bahan uks dan pkpr
Post on 25-Jul-2015
370 Views
Preview:
TRANSCRIPT
URAIAN TUGAS PETUGAS PKPRDiposkan oleh Rizki Kurniadi, Amd.Kep
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/uraian-tugas-petugas-pkpr.html
1. Menyusun rencana kegiatan PKPR berdasarkan data program puskesmas
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman
kerja.
2. Melaksanakan kegiatan PKPR dan koordinasi lintas program terkait
sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
3. Mengevaluasi hasil kegiatan PKPR secara keseluruhan.
4. Membuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai bahan
informasi dan pertanggung jawaban kepada atasan.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
http://dharmapendidikan.blogspot.com/2011/03/usaha-kesehatan-sekolah-uks-dalam.html
Selasa, 22 Maret 2011
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Dalam Rangka Peningkatan Perilaku Sehat Peserta Didik10:08 H4R1 NO COMMENTS
Oleh : Suharto
Abstrak: Sikap dan perilaku peserta didik di sekolah-
sekolah masih belum menunjukkkan peningkatan
yang baik dalam derajat kesehatannya bahkan
semakin menurun daya hayat dan daya tangkalnya
terhadap pengaruh buruk. Sebagian penyebabnya
adalah kurangnya kesadaran orang tua/masyarakat terhadap cara-cara
penanggulangan periolaku tersebut. Sedangkan pendidikan kesehatan
yang bersifat preventif kurang tersentuh terutama dalam wadah
pendidikan formal (sekolah). Penanaman kesadaran perilaku sehat selalu
menyangkut unsur sikap yang sudah terbentuk secara laten. Untuk itu
jelas pembentukan jangka waktu yang lama, tidak seperti orang makan
lombok sekali gigit terasa pedas melainkan suatu proses yang
membutuhkan tekad dan usaha yang sungguh-sungguh. Paling efektif
dalam upaya menanamkan kesadaran berperilaku sehat adalah anak usia
7 sampai 12 tahun, karena secara psikologis anak pada usia tersebut
sedang memulai membentuk sikap terhadap sesuatu, oleh karena itu
penanaman berperilaku sehat hendaknya dimulai dari usia dini yaitu
mulai tingkat pendidikan dasar. Persoalannya, bagaimanakah peranan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam meningkatkan perilaku sehat
peserta didik di Sekolah Dasar?
Sesuai dengan tujuan UKS maka untuk memenuhinya UKS menerapkan
tri program (Trias UKS) Dari ketiga program tersebut yang lebih efektif
diperkirakan adalah penyelenggaraan pendidikan kesehatan, karena
waktu yang paling banyak dimiliki peserta didik adalah waktu yang
ekstrakurikuler dapat digunakan sebagai penunjang. Dengan
mempertimbangkan hasil-hasil penilitian dan pemikiran yang ada
tentang hambatan-hambatan peningkatan peranan UKS maka dapat
ditempuh cara yang lebih efisien dan efektif yaitu pembakuan materi
pendidikan kesehatan di di sekolah atau UKS.
Kata Kunci: Usaha Kegiatan Sekolah, Perilaku Sehat, Usia Dini
A. Pendahuluan
Penulisan ini berangkat dari permasalahan bahwa sikap dan perilaku
peserta didik di sekolah-sekolah masih belum menunjukkkan
peningkatan yang baik dalam derajat kesehatannya bahkan semakin
menurun daya hayat dan daya tangkalnya terhadap pengaruh buruk.
Misalnya merokok, penyalahgunaan narkoba, dan lain-lain. Sebagian
penyebabnya adalah kurangnya kesadaran orang tua/masyarakat
terhadap cara-cara penanggulangan periolaku tersebut. Sekarang
kebanyakan mengandalkan penggunaan cara-cara medikal dan
rehabilitasi yang keduanya bersifat kuratif padahal kalau selesai
pengobatan di Rumah Sakit mudah kambuh lagi, sedangkan kalau di
rehabilitasi orang tua atau masyarakat masih sulit untuk melakukannya
karena faktor sosio-psikologis. Sedangkan pendidikan kesehatan yang
bersifat preventif kurang tersentuh terutama dalam wadah pendidikan
formal (sekolah) dengan memanfaatkan wadah kegiatan yang ada seperti
Usaha Kesehatan Sekolah.
Berkaitan dengan gerakan peningkatan perilaku sehat seperti gerakan
antai narkoba, anti merokok dan lain-lain serta dikaitakn dengan
prospektif otonomi pendidikan disadari akan pentingnya penanaman
perilaku sehat dikalangan masyarakat umumnya dan peserta didik
khususnya. Penanaman kesadaran perilaku sehat selalu menyangkut
unsur sikap yang sudah terbentuk secara laten. Untuk itu jelas
pembentukan jangka waktu yang lama, artinya tidak seperti orang
makan lombok sekali gigit terasa pedas melainkan suatu proses yagn
membutuhkan tekad dan usaha yang sungguh-sungguh.
Sebagai suatu proses input yang paling efektif dalam upaya
menanamkan kesadaran berperilaku sehat adalah anak usia 7 sampai 12
tahun. Karena secara psikologis anak pada usia tersebut sedang memulai
membentuk sikap terhadap sesuatu, oleh karena itu penanaman
berperilaku sehat hendaknya dimulai dari usia dini yaitu mulai tingkat
pendidikan dasar.
Uraian di atas menambah keyakinan penulis akan pentingnya wadah
kesehatan di sekolah khususnya Usahan Kesehatan Sekolah (UKS)
sebagai media dalam upaya penanaman kesadaran berperilaku sehat.
Apalagi masyarakat sekarang mulai menuntut sekolah sebagai wahana
pendidikan yang mandiri sehubungan dengan otonomi daerah dan
menganggap sekolah sebagai alternatiaf yang paling efektif dalam
mendidik anak. Hanya sekolah yang mampu mengintodusir anak pada
dunia ilmu baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Dari uraian di atas penulis bermaksud mengungkap tentang peranan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam peningkatan perilaku sehat
peserta didik. Bagaimanakah peranan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
dalam meningkatkan perilaku sehat peserta didik di Sekolah Dasar?
B. Pembahasan
1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
UKS adalah wahana atau tempat untu meningkatkan kemampuan hidup
sehat dan meningkatkan derajat kesehatan siswat sedini mungkin.
Tujuan UKS secara umum adalah peningkatan kemampuan hidup sehat
dan derajat kesehatan siswa serta menciptakan lingkungan yang sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimum dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya. Sedangkan tujuan secara khusus meliputi : (a) Peningkatan
produktivitas belajar siswa. (b) Peningkatan dan pengembagnan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan siswa dalam menjalankan prinsip
hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam upaya peningkatan
kesehatan di sekolah, rumah tangga maupun lingkungan masyarakat. (c)
Peningkatan daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruh
penyalahgunaan narkoba, alkohol dan sebagainya. (d) Peningkatan
kondisi institusi pendidikan sehingga dapat mendukung berlangsungnya
kegiatan proses belajar mengarjar yang menunjang tercapainya
kemampuan untuk menjalankan prinsip hidup sehat.
Ruang lingkup UKS terdiri dari tiga program (Trias Program) (1)
Penyelenggaraan pendidikan kesehatan yang meliputi, pengetahuan
tentang dasar hidup sehat, sikap tanggap terhadap persoalan kesehatan
dan latihan kebiasaan hidup sehat. (2) Penyelenggaraaan pelayanan
kesehatan meliputi, pelayanan kebersihan dan pemeriksaan murid,
pengobatan ringan dan P3K, pengawasan warung sekolah, pencatatan
dan pelaporan tentang keadaan penyakit. (3) Pembinaan lingkungan
kehidupan sekolah sehat.
2. Belajar (Learning)
Belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh hal-hal yang baru
dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan dan nilai-
nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri. Dari pengertian ini dapat
dimunculkna ciri-ciri belajar, yaitu : (a) Belajar adalah kegiatan yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar baik
aktual maupun potensial. (b) Perubahan tersebut pada pokoknya
didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk yang relatif
lama. (c) Perubahan-perubahan itu terjadi karena usaha. (Soekidjo,
1993 : 21)
Teori learning sebenarnya banyak tapi yang penting menurut teori
Stimulus Respon adalah tingkah laku tiruan sehingga penulis
menggunakan teoi learning NE. Miller dan J. Dollard, yang dalam
teorinya mereka membedakan tiga macam mekanisme tingkah laku
tiruan, yaitu : (a) Tingkah laku sama (same behaviour), yaitu tingkah
laku yang terjadi apabila dua orang yang bertingkah laku balas
(berespon) sama rasanya atau isyarat yang sama. (b) Tingkah laku
tergantung (matchet dependent behaviourr), yaitu tingkah laku yang
timbul dalam interksi antara dua pihak, dimana salah satu pihak
mempunyai kelebihan (lebih pandai, lebih mampu, lebih tua dan
sebagainya) dari pihak lain. (c) Tingkah laku salinan (copying behaviour),
yaitu tingkah laku yang meniru atas dasar isyarat yang berupa tingkah
laku yang diberikan oleh model. Perbedaannya dengan tingkah laku
tergantung adalah dalam tingkah laiku tergantung si peniru hanya
bertingkah laku terhadap isyarat yang diberikan oleh model pada saat
itu saja sedangkan pada salinan si peniru memperhatikan juga tingkah
laku model di masa lalu maupun yang akan datang.
Disamping menggunakan teori Miller juga menggunakan teori A.
Bandura dan RH. Walter yang menyatakan bahwa : ”Pengaruh tingkah
laku model terhadap tingkah laku peniru dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu : (a) Efek modelling (modelling effect), yaitu peniru melakukan
tingkah laku baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku
model. (b) Efek menghambat (inhibition) dan penghapus hambatan
(disinhibition) dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah
laku model dihambat timbulnya sedangkan tingkah laku yang sesuai
denan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga
menimbulkan tingkah laku yang dapat menjadi nyata. (c) Efek
kemudahan (facilitation effects), yaitu tingkah laku yang sudah pernah
dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati
tingkahl laku model.”
Dalam proses belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi yang
menurut ahli pendidikan J. Gulbert, ada 4 faktor yang mempengaruhi
proses belajar yakni : faktor materi, lingkungan, instrumental dan faktor
individual subjek belajar. (Soekidjo, 1993 : 31)
3. Perilaku (Behaviour)
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang baik yang dapat
diamati secara langsung ataupun yang dapat diamatai secara tidak
langsung. Lebih lanjut dikatakan oleh seorang ahli perilaku Skiner
(1938) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan
antara stimulus dan respon. Ia membedakan dua respon yaitu : (a)
Responden respon atau reflective, ialah respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut elicting stimulasi karena
menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. (b) Operant respon atau
instrumental response, adalah respon yagn timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang seperti ini disebut
reinforsing stimuli karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat
respon yang telah dilakukan. Oleh karena itu perangsangan yang
demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang
telah dilakukan..” (Soekidjo, 1993 : 57)
Bentuk perilaku atau respon terhadap stimulus ada dua macam yaitu :
(a) Bentuk pasif, adalah respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.
(Berfikir tanggapan atau sikap batin dan pegetahuan). Misalnya : siswi
tahu bahwa kotor adalah sumber penyakit, meskipun siswa tersebut
tidak membersihkan kotoran tersebut tapi tahu bahwa kebersihan itu
sangat berguna bagi kesehatan dan dia sangat mendukungnya. Oleh
sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (cover behaviour). (b)
Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapt diobservasi secara
langsung. Misalnya dari contoh diatas siswa langsung ikut
membersihkan dan menjaganya. Oleh karena itu perilaku mereka sudah
tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut cover behaviour.
Sedangkan perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta minuman. Secara rinci perilaku kesehatan
menyangkut : (a) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu
bagaimana manusia berespon baik secara pasif tentang penyakit dan
rasa sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya maupun aktif
(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit
tersebut. (b) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, yaitu respon
seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan
kesehatan modern maupun tradisional. (c) Perilaku terhadap makanan
(nutrition behaviour), yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai
kebutuhan vital bagi kehidupan. (d) Perilaku terhadap lingkungan
kesehatan (environment healt behaviour), yaitu respon seseorang
terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku
ini mencakup lingkungan air bersih, pembuangan air kotor, limbah padat
maupun limbah cair, rumah sehat dan sarang vektor.
4. Pendidikan Kesehatan (Healt Education)
Pendidikan kesehatan adalah proses melakukan intervensi faktor
perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan. Dalam prosesnya terjadi pengaruh timbal
balik antara tiga faktor yaitu input (sasaran didik), proses (metode dan
teknik belajar, alat bantu dan materi pelajaran) serta ouput (hasil belajar
berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari peningkatan subjek
belajar.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan ada tiga dimensi, yaitu : (a)
Sasaran pendidikan kesehatan, yang meliputi individu, kelompok dan
masyarakat. (b) Tempat pendidikan kesehatan yaitu di sekolah, di rumah
sakit dan di tempat kerja. (c) Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan
menurut Leavel and Clark meliputi promosi kesehatan, perlindungan
khusus, diagnosa dini dan pengobatan segera sertya pembatasan cacat
dan rehabilitasi.
5. Peranan UKS dalam Peningkatan Perilaku Sehat
Keberhasilan dalam setiap aktivitas perilaku sangat bergantung pada
sumber daya manusia yang sehat yaitu sehat fisik, mental dan sosial
karena kalau tidak sehat semua aktivitaws yang produktif akan hilang
bahkan akhirnya menjadi beban masyarakat. Oleh karena itu upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan harus dimulai sedini mungkin,
yaitu sejak masa kanak-kanak bahkan sejak masa kandungan dan
pembinaan serta perkembangan kesehatan siswa melalui Usaha
Kesehatan Sekolah merupakan salah satu langkah dalam peningkatan
derajat kesehatannya.
Kalau kita lihat bahwa jumlah peserta didik yang berusia 5 sampai 19
tsahun adalah cukup besar yaitu 55.872.000 dari jumlah seluruh
penduduk Indonesia di tahun 2020 nanti (Lembaga Demografi UI, 1991).
Peserta didik atau siswa ini merupakan kelompok yang mempunyai
tingkat kesehatan yang lebih baik dibanding dengan kelompok
masyarakat lain, ditinjau dari tingkat kesakitan. Meskipun demikian
kelompok ini merupakan kelompok yang rawan karena berada dalam
periode pertumbuhan dan perkembangan. Disinilah program UKS sangat
penting peranannya.
Sesuai dengan tujuan UKS yaitu memupuk kebiasaan hidup sehat dan
mempertinggi derajat kesehatan siswa yang mencakup pengetahuan,
sikap dan ketrampilan, maka cakupan dalam pembinaan dan
pengembangannya harus memenuhi ketiga tujuan tersebut. Untuk
memenuhinya UKS menerapkan tri program (Trias UKS) yaitu
penyelenggaraan pendidikan kesehatan, penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. Dari
ketiga program tersebut yagn lebih efektif diperkirakan adalah
penyelenggaraan pendidikan kesehatan. Karena waktu yang paling
banyak dimiliki siswa adalah waktu yang ekstrakurikuler dapat
digunakan sebagai penunjang. Disamping alasan tersebut ada alasan lain
yang diungkap oleh ahli pendidikan kesehatan bahwa dalam program
pelayanan kesehatan kurang dilibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun
program itu mungkin telah melibatkan pendidikan kesehatan tetapi
kurang berbobot. Argumentasi mereka adalah karena pendidikan
kesehatan itu tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil. Dengan
perkataan lain pendidikan kesehatan itu tidak segara membawa manfaat
bagi masyarakat dan yang mudah dilihat atau diukur. (Soekidjo, 1993 :
9) Dari pendapat ini dapat dikatakan bahwa selama ini pendidikan
kesehatan dianggap tidak efektif sehingga kurang mendapat perhatian
dari kalangan permerhati UKS.
6. Tujuan dan Materi Pendidikan Kesehatan
Menurut pedoman pembinaan dan pengembangan UKS tujuan
pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik : (a) Memiliki
pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan
teratur. (b) Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup
sehat. (c) Memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan
dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan. (e)
Memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari. (f) Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari sesuai
dengan syarat kesehatan. (g) Memiliki pertumbuhan termasuk
bertambahnya tinggi badan dan berat badan secara harmonis. (h)
Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan
pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan
keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.(i) Memiliki daya tangkal
terhadap pengaruh buruk dari luar. (j) Memiliki kesegaran jasmani dan
kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik
terhadap penyakit.
Sedangkan materinya adalah sesuai dengan garis-garis besar progaram
pengajaran (GBPP). Maka pelajaran pendidikan jasmani yang juga
mencakup pendidikan kesehatan meliputi : (1) Kebersihan pribadi dan
kesehatan pribadi. (2) Makanan dan minuman sehat. (3) Kebersihan
lingkungan (sekolah dan rumah). (4) Keselamatan diri di dalam dan di
luar rumah. (5) Mengenal UKS dan programya. (6) KMSAS (Kartu
Menuju Sehat Anak Sekolah). (7) Cara membuang sampah dan air
limbah yang benar. (8) Rumah sehat. (9) Mengenal penyakit yang banyak
menyerang anak usia sekolah serta cara pencegahannya. (10)
Pemeriksaan kesehatan berkala. (11) Pengenalan perubahan pada masa
remaja. (12) P3Pd an P3K.
Kalau melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapai beserta materi yang
disampiakan sungguih sangat baik sekali apabila di lapangan secara
empiris berjalan dengan baik. Tetapi semua itu di lapangan kurang
berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hal ini nampaknya ada
beberapa kendala, kalau menurut penulis adalah sebagai berikut : (1) Di
dalam organisasi UKS tidak ada materi yang baku yang disesuaikan
dengan tujuan program UKS dan tingkat/jenjang pendidikannya, yang
dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk sosialisasi kesehatan
ke peserta didik sehingga pemahaman peserta didik terhadap UKS dan
perilaku sehat lebih mudah. Hambatan ini diperkuat dengan adanya
kesimpulan dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Depdikbud,
Depkes, Depag dan Depdagri yaitu : (a) Masih banyak kekurangan yang
ditemui, antara lain dalam hal tenaga guru, prasarana dan sarana
penunjang proses belajar mengajar dalam pendidikan sekolah. (b)
Sasaran upaya kesehatan ditinjau dari cakupan (coverage) sekolah,
peserta didik dikaitkan dengan wajib belajar, mutu penyelenggaraan,
ketenagaan dan sarana prasarana belum seimbang dengan usaha
pencapaian tujuan kegiatan. (Depkes I, 1995 : 3) (2) Masih adanya
presepsi dari peserta didik bahwa UKS hanyalah wadah yang
digunakan/dimanfaatkan kalau dia sedang tidak enak badan atau sakit
saja dan lebih dari itu tidak ada. Misalnya pemahaman apa sebenarnya
konsep sehat itu?, bagaimana meningkatkan derajat kesehatan dan
bagaimana cara mengubah perilaku agar tetap sehat dan seterusnya. (3)
Di benak peserta didik, pendidikan kesehatan itu sama dengan olah raga,
sama dengan Biologi dan sama dengan Sosiologi dan sama dengan
PPKN. Karena materi kesehatannya sebenarnya hanya ditempel-
tempelkan atau diikut-ikutkan saja ke beberapa bidang studi tersebut
sehingga apa yagn diprogramkan dan menjadi tinjauan pendidikan
kesehatan menjadi ngambang tanpa arah yang jelas.
Dari beberapa hambatan tersebut dapat ditawarkan solusinya yang
relevan dengan tugas pokok dan fungsi Depdikbud yaitu membina dan
mengembangkan program UKS melalui jalur kurikuler (intrakurikuler
dan ekstrakurikuler) termasuk didalamnya : (a) Merumuskan
kebijaksanaan teknis pengembangan kurikulum dan saran pendidikan
kesehatan. (b) Mengembangkan metodologi pendidikan kesehatan. (c)
Mengembangkan model pendidikan kesehatan. (Depkes RI, 1995 : 8)
Maka dapat disimpulkan bahwa solusi yang mungkin dapt diterapkan
adalah pembakuan materi pendidikan kesehatan oleh UKS sehingga
peserta didik mempunyai pegangan yang konsekuensi logisnya peserta
didik akan lebih cepat memahami bahkan diharapkan dapat
menerapkannya dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Dengan pembakuan materi pendidikan kesehatan oleh UKS berarti
melaksanakan ketiga tugas pokok dan fungsi Depdikbud tersebut karena
menyangkut kurikulum, metode pendidikan kesehatan dan modal
pendidikan kesehatan.
Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalam pembakuan materi
dilakukan dengan menggunakan teori proses belajar dan teori perilaku
serta pendidikan kesehatan sebagai landasannya sehingga secara kasar
langakah-langkah yang ditempuh adalah : (1) Materi-materi yang sudah
ada beberapa bidang studi yaitu dari Penjaskes, Biologi, Sosiologi dan
PPKN serta materi lain yang relevan sesuai dengan jenjang
pendidikannya dikumpulkan menjadi satu. (2) Identifikasi persamaan dan
perbedaan serta kecocokan materi sesuai dengan GBPP. (3) Disusun
secara sistematis dan kronologis sisesuaikan antara tujuan UKS dan
tujuan GBPP. (4) Dibentuk diktat untuk materi pendidikan kesehatan
bagi UKS. Isi diktat ini meliputi tiga domain perilaku atau tiga modal
materi yang disajikan : (a) Materi yang berisi konsep kesehatan yang
digunakan untuk melihat kognitif domain. (b) Materi yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada sikap atau anggapan
peserta didik terhadap materi yagn diberikan untuk mengukur afektif
domain. (c) Materi yang berisi petunjuk-petunjuk teknis operasional
untuk melakukan praktek sehubungan dengan materi yang diberikan, ini
untuk melihat psikomotor domain.
c. Penutup
Dengan melihat kenyataan sekarang perilaku sehat siswa di sekolah dan
dimasyarakat masih belum ada peningkatan yang baik dalam derajat
kesehatannya bahkan semakin menurun dan peran UKS sekarang yang
kurang. Terbukti dengan hasil-hasil penelitian 4 Departemen maka
peranan UKS sangat penting untuk ditingkatkan dalam rangka
meningkatkan perilaku sehat siswa.
Dengan mempertimbangkan hasil-hasil penilitian dan pemikiran yang
ada tentang hambatan-hambatan peningkatan peranan UKS maka dapat
ditempuh cara yang lebih efisien dna efektif yaitu pembakuan materi
pendidikan kesehatan di UKS.
Bagi para pembina dan pembimbing serta pemerhati UKS diharapkan
lebih memperhatikan peranannya sehingga UKS tidak terkesan hanya
sebagai wadah pelengkap organisasi formal dengan berbagai program
yang muluk-muluk tapi pelaksanaannya cukup dengan laporan formal
saja.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1990. Pendidikan Kesehatan, Jakarta : UI press.
Depkes RI, 1990. Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan Di Sekolah,
Jakarta : tanpa penerbit. 87 hal.
Depkes RI, 1995. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kesehatan Sekolah,Jakarta : tanpa penerbit. 92 hal.
Soekidjo Notoatmodjo, 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : penerbit Andi offset. 145 hal
Posted in: Arikel
http://www.kesehatananak.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=68:pelayanan-kesehatan-peduli-remaja-pkpr&catid=39:subdit-
4&Itemid=82
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Written by Administrator
Tuesday, 01 November 2011 06:19
Pelayanan Kesehatan Remaja merupakan peluang menyelamatkan kualitas
generasi bangsa.
Remaja, adalah kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun (WHO).
Mereka ada yang berada di dalam sekolah (berbasis sekolah) dan di dalam
kelompok masyarakat (berbasis masyarakat)
Masalah dan Tantangan Kesehatan Remaja,
banyak hal yang menarik bila kita membahas tentang kelompok ini antara
lain: jumlah populasi yang cukup besar yaitu 18,3% dari total penduduk (> 43
juta), keunikan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik
secara fisik, psikologis maupun sosial di mana mereka memasuki masa yang
penuh dengan strorm and stress, yaitu masa Pubertas. Dibanding dengan
kesehatan pada golongan umur yang lain, masalah kesehatan pada kelompok
remaja lebih kompleks, yaitu terkait dengan masa Pubertas. Hasil Riskesdas
2007 menunjukankan bahwa angka anemi pada anak usia <14 tahun 9,8%,
sementara pada anak usia >15 tahun, pada perempuan 19,7% dan pada laki-
laki 13,1%. SKRRI 2010, umur pertama kali merokok 15-19 tahun (43,3%)
meningkat dibandingkan survei tahun 2007 (33,1%), demikian juga prevalensi
hubungan seks pranikah. Berdasarkan laporan triwulan Ditjen P2PL,
Kemenkes, sampai dengan September 2011 persentase kumulatif kasus
AIDS terbesar adalah pada kelompok umur 20-29 sebesar (47,8%).
Sedangkan menurut Susenas (2007) kejadian risiko tinggi maternal dan
perinatal yang langsung disumbangkan remaja merupakan yang tertinggi
dibandingkan kelompok umur lainnya yaitu Infant Mortality Rate sebesar
56/1.000 KH dan kematian perinatal sebesar 50/1.000 KH terjadi pada Ibu
yang melahirkan di bawah umur 20 tahun.
Salah satu penyebab berbagai permasalahan diatas terjadi akibat
pengetahuan remaja mengenai PHBS dan kesehatan reproduksi remaja
masih kurang dan tidak tepat. Dengan demikian diperlukan adanya
pendidikan kesehatan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif anak usia sekolah dan
remaja tentang kesehatan khususnya PHBS dan kesehatan reproduksi
remaja. Dengan mengetahui informasi yang benar dan resiko-resikonya,
diharapkan anak usia sekolah dan remaja dapat lebih bertanggung jawab
terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Upaya Kementerian Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan Remaja,
remaja berbasis sekolah mendapat pelayanan kesehatan melalui UKS dan
pengembangan puskesmas menjadi peduli akan kebutuhan remaja melalui
puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli remaja (PKPR). Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS), menyelenggarakan TRIAS UKS yaitu Pendidikan Kesehatan,
Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat.
Sekilas tentang puskesmas Pelayanan Kesehatan Peduli remaja (PKPR)
Puskesmas PKPR, memberikan layanan kesehatan bagi remaja berbasis
sekolah dan berbasis masyarakat. Pelayanan di puskesmas PKPR,
disesuaikan dengan kebutuhan remaja dengan peningkatan kualitas
konseling tenaga kesehatan dan pemberdayaan remaja sebagai ‘konselor’
sebaya. Materi kesehatan yang menjadi prioritas adalah Tumbuh Kembang
Remaja, Kesehatan Reproduksi Remaja, HIV dan AIDS, Infeksi Menular
Seksual (IMS)/ Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), Pengenalan Konsep
Gender, Pendidikan Kesehatan Hidup Sehat (PKHS), Penyalahgunaan
NAPZA, Cara Belajar Partisipatif dan Teknik Konseling.
PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait
dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memnuhi kebutuhan
tersebut.
Kriteria Puskemas mampu talaksana PKPR:
1. Memberi pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan
konseling
2. Melakukan pembinaan pada min. 1 sekolah dengan melakukan kegiatan
KIE kesehatan reproduksi min 2x setahaun.
3. Mealtih kader kesehatan remaja di sekolah minimal 10% dari jumlah
murid di sekolah binaan
Petugas PKPR, adalah pengelola program pelayanan kesehatan remaja di
jajaran kesehatan dan organisasi profesi tingkat pusat, provinsi, kab/kota
serta pelaksana PKPR di puskesmas. Petugas PKPR tidak dapat bekerja
sendiri tetapi membentuk Jejaring dengan semua sektor pemerhati remaja
baik pemerintah dan lembaga sosial masyarakat (LSM).
Akhir kata ………….
Pelayanan Kesehatan Remaja merupakan peluang untuk menciptakan
generasi penerus bangsa yang berkualitas. Kualitas generasi yang akan
datang ditentukan oleh peran semua sektor pemerhati remaja pada sa’at ini
dengan intervensi yang tepat. Dengan melakukan Upaya Pelayanan
Kesehatan Remaja kita telah berinvestasi terhadap asset bangsa.
top related