bab ii landasan teori a. penelitian yang relevanrepository.ump.ac.id/4210/3/indri - bab ii.pdf ·...
Post on 10-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah,
karena pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal akan tetapi berasal
dari acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini dipaparkan
beberapa penelitian yang relevan yang telah dimuat dalam bentuk skripsi,
ditunjukkan pula persamaan dan perbedaan serta keunggulan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu:
Pertama, penelitian berjudul “Motivasi Berprestasi Tokoh Utama dalam
Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro Kajian Psikologi Sastra” yang ditulis oleh
Anisa Nur Fitria pada tahun 2012. Hasil penelitian terhadap motivasi berprestasi
tokoh utama dalam penelitian ini meliputi: pertama, deskripsi kepribadian tokoh
utama dalam cerita, yaitu memiliki watak yang ambisius dalam mengerjakan skripsi,
penyayang terhadap kedua orang tua dan kawan-kawannya, sabar dalam menghadapi
cobaan, dan pantang menyerah untuk segera menyelesaikan skripsinya dan mencapai
puncak gunung Mahameru meskipun banyak rintangan. Kedua, deskripsi motivasi
berprestasi diuraikan dengan tiga teori, yaitu teori Abraham Maslow, teori David
McClelland, dan teori Herzberg yang diuraikan melalui motivasi tokoh utama.
Motivasi berprestasi yang mendominasi dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro
berdasarkan tiga teori tersebut antara lain kebutuhan penghargaan, kebutuhan
aktualisasi diri, kebutuhan prestasi, motivasi intrinsik, dan motivasi ekstrinsik.
Masing-masing motivasi berprestasi tersebut mempunyai implementasi dalam cerita.
6
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
7
Misalnya motivasi berprestasi yang dilakukan tokoh utama yaitu karena adanya rasa
percaya diri, kerja keras, dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama
mengkaji sifat dan sikap tokoh utama di dalam karya sastra (novel). Perbedaannya
selain kedua penelitian menggunakan sumber data yang berbeda, pada penelitian
sebelumnya aspek yang dikaji berupa motivasi berprestasi tokoh utama, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan peneliti menganalisis kepribadian tokoh utama yang
memiliki karakter sebagai seorang pendidik.
Kedua, penelitian berjudul “Aktualisasi Diri Tokoh Utama dalam Novel
Postcard From Neverland karya Rina Suryakusuma (Kajian Psikologi Humanistik)”
yang ditulis oleh Diatri Ratih Khoerul Jannah pada tahun 2012. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tokoh utama dalam novel Postcard From Neverland karya Rina
Suryakusuma memiliki kepribadian yang bertanggung jawab, pekerja keras, kuat,
pemberani, mandiri, dan cerdas. Aktualisasi diri tokoh utama dalam novel Postcard
From Neverland karya Rina Suryakusuma dapat tercapaikan setelah ia mampu
melewati kebutuhan-kebutuhan dasar dalam teori hirarki kebutuhan – Abraham
Maslow, yakni kebutuhan fisiologis : rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri, dan
aktualisasi diri, kebutuhan kognitif, serta kebutuhan estetika. Bentuk atau wujud
aktualisasi diri tokoh utama dalam novel Postcard From Neverland karya Rina
Suryakusuma berupa berhasilnya mendapatkan beasiswa di University of Washington
dan menyelesaikan kuliahnya selama dua tahun dengan nilai yang cum laude hingga
menjadi thegonfalonieres sesuai impiannya. Tokoh utama yang mewujudkan potensi
yang ia miliki itu menjadi seorang ekonom di sebuah firma akuntan publik di Seattle
yang berpusat di New York sesuai kemampuannya yakni di bidang ekonomi.
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
8
Kedua penelitian sama-sama menganalisis kepribadian yang dimiliki oleh
tokoh utama di dalam novel. Perbedaannya selain pada sumber data yang berbeda,
pada penelitian sebelumnya peneliti menganalisis bentuk aktualisasi diri yang
dimiliki oleh tokoh utama. Namun, penelitian yang akan dilakukan peneliti
menganalisis bagaimana sikap dan sifat yang dimiliki oleh tokoh utama yang
mencerminkan karakter yang baik sebagai seorang pendidik.
B. Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman
novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus yang berarti „sebuah kisah atau sepotong
berita‟. Istilah tersebut kemudian masuk dan dikenal di Indonesia dengan sebutan
novel yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu
panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa
novel berasal dari bahasa latin novellas yang kemudian diturunkan menjadi novies
yang berarti „baru‟. Dikatakan baru karena dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel
merupakan jenis cerita fiksiyang baru muncul setelah adanya cerita cerita pendek dan
roman (Nurgiyantoro, 2013: 11-12).
Menurut Nurgiyantoro (2013: 13), hampir berkebalikan dengan cerpen yang
bersifat memadatkan, novel cenderung bersifat expands “meluas”. Jika cerpen lebih
mengutamakan intensitas, novel yang baik cenderung meniktikberatkan munculnya
complexity “kompleksitas”. Sebuah novel jelas tidak akan dapat selesai dibaca dalam
sekali duduk. Karena panjangnya, sebuah novel secara khusus memiliki peluang
yang cukup untuk mempermasalahkan karakter tokoh dalam sebuah perjalanan
waktu, kronologi, dan hal ini tidak mudah dilakukan pengarang dalam dan melalui
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
9
cerpen. Jadi, salah satu efek perjalanan waktu dalam novel ialah pengembangan
karakter tokoh. Novel memungkinkan kita untuk menangkap perkembangan itu,
misalnya pengarang menceritakan pertumbuhan tokoh sejak anak-anak hingga
dewasa, bahkan seringkali dalam novel tradisional, hingga akhir hayatnya.
Sementara itu, Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2013: 13) berpendapat bahwa
sebuah novel juga memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai
tampat atau ruang tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika posisi
manusia dalam masyarakat menjadi pokok permasalahan yang selalu menarik
perhatian para novelis. Hal ini terjadi karena kehidupan di dalam masyarakat itu
sendiri memiliki dimensi ruang dan waktu. Sebuah masyarakat jelas berhubungan
dengan dimensi tempat, tetapi peranan seseorang (tokoh) dalam masyarakat berubah
dan berkembang dalam waktu. Karena panjangnya, novel memungkinkan untuk itu.
Jadi, yang dimaksud dengan novel adalah karangan yang panjang dan
berbentuk prosa serta mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel
adalah media penuangan pikiran, perasaan, dan gagasan pengarang dalam merespon
kehidupan di sekitarnya. Di dalam novel mengandung nilai-nilai kehidupan yang
dapat menjadi pelajaran bagi manusia. Nilai-nilai tersebut antara lain seperti nilai
budaya, sosial, moral dan pendidikan. Sebagai bentuk karya sastra tengah (bukan
cerpen atau roman) novel sangat ideal untuk mengangkat peristiwa-peristiwa penting
dalam kehidupan manusia.
C. Tokoh dan Penokohan
1. Pengertian Tokoh
Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita
rekaan. Menurut Nurgiyantoro istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita.
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
10
Sedangkan Baldic berpendapat bahwa tokoh adalah orang yang menjadi pelaku
dalam cerita fiksi atau drama. Sementara itu, Abrams menjelaskan bahwa tokoh
cerita merupakan orang-orang yang dilukiskan atau ditampilkan dalam suatu karya
naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan-kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan
(Nurgiyantoro, 2013: 247).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah
individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang
ditampilkan dan mengalami peristiwa dalam cerita.
2. Jenis Tokoh
Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa
jenis penamaan berdasarkan sudut pandang mana penamaan itu dilakukan. Menurut
Nurgiyantoro (2013: 258-275), tokoh dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
(1) Dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dibagi menjadi tokoh utama dan
tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang sering muncul dalam sebuah
cerita dan sering mendapatkan komentar, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh
yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita dan mendapat komentar
seadanya saja. (2) Dari segi fungsi penampilan tokoh dibedakan menjadi tokoh
protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang
memperjuangkan kebenaran dan kejujuran serta memiliki watak yang baik,
sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang melawan kebenaran dan kejujuran
serta memiliki watak yang buruk. (3) Dari segi perwatakan berupa tokoh sederhana
dan tokoh bulat. Tokoh sedehana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
11
pribadi atau satu watak tertentu saja, bersifat datar dan monoton, sedangkan tokoh
bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya serta kelebihan
dan kelemahannya, sehingga ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. (4)
Dilihat dari segipencerminan tokoh, dibagi menjadi tokoh tipikal dan tokoh netral.
Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya
dan lebih ditonjolkan kualitas kebangsaannya, pekerjaannya, atau sesuatu yang lain
yang bersifat mewakili, sedangkan tokoh netral adalah tokoh yang bereksistensi
dalam cerita itu sendiri yaitu tokoh imajiner yang hanya hidup dalam dunia fiksi.
3. Pengertian Penokohan
Watak atau karakteristik tokoh disebut penokohan. Watak, perwatakan,
karakter dan karakterisasi, sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh
pembaca lebih merujuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan
karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan. Seperti
yang dikatakan Jones bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan dalam cerita.Sementara itu, menurut pendapat
Nurgiyantoro, penokohan atau perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh
tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Lain halnya dengan
Stanton yang berpendapat bahwapenokohan disebut sebagai sikap ketertarikan,
keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut
(Nurgiyantoro, 2013: 247).
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah
proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau tabiat (kebiasaan)
tokoh atau pemeran dalam cerita. Penokohan adalah karakter yang dimiliki oleh
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
12
tokoh dalam cerita yang dapat menjadi ciri-ciri, watak,sifat, dan juga kepribadian
antara tokoh satu dengan yang lain.
4. Teknik Penokohan
Teknik pelukisan tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik ekspositori
dan teknik dramatik. Teknik ekspositori menggambarkan pelukisan penokohan yang
dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung.
Tokoh cerita dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca begitu saja. Teknik ini
menghadirkan tokoh secara langsung disertai deskripsikediriannya, yang mungkin
berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya (Nurgiyantoro,
2013: 279-280).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam teknik ekspositori watak
tokoh dihadirkan secara langsung oleh pengarang. Dalam hal ini berarti pengarang
menyebutkan langsung perwatakan dari tokoh tersebut. Misalnya seorang tokoh
memiliki perwatakan yang baik, maka pengarang akan secara langsung menuliskan
bahwa tokoh itu baik. Penghadiran watak tokoh menggunakan teknik ekspositori
tidak dengan perantara. Pelukisan watak tokoh tidak dihadirkan dengan komentar
tokoh lain, maupun melalui tingkah laku dari tokoh tersebut melainkan disebut
langsung oleh pengarang.
Sementara itu, penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik dilakukan
secara tidak langsung. Dimana pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit
sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan atau menyiasati para
tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang
dilakukan. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas verbal lewat kata maupun non-
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
13
verbal lewat tindakan atau tingkah laku. Wujud penggambaran teknik dramatik dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain : teknik cakapan, teknik tingkah
laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik
reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan fisik (Nurgiyantoro,
2013: 283).
Jadi, dalam teknik dramatik pengarang tidak menyebutkan secara langsung
bagaimana sikap dan tingkah laku tokohnya, sehingga pembaca dapat menafsirkan
sendiri melalui gambaran-gambaran yang dikemukakan oleh pengarang.
Tokoh dalam novel diciptakan oleh pengarang dengan berbagai sifat dan
sikap khas masing-masing. Individu rekaan dalam fiksi ini adalah cerminan dari
sikap hidup manusia di alam nyata. Tokoh dengan perilaku yang baik dapat dijadikan
teladan bagi pembaca atau pun penikmat sastra. Salah satu tokoh yang dapat menjadi
cerminan bagi masyarakat adalah seorang pendidik, dalam hal ini adalah guru.
D. Karakter Seorang Pendidik
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya
manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, salah satunya adalah guru.
Kepribadian merupakan faktor yang sangat penting dalam kesuksesan seorang guru
sebagai agen dalam pembelajaran. Sikap dan sifat seorang guru akan menentukan
sukses atau tidaknya peran seorang guru dalam menjadi pendidik dan pembina bagi
anak didiknya. Karakter seorang guru adalah cerminan bagi siswa dan juga bagi
masyarakat di lingkungan sekitar.
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
14
Darmadi (2010: 54-56) berpendapat bahwa keberhasilan mengajar guru
dalam kaitannya dengan fungsi dan peran guru dalam menciptakan kemampuan
dasar mengajar diimplementasikan dalam pengembangan kepribadian guru yang
mantap dan dinamis yang meliputi: (1) Kemantapan dan integrasi pribadi; (2) Peka
terhadap perubahan dan pembaharuan; (3) Berpikir alternatif; (4) Adil, jujur, dan
objektif; (5) Disiplin dalam melaksanakan tugas; (6) Ulet dan tekun bekerja; (7)
Berusaha memperoleh hasil kerja yang baik; (8) Simpatik, menarik, luwes, bijaksana,
dan sederhana; (9) Bersifat terbuka; (10) Kreatif; serta (11) Berwibawa.
Menurut Saondi dan Suherman, (2010:15-16), karakteristik atau sifat-sifat
guru yang baik dalam pandangan siswa meliputi: (1) Demokratis; (2) Suka bekerja
sama; (3) Baik hati; (4) Sabar; (5) Adil; (6) Konsisten, (7) Bersifat terbuka; (8) Suka
menolong; (9) Ramah tamah; (10) Suka humor; (11) Memiliki bermacam ragam
minat; (12) Menguasai bahan pelajaran; (13) Fleksibel; (14) Menaruh minat yang
baik terhadap siswa.
Sementara itu Purwanto (2007: 143-148) berpendapat bahwa ada beberapa
sikap dan sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru. Sikap dan sifat ini penting
dimiliki oleh seorang pendidik dalam menjalani profesinya. Karakter-karakter
tersebut antara lain: (1) Adil; (2) Percaya dan menyayangi siswanya; (3) Sabar dan
rela berkorban; (4) Berwibawa; (5) Penggembira atau humoris; (6) Bersikap baik
terhadap teman sejawat; (7) Bersikap baik terhadap masyarakat (berjiwa sosial); (8)
Menguasai materi pelajaran; (9) Suka kepada mata pelajaran yang diberikan; serta
(10) Memiliki pengetahuan yang luas. Berikut ini adalah penjabaran mengenai
masing-masing karakter pendidik:
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
15
1. Adil
Adil adalah suatu sikap yang bertanggung jawab secara pribadi untuk
mempertahankan apa yang murni dan benar serta menundukkan segala sesuatu
secara proporsional. Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya,
menjalankan aturan yang telah ditetapkan tanpa pilih kasih (Samani dan Hariyanto,
2012: 125; Darmadi, 2010: 55).
Seorang guru harus memiliki sikap adil dalam menjalankan tugasnya.
Bersikap adil bagi setiap guru bukan persoalan yang mudah, tetapi membutuhkan
pembiasaan perilaku maupun pembiasaan berpikir positif yang mengarah kepada
sikap netral, yaitu sikap tidak memihak satu orang, dalam hal ini siswa. Guru yang
adil dalam hidup pribadi dan dalam mendidik siswa pada suatu proses pembelajaran
senantiasa berpegang pada keyakinan semua manusia sebagai mahluk Tuhan adalah
sama martabat dan haknya, sehingga tidak membedakan status antara siswa yang
satu dengan siswa yang lainnya (Lanani, 2013:68).
Menurut Purwanto (2007: 143), perlakuan adil itu perlu bagi guru saat
menjalankan perannya sebagai seorang pendidik, misalnya dalam hal memberi nilai
dan menghukum siswa. Istilah tidak adilnya guru biasanya disebut dengan pilih
kasih, misal guru laki-laki lebih memperhatikan anak perempuan yang cantik atau
yang lebih pandai. Hal ini jelas tidak baik, karena ketidakadilan menggangu
hubungan anak didik dengan guru serta dengan siswa atau temannya sendiri. Guru
juga perlu belajar memberikan catatan tentang kejadian atau situasi, apakah eksternal
atau internal, senetral mungkin, yaitu dengan tanpa penjelasan justifikasi, dengan
mempertimbangkan berbagai bentuk perasaan. Dengan demikian berlaku adil tidak
hanya pada pemberian nilai dan hukuman pada siswa saja, melainkan juga pada
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
16
perilaku guru dalam memberikan catatan tentang kejadian dan senantiasa
mempertimbangkan berbagai bentuk perasaan baik lisan maupun tertulis, dan semua
hal yang berkaitan dengan kegiatan di sekolah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, sikap adil bagi seorang guru merupakan
tuntutan yang perlu diterapkan dalam setiap pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar
dalam menjalankan tugas mengajar, mendidik, dan membimbingnya terciptanya
interaksi harmonis baik antar guru dengan siswa, maupun antar siswa dengan siswa.
Netralnya sikap guru terhadap semua siswa akan menimbulkan nuansa positif dan
motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk belajar.
2. Percaya dan Menyayangi Siswanya
Kepercayaan adalah pandangan bahwa orang lain mempunyai karakter yang
baik dan akan dapat berjalan ke jalan kebenaran yang utama sebagi pribadi yang
lebih baik. Cinta atau suka adalah suatu perasaan yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku yang mencerminkan kasih sayang yang dalam dan penuh kelembutan
terhadap orang lain, sehingga timbul perasaan memiliki satu sama lain (Samani dan
Hariyanto, 2012: 125-127).
Seorang guru harus percaya kepada siswanya. Ini berarti bahwa guru harus
mengakui bahwa siswa adalah makhluk yang mempunyai kemauan, mempunyai kata
hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatannya yang buruk dan menimbulkan
kemauan untuk mencegah perbuatan yang buruk. Guru harus berkeyakinan bahwa
siswanya adalah manusia baik yang perlu dididik agar menjadi manusia yang lebih
baik dan bermoral. Tugas guru adalah membentuk kemauan dan kata hati siswa ke
arah yang baik dengan syarat guru harus percaya kepada siswanya. Dengan adanya
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
17
kepercayaan yang diberikan oleh guru kepada siswanya, maka siswa akan menjadi
lebih termotivasi (Purwanto, 2007: 143-144).
Jan Lighthart (dalam Purwanto, 2007:144),seorang ahli didik yang terkenal,
pernah berkata:
“Semua pendidikan haruslah didasarkan atas keyakinan bahwa anak itu
mempunyai kata hati. Jika keyakinan itu tidak ada, tak perlulah orang
mendidik. Orang yang lemah dapat dijadikan kuat; orang yang bodoh dapat
dijadikan pandai; tetapi orang yang tidak punya kata hati tak mungkin
diperbaiki.”
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, seorang guru harus percaya dan
menyayangi siswanya. Sebab dengan adanya kepercayaan dan rasa kasih sayang
kepada siswa, guru dapat melaksanakan tugas mendidiknya dengan perasaan tenang
dan nyaman. Hanya pendidik yang percaya dan mencintai siswanya yang dapat
mendidik anak-anak itu dengan hasil yang lebih baik. Guru harus memiliki
pandangan dan pemikiran bahwa siswanya adalah generasi yang memiliki sikap dan
sifat yang baik. Tugas guru adalah mengajarkan materi dan juga mendidik moral
siswanya agar menjadi manusia yang berpendidikan.
3. Sabar dan Rela Berkorban
Menurut Samani dan Hariyanto (2012: 127), sabar adalah sikap dimana
seseorang mau menerima situasi sulit tanpa harus memberikan batas akhir atau
mencoba untuk menghindarinya. Orang yang memiliki sikap sabar selalu bertindak
sesuai dengan aturan, tidak tergesa-gesa, dan tidak bertindak ceroboh dalam
menghadapi suatu permasalahan.
Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam
mengendalikan gejolak diri. Sementara itu, rela berkorban merupakan suatu tindakan
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
18
yang dilakukan dengan ikhlas hati dan sesuai dengan kehendak diri sendiri.
Sementara itu, rela berkorban adalah sikap dan perilaku menunjukkan suatu
pengorbanan yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas hati dan sesuai dengan
kemauan dan kehendak dari diri sendiri (Zuriah, 2008: 84).
Sifat sabar dan rela berkorban perlu dipunyai oleh guru, baik dalam
melakukan tugas mendidik maupun dalam menanti hasil dari jerih payahnya. Hasil
pekerjaan tiap-tiap guru dalam mendidik seorang anak tidak dapat ditunjukkan dan
tidak dapat dilihat dengan seketika. Usaha dan jerih payah guru baru dapat dipetik
buahnya setelah anak didik menjadi dewasa dan berdiri sendiri dalam masyarakat.
Semua itu memerlukan kesabaran dan kerelaan berkorban dari guru (Purwanto, 2007:
144-145).
Jadi, seorang guru harus memiliki sifat sabar dan rela berkorban. Sifat sabar
perlu dimiliki guru dalam menghadapi berbagai macam karakter yang dimiliki
siswanya. Sementara itu, kerelaan hati untuk terus berjuang dalam ruang lingkup
pendidikan menjadi modal bagi guru agar ia senantiasa ikhlas dalam menjalani
perannya dalam mendidik siswa-siswinya.
4. Berwibawa
Menurut Susanna (2014: 390), wibawa adalah pembawaan untuk dapat
menguasai dan mempengaruhi orang lain. Sikap ini dimiliki oleh seseorang yang
memiliki pembawaan tegas yang diwujudkan melalui sikap dan tingkah laku yang
mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik.
Sementara itu Henry Fayol (dalam Susanna, 2014: 390-391), berpendapat
bahwa kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaaan untuk membuat kita
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
19
dipatuhi dan ditaati. Ada juga orang mengartikan kewibawaan dengan sikap dan
penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat, sehingga dengan
kewibawaan orang lain dapat memperoleh pengayoman dan perlindungan.
Seorang guru harus berwibawa. Dengan adanya kewibawaan, proses belajar
mengajar akan dapat terlaksana dengan baik, siswa mematuhi apa yang ditugaskan
oleh guru. Jika guru tidak memiliki kewibawaan dalam dirinya, maka ia akan
diremehkan oleh siswa dan tidak dihormati oleh siswa, sehingga proses pembelajaran
tidak akan berjalan maksimal (Darmadi, 2010: 56).
Sikap berwibawa sangat penting untuk dimiliki oleh seorang pendidik. Tanpa
adanya kewibawaan pada diri seorang pendidik, tidak mungkin pendidikan itu dapat
masuk ke dalam hati sanubari siswa. Tanpa kewibawaan, siswa hanya akan menuruti
kehendak dan perintah gurunya karena takut atau karena paksaan, jadi bukan karena
karena kesadaran di dalam dirinya (Purwanto, 2007: 145).
Jadi kewibawaan harus dimiliki oleh setiap guru, sebab dengan kewibawaan
proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik, berdisiplin, dan tertib.
Kewibawaan guru tidak diwujudkan dengan kondisi negatif atau kekerasan, akan
tetapi bagaimana seorang guru dapat menguasai sesuatu dengan baik serta dapat
mengendalikan diri untuk tidak berbuat negatif atau menyalahi aturan. Menjadi
seorang guru harus memiliki wibawa yang sesungguhnya. Dia tidak akan takut
dicerca orang, bahkan selalu menampilkan perbuatan yang baik. Karena sikapnya itu
orang akan selalu tunduk dan malu untuk melecehkannya serta selalu
menghormatinya. Hal ini berdampak kepada siswa yang merasa nyaman dan bahagia
ketika dengannya karena mereka merasa diarahkan oleh guru yang berwibawa
tersebut. Kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru akan membawa dan
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
20
mengantarkan siswa ke arah kedewasaaan serta menumbuhkan kesadaran dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
5. Penggembira/ Humoris
Menurut Purwanto (2007: 145), seorang guru hendaklah memiliki sifat suka
tertawa dan suka memberi kesempatan tertawa kepada siswanya. Guru juga harus
memiliki sifat humoris.Sifat ini banyak gunanya bagi seorang guru, antara lain ia
akan tetap memikat perhatian anak-anak pada waktu mengajar, anak-anak tidak lekas
bosan atau merasa lelah. Humor dapat mendekatkan guru dengan siswanya. Humor
hendaklah jangan digunakan untuk menjajah atau menguasai kelas sehingga dengan
humor itu guru menjadi bertele-tele, melantur, lupa akan apa yang seharusnya
diberikan dalam pelajaran itu. Dalam hal ini berarti, sifat humor seorang guru harus
dipergunakan sesuai dengan tempat dan waktunya.
Jadi, guru harus memiliki sifat humor, ramah, dekat dengan siswa, dan suka
memberikan kesempatan kepada siswanya untuk tertawa. Guru yang humoris tidak
akan mudah kecewa, mengerti dengan kemampuan siswanya, serta berusaha
menerangkan pelajaran sampai siswa dapat memahaminya.
6. Bersikap Baik terhadap Teman Sejawat
Setiap guru harus menjaga nama baik dan kehormatan teman sejawatnya.
Bertindak bijaksana apabila ada anak didik yang mengadukan kekurangan atau
keburukan seorang guru kepada guru lain. Demikian pula, sifat seorang guru yang
suka mengejek atau menjelekkan guru lain di depan siswanya merupakan suatu sikap
yang tidak dapat dibenarkan. Suasana baik di antara guru-guru nyata dari pergaualan
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
21
ramah tamah mereka di dalam dan di luar sekolah. Mereka salingmenolong dan
kunjung-mengunjungi dalam keadaan suka dan duka. Mereka merupakan satu
keluarga besar, keluarga sekolah (Purwanto, 2007: 146).
Dapat disimpulkan bahwa sesama guru harus saling menjaga hubungan yang
harmonis, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Di hadapan siswa, guru
harus menjaga nama baik dan kehormatan teman sejawatnya, tidak saling
menjelekkan, serta bertindak bijaksana jika murid yang mengajukan kekurangan atau
keburukan seorang guru kepada guru lain.
7. Bersikap Baik terhadap Masyarakat
Sekolah hendaknya menjadi cermin bagi masyarakat sekitarnya, dirasai oleh
masyarakat bahwa sekolah itu adalah kepunyaannya dan memenuhi kebutuhan
mereka. Sekolah akan tetap asing bagi rakyat jika guru-gurunya mengucilkan diri
seperti siput dalam rumahnya, tidak suka bergaul atau mengunjungi orang tua murid-
murid, memasuki perkumpulan-perkumpulan, atau turut membantu kegiatan
masyarakat yang penting dalam lingkungannya (Purwanto, 2007: 146-147).
Jadi, guru harus bersikap baik terhadap masyarakat. Sebagai seorang yang
dijadikan teladan bagi masyarakat, guru perlu memiliki jiwa sosial yang tinggi. Guru
harus pandai bergaul dengan semua golongan dalam lapisan masyarakat agar dikenal
dan tidak terpencil. Guru semestinya harus mampu menjalin silaturahmi dan turut
serta membantu kegiatan di dalam lingkungan masyarakat. Tugas dan peran guru
tidak hanya sekadar bersosialisasi dengan siswa di sekolah, namun juga berinteraksi
dengan masyarakat di lingkungan sekitar.
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
22
8. Menguasai Materi Pelajaran
Menurut Purwanto (2007: 147), guru harus selalu menambah
pengetahuannya. Guru yang pekerjaannya memberikan pengetahuan dan kecakapan
kepada siswanya tidak mungkin akan berhasil jika guru itu sendiri tidak selalu
berusaha menambah ilmunya. Seorang guru harus berpikiran maju dalam rangka
meningkatkan ilmu pengetahuan, sebab seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi tantangan menjadi seorang guru semakin besar.
Sebaliknya, seorang guru yang selalu memperlihatkan gerak-gerik bahwa ia sendiri
tidak menguasai mata pelajaran yang diberikannya, maka guru tersebut tidak akan
mampu menjelaskan materi dengan baik di hadapan siswanya, dampaknya akan
mematikan semangat belajar siswa.
Dapat disimpulkan bahwa, seorang guru harus menguasai pelajaran yang ia
sampaikan kepada siswanya. Apabila guru tidak menguasai materi pelajaran, maka ia
tidak dapat menyampaikan materi dengan baik. Apabila tidak menguasai pelajaran
yang diberikan, maka guru akan gugup dan tidak dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh siwanya.
9. Suka kepada Mata Pelajaran yang Diberikan
Di sekolah menengah, umumnya tiap guru memegang satu atau dua mata
pelajaran yang disukainya. Tetapi, di sekolah tingkat dasar seorang guru harus
mengajarkan berbagai macam mata pelajaran di kelas. Biarpun demikian, tiap-tiap
guru hendaklah berusaha supaya menyukai pelajaran-pelajaran yang diberikan
kepada siswanya. Mengajarkan mata pelajaran yang disukainya hasilnya lebih baik
dan mendatangkan kegembiraan bagi guru (Purwanto, 2007: 147-148).
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
23
Jadi, seorang guru harus menyukai mata pelajaran yang ia sampaikan.
Melalui rasa suka dan kecintaannya kepada pelajaran tersebut maka guru akan lebih
mudah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswanya. Apabila guru tidak suka
dengan mata pelajaran yang disampaikan kepada muridnya, maka ia tidak akan
mampu menyampaikan materi pelajaran dengan hati yang tenang. Jika guru
menyukai pelajaran yang diberikan maka akan mendatangkan kebahagiaan.
10. Berpengetahuan Luas
Guru haruslah seorang yang mempunyai perhatian intelektual yang luas dan
yang tidak kunjung padam. Para guru hendaknya dapat melihat lebih banyak lagi,
memikirkan lebih banyak lagi, dan mengerti lebih banyak daripada orang-orang lain
di dalam masyarakat tempat ia hidup. Pendeknya, ia harus mengetahui lebih banyak
tentang dunia ini (Purwanto, 2007: 148).
Darmadi (2010: 54), berpendapat bahwa guru harus berwawasan luas.
Seorang guru dituntut agar mampu berpikir secara alternatif, berpandangan ke depan,
dan berwawasan luas agar diperoleh ketenangan dan aktivitas belajar mengajar
berlangsung dengan tertib, aman, menyenangkan, dan harmonis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus memilki pengetahuan yang
luas. Seorang guru harus senantiasa menambah pengetahuan dan wawasannya. Guru
juga harus mengetahui tentang segala sesuatu hal yang penting, terutama yang ada
hubungannya dengan tugasnya di dalam masyarakat.
KARAKTER PENDIDIK DALAM... INDRI MAWARSARI,PBSI FKIP, UMP 2017
top related