bab iii
Post on 26-Dec-2015
69 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Pengertian pengecoran logam
Hubungan teknologi pengecoran dengan peradaban manusia sangat erat
disetiap zaman dibuktikan dengan dikenalnya zaman perunggu dan zaman besi.
Peradaban tersebut ditandai dengan kemampuan manusia untuk mengolah logam
dengan temperatur leleh yang lebih tinggi.Teknik pengecoran adalah proses awal
dari teknik produksi, hal ini menjadikan teknik pengecoran suatu bagian yang
sangat penting untuk dipahami. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat di era globalisasi membuat kebutuhan akan penggunaan
material logam semakin meningkat itu sebabnya industri pengecoran logam
berupaya meningkatkan produksi, sehingga kebutuhan pasar terpenuhi.Upaya
meningkatkan produksi,industry pengecoran logam dibutuhkan teknologi yang
mampu mendukung untuk menghasilkan produksi yang lebih besar.
B. Pengetian Dapur Induksi
Proses pengecoran logam tahapan peleburan untuk mendapatkan logam
cair pastiakan dilakukan dengan menggunakan suatu tungku peleburan dimana
material bahan baku dan jenis tungku yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan material yang akan dilebur. Pemilihan tungku peleburan yang akan
digunakan untuk mencairkan logam harus sesuai dengan bahan baku yang akan
dilebur. Paduan Aluminium, paduan Tembaga,paduan Timah hitam,dan paduan
ringan lainnya biasanya dilebur dengan menggunakan tungku peleburan jenis
krusibel,sedangkan untuk besi cor menggunakan tungku induksi frekuensi rendah
atau kupola. Tungku induksi frekuensi tinggi biasanya digunakan untuk melebur
baja dan material tahan temperatur tinggi.
Tungku yang paling banyak digunakan dalam pengecoran logam antara
lain ada lima jenisyaitu: Tungku jenis kupola, tungku pengapian langsung, tungku
23
krusibel, tungku busur listrik, dan tungku induksi. Tungku yang paling banyak
digunakan dalam industry pengecoran untuk memproduksi besi cor adalah
Tungku krusibel dan tungku induksi,jenis kupola sudah mulai jarang digunakan
karena pertimbangan tertentu,berikut ini uraian tentangtungku induksi atau tanur
induksi
Tungku induksi listrik adalah tungku yang melebur logam dengan medan
electromagnet yang dihasilkan oleh induksi listrik,baik yang berfrekuensi rendah
maupun yang berfrekuensi tinggi. Tungku induksi biasanya berbentuk crucible
yang dapat dimiringkan. Tungku ini dipakai untuk melebur baja paduan tinggi,
baja perkakas, baja untuk cetakan, baja tahan karat, dan baja tahan panas yang
tinggi.
Secara umum tungku induksi digolongkan sebagai Tungku peleburan
(melting furnace) dengan frekuensi kerja jala-jala (50Hz) sampai frekuensi tinggi
(10000Hz) dan tungku penahan panas (holding furnace) yang bekerja pada
frekuensi jala-jala.
Penggunaan tungku induksi diindustri pengecoran logam dewasa ini telah
semakin berkembang, hal ini terutama karena Tungku induksi menjanjikan
beberapa kelebihan antara lain:
1. Hasil peleburan bersih.
2. Mudah dalam mengatur/mengendalikan temperatur.
3. Komposisi cairan homogen.
4. Efisiensi penggunaan energi panas tinggi.
5. Dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material.
Hambatan/kendala yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Investasi biayabeban tetap yang cukup besar menuntut loading yang tinggi.
2. Biaya operasi yang besar menuntut tingkat kegagalan yang rendah.
3. Dibutuhkan operator maupun teknisi berpengalaman dalam
mengoperasikannya.
4. Tingkat bahaya besar, mengingat tungku ini menggunakan energi listrik
yang sangat besar.
5. Biaya perawatan besar
24
Tungku induksi banyak digunakan dalam peleburan modern karena
sebagai metode peleburan logam yang bersih daripada peleburan dari tungku
reverberatory atau kupola. Ukuran tungku berkisar dari satu kilogram kapasitas
sampai seratus ton kapasitas dan digunakan untuk meleburkan berbagai jenis
logam seperti besi, baja, tembaga, aluminium. Keuntungan menggunakan tungku
induksi adalah peleburan yang bersih karena tidak ada kontaminasi dari sumber
panas, hemat energi, dan proses peleburan dapat dikontrol dengan baik, gerakan
pengadukan logam cair yang dihasilkan oleh arus induksi yang disebutstirring.
Gambar 3.1 Skematik dari tungku induksi (coreless)
Gambar 3.1 menunujukkan adanya power coil yang berfungsi merubah
arus listrik menjadi panas. Jika kawat konduktor itu dibentuk kumparan dan di
dekatnya diletakkan materi yang dapat menghantarkan listrik (biasanya logam),
maka logam tersebut akan menerima pengaruh garis gaya magnet lalu di dalam
logam tersebut akan mengalir arus eddy. Arus eddy ini yang menyebabkan
pemanasan logam sehingga logam akan meleleh pada titik leburnya.
25
Gambar 3.2 Proses pengadukan logam cair di dalam tungku
Tungku induksi menghasilkan panas yang bersih, tanpa pembakaran. Arus
listrik bolak-balik dari sebuah tenaga induksi mengalir ke dalam sebuah tungku
dan dililitkan sebuah koil yang terbuat dari pipa tembaga. Arus induksi listrik
mengalir ke dalam logam tersebut, panas yang dihasilkan tersebut menyebabkan
logamakan melelehsecaracepat. Tungku induksi membutuhkan dua system
elektrikal diantaranya yang pertama,untuk sistem pendinginan, memiringkan
tungku serta instrumentasi, dan yang lainnya untuk koil induksi.
Keuntungan dari tungku induksi yaitu:
1. Hasil peleburan yang bersih.
2. Mudah dalam mengatu r atau mengendalikan temperatur.
3. Komposisi cairan homogen.
4. Efesiensi penggunaan energi panas tinggi
5. Dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material.
Penggunaan tungku induksi selain prinsip pemanasan dan pencairan logam
hal sangat diperhatikan adalah lapisan bahan tahan panas (lining) yang berfungsi
sebagai krusibel. Jenis bahan dinding krusibel (lining) yaitu refraktori yang
bersifat asam, basa atau netral dengan berbentuk bata api, krusibel, atau monolitik.
Material lining dengan konduktifitas termal yang tinggi menyebabkan kehilangan
panas berlebih dan lamanya waktu sintering akan membutuhkan konsumsi energi
yang besar untuk pemanasan pertama. Instalasi lining yang tidak tepat
menyebabkan kegagalan diawal, oleh karena itu penting untuk melakukan
penentuan lining untuk mendapatkan hasil yang optimal terhadap konsumsi
energy.
26
Gambar 3.3 Konstruksi dari dapur induksi
Bagian-bagian dapur induksi terdiri dari
1. Spot: biasa disebut juga dengan corong yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya cairan logam yang sudah dileburkan.
2. Crucible: sebagai tempatpemanasan logam
3. Lining: lapisan pada diding bagian dalam yang tahan panas,berfungsi
sebagai krus.
4. Antena: memiliki peranan penting sebagai sensor kebocoran yang
berfungsi untuk mendeteksi kebocoran cairan logam pada lining (lapisan
pada dinding bagian dalam induction furnace), apabila terdapat
kerusakan pada lining dikarenakan crack (retak), erosi, serta lining
tergerus yang menyebabkan cairan logam bisa keluar menembus ke plat
bajanya dan bisa terus melelehkannya serta cairan logam bisa sampai
terus merusak induktor tembaga yang didalamnya terdapat air, maka akan
terjadi ledakan pada induction furnace.
5. Coil (Induktor): Komponen yang tersusun dari lilitan kawat berfungsi
menimbulkan arus listrik.
27
6. Refaktori: Material yang mempunyai ketahanan dalam temperatur tinggi
dan material yang mampu mempertahankan sifatnya terhadap tegangan
mekanik maupun serangan kimia dari gas-gas panas, cairan logam dan
slag.
7. Water cool lead (mesin pendingin air)
C. Prinsip kerja Dapur Induksi
Dapur induksi bekerja dengan prinsip transformator dengan kumparan
primer dialiri arus AC dari sumber tenaga dan kumparan sekunder. Kumparan
sekunder yang diletakkan didalam medan magnet kumparan primer akan
menghasilkan arus induksi. Berbeda dengan transformator, kumparan sekunder
digantikan oleh bahan baku peleburan serta dirancang sedemikian rupa agar arus
induksi tersebut berubah menjadi panas yang sanggup mencairkannya.
Tungku induksi dengan frekuensi kerja yang digunakan, dikatagorikan
sebagai Tungku induksi frekuensi jala-jala (50Hz–60Hz) dengan kapasitas lebur
diatas 1 ton/jam dan Tungku induksi frekuensi menengah (150 Hz–10000 Hz)
untuk Tungku dengan kapasitas lebur rendah.
Frekuensi jala-jala pada tungku induksi frekuensi menengah diubah
terlebih dahulu dengan menggunakan thyristor menjadi frekuensi yang lebih
tinggi sebelum dialirkan kekumparan primer
28
Gambar 3.4 Skema tungkuinduksi frekuensi menengah
Secara umum Tungku induksi terdiri dari 2 jenis yaitu:
1. Tungku induksi jenis saluran.
Jenis saluran ini digunakan sebagai holding furnace (hanya berfungsi
untuk menahan temperatur cairan agar tidak turun)
Gambar 3.5 Tungku induksi jenis saluran potongan melintang.
Induksi jenis saluran pada prinsip pemanasan tungku, pemanasan hanya
dilakukan pada bagian saluran cairan. Bahan cair yang panas akan bergerak
keatas, sedangkan bahan cair yang dinggin bergerak kebawah mengisi saluran,
dengan demikian cairan didalam Tungku akan mengalami sirkulasi.
29
Gambar 3.6 Prinsip pemanasan Tungku induksi jenis saluran
2. Tungku Induksi jenis krus
Gambar 3.7 Tungku induksi jenis krus
Tungku jenis ini digunakan sebagai Tungku peleburan. Tungku induksi
jenis krusible dikonstruksi sedemikian rupa disesuaikan dengan ukuran dan jenis
bahan yang dilebur, sehingga terdapat Tungku induksi frekuensi jala-jala, tungku
induksi frekuensi menengah dan Tungku induksi frekuensi tinggi
30
Gambar 3.8 Prinsip Tungku induksi jenis krus
Hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih frekuensi
kerjatungku induksi adalah hubungannya dengan ukuran minimum bahan baku
yang dapat ditembus oleh frekuensi tersebut, sebagai berikut
Dimana:
δ=kedalaman penetrasielektromagnetik [m].
K =Konstantabahan baku.
f =Frekuensi kerja[Hz].
Oleh Brown Bovery C. ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Ukuran minimum bahan baku
31
Tungku induksi frekuensi jala-jala (50 Hz), mengingat dimensi bahan baku
minimumnya sedemikian besar, maka peleburan pertama selalu dimulai dengan
bahan berukuran besar sebagai starting-block serta selalu disisakan sekurang-
kurangnya 1/3 cairan didalam Tungku untuk membantu proses peleburan
berikutnya
D. Lining Dapur Induksi
Prinsip pemanasan dan pencairan pada penggunaan Tungku induksi adalah
lapisan bahan tahan panas (lining) yang berfungsi sebagai isolasi/krus. Kualitas
lining ini sangat berperan terhadap fungsi, keselamatan kerja, metalurgi peleburan
dan efisiensi. Peranan lining pada suatu tungku induksi peleburan baja dan besi
cor akan memberikan hasil peleburan yang baik dan beroperasinya tungku
dipengaruhi oleh lining refraktori tersebut,apabila suatu tungku mengalami
masalah dengan lining maka otomatis tungku tersebut tidak dapat dioperasikan
sehingga berakibat tidak berjalannya operasi pada suatu industri pengecoran
logam.
Peranan lining yang sangat vital pada beroperasinya peleburan logam,
sebuah lining tungku induksi mengalami beban-beban yang harus diatasi dan hal
ini tidak mudah untuk dikontrol, sehingga diperlukan pengontrolan secara terus
menerus. Beban-beban yang harus diatasi oleh lining adalah:
Temperatur tinggi selama proses peleburan.
Perubahan temperatur dari tinggi ke rendah yang sangat cepat
(temperaturshock) dan berulang-ulang khususnya ketika bahan baku
32
dimuatkan.
Tahan terhadap beban pada kondisi perbaikan.
Gaya-gaya mekanik yang dihasilkan oleh tekanan cairan, benturan bahan
baku (scrap) dan gesekan baik ketika bahan masih beku ataupun telah
mencair.
Efek-efek metalurgi dari reaksi-reaksi yang berlangsung antara lining
dengan bahandanterak cair, unsur-unsur asing serta merusak yang berasal
dari bahan baku(Zn,Pb) pada temperatur peleburan besi berada dalam
keadaan sangat cair sehingga mampu menyusup diantara celah-celah
lining. Ketebalan lining tungku induksi berpengaruh pula terhadap
efisiensi penggunaan energi listrik karena lining yang terlalu tebalakan
menghambat aliran induksi, dengan demikian lining harus dibuat setipis
mungkin dengan tetap mempertimbangkan keamanan tungku. Dewasa ini
tergantung dari kapasitasmuat tungku, ketebalan lining adalah antara80
mmsampai dengan 200 mm.
Lining tungku induksi terbuat dari bahan berbentuk serbuk kasar yang
kering. Bahan tersebut harus dapat terpasang dengan baik melapisi kumparan
bagian dalam. Kekuatan dari bahan lining tersebut baru diperoleh setelah bahan
mengalami proses sintering.
Proses sintering adalah proses pemanasan terhadap lining baru sehingga
bahan lining yang semula terdiri dari serbuk kasar, sebagian berubah menjadi
bersifat keramik yang tahan terhadap temperature tinggi dan pengaruh-pengaruh
kimiawi, sebagian berupa padatan massif yang segera akan berubah menjadi
keramik bila daerah keramik telah menipis dan sebagian masih berupa serbuk
yang mampu meredam getaran akibat benturan oleh bahan baku serta meredam
retakan lining.
Selama proses peleburan daerah keramik akan terus menerus terkikis
oleh cairan, namun demikian daerah padatan yang terletak tepat disebelahnya
akan segera menjadi keramik sehingga ketebalan daerah keramik ini relative
tetap, hal mana terjadi pula terhadap daerah padatan yang pada saat bagian
33
terdepan berubah menjadi keramik bagian lain segera digantikan oleh bagian
bahan serbuk yang berubah menjadi padatan.
Bagian lining pada akhirnya yang akan habis adalah bagian yang masih
berupa serbuk, artinya, bila bagian ini sudah habis maka lining tidak akan mampu
lagi untuk meredam getaran dan retakan, hal ini menjadi indikator bahwa lining
harus segera diperbarui.
Gambar 3.9 lining setelah proses
Gambar 3.10 lining setelah digunakan berkali kali
Ketebalan dari masing-masing daerah lining sesaat setelah proses sintering
selesai adalah relative sama, dengan demikian lining dapat dinyatakan habis bila
ketebalannya tinggal 2/3 dari ketebalan semula.
Tigadaerah lining dan masing-masing fungsinya:
34
Daerah keramik yang tahan terhadap temperature tinggi dan pengaruh-
pengaruh kimiawi.
Daerah padatan masif yang segera akan berubah menjadi keramik bila
daerah keramik telah menipis.
Daerah serbuk yang mampu meredam getaran akibat benturan oleh
bahan baku serta meredam retakan lining.
Gambar 3.11 bagian lining
E. Material Refraktori
Komponen penting dalam proses peleburan logam salah satunya yaitu
tungku, untuk meleburkan bahan baku, kondisi pengoperasian di dalam tungku
akan berlangsung pada temperatur yang sangat tinggi, oleh sebab itu dibutuhkan
bahan isolator sebagai pelapis dari material tungku. Bahan isolasi yang bertahan
pada temperatur tinggi guna melapisi tungku sering disebut dengan bata tahan api
atau material refraktori, sehingga permintaan terhadap refraktori mengalami
kenaikan dan sulit untuk mendapatkannya. Refraktori tidak hanya digunakan pada
tungku industri pengecoran logam akan tetapi digunakan pada industri- industri
lainnya untuk melapisi komponen yang beroperasi pada temperatur yang relatif
tinggi.
Refraktori yang digunakan untuk lining tungku induksi pengecoran logam
berfungsi sebagai pelapis agar material tungku tidak rusak dan ikut meleleh pada
35
kondisi operasi. Peranan refraktori dalam industri pengecoran logam sangatlah
vital selain penggunaan dalam jumlah yang besar, refraktori mempunyai umur
yang terbatas akibat pemakaian pada temperatur tinggi yang berlangsung terus
menerus, akibatnya pada beberapa industri pengecoran dan industri lainnya
memerlukan biaya yang besar untuk melakukan perawatan yang intensif.
Berdasarkan komposisi kimianya penyusunya, material refraktori dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu refraktori asam seperti silica (SiO2), refraktori basa
seperti magnesia (MgO), refraktori netral seperti alumina (Al2O3) dan refraktori
khusus seperti karbon, silicon karbida, zircon dan lainya. Masing-masing jenis
refraktori mempunyai keungulan yang biasa diaplikasikan dalam industri
pengecoran logam.
Industri modern memliki sebuah variasi yang luas dari kondisi pekerjaan
dan seperti yang telah diketahui refraktori sering digunakan dalam kondisi yang
bertemperatur tinggi. Material refraktori berdasarkan bentuknya dapat dibagi dua
yaitu menjadi bata (shaped) dan monolitik (unshaped). Bentuk-bentuk bata
refraktori tersedia dalam banyak bentuk dan ukuran, antara lain: lurus, kecil,
kubah, belahan, tabung, dan lain-lain, sedangkan untuk refraktori monolitik
merupakan campuran butiran serbuk mineral(agregat)material refraktori yang
kering dengan bahan pengikat (binder) baik cair maupun bahan kimia cair lainnya
yang berfungsi sebagai pengikat, sehingga diperoleh campuran yang homogen dan
bersifat plastis apabila bercampur dengan air dan digunakan segera setelah proses
pencampuran dilakukan.
Material refraktori merupakan kategori dari metalurgi keramik yang
tersusun dari senyawa antara logam dan non logam. Material refraktori juga
merupakan multi-komponen yang terdiri mineral oksida yang stabil pada
temperatur tinggi, bahan pengikat, dan zatadditive. Struktur refraktori
mengandung butiran-butiran kecil dan besar dalam komposisi tertentu serta
memiliki ikatan yang kuat dan biasanya terdiri dari multifasa. Kekuatan refraktori
dalam penekanan jauh lebih tinggi dari pada tarik (tension), tapi kebanyakan
material keramik seperti refraktoricenderung getas. Refraktori yang baik
36
diharapkan tidak memiliki pori-pori, bersamaan dengan komposisi fasa, dan
porositas merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan selama
pembuatan produk refraktori. Mengurangi porositas akan meningkatkan kekuatan
dan tahanan terhadap korosi. Berdasarkan bentuknya refraktori dapat dibagi ke
dalam empat kategori, yaitu:
1.Bata api refraktori (Refractory Brick)
2.Castable/betonrefraktori (Refractory Castable)
3.Mortar refraktori (Refractory Mortars) dan refraktori anchor
Kriteria dalam pemilihan yang harus dimiliki oleh refraktori yang umum
digunakan untuk dapur jenis crucible, yaitu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Tidak melebur pada suhu yang relatif tinggi.
2. Sanggup menahan panas lanjutan yang tiba-tiba ketika terjadi
pembebanan suhu.
3. Tidak hancur dibawah pengaruh tekanan yang tinggi ketika digunakan
pada suhu tinggi.
4. Mempunyai koefisien termalyang rendah sehingga dapat memperkecil
panas yang terbuang.
Refraktori dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan :
1. Komposisi kimia penyusunnya, terdiri dari: refraktori asam (MO2),
refraktorinetral (M2O3), refraktori basa (MO), serta refraktori khusus
seperti C, SiC, Borida Karbida, Sulfida dan lainnya.
2. Metode pembentukannya: Refraktori yang dibentuk dengan tangan
(hand molded), Refraktori yang dibentuk secara mekanik (tekanan
tinggi), Refraktori yang dibentuk melalui cetak tuang dan lainnya. Jenis
lainnya adalah Refraktori yang berupa serbuk, seperti castable, dan
gun mix mortar.
3. Komposisi mineral penyusunnya, seperti corundum, silika, tanah liat
mullite, magnesitedan lainnya
Refraktori mempunyai berbagai jenis macamnya, diantaranya:
37
1. Refraktori Basa
Refraktori basa adalah penggolongan refraktori secara umum yang
bahan bakunya terbuat dari oksida-oksida yang bersifat basa, atau yang
penggunaannya dalam lingkungan kondisi operasi basa, alasan dari
penggunaan refraktori basa, antara lain karena kemampuan operasinya
pada temperatur tinggi dan memiliki ketahanan terhadap slag basa, tahan
terhadap korosi, memiliki kekuatan mekanik yang tinggi. Magnesia (MgO)
merupakan unsur yang utama dari kelompok refraktori basa, oleh karena
itu refraktori yang mengandung banyak magnesia termasuk ke dalam
kelompok basa, umumnya terdapat jenis-jenis dari refraktori basa yaitu
magnesia (MgO), magnesia-chrome, magnesia-spinel, magnesia-carbon,
dolomite. Penggunaan refraktori basa terdapat pada tungku busur listrik,
tungku sembur oksigen, hot metal car, dan lain- lain.
2. Refraktori Alumina Tinggi
Refraktori alumina tinggi (Al2O3) memiliki kandungan alumina
diatas 47,5% hal ini sesuai menurut standar ASTM dan digunakan
temperature operasi mencapai 20500C. Beberapa kelompok refraktori
yang lain adalah mullite, alumina-chrome, alumina-carbon. Produk
refraktori alumina tinggi dengan kandungan alumina antara 70%-78%
dimana fasanya adalah mullite termasuk kategori refraktori muliite
alumina tinggi.
38
Gambar 3.12. Pasir alumina
Refraktori jenis ini memiliki ketahanan spalling yang sangat baik
dan ketahanan pembebanan yang tinggi. Refraktori jenis ini memiliki
ketahanan terhadap slag/terak dan logam cair yang baik. Penggunaan
refraktori alumina biasanya terdapat pada tungku peleburan baja, besi cor,
keramik, kaca, rotary klin, dan lain- lain
3. Refraktori Silica
Refraktori silika juga digolongkan ke dalam refraktori kelompok
asam, penggolongan ini menurut jumlah dari kemurnian kandungan
refraktori silika yang biasa disebut “flux factor”, dimana kandungan
unsur yang lain harus lebih sedikit seperti alumina (Al2O3) tidak lebih
dari 1,5%, titania (TiO2) tidak lebih dari 0,2% , besi oksida (FeO3) tidak
lebih dari 2,5% dan semen oksida (CaO) tidak lebih 4%. Nilai rata-rata
dari MOR tidak kurang dari 3,45 MPa.
39
Gambar 3.13 Pasir silica
Refraktori silica mempunyai temperature leleh pada (16000C-
17250C) dan dapat menahan tekanan yang relatif tinggi karena itu
refraktori silika volumenya konstan pada temperatur tinggi, serta
mempunyai tahanan slag asam yang baik tapi tidak cukup kuat untuk
menahan slag basa. Beberapa penggunaan batu bata jenis ini, antara lain
tungku induksi peleburan besi cor, keramik, atap tungku busur listrik
4. Refraktori Fireclay High Duty
Refraktori dengan jenis fireclay sebagian kandungannya terdiri
dari hydrated aluminosilicates, tapi dalam jumlah yang sedikit
dibandingkan kandungan mineral lain. Salah satu mineral yang digunakan
dalam memproduksi fireclay adalah kaolinite (2Al2O3.4SiO2.4H2O).
Refraktori fireclay mempunyai temperature service yang maksimum dan
nilai pyrometric cone equivalent (PCE) yang tinggi, pada umumnya
temperatur leleh dan temperatur service meningkat dengan kandungan
alumina yang tinggi antara 40%-44%. Kelompok fireclay dibagi ke dalam
klasifikasi menurut standar ASTM yaitu, low-duty fireclay (maks.
40
8700C,PCE18-28), medium duty fireclay (maks. 13150C,PCE29), high-
duty fireclay (maks.14800C-PCE 31), super-duty fireclay (maks.
16190C,PCE33), semi-silica fireclay (kandungan silica minima l72%).
F. Maintenance
Menurut Lindley R. Higgis & R. Keith Mobley, maintenance atau
pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
tujuan agar peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan keadaan awalnya.
Maintenance juga dilakukan untuk menjaga peralatan tetap berada dalam kondisi
yang dapat diterima oleh penggunanya. (Maintenance Enginering Handbook,
Sixth Edition McGraw-Hill, 2002).
Menurut Sisjono dan Iwan Koswara, Perawatan (maintenance) ialah suatu
kegiatan yang dilakukan secara sengaja (sadar) terhadap suatu fasilitas dengan
menganut suatu sistematika tertentu untuk mencapai hasil telah ditetapkan
(Sisjono dan Iwan Koswara, 2004).
Intinya, maintenance adalah suatu kegiatan yang di lakukan manusia untuk
menjaga atau merawat sebuah benda/perangkat (keras ataupun lunak) agar dapat
terus di gunakan.
Secara umum, maintenance dapat digolongkan menjadi:
1. Preventive Maintenance
Preventive Maintenance merupakan tindakan pemeliharaan yang terjadwal
dan terencana. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada komponen/alat dan menjaganya selalu
tetap normal selama dalam operasi.
41
2. Predictive Maintenance
Predictive Maintenance merupakan perawatan yang bersifat prediksi,
dalam hal ini merupakan evaluasi dari perawatan berkala (Preventive
Maintenance). Pendeteksian ini dapat dievaluasi dari indikaktor-indikator yang
terpasang pada instalasi suatu alat dan juga dapat melakukan pengecekan
vibrasi dan alignment untuk menambah data dan tindakan perbaikan
selanjutnya.
3. Breakdown Maintenance
Breakdown Maintenance merupakan perbaikan yang dilakukan tanpa
adanya rencana terlebih dahulu. Dimana kerusakan terjadi secara mendadak
pada suatu alat/produk yang sedang beroperasi, yang mengakibatkan kerusakan
bahkan hingga alat tidak dapat beroperasi.
4. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance merupakan pemeliharaan yang telah
direncanakan, yang didasarkan pada kelayakan waktu operasi yang telah
ditentukan pada buku petunjuk alat tersebut. Pemeliharaan ini merupakan
”general overhaul” yang meliputi pemeriksaan, perbaikan dan penggantian
terhadap setiap bagian-bagian alat yang tidak layak pakai lagi, baik karena
rusak maupun batas maksimum waktu operasi yang telah ditentukan.
42
top related