bab iv pembahasan a. perlindungan hak cipta terhadap ...repository.ub.ac.id/865/5/bab iv.pdf ·...
Post on 21-Oct-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
40
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Perlindungan Hak Cipta Terhadap Tindakan Penyiaran Kembali Secara
Langsung (Real Streaming) Karya Sinematografi Melalui Media Internet
Atau Media Sosial
Perkembangan teknologi yang begitu pesat membawa banyak sekali
peruahan terhadap kehidupan masyarakat. Sebelumnya hanya sekedar sandang,
pangan, dan papan yang merupakan kebutuhan utama dari kehidupan manusia,
namun kini kebutuhan manusia akan informasi sangat besar bahkan melebihi
kebutuhan yang lainnya. Selalu ada dampak pribadi yang muncul dari segala
macam perubahan.
Dewasa kini dengan adanya perkembangan teknologi membuka
kesempatan bagi banyak orang untuk mengakses segala macam hal dan mengetahui
semuanya dengan sangat mudah dan cepat. Salah satunya adalah perihal kekayaan
intelektual yang kini dapat kita akses melalui media internet ataupun media sosial.
Kekayaan intelektual (Intellectual property) adalah suatu hak milik atas sesuatu
yang tidak berwujud dan tidak dapat disentuh sehingga menjadi sangat sulit melihat
keberadaannya dibandingan dengan hak milik nyata46. Karya sinematografi
merupakan salah satu obyek hak kekayaan intelektual yang dilindungi dengan
perlindungan Hak Cipta, karena karya sinematografi tergolong sebagai suatu
ciptaan.
46 John W Bagby, Cyber Law Handbook for E-commerce, Thomson, South-Western, hlm. 113
-
41
Masalah yang beredar saat ini adalah dengan adanya perkembangan
teknologi khususnya dalam bidang teknologi informasi dimana untuk mengakses
internet melalui gadget dan komputer atau laptop sangatlah mudah dan sangat
terbuka. Terdapat banyak aplikasi media sosial dan terobosan baru dalam dunia
blog pribadi dimana aplikasi-aplikasi tersebut memiliki kemampuan untuk
menyiarkan sesuatu secara langsung (real streaming). Mungkin memang tidak
semua karya sinematografi yang disiarkan secara langsung tergolong dalam
pelanggaran Hak Cipta, tapi apabila suatu karya sinematografi yang disiarkan
kembali secara langsung tanpa memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta bahkan sampai merugikan pihak yang bersangkutan
adalah suatu kejadian yang harus dicegah.
Salah satu cara kemudahan untuk mengakses karya sinematografi secara
langsung adalah melalui media sosial seperti Bigolive, Periscope, sedangkan
melalui media internet dapat diperoleh melalui blog-blog pribadi.
1. Penyiaran Secara Langsung (Real Streaming) Melalui Aplikasi Bigolive
Untuk melakukan suatu kegiatan penyiaran khususnya secara langsung
sekarang dimudahkan dengan adanya media penyalur berupa aplikasi media sosial
yang memudahkan pengguna untuk melakukan real streaming.
Media sosial seperti Bigolive, Nonolive, dan Periscope adalah beberapa
media sosial yang dikenal baik oleh masyarakat luas, yang menyediakan media
untuk melakukan kegiatan siaran atau streaming secara langsung dan untuk
dipertunjukan kepada masyarakat luas. Untuk memperjelas perihal bagaimana
penggunaan, cara, dan proses dalam melakukan kegiatan real streaming akan
ditarik satu contoh media sosial yaitu Bigolive.
-
42
1.1 Aplikasi Bigolive
Aplikasi Bigo Live adalah aplikasi broadcasting menggunakan gadget yang
paling terkenal saat ini, dimana pengguna dapat melakukan real streaming atau
penyiaran secara langsung ataupun menikmati penampilan-penampilan tertentu
yang disuguhkan oleh orang-orang yang bertalenta khusus47.
Penggunaan aplikasi media sosial Bigolive sangat mudah untuk dilakukan,
sehingga para pengguna yang menginginkan untuk melakukan penyiaran
(broadcast), supaya bisa disaksikan dan dilihat oleh khalayak luas dapat
menggunakan aplikasi Bigolive ini.
Para broadcaster bisa menampilkan siaran miliknya tanpa terbatas dalam
suatu lingkup wilayah saja, melainkan sampai keseluruh dunia. Tentu saja dengan
hal ini bisa didapatkan penggemar-penggemar dari berbagai macam daerah
bahkan sampai luar negeri. Tidak hanya itu, pengguna pun bisa memberikan
apresiasi terhadap penampilan dari penyiar dengan mengirimkan hadiah yaitu Gift
yang nantinya akan disebut sebagai Diamond. Kelak kumpulan dari diamond ini
akan bisa ditukarkan menjadi uang yang tentu saja akan memberikan keuntungan
bagi penyiar (broadcaster). Oleh karena keuntungan inilah, banyak sekali
pengguna aplikasi Bigolive yang saling menyajikan penampilan yang diharapkan
dapat memberikan hiburan kepada penonton, dan akhirnya memberikan Gift
dalam siaran langsung yang dilakukannya.
Informasi lain perihal aplikasi Bigolive, untuk menggunakan aplikasi ini,
calon pengguna wajib atau perlu untuk memiliki akun dari salah satu aplikasi
47 https://play.google.com/store/apps/details?id=sg.bigo.live&hl=en diakses tanggal 11 Januari
2017
https://play.google.com/store/apps/details?id=sg.bigo.live&hl=en
-
43
media sosial berupa Facebook, Twitter, atau Google, dengan tujuan untuk
membuat akun untuk menggunakan aplikasi Bigolive.
1.2 Tindakan Pengomunikasian Berupa Penyiaran Secara Langsung (Real
Streaming) melalui Aplikasi Bigolive
Para pemegang akun Bigolive dapat mengkomunikasikan segala bentuk
siaran yang mereka inginkan secara langsung supaya bisa disaksikan oleh
pengguna akun Bigolive yang lainnya. Selain bertujuan untuk memperoleh
“penggemar” yang tentu saja banyak apabila menyajikan siaran yang baik dan
menarik, pengguna juga dapat memperoleh keuntungan dari poin berupa “gift”
yang bisa diberikan oleh penonton yang menyaksikan siaran real streaming.
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk memulai siaran secara langsung
menggunakan aplikasi Bigolive:
a. Unduh aplikasi Bigolive melalui Playstore untuk pengguna Android dan
melalui Appstore untuk pengguna Iphone.
b. Setelah selesai melakukan unduhan, buka Aplikasi Bigolive kemudian
lakukan Log in dengan menggunakan akun Facebook, Twitter, atau
Google+
c. Selanjutnya pada tampilan Home akan terdapat banyak sekali Broadcaster
(penyiar) yang bisa ditonton
Gambar 1.2.1
Tampilan Home Aplikasi Bigolive
-
44
d. Untuk menonton, cukup pilih (tekan/tap) pada salah satu profil atau foto
dari broadcaster.
e. Berikut ini adalah contoh aktivitas video real streaming dari broadcaster.
Untuk memberikan hadiah, tekan ikon GIFT yang berada pada bagian pojok
kanan bawah
f. Jika ingin menjadi seorang Broadcaster (penyiar), tekan ikon kamera
Gambar 1.2.2
Tampilan sebelum proses penyiaran real streaming
g. Lalu tuliskan Judul LIVE, lalu tekan Go Live.
Gambar 1.2.3
Penulisan Informasi sebelum melakukan siaran
-
45
h. Untuk mengakhiri proses Go Live tekan X pada pojok kanan atas.
Proses real streaming dapat dilakukan secara bebas, sehingga para
pengguna bisa mengekspresikan kreatfitas dan segala bentuk keinginan mereka
untuk menyajikan penampilan entah berupa bakat, kegiatan yang sedang dilakukan,
dan segala bentuk macam hal apapun yang diinginkan dan dapat dilakukan secara
gratis bahkan bisa memberikan keuntungan yang tidak sedikit jumlahnya. Tapi, dari
pihak Bigolive sendiri memberikan batasan perihal hal-hal yang boleh ditampilkan
dimana apabila pengguna melanggar maka pihak Bigolive memiliki wewenang
untuk melakukan blokir (banned) terhadap pemilik akun yang melakukan
pelanggaran atas aturan yang diberikan oleh pihak Bigolive.
Hal-hal yang tergolong sebagai perbuatan dilarang adalah48:
a. Menyebarkan rumor, merusak tatanan sosial, merusak stabilitas sosial
48 https://www.kaskus.co.id/thread/578f74fb507410f0718b456a/aplikasi-bigo-live-kenapa-bisa-
tenar/ diakses tanggal 11 Januari 2017
https://www.kaskus.co.id/thread/578f74fb507410f0718b456a/aplikasi-bigo-live-kenapa-bisa-tenar/https://www.kaskus.co.id/thread/578f74fb507410f0718b456a/aplikasi-bigo-live-kenapa-bisa-tenar/
-
46
b. Menampilkan hal berbau pornogafi, perjudian, kekerasan, pembunuhan,
terorisme, atau hal yang bisa membuat orang lain melakukan tindak
criminal
c. Mempermalukan atau memfitnah orang lain, melanggar hak dan
kepentingan hukum orang lain
Para broadcaster dapat berinteraksi secara langsung dengan pengunjung.
Saat proses real streaming berlangsung, para penonton dapat mengirimkan pesan
kepada broadcaster. Semua lapisan masyarakat dan untuk kalangan usia tertentu
dapat menggunakan aplikasi ini. Perihal kebebasan ini terkadang sangat
disayangkan karena terkadang ada beberapa pengguna aplikasi Bigolive yang
menyalahgunakan kebebasan penggunaan aplikasi ini dengan melakukan siaran
yang isinya berupa tindakan yang kurang wajar atau berupa hal-hal yang senonoh.
Namun tentu saja tidak semua broadcaster menampilkan hanya hal-hal
yang kurang layak untuk disaksikan. Terdapat banyak juga pengguna yang
menunjukan bakat mereka seperti menyari, menari, memberikan nasihat-nasihat,
atau bakat-bakat lain yang menarik untuk disaksikan.
Dari keberagaman pengguna yang bebas untuk menampilkan hal yang
menarik untuk pertunjukan mereka, tidak sedikit orang yang tidak sadar meskipun
dengan meliput kegiatan sehari-hari yang sedang dilakukannya ada hal-hal tertentu
yang ternyata melanggar Hak Cipta.
Misalnya dengan melakukan tindakan pengkomunikasian dengan
melakukan penyiaran secara langsung melalui aplikasi Bigolive saat sedang
menonton film di bioskop. Tentu saja hal ini merupakan suatu tindakan pelanggaran
terhadap suatu Ciptaan dan hal ini bisa merugikan pribadi Pencipta atas film
-
47
tersebut. Bukan hanya itu, menampilkan kembali hasil karya milik orang lain
khususnya berupa karya sinematografi tanpa izin juga tentu saja melanggar Hak
Cipta dan merugikan Pencipta karya itu sendiri. Terlebih ketika tindakan ini
memberikan keuntungan pribadi terhadap broadcaster dan merugikan pemilik asli
Ciptaan.
Namun, seringkali hal ini susah sekali untuk dideteksi karena kurangnya
pengawasan secara terus menerus dan terlalu banyaknya pengguna aplikasi yang
melakukan siaran secara langsung. Hal inilah yang membuat sulitnya proses
pengawasan atas kemungkinan terjadinya pelanggaran Hak Cipta khususnya atas
karya sinematografi melalui aplikasi media sosial yang memiliki kemampuan untuk
melakukan siaran secara langsung (real streaming).
2. Penyiaran Secara Langsung (Real Streaming) Melalui Blog Pribadi
Selain tersedianya media sosial, dalam media internet kini dikenal istilah blog.
Dimana pengguna Internet dapat menggunakan blog sebagai media untuk
melakukan proses penyiaran secara langsung atau real streaming dengan maksud
untuk memperluas tampilan supaya bisa lebih banyak dinikmati dan disaksikan oleh
para penonton.
2.1 Blog Pribadi
Penggunaan blog memang belum terlalu banyak digunakan oleh masyarakat
biasa, tapi sangatlah dikenal oleh para pengguna internet. Masyarakat biasa
mungkin hanya membaca artikel atau tulisan dari blog-blog pribadi yang dibuat
oleh orang lain namun tidak pernah mencoba untuk membuat sebuah blog sendiri.
Internet sendiri sudah menyediakan banyak sekali media untuk melakukan
segala kegiatan dalam dunia maya, entah seperti mengirim email, bertukar pesan
-
48
berupa chat. Inovasi baru diciptakan dimana dengan menggunakan blog, pengguna
internet dapat memanfaatkan fasilitas internet untuk mempublikasikan informasi
dalam bentuk apa saja melalui blog.
Blog atau weblog adalah suatu halaman web yang pada awalnya dipopulerkan
dalam situs blogger.com. Situs ini kemudian dibeli oleh perusahaan Google pada
tahun 2002. Isi dari blog ini berupa tulisan, artikel, tampilan gambar, bahkan video.
Hal-hal ini ditampilkan dalam blog dengan tujuan supaya para pengguna internet
dapat mengakses, dan diharapkan penyedia hal-hal yang dipertunjukan dapat
berinteraksi langsung dengan pembaca dan penonton melalui kolom komentar yang
disediakan49.
2.2 Tindakan Pengomunikasian Berupa Penyiaran Secara Langsung (Real
Streaming) Melalui Blog Pribadi
Melakukan kegiatan real streaming melalui blog memang tidak semudah
melakukannya melalui media sosial yang memang memiliki fasilitas khusus untuk
mempermudah penggunanya. Ada beragam cara untuk melakukan proses siaran
secara langsung melalui blog. Salah satunya adalah dengan menggunakan network
camera. Jenis network camera yang banyak digunakan adalah Edimax.
Sebelum melakukan proses penyiaran secara langsung menggunakan
network camera Edimax, diharapkan para pengguna telah memastikan koneksi
internet sedang baik. Karena kualitas siaran dipengaruhi oleh kecepatan unggah
yang dimiliki oleh koneksi internet. Untuk memperoleh hasil streaming yang bagus
diharapkan kecepatan untuk menggunggah ke internet minimal 1 (satu) Mbps.
49 Fahrul Muanif, Gaul Bareng Blogspot, Grasindo, Jakarta, 2013, hlm 1.
-
49
Network Camera Edimax merupakan perangkat yang kelak akan digunakan
untuk pengambilan gambar atau objek yang diinginkan oleh penyiar. Sebelum
melakukan proses pengambilan gambar, penyiar perlu untuk menghubungkan
kamera Edimax dengan jaringan internet apabila menginginkan proses
pengambilan gambar tanpa menggunakan kabel. Tetapi bisa juga menggunakan
kabel dan sebenarnya dengan menggunakan kabel koneksi antara kamera dengan
internet akan jauh lebih baik dan stabil. Proses pengambilan gambar ini akan
ditampilkan pada blog pribadi milik penyiar, supaya bisa dilihat oleh para penonton.
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk memulai siaran langsung
menggunakan network camera Edimax yang terlebih dahulu melalui aplikasi
iVideon:
a. Pertama, unduh aplikasi iVideon, lalu kemudian lakukan instalasi aplikasi
iVideon Server hingga selesai. Kemudian, jalankan aplikasi tersebut. Apabila
layaran iVideon sudah berjalan, tekan tombol Stop.
Gambar 2.2.1
Tampilan iVideon Server
http://1.bp.blogspot.com/-XcRW6t1S0Yc/VQkn6xTv0_I/AAAAAAAAImw/dxGHjfZcK00/s1600/ivideon-stop.png
-
50
b. Klik kanan pada kolom IP Camera kemudian pilih Add IP Camera. Setelah itu
akan muncul jendela Camera Settings, pilih manufacture Edimax, lalu tekan
tombol preview.
c. Isi kolom URL, username diisi admin, password diisi 1234, local IP address
diisi dengan model kamera Edimax yang digunakan dan path URL RTSP diisi
stream1. Lalu tekan OK.
d. Kemudian pastikan bahwa URL Path RTSP telah berhasil dengan menekan
tombol preview yang kemudian akan menghasilkan tampilan contoh seperti
digambar.
Gambar 2.2.2
Hasil preview RUL Path
e. Langkah selanjutnya adalah menekan tombol Account untuk dapat log in ke
akun milik pengguna pada tampilan awal iVideon Server. Namun, apabila
belum memiliki akun iVideon Server, maka diwajibkan untuk melakukan
pendaftaran sebagai member terlebih dahulu tanpa dipungut biaya apapun,
tetapi ada juga yang fasilitas lebih untuk pengguna yang bersedia untuk
membayar. Untuk melakukan pendaftaran akun dapat dibuka melalui situs
www.ivideon.com/sign-up/.
f. Setelah melakukan log in, kembali lagi pada halaman awal iVideon Server, pilih
tombol Setting kemudian pilih Setup Wizard. Kemudian akan muncul jendela
http://www.ivideon.com/sign-up/http://3.bp.blogspot.com/-PCoTWkXa7HU/VQk5V8yBIwI/AAAAAAAAIns/fzlcRrCQiYw/s1600/ivideon-preview.png
-
51
Ivideon Server Setup, pilih I already have an Ivideon account and want to
attach this server to it. Lalu tekan tombol Next
g. Masukan alamat email dan nama server yang bisa dipilih secara bebas sesuai
dengan keinginan pengguna kemudian tekan Next.
h. Pada jendela pilihan, pilih IP Camera yang sebelumnya telah dibuat pada
aplikasi iVideon Server. Lalu pilih tombol Next
Gambar 2.2.3
Tampilan iVideon Server Setup
i. Kemudian akan muncul 3 (tiga) pilihan. Berikan tanda pada tulisan Start
broadcasting at program startup dan Log in to your Ivideon account to view
your cameras. Lalu tekan tombol Finish. Sesudahnya akan muncul aplikasi
browser yang akan membawa pengguna untuk masuk dalam situs iVideon dan
kita sendiri dapat melihat hasil streaming yang dilakukan.
Dengan selesainya tahap-tahap tersebut, pengguna perlu untuk membuat
bisa diaksesnya siaran langsung ini kepada masyarakat luas. Berikut ini adalah
langkah-langkahnya:
a. Pada situs iVideon, pilih tombol setting yang ada di sebelah pojok kanan gambar
tampilan. Pilih Public access.
http://4.bp.blogspot.com/-VJWCNYaRamE/VQlMpwx6Z9I/AAAAAAAAIoo/trQqxD5h-lI/s1600/ivideon-select+source.png
-
52
Gambar 2.2.4
Tampilan Public Access
b. Langkah selanjutnya, tuliskan nama lokasi dan berikan penjelasan lebih perihal
IP Camera yang pengguna pakai. Lalu tekan Proceed. Lalu, temukan posisi
dimana pengguna melakukan siaran, Lalu tekan Proceed. Kemudian tuliskan
nama situs internet, agar pengujung situs yang melihat real streaming bisa
mengunjungi situs milik pengguna. Lalu tekan Proceed.
Jika ingin, Pengguna dapat menghubungan siaran ini ke media sosial,
contohnya Facebook. Kemudian pilih Enable public access.
c. Setelah selesai, pengguna bisa menyebarkan link atau alamat real streaming ke
media-media sosial yang sudah sediakan, yaitu Facebook, Twitter, LinkedIn,
Google+, dan Tumblr. Namun, untuk menempatkan jendela real streaming
pada blog pribadi disediakan kode HTML yang nanti akan dijadikan jendela
untuk membuka tautan siaran langsung yang pengguna lakukan. Salin kode
HTML yang disediakan.
d. Misalkan saja pengguna membuat blog pribadi melalui www.blogger.com.
e. Setelah melakukan log in pada situs, pilih menu Layout.
f. Kemudian pilih Add a Gadget, lalu akan muncul jendela lain, pilih Add
HTML/JavaScript.
http://www.blogger.com/http://1.bp.blogspot.com/-N_Bs2_U6vI8/VQlRiaTllPI/AAAAAAAAIpM/sXmFyK6mTV8/s1600/ivideon-public+access.png
-
53
g. Sebelumnya, pengguna telah melakukan salin terhadap kode HTML untuk link
real streaming. Pada kolom HTML yang ada pada situs blogger, tempel kode
HTML tersebut lalu pilih Save.
h. Dengan ini, siaran langsung atau real streaming yang pengguna lakukan, akan
bisa dilihat oleh penonton yang sedang mencari siaran langsung (real
streaming)
Dalam proses penyiaran secara langsung melalui blog pribadi sedang marak
dilakukan oleh masyarakat. Ada berbagai macam hal yang menarik untuk
ditampilkan. Terutama perihal acara-acara olahraga luar negeri yang sering kali
hanya ditampilkan melalui layanan televisi berbayar. Tidak semua orang
menggunakan jasa televisi berbayar. Oleh karena itu, para pengguna internet kini
dapat mengakalinya dengan mencoba akses melalui media internet khususnya blog
pribadi, terdapat cukup banyak pengguna internet yang menyediakan jasa ini.
Tetapi sayangnya, bukan hanya menampilkan acara-acara yang memang
telah diizinkan untuk disiarkan saja, tapi bisa juga seorang penyedia real streaming
dalam blog pribadi menyediakan akses siaran langsung terhadap karya
sinematografi khususnya film yang direkam dari bioskop ataupun karya milik orang
lain yang disiarkan kembali secara langsung. Tentu saja hal ini bertentangan dengan
hukum dan melanggar Hak Cipta.
Sayangnya, setelah melakukan tindakan pengkomunikasian dengan
melakukan siaran secara langsung ini tidak meninggalkan jejak, kecuali
keterangan-keterangan perihal tampilan siaran langsung yang dilakukan. Oleh
karena pengguna menggunakan server bersama seringkali sulit untuk mendeteksi
-
54
keberadaan sebenarnya dari pelaku pelanggaran. Sehingga hukum menjadi sulit
untuk ditegakkan dan kerugian yang diterima Pemilik Ciptaan tidak bisa dihindari.
3. Analisis Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta
Dengan berkembangnya teknologi komunikasi masal melalui Internet
ataupun media sosial yang berkecepatan tinggi, canggih, dan banyak digunakan
oleh masyarakat dewasa kini, memungkinkan konten video dipublikasikan ke
Internet dan media sosial dan dapat diakses secara gratis dan mudah. Hal ini tentu
saja menjadi tantangan perihal masalah Hak Cipta.
Hal tersebut memberikan banyak sekali celah untuk munculnya pelanggaran
Hak Cipta. Banyak diantara pelanggaran-pelanggaran tersebut melibatkan Ciptaan-
ciptaan50 yang dilindungi oleh Hak Cipta, salah satunya karya sinematografi. Para
pihak pengguna Internet maupun media sosial seringkali melakukan pelanggaran
Hak Cipta tanpa mereka sadari.
Para pengguna Internet dan media sosial memang kurang memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dikarenakan kebebasan (freedom) yang disajikan dalam dunia komunikasi maya,
dimana semua hal bisa saling berhubungan dan tanpa dibatasi hal apapun.
50 Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri
atas: a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; e. drama, drama
musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti
lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g. karya seni terapan; h. karya
arsitektur; i. peta; j. karya seni batik atau seni motif lain; k. karya fotografi; l. Potret; m. karya
sinematografi; n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi,
atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang
dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya; q. kompilasi ekspresi budaya
tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; r. permainan video; dan s. Program
Komputer. UUHC, Pasal 40.
-
55
Beberapa bentuk pelanggaran Hak Cipta, baik yang berkaitan dengan hak
moral maupun hak ekonomi yang dapat terjadi pada kondisi nyata maupun dalam
dunia maya telah disebutkan dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta51.
Berdasarkan peristiwa yang telah disebut dalam pembahasan diatas
sebelumnya muncul bersamaan dengan pengembangan baru dalam dunia
komunikasi maya melalui internet dengan bentuk blog pribadi dan media sosial
yang bisa menyiarkan suatu tampilan secara live atau langsung ke masyarakat luas
secara cuma-cuma dan bebas. Tentu saja dengan kebebasan bagi pengguna media
sosial ini menjadi sulit untuk melakukan pengawasan atas hal-hal yang disiarkan
melalui Internet maupun media sosial.
Terlebih apabila terjadi tindakan penyiaran secara langsung (real
streaming) tidak terdapat bukti nyata keberadaan suatu karya sinematografi ataupun
siaran lain ditayangkan dalam media karena langsung terhapus dari Random Access
Memory. Hal ini membuat munculnya pertanyaan apakah hal tersebut tergolong
sebagai copyright infringement (pelanggaran Hak Cipta) atau tidak.
Melalui media internet, tindakan pengkomunikasian dengan cara
menyiarkan kembali suatu karya sinematografi secara langsung dapat dilakukan
oleh banyak pengguna blog-blog pribadi dengan cara yang tidak sulit.
Sedangkan apabila melalui media sosial, terdapat banyak sekali aplikasi
yang menyediakan jasa dengan kemampuan untuk melakukan real streaming atau
51 Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi
untuk melakukan: a. penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c.
penerjemahan Ciptaan; d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e.
Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h.
Komunikasi Ciptaan; dan i. penyewaan Ciptaan. UUHC, Pasal 9 ayat (1)
-
56
penyiaran secara langsung. Misalnya seperti kasus oleh pengguna salah satu
aplikasi media sosial bernama Bigolive yang melakukan tindakan
pengkomunikasian dengan menyiarkan karya sinematografi berupa film cerita yang
sedang diputar melalui bioskop secara langsung sehingga dapat disaksikan oleh
pengguna Bigolive yang lain yang sedang menyaksikan siaran langsung yang
dilakukan oleh pengguna yang melakukan siaran.
Dalam Pasal 1 angka (15) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang
dimaksud dengan Penyiaran adalah:
“Pentransmisian suatu Ciptaan atau produk Hak Terkait tanpa
kabel sehingga dapat diterima oleh semua orang di lokasi yang jauh
dari tempat transmisi berasal”
Dengan pengertian tersebut diatas pengertian Penyiaran memenuhi unsur-
unsur pengertian berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi. Dimana suatu Ciptaan
misalnya film yang ditampilkan dibioskop, dapat dilihat, disaksikan oleh semua
orang yang berada dari tempat yag jauh atau tidak secara langsung berada ditempat
terjadinya peristiwa dimana penyiaran tersebut berasal. Proses penyiaran ini
berkaitan dengan tindakan pengkomunikasian52.
Tindakan pengkomunikasian berupa penyiaran suatu karya sinematografi
milik orang lain, khususnya secara langsung atau real streaming telah melanggar
Pasal 9 huruf (h) tentang Undang-Undang Hak Cipta, dimana seseorang melakukan
pentransmisian dan pertunjukan Ciptaan kepada orang lain tanpa seizin Pencipta
atau pemilik Hak Cipta atas karya sinematografi tersebut.
52Pentransmisian suatu Ciptaan, pertunjukan, atau Fonogram melalui kabel atau media lainnya selain
Penyiaran sehingga dapat diterima oleh publik, termasuk penyediaan suatu Ciptaan, pertunjukan,
atau Fonogram agar dapat diakses publik dari tempat dan waktu yang dipilihnya. UUHC, Pasal 1
angka 16
-
57
Oleh karena hal ini, tentu saja layak ditekankan bahwa tindakan penyiaran
secara langsung (real streaming) tanpa izin memerlukan perlindungan dari Hak
Cipta.
Menurut Otto Hasibuan, konsep dasar perlindungan Hak Cipta adalah53:
1. Hal yang dilindungi adalah ide yang telah berwujud dan asli.
2. Hak Cipta lahir secara otomatis.
3. Untuk memperoleh Hak Cipta, suatu Ciptaan tidak perlu atau tidak
harus selalu diumumkan.
4. Hukum wajib mengakui Hak Cipta atas suatu ciptaan (legal right)
5. Hak Cipta bukan merupakan hak mutlak (absolut)
Karya sinematografi tergolong sebagai Ciptaan yang dilindungi menurut
Undang-Undang Hak Cipta. Didalam pasal 59 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta, menuliskan bahwa perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan
dengan bentuk karya sinematografi diberikan selama 50 (lima puluh) tahun sejak
pertama kali dilakukan Pengumuman.
Setiap Pencipta atau Pemegang Hak Cipta karya sinematografi memiliki hak
untuk mendapatkan perlindungan terhadap karya sinematografi tanpa perlu
mendaftarkan Ciptaan karena memang secara otomatis Hak Cipta atas suatu karya
sinematografi lahir dengan sendirinya.
Perlindungan hukum diberikan supaya Pencipta atau pemegang Hak Cipta
khususnya karya sinematografi dapat menggunakan dan mengolah hasil Ciptaannya
tanpa gangguan dari orang lain. Dengan adanya jaminan perlindungan terhadap
karya sinematografi, diharapkan dapat memberikan rasa aman dan pada akhirnya
53 Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia (Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring
Right dan Collecting Society), PT. Alumni, Bandung, 2008, hlm. 67
-
58
dengan hal tersebut memunculkan suasana yang kondusif serta mendorong
apresiasi Pencipta untuk terus memunculkan karya-karya sinematografi yang baru.
Apabila masyarakat ingin menikmati ataupun menggunakan Ciptaan berbentuk
karya sinematografi tentu harus melalui izin dari Pencipta sebagai wujud
menghargai karya milik orang lain.
Menurut Kerry Blasingim54, seorang pengacara ahli bidang Intelectual
Property, menyatakan bahwa dalam proses real streaming, tidak ada file nyata
terbentuk dalam hard disk dalam komputer maupun telepon genggam.
“Rather, the content is loaded directly into RAM and played
from there in a buffered stream. This means that there is no physical
copy on your hard disk at any time – which makes an argument for
copyright infringement more difficult. I can see an argument,
however, that playing a file through real streaming will result in the
creation and immediate destruction of a copy of the work in the
computer’s RAM. I don’t think this is terribly different from
downloading, watching, and then deleting the file – but there is
certainly room here for a determination that real streaming does not
constitute copyright infringement.”
Apabila terjadi suatu sengketa atau pelanggaran Hak Cipta yang berkaitan
dengan karya sinematografi yang disiarkan tanpa izin, Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta berhak untuk meminta kepada Pengadilan Niaga untuk menghentikan
tindakan pengkomunikasian dalam bentuk penyiaran kembali karya sinematografi
tanpa izin yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta.
Perlindungan yang akan muncul terhadap pelanggaran Hak Cipta atas karya
sinematografi dapat berupa sanksi terhadap pelanggar. Apabila terjadi pelanggaran
Hak Cipta yang sesuai dengan kejadian ini, maka pelanggar akan dihukum secara
54https://www.avvo.com/legal-guides/ugc/copyright-101-is-streaming-movies-or-tv-shows-
copyright-infringement diakses tanggal 18 Oktober 2016 .
https://www.avvo.com/legal-guides/ugc/copyright-101-is-streaming-movies-or-tv-shows-copyright-infringementhttps://www.avvo.com/legal-guides/ugc/copyright-101-is-streaming-movies-or-tv-shows-copyright-infringement
-
59
pidana sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta khususnya Pasal 113. Hukuman yang dijatuhkan harus sesuai
dengan jenis pelanggaran yang dilakukan khususnya perihal tindakan
pengkomunikasian tanpa izin dan menyebarkannya kembali dalam bentuk dan cara
apapun.
Perlindungan lain yang diberikan kepada Ciptaan dan Pencipta suatu karya
sinematografi adalah berupa pengawasan dan tindakan pencegahan sebelum terjadi
ataupun apabila terjadi suatu pelanggaran. Perlindungan ini diberikan untuk
mengurangi dampak kerugian yang dapat diterima oleh Pencipta atas Ciptaannya.
Dalam Pasal 5455 Undang-Undang Hak Cipta, telah disediakan upaya
pencegahan pelanggaran Hak Cipta khususnya dalam dunia berbasis teknologi
informasi, melalui Pemerintah yang memiliki wewenang untuk melakukan
pengawasan terhadap pembuatan maupun penyebarluasan karya sinematografi
secara ilegal entah dalam lingkup dalam maupun luar negeri. Pengawasan juga
dilakukan terhadap tindakan perekaman menggunakan media apapun yang bisa
dilakukan dalam tempat pertunjukan misalnya bioskop.
Namun, sayangnya peraturan ini hanya berisi mengenai pengawasan saja.
Yang dibutuhkan sebenarnya adalah suatu tindakan yang bisa mencegah terjadinya
penyiaran secara langsung suatu karya sinematografi tanpa izin. Karena seringkali
55 Untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui sarana berbasis teknologi
informasi, Pemerintah berwenang melakukan: a. pengawasan terhadap pembuatan dan
penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; b. kerja sama dan koordinasi
dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri dalam pencegahan pembuatan dan
penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; dan c. pengawasan terhadap
tindakan perekaman dengan menggunakan media apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait
di tempat pertunjukan. UUHC Pasal 54.
-
60
dengan siaran langung sulit sekali mendeteksi adanya pelanggaran-pelanggaran
yang terjadi ketika proses real streaming sedang berlangsung.
4. Analisis Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
Negara harus terus memperbaharui pembangunan nasional guna terus
menyesuaikan perkembangan dinamika yang terjadi di masyarakat. Diantara
beragam perkembangan tersebut, globalisasi juga terus melaju dan pada akhirnya
menjadi bagian penting bagi seluruh masyarakat karena kini manusia menjadi lebih
haus akan informasi dunia.
Indonesia sendiri juga merupakan salah satu negara yang sangat tinggi
peminatnya terhadap informasi dunia. Dengan ini dibutuhkan pengaturan mengenai
Dokumen dan Informasi Elektronik karena keberadaannya dalam masyarakat
sangat dibutuhkan dan sesuai dengan upaya pembangunan nasional dalam bidang
teknologi informasi supaya menjadi lebih efektif dan menyeluruh dan bisa dipakai
oleh seluruh bagian masyarakat untuk perluasan wawasan yang lebih sempurna.
Kemajuan pesat teknologi khususnya di bidang Informasi, menambah
banyak sekali hal-hal yang dilakukan oleh manusia yang membentuk beragam
perbuatan hukum yang baru.
Dengan kemunculan perbuatan-perbuatan hukum yang baru, tentu saja akan
berpengaruh terhadap peraturan yang kedepannya akan mengatur mengenai segala
hal yang bekaitan dengan teknologi informasi guna menjada kesejahteraan
masyarakat dan mencegah adanya pelanggaran yang mungkin bisa terjadi. Tentu
saja hal ini selalu disesuaikan dengan memperhatikan unsur-unsur sosial dan
keagamaan serta kebudayaan yang ada di Indonesia.
-
61
Terdapat 2 (dua) hal utama yang menjadi fokus dari Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yaitu Informasi
Elektronik dan Dokumen Elektronik. Kedua hal ini adalah obyek utama karena
isinya merupakan data-data elektronik yang sudah pasti layak untuk diberikan
perlindungan hukum.
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik tertulis pengertian Informasi Elektronik, yang
berbunyi:
“Satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi terbatas
pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram,
teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
symbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya”
Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik tertulis pengertian Dokumen Elektronik, yang
berbunyi:
“Setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem
Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,
gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,
Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”
Dokumen dan Informasi Elektronik ternyata mengandung hal-hal yang juga
dilindungi oleh Hak Cipta. Terlebih dengan adanya perkembangan teknologi,
Ciptaan-ciptaan yang dilindungi Hak Cipta juga banyak beredar di dunia informasi
berbasis teknologi. Pelanggaran-pelanggaran terhadap Hak Cipta kerap terjadi
didalam media elektronik, khususnya dalam media sosial dan media internet.
-
62
Dalam hal ini media sosial yang memiliki kemampuan untuk melakukan
real streaming dan juga blog pribadi dalam internet yang juga memiliki kapasitas
demikian seringkali menyuguhkan akses mudah untuk terjadinya pelanggaran Hak
Cipta atas penyiaran secara langsung tanpa izin khususnya karya sinematografi
yang tergolong sebagai dokumen elektronik. Karena adanya hubungan antara kedua
peraturan ini membuat diperlukannya analisa terhadap hubungan dan
kesinambungan antara kedua regulasi ini.
Perlindungan terhadap suatu dokumen dan infromasi elektronik terhadap
tindakan pengkomunikasian tertulis dalam pasal 32 ayat (1) dan (2) Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
memiliki isi yang berkaitan dengan perlindungan terhadap Ciptaan, salah satunya
karya sinematografi.
Pasal 32 ayat (1) berbunyi:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi,
melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik milik orang lain atau milik publik.”
Pasal 32 ayat (2) berbunyi:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik
Orang Lain yang tidak berhak.”
Isi dari pasal 32 ayat (1) dan (2) memang tepat untuk mengatur larangan
perihal siapa saja yang dengan sengaja melakukan perubahan-perubahan atau
pemindahan atau transmisi suatu dokumen elektronik kepada orang lain yang tidak
berhak.
-
63
Namun, jika dihubungkan dengan tindakan pengkomunikasian berupa
penyiaran kembali secara langsung suatu karya sinematografi yang dilakukan tanpa
izin, kedua ayat tersebut tidak secara spesifik menunjukan bagaimana bentuk
pemindahan atau transfer informasi yang dilakukan.
Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya penyiaran kembali secara
real streaming ini tidak memiliki bentuk fisik, dimana setelah proses real streaming
selesai dilakukan maka produk akan terhapus secara otomatis.
Maka, dari itu masih terdapat kekaburan isi pasal atau bahkan kurangnya
pengaturan dalam Undang-Undang ini yang bisa diambil secara sempurna apabila
dikaitkan dengan tindakan pengkomunikasian dengan penyiaran kembali secara
langsung (real streaming) yang dapat dilakukan melalui media internet atau media
sosial. Padahal sangat dibutuhkan kejelasan untuk perlindungan atas dokumen
elektronik khususnya yang berupa karya sinematografi yang disiarkan kembali
secara langsung (real streaming) melalui media internet atau media sosial
memerlukan, karena dewasa kini banyak sekali celah-celah terjadinya pelanggaran
tersebut.
Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dikalangan masyarakat perihal
tindakan pengkomunikasian melalui proses penyiaran kembali suatu karya
sinematografi sinematografi, dapat kita ketahui bahwa hal tersebut termasuk dalam
pelanggaran Hak Cipta apabila dilakukan tanpa seizin dari pemilik Ciptaan.
Penggunaan aplikasi media sosial yang mampu untuk memberi jasa siaran langsung
(real streaming) seperti Bigolive dan perkembangan dunia blog yang kini juga
dapat dibuat sebagai sarana melakukan real streaming semakin memperbesar
tantangan perihal Hak Cipta atas suatu ciptaan khususnya karya sinematografi.
-
64
Perlindungan terhadap Ciptaan dan Pencipta perihal hal ini adalah dengan
dilakukannya pemblokiran terhadap situs maupun pengguna dari media Internet dan
media sosial yang melakukan pelanggaran tersebut sehingga tidak bisa lagi
menggunakan aplikasi ataupun mengakses situs yang dimilikinya.
Selain itu, Pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap para pengguna
dunia komunikasi maya yang sangat luas ini baik dalam negeri maupun dari luar
negeri. Kekurangannya karena begitu luasnya cangkupan penggunaan dunia maya
menyebabkan seringkali para pelanggar yang lolos dari pengawasan. Sehingga
perlindungan terhadap Ciptaan khususnya karya sinematografi yang seringkali
tersebar luas di dunia Internet menjadi tidak terlindungi. Pengaturan perihal hal ini
telah diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta dan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik, namun memang perlindungan yang diberikan masih harus
diperbaharui karena perkembangan teknologi yang ternyata melampaui aturan-
aturan yang telah tertulis dalam Undang-Undang tersebut.
-
65
B. Upaya Hukum Yang Dilakukan Oleh Pemegang Hak Cipta Atas Karya
Sinematografi Terhadap Tindakan Penyiaran Kembali Secara Langsung
(Real Streaming)
Perkembangan pesat teknologi yang kini digunakan oleh seluruh kalangan
masyarakat. Hal-hal yang disediakan oleh teknologi informasi yang semakin
canggih dan mudah untuk digunakan tentu saja memiliki dampak-dampak terhadap
keadaan sosial yang ada dalam masyarakat. Dampak positif tentu saja banyak,
masyarakat memiliki banyak kesempatan dan media untuk mengapresiasikan
kesenangan mereka dalam bentuk-bentuk beragam yang tentu saja bebas untuk
disampaikan sesuai dengan hak mereka.
Namun, kenyataannya dimana ada dampak positif, selalu ada juga dampak
negatif. Dampak negatif ini muncul dengan sendirinya dan seringkali disebabkan
oleh ketidaktahuan pengguna teknologi informasi, yang ternyata merugikan pihak
lain bukan hanya secara psikologi tapi juga material. Contohnya saja tindakan
pengkomunikasian melalui penyiaran karya sinematografi secara langsung melalui
aplikasi media sosial atau media internet. Aplikasi media sosial dan blog-blog
dalam internet kini memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan penyiaran
secara langsung atau disebut juga real streaming. Yang terburuk dari hal ini adalah
dimana hasil dari real streaming yang dilakukan akan secara otomatis terhapus dan
tidak bisa terdeteksi file nya.
Oleh karena itu, upaya hukum dapat dilakukan oleh para pihak yang merasa
dirugikan haknya terhadap pelanggaran ini, yaitu Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta. Tahap awal yang bisa dilakukan oleh pihak yang dirugikan adalah dengan
-
66
mengeluarkan somasi yang ditujukan kepada pihak pelanggar, yang isinya adalah
ajuan keberatan atas perbuatan pelanggaran yang dilakukan.
1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Tidak dapat dilupakan hal utama yang dilindungi atas suatu karya cipta
adalah hak dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Hak ekonomi maupun Hak
moral adalah hal penting yang mendorong Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk bertahan dan menambah karya-karya lain yang terbaik.
Dari banyak jenis pelanggaran-pelanggaran atas Hak yang dimiliki oleh
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta salah satunya adalah tindakan
pengkomunikasian suatu karya Ciptaan tanpa izin dari Pencipta maupun Pemegang
Hak Cipta. Dalam penelitian ini disebutkan cara pengkomunikasian yang dilakukan
adalah dengan cara penyiaran kembali secara langsung (real streaming) melalui
media sosial dan media internet.
Dalam Pasal 1 angka (16) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
Hak Cipta, yang dimaksud dengan Pengkomunikasian adalah:
“Pengkomunikasian adalah pentransmisian suatu Ciptaan,
pertunjukan, atau Fonogram melalui kabel atau media lainnya
selain Penyiaran sehingga dapat diterima oleh publik, termasuk
penyediaan suatu Ciptaan, pertunjukan, atau Fonogram agar dapat
diakses publik dari tempat dan waktu yang dipilihnya”
Tindakan tersebut diatas merupakan hak mutlak yang sebenarnya hanya bisa
dimiliki dan dilakukan oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta khususnya untuk
memperoleh manfaat ekonomi dari Ciptaan.
-
67
Menurut Pargulutan Lubis, ada beberapa faktor yang mendorong dan
mempengaruhi warga masyarakat untuk melakukan pelanggaran terhadap Hak
Kekayaan Intelektual, khususnya Hak Cipta yaitu56:
1. Pelanggaran dilakukan untuk mengambil jalan pintas guna mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya dari pelanggaran yang dilakukan;
2. Para pelanggar memandang sanksi hukum yang dijatuhkan oleh pengadilan,
sangat ringan bahkan tidak ada tindakan preventif maupun represif yang
dilakukan oleh para penegak hukum;
3. Ada sebagian Pencipta yang merasa bangga apabila hasil karyanya ditiru
oleh orang lain;
4. Tidak dibutuhkannya membayarkan pajak kepada pemerintah atas produk
hasil pelanggaran, dan;
5. Masyarakat tidak memperhatikan apakah barang yang dibeli tersebut asli
atau palsu, yang penting bagi mereka harganya murah dan terjangkau
dengan kemampuan ekonomi.
Dengan dilakukannya tindakan pengkomunikasian dengan melakukan
penyiaran secara langsung (real streaming) melalui media sosial dan media
internet, dan hilangnya hasil real streaming setelah waktu streaming telah selesai
membuat sangat sulitnya mendeteksi para pelaku pelanggaran untuk dideteksi dan
ditangkap oleh pihak berwajib, bahkan mungkin ada banyak sekali pelanggaran
yang dilakukan tanpa diketahui oleh Pencipta yang ternyata menyebabkan kerugian
padanya.
56 http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=14&mnorutisi=9, diakses pada tanggal 17
Desember 2016
-
68
Pemerintah tentu saja wajib untuk melakukan pengawasan sebaik-baiknya
untuk mencegah terjadinya pelanggaran seperti ini. Namun, tidak hanya
mengawasi, tetapi diharapkan Pemerintah juga bisa memberikan perlindungan dan
pencegahan supaya para pelaku tidak dapat lagi melakukan tindakan seperti ini
yang tentu saja meresahkan para Pencipta. Beberapa bentuk upaya perlindungan
yang bisa dilakukan adalah pembatasan penggunaan aplikasi, penutupan akses dan
pemblokiran aplikasi ataupun pemblokiran jaringan internet.
Pemerintah dapat melakukan pemblokiran57 apabila isi dari aplikasi ataupun
situs internet memuat hal-hal yang negatif dan tergolong dalam hal yang terlarang.
Dalam pasal 4 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor 19 Tahun 2014
yang tergolong sebagai muatan negatif adalah berupa Pornografi dan kegiatan
illegal lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Oleh karena itu, tindakan penyiaran kembali karya sinematografi secara
langsung (real streaming) melalui media sosial maupun media internet adalah
termasuk dalam muatan negatif berupa kegiatan illegal lainnya berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Hak Cipta. Sehingga, bagi para pelanggar dapat
dilakukan pemblokiran terhadap situs dalam internet maupun pemblokiran terhadap
akun dalam media sosial.
Konten Hak Cipta dan Hak Terkait dalam teknologi informasi dan
komunikasi tentu saja wajib untuk mendapat perlindungan. Seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya, pemerintah memiliki kewajiban untuk melakukan
57 Pemblokiran adalah suatu upaya yang dilakukan agar situs internet bermuatan negatif tidak dapat
diakses, Pasal 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor 19 Tahun 2014 Tentang
Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif
-
69
pengawasan dan melakukan tindakan pencegahan terjadinya pelanggaran terhadap
konten Hak Cipta khususnya atas karya sinematografi.
Masyarakat dihimbau juga untuk membantu dalam mendeteksi adanya
pelanggaran-pelanggaran yang bisa saja luput dari pengawasan Menteri.
Masyarakat dapat melakukan laporan atas terjadinya pelanggaran Hak Cipta, sesuai
dengan Pasal 5558 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Selanjutkan pemerintah akan memverifikasi laporan dan melakukan tindakan
selanjutnya. Tindakan selanjutnya bisa berbentuk penutupan konten sebagian
ataupun penutupan konten secara keseluruhan. Wewenang dari menteri untuk
melakukan tindakan-tindakan perlindungan terhadap Hak Cipta yang dilanggar
tertulis dalam Pasal 5659 Undang-Undang Hak Cipta.
Diharapkan dengan perlindungan seperti ini Pencipta maupun Pemegang
Hak Cipta atas karya sinematografi bisa menjadi lebih terjamin haknya, khususnya
hak ekonomi karena tindakan pengkomunikasian ini merupakan hak eksklusif yang
hanya dimiliki oleh Pencipta.
Sebenarnya apabila pihak lain memiliki keinginan untuk melakukan
tindakan yang sebenarnya merupakan hak dari Pencipta dapat meminta izin dari
Pencipta untuk melakukannya, karena dengan persetujuan dari Pencipta maka
segala tindakan yang dilakukan oleh pihak lain menjadi sah dan tidak termasuk
sebagai pelanggaran Hak Cipta. Izin ini dapat diperoleh dengan bentuk lisensi60.
58 Setiap orang yang mengetahui Pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait melalui sistem
elektronik untuk Penggunaan Secara Komersial dapat melaporkan kepada Menteri 59 Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang telekomunikasi dan informatika
berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) dapat menutup konten,
dan/atau hak akses pengguna yang melanggar Hak Cipta dan/atau Hak terkait dalam sistem
elektronik dan menjadikan layanan sistem elektronik tidak dapat diakses. 60 Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait
kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait
-
70
Apabila terdapat pihak lain yang melakukan tindakan yang ternyata
melanggar hak dari Pencipta maka Pencipta memiliki hak untuk menggugat pihak
lain yang melakukan pelanggaran tersebut yang seringkali menyebabkan kerugian
terhadap Pencipta.
Pelanggaran Hak Pencipta atas tindakan penyiaran kembali karya
sinematografi secara langsung melalui aplikasi media sosial dan blog pribadi
internet tidak lagi dapat terbendung dan seringkali luput dari pengawasan Menteri
yang berwenang. Pelanggaran ini memberikan banyak sekali dampak negatif
kepada Pencipta. Kerugian besar-besaran bisa berdampak langsung terhadap
pencipta yang terlanggar Haknya.
Aplikasi media sosial seperti Bigolive, Periscope, maupun Nonolive
memberikan kemudahan bagi para penggunanya untuk merekam dan menampilkan
segala kegiatan yang sedang dilakukannya secara langsung dan menyebarkannya
untuk dilihat pula secara langsung oleh pengguna akun aplikasi yang lain, begitu
juga blog-blog pribadi dalam internet yang tidak terdeteksi identitas pembuatnya
atau anonym yang menyediakan layanan real streaming untuk ditonton oleh para
pengguna situs internet tersebut. Merekam kembali langsung dari gedung bioskop,
merekam kembali langsung dari televisi berbayar, maupun media lain yang pada
akhirnya memberikan dampak kerugian finansial dan moral terhadap Pencipta
adalah hal-hal yang umumnya dilakukan oleh para pelanggar yang tidak
bertanggung jawab.
Perlindungan terhadap Pencipta atas hasil karya ciptaannya sangatlah
penting dan merupakan hal utama yang wajib untuk diterapkan. Menurut Setiono,
dengan syarat tertentu. Pasal 1 Angka 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta
-
71
upaya hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari
perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan
hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketenteraman sehingga memungkinkan
manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia61. Menurut Muchsin,
upaya hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan
menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap
dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar
sesama manusia62.
Terdapat 2 (dua) upaya hukum yang dapat dilakukan dalam memberikan
perlindungan terhadap Pencipta karya sinematografi atas pelanggaran berupa
tindakan pengkomunikasian dengan melakukan penyiaran kembali secara langsung
(real streaming) karya sinematografi tanpa izin melalui media sosial dan media
internet, yaitu:
a. Upaya Hukum Preventif
Merupakan upaya perlindungan yang diberikan dan dilakukan dengan
tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran atas suatu Ciptaan.
Pencipta, Pemegang Hak Cipta memiliki hak untuk melindungi hak-haknya atas
Ciptaan yang dilahirkan olehnya, dan Pemerintah memiliki kewajiban untuk
melindungi hak-hak dari Pencipta ini dengan melakukan segala macam bentuk
tindakan pencegahan sebelum terjadinya suatu pelanggaran Hak Cipta.
Tindakan pencegahan ini dapat dilakukan dengan meningkatkan tingkat
pemahaman masyarakat mengenai Hak Kekayaan Intelektual khususnya perihal
61 Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004, hlm 3. 62 Muchsin, Op.Cit., hlm 14.
-
72
ciptaan-ciptaan yang dilindungi. Perlu disampaikan kepada masyarakat bahwa ada
beragam hal yang sebenarnya dilarang dan merugikan pihak lain apabila dilakukan
meskipun semata-mata hanya untuk kesenangan sendiri. Tidak bermaksud untuk
membatasi kebebasan dalam melakukan segala tindakan apapun, namun segala
sesuatu yang berlebihan memanglah tidak baik. Selalu ada batas dalam melakukan
setiap tindakan. Terkadang meskipun sudah disampaikan perihal tindakan yang
boleh atau tidak diperbolehkan untuk dilakukan, terdapat banyak pihak-pihak tidak
bertanggung jawab yang bersifat egois dan hanya mementingkan kepentingan
dirinya sendiri sehingga tetap melakukan pelanggaran dan tidak peduli dengan
dampak yang dihasilkan oleh perbuatannya. Oleh karena itu, penyampaian
mengenai sanksi atau hukuman yang dapat dijatuhkan kepada para pelanggar Hak
Cipta sangatlah penting. Berikut ini adalah upaya hukum preventif yang sekiranya
bisa didapatkan oleh Pencipta:
a) Tercatatnya Ciptaan
Meskipun Hak Cipta tidak wajib untuk didaftarkan karena memang lahir
setelah terdapat bentuk nyata dari Ciptaan, namun alangkah lebih baiknya apabila
Pencipta mencatatkan Ciptaan miliknya supaya apabila terjadi suatu hal yang tidak
diharapkan untuk terjadi seperti adanya pelanggaran terhadap Ciptaan, Pencipta
dapat menunjukan hak mutlaknya atas Ciptaan tersebut dengan bukti bahwa
Ciptaan tersebut adalah miliknya dan sudah tercatat secara sah. Hal ini terdapat
dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu
pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam
melakukan suatu kewajiban63.
63 Agus Suyatno, Indonesia Segera Inventarisasi Karya Cipta Anak Bangsa, Pelita, Jakarta,
2005, hlm 5.
-
73
Ciptaan yang tidak asli, masih berupa ide, atau bukan berupa ilmu
pengetahuan, seni dan sastra atau merupakaan ciptaan yang sudah menjadi milik
umum (public domain) tidak dapat didaftarkan. Ciptaan dapat dicatatkan dengan
mengajukannya melalui Ditjen Kekayaan Hak Intelektual, atau melalui Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Sebelum melakukan pencatatan Ciptaan, dibutuhkan pembuatan
Permohonan. Permohonan ini tidak semata-mata bisa dilakukan oleh siapapun, para
pihak yang layak untuk mengajukan permohonan tertuang dalam Pasal 67 Undang-
Undang Hak Cipta64.
Cara untuk melakukan pencatatan ciptaan, dapat dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu:
1. Menuliskan Permohonan secara tertulis.
Permohonan dituliskan dengan Bahasa Indonesia, dan yang berhak untuk
menuliskannya adalah Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait,
atau Kuasanya. Permohonan ini dituliskan kepada Menteri.
2. Penyerahan contoh Ciptaan, produk Hak Terkait atau penggantinya.
3. Melampirkan surat pernyataan kepemilikan Ciptaan dan Hak Terkait.
4. Tahap akhirnya adalah membayarkan biaya yang dibutuhkan.
Namun, dengan adanya perkembangan teknologi, kini pendaftaran dapat
dilakukan secara online. Hal ini memudahkan para Pencipta untuk mendaftarkan
Ciptaan milik mereka. Lebih menghemat waktu, dan juga memotong biaya
perjalanan untuk melakukan pendaftaran.
64 Beberapa orang yang secara bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan atau produk Hak Terkait,
Permohonan dilampiri keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut; atau b. badan hukum,
Permohonan dilampiri salinan resmi akta pendirian badan hukum yang telah disahkan oleh pejabat
berwenang.
-
74
Untuk pendaftaran secara online dapat dilakukan melalui website khusus
Ditjen HKI, yaitu https://e-hakcipta.dgip.go.id/
Gambar 4.1 Tampilan website https://e-hakcipta.dgip.go.id/
Berikut ini adalah langkah-langkah pencatatan hak cipta secara online65:
1. Ketikan alamat website https://e-hakcipta.dgip.go.id/
2. Pada bagian atas kanan, pilih “Masuk”, kemudian masukan email dan password
sebagai pemilik akun.
Untuk mengakses E-HakCipta, masyarakat perlu mendapatkan user account
dan password dengan terlebih dahulu mendaftarkan alamat surat elektronik,
mendaftarkan identitas dan mengirimkan Surat Pernyataan yang terisi ke alamat
surat elektronik tim.aplikasi.hc@dgip.go.id. Surat Pernyataan atau Salinan
Surat Permohonan E-Cipta dapat diunduh melalui link
http://www.dgip.go.id/hakcipta/pemberitahuan-elektronik-hak-cipta.
65 Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual, Buku Panduan E-Hak Cipta, Jakarta Selatan, 2015,
hlm 5-10
https://e-hakcipta.dgip.go.id/https://e-hakcipta.dgip.go.id/https://e-hakcipta.dgip.go.id/
-
75
3. Untuk memulai pendaftaran ciptaan, klik “Pencatatan Hak Cipta”.
4. Untuk mengisi data permohonan, klik tombol “Tambah”. Selanjutnya akan
muncul pop up isian data. Untuk kolom yang ditandai “*” wajib diisi Pemohon.
5. Setelah data terisi lengkap, klik “Tambah”.
Gambar 4.2 Tampilan data Pencipta Baru
6. Selanjutnya, terdapat 6 kolom isian yang harus dilengkapi oleh Pengguna, yaitu:
Data Pencipta, Data Pemegang Hak Cipta, Kuasa, Jenis dan Judul Ciptaan,
Tanggal dan Tempat Diumumkan Pertama Kali, Lampiran. Jika data isian lebih
dari 1(satu), klik “Tambah”.
7. Untuk melakukan perubahan terhadap data yang sudah ditambahkan, klik
“Update”. Untuk menghapus data yang sudah ditambahkan, klik “Hapus”.
8. Kemudian, diperlukan verifikasi ulang untuk memastikan bahwa semua data
sudah lengkap dan benar, karena begitu data tersimpan, maka tidak dapat diubah
lagi. Jika semua data sudah lengkap dan benar, klik “Simpan”.
9. Setelah Pengguna melakukan klik “Simpan”, akan muncul Kode Pembayaran
yang dikirimkan ke email Pengguna.
-
76
10. Setelah biaya dibayarkan, maka data pemohon muncul di aplikasi Petugas
Approval. Pengguna menunggu hasil pemeriksaan Petugas Approval Ditjen
Kekayaan Intelektual.
Dengan dilakukannya langkah-langkah tersebut diatas, maka selesailah tata cara
pencatatan Ciptaan secara online.
b) Implementasi Undang-Undang Hak Cipta Secara Efektif
Undang-Undang Hak Cipta merupakan peraturan utama yang mengepalai
segala peraturan tentang Hak Cipta yang ada dibawahnya. Oleh karena itu sangatlah
penting bagi Undang-Undang Hak Cipta untuk selalu mengikuti perkembangan
jaman guna menjadikan peraturan perihal Hak Cipta selalu sesuai dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di masyarakat.
Peraturan-peraturan yang tertulis dalam Undang-Undang Hak Cipta juga
harus dijelaskan sejelas-jelasnya supaya dapat dimengerti dengan sebenar-benarnya
dan juga menghindari terjadinya kesalahan pemahaman atas isinya.
Didalam Undang-Undang Hak Cipta, telah tertuang dalam Pasal 55
mengenai aturan pelaksanaan untuk penutupan akses sampai pemblokiran sebagian
atau seluruh konten yang melanggar Hak Cipta dan membuat layanan sistem
elektronik tersebut menjadi tidak bisa diakses. Namun, masih banyak kecacatan
didalamnya, karena sulitnya penegakan pengawasan yang maksimal karena begitu
luasnya dunia maya.
b. Upaya Hukum Represif
Upaya hukum ini merupakan perlindungan akhir dalam menangani suatu
permasalahan dapat berupa usaha untuk melakukan damai, namun bisa juga berupa
-
77
sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah
terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.
Apabila terjadi suatu permasalahan atau sengketa perihal Hak Cipta,
penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan melalui jalur non-pengadilan, yaitu
alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase atau melalui jalur pengadilan.
1. Jalur Non-Pengadilan
Dalam Pasal 95 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta, tertulis:
“Selain pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait dalam bentuk
Pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa diketahui
keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian
sengketa melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana.”
Berdasarkan pasal tersebut maka diwajibkan apabila terjadi suatu sengketa
Hak Cipta tidak bisa langsung dibawa ke jalur Peradilan. Harus ada upaya untuk
menyelesaikan sengketa ini dengan jalur non-litigasi atau tanpa melalui
persidangan. Proses penyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi mempunyai
kelebihan, dimana hasil kesepakatannya menghasilkan “win-win solution” dimana
kerahasiaan para pihak terjaga, proses yang tidak rumit, serta berakhir dengan
terjadinya hubungan antara para pihak tetap baik66. Dalam Pasal 1 angka 10
Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, beberapa upaya
penyelesaian sengketa diluar pengadilan dibedakan menjadi beberapa cara yaitu
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli67.
a. Konsultasi
66 Susanti Adi Nugroho, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, PT. Telaga Ilmu
Indonesia, Jakarta, 2009, hlm 1. 67 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52897351a003f/litigasi-dan-alternatif-penyelesaian-
sengketa-di-luar-pengadilan diakses tanggal 20 Desember 2016
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52897351a003f/litigasi-dan-alternatif-penyelesaian-sengketa-di-luar-pengadilanhttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52897351a003f/litigasi-dan-alternatif-penyelesaian-sengketa-di-luar-pengadilan
-
78
Merupakan tindakan dimana sorang konsultan menyampaikan pendapatnya
kepada pihak yang meminta jasanya, sesuai dengan keperluan dan
kebutuhan dari pihak yang memerlukan jasanya.
b. Negosiasi
Merupakan suatu upaya dimana para pihak melakukan upaya perdamaian
dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan bersama, dengan harapan
hubungan akan tetap menjadi harmonis.
c. Mediasi
Merupakan upaya penyelesaian dimana ada perundingan antar pihak yang
bersengketa dengan dibantu oleh mediator.
d. Konsiliasi
Merupakan upaya penyelesaikan dimana kesepakatan antara para pihak
akan diupayakan untuk dilakukan sampai menemukan solusi yang dapat
diterima oleh masing-masing pihak dengan konsiliator sebagai pihak
penengah.
e. Penilaian ahli68
Merupakan upaya penyelesaian dimana pendapat ahli dipergunakan sesuai
dengan bidang keahliannya
Selain itu, terdapat upaya arbitrase sebagai cara untuk menyelesaikan
sengketa. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
68 Hendra Frans Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 6-7.
-
79
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa69.
Penyelesaian melalui arbitrase memiliki beberapa keunggulan dibandingan
penyelesaian melalui jalur pengadilan. Salah satunya adalah adanya jaminan akan
adanya kerahasiaan (confidentialy)70 atau dikenal juga sebagai the right to privacy.
Hal ini dikarenakan oleh proses arbitrase yang tertutup sehingga putusannya pun
tidak akan dipublikasikan, berbeda dengan pengadilan. Prosesnya juga lebih cepat,
dan yang terbaik dari semuanya adalah putusan yang bersifat final sehingga tidak
lagi bisa mengajukan upaya hukum lain.
Dengan keterangan-keterangan tersebut yang telah disebutkan,
penyelesaian sengketa perihal Hak Cipta melalui jalur non-peradilan dapat
diselesaikan melalui proses arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa berupa
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
2. Jalur Pengadilan
Upaya penyelesaian melalui pengadilan adalah pilihan terakhir apabila
melalui jalur non-pengadilan tidak berhasil. Jalur pengadilan bisa dilakukan melalui
2 (dua) cara, yaitu secara gugatan perdata atau tuntutan pidana.
69 http://www.hukumonline.com/talks/baca/lt54c06922d0403/arbitrase-sebagai-salah-satu-
alternatif-penyelesaian-sengketa-diluar-pengadilan-angkatan-keempat diakses tanggal 20 Desember
2016 70 Normin Pakpahan, Naskah Akademis RUU Tentang Arbitrase, ELIP, Jakarta, 2003, hlm 3.
http://www.hukumonline.com/talks/baca/lt54c06922d0403/arbitrase-sebagai-salah-satu-alternatif-penyelesaian-sengketa-diluar-pengadilan-angkatan-keempathttp://www.hukumonline.com/talks/baca/lt54c06922d0403/arbitrase-sebagai-salah-satu-alternatif-penyelesaian-sengketa-diluar-pengadilan-angkatan-keempat
-
80
1. Melalui Gugatan Perdata
Pada gugatan perdata71, sesuai dengan yang tertulis dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta tertuang dalam Pasal 96, 97, 98 dan 99.
Pengadilan yang berwenang untuk menangani sengketa ini adalah Pengadilan
Niaga. Gugatan pertama diajukan kepada ketua pengadilan niaga yang kemudian
oleh Panitera Pengadilan Niaga akan dicatat dalam register perkara pengadilan
sesuai dengan tanggal gugatan didaftarkan. Panitera Pengadilan Niaga akan
menyampaikan permohonan gugatan kepada ketua Pengadilan Niaga dalam waktu
paling lama 2 (hari) sejak gugatan didaftarkan. Kemudian dalam waktu paling lama
3 (hari) pengadilan akan menetapkan hari sidang.
Gugatan yang diajukan biasanya dilakukan oleh para pihak yang merasa
dirugikan seperti Pencipta atau pemegang Hak Cipta dan/atau pemegang Hak
Terkait. Dalam hal ini terjadi kerugian dalam hak ekonomi sehingga pihak yang
dirugikan berhak untuk mendapatkan ganti rugi.
2. Melalui Tuntutan Pidana
Hukuman atau sanksi yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan/atau
pidana denda. Dalam kasus perihal pelanggaran terhadap tindakan
pengkomunikasian terdapat dalam Pasal 113 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta:
“(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
71 http://business-law.binus.ac.id/2015/04/09/upaya-upaya-hukum-pencipta-menghadapi-pelanggaran-hak-cipa/ diakses tanggal 19 Januari 2016
http://business-law.binus.ac.id/2015/04/09/upaya-upaya-hukum-pencipta-menghadapi-pelanggaran-hak-cipa/http://business-law.binus.ac.id/2015/04/09/upaya-upaya-hukum-pencipta-menghadapi-pelanggaran-hak-cipa/
-
81
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah).”
Para pelanggar yang memenuhi unsur-unsur dalam pasal tersebut diatas atas
tindakan pelanggaran yang dilakukannya layak untuk dihukum dengan demikian.
Tetapi penulis menemukan suatu masalah, dimana sanksi dan hukuman
yang dijatuhkan tentu saja memerlukan barang bukti saat pengajuan gugatan.
Dalam kasus tindakan pengkomunikasian dengan melakukan penyiaran kembali
secara langsung (real streaming) berbeda dengan tindakan pengkomunikasian biasa
yang masih memiliki bukti adanya file yang tersimpan dalam komputer maupun
gadget atau alat elektronik yang digunakan sebagai sarana melakukan atau
menampilkan pelanggaran sehingga bisa dijadikan barang bukti. Dalam kasus real
streaming barang bukti berupa file terhapus secara otomatis setelah proses
penyiaran berakhir sehingga sulit sekali untuk mendapatkan barang bukti apabila
pelanggaran yang terjadi luput dari pengawasan Menteri. Oleh sebab itu, peraturan
dalam Undang-Undang Hak Cipta perlu memberikan kejelasan apakah kasus
seperti ini, dimana barang bukti tidak dapat diberikan tetap sesuai dengan peraturan
yang sedang berlaku. Karena hal ini tentu saja merugikan Pencipta.
Jadi, dengan keterangan-keterangan diatas menunjukan bahwa upaya
hukum represif yang bisa didapatkan dan dilakukan oleh Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta.
-
82
2. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik
Berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 memiliki tujuan untuk
terus menjaga, memelihara, dan memperkukuh kondisi negara demi kepentingan
nasional terhadap penggunaan, pemanfaatan, serta perkembangan Teknologi
Informasi.
Saat ini segala macam bentuk interaksi antar sesama manusia tidak hanya
terjadi melalui pertemuan secara langsung tapi juga melalui dunia cyber atau dunia
maya. Melalui dunia maya kini bisa dilakukan segala macam kegiatan yang
sebelumnya hanya bisa dilakukan secara langsung, misalkan transaksi elektronik,
atau hiburan-hiburan.
Undang-Undang ini mengatur segala sesuatu hal yang berkaitan dengan
Informasi dan Transaksi Elektronik yang berhubungan dengan Indonesia, ataupun
berada dalam wilayah hukum Indonesia atau meskipun berada dalam wilayah
hukum Indoneisa apabila merugikan kepentingan Indonesia, Undang-Undang ini
berlaku atas segala kejadiannya.
Dalam masa kini, pengaturan perihal Hak Cipta perlu melebarkan sayapnya
sampai kepada dunia maya. Karena dewasa kini, didalam dunia maya sendiri
terdapat banyak kegiatan yang berhubungan dengan Ciptaan yang tersebar melalui
media-media sosial atau media internet yang merupakan bagian dari dunia maya.
Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap Hak Cipta.
Jenis hal yang dilidungi dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
ini adalah Dokumen Elektronik72. Ternyata dalam dokumen elektronik, beberapa
72 Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang
-
83
jenisnya merupakan ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta.
Namun, sangat disayangan pengaturan perihal Hak Cipta dalam Undang-Undang
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini belum lengkap dan tidak diatur
secara spesifik.
Upaya perlindungan hukum preventif yang diberikan oleh Undang-Undang
ini tertuang dalam Pasal 25, yang berisi:
“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun
menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang
ada didalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual
berdasaran ketentuan Peraturan Perundang-undangan”
Tentu saja yang dimaksud dengan Peraturan Perundang-undangan dalam
pasal diatas adalah Undang-Undang Hak Cipta. Dalam kasus tindakan
pengkomunikasian dengan melakukan penyiaran kembali karya sinematografi
secara langsung (real streaming) melalui media sosial maupun media internet tentu
berhubungan erat dengan Undang-Undang ini.
Terdapat kesulitan dalam menangani kasus pelanggaran yang terjadi atas
tindakan real streaming. Memang tertulis dalam pasal 55 dan pasal 56 Undang-
Undang Hak Cipta, dimana Menteri memiliki hak dan wewenang untuk menutup
sebagian atau seluruh konten yang melanggar Hak Cipta dan juga dapat
menghilangkan hak akses pengguna yang melakukan pelanggaran. Tindakan
penutupan konten dan penghapusan hak akses pengguna memang merupakan upaya
preventif untuk mencegah terjadinya pelanggaran yang lebih jauh lagi. Tapi
bagaimana apabila pembuat blog maupun akun pengguna bisa dibuat kembali
dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya. Pasal 1 Angka (4) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
-
84
dengan mudah tanpa menghabiskan banyak waktu dan tidak memerlukan syarat-
syarat yang sulit untuk dipenuhi.
Hal inilah yang masih kurang diatur dalam Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik, dan juga kurangnya perhatian dari Pemerintah perihal
permasalahan ini sehingga perlindungan pencegahan atau upaya preventif
terjadinya pelanggaran terhadap Hak Cipta didalam Undang-Undang ini masih
minim. Contoh nyatanya adalah aplikasi “Bigolive”. Menkominfo memang sudah
melakukan tindakan pemblokiran terhadap aplikasi media sosial ini, namun
ternyata alasan yang diberikan hanyalah karena dalam aplikasi Bigolive, para
pengguna seringkali melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai
tindakan pornografi73. Jadi, alasan diblokir sebagian aplikasi Bigolive ini bukan
sebagai bentuk pencegahan terjadinya pelanggaran terhadap Hak Cipta. Oleh
karena itu, tindakan preventif yang diterapkan Menkominfo belum efektif untuk
mencegah terjadinya kembali pelanggaran Hak Cipta.
Perihal upaya hukum represif, sesuai dengan yang tertulis dalam Pasal 25
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik lebih mengarahkan perihal
hukuman atau sanksi dan peraturan mengenai Hak Cipta kepada peraturan Undang-
Undang Hak Cipta sendiri.
Sebenarnya dalam Undang-Undang ini sendiri mengatur mengenai
perbuatan yang dilarang. Dengan melihat contoh kasus terjadinya pelanggaran
terhadap karya sinematografi yang disiarkan kembali melalui salah satu aplikasi
media sosial “Bigolive”, pelaku dijatuhi hukuman berdasarkan Undang-Undang
Hak Cipta dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
73 https://inet.detik.com/read/2016/12/14/114616/3370769/399/bigo-live-diblokir-ini-penjelasan-
menkominfo diakses tanggal 17 Desember 2016
https://inet.detik.com/read/2016/12/14/114616/3370769/399/bigo-live-diblokir-ini-penjelasan-menkominfohttps://inet.detik.com/read/2016/12/14/114616/3370769/399/bigo-live-diblokir-ini-penjelasan-menkominfo
-
85
Dalam kasus ini pelanggar Hak Cipta atas karya sinematografi ini diancam
dengan Pasal 48 ayat (1) dan ayat (2)74 jo. Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2)75 Undang-
Undang nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Sumber: tekno kompas.com
Pelaku tersebut melakukan tindakan pelanggaran terhadap Hak Cipta atas
karya sinematografi dengan melakukan penyiaran secara langsung dari gedung
bioskop dalam aplikasi media sosial “Bigolive”.
Meskipun dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik telah
terdapat sanksi pidana penjara dan/atau sanksi pidana denda, sama seperti peraturan
yang ada dalam Undang-Undang Hak Cipta, kegiatan penyiaran secara real
74 (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Pasal 48 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 75 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau
milik publik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem
Elektronik Orang lain yang tidak berhak. Pasal 32 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
-
86
streaming ini berbeda. Pengguna media sosial maupun media internet tidak akan
terjerat hukuman apabila tidak ada pihak lain yang mengetahui tentang pelanggaran
terhadap Hak Cipta khususnya karya sinematografi. Dan tentu saja hal ini bisa
menyebabkan kerugian terhadap Pencipta.
Unsur perbuatan yang diatur dalam Undang-Undang ITE kurang
melengkapi perbuatan yang terjadi, yaitu setelah mentransfer dan membuat bisa
dilihatnya dokumen elektronik merupakan perbuatan dengan bukti nyata yang akan
bisa terlihat. Dalam kejadian real streaming siaran yang dilakukan secara langsung
setelah berakhir akan langsung terhapus. Hal ini tidak menutup kemungkinan
adanya pihak-pihak secara sengaja melakukan pelanggaran terhadap Hak Cipta
namun tidak terdeteksi.
Selain itu bagi pelanggar yang melakukannya melalui blog pribadi di media
internet tidak mencantumkan identitasnya dengan benar dan jujur. Sehingga sulit
sekali untuk menemukan pelaku pelanggaran yang asli.
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik belum mengatur
tentang tindakan pelanggaran terhadap tindakan pengkomunikasian dengan
menyiarkan secara langsung (real streaming) di media sosial atau media internet,
sehingga hukuman yang diterima entah hukuman menurut Undang-Undang Hak
Cipta maupun Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik menjadi kurang
tepat.
Pelanggaran nyata yang terjadi dalam masyarakat mengenai pelanggaran
terhadap karya sinematografi atas tindakan pengkomunikasian dengan melakukan
penyiaran kembali secara langsung terjadi dalam media sosial Bigolive terhadap
film Indonesia yang terkenal yaitu “Warkop DKI”. Pelanggar dianggap melanggar
-
87
Undang-Undang Hak Cipta (tuntutan pidana pada pasal 113) dan Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (tuntutan pidana pada pasal 48.
Kedua Undang-Undang ini memiliki bobot hukuman yang berbeda dimana
hukuman denda yang diberikan oleh Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik lebih besar biayanya dibandingkan yang diberikan oleh Undang-Undang
Hak Cipta, yang masih membingungkan adalah Undang-Undang mana yang lebih
tepat untuk dijatuhkan kepada pelanggar berdasarkan pelanggaran yang diperbuat
olehnya.
Setelah melakukan analisis dengan memperhatikan berdasarkan butir-butir
dari masing-masing Undang-Undang, hukuman yang diberikan dalam Undang-
Undang Hak Cipta dianggap lebih tepat dalam menyelesaikan sengketa ini. Hal ini
dikarenakan unsur-unsur pelanggaran lebih memenuhi unsur-unsur yang ada dalam
Undang-Undang Hak Cipta dibandingkan dengan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
Berdasarkan fenomena yang memang terjadi di kalangan masyarakat,
diharapkan Pencipta dapat melindungi hak milikya. Untuk mempertahankan hak
miliknya, pemegang Hak Cipta khususnya atas karya sinematografi tentu saja dapat
melakukan tindakan untuk membela hak miliknya. Dari 2 (dua) upaya hukum yang
sudah disediakan diharapkan dapat melindungi Pencipta dan Ciptaan.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada
masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mengenai Hak Kekayaan Intelektual
khususnya Hak Cipta, serta diperbaharuinya isi peraturan didalamnya supaya
mengikuti perkembangan jaman. Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi
-
88
sendiri diharapkan untuk mencatatkan Ciptaannya supaya dapat menunjukan hak
mutlak atas Ciptaan miliknya.
Upaya perlindungan hukum yang dapat dilakukan dalam menghadapi
masalah Hak Cipta yang sudah terjadi bisa melalui jalur damai penyelesaian
sengketa, arbitrase, maupun jalur pengadilan. Dengan adanya perlindungan berupa
hukuman, serta sanksi yang telah disediakan dalam Undang-Undang Hak Cipta dan
Undang-Undang Teknologi dan Transaksi Elektronik yang diberlakukan bagi para
pelanggar diharapkan pelanggaran khususnya terhadap tindakan pengkomunkasian
dalam bentuk penyiaran kembali secara langsung (real streaming) atas suatu karya
sinematografi yang banyak dilakukan melalui media sosial dan media internet dapat
menguranngi, bahkan menghilangkan niat dan keinginan seseorang untuk
melakukan pelanggaran ini.
top related