bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1....
Post on 06-Feb-2018
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kehamilan
a. Definisi
Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut
perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup
seorang wanita. Kehamilan dengan kasus khusus misalnya hamil
bermasalah kecemasan yang menghantui ibu hamil juga
mempengaruhi turun naiknya kadar hormon. Selain itu, ibu yang
menjalani kehamilan dengan kasus khusus, misalnya hamil
bermasalah atau pernah mengalami keguguran juga mengalami
kecemasan (Maulana, 2007, p.23).
Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah
pada seorang wanita dimana dalam masa kehamilan terjadi perubahan
fisiologis yang meliputi perubahan fisik, psikologis dan sosial
(Saifuddin, 2007, p.57).
Kehamilan adalah pertumbuhan janin intrauterin mulai
sejak 280-300 hari dengan perhitungan yang terbagi atas triwulan I
(0-12 minggu usia kehamilan),Triwulan II (13-28 minggu usia
kehamilan), triwulan III (29-42 minggu usia kehamilan).
-
9
Kehamilan adalah peristiwa penting bagi seorang wanita
manapun, diinginkan atau tidak wanita atau calon ibu hamil akan
gelisah dengan kesehatannya. Lazimnya berbagai upaya dilakukan
untuk menjaga kesehatannya (Solihah, 2010, p.206).
Kalau ada ibu hamil memeriksakan kandungannya, yang
diperiksa semata-mata factor fisiknya saja, namun makin lama makin
disadari bahwa aspek psikis (kejiwaan) tidak dapat diabaikan dan
dipisahkan dari masalah kesehatan tubuh, termasuk kesehatan ibu
hamil. Pada ibu hamil konflik batin yang dirasakan bias beragam,
apalagi sejak zaman dulu rasa nyeri pada persalinan sering menjadi
pokok pembicaraan di antara wanita sehingga banyak calon ibu muda,
terutama menghadapi kehamilan dan proses persalinannya dengan
perasaan cemas dan takut (Solihah, 2010, p.207).
b. Proses kejiwaan pada masa kehamilan
Menurut Mochtar (2002, p.32), proses kejiwaan selama kehamilan
meliputi :
1) Trimester I
Pada sebagian wanita, reaksi psikologis dan emosional
pertama adalah kecemasn, ketakutan, kepanikan dan kegusaran
terhadap kehamilan. Mual, muntah, dan pusing yang merupakan
gejala hamil muda.
-
10
2) Trimester II
Ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu
identifikasi abstrak, mulai menyadari kenyatan bahwa kehamilan
merupakan identifikasi nyata. Ibu mulai menyesuaikan diri
dengan kenyataan perut bertambah besar, terasa gerakan janin,
dan dokter telah mendengar suara denyut jantung janin. Ibu mulai
mempersiapkan kebutuhannya.
3) Trimester III
Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan
tanggung jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang akan
dilahirkan. Ada 3 golongan ibu yang mungkin merasa takut:
a) Ibu yang mempunyai riwayat pengalaman buruk pada
persalinan yang lalu.
b) Multipara yang usianya diatas 30 tahun, akan merasa takut
terhadap janin dan anaknya apabila terjadi sesuatu atas dirinya.
c) Primigravida yang mendengar tentang pengalaman nyeri dan
menakutkan dari orang lain.
2. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari
kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi
(janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus kedunia
-
11
luar melelui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2009, p.1).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Wiknjosastro, 2005, p.180).
Peralinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses
dimanajanin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
(Saifuddin, 2006, p.100).
Persalinan normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit
(APN, 2008, P.37).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir sepontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. Persalinan spontan adalah persalinan yang
terjadi karena dorongan kontraksi uterus dan kekuatan mengejan ibu
(Sumarah, 2009, p.2).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Sumarah (2009, p.23-45), factor- factor yang
mempengaruhi persalinan yaitu power, passage, passenger, posisi ibu
dan psikologi.
-
12
Menurut Bandiyah (2009, pp.81-83), factor-faktor yang
mempengaruhi persalinan adalah power, passage, passanger, psycian,
psikologis.
(1) Power (Kekutan)
Kekutan terdiri dari kemampuan ibu melakukan
kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi
involunter disebut juga kekutan primer, menandai dimulainya
pesalinan. Apabila servik berdilatasi, usaha volunteer dimulai
untuk mendorong, yang disebut kekutan sekunder, dimana
kekutan ini memperbesar kekutan involunter. Kekutan perimer
berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan
lapisan otot di segman uterus bagian atas, Dari titik pemicu,
kontraksi di hantarkan ke uterus bagian bawah dalam bentuk
gelombang, diselingi peride istirahat singkat. Kekutan skunder
terjadi segera setelah bagian peresentasi mencapai dasar panggul,
sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar.
Sehingga wanita merasa ingin mengedan, usaha mendorong
kebawah ini yang disebut kekutan sekunder. Kekutan sekunder
tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi servik
lengkap kekuatan ini penting untuk mendorong bayi keluar dari
uterus dan vagina. Jika dalam persalinan wanita melakukan usaha
volunteer (mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan
-
13
terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan
trauma pada serviks (Sumarah, 2009, pp.42-43).
(2) Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian
tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar
vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot
dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu
jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus behasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh
karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai.
(3) Passenger (Janin dan Plasenta)
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena
ukuran dan presentasinya. Dari semua bagian janin, kepala
merupakan bagian yang paling kecil mendapat tekanan. Namun,
karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain,
janin dapat masuk melalui jalan lahir asalkan tidak terlalu besar
dan kontraksi uterus cukup kuat (Llewelly, 2002, p.57).
Passenger atau janin, bergerak sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa factor, yakni ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta
juga harus melewati jalan lahhir, maka ia juga dianggap sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta
-
14
jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal
(Sumarah, 2009, p.35).
(4) Psycology (Psikologi Ibu)
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan
meningkat jika ibu tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya
atau yang disampaikan kepadanya. Wanita bersalin biasanya
akan mengutarakan kekhawatirannya jika ditanyai , perilaku dan
penampilan wanita serta pasangannya merupakan petujuk
berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya.
Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam
melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir
mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan
dalam mengurangi kecenasan pasien. Dukungan psikologi dari
orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses
persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan
rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam
kamar bersalin, memberi sentuhan, member penenangan nyari
non farmakologi, member analgesia jika diperlukan dan yang
paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk
dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis yang positif
proses persalinan akan berjalan lebih mudah (Sumarah, 2009,
p.45).
-
15
(5) Psycian (Penolong)
Menurut Christina (2001, p.133), menyatakan bahwa
peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin.
Bila diambil keputusan untuk melakukan campur tangan, ini
harus dipertimbangkan dengan hati-hati, tiap campur tangan
bukan saja membawav keuntungan potensial, tetapi juaga risiko
potensial. Pada sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik
dapat berupa observasi yang cermat.
3. Kecemasan
a. Pengertian.
Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan
dengan kehamilan, yang hubungan ini tidak jelas. Cemas mungkin
emosi positif sebagai perlindungan menghadapi stres, yang biasa
menjadi masalah apabila berlebihan.
Menurut David (1961), Crandon (1979) dalam (Salmah
dkk, 2003, pp.82-84), tingginya kecemasan pada ibu hamil
dihubungkan dengan kejadian abnormal sebelumnya, misalnya
abortus, kasus-kasus yang terjadi pada akhir kehamilan. Cemas yang
teratasi sering berhubungan dengan penyesuaian postnatal yang lebih
baik dan cemas pada kehamilan secara konsisten tidak berhubungan
-
16
dengan komplikasi pada persalinan (Back, 1976; Astbury 1980)
dalam (Salmah dkk, 2003, p.82-84).
b. Penyebab Kecemasan
Faktor-faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu:
1) Faktor Psikologis
Pengalaman masa kecil yang bernilai emosi tinggi
namun pada masa berikutnya ditekan sehingga dapat
menimbulkan kecemasan. Faktor psikologis dapat ditimbulkan
oleh hilangnya kekuasaan pada diri seseorang. Rasa cemas pada
orang dewasa adalah akibat dari rekaman getaran kehidupan sejak
dalam kandungan. Padahal, janin didalam kandungan memerlukan
ketenangan dan kedamaian dari ibunya. Getaran seperti itulah
yang akan terekam sampai usia dewasa (Taufik, 2010, p.126).
2) Faktor Genetika
Menurur Nurhaeni (2008, p.55) wanita lebih mudah
merasakan suatu masalah dan dibawanya ke dalam hati/perasaan.
Namun, sulit mengeluarkan perasan tersebut, sementara wanita
memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah dari pada pria sehingga
wanita lebih banyak mengalami kecemasan dari pada pria.
3) Faktor Sosial Budaya
Menurut Nurhaeni (2008, p.56) sosial budaya dan
norma yang berbeda antara yang bersangkutan dengan yang ada
dalam masyarakat, dimana yang bersangkutan tidak dapat
-
17
menyesuaikan diri dengan budaya yang ada sehingga timbul
kecemasan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil
1) Status Kesehatan Ibu dan Bayi
Kehamilan merupakan tahap proses berkembangnya
janin dalam rahim ibu. Kondisi atau perkambangan janin sangat
dipengaruhi oleh kesehatan ibunya. Sementara itu, perubahan
hormonal diawal kehamilan menyebabkan ibu hamil mual,
muntah, kelelahan dan merasa kurang sehat (Pusdiknakes,
2003, p.36). Kondisi tersebut membuat ibu merasa cemas akan
kondisi bayi dalam kandungannya. Mual dan kelelahan yang
disertai peningkatan kecemasan akan semakin memperburuk
kondisi ibu dan janin yang dikandungnya.
2) Dukungan suami
Perhatian dan dukungan dari orang-orang terdekat
terutama suami sangat membantu dalam mengatasi kecemasan
yang dialami ibu hamil karena perubahan-perubahan baik fisik
maupun psikologis yang terjadi selama kehamilan (Taufik,
2010, p.36).
Menurut Carpenito (2000, p.36) dukungan suami
akan meningkatkan kesejahtraan psikologis (psychologocal
well being) dan kemampuan penyesuian diri melalui perasaan
memiliki, peningkatan harga diri, pencegahan psikologis,
-
18
pengurangan stres serta penyediaan sumber atau bantuan yang
dibutuhkan selama kehamilan.
3) Faktor Pendidikan
Keadaan ini berlaku pula pada ibu hamil dimana
terjadi perubahan-perubahan psikologis yang cenderung
mengaruh pada adanya kecemasan. Tingkat kecemasan dan
stress seseorang (ibu hamil) dipengaruhi oleh keterampilan
coping yang dimilikinya. Metode coping tersebut dapat
digunakan oleh calon orang tua dan anggota keluarga untuk
menyesuaikan terhadap realitas kehamilan dan mencapai
keseimbangan pada kehidupan ibu hamil yang terganggu
(Detiana, 2010, p.29). Hal ini sesuai dengan pernyataan
Brouwer (1986, p.37) dalam (Notoatmodjo, 2005, p.30) bahwa
faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan,
klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengtasi,
menggunakan coping yang efektif dan konstuktif dari pada
seseorang dengan pendidikan rendah.
4) Faktor Umur
Menurut Detiana (2010, p.38) umur dapat
mempengaruhi keadaan psikologis ibu hamil. Umur yang ideal
bagi wanita untuk hamil adalah 20-35 tahun. Karena, proses
kehamilan yang terlalu muda (< 20 tahun) atau terlalu tua (> 35
-
19
tahun) akan menimbulkan masalah pada ibu dan janin yang
dikandung baik secara fisik maupun psikologis.
d. Tingkat kecemasan
Menurut Stuart (2007, pp.144-145), ada empat
tingkatan kecemasan yaitu:
1) Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari, kecemasan ini membuat individu menjadi waspada
dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat
memotipasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas.
2) Sedang
Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi
individu, dengan demikian individu mengalami tidak perhatian
yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika
diarahkan untuk melakukannya.Tingkat ini ditandai dengan
persepsi yang agak menyempit, secara selektif tidak perhatian
tetap dapat mengarahkan perhatian, cukup kesulitan
berkonsentrasi, membutuhkan usaha yang lebih dalam belajar.
Pandangan pengalaman pada saat ini dikaitkan dengan masa lalu.
Mungkin mengabaikan kejadian dalam situasi tertentu. Kesulitan
dalam beradaptasi dan menganalisa perubahan suara,
peningkatan frekuensi pernafasan, jantung tremor dan gemetar.
-
20
3) Berat
Kecemasan ini sangat mengurangi lapang persepsi
individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci
dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lainPada tingkat ini
persepsi sangat menurun, berfokus pada halhal detail yang
terpisah, tidak lebih memperhatikan meskipun diberi instruksi.
Belajar sangat terganggu, sangat kebingungan, tidak mampu
berkonsentrasi. Pandangan saat ini dikaitkan dengan masa lalu.
Komunikasi sulit dipahami, takikardia, sakit kepala, mual dan
pusing.
4) Panik
Ditandai dengan penyimpangan persepsi, tidak
mampu mengintegrasikan pengalaman, tidak dapat berfokus pada
saat ini, tidak mampu melihat dan mengerti situasi, kehilangan
untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan, tidak dapat berfungsi
biasanya peningkatan aktivitas motorik dan atau respon yang
tidak dapat diperkirakan terhadap stimulus minor. Sekalipun
komunikasi tidak dapat dipahami, perasaan ancaman pingsan,
palpitasi, pusing atau pening, gemetar, terdesak, kemarahan
panas atau dingin, parestesia dan berkeringat.
e. Manifestasi klinis kecemasan
Tanda dan gejala kecemasan yang timbul secara umum menurut
Carpenito (2000, p.14) adalah :
-
21
1) Tanda fisik
a) Cemas ringan
(1) Gemetar, renjatan, rasa goyang
(2) Ketegangan otot
(3) Nafas pendek, hiperventilasi
(4) Mudah lelah
b) Cemas sedang
(1) Sering Kaget
(2) Hiperaktifitas autonomik
(3) Wajah merah dan pucat
c) Cemas berat
(1) Tachycardia
(2) Nafas pendek, hiperventilasi
(3) Berpeluh
(4) Tangan rasa dingin
d) Panik
(1) Diare
(2) Mulut kering
(3) Sering kencing
(4) Kesemutan pada kaki dan tangan (Parestesia)
(5) Sulit menelan
2) Gejala psikologis
a) Rasa takut
-
22
b) Sulit konsentrasi
c) Hipervigilance (siaga berlebihan)
d) Insomnia
e) Libido menurun
f) Rasa mengganjal di tenggorokan
g) Rasa mual di perut
f. Tanda dan Gejala Kecemasan
Menurut Stopparat (2007, p.60) tanda dan gejala
kecemasan yaitu gemetar, ketegangan otot, nafas pendek, mudah
lelah, sering kaget, hiperaktivitas, wajah merah dan pucat,
takikardi, berpeluh, tangan terasa dingin, diare, mulut kering,
sering kencing, sulit menelan, rasa takut, sulit konsentrasi,
hipervigilance (siaga berlebihan), insomnia, libido turun, rasa
mengganjal ditenggorokan dan rasa mual di perut.
g. Jenis gangguan kecemasan
Menurut Stopparat (2007, p.16) yang termasuk dalam
kelompok gangguan kecemasan antara lain:
1) Fobia
Fobia adalah penolakan atau penghindaran berdasar
ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang
sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa
ketakutan itu tidak ada dasarnya.
2) Gangguan panik
-
23
Diagnosis gangguan panik biasanya ditandai dengan
terjadinya satu atau lebih serangan-serangan rasa panik yang
tiba-tiba dan tidak diharapkan atau tidak dikehendaki. Tanda-
tanda orang yang mengalami gangguan panik adalah sesak
nafas, detak jantung keras, sakit dari dada, merasa tercekik,
pusing-pusing, bergetar, ketakutan yang sangat.
3) Gangguan kecemasan menyeluruh atau umum
Diartikan sebagai kekhawatiran yang berlebihan,
yang berlangsung paling sedikit 6 bulan mengenai beberapa
kondisi kehidupan, kekhawatirannya biasanya mengenai
keluarga, keuangan, pekerjaan, kesehatan.
Ada keluhan somatik yaitu merasa panas, jantung
berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil,
dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa
tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem syarat otonomik,
merasa ada gangguan otot yaitu ketegangan atau rasa sakit pada
otot terutama pada leher, pelupuk mata berkedip terus, bergetar,
mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut,
gelisah, sering berkeluh, cemas akan terjadinya bahaya, cemas
kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan serangan jantung,
cemas akan mati, sering penderita tidak sabar, mudah marah,
tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.
4) Gangguan obsesif- kompulsif
-
24
Obsesif adalah keasyikan yang terus menerus
terhadap suatu kepuasan mental tertentu, bisa terbentuk suatu
ide atau perasaan, sedangkan kompulsif adalah gerak hati untuk
terlibat dalam tingkah laku yang dialami sesuatu yang sangat
menarik dalam gangguan obsesif - kompulsif, orang biasanya
memiliki kecemasan yang nyata berupa kecemasan tingkat
tinggi, karena menyadari bahwa tindakanya tidak rasional tapi
nampak tidak bisa mengendalikan diri. Penderita obsesif-
kompulsif sering menderita depresi.
5) Gangguan stress pasca trauma
Akibat gangguan traumatik atau bencana yang
tingkatnya sangat buruk akan berakibat tidak dapat konsentrasi,
mengingat, tidak dapat santai, mudah terkejut, gangguan tidur,
emosi, mati rasa, hal-hal yang menyenangkan tidak menarik
lagi.
h. Gejala Kecemasan
Menurut Carpenito (2000, p.89), manifestasi dari gejala
kecemasan terdiri dari 3 kategori:
1) Gejala fisiologis
Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan
darah, peningkatan frekuensi nafas, penguapan (diafroresis),
suara bergetar atau perubahan tinggi nada, gemetar, berdebar -
debar (palpitasi), mual dan muntah, sering berkemih, diare,
-
25
sulit tidur (insomnia), kemarahan atau pucat pada wajah, mulut
kering, sakit badan dan nyeri (khususnya dada, punggung,
leher), gelisah, pingsan atau pusing, parestesia, rasa panas dan
dingin.
2) Gejala emosional
Individu menyatakan bahwa ibu hamil merasakan
ketakutan, tidak berdaya, gugup, kehilangan percaya diri,
kehilangan kontrol, tegang atau merasa terkunci, tidak dapat
rileks, antisipasi kemalangan. Individu juga memperlihatkan
peka rangsang atau tidak sabar, marah meledak, menangis,
cenderung menyalahkan orang lain, menarik diri, kurang
inisiatif, mengutuk diri sendiri.
3) Gejala kognitif
Tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi
lingkungan, pelupa, termenung, orientasi pada masa lalu dari
pada saat ini dan akan datang, memblok pikiran
(ketidakmampuan untuk mengingat), perhatian yang
berlebihan.
i. Alat Ukur Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasaan
seseorang apakah ringan, sedang, berat, berat sekali (panik) orang
menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama
-
26
Hamilton Rating Scalefor Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri
dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci
lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing
kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 1-4, yang
artinya adalah:
1 : Gejala ringan
2 : Gejala sedang
3 : Gejala berat
4 : Gejala berat sekali atau panik
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh
dokter (psikiater) atau orang yang lebih dilatih untuk
menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing-
masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui
derajat kecemasan seseorang, yaitu:
Total nilai (score) :
14-20 : Kecemasan ringan
21-27 : Kecemasan sedang
28-41 : Kecemasan berat
42-56 : Kecemasan berat sekali atau panik
Perlu diketahui alat ukut HRS-A ini bukan
dimaksudkan untuk menegakkan diagnosa gangguan cemas.
Diagnosa gangguan cemas ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh
-
27
dokter (psikiater), sedangkan untuk mengukur derajat berat
ringannya gangguan cemas itu digunakan alat ukur HRS-A
(Hawari, 2001, pp.78-83).
4. Dukungan Suami
a. Pengertian Dukungan Suami
Dukungan adalah sesuatu yang membantu, mendukung. Suami
adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri).
Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung
jawab suami dalam kehamilan istri. Tanggung jawab tersebut berupa
mengawasi, memelihara dan melindungi istrinya serta menjaga bayi
yang dikandungnya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami
terhadap kehamilan istrinya, yaitu :
1) Pengetahuan tentang kehamilan
Dengan banyak membaca buku dan tulisan mengenai
kehamilan, hal-hal yang tidak jelas dan membingungkan dapat
teratasi dan makin mudah bagi suami untuk turut merasakan yang
diderita istri. Pengetahuan ini juga akan membuat proses kehamilan
menjadi lebih menarik bagi suami.
-
28
Rendahnya partisipasi suami dalam kehamilan ibu
dikarenakan kurang mendapat informasi yang berkaitan dengan
masalah kehamilan.
2) Pengalaman
Pengalaman seorang suami dari orang lain dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan akan berpengaruh positif
terhadap dukungan yang diberikan kepada istrinya. Seorang suami
dari ibu primigravida belum dapat secara langsung berperan
sebagai ayah yang ideal, karena kehamilan ini merupakan sesuatu
yang baru yang belum pernah dihadapi.
3) Status perkawinan
Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah akan
berkurang dukungan terhadap pasangannya, dibanding dengan
pasangan yang status perkawinan yang sah.
4) Status sosial ekonomi
Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik
akan lebih mampu berperan dalam memberikan dukungan pada
istrinya.
c. Aspek Dukungan Suami
Dukungan suami sebagai transaksi interpersonal yang
melibatkan satu atau lebih aspek-aspek, berikut ini:
1) Dukungan Informasi
-
29
Bantuan informasi dengan membantu individu untuk
menemukan alternatif yang tepat bagi penyelesaian masalah.
Informasi dibutuhkan oleh ibu hamil primigravida mengingat apa
yang sedang mereka jalani adalah hal yang baru dalam hidupnya.
Dukungan informasi dapat berupa saran, nasehat dan
petunjuk dari orang lain, sehingga individu dapat mengatasi dan
memecahkan masalahnya. Disamping itu, dukungan informasi yang
di berikan suami dapat berupa informasi tentang kehamilan. Suami
dapat memberikan bahan bacaan seperti buku, majalah/tabloid
tentang kehamilan (Musbikin, 2008, p. 44).
2) Dukungan Emosional
Dukungan emosional yaitu sejauh mana individu merasa
orang disekitarnya memberi perhatian, mendorong, serta membantu
memecahkan masalah yang dihadapi individu (Bobak, 2004, p.
134). Perhatian secara emosional yang berupa kehangatan,
kepedulian dan empati yang diberikan oleh orang lain dapat
meyakinkan ibu hamil bahwa dirinya diperhatikan orang lain.
Perhatian emosional dapat membuat ibu hamil merasa yakin bahwa
dirinya tidak seorang diri melewati masa kehamilan
3) Dukungan Penilaian
Dukungan penilaian berupa penilaian yang positif dari
suami bahwa perubahan pada ibu hamil, baik secara fisik maupun
psikis adalah hal wajar dan membutuhkan perhatian (Dagun, 2005,
-
30
p. 25). Penilaian berisikan penghargaan positif, dorongan maju atau
persetujuan terhadap gagasan/perasaan ibu hamil.
Dukungan penilaian berupa pemberian umpan balik dan
penguat yang dapat digunakan oleh individu yang bersangkutan
sebagai sarana evaluasi diri dan dorongan untuk maju. Menghargai
usaha yang telah dilakukan individu dalam menjaga kehamilannya
dan memberikan kritik yang bersifat membangun.
4) Dukungan Instrumental
Bantuan instrumental merupakan bantuan nyata yang
berupa dukungan materi seperti pelayanan, barang-barang dan
finansial. Menurut Musbikin (2008, p. 44) dukungan suami dapat
berupa dukungan finansial dan menemani saat pergi memeriksakan
kehamilannya serta membantu pekerjaan rumah tangga.
Bentuk dukungan ini berupa pemeriksaan kesehatan secara
rutin bagi ibu dan janin serta mengurangi atau menghindari
perasaan cemas dan stres.
d. Manfaat Dukungan Suami
Manfaat dukungan suami yaitu:
1) Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri serta
mengurangi stres dan kecemasan selama kehamilan.
2) Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik selama kehamilan.
e. Fungsi Dukungan Suami
Fungsi dukungan suami, yaitu:
-
31
1) Dukungan informasi, jika ibu hamil tidak dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi maka dukungan informasi dilakukan dengan
memberi nasehat, saran dan petunjuk-petunjuk tentang pemecahan
masalah yang tiba-tiba muncul (Bobak, 2004, p. 134)
2) Dukungan emosional diberikan dengan memberikan dorongan atau
motivasi yang berupa perhatian dan sikap yang berarti bagi ibu hamil
sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.
3) Dukungan penilaian, berupa dukungan harga diri yang memiliki
manfaat memberikan keyakinan kepada ibu hamil.
4) Dukungan instrumental, berupa dukungan nyata yang bersifat
material yang bertujuan untuk meringankan beban ibu hamil.
B. Kerangka Teori
-
32
Gambar : 1. Kerangka teori
Sumber :Carpenito (2000), Bobak (2004).
C. Kerangka Konsep
Dukungan Suami
1.Dukungan informasi
2.Dukungan emosional
3.Dukungan penilaian
4.Dukungan instumental
Tingkat Kecemasan Ibu
Hamil
1. Kesehatan ibu dan bayi
2. Dukungan suami
3. Pendidikan
4. Umur
Faktor-faktor predisposisi
yang mempengaruhi tingkat
kecemasan
1.Faktor psikologi
2.Faktor genetika
3.Faktor sosial budaya
-
33
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar. : 2. kerangka konsep
D. Hipotesis penelitian
Ha : Ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu
hamil primigravida dalam menghadapi persalinan.
Tingkat kecemasan
ibu hamil
Dukungan Suami
top related