretariat Terpadu Kerjasama Pembangunan LembagaInternasional (SPADU-KPLI) BAPPEDA Provinsi NTT sebagai koordinator untuk mengkoordinir semua kegiatanyang dilakukan oleh AIPD dan mengambil peran sebagai Komite Pengelola Program atau Program ManagementCommittee (PMC).
Menu kegiatan yang telah disepakatioleh PCC pada bulan Februari 2011di dalam rencana kerja umumternyata sangat relevan untuk NTT,dan untuk itu implementasikegiatan-kegiatannya akan segeradimulai. Kenyataan menunjukkanbahwa ada kebutuhan besar agarAIPD segera menyediakan sumber-daya, khususnya untuk merekrutdengan cepat para fasilitatordaerah.
Kegiatan-kegiatan dukungan yangtelah dan sedang dilakukansebagaimana tertera dalam Lampiran 4 merupakan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan sesuai dengan TugasPokok dan Fungsi (TUPOKSI) dari masing-masing SKPD dimana sumberdaya (keuangan dan SDM) yang dimilikisangat terbatas dan tidak dimasukkan dalam perencanaan dan penganggaran pemerintah.
Selain dukungan kegiatan di tingkat Provinsi, program AIPD juga mulai diimplementasi di tingkat Kabupaten/Kotayang telah dipilih berdasarkan kriteria-kriteria pemilihan yang ditetapkan bersama pemerintah. Adapun kabupaten/Kota yang terpilih untuk implementasi kegiatan program AIPD adalah: Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU),Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Kabupaten Ngada, Kabupaten Flores Timur (Flotim). Dari 4 Kabupaten/Kota yang telah dipilih, maka telah ditetapkan bersama bahwa untuk tahun pertama, Kabupaten TTU menjadikabupaten pertama implementasi program AIPD di NTT.
Pemerintah TTU sudah menyediakan tempat sebagai kantor program AIPD serta gedung untuk pembangunanResource Centre. AIPD bersama pemerintah provinsi juga telah memetakan dukungan yang dibutuhkan dalamperumusan RPJMD kabupaten TTU.
Keberhasilan dari dukungan di TTU ini telah mengilhami Kabupaten Flores Timur untuk mengajukan permintaandukungan yang sama. Diketahui bahwa saat ini Bupati TTU dan Flores Timur baru saja dilantik dan secara aktifmencari peluang dukungan pemerintah provinsi dan AIPD guna menyelesaikan dokumen RJPMD dalam enambulan sebagai bupati. Dukungan AIPD seperti ini merupakan contoh bagaimana proses PILKADA sangatberpengaruh terhadap perumusan rencana kerja AIPD di satu wilayah. Penyediaan dukungan seperti ini sangatlpenting dalam menciptakan hubungan baik, sekaligus menunjukkan AIPD dapat menjadi mitra dalam memenuhikebutuhan nyata pemerintah daerah. Penyediaan dukungan seperti ini juga akan memperkuat fungsi pemerintah
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
2828282828 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
provinsi sebagai mitra AIPD dalam mengawasi dukungan yang diberikan kepada kabupaten.
Menghadapi berbagai permintaan dukungan dari pemerintah, sangatlah penting bagi AIPD untuk menghindariterjadinya duplikasi atau substitusi kegiatan yang sebenarnya sudah dianggarkan pembiayaannya melalui APBD.Dukungan yang diberikan pada tahapan awal memang terfokus pada penyiapan dokumen-dokumen teknis, misalnyaRPJMD, sekalipun hal ini seharusnya dibiayai oleh APBD. Memang ada resiko diposisikannya AIPD sebagai ‘mesinATM’ dan dijadikannya dana AIPD sebagai substitusi pembiayaan APBD. Ke depan AIPD harus memastikan hal initidak terjadi. Salah satu contoh lain adalah permintaan agar AIPD membiayai proses Musrenbang di TTU – walausebenarnya pembiayaan tersebut wajib dibiayai oleh APBD, dan dana AIPD kurang sesuai untuk maksud tersebut.Hal ini memang mensyaratkan pentingnya komunikasi yang jelas tentang pendanaan AIPD kepada kabupaten-kabupaten mitra. Selain itu, menyepakati pedoman operasional secara tertulis antara AIPD dan pemerintah kabupatenmerupakan salah satu cara untuk mengklarifikasi apa yang bisa dan tidak bisa dibiayai oleh AIPD.
Dalam setiap penyusunan ToR kegiatan, aspek penting yang harus diperhatikan adalah analisa terhadap targetcapaian pada akhir kegiatan yang dilaksanakan. Setiap kegiatan memerlukan kerangka logis yang jelas dankontribusinya terhadap perbaikan pelayanan publk.Dalam penyusunan TOR, Tim AIPD memberikan perhatianyang kuat terhadap pentahapan pelaksanaan program dan bagaimana mengukur kemajuan keberhasilan di setiaptahap. Sistem pengendalian mutu secara internal yang digunakan dalam proses pembuatan ToR Kegiatan yaituQuality at Entry (QAE) sangat berguna dalam membantu dan memberikan fokus kepada tim AIPD terhadappenyelesaian ToR dan indikasi anggaran kegiatan dengan para mitra.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 29l 29l 29l 29l 29
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
3030303030 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Berbeda dengan karakteristik Provinsi Jawa Timur, Provinsi Papua Barat tergolong sebagai kawasan yang ekstrim.Meskipun memiliki potensi sumberdaya alam yang kaya serta penerimaan perkapita tertinggi di Indonesia, namunmenempati peringkat kedua sebagai provinsi termiskin di Indonesia, memiliki indeks pembangunan manusia ketigaterendah di Indonesia, serta masuk dalam 5 terendah dalam peringkat kemitraan pemerintah. Berbagai indikatorpembangunan lainnya secara konsisten juga menunjukkan capaian yang rendah.
Dengan konteks yang demikian, tantangan utamanya adalah pada usaha mempercepat pembangunan dan realisasisepenuhnya mandat otonomi khusus. Kehadiran AIPD di Papua Barat, yang diresmikan kehadirannya pada 5 Mei2011 oleh Gubernur Papua Barat dan Kepala AusAID Indonesia, menjadi relevan. Upaya ini dapat dilakukanmelalui pemanfaatan secara efektif sumber dana yang besar menjadi layanan publik yang lebih baik, terutamakepada masyarakat miskin dan penduduk asli Papua. Namun upaya-upaya tersebut dapat terhambat dan sia-siaakibat minimnya kapasitas pemerintah daerah, dan akibat kegagalan menangani situasi politik yang penuh tantangan.
5.4. Papua Barat
Gubernur
Wakil Gubernur
Jumlah Penduduk
Wilayah Administratif
Peringkat Kemitraan Pemerintahan – 2008
Indeks Pembangunan Manusia 2009
Indikator Kesehatan – 2009
Kelahiran ditangani oleh tenagakesehatan terlatih (percentage)
Cakupan Imunisasi (percentage)
Indikator Pendidikan (Sekolah Dasar) – 2008
Angka partisipasi kasar
Angka partisipasi murni
Indikator Pendidikan (Sekolah Menengah Pertama) – 2008
Angka partisipasi kasar
Angka partisipasi murni
Angka Melek Huruf- 2009
Mulai Menjabat 24 July 2006
167 distrik 1.410 kampung
Peringkat se-Indonesia : 29
Nasional = 71.76
Nasional = 77.34%
Nasional = 90.6%
NasionalPerempuan = 109.41%Laki-Laki = 109.42%
NasionalPerempuan = 94.06%Laki-Laki = 93.91%
NasionalPerempuan = 81.89%Laki-Laki = 80.89%
NasionalPerempuan = 67.62%Laki-Laki = 66.36%
Nasional = 92.58%Perempuan = 89.68%Laki-Laki = 95.65%
Brigjen (Purn) Abraham O. Atururi
Drs. Rahimin Katjong, M Ed.
760 ribu
10 Kab 1 Kota
Index : 4.37
Thn 2009 = 64.53
Provinsi Papua Barat = 60.43%
Provinsi Papua Barat = 88.56%
Perempuan = 117.45%Laki-laki = 119.36%
Perempuan = 89.17%Laki-laki = 92.39%
Perempuan = 60.43%Laki-laki = 64.34%
Perempuan = 50.85%Laki-laki = 46.85%
Provinsi Papua Barat = 92.34%Perempuan = 90.13%Laki-laki = 95.57%
Sumber data:1. BPS. February 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Sosial-Ekonomi Indonesia2. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia tahun 20093. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&Itemid=115 . Accessed 28 June 20114. http://www.kemitraan.or.id/govindex/ accessed 28 June 2011
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 31l 31l 31l 31l 31
Tahun ini, akan berlangsung Pemilihan Gubernur (Pilgub) Papua Baratdan Pemilihan Bupati (Pilbup) Maybrat danTambrauw, yang sangat berpengaruh pada proses pemerintahan di provinsi ini. Masa Jabatan Gubernur AbrahamO. Atururi sebetulnya berakhir pada bulan Juni 2011, tetapi Pilgub tidak bisa dilangsungkan tepat waktu karenaketidaksiapan dana di KPUD serta keterlambatan pembentukan MRP4.
Ketegangan politik yang tinggi di sekitar PILKADA berdampak pada pelaksanaan program AIPD di Papua Barat.Pada pihak pemerintah, terlihat jelas adanya keraguan para pejabat menengah dalam membuat keputusan. Kulturpolitik yang kuat dan terpusat pada atasan membuat usaha-usaha untuk menggerakkan birokrasi secara cepatsedikit terhambat ketika proses PILKADA berlangsung, yang memberi kesan akan ketidakpastian kepemimpinan.Lamanya proses pembentukan PMC merupakan akibat dari situasi tersebut. Setelah PMC, agenda mendesaklainnya adalah penetapan pedoman operasional (technical arrangement) serta pemilihan kabupaten.
Selain mendorong pembentukan PMC, AIPD mengisimasa transisi PILKADA tersebut dengan persiapanquick-start activities, yang juga prosesnya mengalamiketerlambatan karena keterbatasan pengambilankeputusan pejabat tingkat menengah dan arah daripejabat-pejabat kunci daerah di bawah Gubernur.AIPD juga terus membangun komunikasi yang intensifdengan Universitas Negeri Papua dan sejumlah LSMuntuk mempersiapkan pelaksanaan komponen de-mand side program.
Untuk menjaga relevansi kehadiran program AIPDguna terus mendorong kontribusi kegiatan AIPD padaalokasi efektif dari sumber dana yang besar ke dalamsektor-sektor pelayanan publik dasar, namun jugamenyadari situasi transisi PILKADA, maka di tahun2011 program AIPD di provinsi ini hanya akan fokuspada hal-hal yang mendukung implementasi kebijakannasional, seperti pembentukan LPSE Provinsi Papua Barat, sosialisasi kerangka regulasi Keterbukaan InformasiPublik, dan persiapan penyusunan RPJMD Provinsi 2011-2016.
Tantangan lain yang muncul adalah dihentikannya penggunaan mekanisme PNPM/RESPEK untuk menyalurkanblock grantdana otsus dari pemerintah provinsi ke kampung dalam rangka pengurangan kemiskinan sejak akhir2010. Mengingat implikasinya yang besar untuk berinvestasi pada sistem baru dan tidak mengoptimalkan investasipada sistem yang telah berjalan, program AIPD melalui akan memposisikan lagi dukungannya secara strategisuntuk lebih fokus pada komponen masyarakat yang aktif untuk melatih masyarakat berinteraksi secara intensifdalam mengadvokasi informasi penyaluran dan pemanfaatan dana tersebut.
4 Saat ini pro-kontra pembentukan MRPB (Majelis Rayat Papua Barat), sekalipun merupakan bagian integral dari MRP di Jayapura, masih terusterjadi. Pro-kontra ini dipicu oleh pelantikan MRPB oleh Gubernur Atururi pada tanggal 14 Juni 2011 lalu.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
3232323232 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
5.5. Papua
Gubernur
Wakil Gubernur
Jumlah Penduduk
Wilayah Administratif
Peringkat Kemitraan Pemerintahan - 2008
Indeks Pembangunan Manusia 2009
Indikator Kesehatan - 2009
Kelahiran ditangani oleh tenagakesehatan terlatih (percentage)
Cakupan Imunisasi (percentage)
Indikator Pendidikan (Sekolah Dasar) - 2008
Angka partisipasi kasar
Angka partisipasi murni
Indikator Pendidikan (Sekolah Menengah Pertama) - 2008
Angka partisipasi kasar
Angka partisipasi murni
Angka Literasi - 2009
Mulai Menjabat 25 July 2006
385 distrik 3.579 kampung
Peringkat se-Indonesia : 21
Nasional = 71.76
Nasional = 77.34%
Nasional = 90.6%
NasionalPerempuan = 109.41%Laki-Laki = 109.42%
NasionalPerempuan = 94.06%Laki-Laki = 93.91%
NasionalPerempuan = 81.89%Laki-Laki = 80.89%
NasionalPerempuan = 67.62%Laki-Laki = 66.36%
Nasional = 92.58%Perempuan = 89.68%Laki-Laki = 95.65%
Bernabas Suebu, SH
Alex Hasegem, SE
2.8 Juta
28 Kab 1 Kota
Index : 5.01
Provinsi Papua = 68.58
Provinsi Papua = 49.08%
Provinsi Papua = 64.2%
Perempuan = 97.36%Laki-Laki = 102.98%
Perempuan = 80.60%Laki-Laki = 82.78%
Perempuan = 67.75%Laki-Laki = 71.70%
Perempuan = 50.07%Laki-Laki = 47.54%
Provinsi Papua = 70.29%Perempuan = 64.89%Laki-laki = 75.52%
Sumber data:1. BPS. February 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Sosial-Ekonomi Indonesia2. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia tahun 20093. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&Itemid=115 . Accessed 28 June 20114. http://www.kemitraan.or.id/govindex/ accessed 28 June 2011
Indikator-indikator pembangunan bagi Provinsi Papua, yang letaknya paling jauh dari pusat pemerintahan diJakarta, juga menunjukkan karakternya sebagai kawasan ekstrim. Mirip dengan Provinsi Papua Barat, ProvinsiPapua adalah provinsi terluas, dengan tingkat kepadatan penduduk terendah di Indonesia. Provinsi Papua termasukdalam provinsi dengan GRDP perkapita dalam kelompok tertinggi di Indonesia, memiliki penerimaan fiskal perkapitakedua tertinggi setelah Papua Barat, namun juga memiliki tingkat kemiskinan tertinggi dan indeks pembangunanmanusia terendah di Indonesia. Tantangan Provinsi Papua adalah juga pada usaha mempercepat pembangunandan realisasi sepenuhnya mandat otonomi khusus. Mirip dengan Papua Barat, tantangan untuk memanfaatkansumberdaya fiskal yang besar menjadi pelayanan publik yang baik, juga berpotensi untuk terus terhambat karenaketerbatasan kapasitas dan situasi politik yang sensitif.
Sebagaimana di Papua Barat, Provinsi Papua juga sedang mempersiapkan PILKADA Gubernur, karena masa JabatanGubernur Barnabas Suebu berakhir pada bulan Juni 2011 ini. Ironisnya, sama seperti yang terjadi di Papua Barat,
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 33l 33l 33l 33l 33
PILKADA Gubernur Papua juga mengalami penundaan karena peraturan perundang-undangan yang tumpangtindih. Bahkan, Pilgub Papua masih belum memiliki tanggal yang pasti akibat kewenangan verifikasi pendaftaranbakal calon Gubernur antara DPRP dan KPUD.
Suksesi kepemimpinan di Provinsi Papua ini menjadi sangat penting bagi berbagai kalangan karena sangatmenentukan keberlanjutan kebijakan Pemerintah Provinsi yang saat ini berhubungan dengan Otonomi Khusus(Otsus), seperti program RESPEK dan pengelolaan dana Otsus. Apalagi, akhir-akhir ini pengelolaan dana Otsussedang disorot karena laporan audit BPK mengindikasikan adanya penyimpangan pengelolaan dana Otsus sebesarRp. 1,85 Triliun. Hasil Pilkada dan penyelesaian masalah dugaan penyimpangan dana Otsus diatas sedikit banyakakan mempengaruhi arah dan strategi implementasi program AIPD di Propinsi Papua.
Meskipun memiliki konteks yang mirip, namun sejak peresmian program AIPD oleh Gubernur Suebu dan KepalaAusAID Indonesia pada 3 Mei 2011 lalu, proses pembentukan PMC, pemilihan kabupaten dan pembahasantechnical arrangement memiliki proses yang jauh lebih maju.
Dalam pembahasan antara PMC dengan Tim AIPD, disepakatibahwa dukungan AIPD difokuskan pada area peningkatankapasitas pemerintah daerah dalam melakukan perbaikandokumen-dokumen perencanaan pembangunan daerah,dukungan terhadap keterbukaan informasi publik danmemfasilitasi keterlibatan masyarakat sipil dalam prosesperencanaan dan penganggaran pembangunan daerah. Saatini TOR untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut telahdisetujui melalui proses QAE sehingga kegiatan-kegiatankonkrit akan segera dimulai di bulan Juli atau Agustus 2011.
Pemilihan kabupaten lokasi proyek sudah dilakukan oleh PMCpada 26 Mei 2011. Seleksi dilakukan dengan menggunakansejumlah kriteria yang diterapkan dalam dua tahap. Pada tahappertama ditetapkan nominasi kabupaten berdasarkan kriteriaantara lain: sebaran geografis (selatan, utara, pegunungan/dalam/tengah dan kepulauan), jadwal PILKADA kabupaten (Jikapilkada baru selesai dilaksanakan atau baru dilantik, maka akansemakin besar peluang untuk dipilih, karena dukungan untukpenyiapan dokumen perencaan dan anggaran bisa dilakukansecara menyeluruh), kabupaten induk (minimal telah 5 tahun berdiri, demi menjamin tersedianya infrastrukturyang cukup untuk dijadikan model bagi kabupaten pemekaran), serta karakteristik wilayah (terutama denganmenggunakan indikator kemiskinan).
Kabupaten yang menjadi nominasi pertama adalah Merauke, Yahukimo, Yapen dan Keerom. Pada tahap selanjutnyakomitmen pemerintah kabupaten untuk berpartisipasi aktif dalam program AIPD akan diukur dengan menggunakansejumlah kriteria pendukung. Berdasarkan hasil pertemuan PMC dan pertemuan dengan Pemerintah KabupatenMerauke, maka Kabupaten Merauke telah dipilih untuk segera lokasi program. Persiapan implementasi dan launchingdi Merauke akan dilakukan di bulan Juli 2011.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
3434343434 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 35l 35l 35l 35l 35
Aktivitas Terkait Pemerintah Pusat
Sejak persiapan dan dimulainya pelaksanaan program AIPD, koordinasi intensif dengan Pemerintah Pusat telahdilaksanakan. AIPD terus melakukan koordinasi dengan mitra utama yang merupakan anggota Program Coordina-tion Committee (PCC) AIPD, yaitu: a) Pusat Administrasi Kerja Sama Luar Negeri (AKLN) Kemendagri; b) DirektoratJenderal Keuangan Daerah Kemendagri; c) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kemenkeu; dan d)Direktorat Otonomi Daerah Bappenas. Selama semester pertama 2011, koordinasi dengan anggota PCC difokuspanpada 3 hal, yaitu:
a) Penyusunan Rencana Kerja AIPD tahun 2011.b) Konsultasi rancangan monitoring and evaluation framework.c) Perumusan dukungan AIPD untuk ketiga Kementrian.
Di luar mitra utama di atas, AIPD juga berkoordinasi dengan beberapa Kementerian/ Lembaga penting lainnya.
A. Komisi Informasi Pusat (KIP)
Untuk mendapatkan dukungan dan membangun koordinasi dengan KIP, AIPD telah melakukan dua kali pertemuandengan Ketua Komisi dan staff KIP. Hasil pertemuan tersebut telah berhasil membangun kesamaan pandangdan konsep bentuk kerjasama antara Komisi Informasi Pusat dengan AIPD dalam rangka implementasi UUNo.14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan peraturan serta kebijakan yang terkait di tingkat propinsimaupun Kabupaten yang merupakan lokasi kerja AIPD. Dalam waktu dekat, diharapkan dapat disepakati bentukkonkrit kerjasama antara AIPD dan Komisi Informasi Pusat khususnya yang berkaitan dengan mendorongterbentuknya dan beroperasinya PPID dan KIPD di semua lokasi kerja AIPD.
B. Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4)
Pemprov Jawa Timur baru-baru ini menjajaki kemungkinan untuk mendapatkan dukungan AIPD dalammenerapkan model monitoring dan evaluasi UKP4 di Provinsi Jawa Timur. Bahkan, jika memungkinkan, PemprovJatim ingin memformalkan mekanisme ini dalam bentuk UKGP3. Melihat permintaan ini, AIPD bertemu denganpihak UKP4 untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan meng-assess kemungkinan dukungan AIPD. Dalamdiskusi ini, UKP4 mengkonfirmasi bahwa Jawa Timur merupakan provinsi pertama yang akan menerapkanmodel evaluasi UKP4 dan menjadi pilot UKGP3. UKP4 juga akan memberikan bantuan teknis kepada PemprovJawa Timur. Model UKP3 ini nantinya diharapkan untuk direplikasi dan disesuaikan dengan kondisi provinsi-provinsi lain. AIPD sendiri sudah memasukkan permintaan dukungan ini ke dalam program kerja 2011 dan2012 dan berkoordinasi secara periodik dengan UKP4.
Dukungan dan Kerjasama AIPD dengan BAKTI
Untuk mendukung kolaborasi dan harmonisasi pelaku pembangunan sekaligus mengedepankan proses belajardan pengelolaan pengetahuan di Kawasan Timur Indonesia, AIPD mendukung Yayasan BaKTI. Terhitung sejak April
6. Pemerintah Pusat danDukungan Lintas Program
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
3636363636 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
2011 hingga Juni 2011, beberapa kegiatan dibawah 3 tujuan program telah dilakukan dengan output sebagaiberikut:
Dukungan kolaborasi dan harmonisasi Para Pelaku Pembangunan di KTI (harmonization)
- Database 54 program mitra pembangunan di KTI di-update
- Dukungan terhadap 65 klien, termasuk AIPD (penyediaan monitoring media bulanan untuk berita terkaitPengelolaan Keuangan Daerah), AusAID Democratic Governance Unit (terkait informasi mengenai NGOyang fokus pada Pemilu di Papua), dll.
- Meningkatnya jumlah pengunjung BaKTI mencapai 1,610 orang, diantaranya 514 menggunakan layananpustaka dan 1069 menggunakan layanan internet
- Dukungan bagi para pelaku pembangunan untuk saling belajar dan berbagi pengetahuan (knowledgesharing)
- 18 praktik cerdas telah diverifikasi, didokumentasi dan dipresentasikan di FKTI IV dan V.
- Meningkatnya jumlah pengunjung www.batukar.info dengan total 1061 anggota dan 21 kontributoraktif, dengan total 6.764 berita/informasi. Total jumlah pengunjung situs adalah 44,128 (81,028 pageviews).
- Bengkel Komunikasi Pembangunan dilaksanakan dan diikuti oleh 21 peserta dari berbagai institusi danmitra pembangunan di KTI.
- Tiga edisi BaKTI News diproduksi dan didistribusikan ke 2800 pelanggan di KTI.
- 22 kegiatan berbagi pengetahuan dilaksanakan di BaKTI, misalnya Launching Sahabat BaKTI, Film screen-ing dan diskusi Wajah Pendidkan Indonesia, dll.
- Policy Paper Writing workshop dilaksanakan di BaKTI melalui Jaringan Peneliti (JIKTI) melibatkanperwakilan dari 12 provinsi.
Dukungan media dan mekanisme penyampaian input dan agenda pembangunan
- Regional workshop di Sulawesi Tenggara (mengenai Metoda Penelitian) dan Sulawesi Selatan (terkaitkebijakan pembangunan daerah), dan Maluku (terkait penulisan proposal penelitian). 3 peserta work-shop di Maluku berhasil mendapatkan ‘research grant’ dari Kementrian Pendidikan Nasional.
Gender
Selama enam bulan pertama pelaksanaan program, AIPD telah menunjukkan komitmennya untukmengarusutamakan gender ke dalam seluruh aspek program, yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut:
- Evaluasi tentang pentingnya aspek gender dipertimbangkan dalam program telah dilakukan melaluidiintegrasikan kesetaraan gender pada desain setiap kegiatan baru yang proses melalui evaluasi QAE.
- Pengembangan strategi untuk mengintegrasikan pengarusutamaan gender kedalam program AIPD sertastrategi untuk mendorong kesetaraan gender pada lembaga-lembaga mitra AIPD. Strategi ini mencakupidentifikasi entry points untuk dilakukannya reformasi kelembagaan, pemetaan mitra pelaksanaan potensial,serta penerapan indikator dan mekanisme untuk memonitor dan mengevaluasi upaya promosi kesetaraangender di dalam program AIPD.
Strategi tentang bagaimana AIPD akan mendorong kesetaraan gender akan diselesaikan pada bulan Agustus 2011,meskipun sejumlah aspek dari strategi ini sebenarna telah dilaksanakan melalui rekomendasi-rekomendasi yangdibuat selama proses QAE. Pelaksanaan secara penuh strategi kesetaraan gender AIPD diharapkan dapat berjalanpenuh mulai September 2011 dan kemudian akan mulai dilaporkan dalam laporan enam bulanan berikutnya.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 37l 37l 37l 37l 37
Dukungan AIPD terhadap penyelenggaraan Lokakarya Nasional Pengelolaan Anggaran untukPeningkatan Pelayanan Dasar, Jakarta 3-5 Mei 2011
Lokakarya Nasional Pengelolaan Anggaran untuk Peningkatan Pelayanan Dasar: ‘Praktek dan Inovasi Daerah untukMencapai MDGs melalui penerapan SPM’ telah berlangsung dari tanggal 3 Mei sampai 5 Mei 2011 di HotelSantika Premiere, Jakarta. Lokakarya ini merupakan kerjasama Ditjen Otonomi Daerah dan para donor yangterdiri dari BASICS/CIDA, AIPD-AusAID, DeCGG/GIZ, PSF, DSF dan ACCESS-AusAID.
Lokakarya ini dibuka oleh Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Prof. Dr. H. Djohermansyah Djohan, MA danditutup oleh Sekretaris Ditjen Otda Drs. Ujang Sudirman, M.M. Lokakarya ini melibatkan 20 narasumber, 5 pembahasdan 3 orang pembuat resume, 1 juru foto, dan 1 kartunis.5
Tujuan Utama lokakarya ini adalah:
- Meningkatkan pemahaman peserta tentang analisa dan metodologi analisa anggaran berbasis pelayanandasar yang dilakukan pemerintah daerah juga beberapa organisasi di Indonesia baik dari donor, pemerintahdan organisasi lainnya;
- Mengetahui berbagai metoda analisa anggaran berbasis pelayanan dasar dan menemu kenali metodeanalisa anggaran yang praktis, ramah pengguna, dan mudah diterapkan guna peningkatan pelayanan dasar;
- Mencermati berbagai inovasi, praktek cerdas serta tantangan dan jalan keluar yang diterapkan oleh daerahatau organisasi masyarakat sipil untuk menjawab persoalan pelayanan dasar di daerah masing-masing;
- Mendorong pertukaran dan pembagian praktek cerdas dan inovasi di antara pihak yang terkait.Mencaripeluang untuk sinergi bagi donor dengan fokus kerja yang serupa.
Peserta yang hadir berjumlah 297 orang, terdiri dari 220 laki-laki dan 77 perempuan. 15 orang dari pesertatersebut didanai oleh AIPD yang merupakan utusan dari Bappeda, DPRD dan LSM dari masing-masing propinsilokasi AIPD. Peserta secara keseluruhan terdiri dari berbagai lembaga yaitu, DPR RI, Kementerian Kesehatan,Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak, Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara,Badan Pemeriksa Keuangan, Kementerian dalam Negeri yang hadir dari Biro Perencanaan Otda, Balitbang, DitjenBangda, Puspen Humas, Ditjen PUM, Ditjen Keuangan Daerah, Direktorat UPD 1 dan UPD 2. Dari pemerintahdaerah termasuk Anggota DPRD, Wakil Gubernur, Asisten 2, kepala dan staff Bappeda Provinsi dan kabupaten,dan 5 bupati (Wakatobi, Boalemo, Sidoarjo, Sumba Timur dan Minahasa). Dari Masyarakat Desa yang hadir sebagaimitra ACCESS terdiri dari masyarakat yang berasal dari Desa Rappoa/Bantaeng, Desa Kairani/Kupang, Desa KopangRembiga/Kec Kopang, dan Desa Paranda /Sumba Timur. Dari Organisasi masyarakat sipil terdiri dari Yayasan Perdu,Formasi, ICW, Pattiro Serang, Pattiro Surakarta, Seknas Fitra, Advokat Jayapura, Somasi dan Mitra Samya danlembaga lainnya. Hadir juga pembahas dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, serta 8 wartawan nasionaldan lokal antara lain Jakarta Post dan wartawan radio KBR 68H.
Lokakarya ini telah menghasilkan rekomendasi-rekomendasi sebagai berikut:
- Perlu adanya ketersediaan anggaran yang memadai untuk memastikan pemenuhan pelayanan dasar yangmencakup; perbaikan data, inovasi daerah sesuai aturan, kapasitas pemberi layanan, supervisi danpengawasan serta upaya-upaya masyarakat untuk percepatan pelaksanaan pelayanan dasar denganmempertimbangkan indikator lokal, responsif gender, transparansi pengelolaan anggaran dan sistem “re-ward dan punishment”;
- Dalam rangka mencapai target MDGs 2014 dan penerapan SPM, diperlukan analisis anggaran yangmemproritaskan pada pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan agar memadai jumlahnya, menjawabpersoalan dan peka terhadap isu gender serta berpihak terhadap masyarakat kurang mampu danmemperhatikan kondisi pelayanan dasar di tingkat lokal;
5 Adapun video graphic Loknas bisa diakses pada: http://www.youtube.com/watch?v=sTjRANHu5HY&feature=player_embedded
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
3838383838 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
- Perbaikan aturan hukum yang tumpang tindih dan penyebarluasan aturan-aturan hukum yang mendukungMDGs dan SPM melalui konsultasi dan sosialisasi;
- Evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah kaitan dengan anggaran perlu dikembangkan bukanhanya ditekankan pada transparansi dan akuntabilitas yang sudah dijalankan tetapi meningkat pada kinerjauntuk menjawab persoalan pelayanan dasar;
- Pemerintah dan donor perlu menyebarluaskan praktek praktek yang baik ini ke berbagai pihak, mengadakanforum diskusi multi pihak untuk bagaimana percepatan Indonesia mencapai target MDGs dan menerapkanSPM serta meningkatkan kapasitas ke berbagai pihak;
- Metodologi analisa anggaran yang praktis dan peka gender serta berpihak kepada layanan dasar perluterus dikembangkan sehingga bisa diimplementasikan dengan mudah oleh pihak legislatif, eksekutif dankelompok-kelompok masyarakat sipil.
Dari hasil Lokakarya Nasional ini telah disepakati pula aksi tindak lanjut yang disusun bersama antara Kepmendagridan donor untuk melanjutkan kemitraan antara Kemendagri dan donor dalam upaya pencapaian MDGs melaluipenerapan SPM, dan juga memastikan upaya bersama dalam peningkatkan anggaran pelayanan dasar dengan cara:
- Mendorong pertukaran dan pembagian praktek cerdas dan inovasi di antara pihak yang terkait.Mencaripeluang untuk sinergi bagi donor dengan fokus kerja yang serupa.
- Setiap daerah diharapkan mendorong perencanaan dan anggaran berbasis MDGs dengan penerapanSPM dan donor bisa mendorong hal ini di daerah kerjanya masing-masing.
- Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berharap dapat dilibatkandalam kegiatan-kegiatan untuk mendorong penerapan SPM di daerah;
- Daerah memerlukan dukungan untuk menerapkan SPM dari Instansi Pemerintah Nasional terkait;
- Bersama dengan DPR RI mendorong anggaran kesehatan nasional agar lebih memprioritaskan anggaranpelayanan dasar yang mendukung MDGs dan SPM.
- Mendiskusikan resume Loknas pada pihak-pihak yang berkepentingan.
- Mengupayakan sinergi antara donor dalam kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan dasar.
- Menyusun Pendekatan dan Pedoman Perhitungan Anggaran Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan berbasisSPM
- Penyusunan pedoman analisis APBD berbasis MDG/SPM dan Gender Responsif
Dukungan AIPD untuk memperbanyak buku Standard Pelayanan Minimal (SPM)
Pemerintah Pusat telah menetapkan Standard Pelayanan Minimal untuk 13 Sektor yaitu; Perumahan Rakyat,Pemerintahan dalam Negeri, Sosial, Kesehatan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, LingkunganHidup, Keluarga berencana dan Sejahtera, Ketenagakerjaan, Pendidikan, Pekerjaan Umum, Ketahanan Pangan,Kesenian dan Komunikasi dan Informasi. Bersama dengan lembaga Donor yang lain seperti, DSF- World Bank,GIZ-DeCGG dan BASIC-CIDA, AIPD telah memberikan dukungan pendanaan untuk memperbanyak danmendistribusikan sejumlah 1000 (seribu) eksemplar buku tetang peraturan Standard Pelayanan Minimal untukke 13 sektor tersebut di atas.
Dukungan AIPD Terhadap Seminar Keuangan di Kementrian Keuangan, Jakarta
AIPD berkomitmen untuk mendukung Kementerian Keuangan dalam mengadakan Konferensi InternasionalDesentralisasi Fiskal, bersama dengan ADB, DSF, dan GTZ. Melalui konferensi ini, Kemenkeu ingin menunjukkan
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 39l 39l 39l 39l 39
perkembangan desentralisasi di Indonesia sekaligus belajar dari pengalaman yang sama di negara lain.
Konferensi ini akan membahas empat topik desentralisasi, yaitu:
1. Getting the Political Economy of Fiscal Decentralisation Right
2. Achieving Effective, Efficient and Equitable Systems of Revenue Assignment and Intergovernmental Transfers
3. Optimizing the Delivery of Public Infrastructure and Services at Provincial and Local Levels
4. Implementing Policies to Support Economic and Social Development in the Regions
Konferensi ini akan diisi oleh pembicara dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan negara sahabat. Pembicarainternasional akan berasal China, Afrika Selatan, Amerika Serikat, UN Economic Commission for Latin Americaand the Caribbean (ECLAC), Kanada, Brazil, danFilipina. Mereka akan mempresentasikan dan mendiskusikanlesson learned dan best practices dari pelaksanaan desentralisasi fiskal di negara mereka.
Awalnya, konferensi ini direncanakan untuk diadakan pada semester I 2011. Tetapi, karena berbagai kegiatan lainpada awal tahun ini, pelaksanaan konferensi ini ditunda ke bulan September 2011.
Dukungan AIPD untuk keberlanjutan kegiatan-kegiatan dari Program ANTARA
Seluruh kegiatan dari program ANTARA telah selesai dilaksanakan sesuai jadwal. Sejumlah kegiatan telah diperluasmenjadi bagian dari AIPD, diantaranya yang penting untuk diungkapkan adalah dukungan untuk pembentukandan pengoperasian sejumlah resource centre di tingkat provinsi dan kabupaten. Saat ini resource centre telahdibangun di Kupang, dan sejumlah resource centre lain tengah dalam persiapan di kabupaten TTU, provinsi PapuaBarat dan provinsi NTB. Kegiatan Analisa Pengeluaran Publik juga terus didukung dan dilanjutkan bersama dengandukungan untuk penyiapan dokumen APBD. Dukungan bagi pelaksanaan PNPM/RESPEK di provinsi Papua jugatelah dan akan terus dilanjutkan dalam periode pelaporan kegiatan berikutnya. Sejumlah dukungan lain juga telahdiberikan kepada Yayasan BaKTI dimana AIPD menyediakan dukungan pendanaan utama dan bermitra secarastrategis dalam penyediaan dan pelaksanaan berbagai kegiatan pengelolaan pengetahuan.
Salah satu kegiatan lain di bidang pengelolaan keuangan daerah adalah dukungan bagi kegiatan MKPP. Dukunganini diberikan kepada pemerintah provinsi di Papua, NTT dan NTB. Dalam usulan rencana kerja 6 – 12 bulan diprovinsi NTB, kegiatan ini tidak dinominasikan untuk dibiayai oleh oleh AIPD. Selain dukungan dari AIPD, pelaksanaanMKPP di Provinsi Papua didukung oleh Bank Dunia, yang juga dibiayai oleh AusAID.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
4040404040 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 41l 41l 41l 41l 41
Penyusunan Rencana Kerja Semester ke dua tahun 2011
Seperti pada semester pertama, maka pada semester kedua AIPD akan melakukan penyusunan rencana kerjadengan mempertimbangkan tiga hal utama yaitu:
Terbuka dan akomodatif terhadap kebutuhan, permintaan, dan kondisi para stakeholder kunci. Halini dimaksudkan untuk membangun hubungan, meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki para stake-holder kunci serta merupakan aksi atau reaksi cepat yang diberikan oleh AIPD untuk menjawab sebuahkebutuhan para stakeholder akan dukungan dari pihak lain untuk perbaikan pelayanan publik. Permintaanpara stakeholder biasanya didorong oleh beberapa hal misalnya: adanya kepemimpinan baru di suatudaerah, adanya peraturan atau kebijakan baru dari pemerintah pusat, adanya inisiative/programpembangunan yang baru dari pemerintah pusat/daerah serta adanya inisiatif masyarakat untukmemdorong perbaikan pelayanan publik.
Memastikan integrasi dan kolaborasi antar-komponen
Fokus pada produk kunci (key deliverable) yang sudah teridentifikasi dan termuat di dalam deliv-ery strategy program AIPD serta mengacu kepada inception report yang telah memberikan gambarantentang global work plan AIPD.
Sekalipun AIPD membuka kesempatan yang luas bagi para stakeholder untuk mengajukan kegiatan yang diharapkanmendapat dukungan dari AIPD, namun AIPD akan selalu memastikan bahwa setiap kegiatan yang didukung harusberdampak langsung terhadap perbaikan pelayanan publik.
Kegiatan-kegiatan yang direncanakan akan dilakukan pada periode Juli – Desember 2011 yang mengacu kepadadelivery strategy, pada umumnya merupakan tahapan-tahapan awal dari kegiatan utama, misalnya sosialisasi peraturanperundangan yang dianggap merupakan landasan untuk melakukan sebuah kegiatan, contohnya, Permendagri 54/2010 tentang Perencanaan, sebagai salah satu landasan untuk memberikan dukungan terhadap penyusunanberbagai macam dokumen perencanaan seperti RPJMD, Renstra dan RKPD.
Selain itu, kegiatan yang dilakukan pada semester kedua ini masih bersifat menumbuhkembangkan kepedulianserta membangun wawasanterhadap pelayanan publik, misalnya workshop tentang standard pelayanan minimal(SPM), sosialisasi tentang UU Keterbukaan Informasi Publik serta kegiatan-kegiatan yang sifatnya melanjutkanapa yang sudah dilakukan pada proyek ANTARA sebelumnya, seperti dukungan terhadap Bakti dan jugaperbanyakan materi sosialisasi untuk program RESPEK di Papua.
Mengingat sampai dengan akhir semester pertama (Juni 2011) belum ada kegiatan tersebut yang sepenuhnyaselesai, maka semua kegiatan yang awalnya disebutkan sebagai quick start activities masih akan dilanjutkan (carryover) ke Semester 2 tahun 2011.
7. Tahapan Selanjutnya
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
4242424242 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Penyusunan Rencana Kerja untuk Januari – Desember 2012
Tahun 2012 diharapkan AIPD sudah mencapa “full team” dan “full speed” serta lokasi-lokasi di tingkat Kabupatenpun sudah di tetapkan, sehingga rencana kerja untuk tahun 2012 merefleksikan implementasi kegiatan-kegiatanyang akan memberikan output yang merupakan produk-produk utama (main deliverable) dari AIPD dalamperbaikan pelayanan publik.
Sebagian besar kegiatan-kegiatan yang akan di implementasikan akan mencakup seluruh provinsi sehingga lebihmudah dan lebih cepat dalam pengelolaan kegiatan termasuk dalam memanfaatkan jasa pihak ketiga (serviceprovider).
Beberapa kegiatan kunci yang akan dilakukan di tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Dukungan terhadap penyusunan atau penyelarasan RPJMD dan Renstra SKPD baik di tingkat provinsimaupun Kabupaten terpilih
Dukungan terhadap penyusunan RAPBD di tingkat Kabupaten dan Provinsi terpilih
Dukungan terhadap pembentukan Resource Center di tingkat Kabupaten dan Propinsi terpilih
Dukungan terhadap pelaksanaan e-procurement (LPSE) di tingkat provinsi dan kabupaten
Dukungan terhadap pembentukan Komisi Informasi Daerah dan Pejabat Pengelola Informasi dandokumentasi di SKPD-SKPD Kabupaten dan Propinsi, terutama di SKPD KEsehatan, Pendidikan danInfra struktur.
Dukungan terhadap pembentukan dan/atau penguatan jaringan masyarakat sipil untuk melakukan ad-vocacy anggaran dan pelayanan publik
Dukungan untuk penguatan mekanisme monitoring dan evaluasi pembangunan daerah oleh eksekutif,legislatif, dan masyarakat sipil
Rencana kerja indikatif untuk 2012 akan dikonsultasikan secara komprehensif dengan setiap tim provinsi danPMC dan juga perwakilan dari Kementerian/ Lembaga Pemerintah Pusat yang terlibat. Rencana kerja yang sudahdisempurnakan nantinya akan dibawa ke pertemuan PCC di awal tahun 2012 untuk disahkan menjadi RencanaKerja AIPD 2012.
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 43l 43l 43l 43l 43
Lampiran 1: Format Template Quality at Entry (QAE)NAMA KEGIATAN :LOKASI KEGIATAN :KODE MYOB (untuk diisi oleh Finance Officer) :
6 Hijau = direkomendasi lanjut ke tahap pelaksanaan dengan catatan kecil.Kuning = direkomendasi lanjut ke tahap pelaksanaan dengan catatan besar.Merah: direkomendasi tidak lanjut ke tahap pelaksanaan – perlu dipikirkan kembali pada dasarnya.
TAHAPAN I – PENILAIAN DAN FINALISASI KONSEP(Waktu 2 Minggu)
A. Untuk PO/APDKenapa Kita Melaksanakan Kegiatan Ini?Apakah ToR ini mengikuti format yang benar?Adakah hubungan jelas dengan rencana kerja dan/atau produkkunci (key product)?Apakah kegiatan ini menyatakan dengan jelas hasil yang ditujukan?Apakah kita bisa yakin bahwa dukungan dari AIPD tidak duplikasipengeluaran biaya yang sudah atau seharusnya termasuk dalamAPBD?B: Untuk Koordinator Teknis dan/atau Penilai eksternalAPAKAH KEGIATAN INI BISA BERHASIL?Apakah jelas bagaimana hasil yang ditujukan akan dicapai, denganmempertimbangkan segala asumsi dan risiko?Apakah kegiatan ini akan berkesinambungan?
C: Untuk Koordinator MonevBAGAIMANAKAH KITA MENGETAHUINYA?
Adakah mekanisme dan sumber daya yang cukup untukmengawasi dan mengevaluasi kemajuan dan hasil kerja (misalnyaproduk bermutu, produk dipakai, perubahan perilaku)?
D: Untuk Spesialis GenderADAKAH PERTIMBANGAN JENDER?
Apakah kegiatan ini menggunakan pendekatan ramah jender dalamtahap penentuan obyektif, pelaksanaan, dan pengelolaan risiko?
E: Untuk PO/APDADAKAH DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP ATAU HIV?
Akankah kegiatan ini berdampak positif pada lingkungan hidupataupun penanggulanan HIV/AIDS?
F: Untuk Rekan dari Provinsi lainAPAKAH TELAH MENDAPAT MASUKAN DARI REKANDARI PROVINSI LAIN?Langkah ini wajib untuk kegiatan bernilai AUD400 ribu atau lebih.Wajib mendapatkan masukan dari setidaknya dua rekan diluar timprovinsi relevant (eg staf AIPD dari provinsi lain, program lain,AusAID Jakarta, GoI). Langkah ini juga direkomendasikan untukkegiatan bernilai lebih rendah sesuai dengan kebutuhan.
TAHAPAN II – PENILAIAN DAN FINALISASIANGGARAN (1 Minggu)G: Untuk Assistant Program DirectorADAKAH ANGGARAN INDIKATIF?
Adakah anggaran indikatif berdasarkan satuan biaya yang benar?
TAHAPAN III – PERSETUJUAN TOR KEGIATAN (1 Minggu)
Untuk Deputy Program DirectorQAE BISA DITERIMA?Sudahkan proses QAE dijalankan dengan baik?Apakah semua revisi yang diusulkan telah diakomodir dalam versifinal dokument ToR?Langkah 9: Untuk Program DirectorAPAKAH KEGIATAN INI DISETUJUI?Bolehkah kita melanjutkan proses pembuatan kontrak danpelaksanaannya?
Nilai6(pilihsatu)
MerahKuningHijau
Nilai (pilihsatu)
MerahKuningHijau
Nilai (pilihsatu)
MerahKuningHijau
Nilai (pilihsatu)
MerahKuningHijau
ya/tidak
Nilai (pilihsatu)
MerahKuningHijau
Nilai (pilihsatu)
ya/tidak
ya/tidak
TINDAKAN YG DIBUTUHKAN (wajibdiisi kalau nilainya merah atau kuning)
TINDAKAN YG DIBUTUHKAN (wajibdiisi kalau nilainya merah atau kuning)
TINDAKAN YG DIBUTUHKAN (wajibdiisi kalau nilainya merah atau kuning)
TINDAKAN YG DIBUTUHKAN (wajibdiisi kalau nilainya merah atau kuning)
TINDAKAN YG DIBUTUHKAN
TINDAKAN YG DIBUTUHKAN (wajibdiisi kalau nilainya merah atau kuning)
TINDAKAN YG DIBUTUHKAN (wajibdiisi kalau nilainya merah atau kuning)
TINDAKAN YG DIBUTUHKAN
TINDAKAN YG DIBUTUHKAN
CATATAN
CATATAN
CATATAN
CATATAN
CATATAN
CATATAN
CATATAN
CATATAN
CATATAN
Merah KuningHijau
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
4444444444 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Lampiran 2: Logistik, Staf dan StrukturOrganisasi
Secara kerseluruhan 5 kantor AIPD di masing-masing Propinsi telah berjalan dengan sangat baik. Setiap kantorAIPD di masing-masing propinsi berlokasi di Kantor Bappeda Propinsi tersebut. Ruangan yang di berikan olehBappeda Propinsi sangat baik dan dalam kondisi siap di tempati.
Untuk para koordinator yang berlokasi di Jakarta, saat ini menempati ruangan pada kantor Cardo, MST Contrac-tor untuk AIPD, di Menara Ravindo Jakarta. Ke depan akan diatur agar para koordinator dapat berkantor padakantor Kementrian yang menjadi mitra utama dari AIPD. Sedangkan untuk posisi pada struktur, hampir semuaposisi telah terisi. Proses perekrutan untuk posisi yang masih lowong sedang berjalan dan diharapkan semuastaff sudah mulai bekerja efektif dengan AIPD pada saat memasuki semester program berikut.
Beberapa posisi baru juga dipandang perlu untuk menjawab kebutuhan program yang semakin meningkat seiringberjalannya kegiatan program. ToR untuk posisi – posisi baru sedang dipersiapkan dan akan segera di iklankan.Secara umum status setiap kantor AIPD di 5 (lima) propinsi adalah sebagai di bawah.
AIPD tetap berkantor pada gedung yang sebelumnya digunakan oleh ANTARAProgram
System komunikasi (email, telepon, fax) dan peralatan kantor lainnya telahterpasang dan berjalan dengan sangat baik
Kantor di NTT juga ditempati bersama dengan Kantor IndII dan ACCESS AusAID Kantor dilengkapi dengan generator set untuk mengantisipasi kemungkinan
padamnya supply listrik oleh PLN yang dapat berdampak pada server program yangberada di kantor Kupang
Proses perekrutan staff untuk posisi Contracts and Probity Officer serta districtfacilitator akan dilakukan dalam waktu dekat
Kantor district AIPD yang pertama yakni TTU telah dikomitmenkan oleh BappedaKabupaten TTU . Segera setelah district facilitator terekrut maka dapat mulaiberkantor pada Bappeda Kabupaten tersebut
System komunikasi (email, telepon, fax) dan peralatan kantor lainnya telahterpasang dan berjalan dengan baik
Kantor di NTB ditempati bersama dengan Kantor ACCESS AusAID Saat ini dalam proses perekrutan staff untuk posisi Civil Society Officer
AIPD tetap berkantor pada ruangan yang sebelumnya digunakan oleh ANTARAProgram
System komunikasi (email, telepon, fax) dan peralatan kantor lainnya telahterpasang dan berjalan dengan sangat baik
Kantor ditempati bersama dengan donor yang lain sebab status kantor adalah multidonor office
AIPD tetap berkantor pada ruangan yang sebelumnya digunakan oleh ANTARAProgram
System komunikasi (email, telepon, fax) dan peralatan kantor lainnya telahterpasang
Staff untuk posisi PFM Officer Papua Barat sedang dalam proses perekrutan
Bappeda Provinsi Jawa Timur telah menyediakan ruangan yang nantinya akandigunakan sebagai kantor AIPD Jawa Timur
Proses renovasi kantor sedang berjalan dan diharapkan dalam awal bulan Juli, staffdi Surabaya telah menempati ruangan kantor yang baru
Perlengkapan kantor akan segera diadakan setelah ruangan kantor baru siapberoperasi
Semua posisi staff program untuk propinsi Jawa Timur telah direkrut dan siapmelaksanakan tugas dengan baik
Pemasangan system komunikasi (internet, telepon dan fax) akan diatur setelahselesai renovasi kantor
Kupang Office, NTT
Mataram Office, NTB
Jayapura Office, Papua
Manokwari Office, West Papua
Surabaya Office, East Java
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 45l 45l 45l 45l 45
Daftar Staff
Name
Richard ManningDaniel HuntTheodore WeohauJohn SchottlerSugeng PrayudiAdrianus HendrawanAnton TariganSyalomi NataliaEsnawan BudisantosoAnita Gracia UnDede Indra KurniawanCORE ADMIN TEAMHeny NggadasMaria SutjiatiSusanti De FretesEllen Liana MalelakWelsyana DamaledoNTT TEAMRoberto KoliEripto MarviandiDon Dela SantoAs NailiusNovan NailiusMekel MakarawungSurya MalelakJohanis ManuDarius BandaDamianus DalaNTB TEAMAnja KusumaMohamad WahyudiAde YuanitaSyerul SinwinPAPUA TEAMEllva RoriAnna Christy UrbinasYeni SamakorySeptiana HowayEffendi SibueaWEST PAPUA TEAMRudi Triyana-Paul Harry SalaintiRegina FonatabaJostiano Fatriarosa VennedyEAST JAVA TEAMAloysius WiratmoBonnix Hedy MaulanaEsti RahayuDeasy Dwi Nurhayati
M/F
MMMMMMMFMFM
FFFFF
MMMMMMMMMM
MMFM
MFFFM
M-MFM
MMFF
Position
Program DirectorDeputy Program Director for Nusa Tenggara and East JavaDeputy Program Director for Papua and Papua BaratContractor RepresentativeM & E SpecialistPublic Finance Management CoordinatorCivil Society CoordinatorCommunications and Knowledge Management CoordinatorRural Economic Development CoordinatorHuman Resource CoordinatorCommunications and Knowledge Management Officer
Program AdministratorSenior Admin OfficerAdmin OfficerFinance OfficerAssistant Finance Officer
Assistant Program DirectorPublic Finance Management OfficerCivil Society OfficerDriverDriverSecuritySecuritySecuritySecurityOffice Assistant
Assistant Program DirectorPublic Finance Management OfficerCivil Society OfficerDriver
Assistant Program DirectorPublic Finance Management OfficerCivil Society OfficerAdmin OfficerDriver
Assistant Program DirectorPublic Finance Management OfficerCivil Society OfficerAdmin OfficerDriver
Assistant Program DirectorPublic Finance Management OfficerCivil Society OfficerAdmin Officer
Start Date
01/01/201105/04/201101/01/201101/01/201101/01/201104/04/2011
01/01/201104/04/201101/01/201101/01/201101/01/2011
01/01/201101/01/201101/01/201101/01/201101/01/201101/01/201101/01/201101/01/201101/01/201101/01/2011
01/01/201106/06/201101/01/201101/01/2011
01/01/201101/05/201101/01/201101/01/201101/01/2011
01/04/2011-10/01/201101/01/201101/01/2011
02/05/201113/06/201113/06/201113/06/2011
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
4646464646 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Bagan Struktur Organisasi AIPD
AIPDCoordination
Team
ProgramDirectorAIPD
Richard Manning
Deputy Program Director(Papua and W. Papua)
Ted Weohau
ContractorRepresentativeJohn Schottler
Deputy Program DirectorAIPD (NTT /NTB)
Dan Hunt
Rural DevelopmentCoordinator
Esnawan Budisantoso
Public FinanceCoordinator
Adrianus Hendrawan
Civil SocietyCoordinator
Anton Tarigan
Monitoring andEvaluation Coordinator
Sugeng Prayudi
Comms and KnowledgeManagement Coordinator
Syalomi Natalia
Comms and KnowledgeManagement Officer
Dede Kurniawan
AIPDProvincial
Teams
AIPDDistrictTeams
Asst. ProgramDirectorEllva Rori
Papua
Public FinanceOfficer
Anna Urbinas
Civil SocietyOfficer
Yeni Samakori
AdministrationOfficer
Septiana Howay
Jawa Timur
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
Papua Barat
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
Papua
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
Jawa Timur
Public Finance OfficerBonnix Hedy
Maulana
Civil SocietyOfficer
Esti Rahayu
Asst. ProgramDirector
Al Wiratmo
Administration OfficerDeasy DwiNurhayati
Asst. ProgramDirector
Rudi Triyana
Public FinanceOfficerVacant
Civil SocietyOfficer
Paul Harry Salainti
AdministrationOfficer
Regina Fonataba
Papua Barat
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 47l 47l 47l 47l 47
DecentralisationPolicy Coordinator
Vacant
AdministrationOfficer, Jakarta
Vacant
Asst. ProgramDirector
Roberto Koli
Nusa Tenggara Timur
Public FinanceOfficer
Eripto Marviandi
Civil SocietyOfficer
Don Delasanto
Admin Support TeamProgram Administrator
Heny NggadasSenior Admin Officer
Maria SutjiatiFinance OfficerEllen Malelak
Admin OfficerSusanti de Fretes
Asst. Finance OfficerWelsyana Damaledo
Contracts Probity OfficerVacant
Human ResourcesCoordinator
Anita Gracia Un
Nusa Tenggara Timur
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
Nusa Tenggara Barat
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
DistrictFacilitator
Vacant
Asst. ProgramDirector
Anja Kusuma
Nusa Tenggara Barat
Public FinanceOfficer
Moh Wahyudi
AdministrationOfficerVacant
Civil SocietyOfficer
Ade Yuanita
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
4848484848 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Lampiran 3: Keuangan
Funds committed and expended.
MYOBCode
6000160301603026039560397
610006100161002
61003
61004
6120161202
613006130161302
6250062501625026250362504
6270162702
640006400164002
Categories and sub ActivitiesApproved
NATIONALKnowledge ManagementSupport for BaKTI ActivitiesGeneral SupportSupport for LOKNAS Activity NTT ProvinceSupplyReinforcement Mechanism for Planning,Controlling and Evaluation of RegionalDevelopmentSupport for Implemetation of E-Procurement at Provincial and DistrictsLevelSupport for Implemetation of SIPKD Knowledge ManagementSupport to Development of ResourceCentre Activity TTUSupplySupport for Arranged RPJMD TTU
NTB ProvinceSupplyE-Costing SPM TrainingPeningkatan kapasitas TAPDLPSE NTB Knowledge ManagementPrinting and Disseminating NTB PFMand PEA 2009 - 2010 Result PAPUA ProvinceSupply SiteProgram Dukungan PeningkatanKualitas Perencanaan PembangunanDaerah di Provinsi Papua Total Budget
Each Quarterly TotalProgressive Budget TotalAusAID tranchesProgressive Tranch TotalBalance
Date ofQAE
5/5/2011
12/5/2011
27/5/2011
16/5/2011
27/5/2011
27/5/201110/6/201122/6/2011
27/5/2011
8/6/2011
Apr-11
33,865
33,865 0
0 0
0
33,865
33,8654,000,0004,000,0003,966,135
May-11
180,555
175,565
4,989
50,150
27,781
22,369
0
5,349
349
5,000
0
236,054
269,919
4,000,0003,730,081
Jun-11
146,144
135,409
10,735
69,463
13,733
23,623
2,163
29,945
1,906
1,906
17,962
10,062
7,900
0
235,475
505,394505,394
4,000,0003,494,606
Budget(AUD)
Calc
1,015,724
1,000,000
15,724
261,206
126,283
47,486
29,236
58,201
02,888
2,888
58,525
34921,54723,729
12,900
291,913
291,913
1,630,255
1,630,255
4,000,000
Q2
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 49l 49l 49l 49l 49
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
5050505050 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Lam
pira
n 4:
Dat
a K
egia
tan
dan
Ren
cana
Ker
ja Angg
aran
Indi
katif
Aktiv
itas
Outp
ut 1
.1. A
dany
a be
rbag
ai me
kani
sme
yang
jelas
unt
uk m
enin
gkat
kan
aloka
si an
ggar
an d
iber
baga
i lev
el pe
merin
taha
n
Outp
ut 1.
2 Ra
ncan
gan d
an U
ji cob
a Mek
anism
e Ins
entif
berb
asis
kiner
ja
Duku
ngan
bag
i TAP
D- P
enyu
suna
nAP
BD 2
012
Penin
gkata
n Alo
kasi
dan
Rea
lisas
i APB
N
PEA
Pend
idika
n
PERA
Kab
upate
n
Duku
ngan
Pen
yusu
nan
ASB
Duku
ngan
Pen
yusu
nan/
Peny
elara
san
RPJM
DDu
kung
an P
enyu
suna
nRe
nstra
SKP
DDu
kung
an P
enyu
suna
n/So
sialis
asi R
AD M
DGs
PERA
Pro
vinsi
Kajia
n ins
entif
berba
sis k
inerja
Duku
ngan
Imple
menta
si MK
PP
Duku
ngan
imple
menta
si SI
PPD
Duku
ngan
Imple
menta
si SI
PKD
Peng
emba
ngan
Sist
emDa
ta Pe
mban
guna
n Pr
ovins
iDu
kung
an m
onev
UKP
4Du
kung
an P
embe
ntuka
n &
Opera
siona
lUK
GP3
Imple
menta
si mo
nev
UKGP
3 ka
b/ ko
ta
Bimtek
Pere
ncan
aan
dan
Peng
angg
aran
Daera
h da
n Pe
ngua
tan T
im A
sisten
siPe
renca
naan
dan
Pen
gang
garan
Bimtek
Pen
gelol
aan
Keua
ngan
Dae
rah d
anPe
ngua
tan T
im A
sisten
si PK
DDu
kung
an Im
pleme
ntasi
Perm
enda
gri 2
1/ 20
11Du
kung
an Im
pleme
ntasi
LPSE
Peny
usun
an P
eratur
an G
ubern
ur ten
tang
Sistem
dan P
rosed
ur Pe
ngelo
laan K
euan
gan D
aerah
Duku
ngan
pen
yusu
nan
Jukn
is Pe
rmen
dagri
54/2
010
RG, A
C, K
M
RG, A
C
RG, A
C, K
M
RG, A
C, K
M
RG RG, A
C, K
M
RG, A
C, K
M
RG, A
C, K
M
RG, A
C, K
M
RG RG RG, A
C, K
MRG RG
, AC,
KM
RG, A
C, K
M
RG RG, A
C, K
M
RG, A
C
RG RG, A
C, K
M
RG, A
C, K
M
RG RG
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB
NTB
Satu
kab
di se
tiap
prov
insi
NTT
NTT,
Papu
a,Pa
pua
Barat
NTT,
Papu
a,Pa
pua
Barat
Jatim
, Pap
ua B
arat
Papu
a Ba
rat
None
NTT,
Papu
a
NTB
NTT
Papu
a, NT
B, N
TT
Jatim
, NTT
, NTB
None
None
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTT
None
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
Tiga
kab
di se
tiap
prov
insi
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
Papu
a, Pa
pua
Barat
, TBD
Papu
a, Pa
pua
Barat
, TBD
-
Papu
a Ba
rat(ca
rry ov
er)
Jatim
NTT, P
apua, P
apua B
arat
NTB,
Jati
mNT
T (ca
rry o
ver)
Papua,
NTB, N
TT (ca
rry over
),Pap
ua Bar
at (new
)Ja
tim, N
TT, N
TB
Jatim
, NTT
, NTB
Jatim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
-
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
None
Jatim
June
-Dec
201
1
July
2011
-Dec
2012
Aug
2011
- Feb
2012
Okt 2
011-
Juni
2012
Juni-
Des
201
1
Juni
2011
-De
semb
er 20
12Ju
ni 20
11-
Dese
mber
2012
Juli 2
011-
Dese
mber
2011
Okt 2
011-
Dese
mber
2012
Mar-D
ec 2
012
Sept 20
11- De
c 2012
Nov 20
11- De
c 2012
Juni-
Jan
2012
Juli 2
011-
Juni
2012
Juli -
Des
201
2
Jan-D
ec 2
012
Jun-D
ec 2
012
Juni
- Des
201
2
Aug -
Des
2012
Oktob
er 20
11-
Juni
2012
Juni
-Des
201
2
Juni-
Des
201
1
Juni
-Des
201
2
50,0
00
- -
60,00
0
20,0
00
50,0
00
50,00
0
40,0
00
10,00
0 - -
20,00
0
10
,000
20,00
0
30,0
00 - -
150,0
00
150
,000 -
150,0
00
20,00
0 -
100
,000
5,00
0
40,0
00
80
,000
30
,000
1
00,00
0
100,0
00
6
0,000
20,0
00
- 4
0,000
30,00
0
20
,000
30,00
0
30,0
00 - -
350,0
00
350,0
00
150,0
00
350,0
00
30,0
00 -
150,0
00
5,000
40,00
0
140,0
00
50,00
0
150,0
00
150,0
00
100,0
00
30,00
0 -40
,000
50,00
030
,000
50,00
0
60,00
0 - -
500,0
00
500,0
00
150,0
00
500,0
00
50,00
0 -
-
15,00
0
90,00
0
200
,000 -
90,0
00
90,00
0 -
35,0
00 -
80,00
0
14
0,000
10,00
0
65
,000
30,0
00
40,0
0015
,000
25
0,000
250,0
00
200,0
00 -
25,0
00
5
0,000
15
,000
150,0
00
300
,000 -
65,0
00
65
,000 -
30
,000
15,0
00 8
0,000
11
0,000 -
80
,000
30,0
00
20,0
00
35,00
0
25
0,000
250,0
00 -
20
0,000 -
15,00
0
10
0,000
10
,000
15
0,000
25
0,000 -
65
,000
65,0
00 -
30
,000
25,0
00 2
00,00
0
10
0,000 -
3
0,000
30,0
00
20,0
00 3
5,000
25
0,000
250
,000 -
100
,000 -
15,0
00
Wak
tuPe
laksa
naan
Loka
si Ke
giat
anKo
mpo
nen
yang
Ter
libat
2011
2012
10
0,000
15
0,000 -
250,0
00 -
65,00
0
65,00
0 -
25,0
00 - 2
00,00
0
10
0,000 -
25
,000
30,00
0
20,0
00 2
5,000
25
0,000
250
,000 - - -
15,0
00
Outp
ut 1
.3 S
istem
man
ajem
en in
form
asi
di p
emer
inta
h da
erah
unt
uk p
eren
cana
an p
enga
ngga
ran
dan
mon
itorin
g
Outp
ut 1.
4 Pen
geta
huan
dan K
eahl
ian P
enge
lolaa
n Keu
anga
n Pub
lik P
emer
inta
h Dae
rah (
Prov
insi/
kab)
men
ingk
at
25
0,000
40,0
00
540,0
00
1,00
0,000 -
285,0
00
285,0
00 -
120
,000
40
,000
56
0,000
450
,000
1
0,000
20
0,000
120
,000
100
,000
110
,000
1,00
0,000
1,000
,000 -
500
,000 -
70,0
00
Pempro
v NTB
: appro
vedTTU
: persia
panPer
siapan
Persiap
an
Persiap
an
Proses
TOR
Papua &
Kab.TT
U: Appr
oved
Papua B
arat: P
ersiap
anPap
ua: Ap
proved
Papua
Barat
dan TT
U: Pers
iapan
Persiap
an
Persiap
an
Persiap
anPer
siapan
Persiap
anApp
roved
Papua:
Proses
TOR
NTB, N
TT: Per
siapan
Jatim: P
roses TO
RNT
B, NTT:
Persiap
anPer
siapan
Persiap
an
Papua:
Appro
vedNT
B dan N
TT: Pro
ses TO
RPap
ua Bara
t: Pers
iapan
NTT: P
roses TO
RPro
vinsi lain
: Persia
panPer
siapan
NTT: A
pprove
d NTB
, Papua
Barat:
Proses
TOR
Papua,
Jatim:
Persiap
anPro
ses TO
R
Persiap
an
Statu
sKe
giat
an 20
11-Q
3 20
11-Q
420
11-To
tal20
12-Q
120
12-Q
220
12-Q
320
12-Q
420
12-To
tal
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 51l 51l 51l 51l 51
Angg
aran
Indi
katif
Aktiv
itas
Outp
ut 2.
1. In
form
asi d
an ha
sil pe
nelit
ian/ka
jian d
iseba
rluas
kan t
enta
ng is
u-isu
dese
ntra
lisas
i
RESP
EK p
ublic
edu
catio
nSt
udi k
asus
terka
it efe
ktifita
sfor
um m
ulti s
takeh
older
Perfo
rman
ce B
ased
Tran
sfer S
ystem
(Mod
ul &
Work
shop
)e-p
rocure
ment
guide
lines
for
publi
c se
rvice
and
serv
ice p
rovide
rPF
M Cl
inic
Less
ons
Learn
ed.
Peng
emba
ngan
dan
dise
mina
siPu
blika
si AI
PD (i
nclud
ing e
xhibi
tions
)PP
ID S
OP (g
uideli
nes)
and
lesso
ns le
arnt
Doku
menta
si Pa
ndua
n op
erasio
nal
peny
usun
an re
visi R
PJMD
kab
/kota
Hasil
pem
belaj
aran
Reso
urce
Centr
ePu
blika
si Se
rvice
cha
rter
Doku
menta
si pa
ndua
n op
erasio
nal p
enyu
suna
nrev
isi R
PJMD
kab
/kota
Media
adv
etoria
l terk
ait tr
ansp
arans
i ang
garan
dan
pelay
anan
pub
lik (p
rov &
kab/k
ota)
Doku
menta
si PE
A se
ktor p
riorita
sda
n ha
sil w
orksh
op c
apaia
n MD
GsMe
dia a
dvok
asi M
ONEV
UKG
P3(m
edia
gathe
ring
and
dialog
pub
lik)
Oton
omi A
ward
Hasil
pem
belaj
aran
Reso
urce
Centr
e
Duku
ngan
untu
k Ba
KTI
Forum
Kep
ala B
appe
da
Forum
KTI
Forum
& B
IMTE
K M
edia
pedu
li PFM
(inc
luding
regula
r med
ia ga
therin
g ev
ents)
Forum
Pere
ncan
aan
dan
Peng
angg
aran
Doku
menta
si ha
sil p
emba
ngun
an (d
okum
entas
i&
exhib
ition
KTI &
Pam
eran
pemb
angu
nan
KM, A
CKM
, AC
KM, R
G
KM,R
G
KM, R
G
KM, A
C
KM, A
C
KM R
G
KM, A
C, R
GKM
, RG
KM, R
G
KM, R
G, A
C
KM, R
G, A
C
KM, R
G, A
C
KM, R
G, A
CKM
, AC,
RG
KM KM, R
G
KM, A
C, R
G
KM, A
C, R
G
KM, A
C, R
G
KM, A
C, R
G
Papu
aNT
B, N
TT, P
apua
,Pa
pua
Barat
, Jati
mNT
B, N
TT, P
apua
,Pa
pua
Barat
, Jati
mNT
B,NT
T, Pa
pua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTT,N
TB
JATI
M
NTT
None
None
None
None
None
None
None -
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT,
Papu
a,Pa
pua
Barat
Jati
mPa
pua,
Jawa
Tim
ur
Papu
a, Pa
pua
Barat
,JA
TIM,
NTT
,NTB
Papu
aNT
B, N
TT, P
apua
,Pa
pua
Barat
, Jati
mNT
B, N
TT, P
apua
,Pa
pua
Barat
, Jati
mNT
T,NTB
, Jati
m
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
-
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
JATI
MJA
TIM
JATI
M
JATI
M
JATI
M
JATI
M
JATI
MNT
T
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT
, Pap
ua,
Papu
a Ba
rat, J
atim
NTB,
NTT,
Papu
a,Pa
pua
Barat
, Jati
mPa
pua,
Jawa
Tim
ur,NT
B,NT
T-
Juni 20
11-Jun
i 2012
Juni 20
11-De
s 2012
Juni 20
11-De
s 2012
Juni 20
11-De
s 2012
Juni 20
11-De
s 2012
June 2
011-De
s 2012
June 2
011-Ju
ne 201
2
June 2
011-De
s 2012
June 2
011-20
12Jan
-Dec 20
12Jan
-Dec 20
12
Jan-De
c 2012
Jan-De
c 2012
Jan-De
c 2012
Jan-De
c 2012
Jan-De
c 2012
May-D
ec 2011
Nov 20
11- De
c 2012
Nov 20
11- De
c 2012
June 2
011-De
s 2012
June 2
011-Ju
ne 201
2
June 2
011-Ju
ne 201
2
-12
,500
25,0
00
25,0
00
25,00
0
12,50
0
25
,000
10,00
0
12,5
00 - - - - - - -
1
91,05
1 - -
50,00
0
12,50
0
12,50
0
-12
,500
2
5,000
2
5,000
25,0
00
12,5
00
2
5,000
1
0,000
12,5
00 - - - - - - - - - -
5
,000
12
,500
12,50
0
50,00
025
,000
50,00
0
50,00
0
50,00
0
25,00
0
50,00
0
20,00
0
25,00
0 - - - - - - -
191,0
51 - -
100,0
00
25,00
0
25,00
0
12,5
0012
,500
18,75
0
12,50
0
12,50
0 -
12,50
0
18,75
0
25
,000
1
2,500
2
5,000
18,7
50 -
18,7
50
31,25
0
12,50
0
270,1
28.89
- -
3
7,500
25,00
0 -
12
,500
1
2,500
18
,750
12
,500
12,5
00 -
12,50
0
18,75
0 - 1
2,500
25
,000
18,7
50
18
,750
31,2
50
31,25
0
12,5
00 - - -
37,50
0
25
,000 -
1
2,500
1
2,500
18,75
0
12,50
0
12
,500 -
12,50
0
18,75
0
25
,000
1
2,500 -
1
8,750 -
1
2,500
12,5
00
12,5
00
100,0
00 - -
37,50
0
25
,000 -
Wak
tuPe
laksa
naan
Loka
si Ke
giat
anKo
mpo
nen
yang
Ter
libat
2011
2012
12
,500
1
2,500
18,7
50
12,5
00
12,5
00 -
12,50
0
18,75
0 - 1
2,500 -
1
8,750
-
12
,500 -
12,5
00 - - -
37
,500
25
,000 -
50
,000
5
0,000
75,00
0
50,0
00
50,0
00 -
50,0
00
75
,000
50,0
00 5
0,000
5
0,000
75,00
0
18,75
0
75,00
0
75,0
00
50,0
00
37
0,129 via
BaKT
I
viaBa
KTI
150
,000
100,0
00 -
TOR fo
r QAE
TOR: P
esiapan
TOR: P
esiapan
TOR: P
esiapan
TOR: P
esiapan
TOR: P
esiapan
TOR: P
esiapan
TOR: P
esiapan
TOR: P
esiapan
Persiap
anPer
siapan
Persiap
an
Persiap
an
Persiap
an
Persiap
anPer
siapan
Approv
ed
Via BaK
TI
Via BAK
TI
Persiap
an
Papua:
Proses
TOR
Jatim: P
ersiapa
nPer
siapan
Statu
sKe
giat
an
Outp
ut 2.
2. Be
rbag
ai Ke
sem
pata
n bela
jar da
n kem
itraa
n stra
tegi
s ter
bent
uk/d
ikuat
kan
2011
-Q3
2011
-Q4
2011
-Total
2012
-Q1
2012
-Q2
2012
-Q3
2012
-Q4
2012
-Total
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
5252525252 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Outp
ut 3.
1. Du
kung
an U
ntuk
perb
aikan
akse
s ter
hada
p inf
orm
asi u
ntuk
mas
yara
kat
Pemb
entuka
n PPID
di SKP
D Prop
insi da
n Kabu
paten
Sasar
an teru
tama
SKPD
Pendi
dikan,
Keseh
atan d
an Infr
a struk
turPe
mbent
ukan K
IPD Pro
pinsi S
asaran
Dukun
gan Pe
ningka
tan Ka
pasitas
bagi M
edia (P
elatiha
n Jurn
alist,
Komp
etisi Ju
rnalis -
AIPD A
ward d
an Pe
nampin
gan)
Dukun
gan ter
hadap
penyed
iaan s
arana
komuni
kasi di
daerah
terpen
cil
Dukun
gan pe
nyedia
an sar
ana pu
blikasi
dan m
ateri p
ublika
si dan
advoca
cy angg
aran u
ntuk p
elayan
an pub
lik
Pemb
entuka
n Jarin
gan Ma
syarak
at sipil
peduli p
ada ad
vokasi
angga
ranpel
ayanan
publik
(Pem
etaan
CSO,
Works
hop, Ja
ringan,
Penda
mping
an)
Pengu
atan K
apasita
s terha
dap CS
O untu
k mela
kukan
advoca
cyang
ggaran
dan p
elayan
an pub
lik deng
an efe
ktif (B
erbaga
i pelati
handan
TA)
Penin
gkatan
Pema
haman
masya
rakat t
entang
penat
alayan
anpem
erintah
yang
baik (G
ood Go
vernan
ce) me
lalui p
elatiha
n &wo
rkshop
ttg pro
ses pe
ngangg
aran, t
ugas &
fungsi
Peme
rintah
danDP
RD, da
n SPM
)Pe
ningka
tan ka
pasitas
Apara
tur De
sa dan
Tokoh
Masya
rakat D
esa da
lamper
encana
an dan
penga
nggara
n RPJM
Des/R
KPDe
s (pela
tihan d
anpem
buatan
dokum
en RP
JMDe
s yang
integra
ted)
AC, R
G, K
M
AC, R
G, K
M
AC,K
M
RG, K
M
AC, R
G,KM
AC, K
M
AC
AC, R
G
AC, R
G
Semu
a Pr
ovins
i
NTT,
NTB,
Pap
ua, &
Papu
a Ba
ratNT
B, N
TT, J
ATIM
None
None
SEMU
A PR
OPIN
SI
None
None
None
Semu
a Pr
ovins
i
NTT,
NTB,
Pap
ua,
dan
Papu
a Ba
ratSe
mua
Prov
insi
Papu
a, Pa
pua
Barat
,NT
B da
n NT
TSe
mua
Prov
insi
Semu
a Pr
ovins
i
Semu
a Pr
ovins
i
Semu
a ka
bupa
ten
Semu
a Pr
ovins
i
June
-Dec
201
2
June
201
1 - J
une
2012
Sept
2011
– D
ec20
12Ja
n-Dec
201
2
Jan-D
ec 2
012
Jun
2011
- Dec
2012
Jan-D
ec 2
012
Jan-D
ec 2
012
Jan-D
ec 2
012
1
00,00
0
50,0
00
25,00
0 - -
25
,000 - - -
16
0,000
100,0
00
50,00
0 - -
75
,000 - - -
260,0
00
150,0
00
75,00
0 - -
100,0
00 - - -
100
,000
100,0
00
100,0
00
200,0
00
50,00
0
50,00
0
75,00
0
125,0
00
120,0
00
3.2. D
ukun
gan u
ntuk
pem
bent
ukan
dan P
engu
atan
Kap
asita
s Jar
inga
n Mas
yara
kat S
ipil d
alam
Pen
gawa
san P
elaya
nan P
ublik
Outp
ut 2.
3 Mek
anism
e Koo
rdin
asi p
emer
inta
h Pr
ovin
si/Ka
bupa
ten
terb
entu
k
Peng
emba
ngan
Res
ource
Cen
trePr
ovins
i dan
Kab
upate
n
BIMT
EK P
ening
katan
Kine
rja P
enge
lolaa
nTe
knis
Kerja
sama
Pem
bang
unan
Lem
baga
Dono
r dan
Pem
erinta
h (D
ukun
gan
terha
dap
SPAD
U &
Komi
te Pe
rcepa
tan P
emba
ngun
an)
KM, R
G
KM, R
G
NTB,
NTT
(& T
TU),
Papu
a, Pa
pua
Barat
,Ja
tim
NTT
NTB,
NTT
(& T
TU),
Papu
a, Pa
pua
Barat
,Ja
tim
NTT,N
TB
Juni
2011
-Des
2012
Juni
2011
-June
2012
2
00,00
0
25,00
0
50
0,000
25,00
0
700,0
00
50,00
0
21
2,500
25,00
0
21
2,500 -
Angg
aran
Indi
katif
Aktiv
itas
Wak
tuPe
laksa
naan
2011
-Q3
2011
-Q4
2011
-Total
2012
-Q1
2012
-Q2
Loka
si Ke
giat
anKo
mpo
nen
yang
Ter
libat
2011
2012
100
,000
100,0
00
\50,00
0
200,0
00
100,0
00
250,0
00
75,00
0
125,0
00
120,0
00
10
0,000
100,0
00
100,0
00
200,0
00
50,00
0
50,00
0
150,0
00
125,0
00
120,0
00
10
0,000
100,0
00
50,00
0
100,0
00
100,0
00
50,00
0
150,0
00
125,0
00
120,0
00
40
0,000
400,0
00
300,0
00
700,0
00
300,0
00
400,0
00
450,0
00
500,0
00
480,0
00
Pros
es fi
nalis
asi T
oR
Pros
es F
inalis
asi T
oR
Pros
es p
enyu
suna
nco
ncep
t Note
- - Peny
usun
an To
RMa
pping
CSO
21
2,500
25,00
0
21
2,500 -
850
,000
50,0
00
2012
-Q3
2012
-Q4
Statu
sKe
giat
an20
12-To
tal
TOR:
Pes
iapan
NTT
Prov
: App
roved
,TT
U Ka
b, Pa
pua
&Pa
pua
Barat
: Pros
esTO
R, N
TB &
Jatim
:Pe
rsiap
an
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 53l 53l 53l 53l 53
Angg
aran
Indi
katif
Aktiv
itas
3.3. T
erbe
ntuk
nya F
orum
Lin
tas A
ktor
di t
ingk
at K
abup
aten
Revie
w tenta
ng alo
kasi an
ggaran
dan
penyel
enggar
aan Pe
layana
n Publ
ik(W
orksho
p PEA
& evalu
asi cap
aian S
PM da
n MDG
s)Pe
mbent
ukan d
an Pe
ndamp
ingan
Forum
lintas
actor d
i tingka
t Propi
nsidan
Kabup
aten (w
orksho
p Kepu
asan P
elangg
an, pe
mbent
ukan
multist
akehol
der for
um, &
field jo
int moni
toring)
Penin
gkatan
Kapas
itas DP
RD da
lam bu
dgeting
dan L
egal dr
afting
*Pe
latihan
analis
a Angg
aran d
an bel
anja p
ublic
*Pe
latihan
penyu
sunan
Perda
/Legal
draftin
gPe
ningka
tan Ke
trampila
n DPR
D dala
m mem
baca d
an me
nganal
isaper
encana
an yan
g diaju
kan ole
h Exec
utive
*So
sialisa
si Perm
endagr
i 54/20
10*
Pelatih
an Alu
r Peren
canaan
dan s
istema
tika pe
nyusun
anPer
encana
an Pem
bangun
an (RP
JMD, R
ESNT
RA, AP
BD, RK
PD)
Terben
tuknya
Sistem
pendu
kung te
rhadap
lembag
a DPR
D:
Dukun
gan ter
hadap
Forum
Palem
enDu
kungan
Terhad
ap Ka
pasitas
DPRD
dalam
monito
ring da
n Eval
uasi (to
ols, re
port,
pendam
pingan
M&E, p
ublika
si lapor
an mo
nev DP
RD)
Penin
gkatan
Ketram
pilan D
PRD d
alam m
embac
a dan
menga
nalisa
perenc
anaan
yang d
iajukan
oleh E
xecutiv
eTer
bentuk
nya sis
tem Pe
ndukun
g terha
dap DP
RD, kh
ususny
a duku
ngan
terhada
p sekr
etariat
dan F
orum P
arleme
n
TOTA
L
AC, R
G
AC, R
G, K
M
AC, R
G
AC, R
G, K
M
AC
AC, R
G
AC, R
G
AC
NTB,
NTT
, JAT
IM
NTT,
NTB,
JAT
IM
Semu
a Pr
ovins
ida
n Ka
bupa
ten
Semu
a Pr
ovins
ida
n Ka
bupa
ten
Semu
a Pr
ovins
ida
n Ka
bupa
tenNT
T
None
None
None
Semu
a Pr
ovins
i
Semu
a Pr
ovins
i
Semu
a Pr
ovins
ida
n Ka
bupa
ten
None
None
Semu
a Pr
ovins
i dan
Kabu
paten
Semu
a Pr
ovins
i dan
Kabu
paten
Semu
a Pr
opins
i
Jun - D
ec 2012
June 2
011 - Ju
ne 201
2
Jun 20
11 - De
c 2011
June 2
011 - D
ec 2012
Jul 201
1 - Dec 2
012
Jan-De
c 2012
Jan-De
c 2012
Jan-De
c 2012
50,00
0
50,00
0
100,0
00
4
0,000
75,00
0 - - - -
1,983
,551
100,0
00
10
0,000
125
,000
6
0,000
7
5,000
100
,000 - - -
3,562
,500
150,00
0
150,00
0
225,0
00
250,00
0
100,00
0 - - -
5,641
,051
120,0
00
75,00
0
200,0
0020
0,000 - -
200,0
00
200,0
00
50,00
0
4,403
,879
120
,000
75,00
0
200,0
0020
0,000 - -
200,0
00
200,0
00
50,00
0
4,450
,000
-
75,00
0
200,0
0020
0,000 - -
200,0
00
200,0
00
50,00
0
4,238
,750
Wak
tuPe
laksa
naan
2011
-Q3
2011
-Q4
2011
-Total
2012
-Q1
2012
-Q2
2012
-Q3
Loka
si Ke
giat
anKo
mpo
nen
yang
Ter
libat
2011
2012
-
100
,000
200,0
0020
0,000 - -
200,0
00
200,0
00
50,00
0
3,846
,250
2012
-Q4
240,0
00
325,00
0
800,00
0800
,000 - -
800,00
0
800,00
0
200,00
0
16,938
,879
Statu
sKe
giat
an20
12-To
tal
3.4. D
ukun
gan u
ntuk
peni
ngka
tan K
etra
mpi
lan da
n Pem
aham
an A
nggo
ta D
PRD
dalam
alok
asi a
ngga
ran d
an pe
ngelo
laann
ya
Penyus
unan co
ncept n
ote
Persiap
an peny
usunan
Conce
ptNot
e
Persiap
an peny
usunan
ToR
Persiap
an peny
usunan
ToR
Sudah
penjaja
kan aw
al
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
5454545454 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 55l 55l 55l 55l 55
Dokumen ini merupakan ringkasan dari Draft Rencana M&E AIPD yang saat ini telah memasuki tahapan akhirrancangan. Ringkasan ini hanya menjelaskan secara singkat aspek-aspek penting dari sistem Monitoring dan Evaluasi(M&E) AIPD. Informasi yang lebih detail termuat di dalam Draft Rencana M&E AIPD. Proses perancangan sistemM&E AIPD sendiri telah dilakukan berdasarkan proses konsultasi kepada berbagai pihak selama enam bulan sejakSubsidiary Arrangement (SA) ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan Australia. Masukan-masukan pentingjuga didapatkan dari dari pengalaman dan pembelajaran yang dipetik saat implementasi Program Australia NusaTenggara Assistance for Regional Autonomy (ANTARA).
Prinsip-prinsip utama yang memandu implementasi sistem M&E AIPD adalah;
1. Fokus pada kebutuhan informasi dari para stakeholder AIPD
2. Berbagi hasil pembelajaran dan perbaikan program secara terus menerus
3. Berdasarkan Logika Program yang jelas dan target hasil (outcomes) yang realistis
4. Sesuai dengan ketepatannya menggunakan secara efektif sistem dan informasi yang dimiliki oleh PemerintahIndonesia
5. Evaluasi sebagai bagian integral dari keseluruhan implementasi Program.
Secara umum sistem M&Eakan menggunakan pendekatan manajemen pencapaian hasil (results-based manage-ment). Hal ini sejalan dengan agenda pembangunan untuk mengupayakan bantuan menjadi lebih efektif (aideffectiveness agenda). Sistem M&E akan terkait erat dengan Strategi Pengelolaan Pengetahuanuntuk memaksimalkanproses penyebarluasan hasil pembelajaran. Selain itu, sistem M&E juga menekankan pada penggunaan metodologikajian yang kuat agar informasi yang di hasilkan bisa secara efektif mendukung berbagai perbaikan programselama masa implementasi AIPD. Sesuai dengan Aturan Standard M&E AusAID Indonesia, untuk melaksanakanberbagai kegiatan M&E dibutuhkan sampai 5% dari total nilai anggaran program.
Tujuan
Sistem M&E AIPD memiliki tiga tujuan utama (i) akuntabilitas, untuk menyediakan suatu mekanisme pengumpulanbukti-bukti yang bisa mendukung proses penilaian sejauh mana AIPD mencapai hasil akhir program yang diharapkan,(ii) perbaikan program, untuk menyediakan informasi yang berguna bagi tim manajemen AIPD, AusAID danKementrian Dalam Negeri, dan Pemerintah Daerah untuk mengambil berbagai keputusan strategis demi menjaminAIPD mencapai hasil yang diharapkan, dan (iii) berbagi hasil pembelajaran, untuk mengangkat danmenyebarluaskan berbagai hasil pembelajaran selama masa implementasi AIPD kepada para pemangku kepentingan,baik untuk perbaikan program atau untuk replikasi ke wilayah lainnya.
Teori Program
Teori program AIPD berdasarkan asumsi i.e, peningkatan pengelolaan keuangan publik oleh pemerintah provinsidan kabupaten/kota akan mendukung peningkatan (dari segi kuantitas, kualitas dan akses) berbagai layanan dasarkepada masyarakat. AIPD di rancang untuk bisa berkontribusi pada proses pencapaian hal ini dengan cara fokus
Lampiran 5: Ringkasan SistemMonitoring dan Evaluasi
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
5656565656 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
kepada peningkatan kapasitas pemerintah provinsi dan kabupaten dalam pengalokasian dan pengelolaan sumberdaya keuangannya. Hal ini membutuhkan berbagai input program di kelompok stakeholder utama AIPD yaitu, sisieksekutif (pemerintah), legislatif (anggota DPRD) dan masyarakat sipil (masyarakat, media, organisasi masyarakatdsb). Berbagai bantuan teknis akan dilakukan untuk berbagai kelompok stakeholder tersebut.
Alur logika program AIPD adalah sebagai berikut. Berbagai input program yang diberikan oleh AIPD akanmenghasilkan berbagai macam produk kunci. Yang dimaksudkan dengan produk-produk kunci adalah, misalnyaberbagai kebijakan dan aturan, anggaran dan perencanaan, sistem dan mekanisme, pengetahuan, keahlian dankemitraan yang lebih baik. Selanjutnya, perubahan akan terjadi dengan syarat apabila para stakeholder kunci akanterus menggunakan secara berkesinambungan berbagai produk-produk kunci tersebut. Dengan dipergunakannyaberbagai produk-produk kunci tersebut, maka besar harapan akan ada perubahan di kalangan Pemerintah Provinsidan Kabupaten sasaran AIPD dalam hal pengalokasian dan pengelolaan keuangan menjadi lebih baik. Dengansendirinya, ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dasar publik dalam hal akses, kuantitas dan kualitasuntuk masyarakat.
Pada dasarnya AIPD mencoba melakukan dua hal yaitu (i) menyediakan lingkungan pendukung yang memungkinansektor-sektor kunci seperti kesehatan, pendidikan dan infrastruktur, untuk memiliki kesempatan yang lebih besaragar bisa mampu menyediakan layanan publik yang lebih baik, dan (ii) menciptakan model-model pembangunanyang bisa direplikasikan di kabupaten atau provinsi lain.
Oleh karena itu, AIPD diharapkan bisa memainkan peran sebagai suatu katalis perubahan. Tiga model asumsimekanisme perubahan yang akan memandu pelaksanaan Program AIPD mulai dari pemilihan kegiatan, implementasidan M&E adalah; (a) perubahan melalui proses dialog, negosiasi, dan persuasi dengan berbagai stakeholder kunci,(b) perubahan melalui penggunaan model insentif dan regulasi, termasuk didalamnya juga pengakuan atas komitmendan praktik-praktik cerdas yang ada di daerah, dan (c) mendukung perubahan-perubahan yang didorong daridalam diri para stakeholder kunci dengan cara mengidentifikasikan aktor-aktor perubahan yang ada di daerahdan mendukung agenda perubahan mereka.
Untuk bisa merespons secara efektif berbagai mekanisme-mekanisme perubahan yang muncul, AIPD harus bisafleksibel dan bersifat responsif. AIPD harus bisa sensitif terhadap keberagaman provinsi dan kabupaten. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di provinsi dan kabupaten harus sesuai dengan kebutuhan, kapasitas, komitmen dankepemimpinan dari berbagai stakeholder kunci di daerah. AIPD hendaknya bekerja melalui struktur dan sistemyang sudah ada di antara para stakeholder kunci dengan fokus pada agenda perubahan yang sesuai dengan ruanglingkup AIPD. Program AIPD juga akan mencoba menjembatani komunikasi antara berbagai stakeholder kuncidan perbedaan kepentingan maupun persepsi yang ada, melalui misalnya, menyediakan dukungan pengambilankeputusan berbasiskan bukti atau melalui berbagai proses dialog multi-stakeholder.
Pertanyaan Kunci M&E
Sistem M&E harus sesuai dengan kebutuhan informasi dari stakeholder kuncinya. Oleh karena itu penetapanpertanyaan-pertanyaan kunci berdasarkan kebutuhan informasi dari para stakeholder kunci menjadi sangatpenting. Berdasarkan konsultasi yang panjang mulai dari tahap rancangan program AIPD sampai pada rancangansistem M&E, secara umum, stakeholder-stakeholder kunci AIPD tertarik untuk mendapatkan jawaban atas berbagaipertanyaan kunci dibawah ini:
1. Apakah AIPD melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai rancangan dan tepat waktu serta dana?
2. Apakah AIPD menghasilkan produk (keluaran) yang berkualitas dari berbagai input (kegiatan) program?
3. Apakah para stakeholder kunci kemudian terdorong untuk menggunakan berbagai produk secaraberkesinambungan?
4. Apakah penggunaan berbagai produk ini juga mendukung isu-isu lintas ie. Gender?
5. Apakah Pemerintah Daerah telah meningkatkan pengalokasian dan pengelolaan sumber daya keuangannya?
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 57l 57l 57l 57l 57
6. Apakah ada hasil lain yang tidak diasumsikan sebelumnya (baik positif maupun negatif) ?
7. Apakah ada pola peningkatan pelayanan dasar publik oleh pemerintah provinsi dan kabupaten?
Pendekatan-Pendekatan Kunci M&E
Untuk bisa memonitor kemajuan dan mengevaluasi hasil sesuai dengan logika program AIPD dan pertanyaan-pertanyaan kunci diatas, maka AIPD akan menggunakan dua pendekatan utama, yaitu: (i) monitoring kemajuandengan menggunakan kerangka monitoring kinerja berbagai tingkatan, dan (ii) melakukan berbagai studievaluasisesuai dengan teori dan logika program AIPD.
a. Pendekatan Pertama - Kerangka Monitoring Kinerja
Kerangka Monitoring berbagai tingkatanakan memantau berbagai indikator-indikator di tingkatan yang berjenjang,mulai dari tingkat tracking kegiatan, keluaran-keluaran (outputs), hasil langsung (immediate outcomes),hasil akhir program (end of program outcomes), dan Dampak(Impact). Informasi kemajuan di berbagaitingkatan tersebut akan menggunakan sumber-sumber data baik yang dikumpulkan oleh Program AIPD sendirimaupun data-data yang dikumpulkan oleh Pemerintah dan sistem informasi yang dimilikinya, seperti dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran daerah (APBD & APBD-P, APBD Pertanggung Jawaban atau RPJMD),juga berbagai data-data yang berasal dari survey-survey yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Berbagaiperubahan akan coba diamati secara reguler (tiap tahun) di masing-masing pemerintah daerah sasaran AIPD,dan juga dengan membandingkannya dengan pemerintah daerah lainnya di masing-masing provinsi (internalcomparison).
b. Pendekatan Kedua - Studi-Studi Evaluasi
Berbagai jenis studi evaluasi akan dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam khususnyaberbagai informasi kualitatif yang akan memperkaya proses monitoring berbagai indikator kuantitatif lewatkerangka monitoring kinerja diatas. Berbagai studi evaluasi akan menganalisa perubahan-perubahan sesuai denganteori program AIPD. Oleh karena itu ada tiga jenis evaluasi yang akan dilakukan; (i) evaluasi tematis, (ii)evaluation summit, dan (iii) evaluasi independen. Daftar usulan berbagai evaluasi yang akan dilakukan bisadilihat di lampiran 3. Kerangka Evaluasi AIPD dengan penjelasannya sebagai berikut.
Jenis evaluasi pertama adalah study-study evaluasi tematis yang akan dilakukan sesuai dengan pertanyaankunci evaluasi dan kematangan waktu dari kegiatan/kelompok kegiatan yang dilakukan oleh AIPD. Evaluasi-evaluasi ini akan dilakukan baik oleh AIPD sendiri atau atau institusi/evaluator yang dikontrak oleh AIPD. Tujuandari berbagai evaluasi ini adalah untuk menelaah dan mengeksplorasi berbagai isu penting sesuai dengan logikaprogram AIPD, misalnya untuk menilai berbagai input program dan pengaruhnya untuk meningkatkanperkembangan kapasitas Anggota DPRD, dan masih banyak studi tematis lainnya. Termasuk dalam evaluasi studitematis ini adalah studi data dasar (baseline study) dan studi akhir program (Endline study)yang akan difokuskanpada pengukuran kondisi awal/akhir pengalokasian dan pengelolaan sumber daya keuangan daerah olehPemerintah Provinsi dan Kabupaten, dan kondisi awal/akhir pelayanan dasar publik di wilayah sasaran AIPD.Daftar Evaluasi Tematis bisa dilihat di lampiran 3.
Jenis evaluasi kedua adalah yang disebut evaluation summit. Ini adalah salah satu metodologi evaluasi partisipatifuntuk menilai kemajuan dan hasil-hasil Program AIPD. Yang membedakan evaluasi ini dari jenis evaluasi lainnya,adalah penekanan jenis pendekatan evaluasi ini pada pendekatan partisipatoris yang melibatkan berbagai stake-holder kunci untuk secara bersama-sama bisa menganalisa capaian program. Evaluation Summit akan dilakukanpaling tidak dua kali selama program AIPD. Evaluation Summit akan menggunakan berbagai informasi yangdimiliki oleh AIPD baik yang didapatkan dari Kerangka Monitoring Kinerja, ataupun
Jenis evaluasi ketiga adalah evaluasi independen. Evaluasi independen ini akan dilakukan oleh, pertama, sebuahKelompok Referensi Evaluasi Independen, atau yang disebut, Reference Evaluation Group. Kelompok iniakan melakukan evaluasi berkala terhadap AIPD dan memberikan masukan arahan strategis untuk perbaikan
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
5858585858 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
program. Evaluasi independen kedua yaitu, evaluasi gabungan (joint evaluation) yang dilakukan denganmelibatkan tim dari Kementrian Dalam Negeri dan AusAID. Evaluasi gabungan dilakukan paling tidak duakali, saat tengah program dan saat akhir program. Lazimnya, evaluasi-evaluasi independen gabungan ini biasadisebut Mid-Term Review dan Independen Completion Review.
Analisa pencapaian program secara menyeluruh7
Untuk menganalisa berbagai hasil dan capaian program secara menyeluruh, AIPD akan menggunakan berbagaiinformasi yang didapatkan dari dari dua pendekatan utama yang telah dibahas diatas, yaitu monitoring kinerjaberdasarkan kerangka monitoring kinerja berbagai tingkatan, dan pendekatan berbagai studi evaluasi.Kombinasi dari kedua pendekatan diatas diharapkan secara memadai dapat mengamati dan memberikan informasitentang berbagai perubahan positif yang dipengaruhi oleh AIPD khususnya pada pola perkembangan kinerjapemerintah provinsi dan kabupaten dalam hal pengalokasian dan pengelolaan sumber daya keuangannya, danpelayanan dasar publik yang lebih baik. Pengamatan secara sistematis ini dilakukan di berbagai waktu program,yaitu; sebelum, di awal, selama dan akhir implementasi Program AIPD8. AIPD bekerja di empat (4) kabupaten di tiapProvinsi, oleh karena itu perbandingan internal antara kabupaten-kabupaten yang melakukan AIPD dan yangtidak melakukan AIPD bisa juga dilaksanakan9.
Mengkomunikasikan Hasil
Informasi tentang kemajuan dan hasil AIPD akan dipertanggungjawabkan dan digunakan oleh berbagai pihak ditingkat daerah maupun nasional. Pelaporan AIPD akan dilakukan setiap enam bulanan. Pertemuan-pertemuanformal akan dilakukan di tingkat Provinsi dan Nasional. Di tingkat Provinsi, Komite Manajemen Program (atauyang serupa) terdiri dari berbagai unit pemerintahan di tingkat provinsi. Anggotanya akan bertemu paling sedikitdua kali setahun dan akan menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem M&E AIPD untuk menilai kemajuanAIPD dan mengembangkan rencana kerja tahunan. Di tingkat nasional, sebuah komite, yang disebut KomiteKoordinasi Program (Program Coordinating Committee - PCC) akan melakukan pertemuan setahun sekaliuntuk mereview kemajuan AIPD dan menyetujui rencana kerja tahunan. Komite ini diketuai bersama olehKementrian Dalam Negeri dan AusAID, dan juga dihadiri oleh Kementrian Keuangan dan Bappenas, serta perwakilandari Pemerintah Provinsi/Kabupaten.
Rangkuman
Merangkum paparan singkat tentang sistem M&E diatas, pada dasarnya Sistem M&E harus bisa menceritakankepada para stakeholder kunci beberapa elemen informasi utama terkait AIPD. Pertama, sistem M&E harus bisamenerangkan apakah AIPD menghasilkan produk-produk yang berkualitas. Kedua, sistem ini harus bisamenerangkan apakah para stakeholder kunci telah menggunakan/mengaplikasikan berbagai produk yang dihasilkanoleh AIPD. Ketiga, sistem M&E harus juga bisa menerangkan dari pengamatan yang dilakukan apakah berbagaiperubahan perilaku terjadi sesuai yang diharapkan, ataukah ada berbagai perubahan perilaku (baik positif maupunnegatif) yang ternyata muncul walaupun tidak diharapkan terjadi. Akhirnya sistem M&E harus bisa menceritakanapakah memang telah/sedang terjadi adanya peningkatan layanan dasar oleh Pemerintah Daerah.
7 “Whole of Program Performance Analysis”8 Metodologi yang dikenal di bidang evaluasi disebut, time-series design, pengamatan object evaluasi secara teratur dalam rentang waktu
tertentu.9 Perlu dicermati bahwa, model perbandingan internal antara pemerintah kabupaten/kota peserta program vs non-peserta yang akan
dilakukan akan tetap memiliki kekurangan validitas oleh karena pemilihan wilayah sasaran AIPD tidak dilakukan berdasarkan metode acak(random).
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 59l 59l 59l 59l 59
Pemerintah Daerah Sasaran Meningkatkan layanan dasar padamasyarakat (kuantitas dan kualitas) dengan spesifik fokus padapendidikan dan kesehatan
Jumlah Provinsi/Kabupaten dengan peningkatan pada:· Cakupan Imunisasi· Kelahiran ditangan oleh tenaga medis terlatih· Akses pada air bersih· Akses pada sanitasi yang baik· Rasio Guru/Murid· Angka Partisipasi Kasar/Murni SD (perempuan & laki-laki)· Angka Partisipasi Kasar/Murni SMP (perempuan & laki-laki)· Angka tamat SMP untuk mereka yg berumur 16-18 thn
(perempuan & laki-laki)· Tingkat literasi (laki-laki vs.perempuan)
Tim AIPD, Koordinator M&E dan anggota tim M&E
Review Dokumen dan data pemerintah Indonesia (BPS, LAKIP, RPJMDetc.), dan Program-program AusAID lainnya (e.g. MNH), Donorlainnya.
3 kali (baseline, mid-term, and end line)
· Bulan ke 12th (Baseline condition)· Bulan ke 30th (Mid-term condition)· Bulan ke 54th (end-line condition)
· AIPD Management (for decision making)· PMC (Provincial and District Government)· PCC (AusAID & MoHA)
Perubahan Apa?
Indikator
Siapa yang bertanggung jawab mengumpulkaninformasi
Bagaimana Informasi di kumpulkan
Frekwensi
Kapan informasi harus tersedia?
Siapa yang menggunakan Informasi?
1. Kerangka Monitoring Kinerja
I. Dampak
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
6060606060 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
Peningkatan alokasi dan pengelolaan sumber daya keuangan dimasing-masing 20-25 Pemerintah Daerah sasaran AIPD.
Jumlah Provinsi/kabupaten dengan peningkatan:1. Proporsi belanja Kesehatan/Pendidikan/Infrastruktur
dibandingkan total belanja2. Proporsi belanja Operasional dan Pemeliharaan dan belanja
Modal (termasuk di masing-masing sektor Kesehatan/Pendidikan/Infrastruktur).
3. Perbedaan antara APBD dan APBD realisasi/ pertanggungja-waban (termasuk perbandingan serupa di sektor kunci:kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur).
4. Angka serapan belanja Program dan Modal Pemda di triwulan ke3 (termasuk untuk sektor kunci: kesehatan, pendidikan, daninfrastruktur).
5. Proporsi belanja Kesehatan/Pendidikan/Infrastrukturdibandingkan total belanja
6. Proporsi belanja Operasional dan Pemeliharaan dan belanjaModal (termasuk di masing-masing sektor Kesehatan/Pendidikan/Infrastruktur).
7. Perbedaan antara APBD dan APBD realisasi/ pertanggungja-waban (termasuk perbandingan serupa di sektor kunci:kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur).
· P/DGs mengadopsi transparansi dengan mempublikasikananggaran tahunannya.
· Aturan Perundangan di buat berdasarkan masukan pemangkukepentingan yang luas (EVALUASI)
· Prioritas Pembangunan terefleksi dalam anggaran Developmentpriorities are reflected in the budget (or quantitative indicators-percentage of programs in line with RPJMD & Renstra)
PFM Coordinator dan anggota timnyaKoordinator Pengelolaan Pengetahuan & Konsultan yg dikontrak
Document Review dari Dokumen Pemerinta seperti:· Dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran (APBD and
APBD Perubahan)· Laporan Audit BPK
Tahunan
Semester ke dua tiap tahun kurang 1 bulan
· Manajemen AIPD (pengambilan keputusan)· Komite Manajamen Program (Provincial and District Govern-
ment)· PCC (AusAID & MoHA)· Reference Evaluation Group (REG)· Dinas-dinas Pemerintah Provinsi dan Kabupaten (Health &
Education)
Perubahan apa?
Indikator
Informasi untuk evaluasi
Who is responsible for data collection?
Bagaimana Informasi di kumpulkan?
Frekwensi
Kapan Informasi harus tersedia
Siapa yang akan menggunakaninformasi?
2. Hasil Akhir Program (Perubahan perilaku dan organisasi)
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 61l 61l 61l 61l 61
3. Hasil Langsung (Product digunakan)
Stakeholder-stakeholder kunci di sisi supply (Executive) and Demand(Parliaments, Media, CSOs, &Communitiesmenggunakan berbagai produk yang dihasilikan (kebijakan/regulasi, rencana/anggaran,pengetahuan/keahlian, sistem/mekanisme) secara berkesinambungan.
A. Sisi Supply – Responsive GovernmentA.1 Jumlah P/DGs yang menggunakan keahilan PEA dan hasil analisa untuk menghasilkan
Anggaran yang akurat (Operational & Maintenance (OM), Capital & Admin BudgetsA.2 Jumlah P/DGs yang menggunakan agenda reformasi PFMA.3 Jumlah P/DGs yang menyerahkan anggaran ke DPRD pada minggu 1 – October
A.5 Di P/DGs terpilih, pengelolaan keuangan dan laporannya sesuai dengan standard akuntasi(berdasarkan LHP - Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPD – Laporan KeuanganPemerintah Daerah
A.6 P/DGs terpilih menggunakan mekansime insentif berbasiskan kinerjaA.7 Diperluasnya jaringan LKD/KKDA.8 Peraturan Pemerintah dan Menteri dihasilkan (PP or Permen)*A.9 Jumlah Pemerintah dengan unit e-procurment dan integrated procurement unit yang
dibentukA.10 Jumlah/Presentasi bids e-proc per pemerintah Provinsi/kabupaten (value)
B. Komponen Pengelolaan PengatahuanB.1 Jumlah Pemerintah Prov/Kab yang secara teratur menyebarkan informasi tentang
perencanaan, anggaran dan kegiatan-kegiatan.B.2 Di daerah dimana ada resource centres. Para pemangku kepentingan (govt agencies,
donors, NGOs, media and public) memiliki akses dan aktif menyebar luaskan rencanapembangunan, anggaran dan kegiatan.
B.3 Jumlah wilayah dengan badan koordinasi bantuan pembangunan yang efektif
C. Demand Side – Active Civil SocietyC.1 Jumlah wilayah dengan DPRD selesai review di akhir bulan October (PP58/2005)C.2 Jumlah lokasi dengan DPRD menggunakan Laporan Kunjungan (Back to Office Report)C.3. Jumlah desa-desa dengan anggota DPRD menghadiri Proses RPJMDES/RKPDESC.4 Ketersediaan SoP untuk Komisi InformasiC 5 Jumlah Komisi Informasi dan PPID yang menggunakan SoPC.6 Jumlah lokasi dengan Komisi Informasi yang berfungsiC.7 Jumlah koalisi/Jaringan CSO yang efektif (kriteria penilaian harus dikembangkan).C.8 Jumlah lokasi sasaran dengan forum multistakeholder yang berfungsiC.9 Jumlah lokasi sasaran yang memiliki forum dialog yang efektif (Rabibuja)C.10 Jumlah dan proporsi desa-desa dengan rencana pembangunan yang terintegrasi
B.5 Media yang lebih baik dan akurat untuk melaporkan berbagai isu keuangan publik danlayanan dasar
Demand SideC.4 CSO mengadvokasi dari posisi dan pengetahuan yang lebih baik.C.5 Komisi Informasi untuk menjamin informasi tersedia untuk publikC.6 Temuan-temuan Citizen Report Card (CRC) trial digunakan untuk mendukung replikasi
Supply Side –Koordinator PFM dan dan Konsultan PFM, dibantu oleh para APD dan Konsultan
Knowledge Management – Asisten Program Direktur, Koordinator Komunikasi/PengelolaanPengetahuan, Komunikasi/KM officer dan para konsultan
Demand Side – Koordinator Civil Society, Civil Society Program Officer dan konsultan yangdikontrak dan organisasi yang melaksanakan berbagai kegiatan (NGOs)
Review Berbagai laporan dan Dokumen Pemerintah:· Laporan-laporan mitra pelaksana· Dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran (APBD dan APBD-Perubahan)· Laporan BPK (Audit)
Updated Bi-annually (depending on types of information)
Tgl pelaporan enam bulanan AIPD kurang 1 bulan (May and December).
· Manajemen AIPD (for strategic program decision making)· PMC (Provincial and DistrictGovernment)
· PCC (AusAID & MoHA)· Independent Evaluation Group (IEG)· Relevant Provincial/District Sector agencies (Health & Education)· Sub-activity contracted organisations (for sub-activity implementation decision making)
Perubahan apa?
Indicator
Informasi yang akansediakan oleh Evaluasi
Siapa yang bertanggungjawab atas pengumpulandata
Bagaimana Informasidikumpulkan
Frekwensi
Kapan Informasi tersedia
Siapa yang menggunakaninfomasi
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
6262626262 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
4. Outputs (Products delivered)
Para Peserta terlatih, Dokumen-dokumen Perencanaan & Penganggaran dihasilan, Uji coba kegiatandilakukan, Jaringan dan Sistem terbentuk dsb.
A. Sisi Supply – Responsive Government1. Jumlah Pemerintah Prov/Kab yang menghasilkan/memperbaharui PEA2. Jumlah Pemerintah Prov/Kab menyelesaikan Assessmen PFM3. Jumlah peserta terlatih di bidang perencanaan, penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan
monev (data terpilah Gender).4. Monitoring Kinerja dan Sistm Insentif Berbasis Kinerja dikembangkan untuk Pemerintah
Prov/Kab.5. Jumlah Pemerintah Prov/Kab yang melaksanakan uji coba sistem insenftif berbasiskan kinerja6. Jumlah Pemerintah Prov/Kab memiliki Sistem Manajmen Informasi (MKPP+)7. Dana untuk RESPEK teralokasi, tersalurkan dan dipertanggungjawabkan *8. Kementrian Pemerintah Pusat menghasilkan mekanisme transfer berbasiskan kinerja9. Berbagai Kerangka Regulasi PFM dihasilkan *11. Jumlah LKD dan KKD yang dikembangkan di berbagai provinsi sasaran.12. Jumlah staff kementrian pusat yang terlatih (Data Terpilah Gender) umber of Central Govt
officials trained (gender disaggregated) in monitoring sub-national fiscal performance
B. Knowledge Management1. Jumlah orang media/jurnalis yang terlatih (data terpilah Gender) dalam mengemas informasi
tentang keuangan daerah ke publik2. Jumlah Resource Centre/Pusat Informasi yang terbentuk dan didukung.3. Jumlah wilayah yang memiliki badan koordinasi lembaga-lembaga pembangunan (LSM, Donor
dsb).4. Berbagai forum penyebarluasan pengetahuan (Forum Kawasan Indonesia Timur, Forum
Bappeda, dan Community of Practice) berfungsi.5. Jumlah Produk-produk pengetahuan yang teridentifikasi, dihasilkan, dan disebarluaskan.
Demand Side – Active Civil Society1. Jumlah anggota DPRD terlatih (Data terpilah Gender) dalam hal analisa anggaran dan review
(Anggaran dan MKPP+), dan Monev.2. Jumlah Individu dari CSO/Jaringan CSO terlatih dalam hal analisa dan Review anggaran (data
terpilah Gender).3. Komisi Informasi terbentuk di masing-masing Provinsi.4. Jumlah Lokasi yang melakukan uji coba dalam menggunakan citizen report card*5. Jumlah Forum Parlemen yang terbentuk/didukung.6. Rencana Pembangunan Desa yg terintegrasi (termasuk dengan RESPEK untuk RPJMDES/
RKPDES)
Supply Side – Universitas atau Konsultan yang melakukan berbagai pelatihan dan bantuan teknis,PFM Coordinator dan Officer , Konsultan PFM dan dibantu oleh APDKnowledge Management – Assistant Program Directors, Communication & KnowledgeManagement (C/KM) Koordinator, C/KM Officer dan para konsultanDemand Side – Civil Society Coordinator dan Program Officer, Konsultan yang dikontrak, ataumitra pelaksana kegiatan (e.g. LSM).
Para peserta terlatih, dokumen-dokumen perencanaan dilakukan dan penganggaran dihasilkan, ujicoba kegiatan dilakukan, jaringan dan sistem terbentuk dsb
Evaluasi PelatihanObservasiReview dari Laporan PEAReviewDokumen dan Laporan Konsultan, Laporan Kemajuan dari berbagai mitra pelaksana Review Cepatdi daerah sasaran Survey-survey
Diperbaharui dua kali setahun (tergantung jenis-jenis informasi).
AIPD laporan enam bulanan – 1 bulan.
· Manajemen AIPD (untuk keputusan program strategis)· Komite Manajemen Program Tingkat Provinsi (Pemerintah Provinsi dan Kabupaten)· Sektor Pemerintah Terkait di tingkat Provinsi dan Kabupaten (eg. Kesehatan dan Pendidikan)· Lembaga mitra pelaksana yang (untuk pengambilan keputusan tingkat sub-aktifitas)
Perubahan apa?
Indicator
Siapa yg bertanggung jawabatas pengumpulan data
Perubahan apa?
Bagaimana Informasidikumpulkan
Frekwensi
Kapan Informasi tersedia
Siapa yang menggunakaninfomasi
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 63l 63l 63l 63l 63
10 Further information on the assessment of sub-contractors’ performance can be found in Part B – M&E Guidelines for AIPD Sub-Contractors,Section 10.
1. Judul Kegiatan
2. Status/Tahap (Implementasiataupenyelesaian)
3. Tanggal Mulai dan Selesai, dan Jangka Waktu
4. Biaya / Nilai Kontrak – Asli dan Modifikasi
5. Lokasi (s)
6. Sasaran Pemanfaat Kegiatan (Data terpilah Gender)
7. Sub- contractor/Pelaksana Kegiatan
8. Mitra Kunci Pemerintah
9. Hasil akhir kegiatan dan Produk utama
10. Progress reports diserahkan dan tanggalnya
11. Kunjungan Monitoring atau berbagai jenis assessment/review/evaluasi dilakukan/ditugaskan oleh AIPD dan tanggalnya?
12. Pengeluaran dibandingkan dengan Anggaran/Kontrak (%)
13. Produk-produk yang telah dihasilkan (%).
14. Kesesuaian dengan kriteria rating kinerja per 6 bulanan terhadap kriteria-kriteria10
15. Narasi tentang berbagai isu-isu kinerja, implementasi dan tindakan yang dibutuhkan
5. Activity Tracking
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
6666644444 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
6. Kerangka Evaluasi AIPD
Tingkat Logika
Tingkat LogikaProgramDampak –Layanan Dasaryang lebih baik
dan
Hasil AkhirProgram (EOPO)– meningkatnyaalokasi danpengelolaansumber daya
Hasil Langsung –Produk-produkdigunakan
Metode
1. 1 Baseline Study – Keadaan saat initentang alokasi dan pengelolaan sumberdaya di wilayah sasaran
2. 1 Endline Study – Keadaan diakhirprogram tentang alokasi dan pengelolaansumber daya di wilayah sasaran
3. 1 Case study di beberapa lokasi terpilih,untuk mempelajari sampai sejauh manapeningkatan alokasi/manajemenkeuangan berkontribusi padapeningkatan layanan dasar danmengapa?
4. Public Expenditure and RevenueAnalysis (PERA Analysis)
5. Public Finance Management Assess-ment
6. Review Kualitatif (interview, observa-tion, Focus groups) –Analisa Kontribusi,dan hasilnya akan memberikanmasukan pada ACR dan ICR
7. Pertemuan Evaluasi (EvaluationSummit)
Berbagai Review (interview, survey,observasi, dan focus groups) - fokus padapembelajaran dan aplikasi produk. Hasilnyaakan memberikan masukan untuk MTR.Review akan mengikutkan tema-tema seperti(namun tidak dibatasi untuk tema-tema dibawah);
1. Review dampak pelatihan pengelolaananggaran dan penggunaan PEA dalamperencanaan Pemerintah Indonesia(termasuk didalamnya pelatihan-pelatihan untuk para anggota DPRD)–(sisi demand dan supply)
2. Efektifitias PFM Assessment untukmendukung agenda reformasi PFM(supply side)
3. Contextual Analysis of freedom ofinformation (to what extent GoI is opento disclose information to public) – (crosscutting the three components)
4. Kefektifan Forum KTI/Forum Bappeda(knowledge management with links tosupply side)
5. Kefektifan intervensi satu desa saturencana stratgis (demand side with linksto supply side).
Frekuensi
Sekali – Awalimplementasi
Sekali – Akhirimplementasi
Sekali – Akhirimplementasi
Bagian darikegiatan
ResponsiveGovernmentComponent
Dua Kali – Tengahdan Akhir Program
Dua kali – tengahdan akhir
Paling tidak sekalidalam setiapkomponen
(Paling tidak satureview percomponent)
Siapa
EvaluatorEksternal
EvaluatorEksternal
EvaluatorEksternal
PERA & PFM byConsultatns
Review Kualitatif olehEvaluator Gabungan(Konsultan,AusAIDdan Kemendagri)
Evaluator eksternalsebagai fasilitator
Konsultan/Institusi(Kemungkinan
evaluasi gabungandengan MoHA)
Konsultant/ Institusi
Kapan
2011(2nd Semester)
2015(1st semester)
2015(1st semester)
Sepanjang kerangkawaktu AIPD
Review Kualitatif - 2014(2nd Semester)
2013 (semester 1) and2015 (semester 1)
Antara 2013 (Semester1) to 2015 (Semester 1)
Dari 2013 (Semester 1)sampai 2015(Semester 1)
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 65l 65l 65l 65l 65
Logic Level
Output – Produkdikembangkan
Input – Activities
Methods
Berbagai review kualitas produk utama(interview, survey, observasi, dan focus groups)– Fokus pada assessmen kualitas produk,review termasuk juga -
1. Kualitas Berbagai Pelatihan/TA untukmanajemen anggaran bagi staff Pemprov/kab, (Sisi supply dan demand)
2. Review Resource Centre (menganalisasistem yang telah dibangun) (Sisiknowledge Management)
3. Kualitas Jaringan Pelatihan PFM LKD/KKDand networks(Sisi Supply)
Kerangka Monitoring Kinerja(Outputs) dan Tracking Kegiatan
Frekuensi
Paling sedikit 3Review
Sepanjangkerangka waktu
AIpd
Siapa
Konsultan/Institusiyang dikontrakan
Secara Internal –M&E Koordinatordibantu oleh tim
Kapan
Dimulai sejak 2012 (2nd
Semester) danseterusnya
Seluruh Program
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
6666666666 l l l l l Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft)
a) Alokasi dan proporsi anggaran urusan pendidikan
b) Alokasi dan proporsi anggaran urusan kesehatan
c) Alokasi dan proporsi anggaran infrastruktur (gabunganurusan pekerjaan umum, perhubungan, penataan ruang, danpermukiman)
a) Proporsi belanja pegawai urusan pendidikanb) Proporsi belanja modal urusan pendidikan
c) Proporsi belanja program prioritas urusan pendidikand) Proporsi belanja pegawai urusan kesehatane) Proporsi belanja modal urusan kesehatan
f) Proporsi belanja program prioritas urusan kesehatang) Proporsi belanja pegawai sektor infrastrukturh) Proporsi belanja modal sektor infrastruktur
i) Proporsi belanja program prioritas sektor infrastruktur
Indicator 5: Timely approval of APBDs
a) APBD 2011 disahkan paling lambat 31 Dec 2010 (tgl APBDdisahkan di masing-masing prov)
b) APBDP 2010 disahkan paling lambat pada tanggal 15
October2010 (tgl APBDP disahkan di masing-masing prov)
Indicator 6: BPK Audit Opinion on Annual P/DGs financial Reports
NTT
6%12%
17%
30%
2%69%41%
9%57%18%
63%80%
N/A
N/A
18-Des-2010
17-Sept-2010
N/A
NTB
19,41%13,72%
19,3%
19,26%
2,64%59,19%38,79%
25,92%47,8%
15,18%
79,14%84,81%
N/A
N/A
13-Des-2010
6-Sept-2010
N/A
PAPUA
4,59%9,47%
14,05%
18,84%
7,47%86,11%30,18%
9,35%64,19%8,16%
83,98%80,47%
N/A
N/A
3-Des-2010
23-Sept-2010
WDP
PAPUA
BARAT
2.63%2.45%
15.68%
9.45%
65.30%25.25%2.46%
25.12%72.42%0.81%
97.96%1.23%
N/A
N/A
07-Mar-2011
23-Mar-2011
N/A
JAWA
TIMUR
2,60%13,75%
9,98%
16,23%
NA96,08%22,92%
NA90,29%20,92%
N/ANA
N/A
N/A
27-Des-2010
04 Oct2010
N/A
PROVINSI-PROVINSIINDICATORS IN 2010
Indicator 1: Budget Share of health, Education, and infrastructure
Indicator 2: Proportion of budget share (spending mix) for operation, maintenance and capital in H/E/I
Indicator 3: Narrowed gap (surplus/deficit) between allo-cated budget andExpenditure including key sectors H/E/I
Indicator 4: P/DGs absorb X% of operation, mainte-nance and capital in H/E/I budget by 3rd quarter
Laporan AIPD No.1, Periode Jan-Jun 2011
Kemitraan Australia-Indonesia Untuk Desentralisasi (Draft) l 67l 67l 67l 67l 67
top related