bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/bab ii.pdf ·...

34
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Penelitian dan Pengembangan Pengembangan merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2013: 164). Seperti halnya yang dijelaskan Sanjaya (2013: 129) penelitian dan pengembangan (R & D) adalah proses pengembangan dan validasi produk pendidikan. Setyosari (2013: 223) menyatakan pengembangan dapat berupa proses, produk, dan rancangan. Pengertian penelitian pengembangan menurut Bord & Gall (dalam Setyosari, 2013: 222) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah- langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan. Menurut Seels & Richey dalam (Setyosari 2013 : 226) pengembangan merupakan proses menerjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan dalam bentuk fisik. Dengan kata lain pengembangan merupakan proses untuk menghasilkan suatu produk bahan-bahan yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Mengembangkan produk-produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. Penelitian dan

Upload: others

Post on 28-Feb-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Penelitian dan Pengembangan

Pengembangan merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk

mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,

yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2013: 164). Seperti halnya

yang dijelaskan Sanjaya (2013: 129) penelitian dan pengembangan (R & D)

adalah proses pengembangan dan validasi produk pendidikan. Setyosari (2013:

223) menyatakan pengembangan dapat berupa proses, produk, dan rancangan.

Pengertian penelitian pengembangan menurut Bord & Gall (dalam

Setyosari, 2013: 222) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan

dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-

langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini

terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan.

Menurut Seels & Richey dalam (Setyosari 2013 : 226) pengembangan merupakan

proses menerjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan dalam bentuk

fisik. Dengan kata lain pengembangan merupakan proses untuk menghasilkan

suatu produk bahan-bahan yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

Mengembangkan produk-produk berdasarkan temuan-temuan tersebut,

melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan

dipakai dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. Penelitian dan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

13

pengembangan pendidikan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu model

pengembangan berbasis industri, yang temuan-temuannya dipakai untuk

mendesain produk dan produser, yang kemudian secara sistematis dilakukan uji

lapangan, dievaluasi, disempurnakan untuk memenuhi kriteria kemenarikan,

kualitas dan standartertentu.

Penelitian dan pengembangan merupakan rangkaian proses untuk merancang

produk pembelajaran untuk mengembangkan yang sudah ada menjadi suatu produk

baru yang bermanfaat dengan menyesuaikan kebutuhan siswa. Produk tersebut

divalidasi dan dilakukan ujicoba terlebih dahulu sehingga produk yang sedang

dikembangkan dinyatakan layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

2.1.2 Pengembangan Media Pembelajaran

Pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan

dan memvalidasi produk pendidikan. Pengembangan dapat berupa proses, produkdan

rancangan. Pada penelitian ini, pengembangan yang dilakukan yaitu berupa sebuah

produk media pembelajaran.Untuk membuat sebuah produk pengembangan, diawali

dengan adanya sebuah kebutuhan tentang media pembelajaran.Dari adanya kebutuhan

tersebut, dapat membuat sebuah rancangan media yang cocok untuk dijadikan sebagai

alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar dapat berguna dengan baik, maka guru perlu menyusun rancangan media

sebelum memproduksi atau mengembangkan. Hal ini dilakukan agar media yang

dibuat benar-benar dapat mendukung kegiatan belajar mengajar dan sesuai dengan

karakteristik siswa.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

14

Agar media pembelajaran yang dipilih sesuai dengan yang dibutuhkan pada

saat kegiatan pembelajaran, maka sebelum membuat media perlu memperhatikan

prinsip-prinsip media. Sanjaya (2010: 224) menyebutkan beberapa prinsip yang

harus diperhatikan dalam pemilihan media,diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas.

c. Pemulihan media harus didasarkan pada karakteristik siswa

d. Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa dan kemampuan

guru.

e. Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu

yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran

2.1.3 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Media Pembelajaran

Dalam melakukan penelitian pengembangan, ada beberapa langkah-

langkah yang harus dilakukan oleh peneliti ketika mengembangkan suatu produk.

Menurut Benny A. (2009: 128—132), ada satu model desain pembelajaran yang

lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis Design-Develop-

Implement- Evaluate). Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :

a. Analysis (analisa)

b. Design (desain / perancangan)

c. Development (pengembangan)

d. Implementation (implementasi/eksekusi)

e. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

15

2.2 Media Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata

―medium‖ yang secara harafiah memiliki arti perantara atau pengantar. Oleh

karenanya, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

pesan (Arsyad, 2015: 3). Media juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang

digunakan dalam mengirim pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan pembelajar sehingga mendorong terjadinya proses belajar

yang disengaja, bertujuan dan terkendali, Miarso (dalam Haryono, 2014: 48).

Menurut Edgar Dale (dalam Arsyad, 2011: 11) hasil belajar seseorang akan

diperoleh dari pengalaman langsung (tingkat konkret) menuju lambang verbal

(tingkat abstrak), yang dikenal dengan kerucut pengalaman, sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale (dalam Arsyad, 2011:11)

Perolehan pengetahuan siswa seperti yang digambarkan oleh kerucut

pengalaman Edgar Dale bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan

hanya disampaikan melalui kata verbal. Sesungguhnya pengalaman konkret dan

pengalaman abstrak dialami silih berganti, hasil belajar dari pengalaman langsung

akan mengubah dan memperluas jangkauan abstraksi seseorang, dan sebaliknya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

16

kemampuan interpretasi lambang kata membantu seseorang untuk memahami

pengalaman yang ada di dalamnya ia terlibat langsung.

Heneich dan kawan-kawan dalam (Arsyad, 2013: 3) mengemukakan

istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan

penerima.Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang

mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut sebagai media

pembelajaran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Hamidjojo dalam Latuheru

(1993) dalam ( Arsyad: 2013 : 4) memberi batasan media sebagai semua bentuk

perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide,

gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan

itu sampai kepada penerima yang dituju.

Gagne dalam (Sadiman dkk, 2016: 6) menyatakan bahwa media adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya

untuk belajar.Sedangkan menurut Briggs dalam (Sadiman dkk, 2016: 6)

berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan

serta merangsang siswa untuk belajar. Dari kedua pengertian media tersebut dapat

disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang

pikiran, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses beajar terjadi.

2.2.2 Macam-macam Media

Haryono (2014:51) menjelaskan berdasarkan rancangannya, media

pembelajaran yang dapat dimanfaatkan memiliki dua jenis yakni mulai dari yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

17

sederhana (langsung dapat dimanfaatkan yang ada di lingkungan) sampai dengan

yang kompleks atau canggih, sebagai berikut:

1. Media yang dirancang (by design), yakni media dan sumber belajar yang

secara khusus dirancang atau dikembangkan oleh guru sebagai komponen

sistem pembelajaran dengan tujuan kebutuhan pembelajaran.

2. Media yang dimanfaatkan (by utilization),yakni media dan sumber belajar

yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran,dan keberadaannya

dapat mudah ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran seperti buku yang mudah kita cari di pasaran.

Berdasarkan jenis yang diperlukan dan diperhatikan menurut Setyosari (dalam

Haryono, 2014: 52), klasifikasi media pembelajaran dilihat dari bentuk dan ciri-

ciri fisiknya dapat dikelompokkan yaitu: 1) media dua dimensi 2) media tiga

dimensi 3) media pandang diam dan 4) media pandang gerak.

Pengelompokkan media juga dikememukakan oleh Andeeson dalam

(Sanjaya,2010: 213) yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pengelompokan media menurut Anderson

NO Kelompok Media Media Instruksional

1 Audio Pita Audio (Rol atau kaset)

Piringan Hitam

Radio (Rekaman siaran)

2 Cetak Buku Teks

Buku pegangan/ manual

Buku tugas

3 Audio Cetak Buku latihan yang dilengkapi kaset

Gambar/poster (dilengkapi audio)

4 Proyek visual diam Film bingkai (slide)

Film rangkai (berisi pesan verbal)

5 Proyek visual diam dengan

audio Film bingkai (slide) suara

Film rangkai suara

6 Visual gerak Film bisu dengan judul (caption)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

18

NO Kelompok Media Media Instruksional

7 Visual gerak dengan audio Film suara

Video/VCD/DVD

8 Benda Benda nyata

Model tiruan (mock-up)

9 Komputer Media berbasis komputer, CIA

(Computer Assited Instructional) &

CMI (Computer Managed Instructional)

Berbagai paparan jenis-jenis media pembelajaran dapat disimpulkan

bahwa media memiliki jenis yang beragam. Pengunaan media pembelajaran

sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran, bahan, kemudahan memperoleh

media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya ketika

proses belajar mengajar berlangsung.

Apabila dikategorikan menurut Anderson jenis media yang digunakan

pada penelitian ini termasuk kelompok media benda,dan tergolong media

intruksional benda nyata. Jika dikategorikan menurut Haryono, jenis media yang

dirancang khusus untuk digunakan sebagai komponen system pembelajaran

dengan tujuan memenuhi kebutuhan pembelajaran Aksara Jawa pada siswa kelas

III SDIT Ibnu Hajar Kota Batu sedangkan menurut Setyosari media yang

digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam media dua dimensi.

2.2.3 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Beberapa fungsi media pembelajaran menurut Levied & Lents (dalam

Arsyad, 2015: 20) sebagai berikut: pertama, fungsi atensi yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Kedua,

fungsi afektif dapat terlihat dari kesenangan siswa saat belajar.Ketiga, fungsi

kognitif yaitu untuk memahami dan mengingat informasi.Keempat, fungsi

kompensatoris yaitu untuk mengorganisasikan informasi dan mengingat kembali.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

19

Sudjana & Rivai (dalam Arsyad, 2015: 28) mengemukakan manfaat media

pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar dan menariknya pembelajaran akan membuat

siswa menjadi bersemangat dalam belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya, dapat lebih dipahami dan

dikuasai oleh siswa sehingga tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan apalagi

kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Keaktifan siswa

sangat diperlukan dalam proses belajar di kelas, dengan siswa aktif berarti

siswaakan lebih mampu, mengerti, dan memahami apa yang dipelajarinya.

Dapat kita ketahui bahwa media pembelajaran memiliki banyak fungsi dan

manfaat bagi guru dan siswa. Selain meringankan tugas guru dalam memberikan

penjelasan materi terhadap siswa, juga memberikan nilai plus bagi siswa karena

mereka akan lebih merasakan makna dari pembelajaran tersebut. Pembelajaran

akan lebihmenarik, dan berkesan lebih menyenangkan.

2.3 Media papan kayu

2.3.1 Pengertian Media Papan Kayu

Media media papan kayu berupa pahatan pada media papan kayu, bahan

yang paling baik untuk membuat media pembejaran yang akan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

20

digunakan(Ismawati 2011:146). Media papan kayu adalah media pembelajaran

dalam bentuk pahatan bergambar yang ukurannya seukuran postcardatau sekitar

10 x 10 cm. Gambar yang ditampilkan dalam media kayu adalah gambar atau

foto yang sudah dibuat pada pahatandi lembaran media kayu tersebut.

Gambar yang ada pada media ini berupa Aksara Jawa yang dibawahnya

diberikan keterangan cara membacanya dalam tulisan latin. Penulisan Aksara

Jawa pada media papan kayu diberi warna yang menarik dan apabila ada aksara

yang penulisannya hampir sama maka akan diberikan warna yang sama, hal ini

bertujuan untuk mempermudah daya ingat siswa. Contohnya untuk penulisan

rdan gakan diberi warna yang sama.

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Penggunaan Media Papan Kayu

Tujuan dari pengembangan media papan kayu yaitu untuk menambah motivasi

belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran dapat menambah motivasi belajar siswa

terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat (Sanjaya, 2010 : 209). Pada hasil

observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, pengembangan media pembelajaran

bertujuan untuk (1) meningkatkan motivasi belajar siswa.Karena pada fakta yang ada

dilapangan siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya

pada mata pelajaran Bahasa Jawa materi aksara jawa. (2) agar kegiatan pembelajaran

yang sedang dilaksanakan lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa tidak

merasa cepat bosan. (3) Untuk memperjelas materi yang disampaikan. Agar siswa lebih

mudah memahami materi pelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Daerah tentang

Aksara Jawa.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

21

2.3.3 Disain Media Pembelajaran Media Papan kayu

Media papan kayu adalah media pembelajaran yang digunakan untuk

pembelajaran Aksara jawa di kelas III.Media yangterdapat tulisan huruf Aksara

Jawa dan bunyi baca yang mewakli huruf tersebut.Bidang dari papan kayu ini

berbentuk persegi berukuran 10 cm X10 cm. Media papan kayu ini merupakan

media visual diam atau sering disebut dengan media grafis. Menurut Sanjaya

(2010 : 214) media grafis merupakan media yang mengandung pesan yang

dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol-simbol

yang mengandung arti.

Media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan atau materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru (penyampai materi) kepada penerima pesan atau

materi pelajaran (siswa).Sehingga dengan adanya media tersebut siswadapat

dengan mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu siswa

juga akan lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran karena adanya variasi

penggunaan media.Peneliti mengelompokkan Aksara Jawa menjadi Pola

Penambahan, Pola Kebalikan, Pola Cucuk, Pola huruf latin.

Pola penambahan yaitu, Aksara Jawa yang memiliki kesamaan penulisan

dengan ditambahkan satu baris dibelakangnya. Gambar 2.1 hingga gambar 2.3

adalah Aksara Jawa yang digolongkan peneliti menjadi Pola Penambahan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

22

Gambar 2.2 Pola Penambahan satu

Gambar 2.2 Pola penambahan 1 terdiri dari huruf p dan y.

Gambar 2.3 Pola Penambahan dua

Pola penambahan dua terdiri dari r dan g

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

23

Gambar 2.4 Pola Penambahantiga

Gambar 2.5 Pola Penambahan empat

Pola Kebalikan yaitu penulisan yang terbalik digambarkan oleh gambar 2.5

dan gambar 2.6

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

24

Gambar 2.6 Pola Kebalikan satu

Gambar 2.7 Pola Kebalikan dua

Pola cucuk yaitu Aksara jawa terdiri dari lekukan mirip cucuk (paruh)

burung oleh karena itu peneliti memberinya nama pola cucuk.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

25

Gambar 2.8 Pola cucuk

Gambar 2.9 Pola Huruf Latin

Dari gambar 2.1 hingga gambar 2.8. Warna yang digunakan untuk catnya

juga disamakan untuk tiap pola guna untuk memudahkan siswa ketika mengingat

Aksara dan cara bacanya.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

26

1.3.4. Indikator papan kayu

Tabel 2.2 Indikator Papan Kayu

No

.

Indikator papan kayu Desain

1. Penulisan huruf a yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Ho‖ yang ditulis

dengan huruf latin ―Ha‖.

2. Penulisan huruf nyang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―No‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Na‖.

3. Penulisan huruf c yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Co‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Ca‖.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

27

No

.

Indikator papan kayu Desain

4. Penulisan huruf r yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Ro‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Ra‖.

5. Penulisan huruf k yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Ko‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Ka‖.

6. Penulisan huruf f yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Do‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Da‖.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

28

No

.

Indikator papan kayu Desain

7. Penulisan huruf t yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―To‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Ta‖.

8. Penulisan huruf s yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―So‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Sa‖.

9. Penulisan huruf w yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Wo‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Wa‖.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

29

No

.

Indikator papan kayu Desain

10. Penulisan huruf l yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Lo‖ yang dituis

dengan huruf latin ―La‖.

11. Penulisan huruf p yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Po‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Pa‖.

12. Penulisan huruf d yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Dho‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Dha‖.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

30

No

.

Indikator papan kayu Desain

13. Penulisan huruf j yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Jo‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Ja‖.

14. Penulisan huruf y yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Yo‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Ya‖.

15. Penulisan huruf v yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Nyo‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Nya‖.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

31

No

.

Indikator papan kayu Desain

16. Penulisan huruf m yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Mo‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Ma‖.

17. Penulisan huruf g yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Go‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Ga‖.

18. Penulisan huruf b yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Bo‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Ba‖.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

32

No

.

Indikator papan kayu Desain

19. Penulisan huruf q yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Tho‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Tha‖.

20. Penulisan huruf z yang jika

dieja dalam Bahasa Jawa

berbunyi ―Ngo‖ yang dituis

dengan huruf latin ―Nga‖.

2.2.5 Kelebihan Menggunakan Media Papan Kayu

Kelebihan media sebagai berikut: 1) mudah dibawa kemana-mana; 2)

praktis dalam membuat dan menggunakannya; 3) mudah diingat karna menarik

perhatian; 4) sangat menyenangkan sebagai media pembelajaran dan bisa

digunakan dalam bentuk permainan (Indriana 2011:68).

Selain kelebihan yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa kelebihan

lain diantaranya:

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

33

1. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran, karena dengan

menggunakan media, siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru

akan tetapi siswa juga melakukan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran.

2. Dengan adanya media, kegiatan pembelajaran akan lebih menarik sehingga

dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

3. Siswa akan lebih mudah memahami materi.

4. Guru akan lebih mudah menjealaskan materi kepada siswa.

5. Meningkatkan keterampilan sosial siswa, papan kayu ini dimainkan secara

berkelompok yang terdiri dari beberapa siswa. sehingga antara siswa yang

satu dengan yang lainnya akan terjadi interaksi. Dan dalam kelompok

tersebut, siswa akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi.

6. Melatih kesabaran siswa.

2.3.5. Tata Cara dan Langkah-langkah menggunakan Media Papan Kayu

Adapun langkah-langkah pembelajaran Modelling The Way dengan

mediapapan kayu yaitu :

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan

memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.

2. Guru mengelompokkansiswa menjadi 4 kelompok. Jumlah anggota

kelompok disesuaikan dengan jumlah siswa.

3. Guru menjelaskan tentang penulisan Aksara Jawa

4. Guru memberi contoh cara menuliskan Aksawa Jawa di Papan Tulis

5. Guru mengenalkan Aksara Jawa dengan media papan kayu

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

34

6. Guru mengajak siswa untuk bersama – sama membaca Aksara Jawa

melalui media papan kayu

7. Guru membuat permainan kata yang mengharuskan siswa menulis

dengan Aksara Jawa akan tetapi ketika menuliskan Aksara Jawa diganti

menjadi menyusun Media Papan Kayu menjadi sebuah tulisan

8. Guru memberikan soal yang berasal dari media papan kayu yang telah

di isi dengan aksara Jawa guna menciptakan sebuah kata sebagai

dasar pembentukan skenario kerja.

9. Siswa diberikan waktu selama 5-10 menit untuk membuat kata dari

media papan yang telah dibagi.

10. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kinerja

masing-masing.

11. Kelompok lain memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan.

1.4 Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar

Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, mata pelajaran bahasa

Jawa merupakan bagian dari mata pelajaran muatan lokal. Tujuan

pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa disebutkan sebagai berikut: (a)

mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan

budayanya; (b) memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta

pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun

masyarakat dalam umumnya; dan (c) memiliki sikap dan perilaku yang selaras

dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya serta

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

35

melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam

rangka menunjang pembangunan nasional (Aqib 2009:107).

Mata pelajaran Bahasa Jawa mempunyai fungsi sebagai: (1) alat

komunikasi, (2) kebudayaan, dan (3) perorangan. Fungsi komunikasi terkait

dengan upaya agar siswa dapat menggunakan bahasa Jawa secara baik dan benar

untuk kepentingan alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat. Fungsi

kebudayaan terkait dengan pemerolehan nilai-nilai budaya (muatan lokal)

untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa. Fungsi

perorangan terkait fungsi instrumental, khayalan, dan informatif.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2006) ruang

lingkup mata pelajaran bahasa Jawa adalah: (a) kemampuan berkomunikasi

yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis; (b)

kemampuan menulis huruf Jawa; (c) meningkatkan kepekaan dan penghayatan

terhadap karya sastra Jawa; (d) memupuk tanggung jawab untuk melestarikan

hasil kreasi budaya sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional.

2.4.1 Aksara Jawa

Sejarah Aksara Jawa Dari Tinjauan Historis

Budaya Jawa selain terkenal dengan bahasa dan tata krama, juga memiliki

huruf atau aksara Jawa. Huruf itu tak terjadi dengan sendirinya, namun ada

sejarah dibalik terciptanya huruf ini. Dan dalam cerita itu terkandung

banyak makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya tentang berbagai

ajaran luhur tentang mengemban amanat, sikap ksatria, loyal terhadap atasan,

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

36

memegang teguh kejujuran, kerendahan atasan mengakui kesalahannya,

tentang keserakahan atau nafsu yang mampu dikalahkan oleh kesucian. Sejarah

aksara Jawa berupa legenda hanacaraka itu berasal dari aksara Brahmi yang

asalnya dari Hindhustan. Di negeri Hindhustan tersebut terdapat bermacam-

macam aksara, salah satunya yaitu aksara Pallawa yang berasal dari India bagian

selatan. Dinamakan aksara Pallawa karena berasal dari salah satu kerajaan yang

ada di sana yaitu Kerajaan Pallawa. Aksara Pallawa itu digunakan sekitar pada

abad ke-4 Masehi. Di Nusantara terdapat bukti sejarah berupa prasasti Yupa

di Kutai, Kalimantan Timur, ditulisdengan menggunakan aksara Pallawa.

Aksara Pallawa ini menjadi ibu dari semua aksara yang ada di Nusantara,

antara lain: aksara hanacaraka, aksara Rencong (aksara Kaganga), surat Batak,

aksara Makassar dan aksara Baybayin (aksara di Filipina).

Menurut Hartati (dalam Rohmadi, 2011:193) aksara hanacaraka itu dibagi

menjadi lima masa utama, yaitu:

1. Aksara Pallawa berasal dari India Selatan. Jenis aksara ini mulai

digunakan sekitar abad ke 4 dan abad ke 5 masehi. Salah satu bukti

penggunaan jenis aksara ini di Nusantara adalah ditemukannya

prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur.

2. Aksara Kawi Wiwitan, perbedaan antara aksara Kawi Wiwitan

dengan aksara Pallawa itu terutama terdapat pada gayanya. Aksara

Pallawa itu dikenal sebagai salah satu aksara monumental, yaitu

aksara yang digunakan untuk menulis pada batu prasasti. Aksara

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

37

Kawi Wiwitan utamanya digunakan untuk nulis pada lontar, oleh

karena itu bentuknya menjadi lebih kursif.

3. Aksara Kawi Pungkasan kira-kira setelah tahun 925, pusat kekuasaan

di pulau Jawa berada di daerah Jawa Timur. Sebenarnya aksara Kawi

Pungkasan ini tidak terlalu banyak perbedaannya dengan aksara Kawi

Wiwitan. Jadi perbedaan ini tidak hanya perbedaan dalam waktu

saja, namun juga pada perbedaan tempatnya.

4. Aksara Majapahit dalam sejarah Nusantara pada masa antara tahun 1250-

1450 M, ditandai dengan dominasi Kerajaan Majapahit di Jawa

Timur. Aksara Majapahit ini juga menunjukkan adanya pengaruh dari

gaya penulisan di frontal dan bentuknya sudah lebih indah dengan

gaya semi kaligrafis.

5. Aksara pasca-Majapahit setelah zaman Majapahit hampir tidak ditemukan

bukti penulisan penggunaan aksara jawa, tiba-tiba bentuk aksara Jawa

menjadi bentuk yang modern. Munculnya aksara hanacaraka baru setelah

jaman Majapahit, muncul jaman Islam dan juga jaman kolonialisme barat di

tanah Jawa. Dijaman ini muncul naskah-naskah manuskrip yang pertama yang

sudah menggunakan aksara Hanacaraka baru. Naskah-naskah ini tidak

hanya ditulis di daun palem (lontar atau nipah) lagi, namun juga di kertas

dan berwujud buku atau codex (kondheks).

Materi Aksara Jawa yang dibahas pada penelitian ini adalah Aksara Jawa

yang asli terdiri dari 20 huruf tanpa tambahan apapun.Jika dalam Bahasa Jawa,

ke 20 Aksara Jawa tersebut disebut Dentawyanjana.Pemilihan materi berdasar

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

38

pada kurikulum yang diterapkan pada kelas III.Ke dua puluh aksara Jawa

tersebut dituliskan pada gambar 2.3.

Gambar 2.10 AksaraJawa Dentawyanjana

(Suryadipura, 2008: 3)

2.5Model Pembelajaran Modelling The Way

Pembelajaran kooperatif memudahkan siswa untuk memahami konsep

yang sulit ketika mereka sedang berdiskusi dengan temannya. Slavin (2010:4)

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam

mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas

meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono 2009: 54). Pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran yang menempatkan siswa dalam bentuk kelompok-kelompok

yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang

diberikan guru (Trianto 2007:41).

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

39

Modelling The Way bersumber pada model pembelajaran langsung

dan modeling sebagai pendekatan utama. Pembelajaran langsung adalah gaya

mengajar dimana guru terlihat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada

siswadan mengajarkannya langsung kepada seluruh kelas (Suprijono (2009:47).

Model pembelajaran Modeling The Way memberikan siswa kesempatan untuk

mempraktikan, melalui peragaan dan keterampilan yang diajarkan di kelas

(Zaini 2008:76). Menurut Silberman (2010:223) Modeling The Way

merupakan teknik kepada peserta didik untuk berlatih, melalui demonstrasi,

keterampilan khusus yang diajarkan di kelas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan starategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota

kelompok harus bekerjasama dalam menyelesaikan masalah dan memahami

materi pelajaran. Terdapat beberapa variasi di dalam pembelajaran kooperatif

salah satunya adalah Modelling The Way.

2.5.1 Langkah-langkah dari model pembelajaran Modelling The Way

Menurut Suprijono (2009:115) langkah-langkah dari model pembelajaran

Modelling The Way sebagai berikut :

1. Setelah pembelajaran suatu topik tertentu, carilah topik-topik yang

menuntut siswa untuk mencoba atau mempraktikan keterampilan yang

baru saja diterangkan.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

40

2. Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan

jumlah mereka. Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu

keterampilan tertentu sesuaidengan skenario yang dibuat.

3. Berikanlah waktu kepada siswa 10-15 menit untuk menciptakan skenario

kerja.

4. Beri waktu 5-7 menit untuk berlatih.

5. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstraikan kerja masing-

masing. Setelah selesai, beri kesempatan kepada kelompok lain untuk

memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan.

6. Guru memberikan penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan Modelling The Way adalah kegiatan

mendemonstrasikan suatu keterampilan yang dilakukan guru dengan cara

memberikan stimulus disertai contoh cara melakukannya sehingga siswa dapat

secara langsung melihat dan mempraktikkannya berdasarkan contoh dari guru.

2.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Jawa Kelas III SD

Semester II

Tabel 2.2 SK dan KD Bahasa Jawa Kelas III Semester II

KOMPETENSI

DASAR

INDIKATOR MATERI

POKOK

3.7 Mengenal dan

memahami semua

bentuk Aksara Jawa

3.7.1 menyebutkan Aksara Jawa

Legena

3.7.2 menuliskan bentuk Aksara

Jawa Legena

Teks cerita asal

mula aksara

Jawa/ Madura

(cerita Ajisaka).

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

41

1.7 Kerangka Pikir

Gambar 2.11 Kerangka Pikir Penelitian Tentang Pemahaman Siswa Dalam Proses

Pembelajaran Bahasa Jawa

Kondisi ideal

1. Penggunaan alat bantu media papan

kayu dapat mempermudah siswa

sekolah dasar dalam proses

pemahaman aksara Jawa.

2. Penggunaan media papan kayu

dapat mendukung proses

pembalajaran bahasa Jawa.

Kondisi nyata:

1. Sekolah belum menyediakan papan

kayu dan masih menggunakan

metode hafalan.

2. Metode hafalan menjadi siswa

kesulitan dalam pemahaman aksara

Jawa

Masalah :

Siswa merasakan kesulitan dalam

pemahaman dan menghafal aksara

Jawa.

Penyebab:

1. Belum adanya media pendukung

proses pembelajaran bahasa Jawa.

2. Sulitnya siswa memahami dan

menghafal aksara Jawa.

Solusi :

Diperlukan atau dibutuhkan suatu

media yang dapat digunakan untuk

memberikan dukungan proses

pembelajaran agar siswa dapat dengan

mudah mengerti dan memahami

pembelajaran bahasa Jawa.

Lokasi penelitian:

SDIT Ibnu Hajar Kota Batu, Kelas IV

yaitu sebanyak 25 anak.

Penggunaan media papan kayu dapat memberikan kemudahan dalam proses pemahaman dan

menghafal yang dilakukan oleh siswa terkait dengan proses pembelajaran bahasa Jawa.

SDIT Ibnu Hajar Kota Batu, Kelas IV dapat dengan mudah memahami proses pembelajaran

aksara Jawa dengan adanya media papan kayu

Penggunaan media papan kayu

Modeling The Way

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

42

1.8 Penelitian Terdahulu tentang Pengembangan Media

Penelitian yang dilakukan oleh Azizah, 2014. Berjudul ―Pengembangan Media

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Bentuk Buku Gambar Pop-Up Untuk Peningkatan

Kemampuan Berbicara Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar Islam As Salam Kota Malang‖.

Tujuan dari penelitian tersebutadalah menghasilkan media pembelajaran berbentuk buku

gambar pop-up yang berisi tentang fabel atau cerita hewan, dengan adanya buku gambar

pop-up tersebut diharapkan dapat memberikan stimulus bagi siswa untuk berani berbicara

didepan kelas maupun di lingkungan sekolah.

Pengembangan media dalam penelitian tersebut merujuk pada model

menurut Arief S. Sadiman dkk yang mengadopsi dari model Borg & Gall yang

memiliki enam langkah prosedur dalam pengembangannya. Jenis penelitian ini

adalah risearch and development dan menggunakan dua jenis data yaitu

kuantitatif dan kualitatif. Dari penelitian tersebut produk dianggap memiliki

tingkat kevalidan yang tinggi sehingga media layak digunakan untuk

pembelajaran, tingkat prosentase kevalidannya diketahui dari hasil uji ahli guru

mata pelajaran sebesar 97%, hasil uji kevalidan lapangan, atau uji kevalidan

bersama siswa sebesar 95%, ahli isi mencapai 86%, dan validasi oeh ahli desain

mencapai 82%. Rata – rata post – test lebih baik daripada pre-test yaitu 82, 25 >

47, 50 sedangkan uji t manual dengan tingkay kemaknaan 0,05 diperoleh hasil t

hitung≥ t tabelyaitu 11, 34 > 2, 086artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap media yang dikembangkan. Pada

penelitian ini, akan diadopsi tentang cara model pengembangan medianya dan

juga prosedur pengembangan media pembelajaran beserta analisis datanya.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

43

Penelitian kedua yang digunakan sebagai rujukan adalah penelitian yang

dilakukan oleh Hasan Baharun pada tahun 2015 dengan judul ―Penerapan

Pembelajaran Active Learning untuk Meningkakan Hasil Belajar Siswa di

Madrasah‖.Penelitian ini bertujuan untuk mengajak siswa belajar secara aktif

sehingga siswa lebih mendominasi saat pembelajaran, sehingga siswa dapat aktif

menggunakan otak untuk menemukan ide pokok, memecahkan persoalan, atau

menerapkan hal yang baru dipelajari oleh mereka.Siswa dilibatkan aktif secara

mental dan fisik sehingga siswa dapat merasa lebih senang dan hasil belajar

meningkat.Dari penelitian kedua, diadopsi tentang metode mengajak siswa belajar

secara aktif karena dengan mengajak siswa berperan aktif secara mental dan fisik

dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

Penelitian ketiga dengan judul ―Penerapan Strategi Pembelajaran Modelling

The Way untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Pada Materi Sistem

Pemerintahan Desa Dan Kecamatan Siswa Kelas IV SDN 012 Naumbai

Kecamatan Kampar‖ yang disusun oleh Dewi Romadonia tahun 2013. Penelitian

yang ketiga ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan melakukan

tindakan pembelajaran di kelas yang membutuhkan instrument berupa lembar

observasi aktifitas guru dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung dengan penerapan strategi pembelajaran Modellig The Way guna

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran PKN dengan

melakukan tes ada bagian akhir proses pembelajaran di setiap satu siklus dengan

materi pelajaran yang telah dipelajari.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

44

Hasil penelitian dilaksanakan melalui 2 siklus, hasil pada siklus 1 diketahui

hasil belajar PKn dengan materi Pemerintahan Desa dan Kecamatan, rata – rata

nilai siswa adalah mencapai 69, 25 dengan ketuntasan kelas 70%. Kemudian

dilakukan perbaikan pada siklus ke 2, dari perbaikan pada siklus ke 2 rata – rata

nilainya meningkat menjadi 72, 75 dengan ketuntusan kelas mencapai 90%.Dari

penelitian tersebut diketahui bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran

modelling the way dalam pembelajaran PKn secara benar oleh guru dan siswa

dapat meningkatkan hasil belajar.

2.9 Penelitian yang akan dilakukan oleh Peneliti

Judul penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu ‖Pengembangan

Media Papan Kayu Aksara Jawa Melalui Modelling The Way Untuk Siswa Kelas

III SD. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan media yang berupa

huruf-huruf Aksara Jawa dan mengetahui kemenarikan penggunaan media papan

kayu Aksara Jawa yang diterapkan pada kelas III sekolah dasar. Media yang

dibuat oleh peneliti yaitu papan kayu berukuran 10 cm x 10 cm dilengkapi dengan

warna yang menarik.Penerapan pembelajaran penggunaan media melalui

modelling the way.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/47041/3/BAB II.pdf · alat untuk mengajar dikelas. Agar media yang akan digunakan dalam kegiatan belajar

45