bab ii tinjauan pustaka a. hakikat tingkat pendidikanrepository.ump.ac.id/6992/3/hafif hasanah bab...
Post on 24-Nov-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Tingkat Pendidikan
Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar membentuk seseorang
mencapai taraf kedewasaan, dengan demikian pendidikan merupakan proses
salah suatu iteraksi antar manusia. Pendidikan dalam arti luas memegang
peranan yang strategis bagi setiap masyarakat. Bahkan kwalitas bangsa dapat
diukur sejauh mana kualitas yang diberlakukan. Jelaslah bangsa yang
mempunyai pendidikan yang berkualitas akan mampu pula menyediakan
sumber daya manusia yang berkualitas menyeluruh. Pendidikan tidak hanya
sebagai wadah penyiapan sumber daya manusia bermutu melainkan juga
sebagai wadah bagi pemberdayaan masyarakat (Marjoko dalam Marwoto
2000).
Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Selain jenjang
pendidikan di atas diselenggarakan pendidikan pra sekolah sebagai persiapan
untuk memasuki sekolah dasar.
a. Pendidikan Pra Sekolah
Pendidikan Pra sekolah diselenggarakan untuk meletakkan dasar- dasar ke
arah perkembangan sikap, pengetahuan, keteramplan, dan daya cipta yang
diperlukan anak untuk hidup di lingkungan masyarakat serta memberikan
bekal kemampuan dasar untuk memasuki jenjang sekolah dasar dan
4
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
5
mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan
seumur hidup (Ihsan, 2010: 129).
UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 28
menjelaskan:
1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar.
2. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan/atau informal.
3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman
Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
4. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain
yang sederajat.
5. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
6. Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
6
b. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang
diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar pada prinsipnya
merupakan pendidikan yang memberikan bekal dasar bagi perkembangan
kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Karena itu,
bagi setiap warga negara harus disediakan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan
sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, yang dapat merupakan
pendidikan biasa ataupun pendidikan luar biasa ( Ihsan 2010 :22).
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang berfungsi memberikan
bekal dasar pembangunan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk
masyarakat. Pendidikan dasar juga berfungsi untuk mempersiapkan
pelajar mengikuti pendidikan menengah. Karena itu bagi setiap rakyat
Indonesia harus disediakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
dasar, dan tiap- tiap warga negara diwajibkan menenpuh pendidikan yang
sekurang- kurangnya dapat membekali dirinya dengan sikap,
pengetahuan, dan ketramplan dasar. Pendidikan ini dilaksanakan pada
umur kira- kira 6-12 tahun ( Sikun dalam Ihsan 2010: 24).
UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 17
tentang Pendidikan Dasar menjelaskan:
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
7
1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah.
2. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.
3. Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
c. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota mayarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan dengan lingkungan sosial
budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih
lanjut dalam duna kerja atau pendidikan tinggi.( Ihsan, 2010: 23)
Pasal 18 dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun
2003 tentang Pendidikan Menengah menjelaskan:
1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan.
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
8
3. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
4. Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
d. Pendidkan Tinggi
Pendidikan Tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat
kemampuan tinggi yang bersifat akademik atau profesional sehingga
dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional
dan meningkatkan kesejahteraan manusia (Kependikbud No.
0816/P/1984).
Pendidikan tinggi mempunyai tujuan majemuk, dalam rangka
kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam, dan menampung calon
mahasiswa yang minat dan kemampuanya berbeda- beda karena itu
perguruan tinggi di Indonesia disusun dalam struktur multi strata. Setiap
Universitas/ perguruan tinggi akademik, membuka program sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan di masyarakat dengan lama studi
yang berbeda- beda.
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
9
UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 tentang
Pendidikan Tinggi menjelaskan:
Pasal 19
1. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
2. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.
Pasal 20
1. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, atau universitas.
2. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat.
3. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi,
dan/atau vokasi.
4. Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
10
Pasal 21
1. Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan
berhak menyelenggarakan program pendidikan tertentu dapat memberikan
gelar akademik, profesi, atau vokasi sesuai dengan program pendidikan yang
diselenggarakannya.
2. Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang bukan
perguruan tinggi dilarang memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
3. Gelar akademik, profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari
perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik,
profesi, atau vokasi.
4. Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi
hanya dibenarkan dalam bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan
tinggi yang bersangkutan.
5. Penyelenggara pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan pendirian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau penyelenggara pendidikan bukan
perguruan tinggi yang melakukan tindakan sebagaimana maksud dalam ayat
(2) dikenakan sanksi administratif berupa penutupan penyelenggaraan
pendidikan.
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
11
6. Gelar akademik, profesi, atau vokasi yang dikeluarkan oleh penyelenggara
pendidikan yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) atau penyelenggara pendidikan yang bukan perguruan tinggi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dinyatakan tidak sah.
7. Ketentuan mengenai gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 22
Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program doktor
berhak memberikan gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada
setiap individu yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-
jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni.
Pasal 23
1. Pada universitas, institut, dan sekolah tinggi dapat diangkat guru besar atau
profesor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sebutan guru besar atau profesor hanya dipergunakan selama yang
bersangkutan masih aktif bekerja sebagai pendidik di perguruan tinggi.
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
12
B. Peranan Kepala Rumah Tangga
Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang pada umumnya
terdiri ayah, ibu dan anak-anak, di mana hubungan sosialnya relatif tetap yang
didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau orang-orang yang mempunyai
hubungan yang baik atau karena adopsi, di mana memiliki tanggung jawab
terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan
kepada anggota keluarga dalam masyarakat (Muhammad, 2013).
Keluarga merupakan unit pertama dalam masyarakat dimana hubungan-
hubungan yang terdapat didalamnya, sebagian besar bersifat hubungan
langsung dan disitulah berkembang individu dan disitu pulalah terbentuknya
tahap- tahap awal proses sosialisasi bagi anak- anak. Dan interaksi dalam
keluarga inilah anak- anak memperoleh pengetahuan, ketrampilan, minat,
nilai- nilai, emosi dan sikapnya dalam hidup dan dengan itu pula mereka
memperoleh ketentraman dan ketenangan (Fachrudin, 2011).
Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya,
pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
13
Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Menurut (Euis Sunarti, 2012) fungsi utama keluarga adalah : “Keluarga
sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak,
mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan
fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan
lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera”.
a. Fungsi Biologis
1. Untuk meneruskan keturunan
2. Memelihara dan membesarkan anak
3. Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga
4. Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4. Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi Sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak
2. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan
anak
3. Meneruskan nilai-nilai keluarga
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
14
d. Fungsi Ekonomi
1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
3. Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan
datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
e. Fungsi Pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akandatang dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
C. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan
1. Faktor Internal
a. Faktor Pribadi ( tingkat kesadaran)
Faktor pribadi merupakan faktor yang berperan dalam diri seseorang
dalam mensikapi terhadap arti pentingnya pendidikan. Tingkat kesadaran
orang tua untuk menyekolahkan anaknya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
orang tua, dan pola pikir orang tua. Orang tua yang memiliki pendidikan
rendah biasanya tidak mementingkan juga pendidikan bagi anaknya.
Kesadaran orang tua adalah faktor yang dominan bagi pendidikan anak
terutama untuk menyekolahkan, setelah lulus SD ke jenjang selanjutnya.
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
15
Biasanya bagi masyarakat desa yang mayoritas petani, mereka dapat
mengolah lahannya dengan baik tanpa membutuhkan atau melalui pendidikan
yang tinggi. Ijasah diangap tidak penting dan bukan kebutuhan hidup untuk
masa depan (Rayahu, 2013).
b. Faktor Beban Tanggungan
Banyaknya tanggungan dalam keluarga berimplikasi pada besar
kecilnya pengeluaran dalam satu keluarga. Beban tanggungan keluarga
merupakan konsep yang mendasarkan pada jumlah orang yang menjadi
tanggungan seorang kepala keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan
mengakibatkan persepsi masyarakat terhadap pendidikan formal semakin
rendah.Jumlah anak dapat pula mempengaruhi tingkat pendidikan. Semakin
sedikit beban tanggungan dalam keluarga maka semakin besar peluang untuk
melanjutkan pendidikan sehingga dapat mencapai pendidikan yang lebih
tinggi( Mustamin, 2013).
c. Faktor Ekonomi
Status ekonomi berpengaruh terhadap status pendidikannya. Individu
yang berasal dari keluarga yang status ekonominya menengah dan tinggi
dimungkinkan lebih memiliki pendidikan yang tinggi pula. Begitupun
sebaliknya jika berasal dari keluarga yang status ekonominya rendah biasanya
memiliki pendidikan yang rendah pula (Ramadhan,2010).
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
16
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Geografis
Letak daerah menentukan situasi kondisi masyarakat penghuninya, karena
hubungan manusiadengan kondisi alam lingkungan tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat kota dengan tersedianya jalur perhubungan yang enak segala
kebutuhan dapat diupayakan dengan lancar termasuk kebutuhan pendidikan.
Sebaliknya masyarakat pelosok desa dan pegunungan, jarak jangkauan tempat
tinggal dengan sekolah, dan alat transportasi kurang mendukung sehingga
informasi yang dapat membawa inovasi lambat termasuk dalam pengetahuan
dan teknologi (Marwoto, 2000).
b. Faktor sosial budaya
Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yaitu yang berarti
interaksi antara manusia dan unsur budaya yaitu bentuk kelakuan yang sama
terdapat dikeluarga. Manusia mempelajari kelakuannya dari orang lain di
lingkungan sosialnya. Budaya ini diterima dalam keluarga meliputi bahasa
dan nilai-nilai kelakuan adaptasi kebiasaan dan sebagainya yang nantinya
berpengaruh pada pendidikan seseorang.
Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa
persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan.Pengaruh-pengaruh budaya
yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
17
terhadap perkembangan dan pertumbuhan masyarakat. Masyarakat yang
bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus sekolah akan
terpengaruh dengan mereka.
Masyarakat yang dibesarkan di kota pola pikirnya berbeda dengan
masyarakat di desa. Pada umumnya yang tinggal di kota lebih bersikap aktif
dan dinamis, bila dibandingkan dengan masyarakat desa yang selalu bersikap
statis dan lamban. Itulah sebabnya, perkembangan dan kemajuan masyarakat
yang tinggal di kota jauh lebih pesat dari pada masyarakat yang tinggal di
desa (Ramadhan, 2010).
c.Akses Informasi
Setiap orang memiliki hak-hak atau kewenangan yang sama dan harus
dilindungi, salah satunya adalah hak untuk mengakses informasi. karena pada
saat ini informasi sudah menjadikebutuhan pokok dari masing-masing
individu untuk mengembangkan pribadinya, budayamaupun lingkungan
sosialnya. Di samping itu hak akses informasi itu sudah dinyatakansebagai
bagian dari hak asasi manusia (HAM), jadi peraturan-peraturan yang
mengatur hal itusudah jelas tertera pada UUD RI tahun 1945. Dalam UUD RI
1945 pasal 28 F dinyatakanbahwa: Setiap orang berhak untuk berkomunikasi
dan memperoleh informasi yang diperlukanuntuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari,memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan
segala jenis sarana yang tersedia.
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
18
Di indonesia ini undang-undang yang mengatur hal itu belum
sepenuhnya berjalandengan lancar. Masih segelintir orang saja yang dapat
memperoleh haknya untuk mengaksesinformasi, padahal informasi juga yang
menentukan masa depan suatu bangsa sebagai perubahan untuk mengejar
ketertinggalan kita dengan negara-negara maju. Salah satufaktornya adalah
kurangnya akses informasi disetiap masyarakat, jadi informasi-
informasiseputar perkembangan bidang apapun tidak sampai kepada
masyarakat secaraumum. Selai itu, kebebasan untuk mengakses informasi itu
terbatas pada orang-orang tertentu“orang kaya” hal ini ditandai dengan gejala
tidak meratanya akses informasi, ini terlihatnyata dalam kehidupan
pendidikan kita.
Perkembangan teknologi yang semakin cepat telah membawa dunia
memasuki era baru khususnya dibidang informasi, Perkembangan Teknologi
Informasi telah merambah keberbagai penjuru dunia dan bahkan lebih cepat
dari yang pernah dibayangkan sebelumnya. Tidak terkecuali di Indonesia
Perkembangan Teknologi Informasi menjadi pembicaraan utama dan menjadi
hal yang utama dalam setiap media massa dan media elektronik.
Seiring dengan pesatnya perkembangan Teknologi Informasi yang terjadi
sekarang ini khususnya di negara kita Indonesia Teknologi tidak lagi menjadi
barang yang aneh, bahkan sangat diperlukan untuk mendukung kinerja dari
suatu organisasi, misalkan dalam suatu perusahaan. Untuk saat ini tanpa
dukungan teknologi informasi sebuah perusahaan mungkin sangat mustahil
untuk dapat berkembang. Namun demikian penerapan Teknologi Informasi
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
19
dalam suatu organisasi tidaklah gampang seperti membalikkan telapak
tangan. Banyak sekali kendala-kendala yang perlu diperhatikan dalam
penerapan teknologi informasi, seperti masalah biaya, Sumber Daya
Manusia(SDM) dan banyak faktor lainnya ( Gunawan, 2004).
d. Kebijakan Pemarintah tentang Wajib Belajar 9 Tahun
Wajib Belajar 9 Tahun merupakan salah satu program yang gencar
digalakkan oleh Kementerian Pendidikan danKebudayaan Republik
Indonesia. Program ini mewajibkan setiap warga negara untuk bersekolah
selama 9 (sembilan) tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat
kelas 1 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs.).
Pada tahun 1984 dicanangkan wajib belajar pendidikan dasar enam tahun, dan
setelah sepuluh tahun berjalan kembali dicanangkan oleh pemerintah melalui
Inpres Nomor 1 Tahun 1994 ditetapkan Program Wajib Belajar Pendidikan
Dasar 9 Tahun. Hal ini berarti bahwa setiap anak Indonesia yang berumur 7
s.d. 15 tahun diwajibkan untuk mengikuti Pendidikan Dasar 9 Tahun sampai
tamat. Pengertian wajib belajar menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah program
pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas
tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Wajib belajar berfungsi
mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara Indonesia. Wajib belajar
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
20
merupakan kewajiban bagi setiap warga Negara Indonesia yang berumur 7-15
tahun untuk mengikuti pendidikan dasar selama 9 tahun yaitu enam tahun
diSD dan tiga tahun di SMP. Pelaksanaan program wajib belajar dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008
tentang Wajib Belajar.
Indikator keberhasilan program Wajib Belajar 9 Tahun adalah angka
partisipasi siswa menjadi peserta didik. Program Wajib Belajar 9 Tahun
dikatakan berhasil jika telah mencapai standar pelayanan minimal yaitu angka
partisipasi murni (APM) tingkat SD sebesar 90%, tingkat SMP sebesar 80%
(Diknas, 2003 dalam Maryama, 2005). Pada tahun 2013 Desa Garunglor
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo APM tingkat SD sebesar
85,85%, sedangkan APM tingkat SMPadalah 11,79%. Berdasarkan data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa APM tingkat SMP lebih rendah dari
tingkat SD. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian anak/penduduk pada
kelompok ini sudah tidak bersekolah lagi atau memang belum mengikuti
pendidikan formal. Kemungkinan besar sebagian anak-anak yang telah
menamatkan pendidikan SD tidak lagi melanjutkan kejenjang pendidikan
yang lebih tinggi (belum menuntaskan program Wajib Belajar 9 Tahun),
(Artini 2012).
C. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Marwoto (2000) yang berjudul ”
Faktor- faktor penyebab rendahnya tigkat pendidikan masyarakat Desa
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
21
Cipete Kecamatan Cilongok Kabupaten Dati 11 Banyumas”. Tujuan
penelitian untuk mengetahui sejauh mana struktur tingkat pendidikan
masyarakat dan faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan
masyarakat Desa Cipete Kecamatan Cilongok Kabupaten Dati 11
Banyumas. Menggunakan metode survey.Hasil penelitian menunjukan bahwa
75% masyarakat Desa Cipete bekerja pada sektor pertanian umumnya sebagai
petani buruh dengan pendapatan kurang dari Rp 150. 000,00 per bulan. Hal
seperti ini berdampak pada berbagai bidang kehidupan karena nilai sebesar
itu tidak akan mencukupi, tidak mencukupi biaya hidup mereka. Hal tersebut
menjadi faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Nurhayati (2013) yang berjudul
“ Kajian Minat Orang tua Menyekolahkan Anak ke jenjang yang Lebih
Tinggi di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes”. Tujuan untuk mengetahui
minat orang tua menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi di
Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.Menggunakan metode survey. Hasil
penelitian menunnjukan bahwa miat orang tua menyekolahan anak ke jenjang
yang lebih tinggi di Kecamatan Kersana mempunyai minat kategori sedang.
Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah “ Kajian Faktor- faktor
yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Desa Garunglor
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo”. Tujuan untuk mengetahui
faktor- faktor yang mempengarhi rendahnya tingkat pendidikan Kepala
rumah tangga di Desa Garunglor Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Wonosobo menggunakan Menggunakan Random sampling. Bedanya dengan
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
22
penelitian sebelumya adalah lokasinya, tujuannya dan cara pengambilan
sampelnya.
Tabel 2.1 Hasil- hasil Penelitian yang relevan
No Nama dan
Tahun Tujuan Penelitian
Pengambilan
Sampel Hasil Penelitan
1. Marwoto
(2000)
Untuk mengetahui
sejauh mana struktur
tingkat pendidikak
masyarakat dan
faktor- faktor yang
mempengaruhi
rendahnya
pendidikan
masyarakat Desa
Cipete Kecamatan
Cilongok Kabupaten
Dati 11 Banyumas
Sampel di
ambil 10%
Hasil penelitian menunjukan
bahwa 75% masyarakat Desa
Cipete bekerja pada sektor
pertanian umumnya sebagai
petani buruh dengan
pendapatan kurang dari Rp
150. 000,00 per bulan. Hal
seperti ini berdampak pada
berbagai bidang kehidupan
karena nilai sebesar itu tidak
akan mencukupi, tidak
mencukupi biaya hidup
mereka. Hal tersebut menjadi
faktor penyebab rendahnya
tingkat pendidikan.
2. Sri
Nurhayati
(2013)
Untuk mengetahui
minat orang tua
menyekolahkan
anak ke jenjang
yang lebih tinggi di
Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes
Menggunakan
tekhnik area
sampling, dan
stratified
sampling
Hasil Penelitian menunjukan
bahwa miat orang tua
menyekolahan anak ke
jenjang yang lebih tinggi di
Kecamatan Kersana
mempunyai minat kategori
sedang
3. Peneliti
(2014)
Untuk mengetahui
faktor- faktor yang
mempengarhi
tingkat pendidikan
Kepala rumah
tangga di Desa
Garunglor
Kecamatan
Sukoharjo
Kabupaten
Wonosobo
Menggunakan
Random
sampling
Hasil penelitian menunjukan
bahwa rendahnya tingkat
pendidikan Kepala Rumah
Tangga di Desa Garunglor di
pengaruhi oleh faktor
eksternal yaitu faktor
geografis dan faktor internal
yaitu faktor pribadi. Faktor
geografis yang
mempengaruhi rendahnya
tingkat pendididikan tersebut
karena jarak dari rumah
menuju sekolah jauh dan
tidak ada angkutan Desa serta
jalan yang masih rusak. Dari
hasil penelitian dilapangan ,
jarak dari rumah ke SLTP
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
23
yaitu 5 Km, dari rumah
menuju SLTA 9,5 Km,
kemudian jarak dari rumah
ke Perguruan Tinggi
Purwokerto 80 Km. Faktor
pribadi yang mempengaruhi
rendahnya tingkat pendidikan
adalah anggapan bahwa
dengan sekolah belum tentu
mendapatkan pekerjaan yang
baik dan masih menganggap
dengan bersekolah hanya
membuang- buang waktu dan
biaya. Hal ini menyebabkan
kendala untuk tidak
bersekolah ke jenjang yang
lebih tinggi. Ijazah
pendidikan yang lebih tinggi
kadang- kadang juga tidak
dianggap penting untuk
kelangsungan masa
depannya.
Sumber: Marwoto (2000), Nurhayati ( 2013).
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
24
D. Kerangka Pikir
Faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan
Gambar 2.1: Kerangka Pikir Penelitian
Faktor Internal
1. Faktor Pribadi
a. Pola pikir
b. Minat
2. Faktor beban tanggungan
a. Jumlah anak sekolah
b. Jumlah tanggungan
keluarga
3. Faktor Ekonomi
a. Pendapatan
b. Pekerjaan
Faktor Eksternal
1. Faktor sosial budaya
a. Kebiasaan
b. Linggkungan
c. Pergaulan
2. Faktor geografis
a. Jarak tempat tinggal
b. Biaya transportasi
3. Akses informasi
4. Kebijakan pemerintah tentang
wajib belajar 9 tahun
Tingkat Pendidikan
Kajian Faktor-Faktor..., Hafif Hasanah, FKIP UMP, 2014
top related