bab ii tinjauan pustaka a. kajian pustaka 1. pengertian …
TRANSCRIPT
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian BUMDes
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa
yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa, yang dibentuk
berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Menurut Undang-Undang Nomor
4 Tahun 2015 Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa, melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan Desa, yang dipisahkan untuk
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk kesejahteraan
masyarakat Desa. Dibentuknya BUMDes sebagai lembaga ekonomi desa
adalah salah satu bentuk peran pemerintah sebagai kekuatan untuk
membantu terciptanya peningkatan kesejahteraan melalui penciptaan
produktivitas ekonomi bagi desa.
Tujuan utama dibentuknya BUMDes yaitu untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Desa (PADes) guna memperkuat perekonomian desa.
Sebagai lembaga usaha desa, pembentukan BUMDes benar-benar ditujukan
untuk memaksimalkan potensi masyarakat desa, baik potensi ekonomi,
sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM). Dalam
mencapai tujuannya, BUMDes bekerja dengan memanfaatkan aset dan
potensi yang dimiliki oleh desa, serta bersumber pada modal penyertaan dari
16
desa. Dengan adanya badan usaha ini, diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada sumber pendapatan desa untuk memperkuat perekonomian
desa.
BUMDes yang merupakan lembaga ekonomi di pedesaan memiliki dua
fungsi utama, yaitu sebagai lembaga sosial dan lembaga komersial desa.
BUMDes sebagai lembaga sosial memiliki fungsi sebagai penyedia
pelayanan sosial, sedangkan fungsi BUMDes sebagai lembaga komersial
memiliki tujuan untuk mencari keuntungan melalui penawaran sumber daya
lokal berupa barang dan jasa ke pasar. Selain itu BUMDes juga memiliki
fungsi sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian desa untuk
menghasilkan Pendapatan Asli Desa, dan sebagai sarana untuk mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
Dalam hal kegiatan usaha, dapat berjalan dengan baik jika BUMDes
mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa BUMDes
merupakan badan usaha yang karakteristiknya masih mengikuti sifat dan
karakteristik dari beberapa bentuk badan usaha lainnya yang berbadan
hukum dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Lembaga usaha
ini memiliki perbedaan dengan lembaga usaha lainnya, seperti BUMN dan
BUMD. Perbedaan lembaga-lembaga tersebut ditampilkan pada tabel
berikut:
17
Tabel 2 Perbedaan BUMN, BUMD dan BUMDes
Sumber : http://www.berdesa.com/inilah-perbedaan-bumn-bumd-dan-bumdes/
Keterangan BUMN BUMD BUMDes
Pengertian Badan usaha yang
modalnya dimiliki oleh
pemerintah yang berasal
dari kekayaan Negara
Badan usaha yang
sebagian besar atau
seluruh modalnya
berasal dari kekayaan
daerah yang
dipisahkan
Badan usaha yang
sebagian besar atau
seluruh modalnya
dimiliki oleh desa,
melalui penyertaan
secara langsung yang
berasal dari kekayaan
desa
Modal Usaha Dimiliki pemerintah,
berasal dari kekayaan
Negara
Dikuasai pemerintah
daerah, berasal dari
kekayaan daerah yang
dipisahkan
Dikelola bersama
masyarakat desa, berasal
dari kekayaan desa
Fungsi Sebagai alat pemerintah
untuk menata kebijakan
perekonomian guna
memenuhi kebutuhan
masyarakat
Melaksanakan
kebijakan pemerintah
daerah di bidang
ekonomi dan
pembangunan, serta
pemupukan dana bagi
modal pembangunan
Sebagai penggerak
pertumbuhan
perekonomian desa
untuk kesejahteraan
masyarakat desa
18
2. Pengaturan BUMDes Dalam Peraturan Perundang-Undangan
Pengaturan mengenai pendirian BUMDes diatur dan dijelaskan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terdapat beberapa peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai pendirian BUMDes, yaitu
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 jo. Undang-Undang No. 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun
2005 tentang Desa, serta Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yang kemudian diubah menjadi
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
menjelaskan bahwa dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah sesuai
dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, peran serta masyarakat dan
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, dan keistimewaan suatu daerah dalam sistem NKRI.
Dalam Pasal 213 ayat (1) dijelaskan bahwa Desa dapat mendirikan
Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Hal
Tujuan Untuk mewujudkan
kesejahteraan
masyarakat dan
memenuhi kebutuhan
masyarakat di berbagai
sector
Untuk memajukan
perekonomian,
melalui pemberian
sumbangan
Untuk memperkuat
perekonomian desa,
melalui peningkatan
Pendapatan Asli Desa
19
tersebut di tinjaukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintah daerah dengan lebih memperhatikan aspek-
aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan
daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan
persaingan global dengan memberikan kewenangan kepada daerah dalam
menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelengaraan
pemerintah negara.
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa, dalam pasal 78
menjelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat
desa, Pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai
dengan kebutuhan dan potensi desa, yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa, dan berpedoman pada Perundang-undangan, serta berbentuk badan
hukum. Dalam pasal 79 dijelaskan bahwa BUMDes sebagai usaha desa
yang dikelola oleh pemerintah Desa, memiliki modal yang berasal dari
Pemerintah Desa; tabungan masyarakat; bantuan pemerintah; pinjaman; dan
penyertaan modal pihak lain. Selain itu juga dijelaskan mengenai
kepengurusan BUMDes yang terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat.
Penjelasan lain terkait BUMDes pada Peraturan Pemerintah No. 72
Tahun 2005, dijelaskan dalam pasal 80 yang menyatakan bahwa BUMDes
dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
yang dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD. Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara pembentukan dan pengelolaan BUMDes diatur
dalam pasal 81, yaitu didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten atau
Kota yang sekurang-kurangnya harus memuat bentuk badan hukum;
20
kepengurusan; hak dan kewajiban; permodalan; bagi hasil usaha; kerjasama
dengan pihak ketiga; mekanisme pengelolaan dan pertanggungjawaban.
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa menjelaskan bahwa
penyelenggaraan Pemerintah Desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa
didasarkan pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Dalam Undang-
Undang ini juga menjelaskan mengenai pengaturan BUMDes yang
tercantum pada bab X sebanyak empat pasal, yaitu pasal 87 sampai dengan
pasal 90. Pasal-pasal tersebut menjelaskan mengenai pendirian BUMDes,
pengembangan dan pemanfaatan hasil usaha BUMDes. Pada pasal tersebut
disebutkan jika BUMDes dapat menjalankan kegiatan usaha di bidang
ekonomi, dan atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Hal ini menunjukkan bahwa BUMDes dapat
menjalankan berbagai usaha, mulai dari pelayanan jasa, keuangan, mikro,
perdagangan, dan pengembangan ekonomi lainnya.
Sebelum diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014,
pembentukan BUMDes juga berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa. Dalam
peraturan ini dijelaskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan
pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi
masyarakat desa, didirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan
dan potensi desa. Secara keseluruhan, peraturan tersebut menjelaskan
21
mengenai Badan Usaha Milik Desa, mulai dari ketentuan umum,
pembentukan, pengelolaan, pembinaan, pengawasan, ketentuan peralihan
sampai dengan ketentuan penutup terkait dengan BUMDes. Namun sejak
diundangkannya peraturan baru, yaitu Undang-Undang No. 4 Tahun 2015
maka peraturan ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pengaturan lain yang menjelaskan mengenai BUMDes diatur dalam
Undang-undang No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa. Dalam undang-
undang tersebut menetapkan mengenai Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.1
Undang-Undang tersebut merupakan peraturan yang menggantikan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha
Milik Desa. Dalam pasal 1 dijelaskan bahwa Badan Usaha Milik Desa yang
selanjutnya disebut sebagai BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk kesejahteraan masyarakat.
Pendirian BUMDes diatur pada bab II yang terdiri dari 5 pasal, yaitu
pasal 2 sampai dengan pasal 6. Dalam pasal-pasal tersebut dijelaskan bahwa
pendirian BUMDes merupakan upaya untuk menampung seluruh kegiatan
di bidang ekonomi dan atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa.
1 Undang-Undang No. 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
22
Pendirian BUMDes ini disepakati melalui musyawarah Desa, dengan tujuan
untuk meningkatkan perekonomian desa; mengoptimalkan aset desa;
meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa;
mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa; menciptakan
peluang yang mendukung kebutuhan warga; membuka lapangan kerja;
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; serta meningkatkan pendapatan
masyarakat desa dan PADes.
Selanjutnya penjelasan mengenai pengurusan dan pengelolaan
BUMDes tercantum pada bab III Undang-Undangn No. 4 Tahun 2015, yang
mencakup beberapa bagian yaitu penjelasan terkait organisasi pengelola
BUMDes, modal BUMDes, jenis-jenis usaha, alokasi hasil usaha, kepailitan
BUMDes, kerjasama BUMDes antar desa, dan pertanggungjawaban
pelaksanaan BUMDes. Dalam hal organisasi pengelola BUMDes dijelaskan
bahwa BUMDes dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum dan
tidak mempunyai unit usaha yang berbadan hukum. Penjelasan selanjutnya
terkait susunan kepengurusan oganisasi pengelola BUMDes yang terdiri
dari penasihat, pelaksana operasional dan pengawas diatur pada pasal 10.
Masing-masing jabatan tersebut memiliki tugas dan kewenangan sesuai
dengan ketentuan yang sudah ditetapkan, serta dipilih oleh masyarakat desa
melalui musyawarah desa.
Modal awal yang dimiliki BUMDes bersumber dari APB Desa dengan
menggunakan dana APBD Provinsi sesuai dengan hasil pembahasan dan
kesepakatan dalam musyawarah desa. Sebagai lembaga usaha desa,
BUMDes dapat menjalankan beberapa bisnis usaha, sebagaimana yang
23
tercantum dalam pasal 19 sampai dengan pasal 24, disebutkan mengenai
jenis usaha yang dapat dijalankan yaitu bisnis sosial sederhana, bisnis
penyewaan barang, usaha perantara, bisnis yang berproduksi dan atau
berdagang barang-barang tertentu, bisnis keuangan, dan usaha bersama
sebagai induk dari unit usaha yang dikembangkan masyarakat desa.
Pengaturan mengenai alokasi hasil usaha BUMDes dituangkan pada
pasal 26 ayat (2) yang menyebutkan bahwa pembagian hasil usaha
BUMDes ditetapkan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Anggaran
Dasar atau Anggaran Rumah Tangga BUMDes. Hal ini menunjukkan jika
dalam pembagian hasil usaha harus sesuai dengan Anggaran Dasar yang
telah ditetapkan. Pasal 26 ayat (3) menjelaskan bahwa alokasi pembagian
hasil usaha dapat dikelola melalui sistem akuntansi sederhana. Ketentuan
selanjutnya terkait kepailitan diatur dalam pasal 27 ayat (1) bahwa kerugian
yang dialami BUMDes menjadi beban BUMDes itu sendiri, jika BUMDes
tidak dapat menutup kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimilikinya,
maka dinyatakan rugi melalui musyawarah desa. Sedangkan unit usaha
milik BUMDes yang tidak dapat menutup kerugian dengan aset dan
kekayaan yang dimilikinya, maka dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan. Hal ini sesuai dengan aturan yang
tercantum pada pasal 27 ayat (3).
Dalam menjalankan tujuannya, BUMDes dapat melakukan kerjasama
antar dua BUMDes atau lebih, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 28
sampai dengan pasal 30. Dalam pasal tersebut dijelaskan mengenai
kerjasama antar BUMDes yang dapat dilakukan dalam satu kecamatan
24
maupun antar kecamatan dalam satu kabupaten atau kota, dengan mendapat
persetujuan dari masing-masing Pemerintah Desa. Kerjasama ini dibuat
dalam naskah perjanjian, sesuai dengan yang dijelaskan pada pasal 29 ayat
(2) bahwa naskah perjanjian kerjasama BUMDes harus memuat subyek
kerjasama; obyek kerjasama; jangka waktu; hak dan kewajiban; pendanaan;
keadaan memaksa; pengalihan aset; dan penyelesaian perselisihan. Naskah
tersebut ditetapkan oleh Pelaksana Operasional dari masing-masing
BUMDes yang melakukan kerjasama.
Dalam hal pelaksanaan BUMDes, juga diatur mengenai
pertanggungjawaban dari masing-masing pihak pelaksana BUMDes.
Aturan ini tercantum pada pasal 31, dalam ayat (1) disebutkan bahwa
pelaksana operasional melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan
BUMDes kepada penasihat. Ayat (2) menjelaskan bahwa BPD melakukan
pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam membina pengelolaan
BUMDes, dan dalam ayat (3) dijelaskan bahwa Pemerintah Desa
mempertanggungjawabkan tugas pembinaan terhadap BUMDes kepada
BPD yang disampaikan melalui musyawarah desa.
Pengaturan tentang pembinaan dan pengawasan dijelaskan dalam pasal
32, pada ayat (1) disebutkan bahwa menteri menetapkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria BUMDes. Ayat (2) menjelaskan bahwa Gubernur
melakukan sosialisasi, bimbingan teknis tentang standar, prosedur, dan
kriteria pengelolaan pengembangan modal dan pembinaan manajemen
BUMDes. Sedangkan di ayat (3) menjelaskan mengenai Bupati atau
25
Walikota melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap
pengembangan manajemen dan sumber daya manusia pengelola BUMDes.
Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa BUMDes atau sebutan yang telah
ada sebelum Peraturan Menteri ini berlaku tetap dapat menjalankan
kegiatannya, hal ini sesuai dengan aturan yang tercantum pada pasal 33 ayat
(1). Selanjutnya dalam ayat (2) BUMDes wajib melakukan penyesuaian
dengan ketentuan peraturan ini paling lama satu tahun, sejak peraturan ini
berlaku. Pada bagian akhir disebutkan bahwa pada saat peraturan ini mulai
berlaku, ketentuan mengenai Badan Usaha Milik Desa dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik
Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, sebagaimana yang tercantum
pada pasal 34 UU No. 4 Tahun 2015. Peraturan ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
3. Teori Badan Hukum
3.1 Badan Hukum Sebagai Subjek Hukum
Dalam hukum, suatu badan atau perkumpulan-perkumpulan dipandang
sebagai subjek hukum yang dapat memiliki hak dan dapat melakukan
perbuatan hukum. Subjek hukum memiliki kedudukan dan peranan yang
sangat penting dalam hukum, karena subjek hukum tersebut dapat
mempunyai wewenang hukum. Subjek hukum itu sendiri diartikan sebagai
segala sesuatu yang pada dasarnya memiliki hak dan kewajiban dalam
hukum. Yang termasuk dalam pengertian subjek hukum yaitu manusia dan
badan. Badan tersebut dapat memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam
26
lalu lintas hukum, dapat digugat dan menggugat di muka hakim. Badan
tersebut dikatakan sebagai badan hukum, yang berarti orang yang
diciptakan oleh hukum.
Secara umum, badan hukum diartikan sebagai organisasi atau
perkumupulan yang didirikan dengan akta yang otentik, dan diperlakukan
sebagai orang yang memiliki hak dan kewajiban atau biasa disebut sebagai
subjek hukum. Terdapat beberapa pendapat para ahli hukum terkait dengan
definisi dari badan hukum. Salah satunya yaitu pendapat Chidir Ali yang
menyatakan bahwa badan hukum merupakan segala sesuatu yang
berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat yang diakui oleh hukum
sebagai pendukung hak dan kewajiban. Chidir Ali menyatakan bahwa untuk
memberi pengertian tentang badan hukum merupakan persoalan teori
hukum dan persoalan hukum positif, yaitu:2
1. Menurut teori hukum, “apa” badan hukum, dapat dijawab bahwa badan
hukum adalah subyek hukum yaitu segala sesuatu yang berdasarkan
tuntutan masyarakat itu oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan
kewajiban.
2. Menurut hukum positif, “siapa” badan hukum, yaitu siapa saja yang
oleh hukum positif diakui sebagai badan hukum.
Menurut Chidir Ali, pengertian badan hukum sebagai subjek hukum
mencakup beberapa hal, di antaranya yaitu perkumpulan orang atau
organisasi; dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan
hukum; mempunyai harta kekayaan tersendiri; mempunyai pengurus;
2 Chidir Ali, Ibid, hlm. 18
27
mempunyai hak dan kewajiban; dapat digugat atau menggugat di
Pengadilan.3
3.2 Teori Organ
Perwujudan badan hukum sudah lama menjadi perselisihan pendapat
dari para ahli hukum, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori yang
menjelaskan mengenai badan hukum. Dalam ilmu pengetahuan hukum,
terdapat bermacam-macam teori tentang badan hukum yang berbeda satu
sama lain. Salah satu teori dari badan hukum adalah Teori Organ, yang
mana teori ini dikemukakan oleh sarjana Jerman yang bernama Otto Von
Gierge (1841-1921) sebagai reaksi atas teori fiksi. Dalam teori ini dijelaskan
bahwa badan hukum seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-
benar dalam pergaulan hukum. Badan hukum menjadi suatu
‘verbandpersoblich’ yang berarti suatu badan yang membentuk
kehendaknya dengan perantara alat atau organ badan tersebut, seperti
anggota atau pengurusnya. Sebagai contoh, manusia yang mengucapkan
kehendaknya dengan perantara mulutnya, apa yang mereka putuskan adalah
kehendak dari badan hukum.
Badan hukum adalah suatu organisasi yang riil, yang menjelma dalam
pergaulan hukum, serta dapat membentuk kemauan sendiri dengan
perantara alat-alat yang ada. Dengan demikian menurut teori organ, badan
hukum bukanlah suatu hal yang abstrak melainkan benar-benar ada. Badan
hukum bukan suatu kekayaan yang tidak bersubjek, melainkan suatu
organisme yang riil, yang hidup dan bekerja seperti manusia. Fungsi badan
3 Chidir Ali, op.cit, hlm. 21
28
hukum dipersamakan dengan fungsi manusia, sehingga dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa badan hukum tidak berbeda dengan manusia, setiap
perkumpulan atau perhimpunan orang adalah badan hukum.
4. Bubarnya Badan Hukum Badan Usaha Milik Desa
Dalam hal pembubaran Badan Usaha Milik Desa, khususnya BUMDes
Mandiri Sejahtera diatur dalam Peraturan Desa Duren Nomor 3 Tahun 2017
yang tercantum pada pasal 14 dan pasal 15, yang mengatur mengenai
pembubaran BUMDes. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa
pembubaran BUMDes dilakukan dalam hal terdapat kerugian, hal ini sesuai
yang tercantum dalam pasal 14 ayat (1). Sedangkan dalam ayat (2)
disebutkan bahwa kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dialami BUMDes menjadi beban BUMDes dan menjadi tanggung jawab
pelaksanaan operasional BUMDes. Pasal 15 ayat (1) menjelaskan bahwa
dalam hal BUMDes tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dari
kekayaan yang dimiliki, maka dinyatakan rugi melalui masyawarah desa.
Hasil musyawarah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan
bagi Kepala Desa untuk mengajukan pailit sesuai dengan mekanisme yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, hal ini tercantum
dalam Peraturan Desa Duren ayat (2) pasal 15. Sedangkan pada ayat (3)
disebutkan bahwa kepailitan BUMDes sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (2) disampaikan oleh Kepala Desa dalam Musyawarah Desa.
29
B. Analisis
1. Tinjauan Yuridis Pengaturan BUMDes Mandiri Sejahtera
Tinjauan yuridis yaitu pandangan mengenai suatu hal yang dilihat dari
segi hukum. Dalam penelitian ini tinjauan yuridis terkait BUMDes
didasarkan pada peraturan perundang-undangan, baik peraturan BUMDes
secara umum maupun pengaturan BUMDes itu sendiri, pada penelitian ini
yaitu BUMDes Mandiri Sejahtera. Peraturan perundangan tersebut yaitu:
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam Undang-Undang ini pengaturan mengenai BUMDes tercantum
pada Pasal 213 ayat (1) yang menyatakan bahwa Badan Usaha Milik
Desa berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. Dalam
Undang-undang ini pengaturan mengenai BUMDes diatur dalam pasal
78 yang menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan
masyarakat desa, Pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha
Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa, yang ditetapkan
dengan Peraturan Desa, dan berpedoman pada Perundang-undangan,
serta berbentuk badan hukum.
Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam
Undang-Undang ini pengaturan mengenai BUMDes diatur dalam pasal
87. Pada pasal tersebut disebutkan bahwa BUMDes dapat menjalankan
usaha di bidang ekonomi dan atau pelayanan umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
30
Peraturan Desa Duren Nomor 03 Tahun 2017 tentang Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Mandiri Sejahtera. Dalam peraturan ini
dijelaskan mengenai aturan keseluruhan terkait BUMDes Mandiri
Sejahtera, yang meliputi aturan ketentuan umum, tujuan BUMDes,
kedudukan, pengurusan dan pengelolaan, serta pembubaran BUMDes.
Pembentukan BUMDes Mandiri Sejahtera didasarkan pada Peraturan
Desa Duren Nomor 03 Tahun 2017. Peraturan ini menjadi dasar utama yang
mengatur pendirian dan pengelolaan BUMDes Mandiri Sejahtera, yang
bertujuan untuk menjamin kepastian hukum mengenai kedudukan BUMDes
sebagai lembaga usaha ekonomi desa dalam melakukan peningkatan
perekonomian desa; optimalisasi aset desa untuk kesejahteraan desa;
peningkatan usaha masyarakat desa dalam pengelolaan potensi ekonomi
desa; pengembangan rencana kerja sama usaha desa dengan pihak ketiga;
upaya menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum masyarakat desa; penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat
desa; dan peningkatan pendapatan masyarakat desa serta pendapatan asli
desa.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pengurus BUMDes
Mandiri Sejahtera di Desa Duren Bandungan, dalam wawancara tersebut
dijelaskan bahwa pendirian dan pengelolaan BUMDes Mandiri Sejahtera
telah sesuai dengan Peraturan Desa Duren Nomor 3 Tahun 2017 yang
menjadi dasar pembentukan BUMDes Mandiri Sejahtera. Peraturan tersebut
dibuat dan telah disepakati melalui musyawarah desa pada tanggal 2
31
Desember 2016. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pendirian
BUMDes Mandiri Sejahtera, akan dipaparkan pada bagan berikut:
Bagan Pendiri BUMDes Mandiri Sejahtera :
BPD bersama Kades
menyelenggarakan
Musyawarah desa
Membentuk Tim
Pengkajian
Kelayakan Usaha
Penetapan unit-unit
usaha BUMDes
Membentuk Tim
Perumus AD/ART
Pengesahan
AD/ART BUMDes
Mandiri Sejahtera
Membentuk Struktur
BUMDes dan melakukan
pemilihan pengurus
BUMDes Mandiri
Sejahtera
32
Sebagai lembaga ekonomi desa, BUMDes Mandiri Sejahtera memiliki
modal awal yang bersumber dari APB Desa. Modal BUMDes terdiri atas
penyertaan modal desa, yaitu dari APB Desa dengan menggunakan Dana
APBD Provinsi sebesar Rp. 28.500.000, yang sesuai dengan hasil
pembahasan dan kesepatakan dalam musyawarah desa. Kemudian modal
BUMDes yang berasal dari penyertaan modal masyarakat desa, yaitu dari
kelompok masyarakat desa sebesar Rp. 0 (Nol) dengan presentase yang
lebih sedikit daripada modal desa. Gambaran mengenai modal BUMDes
Mandiri Sejahtera sesuai yang telah dijelaskan di atas, akan dipaparkan
dalam bagan berikut.
33
Bagan Permodalan BUMDes Mandiri Sejahtera
Swasta Lembaga
sosial
ekonomi
masyarakat
Lembaga
donor
Pusat
Kabupaten/
Kota
Provinsi
Bantuan
Pemerintah
Kerjasama
Usaha
Modal
Modal awal
darinAPBDes
Penyertaan
Modal
desa
Penyertaan Modal
masyarakat desa
BUMDes
34
Dalam menjalankan usaha ekonomi desa secara maksimal, BUMDes
Mandiri Sejahtera terdiri dari unit usaha yang mengelola jenis-jenis usaha
dengan memanfaatkan sumber daya di Desa, potensi pasar sarana produksi
pertanian, jasa produksi pertanian dan pengolahan serta pemasaran hasil
pertanian. Unit usaha yang dikelola di antaranya yaitu bisnis sosial (air
minum desa dan usaha listrik desa), usaha persewaan (alat transportasi,
perkakas pesta, gedung pertemuan, rumah toko, tanah milik BUMDes dan
barang sewa lainnya), usaha perantara (jasa pembayaran listrik, pasar desa,
jasa pembayaran pulsa, jasa penjualan penggantian gas), usaha perdagangan
(saparas perbengkelan sepeda motor, hasil pertanian, sarana produksi
pertanian dan sarana Sembilan bahan pokok), usaha simpan pinjam (UP2K,
UED-SP, PUAP, P2KP, dan ekonomi perguliran desa berkembang) serta
usaha bersama (desa wisata).
Sistem pengelolaan untuk hasil yang diperoleh dari berbagai unit usaha
tersebut akan disetorkan ke desa yang nantinya akan masuk ke dalam
APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) untuk pembangunan
desa, dengan sistem pembagian yang telah diatur berdasarkan Peraturan
Desa Duren Nomor 3 Tahun 2017. Pembagian hasil usaha tersebut akan
dibagi ke beberapa sektor dengan pembagian sebagai berikut, Pemupukan
modal: 20%, Pendapatan Asli Desa: 50%, Komisaris: 3%, Badan
Pemeriksa/Pengawas: 3%, Direktur: 5%, Kepala Unit Usaha: 10%,
Pendidikan dan Sosial: 5%, Cadangan: 4%.
35
2. Karakteristik BUMDes
Pendirian BUMDes sebagai badan hukum yang juga merupakan
lembaga ekonomi desa didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan
peraturan lain yang mengatur mengenai BUMDes. Namun sebagai lembaga
usaha desa, pendirian BUMDes berbeda dengan lembaga usaha lainnya,
salah satu yang menjadi ciri dari lembaga usaha ini yaitu dibentuk
berdasarkan kebutuhan dan potensi desa, dengan kesepatakan masyarakat
yang merupakan upaya untuk meningkatkan perekonomian desa dan
kesejahteraan masyarakat. Pendirian BUMDes ini juga harus disusun
dengan baik serta dikelola secara profesional dan mandiri, sehingga
nantinya mampu bersaing dan membantu masyarakat dengan memberikan
kontribusi positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat serta
kesejahteraan masyarakat desa.
BUMDes sebagai lembaga ekonomi yang berperan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa memiliki karaktersitik, yaitu
badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola bersama; modal bersumber
dari desa, masyarakat dan pihak ketiga berupa penyertaan modal (saham);
keuntungan yang diperoleh ditunjukkan untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota dan masyarakat melalui kebijakan desa; badan
usaha ini difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Pemerintah
Desa; operasionalisasi dikontrol secara bersama oleh BPD, Pemerintah
Desa dan anggota. Karakteristik BUMDes yang berbeda dengan bentuk
badan usaha lainnya dipertegas dalam Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa, BUMDes dalam
36
kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi
juga berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat
desa. BUMDes diharapkan dapat mengembangkan unit usaha dalam
mendayagunakan potensi ekonomi.4
4 Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa.
37
Tabel 3 BUMDes Secara Umum
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
1. Pendirian Pendirian BUMDes sebagai badan hukum dan lembaga ekonomi
desa didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan
peraturan lain yang mengatur mengenai pembentukan BUMDes.
2. Modal Modal awal bersumber dari penyertaan modal desa yang terdiri
atas hibah dari pihak swasta, bantuan pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota, kerjasama usaha dari pihak swasta, dan aset desa
yang diserahkan kepada APB Desa. Penyertaan modal masyarakat
desa yang berasal dari tabungan masyarakat dan simpanan
masyarakat.
3. Tujuan dan Fungsi - BUMDes memiliki tujuan untuk mendorong seluruh kegiatan
yang dapat meningkatkan pendapatan dan perekonomian
masyarakat desa, yang diserahkan untuk dikelola oleh masyarakat
melalui program pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
- Fungsi didirikannya BUMDes yaitu sebagai penggerak
pertumbuhan perekonomian desa dalam mendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa.
38
Sumber : http://bumdes.id/2017/12/apa-tujuan-pendirian-bumdes
4. Pembubaran Pembubaran BUMDes diatur dalam Permendesa PDTT Nomor 4
Tahun 2015 tercantum dalam Pasal 27 tentang Kepailitan
Kerugian yang dialami BUMDes menjadi beban BUMDes. Dalam
hal ini BUMDes tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan
kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan rugi melalui Musyawarah
Desa. Unit usaha milik BUMDes yang tidak dapat menutupi
kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan
pailit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
39
Tabel 4 BUMDes Mandiri Sejahtera
NO KARAKTERISTIK KETERANGAN
1. Pendirian Pendirian BUMDes merupakan upaya untuk
menampung seluruh kegiatan di bidang
ekonomi dan atau pelayanan umum yang
dikelola oleh Desa. Pendirian BUMDes ini
disepakati melalui musyawarah Desa, dengan
tujuan untuk meningkatkan perekonomian desa
dan mengoptimalkan aset desa
2. Modal Modal awal BUMDes Mandiri Sejahtera
bersumber dari penyertaan modal desa yang
berasal dari APB Desa dengan dana APBD
Provinsi sebesar Rp. 28.500.000 sesuai dengan
hasil kesepakatan dalam musyawarah desa.
Penyertaan modal masyarakat desa yang berasal
dari kelompok masyarakat desa sebesar Rp. 0
dengan presentase yang lebih sedikit daripada
modal desa.
3. Tujuan dan Fungsi - Tujuan utama dibentuknya BUMDes Mandiri
Sejahtera yaitu untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Desa (PADes) guna
memperkuat perekonomian desa.
40
Sumber : Peraturan Desa Duren No. 03 Tahun 2017 tentang BUMDes Mandiri
Sejahtera.
Secara umum BUMDes Mandiri Sejahtera memiliki tujuan dan fungsi yang
sama dengan badan usaha milik desa lainnya, yaitu untuk meningkatkan pendapatan
dan memperkuat perekonomian masyarakat desa. Namun dalam menjalankan
kegiatannya sebagai lembaga ekonomi, BUMDes Mandiri Sejahtera memiliki
karakteristik yang menjadi pembeda dengan BUMDes lainnya yang diatur dalam
- Fungsi BUMDes Mandiri Sejahtera sebagai
penggerak pertumbuhan perekonomian desa
untuk menghasilkan Pendapatan Asli Desa, dan
sebagai sarana untuk mendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa.
4. Pembubaran Dalam hal pembubaran BUMDes Mandiri
Sejahtera diatur dalam Peraturan Desa Duren
Nomor 3 Tahun 2017 yang tercantum pada
pasal 14 yang berbunyi pembubaran BUMDes
dilakukan dalam hal kerugian yang
sebagaimana menjadi beban BUMDes dan
menjadi tanggung jawab pelaksana operasional
BUMDes. Dan pasal 15 berbunyi jika BUMDes
tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan
kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan rugi
melalui musyawarah desa.
41
Peraturan Desa Duren Nomor 3 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Desa
Mandiri Sejahtera, yaitu dalam segi pengelolaan dan pengurusan. Strategi
pengelolaan BUMDes Mandiri Sejahtera bersifat bertahap, yaitu dengan
mempertimbangkan perkembangan dari inovasi yang telah di programkan oleh
BUMDes Mandiri Sejahtera. Program tersebut meliputi sosialisasi dan
pembelajaran tentang BUMDes, pelaksanaan musyawarah desa yang berkaitan
dengan BUMDes, Pembentukan BUMDes yang menjalankan bisnis sosial dan
bisnis penyewaan, kajian atau analisis kelayakan usaha BUMDes yang berorientasi
pada usaha perantara, usaha bersama, bisnis sosial, bisnis keuangan dan
perdagangan, bisnis penyewaan mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek
manajemen dan sumber daya manusia, aspek keuangan, aspek sosial budaya,
ekonomi, politik, lingkungan usaha dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan
aspek perencanaan usaha, pengembangan kerjasama kemitraan strategis dalam
bentuk kerjasama BUMDes antar desa atau kerjasama dengan pihak swasta,
organisasi sosial ekonomi kemasyarakatan, dan lembaga donor.
Dalam menjalankan usaha ekonomi desa secara maksimal, BUMDes
Mandiri Sejahtera menjalankan usaha ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya
di desa; potensi pasar sarana produksi pertanian; jasa produksi pertanian yang
meliputi lahan, pembibitan, panen, penampungan hasil pertanian dan penanganan
pasca panen; serta pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Dari berbagai jenis
usaha yang dijalankan, nantinya hasil dari usaha tersebut akan dikelola dengan cara
menyetorkan ke desa, dan dianggarkan dalam APBDes yang akan digunakan untuk
pembangunan desa dengan sistem pembagian hasil yang telah ditetapkan dalam
peraturan BUMDes Mandiri Sejahtera. Pembagian hasil usaha tersebut akan
42
dialokasikan ke beberapa sektor dengan presentase yang berbeda untuk masing-
masing sektor, yaitu Pemupukan modal: 20%, Pendapatan Asli Desa: 50%,
Komisaris: 3%, Badan Pemeriksa/Pengawas: 3%, Direktur: 5%, Kepala Unit
Usaha: 10%, Pendidikan dan Sosial: 5%, Cadangan: 4%.
BUMDes Mandiri Sejahtera dapat melakukan kerjasama dengan BUMDes
lainnya atau dengan pihak lain yang kerjasamanya ditetapkan dalam naskah
kerjasama yang harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah Desa. Untuk
melakukan kerjasama diterapkan ketentuan yaitu kerjasama kemitraan dengan
mengutamakan kepentingan anggota dan masyarakat dan mendorong dengan
kemampuan sendiri, rencana kerjasama BUMDes Mandiri Sejahtera harus
mendapat persetujuan pengawas melalui mekanisme musyawarah desa.