bahan nam-sosem aud

Post on 31-Jul-2015

133 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

PERKEMBANGAN NILAI AGAMA, MORAL, SOSIAL, & EMOSIONAL

ANAK USIA DINI

OLEHTIM DOSEN PERKEMBANGAN NILAI

AGAMA, MORAL, SOSIAL, & EMOSIONAL AUD

ARTI & TUJUAN PERKEMBANGAN

• PERKEMBANGAN ADALAH PERUBAHAN TERARAH DAN SALING TERKAIT ANTARA PERUBAHAN YANG TERJADI DENGAN PERUBAHAN YANG MENDAHULUI DAN PERUBAHAN YANG MENGIKUTINYA.

• TUJUAN PERKEMBANGAN ADALAH UPAYA UNTUK MENJADI ORANG YANG TERBAIK SECARA FISIK DAN MENTAL

TUGAS PERKEMBANGAN ANAK SEJAK LAHIR SAMPAI USIA 6 TAHUN

CIRI ANAK USIA DINI MENURUT ORANG TUA

• USIA SULIT: anak cenderung bandel, keras kepala, tidak suka dilarang, melawan dan suka marah-marah tanpa alasan yang jelas.• USIA BERMAIN: anak menghabiskan

waktu “terjaga” dengan alat-alat mainan.

CIRI ANAK USIA DINIMENURUT GURU

•USIA PRA-SEKOLAH: Anak dikondisikan untuk siap mengikuti pendidikan formal.

CIRI ANAK USIA DINIMENURUT PSIKOLOG

• USIA KELOMPOK: Anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial untuk penyesuaian diri.

• USIA MENJELAJAH-BERTANYA: Anak mempelajari cara pengendalian dan penguasaan lingkungan.

• USIA MENIRU-KREATIF: Anak belajar meniru ucapan dan tindakan orang lain berdasarkan imajinasinya sendiri.

ANAK BELAJAR KEPADA MASYARAKAT

METODE PENANAMAN NILAI 1

• OBJEK/SASARAN: pancaindera anak dikenalkan pada sifat, nama, dan karya Tuhan (agama-moral) atau tanggapan orang lain (sosial-emosional).

• Melalui indera dengar, anak dapat mengenal nama dan sifat Tuhan (agama-moral) atau intonasi marah, bergurau atau sedih (sosial-emosional).

• Melalui indera lihat, raba, rasa, dan cium, anak dapat mengenal karya Tuhan (agama-moral) atau raut muka, tatapam mata orang lain (sosial-emosional).

• METODE: Indoktrinasi, Klarifikasi Nilai, Teladan, dan Pembiasaan.

METODE PENANAMAN NILAI 2

• TUJUAN INDOKTRINASI: mendidik anak agar memiliki kedisiplinan dalam pergaulan sosial.

• PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN: sangsi bagi yang salah dan pujian bagi yang benar.

• TUJUAN KLARIFIKASI NILAI: mendidik anak agar memiliki pemahaman dan mampu memilih perbuatan moral.

• PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN: pengalaman langsung

METODE PENANAMAN NILAI 3• TUJUAN MEMBERI TELADAN: mendidik anak agar

meniru perbuatan mulia dari tokoh yang dihormati dan dikaguminya.

• PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN: mengamati langsung atau tidak langsung misalnya melalui dongeng.

• TUJUAN PEMBIASAAN: mendidik anak agar memiliki perilaku positif yang dilakukan secara berulang-ulang.

• PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN: pengulangan perilaku sampai menjadi watak anak.

CONTOH PENGEMASAN PEMBELAJARAN

• Judul Aktivitas: Kebersamaan yang menyenangkan

• Tujuan: Anak memiliki nilai kesabaran• Indikator: setelah mengikuti kegiatan ini (1) anak

mampu menunggu giliran; (2) anak mampu menerima kegagalan; dan (3) anak mampu bertahan dalam kekurangan (prihatin)

• Waktu: 120 menit• Urutan Aktivitas: aktivitas 1 – aktivitas 7• Evaluasi: Catat apa yang terjadi, lalu perbaiki jika

diperlukan.

URUTAN AKTIVITAS

• Aktivitas 1: anak mengambil kertas antri di dalam kotak undian (waktu: 10 menit; sarana: kertas yang sudah dinomori ukuran 5x5 cm, kotak dari bahan kardus ukuran 30x30x20 cm).

• Aktivitas 2: anak dipersilahkan mengambil tempat duduk secara bebas untuk menunggu panggilan dapat jatah makan siang (waktu: 10 menit, sarana: ruang tunggu, alat-alat makan, menu makan siang, ruang makan, ember air untuk cuci tangan dan lap kering)

LANJUTAN URUTAN

• Aktivitas 3: anak yang sudah mendapat makanan siap santap diminta menunggu teman yang belum mendapat makanan (waktu: 10 menit, sarana: kursi & meja makan atau tikar untuk lesehan)

• Aktivitas 4: anak melakukan makan bersama dan selesai makan, peralatan makan biarkan di meja/tikar lesehan (waktu: 15 menit, sarana: musik klasik)

LANJUTAN URUTAN

• Aktivitas 5: anak diminta mengelompok sesuai jenis kelamin. Masing-masing kelompok jenis kelamin dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil berdasarkan nomor undian makan gassal dan genap (waktu: 5 menit, sarana: pluit, kentongan)

• Aktivitas 6: kelompok anak putera diminta mengambil peralatan makan yang sudah digunakan dan kelompok anak puteri diminta membersihkan peralatan makan (waktu: 20 menit, sarana: air bersih, sabun cuci, dan tempat cuci yang aman untuk anak-anak, dan musik pengiring kerja)

Lanjutan Urutan

• Aktivitas 7: kelompok anak putera mengembalikan peralatan makan yang sudah bersih ke tempat penyimpanan dan kumpulkan kembali anak-anak tanpa identitas kelompok atau jenis kelamin untuk melakukan relaksasi (waktu 10 menit; sarana: ruang terbuka dan lantai keset tidak licin)

EVALUASI KEGIATAN

• Tuliskan apa yang sudah dilakukan, baik aspek yang mengarah ke tujuan maupun yang menyimpang dari tujuan. Ukurannya apakah indikator pencapaian tujuan sudah terpenuhi atau belum.

• Lakukan apa yang sudah dituliskan: perbaikan yang akan diusulkan sebaiknya berdasarkan data akurat yang diperoleh dari peristiwa pembelajaran sebelumnya

IKAN SEPAT IKAN GABUSLEBIH CEPAT LEBIH BAGUS

SANTAN SARINE KLOPONYUWUN PANGAPUNTEN LEPAT KULO

TERIMA KASIH

MINAT ANAK TERHADAP AGAMA

• Peristiwa dramatis cenderung membangkitkan minat anak untuk bertanya tentang agama. Misalnya kelahiran “adik” baru, kematian “eyang kakung”, dll.

• Minat anak terhadap agama bersifat realistik, egosentris, dan dongeng.

• Realistik artinya anak menafsirkan apa yang dilihat dan didengar sesuai dengan apa yang sudah diketahui. Misalnya anak yang mau berbagi makanan dengan teman lain karena ingin disayang “tuhan”.

LANJUTAN MINAT

• Egosentris artinya alam pikiran anak menganggap Tuhan dapat dan mau melakukan sesuatu untuk orang lain dan tidak menghendaki perilaku baik sebagai imbalan. Contoh Do’a adalah suatu cara untuk mencapai kehendak.

• Dongeng artinya anak menerima semua unsur keyakinannya dengan unsur yang tidak nyata. Acara shalat berjama’ah menimbulkan rasa kagum dan hormat, sehingga anak ingin terlibat dalam acara tersebut.

PERKEMBANGAN MORAL• Anak usia 0-7 tahun belum dapat berpikir

abstrak untuk membedakan baik dan buruk atau benar dan salah.

• Anak juga tidak terdorong untuk mengikuti peraturan, karena tidak tahu manfaat taat pada aturan.

• Anak hanya belajar bagaimana bertindak dalam situasi tertentu, bukan mengapa harus bertindak atau tidak bertindak.

LANJUTAN PERKEMBANGAN• Ingatan anak cenderung kurang baik, sehingga

bagaimana berperilaku sosial yang baik memerlukan waktu yang panjang dan perlu kesungguhan dalam melakukannya.

• Anak tidak patuh pada aturan bukan karena ingin melawan lingkungan, melainkan karena lupa. Oleh karena itu perlu sering diingatkan.

• Piaget menyebut keadaan ini sebagai “moralitas oleh pembatasan” atau realisme moral.

• Tahap perkembangan realisme moral ini bertepatan dengan tahapan pra-operasional dan operasional kongkrit perkembangan kognitif.

LANJUTAN PERKEMBANGAN• Dalam tahap perkembangan moral ini, anak

mengikuti peraturan tanpa berpikir dan menilai.• Jika pun menilai benar atau salah, ukurannya

berdasarkan akibat yang diterima anak sebagai reaksi orang dewasa atas perbuatan yang dilakukan anak.

• Anak beranggapan, perbuatan salah ialah tindakan yang mendapatkan hukuman. Hukuman dapat diberikan oleh orang dewasa atau “Tuhan”.

LANJUTAN PERKEMBANGAN

• Tahapan kedua dari perkembangan moral anak menurut Piaget ialah “moralitas oleh kerjasama atau hubungan timbal balik” atau moralitas otonomi.

• Tahap perkembangan moral otonomi ini bertepatan dengan tahapan operasional formal dalam perkembangan kognitif.

• Anak usai 7-11 tahun dapat menilai perbuatan atas dasar tujuan yang mendasarinya. Misalnya perbuatan berbohong, bagi anak usia 5 tahun dianggap selalu “buruk”, tetapi bagi anak usia 12 tahun, berbohong dibenarkan dalam situasi tertentu.

ARTI PERKEMBANGAN SOSIAL

• Perkembangan sosial adalah perolehan perubahan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.

• Belajar dapat menentukan anak akan menjadi orang yang sosial, tidak sosial, atau anti sosial.

• Anak menjadi orang sosial jika ia berhasil melalui tiga proses belajar sosialisasi.

LANJUTAN SOSIAL

• Anak menjadi orang sosial jika ia cocok dengan kelompok dan ia diterima oleh anggota kelompok.

• Anak menjadi orang tidak sosial jika ia tidak memperdulikan aturan sosial kelompoknya.

• Anak menjadi orang anti sosial jika tahu aturan tetapi tidak mau mentaati dan melaksanakannya.

PROSES BELAJAR SOSIALISASI

• Belajar perilaku yang diterima secara sosial: setiap kelompok punya aturan. Anak harus tahu aturan kelompok tempat ia hidup dan harus menyesuaikan perilaku dengan aturan yang ada.

• Memainkan peran sosial sesuai jenis kelamin: setiap kelompok punya kebiasaan tentang peran sosial masing-masing anggotanya. Misalnya ibu mengurus anak, bapak mencari nafkah untuk ibu dan anak.

• Mengembangkan sikap sosial: anak harus belajar menyukai orang-orang dan aktivitas yang ada dalam kelompok sosialnya.

HAKIKAT SOSIALISASI

• Hidup bermasyarakat tidak dapat diajarkan, tetapi dilatihkan seperti anak belajar berjalan atau berbicara.

• Hidup bermasyarakat tidak hanya cukup anak mampu berkomunikasi dengan temannya, tetapi yang lebih penting anak mampu membicarakan sesuatu secara menarik bagi temannya.

• Motivasi hidup bermasyarakat: jika menyenangkan diulangi, jika menyedihkan dihindari.

• Metode bimbingan jauh lebih efektif dibandingkan metode coba-ralat atau metode meniru.

CONTOH PERILAKU

• Contoh perilaku sosial: sikap sportif, tanggungjawab, dan kerjasama. • Contoh perilaku tidak sosial:

prasangka, diskriminasi, dan antagonisme jenis kelamin.• Contoh perilaku anti sosial:

melanggar aturan dengan sengaja

PERKEMBANGAN EMOSIONAL

• Kesulitan metodologis: emosi dapat diungkap melalui introspeksi. Anak tidak mampu melakukan introspeksi seperti orang dewasa.

• Solusi: penilitian ilmiah tentang emosi di fokuskan pada dampak emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial anak-anak.

POLA PERKEMBANGAN EMOSI ANAK

• Reaksi sederhana: senang (tersenyum, tertawa) atau tidak senang (menangis, menjerit) terhadap orang, benda, atau lingkungannya (reaksi otot dominan)

• Reaksi canggih: perlawanan, melemparkan benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi, mengeluarkan kata-kata. (reaksi pikiran dominan)

KONDISI YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI

• PEMATANGAN: bertambah usia berpengaruh pada kematangan intelektual, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak reaktif menjadi reaktif terhadap rangsangan tertentu, dsb.

• BELAJAR: Coba-ralat, meniru, mempersamakan diri, pengkondisian, dan pelatihan.

PENJELASAN BELAJAR• Belajar coba ralat (anak menangis untuk mencoba menarik perhatian

orang tuanya, namun jika tidak berhasil anak menjerit dan jika tidak berhasil juga, anak cemberut sebagai ekspresi emosi kemarahan kepada orang tuanya);

• Belajar meniru (anak meniru ekspresi emosi teman sebaya terhadap orang, benda, atau lingkungan);

• Belajar mempersamakan diri (sama dengan meniru, tetapi bedanya dalam belajar dengan mempersamakan diri: ada tokoh yang ditiru dan ada hubungan emosional yang kuat dengan tokoh tersebut, serta motivasi untuk meniru tokoh tersebut lebih kuat dibanding meniru perilaku orang yang tidak diidolakan);

• Belajar melalui pengkondisian (belajar dengan cara asosiasi/menyamakan= boneka kucing disamakan dengan kucing asli);

• Belajar melalui Pelatihan (belajar dibawah bimbingan dan pengawasan tentang cara beraksi terhadap orang, benda, lingkungan).

POLA EMOSI TAKUT

• Rangsangan yang membangkitkan emosi takut bagi anak usia 2-6 tahun adalah bahaya dari benda-benda.

• Reaksi yang khas pada anak usia 2- 6 tahun adalah mengekang rasa takut karena ada tekanan sosial.

• Pola emosi yang terkait dengan rasat takut: malu, canggung, khawatir, cemas.

POLA EMOSI KEINGINTAHUAN

• Rangsangan: benda, orang dan lingkungan• Reaksi: peringatan atau hukuman

mengendalikan rasa ingin tahu anak. Pada usia 3-6 tahun dengan cara bertanya, sedangkan pada usia diatasnya dengan cara membaca.

POLA EMOSI MARAH

• Rangsangan: rintangan (dari orang lain atau ketidakmampuan sendiri) terhadap gerak yang diinginkan anak, rintangan terhadap aktivitas yang sudah mulai berjalan, rintangan terhadap keinginan, rencana, niat yang akan dilakukan anak; kejengkelan yang bertumpuk.

• Pada anak usia 2-6 tahun, rangsangan kemarahan umumnya adalah gangguan terhadap milik, disuruh melakukan sesuatu yang enggan mereka lakukan, atau benda tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

• Reaksi: Impulsif/agresi atau ditekan. Reaksi agresif dalam bentuk fisik atau kata-kata. Reaksi ditekan dalam bentuk sikap apatis, frustrasi

• Pola emosi yang terkait: rasa cemburu (campuran marah dan takut kehilangan kasih saying/perhatian); kesedihan (marah karena kehilangan sesuatu yang disukainya)

POLA EMOSI KASIH SAYANG

• Rangsangan: membalas kasih sayang• Reaksi: ramah, penuh

perhatian, akrab.

POLA EMOSI KEGEMBIRAAN, KERIANGAN, KESENANGAN

• Rangsangan: melebihi prestasi teman sebaya; menyertakan teman sebaya dalam aktivitas• Reaksi: tertawa, tersenyum

PENGENDALIAN EMOSI

• Pengendalian Emosi (arti popular): melumpuhkan energi emosi.• Pengendalian emosi (arti ilmiah):

mengarahkan energi emosi ke saluran ekspersi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.

CARA MENYALURKAN EMOSI YANG TERPENDAM

• Kemurungan: energi emosi yang tertahan dan dibiarkan menyala.

• Reaksi pengganti: reaksi marah dengan cara memukul, menendang diganti dengan “umpatan” kata-kata atau menulis diary.

• Pemindahan: marah pada ibu, tapi luapan kemarahan diarahkan pada adik.

• Regresi: kembali pada perilaku sebelumnya. Contoh anak yang sudah mampu berpakaian sendiri, karena cemburu dengan adiknya, maka iapun minta dipasangkan baju seperti adiknya.

• Letusan emosi: seperti gunung merapi meletus.

GURU MEMBELAJARKAN ANAK

• Berdamai dengan kegagalan/emosi yang tidak menyenangkan

• Belajar bagaimana cara menangani rangsangan yang membangkitkan emosi

• Belajar bagaimana cara mengatasi reaksi yang menyertai emosi tersebut.

USIA 4-5 TAHUN: Pengetahuan Agama

NO CAPAIAN PERKEMBANGAN TUJUAN

1 Mengenal ciptaan-ciptaan Tuhan Tahu jenis-jenis ciptaan Tuhan

2 Mengenal bermacam-macam agama Tahu keragaman agama di Indonesia

3 Mengenal tempat-tempat ibadah Tahu keragaman tempat ibadah

4 Mengenal waktu-waktu beribadah Tahu waktu ibadah sesuai keyakinan

5 Mengenal perilaku baik/sopan dalam berbicara Tahu sopan santun berbicara

6 Mengenal perilaku baik/sopan dalam berpakaian Tahu sopan santun berpakaian

7 Mengenal perilaku baik/sopan dalam bertingkah laku (bergaul). Tahu sopan santun bergaul

USIA 5-6 TAHUN: Pengetahuan agama

NO CAPAIAN PERKEMBANGAN TUJUAN

1 Mengenal macam-macam agama Tahu keragaman agama di Indonesia

2 Mengenal tempat-tempat ibadah Tahu keragaman tempat ibadah

3 Mengenal kitab suci agama yang dianut Tahu keragaman kitab suci

4 Mengenal ritual dan hari besar agama Tahu ritual ibadah sesuai keyakinan dan waktunya.

USIA 4-5 TAHUN: PerbuatanNO CAPAIAN PERKEMBANGAN TUJUAN

1 Menyanyikan lagu-lagu keagamaan yang sederhana

Menanamkan rasa suka pada agama yang dianut

2 Meniru gerakan ibadah Pembiasaan ibadah

3 Berdo’a sebelum melakukan kegiatan Pembiasaan perilaku positif

4 Berdo’a sesudah melakukan kegiatan Pembiasaan perilaku positif

5 Memiliki toleransi terhadap agama Pembiasaan perilaku positif

6 Mulai memiliki rasa kepedulian Pembiasaan perilaku positif

7 Mulai berperilaku saling hormat-menghormati

Pembiasaan perilaku positif

8 Timbulnya sikap kerjasama dan persatuan Pembiasaan perilaku positif

9 Mengucapkan salam dan membalas salam Pembiasaan perilaku positif

USIA 5-6 TAHUN: PerbuatanNO CAPAIAN PERKEMBANGAN TUJUAN

1 Terbiasa melakukan ibadah sesuai aturan menurut keyakinan

Pembiasaan ibadah

2 Terbiasa berperilaku sopan santun Pembiasaan perilaku positif

3 Terbiasa berperilaku saling hormat menghormati

Pembiasaan perilaku positif

4 Memiliki perilaku mulia Pembiasaan perilaku positif

5 Membedakan perbuatan baik dan buruk

Pembiasaan perilaku positif

6 Melakukan kegiatan yang bermanfaat Pembiasaan perilaku positif

7 Menghormati agama orang lain Pembiasaan perilaku positif

ANAK USIA 4-5 TAHUN: SIKAP

USIA 5-6 TAHUN: SIKAP

top related