bab i reni
Post on 09-Dec-2015
227 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi suatu negara, anak-anak merupakan aset yang sangat berharga,
sehingga masa anak-anak dinamakan “masa emas” (golden age). Satu langkah
awal mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak dilaksanakan melalui
pemantauan tumbuh kembang anak secara kontinu atau berkesinambungan diikuti
dengan stimulasi tumbuh kembang. Tumbuh kembang bayi dan balita sendiri
merupakan suatu hal yang sangat menarik, karena di dalamnya terdapat hal-hal
unik dan menakjubkan yang kadang tidak disadari oleh seseorang yang sudah
dewasa. Keberhasilan tiap fase tumbuh kembang ternyata berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang di fase selanjutnya (Proverawati, 2011).
Mengingat bahwa bayi dan anak-anak adalah generasi pewaris masa depan
bangsa, dan juga merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan
pembangunan di suatu negara, maka perhatian terhadap keadaan gizi,
perkembangan, dan kesehatan mereka merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Disamping itu, masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak
terjadi pada masa bayi dan balita, artinya keberhasilan perkembangan pada masa
bayi dan balita akan menentukan perkembangan anak pada fase berikutnya
(Kemenkes, 2010).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2009).
1
2
Setiap orang tua tentunya sangat menginginkan anak-anaknya dapat berkembang
secara optimal di setiap tahun usianya, sehingga memantau perkembangan putra-
putrinya merupakan sebuah keinginan bahkan keharusan. Keterbatasan waktu,
minimnya pengetahuan, dan kurangnya kemampuan untuk mengakses informasi
merupakan beberapa kendala yang dirasakan orang tua dalam memantau
perkembangan putra-putrinya (Sulistyawati, 2014).
Perkembangan bayi yang tidak baik dapat mengakibatkan berbagai
gangguan perkembangan anak antara lain gangguan bicara dan bahasa, Sindrom
Down, gangguan Autisme, dan retardasi mental (Soetjiningsih, 2010). Masalah
retardasi mental di Indonesia adalah masalah yang besar bagi negara, diperkirakan
1,3% penduduk Indonesia menderita kelainan retardasi mental (Fuadiyah, 2013).
Diperkirakan angka Sindrom Down adalah 1,0-1,2 per 1000 kelahiran hidup dan
20% anak dengan Sindrom Down dilahirkan oleh ibu yang berumur diatas 35
tahun. Gangguan bicara dan bahasa pada anak sekitar 4-5%, sedangkan jumlah
penyandang autisme 1 per 5000 anak (Soetjiningsih, 2010).
Perkembangan seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi
antara faktor genetik, herediter, dan konstitusi dengan faktor lingkungan. Agar
faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan anak,
maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu. Kebutuhan dasar ini
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih, dan asah (Nursalam, 2010).
Salah satu kebutuhan asuh bagi bayi yang berperan penting dalam
perkembangan bayi yang optimal adalah nutrisi yang mencukupi dan seimbang
pada bayi. Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai
3
sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai
pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemeberian ASI secara eksklusif,
yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 6 bulan (Nursalam, 2010).
Perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang
diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI
tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan tumbuh
kembang sampai usia sekitar 6 (enam) bulan, dengan menyusui secara eksklusif.
ASI dan menyusui secara eksklusif akan menciptakan faktor lingkungan yang
optimal untuk meningkatkan kecerdasan bayi melalui pemenuhan semua
kebutuhan awal dari faktor-faktor lingkungan (Roesli Utami, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Moedjiono telah membuktikan kalau bayi
umur 0–6 bulan diberikan ASI saja pertumbuhannya jauh lebih baik dibandingkan
bayi tidak mendapat ASI (Azrul Azwar, 2003). Hasil penelitian UNICEF
terhadap 1000 bayi prematur membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang
diberikan ASI eksklusif mempunyai intelegent Question yang secara bermakna
lebih tinggi yaitu 8,3 point. Hasil penelitian oleh pakar menunjukkan bahwa
penyebab gangguan pertumbuhan yang terjadi pada awal kehidupan balita, salah
satu penyebabnya yaitu pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu
dini dan tidak kalah penting adalah ibu tidak berhasil memberi ASI eksklusif
kepada bayinya (Roesli Utami, 2008).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada bulan Juli 2014 di Posyandu
wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu terhadap 10 orang bayi
didapatkan data sebagai berikut: 6 orang bayi diberi ASI Eksklusif dan 4 orang
4
bayi non eksklusif. Dilihat dari perkembangannya, 6 orang bayi masuk kategori
perkembangan normal, 4 orang bayi meragukan, dan tidak ada yang mengalami
penyimpangan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan perkembangan bayi umur 7-
12 bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Apakah ada hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan perkembangan
bayi umur 7-12 bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota
Bengkulu?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
perkembangan bayi umur 7-12 bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas
Lingkar Timur Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pemberian ASI Eksklusif di Posyandu
wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu.
b. Untuk mengetahui gambaran perkembangan bayi umur 7-12 bulan di
Posyandu wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu.
5
c. Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
perkembangan bayi umur 7-12 bulan di Posyandu wilayah kerja
Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Posyandu dan wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur
Dengan diketahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan perkembangan
bayi umur 7-12 bulan, diharapkan dapat menjadi informasi bagi pemberi
pelayanan kesehatan dasar terutama posyandu dan puskesmas untuk dapat
memberikan penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif serta dilakukan
upaya deteksi dini perkembangan anak secara berkesinambungan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi pada institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri
Mandiri Sakti Bengkulu, khususnya tentang hubungan pemberian ASI
Eksklusif dengan perkembangan bayi umur 7-12 bulan, agar dijadikan
dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat peneliti selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman berharga terhadap peneliti dalam rangka menambah
wawasan keilmuan, khususnya tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif
dengan perkembangan bayi umur 7-12 bulan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai data dasar dan pedoman bagi peneliti selanjutnya yang ingin
mengembangkan penelitian ini.
top related