bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan tentang jantung...
Post on 31-Dec-2019
21 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Jantung
2.1.1 Definisi Jantung
Jantung adalah sebuah rongga organ berotot yang memompa darah ke
pembuluh darah dengan berirama yang berulang.Istilah kardiak berarti berhubungan
dengan jantung, dari kata Yunani cardia untuk jantung.Jantung adalah salah satu
organ manusia yang berperan penting dalam sistem peredaran darah.Letak Jantung
berada agak sebelah kiri bagian dada, di antara paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Beratnya kurang lebih 300 gram, besarnya kira-kira sebesar kepalan tangan(Sumiati
dkk.,2010).
Fungsi utama dari sistem kardiovaskular adalah untuk mengangkut nutrisi
dan oksigen ke seluruh tubuh. jantung dapat dibayangkan sebagaidua buah pompa
secara seri yang mengirimkan cairan melalui serangkaian tabung yang akhirnya
kembali ke pompa. Satu pompa mengalirkan darah ke paru-paru untuk memenuhi
kebutuhan supply oksigen, dan lainnya mengalirkan darah melalui seluruh tubuh.
Akhirnya kembali darah ke jantung dan proses ini diulang secara terus menurus
(Mcconaly Doglas, 2007).
2.1.2 Anotomi Jantung
Jantung terdiri dari dua bilik; atrium dan ventrikel, sehingga jantung memiliki
total empat ruang. Atrium memiliki ukuran yang kecil sehingga memberikan peran
kecil untuk sirkulasi darah. Tujuan utama atrium adalah untuk menerima darah
kembali dari sirkulasi dan mengalirkan ke ventrikel. Ventrikel sebagai penyusun
sebagian besar volume jantung, dengan ventrikel kiri memiliki ukuran yang lebih
besar. Ventrikel menerima darah dari atrium dan memompa melalui arteri ke seluruh
tubuh(Marieb et al.,2014 ). Keempat bilik jantung dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini (Gambar 2.1.2) . Kedua atrium adalah ruang atas, dan ventrikel yang di
bagian bawah.
7
2.1.3 Sistem Sirkulasi Jantung
Sistem kardiovaskular mendistribusikan oksigen dan nutrisi ke jaringan dan
membawa sisa-sisa zat yang telah di eliminasi oleh organ-organ seperti paru-paru,
hati dan ginjal. Sistem ini diperlukan untuk berfungsi dalam berbagai kondisi normal
maupun sakit(Jam Swan, 2007).
Darah terdeoksigenasi dari vena cava superior (dari ekstremitas atas, kepala,
dan dinding dada), vena cava inferior (batang, organ perut dan ekstremitas bawah)
dan sinus koroner (miokardium) mencapai atrium kanan. Atrium kanan yang penuh
dengan darah terdeoksigenasi, meningkatkan tekanan di dalam ruang atrium. Ketika
tekanan atrium melebihi tekanan di ventrikel kanan katup trikuspid terbuka
memungkinkan darah ini memasuki ventrikel kanan. Setelah dilakukan pengisian
Ventrikel kanan berkontraksi sehingga tekanan di ventrikel kanan menumpu,
mendorong memaksa katup trikuspid menutup dan katup pulmonal untuk membuka,
sehingga mendesak darah ke arteri pulmonalis dan paru-paru(Syah et al.,2005).
Darah mengandung oksigen dari paru-paru mencapai atrium kiri melalui vena
paru dan sebagai hasilnya, tekanan di atrium kiri membangun dan ketika melebihi
dari ventrikel kiri, katup mitra terbuka, memungkinkan darah untuk memasuki
Gambar 2.1.2 Anatomi Jantung (Marieb et al.,2014)
8
ventrikel kiri. Ketika darah memenuhi ventrikel kiri, dan sebagai ventrikel kiri mulai
menutup , peningkatan tekanan ruang pada ventrikel kiri mendorong katup mitral
menutup dan katup aorta membuka, sehingga mengeluarkan darah ke aorta, untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh(Syah et al.,2005). Berikut dapat dilihat diagram alir
sirkulasi dari jantung pada bagan 2.1.3:
Katup pulmonari
Ventrikel kanan
Katup AV kanan
Atrium kanan
Aorta
Arteri ( organ)
Arteriol (organ)
Venules(organ)
Veins (organ)
Vena kava
Atrium kiri
Katub AV kiri
Ventrikel kiri
Katup aorta
Pulmonary trunk
Arteri pulmonari
Kapiler pulmunari
Vena pulmunari
Gambar 2.1.3 Sirkulasi Jantung (Syah et al,2005).
9
2.2 Jantung Koroner
2.2.1 Definisi Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang disebabkan oleh akibat
penyumbatan dari arteri koroner. Kerusakan akibat penyempitan arteri koroner
(karena adanya plak sehingga menyebabkan ruptur atau pecah atau terbentuk bekuan
darah. Aterosklerosis adalah gangguan yang mendasari penyakit arteri
koroner.Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri akibat terbentuknya plak, di
dinding arteri. Plak mengandung lipid, putih sel, sel otot polos, dan jaringan ikat
terletak tepat di bawah lapisan endotel dinding arteri(Michael Jay,2015).
American Heart Association (AHA), mendefinisikan Penyakit Jantung
Koroner (PJK) atau sering disebut penyakit arteri koroner adalah istilah umum
untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat menyebabkan serangan
jantung. Penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut dengan aterosklerosis
koroner (AHA, 2012).
Menurut CHD statistic 2012 jantung koroner merupakan penyakit yang terjadi
ketika dinding arteri koroner menyempit karena terbentuknya lemak yang disebut
ateroma. Penyakit jantung koroner ada dua yaitu serangan jantung (infark miokard)
dan angina (CHD, 2012). Berikut adalah ilustrasi jantung koroner( gambar 2.2)
Gambar 2.2 Jantung Koroner (NLHBI,2014)
10
2.3 Epidemiologi Jantung Koroner
Menurut WHO tahun 2012 diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia
karena penyakit kardiovaskular, mewakili 31% dari seluruh kematian global. Dari
kematian ini 7,4 juta adalah karena penyakit jantung koroner dan 6,7 juta akibat
stroke dan akan berkembang 23,6 juta di tahun 2030(WHO,2012).
Di negara UK pada tahun 2010 penyakit jantung merupakan pembunuh terbesar
di negara tersebut, sekitar 180.000 orang meninggal karena jantung koroner dan
sekitar 49.000 karena penyakit stroke atau Hampir setengah (45%) dari semua
kematian CVD adalah dari PJK dan lebih dari seperempat (28%) berasal dari
stroke(Townsend et al., 2012).
Secara klinis diagnosis penyakit jantung koroner lebih umum diaantara orang
tua. Pada tahun 2010 hampir 9% dai orang dewasa berusia 65 tahun atau lebih telah
didiagnosa penyakit jantung koroner. Pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat
lebih dari 103.000(2,9%) dalam 10 tahun terakhir(British heart Foundation,2014).
Pada tahun 2016 AHA melaporkan bahwa tingkat kematian dari penyakit
jantung koroner adalah 102.6 per 100.000 jiwa . Selain itu, dari 2003 hingga 2013,
angka kematian tahunan yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner menurun
38,0% dan jumlah kematian yang sebenarnya 22.9%. AHA juga melaporkan bahwa
pada tahun 2016, 15.5 juta orang di Amerika Serikat memiliki penyakit jantung
koroner. Prevalensi melaporkan meningkat dengan usia untuk pria maupun wanita.
Bagi orang-orang US, seumur hidup risiko mengembangkan penyakit jantung koroner
dengan faktor-faktor risiko utama ≥2 adalah 37.5% untuk pria dan 18.3% untuk
wanita(Fabian et al., 2016).
Di Indonesia prevalensi prevalensi penyakit jantung koroner tahun 2013
sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, Berdasarkan diagnosis
dokter, jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi
Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara
memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%)
sedangkan untuk prevalensi penderita penyakit jantung koroner (infodatin,2014).
11
Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang
didiagnosis dokter bahwa seiring dengan bertambahnya umur, prevalensi tertinggi
pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0 persen, sedangkan terjadi penurunan
pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter pervalensi
tertinggi pada perempuan (0,5% ). Prevalensi penyakit jantung koroner lebih
tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja. Berdasarkan diagnosis
dokter prevalensi penyakit jantng koroner lebih tinggi di perkotaan daripada
perkotaan(RAKESDA,2013) Prevalensi penyakit jantung koroner dapat dilihat dari
tabel dibawah ini:
Tabel II. 1 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner(RAKERDA,2013)
Karakteristik responden Pevalensi penyakit jantung koroner
berdasarkan diagnosa dokter
Kelompok umur
15-24
25-34
35-44
45-54
55-64
65-74
75+
0,1
0,2
0,3
0,7
1,3
2,0
1,7
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
0,4
0,5
Pendidikan
Tidak bersekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat D1-D3/PT
0,6
0,6
0,5
0,3
0,4
0,8
Tempat tinggal
Perkotaan
Pedesaan
0,6
0,4
12
2.4 Etiologi Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penumpukan plak didinding arteri
yang memasok darah ke jantung. Plak terdiri dari endapan kolesterol dan zat yang
lainnya dalam arteri. Penumpukan plak dari waktu ke waktu akan semakin
mempersempit bagian dalam arteri sehingga dapat memblokir aliran darah, plak dapat
berupa lemak kolesterol dan trigliserida.Proses ini disebut aterosklerosis.Penumpukan
plak pada dinding arteri yang menyempit dapat membuat lebih sulit bagi darah yang
terdiri dari oksigen untuk mengalir ke seluruh tubuh sehingga fungsi jantung akan
terganggu, jika fungsi jantung terganggu maka akan terjadi ketidak seimbangan
antara permintaan dan penyediaan oksigen pada otot jantung dimana terjadi
kebutuhan yang meningkat atau supply menurun atau bahkan keduanya. Ketika otot
jantung tidak mendapatkan cukup darah maka dari itu akan terjadi nyeri dada atau
ketidaknyamanan pada dada yang disebut angina. Angina merupakan gejala paling
umum dari jantung koroner( Dipiro et al., 2012).
Penyakit jantung koroner dapat melemahkan otot jantung, karena pada saat
adanya sumbatan oleh aterosklerosis, denyut jantung akan meningkat, kekuatan
kontraksi juga akan lebih tinggi, tegangan vertikel yang meningkat sehingga dapat
menyebabkan gagal jantung, suatu kondisi dimana jantung tidak dapat memompa
darah dengan cara seharusnya juga selain itu ketidakteraturan detak jantung, aritmia
dapat berkembang(Jurgen Bart,2010).
2.5 Plak Ateroslerosis
Tahap pertama dalam patofisiologi plak adalah ketika teraktivasinya endotel
arteri dimana adanya peingkatan pengeluaran molekul adhesi yang menarik dan
melukai aliran dari monosit dan leukosit pada aliran darah dan aka diubah menjedi
makrofag oleh Macrofage-Colony Stimuating Factor (M-CSF). Selain itu penyerapa
kolesterol dari apoliprotein B megandung lipoprotein seperti low-density lipoprotein
colesterol (LDL-C) dan oksidasi LDL-C oleh oxygen-free radicals yang menstimulasi
pengeluaran mediator nyeri, yang memainkan peranan penting dalam pengembangan
plak. Stabilitas plak aterosklerotik tergantung pada interaksi dari sel sel vaskular otot
13
polos (VSMC) dan sel-sel inflamasi (magrofag dan limfosit T).VSMC mesintesis
kolagen secara struktural yang memberikan stabilitas plak saat pengeluaran sel
inflamasi matrik metalloproteinases (MMP) yang menurunkan kolagen dan matriks
ekstraselular yang dapat melemahkan plak. Ketika plak tida stabil, keseimbangan
antara faktor pendorong yang merusak kolagen lebih baik daripada sintesis. Ketika
plak pecah, pecahan lipid dan reruntuhan sel yang dikeluarkan dalam lumen
pembuluh yang mengakibatkan pembentukan trombus (Tarun et al., 2013). Bagan
alir patofisiologi plak dapat dilihat dibawah ini pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Patofisiologi Plak Aterosklerosis (Tarun et al.,2013)
14
2.6 Patofisiologi Jantung Koroner
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil
yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke
tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. Pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel
endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas
terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga
zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen
radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. Cedera pada sel
endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun, termasuk menarik sel darah
putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke area cedera, sel darah putih
melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian memperburuk situasi,
menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses
pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan
sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi,
pembekuan dan fibrosis. Sitokin proinflamatori juga merangsan ploriferasi sel otot
polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima. Selain itu
kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena permeabilitas
lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan teradapat lapisan
lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi trombosit
meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian dinding pembuluh
diganti dengan jaringan parut sehingga mengubah struktur dinding pembuluh darah,
hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan
parut, pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos
sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit, Sehingga terjadi respon
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan
suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium sehingga menggunakan glikolisis
anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat
15
tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH
miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan
iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang di
kenal sebagai miokard infark (Corwin, 2009).
Gambar 2.6 Patofisiologi Jantung Koroner(Corwin,2009)
2.7 Klasifikasi Jantung Koroner
Terdapat 4 klasifikasi penyakit jantung koroner:
a. Asimtomatik ( Silent Myocardial Ischemia)
Penderita Silent Myocardial Ischemia tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada
(angina) baik saat istirahat maupun beraktivitas. Ketika menjadi EKG akan
menunjukkan depresi segmen ST, pemeriksaan fisik dan vital sign dalam batas
normal(Murter K,2008)
b. Angina pectoris
Angina pectoris stabil (STEMI)
Terdapat nyeri dada saat melakukan aktivitas berlangsung selama 1-5 menit dan
hilang saat istirahat. Nyeri dada bersifat kronik (>2 bulan). Nyeri terutama di daerah
restrosternal, terasa seperti tertekan benda berat atau terasa paanas dan menjalar ke
16
lengan kiri, leher, maksila, dagu, punggung dan jarang menjalar ke lengan kanan.
Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan depresi segmen ST (Idrus, 2007).
Angina pectoris tidak stabil (NSTEMI)
Secara keseluruhan sama dengan penderita angina stabil. Tapi nyeri lebih bersifat
progresif dengan frekuensi yang meningkat dan sering terjadi saat istirahat. Pada
penderita EKG biasanya didapatkan deviasi segmen ST (Harun, Idrus 2007).
Infark Miokard Akut ( IMA)
Sering didahului dada terasa tidak enak ( chest discomforf ). Nyeri dada seperti
tertekan teremas, tercekik, berat, tajam dan terasa panas, berlangsung 30 menit
bahkan sampai berjam-jam. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak ketakutan,
gelisah, tegang, nadi sering menurun dan elektrokardiografi menunjukkan elevasi
segmen ST(Harun, Idrus 2007).
2.8 Faktor Resiko Jantung Koroner
Hipertensi dan diabetes, adalah faktor-faktor risiko yang dominan dalam
kelompok CAD remaja dalam sebuah studi besar yang dilakukan pada 15,381 CAD
pa-tients di Jerman (Reibis et al., 2012).Hipertensi dapat menjadi faktor resiko
penyakit jantung koroner. Hipertensi menginduksi endotel disfungsi, dan membuat
plak akibat lebih tidak stabil (Escobar, 2002). Patogenesis hipertensi peningkatan
vasokonstriksi dan renovasi dinding pembuluh darah (penurunan diameter dan
meningkatkan ketahanan). Mekanisme hipertensi akan memicu aterosklerosis
sehingga terjadi Disfungsi endotel vaskular menyebabkan pertumbuhan sel pembuluh
darah halus, yang menyempitkanlumen(Milan et al.,2014).Disfungsi endotel ini
membawa fungsi berbagai mediator oksida nitrat (NO), prostacyclines, faktor-faktor
yang bertindak atas diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel otot polos pembuluh darah
atau cyclooxygenase tergantung kontraksi faktor. Anomali dalam fungsi endotel
menjelaskan sebagian peningkatan risiko penyakit jantung koroner dalam HT sejak
mereka mendukung vasokonstriksi, thrombogenesis(Jean-Philippe Baguet and Jean-
Michel Mallion.,2005).
17
Diabetes melitus disebabkan karena Adanya resistensi insulin sehingga terjadi
disfungsi endotel koroner dan diabetes memicu akumulasi dari sel-sel busa di ruang
endotel dengan meningkatkan produksi leukosit adhesi molekul dan mediator pro
inflamasi. Reaksi inflamasi vaskular ini ditambah mungkin hasil dari berlebih dari
reseptor untuk produk akhir glycation lanjutan, yang berkorelasi linear dengan tingkat
hemoglobin A1c. Reseptor untuk produk akhir glycation lanjutan meningkatkan
aktivitas metalloproteinase matriks yang dapat mengacaukan plak(Yat Wa Li and
Wilbert S Aronow.,2011).
2.9 Manifestasi Klinis Jantung Koroner
Manifestasi klinik PJK di klasifikasikan sebagai berikut (Tedjakusuma et
al., 2010):
a. Angina pektoris stabil dicetuskan oleh faktor gradasi yang sama, hilang
dengan istirahat atau tingkat keparahan dan / atau frekuensi nyeri dada tidak
meningkat atau terjadi saat istirahat. Presentasi klinis gejala utama penyakit arteri
koroner stabil (SCAD) meliputi: (i) klasik angina stabil kronis yang disebabkan
oleh epicardial stenosis; (ii) angina yang disebabkan oleh disfungsi mikrovaskuler
(mikro-vaskular angina); (iii) angina yang disebabkan oleh vasospasm (vasospastic
angina) dan (iv) gejala iskemik cardiomyopathy. Dyspnoea, kelelahan, jantung
berdebar atau pingsan mungkin terjadi dalam tambahan, orinstead, angina(Gilles et
al, 2013 ).
b. Sindrom Koroner Akut (SKA)
1. Unstable angina
Angina tipikal yang timbul saat istirahat dan berkepanjangan, biasanya lebih dari
20 menit.
Onset baru, pertama muncul paling tidak derajat angina CCS III (Klasifikasi The
Canadian Cardiovascular Society).
Angina bertambah (progresif)
Angina paska infark miokard
18
Diagnosis angina perktoris tidak stabil di dasarkan atas adanya keluhan
angina tipikal yang disertai dengan perubahan EKG spesifik tanpa disertai
dengan peningkatan marka jantung (CK-MB atau troponin).
2. Sindrom Koroner Akut tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI)
Non elevasi ST sindrom koroner akut (angina tidak stabil dan ST non-elevasi
infark miokard) didefinisikan sebagai perubahan status angina pasien. Ini termasuk
presentasi berikut: (a)-onset baru angina, (b) peningkatan keparahan angina,
frekuensi, durasi dan lebih rendah atau respon lambat untuk beristirahat dan / atau
nitrat sublingual, (c) occuring angina saat istirahat untuk pertama kalinya dan (d)
pasca infark angina.
Pada gejala angina NSTEACS sama dengan angina tidak stabil, diagnosis
NSTEACS ditemukan elevasi segmen ST pada perekaman EKG namun terdapat
peningkatan pada marka jantung dan berlanjut pada infark miokard tanpa elevasi
segmen ST (STEMI).
3. Sindrom Koroner Akut dengan elevasi segmen ST (STEMI)
ST elevasi miokard infark terjadi ketika pasokan oksigen miokard tiba-tiba
dihentikan oleh trombosis koroner berkepanjangan dan benar-benar oklusi
menyebabkan nekrosis dari jaringan miokard.
Karakterisitik utama STEACS adalah angina tipikal dan perubahan EKG
dengan gambaran elevasi segmen ST. Sebagian besar pasien STEACS akan
mengalami peningkatan marka jantung, sehingga berlanjut menjadi infark
miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI).
2.10 Gejala Dan Tanda-Tanda
Gejala yang biasanya timbul adalah:
1. Dada terasa sakit, terasa tertimpa beban, terjepit, diperas, terbakar dan
tercekik.Nyeri terasa di bagian tengah dada, menjalar ke lengan kiri, leher,
bahkan menembus ke punggung. Nyeri dada merupakan keluhan yang paling
sering dirasakan oleh penderita PJK.
2. Sesak nafas
19
3. Takikardi
4. Jantung berdebar-debar
5. Cemas
6. Gelisah
7. Pusing kepala yang berkepanjangan
8. Sekujur tubuhnya terasa terbakar tanpa sebab yang jelas
9. Keringat dingin
10. Lemah
11. Pingsan
12. Bertambah berat dengan aktivitas
Tapi kebanyakan orang yang menderita PJK tidak mengalami beberapa gejala
di atas, tiba-tiba saja jantung bermasalah dan dalam kondisi yang kronis (UPT-Balai
Informasi Teknologi lipi, 2009)
2.11 Pemeriksaan Jantung Koroner
o Pemeriksaan EKG
EKG merupakan salah satu alat primer untuk membedakan UAP atau
miokard infark. Perubahan EKG pada akut STEMI meliputi hiperakut gelombang T,
ST elevasi yang diikuti terbentuknya gelombang Q patologis, kembalinya ST segmen
pada garis isoelektrik dan inversi gelombang T. Cut off point elevasi segmen ST
adalah 0,1 mm, perubahan ini harus ditemui minimal pada 2 sandapan yang
berdekatan. Kriteria diagnostik infark lama meliputi gelombang QS pada
sandapan VI – V3 yang melebihi 30 msec (0,03 sec) atau gelombang Q pada
sandapan I, II, aVL, aVF, V4 – V6 yang ditemukan pada minimal 2 sandapan yang
berdekatan dengan kedalaman minimal 1 mm. Pada penderita dengan EKG
normal namun diduga kuat akut STEMI, pemeriksaan EKG 12 sandapan harus
diulang dengan jarak waktu yang dekat di mana diperkirakan terjadi perubahan
EKG. Pada keadaan seperti ini perbandingan dengan EKG sebelumnya dapat
membantu diagnosis. Pada penderita dengan infark inferior, harus dicurigai
kemungkinan infark posterior dan infark ventrikel kanan, karena itu pemeriksaan
20
EKG pada sandapan V3R dan V4R dan V7 – V9 harus dikerjakan (Rosmiaton,
2012).
o Treadmill
Tes latihan treadmill penting dalam pemeriksaan penunjang pasien dengan
nyeri dada. Pemeriksaan ini harus dilihat sebagai perluasan dari pemeriksaan
klinis dan memungkinkan pengambilan keputusan untuk tindakan lebih lanjut.
Perubahan EKG (ST depresi), yang terjadi saat dilakukan treadmill merupakan
indikator yang sensitif terhadap terjadinya PJK (Rosmiaton, 2012).
o Pemeriksaan X-Ray Dada
Dada dilakukan X-Ray untuk diambil gambar dari organ-organ dan truktur
didalam dada, seperti jantung, paru-paru dan pembuluh darah. X-Ray dada dapat
mengungkapkan tanda-tanda gagal jantung, serta gangguan paru-paru dan penyebab
lain dari gejala yang tidak berhubungan dengan penyakit jatung koroner(NHS, 2000).
o Pemeriksaan Radiografi Toraks
Radiografi toraks biasanya normal pada pasien angina. Pembesaran jantung
dan atau peningkatan tekanan vena dapat menandakan infark miokardial atau
disfungsi ventrikel kiri sebelumnya (Rosmiaton, 2012).
o Penanda Biokimia Jantung
Troponin
Troponin jantung spesifik (cTNT dan cTNI) merupakan petunjuk adanya
cidera miokardium. Troponin ini merupakan protein regulator yang
mengendalikan hubungan aktin dan miosin yang di perantarai oleh kalsium.
Peningkatan kadar serum bersifat spesifik untuk pelepasan dari miokardium.
Troponin akan meningkat 4 hingga 6 jam setelah cidera miokardium dan akan
menetap selama 10 hari. Kompleks troponin jantung adalah komponen dasar
miokardium di mana berperan dalam kontraksi otot jantung. Troponin T hampir
sama dengan CK-MB, meningkat sekitar 3-6 jam setelah mulai nyeri dada.
Peningkatan nilai bertahan sekitar 14 hari (Rosmiaton, 2012).
21
Troponin terdari dari 3 macam yaitu:
a) Troponin C
Troponin C (TnC) memiliki 2 isoforms. Satu isoform ditunjukkan dalam
fast-twitch pada serat otot dan bentuk isoform lainnya dengan slow-twitchserat otot
yang kedua-duanya berada dijantung. Troponin C mengikat kalsium untuk memulai
kontraksi otot(Scott Well, 2008).
b) Troponin T
Beberapa isoforms troponin T (TnT) ada di otot rangka. Jantung troponin T
(cTnT) memiliki berat molekul Da 37.000. Isoforms mungkin akan kembali
dikeluarkan saat gagal jantung, atau pada otot rangka rusak. Troponin T melekat
troponin kompleks tropomyosin dan aktin(Scott Well, 2008). Keuntungan Troponin
T: 84% sensitivitas infark miokard 8 jam setelah onset gejala, sangat sensitif untuk
mendeteksi miokard ischemia.
c) Troponin I
Isoforms ketiga ada untuk troponin I (TnI). Berada pada otot rangka dan
otot jantung. Isoform jantung (cTnI), dengan berat molekul 24.000 Da, lebih besar
daripada isoforms lain karena mengandung asam amino 32 n- peptida tambahan. Sisa
protein memiliki lebih dari 40% ketidaksamaan dalam urutan asam amino yang
dibandingkan dengan otot rangka TnI. Troponin I menghambat actomyosin ATPase
dan mencegah interaksi struktural myosin dengan mengikat aktivitas(Scott Well,
2008) . Keuntungan Troponin I : sensitivitas 90% infark miokard 8 jam setelah onset
gejala dan troponin T dapat menunjukkan 36% untuk tanda adanya angina unstable.
CK-MB (juga disebut MB-bands)
Kreatinin kinase merupakan suatu enzim yang di lepaskan saat terjadi
cidera otot dan memiliki tiga fraksi isoenzim: CK-MM, CK-BB dan CK-MB. CK-
BB paling banyak terdapat dalam jaringan otak dan biasanya tidak terdapat
dalam serum. CK-MM dijumpai pada otot skelet dan CK yang paling banyak
terdapat dalam sirkulasi. Cidera otot menyebabkan peningkatan CK dan CK-MM.
CK-MB merupakan pertanda cidera otot yang paling spesifik seperti infark
miokardium. Setelah infark akut, CK dan CK-MB meningkat dalam waktu 4–6
22
jam dengan kadar puncak dalam 18–24 jam kembali menurun dan normal kembali
setelah 2–3 hari (Rosmiaton, 2012).
LDH (Lactic Dehydrogenase)
Sub unit dari otot jantung dan dilepaskan ke serum ketika terjadi kerusakan
otot jantung. LDH meningkat 14–24 jam setelah terjadi kerusakan otot jantung,
mencapai puncak pada 48–72 jam menurun secara perlahan dan kembali normal
(Rosmiaton, 2012).
Protein C-reaktif (C-reactive protein/CRP)
Perkembangan lesi aterosklerosis dari destabilisasi plak terjadi akibat
inflamasi suatu peristiwa inflamasi akut (misal angina tidak stabil) menyebabkan
peningkatan CRP (Rosmiaton, 2012).
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
Enzim sebagian besar terdapat dalam otot jantung dari hati, sebagian lagi
di temukan dalam otot rangka, ginjal dan pankreas. Nilai SGOT yang tinggi
ditemukan pada infark miokardial akut dan kerusakan hepar. Setelah nyeri dada
yang hebat disebabkan oleh infark miokardial, SGOT meingkat dalam 6–10 jam
meningkat beberapa jam setelah nyeri dada, mencapai puncak 12–18 jam dan kembali
normal 4–6 hari (Rosmiaton, 2012).
Multi – Scile Computed Tomography Scanning (MSCT)
Merupakan pemeriksaan diagnostik yang menghasilkan gambar omography
digital dari sinar X yang menembus organ. Teknik pemeriksaan ni kelebihannya
adalah tidak invasive, yaitu tidak memasukkan kateter ke dalam jantung sehingga
tidak menimbulkan komplikasi perdarahan atau nfeksi (Rosmiaton, 2012).
o Corangiografi Koroner
Corangiografi koroner saat ini merupakan satu-satunya metode yang
menggambarkan anatomi koroner untuk menentukan prognosis dan tindakan ini
harus dilakukan sebelum dilakukan pemasangan stent. Pada pemeriksaan ini
dapat menentukan derajat keparahan stenosis pembuluh darah koroner
(Rosmiaton, 2012).
23
o Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi dapat memperlihatkan gangguan ventrikel kiri,
adanya mitral insufisiensi dan abnormalitas gerakan dinding jantung yang
merupakan prognosis kurang baik pada penyakit jantung koroner (Rosmiaton,
2012).
2.12 Terapi Farmakologi
Gambar 2.12 Penatalaksanaan SKA (CCN, 2013)
24
2.12.1 Penatalaksanaan Terapi Jantung Koroner secara Umum
Menurut Kabo et al., 2011 obat-obat pada penyakit jantung koroner
meliputi :
a) Nitrat
Mekanisme kerja nitrat bersifat kompleks. Secara umum nitrat berfungsi
sebagai vasodilator tetapi pada dosis tinggi nitrat berfungsi sebagai vasodilator
di mana terjadi penumpukan darah di perifer menyebabkan venous return akan
berkurang sehingga beban preload jantung akan berkurang dan kerja jantung
akan berkurang. Nitrat juga vasodilator koroner langsung mulai dari arteri besar
sampai arteriola, menurunkan afterload dan menurunkan tekanan darah sistemik.
Penggunaan nitrat dapat di pertimbangkan pada penderita dengan nyeri dada
berlanjut, gagal jantung, hipertensi. Pada fase akut nitrat IV dapat digunakan
karena kerjanya cepat, dosisnya mudah dititrasi dan dapat dihentikan dengan
cepat apabila terjadi efek samping. Setelah 48 jam nitrat oral dapat diteruskan jika
pasien masih mengalami angina, gagal jantung atau IMA yang luas.
b) Aspirin
Aspirin bekerja dengan cara menurunkan derajat adesi platelet dan
memperpanjang waktu perdarahan, efek samping dari aspirin adalah gangguan
gastrointestinal. Aspirin diberikan dengan dosis awal 160 mg perhari dan dosis
selanjutnya 80 – 325 mg/hari.
c) Beta-Blocker
Mekanisme kerja penyekat beta dengan cara menghambat kompetitif
dalam pengikatan pada reseptor beta, sehingga menurunkan tekanan sistolik
pada Left Ventricel (LV) dan peningkatan laju tekanan (menurunkan
kontraktilitas) menurunkan denyut jantung dan tekanan darah sistolik. Beta Blocker
oral di rekomendasikan untuk diberikan kepada semua pasien PJK tanpa kontra
indikasi absolut terhadap penggunaan penyekat beta.
25
d) ACE Inhibitor
ACE inhibitor harus segera diberikan jika tekanan darah stabil dan tetap di
atas 100 mmHg. Keuntungan ACE inhibitor terutama pada kasus gagal jantung,
infark anterior dan disfungsi ventrikel kiri (EF < 40 %).
e) Statin
Obat yang berfungsi untuk menurunkan jumlah kolesterol yang dibuat
dalam tubuh khususnya di hati, dan membantu agar pembuluh nadi tidak menyempit
kembali.
2.12.2 Penatalaksanaan Angina Pectoris Stabil
a. Anti-ischemic
Pasien dengan baru didiagnosis angina, atau mereka dengan harus dicurigai
angina diberikan nitrat sublingual (tablet) untuk mengurangi gejala nyeri dada(Gerry
devlin,2011).
a. Antiplatelet
Penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang dengan
penyakitkardiovaskular, termasuk orang-orang dengan stabil angina, pengobatan
antiplatelet mengarah pada pengurangan yang signifikan dalam peristiwa-peristiwa
vaskular yang serius, non-fatal infark miokard, non-fatal stroke dan kematian
vaskular. Antiplatelet yang di gunakan adalah aspirin dan atau clopidogrel.
Clopidogrel adalah pilihan bagi orang-orang yang memiliki kontraindikasi dengan,
aspirin. Clopidogrel juga dikombinasi dengan aspirin untuk pasien yang memiliki
memiliki percutaneous coronary intervention (PCI) (Gerry devlin,2011).
b. Antihipertensi
Ada bukti yang bertentangan mengenai apakah ACE inhibitor yang
bermanfaat dalam pengobatan angina stabil. ACE inhibitor tidak dapat memperbaiki
gejala atau jangka panjang prognosis pada orang dengan stabil angina, oleh karena itu
mereka hanya direkomendasikan bagi pasien dengan kondisi bersamaan yang akan
mendapat manfaat dari penggunaan mereka, misalnya hipertensi, diabetes, gagal
26
jantung, asimtomatik disfungsi ventrikular kiri atau sebelumnya infark
miokard(Gerry devlin,2011).
c. Antidislipidemia
Pasien dengan stabil angina menggunakan terapi statin, kecuali kontraindikasi
atau tidak ditoleransi.simvastatin 40 mg dianjurkan pada awalnya. Jika target
pengobatan tidak tercapai dengan dosis ini, beralih ke atorvastatin di preferensi
uptitrating simvastatin. Dosis tinggi (80mg) simvastatin telah dikaitkan dengan
peningkatan insiden rhabodomyolysis . Dalam uji klinis, statin mengurangi kematian
semua sebab dan koroner, miokard infark, kebutuhan untuk revascularisation koroner
dan fatal atau non-fatal stroke pada pasien dengan angina stabil(Gerry devlin,2011)
2.12.3 Penatalaksanaan Angina pectoris tidak stabil/NSTEMI
a. Anti iskemic
Tujuan terapi anti-iskemik farmakologis adalah untuk mengurangi miokard
oksigen demand (sekunder penurunan tekanan darah, denyut jantung, kontraktilitas
miokard atau preload) atau untuk meningkatkan pasokan oksigen miokard (oleh
administrasi oksigen atau melalui vasodilatasi koroner).contoh Anti iskemic yang
digunakan adalah nitrat, B-Blocker . Intravena nitrat lebih efektif daripada nitrat
sublingual dengan menilai gejala dan regresi ST depresidengan pemantauan tekanan
darah , dosis harus dititrasi sampai gejala lega, dan pada pasien hipertensi sampai
tekanan darah normal, kecuali efek samping (terutama sakit kepala atau hipotensi)
terjadi(Roffi et al., 2015).
b. Antiplatelet
Aspirin (asetilsalisilat asam) ireversibel inactivates cyclooxygen-ase (COX)
aktivitas trombosit prostaglandin endoperoxide (PGH) sintase 1 (COX-1), sehingga
menekan tromboksan A2production sepanjang umur trombosit. Aspirin telah terbukti
efektif dalam pasien dengan angina tidak stabil; insiden MI atau kematian diturunkan
secara konsisten pada empat RCTs di era pra-PCI.yang terdaftar 25 086 ACS (NSTE-
ACS dan STEMI) pasien yang menjalani strategi invasif, tidak menemukan
27
perbedaan antara dosis tinggi (300 – 325 mg/hari) dan aspirin dosis rendah (75-100
mg/hari) (Roffi et al., 2015).
c. Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk menghambat trombin generasi dan/atau
aktivitas, sehingga mengurangi peristiwa terkait trombus. Ada bukti bahwa
anticoagulation efektif dalam mengurangi iskemik acara di NSTE-ACS dan bahwa
kombinasi dengan inhibitor trombosit lebih efektif daripada baik pengobatan
sendiri(Roffi et al., 2015).
d. Statin
Dianjurkan untuk memulai terapi statin intensitas tinggi yaitu rejimen statin
yang mengurangi low-density lipoprotein (LDL) kolesterol 50%] sedini mungkin
setelah masuk pada semua pasien NSTE-ACS (dalam ketiadaan kontraindikasi)
(Roffi et al., 2015).
e. Antihipertensi
Terapi anti hipertensi (tekanan darah tujuan, 140/90 mmHg)
direkomendasikan menurut masyarakat Eropa Hipertensi ESC guidelineson
pengelolaan arteri hipertensi(Roffi et al., 2015).
2.12.4 Penatalaksanaan SKA STEMI
a. Anti iskemic
Glyceryl trinitrate harus juga diberikan segera, jika pasien tidak hipotensif,
karena mengurangi miokard oksigen dan mengurangi ischemia, dan jarang dapat
membatalkan MI jika ada koroner kejang.Namun, itu tidak boleh diberikan dalam
dosis yang mengganggu terapi analgesik. Sublingual dosing harus diberikan pertama
untuk semua pasien, sementara terapi intravena disediakan untuk pasien dengan gagal
jantung atau hipertensi(Denise et al.,2009).
b. Anti platelet
Agen antiplatelet dan antikoagulan (misalnya, lisan aspirin; P2Y12 inhibitor
[clopidogrel, prasugrel, ticagrelor, atau cangrelor]; inhibitor IIb IIIa glikoprotein
[GP]; dan intravena heparin) juga diindikasikan untuk pengobatan STEMI sebagai
mereka membatasi trombosis sekunder, dengan menghambat aktivasi trombosit dan
28
Agregasi trombosit berikutnya. Cangrelor, P2Y12 intravena inhibitor, dapat
digunakan sebagai terapi tambahan PCI untuk mengurangi risiko periprocedural MI,
ulangi koroner revascularisation, dan trombosis stent pada pasien yang tidak memiliki
sebelumnya telah dirawat dengan P2Y12 inhibitor dan tidak sedang diperlakukan
dengan inhibitor GPIIb IIIa(Denise et al.,2009).
c. Anti fibrinolisis
Pendekatan yang direkomendasikan untuk pasien dengan STEMI, meringkas
dan ini Tinjauan kondisi di mana PCI atau fibrinolisis disukai atau kontraindikasi.
Pasien dengan STEMI yang hadir dalam waktu 12 jam onset gejala dan tidak
memiliki kontraindikasi harus menerima terapi reperfusi. Pasien dengan MI dengan
ST-segment depresi tidak boleh diperlakukan dengan fibrinolisis kecuali mereka
memiliki sejati posterior MI. Jika pasien tidak dapat mencapai fasilitas tersebut dalam
waktu 90 menit diperlukan, mereka harus menerima fibrinolisis kecuali
kontraindikasi(Denise et al.,2009).
d. B-blocker
Beta-blockers oral harus dimulai sesegera mungkin, karena mengurangi
ukuran jantung, meskipun perawatan harus diambil pada pasien dengan bukti gagal
jantung, hipotensi, bradikardia, atau asma. Beta-blockers intravena disarankan hanya
pada pasien yang hipertensi atau memiliki ischemia berkelanjutan(Denise et
al.,2009).
e. Statin
Statin terapi harus juga dimulai dalam dosis tinggi untuk stabilisasi plak jika
tidak ada kontraindikasi dan jika ditoleransi, apa pun hasil pengukuran lipid serum.
Menambahkan ezetimibe ke rejimen statin mungkin juga dianggap pada pasien yang
memerlukan tambahan menurunkan LDL(Denise et al.,2009)
2.13 Obat Golongan Statin
Statin adalah terapi pilihan untuk pengelolaan hiperkolesterolemia dan statin
juga memiliki perandalam mengelola risiko kardiovaskular pada pasien dengan kadar
relatif normal kolesterol plasma. Selain sebagai anti dislipidemia yang membantu
29
menurunkan kadar kolesterol dalam darah (efek pleiotropic) selain itu membantu
lapisan pembuluh darah bekerja lebih baik (meningkatkan fungsi endotel),
mengurangi jumlah peradangan dan kerusakan yang dilakukan pada sel-sel melalui
oksidasi (oxidative stress), dan menjaga trombosit darah dari penggumpalan bersama-
sama (platelet agregasi), sehingga mengurangi risiko bekuan darah (trombus) dan
Meningkatkan stabilitas plak aterosklerotik(Task forse,2015). Masing masing obat
gologan statin memiliki mekanisme umum aksi, mereka berbeda dalam hal struktur
kimianya, profil farmakokinetik, dan lipid-memodifikasikemanjuran. Struktur kimia
dari statin mengatur kelarutan air mereka, yang pada gilirannya mempengaruhi
penyerapan mereka, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Terapi memodifikasi lipid paling sering adalah hydroxymethylglutaryl-
koenzim A (HMG-coa) reduktase atau golongan statin. HMG-coa reductase
mengkatalisis konversi HMG-coa ke mevalonate, langkah tingkat-membatasi di de
sintesis kolesterol novo. Penghambatan kompetitif darienzim ini dengan statin
menurunkan sintesis kolesterol hepatosit(gambar 4)( Michael, 2004).
Gambar 2.13 Jalur Mevalonat(Michael,2004)
Table II.1 Farmakokinetik golongan statin di Indonesia(Amelia
PK Atorvastatin
Struktur
Dosing
time
Any time
of day
Prodrug No
Bioavaila
bility
12%
Half-
time
14 h
Vd 381L
Lipophili
city
Lipophilic
Active
metaboli
te
Yes
Protein
binding
Very high
(98%)
Excretio
n(Renal)
<2%
Excretio
n(Faecal)
>98%
II.1 Farmakokinetik golongan statin di Indonesia(Amelia Fluvastatin Lovastatin Pravastatin Rosuvastatin
Bedtime With food
morning&
night
Bedtime Any time
of day
No Yes No No
9%-50% 5% 18% 20%
2.3 h 3 h 1.3-2.7 h 19 h
330 L Not 35 L 134 L
Lipophilic Lipophilic Hydrophil
ic
Hydrophili
c
No Yes Yes Yes
Very High
(98%)
Very High
(95%)
Moderate
(50%)
High
(90%)
6% 10% 20% 10%
93% 83% 70% 90%
30
II.1 Farmakokinetik golongan statin di Indonesia(Amelia et al, 2014) Rosuvastatin Simvastatin
Any time Evening
Yes
<5%
3 h
Not
Hydrophili Lipophilic
Yes
Very high
(95%)
13%
60%
Obat-Obat Golongan Statin:
2.13.1 Pravastatin
pravastatin diproduksi oleh hidroksilasi mikroba dari mevastatin oleh
Strepromyces carbophilus.
penyerapannya mengalami
kecil , akan melalui
diambil oleh hati oleh transporter natrium
pravastatin yang mencapai hati melalui
hepatik disebabkan karena ekskresi empedu yang dilakukan oleh mekanisme transpor
aktif utama (Tamomi,2000)
Pravastatin memiliki substituen hidroksil pada inti hexahydronaphthalene yang
menyebabkan hidrofilisi
dari pravastatin adalah 43
lainnya. Volume distribusinya adalah 0,46 L/kg,dengan menunjukkan distribusi di
luar kompartemen vaskular(Ta
Dosis:Hyperlipidemia, pencegahan primer peristiwa koroner, pencegahan
sekunder peristiwa kardiovaskular: Oral: awal: 40 mg sekali sehari (dosis
maksimum: 80 mg sekali sehari)(Charles dkk,2009)
Gambar 2.13.1 Strukture Pravastatin(Biljana,2012
Statin:
pravastatin diproduksi oleh hidroksilasi mikroba dari mevastatin oleh
Strepromyces carbophilus. Bioavailbilitas dari pravastatin rendah karena
penyerapannya mengalami first pass metabolism . Obat yang cepat diserap dari usus
kecil , akan melalui proton-coupled carrier-mediated transport, dan kemudian
diambil oleh hati oleh transporter natrium-independen asam empedu. T ½ dari
pravastatin yang mencapai hati melalui vena portal lalu menuju ke hati, dan ekstraksi
hepatik disebabkan karena ekskresi empedu yang dilakukan oleh mekanisme transpor
aktif utama (Tamomi,2000).
Pravastatin memiliki substituen hidroksil pada inti hexahydronaphthalene yang
menyebabkan hidrofilisitas lebih tinggi(Biljana,2012).Tingkat protein yang mengikat
dari pravastatin adalah 43-54%, yang secara signifikan lebih rendah daripada statin
lainnya. Volume distribusinya adalah 0,46 L/kg,dengan menunjukkan distribusi di
luar kompartemen vaskular(Tamomi,2000).
Dosis:Hyperlipidemia, pencegahan primer peristiwa koroner, pencegahan
sekunder peristiwa kardiovaskular: Oral: awal: 40 mg sekali sehari (dosis
maksimum: 80 mg sekali sehari)(Charles dkk,2009)
.13.1 Strukture Pravastatin(Biljana,2012)
31
pravastatin diproduksi oleh hidroksilasi mikroba dari mevastatin oleh
Bioavailbilitas dari pravastatin rendah karena
. Obat yang cepat diserap dari usus
, dan kemudian
independen asam empedu. T ½ dari
vena portal lalu menuju ke hati, dan ekstraksi
hepatik disebabkan karena ekskresi empedu yang dilakukan oleh mekanisme transpor
Pravastatin memiliki substituen hidroksil pada inti hexahydronaphthalene yang
Tingkat protein yang mengikat
54%, yang secara signifikan lebih rendah daripada statin
lainnya. Volume distribusinya adalah 0,46 L/kg,dengan menunjukkan distribusi di
Dosis:Hyperlipidemia, pencegahan primer peristiwa koroner, pencegahan
sekunder peristiwa kardiovaskular: Oral: awal: 40 mg sekali sehari (dosis
32
Nama dagang:
Tabel II. 2 Nama Dagang, Nama Generik dan kandungan pravastatin
(ISO, 2012) Nama dagang Nama Generik Sediaan
Cholespar Pravastatin 10 mg, 20 mg
Koleskol Pravastatin 10 mg
Mevachol Pravastatin 10 mg, 20 mg
Pravachol Pravastatin 10 mg, 20 mg
Pravinat Pravastatin 10 mg, 20 mg
2.13.2 Lovastatin
Lovastatin adalah agen penurun kolesterol yang termasuk kelas obat disebut
statin. Itu adalah agen kedua kelas ini ditemukan. Ditemukan oleh Alfred Alberts dan
timnya di Merck pada tahun 1978 setelah pemeriksaan hanya 18 senyawa selama 2
minggu. Lovastatin adalah inhibitor kompetitif HMG-CoA reduktase dengan afinitas
mengikat 20.000 kali lebih besar daripada HMG-CoA(Anonim, 2017).
Dalam penelitian menyebutkan Lovastatin diberikan setiap 6 jam dalam 4
minggu siklus dalam dosis yang berkisar 10 mg/m2. Puncak kadar lovastatin
bioactivity dari 0.06-12.3 μM dicapai secara independen dosis. Kadar kolesterol
menurun selama pengobatan dan dinormalisasi selama periode istirahat(Holstein et
al., 2006).
Gambar 2.13.1 Stuktur Lovastatin(Tamomi,2000)
33
Tabel II.3 Nama Dagang, Nama Generik dan kandunganLovastatin(MIMS,2012)
Nama dagang Nama generik Sediaan
Belvas Lovastatin 20 mg
Cholvastin Lovastatin 20 mg
Justin Lovastatin 20 mg
Lichorol Lovastatin 20 mg
Lipovas Lovastatin 20 mg
Lofacol Lovastatin 20 mg
Lotivas Lovastatin 20 mg
Lotyn Lovastatin 20 mg
Lovatrol Lovastatin 20 mg
Vastachol Lovastatin 20 mg
2.13.3 Fluvastatin
Farmakokinetik: Pemberian oral kapsul, fluvastatin mencapai puncak
konsentrasi kurang dari 1 jam. Bioavailbilitasnya adalah 24% (kisaran 9% - 50%)
setelah administrasi 10 mg dosis. Fluvastatin 98% terikat protein plasma. Volume
distribusinya sekitar 0, 35 L/kg. Fluvastatin dikeluarkan dalam tinja sebagai
metabolit sekitar 90%, waktu paruh (t½) fluvastatin adalah sekitar 3 jam(
rxlist,2016).
Dosis: hiperlipidemia, 20 sampai 40 mg PO sekali sehari (22% menjadi 25%
pengurangan LDL), dititrasi untuk 40 mg PO dua kali sehari (atau beralih ke rilis
Gambar 2.13.3 Stuktur Fluvastatin (Michael,2004)
34
diperpanjang fluvastatin 80 mg PO sekali sehari) untuk mencapai pengurangan LDL
35% untuk 36%. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, fluvastatin 40 mg PO
dua kali sehari telah ditunjukkan untuk menjadi efektif untuk pencegahan sekunder
pada pasien post-PCI (LIPS Trial). Menyesuaikan dosis untuk mencapai target LDL
dan lipid tujuan (didirikan oleh pedoman NCEP). Maksimum dosis perhari 80
mg(jefferen dkk,2014). Nam dagang: Lescol(fluvastatin 40 mg) dari Norvartis
Indonesia.
2.13.4 Simvastatin
Metabolit aktif utama dari simvastatin dalam plasma adalah β-hydroxyacid
simvastatin dan yang 6'-hidroksi, 6'-hidroksimetil, dan 6'-exomethylene derivatif.
Konsentrasi plasma puncak 1,3-2,4 jam postdose. dosis oral simvastatin pada
manusia, ekskresi dari simvastatin 13% dalam urin dan 60% dalam fase. Konsentrasi
plasma total mencapai puncaknya pada 4 jam(Kastein,2008)
Tabel II.4 Nama Dagang, Nama Generik dan kandungan Simvastatin(MIMS,2012)
Nama dagang Nama generik Bentuk sediaan
Simvastatin OGB
HJ
Simvastatin Tablet 10 mg
Zocor® Simvastatin Tablet 10 mg
Detrovel Simvastatin Tablet 10 mg
Cholestat Simvastatin Tablet salut 10 mg
Esvat Simvastatin Tablet salut selaput 5 mg, 10
mg, dan 20 mg
Mersivas Simvastatin Tablet salut selaput 10 mg
Eticol Simvastatin Tablet enterik 10 mg
Rechol Simvastatin Tablet 5 mg dan 10 mg
Gambar 2.13.4 Struktur simvastatin(USP,2014)
2.13.5 Atorvastatin
Atorvastatin adalah obat penurun
CoA reduktase inhibitor blok sintesis kolesterol dalam hati. Atorvastatin sama dengan
statin lainnya, ini terdiri dari sisi carboxylate kiral 3,5
terpasang ke inti siklik. Atorvastatin unik karen
dalam inti(Steven K,2009).
Tingkat dan tingkat penyerapan Atorvastatin dipengaruhi oleh administrasi
time-of-day. Untuk Atorvastatin, metabolit aktif utamanya adalah asam hidroksi 2
dan 4-hidroksi-atorvastatin (Sriniva
Tabel II.5 Nama Dagang, Nama Generik dan kandungan
Nama dagang Nama Generik
Atorsan Atorvastatin
Lipitor Atorvastatin
Actalipid Atorvastatin
Atofar Atorvastatin
Yarindo Atorvastatin
Atorwin Atorvastatin
Removchol Atorvastatin
Stator Atorvastatin
Stavinor Atorvastatin
Truvaz Atorvastatin
Gambar 2.13.5 Struktur Atorvastatin(Steven K, 2009)
Atorvastatin adalah obat penurun kolesterol, yang bekerja dengan HMG
CoA reduktase inhibitor blok sintesis kolesterol dalam hati. Atorvastatin sama dengan
statin lainnya, ini terdiri dari sisi carboxylate kiral 3,5-dihydroxy jaringan yang
terpasang ke inti siklik. Atorvastatin unik karena rantai samping melekat nitrogen
dalam inti(Steven K,2009).
Tingkat dan tingkat penyerapan Atorvastatin dipengaruhi oleh administrasi
day. Untuk Atorvastatin, metabolit aktif utamanya adalah asam hidroksi 2
atorvastatin (Srinivasa Rao K et al.,2011)
II.5 Nama Dagang, Nama Generik dan kandungan Atorvastatin(MIMS,2012)
Nama Generik Sediaan
Atorvastatin 10 mg, 20 mg,40 mg
Atorvastatin 10 mg, 20 mg, 40 mg
Atorvastatin Tablet salut selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
Atorvastatin Tablet selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
Atorvastatin Tablet selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
Atorvastatin Tablet selaput 10 mg, 20 mg
Atorvastatin Tablet selaput 20 mg, 40 mg
Atorvastatin Tablet selaput 10 mg, 20 mg
Atorvastatin Tablet selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
Atorvastatin Tablet selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
.13.5 Struktur Atorvastatin(Steven K, 2009)
35
kolesterol, yang bekerja dengan HMG-
CoA reduktase inhibitor blok sintesis kolesterol dalam hati. Atorvastatin sama dengan
dihydroxy jaringan yang
a rantai samping melekat nitrogen
Tingkat dan tingkat penyerapan Atorvastatin dipengaruhi oleh administrasi
day. Untuk Atorvastatin, metabolit aktif utamanya adalah asam hidroksi 2 -
II.5 Nama Dagang, Nama Generik dan kandungan
selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
Tablet selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
Tablet selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
Tablet selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
Tablet selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
36
2.13.6 Rosuvastatin
Rosuvastatin statin dengan efek menurunkan lemak, yang merupakan sintetis
inhibitor kompetitif dari 3-hidroksi-3-methylglutaryl A koenzim-reduktase(Xue-Ning
Li dkk.,2010).
Rosuvastatin telah diselidiki di relawan dewasa yang sehat, memiliki Tmax 3-5
jam setelah pemberian dosis 10 sampai 80 mg dan eliminasinya t1/2 ~ 20 jam.
Metabolismenya oleh hepatosit (5-50% metabolisme selama 3 hari). Selanjutnya
diekskresikan 90% dari dosis rosuvastatin ditemukan pada tinja, terutama (92%)
sebagai obat tidak berubah. Sebuah studi menemukan bahwa setelah pemberian dosis
(40 mg), rasio untuk rosuvastatin AUC0-t 2,31 dan rasio untuk Cmax 2,36 (Yunxia
Li dkk., 2012).
Tabel II.1 Nama Dagang, Nama Generik dan kandungan Rosuvastatin(MIMS,2016)
Nama dagang Nama Generik Sediaan
Crestor Rosuvastatin Tablet selaput 5 mg, 10 mg, 20 mg,
40 mg
Recansa Rosuvastatin Tablet selaput 10 mg, 20 mg
Robestar Rosuvastatin Tablet selaput 10 mg, 20 mg
Resufer Rosuvastatin Tablet selaput 10 mg, 20 mg
Gambar 2.13.6 Struktur Rosuvastatin(Michael S, 2004)
37
2.14 Farmakologi / Mekanisme Aksi
Statin bertindak dengan persaingan menghambat HMG-CoA reduktase,
pertama dan utama membatasi tingkat enzim dari jalur biosynthetic kolesterol. Statin
meniru alam substrat molekul, HMG-CoA, dan bersaing untuk mengikat enzim
HMGCR. Kompetisi ini memperlambat laju produksi mevalonate, sebagai hasil
molekul berikutnya dalam serial langkah untuk menghasilkan kolesterol(Jed
Diamond et a.l,2012)
2.15 Farmakodinamik
Golongan statin bekerja bekerja dengan menghambat kompetitif koenzim a
(hmg-coa) reduktase 3-hydroxy-3-methylglutaryl, yang merupakan enzim kunci
biosintesis kolesterol, statin mengurangi kadar kolesterol seluler, terutama dalam sel
hati . hepatosit menanggapi penipisan sterol dengan mengaktifkan inti sterol
pengaturan mengikat protein-2, yang meregulasi yangtranskripsi gen kunci yang
terlibat dalam metabolisme kolesterol, termasuk hmg-coa dan receptor. ldl, efek
penurun kolesterol statin pada prinsipnya dimediasi oleh peningkatan regulasi
aktivitas reseptor ldl, yang menyebabkan peningkatan serapan hati dari apob
aterogenikmengandung lipoprotein (vldl, idl(intermediet density lipoproteins), dan
ldl), dan pada tingkat lebih rendah, dengan menghambat parsial sintesis vldl hati.
terapi statin berpengaruh positifkeseimbangan antara aterogenik dan antiatherogenic
li-poproteins, mendukung transportasi kolesterol terbalik dan memimpin perubahan
tobeneficial dalam komposisi, struktur, dan stabilitasplak aterosklerotik(Voora,2008).
2.16 Efek Samping
Statin bertanggung jawab berbagai macam efek, mulai dari gangguan gastro-
intestinal ringan sampai keadaan yang mengancam jiwa seperti rhabdomyolysis.
Tanda-tanda klinis rhabdomyolysis termasuk nyeri otot yang parah dan nyeri pada
palpasi, kelemahan otot, dan kencing berwarna gelap karena myoglobinuria.
Rhabdomyolysis ini dikaitkan dengan tingkat sangat tinggi kreatinin kinase dan gagal
ginjal akut sekunder untuk myoglobinuria(Siobra, 2007).
38
Selain itu efek samping dari statin adalh demensia. Hiperlipidemia adalah risk
factor didirikan untuk kejadian d perkembangan penyakit dan dementia. Namun, ada
60 kasus laporan kehilangan memori statin terkait atau demensia yang sering
menyelesaikan dengan penghentian statin terapi. Jumlah laporan rendah, diberikan
meluasnya penggunaan obat-obat ini, tetapi beberapa telah menyarankan bahwa statin
efek pada memori dengan mudah diabaikan atau keliru dikaitkan dengan penuaan
atau bersamaan penyakit(Thomson et al., 2016).
2.17 Interaksi Obat
Pada sebuah publikasi Pharmacits letter 2012 menyebutkan interaksi signifikan yang
terjadi pada obat obatan statin adalah:
a. Amidaron, meningkatkan resiko miopati yang merusak metabolisme atorvastatin,
lovastatin dan simvastatin
b. Antifungi golongan Azole(fluconazole,itraconazole,ketonazole), meningkatkan
resiko miopati merusak metabolisme atorvastatin, fluvastatin, lovastatin dan
simvastatin. Fluconazole menghambat CYP3A4 dan CYP2C9.
c. Calcium chanel blocker(amlodipin,diltiazem,verapamil), diltiazem menhambat
P-glikoprotein- mediated-transporter. Amlodipin menghambat transport protein
yang membawa metabolisme simvastatin di liver.
d. Cimetidine, merusak efek penurunan TG atorvastatin dari 34% ke 26 %
e. Colchicine, meningkatkan resiko miopati dari atorvastatin, fluvastatin, lovastatin,
pravastatin, dan simvastatin, karena colchicine juga memiliki efek miopati.
f. Digoxin, konsentrasi digoxin akan meningkat 20% ketika pemberian bersamaan
dengan atorvastatin 80 mg.
g. Derivat asam fibrat, menigkatkan resiko miopati karena keduanya memiliki efek
yang sama. Gembribozil juga menghambat hepatic glucuronidation dari statin
h. Jus anggur, meningkatkan resiko miopati juga mersak metabolisme atorvastatin,
lovastatin dan simvastatin. Jus anggur juga menhambat CYP3A4 dan p-
glycoprotein
39
i. Antibiotik macrolide(Erythromycin), selain meningktkan resiko miopati dengan
merusak metabolisme atorvastatin, lovastatin dan simvastatin. Macrolida juga
menghabat CYP3A4
j. Warfarin , meningkatkan potensial INR yang mana merusak etabolisme warfarin
dan menggantikan warfarin dari ikatan proteinnya.
top related