bahasa indonesia (cerpen).docx
Post on 25-Oct-2015
13 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS BAHASA INDONESIACERPEN
NAMA : Muhammad MiftahulkhairKELAS : XII IPA 4
KETIKA SAHABAT TIDAK BISA MEMBANTU
Di hari itu aku mendengar suara seseorang memanggil aku didepan pagar rumah ku,
ternyata benar ricky sahabatku datang untuk megajaku pergi bermain kerumahnya karena
memang dia selalu merasa kesepian sejak ayah dan ibunya sibuk bekerja mencari uang
untuk menafkahi ricky dan adiknya. Walaupun itu selalu membuatnya merasa kesepian ricky
anak yang selalu ceria dan kuat, sampai-sampai aku tidak bisa pungkiri bahwa tidak ada rasa
yang berbeda seperti anak-anak lain pada umunya.
Berapa kali harus ku ucapkan kata sabar atas kurangnya perhatian dari orang tua ricky,
mungkin keluarga ricky dan aku dari segi ekonomi sangat jauh berbeda sekali, dia selalu
digelimangkan oleh harta dan kemewahan, tapi apalah arti semua itu dibandingkan kasih
sayang dari orang tua yang tiada tara dan susah sekali di dapatkan ricky, seberapa besar aku
bisa merasakan dari apa yang disembunyikan ricky tentang kesepiannya terhadap keluarga
yang dia idam-idamkan.
Tentang adik ricky yang masih duduk di bangku sekolah dasar aku bisa merasakan betapa
kurang terurusnya anak itu, walaupun kehidupan mewah dan harta yang begitu banyak
telah dia dapatkan. tapi aku tidak banyak mendapatkan keceriaan yang terlintas dari wajah
adik sekaligus teman dekatku ini. Aku ingin sekali bila disaat mereka tersenyum walau
sesaat tetapi dia bisa melupakan orang tua yang selalu sibuk megumpulkan selembaran
uang kertas itu.
Selang beberapa hari ricky terlihat tidak seperti biasanya, dia merasa menyembunyikan
sesuatu dari mimik wajahnya yang terlihat murung seperti ada masalah yang berat
dipikulnya sendiri tapi pada waktu itupun ricky tidak mau bercerita tentang apapun
kepadaku sampai saatnya aku mengetahuinya sendiri, ternyata ayahnya baru saja ditipu
oleh seseorang yang biasa disebut penanam saham dengan uang yang hampir beratus-ratus
juta di bawa kabur oleh si penipu iti tersebut. disaat itu pula ibunya, ricky dan adiknya
menjadi bahan pelampiasan sang ayah yang mungkin belum bisa menerima apa yang
menimpa dia saat ini. Aku ingin sekali menghapus kesedihan yang ricky rasakan di hari itu
tetapi tetap ricky yang selalu merasa kuat dalam menghadapi cobaan dan sudah dilatih
untuk bisa hidup sendiri tidak mau sesekali membahas tentang masalah itu.
Aku masih belum percaya dengan apa masalah yang dihadapi ricky saat ini. Keluarganya
hampir terlunta-lunta oleh ketidak seimbangnya ekonomi keluarga ricky, ricky mulai
merasakan kehidupan yang hampir sama denganku. Dimana tidak makan sehari tiga kali itu
mungkin sudah biasa karena keterbatasan lauk pauk, itupun sekarang harus dirasakan ricky
juga adiknya yang masih kecil itu harus merasakan surut dan pasangnya kehidupan,
menurutku tidaklah wajar untuk anak sekecil itu yang harus melihat ibu dan kakanya
menjadi bahan pelampiasan suatu keluarga yang tidak harmonis lagi.
Aku baru sadar tentang pepatah yang selalu ibu sampaikan kepadaku bahwa dunia dan roda
itu pasti berputar dengan pasti, dan “kamupun nanti merasakannya nak” ujar ibu kepadaku.
Tapi apalah disaat ini aku hanya merasakan penderitaan itu untuk temanku yang selalu ceria
dan kuat dalam menerima cobaan hidup? Inikah keadilan atau sebuah cobaan?
Di hari itu lagi dia menyampar aku kembali dengan nada yang lemas seperti belum ada
sesuap nasi didalam perut sahabatku ini.
Aku: “ricky apa kamu udah makan kok lemes gitu?” ucap ku,
Ricky: “belum ini aku masih nunggu ayah dan ibu yang belum pulang dari kemarin sore.”
Aku: “terus adik kamu sama kamu udah makan?”
ricky diam dan kata yang aku dengar adalah “dia dirumah sedang tidur menunggu
makanan!” ucapnya dengan nada pelan, Aku langsung berlari kedapur dan membungkus
makanan sisa pagi yang masih belum terhabiskan oleh keluargaku, aku langsung menarik
ricky menuju kerumahnya dan langsung membangunkan adiknya yang sedang menuggu
datangnya makanan.
Sesuap demi sesuap dia makan dengan lahap bersama adiknya, rasa hati ini ingin menarik
kedua ayah dan ibu untuk melihat apa yang telah terjadi tentang sahabatku ini. Mungkin
hanya ini yang bisa aku berikan kepada ricky dan adiknya, miris bilasanya aku yang berada
diposisi ricky. Aku sering menceritakan tentang ricky kepada ibuku tapi ia sering menerima
masalah dari keluarga ricky, terutama ayahnya yang selalu bersikap kasar kepada ricky dan
adiknya.
Sesudah itu aku sering bertiga pergi bersama keatas genting dan bersanda gurau, canda dan
tawa mengisi saat itu, seolah-olah ricky bersama adiknya melupakan sejenak ayah dan
ibunya yang sedang mencari selembar kertas itu, siang itu terus kita bermain sampai
akhirnya tertidur diatas genting yang ditemani langit-langit yang sejuk dan angin sepoy-
sepoy begitu tidak terasa panas matahari siang itu, mungkin karena ricky dan adiknya terasa
kurangnya perhatian dari orang tua mereka, tertidur pun aku dan mereka di bawah langit
dan awan itu.
Tidak terasa ada suara orang yang sedang marah-marah pada saat itu, ternyata saat mataku
terbuka ricky dan adiknya telah di seret dan dipukuli oleh ayahnya yang baru pulang bekerja
dari kantor, aku tak tau kenapa apa yang mebuat ayahnya marah kepada ricky pada saat itu.
Yang jelas aku sangat takut pada saat itu melihat dua orang yang aku sayang telah disakiti
oleh ayahnya sendiri. Tangisan ricky dan adiknya yang meminta tolong dengan
mengeluarkan rintihan serta kata-kata Ampun ayah !!! Ampun ayah !!! Ampun ayah !!!
Ampun!!!! yang keluar dari mulut adiknya ricky, Ayahnya pun langsung menyuruhku pulang
dengan nada tinggi dan seolah-olah kesal sekali kepadaku, Dengan cepat aku bergegas
meniggalkan rumah ricky tanpa ada kata-kata salam yang keluar dari mulutku.
Keesokan harinya aku takut sekali datang dan menyampari ricky, karena kejadian kemarin
yang mungkin membuatku sedikit shok juga namun sudah Tiga hari berlalu tidak ada kabar
dari ricky, sungguh aku ingin sekali menemuinya. Tak tenang hati ini ingin mengetahui kabar
dari sahabatku ini akupun bergegas dengan berani datang kerumahnya, terlihat sepi dan
agak kotor ditempat rumah kediaman ricky pada waktu itu. Ku panggil nama ricky dengan
sedikit pelan, namun tidak ada yang menjawab, kupencet bel rumahnya, lalu ada suara
gesekan pintu. Dan benar ternyata ricky sahabatku yang membuka pintu tersebut,
Aku: “kemana saja kamu ini?” ucap ku kepada ricky,
Ricky: “aku takut untuk keluar dan sekolah” ucap ricky dengan nada pelan,
Aku: “tapi kenapa? guru dan teman-teman sudah lama ingin tau kabar darimu?” dari raut
wajah ricky yang begitu menyembunyikan sesuatu, aku selalu tau dan bertanya
Aku: “apa ini ada hubungannya dengan ayah dan ibumu?” ucap ku kepadanya, ricky
menganggukan kepala dan berkata
Ricky: “tidak ada biaya lagi aku bersekolah begitupun adiku yang sudah lama berhenti
bersekolah” ucapnya, Terkejut aku saat mendengar kata-kata itu dari mulut ricky.
Memang cepat lambat perusahaan tempat ayah ricky bekerja sudah lama mengalami
penurunan, sampai-sampai ayah ricky harus menerima keadaan yang berputar 180 berbeda
seperti di kehidupan yang dirasakan bertahun-tahun yang lalu. Kali ini mungkin ricky harus
menerima keadaan seperti ini,
Aku: “ricky kamu harus kuat menerima keadaan ini, karena kehidupan pasti berputar seperti
ibuku selalu bilang tidak selamanya kita selalu berada diatas ki” ucap ku, ricky membisikan
kata yang tak pernah aku lupa yaitu
Ricky: “kita harus berpisah untuk saat ini karena aku ingin pindah ke kampung halamanku”
ucapnya, entah apa yang aku rasakan saat itu hanya bisa diam dan kesal
Aku: “tapi kenapa ki?”
Ricky: “itu sudah keputusan dari ayah dan ibuku, begitupun adiku, aku berdua bila ingin
melanjutkan sekolah, kita berdua harus tinggal disana!!” ucapnya kepada ku, bila sudah ada
sangkut pautnya dengan ayah atau ibunya, ini mungkin sudah keputusan yang mutlak dan
tidak bisa diganggu gugat. Hanya kepasrahan yang bisa aku rasakan saat itu,
Aku: “kapan saatnya kamu pergi ?”
Ricky: “sebentar lagi” jawabnya, Dalam hidupnya tak pernah ada yang namanya pelukan
seorang ayah dan ibu, pelukan lembut berpijar kasih sayang didalam kehidupannya.
Aku: “aku akan ikut mengantarmu ke stasiun ki” ricky menoleh dan menujukan jarinya ke
arah mobil yang kurasa adalah jemputannya,
Ricky: “tidak usah, itu mobil jemputanku” ucap sahabatku yang pernah menghiasi hari demi
hari menjadi lebih lebih bermakna.
Senyuman terakhir mengantarkan ricky dan keluarganya kepintu mobil, dilihaku pada hari
itu, semua keluarganya berada lengkap dengan senyuman yang nyaris tidak pernah aku lihat
sebelumnya, lambayan terakhir memisahkan kita didalam perjalanan selalu membuat kisah
hidup ini menjadi lebih patut untuk disyukuri karena hidup tidaklah selalu di dalam
kebahgiaan. Kita kadang harus merasakan apa yang terjadi didalam hidup ini dengan
keadaan yang berbeda-beda, juga sesulit apapun suatu masalah, karena Allah SWT selalu
menentukan jalan keluar yang terbaik bagi hambanya yang bersabar dan berikhtiar.
top related