bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. a. aktivitas...
Post on 08-Mar-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Aktivitas Siswa
a. Aktivitas Siswa Siklus I
Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) pada siklus I berlangsung dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I
No Jenis Aktivitas
Prosentase
(%) Kategori
1 Membaca 37,5 Rendah
2 Mencatat 33,59 Rendah
3 Bertanya 40,63 Sedang
4 Menjawab 35,15 Rendah
5 Presentasi 39,06 Rendah
6 Mendengar 42,19 Sedang
7 Partisipasi 38,28 Rendah
8 Antusiasme 40,63 Sedang
Rata-rata 38,37 Rendah
Gambar 4.1
Grafik Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
73
Aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus I ini,
berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa seperti membaca,
mencatat, menjawab, presentasi, dan partisipasi masih dalam kategori rendah.
Sementara untuk bertanya, mendengar, dan antusiasme sudah dalam kategori
sedang. Secara umum aktivitas belajar siswa pada siklus I ini termasuk rendah.
b. Aktivitas Siswa Siklus II
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) pada siklus II berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II
No Jenis Aktivitas
Prosentase
(%) Kategori
1 Membaca 59,38 Sedang
2 Mencatat 55,47 Sedang
3 Bertanya 57,81 Sedang
4 Menjawab 57,03 Sedang
5 Presentasi 62,5 Tinggi
6 Mendengar 66,84 Tinggi
7 Partisipasi 58,59 Sedang
8 Antusiasme 56,25 Sedang
Rata-rata 59,23 Sedang
Gambar 4.2
Grafik Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
74
Tabel 4.3
Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa dari Siklus I ke Siklus II No Jenis Aktivitas Peningkatan
(%)
1. Membaca 21,88
2. Mencatat 21,88
3. Bertanya 17,18
4. Menjawab 21,88
5. Presentasi 23,44
6. Mendengar 24,65
7. Partisipasi 20,31
8. Antusiasme 15,62
Rata-rata 20,86
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat terlihat bahwa rata-rata aktivitas
belajar siswa pada pembelajaran siklus II ini adalah sebesar 59,23% dan termasuk
dalam kategori sedang. Aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran
pada siklus II ini berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat terjadi peningkatan pada
semua jenis aktivitas dibandingkan pada pembelajaran siklus I. Rata-rata
peningkatan aktivitas siswa adalah sebesar 20,86% dan perlu untuk ditingkatkan
kembali.
c. Aktivitas Siswa Siklus III
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI) pada siklus III berlangsung dapat dilihat pada tabel 4.4.
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
75
Tabel 4.4
Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III
No Jenis Aktivitas
Prosentase
(%) Kategori
1 Membaca 75 Tinggi
2 Mencatat 77,34 Tinggi
3 Bertanya 77,34 Tinggi
4 Menjawab 78,91 Tinggi
5 Presentasi 77,34 Tinggi
6 Mendengar 75,78 Tinggi
7 Partisipasi 78,13 Tinggi
8 Antusiasme 81,25 Sangat tinggi
Rata-rata 77,64 Tinggi
Gambar 4.3
Grafik Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III
Tabel 4.5
Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa dari Siklus II ke Siklus III No Jenis Aktivitas Peningkatan
(%)
1. Membaca 15,62
2. Mencatat 21,87
3. Bertanya 19,53
4. Menjawab 21,88
5. Presentasi 14,84
6. Mendengar 8,94
7. Partisipasi 19,54
8. Antusiasme 25
Rata-rata 18,40
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat terlihat bahwa rata-rata aktivitas
belajar siswa pada pembelajaran siklus III ini adalah sebesar 77,64% dan
termasuk dalam kategori tinggi. Aktivitas belajar siswa selama mengikuti
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
76
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) pada siklus III ini berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat
terjadi peningkatan pada semua jenis aktivitas dibandingkan pada pembelajaran
siklus II. Rata-rata peningkatan aktivitas siswa adalah sebesar 18,40%.
d. Perkembangan Aktivitas Siswa Selama 3 Siklus
Gambaran peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus
ditunjukkan pada grafik di bawah ini :
Gambar 4.4
Grafik Perkembangan Aktivitas Siswa pada Tiap Siklus
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
77
Gambar 4.5
Grafik Prosentase Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan grafik di atas diperoleh gambaran bahwa aktivitas belajar
siswa pada siklus I sebesar 38,38% dan termasuk dalam kategori rendah. Hal ini
dikarenakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI) belum berjalan dengan sebagaimana
mestinya. Aktivitas belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi 58,99% dan
termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata peningkatan aktivitas belajar siswa
dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 20,61%. Peningkatan ini dikarenakan guru
telah belajar dari pengalaman pada siklus I dan melakukan perbaikan-perbaikan.
Aktivitas siswa pada pembelajaran siklus III ini mengalami peningkatan
sebesar 18,65% dibandingkan siklus II menjadi 77,64% dan tergolong kategori
tinggi. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) telah meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
78
Secara keseluruhan proses pembelajaran yang berlangsung sudah
menunjukkan karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Karli dan Yuliariatiningsih (2002:71) sebagai berikut:
a. Individual Accountability, yaitu bahwa setiap kelompok mempunyai
tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh
tanggung jawab anggota.
b. Social Skill, meliputi seluruh kehidupan sosial, kepekaan sosial dan
mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengerahan
diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa
untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung
jawab, menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial.
c. Positif Interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling
ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok yang positif.
Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota
kelompok, karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki kontribusi.
d. Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh
kelompok secara bersama-sama.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) telah
menempatkan siswa sebagai pusat kegiatan belajar mengajar (student centered).
Hal ini sesuai indikator aktivitas siswa yang diungkapkan oleh Kunandar
(2010:277) yaitu: “Pertama, mayoritas siswa beraktivitas siswa dalam
pembelajaran; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh siswa; ketiga,
mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru melalui
pembelajaran kooperatif”.
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
79
2. Aktivitas Guru
a. Aktivitas Guru Siklus I
Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran pada
siklus I berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Aktivitas Guru selama Pembelajaran Siklus I NO Kegiatan Frekuensi
1 Membuka pelajaran 3
2 Mengecek kehadiran siswa 3
3 Memotivasi siswa 2
4 Membuka kaitan materi bahan ajar sebelumnya dengan materi yang
akan diajarkan
2
5 Kejelasan suara dalam berkomunikasi 3
6 Mobilitas posisi tempat dalam kelas 3
7 Kejelasan menerangkan berdasarkan aspek kompetensi 2
8 Kejelasan memberikan contoh 2
9 Penguasaan materi bahan ajar 2
10 Penggunaan media 2
11 Penjelasan metode pembelajaran 2
12 Teknik pembagian kelompok 2
13 Bimbingan kepada kelompok 2
14 Pengelolaan kegiatan diskusi 1
15 Pemberian pertanyaan 2
16 Kemampuan melakukan evaluasi 2
17 Pemberian penghargaan kepada kelompok 2
18 Pemberian nilai 2
19 Menyimpulkan materi pembelajaran 2
20 Menutup pembelajaran 2
Jumlah 43
Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus I ini tergolong kecil dengan frekuensi sebesar 43 atau 53,8 % dari frekuensi
ideal sebesar 80. Hal ini dikarenakan guru masih canggung dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini.
Guru kurang memberikan penjelasan mengenai teknis pelaksanaan pembelajaran
sehingga siswa suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif. Berdasarkan tabel
di atas terlihat dalam pembagian kelompok dan pengelolaan kegiatan diskusi
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
80
aktivitas guru masih rendah karena guru belum bisa mengkondisikan siswa
sepenuhnya.
b. Aktivitas Guru Siklus II
Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama pembelajaran pada siklus II
berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Aktivitas Guru selama Pembelajaran pada Siklus II NO Kegiatan Frekuensi
1 Membuka pelajaran 3
2 Mengecek kehadiran siswa 3
3 Memotivasi siswa 3
4 Membuka kaitan materi bahan ajar sebelumnya dengan materi yang
akan diajarkan
3
5 Kejelasan suara dalam berkomunikasi 3
6 Mobilitas posisi tempat dalam kelas 3
7 Kejelasan menerangkan berdasarkan aspek kompetensi 3
8 Kejelasan memberikan contoh 2
9 Penguasaan materi bahan ajar 3
10 Penggunaan media 2
11 Penjelasan metode pembelajaran 3
12 Teknik pembagian kelompok 3
13 Bimbingan kepada kelompok 3
14 Pengelolaan kegiatan diskusi 2
15 Pemberian pertanyaan 2
16 Kemampuan melakukan evaluasi 3
17 Pemberian penghargaan kepada kelompok 3
18 Pemberian nilai 2
19 Menyimpulkan materi pembelajaran 2
20 Menutup pembelajaran 3
Jumlah 54
Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus II ini mengalami peningkatan sebesar 13,7% dibandingkan pada
pembelajaran siklus I menjadi 67,5% dari frekuensi ideal sebesar 80, dan masih
tergolong dalam kategori sedang. Guru pada siklus II ini sudah mampu
mengkondisikan siswa selain itu pada pembelajaran siklus II ini guru lebih
intensif lagi dalam membimbing kegiatan kelompok. Berdasarkan tabel 4.7 di atas
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
81
terlihat dalam melakukan bimbingan kepada kelompok dan pengelolaan kegiatan
diskusi, guru telah melakukannya dengan lebih baik dibandingkan siklus
sebelumnya.
c. Aktivitas Guru Siklus III
Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran pada
siklus III berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8
Aktivitas Guru selama Pembelajaran Siklus III NO Kegiatan Frekuensi
1 Membuka pelajaran 3
2 Mengecek kehadiran siswa 4
3 Memotivasi siswa 4
4 Membuka kaitan materi bahan ajar sebelumnya dengan materi yang
akan diajarkan
3
5 Kejelasan suara dalam berkomunikasi 4
6 Mobilitas posisi tempat dalam kelas 4
7 Kejelasan menerangkan berdasarkan aspek kompetensi 3
8 Kejelasan memberikan contoh 2
9 Penguasaan materi bahan ajar 3
10 Penggunaan media 2
11 Penjelasan metode pembelajaran 4
12 Teknik pembagian kelompok 4
13 Bimbingan kepada kelompok 4
14 Pengelolaan kegiatan diskusi 4
15 Pemberian pertanyaan 3
16 Kemampuan melakukan evaluasi 4
17 Pemberian penghargaan kepada kelompok 3
18 Pemberian nilai 2
19 Menyimpulkan materi pembelajaran 4
20 Menutup pembelajaran 4
Jumlah 68
Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus III menunjukkan frekuensi 68 atau 85% dari frekuensi ideal. Aktivitas guru
pada pembelajaran siklus III ini menunjukkan peningkatan sebesar 17,5%
dibandingkan pada pembelajaran siklus II sebesar 67,5% dari frekuensi ideal
sebesar 80, dan tergolong dalam kategori sangat tinggi.
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
82
Guru pada siklus III telah mendapat banyak masukan baik dari observer
maupun dari guru mata pelajaran sehingga performance guru pada pembelajaran
siklus III ini mengalami perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan siklus-
siklus sebelumnya. Selain itu pada pembelajaran siklus III ini, guru sudah lebih
mengenal karakteristik dari siswa sehingga lebih mudah dalam mengkondisikan
siswa.
d. Perkembangan Aktivitas Guru Selama Tiga Siklus
Gambaran peningkatan aktivitas guru pada setiap siklus pembelajaran
ditunjukkan pada grafik di bawah ini:
Gambar 4.6
Grafik Perkembangan Aktivitas Guru
Berdasarkan grafik di atas diperoleh gambaran aktivitas guru pada siklus I
sebesar 53,8% meningkat pada siklus II menjadi 67,5% dan pada siklus III
kembali meningkat menjadi 85%. Peningkatan ini dikarenakan pada setiap kali
selesai PBM, peneliti melakukan diskusi dengan observer dan guru mata pelajaran
untuk meminta saran demi perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya. Hasil
observasi menunjukkan keseluruhan aspek guru dalam pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini
sudah berjalan dengan baik. Aktivitas guru selama proses pembelajaran seperti
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
83
menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, mengorganisasikan siswa,
membimbing kelompok, dan mengelola kegiatan belajar mengajar sudah sesuai
dengan pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran, guru sebagai
motivator dan fasilitator telah mampu menciptakan suatu kondisi dimana siswa
dapat aktif dalam membangun pengetahuan melalui berbagai aktivitas belajarnya.
Secara umum, guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan prinsip
konstruktivisme sebagaimana yang diungkapkan oleh Driver dalam Suparno
(1997: 4) yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip konstruktivisme dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun
sosial.
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan
keaktifan siswa.
3) Siswa aktif mengkontruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai
dengan konsep.
4) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi siswa berjalan mulus.
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
84
3. Hasil Belajar
a. Hasil Belajar Siklus I
Nilai tes pada pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) siklus I apabila dikonversikan ke dalam standar nilai,
maka hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.9
Prosentase Hasil Tes Siswa pada Siklus I Rentang
Nilai Pre-test Post-test Kategori
90 - 100 0 0 A (Lulus Amat Baik)
80 - 89 0 0 B (Lulus Baik)
70 - 79 0 14 (43,75%) C (Lulus Cukup)
0 - 69 32 (100%) 18 (56,25%) D (Belum Lulus)
Jumlah 32 32 (100%)
Dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa pada saat pre test sebanyak 32
orang siswa atau 100% dari jumlah total siswa belum lulus. Untuk hasil post test,
dapat dilihat sebanyak 14 orang siswa atau 43,75% dari jumlah total siswa lulus
dengan kategori C (lulus cukup), dan sisanya sebanyak 18 orang siswa atau
56,25% dari jumlah total siswa belum lulus. Hasil belajar pada siklus I ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan dengan baik sehingga
diperlukan perbaikan-perbaikan agar hasil pembelajaran dapat meningkat.
Peningkatan hasil belajar siswa yang diukur melalui data pre-test dan post-test
yang dinyatakan dalam N-gain, dapat dilihat pada tabel 4.10.
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
85
Tabel 4.10
Prosentase Normalisasi Gain pada Siklus I
Rentang Kategori Prosentase
≥ 0,70 Tinggi 0
0,3 ≤ g < 0,70 Sedang 32 (100 %)
< 0,30 rendah 0
Jumlah 32 (100%)
Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh gambaran sebanyak 32 orang siswa atau
100% dari jumlah total siswa mengalami peningkatan dalam kategori sedang.
Rata-rata peningkatan N-gain pada pembelajaran siklus I ini adalah sebesar 0,48
dan termasuk dalam peningkatan dengan kategori sedang.
b. Hasil Belajar Siklus II
Hasil tes pada siklus II apabila dikonversikan ke dalam standar nilai, maka
hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.11
Prosentase Hasil Tes Siswa pada Siklus II Rentang
Nilai Pre-test Post-test Kategori
90 - 100 0 0 A (Lulus Amat Baik)
80 - 89 0 5 (15,6%) B (Lulus Baik)
70 - 79 0 23 (71,9%) C (Lulus Cukup)
0 - 69 32 (100%) 4 (12,5%) D (Belum Lulus)
Jumlah 32 32 (100%)
Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa pada saat pre test sebanyak 32
orang siswa atau 100% dari jumlah total siswa belum lulus. Untuk hasil post test,
dapat dilihat sebanyak 5 orang siswa atau 15,6% dari jumlah total siswa lulus
dengan kategori B (lulus baik), sementara 23 orang siswa atau 71,9% dari jumlah
total siswa lulus dengan kategori C (lulus cukup), dan sisanya sebanyak 4 orang
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
86
siswa atau 12,5% dari jumlah total siswa belum lulus. Hasil belajar yang dilihat
dari hasil post test pada siklus II ini meningkat dibandingkan siklus I dengan rata-
rata kelas 70 dan nilai tertinggi yaitu 80. Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan
adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan berdasarkan refleksi pada siklus I,
meskipun begitu masih terdapat beberapa siswa yang belum lulus sehingga
menunjukkan masih diperlukannya perbaikan dalam proses pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar siswa yang diukur melalui data pre-test dan post-
test yang dinyatakan dalam N-gain, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.12
Prosentase Normalisasi Gain Siklus II
Rentang Kategori Prosentase
≥ 0,70 Tinggi 0
0,3 ≤ g < 0,70 Sedang 32 (100%)
< 0,30 rendah 0
Jumlah 32 (100%)
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, sebanyak 32 orang atau 100% dari jumlah
total siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam kategori sedang. Rata-rata
peningkatan N-gain adalah 0,58 termasuk dalam kategori sedang.
c. Hasil Belajar Siklus III
Nilai tes pada siklus III apabila dikonversikan ke dalam standar nilai,
maka hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.13
Prosentase Hasil Tes Siswa pada Siklus III Rentang
Nilai Pre-test Post-test Kategori
90 - 100 0 6 (18,75%) A (Lulus Amat Baik)
80 - 89 0 20 (62,5%) B (Lulus Baik)
70 - 79 0 6 (18,75%) C (Lulus Cukup)
0 - 69 32 (100%) 0 D (Belum Lulus)
Jumlah 32 32 (100%)
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
87
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada saat pre test sebanyak 32 orang
siswa atau 100% dari jumlah total siswa belum lulus. Untuk hasil post test, dapat
dilihat sebanyak 6 orang siswa atau 18,75% dari jumlah total siswa lulus dengan
kategori A (lulus amat baik), sementara 20 orang siswa atau 62,5% dari jumlah
total siswa lulus dengan kategori B (lulus baik), dan sisanya sebanyak 6 orang
siswa atau 18,75% dari jumlah total siswa lulus dengan kategori C (lulus
cukup). Pembelajaran pada siklus III ini telah mencapai hasil yang baik dimana
tingkat kelulusan siswa sebesar 100%. Hasil belajar pada siklus III ini meningkat
dibandingkan siklus II, dengan rata-rata kelas 80 dan nilai tertinggi yaitu 90.
Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan guru telah melaksanakan perbaikan-
perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran siklus II. Peningkatan
hasil belajar siswa pada proses pembelajaran siklus III ini yang diukur melalui
data pre-test dan post-test yang dinyatakan dalam N-gain, dapat dilihat pada tabel
4.14.
Tabel 4.14
Prosentase Normalisasi Gain pada Siklus III
Rentang Kategori Prosentase
≥ 0,70 Tinggi 26 (81,3%)
0,3 ≤ g < 0,70 Sedang 6 (18,8 %)
< 0,30 rendah 0
Jumlah 32 (100%)
Berdasarkan pada tabel 4.14 di atas, sebanyak 26 siswa atau 81,3% dari
total siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam kategori tinggi dan sisanya
sebanyak 6 siswa atau 18,8 % dari total siswa mengalami peningkatan dengan
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
88
kategori sedang. Rata-rata peningkatan N-gain dalam kelas adalah 0,718
dibulatkan menjadi 0,72 yang digolongkan dalam kategori tinggi.
d. Perkembangan Hasil Belajar Siswa Selama 3 Siklus
Gambaran peningkatan hasil siswa pada setiap siklus ditunjukkan pada
grafik di bawah ini :
Gambar 4.7
Grafik Perkembangan Hasil Belajar Siswa Selama 3 Siklus
Sementara untuk peningkatan hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam
gain ternormalisasi untuk setiap siklus pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) diperlihatkan pada gambar
4.8.
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
89
Gambar 4.8
Grafik Perkembangan Hasil Belajar Siswa dalam N-gain
Berdasarkan grafik perkembangan hasil belajar siswa selama tiga siklus
diperoleh gambaran bahwa pada siklus I nilai rata-rata pre-test siswa sebesar
29,38 dan mengalami peningkatan pada post-test sebesar 33,72 poin menjadi 63,1
dengan normalisasi gain sebesar 0,48 yang termasuk kategori sedang. Pada siklus
I hasil belajar siswa dapat dikatakan belum baik, hal ini dikarenakan cara belajar
siswa atau dengan kata lain aktivitas belajar siswa pada siklus I ini masih dalam
kategori rendah. Pada siklus I ini siswa belum melaksanakan tahapan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan baik,
dimana hanya sebagian siswa di dalam kelompok yang bekerja dalam pembahasan
materi, sementara anggota kelompok yang lainnya pasif. Hal ini yang membuat
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan menjadi belum maksimal.
Pada siklus II nilai rata-rata pre-test sebesar 29,69 mengalami peningkatan
sebanyak 40,93 poin menjadi 70,62 pada saat post-test dengan normalisasi gain
sebesar 0,58 yang termasuk dalam kategori sedang. Pada pembelajaran siklus II
ini tahapan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
sudah mulai terlihat baik dimana setiap anggota kelompok mulai menunjukkan
tanggung jawab pribadinya dengan melaksanakan tugasnya. Setiap anggota
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
90
kelompok terlihat membaca modul untuk memahami bahasan yang menjadi
bagiannya dan didiskusikan bersama anggota kelompok lain.
Pada siklus III nilai rata-rata pre-test sebesar 29,38 meningkat sebanyak
50,62 poin pada saat post-test menjadi 80 dengan normalisasi gain sebesar 0,72
yang termasuk dalam kategori tinggi. Pada pembelajaran siklus III ini hasil belajar
siswa mengalami peningkatan dibandingkan siklus II dikarenakan pada
pembelajaran siklus III ini setiap anggota kelompok sudah melaksanakan
tanggung jawab pribadinya dengan baik dan mampu bekerjasama secara lebih
baik bersama kelompoknya dalam memahami materi-materi yang diajarkan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Slavin (2009:41) bahwa, “… pembelajaran kooperatif
yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan
meningkatkan pencapaian prestasi siswa”.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Secara umum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) ini telah berhasil memperbaiki motivasi siswa,
cara belajar siswa, sikap dan kebiasaan siswa, maupun ketekunan siswa dalam
belajar. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Nana Sudjana dalam
Priambodo (2006: 12) bahwa hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar sebagai
berikut :
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor dari dalam diri siswa itu seperti faktor kemampuan yang dimilikinya
dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Di
samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain,
seperti; motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
91
Pada umumnya proses pembelajaran sudah menunjukkan adanya perbaikan
dan berhasil menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa sehingga terjadi
peningkatan aktivitas maupun hasil belajarnya. Dan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini bisa
diterapkan di mata diklat keteknikan seperti DKKTM mengingat model
pembelajaran ini jarang sekali diterapkan di mata diklat keteknikan, didukung dari
aktivitas guru yang semakin meningkat dan mampu melaksanakan langkah-
langkah penerapan model pembelajaran ini sehingga mampu membuat siswa
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar siswa ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini bisa
membuat materi pelajaran yang menurut siswa termasuk sukar menjadi mudah
untuk dipahami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan
oleh Trianto (2007: 41) bahwa “Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika
mereka saling berdiskusi dengan temannya”. Sependapat dengan itu, Lie
(2004:31) mengungkapkan bahwa, “… banyak penelitian menunjukkan bahwa
pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada
pengajaran oleh guru”.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada kompetensi dasar
mengenal komponen roda gigi di kelas XI TGM, telah berhasil meningkatkan
aktivitas sekaligus hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang
Iman Anjar Sonjaya, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Diklat Dkktm Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
92
diungkapkan oleh Sanjaya (2006:247) mengenai kelebihan pembelajaran
kooperatif sebagai berikut :
1) Siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan bepikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.
2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang
lain.
3) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
4) Dapat meningkatkan prestasi akademik.
5) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir.
top related