bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. a
Post on 16-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 9) menyatakan
bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran
yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari muatan-muatan
pelajaran ke dalam berbagai tema. Pembelajaran tematik merupakan
salah satu model pembelajaran terpadu yaitu suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok
aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna dan otentik (Rusman, 2012: 254).
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggabungkan
suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan
siswa akan belajar secara holistik, bermakna dan autentik (Majid, 2014 :
87). Sedangkan menurut Webb dkk, 2012: 1) pembelajaran tematik
merupakan kesatuan tema-tema yang memuat gagasan pengajaran dan
mengintegrasikan beberapa topik. Selain itu, Akbar (2010: 33)
pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan
tema-tema tertentu. Menurut Bernadi (2017: 92) pembelajaran tematik
merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa aspek antar
matapelajaran. Prastowo (2013:223) pembelajaran tematik merupakan
9
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi
dari berbagai matapelajaran kedalam suatu tema.
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran tematik menurut
para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pembelajaran
tematik yaitu pengintegrasian suatu materi dari beberapa mata pelajaran
menjadi suatu tema pembelajaran sehingga siswa akan belajar secara
holistik, bermakna dan autentik.
b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan
bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep materi yang
tergabung dalam tema serta menambah semangat belajar karena materi
yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan
bermakna yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa
(Kemendikbud, 2014:16). Tujuan pembelajaran tematik adalah:
(1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
(2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
(3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
(4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengaitkan berbagai pelajaran lain dengan pengalaman pribadi
siswa.
10
(5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam
situasi nayata seerti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus
mempelajari pelajaran yang lain.
(6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
(7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan
secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2
atau 3 pertemuan bahkan lebih atau pengayaan.
(8) Budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan
mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan
kondisi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan
siswa dalam memahami materi pelajaran dan mengembangkan berbagai
kemampuan siswa dalam tema tertentu.
c. Manfaat Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik telah dirancang sedemikian rupa
disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran di sekolah dasar sehingga
dapat diterapkan secara efektif dan efisien. Maka dari itu pembelajaran
tematik memiliki beberapa manfaat melalui penerapannya. Menurut
Daryanto (2014: 33) Manfaat dari pembelajaran tematik, yaitu:
11
(1) Banyak materi-materi yang tertuang dari beberapa mata pelajaran
mempunyai keterkaitan konsep, sehingga pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan utuh.
(2) Peserta didik mudah memusatkan perhatian karena beberapa mata
pelajaran dikemas dalam satu tema yang sama.
(3) Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi beberapa matapelajaran dalam tema yang
sama.
(4) Pembelajaran tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak
membuat hubungan beberapa mata pelajaran, sehingga mampu
memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirannya dan
kemungkinan berkembangnya jaringan konsep.
(5) Menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran dikemas dalam
suatu tema dan disajikan secara terpadu dalam lokasi pertemuan-
pertemuan yang direncanakan. Waktu yang lain dapat digunakan
untuk pemantapan, pengayaan, pembinaan, keterampilan dan
remedial.
Manfaat pembelajaran tematik sudah pasti memiliki dampak
positif pada objek maupun subjek pembelajaran. Dapat disimpulkan
bahwa manfaat dari pembelajaran tematik yaitu lebih praktis dalam
penerapannya, dimana guru menyampaikan materi secara terpadu tidak
dipisah-pisahkan sehingga lebih menghemat waktu dan mudah
memusatkan perhatian peserta didik terhadap pelajaran.
12
d. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,
pembelajaran tematik memiliki karakteristik (Majid, 2014 :89-90)
sebagai berikut:
(1) Berpusat pada siswa.
(2) Memberikan pengalaman langsung.
(3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
(4) Menyajikan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Karakteristik pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student
centered) artinya siswa lebih banyak berperan aktif dan menempatkan
dirinya sebagai objek belajar. Sedangkan guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Yaitu memberi kemudahan kepada siswanya dalam
melakukan aktivitas belajar.
Karakteristik pembelajaran tematik yang kedua yaitu memberi
pengalaman langsung. Artinya dalam pembelajaran tematik siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sehingga dapat digunakan
untuk memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Pemisahan mata
pelajaran tidak begitu jelas, artinya dalam pembelajaran tematik
menampilkan materi yang dikemas menjadi satu tema atau topik tertentu
dan berkaitan dengan kehidupan nyata siswa. Menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran. Artinya pembelajaran tematik menyajikan
konsep yang diambil dari berbagai mata pelajaran dengan tujuan siswa
mampu memahami konep tersebut secara utuh dan membantu siswa
dalam memecahkan masalah dalam kehidupan yang ada di sekitarnya.
13
Bersifat fleksibel, artinya pembelajaran tematik bersifat luwes
dimana guru dapat mengaitkan mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya. Bahkan mengaitkan dengan kehidupan nyata siswa.
Karakteristik pembelajaran tematik yang terakhir yaitu memiliki prinsip
belajar sambil bermain dan menyenangkan, artinya siswa dalam
pembelajaran tematik dapat belajar sekaligus bermain dengan cara yang
menyenangkan.
Sumber lain yang hampir serupa yaitu pendapat dari Trianto
(2012: 91) mengatakan bahwa pembelajaran tematik memiliki beberapa
karakteristik anatara lain: (1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat
relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah
dasar. (2) Kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. (3) Kegiatan belajar lebih
bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan
lebih lama. (4) Mengembangkan keterampilan berpikir siswa. (5)
Menyajikan kegiatan belajar bersifat pragmatis. (6) Mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik yaitu: (1) Kegitan
pembelajaran tematik sangat relevan dengan kebutuhan siswa.(2)
Berpusat pada siswa. (3) Pemisahan anatar mata pelajaran tidak begitu
jelas.(4) Kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berkesan.(5)
Bersifat pragmatis.(6) Fleksibel. (7) Mengembangkan keterampilan
sosial siswa.
14
e. Tahapan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki beberapa tahapan menurut
Kemendikbud (2014 : 17) sebagai berikut: (1) Memilih atau menetapkan
tema. (2) Melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat indikator. (3)
Membuat hubungan pemetaan anatara kompetensi dasar dan indikator
dengan tema. (4) Membuat jaringan kompetensi dasar. (5) Menyusun
silabus tematik. (6) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
tematik.
Dapat disimpulkan bahwa tahapan dalam pembelajaran tematik
yang harus dilakukan guru mengacu pada, SKL, KI, KD, dan pemetaan
indicator, menyusun silabus dan membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran.
f. Langkah Pembelajaran Tematik
Langkah perencanaan pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut
(Prabowo, 2013: 234):
a) Menetapkan Mata pelajaran
Karakteristik mata pelajaran merupakan bagian utama. Pada
matapelajaran dalam kegiatan awal ini. Secara teknis, langkah ini
sebaiknya dilakukan setelah membuat peta kompetensi dasar secara
menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah
dasar, dengan maksud supaya terjadi pemerataan ketematikan. Pada
saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan,
sebaiknya sudah disertai alasan atau rasional yang berkaitan dengan
pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
15
b) Menetapkan Kompetensi Dasar yang Sama dalam Setiap Mata
Pelajaran
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan
identifikasi kompetensi dasar pada jenjang kelas dan semester yang
sama dari setiap mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan
secara tematik, dengan menggunakan sebuah tema pemersatu.
Namun, sebelumnya harus ditetapkan terlebih dahulu aspek-aspek
dari setiap mata pelajaran yang dapat dipadukan.
c) Menetapkan Hasil Belajar dan Indikator pada Setiap Mata Pelajaran
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mempelajari
dan menetapkan hasil belajar dari setiap mata pelajaran, sehingga
dapat diketahui materi pokok yang bisa dibahas secara tematik.
d) Menetapkan Tema
Tahap berikutnya adalah menetapkan tema yang dapat
mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar setiap mata pelajaran
yang akan dipadukan pada jenjang kelas dan semester yang sama.
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan yang menjadi pokok
pembicaraan.
e) Memetakkan Keterhubungan Kompetensi Dasar dengan Tema
Pemersatu
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan
pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata
pelajaran yang akan diperlukan dengan tema pemersatu. Pemetaan
tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan atau matriks jaring topik
16
yang memperhatikan kaitan anatara tema pemersatu dengan
kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu, dalam
pemetaan ini juga akan tampak hubungan tema pemersatu dengan
hasil belajara yang harus dicapai siswa.
f) Menyusun Silabus Pembelajaran Tematik
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap
sebelumnya dijadikan dalam penyusunan silabus pembelajaran
tematik.
g) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disusun suatu rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik. penyusunan RPP
merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yag telah
ditemukan dalam silabus pembelajaran tematik. Penyusunan RPP
tematik diharapkan dapat tergambar proses penyajian secara utuh
dengan memuat berbagai konsep mata pelajaran yang disatukan dalam
tema. Di dalam RPP tematik siswa diajak belajar memahami konsep
kehidupan secara utuh. penulisan identitas tidak mengemukakan mata
pelajaran, melainkan langsung ditulis tema apa yang akan
dibelajarkan (Kemendikbud, 2014:18).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan pembelajaran tematik memerlukan langkah-langkah
pembelajaran sehingga dapat melaksanakan pembelajaran lebih mudah
dan tersusun sesuai dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
17
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan kegiatan
menerjemahkan kurikulum sekolah ke dalam kegiatan pembelajaran di
dalam kelas dalam melaksanakan tugas mengajar guru (Prastowo, 2015 :
34). Rencana pelajaran sehari-hari biasanya menguraikan isi yang
dibutuhkan, langkah-langkah dan kegiatan yang khusus, dan prosedur.
Perencanaan yang bagus melibatkan pengalokasian penggunaan waktu.
Pemilihan isi dan metode pengajaran yang tepat, menciptakan minat
peserta didik, dan membangun lingkungan pembelajaran yang produktif
(Prastowo, 2015 : 35).
Perencanaan adalah suatu cara yang merumuskan untuk membuat
kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah
guna memperkecil kesenjangan yang terjadi, sehingga kegiatan tersebuat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2015 : 35).
Dari ketiga pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
dibuat oleh guru sebelum pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran
yang akan diajarkan selanjutnya agar kegiatan pembelajaran dapat
berjalan dengan baik.
18
b. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP
Prinsip dalam mengembangkan RPP (Majid, 2014 : 261) sebagai
berikut:
(1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik, (2) mendorong
partisipasi aktif peserta didik, (3) mengembangkan budaya membaca
dan menulis, (4) memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP
memuat rancangan progam pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remidi, (5) keterkaitan dan keterpaduan antara SK,
KD, materi pembelajaran, kegiatan embelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar.
Berdasarkan prinsip pengembangan RPP, dapat disimpulkan
bahwa dalam pengembangan RPP ada keterkaitan anatar KI, KD,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar untuk membat peserta didik agar lebih aktif.
c. Komponen dan Langkah-langkah Pengembangan RPP
Komponen dan langkah-langkah pengembangan RPP (Majid, 2014 :
262) sebagai berikut:
(a) Mencatumkan identitas seperti sekolah, kelas, semester, SK,KD,
indikator, dan alokasi waktu, (b) mencatumkan tujuan pembelajaran
yang mengandung unsur Audience, Behavior, Condition, and Degree,
(c) mencatumkan materi pembelajaran, (d) mencatumkan
model/metode pembelajaran, (e) mencatumkan langkah-langkah
19
kegiatan pembelajaran, (f) mencatumkan media/alat/bahan/sumber
belajar
Dari beberapa komponen pengembangan RPP dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pengembangan RPP
mendukung dan menekankan indikator untuk membuat perencanan
pelaksanaan pembelajaran yang HOTS.
3. Higher Order Thinking Skills (HOTS)
a. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Higher Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir
peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan
dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran
seperti metode problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi
pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Saputra, 2016:91). Higher
order thinking skills ini meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan
berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan. Menurut King,
higher order thinking skills termasuk di dalamnya berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan kreatif. Sejalan dengan pengertian tersebut
Menurut (Widodo, 2013:162) dengan Higher Order Thinking peserta
didik akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen
dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi
penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks
menjadi lebih jelas.
20
Menurut (Kurniati, 2014:62) Higher Order Thinking Skills akan
terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan infromasi
yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan mengaitkannya dan/atau
menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai
suatu tujuan atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan
yang sulit dipecahkan. Tujuan utama dari Higher Order Thinking Skills
adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada
level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan
untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi,
berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan
pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-
situasi yang kompleks (Saputra, 2016:91-92).
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas bahwa Higher Order
Thinking Skills (HOTS) dalam pembelajaran menuntut kemampuan
berpikir peserta didik mencakup menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari sehingga mampu menyelesaikan suatu masalah apabila peserta didik
tersebut mampu menelaah suatu permasalahan dan mampu
menggunakan pengetahuannya ke dalam situasi baru peserta didik.
21
Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional C1-C6 Kurikulum 2013 Revisi 2017
Sumber: Anderson. 2017. Kata kerja operasional C1-C6 kurikulum 2013 Revisi 2017
B. Ranah kognitif HOTS (High Order Thinking Skills)
Tingkatan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Mulyasa, 2016 : 218) sebagai
berikut:
a. C4. Analyze (Menganalisis)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan
dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari
keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana
keterkaitan tersebut dapat menimbulkan masalah.
b. C5. Evaluate (Mengevaluasi)
Mengevaluasi meliputi mengecek dan mengkritisi. Mengecek
mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau
kegagalan suatu produk. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu
Lower Order Thinking Skills Higher Order Thinking Skills
Mengingat
(C1)
Memahami
(C2)
Menerapkan
(C3)
Menganalisis
(C4)
Mengevaluasi
(C5)
Menciptakan
(C6)
Menemukenali
Mengingat
kembali
Menyebutkan
Melafalkan
Menuliskan
Menyusun
daftar
Menggaris
bawahi
Menjodohkan
Memilih
Memberi
definisi
Menyatakan
Menjelaskan
Mengartikan
Menceritakan
Menampilkan
Memberi contoh
Merangkum
Menyimpulkan
Membandingkan
Mengklasifikasikan
Menunjukkan
Menguraikan
Membedakan
Memperkirakan
Meringkas
Membuktikan
Melaksanakan
Menggunakan
Mengonsepkan
Menentukan
Memproseskan
Mendemostrasikan
Menghitung
Menghubungkan
Melakukan
Membuktikan
Menghasilkan
Memperagakan
Melengkapi
Menyesuaikan
Menemukan
Mengorganisasikan
Mendiagnosis
Merinci
Menelaah
Mendeteksi
Mengaitkan
Memecahkan
Menguraikan
Memisahkan
Menyeleksi
Memilih
Membandingkan
Menguraikan
Membagi
Menganalisis
Memilah-milah
Mengecek
Mengkritik
Membuktikan
Mempertahankan
Memvalidasi
Mendukung
Memproyeksikan
Memperbandingkan
Menyimpulkan
Mengkritik
Menilai
Mengevaluasi
Menafsirkan
Memutuskan
Memberi saran
Merekomendasi
Membangun
Merencanakan
Memproduksi
Mengkombinasikan
Merancang
Merekonstruksi
Membuat
Menciptakan
Mengabstraksi
Mengkategorikan
Mengkobinasikan
Mengarang
Merancang
Menciptakan
Mendesain
Menyusun kal
Kembali
Merangkaikan
Menyimpulkan
22
produk berdasarkan pada kriteria. Mengkritisi berkaitan erat dengan
berpikir kritis.
c. C6. Create (Mencipta)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-
unsur secara bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang
mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan suatu produk baru
dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola
yang berbeda.
C. Aktivitas Peserta Didik dalam Pembelajaran HOTS
Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran HOTS (Sani, 2019 : 62)
sebagai berikut:
a. Aktif dalam berpikir, pembelajaran berbasis HOTS harus membuat
semua peserta didik aktif dalam berpikir. Peserta didik diberi
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga
menguasai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Guru tidak terlalu
banyak menjelaskan, namun lebih banyak memberikan peserta didik
kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang
dipelajarinya.
b. Memfokuskan masalah, pembelajaan yang membuat peserta didik harus
memformulasikan masalah merupakan pembelajaran berbasis HOTS.
Sangat penting bagi peserta didk untuk dapat merumuskan suatu
permasalahan dari kondisi yang diberikan. Perumusan masalah dapat
berupa tindakan mengubah sebuah masalah yang diberikan menjadi
23
masalah yang berbeda penyajiannya. Hal ini sering dilakukan ketika
berupaya menyelesaikan masalah agar memudahkan peserta didik
dalam memahami masalah.
c. Mengkaji permasalahan kompleks, permasalahan yang dikaji dalam
pembelajaran berbasis HOTS adalah permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan hanya dengan mengingat atau menerapkan strategi yang
telah umum diketahui. Penyelesaian permasalhan dalam kehidupan
sehari-hari membutuhkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis.
d. Berpikir divergen dan mengembangkan ide, pengembangan kreativitas
sangat membutuhkan kemampuan berpikir divergen. Melatih peserta
didik untuk berpikir divergen akan mengembangkan kemampuan dalam
mengajukan beberapa ide yang berbeda. Pengembangan ide-ide kreatif
sangat terkait dengan kemmapuan berpikir divergen.
e. Mencari informasi dari berbagai sumber, belajar dengan mencari
informasi dari berbagai sumber akan mengakomodasi perbedaan
karakteristik peserta didik dalam gaya belajar, kemampuan belajar,
kebutuhan, minat, keingintahuan, dan pengetahuan awal masing-masing
peserta didik. Jika sumber informasi diperoleh dari internet, maka
peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dalam menelusuri
informasi secara efektif. Peserta didik akan belajar mesintesis dan
mengevaluasi sinopsis dan menyusunya.
f. Berpikir kritis dan memecahkan masalah secara kreatif, aktivitas belajar
dengan melatih peserta didik untuk berpikir kritis akan berguna bagi
peserta ddik ketika mengevaluasi ide baru, memilih yang terbaik, dan
24
melakukan modifikasi yang diperlukan. Jika peserta didik mampu
berpikir secara kritis, maka peserta didik tidak akan mudah dipengaruhi
oleh berita negative karena dapat mencari kebenaran dan merefleksikan
nilai, serta membuat keputusan yang tepat.
g. Berpikir analitik, evaluative, dan membuat keputusan, aktivitas belajar
membuat keputusan dapat dicirikan ketika peserta didik diminta
memilih suatu cara diantantara beberapa cara alternative yang terdedia.
Guru yang melatih peserta didik untuk membuat keputusan secara
analitik, yakni dengan mempertimbangkan beberapa kelebihan dan
kelemahan dari masing-masing solui alternative yang akan dipilih.
4. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan penerapan pembelajaran, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup (Majid, 2014 : 264) sebagai berikut:
a. Kegiatan Pendahuluan
(1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
(2) Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari,
dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan
internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang
peserta didik;
(3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
25
(4) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
(5) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
(1) Menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
(2) Menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan lain yang
relevan dengan karakteristik materi dan mata pelajaran.
(3) Mengembangkan sikap melalui proses afeksi mulai dari menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan
(seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan
kompetensi yang mendorong peserta didik untuk melakukan
aktivitas tersebut).
(4) Mengembangkan pengetahuan melalui aktivitas mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga
mencipta.
(5) Mengembangkan keterampilan melalui kegiatan mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
26
(6) Seluruh isi materi mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan
harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses pengamatan
hingga penciptaan.
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
(1) Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat
langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah
berlangsung;
(2) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
(3) Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual maupun kelompok; dan
(4) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
Higher Order Thingking Skills (Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi (HOTS) perlu ditingkatkan oleh guru melalui pendekatan dan
model yang tepat yang dapat merangsang keterampilan berpikir peserta
didik dan beberapa model pembelajaran seperti pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning), pembelajaran inkuiri (inquiry based
learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan
pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) menjadi peluang
27
bagi guru untuk menerapkan kegiatan pembelajaran pada level HOTS
(Higher Order Thingking Skills).
Model pembelajaran berbasis masalah seperti discovery learning:
1. Memberi stimulus (simulation): guru memberikan stimulus berupa
masalah untuk diamati dan disimak peserta didik melalui kegiatan
2. Membaca, mengamati situasi atau melihat gambar, dan lain-lain.
3. Mengidentifikasi masalah (Problem Statement): peserta didik
menemukan permasalahan, mencari informasi terkait permasalahan,
dan merumuskan masalah.
4. Mengumpulkan data (data collecting): peserta didik mencari dan
mengupulkan data informasi yang dapat digunakan untuk
menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi (mencari atau
merumuskan berbagai alternative pemecahan masalah, terutama jika
satu alternative mengalami kegagalan)
5. Mengolah data (data processing): peserta didik mencoba dan
mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk
diaplikasikan pada kehidupan nyata (melatih keterampilan berpikir
logis dan aplikatif)
6. Memverifikasi (verification): peserta didik mengecek kebenaran
atau keabsahan hasil pengolahan data melalui berbagai kegiata, atau
mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta
mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan
28
7. Menyimpulkan (generalization): peserta didik digiring untuk
menggeneralisasikan hasil brupa kesimpulan pada suatu kejadian
atau permasalahan yang sedang dikaji.
5. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran penelitian ini adalah tema 5 “ Ekosistem “
subtema 3 “Keseimbangan Ekosistem” pada pembelajaran 1. Materi yang
terdapat pada tema 5 “Ekosistem“ subtema 3 “Keseimbangan Ekosistem.”
Ekosistem adalah susunan sistem yang terbentuk karena adanya interaksi
antara makhluk hidup dengan lingkungannya pada tempat tertentu.
Makhluk hidup tidak hanya hidup sendiri di bumi ini. Untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidu, diperlukan interaksi dengan sesame makhluk
hidup lain dan lingkungan. Dengan demikian tercipta hubungan saling
timbal balik, baik berupa hubungan salaing menguntungkan atau saling
merugikan. Semua kondisi dan perilaku tiap-tiap komponen dalam
ekosistem akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
Berdasarkan tema dan subtema yang dijelaskan diatas, berikut
merupakan capaian kompetensi dasar tema 5 “Ekosistem“ subtema 3
“Keseimbangan Ekosistem”
Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia
3.7 Menguraikan konsep-konsep yang saling berkaitan pada teks nonfiksi.
4.7 Menyajikan konsep-konsep yang saling berkaitan pada teks nonfiksi ke
dalam tulisan dengan bahasa sendiri.
29
Ipa
3.5 Menganalisis hubungan atau komponen ekosistem dan jaring-jaring
makanan di lingkungan sekitarku.
4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam suatu
ekosistem.
30
C. Kajian Penelitian yang Relevan
Kajian penelitian yang releven berdasarkan penelusuran hasil penelitian
yang ada ditemukan beberapa skripsi yang releven dengan penelitian ini, Berikut
hasil penelitian-penelitian terdahulu.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Yuniar (2015) dengan judul “Analisis
HOTS (Higher Order Thinking Skills) pada soal objektif tes dalam mata
pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) KELAS V SD Negeri 7 Ciamis”.
Metode penelitian yang dilakukan yaitu deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Peneliti berusaha mendeskripsikan pengembangan HOTS pada
objektif tes dalam mata pelajaran ips kelas V di SD Negeri 7 Ciamis. Hasil
penelitian yang sudah dilakukan yaitu dari 20 butir soal ditemukan 14 butir soal
memenuhi kriteria HOTS dan 6 butir soal tidak memenuhi kriteria HOTS.
2. Ahmad Awaluddin Noer (2019) dengan judul “Implementasi Pembelajaran
Matematika berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) di Madrasah
Ibtidaiyah Muslimat Nu Pucang Sidoarjo” yang bertujuan untuk memperoleh
data secara terperinci tentang bagaimana kemampuan siswa dalam menerapkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran matematika sesuai
dengan kompetensi. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif bahwa
keterampilan berpikir tingkat tinggi sangat menumbuhkan semangat dan
antusias siswa dalam belajar. Ini dapat dilihat dari hasil siswa mengerjakan 15
soal yang diberikan nilai siswa semua diatas 75.
3. Maria Agustina (2016) dengan judul "Analisis soal Tes Hasil Belajar High
Order Thinking Skills (HOTS) Matematika materi pecahan kelas 5 SD Metode
penelitian yang digunakan yaitu survei dengan Teknik pengumpulan data
31
berupa Teknik random sampling dengan mengumpulkan data mengenai
kemampuan berpikir kritis materi pecahan menggunakan tes pilihan ganda
dengan 4 pilihan jawaban.
Berdasarkan tiga penelitian yang relevan, peneliti ini memiliki beberapa
kekhasan antara lain penelitian dilakukan pada pembelajaran tematik kelas 5
meliputi perencanaan, dan pelaksanaan penerapan pembelajaran HOTS. Penelitian
ini menggunkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dimana
data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
32
D. Kerangka Pikir
GgG
Gambar 2.1 Kerangka pikir
Kondisi Ideal
1. Kurikulum 2013 sebagai
pelaksanaaan HOTS dalam
pembelajaran
2. Peserta didik dapat berpikir
tingkat tinggi dengan ranah
kognitif C4,C5,C6
3. Peserta didik dapat mandiri
dan guru sebagai fasilitator
Kondisi Lapangan
1. SDN Tunjungsekar 3
malang sudah
menerapkan HOTS 1
tahun lebih
2. Pelaksanaan penerapan
HOTS lebih menekankan
pada kelas V
Penerapan HOTS pada
Pembelajaran Tematik
Fokus Masalah:
1. Perencanaan Penerapan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada
Pembelajaran Tematik Tema 5 (ekosistem) Kelas V SDN
Tunjungsekar 03 Malang
2. Perencanaan Penerapan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada
Pembelajaran Tematik Tema 5 (ekosistem) Kelas V SDN
Tunjungsekar 03 Malang
Hasil penerapan Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada
pembelajaran Tematik tema 5 (Ekosistem) kelas V SDN Tunjungsekar
03 Malang
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif Kualitatif
2. Lokasi Penelitian : SDN Tunjungsekar 03 Malang
3. Subjek Penelitian : Kepala Sekolah dan Guru Kelas V
4. Instrumen Penelitian : Pedoaman Observasi, Pedoman
Wawancara, dan Dokumentasi
top related