bab ii landasan teori a. asuransi syariahrepository.iainpekalongan.ac.id/1006/8/11.bab2.pdf ·...
Post on 01-Feb-2018
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Secara umum, asuransi berarti “jaminan”. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata “asuransi” dipadankan dengan kata
“pertanggungan”.25
Asuransi merupakan suatu kesepakatan bersama antara
anggota masyarakat untuk saling menjamin dan menanggung dengan cara
mengumpulkan uang dan membuat sebuah tabungan dana keuangan
bersama yang digunakan sebagai dana bantuan bagi seseorang yang
ditimpa kesusahan.26
Dalam definisi standar tentang asuransi dari undang-
undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian yang menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah
“Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan dan kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
25
Agus Edi Sumanto, dkk, Solusi Berasuransi Lebih Indah dengan Syariah, (Bandung,
PT.Karya Kita:2009), hlm.6 26
Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Asuransi Syariah, (Jakarta, Gaung Persada:2014).hlm1
26
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.27
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dalam asuransi
terdapat 4 unsur yang mesti ada.28
Pertama akad tabarru’ yang mendasari
terbentuknya perikatan antara dua belah pihak yang sekaligus terjadinya
hubungan keperdataan (muamalah). Kedua berupa sejumlah uang yang
sanggup dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung. Ketiga adanya
penggatian dari penanggung kepada tertanggung jika terjadi klaim atau
masa perjanjian selesai. Keempat, adanya suatu peristiwa yang tidak
tertentu yang adanya suatu risiko yang memungkinkan datang untuk tidak
ada risiko.
Tujuan asuransi pada dasarnya adalah mengalihkan resiko yang
ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan kepada orang
lain yang bersedia mengambil resiko itu dengan mengganti kerugian yang
dideritanya. Pihak yang bersedia menerima resiko itu disebut penanggung
(insurer).29
Dalam pengertian fiqih muamalah asuransi syariah adalah
saling memikul resiko diantara sesama muslim sehingga antara satu
dengan yang lainya menjadi penanggung atas resiko yang lainya.30
Asuransi syariah merupakan pengaturan pengelolaan resiko yang
memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang
melibatkan peserta dan operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan
27
Undang-undang No.2 Tahun 1992 pasal 1 tentang Usaha Perasuransian 28
H.A Djazuli & Yadi Janwari, Lemabaga- lembaga Perekonomian Umat Sebuah
Pengenalan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000) Cet ke-1, hlm. 119 29
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta, Sinar Grafika:2008),hlm.2 30
Ibid, hlm.4
27
di dalam Al-Qur’an (firman Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw). Konsep asuransi syariah tidak terlalu berbeda jauh
dengan konsep pengelolaan resiko konvensional yang dilakukan secara
mutual, seperti Mutual Insurance dan Protection Indemnity Club (P&I
Cub). Perbedaan yang mendasar pada asuransi syariah dan konvensional
adalah pada bagaimana resiko dikelola dan ditanggung, dan bagaimana
dana asuransi syariah dikelola.31
Ada beberapa ulama yang membolehkan asuransi (konvensional)
dengan alasan tertentu. Misalnya, Syaikh Abdul Rohman Isa (Guru Besar
Universitas Al-Azhar) yang dengan tegas menyatakan bahwa asuransi
merupakan praktik muamalah gaya baru yang belum dijumpai imam-imam
terdahulu, demikian pula para sahabat Nabi saw. Pekerjaan ini
menghasilkan kemaslahatan ekonomi yang banyak. Oleh karena itu
menyangkut kepentingan umum, asuransi halal menurut syara’ (hukum
agama).32
Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap
ta’awun yang telah diatur dengan sitem yang sangat rapih antara sejumlah
besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa jika
sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling
menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut, dengan sedikit pemberian
(derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian
31
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik Upaya Menghilangkan
Gharar Maisir Dan Riba, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm1 32
Agus Edi Sumanto, dkk Op.cit.. Hlm. 18
28
(derma) tersebut, mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami
oleh peserta yang tertimpa musibah.33
Pendirian perusahaan asuransi juga telah memberikan sumbangan
yang besar terhadap sektor ekonomi sebuah negara, selain dapat
memberikan bantuan keuangan kepada individu dan negara, perusahaan
juga memberikan keuntungan dari investasi diperusahaan yang bergerak
dalam pembangunan sektor-sektor penting negara yang dikelola oleh
swasta atau pemerintah. Oleh karena itu eksistensinya sangat diperlukan
bagi pembangunan.34
Muhamad Yusuf Musa (Guru besar Universitas Kairo) menyatakan
bahwa asuransi bagaimanapun bentuknya merupakan koperasi yang
menguntungkan masyarakat. Ia mengemukakan sepanjang bersih dari riba,
maka asuransi hukumnya boleh. Dengan pengertian apabila nasabah masih
hidup menurut jangka waktu yang ditentukan dalam polis, dia meminta
pembayaran kembali hanya sebesar premi yang pernah dibayarkan tanpa
ada tambahan. Namun apabila nasabah meninggal sebelum batas akhir
penyetoran premi, ahli warisnya berhak menerima nilai asuransi sesuai
dengan yang tercantum didalam polis, dan ini halal menurut hukum syara’.
Abdul Wahab Kholaf (Guru Besar Hukum Islam, Universitas kairo)
berpendapat bahwa Asuransi itu boleh sebab termasuk akad mudharabah.
33
Muhamad Syakir sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep Dan System
Operasional,(Jakarta:MUI,2006),hlm.29 34
Nurul Ichsan Hasan Loc.cit.
29
Ada beberapa ulama lain yang yang membolehkan asuransi, baik secara
mutlak maupun bersyarat.35
2. Dasar Hukum
Secara eksplisit tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur’an yang
menyebutkan istilah asuransi yang kita kenal sekarang ini, baik istilah “Al-
Ta’min” ataupun “Al-Takaful”. Akan tetapi dalam Al-Quran terdapat ayat
yang menjelaskan tentang konsep asuransi dan yang memiliki muatan
nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi.
Terdapat sejumlah ayat Allah dalam Al-quran yang menetukan
validitas kontrak asuransi yang terdiri dari elemen saling kerjasama, hal
tersebut merupakan janji yang meletakan kedua penanggung dana yang
ditanggung berdasarkan prinsip umum perjanjian. Kemudian juga terdiri
dari elemen peringanan musibah dan ketentuan keamanan materi dan
pertolongan untuk mereka yang menghadapai resiko dan bahaya tak
terduga untuk menjamin mereka hidup yang nyaman.36
Dasar hukum yang digunakan dalam asuransi syariah bersumber dari
hukum syariah, yaitu Al-Quran, As-Sunnah, ijma’, qiyas, maupun fatwa-
fatwa ulama atau lembaga-lembaga lain (seperti Fatwa Dewan Syariah
Nasional–MUI), dan sebagainya. Asuransi syriah tidak boleh menyimpang
dalam operasionalnya, terlebih apabila bertentangan dengan hukum
syariah. Namun asuransi syariah dalam operasionalnya tetap mengacu
pada hukum positif yang berlaku, selama tidak bertentangan dengan
35
Agus Edi Sumanto, dkk, Op.cit.. Hlm.19 36
Muhammad Syakir Syula,Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm.297
30
hukum syariah. Adapun beberapa ayat yang menjelaskan tentang asuransi
syariah, diantaranya;
a. Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2
…
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)
Ayat ini memuat perintah (amr) tolong menolong antar sesama
manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan
anggota (nasabah) perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya
agar digunakan sebagai dana sosial (tabarru’). Dana sosial ini
berbentuk rekening tabarru’ pada perusahaan asuransi dan difungsikan
untuk menolong salah satu anggota (nasabah) yang sedang mengalami
musibah.37
b. Hadits
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, menerangkan tentang ajaran
kepada sesama muslim untuk membantu muslim lainya dan
menyelesaikan kesulitanya sehingga Allah SWT memudahkan baginya
dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di hari yang sangat sulit
tersebut (hari kiamat). Serta janji Allah SWT untuk memberikan
balasan kebaikan sesuai dengan jenis kebaikan yang telah dikerjakan.
37
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspktif Hukum Islam, (Jakarta: PRENADA
MEDIA,2004), hlm. 105-106
31
عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال , عن أبي هريرة رضي هللا عنه
نيا يفس هللا عنه كربة من من نفس : عن مؤمن كر بة من كرب الد
كرب يوم النقيامة Artinya: “Dari Abu Hurairahu, dari Rasulullah Shallahu’alaihi
wasallam bersabda: siapa yang menyelesaikan kesulitan
seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia,
niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitanya dihari
kiamat”
Dalam Hadits tersebut tersirat adanya anjuran utuk saling
membantu antara sesama manusia dengan menghilangkan kesulitan
seseorang atau dengan mempermudah urusan duniawinya, niscaya
Allah Swt akan mempermudah segala urusan dunia dan urusan
akhiratnya. Dalam perusahaan asuransi, kandungan hadits di atas
terlihat dalam bentuk pembayaran dana sosial (tabarru’) dari anggota
(nasabah) perusahaan asuransi yang sejak awal mengikhlaskan dananya
untuk kepentingan sosial, yaitu untuk membantudan mempermudah
urusan saudaranya yang kebetulan mendapatkan musibah atau
bencana.38
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Selain Al-Quran dan Hadist dalam menjalankan usahanya,
perusahaan asuransi dan reasuransi syariah juga menggunakan pedoman
yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia yaitu berupa Fatwa DSN-MUI, diantaranya tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah. Disamping itu pemerintah telah
38
Ibid, hlm. 116-117
32
mengeluarkan perundang-undangan untuk mengatur pelaksanaan
system asuransi syariah di Indonesia, yaitu:
1. DSN-MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah.
2. DSN-MUI No.39/DSN-MUI/X/2002 tentang Asuransi Haji, Fatwa
No.51/DSN-MUI/III/2006 tentang Mudharabah, Musyarakah, pada
Asuransi Syariah, dan Fatwa No.53/DSN-MUI/III/2006 tentang
Tabarru’ pada Asuransi Syariah.
3. Undang-undang No.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang
hingga saat ini masih dalam bentuk Rancangan Undang-undang
(RUU).39
4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi.
5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan perusahaan Reasuransi.
6. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
39
Ibid,hlm36
33
3. Ciri-ciri Asuransi Syariah
Asuransi syariah memiliki ciri-ciri yang membedakan asyuransi
syariah dengan asuransi konvensional, diantaranya:40
a) Konsep
Konsep takafuli yang merupakan dasar dari asuransi syariah
ditegaskan dengan tiga prinsip dasar yaitu: saling bertanggung jawab,
saling bekerja sama serta saling membantu, dan saling melindungi.
b) Asal Usul41
Ad-diyah ‘ala al-aqilah merupakan istilah yang cukup masyhur
dalam kitab-kitab fiqih, yang dianggap oleh sebagian ulama sebagai
cikal bakal konsep asuransi syariah.
c) Sumber Hukum
Sumber hukum dari asyransi syariah adalah syariat islam,
sedangkan sumber hukum dalam syariat islam adalah Al-Quran,
Sunnah, Ijma’, Fatwa Sahabat, Qiyas, Istihsan, ‘urf Tradisi, Mashalih
Mursalah.
d) Bersih Dari MAGHRIB, (Maisir, Gharar, dan Riba)
Asuransi syariah telah terbebas dari hal-hal yang diharaman oleh
para ulama yaitu bebas dari maisir, gharar, dan riba. Hal ini dapat
dilihat dalam sistem operasional yang dilakukan, dimana dalam
mekanisme pengelolaan dananya dapat memisagkan antara rekening
40
Muhammad Syakir Syula Op.Cit, , hlm.293 41
Ibid,hlm.295-300
34
daa peserta dan rekening tabarru’ yang bertujuan untuk terhindar dari
pencampuran dana.
e) Dewan Pengawa Syariah
Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah
mengawasi jalanya operasional sehari-hari Lembaga Keuangan
Syariahagar sesuai dengan ketentuan ketentuan syariah
f) Akad (Perjanjian)42
Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tijarah
dan atau akad tabarru’. Akad tijarah yang dimaksudkan adalah semua
bentuk akad yang dimaksudkan untuk tujuan komersial. Sedangkan
akad tabarru’ adalah semua bentuk yang dilakukan dengan tujuan
kebaikan dan tolong menolong bukan semata untuk tujan komersial.
g) Sharing Of Risk
Sharing Of Risk atau saling menanggung resiko apabila terjadi
musibah maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung.
Dengan demikian tidak terjadi transfer resiko dari peserta ke
perusahaan.
h) Pengelolaan Dana
Dana yang dibayarkan peserta langsung dibagi dalam dua
rekening, yaitu rekening peserta dan rekening tabarru’. Kemudian
total dana diinvestasikan dan hasil investasi dibagi secara proporsional
42
Ibid, hlm.301-306
35
antara peserta dengan perusahaan (pengelola) berdasarkan skim bagi
hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
i) Investasi Dana
Asuransi syariah hanya menginvestasikan dananya kepada Bank-
Bank Syariah, BPRS, Obligasi Syariah, Pasar Modal Syariah, Leasing
Syariah, Pegadaian Syariah serta instrumen bisnis lainya dengan tetap
menggunakan akad-akad yang dibenarkan oleh syriat islam.
j) Kepemilikan Dana43
Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau
kontribusi merupakan milik peserta. Asuransi syariah hanya sebagai
pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut, kecuali tabarru’
dapat diambil kapan saja dan selama belum dikembalikan tidak
terkena bunga dan biaya apapun.
k) Unsur Premi
Unsur premi pada asuransi syariah terdiri dari unsur tabarru’ dan
tabungan (untuk asuransi jiwa), dan unsur tabrru’ saja (untuk asuransi
kerugian dan term insurance pada life).
l) Kontribusi Biaya
Todak ada pembebanan biaya yang dipotong dari iuran dana
peserta (premi). Karena pembebanan biaya pada premi tidak adil
terhadap peserta yang tidak mengetahui pembebanan tersebut yang
kadang-kadang harus menggunakan premi sampai tahun kedua.
43
Ibid, hlm.309-315
36
m) Sumber pembiayaan Klaim
Sumber pembiayaan klaim diperoleh dari rekening tabarru’ yaitu
rekening dana tolong menolong dari seluruh peserta yang sejak awal
sudah diakadkan oleh peserta dengan ikhlas.
n) Sistem Akutansi44
Sistem akutansi asuransi syariah menggunakan cash basis dengan
pertimbangan-pertimbangan syar’i.
o) Keuntugan (profit)
Keuntungan yang diperoleh asuransi syariah dari surplus
underwritg komisi reasuransi, komisi reasuransi, dan hasil investasi.
p) Misi dan Visi
Visi dan misi yang diemban dalam ekonomi syariah adalah misi
aqidah, ibadah, ightishodi ‘ekonomi’ dan misi keumatan (sosial).
4. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
Ada tujuh perbedaan mendasar antara asuransi syariah dengan
asuransi konvensional antara lain adalah:
a. Asuransi syari'ah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
betugas mengawasi produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi
dananya. Dewan Pengawas Syariah ini tidak ditemukan dalam asuransi
konvensional.
b. Akad yang dilaksanakan pada asuransi syari'ah berdasarkan tolong
menolong. Sedangkan asuransi konvensional berdasarkan jual beli
44
Ibid, hlm.316-321
37
c. Investasi dana pada asuransi syari'ah berdasarkan bagi hasil
(mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional memakai bunga
(riba) sebagai landasan perhitungan investasinya
d. Kepemilikan dana pada asuransi syari'ah merupakan hak peserta.
Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.
Pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah (premi)
menjadi milik perusahaan. Sehingga, perusahaan bebas menentukan
alokasi investasinya.
e. Dalam mekanismenya, asuransi syari'ah tidak mengenal dana hangus
seperti yang terdapat pada asuransi konvensional. Jika pada masa
kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin
mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka dana yang
dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana kecil yang
telah diniatkan untuk tabarru'.
f. Pembayaran klaim pada asuransi syari'ah diambil dari dana tabarru'
(dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan
bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong
menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada
asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening
dana perusahaan.
g. Pembagian keuntungan pada asuransi syari'ah dibagi antara perusahaan
dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah
38
ditentukan. Sedangkan pada asuransi konvensional seluruh keuntungan
menjadi hak milik 45
B. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah
Dalam manajemen keuangan kini asuransi menjadi sebuah pertimbangan
sebagai salah satu ikhtiar perencanaan keuangan sekaligus upaya
menghilangkan, menghindarkan, bahkan memperkecil resiko yang mungkin
terjadi pada kemudian hari. Tanpa bermaksud mendahului takdir, asuransi
dapatlah diniatkan sebagai ikhtiar untuk saling menolong diantara sesama
Muslim atau bahkan sesama manusia. Semua kepentigan dan kemanfaatan
bermakna jikalau menjadi komitmen untuk melaksanakannya sesuai dengan
syariah. Oleh karena itu, kita juga perlu tahu beberapa prinsip berasuransi
syariah seperti:46
1. Adanya Landasan Tauhid
Asuransi syariah dijalankan atas landasan tauhid dengan implementasi
hukum islam sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunah beserta Al-Hadist.
Oleh karena itu asuransi syariah dilaksanakan atas dasar ketaqwaan kepada
Allah SWT dengan menjalankan perintahnya serta menjauhi larangan Nya,
terutama dalam ikhtiar berbisnis.
Asuransi syariah termasuk Ijtihad para ulama yang tergolong dalam
fiqih klasik. Ijtihad dalam definisinya dapat disebutkan sebagai usaha
keras dan sungguh-sungguh yang dikerjakan oleh para mujtahid (ulama
45
Data dari Hijrah Agency Takaful Keluarga R.O Pekalongan, pada tanggal 4 November
2015 pukul 09.00 WIB 46
Agus Edi Sumanto, dkk, Op.cit,. Hlm.98
39
yang berijtihad) untuk mencapai suatu putusan syara’ (hukum islam) yang
digali bersumberkan Al-Quran dan Al-Hadist.
2. Adanya Keadilan
Asuransi syariah dijalankan berdasarkan akad-akad yang menjunjung
keadilan serta transparansi sehingga tidak merugikan salah satu pihak atau
menguntungkan salah satu pihak. Konsep ini tentu menenangkan pihak-
pihak yang bersepakat, terutama pihak yang memberi amanah.
3. Adanya Kasih Sayang
Asuransi syariah dijalankan atas dasar kasih saying antar sesama
manusia yang membutuhkan sehingga setiap peserta asuransi dan
pengelola dana asuransi sama-sama meniatkan dananya untuk tujuan
menolong (tabarru). Benefit utama dari konsep ini adalah balasan pahala
dan ridha dari Allah Swt atas harta yang diperoleh.
4. Bertolong-tolongan
Asuransi syariah menjadi peluang untuk mengembangkan sikap taling
menolong sehingga setiap peserta asuransi syariah telah meniatkan
sebagian dananya untuk kepentingan menolong sesamanya. Hal ini akan
semakin meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dan juga hubungan antar
sesama umat manusia.
5. Bersikap Jujur dan Terpercaya
Pengelola asuransi syariah dituntut untuk jujur dan bertanggung jawab
sehingga mendapatkan kepercayaan dari peserta asuransi syariah yang
mempercayakan dananya untuk dikelola, baik dalam investasi usaha
40
maupun sebagai dana untuk kepentingan tolong menolong. Dengan
demikian, akan berkembang praktik ekonomi yang sehat sekaligus
mengandung kekuatan jangka panjang.
6. Bersikap Ridho
Asuransi syariah mendorong keridhoan dari peserta asuransi dan
termasuk juga pengelola asuransi untuk sama-sama berikhtiar dijalan yang
benar. Dengan demikian, asuransi syariah menjadi jalan Riyadhah
(pelatihan) mengimplementasikan keridhaan dalam berbagai hal, terutama
dalam pengelolaan harta.47
7. Tanpa Sogok (Risywah)
Asuransi syariah menafikan unsur sogok menyogok dan
membersihkannya dan akad-akad yang dijamin secara syar’i. apapun
bentuknya berupa Fee, hadiah, Gratifikasi, semua yang tergolong
pemberian dengan maksud adanya pamrih dapat jatuh pada Risywah yang
diharamkan.48
8. Tanpa Curang (Tathfif)
Asuransi syariah dengan berbagai implementasi akad-akad sesuai
dengan syar’I menutup jalan perbuatan curang bagi pengelola asuransi
maupun peserta asuransi. Kecurangan semata-mata akan mengundang
murka Allah Swt an hal tersebut tidak berlaku kepada asuransi syariah
yang didasrkan prinsip-prinsip transparansi, kejujuran, dan keadilan bagi
semuanya.
47
Agus Edi Sumanto, dkk, Loc.cit 48
Ibid, hlm.99
41
9. Tanpa Gharar, Maysir, dan Riba
Asuransi syariah bersih dari unsur Gharar, maysir, dan Riba dengan
prinsip kehati-hatian (Wara’) dalam implementasinya. Kedua belah pihak
yang bersepakat dalam asuransi syariah mendasarkan akad nya dengan
mengeliminasi unsur penipuan/ketidakjelasan, perjudian, dan juga bunga
uang.
10. Maslahat
Asuransi syariah mengundang maslahat bagi peserta asuransi maupun
pengelola asuransi karena islam melarang ikhtiar ataupun segala sesuatu
yang tidak bermanfaat. Manusia yang paling baik menurun Nab
Muhammad Saw adalah manusia yang paling bermanfaat untuk manusia
lainya (Khairunas Anfa’uhum Lin Nas) semua pihak yang terlibat dalam
asuransi syariah berlomba-lomba memberi manfaat kepada orang lain.
11. Melayani
Asuransi syariah membuka peluang kepada kedua pihak yang
bersepakat untuk saling melayani sesuai dengan etiket muamalah dalam
Islam. Pengelola Asuransi beserta segenap karyawan nya dituntut
memberikan pelayanan terbaik kepada para peserta asuransi yang
mengamanahkan sebagaian danaya untuk dikelola.49
49
Ibid, hlm.100
42
C. Manfaat Asuransi Syariah (Manfaat Takafuli)
Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung,
antara lain:50
1. Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan
rasa aman dari resiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalo risiko
atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured)
berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan
berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan penanggung.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukan
nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh penanggung
polis secara periodik dengan memperhatikan secara cermat faktor-
faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk
mendapatkan nilai pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat
kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai
pertanggungan, semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar
oleh tertanggung. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk
memperoleh kredit.
3. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.
Premi yang dibayrakan setiap periode memiliki subtansi yang sama
dengan tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas
50
Nurul Ichsan Hasan, Op.cit, hlm.98-99
43
premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian kedua
belah pihak)
4. Alat pembayaran resiko
Resiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut
dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi
tertentu yang didasrkan atas premi pertanggungan.
5. Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakaukan oleh para investor dibebani dengan
resiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab
(pencurian, kecelakaan dan lain-lain)51
Sistem operasional asuransi syaraih (takaful) adalah saling bertanggung
jawab, bantu membantu dan saling melindungi antara pesertanya. Manfaat
yang diperoleh peserta asuransi tergolong menjadi 2 produk diantaranya:
1. Manfaat Takafuli Pada Produk Tabungan
Manfaat takaful yang akan diperoleh peserta takaful atau ahli
warisnya adalah sebagai berikut:
a. Jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian,
maka ahli warisnya akan memperoleh:
1) Dana rekening tabungan yang telah disetor
2) Bagian keuntungan atas hasil investasi mudharabah dari rekening
tabungan,
51
Ibid, hlm.98
44
3) Selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan
premi yang sudah dibayar.
b. Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka
peserta akan memperoleh:
1) Dana rekening tabungan yang telah disetor,
2) Bagian kentungan atas hasil investasi Mudharabah dari rekening
tabungan
2. Manfaat Takafuli pada Produk Non Saving
a. Bila peserta tidak ditakdirkan meninggal dunia dalam masa
perjanjian, maka ahli warisnya akan mendapatkan dana santunan
meninggal dari perusahaan, sesuai dengan jumlah yang
direncanakan peserta
b. Bila peserta hidup, sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan
mendapatkan bagian keuntungan atas rekening Tabarru’ yang
ditentukan oleh perusahaan dengan skema mudharabah.52
D. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
Sistem operasional asuransi syariah (Takaful) adalah saling
bertanggung jawab, bantu membantu dan saling melindungi antara sesama
pesertanya. Perusahaan asuransi syariah diberi kepercayaan atau amanah
oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan
52
M.Syakir Sula, Op.cit, hlm.176-180
45
yang halal dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah
sesuai isi akta perjanjian.
Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana
peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah (sistem bagi
hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai pemilik modal (shohibul
mal) dan perusahaan takaful berfungsi pemegang amanah (mudharib).
Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagai antara
peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan (nisbah) yang telah
disepakati.53
Secara umum mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) terbagi
menjadi dua sistem, yaitu:
a. Sistem pada Produk Saving (Ada Unsur Tabungan)/ Produk Unit Link
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara
teratur kepada perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung
pada keuangan peserta. Akan tetapi perusahaan menetapkan jumlah
minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkan
oleh peserta akan dipisah dalam dua rekening yang berbeda.
1). Rekening Tabungan Peserta, yaitu dana yang merupakan milik
peserta, yang dibayarkan bila:
(a) Perjanjian berakhir,
(b) Peserta mengundurkan diri
(c) Peserta meninggal dunia.
53
Ibid,hlm.177
46
2). Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah
diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan
saling menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila:
(a) peserta meninggal dunia
(b) perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)
Sistem inilah sebagai implementasi dari akad Takafuli dan akad
wakalah bil ujroh, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari
unsur gharar dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana ini
diinvestasikan sesuai dengan syariat islam. Setiap keuntungan dari
hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi akan dibagi
menurut prinsip al-mudharabah. Presentase pembagian mudharabah
dibuat dalam satu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja
sama antara perusahaan dan peserta.
b. Sistem Pada Produk Non Saving
Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dikurangi ujroh,
akan dimasukan kedalam rekening dalam rekening Tabarru’. Yaitu
kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuaran dan
kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, dan
dibayarkan bila:54
(1) Peserta meninggal dunia
(2) Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)
54
Ibid, hlm.178
47
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan
syariat Islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan
beban asuransi (klaim dan premi asuransi) oleh perusahaan 100%
akan dikembalikan kepada rekening tabarru’.
E. Asuransi Unit Link
Asuransi Unit Link disebut juga dengan nama Invesment Linked, Equality
Linked, dan juga Variable Life sebagai salah satu cara berinvestasi yang
efektif dimana nilai investasinya dikaitkan secara langsung dengan kinerja
investasi. Nilai investasinya dijabarkan melalui nilai unit yang dikaitkan
dalam polis asuransi jiwa, nilai unit tersebut merupakan total dari dana premi
peserta asuransi. Polis dalam asuransi merupakan seluruh perjanjian atau
persetujuan saling mengikatkan diri secara tertulis antara peserta asuransi
(tertanggung) dengan perusahaan (penanggung).55
Pengertian asuransi unit link secara umum adalah asuransi proteksi yang
dikaitkan dengan investasi. Asuransi unit link merupakan produk asuransi
modern yang bersifat ganda karena memberikan dua manfaat sekaligus yaitu
manfaat proteksi asuransi pada umumnya seperti asuransi jiwa, kesehatan,
dan lainnya sekaligus memiliki investasi dalam bentuk nilai tunai.
Asuransi Unit Link adalah bentuk pengembangan dari asuransi dwiguna,
yang memberikan proteksi jiwa dari individu dimana nilai tunai dalam polis
akan ditanamkan pada berbagai jenis instrumen investasi seperti saham, pasar
55
Wawancara dengan Ahmad Zaini selaku Takaful Agency Directur di PT. Takaful
Keluarga RO. Pekalongan, September 2015
48
uang obligasi. Sedangkan yang dinamakan polis asuransi jiwa unit link adalah
polis individu yang memberikan proteksi asuransi jiwa dimana setiap saat
nilainya bervariasi sesuai dengan nilai asset investasi tersebut.
Asuransi Unit Link merupakan gabungan dari asuransi serta investasi,
dimana unit link menawarkan perlindungan jiwa dan pilihan invetasi yang
beragam mulai dari saham, obligasi, ataupun reksa dana dari premi yang
dibayarkan oleh peserta. Produk Unit Link merupakan produk yang memberi
manfaat proteksi sekaligus investasi dengan proposi alokasi dana yang
sepenuhnya diserahkan kepada peserta asuransi.
Asuransi unit link dilakukan dengan mengumpulkan premi yang
dibayarkan oleh peserta asuransi yang kemudian dana tersebut dialokasikan
menjadi unit-unit kecil yang kemudian diberi nilai sesuai dengan portofolio
dimana unit-unit tersebut ditanamkan. Peserta asuransi dapat memilih
penanaman unit-ubit tersebut, sehingga resiko investasinya ditanggung
sepenuhnya oleh peserta asuransi. Sehingga dalam produk unit link ini
terdapat penanggung resiko, yaitu resiko proteksi tetap ditanggung
perusahaan dan resiko investasi yang ditanggung sepenuhnya oleh peserta
asurasni itu sendiri.
Produk Unit Link yang dikeluarkan oleh PT. Aasuransi Takaful Keluarga
terbagi menjadi 3 macam yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
diantaranya sebagai berikut:
49
1. Takafulink Salam
Yaitu produk investasi dan proteksi moderen bagi peserta sauransi
yang menginginkan hasil optimal dengan 4 jenis investasi campuran
melalui sistem pengelolaan syariah peserta asuransi juga dapat
menambahkan manfaat kesehatan tambahan jika diperlukan seperti,
proteksi 49 penyakit kritis, kecelakaan, cacat serta memperoleh kartu
rawat inap apabila nasabah atu peserta asuransi mengalami musibah atau
sakit.
2. Takafulink Salam Comunity
Takafulink Salam Comunity pada dasarnya hampir sama dengan
Takafulink Salam biasa namun dengan kontribusi (premi) lebih murah,
yakni mulai dari Rp. 150.000 per bulan. Karena dirancang khusus untuk
jumlah peserta minimal 10 orang, produk ini sangat cocok untuk
perusahaan, lembaga, organisasi (badan hukum atau tidak) mupun
komunitas
3. Takafulink Salam Cendekia
Yaitu progam asuransi pendidikan untuk perseorangan yang bertujuan
untuk menyediakan dana pendidikan untuk anak-anaknya sampai
pendidikan tingkat sarjana (perguruan tinggi tahun ke 5) dengan manfaat
proteksi atas resiko meninggal, cacat tetap total dan menderita sakit kritis
serta fasilitas Top Up (penambahan premi ditengah jalan).56
56
www.asuransitakaful.net diakses pada tanggal 9 oktober 2015
50
4. Takafulink Salam Baitullah
Takafulink Salam Baitullah atau sering disebut dengan takaful dana
haji yaitu produk yang diperuntukan bagi peserta yang menginginkan
perlindungangan jiwa dan merencanakan tersedianya dana untuk keperluan
biaya ibadah haji ketanah suci.57
F. Tabarru’
Tabarru’ berasal dari kata tabarru’a-yatabarru’u-tabarru’an, artinya
sumbangan, hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang memberi
sumbangan disebut mutabarri’ “dermawan”. Tabarru merupakan pemberian
sukarela seseorang kepada orang lain, tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan
berpindahnya kepemilikan harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi.58
Istilah tabarru’ kemudian dipakai sebagai salah satu prinsip dasar
asuransi secara Islam dan diamalkan secara luas dalam operasional
perusahaan takaful. Dalam kaitanya dengan asuransi takaful maka secara
istilah tabarru’ diartikan sebagai memberi sumbangan, dan memberi sesuatu
secara suka rela.59
Asuransi Syariah menggunakan sistem Risk-Sharing Based dimana antara
sesama peserta berderma atau bertabarru’ untuk saling tolong-menolong
apabila terdapat salah satu peserta atau lebih tertimpa musibah. Peserta
57
Ibid, wawancara 58
Syakir Syula, Op.cit, hlm.35 59
Nurul Ichsan Hasan, Op.cit, hlm.71
51
asuransi bertabarru’ kepada peserta lain dan bukan kepada perusahaan
asuransi syariah.60
Jumhur Ulama mendefnisikan Tabarru dengan “Akad yang
mengakibatkan kepemilikan harta, tanpa ganti rugi yang dilakukan seseorang
dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela”.
Niat Tabarru’ “Dana kebajikan’dalam akad asuransi asuransi syariah
adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara’ dalam melepaskan diri
dari praktik gharar yang diharamkan oleh Allah Swt.. dalam Al-Quran, kata
Tabarru’ tidak ditemukan. Akan tetapi, Tabarru’ dalam arti dana kebajikan
dari kata Al-Birr “kebajikan” dapat ditemukan dalam Al-Quran,
“Bukanlah menghadapkan Wajahmu ke rah timur dan barat itu suatu
kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah Swt, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang
yang meminta-minta, serta (memerdekakan) hamba sahaya” (al-
Baqarah:177)
60
Wawancara dengan Ahmad Zaini, selaku Agency Manager di PT.Asuransi Takaful
Keluarga RO Pekalongan, Februari 2016
52
Dalam kontek akad asuransi syariah, Tabarru’ bermaksud memberikan
dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara
sesame peserta takaful (asuransi syariah) apabila ada diantaranya yang
mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan diambil dari rekening dana
Tabarru’ yang sudah diniatkan oleh semua peserta ketika akan menjadi
peserta asuransi syariah untuk kepentingan dana kebajikan atau dana tolong –
menolong. Karena itu dalam akad Tabarru’ pihak yang memberi dengan
ikhlas memberikan sesuatu tanpa adanya keinginan untuk menerima apapun
dari orang yang menerima kecuaili kebaikan dari Allah Swt.
Husain Hamid menggambarkan “akad-akad Tabarru’”sebagai cara yang
disyariatkan Islam untuk mewujudkan Ta’awun dan Tadhamun. Dalam akad
Tabarru’ orang yang menolong dan berderma (muthabarri’) tidak berniat
mencari keuntungan dan tidak menuntut “pengganti” sebagai imblan dari apa
yang telah ia berikan. Karena itulah akad-akad Tabarru’ ini dibolehkan.
Hukumnya dibolehkan karena jika barang/sesuatu yang di-Tabarru’-kan
hilang atau rusak ditangan orang yang diberi derma tersebut (dengan sebab
Gharar atau jahalah atau sebab lainya), maka tidak akan merugikan dirinya.
Karena orang yang menerima pemberian/derma tersebut tidak memberikan
pengganti sebagai imbalan derma yang diterimanya.61
Mohd.Fadzil Yusof, COE Syarikat Takaful Malaysia SDN BHD
menjelaskan manfaat dan batasan menggunakan dana Tabarru’, “secara
umum Tabarru’ mempunyai pengertian yang luas. Dana Tabarru’ boleh
61
Ibid, hlm.36-37
53
digunakan untuk membantu siapa saja yang mendapat musibah. Tetapi dalam
bisnis takaful, karena melalui akad khusus, maka kemanfaatnya hanya
terbatas pada peserta takafu saja. Dengan kata lain kumpulan dana Tabarru’
hanya dapat digunakan untuk kepentingan para peserta takaful saja yang
mendapat musibah. Sekiranya dana Tabarru’ tersebut digunakan untuk
kepentingan lain ini berarti melanggar syarat akad.62
G. Klaim Asuransi Syariah
Klaim merupakan aplikasi olegh peserta untuk memperoleh
pertanggungan atas kerugian yang tersedia berdasarkan perjanjian. Sedangkan
klaim adalah proses yang mana peserta dapat memperoleh hak-hak
berdasarkan perjajian tersebut.63
Proses penyelesaian klaim dalam asuransi syariah secara umum sama
dengan asuransi konvensional yang selalu merujuk pada polis asuransi terkait.
Profesionalisme disini menjadi tuntutan. Hal ini berkaitan dengan kecepaatan
dan ketepatan penyelesaian Klaim. 64
Dalam penentuan apakah harus membayar atau menolak suatu klaim,
perusahaan mengikuti prosedur penyelesaian yang pertama pemberitahuan
kerugian, kedua penyelidikan kerugian, ketiga bukti kerugian, dan keempat
pembayaran atau penolakan klaim tersebut.65
Ketika peserta tidak pernah
mengajukan klaim selama periode asuransi yang disepakati, baik dengan akad
62
Ibid, hlm.36-38 63
Muhamad Syakir Sula, Op.cit hlm. 259 64
Agus Edi Sumanto, dkk Op.cit.. Hlm.163 65
Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm.90
54
mudharabah maupun wakalah bil ujroh, peserta dimungkinkan mendapatkan
bagi hasil. Faktor pembayran klaim berkaitan dengan underwriting. Ketika
peserta mengajukan klaim yang melebihi undr dana tabarru’ nya hal ini akan
sangat berpengaruh dalam kontribusi (premi) yang didalamnya ada unsur
tabarru’ pada periode berikutnya.66
66
Agus Edi Sumanto, dkk Loc.cit..
top related