bab ii tinjauan pustaka, hasil penelitian dan analisis a ...€¦ · 12 bab ii tinjauan pustaka,...
Post on 26-May-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN TINDAK PIDANA
Pengertian tindak pidana dalam sistem hukum Indonesia banyak
ragamnya hingga tidak terangkum dalam KUHP saja tetapi dalam
peraturan perundang undangan lain. Demikian tindak-tindak pidana
digolongkan menurut objek yang dilanggar secara hukum dan golongan
lebih spesifik yang berkenaan tentang suatu hal.namun pada KUHP saja.
Dalam beberapa pasal ketentuan hukum pidana (strabepaling)
menyebutkan salah satu unsur khusus dari suatu tindak pidana tertentu
adalah wederrechtelijkheid atau sifat melanggar hukum.Adakalanya
dengan penyebutan ini ditekankan bahwa sifat hukum ini terutama
mengenai suatu bagian dari suatu tindak pidana9.
Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari “strafbaarfeit”. Di
dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana tidak terdapat penjelasan
mengenai apa sebenarnya yang dimaksut dengan strfbaatfeit itu sendiri.
Biasanya tindak pidana disinonimkan dengan delik, yang berasal dari
Bahasa latin yakni kata delictum.10
Beberapa kata yang digunakan untuk menterjemahkan kata
strafbaarfeith oleh sarjana-sarjana Indonesia antara lain: tindak pidana
delict, perbuatan pidana . sementara dalam berbagai perundang-undangan
sendiri digunakan berbagai istilah untuk menunjuk pada pengertian kata
strafbaarfeith. Beberapa istilah yang digunakan dalam undang-undang
tersebut antara lain:
a. Peristiwa pidana, istilah ini antara lain digunakan dalam Undang-
undang Dasar Sementara Tahun 1950 khususnya dalam Pasal 14.
b. Perbuatan pidana istilah ini digunakan dalam Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1951 Tentang Tindakan Sementara untuk Menyelenggarakan
Kesatuan Susunan, Kekuasaan dan Acara Pengadilan-Pengadilan Sipil
c. Perbuatan-Perbuatan yang dapat dihukum, istilah ini digunakan dalam
Undang-Undang Darurat Nomor 2 Tahun 1951 tentang Perubahan
Ordonantie Tijdelijke Byzondere strafbepalingen.
9Wirjono Prodjodikoro Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, hal 1 Bndung 10Teguh Prasetyo, Hukum Pidana (Edisi Revisi), Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011, hlm, 47
13
d. Hal yang diancam dengan hukuman, istilah ini digunakan dalam
Undang-Undang Darurat Nomor 16 Tahun 1951 tentang penyelesaian
perselisihan perburuhan.
e. Tindak pidana, istilah ini digunakan dalam berbagai undang-undang
misalnya:
1. Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1953 tentang Pengusutan,
penuntutan dan peradilan tindak pidana ekonomi.
2. Penetapan Presiden Nomor 4 Tahun 1964 tentang kewajiban
Kerja Bakti Dalam Rangka Pemasyarakatan bagi Terpidana karena
Melakukan Tindak Pidana yang merupakan kejahatan11
Sedangkan menurut seorang ahli pidana Prof. Moeljatno,
SH,berpendapat”Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum
larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi
barang siapa melanggar larangan tersebut.”12
Jadi berdasarkan pendapat Prof Moeljatno, SH,tindak pidana yang
dimaksud adalah bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa
merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan
hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum yang disertai
dengan sanksi pidana yang mana aturan tersebut ditujukan kepada
perbuatan sedangkan ancamannya atau sanksi pidananya ditujukan kepada
orang yang melakukan atau orang yang menimbulkan kejadian tersebut.
Dalam hal ini maka terhadap setiap orang yang melanggar aturan-aturan
hukum yang berlaku, dengan demikian dapat dikatakan terhadap orang
tersebut sebagai pelaku perbuatan pidana atau pelaku tindak pidana.
11Tonggat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Prespektif Pembaharuan, Malang; UMM Press 2009 hlm 101. 12Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hal 54
14
Sehubungan dengan hal pengertian tindak pidana ini Prof. DR.
Bambang Poernomo, SH, berpendapat bahwa perumusan mengenai
perbuatan pidana akan lebih lengkap apabila tersusun sebagai berikut:
“Bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu
aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang
siapa yang melanggar larangan tersebut.13
Adapun perumusan tersebut yang mengandung kalimat “Aturan
hukum pidana” dimaksudkan akan memenuhi keadaan hukum di Indonesia
yang masih mengenal kehidupan hukum yang tertulis maupun hukum yang
tidak tertulis, Prof .DR. Bambang Poernomo, SH, juga berpendapat
mengenai kesimpulan dari perbuatan pidana yang dinyatakan hanya
menunjukan sifat perbuatan terlarang dengan diancam pidana.14
Dalam buku Wirjono Projodikoro yang berjudul asas-asas hukum
pidana di Indonesia, beliau mengemukakan bahwa suatu tindak pidana
adalah norma-norma dalam tiga bidang hukum lain, yaitu hukum perdata,
hukum ketatanegaraan dan hukum tata usaha pemerintahan, yang oleh
pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana.
Maka, sifat-sifat yang ada dalam setiap tindak pidana adalah sifat
melanggar hukum (wederrechtechetelijkheiheid, onrechtmatigheid). Tidak
ada suatu tindak pidana tanpa melawan hukum.15
Penulis akan mencoba menjabarkan dalam rumusan delik kedalam
rumusan pidana, maka yang mula-mula di jumpai adalah disebutkanya
sesuatu tindakan manusia dengan tindakan itu seseorang telah melakukan
sesuatu tindakan yang dilarang oleh undang-undang. Setiap tindak pidana
yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada
13Poernomo, Bambang. Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992, hal 130) 14Ibid, hal 130 15Wirjono Prodjodikoro Tindak-tindak pidana tertentu di Indonesia Bandung 2003, hal 1
15
umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur
subjektif dan unsur objektif.
Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si
pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke
dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.
Sedangkan unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya
dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-
tindakan dari si pelaku itu harus di lakukan16
Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah:
a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau Culpa);
b. Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau pogging seperti
yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP;
c. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya
di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan,
pemalsuan dan lain-lain;
d. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang
terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP
e. Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak
pidana menurut Pasal 308 KUHP17
Unsur-unsur objektif dari sutau tindak pidana itu adalah:
a. Sifat melanggar hukum atau wederrechtelicjkheid;
16Drs. P.A.F. Lamintang, SH.Dasar-dasar Hukum PidanaIndonesia; Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1997, Hal n193 17Ibid
16
b. Kwalitas dari si pelaku, misalnya kedaan sebagai seorang pegawai
negeri di dalam kejahatan jabatan menurut pasal 415 KUHP atau
keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu Perseroan Terbatas
di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP.
c. Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai
penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.
Seorang ahli hukum yaitu Simons merumuskan unsur-unsur tindak
pidana subyektif sebagai beriku:
1) Diancam dengan pidana oleh hukum
2) Bertentangan dengan hukum
3) Dilakukan oleh orang yang bersalah
4) Orang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.
Jadi kesimpulan dari uraian tindak pidana yang telah dijabarkan
diatas adalah pada hakikatnya tindak pidana yang ada didalam
KUHP (kitab Undang-Undang-Pidana) adalah suatu perbuatan
yang melanggar KUHP dan dapat dikenakan sanksi pidana
2. MEKANISME PERADILAN PIDANA
Berbicara tentang mekanisme peradilan pidana tentu tidak akan
bisa lepas dari Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) No
8 Tahun 1981 yang baganya adalah sebagai berikut:
17
Gambar 1
Bagan mekanisme peradilan pidana:
Dari Bagan diatas mekanisme peradilan pidana dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Tahap 1
Berdasarkan sumber tindakan tersebut sebagaiman terdapat dalam
Pasal 102 KUHP Penyidik mencari dan menemukan tindak pidana. Tahap
ini adalah tahap penyelidikan, adalah yaitu adalah suatu tindakan yang
dilakukan untuk menentukan sebuah peristiwa tersebut adalah tindakan
pidana atau bukan (Pasal 1 butir 5 KUHAP). Setelah dari tindakan diatas
apabila tidak ditemukan tindak pidana maka perkara akan ditutup tetapi
apabila ditemukan perkara pidana maka akan dilanjutkan ke tahatap
penyidikan.
18
Tahap 2
Pada tahap penyidikan, adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
(pasal 1 butir 2 KUHAP) dalam tahap ini dilakukan pra penuntutan yaitu
berdasarkan pasal 110 KUHAP yaitu apabila berkas pidana belum lengkap
maka berkas akan dikembalikan ke penyidik dan apabila telah lengkap
maka berkas akan dilanjutkan ke tahap penuntutan.
Tahap 4
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuh melimpahkan
perkara pidana ke pengadilan negri yang berwenang dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam KUHAP dengan permintaan supaya
diperiksa dan di putus oleh hakim (Pasal 1 ayat 7 KUHAP).
Kewenangan Penuntut Umum dalam hal ini adalah dapat
melakukan penuntutan berdasarkan penyidikan dengan membuat surat
dakwaan, tetapi penuntutan tersebut bisa saja dihentikan apabila:
a. Tidak cukup bukti
b. Bukan tindak pidana
c. Ditutup demi hukum
19
Hal tersebut diatur dalam pasal pasal 140 ayat (2) KUHAP. Tetapi
bila perkara bisa dilanjutkan maka akan dilanjutkan ke tahap pemeriksaan
persidangan.
Tahap 5
Pemeriksaan persidangan adalah merupakan rangkaian tindakan
mengadili yang berdasarkan Pasal 1:9 KUHAP adalah serangkaian
tindakan hakim untuk memeriksa mengadili dan memutus perkara pidana
berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak disidang pengadilan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, dalam persidangan.
Bukti tersebut berupa:
Keterangan Saksi
Keterangan Ahli
Surat Petunju
Keterangan Terdakwa
Selanjutnya Tahapan pemeriksaan persidangan adalah sebagai berikut:
a. Surat dakwaan oleh penuntut umum
b. Nota keberatan (Eksepsi) atas surat dakwaan oleh penasihat hukum
terdakwa
c. Tanggapan atas nota keberatan (Eksepsi) penasehat hukum terdakwa
oleh penuntut umum
d. Putusan sela oleh majelis hakim
e. Pembuktian oleh penuntut umum
f. Surat tuntutan pidana (requisitor) oleh penuntut umum
20
g. Nota pembelaan (pleidooi) oleh penuntut umum.
h. Tanggapan penuntut umum atas nota pembelaan penasehat hukum
terdakwa
i. Tanggapan penasehat hukum terdakwa atas tanggapan penuntut umum
j. Putusan akhir oleh majelis hakim
Demikianlah alur proses persidangan berdasarkan Undang-undang
no 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.
Tahap 6
Setelah dilakukan pemeriksaan persidangan maka selanjutnya
majelis hakim akan memberikan putusan putusan berdasarkan
pemeriksaan yang telah dilakukan selama persidangan. Putusan adalah
berdasarkan kamus hukum yaitu:
a. Putusan hakim yang menyelesaikan perkara
b. Pernyataan hakim yang diucapkan dalam siding pengadilan terbuka,
yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala
hukum
Putusan terdiri dari:
a. Putusan bebas
b. Putusan lepas
c. Putusan pemidanaan:
Menerima putusan dilanjutkan eksekusi akan tetapi dalam tahap putusan
pemidanaan dapat dilakukan upaya hukum.
21
3. PERSEKUSI
a. Pengertian
Pengertian Persekusi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah: persekusi/per·se·ku·si/pérsekusi/ v pemburuan
sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah warga dan disakiti,
dipersusah, atau ditumpas; memersekusi/me·mer·se·ku·si/ v menyiksa,
menganiaya: tanpa memikirkan lagi keadilan atau kemanusiaan, mereka
~ lawan politiknya bagai iblis.18
Sedangkan dalam Statuta Roma pengertian Persekusi adalah:
perlakuan buruk atau penganiyaan secara sistematis oleh individu atau
kelompok terhadap individu atau kelompok lain, khususnya karena
suku, agama, atau pandangan politik. Persekusi adalah salah satu jenis
kejahatan kemanusiaan yang didefinisikan di dalam Statuta Roma
Mahkamah Pidana Internasional. Timbulnya penderitaan, pelecehan,
penahanan, ketakutan, dan berbagai faktor lain dapat menjadi indikator
munculnya persekusi, tetapi hanya penderitaan yang cukup berat yang
dapat dikelompokkan sebagai persekusi.19
Pengertian Persekusi Menurut para ahli:
Mansyur Efendi:
Persekusi adalah perampasan dengan sengaja dan kejam terhadap hak-
hak dasar dan berhubungan dengan meniadakan identitas kelompok
yang merupakan pelanggaran hukum internasional20.
Damar Juniarto:
(Anggota Koalisi Anti Persekusi dari Safenet): persekusi adalah
tindakan memburu seseorang atau golongan tertentu. Damar
mengungkapkan bahwa persekusi bukanlah main hakim sendiri.21
Menurut penulis perbuatan persekusi pada intinya adalah
pemburuan terhadap seseorang atau golongan tertentu. Hal ini memiliki
18Kamus Besar Bahasa Indonesia 19wikipedia.org/wiki/Persekusi diakses pada 18 mei 2018 jam 19:45 WIB 20Detiknews.com diaksea pada 18 mei 2018 jam 1945 WIB 21Detiknews.com diaksea pada 18 mei 2018 jam 1945 WIB
22
kesamaan sebagaimana ciri ciri yang disebutkan oleh Koalisi anti
persekusi safenet di Bab I halaman 5 skripsi ini. Akan tetapi Koalisi
Anti Persekusi Safenet menyebutkan bila ciri-ciri perbuatan persekusi
dilakukan secara sistematif bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Penentuan target di medsos.
2) Kemudian pelaku memburu targetnya dengan mobilitas massa yang
besar (dilakukan oleh orang banyak)
3) Mengintimidasi target kemudian disuruh meminta maaf
4) Kemudian permintaan maaf tersebut difiralkan kembali
Akan tetapi tanpa adanya upaya diatas yaitu poin a. sampai d.
perbuatan persekusi dapat memenuhi unsur hanya dengan unsur
memburu suatu golongan atau orang-orang tertentu saja.
Jadi perbuatan persekusi agak berbeda dari main hakim sendiri
tergantung dari motif pelaku persekusi melakukanya. Seperti pada
kasus Mario Alvian perbuatan persekusi tersebut bisa dikategorikan
sebagai perbuatan main hakim sendiri karena ormas FPI tidak
melaporkan Mario Alvian yang diduga sebagai penista ulama kepada
pihak yang berwajib tetapi mereka lebih memilih bertindak sendiri.
Akan tetapi apabila kita melihat kasus persekusi lainya seperti yang
menimpa ibu Susi Ferawati dan putranya saat car free day maka
kasusnya akan menjadi berbeda.
23
b. Ciri-Ciri Perbuatan Persekusi:
Ciri-ciri persekusi paling menonjol adalah adanya pemburuan
seseorang atau golongan tertentu secara sistematis dan luas tujuanya
adalah menyakiti target secara fisik dan psikis
Sedangkan ciri-ciri persekusi telah penulis jabarkan, memiliki
kesamaan terhadap delik pasal-pasal KUHP sebagaimana yang terdapat
dalam pasal-pasal seperti kejahatan terhadap ketertipan umum 167
KUHP , penganiayaan 351 KUHP dan pemgeroyokan 170 KUHP Pasal
167 ayat (1) KUHP:
Barang siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dengan me- lawan hukum
atau berada di situ dengan melawan hukum, dan atas permintaan yang
berhak atau suruhannya tidak pergi dengan segera, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah22
Pasal 351 KUHP Ayat 1 berbunyi: Penganiayaan diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.23
Penjelasan tentang Pasal 351 adalah:
1) Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.
2) Jika perbuatan itu menyebabkan luka-luka berat, yang bersalah
dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
22 Pasal 167 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Hukum Acara Pidana 23Pasal 351 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Hukum Acara Pidana.
24
3) Jika mengakibatkan mati, dipidana dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak di pidana
Sementara itu dalam Pasal 170 ayat (1) disebutkan: Barang siapa
dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersamamenggunakan
kekerasan terhadap orang atau barang, diancam pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan24.
Kekerasan bersama adalah nama lain dari pengeroyokan.
Ancaman hukuman dari perbuatan ini adalah:
1) dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun, jika dengan
sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan
mengakibatkan luka-luka
2) dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun, jika
kekerasan mengakibatkan luka berat ;
3) dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun, jika
kekerasan mengakibatkan maut.25
Dalam Statuta Roma (1998) ciri-ciri persekusi dikategorikan
sebagai perbuatan yang apabila dilakukan secara sistematis dan meluas,
kemudian masuk kedalam salah satu kejahatan terhadap kemanusiaan.
Tetapi apabila tidak dilakukan secara sistematis atau meluas kemudian
bisa masuk kedalam hukum pidana biasa, “kata Roichatul, di Kantor
Komnas HAM, Jakarta, Selasa (6/6/2017)26.
Koalisi Anti Persekusi yang terdiri dari sejumlah lembaga
bantuan hukum yang meliputi, LBH Jakarta, LBH Masyarakat, LBH
24Pasal 170 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Hukum Acara Pidana. 25Soenarto Soerodibroto KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Makamah Agung dan Hoge Raad Genta Publishing 2011 Hal 214 26Kompas.com diakses pada minggu 22 juni 2018 pukul 20:30 WIB
25
Pers, Institute for Criminal Justice Reform dan Yayasan Bantuan
Hukum Indonesia, Koalisi Anti Persekusi menemukan adanya
trackdown terhadap orang-orang yang dianggab menghina agama dan
ulama. Identitas foto, dan alamat kantor ataupun rumah mereka
disebarluaskan disertai dengan nada kebencian dan intruksi agar orang-
orang tersebut dicari.27
Koalisi mencatat persekusi tidak jarang disertai ancaman dan aksi
kekerasan lalu mereka juga disuruh meminta maaf baik secara lisan
mauun pernyataan yang bersifat tertulis.28
c. Akibat persekusi:
Berbicara akibat persekusi penulis telah mengutip beberapa
pendapat para ahli dan penjelasanya sebagai berikut:
1) Mengancam Demokrasi:
Koordinator Regional Safenet Damar Juniarto mengatakan,
tindakan memburu dan mengintimidasi atau persekusi tersebut
sangat mengancam kebebasan berpendapat dan demokrasi di
Indonesia. Masalah persekusi tidak bisa dianggap enteng. Jika
dibiarkan, bisa semakin menebarkan ketakutan dan menjadi teror di
tengah masyarakat.29
Persekusi dinilai mengancam demokrasi karena
sekelompok orang dapat mengangap seseorang bersalah dan
melakukan penghukuman tanpa melalui proses hukum yang
berlaku.
Seharusnya bila ada pendapat yang dianggap "tidak tepat"
atau berseberangan, semestinya harus ditempuh pula upaya-upaya
yang terhormat. Semisal, dengan terlebih dahulu mengajukan
somasi atas pendapat yang diutarakan. Jika belum menemukan titik
temu, maka bisa dilakukan mediasi atau bahkan hingga pelaporan
kepada penegak hukum (kepolisian).
27ibid 28ibid 29Liputan6news diakses pada rabu 29 agustus 2018 diakses pada 17:00 WIB
26
Dalam persekusi yang terjadi hanyalah pelbagai upaya
intimidasi bahkan hingga tindak kekerasan yang bertujuan agar
target persekusi mau mengikuti kehendak para pelaku. Misalnya,
mengoreksi pendapat yang sudah dikeluarkan atau meminta maaf
kepada publik terkait pendapat tersebut.
Padahal mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun
tertulis merupakan hak setiap warga negara yang telah dijamin oleh
konstitusi. Di UUD 45 misalnya, setidaknya terdapat dua pasal yang
secara tegas menjamin kebebasan berpendapat, yakni Pasal 28E
ayat (3) dan Pasal 28I ayat (1). Oleh karenanya, penghormatan
terhadap setiap orang yang mengeluarkan pendapat dan konten
pendapat yang diutarakannya adalah suatu hal yang mutlak harus
dilindungi.30
Bila terus dibiarkanPersekusi atau 'pemburuan' intimidatif
terhadap seseorang juga dapat merusak dapat merusak citra
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Menurut Peneliti Institute for
Securty and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto
persekusi termasuk tindakan kriminal, sehingga polisi wajib
menindak tegas para pelakunya.
2) Merusak Citra aparat:
"Bisa merusak citra Kepolisian bila kepolisian melakukan
pembiaran," tutur Bambang kepada CNNIndonesia.com melalui
pesan singkat, Sabtu (3/6).
Dampak persekusi, kata Bambang, bisa meluas di
masyarakat. Bahkan bisa menimbulkan konflik. Karena itu, polisi
harus bereaksi dengan cepat dan tegas demi menjaga nama baiknya
sebagai aparat hukum yang bertugas menjaga ketertiban sosial.Tak
menutup kemungkinan konflik antarmasyarakat akan terjadi bila
Polri tidak tegas menindak pelaku persekusi," ujar Bambang.31
3) Korban Persekusi Mengalami Trauma berat:
Menurut Dosen Bimbingan Konseling Islam (BKI), Novi
Hidayati Apsari, orang yang mengalami persekusi akan mengalami
beban psikologis yang sangat berat, bahkan korban bisa sampai
berpikiran untuk bunuh diri. “Orang yang mengalami persekusi
akan mengalami beban psikologis dan trauma yang cukup berat,”
tutur Novi saat ditemui Fresh Crew, Senin (27/11/2017). Orang
yang mengalami trauma cukup berat sendiri memerlukan rehabilitas
yang cukup lama karena saat berada diantara keramaian pun dirinya
bisa merasa terancam dan otomatis berdampak pada kehidupan
sosialnya dimasyarakat. Alasan mengakhiri hidup bisa diakibatkan
karena eksistensi di masyarakat yang sudah terganggu karena
30Kumparannews.com diakses pada senin 3 september 2018 pada 19:30 WIB 31 /www.cnnindonesia./diakses pada kamis 13 september 2018 pukul 14:30 WIB
27
merasa dipermalukan.Tindakan-tindakan persekusi ini umumnya
terjadi di kota karena tingkat individualisnya yang tinggi.
Disamping itu juga tingkat emosi yang tidak terkendali dan
kepercayaan hukum yang cenderung menurun dari masyarakat juga
menjadi faktor pendukung terjadinya perilaku persekusi.
Novi berpesan, jikalau ada teman yang mengalami
persekusi kita seharusnya menjadi teman mengobrol yang baik.
“Benar-benar menjadi teman untuk ngobrol yang baik dan jangan
sampai dia tidak punya teman,” pungkas Novi, Senin
(27/11/2017).32
Psikolog pendidikan dan anak, Elizabeth Santosa
mengatakan persekusi bisa berakibat traumatis, terutama jika
terjadi pada anak-anak.
"Secara psikologis, dampak persekusi sangat menakutkan.
Namun besar-kecilnya itu akan tergantung pada perspektif anak.
Misalnya, jika mendapat pukulan, buat Anda keras, tapi belum
tentu buat saya juga. Namun, buat saya, intimidasi itu yang paling
buruk," katanya saat dihubungi Tempo, Jumat, 2 Juni 2017.
4) Ganguan Mental Pada Anak:
Persekusi juga bisa berdampak negatif pada kondisi
psikologis korban yang sudah dewasa. Hanya, pada anak,
kecenderungan kerusakan bisa lebih besar. "Mereka masih dalam
kelompok anak yang belum punya pendeklarasian bahwa saya
sudah menjadi satu individu," ujarnya.
Pada kasus persekusi terhadap PMA di Cipinang Muara,
Elizabeth mengatakan korban masih pada usia yang rentan
terhadap berbagai pengaruh. Emosinya pun naik-turun. Elizabeth
menuturkan kondisi tersebut membuat mereka berisiko jika
mendapat informasi yang salah. Karena itu, setiap korban
persekusi harus mendapatkan bimbingan.33
Dari keempat pendapat ahli diatas maka penulis dapat
menjelaskan bila akibat tindakan persekusi disamping mengancam
demokrasi juga berakibat memberikan ketakutan yang luar biasa
terhadap masyarakat. Apalagi tindakan tersebut terjadi secara
32http://fresh.suakaonline.com/dampak-psikis-bagi-korban-persekusi/ diakses pada selasa 11 september 2018 pukul 13:30 33tempo.co/read/881048/anak-jadi-korban-persekusi-psikolog-jelaskan-akibatnya/full&view=okdiakses pada selasa 11 september 2018 pukul 13:30
28
terstruktur, sistematif dan aktif serta dilakukan oleh ormas radikal
yang memiliki struktur organisasi yang cukup terorganisir.
Apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka akan sangat
meresahkan masyarakat karena akan menimbulkan ketakutan yang
luar biasa, dan berakibat ketidakpercayaan masyarakat kepada
aparat yang berwenang maka dari itu sudah menjadi kesadaran dan
kewajiban bersama untuk memeranggi perbuatan persekusi.
4. MAIN HAKIM SENDIRI (Eigen Richting)
Menghakimi sendiri memiliki hubungan erat dengan sifat melanggar
hukum dari tindak pidana. Tindakan main hakim sendiri (eigenrichting),
sebenarnya bukan merupakan suatu jenis tindak pidana yang diatur secara
tegas dalam KUHP atau undang-undang diluar KUHP. Umumnya, akibat
dari perbuatan eigenrichting dapat masuk kedalam beberapa jenis tindak
pidana, yang berujung pada tindakan kurang menyenangkan, pengancaman,
penganiayaan, hingga penculikan yang diatur dalam Buku II tentang
Kejahatan di KUHP. Tindakan main hakim sendiri di Indonesia, telah
mendapat definisi yang diterima secara umum oleh masyarakat, yakni
perbuatan sekelompok orang (biasanya warga) yang kebetulan memergoki
terjadinya suatu perbuatan tindak pidana, kemudian warga tersebut
bertindak dengan mengejar, menangkap, kemudian menganiayanya, bisa
dengan memukul, menendang, menampar, bahkan hingga membunuhnya.34
Menurut penulis tindakan main hakim sendiri adalah suatu tindakan
atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang yang
secara melawan hukum dengan sewenang wenang melakukan suatu
kekerasan fisik maupun verbal terhadap orang atau golongan tertentu yang
diduga melakukan suatu perbuatan yang diangap bersalah atau melakukan
34Eddy O.S Hiariej, SH., M.Hum. Pada Bagian Hukum dan Masyarakat FH UNDIP. Pengampu Mata Kuliah Sosiologi Hukum dan Metodologi Penelitian Hukum. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional MIH Unissula dengan Tema: Penanggulangan Tindakan Eigenrichting (Main Hakim Sendiri) Yang dilakukan Oleh Kelompok Masyarakat. Semarang, 9 Desember 2017.
29
suatu perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat.
Dari perbuatan main hakim munculah korban baru yang harus
dilindungi. Jadi kesimpulanya tindakan main hakim sendiri secara singkat
ialah istilah bagi tindakan untuk menghukum pihak tertentu tanpa melewati
proses yang sesuai hukum. Contoh dari tindakan main hakim sendiri adalah
pemukulan terhadap pelaku kejahatan oleh masyarakat.
Dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), terdapat
beberapa pasal yang mengatur mengenai Main Hakim Sendiri.Namun,
dalam pengaturan tersebut tidak dinyatakan secara langsung, bahwa
tindakan yang diatur tersebut dinamakan tindakan “Main Hakim
Sendiri”.Sebagai contoh, pengaturan mengenai tindakan “Penganiayaan”
dalam pasal 351 KUHP.Dalam pasal tersebut tidak disebutkan bahwa
“penganiayaan” merupakan tindakan Main Hakim Sendiri.Namun, jika kita
membaca unsur-unsur dalam pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam
situasi tertentu (contohnya, ketika ada pelaku pencurian motor tertangkap
basah oleh warga kemudian dipukuli beramai-ramai oleh warga tersebut),
tindakan “penganiayaan” dapat masuk atau dikategorikan sebagai tindakan
Main Hakim Sendiri.
Jadi kesimpulanya ialah tindak pidana main hakim sendiri memiliki
beberapa kesamaan dengan perbuatan persekusi yaitu mengangab seseorang
bersalah tanpa melalui proses peradilan yang berlaku dan juga adanya
30
perbuatan sewenang-wenang yang mengandung unsur kekerasan untuk
melakukanya
5. KORBAN TINDAK PIDANA
1) Pengertian Korban:
Di dalam UU No 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas
unduang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi
dan Korban, pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 ke 3 yaitu Korban
adalah orang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau
kerugian ekonomi yang di akibatkan oleh suatu tindak pidana.
Pengertian korban adalah dalam tindak pidana ialah pihak yang
dirugikan dari suatu tindak perbuatan pidana baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam bentuk materiil, fisik, maupun psikologis,
korban juga harus menanggung derita berganda karena tanpa disadari
sering diperlakukan hanya sebagai sarana demi terwujudnya sebuah
kepastian hukum, misalnya harus kembali mengemukakan, mengingat
bahkan mengulangi (merekontruksi) kejahatan yang pernah
menimpanya pada saat sedang menjalani proses pemeriksaan, baik
ditingkat penyidikan maupun setelah kasusnya diperiksa di pengadilan.
Arief Gosita mengartikan korban kejahatan dalam arti luas, yang
tidak hanya dirumuskan dalam Undang-Undang pidana, tetapi juga
tindakan-tindakan yang menimbulkan penderitaan dan tidak dapat
dibenarkan serta diagab jahat, tidak atau belum dirumuskan dalam
undang-undang situasi tertentu.35
Korban kejahatan secara tipologis memiliki ragam makna,
antara lain:
35Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan (kumpulan karangan), Akademika Presindo, Jakarta, 1993, hlm 99
31
1) Primary victimization, yaitu korban individual. Jadi, dalam primary
victimization, yang menjadi korban adalah orang perorangan bukan
kelompok
2) Secondary victimization, yaitu korban kelompok atau yang menjadi
korban adalah kelompok misalnya badan hukum
3) Tertiary victimitzation, yaitu yang menjadi korban adalah
masyarakat luas;
4) Mutual victimization, yaitu yang menjadi korban adalah pelaku
sendiri, misalnya pelacuran, perzinahan dan narkotika;
5) No victimization, yaitu yang dimaksut bukan tidak ada korban
melainkan korban tidak segera diketahui. Misalnya konsumen yang
tertipu dalam menggunakan suatu hasil produksi.36
Sedangkan kedudukan korban dalam peradilan pidana sebagai
pihak pencari keadilan selama ini terabaikan. Apabila dikaji dari tujuan
pemidanaan dalam hukum pidana positif, pelaku kejahatan lebih mendapat
perhatian seperti rehabilitasi, treatment of offenders, redaptasi sosial,
pemasyarakatan, dan lain-lain.
Hal ini tentu merupakan suatu bentuk ketidak adilan bagi korban
karena sebagai pihak yang dirugikan hanya difungsikan sebagai sarana
pembuktian, dan tidak jarang pula hak asasi korban terabaikan. Bekerjanya
peradilan pidana baik dalam lembaga dan pranata hukumnya lebih
dioreintasikan terhadap pelaku kejahatan (offer oriented). Eksistensi korban
tersuborgasikan dan tereliminasi sebagai risk secondary victinizations dalam
bekerjanya peradilan pidana.37
Dalam menganalisis terhadap fakta bekerjanya penegak hukum
asas mekanisme peradilan pidana yang penulis sampaikan di bab II A nomor
36Muhadar, Viktimisasi Kejahatan di Bidang Pertahanan, LaksBang, Yogjakarta, 2006, hlm. 39-40 37Hal ini merupakan bentuk viktimisasi yurisdis dari aspek peradilan maupun menyangkut dimensi diskriminasi perundang-undangan, termasuk menerapkan hukum kekuasaan. Sahetapy, Op.cit,h.vii.
32
2 (gambar 1) diatas, khususnya mengenai perlindungan korban dapat di
telaah dengan mengunakan pendapat La Patra sebagai berikut:
1) Pastikan bahwa terdakwa tidak diabaikan untuk diwakili secara efektif
2) Pastikan bahwa rakyat tidak diabaikan untuk diwakili secara efektif.
3) Ciptakan kondisi yang mendukung kearah penilaian yang adil dan nalar.
4) Memungkinkan pemrosesan suatu perkara dengan kecepatan yang yang
terukur.
5) Menguranggi sampai minimum beban dipundak yang berperkara.
6) Menguranggi sampai minimum beban dari pihak lain.
7) Mengguranggi sampai minimum ongkos perkara.
Dalam rangka perlindungan korban maka patut dipertanyakan,
mampukah lembaga pranata hukum sebagai bagian dari sistem sosial yang
besar yaitu masyarakatmewakili korban/masyarakat untuk mendapatkan
keadilan? dan apakah bekerjanya peradilan pidana justru menambah beban
kepada korban ataukah justru bekerjanya peradilan pidana justru
memunculkan viktimisasi kembali terhadap korban? Hal inilah yang akan
penulis analisis pada sub bab perlindungan korban dibawah38.
a. Perlindungan korban:
KUHP dan KUHAP tidak mengatur tentang perlindungan
korban tetapi hanya menitik beratkan perlindungan terhadap tersangka
dan terdakwa oleh karena itu ada kalanya perlindungan terhadap korban
tindak pidana sering kali terabaikan karena korban tindak pidana
38La Patra, Analyzing of Criminal Justice System (Toronto La Parta,hlm.65
33
seolah-olah hanya digunakan sebagai objek membuka suatu kasus dan
tidak diperlakukan sebagai subyek.
UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
mengatur untuk memberikan perlindungan pada saksi dan korban dalam
semua tahap proses peradilan pidana dalam pelingkungan peradilan
(Pasal 2).
Adapun perlindungan saksi dan korban berdasarkan pada UU
Nomor 13 Tahun 2006 berasaskan pada:
a. Harkat dan Martabat Manusia.
b. Rasa aman
c. Keadilan
d. Tidak diskriminatif
e. Kepastian hukum
Mengenai bentuk perlindungan dan hak saksi dan korban
dinyatakan dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang No 31 Tahun 2014
yaitu:
1) Saksi dan Korban berhak:
a. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, Keluarga,
dan harta bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan
dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya;
b. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk
perlindungan dan dukungan keamanan;
c. memberikan keterangan tanpa tekanan;
d. mendapat penerjemah;
e. bebas dari pertanyaan yang menjerat;
f. mendapat informasi mengenai perkembangan kasus;
g. mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;
h. mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan;
i. dirahasiakan identitasnya;
j. mendapat identitas baru;
34
k. mendapat tempat kediaman sementara;
l. mendapat tempat kediaman baru;
m. memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan
kebutuhan;
n. mendapat nasihat hukum;
o. memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas
waktu Perlindungan berakhir;
p. dan/atau mendapat pendampingan.
2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Saksi
dan/atau Korban tindak pidana dalam kasus tertentu sesuai dengan
Keputusan LPSK.
3) Selain kepada Saksi dan/atau Korban, hak yang diberikan dalam
kasus tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diberikan
kepada Saksi Pelaku, Pelapor, dan ahli, termasuk pula orang yang
dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan suatu
perkara pidana meskipun tidak ia dengar sendiri, tidak ia lihat
sendiri, dan tidak ia alami sendiri, sepanjang keterangan orang itu
berhubungan dengan tindak pidana.”39
39UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 31 Tahun 2014Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksidan Korban
35
B. HASIL PENELITIAN
1. KASUS POSISI
Berikut ini adalah beberapa kasus persekusi yang sedang marak
dan dibahas secara besar besaran baik dalam media masa maupun media
sosial.
a. Kasus Mario Alvian:
Pada tanggal 26 Mei tahun 2017 Mario memasang status di
facebook terkait FPI. Isi statusnya menyebut FPI sebagai kumpulan
orang pengangguran, Iamengedit foto Habib Risieq, serta
menantangnya berkelahi. Dua hari berselang tepatnya pukul 23:00
WIB kelompok massa FPI datang mencari kontrakan Mario,dan
akhirnya menemukanya di Cipinang Muara, Jakarta Timur. Saat itu
Ketua RW Zainal Arifin mendapat laporan adanya sekelompok orang
yang diduga FPI ribut-ribut di kontrakan Mario Alfian.
Pada saat Ketua RW datang di tempat kejadian, salah satu
anggota FPI menjelaskan bahwa Mario telah melecehkan
FPI.Selanjutnya Ketua RW membawa Mario dan anggota FPI ke
kantor RW 06.Di kantor RW 06 Mario didudukan dengan dikelilingi
oleh sekelompokanggota FPI. Saat itu Mario dipaksa untuk membuat
surat pernyataan yang isinya Mario telah mengakui melakukan
pelecehan terhadap FPI.
Setelah surat pernyataan dibuat, ada pelaku yang
mengintimidasi dengan menampar pipi Mario. Dua hari berikutnya
video kasus Mario viral di media sosial, Publik mengecam persekusi
dan pemukulan terhadap Mario. Keesokan harinya Polisi mengetahui
kasus ini lewat video yang menyebar,dan Polisi melakukan
penyelidikan.
Pada awal Juni 2017 lalu Polisi telah mengambil tindakan
berupa mengamankan Mario dan keluarganya. Mario lalu melakukan
pelaporan atas pemukulan yang ia terima. Polisipun menangkap dua
orang anggota FPI yang diduga melakukan pemukulan dankedua
pelaku masih menjalani pemeriksaan.40
b. Kasus Dokter Fiera Lovita:
Dr fiera lovita Perempuan berusia 40 ini menjadi target buruan
karena menggunggah pernyataan bernada miring terhadap pimpinan
FPI, Rizieq Shihab di akun facebooknya.
36
Semuanya bermula saat dokter yang bekerja di RSUD Solok,
Sumatera Barat ini membuat status di facebooknya pada 19 Mei 2017
lalu.
Berikut status yang ditulis dr Fiera Lovita : Kalau tidak salah,
kenapa kabur? Toh ada 300 pengacara n 7 juta ummat yang siap
mendampingimu, jgn run away lg dunk bib"
Kadang fanatisme sudah membuat akal sehat n logika tdk
berfungsi lagi, udah zinah, kabur lg, masih dipuja dan dibela
Masih ada yang berkoar2 klo ulama mesumnya kena fitnah,
loh..dianya kaburr, mo di tabayyun polisi beserta barbuk ajah gak
berani.
Status ini berbuntut pada diintimidasi yang diterimanya atas
status itu, dr Fiera lovita mengaku itu hanya pernyataan keheranannya
setelah melihat berita konferensi pers polisi di media massa tentang
kebenaran barang bukti kasus chat mesum Firza Husein yang sudah
disita polisi
"Saya hanya menanggapi berita kaburnya seorang habib yang
akan dimintai keterangannya oleh polisi di Jakarta dalam kasus chat
mesum dan kasus hukum lain yang menimpa habib tersebut," ucap dr
Fiera Lovita saat memberikan pernyataan pers dampingi Koalisi Anti-
Persekusi di YLBHI, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2017).
Setelah membuat postingan di facebook, dr Fiera Lovita lalu
mengajak kedua anaknya jalan ke luar rumah sambil makan siang.
Kebetulan saat itu Hari Minggu, dr Fiera Lovita lanjut bermain
bersama anaknya di arena permainan anak-anak hingga sore.
Malam harinya, dr Fiera Lovita membuka handpone dan
facebook, ternyata banyak kiriman permintan pertemanan yang
jumlahnya lebih dari 100 orang.
Bahkan beberapa akun orang lain ada yang sudah mengcapture
statusnya dan membagikannya ke Facebook dengan ditambah kata
bernada provokatif yang mengajak orang lain untuk membencinya.
"Status saya viral di facebook terutama pengguna Facebook di
Sumatera Barat, tempat saya tinggal. Karena khawatir terjadi hal yang
tidak diinginkan, saya segera menutup akun saya," ujar dr Fiera Lovita.
Senin pagi, 22 Mei 2017 dr Fiera Lovita beraktifitas seperti
biasa mengantar anak ke sekolah karena sedang ujian lalu berangkat ke
RSUD Solok, tempatnya bekerja.
Pukul 09.00, dr Fiera Lovita mendapat telepon dari RSUD Solok
yang meminta ia segera menemui Wakil Direktur RSUD Solok, dr
Elfahmi.
Saat menghadap Wakil Direktur RSUD Solok, dr Fiera Lovita
diberitahu bahwa postingan facebooknya sudah dicapture orang lain
dan dibagikan ke banyak grup facebook dengan ditambah kata
provokatif dengan tuduhan dr Fiera lovita telah menghina ulama
mereka.
37
Pihak managemen RSUD Solok lalu meminta dr Fiera Lovita
menghapus postingan dan menghilangkan data di pforilnya yang
menyebut dr Fiera Lovita bekerja di RSUD Solok. Perintah itu
langsung dipenuhi oleh dr Fiera Lovita
Usai itu, dr Fiera Lovita menjemput anaknya di sekolah dan
kembali mendapat telpon dari RSUD Solok menyampaikan ada Intel
dari Polsek Solok yang mencarinya.
Awalnya mereka meminta untuk ke rumah dr Fiera Lovita
namun ditolak. Lalu anggota Intel meminta membawa dr Fiera Lovita
ke Polsek, juga ditolak oleh dr Fiera Lovita. Akhirnya dr Fiera Lovita
dibawa ke RSUD Solok bersama dua anaknya yang baru pulang
sekolah.
"Di RSUD Solok, tiga Intel ini memperkenalkan diri. Kasat Intel
namanya Pak Ridwan, dia memperlihatkan konten facebook dari
handphonenya bahwa ada kelompok yang tidak senang dengan
postingan saya dan berencana dengan kelompoknya berniat
menggerebek, menangkap saya," tutur dr Fiera Lovina.
Dengan alasan melindungi, Kasat Intel lalu mengintrograsi dr
Fiera Lovina dengan menanyakan identitas data diri hingga mengapa
membuat postingan itu.
Kepada Kasat Intel, dr Fiera Lovina menjawab status itu dibuat
secara spontan karena ia melihat berita di media massa soal kasus chat
mesum.
Status yang dibuatnya kemudian viral dan ditambah kata
provokatif dengan tujuan orang yang membaca menganggap ia sebagai
pengina ulama besar.
Padahal menurutnya, status itu normatif tanpa menyebut nama
maupun mencantumkan foto seseorang. "Saya juga ditanya apakah ada
pihak lain yang memerintah atau mendorong saya buat status itu, saya
jawab tidak ada. Pak Ridwan meminta saya jangan macam-macam dan
cukup menjalankan tugas sebagai dokter," beber dr Fiera Lovita.
"Dia meminta saya hati-hati dan segera menghubunginya jika
ada hal yang terjadi." Selesai diintrograsi, dr Fiera Lovita dan dua
anaknya menuju parkiran RSUD Solok untuk kembali ke rumah. Saat
di dalam mobil tiba-tiba saja mobilnya sudah dikelilingi orang
berjubah, berjanggut dan berkopiah putih.
Mereka mengetuk jendela mobilnya dan dr Fiera Lovita
langsung menghubungi Ridwan selanjutnya mencoba komunikasi
dengan sekelompok orang tersebut.
Dalam komunikasi itu, ormas FPI memintanya jangan membuat
status seperti itu, mereka juga menuntut dr Fiera Lovita untuk
membuat surat pernyataan tulis tangan di kertas, difoto lalu diposting
ke akun facebooknya.
"Saya jawab, beri saya waktu satu jam untuk pulang dulu,
makan dan sholat. Saya diperbolehkan, belum sempat jalan, kaca mobil
saya diketuk dan mereka bilang FPI seluruh Sumatera Barat akan
38
bergerak menemui saya. Saat itu anak saya menangis ketakutan,"
imbuhnya.
Dalam perjalanan, dr Fiera Lovita mampir ke masjid untuk salat
dengan keadaan anaknya masih menangis selanjutnya bergegas pulang.
Di rumah, dr Fiera Lovita dan dua anaknya masih dirundung perasaan
takut dan cemas.
Dr Fiera Lovita menghubungi rekan dan koleganya mengenai
kondisi saat itu. Namun semua teman tidak ada yang bisa menolong
maupun menemaninya di rumah.
"Setelah saya posting surat pernyataan dan permintaan maaf di
facebook. Dalam waktu satu jam laman facebook saya kembali
dibongkar mereka. File album pribadi saya berupa foto saya dan anak-
anal hingga postingan lama dimunculkan, disebar ke grub facebook.
Mereka mengambil foto saya dan mengedit dengan vulgar, tidak
senonoh, ditambah kata jorok yang sangat tidak pantas bagi
perempuan," kata dr Fiera Lovita.
Bukannya malah mereda dan tenang, postingan permintaan maaf
itu semakin membuat situasi tidak terkendali. Lalu dr Fiera Lovita
memutuskan kembali menutup akun facebooknya demi kenyamanan
dan keamanan.
Keesokan harinya, Selasa 23 Mei 2017, keluarga kecil ini
kembali beraktivitas biasa mengantar anak ke sekolah. Tiba-tiba, dr
Fiera Lovina kembali mendapat telepon dari RSUD Solok diminta
segera ke rumah sakit.
Sesampainya di RSUD Solok, banyak orang berjubah di
halaman RSUD termasuk juga mobil polisi. Dr Fiera Lovita panik dan
langsung masuk ke dalam rumah sakit.
Dr Fiera Lovita lalu menemui Wakil Direktur Rumah Sakit, dr
Elfahmi. Dia diberitahu ada sekelompok pimpinan ormas, termasuk
ketua FPI ingin bertemu dengannya.
"Saya diminta patuh kalau tidak ingin ini semua berlanjut. Saya
bersedia ikut saran Wakil Direktur. Saya lalu dibawa ke sebuah
ruangan. Di sana sudah ada Direktur RSUD Solok, drg Epi yang marah
besar, melotot dan menujuk saya. Beliau kesah karena saya membawa
masalah bagi rumah sakit," tambah dr Fiera Lovita.
Akhinya dr Fiera Lovita dibawa ke ruang pertemuan dengan
para petinggi ormas FPI, Kapolsek Solok, Kasat Intel Solok beserta
direktur dan jajaran direksi RSUD Solok.
Dia diminta menyampaikan permintaan maaf, menyesal dan
menyatakan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Setelah dr Fiera Lovita menyampaikan permintaan maaf secara
terbata-bata, lanjut secara bergantian petinggi ormas dan FPI
memperkenalkan diri dan menceramahi dirinya. Dimana pada intinya,
mereka tidak terima dengan postingan dr Fiera Lovita.
Dr Fiera Lovita berpikir pertemuan itu membuat semua masalah
selesai, ternyata tidak. Foto pertemuan antara antara ia dangan
39
pimpinan ormas dan lainnya kembali viral dan dia makin
dipergunjingkan.
"Malah harinya, masih ada orang berkeliaran di sekitar rumah.
Intimidasi berupa telepon masih saya terima. Selain itu ada juga
gerombolan orang bermotor lewat depan rumah dan meneriaki saya,"
tambahnya.
Malamnya, Jumat 26 Mei 2017 sekitar pukul 23.45, Kapolres
datang ke rumah namun dr Fiera Lovita tidak merespon karena HP
miliknya disilent.
Keesokannya, Sabtu 27 Mei 2017, Kapolres kembali ke rumah
dr Fiera Lovita selanjutnya ia dibawa ke Polres hingga sore hari dan
berbuka piasa disana.
Malamnya pukul 22.00 dr Fiera Lovita kembali ditelpon
kapolres untuk hadir dalam pertemuan dengan intansi daerah termasuk
wali kota, bupati, wakil bupati, wakil masyarakat, RSUD Solok, dan
FPI. Saat itu, dr Viera Lovita menolak hadir karena kelelahan.
Minggu 28 Mei 2017, dr Fiera Lovita didatangi tiga pria
mengaku dari Kodim. dr Viera Lovita tidak mau menemui karena takut
dan curiga. Ketiga pria itu selama satu jam bertahan di depan rumah dr
Viera Lovita kemudian pergi.
Sampai pada akhirnya, dr Viera Lovita memutuskan pindah dari
Solok. Menurutnya itu pilihan terbaik untuk ia dan kedua anaknya
yang berumur 8 dan 9,5 tahun. Itu semua atas pertimbangan
keselamatan.
"Saya berhasil minta tolong kolega saya di luar Sumatera Barat,
tanggal 29 Mei 2017 saya dijemput relawan dari Jakarta. Saya sempat
pamit pada petugas keamanan di rumah dan Polsek Solok. Lalu saya
dikawal menuju bandara. Saya didampingi juga oleh Banser,"
ungkapnya.
Atas serangkaian peristiwa itu, dr Fiera Lovita berharap
peristiwa yang menimpanya tidak terjadi lagi kepada siapapun.
Menurutnya, negara harus hadir melindungi warga negaranya.
Saat ini, ia belum memutuskan dan apa rencana yang akan
dijalani kedepan. Yang pasti ia akan tetap mengabdi untuk masyarakat
sebagai seorang dokter dan ingin menghabiskan waktu untuk berlibur
bersama anak-anaknya.
"Saya berterimakasih pada semua pihak. Selamat berpuasa,
Insya allah puasa kita diterima oleh Allah SWT," tutupnya mengakhiri
cerita kronologis Persekusi yang dialaminya.41
c. Korban-korban Lain:
41http://jabar.tribunnews.com diakses pada 20 September 2018 pukul 12:40 WIB
40
Dikutip dari wawancara Afri Bambani dalam Prime Times
Metro tv pada hari Selasa 6 Juni 2017 tindakan persekusi juga telah
terjadi dibeberapa wilayah sebagai berikut.
Tabel 2
Tabel data korban persekusi dibeberapa wilayah
Korban Lokasi Tanggal
Persekusi
Persekusi
Otto R Balikpapan 23 Mei 2017 Dihakimi
Indri S.Z Tanggerang 23 Mei 2017 Diintimidasi dan
Digeruduk
Robert A Bandung 23 Mei 2017 Disuruh Mengakui
Akun dibajak
Ancong Medan 15 Maret 2017 Akun Dihapus
Aldo Rizki Bali 28 Mei 2017 Akun dihapus
Sumber Tabel: Metro News edisi 6 juli 2017 diakses melalui youtube pada 3 September 2018 pada
18:30 WIB
Dari kasus-kasus diatas penulis akan memfokuskan terhadap
kasus yang menimpa Mario Alvian.
2. TINDAKAN KEPOLISIAN YANG DILAKUKAN TERHADAP
KASUS MARIO ALVIAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT
a. Penyelidikan:
Berdasarkan Pasal 1 butir 5 KUHAP , Penyelidikan adalah
serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
41
peristiwa diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan yang dilakukan dalam undang-undang ini.42
Untuk melakukan penyelidikan sesuai dengan Pasal 102 ayat ( 1 dan
2) KUHAP ada tiga sumber yaitu
a) Mengetahui tindakan pidana tersebut
b) Adanya Laporan/Pengaduan
c) Tertangkap tanggan
Setelah polisi mengetahui viralnya video persekusi Mario Alvian
melalui media sosial lalu Polisi mengamankan Mario Alvian dan
keluarganya. Polisi meminta keterangan ke Mario Alvian mengenai kejadian
yang menimpa dirinya, lalu setelah itu polisi membuat laporan, setelah
diterimanya laporan tersebut polisi melakukan kegiatan penyelidikan yang
meliputi:
Melakukan kegiatan penyelidikan berdasarkan Pasal 7 ayat (1)
KUHAP yang bertujuan sebagai mencari tahu suatu peristiwa yang terjadi
merupakan tindak pidana atau bukan:
Dari upaya ini penyelidik mulai menyelidiki kronologi peristiwa ini
yaitu mulai dari viralnya video persekusi tersebut lalu polisi mulai mencari
tahu melalui keterangan Mario dan mengamankanya. Mario menjelaskan
bahwa pada tanggal 28 Mei setelah ia memasang status di facebook terkait
42 Kitab undang-undang hukum acara pidana pasal 1 butir 5
42
FPI yang menyebutkan FPI sebagai kumpulan orang pengangguran, lalu ia
mengedit foto Habib Rizieq, serta menantang berkelahi.
Lalu pada keesokan harinyalah Kelompok massa FPI datang mencari
kontrakan Mario. Dan akhirnya ditemukan Saat itu Mario dipaksa untuk
membuat surat pernyataan yang isinya Mario mengakui telah melakukan
pelecehan terhadap FPI Cipinang Muara, Jakarta Timur. Seperti dalam video
yang tersebar, setelah surat pernyataan dibuat, ada pelaku mengintimidasi dan
menampar pipi Mario.
Selain Mario Polda Metro Jaya juga menerima laporan dari Ketua
RW, Ketua RT dan beberapa Warga yang ikut menyaksikan kejadian
persekusi tersebut dikantor RW. Mereka melihat adanya kekerasan yang
dilakukan oleh tersangka yaitu saat tersangka memukul kepala korban satu
kali.
Setelah diperoleh laporan dari Ketua RW, Ketua RT dan beberapa
Warga yang ikut menyaksikan kejadian persekusi tersebut dikantor RW dan
keterangan Mario Alvian (korban persekusi) ditambah dengan tayangan video
persekusi yang viral di sosial media polisipun lalu menyimpulkan bahwa
telah terjadi dugaan tindak pidana kekerasan terhadap anak sebagaimana
diatur dalam Pasal 80 Jo Pasal 76 C UU RI no 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas UU RI no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak atau
Pasal 170 KUHP.
43
b. Penyidikan:
Berdasarkan Pasal dibawah ini pengertian penyidikan adalah:
Pasal 1 butir 2 KUHAP“Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.”
Saat melakukan penyidikan. Penyidik mencari dan menemukan alat
bukti berdasarkan Pasal 184 ayat (1) dan (2) KUHAP yaitu: Keterangan
saksi dan keterangan ahli.
Adapun dari upaya penyidikan ini ditemukan 2 alat bukti yaitu:
1) Ketrangan saksi yang meliputi:
Dalam kasus ini penyidik menerima keterangan dari saksi fakta dan
saksi korban. Saksi korban dalam kasus ini adalah Mario Alvian sendiri dan
saksi fakta yang antara lain adalah Ketua RW 03 Cipinang Muara , Ketua RT
009 Cipinang Muara dan beberapa Warga yang ikut menyaksikan kejadian
persekusi tersebut dikantor RW 03 Cipinang Muara. Keterangan saksi korban
Mario Alvian adalah berupa kronologinya mengalami persekusi sedangkan
kesaksian dari salah seorang saksi fakta yaitu setelah Mario diintimidasi atas
perbuatannya dan disuruh untuk menulis surat pernyataan.
2) Surat:
Informasi yang penulis dapatkan dari kasus ini alat bukti lain yang
didapatkan oleh penyidik adalah surat keterangan ahli forensik yang didapat
setelah Mario Alvian melaporkan kepada pihak kepolisian, Penyidik dari
kepolisian mengajukan permintaan visum et eprtum kepada dokter ahli
44
kedokteran Kehakiman. Didalam visum et eprtum dimuat hasil pemeriksaan,
yaitu ditemukan luka tamparan di bibir Mario Alvian.43
Dari upaya penyidikan tersebut Polda Metro Jaya memperoleh dua alat
bukti yang sah yaitu keterangan saksi korban Mario Alvian dan keterangan
saksi dari masyarakat yaitu ketua RW 03 Cipinang Muara, Ketua RT 009
Cipinang Muara dan beberapa Warga yang ikut menyaksikan kejadian
persekusi tersebut dikantor RW Cipinang Muara dan alat bukti lain yaitu surat
keterangan ahli forensik.
Selain kedua alat bukti diatas Polda Metro Jaya juga juga mendapatkan
barang bukti berupa video persekusi Mario Alvian yang dikelilinggi oleh
anggota FPI Polda juga menemukan beberapa barang bukti lain dalam
tayangan video persekusi tersebut berupa pakaian dan aksesoris pelaku saat
terjadi peristiwa persekusi yaitu 1 buah jaket merk adidas, 1 buah topi merk
puma, satu buah jaket loreng dan Surat Pernyataan permintaan maaf yang
bermeterai yang ditandatangani oleh Mario Alvian yang berada dalam
tayangan video persekusi tersebut yang berdurasi 2:19 menit tersebut.
Dari kedua alat bukti tersebut Polda Metro Jayapun menemukan adanya
tindak kekerasan terhadap anak dan dijerat dengan Pasal 80 jo Pasal 76 C UU
RI No 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak dan Pasal 170 KUHP tentang
penganiayaan dari hasil penyidikan tersebut penyidik segera mencari
tersangkanya.
43https://www.panjimas.com/news/2017/10/26/abdul-mujib-dan-mat-usin-divonis-1-tahun/ diakses pada Jumat 30 November 2018 Pukul 11:00 WIB
45
Berdasarkan dua alat bukti yang sah yaitu keterangan saksi dan surat
sesuai Pasal 184 KUHAP Selasa (6/6/2017) penyidik Subdit Jantras
Direskrimum Polda Metro Jaya telah menetapkan tersangka atas nama Abdul
Mujib (22) dan Ahmad Matunin (57). Selain itu penyidik juga sudah
mengantongi identitas lima terduga pelaku lainnya yang masih dalam
pencarian. "Lima terduga pelaku lainnya sudah kita profile dan sejak tadi
malam jajaran Jatanras sudah berupaya untuk penangkapan," ungkapnya.
Selain menangkap kedua pelaku persekusi diatas Polisi saat ini juga
sedang memburu pelaku persekusi lainya yaitu: Samsudin alias Udin alias
Bewok (30), salah satu pelaku tindak persekusi terhadap Putra Mario Alfian
(15) di RT 04 RW 03, Cipinang Muara, Jakarta Timur. Nama Bewok telah
dimasukan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Keterlibatannya dalam
mengintimidasi Mario, karena ikut melakukan pemukulan di kepala bagian
belakang. "Sekarang kami sebarkan identitasnya di masyarakat (DPO),” kata
Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Hendy F Kurniawan
di Jakarta, Rabu (7/6/2017).
Selain Bewok, polisi juga memburu Edi. Edilah yang menceramahi
Mario dan mengatakan kalau Habib Rizieq bukan hanya punya FPI, tapi punya
umat Islam. Dia yang memukul pundak Mario.
3) Hasil penyidikan:
Para pelaku persekusi tersebut ditetapkan sebagai tersangka telah
melakukan tindak pidana kekerasan terhadap anak sebagaimana diatur dalam
46
Pasal 80 Jo Pasal 76 C UU RI no 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU RI
no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak atau Pasal 170 KUHP.
3. BENTUK PERLINDUNGAN KORBAN PERSEKUSI
a. Polisi melakukan pengamanan terhadap Mario Alvian dan
Keluarganya.
Bentuk perlindungan yang diberikan polisi terhadap Mario Alvian
adalah dengan mengamankan Mario Alvian dan keluarganya upaya
pengamanan yang dilakukan oleh polisi adalah dengan memberikan tempat
tinggal sementara dan pengamanan terhadap keluarga korban.
b. Polisi melakukan penangkapan dan penahanan terhadap
tersangkanya.
Selain mengamankan Mario Alvian dan keluarganya, pihak
kepolisian telah menahan dua tersangka Abdul Mujib (22) dan Matunin
(57) terkait dugaan kasus persekusi terhadap korban PMA (15), di
Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur. "Tersangka atas nama Abdul
Mujib dan Ahmad Matunin semalam resmi kami tahan," ujar Kasubdit
Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F Kurniawan,
kepada Beritasatu.com, Sabtu (3/6).
c. Polisi memburu para tersangka yang kabur
Dikatakannya, penyidik sudah mengantongi identitas lima terduga
pelaku lainnya yang masih dalam pencarian. "Lima terduga pelaku lainnya
sudah kita profile dan sejak tadi malam jajaran Jatanras sudah berupaya
untuk penangkapan," ungkapnya.
Polisi saat ini juga sedang memburu Samsudin alias Udin alias
Bewok (30), salah satu pelaku tindak persekusi terhadap Putra Mario
Alfian (15) di RT 04 RW 03, Cipinang Muara, Jakarta Timur.
Nama Bewok telah dimasukan dalam Daftar Pencarian Orang
(DPO). Keterlibatannya dalam mengintimidasi Mario, karena ikut
melakukan pemukulan di kepala bagian belakang. "Sekarang kami
sebarkan identitasnya di masyarakat (DPO),” kata Kasubdit Jatanras
Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Hendy F Kurniawan di Jakarta,
Rabu (7/6/2017).
Selain Bewok, polisi juga memburu Edi. Edilah yang menceramahi
Mario dan mengatakan kalau Habib Rizieq bukan hanya punya FPI, tapi
punya umat Islam. Dia yang memukul pundak Mario.
47
Mereka dijerat Pasal 80 Jo 76 C UU No 35 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak atau
Pasal 170 KUHP.44
d. Polisi Berkoordinasi dengan LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban) untuk melindungi Mario Alvian.
Selain itu Polda juga bekerjasama dengan LPSK dalam upaya
perlindungan korban terhadap Mario Alvian. Lembaga Perlindungan Saksi
dan Korban (LPSK) secara proaktif memproses permohonan perlindungan
remaja yang korban persekusi berinisial Mario Alvian (15). “Kami
menjemput permohonan perlindungan selanjutnya akan diproses sesuai
dengan ketentuan,” kata Wakil Ketua LPSK Hasto Atmojo di Jakarta,
Sabtu (3/6).
Setelah Polda bekeja sama dengan LPSK Mario Alvian yang
menjadi korban persekusi saat ini telah berada di safe house milik
Kementerian Sosial guna mendapatkan perlindungan dan perawatan
psikologi.
Achmad Budi Prayoga dari Lembaga Bantuan Hukum Gerakan
Pemuda Ansor yang mendampingi Mario menyebut, selain Mario, ibu
beserta saudaranya-saudaranya juga turut ditempatkan di safe house.
Dia menuturkan, secara umum, kondisi Mario dan keluarganya saat
ini cukup baik, khususnya kondisi psikologis yang sebelumnya diwanti-
wanti akan terpengaruh setelah mendapatkan intimidasi dan perlakuan
kasar secara fisik.
"Kondisinya sangat baik, dan sehat. Mereka tentu butuh adaptasi
karena tempat baru ya, tapi, secara umum sangat baik, dari psikologisnya.
Itu untuk kepentingan keamanan mereka," katanya, Senin (5/6/2017).
Mario Alvian yang saat ini masih duduk di sekolah menengah
pertama (SMP) masih belum bisa kembali ke sekolah. Namun, dia tetap
mengikuti proses ujian sekolah yang berlangsung.
Mario Alvian yang saat ini masih duduk di sekolah menengah
pertama (SMP) masih belum bisa kembali ke sekolah. Namun, dia tetap
mengikuti proses ujian sekolah yang berlangsung.45
44http://www.netralnews.com diakses pada kamis 20 september 2018 pukul 13:00 WIB 45http://kabar24.bisnis.com diakses pada selasa 16 oktober 2018 Pukul 10:45 WIB
48
C. ANALISIS
1. PERBUATAN YANG DILAKUKAN OLEH ORMAS FPI
TERHADAP MARIO ALVIAN MERUPAKAN TINDAKN
PERSEKUSI
Perbuatan yang dilakukan oleh anggota ormas FPI terhadap Mario
Alvian merupakan tindakan persekusi hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri
persekusi yang penulis kutip melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia.
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persekusi merupakan pemburuan
sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah warga yang kemudian
disakiti, dipersusah, atau ditumpas.
Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh ormas FPI terhadap Mario
Alvian adalah yang pertama yaitu dengan mencarinya terlebih dahulu Mario
Alvian, setelah itu tahap kedua mereka melakukan mobilisasi masa yaitu
dengan mengumpulkan banyak orang untuk memburunya, tahap ketiga yaitu
setelah mereka menemukan korban (Mario Alvian) Mario Alvian dibawa
secara beramai-ramai dari kontrakan Mario Alvian. Selain membawa Mario
Alvian para pelaku persekusi itu juga melakukan beberapa perbuatan
kekerasan seperti memukul dan menampar bibir Mario Alvian juga
mengintrogasinya, setelah itu Mario Alvian dipaksa meminta maaf dan lalu
diviralkan melalui video.
Jadi perbuatan yang dilakukan oleh anggota ormas FPI merupakan
perbuatan persekusi karena adanya perburuan sewenang wenang yaitu
dengan menentukan target buruanya lalu membawa Mario Alvian secara
49
paksa dan setelah itu disakiti dengan cara para anggota ormas FPI itupun
melakukan kekerasan verbal yaitu dengan mengintrogasinya secara beramai
ramai dan kekerasan non verbal yaitu kekerasan fisik dengan menampar
Mario Alvian, setelah menerima perlakuan itu Mario Alvian lalu dipaksa
mimta maaf dan videonyapun diviralkan.
2. KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG DAPAT DIKAITKAN
DENGAN TINDAK PIDANA PERSEKUSI
Persekusi tidak diatur dalam KUHP maupun perundang-undangan
pidana lainya namun para pelaku persekusi terhadap Mario Alvian dapat
dijerat dengan Pasal-Pasal sebagai berikut:
a. Dalam KUHP
1) Pasal 170 KUHP Pengeroyokan.
Pasal tersebut berbunyi: (1) Barangsiapa terang-terangan dan
dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang
atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun 6 (enam) bulan.
2) Pasal 351 KUHP Ayat (1) Penganiayaan.
(1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp 4.500_
(2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, sitersalah dihukum
penjara selama-lamanya lima tahun
50
(3) Jika perbuatan itu menjadikan mati orangnya, dia dihukum
penjara selama-lamanya tujuh tahun
(4) Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang
dengan sengaja
(5) Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dapat di hukum
3) Pasal 167 KUHP Ayat (1) Memaksa Masuk Rumah.
(1) Barang siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau
pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dengan me- lawan
hukum atau berada di situ dengan melawan hukum, dan atas
permintaan yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan
segera, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
b. Diluar KUHP
1) Pasal 80 Jo Pasal 76 C UU RI no 35 tahun 2014 tentang perubahan
atas UU RI no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak;
Pasal Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan
atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00
(tujuh puluh dua juta rupiah) sedangkan Pasal 76 C berbunyi
Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan,
51
menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan
terhadap Anak.
Dari sekian Pasal-pasal Undang-undang diatas yang paling
tepat dikenakan terhadap para pelaku persekusi Mario Alvian
adalah Pasal 80 Jo Pasal 76 C UU RI no 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas UU RI no 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak karena perbuatan tersebut dilakukan terhadap Mario Alvian
yang berusia 15 Tahun maka digunakan ketentuan lex specialis
derogat lex generalis.
3. PERLINDUNGAN POLISI TERHADAP MARIO ALVIAN
Pengamanan yang dilakukan oleh Polisi selain menangkap dan
menahan para pelaku persekusi adalah dengan melakukan pengamanan
terhadap Mario Alvian dan keluarganya, upaya pengamanan yang
dilakukan oleh polda adalah dengan memberikan tempat tinggal
sementara dan pengamanan terhadap keluarga korban melalui
koordinasi dengan LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban).
Hal ini merupakan upaya perlindungan terhadap korban yang
dimuat dalam Undang-Undang No 31 Tahun 2014, tentang
Perlindungan Saksi dan Korban.Bentuk perlindungan tersebut yang
telah dilakukan menurut undang-undang terhadap Mario Alvian
antara lain ialah sebagaimana “diatur dalam Pasal 5 yaitu:
a. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) a yaitu memperoleh perlindungan atas
keamanan pribadi, Keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari
52
ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau
telah diberikanya;
Hal ini dapat terlihat melalui upaya LPSK yang pro aktif
menenjemput Mario Alvian dan keluarganya lalu memberikan
perlindungan lain sebagaimana yang ada pada undang undang ini
(UU No 31 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban)
Seperti Pasal 5 ayat (1) c, k dan c.
b. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) c yaitu memberikan keterangan tanpa
tekanan:
Mario Alvian telah memberikan keterangan di LPSK tanpa tekanan
tentang apa yang dialaminya. hal ini dapat terlihat ketika Mario
Alvian memberikan keterangan tentang kronologi kejadian persekusi
yang menimpa dirinya dan selanjutnya dari keterangan tersebut
LPSK segera memberikan perlindungan berupa kediaman sementara
c. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) k mendapat kediaman sementara
LPSK juga telah memberi kediaman sementara kepada Mario Alvian
hal itu untuk mencegah adanya aksi persekusi susulan yang bisa saja
terjadi karena masih ada pelaku persekusi yang belum tertangkap.
d. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) O memperoleh bantuan biaya hidup
sementara sampai batas waktu Perlindungan berakhir;
LPSK telah memberikan bantuan biaya hidub sementara saat berada
di LPSK, biaya itu adalah berupa biaya keperluan hidub seperti biaya
makan.
53
e. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) p mendapatkan pendampingan:
Dalam hal ini LPSK juga telah memberikan pendampingan terhadap
Mario Alvian dan pendampingan tersebut telah dilakukan terhadap
Mario saat berada di LPSK hingga kembali kerumahnya dan
melakukan aktifitas seperti biasa.
Dari hasil analisis penulis upaya yang dilakukan oleh pihak
kepolisian sudah sesuai dengan Pasal 5 Undang-Undang No 31
Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban .
top related