bab ii kajian teori a. deskripsi teori 1. evaluasi ...repository.ump.ac.id/3849/3/rizal lutfi bab...
Post on 19-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Evaluasi Pembelajaran
a. Evaluasi
Evaluasi menurut Cross (Sukardi, 2011 : 1) merupakan
proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat
tercapai. Evaluasi menurut Arifin (2011 : 2) merupakan salah satu
komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk
mengetahui keefektifan pembelajaran. Evaluasi menurut Arikunto
(2010 : 2) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunkan
untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah
keputusan.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui
keefektifan pembelajaran sehingga tujuan dapat tercapai. Evaluasi
dilakukan agar guru mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami materi. Selain itu, evaluasi dapat digunakan untuk
memperbaiki cara mengajar yang dilakukan untuk menyampaikan
sebuah materi.
Prinsip-prinsip evaluasi menurut Daryanto (2010 : 19) yaitu
keterpaduan, keterlibatan siswa, koherensi, pedagogis dan
7
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
8
akuntabilitas. Prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengetahui
keadaan siswa secara lengkap.
b. Penilaian
Kegiatan penilaian merupakan salah satu kegiatan yang harus
dijalankan oleh guru. Penilaian untuk mengambil sebuah keputusan.
Penilaian menurut Arifin (2011 : 4) adalah
“suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang
proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
tertentu.”
Menurut Yusuf (2015 : 14) asesmen (penilaian) dapat
diartikan sebagai
“suatu proses pengumpulan data dan/atau informasi secara
sistematis tentang suatu atribut, orang atau objek, baik berupa
data kualitatif maupun kuantitatif tentang jumlah, keadaan,
kemampuan atau kemajuan suatu atribut, objek atau
orang/individu yang dinilai, tanpa merujuk pada keputusan
nilai.”
Penilaian menurut Zainul (1997 : 7) adalah suatu proses untuk
mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan
instrumen tes maupun non-tes.
Beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
penilaian adalah proses yang berkesinambungan dan sistematis untuk
pengumpulan data atau informasi dalam mengambil suatu keputusan.
Keputusan-keputusan dibuat untuk menentukan keberhasilan siswa
setelah menerima sebuah materi. Guru harus menyadari bahwa
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
9
kemajuan belajar siswa merupakan salah satu indikator keberhasilan
dalam pembelajaran.
c. Pengukuran
Pengukuran menurut Arifin (2011 : 4) adalah suatu proses
atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu”
bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white
board dan sebagainya. Pengukuran menurut Yusuf (2015 : 10)
merupakan suatu prosedur penerapan angka atau simbol terhadap
atribut suau objek atau kegiatan maupun kejadian sesuai dengan
aturan-aturan tertentu. Pengukuran menurut Zainul (1997 : 5)
diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek
tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk memberikan
angka atau simbol menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Kegiatan pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur seperti tes
atau non tes. Alat ukur yang digunakan harus memiliki kriteria yang
baik.
d. Tes
1) Pengertian Tes
Tes menurut Arikunto (2012 : 67) adalah alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
10
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan. Tes menurut Yusuf (2015 : 93) adalah
“suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk
mengukur tingkah laku seseorang; atau suatu pengukuran
yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang,
sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan
bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori.”
Tes menurut Uno (2012 : 111) merupakan seperangkat
rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan
maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang menjadi
dasar bagi penetapan skor angka.
Beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
tes adalah prosedur yang spesifik dan sistematis yang diberikan
kepada seseorang digunakan untuk mengukur sesuatu. Tes
dibuat secara tersusun berurutan mulai dari tingkatan kategori
mudah sampai kategori yang sulit. Tes digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang
telah disampaikan oleh guru pada aspek kognitif.
2) Penggolongan Tes
Sudijono (2011 : 68-73) menjelaskan bahwa
penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur
perkembangan/kemajuan belajar peserta didik sebagai berikut:
a) Tes seleksi adalah tes yang dilaksanakan dalam rangka
penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan
untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling
baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes
b) Tes awal adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
11
pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para
peserta didik.
c) Tes akhir adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong
penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh
para peserta didik.
d) Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk
menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi
oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
e) Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik telah
terbentuk setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu.
f) Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan
setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai
diberikan.
Sudijono (2011 : 74) menjelaskan bahwa dari segi
banyaknya orang yang mengikuti tes dapat dibedakan menjadi
dua golongan yaitu
a) Tes individual yaitu tes di mana tester hanya berhadapan
dengan satu orang testee saja.
b) Tes kelompok yakni tes di mana tester berhadapan dengan
lebih dari satu orang testee.
Sudijono (2011 : 74) menjelaskan bahwa ditilik dari segi
waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, tes
dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a) Power test yakni tes di mana waktu yang disediakan buat
testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi
b) Speed test yakni tes di mana waktu yang disediakan buat
testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Sudijono (2011 : 75) menjelaskan bahwa ditinjau dari
segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawaban, tes dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
12
a) Tes tertulis yakni jenis tes di mana tester dalam mengajukan
butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis
dan testee memberikan jawaban juga tertulis
b) Tes lisan yakni tes dimana tester di dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan
dan testee memberikan jawabannya secara lisan juga.
Beberapa macam penggolongan tes di atas dapat
diketahui bahwa dilihat dari fungsinya ulangan harian termasuk
dalam tes formatif dan ulangan tengah semester (UTS) termasuk
dalam tes subsumatif. Dilihat dari segi banyaknya orang yang
mengikuti tes, ulangan harian dan ulangan tengah semester
(UTS) termasuk tes kelompok karena guru berhadapan dengan
beberapa siswa. Dilihat dari segi waktu yang disediakan ulangan
harian dan ulangan tengah semester (UTS) termasuk ke dalam
speed test karena ada batasan waktu dalam mengerjakan soal.
Dilihat dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawaban, ulangan harian dan ulangan tengah
semester (UTS) termasuk ke dalam tes tertulis.
3) Ciri-ciri Tes yang Baik
Menurut Arikunto (2012 : 72-77) sebuah tes dapat
dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi
persyaratan tes, yaitu memiliki:
a) Validitas. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat
tepat mengukur apa yang hendak diukur. Jika data yang
dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai
kenyataan, maka instrumen yang digunakan tersebut juga
valid.
b) Reliabilitas. Tes dapat dikatakan dipercaya jika memberikan
hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali.
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
13
c) Objektivitas. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas
apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor
subjektif yang memengaruhi.
d) Praktikabilitas. Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas
yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah
pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang
mudah pelaksanaannya, mudah pemeriksaannya dan
dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga
dapat diberikan/diawali oleh orang lain.
e) Ekonomis. Tes yang ekonomis ialah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal,
tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
Tes yang akan digunakan dalam mengukur kemampuan
siswa harus dapat memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Ada lima syarat yang harus dipenuhi yaitu validitas, reliabilitas,
objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis. Tes dikatakan baik
apabila syarat-syarat tersebut dapat terpenuhi.
4) Cara Membuat Soal Evaluasi Matematika yang Baik
Menurut Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 (Hamzah,
2014 : 91) cara membuat soal evaluasi matematika yang baik
yaitu:
a) Mengembangkan indikator pencapaian Kompetensi Dasar
dan memilih teknik penilaian yang sesuai.
b) Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai
dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih.
c) Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan dan bentuk lain
yang diperlukan.
Soal-soal yang akan dibuat dalam pembelajaran
matematika harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
Hal ini dilakukan agar soal yang diberikan kepada siswa dapat
mengukur kemampuan siswa.
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
14
2. Tes sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010 : 35) ada dua jenis tes yang digunakan
dalam penilaian hasil belajar yaitu: tes uraian dan tes objektif. Tes uraian
terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur. Tes
objektif terdiri dari bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan
berbagai variasinya, menjodohkan dan isian pendek atau melengkapi.
Pemilihan jenis tes yang akan digunakan merupakan tanggung jawab
guru sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Prinsip-prinsip dasar tes hasil belajar menurut Purwanto (2010 :
23-25) yaitu:
a. Mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai
dengan tujuan instruksional.
b. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan
pelajaran yang telah diajarkan.
c. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok
untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
d. Didesain dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang
diinginkan.dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah
diinterpretasikan dengan dibaik.
e. Digunakan untk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar
guru.
Prinsip-prinsip dasar tersebut digunakan untuk menyusun sebuah
tes hasil belajar siswa. Tes tersebut harus benar-benar dapa mengukur
kemampuan siswa setelah siswa mengerjakan suatu soal sehingga
tujuan pembelajaran dapat dilakukan.
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
15
3. Penilaian Berbasis Kelas
a. Pengertian
Menurut Arifin (2011 : 180) penilaian berbasis kelas dapat
diartikan sebagai
“suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data
dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk
menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik
terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.”
Kegiatan ini dilakukan secara berurutan dan terencana
sehingga hasil belajar siswa dapat diketahui. Setelah itu, menetapkan
keputusan keberhasilan siswa selama mengikuti pembelajaran.
b. Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas
Menurut Surapranata (2005 : 6-7) prinsip-prinsip penilaian
berbasis kelas yaitu:
1) Tujuan program pembelajaran setiap mata pelajaran yang harus
dicapai oleh peserta didik berdasarkan kompetensi yang
ditetapkan.
2) Standar keberhasilan yang harus dicapai oleh peserta didik
berdasarkan kriteria yang dijadikan rujukan.
3) Penilaian berbasis kelas sebagai penilaian internal yang
dilakukan oleh guru.
4) Model penilaian berbasis kelas menitik beratkan pada aspek
perbaikan mutu pengajaran bagi guru dan pembelajaran bagi
peserta didik.
5) Pemanfaatan hasil peniliaian berbasis kelas akan sangat beragam
dari satu penilai dengan penilai lain.
Ada beberapa prinsip penilaian berbasis kelas yang sudah
dijelaskan. Prinsip-prinsip ini digunakan untuk memahami proses
dari penilaian berbasis kelas itu sendiri.
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
16
c. Domain dan Alat Penilaian Berbasis Kelas
Menurut Arifin (2011 : 184-186) domain penilaian berbasis
kelas ada tiga yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Alat yang
digunakan untuk mengukur penguasaan kognitif yaitu tes lisan di
kelas, tes tertulis dan portofolio. Alat yang digunakan untuk
mengukur penguasaan psikomotor yaitu tes paper and pencil. Tes
identifikasi, tes simulasi dan tes petik kerja. Alat yang digunakan
untuk mengukur penguasaan afektif yaitu skala Likert, skala
Thurstone dan skala perbedaan semantik untuk mengetahui sikap
terhadap sesuatu..
d. Jenis-jenis Penilaian Berbasis Kelas
Menurut Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta dalam
Arifin (2011 : 190-191) jenis penilaian berbasis kelas ada tujuh yaitu
tes tertulis, tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian proyek,
penilaian produk, penilaian sikap dan penilaian portofolio. Jenis
penilaian yang akan diteliti adalah jenis tes tertulis pada kelas IV.
Tes ini terdiri dari ulangan harian dan ulangan tengah semester
(UTS).
4. Taksonomi Bloom Dua Dimensi
Taksonomi Anderson dan Krathwohl’s dalam Kuswana (2014 :
109) melibatkan dua dimensi, dengan enam proses kognitif dan empat
jenis pengetahuan. Taksonomi ini merevisi dari taksonomi Bloom yang
membagi taknsonomi ranah kognitif menjadi enam kelas yaitu
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
17
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Terdapat empat tipe pengetahuan umum menurut Kuswana (2014 : 114)
yaitu:
a. Pengetahuan faktual adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri
tampak lebih nyata dan operasional, serta bersifat penjelasan singkat
atau bersifat kebendaan yang diobservasi dengan mudah.
b. Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan yang lebih rumit dalam
bentuk pengetahuan yang tersusun sistematik.
c. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan
sesuatu.
d. Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai pengertian
umum dan pengetahuan tentang salah satu pengertian pokok.
Selanjutnya terdapat enam proses kognitif menurut Kuswana
(2014 : 115) yaitu:
a. Mengingat artinya mendapatkan kembali atau pengembalian
pengetahuan relevan yang tersimpan dari memori jangka panjang.
b. Memahami, mendeskripsikan susunan dalam artian pesan
pembelajaran, mencakup oral, tulisan dan komunikasi grafik.
c. Menerapkan, menggunakan prosedur dalam situasi yang diharapi.
d. Menganalisis, memecah materi menjadi bagian-bagian pokok dan
menggambarkan bagaimana bagian-bagian tersebut, dihubungkan
satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau
tujuan
e. Mengevaluasi atau menilai, melakukan evaluasi atau penilaian yang
didasarkan pada kriteria dan atau standar.
f. Menciptakan, menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama ke
dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil
yang baik.
Tingkatan ranah kognitif yang cocok di Sekolah Dasar menurut
Arikunto (2012 : 134) yaitu ingatan, pemahaman dan aplikasi. Tingkatan
analisis dan sintesis dapat dilakukan di jenjang yang lebih tinggi.
Soal-soal yang sesuai dengan ranah kognitif menurut Hamzah
(2014 : 121-122) adalah sebagai berikut:
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
18
a. Butir soal yang mengukur proses berpikir mengingat
Rumus apakah yang dapat menghitung luas persegi panjang?
Butir soal ini hanya meminta siswa untuk menyebutkan atau
mengungkapkan kembali rumus persegi panjang yang telah diajarkan
dalam materi bidang datar.
b. Butir soal yang mengukur proses berpikir pemahaman
Empat persegi panjang luasnya = p cm2 panjang = q cm dan lebar =
r cm. Jika panjang diubah 3q cm dan luas nilainya tetap p cm2 maka
lebar empat persegi panjang itu menjadi berapa?
Butir soal di atas, siswa dituntut untuk mengingat kembali rumus
persegi panjang tetapi mereka harus memahami rumus tersebut.
c. Butir soal yang mengukur proses berpikir penerapan
Sebidang tanah dengan panjang 50 meter dan lebar 24 meter. Berapa
luas tanah itu?
Soal itu dapat diselesaikan dengan menerapkan rumus ke dalam
situasi baru yang berbeda dengan kondisi konsep rumusnya.
5. Analisis Butir Soal
Daryanto (2010 : 179) analisis soal bertujuan untuk mengadakan
identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek..
Menururt Sudjana (2010 : 135) analisis butir soal atau analisis item
adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat
pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
analisis butir soal adalah suatu proses identifikasi untuk mengkaji
pertanyaan-pertanyaan tes agar memilki kualitas yang memadai. Analisis
butir soal dapat dilihat dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya beda.
a. Validitas
Menurut Arikunto (2012 : 85) sebuah tes dikatakan memiliki
validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memilki
kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Menurut
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
19
Arifin (2011 : 248-258) jenis-jenis validitas antara lain validitas
permukaan, validitas isi, validitas empiris, validitas konstruk dan
validitas faktor.
1) Validitas Permukaan. Validitas ini menggunakan kriteria yang
sangat sederhana, karena melihat dari sisi muka atau tampang
dari instrumen itu sendiri.
2) Validitas Isi. Validitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang telah
disampaikan dan perubahan-perubahan psikologis apa yang
timbul pada diri peserta didik tersebut setelah mengalami proses
pembelajaran tertentu.
3) Validitas Empiris. Validitas ini mencari hubungan antara skor tes
dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur
di luar tes yang akan diukur.
4) Validitas Konstruk. Validitas ini berkenaan dengan pertanyaan
hingga mana suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan
mengukur fungsi psikologis yang merupakan deskripsi perilaku
peserta didik yang akan diukur oleh tes tersebut.
5) Validitas Faktor. Kriterium yang digunakan dalam validitas
faktor ini dapat diketahui denagn menghitung homogenitas skor
tiap faktor dengan total skor dan antara skor dari faktor yang
satu dengan skor dari faktor yang lain.
Validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas
permukaan, validitas isi, validitas konsruk dan validitas empiris.
Validitas permukaan, validitas isi dan validitas konstruk untuk
analisis deskriptif sedangkan validitas empiris untuk analisis
kuantitatif. Berikut kriteria-kriteria dari validitas permukaan,
validitas isi dan validitas konstruk:
1) Validitas Isi
Menurut Zulaiha (2008 : 2) kriteria terhadap aspek isi materi butir
soal pilihan ganda mata pelajaran matematika yaitu:
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
20
a) Soal sesuai dengan indikator.
b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi
materi.
c) Setiap soal harus mempunyai saru jawaban yang benar atau
yang paling benar.
Menurut Surapranata (2005 : 89) kriteria terhadap aspek isi
materi butir soal isian singkat mata pelajaran matematika yaitu:
rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan
(kompetensi dasar dan indikator)
Menurut Zulaiha (2008 : 25) kriteria terhadap aspek isi
materi butir soal uraian mata pelajaran matematika yaitu:
a) Soal sesuai dengan indikator
b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang
lingkup) harus jelas.
c) Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang,
jenis sekolah atau tingkatan kelas.
2) Validitas Konstruksi
Menurut Zulaiha (2008 : 2) kriteria terhadap aspek
konstruksi butir soal pilihan ganda mata pelajaran matematika
yaitu:
a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
c) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban
benar.
d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat
negatif ganda.
e) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
f) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “Semua
pilihan jawaban di atas salah”, atau “Semua pilihan jawaban
di atas benar”.
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
21
g) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus
disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka
tersebut atau kronologisnya.
h) Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat
pada soal harus jelas dan berfungsi.
i) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.
Menurut Surapranata (2005 : 89-90) kriteria terhadap aspek
konstruksi butir soal isian singkat mata pelajaran matematika
yaitu:
a) Jawaban yang dituntut oleh butir yang berupa kata, frase,
angka, simbol, tahun, tempat dan sejenisnya harus singkat
dan pasti.
b) Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang dikutip
langsung dari suatu buku.
c) Hindari rumusan butir soal yang mengandung petunjuk
kepada kunci jawaban.
d) Apabila rumusan butir soal dalam bentuk kalimat yang
belum lengkap, bagian yang dikosongkan (perlu diisi siswa)
maksimum dua untuk satu kalimat soal.
Menurut Zulaiha (2008 : 26) kriteria terhadap aspek
konstruksi butir soal uraian mata pelajaran matematika yaitu:
a) Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan
kata-kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
terurai, seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan,
hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah.
b) Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis.
d) Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar,
grafik, peta atau yang sejenisnya, haris disajikan dengan
jelas dan berfungsi.
3) Validitas Permukaan
Menurut Zulaiha (2008 : 2-3) kriteria terhadap aspek
permukaan butir soal pilihan ganda mata pelajaran matematika
yaitu:
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
22
a) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia.
b) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika
soal akan digunkan untuk daerah lain atau nasional.
c) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
d) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang
bukan merupakan satu kesatuan pengertian.
Menurut Surapranata (2005 : 89) kriteria terhadap aspek
permukaan butir soal isian singkat mata pelajaran matematika
yaitu: rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang baik,
kalimat singkat dan jelas sehingga mudah dipahami.
Menurut Zulaiha (2008 : 26) kriteria terhadap aspek
permukaan butir soal uraian mata pelajaran matematika yaitu:
a) Rumusan soal menggunkan bahasa yang sederhana.
b) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan siswa.
c) Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
d) Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
e) Rumusan soal harus komunikatif.
f) Jangan menggunakan bahsa yang berlaku setempat, jika
soal akan digunkan untuk daerah lain atau nasional.
b. Reliabilitas
Arikunto (2012 : 100) mengartikan reliabilitas berhubungan
dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai
daya taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Menurut Sugiyono (183-187 : 2015)
pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal
maupun internal.
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
23
1) Metode External Consistency
a) Test-Retest. Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji
denga test retest dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen beberapa kali pada responden. Reliabilitas diukur
dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang
berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan
maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b) Ekuivalen. Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang
secara bahasa berbeda , tetapi maksudnya sama. Reliabilitas
instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data
instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan
ekuivalen.
c) Gabungan. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengancara
mencobakan dua instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali
ke responden yang sama.
2) Metode Internal Consistency
Reliabilitas secara internal dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen
dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas instrumen dapat
dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split
half), KR 20, KR 21 dan Anova Hoyt.
c. Tingkat Kesukaran
Menurut Sudjana (2010 : 135) asumsi yang digunakan untuk
memperoleh kualitas soal yang baik, disamping memenuhi validitas
dan reliabilitas adalah adanya keseimbangan tingkat kesulitan soal.
Indeks kesukaran digunakan untuk menunjukkan suatu butir soal
tergolong sukar, sedang atau mudah. Butir soal yang baik dalah butir
soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
d. Daya Beda
Menurut Sudjana (2010 : 141) analisis daya pembeda
bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan
siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong kurang.
Tes dikatakan mempunyai daya pembeda apabila tes diberikan
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
24
kepada anak mampu hasilnya tinggi dan apabila tes diberikan kepada
anak yang tergolong kurang maka hasilnya akan rendah.
Daya beda soal yang hasilnya negatif disebabkan karena
jumlah jawaban benar pada kelompok bawah lebih besar
dibandingkan dengan jawaban benar pada kelompok atas. Arikunto
(2012 : 232) hal ini menunjukkan bahwa untuk menjawab soal
dengan benar, dapat dilakukan dengan menebak.
B. Penelitian yang Relevan
1. Halimah Wahyuningrum (2014)
Penelitian ini berjudul “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Semester
Mata Pelajaran Bahasa Jawa Siswa Kelas V SD Negeri Kledung
Kradenan Banyuurip Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil
penelitian ini adalah taraf kesukaran butir soal dari keseluruhan butir soal
yang memenuhi persyaratan kelayakan sebesar 70% dari 35 butir soal,
daya pembeda yang memenuhi syarat sebesar 76% dengan jumlah 38
butir soal, butir soal yang memenuhi syarat kevalidatan sebesar 31,4%
dengan jumlah 11 butir soal, butir soal yang memenuhi kriteria validitas
isi dari soal esai dan uraian yang memiliki kesejajaran terhadap
kurikulum sebesar 86,7% dengan jumlah 13 butir soal, reliabilitas soal
pilihan ganda sebesar 1,0277, soal esai sebesar -0,14093 dan soal uraian
sebesar 0,416462. Keseluruhan soal UAS mata pelajaran Bahasa Jawa
yang memenuhi syarat tes yang baik sebesar 44% dengan jumlah 22 butir
soal. Butir soal yang memenuhi kesesuain kurikulum sebesar 80%.
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
25
2. Ni Luh Septiani Ari Pertiwi, Ni Wayan Arini dan I Wayan Widiana
(2016)
Penelitian ini berjudul “Analisis Tes Formatif Bahasa Indonesia
Kelas IV Ditinjau dari Taksonomi Bloom Revisi”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tes formatif bahasa Indonesia kelas IV sudah
menunjukkan penyebaran soal pada aspek kognitif dan pengetahuan
walaupun masih didominasi tingkat kognitif mengingat. Setelah
melakukan analisis butir soal diketahui kualitas soal termasuk masih
kurang baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala, baik dari siswa
maupun guru.
3. Mozaffer Rahim Hingorjo dan Farhan Jaleel (2012)
Penelitian ini berjudul “Analysis of One-Best MCQs: the
Difficulty Index, Discrimination Index and Distractor Efficiency”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa soal berjumlah 50 dan siswa
berjumlah 102. Dilihat dari indek kesukaran 16 % termasuk kategori
mudah, 78 % termasuk kategori sedang dan 6 % termasuk kategori sulit.
Dilihat dari indeks diskriminasi 62 % termasuk kategori sangat baik, 14%
termasuk kategori baik, 12% termasuk kategori cukup baik dan 12%
jelek. Dilihat dari analisis distraktor, alternatif B dan C hampir tidak ada
siswa yang memilihnya. Alternatif E dianggap jawaban yang benar oleh
banyak orang.
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
26
4. Yeshwanth Rao Karkal dan Ganesh Shenoy Kundapur (2016)
Penelitian ini berjudul “Item Analysis Of Multiple Choice
Questions Of Undergraduate Pharmacology Examinations In An
International Medical School In India”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sebanyak sembilan ujian (tujuh formatif, dua sumatif) yang terdiri
dari rata-rata 54,2. Total pertanyaan N = 488, digunakan untuk
menganalisis item. Rata-rata FV (indeks kesulitan) dan DI adalah 56,64%
dan 0,22.
Sebanyak 71,90 % dari item yang dianalisis termasuk kategori
baik berdasarkan FV dan 36,26% dari item yang dianalisis termasuk
kategori sangat baik berdasarkan DI. Kategori item yang tergolong jelek
adalah 22,95% berdasarkan FV dan 18,23% berdasarkan DI. Saat kedua
parameter itu dipertimbangkan bersama-sama, hanya 23% dari item
tersebut dalam kategori baik dan 17,11% dalam kategori jelek.
C. Kerangka Pikir
Penelitian dimulai dengan pengumpulan perangkat evaluasi
pembelajaran terdiri dari ulangan harian, ulangan tengan semester (UTS) dan
ulangan akhir semester (UAS). Kemudian butir soal dianalisis dengan dua
cara yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif sehingga didapatkan hasil
proses analisis butir soal yang telah dilakukan. Alur kerangka berpikir dapat
dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini :
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
27
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir
Pengumpulan perangkat evaluasi pembelajaran terdiri dari ulangan harian,
ulangan tengah semester (UTS) dan ulangan akhir semester (UAS)
Hasil analisis soal ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS) dan ulangan
akhir semester (UAS)
Analisis
Analisis deskriptif terdiri
dari:
1. Materi
2. Konstruksi
3. Bahasa
4. Jenjang ranah kognitif
Analisis kuantitatif terdiri
dari:
1. Validitas Butir Soal
2. Reliabilitas
3. Indeks Kesukaran Soal
4. Daya Pembeda
Analisis Perangkat Evaluasi..., Rizal Lutfi, FKIP UMP, 2017
top related