bab iii objek praktek kerja lapanganmedia.unpad.ac.id/thesis/170103/2010/171103100138_3_2468.pdf17...
Post on 06-Mar-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
14
BAB III
OBJEK PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Sejarah Singkat Dinas Petenakan Provinsi Jawa Barat
Organisasi/Instansi pemerintah yang menangani urusan/fungsi peternakan
dan kesehatan hewan di Jawa Barat sudah berdiri sejak masa pemerintahan
kolonial Belanda, yaitu tercatat mulai berdiri pada tahun 1932 dengan nama
Provinciale Veeart Senijkundige Diesnst, yang berkedudukan di Bandung,
dikepalai oleh seorang Inspektur berkebangsaan Belanda dan dibantu oleh
pegawai sebanyak 46 orang, dengan wilayah kerja meliputi Jawa Barat dan
Jakarta. Organisasi ini mempunyai tugas memfasilitasi masyarakat dalam hal
pencegahan/pemberantasan penyakit hewan dan peningkatan produksi ternak,
serta penyediaan kesehatan produk ternak (RPH) di Jawa Barat dan Jakarta. Pada
masa tersebut pemerintah Belanda cukup tinggi perhatiannya dalam
pengembangan budidaya peternakan milik masyarakat, dicirikan dengan berbagai
kebijakan yang ditetapkan dalam undang-undang kehewanan.
Pada awal masa kemerdekaan, organisasi kehewanan ini menjadi Jawatan
Pertanian Republik Indonesia, merupakan instansi vertikal (Pusat) dibawah
Kementerian Kemakmuran. Kebijakan dan program dari Jawatan Pertanian
tersebut adalah dalam rangka meningkatkan produksi dan pendapatan
petani/masyarakat, yang meliputi usaha-usaha pertanian rakyat, perkebunan,
perikanan darat, kehewanan dan penyaluran bahan makanan.
15
Berawal dari pembentukan Provinsi Jawa Barat pada tahun 1950 melalui
Undang-undangNomor11 Tahun 1950. Undang-undang tersebut memberikan
urusan yang menjadi kewenangan pangkal daerah, diantaranya adalah urusan
kehewanan. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1951 tentang pelaksanaan
penyerahan sebagian urusan dalam lapangan kehewanan kepada Provinsi Jawa
Barat yang meliputi urusan-urusan: Usaha pemasukan bibit ternak dari luar
provinsi, Usaha mempeternakan atau menyediakan bibit ternak untuk dibagi-
bagikan di luar provinsi, Mengadakan pertemuan-pertemuan dan tindakan-
tindakan lain dalam urusan peternakan, termasuk juga ternak jenis unggas yang
mempengaruhi lingkungan yang lebih luas dari daerah. Dengan terbitnya
peraturan perundang-undangan tersebut diatas wilayah Pemerintah Provinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan Dewan Pemerintah
Daerah Sementara (DPDS) Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
resmiber diri, sedangkan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan dibidang
Pertanian ditetapkan melalui Keputusan Dewan Pemerintahan Daerah
Sementara(DPDS) Provinsi Daerah Jawa Barat Nomor 3/UPO/1952 dibentuklah
Jawatan Pertanian Rakyat dan Jawatan Kehewanan Provinsi Jawa Barat pada
tanggal 4 Juni1952 Jawatan Kehewanan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
merupakan instansi otonom Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat.
Pada tahun 1968 melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1968 yang
merubah nama /istilah Direktorat Jenderal Kehewanan pada Departemen
Pertanian menjadiDirektorat Jenderal Peternakan, maka dengan Keputusan
16
Presiden tersebut, nomenklatur Jawatan Kehewanan disesuaikan menjadi Jawatan
Peternakan Provinsi JawaBarat.
Dengan meningkatnya urusan penyelenggaraan pemerintahan dan fasilitasi
pembangunan,pada tahun 1975 terjadi perubahan struktur instansi otonom
dilingkunganPemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat, yang ditetapkanmelalui
Surat KeputusanGubernur Nomor 107/A/V/18/SK/1975, tentang perubahan
Jawatan (Otonomi) menjadi Dinas. Sejak itu Jawatan Peternakan Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat menjadi Dinas Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat.
Perubahan Pemerintahan yang cukup besar terjadi setelah terbitnya
Undang Undang 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah. Dari sistem pemerintahan yang sentralistik menuju pemerintahan
desentralisasi, yang lebih menitikberatkan fungsi dan kewenangan kepada
pemerintah kabupaten dan Kota dengan maksud lebih mendekatkan pelayanan
terhadap masyarakat. Undang-undang tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
provinsi sebagai Daerah Otonom.
Mengantisipasi perubahan yang terjadi maka terjadi pula penyesuaian
instansi / dinas-dinas di tingkat Provinsi, dan berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No. 15 Tahun 2000 jo No 5 Tahun 2002 tentang Dinas
Daerah Provinsi Jawa Barat. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mempunyai
17
tugas pokok, merumuskan kebijakan operasional di bidang peternakan yang
merupakan sebagian kewenangan desentralisasi Provinsi serta kewenangan yang
dilimpahkan kepada Gubernur berdasarkan azas dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, maka Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat merupakan
instansi teknis daerah provinsi yang menangani bidang peternakan dalam
mengkoordinasikan dan memfasilitasi penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan peternakan di Jawa Barat.
3.2 Visi dan Misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
3.2.1 Visi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
"Menjadi Dinas yang Memberdayakan Sumber Daya Domestik menuju
Ketahanan Pangan Asal Ternak serta Kesejahteraan Masyarakat Peternakan Jawa
Barat".
3.2.2 Misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
1. Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat dengan profesional melalui
kemitraan strategis;
2. Memfasilitasi pengembangan kawasan usaha peternakan yang berwawasan
lingkungan; dan
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan status kesehatan
masyarakat veteriner, ketahanan dan keamanan pangan asal.
18
3.3 Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola
tentang hubungan diantara fungsi-fungsi mengenai tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi.
Struktur organisasi pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2009, terdiri dari:
1. Kepala Dinas;
2. Sekertaris:
a. Subbagian Perencanaan dan
Program;
b. Subbagian Keuangan;
c. Subbagian Kepegawaian dan
Umum;
3. Bidang Produksi:
a. Seksi Budidaya;
b. Seksi Pembibitan;
c. Seksi Pakan Ternak;
4. Bidang Pengembangan Usaha:
a. Seksi Pasca Panen dan
Pengolaha;
b. Seksi Fasilitas Usaha dan
Kelembagaan;
c. Seksi Distribusi dan Pemasaran;
19
5. Bidang Kesehatan Hewan dan
Kesmavet:
a. Seksi Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Hewan;
b. Seksi Kesehatan Masyarakat
Veteriner;
c. Seksi Pengamatan Penyakit dan
Pengawasan Obat Hewan;
6. Bidang Prasarana dan Sarana
a. Seksi Teknologi Alat Mesin;
b. Seksi Data dan Informasi;
c. Seksi Penataan Usaha.
21
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
GAMBAR 3.1
STRUKTUR ORGANISASI DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT
22
3.4 Tata Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing struktur organisasi
berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2009 tentang Tugas
Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan,
menetapkan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
kegiatan tugas pokok Dinas serta mengkoordinasikan dan membina UPTD.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana di maksud pasal 3
ayat (1), Kepala Dinas mempunyai fungsi:
penyelenggaraan, perumusan,
penetapan, pengaturan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan teknis
peternakan meliputi prasarana dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan
kesmavet, serta pengembangan usaha;
penyelenggaraan fasilitas dan
pengendalian pelaksanaan tugas-tugas peternakan;
penyelenggaraan koordinasi dan
kerjasama dalam rangka tugas pokok dan fungsi dinas;
penyelenggaraan urusan
kesekretariatan; dan
penyelenggaraan koordinasi dan
pembinaan UPTD.
23
2. Sekretaris
Sekertaris mempunyai tugas pokok menyelenggarakan koordinasi
perencanaan dan program Dinas, pengkajian perencanaan dan program,
pengelolaan keuangan, kepegawaian, dan umum.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
4 ayat (1), Sekertaris mempunyai fungsi:
penyelenggaraan koordinasi
perencanaan dan program dinas;
penyelenggaraan pengkajian
perencanaan dan program sekretariat;
penyelenggaraan pengelolaan
urusan keuangan, kepegawaian dan
umum.
a. Subbagian Perencanaan dan
Program
Subbagian Perencanaan dan Program mempunyai tugas pokok
melaksanakan koordinasi perencanaan dan penyusunan program.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
5 ayat (1), Subbagian Perencanaan dan Program mempunyai fungsi:
24
pelaksanaan penyusunan bahan
perencanaan dan program kerja sekertariat dan Subbagian Perencanaan
dan Program;
pelaksanaan penyusunan bahan
penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program dinas yang meliputi
prasarana dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan kasmavet, serta
pengembangan usaha;
pelaksanaan pengkoordinasian
perencanaan dan program UPTD.
b. Subbagian Keuangan
Subbagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan
administrasi keuangan di lingkungan Dinas.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
6 (ayat1), Subbagian Keuangan mempunyai fungsi:
pelaksanaan penyusunan bahan
rencana anggaran belanja langsung dan tidak langsung Dinas;
pelaksanaan koordinasi
pengelolaan teknis administrasi keuangan Dinas;
pelaksanaan koordinasi
pengelolaan keuangan pada UPTD.
25
c. Subbagian Kepegawaian dan
Umum;
Subbagian Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, umum dan
perlengkapan.
Dalam menyelenggarakan tugas poko sebagaimana dimaksud pada pasal 7
ayat (1), Subbagian Kepegawaian dan Umum mempunyai fungsi:
pelaksanaan penyusunan bahan
penyelenggaraan mutasi, pengembangan karir; kesejahteraan dan disiplin
pegawai dan pengelolaan administrasi kepegawaian lainnya;
pelaksanaan penyusunan bahan
penyelenggaraan pembinaan kelembagaan, ketatalaksanaan dan rumah
tangga;
pelaksanaan administrasi,
dokumentasi peraturan perundang-undangan, kearsipan dan perpustakaan;
pelaksanaan tugas keprotokolan
dan kehumasan serta perlengkapan Dinas.
3. Bidang Prasarana dan Sarana
Bidang Prasarana dan Sarana mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitas penataan kawasan, teknologi alat
mesin, data dan informasi.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebaimana dimaksud pada pasal 8
ayat (1), Bidang Prasarana dan Sarana mempunyai fungsi:
26
pengkajian bahan kebijakan
teknis operasional dan fasilitas penataan kawasan peternakan dan padang
penggembalaan;
pengkajian bahan kebijakan
teknis operasional penerapan teknologi dan penggunaan alat dan mesin
peternakan serta kesehatan hewan dan
kesmavet;
penyelenggaraan pengkajian
pengelolaan data statistik dan informasi peternakan.
a. Seksi Penataan Kawasan
Seksi Penataan Kawasan mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan bahan kebijakan teknis penataan kawasan peternakan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pasal 9
ayat (1), Seksi Penataan Kawasan mempunyai fungsi:
Pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakn teknis penataan kawasan peternakan;
Pelaksanaan pengelolaan dan
fasilitas teknis pemanfaatan padang penggembalaan.
b. Seksi Teknologi Alat Mesin
Seksi Teknologi Alat Mesin mempunyai tugas pokok menyusun bahan
kebijakan teknis dan fasilitas pengembangan teknologi dan alat mesin peternakan.
27
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
10 ayat (1), Seksi Teknologi Alat Mesin mempunyai fungsi:
pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis teknologi alat mesin;
pelaksanaan pengelolaan dan
fasilitas teknis pemanfaatan teknologi alat mesin.
c. Seksi Data dan Informasi
Seksi Data dan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan
kebijakan teknis dan fasilitas pengembangan data serta penyediaan informasi
bidang peternakan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
11 ayat (1), Seksi Data dan Informasi mempunyai fungsi:
pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis penyajian data statistik peternakan;
pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis pengembangan sistem informasi peternakan.
4. Bidang Produksi
Bidang Produksi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian
bahan kebijakan teknis dan fasilitas produksi
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
12 ayat (1), Bidang Produksi mempunyai fungsi:
28
penyelenggaraan pengkajian
bahan kebijakan teknis produksi;
penyelenggaraan pengkajian
bahan koordinasi dan fasilitas produksi;
penyelenggaraan koordinasi dan
fasilitas produksi.
a. Seksi Pembibitan
Seksi Pembibitan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan
bahan kebijakan teknis dan pengendalian bibit peternakan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
13 ayat (1), Seksi Pembibitan mempunyai fungsi:
pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis pembibitan ternak;
pelaksanaan pengelolaan teknis
pengendalian mutu bibit ternak.
b. Seksi Pakan Ternak
Seksi Pakan Ternak mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan
bahan kebijakan teknis dan fasilitas pengembangan pakan ternak
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
14 ayat (1), Seksi Pakan Ternak mempunyai fungsi:
Pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis produksi dan fasilitas pengembangan pakan ternak;
29
pelaksanaan penyusunan bahan
koordinasi dan fasilitas produksi serta pengembangan pakan ternak
c. Seksi Budidaya
Seksi Budidaya mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan
kebijakan teknis dan pengendalian pelaksanaan budidaya ternak.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
15 ayat (1), Seksi Budidaya mempunyai fungsi:
pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis budidaya ternak;
pelaksanaan penyusunan bahan
koordinasi dan fasilitas budidaya peternakan;
pelaksanaan koordinasi dan
fasilitas budidaya ternak.
5. Bidang Kesehatan Hewan dan
Kesmavet
Bidang Kesehatan Hewan dan Kasmavet mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitas kesehatan
hewan dan kesmavet.
30
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
16 ayat (1), Bidang Kesehatan Hewan dan Kasmavet mempunyai fungsi:
penyelenggaraan pengkajian
bahan kebijakan teknis kesehatan hewan dan kesmavet;
penyelenggaraan bahan
koordinasi dan fasilitas kesehatan hewan dan kesmaavet;
penyelenggaraan koordinasi dan
fasilitas kesehatan hewan dan kesmevat.
a. Seksi Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Hewan
Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan mempunyai tugas
pokok melaksanakan penyusunanbahan kebijakan teknis pencegahan dan
pemberantasan penyakit hewan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
17 ayat (1), Seksi Pencegahan Pemberantasan Penyakit Hewan mempunyai
fungsi:
pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan;
pelaksanaan penyusunan bahan
koordinasi dan fasilitas pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan;
31
pelaksanaan koordinasi dan
fasilitas pencegahan dan fasilitas penolakan penyakit hewan.
b. Seksi Pengamatan Penyakit
dan Pengawasan Obat Hewan
Seksi pengamatan penyakit hewan dan pengawasan obat hewan
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan
fasilitas pengamatan penyakit hewan dan pengawasan obat hewan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
18 ayat (1), Seksi Pengamatan Penyakit dan Pengawasan Obat Hewan mempunyai
fungsi:
pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis pengamatan penyakit hewan dan pengawasan obat
hewan;
pelaksanaan penyusunan bahan
koordinasi dan fasilitas pengamatan penyakit dan pengawasan obat hewan;
pelaksanaan penyusunan
koordinasi dan fasilitas pengamatan penyakit dan pengawasan obat hewan.
a. Seksi Kesehatan Masyarakat
Veteriner
Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitas kesmavet.
32
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
19 ayat (1), Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai fungsi:
pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis kesmavet;
pelaksanaan penyusunan bahan
koordinasi dan fasilitasi kesmavet;
pelaksanaan koordinasi dan
fasilitas kesmavet.
6. Bidang Pengembangan Usaha
Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi pengembangan usaha peternakan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
20 ayat (1), Bidang Pengembangan Usaha mempunyai fungsi:
penyelenggaraan pengkajian
bahan kebijakan teknis pengembangan usaha meliputi usaha dan
kelembagaan peternakan pasca panen dan pengolahan serta distribusi dan
pemasaran hasil;
penyelenggaraan pengkajian
bahan koordinasi dan fasilitasi pasca panen dan pengolahan hasil
peternakan serta distribusi dan pemasaran hasil;
33
penyelenggaraan koordinasi dan
fasilitasi pasca panen dan pengolahan hasil peternakan serta distribusi dan
pemasaran hasil.
a. Seksi Fasilitas Usaha dan
Kelembagaan
Seksi Fasilitas dan Kelembagaan mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan bahan kebijakan teknis fasilitas usaha dan kelembagaan peternakan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
21 ayat (1), Seksi Fasilitas dan Kelembagaan mempunyai fungsi:
pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis fasilitas usaha dan kelembagaan peternakan;
pelaksanaan penyusunan bahan
koordinasi dan fasilitas usaha dan kelembagaan peternakan;
pelaksanaan koordinasi dan
fasilitas usaha kelembagaan peternakan.
b. Seksi Pascapanen dan
Pengolahan
Seksi Pascapanen dan Pengolaha mempunyai tugas pokok menyusun
bahan kebijakan teknis dan fasilitas pasca panen dan pengolahan peternakan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
22 ayat (1), Seksi Pascapanen dan Pengolaha mempunyai fungsi:
34
pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis pasca panen dan pengolahan peternakan;
pelaksanaan penyusunan bahan
koordinasi dan fasilitas pasca panen dan pengolahan peternakan;
pelaksanaan koordinasi dan
fasilitas pascapanen dan pengolahan.
c. Seksi Distribusi dan
Pemasaran Hasil
Seksi Distruibusi dan Pemasaran Hasil mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis standarisasi distribusi dan
pengembangan pemasaran hasil peternakan.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada pasal
23 ayat (1), Seksi Distribusi dan Pemasaran Hasil mempunyai fungsi:
Pelaksanaan penyusunan bahan
kebijakan teknis distribusi dan pemasaran hasil peternakan;
Pelaksanaan penyusunan bahan
koordinasi dan fasilitas distribusi dan pemasaran hasil peternakan;
Pelaksanaan koordinasi dan
fasilitas distribusi pemasaran hasil.
35
3.5 Potensi Pegawai Negeri Sipil Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
NO UNIT KERJA
d c b a d c b a d c b a d c b a
1 Kepala Dinas 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Sekretaris 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sub Bagian Kepegawaian &Umum 0 0 0 0 2 3 3 0 1 1 7 1 1 0 1 0
4 Sub Bagian Keuangan 0 0 0 1 2 1 2 5 0 0 4 0 0 0 0 0
5 Sub Bagian Perencanaan & Program 0 0 0 0 2 1 4 0 0 0 3 0 0 0 0 0
6 Bidang Prasarana dan Sarana 0 0 1 3 0 1 2 1 0 0 3 0 0 0 0 0
7 Bidang Produksi 0 0 0 2 2 1 5 1 0 1 3 1 0 0 0 0
8 Bidang Pengembangan Usaha 0 0 1 2 1 0 3 0 1 1 2 0 0 0 0 0
9 Bidang Keswan & Kesmavet 0 0 1 3 0 2 0 1 1 1 2 0 0 0 0 0
0 1 3 11 9 9 19 8 3 4 24 2 1 0 1 0
1 BPT SP & HMT Cikole Lembang 0 0 1 2 2 0 2 2 1 0 10 2 1 0 14 0
2 Balai Perbibitan & Pengembangan IBT SP Bunikasih 0 0 1 0 3 1 1 0 0 0 2 4 2 0 6 0
3 BPPT Unggas Jatiwangi 0 0 0 0 4 0 2 2 0 0 4 1 4 0 5 0
4 BPPT Domba Margawati 0 0 1 0 1 3 1 1 1 1 6 2 1 0 4 0
5 BPPT Sapi Potong Ciamis 0 0 0 1 2 3 2 0 2 1 2 4 0 0 3 0
6 BPMPT Cikole Lembang 0 0 0 1 1 1 1 2 2 0 0 0 0 1 0 0
7 BPPPH & Kesmavet Cikole Lembang 0 0 1 1 3 2 2 0 3 1 1 1 0 0 1 0
8 BPP (Diklat) Cikole 0 0 1 0 3 2 2 1 0 0 1 1 0 1 1 0
9 Sub Unit PPT Domba Trijaya Kab.Kuningan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 0 1 0 4 0
10 Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan Losari 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 4 1 0 0 0 0
11 Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan Kota Banjar 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 4 0 0 0 0 0
12 Sub Unit Lab. Keswan Losari Kab. Cirebon 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
13 Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 2 0
0 0 5 5 19 12 19 8 12 5 38 16 10 2 40 0
0 1 8 16 28 21 38 16 15 9 62 18 11 2 41 0103 104
UPTD52
POTENSI PEGAWAI ( PNS) DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT
BERDASARKAN GOLONGAN
GOLONGAN
( Keadaan s/d SEPTEMBER 2013)
IIV III II
JUMLAH TOTAL
58
2865425
15 33 2
71
PROVINSI
10
45
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
TABEL 3.1
POTENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT
top related