bab iv hasil penelitian dan...
Post on 28-May-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
142
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum UKM Sentra Rajut di Kota Bandung
Agyapong (2010) menyatakan bahwa tidak ada definisi yang dapat
diterima secara universal mengenai UKM. Negara atau daerah yang berbeda
cenderung mendefinisikan UKM berdasarkan aktivitas bisnis lokal maupun
kondisi yang ada di negara atau daerah tersebut.
Menurut Moreno (2009) dalam Sosa et al., (2015), klasifikasi usaha mikro,
kecil dan menengah (UKM) bervariasi tergantung dari negaranya. Beberapa
mengklasifikasikan UKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, volume penjualan
tahunan maupun nilai dari aktivitas usaha UKM tersebut. Deniz (2010) dalam
Sosa et al, (2015) menyatakan bahwa UKM dapat pula ditentukan dari sejumlah
tertentu tenaga kerja dalam sebuah perusahaan yang tidak melebihi limit tertentu,
yang mana tujuan dari perusahaan tersebut adalah produksi, transformasi, ataupun
penyediaan jasa.
Mensah (2004) dalam Agyapong (2010) berusaha memberikan definisi
mengenai UKM, yaitu usaha yang didominasi oleh satu orang, dimana pemilik
atau manajer menentukan semua keputusan besar. Wirausaha dalam aktivitas
bisnis ini hanya memiliki pendidikan formal yang terbatas, akses dan penggunaan
yang lemah dalam teknologi, informasi pasar dan akses finansial ekternal yang
sangat terbatas. Memiliki kemampuan manajemen yang lemah, sehingga
menghambat perkembangan rencana strategis untuk pertumbuhan usaha yang
143
berkelanjutan. UKM juga sering menghadapi volatilitas modal yang ekstrem,
kurang memiliki kemampuan teknis. Selain itu, ketidakmampuan dalam
memperoleh berbagai skill dan teknologi baru menghalangi tumbuhnya berbagai
peluang.
Di Indonesia, UKM merupakan komponen penting dalam pembangunan
perekonomian. Ketetapan MPR (Tap MPR) No. XVI/MPR-RI/1998 tentang
Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi mengamanatkan bahwa
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan bagian integral ekonomi rakyat
yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan
struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang dan
berkeadilan.
Dalam rangka melaksanakan amanat Tap MPR tersebut, UU No. 20 tahun
2008 mendefinisikan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) sebagai usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha menengah atau Usaha Besar.
Selain itu, definisi lain dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang
mengklasifikasikan UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yang dibagi
menjadi:
1) Usaha mikro/rumah tangga adalah usaha dengan tenaga kerja 1-4 orang
2) Usaha kecil adalah usaha dengan tenaga kerja 5-19 orang
3) Usaha menengah adalah usaha dengan tenaga kerja 20-99 orang
144
Berbagai UKM yang ada dikelompokkan ke dalam sentra-sentra industri.
Tujuan dari pendirian sentra industri menurut Kementrian Perindustrian adalah
sebagai pemusatan kegiatan industri kecil dan menengah yang menghasilkan
produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis dan atau mengerjakan proses
produksi yang sama, dilengkapi sarana dan prasarana penunjang yang dirancang
berbasis pada pengembangan potensi sumber daya daerah, serta dikelola oleh
suatu pengurus profesional. Perkembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah
merupakan amanat dalam UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian sehingga
mampu berperan signifikan dalam penguatan struktur industri nasional, ikut
berperan dalam pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja serta
menghasilkan barang dan/atau jasa industri untuk kebutuhan ekspor.
4.1.1 Profil Sentra Rajut Binong Jati dan Margasari
Sentra Industri Rajut Binong Jati dan Margasari merupakan salah satu
sentra UKM yang ada di Kota Bandung. Sentra Rajut Binong Jati mulai berdiri
pada pertengahan tahun 1960-an yang dimulai dengan 5 pengrajin.
Visi Sentra Rajut Binong Jati dan Margasari adalah menjadikan sentra rajut
terdepan di ASEAN. Sementara Misi Sentra Rajut Binong Jati dan Margasari
adalah:
1) Menjaga eksistensi budaya rajut
2) Mendirikan Knit School
3) Membuat wisata kampung rajut
145
4) Membuat clustering untuk memberdayakan dan mengembangkan Sentra
Rajut Binong Jati
5) Membuat museum rajut
Dalam rangka mengembangkan sentra-sentra industri yang ada di Kota
Bandung, Pemerintah Kota Bandung melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 18
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-
2031 telah menetapkan Sentra Rajut Binong Jati sebagai salah satu kawasan
strategi Kota Bandung dalam rangka pengembangan industri rumah tangga dalam
lingkup industri kreatif.
4.1.2 Profil Responden
Sentra Rajut Binong Jati terdiri dari 293 unit usaha dengan 2143 tenaga
kerja dengan kapasitas produksi/tahun sebanyak 855.200 lusin. sementara Sentra
Industri Rajut Margasari terdiri dari 19 unit usaha dengan 103 tenaga kerja dengan
kapasitas produksi/tahun sebanyak 105.820 lusin. Nilai investasi dalam kedua
sentra ini mencapai lebih dari Rp. 31 milyar.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah para pengusaha UKM yang
tergabung dalam Sentra Industri Rajut Binong Jati dan Margasari Kota Bandung.
Ukuran populasi sebanyak 281 responden dengan profil sebagaimana ditunjukkan
pada tabel 4.1.
146
Tabel 4.1
Uraian Profil Responden
Uraian Profil Responden Frek % Uraian Profil Responden Frek %
A. Jenis Kelamin D. Bentuk Perusahaan
a. Pria 224 80% a. Tidak Terdaftar 175 62%
b. Wanita 57 20% b. UD 41 15%
Jumlah 281 100% c. Firma/CV 6 2%
B. Usia d. PT 59 21%
a. < 20 7 2% Jumlah 281 100%
b. 21 - 30 26 9% E. Jumlah Karyawan
c. 31 - 40 114 41% a. < 5 Orang 51 18%
d. 41 - 50 114 41% b. 6 - 10 Orang 116 41%
e. > 50 20 7% c. 11 - 20 Orang 87 31%
Jumlah 281 100% d. > 20 Orang 27 10%
C. Pendidikan Terakhir Jumlah 281 100%
a. SD 21 7% E. Luas Wilayah Pasar
b. SLTP 44 16% a. Lokal 197 70%
c. SLTA 178 63% b. Regional 42 15%
d. D III 31 11% c. Nasional 39 14%
c. D IV/S1 7 2% d. Internasional 3 1%
d. Pasca Sarjana 0 0% Jumlah 281 100%
Jumlah 281 100%
C. Lama Usaha
a. 1 - 3 Tahun 9 3%
b. 4 - 6 Tahun 61 22%
c. 7 - 10 Tahun 113 40%
d. > 10 Tahun 98 35%
Jumlah 281 100%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang bejenis kelamin
laki-laki sebanyak 80% sementara yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
20%. Namun hal ini tidak secara langsung menunjukkan bahwa hanya sebagian
kecil pengusaha UKM adalah perempuan. Karena berdasarkan hasil observasi
sebagian besar responden menunjukkan bahwa sebagian besar UKM sentra rajut
melakukan usaha bersama dengan pasangannya masing-masing.
Sampai saat ini belum ada pengusaha UKM yang berpendidikan lebih
tinggi dari D IV/S1, tingkat pendidikan tertinggi para pengusaha UKM sentra
147
rajut di kota Bandung adalah D IV/S1 sebesar 2%. Sementara jumlah terbesar
berpendidikan SLTA atau sederajat sebesar 63% diikuti dengan pendidikan SLTP
atau sederajat sebesar 16%.
Sementara itu usaha rajut yang didirikan di sentra rajut kota Bandung
bervariasi antara satu tahun sampai dengan lebih dari 10 tahun. Jumlah terbesar
usaha rajut telah berdiri antara 7 – 10 tahun dengan persentase sebesar 40% diikuti
dengan usaha yang telah didirikan lebih dari 10 tahun sebesar 35%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata usaha rajut di sentra rajut masih
terbilang baru, mengingat bahwa sentra rajut di kota Bandung telah berdiri pada
dekade 1960-an. Hasil wawancara dengan pengusaha rajut didapati bahwa
sebenarnya mereka banyak melanjutkan usaha tersebut dari orang tua mereka atau
membuka usaha sendiri ketika merasa sudah mampu.
Dari tabel 4.1. dapat dilihat sebesar 62% dari bentuk perusahaan usaha
rajut di sentra rajut kota Bandung belum terdaftar. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan pengusaha untuk membuat badan usaha serta merasa
rumit untuk mendaftarkannya ke badan pemerintah terkait sehubungan dengan
izin usaha. Namun demikian persentase perusahaan yang berbentuk PT cukup
besar yaitu sebesar 21%. Sementara sisanya bervariasi dalam bentuk perusahaan
yaitu Usaha Dagang (UD), CV maupun Firma. Sebagian besar usaha rajut di
sentra industri rajut kota Bandung adalah usaha kecil.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah karyawan sebanyak 6 – 10 orang dengan
persentase tertinggi sebesar 41% diikuti dengan jumlah karyawan sebanyak 11-20
orang sebesar 31%. Luas pasar para pengusaha UKM sentra rajut kota Bandung
148
masih dalam taraf lokal sebesar 70% diikuti dengan pasar regional sebesar 15%.
Hanya 1% yang sudah mampu meluaskan pasarnya sampai ke pasar internasional.
4.2.Persepsi Pengusaha UKM Rajut tentang Orientasi Pasar, Kapabilitas
Inovasi, Penciptaan Nilai dan Kinerja Pemasaran UKM Sentra Rajut di
Kota Bandung
Bagian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi unit analisis
berdasarkan tanggapan responden terhadap variabel penelitian. Gambaran data
hasil tanggapan responden dapat digunakan untuk memperkaya pembahasan,
melalui gambaran data tanggapan responden dapat diketahui bagaimana kondisi
setiap indikator variabel yang sedang diteliti. Agar lebih mudah dalam
menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti, dilakukan kategorisasi terhadap
rata-rata skor tanggapan responden berdasarkan rentang skor maksimum dan skor
minimum dibagi jumlah kategori. Interval kategori rata-rata skor tanggapan
responden dapat dibuat dalam bentuk interval sebagai berikut :
Tabel 4.2
Pedoman Kategorisasi Rata-Rata Skor Tanggapan Responden
Interval Kategori
1,00 - 1,79 Sangat Buruk/Sangat Rendah
1,80 - 2,59 Tidak Baik/Rendah
2,60 - 3,39 Cukup
3,40 - 4,19 Baik/Tinggi
4,20 - 5,0 Sangat Baik/Sangat Tinggi
Kuesioner terdiri dari 50 butir pertanyaan dengan perincian 12 butir
pernyataan mengenai orientasi pasar, 26 butir pernyataan tentang kapabilitas
inovasi, 9 pernyataan tentang penciptaan nilai dan 3 butir pernyataan tentang
kinerja pemasaran UKM sentra rajut. Jumlah angket yang disebar sebanyak 281
149
dari 312 yang hanya berproduksi setiap harinya. Namun demikian, tingkat
pengembalian sampel sebesar 90,06% sudah cukup memenuhi syarat untuk diolah
menggunakan metode-metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini.
4.2.1. Orientasi Pasar UKM Sentra Rajut di Kota Bandung
Orientasi pasar merupakan nilai-nilai yang membantu mengembangkan
perusahaan untuk mengikuti pasar sehingga dapat menawarkan nilai yang lebih
besar kepada pelanggan, dimana hal ini merupakan kunci dari kegiatan
perusahaan
Dalam penelitian ini orientasi pasar diukur menggunakan 3 dimensi dan
dioperasionalisasikan menjadi 12 butir pernyataan. Dimensi-dimensi tersebut
antara lain Orientasi pelanggan, Orientasi pesaing, dan Koordinasi
interfungsional yang merupakan pendapat dari Nerver & Slater (1990) yang
indikatornya disesuaikan dengan kondisi UKM sentra rajut di kota Bandung.
Berikut tanggapan responden terhadap pernyataan pada masing-masing dimensi.
Tabel 4.3
Tanggapan Responden terhadap Variabel Orientasi Pasar (X1)
No. Butir Pernyataan
Mean
Skor Kategori
Alternatif Jawaban
SM M CM TM STM
Orientasi Pelanggan
1
Informasi tentang
kebutuhan
pelanggan
n 9 106 163 3 0 3.43 Memahami
% 3.2 37.7 58 1.1 0
2 Informasi tentang
keinginan n 11 119 147 4 0 3.49 Memahami
150
pelanggan % 3.9 42.3 52.3 1.4 0
No. Butir Pernyataan
Mean
Skor Kategori
Alternatif Jawaban
SM M CM TM STM
3
Penerapan
kebutuhan
pelanggan
berdasarkan dari
informasi tersebut
n 18 69 183 2 0 3.27 Cukup Mampu
% 6.4 24.6 65.1 0.7 0
4
Penerapan
keinginan
pelanggan
berdasarkan
informasi tersebut
secara berkelanjutan
n 10 91 178 2 0 3.39 Cukup Mampu
% 3.6 32.4 63.3 0.7 0
5
Memahami
kecenderungan
model/bentuk
produk dimasa yang
akan datang
n 16 79 181 5 0 3.38 Cukup Mampu
% 5.7 28.1 64.4 1.8 0
Grand Mean 3.39 Cukup
No.
Butir Pernyataan
Mean
Skor Kategori
Alternatif Jawaban
SM M CM TM STM
Orientasi Pesaing
6
Informasi
perkembangan
produk pesaing
dalam negeri
n 35 106 129 11 0 3.59
Mengetahui
% 12.5 37.7 45.
9 3.9 0
7
Informasi
perkembangan
produk pesaing dari
luar negeri
n 19 60 172 26 4 3.23 cukup
Mengetahui
% 6.8 21.4 61.
2 9.3 1.4
8
Menggali/memperh
atikan kelemahan
dan kelebihan dari
produk pesaing:
n 14 97 153 14 3 3.37 Cukup
Mengetahui
% 5 34.5 54.
4 5 1.1
9
Mengetahui
pemasaran produk
pesaing
n 82 63 124 12 0 3.77
Mengetahui
% 29.2 22.4 44.
1 4.3 0
Grand Mean 3.49 Mengetahui
151
No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean
Skor Kategori
SB B CB TB STB
Interfungsional
10
Penerapan pola
penyebaran
informasi
terintegrasi tentang
pelanggan pada
bawahan
n 13 62 179 18 8 3.18 Cukup Baik
% 4.6 22.1 63.
7 6.4 2.8
11
Penerapkan pola
penyebaran
informasi
terintergrasi tentang
pesaing pada
bawahan
n 11 67 175 19 9 3.19 Cukup Baik
% 3.9 23.8 62.
3 6.8 3.2
12
Bawahan
mendukung
penyebaran
informasi tersebut
untuk dilaksanakan
n 22 66 177 8 8 3.31 Cukup Baik
% 7.8 23.5 63 2.8 2.8
Grand Mean 3.22 Cukup Baik
Total Skor Rata-rata 3.38 Cukup Baik
Sumber: Data Kuesioner yang telah diolah, tahun 2016
Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa orientasi pasar UKM sentra rajut
di Kota Bandung pada umumnya cukup mampu dalam hal melakukan orientasi
pasar. Pada dimensi orientasi pelanggan didapat fakta dilapangan nilai total rata-
rata atau mean sebesar 3,39 dimana jika mengacu pada perhitungan interval pada
tabel 4.2 berada pada kategori cukup. Namun demikian, indikator penerapan
kebutuhan pelanggan dan keinginan pelanggan berdasarkan dari informasi
pelanggan merupakan indikator dengan nilai Mean terendah dengan nilai mean
3,27, dan 3,29. penerapan keinginan dan kebutuhan pelanggan berdasarkan
informasi yang didapat pengusaha sentra rajut belum dapat diterapkan secara
maksimal. Hal ini lebih disebabkan mesin yang digunakan para pengusaha sentra
rajut masih tergolong belum modern dan masih bersifat manual. Akibat dari
152
keterbatasan mesin dan tekhnologi yang digunakan, pengusaha rajut tidak mampu
menerapkan kebutuhan dan keinginan pelanggan seperti corak, bahan yang
digunakan, maupun desain rajutan yang terdapat pada produk rajut.
Sementara itu, untuk dimensi orientasi pesaing UKM sentra rajut di Kota
Bandung sudah mampu untuk melakukan orientasi pesaing, hal ini dapat dilihat
pada jumlah skor rata-rata sebesar 3,49 yang termasuk kedalam kategori tinggi.
Hal ini menggambarkan bahwa sebenarnya para pengusaha di sentra tersebut
sudah mengikuti perkembangan produk pesaing yang ada didalam negeri.
Walaupun demikian secara umum sebenarnya para pengusaha masih belum
sepenuhnya paham tentang perkembangan produk rajut luar negeri baik secara
kelebihan maupun kelemahannya yang telah banyak di pasaran Indonesia. Seperti
untuk indikator Informasi perkembangan produk pesaing dari luar negeri yang
memiliki skor rata-rata terendah dari empat (4) indikator yang ada yakni sebesar
3,23, dikuti oleh indikator menggali atau memperhatikan kelemahan dan
kelebihan dari produk pesaing sebesar 3,37 dimana kedua indikator tersebut masih
dalam kategori cukup. Para pengusaha sentra rajut masih belum mampu untuk
melihat kelebihan dan kekurangan dari pesaing, khususnya dari produk rajutan
Tiongkok yang memiliki bahan yang lebih baik dari pengusaha lokal serta belum
cukup mampu mengantisipasi strategi pemasaran produk Tiongkok yang lebih
banyak mengikuti trend dari produk rajutan lokal.
Selanjutnya dimensi interfungsional atau koordinasi antarfungsi pada
UKM sentra rajut di kota Bandung merupakan dimensi terlemah dari tiga dimensi
yang ada dalam variabel Orientasi Pasar dengan nilai Grand Mean sebesar 3,22
153
yang termasuk ke dalam kategori cukup dengan penerapan pola penyebaran
informasi adalah indikator dengan nilai yang paling lemah sebesar 3,18. Hal ini
terjadi karena banyak dari pengusaha di sentra rajut hanya memilki 6-10 tenaga
kerja dimana tiap karyawan mengerjakan hampir semua bagian usaha secara
bersama-sama dan hampir tidak memiliki bagian fungsional pada usaha mereka.
Selama ini pengusaha hanya memberikan contoh model dan corak kepada staff
gambar (porter) untuk di tindak lanjuti tanpa melibatkan karyawan lainnya,
sehingga informasi kebutuhan dan keinginan pelanggan tidak bisa disebar ke
semua karyawan.
Secara keseluruhan persepsi pengusaha pada sentra rajut untuk variabel
Orientasi Pasar hanya memiliki nilai rata-rata yang termasuk ke dalam kategori
cukup dengan nilai grand mean sebesar 3,38. Fakta temuan dilapangan dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya UKM sentra rajut cukup mampu melakukan
orientasi pasar namun belum mampu untuk mengimplementasikan kedalam
produk dan menyebarkan informasi yang didapat secara merata ke semua bagian
dalam perusahaan serta belum mampu menerapkan informasi yang didapat ke
dalam produk rajutan yang diproduksi. Hal ini berbeda dari pendapat Craven &
Piercy (2013) yang menyatakan orientasi pelanggan pada organisasi secara terus
menerus mengumpulkan informasi mengenai konsumen, pesaing, dan pasar,
melihat informasi dari perspektif binis total, serta sangat penting untuk melibatkan
partisipasi antar fungsi dari organisasi, dan orientasi pasar membutuhkan
keterlibatan setiap orang dari organisasi.
154
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dan kategori secara
umum apakah nilai rata-rata variabel Orientasi Pasar dapat dikategorikan baik
maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji satu pihak sebagai berikut:
Hipotesis:
H0 : µ ≤ 3,39
Orientasi pasar UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan
baik
H1 : µ > 3,39
Orientasi pasar UKM sentra rajut dapat dikategorikan baik
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskriptif Orientasi Pasar
Variabel Skor rata-
rata Selisih t-hitung t-tabel Keterangan
Orientasi
Pasar
3,38 -0,01 -0,240 1,967 Tidak
Signifikan Sumber: Hasil Pengolahan data
Pengujian hipotesis ini menghasilkan nilai t-hitung sebesar -0,240 maka
H0 diterima karena diketahui t-hitung < t-tabel pada tingkat signifikansi 5%. Dari
hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum orientasi pasar UKM
sentra rajut belum dapat dikategorikan baik.
Belum mampunya pengusaha mengimplementasikan apa yang dibutuhkan
dan keinginannya menjadi fakta temuan yang harus diperhatikan oleh para
pengusaha rajut di kota Bandung. Ketidakmampuan tersebut lebih banyak di
sebabkan oleh ketidak jelian pengusaha untuk melihat model dan bahan yang akan
digunakan serta tidak didukung oleh mesin rajut yang masih tradisional atau
manual. Disamping itu budaya yang berkembang di sentra rajut ini dalam
pembahagian kerja lebih dibebankan kepada pengusaha dan staf gambar sehingga
155
model-model yang terkini dan kebutuhan produk yang semakin banyak pilihan
kurang tersosialisasikan ke dalam perusahaan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa UKM sentra rajut belum
memahami secara utuh kebutuhan dan keinginan pelanggan serta menerapkan
informasi tersebut ke dalam produk rajut. Selain itu koordinasi antar fungsi dalam
UKM sentra rajut masih sangat rendah sehingga karyawan tidak fokus pada satu
tugas yang spesifik namun mengerjakan semua fungsi secara bersama-sama.
4.2.2. Kapabilitas Inovasi UKM Sentra Rajut di Kota Bandung
Kapabilitas inovasi merupakan kemampuan manajerial dan teknis dalam
mengaplikasikan ide-ide baru ke dalam proses kerja agar lebih efektif, efisien dan
produktif yang disebar ke para karyawan agar dapat menghasilkankan produk
yang dapat memenuhi tuntutan pelanggan (customer requirement), memiliki daya
saing dan mampu meningkatkan jumlah penjualan.. Variabel kapabilitas Inovasi
diukur menggunakan 6 dimensi dan dioperasionalisasikan menjadi 26 butir
pernyataan. Masing-masing dimensi tersebut yakni; Kepemimpinan inovasi,
Pengetahuan dan kreativitas individu, Iklim dan budaya inovasi, Jaringan
dan kerja sama, Inovasi proses, dan Inovasi hasil.
Berikut tanggapan responden terhadap setiap butir pernyataan pada
masing-masing dimensi:
156
Tabel 4.5
Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kapabilitas Inovasi (X2)
No. Butir Pernyataan
Mean
Skor Kategori Alternatif Jawaban
SM M CM TM STM
Kepemimpinan Inovasi
13
Keterbukaan
dalam menerima
saran dan ide dari
bawahan:
n 9 99 164 9 0 3.38 Cukup
Mampu % 3.2 35.2 58.4 3.2 0
14
Dorongan
melaksanakan ide
atau cara baru dari
bawahan tersebut
n 11 96 162 12 0 3.38 Cukup
Mampu % 3.9 34.2 57.7 4.3 0
15
Partisipasi dalam
memberikan ide
dan saran pada
bawahan:
n 18 101 156 6 0 3.47 Mampu
% 6.4 35.9 55.5 2.1 0
Grand Mean 3.41 Mampu
No. Butir Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean
Skor Kategori
SM M CM TM STM
Pengetahuan dan Kreativitas Individu
16
Kemampuan
untuk mencari
metode baru yang
berbeda dengan
pesaing
n 17 86 159 11 8 3.33 Cukup
Mampu
% 6 30.6 56.6 3.9 2.8
17
Menyebarkan
pengetahuan baru
kepada bawahan
n 16 93 158 9 5 3.38 Cukup
Mampu % 5.7 33.1 56.2 3.2 1.8
18
Bawahan bersedia
menggunakan
pengetahuan
tersebut dalam
pengembangan
produk
n 19 89 159 8 6 3.38 Cukup
Mampu
% 6.8 31.7 56.6 2.8 2.1
19
Mendukung
bawahan agar
berpikir kreatif
terhadap suatu
cara/tindakan saat
diperlukan dalam
hal menyelesaikan
pekerjaan
n 13 102 149 11 6 3.37 Cukup
Mampu
% 4.6 36.3 53 3.9 2.1
157
No. Butir Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean
Skor Kategori
SM M CM TM STM
20
Menguasai
peralatan dan
tehnologi yang
digunakan untuk
pengembangan
produk baru
n 16 99 147 12 7 3.37 Cukup
Mampu
% 5.7 35.2 52.3 4.3 2.5
No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean
Skor Kategori
SB B CB TB STB
21
Mengikutkan
pelatihan atau
pengetahuan yang
relevan bagi
bawahan:
n 16 111 152 2 0 3.5 Bersedia
% 5.7 39.5 54.1 0.7 0
22
Mendukung
bawahan untuk
belajar dan
meningkatkan
keahliannya
n 29 132 118 2 0 3.67 Bersedia
% 10.3 47 42 0.7 0
23
Keberanian
menerapkan cara
baru dalam
pengembangan
produk
n 27 108 141 5 0 3.56
Bersedia
% 9.6 38.4 50.2 1.8 0
Grand Mean 3.45 Tinggi
No. Butir Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean
Skor Kategori
SS S CS TS STS
Iklim dan Budaya Inovasi
24
Kesesuaian
Kerjasama antar
bawahan di
lingkungan
perusahaan
n 19 103 154 2 3 3.47 Sesuai
% 6.8 36.7 54.8 0.7 1.1
25
Kesesuaian
kualitas
pekerjaan, dan
tanggung jawab
n 13 104 154 7 3 3.48 Sesuai
% 4.6 37 54.8 2.5 1.1
26
Memberlakukan
karyawan sesuai
dengan partisipasi
inovasi
n 14 112 151 4 0 3.48 Sama
% 5 39.9 53.7 1.4 0
158
No. Butir Pernyataan
Alternatif Jawaban Mean
Skor Kategori
SS S CS TS STS
27
Pemberian
penghargaan
terhadap
karyawan di
lingkungan
perusahaan
diberlakukan
sama
n 25 138 108 3 7 3.61 Sama
% 8.9 49.1 38.4 1.1 2.5
Grand Mean 3.51 Tinggi
No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean
Skor Kategori
SM M CM TM STM
Jaringan dan Kerjasama
28
mengetahui
jaringan terkait
(pemasaran
produk, suplier,
pelanggan,
asosiasi,
pemerintah dan
sebagainya)
n 22 60 182 10 7 3.28 Cukup
Mampu
% 7.8 21.4 64.8 3.6 2.5
29
Membuat
hubungan dengan
jaringan tersebut
n 19 68 187 7 0 3.35 Cukup
Mampu % 6.8 24.2 66.5 2.5 0
30
Memelihara
kerjasama dengan
jaringan tersebut
n 28 44 209 0 0 3.36 Cukup
Mampu
% 10 15.7 74.4 0 0
Grand Mean 3.33 Cukup
Inovasi Proses
31
Proses
pengembangan
dan penciptaan
produk baru
n 19 71 178 9 4 3.33 Cukup
Mampu
% 6.8 25.3 63.3 3.2 1.4
32
Proses
meningkatkan
kualitas produk
yang melibatkan
peralatan dan
tehnologi
n 16 79 179 5 2 3.36 Cukup
Mampu
% 5.7 28.1 63.7 1.8 0.7
33
Peningkatan
proses
pendistribusian
produk
n 21 76 174 7 3 3.37 Cukup
Mampu % 7.5 27 61.9 2.5 1.1
159
No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean
Skor Kategori
SM M CM TM STM
34
Proses
pengembangan
pasar baru
n 16 81 175 6 3 3.36 Cukup
Mampu % 5.7 28.8 62.3 2.1 1.1
Grand Mean 3.36 Cukup
No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean
Skor Kategori
SM M CM TM STM
Inovasi Hasil
35
Pengembangan
dan
memperbaharui
saluran distribusi
produk dari
sebelumnya
n 23 86 163 9 0 3.44 Mampu
% 8.2 30.6 58 3.2 0
36
Upaya
menciptakan pasar
baru dari yang
sudah ada :
n 3 68 209 1 0 3.26 Cukup
Mampu % 1.1 24.2 74.4 0.4 0
37
Mengembangkan
produk
(inkremental) dari
sebelumnya
n 24 57 197 3 0 3.36 Cukup
Mampu % 8.5 20.3 70.1 1.1 0
38
Menciptakan
produk baru
(Radikal) dari
sebelumnya
n 24 43 212 2 0 3.32 Cukup
Mampu % 8.5 15.3 75.4 0.7 0
Grand Mean 3.34 Cukup
Total Skor 3,4 Cukup
Sumber: Data Kuesioner yang telah diolah, tahun 2016
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kapabilitas inovasi UKM sentra rajut
sudah masuk dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3,41. Hal ini
tergambarkan dari persepsi kepemimpinan inovasi dengan dengan nilai tertinggi
ada pada indikator partisipasi dalam memberikan ide dan saran pada bawahan
dengan nilai rata-rata sebesar 3,47 yang termasuk ke dalam kategori tinggi.
Sementara indikator yang terendah ada pada keterbukaan dalam menerima saran
dan ide dari bawahan sebesar 3,38 serta dorongan melaksanakan ide dari bawahan
160
sebesar 3,8. Dari fakta lapangan yang didapat bahwa sebahagian besar pengusaha
di sentra rajut sebenarnya sudah menerima pendapat maupun ide dari bawahan
tetapi untuk dorongan melaksanakan ide atau pendapat tersebut masih belum
katagori mampu. Hal ini disebabkan oleh budaya yang berkembang bahwa para
pekerja hanya sebatas pada melaksanakan pekerjaannnya saja, sehingga jarang
untuk meminta pendapat mereka dalam membuat produk rajut.
Sama halnya dengan persepsi dimensi pengetahuan dan kreativitas
individu yang juga termasuk ke dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata
sebesar 3,45. Namun demikian, indikator Kemampuan untuk mencari metode baru
yang berbeda dengan pesaing memiliki nilai terendah sebesar 3,3 yang hanya
masuk ke dalam kategori cukup. Hal tersebut bisa dipengaruhi dari faktor
pendidikan, dimana mayoritas pendidikan pengusaha adalah lulusan SMA,
sehingga kreativitas untuk mencari metode baru atau ide sangat terbatas.
Sementara itu persepsi UKM sentra rajut untuk dimensi Iklim dan Budaya
Inovasi termasuk ke dalam kategori tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3,5. Hal
ini disebabkan hubungan bawahan dengan atasan lebih kuat dikarenakan adanya
hubungan kekerabatan atau sudah lama terlibat dalam kerjasama pekerjaan,
sehingga kesesuaian dalam hal kualitas dan tanggung jawab pekerjaan sudah
menyatu dalam diri bawahan dan atasan.
Begitu juga halnya dengan persepsi pengusaha rajut terhadap dimensi
jaringan dan kerja sama yang memiliki total nilai rata-rata yang termasuk ke
dalam kategori cukup tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3,3. Mengingat
mayoritas pengusaha rajut di sentra rajut di Kota Bandung mayoritasnya hanya
161
memasarkan produknya dipasaran lokal saja, sehingga untuk membangun jaringan
bisnis sedikit kesulitan dikarenakan kurang memiliki akses langsung ke pasar
regional maupun keluar negeri.
Selanjutnya persepsi pengusaha rajut untuk dimensi inovasi proses yang
juga memiliki nilai rata-rata sebesar 3,36 yang termasuk ke dalam kategori cukup
mampu. Dimana proses pengembangan produk baru dan proses meningkatkan
kualitas produk yang melibatkan peralatan dan tehnologi merupakan indikator
terlemah dengan nilai rata-rata 3,33 yang termasuk ke dalam kategori cukup
mampu. Hal ini terkendala pada modal untuk investasi peralatan serta kurang
mampunya pengusaha untuk mempelajari tehnologi terbaru dalam hal proses
produksi produk rajut.
Persepsi pengusaha rajut dalam hal inovasi hasil sudah dalam kategori
mampu dengan nilai rata-rata sebesar 3,4. Tetapi hanya indikator pengembangan
dan memperbaharui saluran distribusi saja yang termasuk ke dalam kategori
mampu dengan nilai rata-rata sebesar 3,44 sementara indikator penciptaan pasar
baru dari pasar yang sudah ada merupakan indikator yang paling lemah dengan
nilai rata-rata 3,26 yang termasuk ke dalam kategori cukup mampu, begitu pula
dengan indikator penciptaan dan pengembangan produk baru juga masih pada
level cukup mampu. Dari hasil penelitian didapatkan fakta bahwa para pengusaha
rajut sebahagian besar enggan untuk membuka pangsa baru dikarenakan kurang
lancarnya pembayaran sehingga menyebabkan terhambatnya perputaran produksi.
Selain itu tidak adanya akses pemasaran ke luar negeri yang disebabkan kurang
162
mampunya pengusaha membuat standar produk yang diminta dari pasar luar
negeri yang disebabkan keterbatasan tehnologi.
Dalam penelitian ini kapabilitas inovasi para pengusaha di sentra rajut kota
Bandung digambarkan sebagai kemampuan manajerial dan teknis dalam
mengaplikasikan ide-ide baru ke dalam proses kerja agar lebih efektif, efisien dan
produktif yang disebar ke para karyawan agar dapat menghasilkankan produk
yang dapat memenuhi tuntutan pelanggan (customer requirement), memiliki daya
saing dan mampu meningkatkan jumlah penjualan. Dari hasil penelitian tentang
persepsi pengusaha rajut tentang kapabilitas inovasi didapat hasil analisis
menunjukkan bahwa sebahagian dimensi dari kapabilitas inovasi memiliki nilai
rata-rata sebesar 3,4 yang termasuk ke dalam kategori tinggi. Walaupun
demikian, secara keseluruhan dapat diartikan bahwa pengusaha sentra rajut belum
sepenuhnya memiliki kemampuan (kapabilitas) inovasi untuk menggali
kemampuan yang tertanam dalam diri mereka, sehingga potensi yang sudah ada
yang didapat dari turun temurun masih kurang di optimalkan. Pendapat Saunila
(2014) meyatakan bahwa inovasi perusahaan tidak hanya bersaing dengan produk
atau jasa baru, melainkan dengan kemampuan unik mereka sendiri yang
mendasari kegiatan pasar produk mereka.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dan kategori secara
umum apakah nilai rata-rata variabel Kapabilitas Inovasi dapat dikategorikan baik
maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji satu pihak sebagai berikut:
163
Hipotesis:
H0 : µ ≤ 3,39
Kapabilitas Inovasi UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan
baik
H1 : µ > 3,39 Kapabilitas Inovasi UKM sentra rajut dapat dikategorikan baik
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskriptif Kapabilitas Inovasi
Variabel Skor rata-
rata Selisih t-hitung t-tabel Keterangan
Kapabilitas
Inovasi
3,40 0,01 0,247 1,967 Tidak
Signifikan Sumber: Hasil Pengolahan data
Pengujian hipotesis ini menghasilkan nilai t-hitung sebesar 0,247 maka H0
diterima karena diketahui t-hitung < t-tabel pada tingkat signifikansi 5%. Dari
hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum kapabilitas inovasi
UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan baik.
Dari fakta temuan dilapangan dapat disimpulkan bahwa UKM sentra rajut
belum mampu menemukan metode yang lebih dari dari pesaing, masih belum
sepenuhnya menerima masukan dari bawahan, dan belum memiliki gambaran
yang utuh dalam memanfaatkan jaringan-jaringan terkait seperti supplier,
pelanggan, asosiasi-asosiasi swasta, dan pemerintah untuk kepentingan usahanya.
4.2.3. Penciptaan Nilai UKM Sentra Rajut di Kota Bandung
Penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung pada penelitian
ini merupakan kemampuan untuk menciptakan, menyediakan, dan menghantarkan
nilai dengan manajemen yang efektif dari supply chain, jaringan bersama, atau
hubungan pelanggan yang membentuk sumber utama nilai yang unggul sehingga
mempertahankan dan meningkatkan kinerja pemasaran. Penciptaan nilai pada
164
penelitian ini diukur menggunakan 3 dimensi yakni: Manfaat konsumen, Area
bisnis, dan Kolaborasi jaringan. Penciptaan nilai dioperasionalisasikan menjadi
9 butir pernyataan. Berikut tanggapan responden terhadap setiap butir pernyataan
pada masing-masing dimensi.
Tabel 4.7
Tanggapan Responden Terhadap Variabel penciptaan nilai (Ŷ1)
No. Butir Pernyataan
Mean
Skor Kategori Alternatif Jawaban
SS S CS TS STS
Manfaat konsumen
39
Menghasilkan
pengembangan
produk baru
sesuai dengan
harapan/keinginan
konsumen
n 15 108 150 5 3 3.45 Sesuai
% 5.3 38.4 53.4 1.8 1.1
40
Menghasilkan
manfaat/
kegunaan produk
baru tersebut
sesuai dengan
harapan/keinginan
konsumen:
n 14 102 154 7 4 3.41 Sesuai
% 5 36.3 54.8 2.5 1.4
41
Menciptakan
kesesuaian
manfaat/kegunaan
produk lebih baik
dari sebelumnya
n 14 96 156 8 7 3.36 Cukup
Sesuai
% 5 34.2 55.5 2.8 2.5
Grand Mean 3.41 Sesuai
Area Bisnis
42
Proses produksi
lebih inovatif dari
sebelumnya
n 10 85 182 4 0 3.36 Cukup
Mampu % 3.6 30.2 64.8 1.4 0
43
Proses produksi
lebih efisien dari
sebelumnya
n 14 101 153 7 6 3.39 Cukup
Mampu % 5 35.9 54.4 2.5 2.1
44
Membuat
keunikan/ciri khas
pada produk
dibanding pesaing
n 18 78 171 8 6 3.33 Cukup
Mampu % 6.4 27.8 60.9 2.8 2.1
Grand Mean
3.36
Cukup
Mampu
165
No. Butir Pernyataan
Mean
Skor Kategori Alternatif Jawaban
SS S CS TS STS
Mitra Bisnis
45
Meningkatkan dan
memperluas
hubungan relasi
bisnis dengan
pelanggan
n 21 71 180 6 3 3.36 Cukup
Mampu
% 7.5 25.3 64.1 2.1 1.1
46
Penghantaran
produk pada relasi
bisnis dapat lebih
efisien dan efektif
n 18 81 167 3 5 3.3 Cukup
Mampu
% 6.4 28.8 59.4 1.1 1.8
47
Ketepatan waktu
dalam memenuhi
pesanan
pelanggan
n 22 97 154 5 4 3.47 Mampu
% 7.8 34.5 54.8 1.8 1.4
Grand Mean 3.37 Cukup
Mampu
Total skor 3,38 Cukup
Mampu
Sumber: Data Kuesioner yang telah diolah, tahun 2016
Pada tabel 4.7 menunjukkan fakta penelitian dilapangan penciptaan nilai
pada UKM sentra rajut menunjukkan nilai rata-rata tinggi yakni 3,41. Untuk
persepsi dimensi manfaat konsumen pengusaha merasa setuju jika produknya
sudah memenuhi harapan konsumen sementara itu kesesuaian dan manfaat
kegunaan produk lebih baik dari sebelumnya masih dalam kategori cukup dengan
nilai rata-rata sebesar 3,36. Hal ini terkait dengan semakin banyaknya lini produk
yang dihasilkan, jika selama ini rajut dikenal dengan sweater dan scraft maupun
cardigan maka akhir-akhir ini para pengusaha sudah mampu menciptakan
berbagai macam lini produk seperti tas, jilbab, baju, celana, dan lain sebagainya.
Walapun demikian masih terkendala dengan manfaat/kegunaan produk yang lebih
baik dari sebelumnya seperti mutu bahan seperti jahitan yang masih kurang rapi,
166
dan bahan masih terasa panas jika dipakai, hal ini bertolak belakang dengan iklim
di Indonesia yang tropis.
Sementara untuk dimensi area bisnis masih dalam kategori cukup mampu
dengan nilai rata-rata sebesar 3,36 namun dengan proses produksi yang masih
tergolong belum modern. Penggunaan mesin rajut yang masih sederhana belum
menghasilkan produk yang benar-benar memenuhi selera konsumen, seperti
kerapatan rajutan bahan serta pola/motif yang masih kurang bervariasi. Sehingga
produk yang dihasilkan kurang memiliki ciri khas dibandingkan pesaing terutama
dari produk pabrikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Kemudian dari persepsi pengusaha sentra rajut mengenai dimensi
kolaborasi jaringan juga masih tergolong cukup mampu dengan nilai rata-rata
sebesar 3,37. Kurangnya relasi, penghantaran produk serta layanan dalam
pemenuhan pesanan pelanggan masih dalam kategori cukup dimana fakta yang
terdapat dilapangan masih banyaknya keterlambatan dalam hal pemenuhan
pelanggan.
Dalam pemasaran, nilai telah didefinisikan dalam kaitannya dengan
kepemilikan barang dan disebut sebagai trade-off (pertukaran) antara manfaat
yang diperoleh dari kepemilikan dan pengorbanan yang dilakukan untuk
memperoleh kepemilikan. Konsepsi nilai mengasumsikan nilai yang terkandung
dalam produk dan jasa, menciptakan nilai terkait dengan mengungkap kebutuhan,
merancang solusi, memproduksi solusi dan mentransfer solusi ini kepada
pelanggan dalam pertukaran untuk sesuatu yang lain (La Rocca & Snehota, 2014).
167
Merujuk pada pendapat diatas UKM sentra rajut di Kota Bandung masih
belum sepenuhnya yakin bahwa produk rajut yang dihasilkan sudah memenuhi
keinginan pelanggan hal tersebut tergambarkan dari hasil total skor variabel
penciptaan nilai sebesar 3,38 yang berarti masih dalam kategori cukup.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dan kategori secara
umum apakah nilai rata-rata variabel penciptaan nilai dapat dikategorikan tinggi
maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji satu pihak sebagai berikut:
Hipotesis:
H0 : µ ≤ 3,39
Penciptaan Nilai UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan
tinggi
H1 : µ > 3,39 Penciptaan Nilai UKM sentra rajut dapat dikategorikan tinggi
Tabel 4.8
Hasil Uji Deskriptif Penciptaan Nilai
Variabel Skor rata-
rata Selisih t-hitung t-tabel Keterangan
Penciptaan
Nilai
3,38 -0,01 -0,241 1,967 Tidak
Signifikan Sumber: Hasil Pengolahan data
Pengujian hipotesis ini menghasilkan nilai t-hitung sebesar -0,241 maka
H0 diterima karena diketahui t-hitung < t-tabel pada tingkat signifikansi 5%. Dari
hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum penciptaan nilai UKM
sentra rajut belum dapat dikategorikan tinggi.
Hasil uji hipotesis tersebut menjelaskan bahwa kompetensi inti UKM
sentra rajut belum mampu menciptakan nilai yang superior dalam bentuk produk
yang memiliki keunikan dan ciri khas sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta lebih baik dibandingkan pesaing dan belum mampu
menghantarkan produk kepada relasi bisnis secara efisien dan efektif.
168
4.2.4. Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut di Kota Bandung
Kinerja pemasaran UKM sentra rajut di Kota Bandung sebagai hasil
pencapaian aktivitas usaha yang merupakan hasil penerapan strategi untuk
meningkatkan penjualan, keuntungan maupun pangsa pasar. Variabel kinerja
pemasaran UKM sentra rajut diukur menggunakan 3 butir pernyataan yang
merefleksikan indikator dalam variabel kinerja pemasaran yaitu Pertumbuhan
penjualan, Pangsa pasar dan Profit. Berikut tanggapan responden terhadap
setiap butir pernyataan pada pada variabel kinerja pemasaran UKM sentra rajut.
Tabel 4.9
Tanggapan Responden terhadap Variabel Kinerja Pemasaran
UKM sentra rajut (Y2)
No. Butir Pernyataan Alternatif Jawaban Mean
Skor Kategori
ST T CT R SR
48
Tingkat
pertumbuhan
volume penjualan
saudara saat ini
n 7 56 211 7 0 3,22 Cukup
Tinggi % 2,5 19,9 75,1 2,5 0,0
49
Tingkat pangsa
pasar penjualan
produk
n 26 48 201 6 0 3,33 Cukup
Tinggi % 9,3 17,1 71,5 2,1 0,0
50 Tingkat
keuntungan usaha
n 21 47 206 7 0 3,29 Cukup
Tinggi % 7,5 16,7 73,3 2,5 0,0
Grand Mean 3,28 Cukup
Tinggi
Sumber: Data Kuesioner yang telah diolah, tahun 2016
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa kinerja pemasaran UKM sentra rajut di
Kota Bandung masih tergolong cukup tinggi dengan nilai grand mean sebesar
3,28 dengan distribusi persepsi pada masing-masing dimensi yakni pertumbuhan
penjualan dengan nilai rata-rata sebesar 3,22 yang termasuk ke dalam kategori
cukup tinggi. Tingkat pangsa pasar dengan nilai rata-rata sebesar 3,33 yang
termasuk ke dalam kategori cukup tinggi, serta tingkat keuntungan usaha juga
169
memiliki nilai rata-rata sebesar 3,29 yang termasuk ke dalam kategori cukup
tinggi.
Namun di sisi lain masih terdapat pengusaha yang merasa ragu dengan
tingkat penjualan , pangsa pasar, serta tingkat keuntungan . Sementara itu total
skor rata-rata (grand mean) skor tanggapan responden pada variabel kinerja
pemasaran UKM sentra rajut masih termasuk ke dalam kategori cukup tinggi.
Fakta ini menunjukkan bahwa sebagian besar UKM sentra rajut di Kota Bandung
memiliki kinerja cukup memadai di bidang pemasaran. Hal ini dapat terjadi
karena sebagian besar UKM telah berdiri selama 7 sampai lebih dari 10 tahun,
sehingga telah cukup memiliki pelanggan reguler. Pangsa pasar menunjukkan
hasil yang cukup baik, hal ini disebabkan karena UKM sentra rajut di kota
Bandung pada dasarnya telah memiliki pasar. Namun demikian, luas pasar yang
dimiliki sebagian besar adalah pasar lokal. Hanya sebagian kecil yang mampu
meluaskan pasar hingga ke tingkat regional, nasional apalagi ke tingkat
internasional.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dan kategori secara
umum apakah nilai rata-rata variabel Orientasi Pasar dapat dikategorikan baik
maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji satu pihak sebagai berikut:
Hipotesis:
H0 : µ ≤ 3,39
Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan
tinggi
H1 : µ > 3,39 Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut dapat dikategorikan tinggi
170
Tabel 4.10
Hasil Uji Deskriptif Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut
Variabel Skor rata-
rata Selisih t-hitung t-tabel Keterangan
Kinerja Pemasaran
UKM sentra rajut
3,28 -0,11 -3,015 1,967 Tidak
Signifikan Sumber: Hasil Pengolahan data
Pengujian hipotesis ini menghasilkan nilai t-hitung sebesar -3,015 maka
H0 diterima karena diketahui t-hitung < t-tabel pada tingkat signifikansi 5%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak signifikan.
Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja
pemasaran UKM sentra rajut belum dapat dikategorikan tinggi. Hal ini dapat
terjadi karena berbagai hal seperti pembukuan yang belum tertata dengan rapi,
kurangnya kemampuan sumber daya manusia dalam mengoperasikan maupun
kurangnya perangkat berteknologi tinggi seperti komputer dan jaringan internet.
Selain itu dampak dari kemampuan membaca pasar atau orientasi pasar yang
lemah dan keterbatasan kemampuan inovasi sehingga kurangnya nilai produk
rajut membawa dampak terhadap kenerja pemasaran pengusaha sentra rajut.
Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Mone et al, (2013) meyatakan
bahwa terdapat tiga variabel yang mempengaruhi sistem, seperti tipologi dimensi
kinerja di bawah evaluasi, tipologi indikator yang digunakan, dan sistem kontrol
(bagaimana manajer mengevaluasi kinerja dan menggunakan informasi yang
dihasilkan oleh sistem manajemen kinerja perusahaan). Adapun indikator tersebut
seperti indikator keluaran keuangan, output non keuangan termasuk (pangsa pasar,
kepuasan pelanggan, dan sebagainya), indikator input terkait dengan anggaran
171
pemasaran, serta indikator hybrid yang terkait dengan dimensi makro seperti
efisiensi, efektivitas dan saling ketergantungan dari berbagai dimensi dari sistem
manajemen kinerja pemasaran.
4.3. Analisis Model Persamaan Struktural (Structural Equation
Modeling/SEM)
Model pengukuran menggambarkan hubungan antara variabel yang
diamati dan konstruk atau membangun variabel tersebut dihipotesiskan untuk
mengukur. Confirmatory Faktor Analyis atau CFA (Analisis Faktor Konfirmatori)
yang dirancang untuk menguji multi dimensionalitas dari suatu konstruk teoretis
digunakan dalam pengujian model pengukuran.
Dengan demikian, análisis CFA (Confirmatory Faktor Analysis)
digunakan untuk menguji apakah indikator-indikator yang digunakan valid
sebagai pengukur konstruk laten. Model pengukuran CFA (Confirmatory Faktor
Analysis) dilakukan melalui dua tahap yaitu Uji Order Pertama CFA (1st Order
Confirmatory Faktor Analysis/CFA) untuk mengukur validitas dan reliabilitas tiap
indikator dan Uji Order Kedua (2nd Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA)
untuk mengukur validitas dan reliabilitas tiap dimensi (variabel laten).
Dalam penelitian ini variabel Orientasi Pasar (X1) diukur dengan
menggunakan 3 (tiga) dimensi yaitu Orientasi Pelanggan, Orientasi Pesaing dan
Koordinasi Interfungsional yang dioperasionalisasikan ke dalam 12 indikator yang
diambil dari pendapat Narver & Slater (1990) yang dielaborasi dari penelitian
Chung (2015) dan Hussain et al., (2016).
172
Variabel Kapabilitas Inovasi (X2) diukur dengan menggunakan 6 (enam)
dimensi yaitu Kepemimpinan Inovasi, Pengetahuan dan Kreativitas Individu,
Iklim dan Budaya Inovasi, Jaringan dan Kerjasama, Inovasi Proses, Hasil Inovasi
yang dioperasionalisasikan ke dalam 26 indikator yang diambil berdasarkan
penelitian Lin et al., (2010), Forsman & Rantanen (2011), Baregheh et al.,
(2013) dan Saunila et al., (2014).
Selanjutnya variabel Penciptaan Nilai (Y1) diukur dengan menggunakan 3
(tiga) dimensi yaitu Manfaat Konsumen, Area Bisnis dan Kolaborasi Jaringan
yang diopersionalisasikan ke dalam 9 (Sembilan) indikator yang diambil dari
pendapat Kotler & Keller (2013). Sementara variabel Kinerja Pemasaran (Y2)
diukur dengan menggunakan 3 (tiga) indikator yaitu Volume Penjualan, Laba dan
Pangsa Pasar yang diambil dari pendapat Mone et al., (2013).
Untuk melakukan evaluasi terhadap model penelitian maka perlu
dilakukan analisis CFA dengan menguji validitas dan reliabilitas konstruk laten.
Pengujian validitas dalam SEM digunakan construct validity atau sering disebut
sebagai faktorial validity dengan menggunakan pendekatan MTMM (Multi Trait-
Multi Method) dengan menguji validitas konvergen dan diskriminan.
Sementara itu uji reabilitas dilakukan untuk memberikan akurasi konstruk
(variabel laten) dan ketetapan instrument dalam mengukur konstruk. Untuk itu,
dalam penelitian ini pengukuran suatu konstruk dilakukan melalui Composite
Reliability (CR) dan Average Variance Extracted (AVE) dimana nilai CR ≥ 0,7
dan nilai AVE ≥ 0,50 menunjukkan bahwa variabel laten dianggap reliabel,
173
sehingga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah memiliki akurasi,
konsistensi dan ketetapan untuk mengukur konstruk.
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas dengan SEM dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
A. Model Uji Model Order Pertama CFA (1st Order Confirmatory Faktor
Analysis/CFA)
Hasil análisis sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.1 merupakan hasil
dari model pengukuran dengan menggunakan Model Uji Order Pertama (1st Order
Confirmatory Faktor Analysis/CFA) atas variabel yang diamati, yaitu: Orientasi
Pasar, Kapabilitas Inovasi, Penciptaan Nilai dan Kinerja Pemasaran.
Hasil pengujian untuk masing-masing indikator dan dimensi (variabel
laten) orientasi pasar disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.11
Ringkasan Uji Model Order Pertama CFA
(1st Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA)
Dimensi
Variabel Orientasi Pasar
Indikator Bobot faktor (CFA) CR AVE
Orientasi Pelanggan X1.1 0,664 0,832 0,500
X1.2 0,743
X1.3 0,781
X1.4 0,598
X1.5 0,733
Orientasi Pesaing X1.6 0,785 0,852 0,590
X1.7 0,740
X1.8 0,786
X1.9 0,760
Interfungsional X1.10 0,817 0,860 0,671
X1.11 0,826
X1.12 0,815
174
Dimensi
Variabel Kapabilitas Inovasi
Indikator Bobot faktor
(CFA)
CR AVE
Kepemimpinan Inovasi X2.1 0,823 0,877 0,704
X2.2 0,875
X2.3 0,818
Pengetahuan dan Kreativitas
Individu
X2.4 0,755 0,894 0,515
X2.5 0,772
X2.6 0,722
X2.7 0,703
X2.8 0,730
X2.9 0,607
X2.10 0,716
X2.11 0,726
Iklim dan Budaya Inovasi X2.12 0,671 0,804 0,507
X2.13 0,795
X2.14 0,691
X2.15 0,684
Jaringan dan Kerjasama X2.16 0,843 0,828 0,617
X2.17 0,767
X2.18 0,742
Inovasi Proses X2.19 0,746 0,846 0,580
X2.20 0,688
X2.21 0,810
X2.22 0,797
Hasil Inovasi X2.23 0,702 0,832 0,559
X2.24 0,577
X2.25 0,829
X2.26 0,851
Dimensi
Variabel Penciptaan Nilai
Indikator Bobot faktor (CFA) CR AVE
Manfaat Konsumen Y1.1 0,836 0,864 0,679
Y1.2 0,780
Y1.3 0,854
Area Bisnis Y1.4 0,707 0,773 0,533
Y1.5 0,767
Y1.6 0,714
Kolaborasi Jaringan Y1.7 0,719 0,819 0,602
175
Dimensi
Variabel Penciptaan Nilai
Indikator Bobot faktor (CFA) CR AVE
Y1.8 0,832
Y1.9 0,772
Indikator
Variabel Kinerja Pemasaran
UKM Sentra Rajut
Bobot faktor (CFA) CR AVE
Volume penjualan 0,793 0,875 0,700
Laba 0,830
Pangsa Pasar 0,884
Berdasarkan hasil Uji Order Pertama (1st Order Confirmatory
Analysis/CFA) didapat hasil bahwa setiap indikator memiliki bobot faktor (CFA)
lebih besar dari 0,40. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semua indikator
valid sebagai alat ukur untuk dimensinya masing-masing.
Nilai Composite Reliability (CR) masing-masing indikator lebih besar dari
0,70 yang menunjukkan bahwa indikator-indikator memiliki kekonsistenan dan
reliabel dalam mengukur dimensinya masing-masing. Demikian pula dengan nilai
Average Variance Extracted (AVE) dimana nilai semua dimensi lebih besar dari
0,50 yang menunjukkan bahwa secara rata-rata lebih dari 50% informasi yang
terdapat pada masing-masing indikator bisa terwakili melalui dimensinya.
B. Model Uji Model Order Kedua CFA (2nd Order Confirmatory Faktor
Analysis/CFA)
Hasil Uji Model Order Pertama CFA (1st Order Confirmatory Faktor
Analysis/CFA) kemudian dilanjutkan dengan Uji Model Kedua CFA (2nd Order
Confirmatory Faktor Analysis/CFA). Hasil análisis dari Uji Model Order Kedua
176
CFA (2nd Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA) untuk masing-masing
konstruk Order Pertama (First Order) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12
Ringkasan Uji Model Order Kedua CFA
(2nd Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA)
Dimensi
Variabel Orientasi Pasar
Bobot faktor (CFA) CR AVE
Orientasi Pelanggan 0,935 0,924 0,803
Orientasi Pesaing 0,894
Interfungsional 0,857
Dimensi
Variabel Kapabilitas Inovasi
Bobot faktor (CFA) CR AVE
Kepemimpinan Inovasi 0,843 0,952 0,770
Pengetahuan dan kreativitas 0,905
Iklim dan Budaya Inovasi 0,858
Jaringan dan Kerjasama 0,787
Inovasi Proses 0,960
Hasil Inovasi 0,901
Dimensi
Variabel Penciptaan Nilai
Bobot faktor (CFA) CR AVE
Manfaat Konsumen 0,806 0,906 0,764
Area Bisnis 0,882
Kolaborasi Jaringan 0,930
Berdasarkan hasil Uji Model Order Kedua CFA (2nd Order Confirmatory
Faktor Analysis/CFA) dapat dilihat bobot faktor (CFA) setiap dimensi lebih besar
dari 0,40 sehingga dimensi-dimensi tersebut dinyatakan valid dalam
merefleksikan variabel laten tiap variabel. Sebagaimana dikemukakan dalam Hair
et al., (2006;747) ”Faktor loadings in the range of 0.30 to 0.40 are considered
to meet the minimal level for interpretation of structure”.
177
Sementara nilai Composite Reliability (CR) tiap dimensi lebih besar dari
0,70 yang menunjukkan bahwa semua dimensi memiliki kekonsistenan dalam
mengukur variabel laten orientasi pasar, kapabilitas inovasi, penciptaan nilai
maupun kinerja pemasaran.
Selain itu, nilai Average Variance Extracted (AVE) untuk variabel
orientasi pasar sebesar 0,803 yang menunjukkan bahwa secara rata-rata 80,3%
informasi yang terdapat pada masing-masing dimensi dapat terwakili melalui
variabel laten orientasi pasar. Nilai Average Variance Extracted (AVE) untuk
variabel kapabilitas inovasi sebesar 0,770 dimana hal ini menunjukkan bahwa
77,0% informasi yang terdapat pada masing-masing dimensi dapat terwakili
melalui variabel laten kapabilitas inovasi.
Nilai Average Variance Extracted (AVE) untuk variabel penciptaan nilai
sebesar 0,764 yang menunjukkan bahwa 76,4% informasi yang terdapat pada
masing-masing dimensi dapat terwakili melalui variabel laten penciptaan nilai.
Sementara nilai Average Variance Extracted (AVE) untuk variabel kinerja
pemasaran UKM sentra rajut sebesar 0,700 yang menunjukkan bahwa 70,0%
informasi yang terdapat pada masing-masing dimensi dapat terwakili melalui
variabel kinerja pemasaran UKM sentra rajut.
Berdasarkan hasil analisa melalui 1st Order dan 2nd Order Confirmatory
Faktor Analysis (CFA) dapat disimpulkan bahwa setiap indikator dinyatakan valid
dan reliabel sehingga dapat diteruskan ke tahap pengujian hipotesis.
178
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
KP
Y1.4 Y1.5
PN
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6
PN2
2
0.366
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
PN1
Y2.1
Y2.2
Y2.3
X2.15
2
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.780 0.767
0.793
0.830
0.884
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
0,371
0.311
0.219
0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490
0.894
0.882
0.562
0.075
0.229
0.651
0.453
0.224
0.365
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
Y1.7 Y1.8 Y1.9
PN3
0.832
0.483 0.308 0.404
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
KP
Y1.4 Y1.5
PN
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6
PN2
2
0.366
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
PN1
Y2.1
Y2.2
Y2.3
X2.15
2
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.780 0.767
0.793
0.830
0.884
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
0,371
0.311
0.219
0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490
0.894
0.882
0.562
0.075
0.229
0.651
0.453
0.224
0.365
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
Y1.7 Y1.8 Y1.9
PN3
0.832
0.483 0.308 0.404
C. Analisa Model Persamaan Struktural (Structural Equation
Modeling/SEM)
Setelah melalui tahap model pengukuran Uji Model Order Pertama CFA
(1st Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA) dan Uji Model Order Kedua (2nd
Order Confirmatory Faktor Analysis/CFA), secara keseluruhan diperoleh model
keseluruhan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.5 Diagram Model
Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling/SEM) Kinerja Pemasaran
dibentuk berdasarkan Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi melalui Penciptaan
Nilai.
Gambar 4.1
Diagram SEM Kinerja Pemasaran dibentuk berdasarkan Orientasi Pasar
dan Kapabilitas Inovasi melalui Penciptaan Nilai
179
Namun demikian, Sebelum dilakukan analisa Model Persamaan Struktural
(SEM), Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit Test) terlebih dulu dilakukan
untuk mengetahui apakah model yang diperoleh sudah tepat dalam
menggambarkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti sehingga dapat
dikategorikan ke dalam model yang baik. Uji Kecocokan Model dalam Structural
Equation Modelling (SEM) dapat dilihat berdasarkan beberapa kriteria pengujian
kecocokan model seperti disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.13
Hasil Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit Test)
Ukuran Goodness of Fit Hasil Estimasi Diharapkan Keterangan
Chi-Square 3117 (p-value < 0,001) p-value < 0,05 Good
RMSEA 0,078* <0,08 Fit
GFI 0,693 >0,90 Poor fit
AGFI 0,661 >0,90 Poor fit
CFI 0,954* >0,90 Fit
NFI 0,929* >0,90 Fit
IFI 0,954* >0,90 Fit
RFI 0,924* >0,90 Fit
RMR 0,065* <0,08 Fit
*memenuhi kriteria model yang baik
Hasil uji kecocokan model menggunakan uji 2 (Chi-Square) untuk model
yang diteliti diperoleh nilai sebesar 3117 dengan p-value < 0,05. Menurut Hair et
al., (2006;746) dalam Sturctural Equation Modeling (SEM) tidak diinginkan p-
value yang kecil (secara statistik signifikan). Kembali pada hasil diatas dapat
dilihat p-value lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa uji 2 signifikan. Jadi
bila mengacu pada hasil uji 2 maka model yang diperoleh belum fit secara
overall. Namun masih menurut Hair et al., (2006;747), sulitnya mendapatkan p-
180
value lebih besar dari 0,05 pada uji 2 maka dikembangkan beberapa ukuran
kecocokan model lainnya.
Ukuran lainya yang masih memiliki hubungan dengan uji 2 adalah Root
Mean Square Error of Approximation (RMSEA). Berapa nilai RMSEA yang baik
masih diperdebatkan, namun menurut Hair et al., (2006;748) bila nilai RMSEA
dibawah 0,08 model bisa diterima. Pada tabel 4.14 dapat dilihat nilai RMSEA
sebesar 0,078 lebih kecil dari 0,08 sehingga model bisa diterima. Kemudian bila
dilihat dari nilai GFI (Goodness of Fit Index) untuk model yang diteliti sebesar
0,693 menunjukkan model yang diperoleh masih kurang memenuhi kriteria, di
mana menurut Hair et al, (2006;747) nilai GFI lebih besar dari 0,90
menunjukkan model yang baik.
Hasil ukuran kesesuaian absolut menunjukkan model yang diperoleh
memenuhi kriteria Goodness of Fit (GFI) pada ukuran RMSEA (0,078 < 0,08),
kemudian CFI, IFI dan RFI lebih besar dari 0,90 sehingga dapat disimpulkan
bahwa model hasil estimasi dapat diterima, artinya model empiris yang diperoleh
masih sesuai dengan model teoritis.
Selanjutnya untuk menjawab hipótesis penelitian, maka dilakukan analisa
model struktural untuk menguji hubungan kausal antara variabel laten. Model
Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling/SEM) merupakan model
yang menggabungkan variabel laten exogenous dengan variabel laten endogenous
atau hubungan variabel exogenous dengan variabel endogenous lainnya.
Selanjutnya untuk menjawab hipotesis penelitian, maka dilakukan analisis
model struktural untuk menguji hubungan kausal antara variabel laten. Model
181
struktural adalah model yang menghubungkan variabel laten exogenous dengan
variabel laten endogenous atau hubungan variabel endogenous dengan variabel
endogenous lainnya. Berdasarkan paradigma penelitian maka terdapat 2 model
struktural dalam penelitian ini, dimana secara matematis kedua model struktural
tersebut diformulasikan sebagai berikut:
1) PN = γ1.1OP + γ1.2KI + 1
2) KP = γ2.1OP + γ2.2KI + 2.1PN+ 2
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien jalur dan nilai
statistik uji dari masing-masing variabel eksogen terhadap terhadap variabel
endogen seperti dirangkum pada tabel berikut.
Tabel 4.14
Rangkuman Hasil Uji Model Struktural
Sub Struktur Jalur Koefisien thitung* R-Square
Pertama OP PN 0,366 5,743 0,635
KI PN 0,562 7,790
Kedua OP KP 0,075 1,279 0,776
KI KP 0,229 3,294
PN KP 0,651 7,798
*tkritis = 1,96
Melalui nilai R-square pada tabel 4.14 dapat diketahui bahwa orientasi
pasar dan kapabilitas inovasi secara bersama-sama memberikan pengaruh sebesar
63,5% terhadap penciptaan nilai, sedangkan sisanya sebesar 36,5% merupakan
pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Kemudian orientasi pasar,
kapabilitas inovasi dan penciptaan nilai secara bersama-sama memberikan
pengaruh sebesar 77,6% terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut, dan
sisanya sebesar 22,4% merupakan pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
182
Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis untuk membuktikan ada tidaknya
pengaruh orientasi pasar dan kapabilitas inovasi terhadap penciptaan nilai serta
implikasinya terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut.
Setelah dilakukan pengujian terhadap model, maka dapat dilanjutkan
dengan pengujian hipótesis serta análisis kinerja pemasaran dibentuk berdasarkan
orientasi pasar dan kapabilitas inovasi melalui penciptaan nilai.
4.4 Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi secara simultan berpengaruh
terhadap Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut baik secara langsung
maupun secara tidak langsung melalui Penciptaan Nilai
Hipotesis kedua yang akan diuji adalah pengaruh orientasi pasar dan
kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran secara langsung dan tidak
langsung melalui penciptaan nilai. Berdasarkan paradigma penelitian maka
hipotesis pertama yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut.
Tabel 4.15
Model Struktural Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi
terhadap Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut secara Langsung dan Tidak
Langsung melalui Penciptaan Nilai
Endegenous
Constructs
Exogenous Constructs Error variance
OP KI PN
KP γ2.1OP γ2.2KI 2.1PN + ζ 2
Keterangan:
OP: Orientasi pasar
KI : Kapabilitas inovasi
PN : Penciptaan nilai
KP : Kinerja Pemasaran
ζ1 : Pengaruh faktor lain terhadap penciptaan nilai
γ2.1 : Koefisien pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran
γ2.2 : Koefisien pengaruh kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran
2.1 : Koefisien pengaruh penciptaan nilai terhadap kinerja pemasaran
183
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
KP
Y1.4 Y1.5
PN
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6
PN2
2
0.366
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
PN1
Y2.1
Y2.2
Y2.3
X2.15
2
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.780 0.767
0.793
0.830
0.884
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
0,371
0.311
0.219
0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490
0.894
0.882
0.562
0.075
0.229
0.651
0.453
0.224
0.365
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
Y1.7 Y1.8 Y1.9
PN3
0.832
0.483 0.308 0.404
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
KP
Y1.4 Y1.5
PN
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6
PN2
2
0.366
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
PN1
Y2.1
Y2.2
Y2.3
X2.15
2
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.780 0.767
0.793
0.830
0.884
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
0,371
0.311
0.219
0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490
0.894
0.882
0.562
0.075
0.229
0.651
0.453
0.224
0.365
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
Y1.7 Y1.8 Y1.9
PN3
0.832
0.483 0.308 0.404
Secara visual diagram jalur pada pengujian hipotesis pertama digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 4.2
Diagram Jalur Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi terhadap
Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut Secara Langsung dan Tidak
Langsung melalui Penciptaan Nilai
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software LISREL
diperoleh persamaan struktural sebagai berikut.
184
Tabel 4.16
Persamaan Struktural Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi
terhadap Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut secara Langsung dan Tidak
Langsung melalui Penciptaan Nilai
Endegenous
Constructs
Exogenous Constructs Error variance
OP KI PN
KP 0,075 0,229 0,651
(1,279) (3,294) (7,798)
0,224
Keterangan: Angka dalam kurung adalah nilai statistik uji-t.
Secara simultan kedua variabel eksogen (orientasi pasar dan kapabilitas
inovasi) serta penciptaan nilai sebagai variabel intervening memberikan kontribusi
atau pengaruh sebesar 77,6% terhadap kinerja pemasaran pada UKM industri rajut
di Kota Bandung. Sedangkan sisanya sebesar 22,4% merupakan pengaruh faktor-
faktor lain di luar kedua variabel eksogen yang diteliti. Faktor-faktor tersebut
berupa faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal dapat berupa regulasi
pemerintah, persaingan pasar maupun kondisi ekonomi. Sementara faktor internal
dapat berupa sikap dan perilaku misalnya sikap tidak disiplin yang berupa sikap
tidak tepat waktu dalam memenuhi pesanan karena terkendala mesin yang masih
sederhana dan perilaku konsumtif, tidak mendokumentasikan kegiatan operasional
perusahaan dengan baik, karena tingkat pendidikan rata-rata pemilik yang relatif
hanya tamat SMU, tidak adanya hak paten untuk produk baru yang diproduksi
oleh beberapa UKM rajut kreatif maupun karena kurangnya riset dan
pengembangan karena keterbatasan sumber daya yang ada.
Melalui nilai-nilai koefisien jalur yang terdapat pada tabel 4.17
selanjutnya dapat dihitung pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap
kinerja pemasaran.
185
Tabel 4.17
Besar pengaruh orientasi pasar dan kapabilitas inovasi terhadap kinerja
pemasaran UKM sentra rajut secara langsung dan tidak langsung melalui
penciptaan nilai
Variabel
Eksogen
Koefisien
Jalur
Pengaruh
Langsung Melalui PN Total
OP 0,075 0,6% 23,8% 24,4%
KI 0,229 5,2% 36,6% 41,8%
PN 0,651 42,4% - 42,4%
Selanjutnya untuk membuktikan apakah orientasi pasar dan kapabilitas
inovasi berpengaruh terhadap kinerja pemasaran secara langsung dan tidak
langsung melalui penciptaan nilai dilakukan pengujian dengan hipotesis statistik
sebagai berikut.
H0 : 2.i & 2.1 = 0
Orientasi pasar dan kapabilitas inovasi tidak berpengaruh
terhadap kinerja pemasaran secara langsung dan tidak
langsung melalui penciptaan nilai.
Ha : 2.i & 2.1 0
Orientasi pasar dan kapabilitas inovasi berpengaruh
terhadap kinerja pemasaran secara langsung dan tidak
langsung melalui penciptaan nilai.
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui statistik uji F dengan
ketentuan tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari Ftabel, atau sebaliknya terima Ho
jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel. Melalui nilai koefisien determinasi
(nilai R2), nilai F dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =𝑹𝟐/𝒌
(𝟏 − 𝑹𝟐)/(𝒏 − 𝒌 − 𝟏)
Dimana besarnya nilai koefisien determinasi dengan ditunjukkan oleh nilai
Squared Multiple Correlation 0,633 (R2), maka nilai Fhitung adalah:
186
𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =𝟎, 𝟕𝟕𝟔𝟐/𝟐
(𝟏 − 𝟎, 𝟕𝟕𝟔𝟐)/(𝟐𝟖𝟏 − 𝟐 − 𝟏)
𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 𝟐𝟕𝟖, 𝟐𝟔𝟎
Dari tabel F untuk tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas (2:278) diperoleh
nilai Ftabel sebesar 3,028. Berikut rangkuman hasil uji pengaruh orientasi pasar dan
kapabilitas inovasi secara bersama-sama terhadap penciptaan nilai.
Tabel 4.18
Hasil Uji Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi terhadap
Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut secara Langsung dan Tidak Langsung
melalui Penciptaan Nilai
R-square Fhitung Ftabel Ho Ha
0,776 278,260 3,028 ditolak diterima
Pada tabel di atas dapat dilihat nilai Fhitung (278,260) dan lebih besar
dibanding Ftabel (3,028), karena Fhitung > Ftabel maka pada tingkat kekeliruan 5%
diputuskan untuk menolak H0 sehingga Ha diterima. Sehingga, berdasarkan hasil
pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa orientasi
pasar dan kapabilitas inovasi berpengaruh terhadap kinerja pemasaran pada UKM
industri rajut di Kota Bandung secara langsung dan tidak langsung melalui
penciptaan nilai.
Penciptaan nilai dapat dilihat sebagai perantara antara orientasi pasar dan
kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran, dimana fungsi dari penciptaan
nilai yang superior merupakan hasil dari kapabilitas inovasi yang tinggi dan
orientasi pasar yang tepat. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan memiliki
187
kemampuan untuk menerapkan ide-ide kreatif ke dalam realitas (Subramaniam &
Mosleshi, 2013) dimana ide-ide tersebut adalah pengetahuan atau informasi
mengenai kebutuhan dan keinginan pelanggan sebagai dasar kajian strategi (Da
Gama, 2011) untuk kemudian mengubah ide-ide kreatif tersebut menjadi produk
baru (Baregheh et al., 2012) yang menciptakan dan menghantarkan nilai kepada
pelanggan (Lindman, 2013) dan memberikan keuntungan (benefit) kepada
pelanggan (Kotler & Keller, 2013), meningkatkan profit (Mone et al., 2013) dan
market share (da Gama, 2011; Mone et al., 2013; Kosan, 2014) sehingga
mempertahankan atau meningkatkan kinerja pemasaran akibat dari terbentuknya
hubungan yang kuat antara aspek kognitif dan emosional pelanggan dalam
melakukan pembelian (Tournuis, 2013). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dilihat adanya pengaruh orientasi pasar dan kapabilitas inovasi dalam rangka
meningkatkan kinerja pemasaran melalui penciptaan nilai yang superior.
4.4.1 Uji Efek Mediasi
Kapabilitas inovasi berpengaruh secara langsung terhadap kinerja
pemasaran UKM sentra rajut sebesar 5,2% sementara pengaruh kapabilitas
inovasi terhadap kinerja pemasaran secara tidak langsung melalui penciptaan nilai
sebesar 36,6%. Sehingga secara total pengaruh kapabilitas inovasi terhadap
kinerja pemasaran UKM sentra rajut sebesar 41,8%. Kondisi tersebut diatas
menunjukkan bahwa semakin baik kapabilitas inovasi maka akan menjadikan
kinerja pemasaran semakin baik, tetapi dengan pengaruh yang tidak terlalu besar
maka penciptaan nilai merupakan mediasi atau intervening yang menjadikan
kapabilitas inovasi menjadi lebih bermakna.Dari hasil penelitian deskriptif
188
ditemukan fakta bahwa kurangnya kemampuan untuk mengetahui jaringan yang
terkait, kurangnya proses pengembangan dan penciptaan produk baru, serta
penciptaan pasar baru (pangsa pasar) merupakan indikator terlemah dari
kapabilitas inovasi yang dimiliki oleh pengusaha sentra rajut di kota Bandung,
sehingga melemahkan kinerja pemasaran sentra rajut.
Agar kapabilitas inovasi lebih bermakna untuk mempertahankan dan
meningkatkan kinerja sebaiknya harus terlebih dahulu menciptakan nilai yang
superior ke dalam produk-produk rajutan. Perusahaan yang memiliki keunikan
produk dibandingkan dengan kompetitor akan memperoleh kinerja pemasaran
yang baik, melalui besarnya pendapatan yang diterima, jumlah konsumen yang
semakin meningkat sehingga memiliki pertumbuhan penjualan yang semakin
meningkat. Orientasi pasar merupakan strategi bagi organisasi untuk memperluas
pengetahuan dengan cara memahami keinginan konsumen dan kecerdasan
kompetitor, sehingga perusahaan dapat menentukan strategi yang tepat untuk
bersaing dalam mewujudkan kinerja pemasaran. Antonio Pimenta da Gama
(2011) menyebutkan bahwa manfaat dari memperluas pengetahuan tentang
kinerja pemasaran adalah substansial. Dengan demikian pengukuran capaian hasil
berupa penjualan, kesetiaan konsumen melalui pertumbuhan jumlah pelanggan
akan menjadi dasar atau kajian ulang kembali untuk memperbaiki strategi
perusahaan sehingga mampu bersaing dan meningkatkan kembali kinerja
pemasaran.
189
Oleh karena pengaruh langsung maupun tidak langsung adalah signifikan,
maka perlu dilakukan uji efek mediasi dengan menggunakan metode Variance
Accounted For (VAF) (Hair et al., 2013). Rumus VAF adalah sebagai berikut:
𝑽𝑨𝑭 =𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒔𝒖𝒏𝒈
𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒔𝒖𝒏𝒈 + 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓𝒖𝒉 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒔𝒖𝒏𝒈
𝑽𝑨𝑭 =𝟎,𝟑𝟔𝟔
𝟎,𝟎𝟓𝟐 + 𝟎,𝟑𝟔𝟔
𝑽𝑨𝑭 = 𝟎, 𝟖𝟕𝟓𝟓
Nilai VAF sebesar 87,55% dikategorikan sebagai full mediation (mediasi
penuh). Hal ini menunjukkan bahwa penciptaan nilai memediasi secara penuh
kapabilitas inovasi dalam meningkatkan kinerja pemasaran UKM sentra rajut. Hal
ini dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini.
Gambar 4.3
Hasil uji pengaruh orientasi pasar dan kapabilitas inovasi terhadap kinerja
pemasaran UKM rajut secara langsung dan secara tidak langsung melalui
penciptaan nilai
Berdasarkan hasil uji pengaruh langsung orientasi pasar terhadap kinerja
pemasaran dan kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut
dapat diketahui bahwa orientasi pasar tidak memiliki pengaruh yang signifikan
PN
0,6%
5,2%
31,6%
13,4%
42,4%
OP
KI
KP
190
terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut. Hal ini berbeda dari temuan
Hartono (2013), Darmanto (2013), Eng Teck & Razak (2012), dan Wijesekaraa et
al.,(2012) yang meyatakan bahwa orientasi pasar memiliki pengaruh positf dan
signifikan terhadap kinerja pemasaran.
Temuan sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas adalah:
1. Temuan pertama menunjukkan bahwa hipotesis orientasi pasar berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut ditolak dan
tidak dapat dilanjutkan ke Uji Efek Mediasi. Temuan ini berbeda dengan
penelitian terdahulu dimana orientasi pasar memiliki kontribusi besar
terhadap kinerja pemasaran. Hal ini terjadi karena pentingnya penciptaan nilai
sebagai variabel intervening. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh orientasi
pasar secara tidak langsung melalui penciptaan nilai meningkat secara drastis.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi pasar harus terlebih dulu
diwujudkan menjadi nilai yang superior agar dapat meningkatkan kinerja
pemasaran UKM sentra rajut.
2. Temuan kedua menunjukkan bahwa kapabilitas inovasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja pemasaran UKM rajut baik secara langsung
maupun secara tidak langsung melalui penciptaan nilai. Namun demikian
pengaruh tidak langsung kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran
UKM sentra rajut melalui penciptaan nilai lebih besar dibandingkan pengaruh
langsungnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pemasaran UKM sentra
rajut akan meningkat bila kapabilitas inovasi yang dimiliki diarahkan secara
tepat untuk menciptakan nilai yang superior.
191
Oleh karena orientasi pasar tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja pemasaran UKM sentra rajut, maka uji efek mediasi tidak dapat dilakukan
(Hair et al., 2013).
Hasil uji efek mediasi menunjukkan bahwa penciptaan nilai memegang
peranan sentral dalam mengubah kapabilitas inovasi yang dimiliki oleh UKM
rajut untuk meningkatkan kinerja pemasaran UKM sentra rajut. Tanpa adanya
nilai yang superior, maka kapabilitas inovasi tidak akan banyak gunanya dalam
meningkatkan kinerja pemasaran UKM sentra rajut.
Gambar 4.4
Model pengaruh tidak langsung orientasi pasar dan kapabilitas inovasi
terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut secara langsung maupun
tidak langsung melalui penciptaan nilai
4.5 Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Penciptaan Nilai di UKM sentra rajut di Kota
Bandung
Hipotesis ketiga yang akan diuji adalah pengaruh orientasi pasar dan
kapabilitas inovasi terhadap penciptaan nilai. Berdasarkan paradigma penelitian
maka hipotesis kedua yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:
PN
5,2%
31,6%
13,4%
42,4%
OP
KI
KP
192
Tabel 4.19
Model Struktural Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi
terhadap Penciptaan Nilai
Endegenous
Constructs
Exogenous Constructs Error variance
OP KI
PN γ1.1OP γ1.2KI + ζ 1
Keterangan:
OP: Orientasi pasar
KI : Kapabilitas inovasi
PN : Penciptaan nilai
ζ1 : Pengaruh faktor lain terhadap penciptaan nilai
γ1.1 : Koefisien pengaruh orientasi pasar terhadap penciptaan nilai
γ1.2 : Koefisien pengaruh kapabilitas inovasi terhadap penciptaan nilai
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Lisrel 8.7
diperoleh persamaan struktural sebagai berikut:
Tabel 4.20
Persamaan Struktural Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi
terhadap Penciptaan Nilai
Endegenous
Constructs
Exogenous Constructs Error variance
OP KI
PN 0,366 0,562
(5,571) (7,403)
0,365
Keterangan: Angka dalam kurung adalah nilai statistik uji-t.
Secara bersama-sama kedua variabel eksogen (orientasi pasar dan
kapabilitas inovasi) memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 63,5% terhadap
penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung. Sedangkan sisanya
sebesar 36,5% merupakan pengaruh faktor-faktor lain di luar kedua variabel
eksogen yang diteliti. Faktor-faktor tersebut seperti karakteristik dan perilaku
kewirausahaan, misalnya kurangnya ide dan kreativitas dan misalnya perilaku
konsumtif, tidak disiplin dan sebagainya. Sementara faktor eksternal misalnya
193
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
X2.15
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
0.453
Y1.1
PN1 Y1.2
Y1.3
Y1.4
PN2 Y1.5
Y1.6
Y1.7
PN3 Y1.8
0.836
0.780
0.854
0.707
0.7670.714
0.719
0.832
0.301
0.392
0.271
0.500
0.412
0.490
0.483
0.308
0.882
Y1.9 0.404
PN
0.772
0.366
0.562
regulasi pemerintah yang tidak berpihak pada pengusaha contohnya pajak UKM,
legalitas perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua variabel eksogen
(orientasi pasar dan kapabilitas inovasi) secara bersama-sama sangat memperkuat
terjadinya penciptaan nilai. Hal ini dapat terjadi karena orientasi pasar yang
dimiliki dikombinasikan dengan kapabilitas inovasi sehingga memungkinkan
terjadinya penciptaan nilai yang superior.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman mengenai kebutuhan dan
keinginan pelanggan, kemampuan dan strategi pesaing serta kemampuan untuk
menyebarkan informasi tersebut ke seluruh bagian perusahaan.
Secara visual diagram jalur pada pengujian hipotesis pertama digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 4.5
Diagram Jalur Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi secara
simultan terhadap Penciptaan Nilai
194
Melalui nilai-nilai koefisien jalur yang terdapat pada gambar 4.5 dapat
dihitung besar pengaruh langsung masing-masing variabel eksogen (orientasi
pasar dan kapabilitas inovasi) terhadap penciptaan nilai.
1. Pengaruh langsung orientasi pasar = (0,366)2 = 0,134 (13,4%)
2. Pengaruh langsung kapabilitas inovasi = (0,562)2 = 0,316 (31,6%)
Diantara kedua variabel eksogen, kapabilitas inovasi memberikan
pengaruh yang lebih besar terhadap penciptaan nilai dibanding orientasi pasar,
yaitu sebesar 31,6%. Sementara pengaruh orientasi pasar terhadap penciptaan nilai
para pengusaha UKM sentra rajut di kota Bandung hanya memberikan kontribusi
sebesar 13,4%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan melakukan
inovasi baik radikal maupun inkremental (kapabilitas inovasi) memiliki peranan
lebih besar dalam penciptaan nilai yang superior dibandingkan dengan sekedar
memahami pelanggan, pesaing maupun menyebarkan informasi (orientasi pasar).
Setelah koefisien jalur dihitung, untuk membuktikan apakah orientasi
pasar dan kapabilitas inovasi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
penciptaan nilai, maka dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis:
H0 : Semua 1.i = 0
i = 1,2
Orientasi pasar dan kapabilitas inovasi secara simultan
tidak berpengaruh terhadap penciptaan nilai pada UKM
sentra rajut di Kota Bandung.
Ha : Ada 1.i 0
i = 1,2
Orientasi pasar dan kapabilitas inovasi secara simultan
berpengaruh terhadap penciptaan nilai pada UKM sentra
rajut di Kota Bandung.
195
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui statistik uji F dengan
ketentuan tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari Ftabel, atau sebaliknya terima Ho
jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel.
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui statistik uji F dengan
ketentuan tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari Ftabel, atau sebaliknya terima Ho
jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel. Melalui nilai koefisien determinasi
(nilai R2), nilai F dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =𝑹𝟐/𝒌
(𝟏 − 𝑹𝟐)/(𝒏 − 𝒌 − 𝟏)
Dimana besarnya nilai koefisien determinasi dengan ditunjukkan oleh nilai
Squared Multiple Correlation 0,633 (R2), maka nilai Fhitung adalah:
𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =𝟎, 𝟔𝟑𝟓𝟐/𝟐
(𝟏 − 𝟎, 𝟔𝟑𝟓𝟐)/(𝟐𝟖𝟏 − 𝟐 − 𝟏)
𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 𝟐𝟕𝟖, 𝟐𝟎𝟏
Dari tabel F untuk tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas (2:278) diperoleh
nilai Ftabel sebesar 3,028. Berikut rangkuman hasil uji pengaruh orientasi pasar dan
kapabilitas inovasi secara bersama-sama terhadap penciptaan nilai.
Tabel 4.21
Hasil Pengujian Pengaruh Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi Secara
Simultan terhadap Penciptaan Nilai
R-square Fhitung Ftabel Ho Ha
0,635 278,201 3,028 diterima ditolak
196
Pada tabel 4.21 dapat dilihat nilai Fhitung (278,201) dan lebih besar
dibanding Ftabel (3,028), karena Fhitung > Ftabel maka pada tingkat kekeliruan 5%
diputuskan untuk menolak H0 sehingga Ha diterima. Jadi berdasarkan hasil
pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa orientasi
pasar dan kapabilitas inovasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
penciptaan nilai di UKM sentra rajut di Kota Bandung.
Hasil temuan ini menggambarkan keterkaitan antara orientasi pasar dan
kapabilitas inovasi. Karena para pengusaha UKM sentra rajut di kota Bandung
perlu meningkatkan kapabilitas inovasinya dengan mendasarkan pada orientasi
pasar yang tepat sehingga dapat memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Temuan ini mendukung hasil penelitian penelitian Fierro et al., (2011)
yang menjelaskan didapat koordinasi antar fungsi sebagai salah satu bagian
orientasi pasar merupakan kemampuan dinamis yang berkaitan dengan penciptaan
pengetahuan yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan dan
mempertahankan keunggulan bersaing. Perusahaan dapat menciptakan nilai bagi
pelanggan dengan menggunakan sumber daya internal serta hubungan eksternal
dalam hal inovasi. Begitu juga halnya Craven & Piercy (2013) yang mengatakan
bisnis adalah orientasi pasar dimana menjadikan budaya sebagai etika dan
komitmen keseluruhan terhadap keberlangsungan penciptaan nilai yang unggul.
Selanjutnya orientasi pasar melalui kordinasi antar fungsi dapat membuat
perubahan pada pengembangan produk, hal ini juga dijelaskan Chen et al., (2013)
menguraikan bahwa koordinasi inter atau intra organisasi memungkinkan
197
perusahaan untuk lebih mudah membuat, mentransfer, dan memanfaatkan
pengetahuan yang diperlukan dalam Proses pengembangan produk
Di sisi lain, peranan orientasi pasar sangat penting baik dalam rangka
memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun dalam memahami
kekuatan dan kelemahan pesaing serta menghimpun berbagai informasi yang telah
didapat agar segera diterapkan dalam perusahaan sehingga dapat berguna bagi
kelangsungan bisnis perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh Shin (2012).
Oleh karena itu, orientasi pasar dan kapabilitas inovasi mempunyai
dampak terhadap penciptaan nilai UKM sentra rajut di kota Bandung. Hal tersebut
dapat terjadi karena informasi yang didapat mengenai kebutuhan dan keinginan
pelanggan serta kekuatan dan kelebihan pesaing dapat menumbuhkan semangat
UKM sentra rajut di Kota Bandung untuk meningkatkan kapabilitas inovasinya.
4.6 Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi berpengaruh positif secara
parsial terhadap Penciptaan Nilai di UKM sentra rajut di Kota Bandung
Hipotesis keempat dilakukan setelah pengujian secara simultan antara
variabel orientasi pasar dan kapabilitas inovasi secara simultan terhadap
penciptaan nilai, maka perlu dilakukan pengujian hipotesis secara parsial baik dari
variabel orientasi pasar terhadap penciptaan nilai maupun dari variabel kapabilitas
inovasi terhadap penciptaan nilai untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel tersebut berpengaruh secara positif terhadap penciptaan nilai. Hasil
pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
198
4.6.1 Orientasi Pasar berpengaruh positif secara parsial terhadap Penciptaan
Nilai
Hipotesis:
H0 : 1.1 ≤ 0 Orientasi pasar secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap
penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.
Ha : 1.1 < 0 Orientasi pasar secara parsial berpengaruh positif terhadap
penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.
Tabel 4.22
Hasil Pengujian Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Penciptaan Nilai
Koef. Jalur thitung tkritis Ho Ha
0,366 5,743 1,96 ditolak diterima
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat nilai thitung variabel orientasi
pasar (5,743) lebih besar dari tkritis (1,96). Karena nilai thitung lebih besar dibanding
tkritis, maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho sehingga
Ha diterima. Jadi berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat kepercataan 95%
dapat disimpulkan bahwa orientasi pasar secara parsial berpengaruh positif
terhadap penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung. Hasil
penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi orientasi pasar
akan meningkatkan penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.
Orientasi pasar memberikan pengaruh sebesar 13,4% terhadap penciptaan nilai
pada UKM sentra rajut di Kota Bandung, sementara 86,6% merupakan pengaruh
faktor lain diluar variabel eksogen yang diteliti.
Hal ini menunjukkan bahwa penggalian informasi yang tepat mengenai
pelanggan dan pesaing serta penyebaran informasi tersebut secara merata ke
199
seluruh bagian perusahaan sehingga berkontribusi dalam penciptaan nilai yang
superior. Sebaliknya, tanpa adanya orientasi pasar yang tepat, perusahaan tidak
memiliki gambaran yang jelas mengenai produk seperti apa yang memiliki nilai
superior sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan serta
lebih baik dibandingkan pesaing.
Temuan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh positif dari variabel
orientasi pasar terhadap penciptaan nilai. Artinya semakin baiknya orientasi pasar,
maka nilai yang mampu diciptakan akan semakin tinggi. Temuan ini mendukung
pendapat Craven & Piercy (2013) yang menyatakan bahwa bisnis merupakan
orientasi pasar dimana budaya adalah etika dan komitmen keseluruhan terhadap
keberlangsungan penciptaan nilai pelanggan secara unggul. Begitu pula dengan
penelitian Njeru & Kibera (2014) dimana orientasi pasar yang dibangun dari tiga
komponen yang terkait erat yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan
koordinasi interfungsional berpengaruh secara positif untuk menciptakan yang
nilai superior.
Dengan demikian orientasi pasar merupakan komponen esensial dalam
rangka menciptakan nilai produk di UKM sentra rajut. Hal ini dikarenakan
orientasi pasar pada dasarnya merupakan kumpulan informasi, baik mengenai
kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun informasi mengenai kelebihan dan
kelemahan pesaing yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan melalui jaringan
dan kerjasama yang dimilikinya untuk menciptakan nilai produk yang superior.
Walaupun demikian dari hasil temuan empiris diatas dapat dilihat hanya sebesar
13,4% ini menunjukkan orientasi pasar pada pengusaha UKM sentra rajut di Kota
200
Bandung belum sepenuhnya memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan
pelanggan serta belum sepenuhnya memahami strategi pesaing sejenis serta belum
terkoordinasinya informasi baik tentang pelanggan maupun pesaing kepada
bawahan secara menyeluruh.
Gambar 4.6
Diagram Jalur Pengaruh Orientasi Pasar secara parsial terhadap Penciptaan
Nilai
4.6.2 Kapabilitas Inovasi berpengaruh positif secara parsial terhadap
Penciptaan Nilai
Hipotesis:
H0 : 1.2 ≤ 0 Kapabilitas inovasi secara parsial tidak berpengaruh positif
terhadap penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota
Bandung.
Ha : 1.2 > 0 Kapabilitas inovasi secara parsial berpengaruh positif terhadap
penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
X2.15
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
0.453
Y1.1
PN1 Y1.2
Y1.3
Y1.4
PN2 Y1.5
Y1.6
Y1.7
PN3 Y1.8
0.836
0.780
0.854
0.707
0.7670.714
0.719
0.832
0.301
0.392
0.271
0.500
0.412
0.490
0.483
0.308
0.882
Y1.9 0.404
PN
0.772
0.366
0.562
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
X2.15
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
0.453
Y1.1
PN1 Y1.2
Y1.3
Y1.4
PN2 Y1.5
Y1.6
Y1.7
PN3 Y1.8
0.836
0.780
0.854
0.707
0.7670.714
0.719
0.832
0.301
0.392
0.271
0.500
0.412
0.490
0.483
0.308
0.882
Y1.9 0.404
PN
0.772
0.366
0.562
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
X2.15
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
0.453
Y1.1
PN1 Y1.2
Y1.3
Y1.4
PN2 Y1.5
Y1.6
Y1.7
PN3 Y1.8
0.836
0.780
0.854
0.707
0.7670.714
0.719
0.832
0.301
0.392
0.271
0.500
0.412
0.490
0.483
0.308
0.882
Y1.9 0.404
PN
0.772
0.366
0.562
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
X2.15
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
0.453
Y1.1
PN1 Y1.2
Y1.3
Y1.4
PN2 Y1.5
Y1.6
Y1.7
PN3 Y1.8
0.836
0.780
0.854
0.707
0.7670.714
0.719
0.832
0.301
0.392
0.271
0.500
0.412
0.490
0.483
0.308
0.882
Y1.9 0.404
PN
0.772
0.366
0.562
201
Tabel 4.23
Hasil Pengujian Pengaruh Kapabilitas Inovasi Terhadap Penciptaan Nilai
Koef. Jalur thitung tkritis Ho Ha
0,562 7,790 1,96 ditolak diterima
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat nilai thitung variabel kapabilitas
inovasi (7,790) lebih besar dari tkritis (1,96). Karena nilai thitung lebih besar
dibanding tkritis, maka dengan tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak
Ho sehingga Ha diterima. Jadi berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat
kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa kapabilitas inovasi secara parsial
berpengaruh positif terhadap penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota
Bandung. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi
kapabilitas inovasi akan meningkatkan penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di
Kota Bandung. Kapabilitas inovasi memberikan kontribusi sebesar 31,6%
terhadap penciptaan nilai pada UKM sentra rajut di Kota Bandung. Sementara
68,4% merupakan pengaruh faktor lain di luar variabel eksogen yang diteliti.
Hal ini dapat dilihat bahwa kapabilitas inovasi merupakan faktor penting
yang menggerakkan terjadinya penciptaan nilai yang superior. Kapabilitas inovasi
itu sendiri pada dasarnya adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan
perubahan kearah yang lebih baik dalam bentuk produk maupun proses serta
metode sehingga tercipta nilai yang superior yang harus dimanfaatkan secara
maksimal oleh perusahaan. Tanpa adanya kapabilitas inovasi, maka nilai yang
superior akan sulit untuk diwujudkan.
Dengan demikian temuan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh
positif variabel kapabilitas inovasi terhadap penciptaan nilai. Temuan ini
202
mendukung penelitian terdahulu yang melihat penciptaan nilai sebagai akibat dari
keterbukaan inovasi (Herskovits et al., 2013), maupun peningkatan kapasitas
komuniti inovasi dalam rangka meningkatkan proses penciptaan nilai (Grimaldi et
al., 2012). Maka arti penting kapabilitas inovasi terhadap penciptaan nilai yang
superior terletak dalam peningkatan kreativitas, pengetahuan dan keahlian melalui
pola kepemimpinan yang inovatif sehingga tercipta iklim dan budaya yang
inovatif dengan ditunjang oleh jaringan dan kerjasama yang kuat antara
perusahaan dengan pihak-pihak terkait.
Dari hasil temuan empiris di lapangan didapati bahwa kapabilitas inovasi
yang dimiliki oleh UKM sentra rajut hanya berkategori cukup mampu untuk
menciptakan produk-produk rajutan baru maupun modifikasi dari produk rajut
yang sudah ada, sehingga penciptaan nilai terhadap produk rajut tersebut masih
kurang superior jika dibandingkan dengan produk rajut pesaing. Hal ini tentunya
mengakibatkan terjadinya penurunan penjualan dan berkurangnya keuntungan
bagi para pengusaha di sentra rajut tersebut.
Kapabilitas inovasi para UKM sentra rajut di kota Bandung merupakan
elemen kunci dalam penciptaan nilai produk yang superior. Hal ini merupakan
sebuah keharusan bagi perusahaan untuk meningkatkan kapabilitasnya dalam
berinovasi melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan maupun keahlian serta
penguasaan teknologi informasi.
Dengan demikian kapabilitas inovasi di UKM sentra rajut pada dasarnya
bergantung pada teknologi yang terus berkembang dengan pesat sehingga dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan. Melalui peningkatan teknologi, UKM sentra rajut
203
dapat menjadi perusahaan yang inovatif dan dapat meningkatkan kapabilitas
inovasi yang dimilikinya secara terus menerus sehingga produk rajut yang
dihasilkan memiliki ciri khas, baik dalam bentuk pola maupun model yang unik
sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai yang superior dibandingkan
pesaing serta memberi manfaat optimal bagi pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pelanggan.
Gambar 4.7
Diagram Jalur Pengaruh Kapabilitas Inovasi secara parsial terhadap
Penciptaan Nilai
4.7 Orientasi Pasar, Kapabilitas Inovasi dan Penciptaan Nilai berpengaruh
positif secara parsial terhadap Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut di
Kota Bandung
Hipotesis kelima yang akan diuji adalah pengaruh Orientasi Pasar,
Kapabilitas Inovasi dan Penciptaan Nilai secara parsial terhadap Kinerja
Pemasaran UKM sentra rajut di Kota Bandung. Berdasarkan paradigma penelitian
hipotesis yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
X2.15
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
0.453
Y1.1
PN1 Y1.2
Y1.3
Y1.4
PN2 Y1.5
Y1.6
Y1.7
PN3 Y1.8
0.836
0.780
0.854
0.707
0.7670.714
0.719
0.832
0.301
0.392
0.271
0.500
0.412
0.490
0.483
0.308
0.882
Y1.9 0.404
PN
0.772
0.366
0.562
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
X2.15
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
0.453
Y1.1
PN1 Y1.2
Y1.3
Y1.4
PN2 Y1.5
Y1.6
Y1.7
PN3 Y1.8
0.836
0.780
0.854
0.707
0.7670.714
0.719
0.832
0.301
0.392
0.271
0.500
0.412
0.490
0.483
0.308
0.882
Y1.9 0.404
PN
0.772
0.366
0.562
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
X2.15
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
0.453
Y1.1
PN1 Y1.2
Y1.3
Y1.4
PN2 Y1.5
Y1.6
Y1.7
PN3 Y1.8
0.836
0.780
0.854
0.707
0.7670.714
0.719
0.832
0.301
0.392
0.271
0.500
0.412
0.490
0.483
0.308
0.882
Y1.9 0.404
PN
0.772
0.366
0.562
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
KI
X2.3
X2.4
X2.1
X2.2 KI1
X2.5
X2.6
KI2
X2.9
X2.12
X2.7
X2.8
X2.13
X2.14
KI3
X2.15
0.823
0.875
0.818
0.7550.7720.7220.7030.730
0.6710.7950.6910.684
0.323
0.234
0.331
0.430
0.404
0.479
0.506
0.467
0.632
0.550
0.368
0.523
0.532
X2.18
X2.16
X2.17 KI4
0.843
0.7670.742
0.289
0.412
0.449
X2.11
X2.100.487
0.473
0.6070,7160.726
X2.19
X2.20
X2.21
KI5
X2.22
0.7460.6880.8100.797
0.443
0.527
0.344
0.365
X2.23
X2.24
X2.25
KI6
X2.26
0.7020.5770.8290.851
0.507
0.667
0.313
0.276
0.453
Y1.1
PN1 Y1.2
Y1.3
Y1.4
PN2 Y1.5
Y1.6
Y1.7
PN3 Y1.8
0.836
0.780
0.854
0.707
0.7670.714
0.719
0.832
0.301
0.392
0.271
0.500
0.412
0.490
0.483
0.308
0.882
Y1.9 0.404
PN
0.772
0.366
0.562
204
4.7.1 Pengaruh Orientasi Pasar secara parsial terhadap Kinerja Pemasaran
Hipotesis:
H0 : 2.1 ≤ 0 Orientasi pasar tidak berpengaruh positif terhadap kinerja
pemasaran pada UKM industri rajut di Kota Bandung.
Ha : 2.1 > 0 Orientasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja
pemasaran pada UKM industri rajut di Kota Bandung.
Tabel 4.24
Hasil Pengujian Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Pemasaran
UKM sentra rajut Koef. Jalur thitung tkritis Ho Ha
0,075 1,279 1,96 diterima ditolak
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat nilai thitung variabel orientasi
pasar (1,279) lebih kecil dari nilai tkritis (1,96). Karena nilai thitung lebih kecil
dibanding nilai tkritis, maka dengan tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk
menerima Ho sehingga Ha ditolak. Jadi berdasarkan hasil pengujian dengan
tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa orientasi pasar tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemasaran pada UKM industri rajut di
Kota Bandung. Secara parsial orientasi berpengaruh sebesar 0,6% terhadap kinerja
pemasaran UKM sentra rajut. Sementara 99,4% merupakan pengaruh faktor lain
di luar variabel eksogen yang diteliti.
Temuan ini berbeda dengan temuan penelitian terdahulu yang menyatakan
bahwa orientasi pasar akan meningkatkan kinerja pemasaran (Hartono, 2013)
yang meneliti perusahaan-perusahaan batik, maupun temuan serupa yang didapat
dari penelitian Wijesekara et al., (2014) yang melakukan penelitian pada UKM
garmen di Sri Lanka yang menyatakan bahwa orientasi pasar memiliki peran yang
205
lebih fasilitatif terhadap kinerja perusahaan dimana salah satu tolok ukurnya
adalah kinerja pemasaran. Begitu pula dengan temuan penelitian Eng Teck &
Razak (2012) yang menekankan hubungan positif dan signifikan antara orientasi
pasar dengan kinerja pada UKM di Malaysia.
Hal ini dapat terjadi karena industri yang diteliti merupakan industri rajut
dimana tren dalam berpakaian berubah secara terus menerus. Selain itu desain,
model, corak,warna maupun bahan yang digunakan merupakan hal yang yang
sangat personal. Berdasarkan fakta temuan penelitian deskriptif tentang persepsi
pengusaha sentra rajut didapatkan bahwa penerapan keinginan dan kebutuhan
pelanggan berdasarkan informasi pelanggan belum dapat diterapkan secara
maksimal. Hal ini lebih disebabkan mesin yang digunakan para pengusaha sentra
rajut masih tergolong belum modern dan masih bersifat manual.
Akibat dari keterbatasan tersebut, pengusaha rajut tidak mampu
menerapkan kebutuhan dan keinginan pelanggan seperti corak, bahan yang
digunakan, maupun desain rajutan yang terdapat pada produk rajut. Kemudian
dari sisi orientasi pesaing para pengusaha sentra rajut masih belum cukup mampu
untuk melihat kelebihan dan kekurangan dari pesaing, khususnya dari produk
rajutan Tiongkok yang memiliki bahan yang lebih baik dari pengusaha lokal serta
belum cukup mampu mengantisipasi strategi pemasaran produk Tiongkok yang
lebih banyak mengikuti trend dari produk rajutan lokal. Selain itu koordinasi antar
fungsi hampir tidak berlaku pada UKM sentra rajut di Kota Bandung, hal ini
terjadi karena banyak dari pengusaha di sentra rajut hanya memilki 6-10 tenaga
kerja dimana tiap karyawan mengerjakan hampir semua bagian usaha secara
206
bersama-sama dan hampir tidak memiliki bagian fungsional pada usaha mereka.
Selama ini pengusaha hanya memberikan contoh model dan corak kepada staff
gambar (porter) untuk di tindak lanjuti tanpa melibatkan karyawan lainnya,
sehingga informasi kebutuhan dan keinginan pelanggan tidak bisa disebar ke
semua karyawan.
Berdasarkan dari fakta dan temuan dilapangan tersebut di sinyalir menjadi
faktor-faktor penentu yang menyebabkan orientasi pasar tidak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja pemasaran, sehingga menolak dari temuan
penelitian sebelumnya yang menyatakan pengaruh orientasi pasar berpengaruh
postif terhadap kinerja pemasaran.
Gambar 4.8
Diagram Jalur Pengaruh Orientasi Pasar secara parsial terhadap Kinerja
Pemasaran UKM sentra rajut
4.7.2 Pengaruh Kapabilitas Inovasi Secara Parsial terhadap Kinerja
Pemasaran
Hipotesis:
H0 : 22 ≤ 0 Kapabilitas inovasi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja
pemasaran pada UKM industri rajut di Kota Bandung.
Ha : 2.2 0 Kapabilitas inovasi berpengaruh positif terhadap kinerja
pemasaran pada UKM industri rajut di Kota Bandung.
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
Y1.4 Y1.5
PN
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6
PN2PN1
0.780 0.767
0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490
0.882
0.651
Y1.7 Y1.8 Y1.9
PN3
0.832
0.483 0.308 0.404
0.366
KP
Y2.1
Y2.2
Y2.3
0.793
0.830
0.884
0,371
0.311
0.219
OP
X1.5
X1.6
OP2
X1.1
X1.2
OP1
X1.7
X1.8
0.664
X1.3
X1.4
X1.9
X1.10
X1.11 OP3
X1.12
0.7430.7810.5980.733
0.7850.7400.7860.760
0.8170.8260.815
0.559
0.448
0.390
0.642
0.463
0.384
0.452
0.382
0.422
0.333
0.318
0.336
0.894
Y1.4 Y1.5
PN
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.6
PN2PN1
0.780 0.767
0.301 0.392 0.271 0.500 0.412 0.490
0.882
0.651
Y1.7 Y1.8 Y1.9
PN3
0.832
0.483 0.308 0.404
0.366
KP
Y2.1
Y2.2
Y2.3
0.793
0.830
0.884
0,371
0.311
0.219
0.075
207
Tabel 4.25
Hasil Pengujian Pengaruh Kapabilitas Inovasi terhadap Kinerja Pemasaran
UKM sentra rajut
Koef. Jalur thitung tkritis Ho Ha
0,229 3,294 1,96 ditolak diterima
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat nilai thitung variabel kapabilitas
inovasi (3,294) lebih besar dari nilai tkritis (1,96). Karena nilai thitung lebih besar
dibanding nilai tkritis, maka dengan tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk
menolak Ho sehingga Ha diterima. Jadi berdasarkan hasil pengujian dengan
tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa kapabilitas inovasi
berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran pada UKM industri rajut di Kota
Bandung. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa semakin tinggi
kapabilitas inovasi akan meningkatkan kinerja pemasaran pada UKM industri
rajut di Kota Bandung. Secara langsung kapabilitas inovasi memberikan
kontribusi sebesar 5,2% terhadap kinerja pemasaran pada UKM industri rajut di
Kota Bandung.
Temuan ini menunjukkan bahwa kapabilitas inovasi berpengaruh positif
terhadap kinerja pemasaran. Hal ini sesuai dengan temuan Koc & Ceylan (2007)
dalam Fernandes (2013) yang menyatakan bahwa pelaksanaan yang efektif dari
inovasi dapat meningkatkan keunggulan kompetitif sehingga meningkatkan
kinerja organisasi, maupun temuan Damanpour (2009) yang dikutip oleh
Baregheh (2012) serta Saunila et al., (2013) yang menyatakan adanya pengaruh
positif kapabilitas inovasi terhadap kinerja.
208
Dari temuan empiris ini dapat dipahami bahwa kapabilitas inovasi para
pengusaha di sentra rajut kota Bandung belum cukup tinggi meningkatkan kinerja
pemasaran secara langsung, hal ini dapat disinyalir dari temuan penelitian
deskriptif bahwa kemampuan inovasi para pengusaha rajut masih dalam katagori
cukup sehingga masih kurang dalam pencapaian kinerja pemasaran. Hal ini terjadi
karena kebutuhan dan keinginan pelanggan yang terus-menerus berubah sehingga
perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kapabilitas inovasinya sehingga
selalu dapat menciptakan produk yang memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan serta superior dibandingkan pesaing, sehingga kepuasan dan loyalitas
pelanggan akan tetap tinggi. Hal inilah yang akan meningkatkan kinerja
pemasaran.
Gambar 4.9
Diagram Jalur Pengaruh Kapabilitas Inovasi secara parsial terhadap
Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut
4.7.3 Pengaruh Penciptaan Nilai secara parsial terhadap Kinerja Pemasaran
UKM sentra rajut
Sub-hipotesis ketiga yang akan diuji adalah pengaruh penciptaan nilai
terhadap kinerja pemasaran. Berdasarkan paradigma penelitian sub struktur kedua
yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut.
209
Tabel 4.26
Model Struktural Pengaruh Penciptaan Nilai secara parsial terhadap
Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut
Endegenous
Constructs
Exogenous Constructs
Error
variance
PN
KP 2.1PN + ζ 2
Keterangan:
PN: Penciptaan nilai
KP: Kinerja pemasaran
ζ2 : Pengaruh faktor lain terhadap kinerja pemasaran
2.1 : Koefisien pengaruh penciptaan nilai terhadap kinerja pemasaran
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software LISREL
diperoleh persamaan struktural sebagai berikut:
Tabel 4.27
Persamaan Struktural Pengaruh Penciptaan Nilai secara parsial terhadap
Kinerja Pemasaran UKM sentra rajut
Endegenous
Constructs
Exogenous Constructs
Error
variance
PN
KP 0,651
(7,798)
0,576
Keterangan: Angka dalam kurung adalah nilai statistik uji-t.
Penciptaan nilai memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 42,4%
terhadap kinerja pemasaran pada UKM sentra rajut di Kota Bandung. Sementara
sisanya sebesar 57,6% merupakan pengaruh faktor-faktor lain diluar penciptaan
nilai. Secara visual diagram jalur pada pengujian hipotesis ketiga digambarkan
sebagai berikut.
Maka dapat disimpulkan bahwa penciptaan nilai merupakan variabel
intervening yang menjadi penengah antara orientasi pasar dan kapabilitas inovasi
terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut. Berbagai informasi yang didapat
210
oleh perusahaan yang disebarkan secara merata keseluruh bagian perusahaan
(orientasi pasar) harus dikombinasikan dengan segenap kemampuan perusahaan
dalam melakukan inovasi baik secara radikal maupun inkremental (kapabilitas
inovasi) dan diwujudkan menjadi nilai yang superior yang mampu memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta lebih baik dibandingkan pesaing agar
dapat meningkatkan kinerja pemasaran UKM sentra rajut.
Selanjutnya untuk membuktikan apakah penciptaan nilai berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pemasaran, maka dilakukan pengujian dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : 2.1≤ 0 Penciptaan nilai tidak berpengaruh positif terhadap kinerja
pemasaran pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.
Ha : 2.1 > 0 Penciptaan nilai berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran
pada UKM sentra rajut di Kota Bandung.
Tabel 4.28
Hasil Pengujian Pengaruh Penciptaan Nilai secara parsial terhadap Kinerja
Pemasaran UKM sentra rajut
Koef. Jalur thitung tkritis Ho Ha
0,651 7,798 1,96 ditolak diterima
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat nilai thitung variabel penciptaan
nilai (7,798) lebih besar dari nilai tkritis (1,96). Karena nilai thitung lebih besar
dibanding tkritis, maka dengan tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak
Ho sehingga Ha diterima. Jadi berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan
bahwa penciptaan nilai berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran pada
UKM sentra rajut di Kota Bandung. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris
211
bahwa semakin baik penciptaan nilai akan meningkatkan kinerja pemasaran pada
UKM sentra rajut di Kota Bandung. Penciptaan nilai memberikan pengaruh
sebesar 42,4% terhadap kinerja pemasaran pada UKM sentra rajut di Kota
Bandung.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh positif dari
penciptaan nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi superior yang dapat
diciptakan maka akan semakin meningkat pula kinerja pemasaran dalam
perusahaan tersebut. Sebaliknya, bila nilai yang diciptakan oleh UKM sentra rajut
di kota Bandung adalah nilai yang rendah, maka akan memiliki akibat yang buruk
dalam bentuk menurunnya kinerja pemasaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tournuis (2013) yang menyatakan bahwa
nilai pelanggan dapat membentuk kinerja pemasaran, dan peningkatan kinerja
merupakan hubungan yang kuat antara kognitif dan emosi pelanggan dengan
kepuasan dan penerimaan nilai. Demikian juga dengan hasil penelitian Da Gama
(2011) yang menyatakan bahwa kualitas, kepuasan dan loyalitas konsumen akan
membentuk kinerja pemasaran maupun Mode et al., (2013) yang menyatakan
bahwa kepuasan pelanggan sebagai akibat dari penciptaan nilai selalu diarahkan
untuk menghasilkan kinerja yang unggul, termasuk kinerja pemasaran.
Dengan demikian hal ini mengindikasikan bahwa kinerja pemasaran UKM
sentra rajut di kota Bandung sangat bergantung pada kemampuan mereka dalam
menciptakan nilai yang superior sehingga dapat meningkatkan kinerja pemasaran
secara terus menerus. Faktor yang paling dominan dari penciptaan nilai yang
harus terus menerus ditingkatkan sebagaimana hasil tanggapan responden
212
terhadap penciptaan nilai adalah manfaat konsumen. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa peningkatan manfaat dan kompetensi inti atau area bisnis
yang diterima konsumen merupakan kunci dari penciptaan nilai.
Gambar 4.10
Diagram Jalur Pengaruh Penciptaan Nilai secara parsial terhadap Kinerja
Pemasaran UKM Sentra Rajut
4.8 Novelty Penelitian.
Untuk lebih menjelaskan keterbaruan (novelty) dari penelitian ini, maka
perlu dijabarkan secara terperinci hasil temuan verikatif Kinerja Pemasaran UKM
sentra rajut dibentuk berdasarkan Orientasi Pasar dan Kapabilitas Inovasi melalui
Penciptaan Nilai sebagai berikut:
Y1.1
PN1Y1.2
Y1.3
Y1.4
PN2Y1.5
Y1.6
Y1.7
PN3Y1.8
0.836
0.780
0.854
0.707
0.767
0.714
0.719
0.832
0.301
0.392
0.271
0.500
0.412
0.490
0.483
0.308
0.882
Y1.90.404
PN
0.772
KP
Y2.1
Y2.2
Y2.3
0.793
0.830
0.884
0,371
0.311
0.219
0.651
213
Gambar 4.11
Model Hasil Penelitian
Berdasarkan dari temuan model hasil penelitian diatas maka diperoleh
hasil pengujian pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sebagai mana
yang ditunjukkan dalam tabel rangkuman berikut:
Penciptaan Nilai
(Y1)
1. Manfaat
konsumen
2. Area bisnis
3. Mitra bisnis
Kinerja Pemasaran
UKM sentra rajut
(Y2)
1. Volume
penjualan
2. Laba
3. Pangsa pasar
Orientasi Pasar (X1)
1. Orientasi pada pelanggan
2. Orientasi pada pesaing
3. Interfungsional
Kapabilitas Inovasi (X2)
1. Kepemimpinan untuk inovasi
2. Pengetahuan dan kreativitas
individu
3. Iklim dan budaya inovasi
4. Jaringan dan kerja sama
5. Inovasi proses
6. Inovasi hasil
13,4%
31,6%
63,5%
5,2%
42,4
%
77,6%
214
Tabel 4.29
Rangkuman Hasil Uji Verifikatif
Hubungan Pengaruh
Langsung Melalui PN PengaruhTotal
OP-KP 0.6% 23,8% 24,4%
KI-KP 5,2% 36,6% 41,8%
PN-KP 42,4% - 42,4%
OP-PN 13,4% - 13,4%
KI-PN 31,6% - 31,6%
OP,KI-PN 63,5% - 63,5%
OP,KI,PN-KP 77,6% - 77,6%
Berdasarkan rangkuman hasil penelitian di atas maka novelty penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Penelitian ini membuktikan bahwa variabel Orientasi Pasar tidak
berpengaruh secara langsung terhadap kinerja pemasaran UKM sentra
rajut. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara Orientasi Pasar dengan
Kinerja Pemasaran, dimana Orientasi Pasar merupakan faktor pendorong
yang dominan dalam peningkatan Kinerja Pemasaran. Kondisi itu
disebabkan kebutuhan dan keinginan pelanggan berubah-ubah secara
cepat, dan tidak dapat diimplementasikan ke dalam hal model atau corak
yang diinginkan pelanggan. Belum cukup mampunya pengusaha dalam
hal mengidentifikasi strategi pemasaran pesaing seperti kualitas bahan
yang lebih baik dengan harga yang sama atau lebih murah dibanding
produk rajutan lokal. Selanjutnya kebanyakan pengusaha UKM sentra
rajut hanya mengikuti sebagian kecil pengusaha UKM rajut yang kreatif
tanpa benar-benar memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Selain
215
itu hampir semua UKM sentra rajut tidak memiliki fungsi-fungsi
perusahaan karena jumlah karyawan yang terbatas.
2. Orientasi pasar dan Kapabilitas inovasi lebih dulu diwujudkan menjadi
nilai yang superior agar dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerja
pemasaran UKM sentra rajut. Namun demikian, Kapabilitas Inovasi
memiliki pengaruh lebih besar dalam mewujudkan Penciptaan Nilai yang
superior. Kondisi ini menunjukkan bahwa informasi dan pengetahuan
yang relevan mengenai pasar tidak banyak gunanya tanpa ditunjang oleh
kemampuan untuk mentransformasi hal tersebut menjadi inovasi yang
memiliki keunikan dan kemampuan dalam hal memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan.
3. Berdasarkan uji efek mediasi ditemukan bahwa pengaruh tidak langsung
kapabilitas inovasi terhadap kinerja pemasaran UKM sentra rajut melalui
penciptaan nilai menunjukkan efek mediasi penuh sebesar 85,7% (full
mediation). Artinya dapat disimpulkan bahwa penciptaan nilai berperan
sebagai full intervening dalam mewujudkan kinerja pemasaran yang
superior.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang superior diciptakan untuk memberi
pemenuhan optimal terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan serta
penyebaran informasi di setiap fungsi perusahaan sehingga memiliki
keunikan dibandingkan pesaing serta mendorong peningkatan Kinerja
Pemasaran UKM sentra rajut secara signifikan. Hal ini didasari oleh
kemampuan yang dimiliki individu maupun perusahaan dalam berinovasi
216
untuk mengolah dan memadukan berbagai informasi dan pengetahuan
yang relevan dengan tepat sehingga menjadi nilai yang superior untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Berdasarkan kebaruan (Novelty) diatas, maka model temuan ini dapat
disebut model “Penguatan Penciptaan Nilai” dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.12
Model Penguatan Penciptaan Nilai
155
top related