lapsus wida reni
TRANSCRIPT
Presentasi Kasus GNA + Krisis Hipertensi +
Sepsis
Reni, dr
Wida, dr
Identitas
• Nama : An. S• Umur : 13 Tahun • Jenis kelamin : Laki-laki• Berat badan : 30 kg• Tinggi badan : 136 cm• Agama : Islam• Alamat : Sumber Bendo• Kebangsaan : Indonesia• MRS : 22 Maret 2013
ANAMNESIS
• Keluhan utama : Demam • RPS• Pasien mengeluh demam sejak 7 hari SMRS,
demam tidak naik turun. Pasien juga mengeluh batuk, tenggorokan sakit (+). Pasien muntah 4x sebelum MRS berupa cairan warna kuning, nafsu makan pasien menurun. Ibu pasien mengatakan muka dan leher pasien juga bengkak selama 7 hari SMRS. BAK (+), warna kuning kecoklatan seperti teh. BAB (-)
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien baru pertama kali ini mengalami sakit seperti ini, namun orang tua pasien mengatakan bahwa pasien sering mengalami sakit tenggorokan.
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum mendapatkan pengobatan selama sakit.
Riwayat penyakit dalam keluarga
Keluarga tidak ada yang memiliki sakit yang sama.
Riwayat kehamilan dan kelahiran• Masa kehamilan : Cukup bulan, tidak
pernah kontrol kandungan, riwayat minum alkohol dan jamu (-)
• Partus : Spontan• Ditolong oleh : dukun• Panjang badan lahir : Ibu pasien lupa• Berat badan lahir : 3000 mg• Keadaan saat lahir : Sehat
• RIWAYAT MAKAN DAN MINUM
0-3 bulan: ASI eksklusif
3 bulan: susu formula
6 – 16 bulan: susu formula dan bubur susu 3x1
Usia 16 bulan-sekarang: nasi dan lauk pauk
Riwayat Perkembangan
Membalik : 5 bulanTengkurap : 7 bulan
Duduk : 9 bulanMerangkak : 10 bulan
Berdiri : 12 bulanBerjalan : 12 bulanTertawa : 5 bulan
Berceloteh : 8 bulanKesan Perkembangan Sesuai Usia
Riwayat Imunisasi
• POLIO 4X• Campak 2x• Kesan Riwayat Imunisasi tidak lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum• Tampak sakit • Kesadaran : Kompos mentis• Nadi : 100x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup• Pernapasan : 20x/menit• Suhu : 380C• Berat Badan : 30 kg• BBI : • Tinggi Badan : 136 cm• Tekanan darah: 100/60 mmHg• Status Gizi :
• Keadaan spesifik• Kepala• Bentuk : oval, simetris• Rambut : lurus, tidak mudah dicabut• Mata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema
palpebra (+)• Hidung : nch(-), sekret (-) mukopurulen, mukosa hipermis
(-), konka hipertropi (-) • Telinga : sekret (-)• Mulut : mukosa bibir kering (-), sianosis(-)• Tenggorokan : faring hiperemis (+), tonsil T2/T2 hiperemis• Leher : pembesaran KGB (-), bengkak (+)
• Toraks • Pulmo• Inspeksi : simetris, retraksi (-)• Palpasi : stemfremitus kanan=kiri• Perkusi : sonor pada lapangan paru kanan dan kiri• Auskultasi: vesikuler (+)/(+), wheezing (-), ronchi (-)• Jantung• Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat• Palpasi : iktus kordis tidak teraba• Perkusi : batas jantung dalam batas normal• Auskultasi : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-).• Punggung : tidak ada kelainan
• Abdomen• Inspeksi : cembung• Palpasi : lemas, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, nyeri tekan epigastrium (-). Ballotement: cairan (-).
• Perkusi : pekak pada perabaan hepar, asites (-)• Auskultasi: bising usus (+) normal• Genital : tidak ada kelainan.• Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), CRT<2”,
edema (+) di pretibia dan dorsum pedis
Pemeriksaan penunjangDarah rutin
Pemeriksaan 22-3-2013 Nilai Rujukan
HB 11,4 g/dl L: 13,5-18,0
Leukosit 12.000 L: 5000-10.000
Trombosit
LED
285.000
60
L: 150.000- 500.000
L: 0-20 mm/jam
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
0
0
0
89
7,6
3,0
1-2%
0-1%
2-6%
20-70%
20-40%
2-8%
HT 31% 40-48%
Tes Widal
Pemeriksaan 30-1-2013 Nilai Rujukan
Widal
Widal Typhi o negatif negatif
Widal typhi H (+) positif 1/80 negatif
Widal Paratyphi AO negatif negatif
Widal Paratyphi BO (+) positif 1/160 negatif
Diagnosa:
1. Utama: Obs Febris H7+ Tonsilofaringitis + Parathyphoid fever
2. Sekunder: KEP
PENATALAKSANAAN AWAL• Bedrest• Infus RL 20 tpm• Inj ceftriaxone 2x800 mg• Inj norages 3x1amp• p/o paracetamol syr 3xC1• p/o antitusif syr 3xC1
Prognosis
• Quo ad vitam : bonam• Quo ad fungsionam : bonam• Quo ad sanationam : bonam
Follow UpSabtu, 23 Maret 2013
• S: Bengkak pd wajah (+), demam (+), nyeri telan (+), BAK (+) kuning kecoklatan, BAB (-)
• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 110/70 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36,5˚C• A : Tonsilofaringitis + Parathyphoid Fever + Susp GNA• P : Inf. D51/2 NS 1500 cc/24 jam
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ranitidin 2x25mg
Paracetamol 3x15 cc
Ambroxol/Pseudoefedrin 3x1C
Antacida 3x1C
Senvit 1x1
Bila t > 38,5 extra inj norages 300 mg
Diet bubur 3x sehari
Susu 3x200
Planning diagnostik: cek UL dan GDA
Follow UpMinggu, 24-3-2013
• S: Bengkak pd wajah (+), sulit makan, demam (+), nyeri telan (+), BAK (+) kuning kecoklatan, BAB (-)
• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 110/70 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36,5˚C• A : Tonsilofaringitis + Parathyphoid Fever + Susp GNA• P : Inf. D51/2 NS 1500 cc/24 jam
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ranitidin 2x25mg
Paracetamol 3x15 cc
Ambroxol/Pseudoefedrin 3x1C
Antacida 3x1C
Senvit 1x1
Bila t > 38,5 extra inj norages 300 mg
Diet bubur 3x sehari
Susu 3x200
Urine Lengkap
Pemeriksaan 25-3-2013
Warna Kuning kecoklatan
Kejernihan Agak keruh
Berat jenis 1,025
PH 7,0
Glukosa -
Bilirubin -
Protein +2
Urobilinogen -
Albumin +2
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteri
10-20 / LpB
>50 / LpB
negatif
10-15
Ca ox (+)3, amorf (+)2
(+) positif 1
Pemeriksaan GDA 25-3-2013
Gula Darah Hasil
GDA 182
Follow UpSENIN, 25-3-2013
• S: Bengkak pd wajah (+), sulit makan, demam (+), nyeri telan (+), BAK (+) tampak 1200 cc/ 12 jam, kuning kecoklatan, BAB (-)
• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 180/140 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36,5˚C• A : GNA + Hipertensi Krisis + ISK• P : Inf. D51/2 NS 1500 cc/24 jam
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ranitidin 2x25mg
Paracetamol 3x15 cc
Ambroxol/Pseudoefedrin 3x1C
Antacida 3x1C
Senvit 1x1
Bila t > 38,5 extra inj norages 300 mg
Diet nasi 3x sehari
Follow UpSenin, 25-3-2013 (jam 17.00)
• S: Pusing, Bengkak pd wajah (+), leher bengkak (+), sulit makan, demam (+), nyeri telan (+), BAK (+), kuning kecoklatan, BAB (-)
• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 180/140 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36,5˚C• A : GNA + Krisis Hipertensi + ISK• P : Inf. D51/2 NS 1500 cc/24 jam
Furosemid 2x30 mg IV
Bila TD Sistole > 180 atau TD diastole > 110 nifedipin 3 mg (puyer) sublingual
p/o Captopril 3x6 mg (puyer)
Ulang tensi tiap ½ jam Lapor
Diet Tinggi kalori, cukup protein dan rendah garam
Planning Diagnostik: GDA Ulang, DL, Albumin, BUN/SK, SGOT/PT, Cholesterol total, Foto thorak, EKG, SE, ASTO (keluarga menunggu biaya)
• Jam 18.00 – TD : 150/90 mmHg– Nadi: 100x/menit– RR: 20x/menit
• Jam 19.00– TD: 120/80 mmHg– Nadi: 100x/menit– RR: 20/menit
Observasi tiap 2 jam
Follow UpSelasa, 26-3-2013
• S: Pusing, Bengkak pd wajah (+), leher bengkak (+), sulit makan, demam (+), nyeri telan (+), BAK (+), kuning kecoklatan, BAB (-)
• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 180/140 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36,5˚C• A : GNA + Krisis Hipertensi + ISK• P : Inf. D51/2 NS 1000 cc/24 jam
Inj Ceftriaxone 2x1gr
Inj Furosemid 2x30 mg IV
P/O Captopril 3x6mg (puyer)
Pamol/Asmef 3x1C
Bila tensi sistol > 130 dan diastol >90 mmHg lapor dr Mei
Diet tinggi kalori cukup protein dan rendah garam, minum 3x200 cc
Hasil DLPemeriksaan 25-3-2013 Nilai Rujukan
HB 12,3 g/dl L: 13,5-18,0
Leukosit 13.100 L: 5000-10.000
Trombosit
LED
288.000
25
L: 150.000- 500.000
L: 0-20 mm/jam
Diffcount 0/0/0/81/13,2/5,5
SGOT 30 L: 0-37, P:0-31
SGPT 23 L:O-40, P: 0-37
Albumin 4,4 3,8-4,4
GDA 168 <150
CHOL total 227 <200
Creatinin 1,0 L: 0,6-1,1 mg/dL P:0,5-0,9 mg/dL
BUN 18,7 4,7-23,3 mg/dL
Urea 40 15-45 mg/dL
Hasil Lab SE (26-3-2013)
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
kalium 2,95 mmol/L 3,5-5,5
chlorida 102 mmol/L 95-106
calsium 1,13 mmol/L 1,1-1,35
natrium 131 mmol/L 135-145
Follow Up 26-3-2013 (jam 22.30)
• TTV– TD: 140/90mmHg– Nadi 100x/menit– RR: 24x menit
Terapi: Nifedipin 3 mg (puyer) SL
Aspar K 1X1
Follow UpRabu, 27-3-2013
• S: Pusing berkurang, Bengkak pd wajah dan leher berkurang, nyeri telan (+), sedikit minum (600cc/24 jam), BAK (+) 1500 cc/24 jam, kuning kecoklatan, BAB (-)
• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 127/78 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36,5˚C• A : GNA + Krisis Hipertensi + ISK + Gizi Kurang• P : Inf. D51/2 NS 1000 cc/24 jam
Inj Furosemid 2x30 mg IV
P/O Cefixim 2x75 mg
P/O Captopril 3x9mg (puyer)
Pamol/Asmef 3x1C
Aspar K 1X1
Bila tensi sistol > 125 dan diastol >85 mmHg lapor dr Mei
Diet rendah garam, Tinggi kalori, cukup protein, minum 3x200 cc
Monitor: TD, Nadi, RR, t tiap 2jam
Hasil GDA (27-3-2013)
Gula Darah Hasil
GDA 133 mg/dl
Follow UpKamis, 28-3-2013
• S: Pusing berkurang, Bengkak pd wajah dan leher berkurang,sedikit minum (600cc/24 jam), BAK (+) 1500 cc/24 jam, kuning kecoklatan, BAB (-)
• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 120/80 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36,5˚C• A : GNA + Krisis Hipertensi + ISK+ Gizi Kurang• P : Inf. D51/2 NS 1000 cc/24 jam
Inj Furosemid 2x30 mg IV
P/O Cefixim 2x75 mg
P/O Captopril 3x9mg (puyer)
Pamol 3x300 mg
Aspar K 1X1
Bila tensi sistol > 125 dan diastol >85 mmHg lapor dr Mei
Diet rendah garam, Tinggi kalori, cukup protein, minum 3x200 cc
Monitor: TD, Nadi, RR, t tiap 3jam
Follow UpJumat 29-3-2013
• S: Demam, Pusing berkurang, Bengkak pd wajah dan leher berkurang,sedikit minum (600cc/24 jam), BAK (+) 1500 cc/24 jam, kuning kecoklatan, BAB (-)
• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 125/80 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 38˚C• A : GNA + Krisis Hipertensi + ISK+ Gizi Kurang + tromboflebitis• P : Inf. D51/2 NS 1000 cc/24 jam (ganti infus d tangan kiri)
Inj Furosemid 1x30 mg IV (pagi saja)
P/O Cefixim 2x75 mg
P/O Captopril 3x9mg (puyer)
Pamol 3x300 mg
Aspar K 1X1
Bila tensi sistol > 125 dan diastol >85 mmHg lapor dr Mei
Diet rendah garam, Tinggi kalori, cukup protein, minum 3x200 cc
Monitor: TD, Nadi, RR, t tiap 3jam
Follow UpSabtu, 30-3-2013
• S: Tidak ada keluhan• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 101/59 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36˚C• A : GNA + Krisis Hipertensi + ISK + Gizi Kurang + tromboflebitis• P : Inf. D51/2 NS 1000 cc/24 jam
Inj Furosemid 1x30 mg IV (pagi saja)
P/O Cefixim 2x75 mg
P/O Captopril 3x9mg (puyer)
Pamol 3x300 mg
Aspar K 1X1
Follow UpMinggu, 31-3-2013
• S: Demam• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 113/72 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 38,7˚C• A : GNA + Krisis Hipertensi + ISK + Gizi Kurang + tromboflebitis• P : Inf. D51/2 NS 1000 cc/24 jam
Inj Furosemid 1x30 mg IV (pagi saja)
Inj cefotaxime 3x500 mg
P/O Captopril 3x9mg (puyer)
Pamol 4x300 mg
Aspar K 1X1
Pukul 15,30• S: Demam tidak turun, muntah(+)• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 116/72 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 39,5˚C
• A : GNA + Krisis Hipertensi + ISK+ Gizi Kurang + tromboflebitis• P : Inf. D51/2 NS 1000 cc/24 jam
Inj Furosemid 1x30 mg IV (pagi saja)
Inj cefotaxime 3x700 mg
P/O Captopril 3x9mg (puyer)
Pamol 4x300 mg
Aspar K 1X1
ekstra norages 300mg bila demam > 38,5
Cek DL, UL, BUN
Follow UpSenin, 1-4-2013
• S: Demam turun, muntah(-), BAK (+), BAB (-)• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 104/76 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 39,5˚C
• A : GNA + Krisis Hipertensi (membaik)+ ISK+Gizi Kurang + sepsis• P : Inf. D51/2 NS 1000 cc/24 jam
Inj cefotaxime 3x 1gr
P/O Captopril 2x9mg (puyer)
Pamol 4x300 mg (bila panas)
ekstra norages 300mg bila demam > 38,5
Diet tinggi kalori cukup protein, rendah garam
Hasil LabPemeriksaan 31-3-2013 Nilai Rujukan
HB 11 g/dl L: 13,5-18,0
Leukosit 29.000 L: 5000-10.000
Trombosit
LED
205.000
39
L: 150.000- 500.000
L: 0-20 mm/jamDiffcount 0/0/0/94/4,2/1,7
Creatinin 0,9 L: 0,6-1,1 mg/dL P:0,5-0,9 mg/dL
BUN 12,7 4,7-23,3 mg/dL
Urea 23 15-45 mg/dL
Hematokrit 32,8
Hasil UL
Pemeriksaan 1-4-2013
Warna Kuning kecoklatan
Blood Positif (+)3
Berat jenis 1,015
PH 5,0
Glukosa -
Bilirubin -
Protein -
Urobilinogen -
Albumin +1
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Sel epitel
Kristal
Bakteri
7-10/ LpB
>50 / LpB
negatif
10-15
Ca ox (+)3, amorf (+)2
(+) positif 1
Follow UpSelasa, 2-4-2013
• S: Demam turun, pusing, muntah(-), makan (+), BAK (+), BAB (-)• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 103/73 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 37,4˚C
• A : GNA + Krisis Hipertensi (membaik)+ ISK+ Gizi Kurang+ sepsis• P : Inf. D51/2 NS 1000 cc/24 jam
Inj cefotaxime 3x 1gr
P/O Captopril 2x9mg (puyer)
Pamol 4x300 mg k/p (bila panas)
Diet tinggi kalori cukup protein, rendah garam
Follow UpRabu, 3-4-2013
• S: Demam (-), pusing, muntah(-), makan (+), BAK (+), BAB (-)• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36,5˚C
• A : GNA + Krisis Hipertensi (membaik)+ ISK+ Gizi kurang+sepsis• P : Inf. D51/2 NS 1000 cc/24 jam
Inj cefotaxime 3x 1gr
P/O Captopril 2x9mg (puyer)
Pamol 4x300 mg k/p (bila panas)
Diet tinggi kalori cukup protein, rendah garam
Cek DL Bila leukosit normal, pasien boleh KRS
Hasil Lab DL Rabu, 3-4-2013 jam 11.00
Pemeriksaan 22-3-2013 Nilai Rujukan
HB 10,6 g/dl L: 13,5-18,0
Leukosit 8.800 L: 5000-10.000
Trombosit
LED
294.000
30
L: 150.000- 500.000
L: 0-20 mm/jam
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
0
0
0
89
7,6
3,0
1-2%
0-1%
2-6%
20-70%
20-40%
2-8%
HT 31% 40-48%
Rabu, 3-4-2013 jam 11.00• S: Demam (-), pusing, muntah(-), makan (+), BAK (+), BAB (-)• O: Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Vital sign:
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 24 x/menit
t : 36,5˚C
• A : GNA + Krisis Hipertensi (membaik)+ ISK+ Gizi Kurang+sepsis• P : Aff infus
Pasien boleh KRS
Terapi Oral: Captopril 1x6mg
Pamol 3x300 gr
Sanvit 2x Cth 1
Pasien Kontrol poli hari senin (8-4-2013)
PEMBAHASAN
GLOMERULONEFRITIS AKUT
• Glomerulonefritis penyakit ginjal proliferasi dan
inflamasi glomerulus akibat suatu mekanisme
imunologis
• Glomerulonefritis akut pasca infeksi dengan
etiologi berbagai macam bakteri dan virus.
• Penyebab tersering : Streptococcus haemolitikus
grup A.
• Banyak di negara-negara Afrika, India, Pakistan,
Malaysia, Papua New Guinae, Amerika Selatan.
• Glomerulonefritis akut pasca Streptococcus self
limiting pada anak proses penyembuhan secara
sempurna (>95% anak)
DEFINISI
• Suatu reaksi imunologis pada ginjal
(terutama glomerulus) terhadap bakteri
atau virus tertentu, ditandai dengan
gejala hematuri, hipertensi, edema, dan
insufisiensi ginjal. Penyebab terbanyak
GNA diakibatkan oleh infeksi kuman
Stertokokus haemolitikus.
STREPTOKOKUS
• Streptokokus bakteri gram positif berbentuk
bulat pasangan atau rantai selama masa
pertumbuhannya.
• Beberapa anggota flora normal pada
manusia.
• Bakteri ini menghasilkan berbagai zat
ekstraseluler dan enzim.
• Salah satu spesies dari streptokokus yang
mengandung antigen A dan bersifat hemolitik
ETIOLOGI• Disebabkan oleh berbagai macam :
Bakteri Virus
RicketsiaProtozoa
Helminths
Penyebab terbanyak GNA Streptococcus haemolyticus golongan A
tipe M 1, 2, 4, 12, 18 dan 25 (untuk infeksi saluran napas)
tipe M 49, 55, 57, 60 (untuk infeksi kulit).
PATOGENESIS
Hipotesis :
1. Terbentuk kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrana basalis glomerulus merusak di sirkulasi.
2. Proses autoimun Streptococcus yang nefritogen badan autoimun merusak glomerulus.
3. Streptococcus nefritogen dan membrana basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti langsung merusak membrana basalis ginjal.
Reaksi antigen-antibodi
Proliterasi dan kerusakan glomerutus
Kerusakan umum kapiler
Albuminuria Hematuria(silinder)
Aktivitas vasopresor meningkat
Vasospasme
Hipertensi
GFRmenurun
Aldosteron meningkat
Retensi na’
Retensi H2O
EdemaECF
meningkat
• Glomerulonefritis meliputi berbagai kelainan ginjal :
1. Glomerulonefritis Akut Post Streptokokal
2. Glomerulopati Membranosa
3. Glomerulopati Proliferatif Membranosa
4. Glomerulonefritis Progresif Cepat
5. Nefritis pada infeksi kronik
MANIFESTASI KLINIK• Hematuria • Hipertensi• Oliguria atau anuria• Edema • Suhu badan tinggi atau sedang, takikardi,
takipneu, rales pada paru • Gejala gastrointestinal muntah, tidak nafsu
makan, konstipasi dan diare • Efusi pleura, bendungan pembuluh darah
paru dan kardiomegali
LABORATORIUM
Darah :•Kadar hemoglobin (Hb) menurun•Laju Endap Darah meningkat •Ureum dan kreatinin darah meningkat•Albumin serum dan komplemen serum
menurun
Urin
• Jumlah urin menurun• Berat jenis urin meningkat• Hematuri baik makroskopis maupun
mikroskopis• Proteinuri ringan• Sedimen urin ( eritrosit, leukosit, silinder
leukosit, silinder eritrosit, hyalin)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Sediaan apus tenggorok dan kulit• Kultur darah• Uji serologis (ASTO, antistreptozim, anti
hialuronidase, anti Dnase)• Serum komplemen (C3 dan C4)• Foto thorax• Biopsi ginjal• USG
DIAGNOSIS
Berdasarkan :
• Anamnesis
• Gejala klinis
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan penunjang
1. Glomerulonefritis Akut Post Streptokokal
• Mendadak hematuria nyata, edema, hipertensi dan oliguria.
• Biasanya timbul manifestasi 4-8 mgg setelah infeksi faring atau kulit oleh streptokokus nefritogenik.
• Jarang pada anak sebelum umur 3 tahun.• Gejala lain : ensefalopati, gagal jantung
kongestif, malaise, letargi, nyeri abdomen / pinggang, demam.
• Laboratorium : proteinuria, endapan eritrosit, jarang endapan lekosit, anemia normositik normokromik.
• Komplemen C3 turun. • Biakan tenggorok mungkin positif
streptokokus.• Fase akut biasanya menyembuh dalam 1
bulan, tetapi kelainan urin dapat berlangsung sampai 1 tahun
2. Glomerulopati Membranosa• Anak terjadi pada dekade ke-2.• Hematuria jarang nyata, biasanya
mikroskopik, tekanan darah dan C3 normal.
• Diagnosis ditegakkan atas dasar Biopsi
3. Glomerulopati Poliferatif Membranosa• Bentuk kronik paling sering pada anak
umur > 10 tahun.• Menunjukkan sindroma nefrotik ringan,
hematuri nyata/mikroskopik dan proteinuria.
• Hipertensi biasanya ada & C3 dapat menurun.
• Diagnosis biasanya didasarkan atas biopsi• Progosisnya jelek
4. Glomerulonefritis Progresif Cepat.• Semua bentuk Glomerulonefritis yang
berat dengan perjalanan klinis yang progresif.
• Diagnosis didasarkan atas biopsi.• Prognosis jelek, pasien akan
menunjukkan gagal ginjal akut dalam beberapa minggu / bulan setelah gejala muncul.
5. Nefritis Pada Infeksi Kronik• Pada infeksi kronik, termasuk SLE, VP
Shunt yang terinfeksi, Sifilis, Hepatitis B, Kandidiasis dan Malaria.
• Timbulnya Kompleks imun, diendapkan di ginjal Glomerulonefritis.
• Pemberantasan penyakit primer akan membantu kesembuhan.
DIAGNOSIS BANDING
• Sindroma nefrotik
• Hematuri berulang dengan
glomerulonefritis fokal (IgA nefropati)
• Purpura Henoch-Sconlein
• Glomerulonefritis membranoproliferatif
PENATALAKSANAAN
• Istirahat• Kebutuhan diit dengan rendah protein
dan rendah garam (RPRG)
1.Energi <3 tahun : 150 kkal/kg BB/hari, >3 tahun : 100 kkal/kg BB/hari.
2.Protein 1-2 gr/kgBB/hari, bila terjadi oliguri diit bebas protein.
3.Lemak lebih tinggi dari kebutuhan normal asam lemak tidak jenuh ganda.
4.Garam dikurangi bila ada sembab: < 500 mg/hari; bila sembab tidak ada, dapat diberikan I -2 gr/hari.
6.Cairan keadaan faal ginjal, umur, BB, cairan yang keluar tubuh dan produksi air kemih. anuria makanan peroral dihentikan infus dekstrose 10-20%: 30 ml/kg BB/hari atau insensible water loss+ produksi air kemih.
7.Mineral dan vitamin diberikan cukup kecuali natrium.
8.Makanan lunak suhu badan panas dan makanan biasa suhu badan normal.
9.Bumbu penyedap, berikan yang tidak mengandung garam.
Terapi Medikamentosa• Untuk infeksi Streptococcus penicillin
dan eritromisin selama 10 hari
• Oligouri diuretik berupa furosemid 1-2
mg/kgbb/kali.
• Pengobatan Hipertensi– Hipertensi non krisis
• Tekanan diastolik 90-100 mmHg: diuretik, furosemid
• Tekanan diastolik 100-120 mmHg: furosemid
ditambah captopril, jika tidak turun juga dapat
ditambah dengan golongan beta blocker atau
golongan lain.
– Hipertensi Krisis• Nifedipin oral diberikan dengan dosis 0,1
mg/kgBB/kali, dinaikkan 0,1 mg/kgBB/kali setiap 30 menit (dosis maksima 10 mg/kali) kemudian furosemid diberikan dengan dosis 1 mg/kgBB/kali, 2 kali sehari, bila tidak turun diberi kaptopril 0,3 mg/kgBB/kali perhari.
• Klonidin drip 0,002 mg/kgBB/8 jam + 100 ml dextrose 5 %. Tetesam awal 12 mikrodrip/menit, bila tekanan darah belum turun, tetesan dinaikkan 6 mikrodrip/menit setiap 30 menit (maksimum 36 mikrodrip/menit), bila tekanan darah belum turun ditambahkan kaptopril 0,3mg/kgBB/kali, diberikan 2-3 kali sehari (maks 2 mg/kgBB/kali) bersama furosemid 1 mg/kgBB/kali, 2 kali sehari.
PEMANTAUAN
1. Urin Rutin 2 kali seminggu
2. Darah Tepi Rutin 1 kali seminggu
3. Biakan Urin waktu masuk dan setelah pengobatan
4. Osmolalitas Urin pada minggu pertama
5. Usap Tenggorok sebelum pengobatan untuk biakan dan uji sensitivitas
6. Titer ASTO waktu masuk
7. Kimia Darah dua minggu sekali :
Protein Total, Rasio Albumin /Globulin
8. Ureum bila pada pemeriksaan pertama
tinggi – Ulang Kreatinin 2-3 hari kemudian,
3 hari setelah perubahan diet.
9. EKG waktu masuk; ulang satu minggu
10. Foto RO Toraks pada minggu 1 perawatan untuk melihat “Paru Nefritik”
11. Konsultasi mata bila ada hipertensi /
ensefalopati hipertensik
12. Konsultasi kardiologi bila ada gagal
jantung
13. (Bila ada fasilitas) Beta 1 C Globulin :
- Pada waktu masuk
- Ulang 2 minggu
KOMPLIKASI
• Glomerulonefritis kronik
• Gagal ginjal
• Ensefalopati hipertensif
• Oliguria sampai anuria
• Anemia
• Gangguan sirkulasi dispneu, ortopneu, terdapatnya ronki basah, pembesatan jantung dan meningginya tekanan darah
PROGNOSIS
• Sebagian besar pasien dengan
Glomerulonefritis akut pasca
Streptococcus akan sembuh,
• 5% di antaranya pembentukan kresen
pada epitel glomerulus.
• Prognosis jangka panjang
glomerulonefritis akut pascastreptokok
baik.
GIZI
II. Keadaan Gizi
Keadaan keseimbangan konsumsi,
penyerapan dan pengunaan zat-zat gizi
Keadaan fisiolologis akibat zat gizi dalam
seluler tubuh
III. Status Gizi(Nutririon Status)
Ekspresi keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Perwujudan Nutriture).
Misal :
Tidak seimbang yodium dalam tubuh Gondok
IV. Malnutrition
(Gizi salah, Malnutrisi)Keadaan patologis akibat kekurangan atau
kelebihan relatif/absolut atau > zat gizi
1. Under Nutrition :
Kekurangan relatif / absolut untuk periode ttu
2. Spesifik Defisiensy :
Kurang zat gizi ttt misal vit A, Fe, yodium
3. Over Nutrition :
Kelebihan dalam periode tertentu
4. Imbalance :
disproporsi zat gizi. Misal : kolesterol LDL, HDL, VLDL.
V. Kurang Energi Protein
Rendahnya konsumsi energi dan protein
dan atau gangguan penyakit tertentu.
(WHO BB < 80% indeks baku WHO -NCHS)
Penilaian Status Gizi langsung :
1. Antropometri (ukuran tubuh manusia)
- Pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur / gizi
- Melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi melalui perumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
2. Klinis- Melihat perubahan jaringan epitel (Supervicial Epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dll. Atau organ dekat permukaan tubuh seperti Kelenjar Tiroid
- Umumnya untuk survei klinis cepat (Rapid Clinical Surveys)
- Mengetahui tingkat status gizi melalui pemeriksaan fisik tanda (sign) dan gejala ( symptom) atau riwayat penyakit
III. Biokimia
- Pemeriksaan spesimen(darah, urine, tinja, hati, otot) secara labolatoris
- Peringatan kemungkinan akan terjadi Malnutrisi lebih parah
- Menolong menentukan kelainan gizi spesifik
IV. Biofisik
- Melihat kemampuan fungsi (khusus jaringan) dan perubahan struktur jaringan
- Digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (Tes adaptasi gelap)
Penilaian Status Gizi Tidak Langsung
I. Survei Konsumsi Makanan
Melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi keluarga dan individu kelebihan dan kekurangan zat gizi
II. Statistik Vital :
Analisis daya statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi seperti angka kematian dan lain-lain.
III. Faktor Ekologi (Iklim, Tanah, Irigasi dan
Lain-lain)
- Malnutrisi sebagai hasil interaksi faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya (Bengoa)
- Dasar Program Intervensi Gizi
Antropometri
• Anthropos tubuh• Metros Ukuran
Berhubungan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh (BB, TB, LLA, Tebal Lemak) dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
Keunggulan :
• Alat (dacin, pita, dsb) mudah didapat dan digunakan
• Pengukuran bisa diulang dan obyektif• Tidak perlu tenaga khusus profesional• Relatif mudah, mudah didapat• Hasil mudah disimpulkan• Ilmiah diakui
Kelemahan :
• Tidak sensitif (misal kurang zn & fe )• Faktor diluar (Genetik, penyakit) dapat
berpengaruh• Kesalahan pengukuran bisa ada (petugas,
alat, cara, dsb)
Jenis Parameter
1. Umur
• > 2 tahun umur penuh (completed year)
• < 2 bulan usia penuh (completed month)
2. Berat Badan
- Parameter paling baik, mudah terlihat
perubahan masa yang singkat tapi labil- Menggambarkan status gizi sekarang,
dilakukan periodik pertumbuhan- Tidak dipengaruhi pengukur- KMS- Bisa tidak tergantung umur- Parameter gambaran masa tubuh- Sensitif perubahan mendadak seperti sakit
3. Tinggi Badan
- Parameter keadaan telah lalu dan dan sekarang, jika umur tidak diketahui - Ukuran kedua yang penting- Quac stick : berat badan terhadap tinggi badan- Alat: Mikrotoa(Microtoise) anak
berdiri
4. Lingkar Lengan Atas
• Belum dapat pengujian di Indonesia• Kesalahan pengukuran lebih besar• Sensitif untuk pra sekolah dan WUS
(15-45TAHUN)• Gambaran jaringan otot dan lapisan
lemak bawah kulit
5. Lingkar Kepala- Berhubungan ukuran otak dan tulang kepala- Tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi- Info tambahan pengukuran umur- Dipengaruhi suku bangsa dan genetik
- Memeriksa keadaan patologi besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala
6. Lingkar Dada
- Dilakukan anak usia 2 – 3 tahun- Ratio lingkar kepala dan dada anak 6 bulan – 5 tahun < 1
7. Jaringan Lunak (Lemak Subkuntan)- Pada Trisep, Bisep, Subskapula dan Suprailika
Indeks Antropometri
- Di Indonesia ukuran baku belum ada - BB dan TB di Indonesia baku Havard (100% baku 50% tile baku havard), LLA baku Wolanskilihat tabel
Berat Badan Menurut Umur. ( BB / W)
Menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutritional Status)- Mudah dan cepat dimengerti masyarakat
umum- Baik untuk mengukur status gizi akut dan
kronis- Labil (BB fluktuatif, umur tidak diketahui)- Mendeteksi kegemukan
Kekurangan- Interprestasi bisa keliru bila ada Edema dan
Ascites- Umur kadang tidak akurat, kesalahan
pengukuran- Masalah sosial budaya ditempat
Tinggi Badan Menurut Umur. ( TB / U)
- Penggambaran Pertumbuhan Skeletal, Status Gizi masa lalu
- Kurang sensitif jangka waktu pendek- Pengaruh defisiensi butuh waktu relatif lama- Berhubungan erat dng status sosial ekonomi
Berat Badan Menurut Tinggi Badan. (BB/TB)
Dapat membedakan Proporsi badan
(Gemuk, Normal, dan Kurus)
STATUS GIZI
Ambang batas baku keadaan gizi berdasarkan indeks
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Gizi baik > 80% > 85% > 90% > 85% > 85%
Gizi kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%
Gizi buruk < 60% < 70% < 80% < 70% < 75%
Lingkar Lengan Atas Menurut Umur. ( LLA / U)
- Quack Stick - Perubahan tidak nyata untuk anak 2 – 5 tahun- Indikator baik untuk KEP berat- Sulit menentukan ambang batas
Indeks Massa Tubuh ( IMT)- BB Normal
(Tinggi badan – 100) - 10% (Tinggi badan – 100 ) atau
0,9 x (Tinggi badan – 100 )- Berlaku umur diatas 18 tahun
Berat Badan (Kg)Tinggi Badan (Cm) x Tinggi Badan (M)
IMT :
Kategori IMT
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat
< 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,0 – 18,5
Normal > 18,5 – 25,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan
> 25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat
> 27,0
Zat gizi dlm makanan
Ada tidaknya programPemberian makanan
Di luar keluarga
Daya beli keluarga
Kebiasaan makan
Pemeliharaan kesehatan
Lingkungan Fisik dan sosial
Konsumsi makanan
Kesehatan
Zat gizi dlm makanan
Faktor lingkungan
Persediaan / cadanganjaringan
Ketidak – cukupan
Kemerosotanjaringan
Perubahan biokimia
Perubahanfungsi
Perubahan anatomi
Faktor manusia
MalnutrisiDitandaiDenganPenurunanBerat badan& pertumb-Han terham-bat(stunting)
MalnutrisiYang
DiperiksaMelalui
Pemeriksaanlaboratorium
Tampak Tanda-tanda
klinis
MunculnyaTanda-tandaYang klasikal
Masa Pratogenesis Masa Patogenesis
Sebelum Sakit
Agens Pejamu
LingkunganYang menimbulkan
Stimulus (rangsangan)
penyakit
mati kronis cacat sembuh
Beratambang klinis Ringan Penyembuhan
ProsesPatogenesis
Interaksi manusia & stimulus
Biologi Fisik
Sosial dan Budaya Ekonomi Dan Politik
Keluarga
Individu
Masyarakat
Kecukupan KeadaanMakanan Kesehatan
KetahananMakananKeluarga
Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan & Sanitasi
Linkungan
Asuhan Bagi Ibu& anak
Keberadaan & kontrolSumber daya keluarga
Manusia, ekonomi, Dan keluarga
Potensi Sumber daya
Struktur EkonomiStruktur politik & ideologi
Pendidikan Keluarga
Tumbuh KembangAnak
STATUS SOSIAL – EKONOMI(Pendidikan, Pekerjaan, Teknologi, Budaya, ddl )
Tanah Pendapatan Praktik PemberianMakanan bayi
Praktik Kesehatan
Sanitasi lingkungan
Sumber Pangan
Masukan Gizi
Ketersediaan zat giziPada tingkat seluler
Infeksi
Pertumbuhan
Kurang Energi Protein (KEP)
Keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari, sehingga tidak memenuhi AKG
Klasifikasi- KEP ringan BB/U : 70 – 80 % standar WHO – NCHS- KEP sedang BB/U : 60 – 70 %- KEP berat BB/U : < 60 %
KEP Berat secara klinis dibagi 3 tipe :- Marasmus- Kwashiorkor- Marasmik Kwashiorkor
Etiologi# Primer - Kurang konsumsi ok tidak tersedia bahan makanan# Sekunder - Kurang kalori protein akibat penyakit
(ginjal, jantung, hati, paru)
Patofisiologi
Protein zat pembangun, protein
• Gangguan pertumbuhan• Atropi otot• Albumin serum Edema• Hb Anemia• Antibodi Infeksi
KH + L Zat tenaga• KH + L Katabolisme
pengecilan jaringan otot (muscle wasting) +
jaringan otot
Patogenesis KEPPatogenesis penyakit KEP melalui 5 tahapan1. Ketidakcukupan zat gizi Bila ketidakcukupan zat gizi berlangsung lama
maka cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu
2. Bila keadaan ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan yang ditandai dengan penurunan BB
3. Terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium, yaitu Hb rendah, serum vitamin A dan karoten rendah
4. Bila keadaan berlangsung lama, terjadi perubahan fungsi tubuh seperti pusing, lemah, lekas capek
5. Terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik : warna rambut, xeroftalmia, stomatitis angular, edema, dermatosis
Patogenesis Penyakit kurang gizi
Faktor lingkungan
Persediaan/cadangan jaringan
Ketidak-cukupan
Kemerosotan jaringan
Perubahan biokimia
Perubahan fungsi
Perubahan anatomi
Faktor manusia
Malnutrisi ditandai dengan
Penurunanberat badan
dan pertumbuhan
terhambat (stunting)
Malnutrisi yang
diperiksa melalui
Pemeriksaan laboratorium
Tampak tanda-
tanda khas
Munculnya tanda-
Tanda yangklasikal
Faktor Penyebab Gizi Kurang
Gizi kurang
Asupan makanan Penyakit infeksi
PersediaanMakananDi rumah
Perawatan anak danIbu hamil
Pelayanankesehatan
Kemiskinan,Kurang pendidikan,Kurang ketrampilan
Krisis ekonomi langsung
Penyebab langsung
PenyebabTidak
langsung
Pokok masalah
Akarmasalah
Kriteria Diagnosis
Anamnesis• Riwayat nutrisi selama dalam kandungan,
saat kelahiran, keadaan waktu lahir (BB, TB)
• Penyakit yang diderita• Keadaan keluarga• Kontak dengan px penyakit menular
Antropometri• BB, TB, LK, LLA, lipatan kulit
Pemeriksaan Fisik• Bentuk tubuh, perbandingan kepala,
badan, anggota gerak• Keadaan mental anak• Rambut (warna, mudah dicabut)• Wajah (org tua, moonface)• Mata (gx defisiensi vitamin A)• Mulut (stomatitis, Noma)• Thorax (kelainan jantung)• Abdomen (asites, hepatomegali)• Extrimitas (hipotropi, edema)• Kulit (hiperkeratosis, crazy pavement)
Laboratorium• Darah rutin• Protein, albumin• Gula darah, Fe serumRadiologi• Thorax foto• Umur tulangKomplikasi• Hipotermi• Hipoglikemi• Mudah infeksi• Anemia• Diare kronis
MarasmusMalnutrisi berat ok pemberian makanan
yang tidak cukup, informasi pemberian makanan yang tidak cukup atau higiene yang jelek
Etiologi• Masukan kalori tidak cukup
- Diet yang kurang
- Kebiasaan makan yang tidak tepat
- Kelainan metabolik
Manifestasi klinis• Badan tampak kurus• Wajah seperti orang tua• Atropi otot• Lemak subcutan tipis• Kulit kering & berkeriput• Perut buncit & gambaran usus mudah
dilihat• Anak cengeng• Penyakit penyerta yang sering dijumpai :
Enteritis, infestasi cacing, TBC, defisiensi vit A
Pencegahan• Pendidikan orang tua• Pemberian makanan pendamping ASI
yang sesuai dan memadai• Deteksi dini oleh petugas kesehatan• Pencegahan & pemantauan penyakit
infeksi
KwashiorkorSindroma klinis akibat defisiensi protein
berat dan masukan kalori tidak cukup
Etiologi• Kekurangan intake protein• Gangguan penyerapan protein pada diare
yang kronik• Kehilangan protein yang berlebihan, mis
pada proteinuria, infeksi kronik, luka bakar• Gangguan sintesa protein pada penyakit
hati yang kronis
Manifestasi Klinis•Wajah moonface•Nampak sembab•Cengeng•Jaringan otot mengecil, tonusnya menurun•Jaringan subcutis tipis•Asites•Rambut pirang, mudah dicabut, signo de bandera•Crazy pavement dermatosis•Pembesaran hati•Tanda defisiensi vitamin A•Anemia defisiensi besi•Penyakit infeksi
Laboratorium• Penurunan kadar albumin serum• Glukosa darah rendah• AnemiaPencegahan• Petunjuk diet yang berisi jumlah protein
cukup & nilai biologis tinggi
Marasmik KwashiorkorGejala klinis campuran antara marasmus
danKwashiorkor
Tata laksana KEP berat
Ada 5 aspek penting
1. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat (10
langkah)
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Kegagalan pengobatan
4. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
5. Tindakan pada kegawatan
I.Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat1. Atasi/cegah hipoglikemi - kadar glukossa drh < 50 mg/dl 50 ml glukosa 10 % bolus, evaluasi setiap 2
jam - Mulai pemberian makan setiap 2 jam2. Atasi/cegah hipotermi - Bila suhu < 36° C hangatkan dengan selimut, berikan lampu pemanas - Segera berikan makanan tiap 2 jam3. Atasi/cegah dehidrasi - Pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan pelan-pelan
- cairan resomal per oral 5 mg/kg BB setiap 30
menit selama 2 jam - Penilaian rehidrasi dengan denyut nadi, pernafasan, frekuensi kencing, airmata4. Koreksi gangguan elektrolit - Tjd hipernatremi, hipokalemia,
hipomagnesia - Beri cairan rendah Na (resomal) - Makanan rendah garam5.Pengobatan/pencegahan infeksi - Tanda infeksi (demam) sering tak tampak - Rutin berikan antibiotika spektrum luas (ampicillin + gentamicin)
6. Mulai pemberian makanan
- Pada fase awal – hati-hati karena keadaan faali
& homeostasis sangat kurang
- Pemberian porsi kecil, sering, rendah laktosa,
secara oral/nasogastrik
- Kalori 80 – 100 kal/kg BB/hr
- Cairan 130 ml/kg BB/hr
7. Fasilitasi tumbuh kejar
- Kalori & cairan dinaikkan scr perlahan-lahan
- Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan
pertambahan BB
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro - Berikan setiap hari multivitamin, Fe - Vit A oral pd hari I9. Berikan stimulasi sensorik & dukungan emosional - Kasih sayang, lingkungan yang ceria,
bermain 10. Tindak lanjut di rumah - Pemberian makanan yg sering, dg
kandungan energi & protein yang padat - Terapi bermain terstruktur - Imunisasi dasar/ulangan - Vit A, setiap 6 bulan
Bagan dan jadwal Pengobatan sebagai berikut :
No Fase Stabilisasi Transisi Rehabilitasi
Hari 1-2 Hari 2-7 Mgg ke-2 Mgg ke 3-7
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 Mulai pembe-rian makanan
7 Tumbuh kejar (meningkat-kan pembe-rian makanan)
8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
II. Pengobatan Penyakit penyerta•Defisiensi vit A•Dermatosis salep/krim•Parasit/cacing
mebendazole 100 mg, 2x/hr, selama 3 hr•Diare kronis•TBC
III. Kegagalan Pengobatan
Tingginya angka kematian
24 jam I : hipoglikemi, hipotermi, sepsis,
dehidrasi
27 jam : Vol. formula terlalu banyak
Malam hari : hipotermi
Kenaikan BB tidak adekuat < 50 gr/kg BB/minggu
• Pemberian makanan tidak adekuat• Defisiensi nutrien• Infeksi tidak terdeteksi• Masalah psikologik
IV. Penanganan pasien pulang sebelum
rehabilitasi tuntas
Rehab. dianggap lengkap :
- gejala klinis menghilang
- BB/U min 70 %
• Beri makanan min 5x/hr• Beri makanan selingan• Makanan harus habis• Suplementasi vit/mineral• ASI diteruskanV. Tindakan pada kegawatan• Syok - bisa karena sepsis atau dehidrasi berikan cairan D5 % / Nacl 0,9 % atau D5
% / ringer – dalam 1 jam I - Perbaikan klinis dehidrasi - Tdk ada perbaikan sepsis
• Anemia berat
-Transfusi diperlukan bila
Hb < 4 g/dl
Hb 4-6 g/dl disertai tanda gagal jantung
- Besi FWB 10 ml/kg BB dalam 3 jam atau PRC
- Bila ada tanda gagal jantung
lasix 1 mg/kg BB/IV - awal
Sepsis & Syok Septik
Pembimbing: dr.Indra Hartawan, Sp.PD
Pendahuluan
• Sepsis dan syok septik merupakan penyulit dari suatu infeksi, dan masalah besar bagi para klinisi.
• Meskipun telah menggunakan antimikroba yang tepat, terapi suportif dengan dukungan fasilitas canggih namun angka kematian akibat sepsis dan syok septik tetap tinggi.
DEFINISI
• Sepsis: SIRS yang berhubungan dengan infeksi
• SIRS, dua atau lebih dari keadaan berikut ini:
1.Demam (temperatur oral > 38°C) atau hipotermi (<36°C)
2.Takipneu (respirasi> 24x/min)
3.Takikardi (denyut nadi>90 x/min)
4.Leukositosis (>12.000/mm3) atau leukopenia (<4.000/ mm3), atau >10% sel imatur (band)
• Syok septik :Sepsis dengan hipotensi (TDS<90 mmHg, atau <40 mmHg dari tekanan darah normal pasien) setelah resusitasi cairan yang adekuat.
• membutuhkan vasopressors untuk mempertahankan TDS 90 mmHg mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ
EPIDEMOLOGI
• Angka kematian pada sepsis adalah 20-30%,
• syok septik angka kematian dapat mencapai 40 -90%
• ARDS komplikasi berat dari sepsis dan dapat menimbulkan kematian pada 50% kasus sepsis dan syok septik
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Usia yang tua
2. Bayi baru lahir
3. Kehamilan
4. Penderita dengan penyakit kronik seperti diabetes dan sirosis.
5. Penderita imunokompremaise
6. Infeksi nosokomial karena tindakan medis
ETIOLOGI
• Kasus dengan sepsis kultur darah yang positif mengandung bakteri atau fungi sebesar 20-40%
• Kasus dengan syok septik 40-70%.• Bakteri gram negatif dan positif dapat
diisoloasi dari 70% kultur darah dan sisanya ditemukan jamur atau campuran berbagai mikroorganisme.
PATOGENESIS • fokal infeksi jaringan penyebaran bakteri
(imunogen) stimulasi imunogen proses inflamasi
• proses inflamasi sel akan teraktivasi mediator inflamasi (sitokin).
• sitokin proinflamasi adalah TNF, IL-1, Interferon (INF-γ) yang bekerja membantu sel untuk menghancurkan mikroorganisme yang menginfeksi.
• sitokin antiiflamasi adalah interleukin 1 reseptor antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10 yang bertugas untuk memodulasi, koordinasi atau represi terhadap respon yang berlebihan.
•Gram (-) endotoksin +LPS + antibody dalam serum darah LPSab (lipo Poli Sakarida Antibodi).
•LPSab perantara reseptor CD14+ akan bereaksi dengan makrofag mengekspresikan imunomodulator.
•Gram (+) eksotoksin,virus, dan parasit (super antigen) difagosit makrofag (APC) berikatan dengan CD4+ (limfosit Th1 dan Th2)
GAMBARAN KLINIS
1. Jantung dan system kardiovaskuler: nadi lemah dan cepat.
2. Perfusi perifer: vasodilatasi pada awalnya, saat syok septik pasien menjadi dingin dan perfusinya buruk.
3. Status mental: confusion.4. Ginjal: penurunan laju filtrasi ginjal (GFR). 5. Fungsi paru: penurunan fungsi paru 6. Perfusi organ vital: hipoksia jaringan, asidosis gas
darah arteri, dan peningkatan kadar laktat.7. Fungsi hemostatik: terdapat perdarahan spontan,
misalnya pada tempat-tempat pungsi vena.
DIAGNOSIS
• Anamnesis : biasanya tidak spesfik antara lain demam, malaise ,mual, muntah, sesak nafas, cemas dan gelisah
• Pemeriksaan fisik: demam (temperatur oral > 38°C atau hipotermi (<36°C);takipneu (>24 x/min);takikardi (nadi>90 x/min)
• Laboratorium: leukositosis dengan shif to the left, trombositopenia, hiperbilirubin, dan proteinuria.
PENATALAKSANAAN
• Tiga prioritas dalam terapi sepsis yaitu:
1. Stabilisasi pasien langsung
pemulihan abnormalitas yang membahayakan jiwa (ABC: airway, breathing, circulation)
2. Darah harus cepat dibersikan dari mikroorganisme
berikan perawatan empirik dengan antimikroba secara dini
3. Fokus infeksi awal harus diobati
Komplikasi
1. Sindrom distres pernafasan (ARDS)
2. Koagulasi intravaskuler diseminata
3. Gagal ginjal akut (ARF)
4. Perdarahan usus
5. Gagal hati
6. Disfugsi sistem saraf pusat
7. Gagal jantung
8. Kematian
PROGNOSIS
• Sepsis gram negatif memeliki angka kematian 25-40%, sedangkan sepsis gram positif angka kematiannya lebih rendah yaitu 10-20%.
PENCEGAHAN
• Hindarkan trauma pada permukaan mukosa • Gunakan antibiotik secara profilaktik pada penderita
imunokompremaise.• Berikan semprotan (spay) polimiksin pada faring posterior
untuk mencegah pneumonia gram negatif nosokomial.• Sterilisasi flora aerobik lambung dengan polimiksin dan
getamisisn dengan vankomisin dan nistatin efektif dalam mengurangi sepsis gram negatif pada neutropenia.
• Lingkungan yang protektif bagi pasien yang beresiko • Untuk melindungi neonatus dari sepsis streptococcus grup
B ambil hapusan vaginal pada kehamilan 35-37 minggu.
KESIMPULAN Infeksi
SIRS Respon tubuh terhadap inflamasi sistemik mencakup 2 atau lebih keadaan berikut :
Hipertermia atau hipotermia, takikardi, takipnea, peningkatan atau penurunan leukosit
Sepsis :Keadaan klinis berkaitan dengan infeksi dengan manifestasi SIRS
Sepsis berat :Sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau hipotensi termasuk
asidosis laktat, oliguria dan penurunan kesadaran
Syok septik :Syok dengan hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi cairan secara adekuat atau
memerlukan vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ
Sindroma disfungsi multipel organ
Kematian