bab ii kajian teoritik a. kerangka teori 1. hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. bab 2.pdf ·...
Post on 17-Apr-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
16
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Kerangka Teori
1. Hakikat Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan nonformal atau biasa kita sebut pendidikan luar sekolah merupakan sub sistem dari pendidikan nasional yang tertera pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 sistem pendidikan nasional. Menurut pasal 26 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal menurut The South East Asian Ministery of Education Organization (SEAMEO) adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang didalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan diluar subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi, latihan, dan kebutuhan hidupnya.1
Adapun pengertian pendidkan nonformal menurut Combs dan Ahmad
dalam buku pendidikan nonformal dimensi dalam keaksaraan fungsional,
pelatihan dan andragogi yang dikarang oleh Saleh Marzuki yaitu :
“Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir diluar sistem sekolah formal, apakah dilaksanakan tersendiri ataukah merupakan bagian dari kegiatan yang lebih besar, yang dimaksud untuk melayani sasaran didik tertentu dan tujuan belajar tertentu.2
1 Djuju Sudjana, Pendidikan Nonformal (Bandung: Falah Production, 2004), Hlm. 46-47
2 Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan,
dan Andragogi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),Hlm.145
17
Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas maka pendidikan luar
sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang diselenggarakan diluar
pendidikan formal yang didalamnya terdapat interaksi belajar untuk
mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan berbagai
jenis usia berdasarkan kebutuhan hidupnya untuk memenuhi aktivitas
kehidupannya.
a. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah
Berkaitan dengan masalah yang mucul dalam pendidikan
formal maka pendidikan nonformal memiliki fungsi untuk membantu
sekolah dan masyarakat dalam upaya pemecahan masalahnya.
Fungsi dari pendidikan nonformal yaitu sebagai pelengkap, penambah,
dan pengganti pendidikan formal.
Pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan menekankan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian professional.
b. Satuan Pendidikan Luar Sekolah
Satuan pendidikan luar sekolah adalah wahana untuk
melakukan dan meaksanakan program-program pembelajaran dalam
usaha menciptakan suasana menunjang perkembangan peserta didik
dalam kaitan ini perluasan ilmu pengetahuan dan keterampilan serta
kesejahteraan keluarga.
18
Dengan mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 26 ayat (4), tercantum bahwa satuan pendidikan
nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis.
c. Peran Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Program Pelatihan
Salah satu kelompok program pendidikan luar sekolah seperti
ini bertujuan untuk memerbaiki keterampilan, kecakapan, dan kinerja
individu dalam kehidupan sehari-harinya. Peranan pendidikan luar
sekolah sebagai program pelatihan menjadi alternative solusi bagi
individu yang ingin meningkatkan kualitas hidupnya. Pelatihan tata rias
wajah di Wardah Bekasi ini bertujuan meningkatkan skill dan
mengembangkan minatnya dalam merias wajah. Sebagai bentuk
pelatihan yang berdasarkan kebutuhan warga belajar.
Tugas tenaga pendidikan luar sekolah dalam program pelatihan
sebagai berikut.3
1) Melakukan pengkajian atau analisa kebutuhan belajar
2) Merencanakan program pembelajaran
3) Mengorganisasikan pelatihan
4) Menyiapkan pelatih
5) Menentukan target klien
6) Melaksanakan pelatihan
3 Saleh Marzuki, Op.Cit,. Hlm. 219
19
7) Menilai
8) Mempersiapkan program pendampingan pasca latihan.
2. Hakikat Pelatihan
Pelatihan merupakan istilah kata yang memiliki arti tertentu sesuai
dengan pengalaman dan latar belakangnya. Banyak pengertian pelatihan
yang dikemukakan oleh para ahli salah satunya Robinson
mengemukakan pelatihan adalah pengajaran atau pemberian
pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku
(pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan.4
Dalam Dictionary of Education, pelatihan (training) diartikan sebagai
suatu pengajaran tertentu yang tujuannya telah ditentukan secara jelas,
biasanya dapat diragakan, yang menghendaki peserta dan penilaian
terhadap perbaikan untuk kerja peserta didik.
Simamora (1995) mengartikan pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu.5
Berdasarkan pengertian pelatihan diatas dapat disimpulkan bahwa
pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan
pengalaman baik itu individu atau kelompok untuk meningkatkan
4 Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan,
dan Andragogi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Hlm.174 5 Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, Model Pendidikan dan Pelatihan, (Bandung: Alfabeta, 2012).
Hlm. 4
20
pengetahuan, skill dan sikap. Pelatihan di Wardah Kota Bekasi ini salah
satunya memberikan pengetahuan dan kemampuan baru kepada warga
belajar mengenai tata rias wajah.
a. Tujuan pelatihan
Pelatihan jenis apapun tertuju pada dua sasaran, yaitu
partisipasi dan organisasi. Dengan pelatihan, diharapkan terjadi
perbaikan tingkah laku pada partisipan pelatihan yang sebenarnya
merupakan anggota organisasi dan, yang kedua, perbaikan organisasi
itu sendiri, agar menjadi lebih efektif. Pelatihan dibuat tentunya tidak
berdasarkan begitu saja namun ada tujuan yang ingin dicapai kepada
peserta pelatihan. Secara khusus pelatihan bertujuan untuk :
1) Mendidk, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki
keterampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program
organisasi dilapangan.
2) Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan
yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus untuk
meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri,
profesional, beretos kerja yang tinggi dan produktif.
3) Medidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat,
minat, nilai, dan pengalamannya masing-masing (individual).
4) Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi
yang tinggi dengan kebutuhan pembangunan.6
6 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu (Jakarta; PT Bumi Aksara, 2005), Hlm.13
21
Menurut Edwin B. Flippo, secara lebih rinci tampak bahwa
tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan seseorang.7
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tujuan pelatihan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pelatihan sebagai
mendidik dan melatih seseorang agar meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam dunia kerja. Pelatihan tata rias di Wardah juga
mendidik dan melatih warga belajar agar para perempuan bisa
memiliki kepercayaan diri pada penampilannya baik dalam dunia kerja
maupun dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Metode Pelatihan
Metode pelatihan merupakan cara atau teknik pembelajaran
peserta dalam menyajikan materi dalam pelatihan. Untuk mencapai
tujuan pelatihan maka salah satu faktor yang mempengaruhi
pencapaian pelatihan ialah pemilihan metode yang relevan.
Andrew E. Sikula (1981) mengemukakan metode pelatihan
adalah sebagai berikut : 8
1) Metode On The Job Training
7 Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, op. cit., Hlm. 10
8 Dr. A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Drs., M.Si. Psi, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001). Hlm. 52
22
Hampir 90% dari pengetahuan pekerjaan diperoleh melalui
metode on the job training. Prosedur metode ini informal, observasi
sederhana dan mudah serta praktis. Pegawai mempelajari
pekerjaannya dengan mengamati pekerja lain yang sedang bekerja,
dan kemudian mengobservasi perilakunya. Aspek-aspek lain dari on
the job training adalah lebih formal dalam format. Pegawai senior
memberikan contoh cara mengerjakan pekerjaan dan pegawai baru
memperhatikannya.
2) Metode Vestibule atau balai
Vestibule adalah suatu ruangan isolasi atau terpisah yang
disunakan untuk tempat pelatihan bagi pegawai baru yang akan
menduduki suatu pekerjaan. Metode ini merupakan metode
pelatihan yang sangat cocok untuk banyak peserta (pegawai baru)
yang dilatih dengan jenis pekerjaan yang sama dan dalam waktu
yang sama. Pelaksanaan metode ini biasanya dilakukan dalam
waktu beberapa hari sampai beberapa bulan dengan pengawasan
instruktur, misalnya pelatihan pekerjaan, pengetikan klerek, operator
mesin.
3) Metode Demonstrasi dan Contoh
Suatu demonstrasi menunjukkan dan merencanakan
bagaimana suatu pekerjaan atau bagaimana sesuatu itu dikerjakan.
Metode ini melibatkan penguraian dan memeragakan sesuatu
23
melalui contoh-contoh. Metode ini sangat mudah bagi manajer
dalam mengajarkan pegawai baru mengenai aktivitas nyata melalui
suatu tahap perencanaan dari “Bagaimana dan apa sebab” pegawai
mengerjakan pekerjaan yang ia kerjakan.
Metode ini sangat efektif, karena lebih mudah menunjukkan
kepada peserta cara mengerjakan suatu tugas, karena
dikombinasikan dengan alat bantu belajar seperti : gambar-gambar,
teks materi, ceramah, diskusi.
4) Metode Simulasi
Metode ini merupakan suatu situasi atau peristiwa
menciptakan bentuk realitas atau imitasi dari realitas. Simulasi ini
merupakan pelengkap sebagai teknik duplikat yang mendekati
kondisi nyata pada pekerjaan. Metode simulasi yang popular adalah
permainan bisnis (bussiness games)
Metode ini merupakan metode pelatihan yang sangat mahal,
tetapi sangat bermanfaat dan diperlukan dalam pelatihan.
5) Metode Apprenticeship
Metode ini adalah suatu cara mengembangkan keterampilan
(skill) pengrajin atau pertukangan. Metode ini tidak mempunyai
standar format. Pegawai peserta mendapatkan bimbingan umum
dan dapat langsung mengerjakan pekerjaannya.
24
6) Metode Ruang Kelas
Metode ini merupakan metode training yang dilakukan di
dalam kelas walaupun dapat dilakukan di area pekerjaan. Metode
ruang kelas adalah kuliah, konferensi, studi kasus, bermain peran
dan pengajaran berprogram (programmed instruction).
Dalam pelatihan tata rias wajah di Wardah Bekasi
menggunakan metode pelatihan demonstrasi dan contoh, karena
dikombinasikan dengan alat bantu belajar seperti : gambar-gambar,
teks materi, ceramah, diskusi. Dalam pelatihan tata rias wajah,
diskusi antara tutor dengan warga belajar berlangsung secara aktif
dengan membahas materi mengenai tata rias wajah.
c. Langkah-langkah Pelatihan
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pelatihan yaitu
langkah-langkah pelatihan, hal tersebut merupakan salah satu yang
mensukseskan program pelatihan berjalan sesuai rencana. Program
pelatihan terdiri dari lima langkah yaitu :
1) Analisis kebutuhan, mengetahui keterampilan kerja yang spesifik
yang dibutuhkan, menganalisis keterampilan dan kebutuhan calon
25
peserta pelatihan, dan mengembangkan pengetahuan khusus yang
terukur serta tujuan prestasi.
2) Merencanakan instruksi, untuk memutuskan, menyusun, dan
menghasilkan isi program pelatihan, termasuk buku kerja, latihan,
dan aktivitas.
3) Langkah validitas, dimana orang-orang yang terlibat membuat
sebuah program pelatihan kerja dengan menyajikannya kepada
beberapa peserta yang dapat diwakili.
4) Menerapkan program, melatih peserta yang ditargetkan.
5) Evaluasi dan tindak lanjut, dimana pengelola atau penyelenggara
menilai keberhasilan atau kegagalan program pelatihan.9
Program pelatihan tata rias wajah di Wardah Bekasi diadakan
karena mengikuti trend makeup setiap bulan atau tahunnya melalui
beberapa langkah atau tahapan. Mulai dari tahap identifikasi
kebutuhan masyarakat, merumuskan prioritas program, merencanakan
program, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi. Tahapan-tahapan
tersebut dilaksanakan agar tujuan dari pelatihan relevan dengan apa
yang sudah direncanakan.
3. Hakikat Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu atau hal aktivitas, tanpa adanya yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
9 Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia (PT. Mancanan Jaya Cemerlang, 2008),
Hlm.281
26
dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat.10
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008) “minat adalah
kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan
memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.” 11
Menurut Bimo Walgito menyatakan bahwa minat yaitu “Suatu
keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan
disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun
membutuhkan lebih lanjut”12
Berdasarkan menurut beberapa ahli diatas maka bisa disimpulkan
mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah
membantu warga belajar melihat bagaimana hubungan antara materi
pengetahuan yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri
sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada warga belajar
bagaimana hubungan antara pengetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, serta memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Bila warga belajar menyadari bahwa minat
10
Drs. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013). Hlm. 180 11
Syaiful Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hlm.132 12
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2001), hlm. 91
27
yang ia tekuni membawa pengaruh kemajuan pada dirinya, kemungkinan
besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.
a. Ciri-ciri Minat
Minat yang terjadi dalam diri individu dipengaruhi dua faktor
yang menentukan yaitu faktor keinginan dari dalam diri individu atau
keinginan dari luar diri individu. Minat dari dalam individu berupa
keinginan atau senang pada perbuatan atau aktivitas sesuatu yang
disukai. Minat dari luar individu berupa dorongan atau paksaan dari
luar individu untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Menurut Siti Rahayu Hadianto (1998), ada dua faktor yang
mempengaruhi minat seseorang, yaitu :13
1) Faktor dari dalam (intrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan
memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya.
Disini minat datang dari diri orang itu sendiri. Orang tersebut
senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu sendiri.
2) Faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan
dilakukan atas dasar dorongan atau pelaksanaan dari luar. Orang
melakukan kegiatan ini karena ia didorong atau dipaksa dari luar.
Berdasarkan menurut pengertian diatas mengenai dua faktor
yang mempengaruhi minat dapat disimpulkan bahwa, faktor dari dalam
(instrinstik) yaitu faktor dari dalam dirinya sendiri tanpa paksaan dari
13
Siti Rahayu Hadianto, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press,1998), Hlm.189
28
orang lain sedangkan faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu pengaruh minat
karena dorongan dari orang lain bukan dari dirinya sendiri.
b. Jenis-jenis Minat
Pengelompokkan jenis minat menurut Whiterington (1985)
adalah sebagai berikut :
1) Minat biologis atau minat primitive, yaitu minat yang timbul dari
kebutuhan-kebutuhan yang berkisar pada hal makan dan
kebebasan beraktivitas.
2) Minat sosial atau minat kultural, yaitu minat yang berasal dari
belajar yang lebih tinggi sifatnya, minat ini meliputi: kekayaan,
bahasa symbol, harga diri, atau prestise sosial, dan sebagainya.14
Dapat disimpulkan bahwa minat biologis adalah minat yang
berasal dari kebutuhan dan kebebasan beraktivitas pada diri sendiri,
sedangkan minat sosial berasal dari harga diri yang meliputi gaya
hidup seperti kekayaan atau prestise sosial (kehormatan).
c. Aspek-aspek dalam Minat
Aspek minat dibagi menjadi tiga aspek yaitu : aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotor yaitu sebagai berikut :
1) Aspek Kognitif
14
Whiterington, Psikologi Pendidikan (terjemahan Buchori), (Jakarta: CV Gramedia Cipta Jaya Offset,1985), Hlm.136
29
Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa
anak-anak mengenai hal yang menghubungkannya dengan minat.
Minat pada aspek kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal
yang diminati akan menguntungkan? Apakah akan mendatangkan
kepuasan? Ketika seseorang melakukan suatu aktivitas tersebut.
Sehingga seseorang yang memiliki minat terhadap suatu aktivitas
akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak manfaat dari suatu
aktivitas yang dilakukannya. Jumlah waktu yang dikelarkan pun
berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh dari suatu
aktivitas yang dilakukan sehingga suatu aktivitas tersebut akan
terus dilakukan.
2) Aspek Afektif
Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan
konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat yang
ditampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang diminatinya. Seperti
aspek kognitif, aspek afektif dikembangkan dari pengalaman
pribadi, sikap orang tua, guru, dan kelompok yang mendukung
aktivitas yang diminatinya dan akan memiliki waktu-waktu khusus
atau memiliki frekuensi yang tinggi untuk melakukan suatu aktivitas
yang diminatinya tersebut.
3) Aspek Psikomotor
30
Aspek psikomotor lebih pada mengorientasikan pada
proses tingkah laku atau pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari
nilai yang didapat melalui aspek kognitif dan diinternalisasikan
melalui aspek afektif sehingga mengorganisasikan dan diaplikasikan
dalam bentuk nyata melalui aspek psikomotor. Seseorang yang
memiliki minat tinggi terhadap suatu hal akan berusaha
mewujudkannya sebagai pengungkapkan ekspresi atau tindakan
nyata dari keinginannya.15
Berdasarkan teori mengenai aspek-aspek dalam minat ini
dapat disimpulkan bahwa minat yang ada dalam diri sendiri atau
orang lain mempunyai aspek yang berbeda-beda. Penjelasan aspek
kognitif lebih kepada rasa kepuasan yang ada pada warga belajar
karena mereka melakukan pelatihan tata rias wajah ini sangat
memberi banyak manfaat terutama dalam hal penampilan dan
lainnya. Penjelasan aspek afektif yaitu warga belajar yang mengikuti
pelatihan tata rias wajah di Wardah Bekasi ini lebih memiliki
pengalam pribadi atau dukungan oleh orang lain, dalam hal ini
warga belajar memiliki daya tarik tinggi dalam hal merias diri.
Penjelasan aspek psikomotorik yaitu warga belajar yang memiliki
minat terhadap tata rias wajah yang akan menerapkan ilmunya
tersebut dalam bentuk nyata seperti memberikan pengalaman
15
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), hlm.14
31
selama memperlajari materi tata rias wajahnya tersebut kepada
orang lain yang membutuhkan.
d. Kategori minat
Minat dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan sifatnya, yaitu :
1) Minat personal
Merupakan minat yang bersifat permanen dan relatif stabil
yang mengarah pada minat khusus. Minat personal merupakan
bentuk rasa senang ataupun tidak senang, tertarik tidak tertarik
pada suatu mata pelajaran tertentu. Minat ini biasanya tumbuh
dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari rangsangan
eksternal.
2) Minat Situasional
Merupakan minat yang bersifat tidak permanen dan relatif
berganti-ganti tergantung rangsangan eksternal. Rangsangan
tersebut misalnya berupa metode mengajar guru, penggunaan
sumber belajar dan media yang menarik, suasana kelas, serta
dorongan keluarga.
3) Minat Psikologikal
Merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya
interaksi antara minat personal dengan minat situasional yang terus-
32
menerus dan berkesinambungan. Dalam arti jika siswa memiliki
pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan
memiliki kesempatan untuk mendalaminya serta mempunyai
penilaian yang tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat psikiologikal.16
Maka disimpulkan bahwa minat memiliki kategori sifat yaitu :
1) minat personal yang diartikan sebagai minat yang tumbuh
dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar, 2) minat
situasional yaitu minat yang tumbuh karena dorongan dari luar
selain pada dirinya sendiri, dan 3) minat psikologikal yaitu minat
yang berkesinambungan karena memiliki kesempatan untuk
mendalaminya secara terus-menerus.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Menurut Slameto beberapa indikator minat belajar yaitu:
perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan
siswa. Dalam penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu: 17
1) Perasaan Senang
Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap
pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar.
16
Suhartini Dewi, Minat Siswa Terhadap Topik-Topik Pelajaran dan Beberapa Faktor yang MelatarBelakanginya(tesis), Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2001, hlm 23 17
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,2010), hlm.180
33
Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan
bosan, dan hadir saat pelajaran. Minat dari warga belajar tata rias
wajah di Wardah Bekasi ini salah satunya adalah faktor senang atau
rasa tertarik pada makeup. Menurut hasil wawancara yang telah
saya lakukan 85% mereka yang hobby ber-makeup tertarik
mengikuti pelatihan ini karena selain menambah ilmu tips dan trick
cara ber-makeup akan mendapat produk dari wardah setelah
mengikuti pelatihan tersebut.
2) Keterlibatan Siswa
Keterlibatan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang
tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan
kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif
bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru.
Berdasarkan dengan penjelasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa keterlibatan seseorang dilakukan karena orang
tersebut tertarik atau senang untuk melakukan suatu kegiatan yang
disukainya. Dalam pelatihan ini keterlibatan warga belajar antara
lain adalah kesadaran warga belajar untuk bertanya kepada tutor
mengenai materi merias wajah, partisipasi warga belajar saat
mengikuti pelatihan dan keterlibatan dengan tutor dalam pelatihan
ttaa rias wajah di Wardah Bekasi.
3) Ketertarikan
34
Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap
ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa
pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas
dari guru.
Dalam hal ini ketertarikan menjadi salah satu sebuah
kebiasaan yang dapat menumbuhkan rasa senang atau tertarik
terhadap sesuatu hal. Pelatihan tata rias wajah ketertarikan warga
belajar dapat di nilai dari keikutsertaan warga belajar dalam
mengikuti pelatihan tata rias wajah di Wardah Bekasi, kehadiran
warga belajar dan konsentrasi warga belajar saat pelatihan sedang
berlangsung.
4) Perhatian Siswa
Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama
dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan
konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan
mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek
tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek
tersebut. Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat
materi.
Dalam perhatian warga belajar pada pelatihan tata rias wajah
di Wardah Kota Bekasi ini dapat dinilai dari keterlibatan warga
35
belajar dalam pelatihan tata rias wajah dan kemauan warga belajar
saat mengikuti pelatihan tata rias wajah di Wardah Kota Bekasi.
f. Indikasi atau ciri-ciri warga belajar yang memiliki minat
Menurut Slameto siswa yang berminat dalam belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang diperlajari secara terus-menerus.
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3) Memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu
yang diminati.
4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minat daripada yang
lainnya. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas
kegiatan.18
Ciri-ciri yang terdapat dalam penjelasan diatas ialah ciri-ciri
yang harus dimiliki oleh warga belajar yang berminat dalam pelatihan
tata rias wajah di Wardah Kota Bekasi.
18
Ibid., hlm.180
36
4. Manfaat Merias
Tata rias wajah merupakan ilmu yang mempelajari tentang
keahlian seni merias wajah untuk menampilkan kecantikan diri sendiri
atau orang lain menggunakan kosmetika yang dapat menutupi atau
menyamarkan kekurangan yang ada pada wajah, serta dapat
menonjolkan kelebihan yang ada pada wajah sehingga tercapai
kecantikan yang sempurna.
Sedangkan fungsi dan tujuan dari tata rias wajah itu sendiri secara
umum adalah dapat merias wajah, baik untuk diri sendiri maupun orang
lain sesuai dengan karakter wajah dan kesempatan yang akan dihadiri.
a. Tujuan dari pembelajaran rias wajah
Tata rias wajah merupakan suatu seni yang bertujuan untuk
mempercantik wajah dengan menonjolkan bagian-bagian yang sudah
indah dan menyamarkan atau menutupi kekurangan pada wajah. Tata
rias juga bertujuan untuk menunjang rasa percaya diri seseorang. 19
Tujuan dari pembelajaran merias wajah antara lain :
1) Menerapkan prinsip utama merias wajah.
2) Menggunakan peralatan merias wajah secara tepat.
3) Menjelaskan fungsi dari kosmetika yang digunakan untuk merias.
19
Marta Tilaar, Tata Rias Korektif, (Jakarta: Grasindo, 1995), hlm. 29
37
4) Mengoreksi bentuk wajah menjadi lebih baik, sehingga kekurangan
yang ada pada wajah dapat dikamuflasekan menjadi lebih baik.
5) Dapat mempraktekkan rias wajah untuk kesempatan malam hari.
Lengkap dengan tindakan mengoreksi wajah di bagian yang
diperlukan20.
Kesimpulan dari tujuan tata rias adalah memperbaiki
penampilan pada diri sendiri untuk menunjang rasa percaya diri
seseorang baik dalam penampilan sehari-hari maupun dalam
penampilan formal.
b. Manfaat Merias Wajah
Manfaat merias wajah antara lain :
1) Memperbaiki pengetahuan dan keterampilan warga belajar.
Dalam hal ini pelatihan tata rias wajah membantu warga belajar
untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam merias diri
sehigga warga belajar dapat percaya diri dalam penampilannya.
2) Membantu dalam mendorong dan mencapai pengembangan dalam
kepercayaan diri.
Dalam hal ini penerapan lebih kepada metode penyajian dalam
pelatihan sudah sesuai atau tidak sesuai dengan jenis pelatihan
20
Fesyen Zee, https://fesyenzee.blogspot.com/2017/01/pengertian-tata-rias-dan-fungsi-tujuan.html, dikunjungi pada tanggal 31 Mei 2018 pada pukul 19.00
38
yang dibutuhkan warga belajar dalam pelatihan tata rias wajah
tersebut.
3) Meningkatkan pemberian pengakuan dan perasaan kepuasan
dalam pelatihan.
Warga belajar yang mengikuti pelatihan dapat memberi penilaian
terhadap pelatihan yang sudah mereka ikuti. Dalam hal ini warga
belajar yang mengikuti pelatihan tata rias wajah di Wardah dapat
menilai seberapa banyak manfaat dan dapat memberi saran
terhadap pelatihan yang sudah diikuti oleh mereka di Wardah Kota
Bekasi.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang minat pelatihan tata rias wajah telah dilakukan
oleh beberapa orang, diantaranya oleh Diah Ayu Alamita dari Universitas
Negeri Semarang tahun 2009 dengan judul “Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Menggunakan Tata Rias
Pengantin Muslim Modifikasi Di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten
Pekalongan”, menyatakan bahwa minat masyarakat dalam menggunakan
tata rias pengantin muslim modifikasi di Kecamatan Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari beberapa
indikator, diantaranya adalah perasaan senang terhadap objek,
39
pengetahuan individu terhadap objek, dan faktor kebutuhan.
Sedangkan faktor ekstrinsik juga terdiri dari beberapa indikator,
diantaranya adalah faktor lingkungan sosial, faktor status sosial ekonomi,
dan faktor culture. Persamaan dalam penelitian ini ialah, Diah sama-
sama mencari minat warga belajar dalam segi faktor intrinsik maupun
faktor ekstrinsik.
Penelitian lain yang disusun oleh Ika Nurjanah dari Universitas
Jember tahun 2016 dengan judul “Hubungan Antara Hasil Pelatihan Tata
Rias Pengantin Dengan Minat Berwirausaha Peserta Pelatihan Di
Lembaga Kursus Dan Pelatihan (LKP) Yuli, Kabupaten Jember”
menyatakan bahwa jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional
dengan pendekatan kuantitatif. Subyek penelitiannya adalah peserta
pelatihan yang berjumlah 20 orang. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan tekanik analis tata jenjang. Kesimpulan yang dapat peneliti
berikan yaitu ada hubungan antara hasil tata rias pengantin dengan minat
berwirausaha peserta Pelatihan di Lembaga Kursus dan Pelatihan “YULI”
kabupaten Jember bisa dikatakan kuat.21 Persamaan dalam penelitian ini
ialah, Ika sama-sama mencari minat warga belajar dalam pelatihan akan
tetapi yang dilihat oleh warga belajar disini difokuskan untuk hubungan
21
Ika Nurjanah, Hubungan Antara Hasil Pelatihan Tata Rias Pengantin Dengan Minat Berwirausaha Peserta Pelatihan Di Lembaga Kursus Dan Pelatihan (LKP) Yuli, Kabupaten Jember, (Jember: Univeristas Jember, 2016), hlm.iii
40
antara hasil pelatihan dengan minat berwirausaha bukan mencari faktor-
faktor minat yang mendukung pada warga belajar .
Penelitian lain yang disusun oleh Mita Fitriani dari Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2013 dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Brand Endorse Terhadap Minat Beli Produk Wardah Oleh
Mahasiswi Di Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan brand endorse terhadap minat beli produk Wardah
pada mahasiswi di Yogyakarta dan Untuk mengetahui faktor lain yang
ikut berperan dalam pengaruh penggunaan brand endorse terhadap
minat beli produk Wardah pada mahasiswi di Yogyakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
brand endorse terhadap minat beli. Hal tersebut ditunjukan dari hasil uji
hipotesis yang signifikan dengan tingkat kesalahan 5%. Semakin bagus
brand endorse yang digunakan dalam sebuah iklan produk maka akan
meningkatkan minat beli mahasiswa di Yogyakarta, begitu pula
sebaliknya. Variabel intervening yang meliputi indikator tingkat
pendapatan, harga, kualitas produk dan merek secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen minat beli konsumen. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa peranan variabel intervening adalah
memediasi secara parsial hubungan antara brand endorse terhadap
minat beli produk Wardah oleh mahasiswa di Yogyakarta. Artinya adanya
brand endorse dalam mempengaruhi minat beli mahasiswa di Yogyakarta
41
terhadap produk Wardah baik secara langsung maupun dengan
pertimbangan pendapatan, harga, kualitas dan merek. Tingkatan faktor
lain dalam hal ini variabel intervening dalam mempengaruhi brand
endorse pada minat beli adalah harga, merek, kualitas produk dan
pendapatan ekonomi konsumen. Persamaan dalam penelitian ini adalah
peneliti mencari faktor minat, perbedaannya peneliti dalam penelitian
minat pelatihan tata rias wajah lebih mencari faktor yang mempengaruhi
dirinya dalam mengikuti pelatihan sedangkan Mita lebih kepada minat
dalam produk Wardah.
Dari beberapa uraian mengenai hasil penelitian terdahulu, peneliti
menyimpulkan bahwa hasil penelitian terdahulu memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaannya yaitu sama-sama membahas tentang minat.
Adapun perbedaan dengan penelitian yang penulis teliti adalah pada
kaitan pembahasan fokus hasil dari minat warga belajar mengikuti
pelatihan tata rias wajah di Wardah Bekasi. Persamaan lain adalah
sama-sama menggunakan pendekatan kuantitaif, adapun perbedaannya
jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu korelasional dengan
pendekatan kuantitatif. Korelasi digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh antara minat dengan warga belajar. Pada penelitian
ini, pembahasan lebih difokuskan pada minat warga belajar yang
mengikuti pelatihan tersebut.
42
C. Kerangka Berpikir
Pelatihan tata rias wajah di Wardah Kota Bekasi menyediakan
tempat untuk warga belajar Kota Bekasi supaya dapat memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam tata rias wajah. Dalam penelitan ini
minat warga belajar yang mengikuti pelatihan tata rias wajah di Wardah
Bekasi tentunya berbeda-beda, berdasarkan hasil studi pendahuluan
sebagaimana yang diuraikan pada latar belakang masalah dan rumusan
masalah tersebut, serta memperhatikan teori dan konsep yang
mendukung, maka dapat diungkapkan kerangka berfikir sebagai berikut :
SKEMA Kerangka Berfikir
Sumber : Data Penelitian, 2018
Pada pelatihan tata rias wajah di Wardah Kota Bekasi, warga
belajar yang mengikuti pelatihan tersebut bisa dilihat dari faktor-faktor
yang mempengaruhi minatnya, yaitu :
1. Perasaan senang
Minat
Keinginan
Perasaan senang Ketertarikan Perhatian Keterlibatan
43
Dalam hal ini warga belajar yang mengikuti pelatihan tata rias wajah di
Wardah Kota Bekasi dapat dilihat dari antusias dan respon warga
belajar selama mengikuti pelatihan tersebut.
2. Perhatian
Warga belajar yang mengikuti pelatihan tata rias wajah dapat diketahui
dari seberapa besar keterlibatan warga belajar dalam pelatihan
tersebut dan kemauan warga belajar dalam mengikuti pelatihan tata
rias wajah di Wardah Kota Bekasi.
3. Ketertarikan
Dalam hal ini ketertarikan warga belajar dapat dilihat dari keikutsertaan
warga belajar dalam mengikuti pelatihan, kehadiran warga belajar dan
konsentrasi warga belajar yang mengikuti pelatihan tata rias wajah di
Wardah Kota Bekasi.
4. Keterlibatan
Keterlibatan warga belajar saat mengikuti pelatihan antara lain adalah
kesadaran warga belajar untuk bertanya, partisipasi warga belajar dan
keterlibatan dengan tutor pada saat pelatihan berlangsung.
5. Manfaat Merias
Dalam hal ini manfaat merias yang dapat diperoleh warga belajar
untuk memperbaiki pengetahuan dan keterampilan warga belajar
dalam merias wajah, membantu dalam mendorong dan mencapai
44
pengembangan dalam kepercayaan diri, dan meningkatkan pemberian
pengakuan dan perasaan kepuasaan dalam pelatihan.
top related