bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1....
Post on 25-Aug-2018
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu keadaan yang alami oleh semua negara,
baik oleh negara yang berkembang, maupun negara maju yang telah
memiliki kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia
yang memadai.
Pengertian kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang
disandang oleh seseorang, sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau
bahkan sebuah negara yang menyebabkan ketidak nyamanan dalam
kehidupan, terancamnya penegakan hak dan keadilan, terancamnya posisi
tawar (bargaining) dalam pergaulan dunia, hilangnya generasi, serta
suramnya masa depan bangsa dan negara. Negara-negara maju yang lebih
menekankan pada “kualitas hidup” yang dinyatakan dengan perubahan
lingkungan hidup melihat bahwa laju pertumbuhan industri tidak
mengurangi bahkan justru menambah tingkat polusi udara dan air,
mempercepat penyusutan sumber daya alam, dan mengurangi kualitas
lingkungan.Sementara untuk negara-negara yang sedang berkembang,
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi pada tahun 1960 sedikit sekali
pengaruhnya dalam mengurangi tingkat kemiskina (Pratiwi, 2014).
Menurut BPS (2010), bahwa penduduk miskin adalah penduduk
yang rata-rata memiliki pengeluaran perkapita dibawah garis kemiskinan
11
perulannya. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari garis
kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan.Garis
kemiskinan makanan adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi
dasar makanan yang riil dikonsumsi yang kemudian disetarakan dengan
2.100 kilo kalori perkapita perhari.Garis kemiskinan non makanan
merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi non
makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dan
kesehatan.Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51
jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi dipedesaan.
Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
(Arsyad, 2010)
a. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang berkaitkan
dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang
berdasarkan pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar
minimum yang merupakan sebuah patokan seseorang untuk hidup
secara layak. Dengan begitu kemiskinan dapat diukur dengan cara
membandingkan tingkat pendapatan seseorang dengan tingkat
pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya
yakni makanan pakaian dan perumahan yang bertujuan dapat
menjamin kelangsungan hidupnya. Seseorang termasuk dalam
golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di
bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk memenuhi
12
kebutuhan dasa hidupnya. Konsep ini bertujuan untuk menentukan
tingkat pendapatan minimum yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk
menjamin kelangsungan hidup.
b. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dapat dilihat dari
aspek ketimpangan sosial, sering terjadi fenomena dimana seseorang
sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih
jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya).
Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan
atas dan golongan bawah maka akan berpengaruh terhadap besar
kecilnya jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin,
sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah
distribusi pendapatan.
Penyebab kemiskinan menurut World Bank (2008), dari
perspektif akses dari individu terhadap sejumlah aset yang penting
dalam menunjang kehidupan, yakni asset dasar kehidupan (misalnya
kesehatan dan ketrampilan/pengetahuan), aset alam (misalnya tanah
pertanian atau lahan olahan), asset fisik (misalnya modal, sarana
produksi dan infrastruktur), asset keuangan (misalnya kredit bank dan
pinjaman lainnya), dan asset sosial (misalnya jaminan sosial dan hak-hak
politik). Ketiadaan akses dari satu atau lebih dari aset-aset di atas
merupakan penyebab seseorang masuk ke dalam kemiskinan.
13
Menurut Todaro dan Smith (2008), kemiskinan yang terjadi
dinegara-negara berkembang akibat dari interaksi antara 6
karakteristik berikut:
a. Tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang terbilang
rendah, dan laju pertumbuhan ekonominya tergolong lambat.
b. Pendapatan perkapita negara-negara berkembang juga masih rendah
dan pertumbuhannya sangat lambat, bahkan ada beberapa yang
mengalami stagnasi.
c. Distribusi pendapatan sangat timpang atau sangat tidak merata.
d. Mayoritas penduduk di negara-negara berkembang harus hidup di
bawah tekanan kemiskinan absolut.
e. Fasilitas dan pelayanan kesehatan buruk dan sangat terbatas,
kekurangan gizi dan banyaknya wabah penyakit sehingga tingkat
kematian bayi di negara-negara berkembang sepuluh kali lebih
tinggi dibandingkan dengan yang ada di negara maju.
f. Fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang
maupun isi kurikulumnya relatif masih kurang relevan maupun
kurang memadai.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1997), penyebab dan
terjadinya penduduk miskin di negara yang berpenghasilan rendah
adalah karena dua hal pokok, yaitu rendahnya tingkat kesehatan dan
gizi, dan lambatnya perbaikan mutu pendidikan. Oleh karena itu,
upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan
14
pemberantasan penyakit, perbaikan kesehatan dan gizi, perbaikan mutu
pendidikan, pemberantasan buta huruf dan peningkatan keterampilan
penduduknya. Kelima hal itu adalah upaya untuk memperbaiki kualitas
sumber daya manusia.
2. Infrastruktur
Pengertian infrastruktur merujuk pada sistem fisik dalam
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan
gedung dan fasilitas publik lain seperti listrik, telekomunikasi, air bersih
dsb, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam
lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988; Muhammad 2004). Sistem
infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial
dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat.Sistem infrastruktur
dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau strukturstruktur dasar,
peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan
untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg,
1988 dalam Posumah 2015).
Menurut Lewis, (dalam Posumah, 2015) Prasarana (Infrastructure)
bisa dengan aman mengikuti investasi yang lain. Sebagai contoh, jika
investasi industri naik, akan terdapat penekanan akan penyediaan listrik
dan fasilitas pengangkutan. Orang-orang yang bertanggung jawab atas
fasilitas umum harus memperhatikan naiknya kebutuhan, dan karena
bisnis itu baik, tidak akan mendapat kesulitan dalam memperoleh dana
untuk membiayai perluasan sistem. Sementara itu, prioritas yang kurang
15
penting (terutama kebutuhan konsumen domestik) sudah tersingkir
karena tidak adanya suplai tetapi investasi utama tidak mungkin dibuat
tetap.
Infrastruktur pembangunan pada dasarnya dapat dibagi menjadi
(Valeriani, 2011) menjadi dua, pertama Infrastruktur ekonomi,
merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas
ekonomi, meliputi public utilities (listrik, air, sanitasi, gas), public work
(jalan, bendungan, irigasi, drainase) dan sektor transportasi (jalan, kereta
api, pelabuhan, lapangan terbang). Kedua Infrastruktur social yaitu
prasarana sosial meliputi infrastruktur pendidikan dan infrastruktur
kesehatan.
Konsep infrastruktur memiliki pengertian yang berbeda-beda
menurut sudut pandang kepentingannya, belum terdapat kesamaan
pandangan antar lembaga, Negara dan antar disiplin ilmu mengenai
konsep infrastruktur.Dari sisi ekonomi, infrastruktur dapat dipandang
sebagai sumberdaya modal yang digunakan dalam aktifitas konsumsi,
produksi dan investasi.Implikasi atas pengertian ini mendorong timbulnya
klasifikasi infrastruktur menjadi infrastruktur ekonomi dan infrastruktur
sosial yaitu infrastruktur pendidikan dan infrastruktur kesehatan (Riadi,
2010).
3. Infrastruktur Ekonomi
Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan
dapat memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara
16
langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan
kegiatan produksi yang akan menciptakan output dan kesempatan kerja,
namun keberadaan infrastruktur juga memengaruhi efisiensi dan
kelancaran kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya (Wahyuni, 2009).
Keberadaan infrastruktur sangat penting dalam mendukung
pembangunan ekonomi karena infrastruktur yang baik dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi baik bagi dunia usaha maupun
bagi sosial kemasyarakatan.Dengan infrastruktur yang memadai, biaya
produksi, transportasi, komunikasi dan logistik semakin murah, jumlah
produksi meningkat, laba usaha meningkat, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Ketersediaan infrastuktur juga mempercepat
pemerataan pembangunan melalui pembangunan infrastruktur yang
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dan antar
wilayah sehingga mendorong investasi yang baru, lapangan kerja baru
dan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sehingga
mengurangi kemiskinan (Wahyuni, 2009).
Dampak dari kekurangan infrastruktur serta kualitasnya yang
rendah menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tenaga
kerja. Sehingga pada akhirnya banyak perusahaan akan keluar dari bisnis
atau membatalkan ekspansinya. Karena itulah infrastruktur sangat
berperan dalam proses produksi dan merupakan prakondisi yang sangat
diperlukan untuk menarik akumulasi modal sektor swasta (Widayati,
2010).
17
Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang
diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities
(listrik, air, sanitasi, gas, giro pada bank), public work (pasar, hotel,
industri, bendungan, irigasi, drainase) dan sektor transportasi (jalan,
kereta api, pelabuhan, lapangan terbang) (Valeriani 2011).
18
4. Infrastruktur Pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tenteng Sistem Pendidikan, pendidikan didefinisikan sebagai
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Jalur pendidikan yang ada di
Indonesia adalah pendidikan formal, pendidikan non formal, dan
pendidikan informal.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
Pendidikan dasar, merupakan pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menegah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasara (SD)
dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan Menengah, merupakan
lanjutan pendidikan dasar.Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
Kejurusan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.Sedangkan Pendidikan
tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
19
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis,
doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi
dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute, atau
universitas (Pratiwi,2014).
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan ini meliputi
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, dan lain-lain. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Hasil pendidikan formal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan (Pratiwi, 2014).
Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu
negara. Jika dunia pendidikan suatu negara rendah, maka akan
menyebabkan proses pembangunan menjadi terhambat. Sebab,
pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan juga
mempertahankan jati diri manusia suatu negara.Sehingga, setiap negara
yang ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi
20
prioritas utama karena pendidikan merupakan sarana untuk menghapus
kebodohan serta kemiskinan. Namun, pendidikan di Indonesia selalu
terhambat oleh permasalahan kepedulian pemerintah yang rendah
terhadap pendidikan dikarenakan kalah dari urusan yang lebihstrategis
yaitu Politik. Bahkan, pendidikan dijadikan sasaran politik untuk menuju
kekuasaan agar dapat menarik simpati dari masyarakat. Permasalahan
lain yaitu penjajahan terselubung. Di era globalisasi dan kapitalisme,
dengan hutang negara yang semakin meningkat, badan atau organisasi
donor pun mengintervensi secara langsung maupun tidak terhadap
kebijakan ekonomi suatu bangsa.Akibatnya, terjadi privatisasi di segala
bidang. Bahkan, pendidikan tidak luput dari proses privatisasi ini yang
menyebabkan pendidikan menjadi semakin mahal yang tidak bisa di
jangkau oleh masyrakat. Akhirnya, masyarakat tidak bisa mencapai
pendidikan yang tinggi dan berakibat pada penurun kualitas sumber daya
manusia di Indonesia.Selain itu kondisi masyarakat yang tidak bisa
mengadaptasikan dengan lingkungan yang ada. Hal ini akan berdampak
pada kurangnya perhatian terhadap dunia pendidikan, dikarenakan
masyarakat lebih mengutamakan kepentingan kebutuhan pangan daripada
pendidikan. Akibatnya, kebodohan dan kemiskinan pun akan terjadi.
Sehingga, kemiskinan menjadi sebuah reproduksi sosial, yang akan
melahirkan generasi yang tidak terdidik akibat kurangnya pendidikan,
dan kemudian menjadi bodoh serta akan mengalami kemiskinan.
(Pratiwi,2014)
21
Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan
pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia
(human capital) dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk
meningkatkan produktivitas manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan
melakukan investasi pendidikan akan mampu meningkatkan kulaitas
sumber daya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya
pengetahuan dan ketrampilan seseorang. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan
meningkat sehingga mendorong peningkatan produktivitas kerjanya.
Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya
akses mereka memperoleh pendidikan. Sehingga dengan infrastruktur
pendidikan yang memadai akan mendorong kualitas sumber daya
manusia yang akan menyebabkan menurunnya tingkat kemiskinan
(Rasidin dan Bonar, 2004).
Infrastruktur pendidikan meliputi infrastruktur fisik yang
diperlukan untuk menunjang aktivitas pendidikan (bangunan sekolah,
guru, buku, murid) dan infrastruktur lunak yaitu kerangka institusional
atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja),
norma , khusunya yang telah dikembangkan dan dikodifikasikan menjadi
peraturan hukum dan perundang-undangan (https://id.wikipedia.org).
5. Infrastruktur Kesehatan
Beberapa pakar ekonom mempunyai anggapan bahwa kesehatan
merupakan kejadian ekonomi yang dapat dilihat dari stok maupun juga
22
dinilai sebagai investasi, sehingga kesehatan manjadi salah satu variable
yang nantinya dapat dianggap sebagai suatu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap nilai tambah barang dan jasa, atau sebagai suatu
sasaran dari berbagai tujuan yang merupakan puncak yang ingin dicapai
oleh individu, rumah tangga maupun masyarakat, yang dikenal sebagai
tujuan dari sebuah kesejahteraan. Oleh karena itu, kesehatan dianggap
sebagai modal yang mendasar yang memililiki tingkat pengembalian
yang positif baik untuk individu perorangan maupun untuk masyarakat
luas (Pratiwi, 2014).
Menurut Mils dan Gilson (1990) dalam Pratiwi (2014)
mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai penerapan teori, konsep dan
teknik ilmu ekonomi pada sektor kesehatan, sehingga dengan demikian
ekonomi kesehatan berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Alokasi sumber daya di antara berbagai upaya kesehatan.
b. Jumlah sumber daya yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.
c. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan.
d. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya.
e. Dampak upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan
pada individu dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan menjadi bagian integral dari
pembangunan nasional karena bidang kesehatan menyentuh hampir
seluruh aspek kehidupan manusia secara berkesinambungan, yang
merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terpadu, dan
23
terarah.Pembangunan ini merupakan upaya untuk tercapainya kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal.Melalui pembangunan kesehatan
diharapkan setiap penduduk memiliki kemampuan hidup sehat sehingga
di masa mendatang tercipta generasi penerus yang bermutu sebagai
modal penting dalam pembangunan nasional (Pratiwi, 2014).
Pelayanan kesehatan melalui rumah sakit dan puskesmas serta
pelayanan kesehatan lainnya diharapkan meningkatkan mutu kesehatan
yang menjangkau seluruh masyarakat untuk mewujudkan pembangunan
kesehatan yang merata. Pengembangan infrastruktur kesehatan, baik
secara kuantitas maupun kualitas, akan mendorong peningkatan kualitas
sumber daya manusia, dimana dengan sumber daya manusia yang
berkualitas tingkat kesejahteraan juga akan meningkat sehingga
menurungkan tingkat kemiskinan.
Infrastruktur kesehatan meliputi infrastruktur fisik yang diperlukan
untuk menunjang aktivitas kesehatan (rumah sakit, dokter, obat, perawat,
puskesmas) dan infrastruktur lunak yaitu kerangka institusional atau
kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma ,
khusunya yang telah dikembangkan dan dikodifikasikan menjadi
peraturan hukum dan perundang-undangan (https://id.wikipedia.org).
6. Hubungan Infrastruktur dengan Kemiskinan
Penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia tergolong
berjalan lambat.Sementara itu alokasi anggaran negara untuk mengatasi
24
masalah tersebut terus meningkat. Alokasi anggaran negara untuk
program pengentasan kemiskinan terus meningkat dari tahun ke tahun,
tetapi laju pengentasan kemiskinannya tidak sebanding dengan kenaikan
anggaran tersebut (Maqin,2011).
Infrastruktur juga merupakan salah satu peranan penting dalam
tingkat kemiskinan.Dimana infrastruktur merupakan roda penggerak
pertumbuhan ekonomi. Fasilitas transportasi memungkinkan orang,
barang, dan jasa yang diangkut dari satu tempat ke tempat yang lain di
seluruh penjuru dunia. Perannya sangat penting baik dalam proses
produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi ekonomi.
Telekomunikasi, listrik, dan air merupakan elemen yang sangat penting
dalam proses produksi dari sektor-sektor ekonomi seperti perdagangan,
industri dan pertanian. Keberadaaan infrastruktur akan mendorong
terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor- faktor produksi (Maqin,
2011).
Sejumlah riset ilmiah mengenai infrastruktur di negara-negara
miskin menunjukkan bahwa negara negara miskin memerlukan
penggunaan sekitar 9 persen dari PDB untuk dapat mengoperasikan,
memelihara atau merawa dan membangun infrastruktur jika negara
miskin tersebut hendak meraih level millennium development goals
(MDGs).
Hubungan antara infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi bersifat
multipel dan kompleks, tidak hanya karena pengaruhnya secara langsung
25
terhadap produksi dan konsumsi namun juga karena infrastruktur
menciptakan eksternalitas langsung dan tidak langsung dan menyangkut
besarnya arus pengeluaran yang menimbulkan pekerja tambahan
sehingga mengurangi kemiskinan.Sebagian besar dari studi-studi tentang
pengaruh makro ekonomi dilakukan dalam tahun 1980an sebagai respon
atas kegagalan dalam mempertimbangkan menurunnya produktivitas di
negara berkembang. Studi-studi menyarankan bahwa infrastruktur
berkontribusi terhadap output kedaerahan, pendapatan dan pertumbuhan
lapangan kerja dan kualitas hidup (Aschauer, 1990; Munnell, 1990;
Gramlich, 1994; and Esfahani and Ramirez, 2003 dalam Valeriani, 2011).
Hubungan infrastruktur ekonomi dengan kemiskinan cukup erat.
Ketersediaan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, bandara, system
penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi,
dan sebagainya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat
perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari
kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem
infrastruktur yang lebih baik mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan
tingkat kesejahteraan yang lebih baik pula dibandingkan dengan daerah
yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan
faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional (Bappenas,2003).
26
Infrastruktur pendidikan dengan kemiskinan memiliki hubungan
yang kuat. Pembangunan sosial hanya dapat berlangsung dengan baik bila
berfokus pada human investment yang mencakup pendidikan,dan
kesehatan, yang merupakan elemen pokok dalam membangun masyarakat
sejahtera. Pendidikan merupakan upaya mengatasi masalah kemiskinan
dengan meningkatkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan
(Ustama 2009).
Infrastruktur kesehatan juga erat kaitannya dengan kemiskinan.
Perbaikan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu investasi
sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat yang sejahtera (welfare
society). Tingkat kesehatan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakat, karena tingkat kesehatan memiliki
keterkaitan yang erat dengan kemiskinan. Sementara itu, tingkat
kemiskinan akan terkait dengan tingkat kesejahteraan. Oleh karena
kesehatan merupakan faktor utama kesejahteraan masyarakat yang
hendak diwujudkan pemerintah, maka kesehatan harus menjadi perhatian
utama pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Pemerintah
harus dapat menjamin hak masyarakat untuk sehat (right for health)
dengan memberikan pelayanan kesehatan secara adil, merata, memadai,
terjangkau, dan berkualitas (Widodo, 2011)
Pembangunan sektor infrastruktur merupakan sektor prioritas yang
harus memperoleh perhatian dalam rangka mengatasi kemiskinan. Miskin
dan rentannya infrastruktur suatu negara berdampak terhadap kehidupan
27
suatu masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena kebijakan infrastruktur
memberikan dampak positif terhadap percepatan pertumbuhan.
Selanjutnya strategi investasi infrastruktur dapat memacu pertumbuhan
sosial ekonomi dan mengentaskan kemiskinan.
28
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu
dengan rincian sebagai berikut:
1. Infrastruktur Ekonomi
a. Penelitian yang dilakukan Maqin (2011) tentang pengaruh kondisi
infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Hasil
regresi bahwa infrastruktur jalan sebagai indikator infrastruktur
ekonomi mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di Jawa Barat, tetapi tidak signifikan. Tidak signifikannya
pengaruh infrastruktur jalan di Jawa Barat terhadap pertumbuhan
ekonomi diduga karena kuantitas dan kualitas jalan yang digunakan
masyarakat semakin menurun atau tidak memadai, sehingga tidak
mampu mendukung kegiatan perekonomian Jawa Barat. Kondisi
infrastruktur jalan dapat menentukan kelancaran kegiatan ekonomi di
suatu tempat, infrastruktur jalan yang baik dan memadai akan
mengurangi biaya transaksi dan distribusi barang dan jasa, lama waktu
dan bahan bakar yang digunakan akan lebih hemat, sehingga kegiatan
transaksi dan distribusi perekonomian di Jawa Barat akan lebih efisien
yang pada akhirnya harga barang dan jasa tersebut di pasar akan lebih
kompetitif.
b. Prasetyo (2008) yang meneliti pengaruh infrastruktur terhadap
pembangunan ekonomi di Kawasan Barat Indonesia dengan
menggunakan data panel tahun 1995 – 2006, membagi modelnya
29
dengan variabel dependen yang berbeda yaitu pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan per kapita. Pengaruh infrastruktur terhadap
pertumbuhan ekonomi dianalisis dengan pendekatan fixedeffects, yang
menyimpulkan bahwa variabel bebas jalan, listrik, dan investasi
berhubungan secara positif dengan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
pengaruh infrastruktur terhadap pendapatan per kapita dianalisis
dengan pendekatan random effects, dengan hasil yang sama dengan
hasil dari estimasi pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi, yaitu semua variabel bebas jalan, listrik, investasi
berhubungan secara positif dengan pendapatan per kapita.
2. Infrastruktur Kesehatan
a. Penelitian yang dilakukan Maqin (2011) tentang Pengaruh Kondisi
Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat. Hasil
perhitungan model regresi pengaruh infrastruktur kesehatan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat memiliki hubungan yang negatif.
Peningkatan jumlah unit infrastruktur kesehatan bukanlah upaya untuk
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi justru
mengakibatkan menurunnya pertumbuhan ekonomi. Hubungan
infrastruktur kesehatan dengan pertumbuhan ekonomi yang
berlawanan arah diduga karena perbaikan infrastruktur kesehatan
menyebabkan biaya pengobatan dan rawat inap di rumah sakit semakin
mahal. Hal ini mengakibatkan banyak penduduk miskin di Jawa Barat
tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan rumah sakit.
30
b. Yanuar (2006) dalam penelitiannya tentang kaitan pembangunan
infrastruktur dan pertumbuhan output menggunakan analisis panel data
26 provinsi dengan model fixed effects menemukan modal fisik
(physical capital), infrastruktur kesehatan memberikan pengaruh
terhadap output, yaitu setiap kenaikan infrastruktur kesehatan
menaikkan produktivitas kerja.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2013) tentang keterkaitan
tingkat pendidikan dan kesehatan terhadap jumlah penduduk miskin.
Indikator tingkat kesehatan yang digunakan adalah fasilitas kesehatan.
Metode yang digunakan adalah analisis uji signifikansi parsial (Uji t)
yang didapat dari tabel coefficient hasil olah data SPSS. Berdasarkan
hasil perhitungan SPSS, variabel tingkat kesehatan menunjukkan pola
hubungan yang tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
3. Infrastruktur Pendidikan
a. Sibrani (2002) tentang kontribusi infrastruktur terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia, menemukan bahwa infrastruktur pendidikan,
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada pendapatan per
kapita masyarakat Indonesia. Kebijakan pembangunan infrastruktur
yang terpusat di Jawa dan Indonesia bagian barat menimbulkan
disparitas pendapatan per kapita masing-masing daerah di Indonesia,
terutama di Kawasan Indonesia Timur.
b. Yanuar (2006) dalam penelitiannya tentang kaitan pembangunan
infrastruktur dan pertumbuhan output menggunakan analisis panel data
31
26 provinsi dengan model fixed effects menemukan modal fisik
(physicalcapital), infrastruktur pendidikan memberikan pengaruh
terhadap output..
c. Maqin (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh kondisi
infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat
menemukan bahwa rasio infrastruktur pendidikan dengan jumlah
murid di tahun 2000 dan 2007 mengalami peningkatan artinya bahwa
pelayanan infrastruktur menjadi semakin buruk (tidak memadai)
dimana ditandai dari hasil regresi indikator infrastruktur pendidikan
memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka serta mengacu pada penelitian-
penelitian terdahulu yang relevan, maka kerangka pemikiran dari penelitian
ini adalah sebagai berikut (Gambar 2.1):
Gambar 2.1. Kerangka pemikiran
INFRASTRUKTUR
EKONOMI
INFRASTRUKTUR
KESEHATAN
INFRASTRUKTUR
PENDIDIKAN
TINGKAT
KEMISKINAN
32
Penyebab dan terjadinya penduduk miskin di Negara-negara
berkembang yang adalah karena tiga hal pokok, yaitu rendahnya tingkat
kesehatan dan gizi, lambatnya perbaikan mutu pendidikan dan
pendapatan rendah. Rendahnya tingkat kesehatan, pendidikan, dan
pendapatan dikarenakan penduduk yang miskin biasanya kurang mempunyai
akses terhadap pelayanan publik karena kesulitan untuk memperoleh
pelayanan publik tersebut sehingga mereka kesulitan untuk terhindar dari
kemiskinan. Selain itu pelaku bisnis akan menginvestasikan modalnya pada
daerah yang memiliki infrastruktur yang memadai. Sehingga konsep dari
penelitian ini adalah apakah infrastruktur ekonomi, infrastruktur kesehatan,
dan infrastruktur pendidikan mempengaruhi tingkat kemiskinan di Jawa
Tengah.
33
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan
keahlian juga akan meningkat sehingga mendorong peningkatan
produktivitas kerjanya. Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat
disebabkan oleh rendahnya akses mereka memperoleh
pendidikan.Membaiknya profil pendidikan penduduk tidak lepas dari
bertambahnya sarana pendidikan yang tersedia misalnya tenaga pengajar dan
ruang belajar akan mendorong kualitas sumber daya manusia yang pada
akhirnya meningkatkan pendapatan sehingga menurunkan tingkat
kemiskinan.
Sulitnya akses kesehatan adalah salah satu masalah penduduk
miskin.Dimana penduduk dengan pendapatan rendah seringkali kesulitan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.Sehingga perbaikan dan
penambahan sarana kesehatan sebagai kebutuhan pokok harus dilakukan
dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat.Masyarakat yang sehat
dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga mampu berusaha keluar
dari kemiskinan.
Sarana ekonomi seperti pasar juga berkaitan dengan
kemiskinan.Ketersediaan sarana ekonomi membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan untuk hidup dan penyediaan lapangan pekerjaan.
Kemudahan masyarakat dalam menemukan pasar untuk membeli kenutuhan
hidup maka akan meninkatkan produktivitas. Pasar juga memberikan
peluang pekerjaan pada masyarakat, sehingga masyarakat mampu terhindar
dari kemiskinan.
34
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran, maka
hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tingkat infrastruktur di kabupaten di Jawa Tengah tergolong rendah.
2. Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tergolong besar bila dibandingkan
dengan tingkat kemiskinan Indonesia.
3. Adanya hubungan pembangunan infrastruktur terhadap penurunan tingkat
kemiskinan di Jawa Tengah.
top related