bab iv...dalam bab ini, penulis akan membahas secara mendalam imajinasi masyarakat mollo tentang...
Post on 04-Feb-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
59
BAB IV
GUNUNG MUTIS DALAM IMAJINASI MASYARAKAT MOLLO DAN
PENGARUHNYA DALAM PERILAKU MASYARAKAT
Dalam bab ini, penulis akan membahas secara mendalam imajinasi masyarakat Mollo
Tentang mitos Gunung Mutis dengan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab II serta data
yang di dapatkan di lapangan yang telah di uraikan di bab IIImakapada bagian ini penulis
akan membahas pengaruh mitos dan sejarah mengenai Gunung Mutis yang berkembang
dalam masyarakat Mollo yang membentuk pola pikir serta perilaku kehidupan mereka.
4.1 Imajinasi Mayarakat Mollo Tentang Gunung Mutis
Bertolakdari mitologi yang ada dalam masyarakat Mollo mengenai kedatangan nenek
moyang mereka ke Gunung Mutis sehingga menjadi Gunung Mutis menjadi Gunung yang
suci maka dapat dilihat bahwa mitos itu mempengaruhi pola pikir masyarakat Mollo sehingga
mereka mempunyai imajinasi mengenai Gunung mutis. Menurut Tedjoworo imajinasi adalah
daya untuk membentuk gambaran dari hasil indranya, imajinasi terkait dengan kemampuan
pikiran seseorang untuk merasakan pengalaman estetik.1
Masyarakat Mollo sendiri bertolak dari setiap mitos dan cerita yang berkembang dalam
budaya masyarakat mereka tentang Gunung Mutis maka mereka mempunyai daya dalam
menciptakan sebuah objek dari kenyataan dari apa yang mereka dengarkan dan yang mereka
saksikan, mereka mempunyai gambaran bahwa Gunung Mutis adalah sebuah tempat yang
suci tempat Uis Neno berada dan juga tempat roh leluhur mereka tinggal, Mutis bagi
masyarakat Mollo diibaratkan sorang ibu yang sedang menyusui, Selain itu, masyarakat
Mollo juga mempunyai filosofi yang kuat bahwa tanah melambangkan daging mereka, air
1 H. Tedjoworo, imaji dan imajinasi, (Yogyakarta: Penerbit Kanisisu, 2001), 21
-
60
sebagai darah, batu sebagai tulang, dan pohon sebagai rambut mereka. Hal ini menunjukkan
bahwa alam Gunung Mutis merupakan bagian dari diri manusia sehingga perlu dijaga.
Pandangan dan kepercayaan masyarakat Mollo menjadikan Gunung Mutis dan hutan Gunung
Mutis sebagai tempat sakral dan sangat dilindungi, namun juga merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka karena darinya masyarakat Mollo dan sebagian besar
masyarakat daratan Timor mendapatkan kehidupan yaitu sumber air dan hasil bumi. Bagi
mereka Mutis adalah sebuah tempat yang sangat indah dimana mereka berasal dan nantinya
ketika mereka meninggal mereka juga akan kembali ke Gunung Mutis bersama dengan
leluhur mereka. Dari hasil analisa terhadap temuan di lapangan maka penulis mendapatkan
beberapa pokok imajinasi dalam masyarakat Mollo.
4.1.1 Mutis Sebagai Tempat Lahir Kanaf-Kanaf (Marga)
Mutis dalam imajinasi masyarakat Mollo berfungsi sebagai tempat lahir kanaf-
kanaf (marga). Pada awalnya nenek moyang datang ke wilayah Gunung Mutis mereka
belum mempunyai marga, namun dalam perjalanan ke atas Gunung Mutis dan di atas
Gunung Mutis barulah mereka menemukan marga-marga mereka lewat setiap perilaku
hidup yang mereka lakukan. Oleh karena itu mereka mempunyai tugas dalam struktur
masyarakat sesuai dengan marga-marga tersebut. Dalam arti itu Mutis dalam imajinasi
orang Timor seperti taman Eden oleh karena awalnya manusia pertama yaitu Adam
ditempatkan di taman Eden dan ia mendapatkan nama di sana, setelah itu ia
memberikan nama kepada Hawa setelah itudia pun memberikan nama kepada tumbuh-
tumuhan dan hewan. Dari setiap marga yang mereka dapat dari di Gunung Mutis maka
mereka menjadikan Gunung Mutis sebagai tampat yang sangat sakral oleh karena di
sana banyak tempat-tempat suci mereka, misalnya lubang-lubang angin yang dianggap
-
61
sakral oleh marga Anin oleh karena dari sana muncul marga mereka artinya Angin.
Tempat itu menjadi tempat yang disakralkan oleh marga Anin.
Masyarakat Mollo juga menganggap demikian oleh karena dari gunung tersebut
terdapat mata air besar yang mengairi sebagin besar pulau Timor, seperti tiga sungai
yang mengalir di dalam taman Eden, juga Gunung Mutis mempunyai keindahan alam
yang sangat luar biasa dan di Mutis menyediakan segala keperluan yang mereka
butuhkan, dan di dalam wilayah Mutis juga terdapat pantangan-pantangan yang harus
ditaati, sehingga Mutis layaknya taman Eden.
4.1.2 Mutis Sebagai Tangga ke Sorga
Mutis di ibaratkan sebagai tangga ke sorga oleh karena Gunung Mutis merupakan
puncak tertinggi di pulau Timor dan semua pandangan tertuju pada puncak tertinggi
tersebut seperti awalnya kedatangan nenek moyang masyarakat Timor yang dating ke
Gunung Mutis karena pandangan mereka tertuju pada puncak tertinggi tersebut, Mutis
dianggap tangga ke sorga karena menghubungkan masyarakat Timor dengan UisNeno,
penguasa tertinggi masyarakat Timor. Dari kenyataan tersebut maka masyarakat Mollo
mempunyai imajinasi bahwa Gunung Mutis merupakan tangga menuju kesorga yang
menyimpan begitu banyak kekayaan, kelimpahan dan kemakmuran.
4.1.3 Mutis Sebagai Dapur Atau Gudang
Mutis sebagai dapur atau gudang oleh karena Gunung Mutis telah menyediakn
segala sesuatu yang menjadi keperluan masyarakat Mollo. Gunung Mutis serta Hutan
Gunung Mutis sangat kaya dengan sumberdaya alamnya, Gunung Mutis menyediakan
segala kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk masyarakat. Misalnya kebutuhan
pangan, Gunung Mutis mengalirakan air yang memberikan kehidupan pada masyarakat
-
62
Mollo dan juga sebagian besar masyarakat Timor, baik manusia hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Dari Gunung Mutis masyarakat dapat mengambil maduhutan yang sangat
berkualitas, untuk kebutuhan ekonomi mereka, Gunung Mutis juga menyediakan
banyak bahan makanan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang dapat di
konsumsi, sehingga Gunung Mutis dikatakan sebagaidapur yang menyimpan
begitubanyak kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat.
Gunung Mutis juga menyediakan kebutuhan papan yang mana dari Hutan
Gunung Mutis masyarakat mendapatkan bahanun untuk membuat tempat tinggal,
sehingga mereka mempunyai tempat tinggal yang layak mereka tempati, mereka
mendapatkan lahan untuk bertani dan beternak, oleh karena wilayah pemukiman dan
petanian merupakan wilayah yang mempunyai tanah yang sangat subur, sehingga
masyarakat dapat bertani dan beternak.
Gunung Mutis juga meyediakan kebutuhan sandang karena dari Gunung Mutis
masyarakat mendapatkan bahan untuk pembuatan kain, bahan pewarna dari tumbuh-
tumbuhan untuk membuat benang yang kemudian ditenun menjadi kain tenun ikat, dan
menjadi pakaian yang indah untuk masyarakat gunakan dan juga untuk mereka jual
membantu keperluan ekonomi masyarakat. Dengan demikan maka Gunung Mutis
menjadi dapur dan gudang bagi masyarakat Mollo karena telah menyediakan semua
kebutuhan masyarakat Mollo.
4.1.4 Mutis Sebagai Tempat Transit
Eliade juga menganalisa tentang bagaimana sejumlah unsur alam secara khusus
bermain di dalam pengalaman yang sakral. Menurut Eliade hal tersebut merupakan
simbolisme pusat. Di mana Gunung Mutis dianggap sebagai pusat dunia atau axis
mundi. Karena melalui axis mundi manusia religius dapat mengadakan hubungan dunia
-
63
atas dan dunia bawah. Gunung Mutis dianggap sebagai titik pertemuan antara tiga
wilayah kosmik: surga, bumi dan neraka.
Masyarakat Mollo menganggap Gunung Mutis sebagai pusat dunia oleh karena
mereka beranggapan bahwa leluhur mereka berasal dari Gunung Mutis dan ketika
mereka meninggal nanti mereka akan kembali ke atas Gunung Mutis, Mutis juga adalah
tempat transit mereka untuk kembali ke Gunung Mutis namun sebelum giliran mereka
untuk naik ke Gunung Mutis, jiwa mereka mendiami pohon-pohon besar, batu-batu
besar, mata air, danjuga di bukit-bukitbatu, oleh karena itu maka setiap marga di Timor
mempunyai gunung-gunung batu tersendiri. Oleh karena pemahaman yang demikian
maka Gunung Mutis dianggap sebagai rumah tempat mereka kembali (surga) setelah
mereka selesai melakukan aktifitas mereka (Bumi). Hal ini terlihat bahwa di atas
Gunung Mutis terdapat goa bertulis yang mana ketika ada orang yang akan meninggal
nama mereka akan muncul pada dinding gua tersebut. Dengan demikian terlihat jelas
bahwa Gunung Mutis adalah pusat dunia dari masyarakat Mollo karena merupakan titik
pertemuan anatara surga dan bumi seperti yang dikemukakan oleh Mircea Eliade.
4.2 Mitos Gunung Mutis Dalam Pengetahuan Orang Mollo
Masyarakat Dawan atau yang sering disebut masyarakat Atoni sangat menghargai
gunung, oleh karena terkait dengan kebudayaan dan kepercayaan mereka yang telah di
paparkan di atas, bahwa setiap marga mereka mempunyai gunung batu tersendiri yang sering
disebut Fut Kanaf, oleh karena itu masyarakat Mollo mempunyai pandangan mengenai
Gunung Mutis sebagai gunung yang suci yang memberikan kepada mereka sumber
kehidupan dan kelak mereka akan kembali ke tempat leluhur mereka berasal dari Gunung
Mutis Tersebut. Dari mitos yang diyakini oleh masyarakat Mollo tentang kedatangan nenek
moyang mereka pertama kali ke Gunung Mutis dan tinggal di sana dan memberikan kepada
-
64
mereka kelimpahan sehingga mereka meyakini bahwa tempat tersebut merupakan tempat
yang suci yang patut mereka jaga dan hargai oleh karena di sanalah tempat Roh leluhur
mereka bersemayam. Hal ini juga yang akhirnya berkembang dan mempengaruhi keyakinan
mereka.
Banyak obyek yang mereka anggap suci dan dikeramatkan. Mereka kenal sebagai
tempat tinggal para penguasa atau roh-roh untuk menyatakan diri. Masyarakat mengenal
obyek-obyek tersebut sebagai simbol yang kelihatan. Pandangan tentang struktur
kepercayaan dan bentuk religi masyarakat Primitif juga dikembangkan oleh Marett tentang
kekuatan leluhur yang bisa membawa manusia memiliki keyakinan akan adanya kekuatan di
luar kemampuan diri dalam hal-hal yang luar biasa dan menjadi sebab timbulnya gejala-
gejala yang tak dapat dilakukan manusia. Kekuatan-kekuatan tersebut ada dalamsegala hal
termasuk alam yang tak dapat dikendalikannya. Keyakinan ini disebut emosi keagamaan
yang timbul karena keyakinan. Tingkah-laku ini kemudian mereka wujudkan melalui
berbagai bentuk upacara.2
Dalam kebudayaan masyarakat Atoni mereka mengenal simbol-simbol sebagai
representasi dari yang tidak kelihatan tetapi sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
masyarakat Mollo sendiri menjadikan Gunung Mutis sebagai gunung suci yang memberikan
kehidupan dan kelimpahan kepada mereka. Sering perjalanan ketika kekristenan masuk ke
dalam budaya Timor dengan begitu banyak kenyataan bahwa masyarakat Atoni khususnya
masyarakat Mollo masih sangat kental dengan keyakinan mereka terhadap tempat-tempat
yang dianggap sakaral dan suci yang mereka yakini tempat berdiamnya Roh leluhur mereka
sala satunya Gunung Mutis dianggap tempat bertatahnya Uis Neno, diterjemakan dalam
metafora kekristenan yaitu Tuhan bersemayam di Gunung-Nya kudus dan orang yang bersih
lakunya yang boleh menghampiri ke Gunung Tuhan. Dengan demikian masyarakat Mollo
2Koentjaraningrat, sejarah Teori Antropologi, Universitas Indonesai Press, Jakarta, 1982. Hal 60
-
65
sangat menghargai keberadaan Gunung Mutis karena mereka meyakini bahwa Gunung Mutis
merupakan tempat yang tinggi dan suci tempat Berdiam Uis Neno yang memberikan kepada
mereka kelimpahan dan sekaligus juga bisa menimpakan malapetak apabila mereka
melakukan hal yang melanggar kehendak Uis Neno. Oleh karena itu Mereka meyakini bahwa
Gunung Mutis merupakan tempat yang suci sehingga orang yang pergi ke Gunung Mutis juga
harus yang mempunyai motivasi hati yang benar, apabila ada orang yang pergi dengan
motifasi hati yang buruk maka orang itu tidak akan mencapai gunung tersebut, sebaliknya ia
akan mendapatkan malapetaka seperti tersesat di jalan atau yang lebih parahnya lagi bisa saja
orang tersebut akan menghilang dan tidak pernah ditemukan lagi.
Dengan kenyataan demikian maka masyarakat Mollo sangat menghargai keberadaan
gunung tersebut karena bagi mereka gunung tersebut juga menjadi identitas dan kekayaan
budaya mereka yang patut mereka pertahankan. Oleh karena itu tradisi lisan seperti mitos dan
legenda selalu diturunkan oleh tokoh-tokoh adat dan orang tua kepada generasi sekarang ini
agar mereka tetap mempertahankan nilai budaya mereka. Oleh karena itu penting untuk kita
melihat mitos yang ada dalam masyarakat Mollo yang mempengaruhi pola pikir serta
perilaku masyarakat Mollo.
Bagi sebagian kalangan menilai mitos itu selalu berkonotasi negatif, sering
menganggap bahwa mitos itu sesutu cerita fiktif belaka yang tidak bisah dipertanggung
jawabkan kebenarannya, akan tetapi bagian analisis ini akan membahas dari sisi yang
berbeda, penulis melihat dari fungsi mitos dalam budaya yang mempengaruhi pola pikir serta
perilaku masyarakat tradisonal, khususnya masyarakat Mollo yang akhirnya melahirkan nilai-
nilai budaya dan nilai agama. Mitos yang ada dalam kepercayaan masyarakat itu mejadi
patokan untuk mereka bertindak dalam kehidupan sosial mereka. Selain itu mitos juga
dipahami sebagai pernyataan manusia yang kompleks dan dramatis, yang melibatkan pikiran,
perasaan, sikap dan sentimen. Dengan demikian mitos itu berada di luar dunia empirik, tetapi
-
66
mitos selalu mengaktualkan apa yang telah dikisahkan. Dalam agama primitif kuno, manusia
dengan objek suci. Bahkan ada yang mengatakan bahwa mitos merupakan salah satu
komponen universal dari agama. Bagi kebanyakan agama mengandung eksplanasi mitos
terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,
baik dalam arti individual maupun kemanusiaan.3 Mitos adalah sebuah cerita yang
memberikan pedoman dan arah tertentu pada kelompok pendukungnya. Oleh karena manusia
dulu membuat cerita maupun lambang yang mampu mencetuskan lambang kebaikan maupun
kejahatan melalui mitos.
Mircea Eliade mengemukankan bahwa mitos hasil dari manusia arkhias dalam
melukiskan lintasan supranatural ke dalam dunia mitos, yang dalam hal ini telah menguak
sebuah tabir misteri dengan mewahyukan peristiwa-peristiwa promodial yang sampai
sekarang ini masih diceritakan kembali. Mitos membicarakan tentang manusia tradisonal
dalam melihat sejarahnya baik itu tentang asal usul maupun tentang alam sebagai tempat
kediaman manusia. Mitos juga mengungkapan masalah-masalah religi atau masyarakat
menyangkut kepercayaan terhadap dewa-dewa sebagai suatu kekuatan supranatural yang
dipercaya dan alam yang membentuk manusia tradisional. 4
Dari pernyataan tersebut maka penulis juga menjumpai data yang ada di lapangan
bahwa masyarakat Mollo sebagai masyarakat tradisonal juga mempunayi mitos yang
berkembang dalam masyarakat, yang terus diceritakan kembali oleh para leluhur dan tokoh
adat sampai saat ini, Mitos juga hadir dalam masyarakat Mollo oleh karena Gunung Mutis
merupakan tempat leluhur mereka tinggal karena itu ketika mereka meninggal mereka akan
kembali ke atas gunung tersebut. Hal ini juga mempengaruhi sistem kepercayaan mereka,
yang mana mereka mempercayai roh leluhur mereka masih ada dan tetap tinggal di sekitaran
Gunung Mutis, dan dapat memberikan kesejahteraan untuk mereka. Mitos itu diyakini oleh
3Dr. Budi Susanto SJ, Kebudayaan Dan Agama, Yogyakarta; Kanisius,1992, hlm,50
4Mircea Eliade, „Myth”, sebuah artikel dalam Encylopedia Britanica, xv, 1969, hlm, 1134-5
-
67
masyarakat Mollo sebagai suatu kebenaran dan merupakan sebuah kekayaan dan sebagai
patokan untuk mereka bertindak. Dengan demikian hal ini menjadi benar bahwa mitos adalah
patokan bagi masyarakat Mollo dalam memahami latar belakang asal usul kehidupan mereka.
Mitos juga mempengaruhi pola pikir dan tindakan masyarakat dalam menjalani aktifitas
keseharian mereka. Dari mitos tersebut masyarakat memahami bahwa adanya peraturan yang
secara tidak langsung mengatur hubungan masyarakat dengan sesama, hubungan masyarakat
dengan alam maupun dengan leluhur mereka. Dari mitos juga masyarakat Mollo memahami
tentang nilai-nilai dalam masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Nilai-nilai sakral
tersebut kemudian membentuk identitas bagi masyarakat Mollo. Oleh sebab itu penulis
melihat mitos menjadi kekuatan bagi masyarakat mollo dalam mempertahankan eksistensi
tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki.
Mitos juga memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat Mollo karena
masyarakat mampu menghayati setiap kegiatan ritual yang dilakukan dengan penuh tanggung
jawab agar mereka mencapai kesempurnaan yang diinginkan oleh para leluhur mereka. Hal
ini dapat dilihat ketika masyarakat melalukan ritual kesuburan sebagai salah satu ritual untuk
meminta kesuburan dari para leluhur. Ritual ini merupakan kewajiban masyarakat dalam
menjaga alam serta lingkungan mereka. Setiap ritual yang dilakukan dipahami sebagai upaya
mereka dalam mencari keselamatan. Jadi dapat dikatakan bahwa mitos itu nyata sejauh
mayarakat menghadirkan pola-pola yang diwariskan sejak dulu, pola-pola tersebut yang
menjadi isi pikiran dari masyarakat Mollo.
Mitos yang berkembang dalam masyarakat Mollo adalah sarana untuk menghadirkan
Yang Kudus melalui bahasa simbolik dalam kehidupan mereka sehari-hari. Melalui
mitologi,masyarakat Mollo memperoleh suatu kerangka acuan yang memungkinkan mereka
memberi tempat kepada bermacam-macam kesan dan pengalaman yang telah mereka
perolehselama hidup. Berkat kerangka acuan yang disediakan mitos, mereka memiliki
-
68
orientasi dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, mitos adalah sebuah cerita pemberi
pedoman dan arah tertentu kepada kehiduapan masyarakat mereka. Maka mitos
sesungguhnya merupakan pernyataan atas suatu kebenaran yang lebih tinggi dan lebih
penting tentang realitas asali, yang masih dimengerti sebagai pola dan fondasi dari kehidupan
masyarakat primitif atau tradisional seperti halnya masyarakat Mollo.5 Dari acuan seperti
demikian maka masyarakat Mollo dapat memahami semua aturan dan nilai budaya yang ada,
sehingga dalam keseharian mereka dapat bertindak sesuai dengan aturan budaya yang ada.
Firth menyatakan bahwa cerita sakral (mitos) tidak mudah dipisahkan dari cerita
profan. Di dalam mitos sebagai cerita suci, “kata-kata atau dongeng, ataupun cara
berceritanya itu sendiri dianggap memiliki kekuatan atau daya atau keutamaannya sendiri
yang penuh arti”6. Hal ini berarti mitos memiliki kekuatan yang menjadikan hal-hal yang
bersifat sakral dan profan menjadi sesuatu yang dihayati secara mendalam. Pengalaman
tentang yang sakral menurut Eliade juga berpusat pada sesuatu yang supranatural yang di
mana ketika orang menjumpai sesuatu yang benar-benar luar biasa atau misterius lalu
menyadari bahwa hal itu menjadi pengalaman yang berkesan maka hal tersebut dianggap
sakral. Hal tersebut dapat terlihat ketika masyarakat Mollo mengsakralkan tempat-tempat
dimana mereka menemukan marga mereka, mereka juga mengsakralkan tempat-tempat
seperti pohon-pohon, batu-batu dan gua-gua, tempat roh leluhur mereka tinggal untuk
sementara waktu menunggu giliran mereka naik kembali keatas GunungMutis.
Masyarakat Mollo menganggap bahwa Gunung Mutis adalah tempat yang sakral oleh
karena, di Gunung Mutis tempat tinggal Uis Nenosebagai penguasa bumi berada. Oleh karena
pemahaman yang demikian segala unsur alam yang ada di Gunung Mutis menjadi sangat
berharga bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Mollo. Air, Batu, tumbuh-tumbuhan
5Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama,Yogyakarta; Penerbit Kanisius,1995, Hal 147
6R.W.Firsth, history and Tradition of Tikopio, London, 1961,8
-
69
hewan, pohon, yang ada di Gunung Mutis merupakan simbol kekayaan yang memberi
kehidupan bagi sebagian besar masyarakat Timor bukan hanya masyarakat Mollo
Oleh karena Gunung Mutis dianggap sebagai pusat dunia dan sangat sakral maka ada
beberapa hal terlarang yang dianggap taboo bagi masyarakat Mollo. Diantaranya ada
larangan untuk tidak mengambil sembarangan tumbuh-tumbuhan atau binatang yang ada di
Gunung Mutis oleh karena mereka meyakini bahwa semua yang ada di Gunung Mutis
merupakan penjelmaan dari leluhur mereka, misalnya larangan untuk tidak menebang
pohon,oleh karenadi pohon tersebut tempat transit roh leluhur mereka sebelum naik ke atas
Gunung Mutis. Batu besar juga merupakan tempat persinggahan roh leluhur mereka.
Binatang yang ada merupakan jelmaan leluhur mereka, misalnya ular, apabila orang asli di
sana yang bermata jeli melihat itu adalah nenek mereka, kera juga mereka melihat bahwa itu
adalah kakek mereka, Sehingga ular tersebut tidak boleh dibunuh dan juga larangan untuk
larangan pemburuan satwa liar, apabila ada yang melanggar larangan tersebut maka mereka
akan di kenakan sanksi adat yang di berikan oleh tokoh adat maupun sanksi alam.
4.3 Pengaruh Mitos Gunung Mutis Bagi Perilaku Masyarakat Mollo
Mitos memainkan peran penting karena memiliki fungsi eksistensial bagi masyarakat
Mollo. B. Malinowaski sangat menekankan hal ini. Mitos atau cerita-cerita suci dalam
masyarakat Mollo juga penting untuk dirumuskan menurut Fungsinya, agar supaya
masyarakat dapat memahami fungsi dan makna sesungguhnya dari mitos tersebut. Mitos
yang ada dalam masyarakat Mollo fungsinya untuk menetapkan kepercayaan mereka
terhadap sesuatu hal yang mereka anggap suci. Seperti halnya mitos kedatangan nenek
moyang masyarakat Timor ke Gunung Mutis, mereka meyakini bahwa oleh karena nenek
moyang mereka awalnya datang dan Tinggal di atas Gunung Mutis sehingga tempat itu
menjadi suci oleh karena tempat Uis nenodan Roh leluhur mereka berada, dari hal seperti itu
-
70
mitos mempengaruhi masyarakat sehingga mereka menjaga dan melindungi alam mereka
yaitu Gunung Mutis.
Setiap mitologi atau tradisi suci dari masyarakat Mollo adalah kumpulan cerita yang
terjalin dalam kebudayaan mereka, yang menyatakan keyakinan mereka, menentukan ritus
mereka, yang berlaku sebagai landasan peraturan sosial maupun sebagai model dari tingkah
laku moral mereka, yang berkembang dalam masyarakat Mollo, sehingga dari mitos tersebut
mempengaruhi setiap tindakan yang mereka lakukan. Mitos yang ada juga tidak hanya
semata-mata untuk mengulang kembali kejadian histori di masa lampau, tetapi dari tradisi
suci ini memberikan dasar dari peristiwa awal dari masa lampau yang jaya untuk diulangi lagi
di masa kini. Mitologi masyarakat Mollo mengangkat dan merumuskan kepercayaan,
melindungi dan memperkuat setiap ritus-ritus yang ada dalam masyarakat, serta memberi
peraturan-peraturan praktis untuk menuntut setiap kehidupan mereka, sehingga dapat
dikatakan mitos yang ada dalam masyarakat Mollo dapat merupakan kekuatan dan norma
masyarakat itu sendiri.
Dari mitos tersebut masyarakat Mollo mengerti sejarah kehidupan mereka, dari cerita
tersebut juga masyarakat Mollo mendapat nilai budaya dan moral sehingga mereka sangat
menghargai setisap tradisi leluhur mereka, mereka sangat menaati setiap peratutan dan ritus
yang ada dalam budaya mereka, semua itu mereka dapatkan dari setiap mitos dan cerita yang
terus menerus dicerikan kepada mereka sehingga itu semua menjadi landasan dalam
kehidupan bermasyarakat mereka. dari setiap kisah tersebut masyarakat juga dapat
mengetahui apa yang menjadi identitas mereka, apa yang patut mereka lindungi dan
pertahankan sebagai kekayaan budaya leluhur mereka. Dari mitos tersebut sangat menarik
untuk dibahas, oleh karena dibalik mitos tersebut ternyata menimbulkan berbagai dampak
yang mempengaruhi kehidupan sosial budaya, kepercayaan, dan pola pikir dan perilaku
masyarakat Mollo.
-
71
4.3.1 Pengaruh Mitos Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Mollo
Sebuah mitos bisa mengecohkan masyarakat, karena sedikit banyak didukung
oleh pengalaman atau pengamatan empirik.7 Bukti-bukti pendukung itu sebenarnya
bukan penyebab terbentuk mitos tetapi akibat dari mitos yang terlanjur diyakini oleh
masyarakat.8 Mitos ini juga yang diyakini oleh masyarakat Mollo sehingga
mempengaruhi pola sosial kehidupan mereka dengan lingkungan sekitar dan juga
hubungan interaksi mereka dengan sesama.
Demikian halnya yang terjadi dengan mitos yang diyakini oleh masyarakat Mollo
mengenai Gunung Mutis sebagai gunung yang penuh dengan harta benda dan juga
tempat Uis Neno berada, serta tempat tinggal leluhur masyarakat Mollo. Dengan
demikian kontruksi mitos terbentuk di dalam masyarakat sehingga mempengaruhi
kehidupan sosial budaya mereka. Oleh karena mitos yang ada masyarakat Mollo
meyakini bahwa semua yang mereka miliki saat ini baik alam yang meyediakan segala
sesuatu kepada mereka adalah pemberian dari Uis Neno dan para leluhur mereka yang
berdiam di Gunung Mutis oleh karena itu mereka menjaga keharmonisan antara mereka
dengan alam serta menjaga hubungan mereka dengan leluhur mereka. Masyarakat
Mollo menjalin relasi yang baik lewat tindakan kehidupan mereka yaitu mereka
menjaga dan menghargai Gunung Mutis, tidak boleh sembarangan orang masuk dan ke
Gunung Mutis terkecuali seijin tokoh adat, apabila tokoh adat mengijinkan untuk
mereka mengunjungi Gunung Mutis barulah mereka masuk kedalamnya, tetapi dengan
tujuan yang jelas.
Dengan adanya peraturan daerah yang menetapkan Gunung Mutis sebagai wisata
cagar Alam maka siapa saja boleh mengunjungi Gunung Mutis, tetapi tetap dalam
7 Ariel Haryono, seks dan mitos: Barat-Timur, dalam Johanes Mardimin, jangan tanginsi
tradisi:transfoemasi budaya menuju masayarakat Indonesia Modern (Yogyakarta :Kanisius, 1994), hlm. 138 8Ariel Haryono, seks dan mitos: Barat-Timur, dalam Johanes Mardimin, jangan tanginsi
tradisi:transfoemasi budaya menuju masayarakat Indonesia Modern,,,,,138
-
72
pengawasan tokoh adat yang ada. Apabila ada oknum yang sengaja merusak tanaman
ataupun memburuh binatang yang ada di dalamnya maka ia sendiri akan menerima
sanksi. Oleh karena mereka meyakini bahwa semua unsur yang ada di Gunung Mutis
merupakan penjelmaan dari leluhur mereka. ketika mereka ingin pergi ke Gunung
Mutis mereka tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan atau kata-kata
kotor oleh karena itu akan membuat leluhur mereka marah. Dengan demikian maka
mitos menciptakan nilai moral yang mempengaruhi kehidupan sosial mereka, dari
mitos demikian juga mempengaruhi pola perilaku mereka untuk terus menjaga alam,
hidup sopan dan santun, saling menghargai sesama, semua itu terbentuk dari mitos
yang ada dalam masyarakat Mollo.Dari semuanya itu maka kehidupan sosial
masyarakat Mollo tetap terjalin dengan harmonis dan alam mereka tetap terjaga dengan
baik, tumbuh-tumbuhan dan hewan tetap terjaga kelestariannya.
Oleh karena masyarakat yang terus mempertahankan keasrian Gunung Mutis
dengan menjaga alamnya sehingga, gunung tersebut tetap terjaga, sehingga mata air
yang ada dari Gunung Mutis tidak berkurang walaupun berada pada musim kemarau,
pepohonannya tetap terlindungi sehingga membuat resapan air tetap terjaga, sehingga
tanah di wilayah Mollo khususnya di desa Fatumnasi sangat subur, sehingga memenuhi
segala kebutuhan mereka. Dari semuanya ini kita dapat melihat bahwa mitos
mempengaruhi ekologi, sehingga masyarakat boleh hidup dengan penuh kecukupan
yang disediakan oleh alam yang mereka jagai itu.
Dari Gunung Mutis masyarakat mendapatkan garis struktur social dalam
masyarakat, makaperilaku yang harus mereka lakukan yaitu,
1. Setiap masyarakat wajib menjaga kelestarian alam dengan menjaga hutan,
tidak boleh menebang pohon sembarangan, melainkan tetap menjaga
-
73
kelestarian alam dengan tetap memelihara pohon-pohon dan tumbuh-
tumbuhan di kawasan Gunung Mutis,
2. Tidak boleh memasuki wilayah hutan larangan yang disakralkan oleh
masyarakat, oleh karena terdapat banyak tempat-tempat sakral, dan tempat-
tempat yang di anggap taboo yang tidak boleh sembarang orang masuk ke
wilayah tersebut.
3. Tidak boleh memburuh binatang secara berlebihan melainkan melindungi
binatang-binatang yang ada di kawasan tersebut.
4. Menaati aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat, menjaga perilaku
hidup mereka lewat relasi baik mereka dengan sesama, dapat di lihat dari
kehidupan masyarakat Mollo yang mempunyai sikap penghormatan kepada
sesama yang sangat tinggi, walaupun mereka hidup di wilayah yang bisa
dikatakan keras oleh karena alam dan lingkungan yang membentuk mereka
untuk hidup di tempat yang keras akan tetapi sikap hidup mereka dan perilaku
mereka tidak sekeras kehidupan mereka. Hal ini yang membedakan
masyarakat Mollo dengan masyarakat yang ada di wilayah Timor lainnya yang
mempunyai watak yang lebih keras dan kasar.
5. Menaati pemimpin mereka seperti tokoh adat atau pemerintah desa, semua
peraturan adat dan peraturan desa mereka wajib untuk menaati hal ini terlihat
ketika mereka melakukan kegiatan mereka seperti panen madu hutan mereka
harus melakukan ritual bersama dengan tokoh adat. Mereka juga harus menaati
pemerintah dengan tidak melanggar wilayah-wilayah yang telah di tentukan
oleh pemerintah desa untuk membuka ladang pertanian maupun peternakan.
Semua di patuhi oleh masyarakat setempat sehingga di wilayah Mollo jarang
sekali terjadi pertikaian antar masyatakat maupun dengan pemerintah desa.
-
74
Hanya pada saat terjadi penambangan di wilayah Gunung Mutis barulah
mereka bertindak unutk menolak penambangan tersebut untuk
mempertahankan identitas dan alam mereka.
4.3.2 Pengaruh Mitos dalam Agama dan Budaya Masyarakat Mollo
Mitos, agama dan budaya adalah tiga hal dengan konsep yang berbeda namum
sebenarnya ketiga hal ini memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.di mana nilai-nilai
yang terkandung dalam agama-agama tradisonal adalah nilai-nilai budaya yang
merupakan warisan para leluhur. Konsep agama tradisonal terdiri dari pola-pola yang di
dalamnya juga berkaitan dengan mitos sedangkan mitos sendri juga dalah bagian dari
sistem kebudayaan. Dalam kajian sosiologis, baik agama maupun budaya merupakan
bagian dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Mitos merupakan bentuk pengungkapan intektual yang primodial dari berbagai
sikap dan kepercayaan keagamaan. Mitos telah dianggap sebagai filsafat primitif
berbentuk pengungkapan pemikiran yang paling sederhana, serangkain usaha untuk
memahami dunia, untuk menjelaskan kehidupan dan kematian, takdir dan hakikat,
dewa-dewa dan ibadah.9 Sehubungan dengan hal ini masyarakat Mollo pada umumnya
telah berpegang pada sistem kepercayaan yang dikategorikan sebagai agama yang
diakui oleh negara, namun keyakinan yang di dasarkan pada kepercayaan agama yang
dianut masih dipengaruhi oleh mitos yang telah menjadi tradisi dan sejarah masyarakat
Mollo. Mitos yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Mollo berkaitan dengan
kepercayaan tradisional dan nilai-nilai kebudayaan. Pada umumnya, pada masyarakat
tradisonal, tradisi erat kaitannya dengan mitos dan agama. Mitos lahir dari tradisi yang
9Thomas F. O‟Dea, Sosiologi Agama,Suatu Pengenalan Awal, Jakarta; CV Rajawali, 1987, hlm 79
-
75
sudah mengakar kuat di suatu masyarakat, sementara agama dipahami berdasarkan
kultur setempat sehingga mempengaruhi tradisi. Secara umum mitos selalu
dihubungkan dengan masyarakat mistis, namun demikian tidak berarti masyarakat
modern telah meniadakan mitos ini sama sekali. Karena tidak jarang masyarakat
modern yang masih percaya pada warisan kuno. Pada hakikatnya mitos selalu muncul
dalam ranah psikis manusia. Selain itu mitos juga dipahami sebagai pernyataan
manusia yang kompleks dan dramatis, yang melibatkan pikiran, perasaan, sikap dan
sentimen. Dengan demikian mitos itu berada di luar dunia empirik, tetapi mitos selalu
mengaktualisasikan apa yang telah dikisahkan.
Mitos bagi masyarakat Mollo merupakan gambaran keyakinan mereka mengenai
rahasia-rahasia alam yang mengatasi segala kehidupan. dalam dunia mitos manusia
merasa di kelilingi kekuatan roh-roh dan kekuatan-kekuatan alam. Mereka meyakini
bahwa ada kekuatan-kekuatan lain yang lebih berkuasa di sekeliling mereka yang masih
berhubungan dengankehidupan mereka, sehingga ketika mereka mengalami peristiwa-
peristiwa buruk misalnya gagal panen, sakit penyakit, bencana alam, mereka akan
menghubungkan dengan roh leluhur dan Uis Neno sebagai penguasa yang sedang
murka atas perbuatan mereka, oleh karena itu mereka harus melakukan ritual adat agar
mereka terhindar dari mara bahaya. Misalnya salah satu tradisi ritus agraris yang masih
hidup dan terus dikembangkan dalam masyarakat Mollo sampai sekarang ini adalah
Tradisi Fua Pah, sebuah tradisi pemujaan roh yang dilaksanakan di tempat-tempat
tertentu seperti di kebun-kebun, gunung-gunung dan bukit-bukit.Untuk mengambil hati
dan menghindari kemarahan Pah Tuaf, masyarakat Mollo seringkali memberikan
berbagai korban persembahan dalam upacara adat yang disebut Fua Pah. Upacara Fua
Pah merupakan sebuah tradisi pemujaan kepada Uis Pah (Raja Dunia, Sang Penguasa
-
76
Tanah dan makhluk di atas alam raya yang dianggap menyimpan kekuatan jahat atau
kekuatan setan) dengan cara memberikan sesaji berupa hewan korban.
Tradisi pemujaan Fua Pah sampai sekarang masih hidup dan berkembang dalam
masyarakat Mollo. Tradisi ini telah menjadi semacam simbol konstitutif yang
membentuk kepercayaan-kepercayaan, simbol kognitif yang membentuk ilmu
pengetahuan, simbol penilaian moral yang membentuk nilai-nilai moral dan aturan-
aturan, dan simbol-simbol ekspresif pengungkapan perasaan.Sebagai sebuah sistem
simbol, tradisi ini memuat berbagai makna yang penting bagi masyarakat
pendukungnya.
Ritus-ritus yang dilaksanakan dalam masyarakat tradisional biasanya berkaitan
secara emosional dengan mitologi dan sistem kepercayaan masyarakatnya mengenai
Tuhan, roh, alam semesta, bumi, kerja. Khusus menyangkut pemujaan terhadap roh-roh
leluhur maupun roh-roh lainnya. Disini kita dapat melihat bahwa walaupun masyarakat
Mollo sudah mempunyai keyakinan agama sah oleh negara namun mereka masih
mempercayai keyakinan tradisonal yang mereka yakini dari leluhur mereka. Semua itu
mereka yakini dari setiap mitologi yang ada dalam budaya mereka. Dengan demikian
maka mitos yang berkembang dalam budaya masyarakat Mollo mempunyai pengaruh
yang besar dalam kepercayaan masyarakat Mollo dan sudah menjadi kekayaan budaya
mereka.
top related