bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 keterampilan ......7 bab ii . kajian pustaka. 2.1...
Post on 07-Feb-2021
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Keterampilan Berbicara
Kegiatan Keterampilan berbicara adalah kegiatan keterampilan sesuatu
untuk melakukan komunikasi secara lisan. Keterampilan menyampaikan
informasi itu, ditunjukkan dengan disertai ekspresi. Kasbiyono (2012 : 3)
menjelaskan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
Praptanti & Eka (2011 : 2) menyatakan bahwa menyimak yaitu kegiatan
untuk mencari informasi, kegiatan menyimak diawali dengan menyimak bunyi
bahasa baik secara langsung dari narasumber atau melalui radio, rekaman dan
televisi. Menurut Tarigan (2008 : 30) berbicara adalah sebagai kemampuan
dalam mengucapkan bunyi artikulasi maupun ungkapan kata-kata sebagai
mengekspresikan ungkapan , menyatakan ungkapan kaliamat maupun kata yang
akan disampaikan beserta menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasan.
Menurut Wardani Naniek S. (2016 : 494) membaca adalah perilaku positif
yang harus diawali dengan pembiasaan (conditioning) sebelum akhirnya
mendarah daging dalam keseharian hidup sehingga menjadi kebiasaan.
Berpendapat Wardani Naniek S. (2017 : 91) writing skills in research-based
learning are skills in listening to readings to express the idea of finding a
problem, speaking to organizing facts, concepts and principles (reading the
problem), reading to revise or researching the use of language and writing by
using the correct grammar in solving problems. Menulis yaitu kegiatan dalam
mengungkapkan pesan, gagasan, dan ide dalam bentuk tulisan.
Permana E. P. (2015 : 134) berbicara adalah salah satu jenis dari
keterampilan berbahasa dalam bentuk ragam lisan yang bersifat produktif. Shofa
& Suparno (2014 : 210) menyatakan berbicara adalah suatu proses
berkomunikasi untuk penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati)
kepada seseorang dengan menggunakan bahasa lisan agar dapat dipahami oleh
-
8
orang lain. Keterampilan berbicara mempunyai peranan yang penting karena
melalui berbicara yang baik akan mempermudah penyampaian pesan kepada
orang lain. Keterampilan berbicara yang kurang lancar akan mengganggu
kelangsungan proses komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan.
Dalam belajar berbahasa untuk siswa sekolah dasar mengembangkan
kemampuannya tidak hanya secara horizontal tetapi juga secara vertikal.
Keterampilan berbicara akan meningkat jika selalu dilatih sehingga
kalimat dan kata semakin bervasiasi serta strukturnya semakin benar. Jenis
keterampilan berbicara secara horizontal, yang dimulai dari fonem, kata, frase,
kalimat, dan wacana. Ellis mengemukakan bahwa ada tiga cara meningkatkan
keterampilan berbicara secara vertikal dalam Rofi’udidin (1996 : 12)
meningkatkan keterampilan berbicara secara vertikal yaitu (1) menirukan
pembicara orang lain contohnya guru, (2) mengembangkan bentuk-bentuk ujaran
yang sudah dikuasai, dan (3) menghubungkan dua bentuk ujaran, seperti bentuk
ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa (mencontoh ujaran
seorang guru) yang sudah benar. Menirukan cara berbicara orang lain dapat
melancarkan keterampilan berbicara. Seseorang dapat berbicara dengan lancar
apabila menggunakan kalimat sederhana dengan memberikan informasi tentang
suatu hal. Berbicara juga mencangkup masalah bahasa seperti dalam
mengembangkan bentuk-bentuk ujaran, seperti pembentukan kalimat, panjang
kalimat. Panjang kalimat yang terdiri dari 6-8 kata, siswa SD dapat menyusun
dalam kalimat sederhana dalam struktur yang lengkap (pokok kalimat-predikat-
keterangan). Selanjutnya siswa akan mampu mengubungkan dua bentuk ujaran
seperti mengembangkan kosakata dengan menggunakan kata ganti, dan
menggunakan kata penghubung
Keterampilan berbicara akan lebih mudah dikembangkan jika siswa
mampu mengkomunikasikan pesannya sesuatu secara alami kepada orang lain.
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru mampu menciptakan komunikasi
dalam pembelajaran yang mendorong siswa untuk terampil berbicara. Kegiatan
pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk terampil berbicara seperti
siswa menanya permasalahan pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan secara
-
9
lisan, siswa melaporkan tugas secara lisan, siswa menyampaikan pesan dan
pendapat secara lisan. Hadi & Rustono (2017 : 336) menyebutkan bahwa dalam
suasana kondusif, peserta didik dapat mengamati kegiatan berbicara yang benar.
Dalam kegiatan berbicara, peserta didik diharapkan memperoleh pengetahuan
tentang berbicara yang jelas, sistematis, logis, dan santun. Tidak hanya tahu,
tetapi peserta didik juga diminta untuk mempraktikkan kegiatan berbicara sesuai
dengan contoh yang diamatinya. Tahap berikutnya peserta didik diminta untuk
menamai pengetahuan yang diperolehnya. Proses penamaan konsep ini berkaitan
dengan komponen berbicara, etika berbicara, dan unsur diskusi beserta tugasnya.
Fungsi keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran di sekolah dasar
adalah dapat menyampaikan ide pendapat, salah satunya menyampaikan pesan
dan pendapat. Agar pesan siswa dapat tersampaikan kepada orang lain maka ada
2 aspek yang harus diperhatikan dalam berbicara yaitu aspek bahasa dan non-
kebahasaan. Menurut Azizah & Kurniawati (2013 : 53) menjelaskan bahwa
aspek kebahasaan dalam keterampilan berbicara meliputi aspek pengucapan,
aspek pembentukan kalimat dan aspek pengembangan kosakata. Aspek non-
kebahasaan meliputi aspek keberanian, aspek kelancaran dan aspek ekspresi.
Keterampilan berbicara menurut Azizah & Kurniawati (2013 : 53) dapat
diklasifikasikan seperti tersaji melalui tabel 2.1
-
10
Tabel 2.1
Instrumen Keterampilan Berbicara Usia 5-6 Tahun Aspek Perkembangan Indikator
Aspek Kebahasaan :
a) Pengucapan a) Penyebutan nama, jenis kelamin b) Berkomunikasi secara lisan, dan
memiliki pembendaharaan kata
b) Pengembangan Kosakata a) Menggunakan kata ganti b) Penggunaan kata penghubung
c) Pembentukan Kalimat a) Panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat
b) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-
predikat-keterangan)
d) Isi Bicara a) Berpusat pada diri sendiri (egosentrik) b) Berpusat pada orang lain (sosialisasi)
Aspek Non-Kebahasaan :
a) Keberanian a) Mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik
b) Anak berani mengungkapkan keinginannya, penolakan atau
pendapatnya
b) Kelancaran a) Berbicara lancar dengan kalimat sederhana
b) Memberikan informasi tentang suatu hal
c) Ekspresi Atau Gerak-Gerik Tubuh a) Mengekspresikan diri melalui dramatisasi
b) Bercerita menggunakan kalimat yang terdiri dari 3-6 kata dengan ekspresi
Sumber Azizah, N., & Kurniawati, Y. (2013 : 53)
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan aspek kebahasaan dan non
kebahasaan. Didalam melakukan berbicara melalui tahap-tahapan yang pertama
tahap menirukan berbicara, proses menirukan dengan belajar menggunakan kata-
kata sendiri. Kemudian diajarakan dengan satu kata sederhana contohnya bapak,
ibu, kakak dan lain sebagainya. Setelah bisa mengucakan berbagai kata, akan
berkata sendiri menghubungkan antara satu kata dengan kata lain contohnya
bapak pergi, ibu pulang dan lain sebainya. Sesorang yang dapat berbicara dapat
dilihat dari 2 aspek yaitu aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek
kebahasaan terdiri dari pengucapan seperti mengucapan nama, berkomunikasi
-
11
secara lisan, dan banyaknya kata-kata yang akan diucapkan. Pengembangan
kosakata dengan mengucapkan ucapan kata ganti orang atau kata penghubung,
pembentukan kalimat dengan panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat
dan menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-
predikat-keterangan). Isi bicara akan berpusat pada diri sendiri (egosentrik) dan
berpusat pada orang lain (sosialisasi). Aspek non kebahasaan menentukan
seseorang dapat berbicara atau tidak itu terkait dengan keberanian seseorang
tidak dapat berani mengajukan petanyaan, tidak berani menyampaikan pendapat
apa yang diinginkannya.
Jadi keterampilan berbicara adalah keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mengkomunikasikan pesan secara alami kepada orang lain,
melalui latihan berbicara yang terdiri dari aspek kebahasaan (ketepatan ucapan,
penempatan tekanan, pilihan kata, ketepatan sasaran pembicaraan,
pengembangan kosa kata, dan pembentukan kalimat) dan aspek non kebahasaan
(keberanian, kelancaran, dan sikap yang tenang).
Kelancaran berbahasa tergantung aspek kebahasaan yang terkait dengan
aspek kelancaran berbicara ada seseorang dapat berbicara dengan lancar, ada
yang dapat berbicara terbata-bata, dan ada yang berbicara tidak jelas ujung
pangkalnya. Jadi berbicara itu menyangkut aspek kebahasaan (ucapan,
mengembangkan kosa kata, membentuk kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat
dan isi bicara) dan aspek non kebahasaan (keberanian, kelancaran, ekspresi atau
gerak-gerik tubuh).
2.1.2 Pembelajaran Tematik Terpadu
Implementasi kurikulum 2013, menggunakan pendekatan pembelajaran
tematik yang mengimplikasikan berbagai mata pelajaran dan memiliki tema
yang sama. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran
terpadu atau integratif yang memiliki peran penting dalam meningkatkan
perhatian, aktivitas belajar, dan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari.
-
12
Permendikbud No.22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu model
pembelajaran tematik terpadu yang menggunakan tema untuk menghubungkan
beberapa mata pelajaran. Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok serta
memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik (Permendikbut No.
22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, 2016 : 3)
Drake (2012 : 273) mendefinisikan thematic approach is one of the
teaching strategy that uses themes toward creating active, interest-ing, and
meaningful learning. Pendekatan tematik adalah salah satu strategi pengajaran
yang menggunakan tema untuk menciptakan pembelajaran aktif, menarik minat,
dan bermakna. Dikatakan pembelajaran bermakna karena peserta didik dalam
pembelajarannya untuk, menemukan pengetahuan dari apa ia pelajarai kemudian
pengetahuan yang diperoleh dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
Dari beberapa pendapat diatas pembelajaran tematik terpadu adalah
beberapa mata pelajaran dijadikan satu dan dikaitkan dengan tema serta subtema
pembelajaran. Pembelajaran tematik terpadu memuat konsep pembelajaran yang
kemudian, melibatkan siswa untuk belajar secara aktif, sehingga siswa
memperoleh pengalaman yang bermakana, dalam pembelajaran langsung dan
terlatih.
Tema dalam pembelajaran tematik terpadu dikelas 4 semester 2 terdiri
empat tema yaitu Tema 6 Cita-Citaku, Tema 7 Indahnya Keragaman Di
Negeriku, Tema 8 Daerah Tempat Tinggalku, Tema 9 Kayanya Negeriku.
Subtema merupakan pengembangan dari tema yang sudah ada. Dalam satu tema
terdapat 3 subtema dan setiap subtema dilaksanakan dalam 6 kegiatan belajar.
Tema 6 Cita-Citaku untuk kelas 4 semester 2 terdiri 3 subtema. Ke 3 subtema
dalam tema cita-citaku disajikan dalam tabel 2.2 sebagai berikut:
-
13
Tabel 2.2
Pembelajaran Tematik Kelas 4 Semester 2
Tema 6 Cita-Citaku
Tema Subtema
Tema 6 Cita-Citaku
Subtema 1 Aku dan Cita-Citaku
Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku
Subtema 3 Giat Berusaha Meraih Cita-Cita
Sumber : Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Tema
6 Cita-Citaku Edisi Revisi 2017 : viii
Di ini bawah ini merupakan pemetaan pembelajaran kelas IV Tema Cita-
Citaku Subtema Hebatnya Cita-Citaku yang digunakan sebagai dalam penelitian
ini.
Tabel 2.3
Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Tema 6 Cita-
Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku Pembelajaran 1 Kelas 4
Semester 2
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Bahasa Indonesia IPA
3. Memahami
pengetahuan faktual
dengan cara mengamati
dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di
sekolah dan tempat
bermain
3.2 Membandingkan siklus
hidup beberapa jenis
makhluk hidup serta
mengaitkan dengan
upaya pelestariannya.
4. Menyajikan
pengetahuan faktual
dalam bahasa yang jelas,
sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang
mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan
perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia
4.6 Melisankan puisi
hasil karya pribadi
dengan lafal,
intonasi, dan
ekspresi yang tepat
sebagai bentuk
ungkapan diri.
4.2 Membuat skema siklus
hidup beberapa jenis
makhluk hidup yang ada
di lingkungan sekitarnya,
dan slogan upaya
pelestariannya.
Sumber : Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 2013 Buku Guru SD/MI
Tema 6 Cita-Citaku Edisi Revisi 2017:48
-
14
4.6 Melisankan puisi hasil
karya pribadi dengan
lafal, intonasi, dan
ekspresi yang tepat
sebagai bentuk ungkapan
diri.
Bahasa Indonesia
3.2 Membandingkan siklus
hidup beberapa jenis
makhluk hidup serta
mengaitkan dengan upaya
pelestariannya.
4.2 Membuat skema siklus
hidup beberapa jenis
makhluk hidup yang ada
di lingkungan sekitarnya,
dan slogan upaya
pelestariannya.
IPA
Pembelajaran 1
Berdasarkan tabel 2.3 Kompetensi Inti yang disebutkan dalam tema 6 Cita-
Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku Pembelajaran 1 terdapat Kompetensi
Inti 3 dan Kompetensi Inti 4. Hal ini dikarenakan dalam Tema 6 Cita-Citaku
Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku Pembelajaran 1 terdapat dua mata pelajaran
yaitu Bahasa Indonesia dan IPA yang terintegrasi. Kompetensi Inti 1 dan
Kompetensi Inti 2 tidak diikutsertakan karena dalam pembelajaran tidak terdapat
mata pelajaran PPKn yang mengharuskan penilaian sikap. Hal ini terdapat pada
pemetaan Kompetensi Dasar tema 6 Cita Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-
Citaku Pembelajaran 1 yang disajikan hlm. 7 gambar 2.1 berikut ini.
Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Tema 6
Cita-Citaku Edisi Revisi 2017:48
Gambar 2.1
Pemetaan Kompetensi Dasar Tema 6 Cita-Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-
Citaku Pembelajaran 1 kelas 4 Semester 2
-
15
2.1.3 Pendekatan Inkuiri dan Model Think Pair Share (PI-MTPS)
Pendekatan Inkuiri (PI)
PI merupakan pendekatan Inkuiri dengan pembelajaran yang menekankan
pada siswa untuk berfikir secara kritis, logis, analisis dan dalam merumuskan
pembelajaran siswa diminta untuk mencari jawaban sendiri dengan penuh
percaya diri. Anam, Khoiru (2015) inkuiri berasal dari kata inquiry yang
merupakan kata dari bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta
keterangan. PI adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan
siswa secara maksimal, dan seluruh kemampuan siswa mencari dan menyelidiki
secara sistematis kritis, logis, dan analitis sehingga siswa dapat merumuskan
sendiri penemuan mereka dengan penuh percaya diri.
Hidayat, Festiyed, & Fauzi (2012:5) juga mengutarakan pembelajaran PI
adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan siswa agar berfikir
secara kritis dan analitisuntuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan
melaui tanya jawab antara guru dan siswa. Kindsvatter, Wilen dan Ishler
menjelaskan bahwa PI merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajarannya diminta untuk
menganalisis dan memecahkan masalah secara sistematis (Saputri, Fadilahb,
& Wahyu, 2016).
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan PI adalah pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk mencari jawaban sendiri dengan melakukan penyelidikan secara
ilmiah.
Menurut Winanto & Makahube (2016:119) langkah-langkah pembelajaran
PI yaitu meliputi sebagai berikut: 1. Orientasi : 1) menjelaskan topik
pembelajaran, tujuan dan hasil belajar yang akan dicapai peseta didik, 2)
menjelaskan inti kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan, 2. merumuskan masalah: siswa di hadapkan dalam suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk menemukan teka-teka itu, 3. merumuskan hipotesis:
-
16
jawaban sementara dari suatu permasalah yang dikaji sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya 4. mengumpulkan data: aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam pembelajaran PI mengumpulkan data meruapakan proses mental yang
sangat penting dalam memotivasi yang kuat dalam belajar, dan ketekunan
mengunakan potensi berfikir, 5. menguji hipotesis: menentukan jawaban yang
dianggap diterima disesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data.6. merumuskan kesimpulan: proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan
kepada siswa data mana yang relevan.
Nurhadisah, Halim, & Khaldun, (2014:56) proses pembelajaran PI yaitu
sebagai berikut: 1. merumuskan masalah (siswa diberi pertanyaan oleh guru ), 2.
mengembangkan hipotesis (siswa mencari jawaban sementara), 3.
mengumpulkan bukti (siswa mencari data sebanyak-banyaknya), 4. menguji
hipotesis (siswa membuktikan dari jawaban sementara), 5. menarik kesimpulan
sementara (siswa menarik kesimpulan sementara berdasarkan temuan yang
diperoleh dari lapangan), dan 6. mengkomunikasikan kesimpulan (siswa
mempresentasikan hasil temuan di depan kelas ).
Langkah-langkah dalam PI menurut Kawuri (2017:907) sebagai berikut: 1.
menyimak penjelasan tujuan pembelajaran, 2. merumuskan masalah (siswa
merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya), 3. mengajukan hipotesis
(siswa membuat jawaban sementara dari permasalahan yang dirumuskan), 4.
mengumpulkan informasi (siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
melalui observasi untuk menemukan jawaban dari suatu masalah), 5.
menganalisis informasi (siswa menganalisis informasi yang diperoleh
berdasarkan hasil observasi), 6. menguji hipotesis (siswa membuktikan dari
jawaban sementara), 7. menarik kesimpulan berdasarkan hasil temuan yang
diperoleh di lapangan, dan 8. penyajian hasil karya (siswa menyajikan hasil
temuan di depan guru, teman sekelas, atau audien yang lain).
-
17
Jadi langkah-langkah PI yang dikemukakan ke 3 para ahli di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Merumuskan masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Menganalisis data
6. Menguji hipotesis
7. Merumuskan kesimpulan
8. Mempresentasikan
Kelebihan dari pembelajaran PI menurut Mistianti (2013) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam membangun pemahaman
dan keahlian melalui interaksi dengan lingkungan sosial seperti teman, guru atau
sumber lainnya. Interaksi dengan lingkungan sosial diharapkan siswa akan dapat
memperbaiki pemahaman dan memperkaya pengetahuannya melalui kegiatan
tanya jawab maupun diskusi kelompok. Selain itu inkuiri merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk belajar
memecahkan masalah secara rasional dan sistimatis. Siswa sangat perlu
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah terutama dalam menghadapi
arus perkembangan informasi dan teknologi serta globalisasi saat ini.
Kekurangan pembelajaran PI menurut Suryosubroto (2002) adalah sebagai
berikut: (1) Dipersyaratkan oleh keharusan dalam persiapan mental siswa untuk
cara belajar. (2) Pembelajaran PI kurang berhasil dalam kelas besar, karena
sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan ejaan dari bentuk
kata-kata tertentu. (3) Harapan yang ditumpah pada pendekatan ini mungkin
mengecewakan siswa yang biasa pada perencanan dan pembelajaran secara
tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran PI. Jadi kekurangan
pendekatan inkuiri yaitu memaksakan siswa yang lamban untuk mencari
jawaban sendiri, dan menghabiskan waktu dalam pembelajaran untuk mencari
kata-kata dan ejaan baru.
-
18
Model Think Pair Share (MTPS)
Trianto (2013:81) menyatakan MTPS merupakan model yang
menempatkan siswa untuk berfikir, berpasangan, dan berbagi. Pembelajaran ini
dirancarng untuk mempengaruhi pola interaksi antar siswa dan guru. Interaksi
antar siswa sangat dibutuhkan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran dan
membentuk suatu pembelajaran yang aktif. Pembelajaran yang aktif, sering
disertai dengan interaksi yang komunikatif, yang akan menghasilkan
pembelajaran efektif.
Menurut Wardani Naniek S. (2016:81), MTPS adalah model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk berfikir, berdiskusi dengan pasangannya dan hasil
dari diskusi kemudian di sharing kan pada teman-teman di kelas. Dalam
pembelajaran MTPS guru memberi pertanyaan yang dikaitkan dengan
pembelajaran dan siswa diminta untuk berfikir secara mandiri menyelesaikan
jawaban yang diajukan oleh guru, kemudian hasil jawaban dari seorang siswa di
sampaikan pada teman pasangannya, setelah itu mereka berdiskusi untuk
menentukan kesepakatan jawaban, kemudian hasil kesepakatan/jawaban
dipresentasikan hasil dari jawaban mereka kepada seluruh siswa di kelas.
Suprijono (2011:91) mengemukakan pembelajaran MTPS merupakan
model pembelajaran yang menekankan siswa untuk berfikir secara berpasangan
yang kemudian hasil diskusi dibagikan keseluruhan kelas, dalam pembelajaran
siswa dapat saling berfikir memberikan jawaban atas masalah secara
berpasangan untuk dapat membuat suatu pembentukan kelompok belajar yang
saling memberikan masukan-masukan pemikiran dari setiap siswa, yang
mendorong siswa terjadi interaksi tanya jawab pada pengkontruksikan
pengetahuan dan hasil pembelajaran yang diikuti siswa
Jadi MTPS adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berfikir
sendiri terlebih dahulu, kemudian berfikir bersama dengan pasangannya, dan
hasil disampaikan kepada seluruh siswa di kelas.
Menurut Wardani Naniek S. (2016:81) langkah-langkah dalam
pembelajaran MTPS adalah sebagai berikut: 1. siswa menyimak inti
pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai, 2. siswa diminta untuk berfikir
-
19
tentang materi atau permasalahan yang disampikan (think), 3. siswa diminta
berpasangan (pairing) dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, 4. siswa mengikuti diskusi,
secara pleno dan menyimak (sharing) guna jawaban yang diperoleh setiap
pasang, 5. siswa menyimak penjelasan guru yang menegaskan jawaban setiap
pasangan dan menyimak materi yang belum diungkapkan oleh para pasangan, 6.
siswa menyimak kesimpulan, 7. penutup.
Mulyatiningsih (2011:234) juga mengemukakan langkah-langkah
pembelajaran MTPS adalah sebagai berikut: 1. siswa menyimak inti materi dan
kompetensi yang akan dicapai, 2. siswa diminta untuk berpikir tentang materi
yang disampaikan guru, 3. siswa diminta untuk berpasangan dengan teman
sebelahnya (satu kelompok terdiri dari 2 orang) dan mengutarakan persepsi
masing-masing tentang apa yang telah disampaikan oleh guru, 4. setiap
pasangan saling mengemukakan hasil dari diskusi, 5. siswa menyimak materi
tambahan guru yang masih belum dipahami siswa dan menegaskan kembali
permasalahan yang harus dipahami, 6. siswa menyimak kesimpulan dari guru
Langkah-langkah MTPS yang dikemukakan Setiawan, Susanti, & Mulyani
(2013) dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut: 1. siswa diberikan tugas dan
siswa berfikir untuk menyelesaikan permasalahan mengenai materi pelajaran, 2.
siswa diminta untuk berpasangan (kelompok 2 orang) untuk berdiskusi hasil
diskusi tersebut di bagikan kepada pasangan lain, perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya, 3. siswa dibimbing guru untuk
menambahkan bahasan materi pokok yang belum diungkapkan siswa, 4. siswa
dan guru menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran bersama siswa.
Jadi langkah-langkah MTPS adalah sebagai berikut:
1. Menyimak kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran
2. Menyimak materi pembelajaran yang disampaikan
3. Menjawab pertanyaan berdasarkan materi
4. Berfikir untuk mencari jawaban yang diajukan guru
5. Duduk berpasangan untuk berdiskusi dengan teman sebelahnya untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan guru
-
20
6. Diskusi secara pleno (setiap pasangan melaporkan hasil diskusi dan
pasangan yang lain memberikan tanggapan terhadap pasangan yang
sedang melaporkan hasil diskusinya).
7. Penegasan materi dengan bimbingan dari guru.
8. Menyimak kesimpulan hasil diskusi
Pelaksanaan pembelajaran MTPS memiliki kelebihan dan kelemahan,
kelebihan pembelajaran MTPS menurut Jadmiko (2015: 423) diantaranya adalah
adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah,
yang akan meningkatkan keterampilan belajar siswa, dan masing-masing siswa
baik yang pandai maupun yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat.
Selain itu kelebihan pembelajaran MTPS yaitu dapat memberikan kesempatan
siswa untuk mengembangkan idenya kemudian ide yang di dapat di share ke
teman-temannya.
Dikemukakan oleh Huda (2011:171), kelemahan pembelajaran MTPS
adalah menambah beban guru untuk koreksi laporan tugas, dan menambah
beban guru yang harus mendampingi banyaknya kelompok. Jadi kelemahan
pembelajaran MTPS yaitu guru akan terbebani dalam pembelajaran karena
banyaknya kelompok-kelompok yang harus didampingi dan mengoreksi evaluasi
pembelajaran.
Pembelajaran PI- TPS adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
melakukan penyelidikan secara ilmiah dengan cara siswa berfikir sendiri,
berdiskusi dengan pasangannya dan berbagi kepada teman di kelas.
Langkah-langkah pembelajaran PI-MTPS adalah sebagai berikut:
1. Menyimak tujuan pembelajaran
2. Menerima permasalahan dari guru
3. Berfikir untuk merumuskan masalah secara individu
4. Duduk berpasangan
5. Berdiskusi rumusan masalah
6. Merumuskan hipotesis
7. Mengumpulkan data
8. Menganalisis data
-
21
9. Presentasi sharing hasil pembuktian hipotesis dalam diskusi pleno
10. Merumuskan kesimpulan.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh R. T, Fridawati pada
tahun 2012 yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa
Pada Pelajaran Bahasa Inggris Dengan Model Pembelajaran TPS (Think Pair
Share) di Kelas V SD Immanuel Medan Tahun Ajaran 2011 / 2012”. Ada pun
aspek yang dinilai dari keterampilan berbicara yaitu aspek Kebahasaan seperti;
pelafalan bunyi bahasa, ketepatan intonasi, pemilihan kata, penyusunan kalimat
dan nonkebahasaan seperti; ketenangan, kesopanan, kekompakan,topik
pembicaraan. Hasil ketuntasan kemampuan berbicara siswa meningkat dari 41
siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas. Pada siklus I
pertemuan II meningkat ketuntasan siswa menjadi 41,5% siswa yang tuntas,
kemudian pada siklus II pertemuan I meningkat menjadi 58,5% siswa yang
tuntas dan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang
siswa yang tuntas. Kelebihan dari penelitian ini yaitu semua siswa atau 100 %
tuntas dalam kemampuan berbicara. Kelemahan dari penelitian ini yaitu tidak
menggunakan media yang menarik minat dalam pembelajaran oleh karena itu
penelitian selanjutnya menggunakan media pembelajaran yang menarik agar
siswa lebih berminat dan lebih terpacu dalam mengikuti pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Hesti Kartikasari pada tahun
2014 dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara
Melalui Strategi Think-Pair-Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014”.
menunjukkan bahwa adanya peningkatan signifikan dari masing-masing aspek
keterampilan berbicara baik pada siklus I maupun siklus II. Pada siklus I aspek
pemahaman mencapai presentase 61,6% , ketepatan logika mencapai 64,4%,
ketepatan kalimat 65,6%, kelancaran 64,4%, Intonasi 61,2% dan jeda 60,8%.
Sedangkan pada siklus II diperoleh persentase pada aspek pemahaman sebesar
76%, ketepatan logika 73,2%, ketepatan kalimat 74,8%, kelancaran 70,4%,
-
22
intonasi 70%, dan jeda sebesar 68%. Kelebihan yang dicapai dalam penelitian
ini yaitu keseluruhan siswa kelas IV SD Negeri 2 Nogosari telah menguasi
keenam aspek kemampuan berbicara. Kelemahan dari penelitian ini yaitu
terdapat beberapa siswa yang mendapatkan nilai keterampilan berbicara di
bawah KKM, oleh karena itu penelitian selanjutnya dalam pembelajaran
menjadikan siswa lebih aktif dan termotivasi untuk memperoleh nilai baik.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Hanifah Yuniarti (2013)
tentang ”Penerapan Model Think Pair Share dengan Video Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas III SDN Karanganyar 02
Semarang” juga mengukur keterampilan berbicara, namun cara pengukuran
keterampilan berbicara, yakni menggunakan pemilihan kata, pelafalan kalimat,
sikap siswa dan keberanian, ketepatan isi yang dibicarakan, dan kelancaran saat
berbicara. Dari hasil pengukuran nampak terjadi peningkatan keterampilan
berbicara dari siklus 1 sebesar rata-rata keterampilan berbicara 2,4 meningkat
menjadi 2,6 di siklus 2, dan siklus 3 mengalami peningkatan menjadi 2,72
melalui pembelajaran model TPS. Kelebihan dari penelitian ini yaitu
meningkatkan keterampilan guru, aktifitas siswa dan keterampilan 179
berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas III.
Kelemahan dari penelitian ini yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran guru
kurang tegas terhadap anak yang melakukan kesalahan; bimbingan yang di
berikan guru masih kurang, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya guru
harus tegas menghadapi anak yang melakukan kesahaan agar tidak mengulangi
perbuatanya dan guru lebih belajar lagi sebelum melakukan pembelajaran agar
dapat membimbing siswa.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam kenyataannya guru dalam proses pembelajaran senang
menggunakan model konvensional melalui metode ceramah dan pembelajaran
berpusat pada guru (teacher center). Aktivitas guru dalam pembelajaran adalah
menjelaskan materi, menulis catatan, memberi soal, dan dalam memberi tugas
pekerjaan rumah (PR). Siswa belum sama sekali terlibat aktif dalam kegiatan
-
23
pembelajaran, hanya duduk diam dan mendengarkan guru berbicara. Kegiatan
pembelajaran ini yang membuat siswa tidak bersemangat untuk belajar dan
bosan. Sehingga siswa menjadi lebih pasif, dan kurang kreatif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran
seperti meminta siswa untuk aktif membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.
Kegiatan belajar di dalam kelas siswa untuk terampil berbicara. Agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal, yaitu dengan mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran melalui keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengkomunikasikan pesan secara alami kepada orang lain, melalui latihan
berbicara yang terdiri dari aspek kebahasaan (pengucapan, pengembangan kosa
kata, pembentukan kalimat dan isi bicara) dan aspek non kebahasaan
(keberanian, kelancaran, dan ekspresi). Melalui latihan berbicara aspek non
kebahasaan yakni berani menyampaikan secara lisan rumusan masalah, dengan
lancar, berani mengemukakan pendapat dalam diskusi; berani menyatakan
hipotesis dengan lancar; berani menyampaikan pemecahan masalah dengan
lancar dan berani membuat kesimpulan menyatakan dengan lancar. Setiap siswa
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka pembelajaran diupayakan
dibentuk kelompok dan diminta untuk bekerja sama. Sehingga pendekatan dan
model yang dipilih untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas yaitu
dengan pembelajaran PI-MTPS.
Pembelajaran PI-MTPS digunakan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara. Besarnya keterampilan berbicara diukur melalui keberanian
merumuskan masalah, mengekspresikan pendapat dalam diskusi, sharing skema
siklus hidup hewan dengan lancar dan sharing slogan upaya pelestarian dengan
lancar, dan penyampaian puisi pelestarian siklus hidup hewan berdasarkan lafal,
intonasi dan ekspresi. PI-MTPS adalah pembelajaran yang menekankan siswa
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah dengan tema 6
Cita-Citaku subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku dan Berusaha Meraih Cita-Cita KD
4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup yang ada di
lingkungan sekitarnya, dan slogan upaya pelestariannya; dan KD 4.6
-
24
Melisankan puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang
tepat sebagai bentuk ungkapan diri, melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1)
menyimak materi belajar siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya, 2)
berfikir merumuskan masalah siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya, 3)
berdiskusi merumuskan masalah siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya
dengan pasangannya, 4) merumuskan hipotesis siklus hidup hewan dan upaya
pelestariannya, 5) membuat skema siklus hidup hewan, 6) sharing pembuktian
hipotesis siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya dalam diskusi pleno, dan
7) melisankan puisi.
Desain pembelajaran ini untuk mengukur keterampilan berbicara.
Secara rinci pelaksanaan pembelajaran yang akan meningkatkan
keterampilan berbicara disajikan melalui gambar 2.2 tentang peningkatan
keterampilan berbicara melalui PI-MTPS berikut ini.
-
25
Gambar 2.2
Skema Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Tema 6 Cita-Citaku Subtema 2
Hebatnya Cita-Citaku Melalui PI-MTPS
Berfikir merumuskan masalah
siklus hidup hewan dan upaya
pelestariannya
Menyimak materi siklus hidup
hewan dan upaya
pelestariannya
Melisankan puisi
Berdiskusi merumuskan
masalah dengan pasangannya
siklus hidup hewan dan upaya
pelestariannya
Merumuskan hipotesis siklus
hidup hewan dan upaya
pelestariannya
Membuat skema siklus hidup
hewan
Sharing pembuktian hipotesis
siklus hidup hewan dan upaya
pelestariannya
dalam diskusi pleno
Tema 6 Cita-Citaku kelas 4
semester 2
Pembelajaran PI-MTPS
Skor Keterampilan Berbicara Belum Ada Pembelajaran Konvensional
Subtema 1Aku dan Cita-Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-
Citaku
Subtema 3 Giat Berusaha meraih
Cita-Cita
Skor
keterampilan berbicara siswa
Berani merumuskan masalah
Mengekspresikan dengan
tenang pendapat dalam
diskusi
Sharing:
1) Skema siklus hidup hewan dengan lancar
2) Slogan upaya pelestariamn dengan lancar
Penyampaian puisi pelestarian siklus hidup hewan
berdasarkan lafal, intonasi dan ekspresi
Rubrik Pengukuran
-
26
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini adalah bahwa peningkatan keterampilan berbicara
tema 6 Cita-Citaku subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku dan subtema 3 Giat
Berusaha Meraih Cita-Cita diduga dapat diupayakan melalui PI-MTPS siswa
kelas IV SDN Tembarak Temanggung semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.
top related