bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/bab ii.pdf ·...
Post on 28-Feb-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Penelitian dan Pengembangan
Pengembangan merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2013: 164). Seperti halnya
yang dijelaskan Sanjaya (2013: 129) penelitian dan pengembangan (R & D)
adalah proses pengembangan dan validasi produk pendidikan. Setyosari (2013:
223) menyatakan pengembangan dapat berupa proses, produk, dan rancangan.
Pengertian penelitian pengembangan menurut Bord & Gall (dalam
Setyosari, 2013: 222) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan
dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-
langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini
terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan.
Menurut Seels & Richey dalam (Setyosari 2013 : 226) pengembangan merupakan
proses menerjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan dalam bentuk
fisik. Dengan kata lain pengembangan merupakan proses untuk menghasilkan
suatu produk bahan-bahan yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
Mengembangkan produk-produk berdasarkan temuan-temuan tersebut,
melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan
dipakai dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. Penelitian dan
13
pengembangan pendidikan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu model
pengembangan berbasis industri, yang temuan-temuannya dipakai untuk
mendesain produk dan produser, yang kemudian secara sistematis dilakukan uji
lapangan, dievaluasi, disempurnakan untuk memenuhi kriteria kemenarikan,
kualitas dan standartertentu.
Penelitian dan pengembangan merupakan rangkaian proses untuk merancang
produk pembelajaran untuk mengembangkan yang sudah ada menjadi suatu produk
baru yang bermanfaat dengan menyesuaikan kebutuhan siswa. Produk tersebut
divalidasi dan dilakukan ujicoba terlebih dahulu sehingga produk yang sedang
dikembangkan dinyatakan layak untuk digunakan dalam pembelajaran.
2.1.2 Pengembangan Media Pembelajaran
Pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan
dan memvalidasi produk pendidikan. Pengembangan dapat berupa proses, produkdan
rancangan. Pada penelitian ini, pengembangan yang dilakukan yaitu berupa sebuah
produk media pembelajaran.Untuk membuat sebuah produk pengembangan, diawali
dengan adanya sebuah kebutuhan tentang media pembelajaran.Dari adanya kebutuhan
tersebut, dapat membuat sebuah rancangan media yang cocok untuk dijadikan sebagai
alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar dapat berguna dengan baik, maka guru perlu menyusun rancangan media
sebelum memproduksi atau mengembangkan. Hal ini dilakukan agar media yang
dibuat benar-benar dapat mendukung kegiatan belajar mengajar dan sesuai dengan
karakteristik siswa.
14
Agar media pembelajaran yang dipilih sesuai dengan yang dibutuhkan pada
saat kegiatan pembelajaran, maka sebelum membuat media perlu memperhatikan
prinsip-prinsip media. Sanjaya (2010: 224) menyebutkan beberapa prinsip yang
harus diperhatikan dalam pemilihan media,diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas.
c. Pemulihan media harus didasarkan pada karakteristik siswa
d. Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa dan kemampuan
guru.
e. Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu
yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran
2.1.3 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Media Pembelajaran
Dalam melakukan penelitian pengembangan, ada beberapa langkah-
langkah yang harus dilakukan oleh peneliti ketika mengembangkan suatu produk.
Menurut Benny A. (2009: 128—132), ada satu model desain pembelajaran yang
lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis Design-Develop-
Implement- Evaluate). Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a. Analysis (analisa)
b. Design (desain / perancangan)
c. Development (pengembangan)
d. Implementation (implementasi/eksekusi)
e. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
15
2.2 Media Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata
―medium‖ yang secara harafiah memiliki arti perantara atau pengantar. Oleh
karenanya, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan (Arsyad, 2015: 3). Media juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
digunakan dalam mengirim pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan pembelajar sehingga mendorong terjadinya proses belajar
yang disengaja, bertujuan dan terkendali, Miarso (dalam Haryono, 2014: 48).
Menurut Edgar Dale (dalam Arsyad, 2011: 11) hasil belajar seseorang akan
diperoleh dari pengalaman langsung (tingkat konkret) menuju lambang verbal
(tingkat abstrak), yang dikenal dengan kerucut pengalaman, sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale (dalam Arsyad, 2011:11)
Perolehan pengetahuan siswa seperti yang digambarkan oleh kerucut
pengalaman Edgar Dale bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan
hanya disampaikan melalui kata verbal. Sesungguhnya pengalaman konkret dan
pengalaman abstrak dialami silih berganti, hasil belajar dari pengalaman langsung
akan mengubah dan memperluas jangkauan abstraksi seseorang, dan sebaliknya
16
kemampuan interpretasi lambang kata membantu seseorang untuk memahami
pengalaman yang ada di dalamnya ia terlibat langsung.
Heneich dan kawan-kawan dalam (Arsyad, 2013: 3) mengemukakan
istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan
penerima.Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut sebagai media
pembelajaran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Hamidjojo dalam Latuheru
(1993) dalam ( Arsyad: 2013 : 4) memberi batasan media sebagai semua bentuk
perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide,
gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan
itu sampai kepada penerima yang dituju.
Gagne dalam (Sadiman dkk, 2016: 6) menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
untuk belajar.Sedangkan menurut Briggs dalam (Sadiman dkk, 2016: 6)
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang siswa untuk belajar. Dari kedua pengertian media tersebut dapat
disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang
pikiran, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses beajar terjadi.
2.2.2 Macam-macam Media
Haryono (2014:51) menjelaskan berdasarkan rancangannya, media
pembelajaran yang dapat dimanfaatkan memiliki dua jenis yakni mulai dari yang
17
sederhana (langsung dapat dimanfaatkan yang ada di lingkungan) sampai dengan
yang kompleks atau canggih, sebagai berikut:
1. Media yang dirancang (by design), yakni media dan sumber belajar yang
secara khusus dirancang atau dikembangkan oleh guru sebagai komponen
sistem pembelajaran dengan tujuan kebutuhan pembelajaran.
2. Media yang dimanfaatkan (by utilization),yakni media dan sumber belajar
yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran,dan keberadaannya
dapat mudah ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran seperti buku yang mudah kita cari di pasaran.
Berdasarkan jenis yang diperlukan dan diperhatikan menurut Setyosari (dalam
Haryono, 2014: 52), klasifikasi media pembelajaran dilihat dari bentuk dan ciri-
ciri fisiknya dapat dikelompokkan yaitu: 1) media dua dimensi 2) media tiga
dimensi 3) media pandang diam dan 4) media pandang gerak.
Pengelompokkan media juga dikememukakan oleh Andeeson dalam
(Sanjaya,2010: 213) yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Pengelompokan media menurut Anderson
NO Kelompok Media Media Instruksional
1 Audio Pita Audio (Rol atau kaset)
Piringan Hitam
Radio (Rekaman siaran)
2 Cetak Buku Teks
Buku pegangan/ manual
Buku tugas
3 Audio Cetak Buku latihan yang dilengkapi kaset
Gambar/poster (dilengkapi audio)
4 Proyek visual diam Film bingkai (slide)
Film rangkai (berisi pesan verbal)
5 Proyek visual diam dengan
audio Film bingkai (slide) suara
Film rangkai suara
6 Visual gerak Film bisu dengan judul (caption)
18
NO Kelompok Media Media Instruksional
7 Visual gerak dengan audio Film suara
Video/VCD/DVD
8 Benda Benda nyata
Model tiruan (mock-up)
9 Komputer Media berbasis komputer, CIA
(Computer Assited Instructional) &
CMI (Computer Managed Instructional)
Berbagai paparan jenis-jenis media pembelajaran dapat disimpulkan
bahwa media memiliki jenis yang beragam. Pengunaan media pembelajaran
sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran, bahan, kemudahan memperoleh
media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya ketika
proses belajar mengajar berlangsung.
Apabila dikategorikan menurut Anderson jenis media yang digunakan
pada penelitian ini termasuk kelompok media benda,dan tergolong media
intruksional benda nyata. Jika dikategorikan menurut Haryono, jenis media yang
dirancang khusus untuk digunakan sebagai komponen system pembelajaran
dengan tujuan memenuhi kebutuhan pembelajaran Aksara Jawa pada siswa kelas
III SDIT Ibnu Hajar Kota Batu sedangkan menurut Setyosari media yang
digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam media dua dimensi.
2.2.3 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Beberapa fungsi media pembelajaran menurut Levied & Lents (dalam
Arsyad, 2015: 20) sebagai berikut: pertama, fungsi atensi yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Kedua,
fungsi afektif dapat terlihat dari kesenangan siswa saat belajar.Ketiga, fungsi
kognitif yaitu untuk memahami dan mengingat informasi.Keempat, fungsi
kompensatoris yaitu untuk mengorganisasikan informasi dan mengingat kembali.
19
Sudjana & Rivai (dalam Arsyad, 2015: 28) mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar dan menariknya pembelajaran akan membuat
siswa menjadi bersemangat dalam belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya, dapat lebih dipahami dan
dikuasai oleh siswa sehingga tercapainya tujuan pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan apalagi
kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Keaktifan siswa
sangat diperlukan dalam proses belajar di kelas, dengan siswa aktif berarti
siswaakan lebih mampu, mengerti, dan memahami apa yang dipelajarinya.
Dapat kita ketahui bahwa media pembelajaran memiliki banyak fungsi dan
manfaat bagi guru dan siswa. Selain meringankan tugas guru dalam memberikan
penjelasan materi terhadap siswa, juga memberikan nilai plus bagi siswa karena
mereka akan lebih merasakan makna dari pembelajaran tersebut. Pembelajaran
akan lebihmenarik, dan berkesan lebih menyenangkan.
2.3 Media papan kayu
2.3.1 Pengertian Media Papan Kayu
Media media papan kayu berupa pahatan pada media papan kayu, bahan
yang paling baik untuk membuat media pembejaran yang akan
20
digunakan(Ismawati 2011:146). Media papan kayu adalah media pembelajaran
dalam bentuk pahatan bergambar yang ukurannya seukuran postcardatau sekitar
10 x 10 cm. Gambar yang ditampilkan dalam media kayu adalah gambar atau
foto yang sudah dibuat pada pahatandi lembaran media kayu tersebut.
Gambar yang ada pada media ini berupa Aksara Jawa yang dibawahnya
diberikan keterangan cara membacanya dalam tulisan latin. Penulisan Aksara
Jawa pada media papan kayu diberi warna yang menarik dan apabila ada aksara
yang penulisannya hampir sama maka akan diberikan warna yang sama, hal ini
bertujuan untuk mempermudah daya ingat siswa. Contohnya untuk penulisan
rdan gakan diberi warna yang sama.
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Penggunaan Media Papan Kayu
Tujuan dari pengembangan media papan kayu yaitu untuk menambah motivasi
belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran dapat menambah motivasi belajar siswa
terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat (Sanjaya, 2010 : 209). Pada hasil
observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, pengembangan media pembelajaran
bertujuan untuk (1) meningkatkan motivasi belajar siswa.Karena pada fakta yang ada
dilapangan siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya
pada mata pelajaran Bahasa Jawa materi aksara jawa. (2) agar kegiatan pembelajaran
yang sedang dilaksanakan lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa tidak
merasa cepat bosan. (3) Untuk memperjelas materi yang disampaikan. Agar siswa lebih
mudah memahami materi pelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Daerah tentang
Aksara Jawa.
21
2.3.3 Disain Media Pembelajaran Media Papan kayu
Media papan kayu adalah media pembelajaran yang digunakan untuk
pembelajaran Aksara jawa di kelas III.Media yangterdapat tulisan huruf Aksara
Jawa dan bunyi baca yang mewakli huruf tersebut.Bidang dari papan kayu ini
berbentuk persegi berukuran 10 cm X10 cm. Media papan kayu ini merupakan
media visual diam atau sering disebut dengan media grafis. Menurut Sanjaya
(2010 : 214) media grafis merupakan media yang mengandung pesan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol-simbol
yang mengandung arti.
Media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan atau materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru (penyampai materi) kepada penerima pesan atau
materi pelajaran (siswa).Sehingga dengan adanya media tersebut siswadapat
dengan mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu siswa
juga akan lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran karena adanya variasi
penggunaan media.Peneliti mengelompokkan Aksara Jawa menjadi Pola
Penambahan, Pola Kebalikan, Pola Cucuk, Pola huruf latin.
Pola penambahan yaitu, Aksara Jawa yang memiliki kesamaan penulisan
dengan ditambahkan satu baris dibelakangnya. Gambar 2.1 hingga gambar 2.3
adalah Aksara Jawa yang digolongkan peneliti menjadi Pola Penambahan
22
Gambar 2.2 Pola Penambahan satu
Gambar 2.2 Pola penambahan 1 terdiri dari huruf p dan y.
Gambar 2.3 Pola Penambahan dua
Pola penambahan dua terdiri dari r dan g
23
Gambar 2.4 Pola Penambahantiga
Gambar 2.5 Pola Penambahan empat
Pola Kebalikan yaitu penulisan yang terbalik digambarkan oleh gambar 2.5
dan gambar 2.6
24
Gambar 2.6 Pola Kebalikan satu
Gambar 2.7 Pola Kebalikan dua
Pola cucuk yaitu Aksara jawa terdiri dari lekukan mirip cucuk (paruh)
burung oleh karena itu peneliti memberinya nama pola cucuk.
25
Gambar 2.8 Pola cucuk
Gambar 2.9 Pola Huruf Latin
Dari gambar 2.1 hingga gambar 2.8. Warna yang digunakan untuk catnya
juga disamakan untuk tiap pola guna untuk memudahkan siswa ketika mengingat
Aksara dan cara bacanya.
26
1.3.4. Indikator papan kayu
Tabel 2.2 Indikator Papan Kayu
No
.
Indikator papan kayu Desain
1. Penulisan huruf a yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Ho‖ yang ditulis
dengan huruf latin ―Ha‖.
2. Penulisan huruf nyang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―No‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Na‖.
3. Penulisan huruf c yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Co‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Ca‖.
27
No
.
Indikator papan kayu Desain
4. Penulisan huruf r yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Ro‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Ra‖.
5. Penulisan huruf k yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Ko‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Ka‖.
6. Penulisan huruf f yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Do‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Da‖.
28
No
.
Indikator papan kayu Desain
7. Penulisan huruf t yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―To‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Ta‖.
8. Penulisan huruf s yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―So‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Sa‖.
9. Penulisan huruf w yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Wo‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Wa‖.
29
No
.
Indikator papan kayu Desain
10. Penulisan huruf l yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Lo‖ yang dituis
dengan huruf latin ―La‖.
11. Penulisan huruf p yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Po‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Pa‖.
12. Penulisan huruf d yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Dho‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Dha‖.
30
No
.
Indikator papan kayu Desain
13. Penulisan huruf j yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Jo‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Ja‖.
14. Penulisan huruf y yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Yo‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Ya‖.
15. Penulisan huruf v yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Nyo‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Nya‖.
31
No
.
Indikator papan kayu Desain
16. Penulisan huruf m yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Mo‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Ma‖.
17. Penulisan huruf g yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Go‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Ga‖.
18. Penulisan huruf b yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Bo‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Ba‖.
32
No
.
Indikator papan kayu Desain
19. Penulisan huruf q yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Tho‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Tha‖.
20. Penulisan huruf z yang jika
dieja dalam Bahasa Jawa
berbunyi ―Ngo‖ yang dituis
dengan huruf latin ―Nga‖.
2.2.5 Kelebihan Menggunakan Media Papan Kayu
Kelebihan media sebagai berikut: 1) mudah dibawa kemana-mana; 2)
praktis dalam membuat dan menggunakannya; 3) mudah diingat karna menarik
perhatian; 4) sangat menyenangkan sebagai media pembelajaran dan bisa
digunakan dalam bentuk permainan (Indriana 2011:68).
Selain kelebihan yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa kelebihan
lain diantaranya:
33
1. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran, karena dengan
menggunakan media, siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru
akan tetapi siswa juga melakukan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran.
2. Dengan adanya media, kegiatan pembelajaran akan lebih menarik sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
3. Siswa akan lebih mudah memahami materi.
4. Guru akan lebih mudah menjealaskan materi kepada siswa.
5. Meningkatkan keterampilan sosial siswa, papan kayu ini dimainkan secara
berkelompok yang terdiri dari beberapa siswa. sehingga antara siswa yang
satu dengan yang lainnya akan terjadi interaksi. Dan dalam kelompok
tersebut, siswa akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi.
6. Melatih kesabaran siswa.
2.3.5. Tata Cara dan Langkah-langkah menggunakan Media Papan Kayu
Adapun langkah-langkah pembelajaran Modelling The Way dengan
mediapapan kayu yaitu :
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.
2. Guru mengelompokkansiswa menjadi 4 kelompok. Jumlah anggota
kelompok disesuaikan dengan jumlah siswa.
3. Guru menjelaskan tentang penulisan Aksara Jawa
4. Guru memberi contoh cara menuliskan Aksawa Jawa di Papan Tulis
5. Guru mengenalkan Aksara Jawa dengan media papan kayu
34
6. Guru mengajak siswa untuk bersama – sama membaca Aksara Jawa
melalui media papan kayu
7. Guru membuat permainan kata yang mengharuskan siswa menulis
dengan Aksara Jawa akan tetapi ketika menuliskan Aksara Jawa diganti
menjadi menyusun Media Papan Kayu menjadi sebuah tulisan
8. Guru memberikan soal yang berasal dari media papan kayu yang telah
di isi dengan aksara Jawa guna menciptakan sebuah kata sebagai
dasar pembentukan skenario kerja.
9. Siswa diberikan waktu selama 5-10 menit untuk membuat kata dari
media papan yang telah dibagi.
10. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kinerja
masing-masing.
11. Kelompok lain memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan.
1.4 Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar
Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, mata pelajaran bahasa
Jawa merupakan bagian dari mata pelajaran muatan lokal. Tujuan
pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa disebutkan sebagai berikut: (a)
mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan
budayanya; (b) memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta
pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun
masyarakat dalam umumnya; dan (c) memiliki sikap dan perilaku yang selaras
dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya serta
35
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam
rangka menunjang pembangunan nasional (Aqib 2009:107).
Mata pelajaran Bahasa Jawa mempunyai fungsi sebagai: (1) alat
komunikasi, (2) kebudayaan, dan (3) perorangan. Fungsi komunikasi terkait
dengan upaya agar siswa dapat menggunakan bahasa Jawa secara baik dan benar
untuk kepentingan alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat. Fungsi
kebudayaan terkait dengan pemerolehan nilai-nilai budaya (muatan lokal)
untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa. Fungsi
perorangan terkait fungsi instrumental, khayalan, dan informatif.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2006) ruang
lingkup mata pelajaran bahasa Jawa adalah: (a) kemampuan berkomunikasi
yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis; (b)
kemampuan menulis huruf Jawa; (c) meningkatkan kepekaan dan penghayatan
terhadap karya sastra Jawa; (d) memupuk tanggung jawab untuk melestarikan
hasil kreasi budaya sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional.
2.4.1 Aksara Jawa
Sejarah Aksara Jawa Dari Tinjauan Historis
Budaya Jawa selain terkenal dengan bahasa dan tata krama, juga memiliki
huruf atau aksara Jawa. Huruf itu tak terjadi dengan sendirinya, namun ada
sejarah dibalik terciptanya huruf ini. Dan dalam cerita itu terkandung
banyak makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya tentang berbagai
ajaran luhur tentang mengemban amanat, sikap ksatria, loyal terhadap atasan,
36
memegang teguh kejujuran, kerendahan atasan mengakui kesalahannya,
tentang keserakahan atau nafsu yang mampu dikalahkan oleh kesucian. Sejarah
aksara Jawa berupa legenda hanacaraka itu berasal dari aksara Brahmi yang
asalnya dari Hindhustan. Di negeri Hindhustan tersebut terdapat bermacam-
macam aksara, salah satunya yaitu aksara Pallawa yang berasal dari India bagian
selatan. Dinamakan aksara Pallawa karena berasal dari salah satu kerajaan yang
ada di sana yaitu Kerajaan Pallawa. Aksara Pallawa itu digunakan sekitar pada
abad ke-4 Masehi. Di Nusantara terdapat bukti sejarah berupa prasasti Yupa
di Kutai, Kalimantan Timur, ditulisdengan menggunakan aksara Pallawa.
Aksara Pallawa ini menjadi ibu dari semua aksara yang ada di Nusantara,
antara lain: aksara hanacaraka, aksara Rencong (aksara Kaganga), surat Batak,
aksara Makassar dan aksara Baybayin (aksara di Filipina).
Menurut Hartati (dalam Rohmadi, 2011:193) aksara hanacaraka itu dibagi
menjadi lima masa utama, yaitu:
1. Aksara Pallawa berasal dari India Selatan. Jenis aksara ini mulai
digunakan sekitar abad ke 4 dan abad ke 5 masehi. Salah satu bukti
penggunaan jenis aksara ini di Nusantara adalah ditemukannya
prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur.
2. Aksara Kawi Wiwitan, perbedaan antara aksara Kawi Wiwitan
dengan aksara Pallawa itu terutama terdapat pada gayanya. Aksara
Pallawa itu dikenal sebagai salah satu aksara monumental, yaitu
aksara yang digunakan untuk menulis pada batu prasasti. Aksara
37
Kawi Wiwitan utamanya digunakan untuk nulis pada lontar, oleh
karena itu bentuknya menjadi lebih kursif.
3. Aksara Kawi Pungkasan kira-kira setelah tahun 925, pusat kekuasaan
di pulau Jawa berada di daerah Jawa Timur. Sebenarnya aksara Kawi
Pungkasan ini tidak terlalu banyak perbedaannya dengan aksara Kawi
Wiwitan. Jadi perbedaan ini tidak hanya perbedaan dalam waktu
saja, namun juga pada perbedaan tempatnya.
4. Aksara Majapahit dalam sejarah Nusantara pada masa antara tahun 1250-
1450 M, ditandai dengan dominasi Kerajaan Majapahit di Jawa
Timur. Aksara Majapahit ini juga menunjukkan adanya pengaruh dari
gaya penulisan di frontal dan bentuknya sudah lebih indah dengan
gaya semi kaligrafis.
5. Aksara pasca-Majapahit setelah zaman Majapahit hampir tidak ditemukan
bukti penulisan penggunaan aksara jawa, tiba-tiba bentuk aksara Jawa
menjadi bentuk yang modern. Munculnya aksara hanacaraka baru setelah
jaman Majapahit, muncul jaman Islam dan juga jaman kolonialisme barat di
tanah Jawa. Dijaman ini muncul naskah-naskah manuskrip yang pertama yang
sudah menggunakan aksara Hanacaraka baru. Naskah-naskah ini tidak
hanya ditulis di daun palem (lontar atau nipah) lagi, namun juga di kertas
dan berwujud buku atau codex (kondheks).
Materi Aksara Jawa yang dibahas pada penelitian ini adalah Aksara Jawa
yang asli terdiri dari 20 huruf tanpa tambahan apapun.Jika dalam Bahasa Jawa,
ke 20 Aksara Jawa tersebut disebut Dentawyanjana.Pemilihan materi berdasar
38
pada kurikulum yang diterapkan pada kelas III.Ke dua puluh aksara Jawa
tersebut dituliskan pada gambar 2.3.
Gambar 2.10 AksaraJawa Dentawyanjana
(Suryadipura, 2008: 3)
2.5Model Pembelajaran Modelling The Way
Pembelajaran kooperatif memudahkan siswa untuk memahami konsep
yang sulit ketika mereka sedang berdiskusi dengan temannya. Slavin (2010:4)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono 2009: 54). Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang menempatkan siswa dalam bentuk kelompok-kelompok
yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang
diberikan guru (Trianto 2007:41).
39
Modelling The Way bersumber pada model pembelajaran langsung
dan modeling sebagai pendekatan utama. Pembelajaran langsung adalah gaya
mengajar dimana guru terlihat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada
siswadan mengajarkannya langsung kepada seluruh kelas (Suprijono (2009:47).
Model pembelajaran Modeling The Way memberikan siswa kesempatan untuk
mempraktikan, melalui peragaan dan keterampilan yang diajarkan di kelas
(Zaini 2008:76). Menurut Silberman (2010:223) Modeling The Way
merupakan teknik kepada peserta didik untuk berlatih, melalui demonstrasi,
keterampilan khusus yang diajarkan di kelas.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan starategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota
kelompok harus bekerjasama dalam menyelesaikan masalah dan memahami
materi pelajaran. Terdapat beberapa variasi di dalam pembelajaran kooperatif
salah satunya adalah Modelling The Way.
2.5.1 Langkah-langkah dari model pembelajaran Modelling The Way
Menurut Suprijono (2009:115) langkah-langkah dari model pembelajaran
Modelling The Way sebagai berikut :
1. Setelah pembelajaran suatu topik tertentu, carilah topik-topik yang
menuntut siswa untuk mencoba atau mempraktikan keterampilan yang
baru saja diterangkan.
40
2. Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan
jumlah mereka. Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu
keterampilan tertentu sesuaidengan skenario yang dibuat.
3. Berikanlah waktu kepada siswa 10-15 menit untuk menciptakan skenario
kerja.
4. Beri waktu 5-7 menit untuk berlatih.
5. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstraikan kerja masing-
masing. Setelah selesai, beri kesempatan kepada kelompok lain untuk
memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan.
6. Guru memberikan penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan Modelling The Way adalah kegiatan
mendemonstrasikan suatu keterampilan yang dilakukan guru dengan cara
memberikan stimulus disertai contoh cara melakukannya sehingga siswa dapat
secara langsung melihat dan mempraktikkannya berdasarkan contoh dari guru.
2.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Jawa Kelas III SD
Semester II
Tabel 2.2 SK dan KD Bahasa Jawa Kelas III Semester II
KOMPETENSI
DASAR
INDIKATOR MATERI
POKOK
3.7 Mengenal dan
memahami semua
bentuk Aksara Jawa
3.7.1 menyebutkan Aksara Jawa
Legena
3.7.2 menuliskan bentuk Aksara
Jawa Legena
Teks cerita asal
mula aksara
Jawa/ Madura
(cerita Ajisaka).
41
1.7 Kerangka Pikir
Gambar 2.11 Kerangka Pikir Penelitian Tentang Pemahaman Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Bahasa Jawa
Kondisi ideal
1. Penggunaan alat bantu media papan
kayu dapat mempermudah siswa
sekolah dasar dalam proses
pemahaman aksara Jawa.
2. Penggunaan media papan kayu
dapat mendukung proses
pembalajaran bahasa Jawa.
Kondisi nyata:
1. Sekolah belum menyediakan papan
kayu dan masih menggunakan
metode hafalan.
2. Metode hafalan menjadi siswa
kesulitan dalam pemahaman aksara
Jawa
Masalah :
Siswa merasakan kesulitan dalam
pemahaman dan menghafal aksara
Jawa.
Penyebab:
1. Belum adanya media pendukung
proses pembelajaran bahasa Jawa.
2. Sulitnya siswa memahami dan
menghafal aksara Jawa.
Solusi :
Diperlukan atau dibutuhkan suatu
media yang dapat digunakan untuk
memberikan dukungan proses
pembelajaran agar siswa dapat dengan
mudah mengerti dan memahami
pembelajaran bahasa Jawa.
Lokasi penelitian:
SDIT Ibnu Hajar Kota Batu, Kelas IV
yaitu sebanyak 25 anak.
Penggunaan media papan kayu dapat memberikan kemudahan dalam proses pemahaman dan
menghafal yang dilakukan oleh siswa terkait dengan proses pembelajaran bahasa Jawa.
SDIT Ibnu Hajar Kota Batu, Kelas IV dapat dengan mudah memahami proses pembelajaran
aksara Jawa dengan adanya media papan kayu
Penggunaan media papan kayu
Modeling The Way
42
1.8 Penelitian Terdahulu tentang Pengembangan Media
Penelitian yang dilakukan oleh Azizah, 2014. Berjudul ―Pengembangan Media
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Bentuk Buku Gambar Pop-Up Untuk Peningkatan
Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Islam As Salam Kota Malang‖.
Tujuan dari penelitian tersebutadalah menghasilkan media pembelajaran berbentuk buku
gambar pop-up yang berisi tentang fabel atau cerita hewan, dengan adanya buku gambar
pop-up tersebut diharapkan dapat memberikan stimulus bagi siswa untuk berani berbicara
didepan kelas maupun di lingkungan sekolah.
Pengembangan media dalam penelitian tersebut merujuk pada model
menurut Arief S. Sadiman dkk yang mengadopsi dari model Borg & Gall yang
memiliki enam langkah prosedur dalam pengembangannya. Jenis penelitian ini
adalah risearch and development dan menggunakan dua jenis data yaitu
kuantitatif dan kualitatif. Dari penelitian tersebut produk dianggap memiliki
tingkat kevalidan yang tinggi sehingga media layak digunakan untuk
pembelajaran, tingkat prosentase kevalidannya diketahui dari hasil uji ahli guru
mata pelajaran sebesar 97%, hasil uji kevalidan lapangan, atau uji kevalidan
bersama siswa sebesar 95%, ahli isi mencapai 86%, dan validasi oeh ahli desain
mencapai 82%. Rata – rata post – test lebih baik daripada pre-test yaitu 82, 25 >
47, 50 sedangkan uji t manual dengan tingkay kemaknaan 0,05 diperoleh hasil t
hitung≥ t tabelyaitu 11, 34 > 2, 086artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap media yang dikembangkan. Pada
penelitian ini, akan diadopsi tentang cara model pengembangan medianya dan
juga prosedur pengembangan media pembelajaran beserta analisis datanya.
43
Penelitian kedua yang digunakan sebagai rujukan adalah penelitian yang
dilakukan oleh Hasan Baharun pada tahun 2015 dengan judul ―Penerapan
Pembelajaran Active Learning untuk Meningkakan Hasil Belajar Siswa di
Madrasah‖.Penelitian ini bertujuan untuk mengajak siswa belajar secara aktif
sehingga siswa lebih mendominasi saat pembelajaran, sehingga siswa dapat aktif
menggunakan otak untuk menemukan ide pokok, memecahkan persoalan, atau
menerapkan hal yang baru dipelajari oleh mereka.Siswa dilibatkan aktif secara
mental dan fisik sehingga siswa dapat merasa lebih senang dan hasil belajar
meningkat.Dari penelitian kedua, diadopsi tentang metode mengajak siswa belajar
secara aktif karena dengan mengajak siswa berperan aktif secara mental dan fisik
dapat meningkatkan hasil pembelajaran.
Penelitian ketiga dengan judul ―Penerapan Strategi Pembelajaran Modelling
The Way untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Pada Materi Sistem
Pemerintahan Desa Dan Kecamatan Siswa Kelas IV SDN 012 Naumbai
Kecamatan Kampar‖ yang disusun oleh Dewi Romadonia tahun 2013. Penelitian
yang ketiga ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan melakukan
tindakan pembelajaran di kelas yang membutuhkan instrument berupa lembar
observasi aktifitas guru dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dengan penerapan strategi pembelajaran Modellig The Way guna
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran PKN dengan
melakukan tes ada bagian akhir proses pembelajaran di setiap satu siklus dengan
materi pelajaran yang telah dipelajari.
44
Hasil penelitian dilaksanakan melalui 2 siklus, hasil pada siklus 1 diketahui
hasil belajar PKn dengan materi Pemerintahan Desa dan Kecamatan, rata – rata
nilai siswa adalah mencapai 69, 25 dengan ketuntasan kelas 70%. Kemudian
dilakukan perbaikan pada siklus ke 2, dari perbaikan pada siklus ke 2 rata – rata
nilainya meningkat menjadi 72, 75 dengan ketuntusan kelas mencapai 90%.Dari
penelitian tersebut diketahui bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran
modelling the way dalam pembelajaran PKn secara benar oleh guru dan siswa
dapat meningkatkan hasil belajar.
2.9 Penelitian yang akan dilakukan oleh Peneliti
Judul penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu ‖Pengembangan
Media Papan Kayu Aksara Jawa Melalui Modelling The Way Untuk Siswa Kelas
III SD. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan media yang berupa
huruf-huruf Aksara Jawa dan mengetahui kemenarikan penggunaan media papan
kayu Aksara Jawa yang diterapkan pada kelas III sekolah dasar. Media yang
dibuat oleh peneliti yaitu papan kayu berukuran 10 cm x 10 cm dilengkapi dengan
warna yang menarik.Penerapan pembelajaran penggunaan media melalui
modelling the way.
45
top related