reni yoheser-1209025016-mkl2015.pdf
TRANSCRIPT
MANAJEMEN KONSTRUKSI LANJUT
DISUSUN OLEH :
NAMA : RENI YOHESER
NIM :1209025016
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
RINGKASAN/RESUME REGULASI TERKAIT JASA KONSTRUKSI
1. UU RI NO.18/1999 Tentang Jasa Konstruksi..................................... .... 1
2. PP No. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.... 6
a. PP No. 4/2010 Tentang Perubahan Atas PP No.28/2000................. .... 9
b. PP NO.92/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas PP NO. 28/2000.... 10
3. PP No. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.................. .... 10
a. PP RI NO. 59 TAHUN 2010 Tentang Perubahan Atas PP
No. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi............... 17
4. PP No. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi... 18
5. Permen PU RI Nomor: 207/PRT/M/2005 : Pedoman Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi Pemerintah secara Elektronik.......................................... 20
a Surat Edaran Menteri PU RI NO:07/SE/M/2012:
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
secara Elektronik (E-Procurement)................................................ ... 20
6. Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011 Tentang Standar Dan
Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi......... 21
a Permen PU RI Nomor : 14/Prt/M/2013
Tentang Perubahan Atas Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011..... ... 22
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
iv
b Permen PU RI Nomor: 07 / Prt/M/2014 Tentang Perubahan
Kedua Atas Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011...................... . 22
7. Permen PU RI Nomor: 28/PRT/M/2006: Perizinan Perwakilan
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing................................................... 23
a. Surat Edaran Menteri PU RI Nomor: 13/SE/M/2006:
Persyaratan Perusahaan Asing dalam Mengikuti
Proses Pengadaan Barang/Jasa di Indonesia............................ . 25
8. Surat Edaran Menteri PU RI Nomor: 13/SE/M/2006:
Persyaratan Perusahaan Asing dalam Mengikuti Proses
Pengadaan Barang/Jasa di Indonesia................................................ 27
STRUKTUR ISI UUJK dan KAITAN UUJK dengan REGULASI LAIN
1. Struktur isi UUJK No.18 tahun 1999....................................................... 27
2. Hubungan antara UUJK No.18 tahun 1999 dengan regulasi lain ........... 28
STRUKTUR ISI DARI REGULASI DENGAN REGULASI
PERATURAN PERUBAHAN/SURAT EDARAN
1. PP No. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi................................................................................. ............ 31
2. PP No. 4/2010 Tentang Perubahan Atas PP No. 28/2000................... . 32
3. PP No.92/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas PP NO. 28/2000........ 32
4. PP No. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.................. 33
5. PP RI NO 59/2010 Tentang Perubahan Atas
PP NO 29/2000 Tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi....................................................................................... 35
6. PP No. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi 35
7. Permen PU RI Nomor: 207/PRT/M/2005: Pedoman Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi Pemerintah Secara Elektronik....................................... 39
8. Surat Edaran Menteri PU RI Nomor: 07/SE/M/2012: Pelaksanaan
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
v
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara Elekronik ( e-Procurement) 37
9. Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011 Tentang Standar Dan
Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi........ 38
10. Permen PU RI Nomor: 14/Prt/M/2013 Tentang Perubahan
Atas Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011................................... 38
11. Permen PU RI Nomor: 07 / Prt/M/2014 Tentang Perubahan
Kedua Atas Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011.............................. 39
12. Permen PU RI Nomor: 28/PRT/M/2006: Perizinan Perwakilan
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing................................................. 39
13. Surat Edaran Menteri PU RI Nomor: 13/SE/M/2006:
Persyaratan Perusahaan Asing dalam Mengikuti Proses
Pengadaan Barang/Jasa di Indonesia...................................................... 40
14. Kepmen PU RI Nomor: 339/KPTS/M/2003 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah........ 40
Daftar Pustaka.............................................................................................. 41
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
1
RESUME/RINGKASAN REGULASI TERKAIT JASA KONSTRUKSI:
1. UU RI NO.18/1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI
Pertimbangan perlunya Undang-undang tentang Jasa Konstruksi yaitu karena
Pembangunan nasional berperan dalam pencapaian masyarakat adil dan makmur,
peran strategis jasa konstruksi dalam pembangunan nasional serta kurang
berkembangnya iklim usaha, yang mendukung peningkatan daya saing secara optimal
dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 : Menjelaskan definisi dari perangkat kerja dalam pekerjaan konstruksi yang
terdiri dari jasa konstruksi, pekerjaan konstruksi, pengguna jasa, penyedia
jasa, kontrak kerja konstruksi, kegagalan bangunan, forum jasa konstruksi,
registrasi, perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas
konstruksi.
BAB II ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2 : Membahas tentang pengaturan jasa konstruksi, dilandasi ketentuan tertentu.
Pasal 3 : Membahas tujuan dari pengaturan jasa konstruksi
BAB III USAHA JASA KONSTRUKSI
Bagian Pertama Jenis, Bentuk, dan Bidang Usaha
Pasal 4 : Membahas tentang jenis usaha konstruksi serta tugas dan kewajibannya.
Pasal 5 : Membahas tentang bentuk usaha konstruksi serta ketentuan-ketentuannya
Pasal 6 : Membahas bidang usaha konstruksi yang mencakup pekerjaan yang terkait
dengan konstruksi
Pasal 7 : Ketentuan yang dimaksud diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Bagian Kedua Persyaratan Usaha, Keahlian, dan Keterampilan
Pasal 8 : Membahas tentang persyaratan usaha yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa
yang berbentuk badan usaha
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
2
Pasal 9 : Membahas tentang persyaratan yang harus dimiliki oleh penyedia jasa serta
tenaga kerja pada badan usaha konstruksi yaitu berupa sertifikat keahlian,
sertifikat keterampilan dan keahlian kerja
Pasal 10 : Ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9 diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah
Bagian Ketiga Tanggung Jawab Profesional
Pasal 11 : Badan usaha dan perseorangan harus bertanggung jawab terhadap hasil
pekerjaannnya. Tanggung jawab yang dilandasi prinsip-prinsip keahlian ini
dapat diwujudkan melalui mekanisme pertanggungan.
Bagian Keempat Pengembangan Usaha
Pasal 12 : Pengembangan usaha konstruksi baik perencanaan maupun pelaksanaan
konstruksi dikembangkan ke arah usaha yang bersifat umum dan spesialis
Pasal 13: Membahas tentang dukungan mitra usaha terhadap pengembangan jasa
konstruksi melalui peningkatan akses sumber pendanaan serta pengembangan
jenis usaha pertanggungan
BAB IV PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Bagian Pertama Para Pihak
Pasal 14 : Pihak yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna dan
penyedia jasa
Pasal 15 : Pengguna jasa harus membayar biaya pekerjaan konstruksi disertai dengan
dokumen pembuktian atau bentuk lain yang disepakati dan harus memenuhi
kelengkapan yang dipersyaratkan.
Pasal 16 : Layanan penyedia jasa yaitu layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan besaran
pekerjaan/biaya, teknologi canggih, serta risiko besar bagi para pihak
ataupun kepentingan umum.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
3
Bagian Kedua Pengikatan Para Pihak
Pasal 17 : Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi melalui pemilihan
penyedia jasa dengan cara pelelangan umum/terbatas ataupun pemilihan
langsung.
Pasal 18 : Membahas kewajiban pengguna jasa mencakup menerbitkan dokumen
tentang pemilihan penyedia jasa, menetapkan penyedia jasa secara
tertulis sebagai hasil pemilihan, dan penyedia jasa wajib menyusun
dokumen penawaran untuk.
Pasal 19 : Pemberian sanksi terhadap pengguna atau penyedia jasa, apabila terbukti
menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.
Pasal 20 : Pengguna jasa dilarang memberikan pekerjaan kepada penyedia jasa yang
terafiliasi untuk mengerjakan satu pekerjaan konstruksi tanpa melalui
pelelangan umum ataupun pelelangan terbatas.
Pasal 21 : Ketentuan mengenai pemilihan, kewajiban, dan pembatalan diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
Bagian Ketiga Kontrak Kerja Konstruksi
Pasal 22 : Persyaratan yang harus tertera dalam kontrak kerja konstruksi meliputi para
pihak, rumusan pekerjaan, masa pertanggungan/pemeliharaan, tenaga ahli,
hak dan kewajiban, cara pembayaran, cidera janji, penyelesaian
perselisihan, pemutusan kontrak kerja konstruksi, keadaan memaksa,
kegagalan bangunan, perlindungan pekerja dan aspek lingkungan. Kontrak
kerja konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam
hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing.
BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Pasal 23 : Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan yang wajib memenuhi ketentuan-ketentuan
yang ada.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
4
Pasal 24 : Menjelaskan bahwa penyedia jasa dapat menggunakan subpenyedia jasa
dengan keahlian khusus dan memenuhi persyaratan. Penyedia jasa dan
subpenyedia jasa wajib memenuhi hak dan kewajiban yang tercantum
dalam kontrak kerja.
BAB VI KEGAGALAN BANGUNAN
Pasal 25 : Membahas kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab pengguna dan
penyedia jasa, ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli
Pasal 26 : Kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kelalaian pihak perencana,
pelaksana maupun pengawas dan merugikan pihak lain maka pihak
penyedia tersebut akan dikenakan ganti rugi.
Pasal 27 : Kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pengguna jasa dan
bersifat merugikan pihak lain maka pengguna jasa akan dikenai ganti rugi.
Pasal 28 : Ketentuan mengenai jangka waktu dan penilai ahli serta tanggung jawab
pengguna jasa diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
BAB VII PERAN MASYARAKAT
Bagian Pertama Hak dan Kewajiban
Pasal 29 : Menjelaskan hak masyarakat untuk melakukan pengawasan dan memperoleh
penggantian atas kerugian akibat pekerjaan konstruksi
Pasal 30 : Masyarakat wajib untuk menjaga ketertiban pelaksanaan konstruksi dan
mencegah pekerjaan konstruksi yang membahayakan
Bagian Kedua Masyarakat Jasa Konstruksi
Pasal 31 : Menjelaskan maksud dari masyarakat jasa konstruksi, dimana
penyelenggaraan masyarakat jasa konstruksi ini dilaksanakan melalui
forum jasa konstruksi.
Pasal 32 : Berisi tentang unsur-unsur dalam suatu forum jasa konstruksi. Forum ini
mempunyai kesempatan untuk menumbuhkembangkan usaha jasa
konstruksi nasional
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
5
Pasal 33 : Berisi keanggotaan dan tugas dari lembaga independen dan mandiri, yang
dapat mengusahakan perolehan dana dari masyarakat jasa konstruksi.
Pasal 34 : Ketentuan mengenai forum diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
BAB VIII PEMBINAAN
Pasal 35 : Menjelaskan tentang pembinaan jasa konstruksi oleh Pemerintah dalam
bentuk pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan.
BAB IX PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Pertama Umum
Pasal 36 : Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan
atau di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak
berlaku terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi.
Bagian Kedua Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
Pasal 37 : Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar pengadilan dapat ditempuh
untuk masalah-masalah yang timbul dengan menggunakan jasa pihak ketiga.
Bagian Ketiga Gugatan Masyarakat
Pasal 38 : Masyarakat yang dirugikan akibat pekerjaan konstruksi berhak mengajukan
gugatan pengadilan dan Pemerintah dapat bertindak untuk kepentingan
masyarakat.
Pasal 39 : Menjelaskan tentang gugatan pada pasal 38 yaitu tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu, tuntutan biaya serta tuntutan sesuai peraturan undang-
undang.
Pasal 40 : Menjelaskan tata cara pengajuan gugatan masyarakat
BAB X SANKSI
Pasal 41 : Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi/pidana atas
pelanggaran Undang-undang ini.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
6
Pasal 42 : Berisi sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada penyedia dan
pengguna jasa.
Pasal 43 : Menjelaskan sanksi bagi yang melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan yang ada
dan mengakibatkan kegagalan konstruksi.
BAB XI KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 44 : Peraturan jasa konstruksi yang telah ada akan tetap berlaku dengan
pertimbangan kesesuaian dengan Undang-undang ini sampai diadakannya
peraturan yang baru berdasarkan UU ini.
BAB XII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45 : Peraturan peundang-undangan yang bertentangan dengan Undang-undang ini
dinyatakan tidak berlaku
Pasal 46 : Undang-undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun terhitung sejak
diundangkan.
2. PP No. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1: Peraturan Pemerintah yang mengatur dan menjelaskan lembaga, klasifikasi,
kualifikasi, sertifikasi, sertifikat, akreditasi, badan usaha di bidang jasa
konstruksi serta Menteri.
Pasal 2 : Menjelaskan lingkup pengaturan usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi
BAB II USAHA JASA KONSTRUKSI
Bagian Pertama Jenis, Bentuk, dan Bidang Usaha
Pasal 3 : Berisi cakupan usaha jasa konstruksi
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
7
Pasal 4 : Jenis usaha jasa konstruksi yaitu usaha jasa perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pekerjaan konstruksi.
Pasal 5 : Menjelaskan lingkup jasa perencanaan dan jasa pengawasan pekerjaan
konstruksi, serta jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan secara
terintegrasi, dan pengembangan layanan jasa perencanaan dan pengawasan
lainnya
Pasal 6 : Menjelaskan bentuk usaha dalam kegiatan jasa konstruksi, usaha orang
perseorangan dan badan usaha baik nasional maupun asing.
Pasal 7 : Menjelaskan bidang usaha yang terdiri dari bidang pekerjaan arsitektural,
sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan, yang dibagi menjadi sub
bidang pekerjaan yang ditetapkan lebih lanjut oleh Lembaga.
Bagian Kedua Klasifikasi dan Kualifikasi Usaha
Pasal 8 : Penjelasan klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa konstruksi, dimana setiap
usaha harus mendapat klasifikasi dan kualifikasi yang dinyatakan dengan
sertifikat.
Pasal 9 : Usaha perseorangan dan badan usaha hanya dapat melakukan layanan jasa
sesuai klasifikasi dan kualifikasi yang ditetapkan oleh Lembaga untuk
pekerjaan teknologi sederhana, berisiko kecil dan biaya kecil. Badan usaha
jasa pelaksana konstruksi yang berbentuk bukan badan hukum untuk
pekerjaan yang berisiko kecil sampai sedang, berteknologi sederhana sampai
madya, serta berbiaya kecil sampai sedang. Dan untuk pekerjaan konstruksi
yang berisiko tinggi dengan teknologi tinggi, dam berbiaya besar hanya bisa
dikelola oleh Perseroan Terbatas (PT).
Pasal 10 : Menjelaskan kriteria risiko, kriteria penggunaan teknologi, kriteria biaya
pelaksanaan pada pekerjaan konstruksi (Pasal 9). Ketentuan lebih lanjut
ditetapkan oleh Lembaga.
Pasal 11 : Penanggung jawab teknik badan usaha harus memiliki sertifikat
keterampilan/keahlian dan tenaga ahli tetap, dilarang merangkap sebagai
tenaga tetap pada usaha orang/badan usaha lainnya.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
8
Bagian Ketiga Registrasi Badan Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 12 : Semua badan usaha yang telah mendapat sertifikat wajib mengikuti registrasi
yang dilakukan Lembaga, yaitu penilaian sertifikat klasifikasi dan sertifikat
kualifikasi.
Bagian Keempat Akreditasi Asosiasi Perusahaan Jasa Konstruksi
Pasal 13 : Pemberian akreditasi terhadap asosiasi perusahaan yang telah memenuhi
persyaratan oleh Lembaga.
Bagian Kelima Perizinan Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 14 : Pemberian izin usaha terhadap badan usaha jasa konstruksi yang telah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
BAB III TENAGA KERJA KONSTRUKSI
Bagian Pertama
Sertifikasi Keterampilan Kerja dan Sertifikasi Keahlian Kerja
Pasal 15 : Membahas tentang Sertifikasi Keterampilan Kerja dan Sertifikasi Keahlian
Kerja, yang akan diberikan kepada tenaga kerja terampil/ahli yang telah
memenuhi persyaratan yang ada.
Bagian Kedua
Klasifikasi, Kualifikasi, dan Registrasi Tenaga Kerja Konstruksi
Pasal 16 : Sertifikasi keterampilan/keahlian kerja dilakukan melalui klasifikasi dan
kualifikasi tenaga kerja konstruksi.
Pasal 17 : Tenaga kerja konstruksi yang telah mendapat sertifikat wajib mengikuti
registrasi yang dilakukan oleh Lembaga.
Pasal 18 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara sertifikasi, klasifikasi, kualifikasi,
dan registrasi tenaga kerja konstruksi ditetapkan oleh Lembaga.
Bagian Ketiga
Akreditasi Asosiasi Profesi dan Institusi Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 19 : Pelaksanaan akreditasi terhadap asosiasi profesi dan institusi pendidikan dan
pelatihan yang telah memenuhi persyaratan sertifikasi.
BAB IV PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI
Bagian Pertama Forum Jasa Konstruksi
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
9
Pasal 20 : Menjelaskan tujuan sarana forum jasa konstruksi. Masyarakat umum,
masyarakat jasa konstruksi, dan dunia usaha jasa konstruksi dapat
menyampaikan aspirasinya kepada Forum. Hasil Forum nantinya
disampaikan kepada Pemerintah, Lembaga, dan asosiasi yang.terkait.
Pasal 21 : Menjelaskan unsur-unsur serta fungsi dari Forum, dan untuk kelancaran
jalannya Forum, maka setiap kali kegiatan dipimpin oleh seorang ketua
sidang.
a. PP No. 4/2010 Tentang Perubahan Atas PP No.28/2000
Beberapa ketentuan dalam PP Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 angka 2 diubah yang menjelaskan klasifikasi.
2. Diantara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 5 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (2a) dan
ayat (3) diubah, serta ditambahkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (5), sehingga
keseluruhan Pasal 5 berisi lingkup layanan jasa perencanaan dan pengawasan
pekerjaan konstruksi, layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
konstruksi.
3. Ketentuan Pasal 7 diubah, sehingga Pasal 7 berisi bidang usaha jasa perencanaan
dan pengawasan konstruksi, bidang usaha jasa pelaksana konstruksi, Bidang usaha
jasa konstruksi yang bersifat umum, spesialis, dan keterampilan.
4. Ketentuan Pasal 8 diubah, tentang Badan usaha jasa konstruksi yang memberikan
layanan jasa konstruksi harus memiliki sertifikat sesuai klasifikasi dan kualifikasi
usaha.
5. Diantara Pasal 8 dan Pasal 9 disisipkan 4 (empat) pasal, yakni Pasal 8A, Pasal 8B,
Pasal 8C, dan Pasal 8D.
6. Ketentuan Pasal 9 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diubah, ayat (4) dihapus, ayat-ayat
ini berisi tentang usaha perseorangan/badan usaha, badan usaha jasa pelaksana
konstruksi serta pekerjaan konstruksi berisiko tinggi, teknologi tinggi dan berbiaya
besar.
7. Ketentuan Pasal 10 ayat (4) diubah, sehingga Pasal 10 ayat (4) membahas tentang
ketentuan mengenai kriteria risiko, teknologi, dan biaya.
8. Ketentuan Pasal 11 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 11 ayat (1) membahas tentang
penanggung jawab teknik yang merupakan tenaga badan usaha jasa perencanaan,
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
10
9. pelaksanaan serta pengawasan yang harus memiliki sertifikat
keahlian/keterampilan.
10. Ketentuan Bab II Bagian Keempat dan Bab III dan Ketentuan Pasal 23 dihapus.
11. Ketentuan Pasal 25 ayat (1) tetap, penjelasannya diubah, sehingga penjelasan Pasal
25 ayat (1) serta ketentuan Pasal 25 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga
keseluruhan Pasal 25 membahas tentang Lembaga dan Kepengurusannya.
12. Ketentuan Pasal 26, Ketentuan Pasal 27 ayat (2) diubah.
13. Di antara Pasal 28 dan Pasal 29 disisipkan 3 (tiga) pasal baru, yakni Pasal 28A,
28B, dan 28C yang membahas tentang Unit Sertifikasi Tenaga Kerja/Badan Usaha
14. Ketentuan Pasal 31 dan Pasal 38 diubah
b. PP NO.92/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PP NO. 28/2000
1. Ketentuan Pasal 10 ayat (4) dihapus, dimana Pasal ini membahas tentang kriteria
risiko dalam pekerjaan konstruksi.
2. Ketentuan Pasal 26, Pasal 29A, dan Pasal 29B dihapus.
3. PP No. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1: Peraturan Daerah mencakup penjelasan pelelangan umum, pelelangan terbatas,
pemilihan langsung, penunjukan langsung, lembaga, dan menteri
Pasal 2 : Berisi Lingkup pengaturan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
BAB II PEMILIHAN PENYEDIA JASA
Bagian Pertama Umum
Pasal 3 : Membahas pemilihan penyedia jasa, yang dilakukan dengan cara pelelangan
umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau penunjukan langsung.
Bagian Kedua Perencana Konstruksi dan Pengawas Konstruksi
Pasal 4: Menjelaskan tentang syarat dan tata cara pemilihan perencana dan pengawas
konstruksi dengan cara pelelangan umum
Pasal 5: Pemilihan perencana dan perencana konstruksi dilakukan melalui sayembara
terbuka atau terbatas. Lembaga menerbitkan tata cara sayembara sebagai acuan
bagi pengguna jasa.
Pasal 6: Menjelaskan syarat dan tata cara pemilihan perencana dan pengawas
konstruksi dengan cara pelelangan terbatas.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
11
Pasal 7: Menjelaskan syarat dan tata cara pemilihan perencana dan pengawas
konstruksi dengan cara pemilihan langsung.
Pasal 8 : Menjelaskan syarat dan tata cara pemilihan perencana dan pengawas
konstruksi dengan cara penunjukan langsung.
Bagian Ketiga Pelaksana Konstruksi
Pasal 9: Menjelaskan tentang Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan
umum berlaku untuk semua pekerjaan pelaksanaan konstruksi, serta syarat dan
tata cara pemilihan
Pasal 10: Menjelaskan tentang Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan
terbatas berlaku untuk pekerjaan dengan risiko tinggi dan teknologi tinggi ,
serta syarat dan tata cara pemilihannya
Pasal 11: Menjelaskan tentang Pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pemilihan
langsung yang berlaku untuk keadaan tertentu, serta syarat dan tata cara
pemilihan
Pasal 12: Menjelaskan Penunjukan langsung pelaksana konstruksi berlaku untuk
keadaan tertentu, serta syarat dan tata cara pemilihan
Pasal 13: Menjelaskan Pemilihan penyedia jasa terintegrasi dilakukan mengikuti tata
cara pemilihan pelaksana konstruksi dengan cara pelelangan terbatas, serta
syarat dan tata cara pemilihannya.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
12
Pasal 14: Lembaga menerbitkan dokumen terkait pemilihan penyedia jasa bagi
pengguna jasa. Untuk anggaran yang dibebankan, akan ditetapkan dalam
Keputusan Presiden, dengan berpedoman pada peraturan Pemerintah ini.
Bagian Keempat Kewajiban dan Hak Pengguna Jasa
Pasal 15: Menjelaskan kewajiban pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa seperti
mengumumkan pelelangan umum/terbatas, menerbitkan dokumen pelelangan
yang mudah dipahami, dll.
Pasal 16: Menjelaskan hak pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa, yaitu
memungut biaya penggandaan dokumen lelang, mencairkan jaminan
penawaran, dan menolak penawaran yang tidak menghasilkan kompetisi yang
efektif.
Bagian Kelima Kewajiban dan Hak Penyedia Jasa
Pasal 17: Kewajiban penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa, yaitu menyusun
dokumen penawaran, menyerahkan jaminan penawaran, dan menandatangani
kontrak kerja konstruksi.
Pasal 18: Hak penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa, yaitu memperoleh
penjelasan pekerjaan; melakukan peninjauan lapangan, dsb.
Bagian Keenam Penetapan Penyedia Jasa
Pasal 19: Penetapan penyedia jasa yang terpilih dilakukan secara tertulis oleh pengguna
jasa. Penetapan perencana konstruksi didasarkan atas kualitas dan untuk
pelaksana konstruksi didasarkan pada harga terendah yang terevaluasi.
BAB III KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
Pasal 20: Penjelasan mengenai kontrak kerja konstruksi yang terdiri dari kontrak kerja
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Pasal 21: Penjelasan mengenai bentuk imbalan Lump Sum, Harga Satuan, Biaya
Tambah Imbalan Jasa, Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan, dan Aliansi
Pasal 22: Menjelaskan tentang dokumen yang harus termuat dalam kontrak kerja,
seperti surat perjanjian, dokumen lelang, dsb.
Pasal 23: Kontrak Kerja memuat uraian mengenai pihak yang terlibat, rumusan
pekerjaan, pertanggungjawaban kontrak, tenaga ahli, Hak dan kewajiban
para pihak, cara
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
13
pembayaran, ketentuan cidera janji, penyelesaian perselisihan, ketentuan
pemutusan kontrak, perlindungan pekerja meliputi bentuk tanggung jawab
perlindungan pekerja. Kontrak kerja konstruksi harus memuat ketentuan
tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual dan Kontrak kerja konstruksi tunduk
pada hukum yang berlaku di Indonesia.
BAB IV PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
Bagian Pertama Umum
Pasal 24: Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dilakukan secara bertahap, mulai dari
tahap perencanaan, kemudian diikuti pelaksanaan dan pengawasannya.
Bagian Kedua Tahap Perencanaan
Pasal 25: Tahap perencanaan pekerjaan konstruksi meliputi prastudi kelayakan, studi
kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik.
Pasal 26: Untuk pekerjaan konstruksi dengan risiko tinggi, dilakukan prastudi
kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik.
Untuk risiko sedang, dilakukan studi kelayakan, perencanaan umum, dan
perencanaan teknik. Dan untuk risiko kecil dilakukan perencanaan teknik.
Pasal 27: Perencanaan pekerjaan konstruksi harus didukung hal-hal yang diperlukan,
sesuai dengan tahapan perencaan. Penyedia jasa wajib menyerahkan hasil
pekerjaan secara tepat dan Pengguna jasa juga wajib melakukan
pembayaran secara tepat.
Bagian Ketiga Tahap Pelaksanaan Beserta Pengawasannya
Pasal 28: Tahap pelaksanaan dan pengawasan meliputi pelaksanaan fisik, pengawasan,
uji coba, dan penyerahan hasil akhir pekerjaan.
Pasal 29: Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi harus didukung dengan
ketersediaan hal-hal yang diperlukan.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
14
Bagian Keempat Standar Keteknikan, Ketenaga Kerjaan,dan Tata Lingkungan
Pasal 30: Ketentuan yang harus dipenuhi penyelenggaran pekerjaan konstruksi yaitu
tentang keteknikan, K3, perlindungan sosial dan tata lingkungan setempat
Bagian Kelima Kegagalan Pekerjaan Konstruksi
Pasal 31: Definisi dari kegagalan kosntruksi yaitu ketidaksesuaian hasil pekerjaan
dengan spesifikasi pekerjaan yang ada dalam kontrak kerja.
Pasal 32: Pihak penyedia bebas dari kewajiban ganti rugi karena kegagalan konstruksi
akibat kelalaian pihak penyedia jasa yang lain, tetapi penyedia jasa wajib
memberikan ganti rugi apabila kegagalan itu disebabkan penyedia jasa itu
sendiri.
Pasal 33: Pemerintah akan mengambil tindakan bila kegagalan konstruksi
mengakibatkan kerugian dan gangguan keselamata umum
BAB V KEGAGALAN BANGUNAN
Bagian Pertama Umum
Pasal 34: Menjelaskan pengertian dari Kegagalan Bangunan, yaitu keadaan bangunan
yang tidak berfungsi akibat kesalahan Penyedia/Pengguna Jasa setelah
penyerahan hasil konstruksi.
Bagian Kedua Jangka Waktu Pertanggungjawaban
Pasal 35: Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan konstruksi ditentukan
sesuai dengan umur konstruksi yang ditetapkan secara jelas di dalam
dokumen perencanaan yang dinyatakan dengan tegas dalam kontrak kerja.
Bagian Ketiga Penilaian Kegagalan Bangunan
Pasal 36: Penilaian Kegagalan Bangunan dilakukan oleh penilai ahli yang profesional
dan kompeten dalam bidangnya.
Pasal 37: Penilai ahli harus memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga.
Pasal 38: Menguraikan hak dan kewajiban penilai ahli seperti menetapkan sebab
kegagalan serta pihak yang bertanggungjawab. Dan berkewajiban untuk
melaporkan hasil penilaiannya.
Pasal 39: Berisi kewenangan penilai ahli, seperti memperoleh keterangan dan data
yang diperlukan, melakukan pengujian serta masuk dalam lokasi bangunan.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
15
Bagian Keempat Kewajiban dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa
Pasal 40: Menguraikan kewajiban dan tanggung jawab penyedia jasa terhadap
kegagalan konstruksi berupa sanksi ataupun ganti rugi.
Pasal 41: Penyedia jasa wajib menyimpan dokumen pelaksanaan konstruksi yang
nantinya dipakai sebagai alat bukti jika terjadi kegagalan kosntruksi, sesuai
jangka waktu pertanggungjawaban.
Pasal 42: Pertanggungjawaban dapat dikenakan pada perseorangan dan atau badan
usaha penandatangan kontrak kerja konstruksi.
Pasal 43: Subpenyedia jasa yang terkait dalam kegagalan konstruksi bertanggung jawab
terhadap penyedia jasa utama
Pasal 44: Kegagalan konstruksi bentuk lain yaitu dokumen dijadikan acuan pekerjaan
konstruksi dan menyebabkan kegagalan konstruksi karena kesalahan
perencanaannya maka ini adalah tanggung jawab perencana konstruksi.
Bagian Kelima Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengguna Jasa
Pasal 45: Pengguna jasa wajib melaporkan terjadinya kegagalan bangunan kepada
Menteri, Instansi dan Lembaga. Dan bertanggungjawab atas kegagalan
konstruksi karena kesalahannya sendiri.
Bagian Keenam Ganti Rugi dalam Hal Kegagalan Bangunan
Pasal 46: Menjelaskan tentang ganti rugi akibat kegagalan konstruksi dilakukan dengan
mekanisme pertanggungan pihak ketiga/asuransi dan bila pengguna jasa
tidak mengikuti ketentuan yang ada maka resiko kegagalannya ditanggung
sendiri oleh pengguna jasa.
Pasal 47: Penetapan besarnya kerugian oleh penilai ahli bersifat final dan mengikat.
Pasal 48: Biaya penilai dibebankan kepada pihak yang melakukan kesalahan, dan biaya
pendahuluan menjadi tanggungan pengguna jasa.
BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 49: Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat dilakukan di luar pengadilan
melalui pihak ketiga dan Arbitrase Ad Hoc serta secara mediasi atau
konsiliasi yang dibantu oleh penilai ahli.
Pasal 50: Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa mediasi dilakukan dengan
bantuan satu orang mediator yang mempunyai sertifikat keahlian.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
16
Pasal 51: Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa konsiliasi dilakukan dengan
bantuan seorang konsiliator yang mempunyai sertifikat keahlian yang
ditetapkan oleh Lembaga
Pasal 52: Kesepakatan tertulis dalam penyelesaian sengketa kemudian ditandatangani
oleh kedua belah pihak bersifat final dan mengikat.
Pasal 53: Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa arbitrase dilakukan melalui
arbitrase sesuai peraturan perundang-undangan
Pasal 54: Tata cara penyelesaian masalah ini dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan .
BAB VII LARANGAN PERSEKONGKOLAN
Pasal 55: Penjelasan larangan Pengguna dan penyedia jasa untuk melakukan
persekongkolan terkait pekerjaan konstruksi, jika persekongkolan ini
dilakukan maka dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
BAB VIII SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 56: Berisi sanksi administratif terhadap pelanggaran Peraturan Pemerintah yang
ditetapkan oleh Pemerintah terhadap Lembaga.
Pasal 57: Pengguna jasa yang tidak melaksanakan kewajiban, serta tidak memenuhi
peryaratan pelaksanaan konstruksi akan dikenakan sanksi administratif.
Pasal 58: Penyedia jasa yang tidak melakukan kewajibannya serta tidak memenuhi
persyaratan pekerjaan konstruksi maka dikenakan sanksi administratif.
Pasal 59: Pengguna dan penyedia jasa yang melanggar ketentuan seperti pada pasal-
pasal sebelumnya, maka akan dikenakan sanksi administratif.
Pasal 60: Pengguna dan penyedia jasa atau antar penyedia jasa dan atau sub penyedia
jasa yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Pasal 55 akan dikenakan
sanksi.
Pasal 61: Sanksi administratif dikenakan sesuai dengan tingkat pelanggaran yang
dilakukan.
Pasal 62: Tata cara dan penerapan sanksi administratif terhadap pengguna jasa diatur
lebih lanjut oleh Menteri
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
17
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63: Peraturan peundang-undangan jasa konstruksi yang telah ada dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.
BAB X KETENTUAN PENUTUP
Pasal 64: Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
a. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59
TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
Beberapa Ketentuan dalam PP No.29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 angka 1 dan angka 2 diubah
2. Ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah
3. Ketentuan Pasal 6 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah, ayat (2) huruf f dihapus, dan
diantara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (2a) sehingga Pasal
6 membahas tentang cara dan syarat pemilihan perencana dan pengawas konstruksi.
4. kriteria penetapan daftar pendek (ayat 3 huruf c), dan pemilihan cara evaluasi
penawaran.
5. Ketentuan Pasal 7 ayat (3) diubah, yang membahas tentang tata cara pemilihan
langsung dengan beberapa tahapan.
4. Ketentuan Pasal 8 ayat (3) diubah, dan membahas tentang Tata cara pemilihan
perencana konstruksi dan pengawas konstruksi.
5. Ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) diubah, yang membahas tentang pemilihan
pelaksana konstruksi pada ayat (2) dan tata cara pelelangan umum ayat (3).
6. Ketentuan Pasal 10 ayat (2) huruf a dan ayat (3) diubah, tentang pemilihan
pelaksana konstruksi yang diumumkan secara luas pada ayat (2a) dan tata cara
pelelangan terbatas pada ayat (3).
7. Ketentuan Pasal 11 ayat (3) diubah, tentang tahapan tata cara pemilihan pelaksana
konstruksi meliputi undangan, penjelasan, pemasukan dan evaluasi penawaran,
negoisasi dan penetapan pemenang
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
18
8. Ketentuan Pasal 12 ayat (3) diubah, tentang tata cara penunjukan langsung
pelaksana konstruksi.
9. Ketentuan Pasal 13 ayat (3) huruf a dan ayat (4) diubah, tentang pemilihan
penyedia jasa terintegrasi dengan syarat diumumkan secara luas pada ayat (3a) dan
tata cara pemilihan yang meliputi pengumuman, pemasukan, dan evaluasi
prakualifikasi pada ayat ayat (4).
10. Ketentuan Pasal 15 huruf a, huruf b, dan huruf k diubah, yaitu mengumumkan
secara luas melalui media elektronik dan/atau media cetak pada huruf a,
menerbitkan dokumen pelelangan pada huruf b, dan menandatangani kontrak kerja
konstruksi pada huruf k.
4. PP No. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1: Peraturan Pemerintah menjelaskan maksud dari Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Lembaga, Pembinaan, dan yang bertangggung jawab dalam bidang
konstruksi.
Pasal 2: Pengaturan pembinaan jasa konstruksi meliputi bentuk pembinaan, pihak yang
dibina, penyelenggara pembinaan serta pembiayaan pembinaan.
BAB II PENYELENGGARA PEMBINAAN
Bagian Pertama Umum
Pasal 3: Bentuk pembinaan jasa meliputi pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan.
Pasal 4: Pihak yang harus dibina adalah penyedia jasa, pengguna jasa dan masyarakat.
Bagian Kedua Pembinaan terhadap Penyedia Jasa
Pasal 5: Pembinaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap penyedia jasa
ditujukan agar meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajibannya.
Pasal 6: Berisi Penjelasan Kebijakan pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan serta
Penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi
Pasal 7: Berisi penjelasan cara Penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi oleh
Pemerintah Propinsi, Kabupaten dan Kota
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
19
Bagian Ketiga Pembinaan terhadap Pengguna Jasa
Pasal 8: Pembinaan jasa konstruksi terhadap pengguna jasa dilakukan untuk
menumbuhkan kesadaran akan hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi.
Pasal 9: Penjelasan cara pembinaan jasa konstruksi oleh Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintah Kota seperti pemberian penyuluhan dsb.
Bagian Keempat Pembinaan terhadap Masyarakat
Pasal 10: Pembinaan jasa konstruksi terhadap masyarakat dilakukan untuk
menumbuhkan pemahaman peran jasa konstruksi dalam pembangunan
nasional.
Pasal 11: Pemerintah Kabupaten dan Kota menyelenggarakan pembinaan jasa
konstruksi terhadap masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas otonomi
daerah
Bagian Kelima Tata Laksana Pembinaan
Pasal 12: Pelaksanaan pembinaan terhadap penyedia/pengguna jasa, dan masyarakat
oleh Pemerintah Pusat dan Daerah bersama dengan Lembaga.
Pasal 13: Berisi tugas yang diberikan kepada unit kerja yang ditunjuk oleh Menteri,
Gubernur, Bupati/Walikota dan Lembaga, berupa rencana program,
pembinaan, monitoring serta penyusunan laporan.
BAB III PEMBIAYAAN
Pasal 14: Biaya pembinaan jasa konstruksi yang dilakukanPemerintah Pusat, Propinsi
maupun Daerah dibebankan pada dana APBN sedangkan biaya Lembaga
diatur oleh Lembaga itu sendiri.
BAB IV KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 15: Peraturan peundang-undangan jasa konstruksi yang telah ada dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.
BAB V KETENTUAN PENUTUP
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
20
5. Permen PU RI Nomor: 207/PRT/M/2005 : Pedoman Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi Pemerintah secara Elektronik
Pasal 1: Dalam Peraturan Menteri ini dijelaskan tentang Pengadaan Jasa Konstruksi
secara elektronik yaitu sistem pengadaan jasa konstruksi yang proses
pelaksanaannya dilakukan secara elektronik.
Pasal 2: Berisi Proses peningkatan transparansi dalam pelaksanaan pengadaan jasa
konstruksi dilakukan secara berjenjang, yaitu Penayangan Hasil Kerja Panitia
Pengadaan, serta Pengadaan sepenuhnya dilakukan secara elektronik.
Pasal 3: Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi yang sebagian dilakukan secara
elektronik terdiri dari Jasa Pemborongan Jasa Konsultansi.
Pasal 4: Penerapan pengadaan Jasa Konstruksi secara elektronik di lingkungan instansi
Pemerintah ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris Menteri/Sekretaris
Utama/Sekretaris Daerah.
Pasal 5: Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan bila dikemudian hari
terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan.
a SURAT EDARAN MENTERI PU RI NOMOR: 07/SE/M/2012 :
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT)
Surat Edaran ini dimaksudkan agar dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa secara elektronik (e-Procurement), yang bertujuan agar dalam pelaksanaan
e-Procurement tercipta transparansi, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas dalam
pengadaan barang/jasa secara elektronik antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
Semi e-procurement adalah proses pemilihan penyedia barang/jasa yang sebagian
prosesnya dilakukan melalui media elektronik (internet) secara interaktif dan
sebagian lagi dilakukan secara manual.
Full e-Procurement adalah proses pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
dengan cara memasukkan dokumen (file) penawaran melalui sistem e-Procurement,
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan
penjelasan dokumen seleksi/lelang masih dilakukan secara tatap muka antara
pengguna jasa dengan penyedia jasa.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
21
Meliputi penerapan pelelangan secara elektronik, penerapan Semi e-Procurement ,
Penerapan Full e-Procurement
Pembinaan dalam penerapan Surat Edaran ini dilakukan oleh Badan Pembina
Konstruksi dan LPSE.
Pengawasan terhadap pelaksanaan Surat Edaran ini dilakukan oleh Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum.
6. Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011 Tentang Standar Dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi
Pasal 1: Peraturan Pemerintah menjelaskan maksud dari Pengguna Anggaran (PA),
Kuasa Pengguna Anggaran, Satuan Kerja, Kepala Satuan Kerja, Pejabat
Pembuat Komitmen, ULP, Pejabat Pengadaan, Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa, Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultansi,
Pekerjaan Kompleks, Kontrak kerja konstruksi, Ahli Hukum Kontrak,
Pemerintah Pusat, Pejabat Eselon I.
Pasal 2: Peraturan Menteri ini ditujukan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi agar lebih operasional dan efektif.
Pasal 3: Membahas Ruang lingkup berlakunya Peraturan Menteri untuk Pengadaan
pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi yang biayanya dari APBN serta pinjaman atau hibah dalam negeri.
Pasal 4: Membahas ketentuan yang harus dipatuhi oleh para pihak yang terkait
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Pasal 5: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
setelah Rencana Perkiraan Biaya yang disusun mendapat persetujuan dari
Pejabat Eselon I.
Pasal 6: Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dilakukan berdasarkan metode
pelaksanaan/kerja dan spesifikasi teknis dengan memperhatikan data harga
pasar setempat. Dan untuk evaluasi penawaran harus berpedoman pada
tatacara/kriteria yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
22
Pasal 7: Kontrak untuk pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi yang bernilai di atas
seratus milyar rupiah dan bersifat kompleks sebelum di tandatangani oleh para
pihak, terlebih dahulu harus memperoleh pendapat Ahli Hukum Kontrak.
Pasal 8: Ahli Hukum Kontrak yang ditunjuk untuk memberikan pendapat hukum, jika
AHK tidak diperoleh maka pendapat hukum dapat diperoleh dari Tim
Pendapat/Opini Hukum Kontrak.
Pasal 9: Memuat tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan
Jasa Konsultansi. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi di
dilaksanakan sesuai dengan Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Konsultansi.
Pasal 10: Dengan ditetapkannya peraturan ini, maka Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 43/PRT/M/2007 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 11: Dengan berlakunya peraturan ini, apabila masih ada proses pengadaan
barang/jasa yang menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
43/PRT/M/2007 dapat dilanjutkan sampai dengan berakhirnya proses
pengadaan tersebut.
Pasal 12: Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
a. Permen PU RI Nomor: 07 / Prt/M/2014 Tentang Perubahan Kedua Atas
Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan dalam Pasal 1 angka 9 diubah, dan membahas tentang Penyedia
Barang/Jasa yang disebut Penyedia adalah badan usaha/perseorangan yang
menyediakan Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Konsultansi Konstruksi.
2. Ketentuan Pasal 4b diubah, yang membahas tentang surat jaminan pekerjaan
konstruksi.
3. Ketentuan Pasal 6d ditambahkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (4) dan ayat (5),
membahas tentang Paket Pekerjaan Konstruksi
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
23
7. PermenPU RI Nomor: 28/PRT/M/2006: Perizinan Perwakilan Badan Usaha
Jasa Konstruksi Asing
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1: Peraturan Menteri ini menjelaskan maksud dari Menteri, BUJKA, Perwakilan
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing, Kepala Perwakilan, Usaha Kerja Sama,
Izin Badan Usaha Jasa Konstruksi, Sertifikat Badan Usaha, Izin Perwakilan
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing, TP BUJK, dan LPJK.
Pasal 2: BUJKA yang akan melaksanakan kegiatan usahanya di Indonesia wajib
mempunyai Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing.
Pasal 3: BUJKA dapat menangani proyek berisiko besar. Peserta nasional ikatan usaha
kerjasama harus Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional yang mempunyai
klasifikasi dan kualifikasi yang setara dan telah memiliki Ijin Usaha dan
Sertifikat Badan Usaha.
Pasal 4: Bidang/sub bidang pekerjaan jasa konstruksi yang menjadi kegiatan BUJKA
mengikuti ketentuan Bidang/Sub bidang yang ditetapkan oleh Lembaga.
BUJKA wajib mempekerjakan Tenaga Kerja Indonesia.
BAB II KEWENANGAN PEMBERI IZIN DAN PERSETUJUAN
Pasal 5: Izin Perwakilan BUJKA dan Persetujuan Usaha Kerjasama diberikan oleh
Menteri atau Pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri.
BAB III
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN IZIN
Pasal 6: Permohonan Izin Perwakilan BUJKA harus dilengkapi dengan dokumen data
Badan Usaha
Pasal 7: Permohonan izin dilakukan dengan mengisi formulir yang telah disediakan dan
diserahkan kepada LPJK Nasional.
Pasal 8: Uang administrasi disetor ke Negara melalui unit PNBP yang akan digunakan
untuk pengawasan BUJKA, yang kemudian dipertanggungjawabkan kepada
Menteri
Pasal 9: Permohonan ikatan usaha kerjasama dilakukan dengan menyampaikan data
kompetensi dan ijin usaha dari badan usaha, dan tidak dipungut biaya.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
24
BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 10: Berisi hak dan kewajiban dari BUJKA, salah satunya yaitu membentuk usaha
kerjasama dan diizinkan mengikuti prakualifikasi /pelelangan dan mentaati
segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
BAB V JANGKA WAKTU
Pasal 11: Izin Perwakilan BUJKA berlaku dalam jangka 3 tahun dan dapat
diperpanjang.
Pasal 12: Jangka waktu izin Perwakilan BUJKA berakhir apabila yang bersangkutan
tidak mengajukan permohonan perpanjangan.
BAB VI SANKSI
Pasal 13: BUJKA yang telah memiliki izin Perwakilan BUJKA dan melanggar
peraturan ini akan dikenakan sanksi administratif.
Bagian Pertama Jenis Pelanggaran
Pasal 14: Penjelasan tentang pelanggaran ringan berupa dan usaha mempekerjakan
tenaga kerja warga negara asing yang tidak memiliki sertifikat keahlian dan
pelanggaran berat berupa BUJKA terbukti tidak menyelesaikan kewajiban
pembayaran ke sub kontraknya.
Bagian Kedua Jenis Sanksi
Pasal 15: Penjelasan tentang sanksi berupa peringatan tertulis, pembekuan izin
pekerjaan konstruksi dan pencabutan izin kantor Perwakilan BUJKA.
Bagian Ketiga Tim Pengawasan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing
Pasal 16: Kegiatan usaha BUJKA akan diawasi oleh Tim Pengawasan Badan Usaha
Jasa Konstruksi Asing ( TPBUJKA ). Biaya operasional TPBUJKA diperoleh
dari pemasukan uang administrasi BUJKA.
BAB VII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17: Izin Perwakilan BUJKA dinyatakan tetap berlaku sampai dengan
tanggal berakhirnya izin tersebut atau paling lama satu tahun sejak
dikeluarkan Peraturan Menteri ini dan izin ini dinyatakan berlaku dengan
syarat mentaati ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
25
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18: Lembaga wajib membuat dan melaksanakan ketentuan peraturan Sertifikasi
BUJKA, dan mendapat pengesahan dari Menteri. Dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri ini maka ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 50/PRT/1991 dan ketentuan lain yang bertentangan dengan
Peraturan Menteri ini dinyatakan tidak beriaku.
Pasal 19: Hal yang belum diatur dalam Peraturan Menteri ini akan diatur kemudian
Pasal 20: Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan
disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk diketahui dan
dilaksanakan.
a Surat Edaran Menteri PU RI Nomor: 13/SE/M/2006: Persyaratan
Perusahaan Asing dalam Mengikuti Proses Pengadaan Barang/Jasa di
Indonesia
Untuk dapat menyelenggarakan usaha jasa konstruksi di Indonesia, Badan Usaha
Asing wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat 4
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi, yang diatur sebagai berikut: memiliki tanda registrasi
badan usaha yang dikeluarkan oleh Lembaga; Memiliki kantor perwakilan di
Indonesia; Memberikan laporan kegiatan tahunan bagi perpanjangan; dan
Memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan.
Bidang-bidang usaha jasa konstruksi yang terbuka bagi keikutsertaan Badan Usaha
Asing harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Ayat (4)
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Badan Usaha Asing yang melaksanakan pekerjaan jasa konstruksi di wilayah
Indonesia, harus memenuhi ketentuan bahwa Badan Usaha Asing yang
bersangkutan harus membentuk Joint Operation ataupun Joint Venture dengan
Badan Usaha jasa konstruksi Nasional yang telah diregistrasi oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi dengan kualifikasi besar.
Keikutsertaan Badan Usaha Asing dalam Pengadaan Barang/Jasa pada instansi
Pemerintah harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam Keputusan Presiden
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
26
Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
8. KepmenPU RI Nomor: 339/KPTS/M/2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaa
Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN
Petunjuk pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi ini untuk mengatur lebih lanjut
pelaksanaan UUJK. Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman dalam pengadaan
jasa konstruksi.
BAB II PERSIAPAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI
Penentuan pekerjaan jasa konstruksi wajib memaksimalkan penggunaan produksi dalam
negeri dan perluasan kesempatan bagi usaha kecil. Perencanaan paket pengadaan jasa
konstruksi harus ditetapkan kompetensi minimal yang harus dipenuhi. Batasan
pemaketan mengikuti besaran nilai pemaketan pengadaan.
BAB III PROSES PENGADAAN JASA KONSTRUKSI
Harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan usaha
/kegiatan sebagai penyedia jasa, yang diatur dalam UUJK. Pemilihan penyedia jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilakukan dengan cara pelelangan dan penunjukan
langsung dan untuk perencanaan dan pengawasan konstruksi dilakukan dengan seleksi
dan penunjukan langsung.
BAB IV PENILAIAN KUALIFIKASI
Penetapan kompetensi dan kemampuan usaha penyedia jasa konstruksi verifikasi dan
validasi data administrasi, keuangan, teknis sesuai yang ditetapkan dalam dokumen
kualifikasi dengan penilaian Penelitian Administrasi (lulus/gugur), Jasa Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi (Pemborongan), serta Jasa Perencanaan dan Jasa Pengawasan
Pelaksanaan Konstruksi (Konsultansi)
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
27
STRUKTUR ISI UUJK dan KAITAN UUJK dengan REGULASI LAIN
1. STRUKTUR ISI UUJK
(1) Berperan dalam
Pembangunan Nasional
(4) Usaha yang
Profesional dan
Kokok
(2) Kesetaraan Kedudukan
Pengguna dan Penyedia
Jasa
(3) Hasil Pekerjaan Konstruksi
yang berkualitas &
berfungsi sesuai rencana
(2.1)
Pengikatan
Pekerjaan
Konstruksi
(Pasal 17)
(2.2)
Kontrak Kerja
Konstruksi
(Pasal 23-24)
(2.3)
Penyelesaian
Sengketa
(Pasal 36-37)
(3.2)
Pembinaan
Usaha
(Pasal 35)
(3.1)
Ketentuan
Usaha Jasa
Konstruksi
(Pasal 4-7)
(3.3)
Pengembangan
Usaha
(Pasal 12-13)
(3.4)
Peran
Masyarakat
(Pasal 29-30)
(4.1)
Pekerjaan Konstruksi
(Pasal 23-24)
(4.1)
Kegagalan Bangunan
(Pasal 25-28)
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
28
Pengaturan jasa konstruksi dalam UUJK No. 18/1999 dilatarbelakangi oleh cita-cita
agar jasa konstruksi berperan dalam pembangunan nasional, maka jasa konstruksi harus
menghasilkan konstruksi yang berkualitas, dengan didukung usaha yang profesional dan
kokoh serta terwujudnya keselarasan antara pengguna dan penyedia jasa dalam hak dan
kewajibannya. Disarikan dari Penjelasan Bab I Umum UUJK No.18/1999.
1. Ketentuan untuk mewujudkan Kesetaraan Kedudukan Pengguna dan Penyedia Jasa
Kesetaraan kedudukan ini dalam kegiatan pengikatan (pasal 17) dan
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (pasal 23-24) serta penyelesaian sengketa
(pasal 36-37). Pengikatan pekerjaan konstruksi yang dilakukan melalui pemilihan
penyedia jasa dilakukan untuk mendapatkan penyedia jasa yang berkualitas untuk
menyelesaikan pekerjaan konstruksi sesuai kontrak.
2. Pengaturan untuk mewujudkan Usaha yang Profesional dan Kokoh
Dalam mencapai tujuan mewujudkan Usaha yang Profesional dan Kokoh dilakukan
dengan pengaturan 4 ketentuan yaitu Ketentuan Usaha Jasa Konstruksi (Pasal 4-10),
Pembinaan Usaha (Pasal 35), Pengembangan Usaha (Pasal 12-13), dan Peran
Masyarakat (Pasal 29-30). Pengembangan usaha dilakukan oleh penyedia jasa yang
harus memenuhi kualifikasi jika tidak maka badan usaha harus melakukan kemitraan
dengan penyedia jasa lain sehingga membentuk struktur usaha yang profesional dan
kokoh.
3. Pengaturan untuk mewujudkan Hasil Pekerjaan Konstruksi berkualitas dan berfungsi.
Setiap tahapan pekerjaan konstruksi (Pasal 23-25) harus dilakukan oleh badan
usaha/perseorangan dengan jenis dan bidang usaha yang sesuai, yang ditunjukkan
dengan sertifikat klasifikasi dan kualifikasi usaha, agar dapat bertanggung jawab
terhadap hasil pekerjaannya jika terjadi kegagalan bangunan. Kegagalan bangunan
(Pasal 25-28) dapat terjadi pada saat pengerjaan pelaksanaan konstruksi dan atau
pada saat pemanfaatannya.
Hak dan kewajiban dari pengguna dan penyedia jasa berkaitan dengan kegagalan
bangunan diatur dalam kontrak kerja konstruksi.
2. Hubungan antara UUJK No.18 tahun 1999 dengan PP No. 28 dan 29 Tahun
2000
1. Hubungan antara UUJK No.18/2000 dengan PP No.28/2000
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
29
a. Persyaratan izin usaha dibidang konstruksi
UUJK No.18/1999 menetapkan bahwa setiap badan usaha harus memenuhi perizinan
usaha dibidang konstruksi (Pasal 8a) dan PP No.28/2000 juga menetapkan hal yang
sama dalam pasal 14 mengenai perizinan usaha jasa konstruksi. Ketentuan yang
terdapat dalam PP 28/2000 melengkapi ketentuan yang terdapat dalam UUJK
18/1999 dan tidak bertentangan.
b. Persyaratan Sertifikat Klasifikasi dan Kualifikasi Usaha
Keduanya memuat mengenai syarat sebagai badan usaha untuk dapat melaksanakan
pekerjaan konstruksi yaitu dengan memiliki sertifikat klasifikasi dan kualifikasi
usaha. Dalam pengaturan tersebut terdapat perbedaan, UUJK 18/1999 menetapkan
pelaksana konstruksi dalam bentuk usaha perseorangan harus memiliki Sertifikat
Keahlian Kerja dan Sertifikat Keterampilan Kerja (Pasal 9 ayat 2), sedangkan PP
28/2000 menetapkan usaha perseorangan harus memiliki sertifikat klasifikasi dan
kualifikasi usaha yang dikeluarkan oleh Lembaga. PP 28/2000 mengatur lebih lanjut
mengenai klasifikasi dan kualifikasi usaha tersebut.
c. Persyaratan Tenaga Kerja Konstruksi, Sertifikat Keterampilan dan Sertifikat
Keahlian Kerja
UUJK 18/1999 menetapkan setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja pada
pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat
keahlian kerja (Pasal 9 ayat 4). PP 28/2000 menetapkan setiap tenaga kerja
konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan kerja atau sertifikat keahlian kerja
(pasal 15 ayat 1). PP 28/2000 mengatur lebih lanjut mengenai proses untuk
mendapatkannya dan ketentuan lainnya.
2. Hubungan antara UUJK No.18/1999 dan PP No.29/2000
a. Ketentuan dan Persyaratan Pemilihan Penyedia Jasa dengan cara Pelelangan Umum
yang terdapat dalam UUJK No. 18/1999 dengan PP 29/2000 mengenai pelelangan
umum berlaku untuk semua pekerjaan konstruksi dan PP 29/2000 menetapkan lebih
lanjut berkaitan dengan sifat pekerjaan dimana dalam pelelangan umum dapat
dilakukan dengan prakualifikasi untuk pekerjaan kompleks dan pascakualifikasi
untuk pekerjaan tidak kompleks. PP 29/2000 menjabarkan ketentuan-ketentuan
mengenai pelelangan umum yang ditetapkan dalam UUJK No. 18/1999.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
31
b. Ketentuan dan Persyaratan Pemilihan Penyedia Jasa dengan cara Pelelangan Terbatas
yang terdapat dalam UUJK No. 18/1999 dan PP 29/2000 memuat materi yang sama
yaitu digunakan jika penyedia jasa yang mampu terbatas dan dilakukan dengan
prakualifikasi. Dan PP 29/2000 mengatur lebih lanjut mengenai syarat pelaksanaan
dan tatacara pelelangan terbatas. Antara UUJK No. 18/1999 dan PP 29/2000 terdapat
keserasian mengenai ketentuan pelelangan terbatas yang dijabarkan lebih lanjut
dalam PP 29/2000 melengkapi ketentuan pada UUJK No. 18/1999 tersebut dan tidak
bertentangan.
c. Ketentuan dan Persyaratn Pemilihan Penyedia Jasa dengan cara Pemilihan Langsung
yang ditetapkan dalam UUJK No. 18/1999 dan PP 29/2000 yaitu digunakan dalam
keadaan tertentu dan ketentuan tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam PP 29/2000
berkaitan dengan syarat pelaksanaan dan tatacaranya untuk melengkapi ketentuan
pada UUJK No. 18/1999 tersebut dan tidak bertentangan.
d. Ketentuan dan Persyaratan Pemilihan Penyedia Jasa dengan cara Penunjukan
Langsung yang ditetapkan dalam UUJK No. 18/1999 dan PP 29/2000 yaitu
digunakan dalam keadaan tertentu dan ketentuan tersebut dijabarkan lebih lanjut
dalam PP 29/2000 berkaitan dengan syarat pelaksanan dan tatacaranya untuk
melengkapi ketentuan pada UUJK No. 18/1999 tersebut dan tidak bertentangan.
Termasuk didalamnya mengenai kriteria keadaan tertentu yang terdapat dalam UUJK
No. 18/1999 dan PP 29/2000.
e. Dokumen Pengadaan dan Dokumen Penawaran/Pemilihan
UUJK No.18/1999 menetapkan mengenai dokumen pemilihan penyedia jasa dan
dokumen penawaran yang mana harus dijabarkan lebih lanjut dalam PP. Namun PP
28, 29 dan 30 tidak mengatur mengenai kedua dokumen tersebut. Jadi, UUJK No.
18/1999 dengan PP 29/2000 tidak serasi karena ketentuan dalam UUJK tersebut
tidak dilaksanakan dalam PP.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
32
STRUKTUR ISI DARI REGULASI DENGAN REGULASI PERATURAN PERUBAHAN/SURAT EDARAN
1. PP No. 28/2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
Usaha yang Profesional dan Kokoh
Ketentuan Usaha
Jasa Konstruksi
Ketentuan Usaha
Jasa Konstruksi
Pengembangan
Usaha
Peran Masyarakat
Perusahaan
Konstruksi
Tenaga Kerja
Konstruksi
Jenis, Bentuk,
dan Bidang
Usaha
(Pasal 3-7)
Klasifikasi dan
Kualifikasi serta
Registrasi Usaha
(Pasal 8-12)
Izin Usaha
(Pasal 14)
Forum Jasa
Konstruksi
(Pasal 20-23)
Lembaga
(Pasal 24-29)
Klasifikasi dan
Kualifikasi Tenaga
Kerja Konstruksi
(Pasal 16)
Sertifikasi Tenaga
Kerja Konstruksi
(Pasal 15 & 17)
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
33
Dalam struktur isi UUJK No.18/1999 yang mengatur mengenai usaha yang profesional
dan kokoh terdiri dari empat aturan yaitu aturan mengenai ketentuan usaha jasa
konstruksi, pembinaan usaha, pengembangan usaha dan peran masyarakat dalam
penyelenggaraan konstruksi. Aturan mengenai usaha dan peran masyarakat diatur lebih
lanjut dalam PP No.28/2000.
1. Hubungan Perusahaan Konstruksi, Tenaga Kerja Konstruksi dan Usaha yang
Profesional dan Kokoh
Peraturan mengenai ketentuan usaha jasa konstruksi mengatur mengenai
perusahaan dan tenaga kerja konstruksi untuk menghasilkan usaha jasa konstruksi
yang profesional dan kokoh..
2. Hubungan Forum Jasa Konstruksi, Lembaga Jasa Konstruksi dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi
Dengan berfungsinya forum dan lembaga jasa konstruksi dalam penyelenggaraan
jasa konstruksi tersebut, telah menunjukkan peran dari masyarakat terutama
masyarakat jasa konstruksi dalam mewujudkan usaha yang profesional dan kokoh.
2. PP No. 4/2010 Tentang Perubahan Atas PP No. 28/2000
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha
dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3955) diubah, dihapus serta
penyisipan ayat. Karena PP No.4/2010 ini merupakan perubahan atas PP No.28/2000
maka struktur isi keduanya sama. Perubahan yang ada yaitu penyisipan ayat,
pengubahan penjelasan dibeberapa pasal, serta penghapusan ayat.
3. PP No. 92/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 28/2000
Karena PP No.92/2010 ini merupakan perubahan atas PP No.28/2000 maka struktur isi
keduanya sama. Perubahan yang ada yaitu penghapusan ayat dan beberapa, dan bagian
yang mengalami perubahan ditunjukkan seperti yang tergambar di atas. Dimana Pasal
10 ayat (4) dihapus, serta Pasal 26, 29A dam 29B dihapus.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
34
4. PP No. 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Kesetaraan Kedudukan
antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa
Pengikatan Pekerjaan
Konstruksi
Kontrak Kerja
Konstruksi
Penyelesaian
Sengketa
Pemilihan Penyedia
Jasa (Pasal 3) Jenis Kontrak
(Pasal 20-21)
Isi Kontrak
(Pasal 23)
Mediasi
(Pasal 51)
Arbitrase
(Pasal 53)
Konsiliasi
(Pasal 52)
Perencanaan &
Pengawasan (Pasal 4-8)
Pelaksana
(Pasal 9-12)
Penyedia Jasa
Terintergrasi
(Pasal 13)
Hak &
Kewajiban
(Pasal 15-18)
Penetapan
Penyedia Jasa
(Pasal 19)
Pelelangan
Umum (Pasal 9)
Pelelangan
Terbatas (Pasal 10)
Pemilihan
Langsung (Pasal 11)
Penunjukan
Langsung (Pasal 12)
Syarat Penggunaan
Syarat Pelaksanaan
Tata Cara Pelaksanaan
Hasil Pekerjaan Konstruksi
yang Berkualitas dan sesuai
Rencana
Pekerjaan
Konstruksi
Kegagalan
Bangunan
Perencanaan
(Pasal 25-27)
Pelaksanaan
Pengawasan
(Pasal 28-29)
Jangka
Waktu
(Pasal 35)
Penilaian
(Pasal 38)
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
35
1. Hubungan antara Pengikatan Pekerjaan Konstruksi, Kontrak Kerja
Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa
Pengikatan pekerjaan konstruksi dilakukan melalui kegiatan pemilihan penyedia jasa
yang dilakukan dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung dan
penunjukan langsung.Pemilihan penyedia jasa menghasilkan penyedia jasa dan sesuai
kebutuhan pekerjaan konstruksi. Hak dan kewajiban pengguna dan penyedia jasa dalam
pengikatan pekerjaan konstruksi dan kontrak kerja konstruksi harus setara sesuai
dengan fungsi, dan dilaksanakan sehingga tercipta ketertiban penyelenggaraan jasa
konstruksi dan konstruksi yang dihasilkan berkualitas dan berfungsi sesuai rencana.
Sengketa disebabkan adanya pelanggaran salah satu pihak untuk itu penyelesaian
sengketa perlu diatur agar tercipta ketertiban dalam penyelenggaraannya.
2. Hubungan Pekerjaan Konstruksi dan Kegagalan Bangunan
Kegagalan bangunan dapat terjadi akibat kesalahan pengguna maupun penyedia jasa.
Kegagalan yang diakibatkan oleh pengguna jasa seperti perubahan desain dapat
mengakibatkan perubahan fungsi bangunan, sedangkan kegagalan bangunan akibat
penyedia jasa adalah kesalahan berkaitan dengan keilmuan atau keahlian profesi
penyedia jasa dalam pekerjaan konstruksi yang dapat mengakibatkan perubahan
pemanfaatan bangunan.
3. Hubungan Kesetaraan Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dan Hasil Konstruksi
Konstruksi yang dihasilkan berkualitas dan berfungsi sesuai rencana dipengaruhi
oleh ketertiban terjadi dalam pengikatan dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
tercipta akibat adanya kesetaraan pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan
kewajiban. Jika pengguna jasa tidak melakukan kewajiban terhadap penyedia jasa
dalam pemenuhan hak penyedia jasa dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sehingga penyedia jasa tidak dapat memenuhi kewajibannya, dapat mengakibatkan
mutu dari konstruksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan rencana bahkan dapat
terjadi kegagalan bangunan.
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
36
5. PP RI NO 59/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PP NO 29/2000
TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
Pengaturan mengenai tata cara pemilihan penyedia jasa konstruksi yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan
jasa konstruksi sehingga beberapa Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3956), diubah. Perubahan yang ada yaitu penyisipan ayat, pengubahan
penjelasan dibeberapa pasal, serta penghapusan ayat.
6. PP No. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
Sesuai dengan Pasal 33 Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
diperlukan upaya pembinaan yang berupa pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan
terhadap masyarakat jasa konstruksi yang penyelenggaraannya dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Pemerintah Daerah Kota sesuai
dengan kewenangan masing-masing. Agar upaya pembinaan tersebut dilaksanakan
secara sistematis, konsisten dan efektif serta efisien dan mampu mendukung peran
strategis jasa konstruksi dalam pembangunan nasional, diperlukan arahan mengenai
BAB I
Upaya Pembinaan
BAB II
Penyelenggara
Pembinaan
BAB III
Pembiayaan
Bentuk
Pembinaan Jasa
(Pasal 3)
Pembinaan thd
Penyedia jasa
(Pasal 5-7)
Pembinaan thd
Penyedia jasa
(Pasal 8-9)
Pembinaan thd
Masyarakat
(Pasal 10-11)
Tata Laksana
Pembinaan
(Pasal 12-13)
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
38
7. Permen PU RI Nomor: 207/PRT/M/2005: Pedoman Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi Pemerintah Secara Elektronik
Pengadaan Jasa Konstruksi secara elektronik adalah sistem pengadaan jasa konstruksi
yang proses pelaksanaannya dilakukan secara elektronik dan berbasis web dengan
memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi. Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi yang sebagian dilakukan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada
Pasal 2 butir 2 terdiri dari : Jasa Pemborongan dan Jasa Konsultansi. Dimana Jasa
Pemborongan ini terdiri dari Pedoman Penilaian Kualifikasi, Pedoman Evaluasi
Penawaran untuk Kontrak Harga Satuan dan Evaluasi Penawaran untuk Kontrak Lump
Sum. Jasa Konsultansi terdiri dari Pedoman Penilaian Kualifikasi dan Pedoman
Evaluasi Penawaran.
Pengadaan Jasa Konstruksi
secara Elektronik
(Pasal 1-2)
Jasa Pemborongan
(Pasal 3.1)
Jasa Konsultansi
(Pasal 3.2)
Penilaian
Kualifikasi
(Pasal 3.1.a)
Evaluasi
Penawaran
Kontrak Harga
Satuan
(Pasal 3.1.b)
Evaluasi
Penawaran
Kontrak Lump
Sum
(Pasal 3.1.c)
Penilaian
Kualifikasi
(Pasal 3.2.a)
Evaluasi
Penawaran
(Pasal 3.2.b)
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
39
8. Surat Edaran Menteri PU RI Nomor: 07/SE/M/2012: Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah secara Elekronik ( e-Procurement)
Kementerian Pekerjaan Umum perlu mempersiapkan perangkat hukum pada bidang
pemanfaatan teknologi informasi agar lebih meningkatkan transparansi, efisiensi,
efektivitas, persaingan sehat, dan akuntabilitas pengadaan barang/jasa serta mengurangi
kemungkinan terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme sesuai dengan pencanangan.
Dasar Pembentukannya yaitu berdasarkan UU, PP, Keppres, dan Permen. Surat Edaran
ini dimaksudkan agar menjadi acuan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara
elektronik (e-Procurement) dan bertujuan agar dalam pelaksanaan e-Procurement
tercipta transparansi, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas dalam pengadaan
barang/jasa secara elektronik.
E-PROCUREMENT
Umum Dasar
Pembentukan
Maksud dan
Tujuan
Ruang
Lingkup
Undang-
Undang
Peraturan
Pemerintah
Peraturan
&
Keputusan
Presiden
Peraturan
Menteri
Sebagai
acuan
Transparansi,
efisiensi,
efektivitas,
akuntabilitas
Pengertian
Semi e-procurement
Full e-procurement
Penerapan Pembinaan &
Pengawasan
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
40
9. Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011 Tentang Standar Dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi
Peraturan Menteri ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan pekerjaan
konstruksi dan jasa konsultansi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. agar
pelaksanaan pengadaan pekerjaan lebih operasional dan efektif. Ruang lingkupnya
untuk Pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi yang pembiayaannya bersumber dari anggaran pusat/daerah dan dari
pinjaman atau hibah dalam negeri. Dan Peraturan ini mencakup ketentuan serta standar
pedoman pengadaan pekerjaan dan jasa konstruksi.
10. Permen PU RI Nomor: 14/Prt/M/2013 Tentang Perubahan Atas Permen PU
RI Nomor: 07/Prt/M/2011
Beberapa ketentuan dalam Batang Tubuh dan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Permen PU RI No. 07/Prt/M/2011
Tujuan (Pasal 2)
Ruang Lingkup
(Pasal 3)
Ketentuan (Pasal 4) HPS (Pasal 6)
Standar & Pedoman
Pengadaan Pekerjaan dan
Jasa Konstruksi (Pasal 9)
Acuan Operasional &
efektif
Dana dari anggaran
pusat/daerah
Dana dari
pinjaman/hibah
Umum, Tujuan,
Ruang Lingkup &
Ketentuan
(Pasal 1-8)
Standar & Pedoman
(Pasal 9)
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
41
Konstruksi Dan Jasa Konsultansi mengalami perubahan seperti penyisipan serta
pengubahan ayat.
11. PermenPU RI Nomor: 07 / Prt/M/2014 Tentang Perubahan Kedua Atas
Permen PU RI Nomor: 07/Prt/M/2011
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
diubah karena dengan telah diberlakukan ketentuan yang mengatur penjaminan
kerugian yang disebabkan oleh Praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dalam Surat
Jaminan/Suretyship serta terdapat ketentuan baru yang harus diatur. Pada Peraturan
Menteri ini terdapat beberapa ketentuan yang mengalami perubahan berupa penyisipan
ayat serta pengubahan isi dari Pasal/ayat, yaitu Ketentuan dalam Pasal 1 angka 9 dan 4 b
pada permen 07 tahun 2012 diubah, Ketentuan Pasal 6d ditambahkan 2 (dua) ayat, yakni ayat
(4) dan ayat (5).
12. Permen PU RI Nomor: 28/PRT/M/2006: Perizinan Perwakilan Badan Usaha
Jasa Konstruksi Asing
Perizinan Perwakilan Perusahaan
Jasa Konstruksi Asing
Ketentuan Umum (Pasal 1-4) Kewenangan Pemberi Izin &
Persetujuan (Pasal 5)
Persyaratan & Tata Cara
Permohonan Izin (Pasal 6-9)
Hak & Kewajiban (Pasal 10) Jangka Waktu (Pasal 11-12)
Sanksi (Pasal 13)
Jenis Pelanggaran (Pasal 13) Jenis Sanksi (Pasal 13) Tim Pengawasan
BUJKA(Pasal 13)
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
42
BUJKA yang akan melaksanakan kegiatan usahanya di wilayah Republik Indonesia
wajib mempunyai Izin Perwakilan BUJKA yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat.
BUJKA mempunyai hak dan kewajiban yang diatur dalam peraturan ini, dimana jika
BUJKA melanggar peraturan yang ada maka akan dikenakan sankai.
13. Surat Edaran Menteri PU RI Nomor: 13/SE/M/2006: Persyaratan
Perusahaan Asing dalam Mengikuti Proses Pengadaan Barang/Jasa di
Indonesia
Dalam rangka menindaklanjuti amanat dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 dan
UUJK beserta peraturan pelaksanaannya, khususnya yang berkaitan dengan persyaratan
usaha bagi Badan Usaha Asing dalam mengikuti proses pengadaan barang/jasa di
Indonesia, maka diterbitkanlah surat edaran ini yang mencakup perizinan, bidang usaha,
joint of operation & joint venture, serta nilai pengadaan.
14. Kepmen PU RI Nomor: 339/KPTS/M/2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah
Petunjuk pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi ini mengatur lebih lanjut pelaksanaan
UUJK, untuk memberikan pedoman dalam pengadaan jasa konstruksi. Petunjuk
pelaksanaan ini sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini digunakan
dalam pelaksanaan pengadaan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi (pemborongan),
jasa perencanaan dan pengawasan pekerjaan konstruksi (konsultansi) yang meliputi
bidang sipil, arsitektur, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan.
Bidang Usaha Perizinan Joint Operation dan
Joint Venture
Nilai Pengadaan
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Persiapan Pengadaan
Jasa Konstruksi
BAB III
Proses Pengadaan Jasa
Konstruksi
BAB IV
Penilaian
Kualifikasi
RENI YOHESER
1209025016
1209025016
43
DAFTAR PUSTAKA
http://birohukum.pu.go.id/pustaka/arsip_makalah/38.pdf
http://bpkonstruksi.pu.go.id/admin/file/SE_2006_013.pdf
https://bp.surabaya.go.id/uploads/permen-pu-no-14-tahun-2013.pdf
http://dcktr.surabaya.go.id/cktrweb/dasarhukum/iujk/PermenPU07-2011.pdf
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/670/jbptitbpp-gdl-yunitaafli-33487-5-2009ts-4.pdf
http://energiputrabangsa.co.id/jasa/kontraktor-sipil-elektrikal-
mekanikal/#.Veh4lUDJbIU
https://eproc.pu.go.id/publik/new/pedoman/banner/permen2005.html
http://hukum.unsrat.ac.id/men/menpu_207_2005.pdf
http://jdih.birohukum.jogjaprov.go.id/?page=peraturan&act=listperaturan&id=66
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/konstruksi/Kepmenkimpraswil339-KPTS-M-
2003Pengadaan.pdf
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/konstruksi/Permenpu28-PRT-M-
2006PerwakilanBUJasaKonstruksiAsing.pdf
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/konstruksi/Semenpu7-SE-M-2012eProcurement.pdf
http://www.akli.org/files/produk_hukum/PP%2029%20tahun%202000_JasaKonstruksi.
https://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20141219103019.pdf