bab i pengembangan konsep -...
Post on 10-Mar-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
33
BAB I
PENGEMBANGAN KONSEP
Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan
pelanggan. Sehingga perlu dimunculkan konsep untuk memperbarui mekanisme produk meja
setrika yang baru berdasarkan hasil dari analisis House of Quality yang paling penting untuk
diperbaiki.
1.1 Studi Spesifikasi Konsep dengan FAST Diagram
Dalam melakukan penyusunan konsep produk, sebaiknya dimulai dengan memperjelas
masalah mencakup pengertian umum dan pemecahan masalah menjadi submasalah. Hal ini
dilakukan dengan dekomposisi masalah, dimana masalah yang kompleks akan dibagi menjadi
submasalah yang lebih sederhana dengan pendekatan fungsional, sehingga perlu
menggambarkan ulang mekanisme produk, misalnya dengan menggunakan Fast Diagram.
Diagram FAST memberikan gambaran grafis tentang bagaimana fungsi yang ada saling
berhubungan atau saling bekerja sama dalam suatu sistem (produk atau proses) untuk
memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. Dengan berfokus pada fungsi, tim maupun
individu dapat berfokus pada apa yang benar-benar penting dan tidak dibatasi oleh fitur fisik
dari produk atau proses, yang mengarah pada definisi masalah yang lebih baik dan jalur yang
lebih jelas menuju solusi. Berikut ini merupakan langkah pembuatan FAST Diagram.
1. Menentukan produk yang akan dibuat diagram FAST
2. Menentukan fungsi dasar (basic function) dari produk, biasanya merupakan karakteristik
ataupun tugas dari sudut pandang pengguna yang merupakan alasan utama dibuatnya suatu
produk. Fungsi ini diturunkan dari fungsi yang paling tinggi, misalnya produk meja setrika
: “Alas Menyetrika”
3. Menentukan fungsi sekunder dari produk yang dibuat, adalah fungsi yang dirancang untuk
menyebabkan atau membiarkan fungsi dasar (basic function) terjadi. Misalnya pada produk
meja setrika : “Memastikan Kenyamanan”
4. Memastikan fungsi sekunder dari produk yang dibuat sesuai dengan HOQ yang telah dibuat,
yaitu pada respon teknis (Room 2), contohnya respon teknis “Tinggi Meja Setrika” dapat
dijelakan pada fungsi sekunder FAST dengan “Menyesuaikan postur tubuh”
34
5. Melanjutkan penyusunan fungsi sekunder dari produk, hingga mencapai fungsi
yang paling rendah dari produk yang dibuat.
6. Melakukan pengecekan pada FAST diagram dengan menggunakan logika
“Bagaimana” dari kiri ke kanan, serta logika “Mengapa” dari kanan ke kiri.
Berikut merupakan contoh FAST diagram dari produk meja setrika.
Gambar 1.1 FAST Diagram Produk Meja Setrika
1.2 Alternatif Konsep (Morphological Chart)
Alternatif konsep merupakan sebuah alternatif baru yang dimunculkan dari setiap fungsi
yang dibuat sebelumnya. Dalam alternatif konsep menggunakan tabel kombinasi konsep yang
menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis yaitu
dengan Morphological Chart. Di dalam chart ini dibuat kombinasi dari berbagai kemungkinan
solusi untuk suatu produk. Berikut merupakan langkah-langkah dalam pembuatan
Morphological Chart:
1. Membuat daftar kriteria berdasarkan pada fungsi produk yang telah dijabarkan pada Fast
Diagram. Dimana daftar kriteria tersebut didasarkan pada prioritas yang harus
dikembangkan, diperoleh dari relative important pada HOQ.
35
2. Daftar semua alternatif yang mungkin untuk mencapai setiap fungsi dari produk.
3. Membuat chart untuk mencantumkan semua kemungkinan alternatif.
4. Identifikasi kombinasi alternatif yang layak dilakukan.
Berikut susunan tabel alternatif konsep untuk produk meja setrika.
Tabel 1.1 Alternatif Konsep – Morphological Chart
Kriteria
Fungsi
Kriteria Pilihan Desain
Memastikan
Kenyamanan
Sistem
Adjustable
(A)
Ada (A1)
Tidak Ada (A2)
Jenis Busa
pada Alas
Meja
(B)
Rebonded (B1)
General (B2)
Inoac (B3)
Material
tempat
meletakkan
setrika
(C)
Besi (C1)
Aluminium (C2)
Kayu (C3)
Memastikan
Keamanan
JenisKain
(D)
KainAteja (D1)
Kain Polyester (D2)
Kain Katun ( D3)
93
-12
0
36
Kriteria
Fungsi Kriteria Pilihan Desain
Memastikan
Keandalan
Jenis
Material
Kerangka
(E)
Kayu(E1)
Stainless steel (E2)
Besi (E3)
MaterialRakB
aju
(F)
Stainless steel (F1)
Kayu (F2)
Plastik (F3)
Meningkatan
Fleksibelitas
SistemLipat
(G)
Ada (G1)
Tidak Ada (G2)
37
Konsep A : A1 – B2 – C2 – D2 – E3 – F1 – G1
Penjelasan : Pada konsep A memiliki sistem adjustable, jenis busa pada alas meja
menggunakan busa general, material tempat meletakkan setrika menggunakan jenis
aluminium, jenis kain yang digunakan ialah kain polyester, jenis material kerangka
menggunakan besi, bahan material rak baju terbuat dari stainless steel serta memiliki fitur
sistem lipat pada meja setrika.
Konsep B : A1 – B1 – C1 – D1 – E2 – F1 – G1
Penjelasan: Pada Konsep B memiliki sistem adjustable, jenis busa pada alas meja
menggunakan busa rebonded, jenis material tempat meletakkan setrika menggunakan besi,
jenis kain yang digunakan yaitu kain Ateja, jenis material kerangka menggunakan stainless
steel, bahan material rak baju terbuat dari stainless steel serta memiliki fitur sistem lipat pada
meja setrika.
Konsep C : A2 – B3 – C3 – D3 – E1 – F3 – G1
Penjelasan: Pada Konsep C tidak memiliki sistem adjustable, jenis busa pada alas meja
menggunakan busa Inoac, jenis material tempat meletakkan setrika menggunakan kayu, jenis
kain yang digunakan yaitu kain katun, jenis material kerangka menggunakan kayu, bahan
material rak baju terbuat dari plastik serta memiliki fitur sistem lipat pada meja setrika.
Konsep D : A1 – B1 – C1 – D2 – E3 – F1 – G2
Penjelasan: Pada Konsep D memiliki sistem adjustable, jenis busa pada alas meja
menggunakan busa rebonded, jenis material tempat meletakkan setrika menggunakan besi,
jenis kain yang digunakan yaitu kain polyester, jenis material kerangka menggunakan besi,
bahan material rak baju terbuat dari stainless steel serta tidak memiliki fitur sistem lipat pada
meja setrika.
Konsep E : A2 – B2 – C2 – D3 – E1 – F2 – G2
Penjelasan: Pada Konsep E tidak memiliki sistem adjustable, jenis busa pada alas meja
menggunakan busa general, jenis material tempat meletakkan setrika menggunakan
aluminium, jenis kain yang digunakan yaitu kain katun, jenis material kerangka menggunakan
kayu, bahan material rak baju terbuat dari kayu serta tidak memiliki fitur sistem lipat pada meja
setrika.
Konsep F : A2 – B3 – C3 – D1 - E2 – F1 – G2
Penjelasan: Pada Konsep F tidak memiliki sistem adjustable, jenis busa pada alas meja
menggunakan busa Inoac, jenis material tempat meletakkan setrika menggunakan kayu, jenis
kain yang digunakan ialah kain ateja, jenis material kerangka menggunakan stainless steel,
38
bahan material rak baju dari stainless steel serta tidak memiliki fitur sistem lipat pada meja
setrika.
Berikut merupakan ringkasan dari penjelasan konsep-konsep meja setrika yang akan
dibuat yang dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 1.2 Ringkasan Konsep-Konsep yang akan dibuat
KONSEP
A B C D E F
Sistem Adjustable Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada
Jenis busa pada alas meja General Rebonded Inoac Rebonded General Inoac
Material tempat meletakkan
setrika Aluminium Besi Kayu Besi Aluminium Kayu
Jenis kain Kain
Polyester Kain Ateja Kain Katun
Kain
Polyester Kain Katun Kain Ateja
Jenis material kerangka Besi Stainles
steel Kayu Besi Kayu
Stainles
Steel
Material rak baju
Stainles
steel
Stainles
steel Plastik
Stainles
Steel Kayu
Stainles
Steel
Sistem Lipat Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
39
POIN PENTING
- Pada Pembuatan FAST diagram, pengecekan logika dengan “how” dan “why” dilakukan
secara berulang kali untuk memastikan fungsi-fungsi dari produk yang akan dirancang
telah tercakup dengan baik.
- Tidak ada FAST diagram yang “mutlak benar”, baik untuk produk maupun prosesnya,
adapun variasinya bergantung pada : Fokus analisis, Fokus teknologi atau konsumen,
tujuan pengembangan produk.
- Penulisan fungsi pada FAST diagram dengan menggunakan aturan dua kata verb-noun
berfungsi untuk : Mempromosikan pemikiran kreatif dengan cara-cara alternatif untuk
memberikan sebuah fungsi dan membatasinya dengan memberikan batasan pada
perspektif untuk hanya melihat fungsi dengan bingkai yang positif
- Pada pembuatan kriteria Morphological Chart perlu disesuaikan berdasarkan pada fungsi
produk yang dijabarkan pada Fast Diagram dan kriteria tersebut juga didasarkan pada
prioritas pada relative important HOQ.
40
41
BAB II
PEMILIHAN KONSEP
Pemilihan konsep atau seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan
memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan
relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan
pengembangan selanjutnya.
2.1 Metode Pemilihan Konsep
Pemilihan konsep didasarkan pada metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh yang disebut
seleksi konsep PUGH. Terdapat 2 tahap pemilihan konsep, yaitu tahapan pertama disebut
penyaringan konsep dan tahapan kedua disebut penilaian konsep (Ulrich dan Eppinger, 2001).
a. Penyaringan Konsep
Penyaringan adalah proses yang evaluasinya masih perkiraan yang ditujukan untuk
mempersempit alternatif. Berikut merupakan langkah-langkah penyaringan konsep:
1. Menyiapkan Matriks Seleksi
- Memasukkan kriteria seleksi, dimana kriteria seleksi diperoleh dari fungsi produk yang
telah dijabarkan pada Diagram Fast
2. Menilai Konsep
- Melakukan penilaian konsep dimana: “lebih baik” (+), “sama dengan” (0), atau lebih
buruk “(-)”
- Membandingkan setiap konsep dengan konsep referensi
3. Merangking Konsep
- Memberi peringkat pada setiap konsep
4. Menggabungkan dan Memperbaiki Konsep
5. Memilih Satu atau Lebih Konsep
6. Merefleksikan Hasil dan Proses
42
Tabel 2.1 Matriks PUGH Penyaringan Konsep
Kriteria
KONSEP-KONSEP
A B C D E F REEF
Memastikan kenyamanan 0 + - + - - 0
Memastikan keandalan + + - + 0 + 0
Memastikan keamanan + + 0 + 0 + 0
Meningkatkan Fleksibilitas 0 0 0 - - - 0
Jumlah + 2 3 0 3 0 2
Jumlah 0 (sama) 1 2 2 1 2 0
Jumlah - 0 0 2 1 2 2
Nilai Akhir 2 3 -2 2 -2 0
Ranking 1 2 6 4 5 3
Lanjutkan? Gabungkan Ya Tidak Gabungkan Tidak Perbaiki
Berdasarkan tahap penyaringan terdapat 2 konsep yang diterima dalam penyaringan konsep
yaitu konsep A dan B, serta 1 konsep yang akan diperbaiki yaitu konsep F. Berikut merupakan
tabel gabungan dan perbaikan konsep.
Tabel 2.2 Konsep Tersaring
Konsep Sistem
Adjustable
Jenis busa
pada alas
meja
Material tempat
meletakkan
setrika
Jenis
kain
Jenis
material
kerangka
Jenis
material
rak baju
Sistem
lipat
AD Ada Rebonded Besi
Kain
Polyest
er
Besi Stainles
Steel
Ada
B Ada Rebonded Besi Kain
Ateja
Stainless
steel
Stainless
steel
Ada
F Tidak Ada Inoac Kayu Kain
Ateja
Stainless
steel
Stainless
steel
Tidak
Ada
b. Penilaian Konsep
Penilaian konsep merupakan sebuah analisis konsep yang ada untuk memilih salah satu
konsep dengan memberikan bobot kepentingan relatif pada setiap kriteria seleksi.
43
Berikut merupakan langkah-langkah penilaian konsep:
1. Menyiapkan Matriks Seleksi
- Memasukkan kriteria seleksi dan tambahkan bobot kepentingan untuk setiap kriteria
2. Menilai Konsep
- Melakukan penilaian konsep dengan skala penilaian yang direkomendasikan adalah 1
sampai 5.
Tabel 2.3 Kinerja Relatif
Kinerja relatif Nilai
Sangat buruk dibandingkan referensi 1
Buruk dibandingkan referensi 2
Sama seperti referensi 3
Lebih baik dari referensi 4
Sangat lebih baik dari referensi 5
3. Merangking Konsep
- Nilai berbobot dihitung dengan mengalikan nilai dengan bobot kriteria/beban, lalu diberi
peringkat sesuai dengan total nilainya. Dimana bobot kriteria diperoleh dari relative
important pada HOQ.
4. Menggabungkan dan memperbaiki Konsep
5. Memilih satu atau lebih konsep
6. Merefleksikan hasil dan proses
Berikut merupakan PUGH matrix pada tahap penilaian konsep untuk produk meja setrika.
Berdasarkan tahap penyaringan sebelumnya, terdapat 3 konsep yang dapat dilanjutkan, yaitu
gabungan konsep AD, konsep B, dan konsep F dengan perbaikan.
Tabel 2.4 Matriks PUGH Penilaian Konsep
Konsep
Kriteria Seleksi Beban AD B F
Memastikan kenyamanan 22,60 % 4 0,90 4 0,90 3 0,68
Memastikan keandalan 17,90 % 5 0,89 5 0,89 5 0,89
Memastikan keamanan 12,90 % 4 0,52 5 0,65 5 0,65
Meningkatkan fleksibelitas 46,60 % 3 1,40 3 1,40 2 0,93
Total Nilai Peringkat 3,71 3,84 3,15
Lanjutkan? Tidak Kembangkan Tidak
2.2 Analisis Konsep Terpilih
Berdasarkan analisis menggunakan PUGH Matrix, didapatkan konsep yang terpilih, yaitu
44
POIN PENTING
- Langkah-langkah dalam metode pemilihan konsep dan penilaian konsep pada dasarnya sama. Namun,
yang membedakan pada langkah penilaian konsep. Dimana apabila pada pemilihan konsep dengan
penilaian “lebih baik” (+), “sama dengan” (0), atau lebih buruk “(-)”. Sedangkan pada penilaian konsep
menggunakan skala 1-5.
- Kriteria seleksi pada pemilihan konsep dan penilaian konsep disesuaikan dengan fungsi produk yang
dijabarkan pada FAST Diagram dan disesuaikan pula pada HOQ room 2 yakni pada technical response.
- Pada penilaian konsep juga terdapat bobot kriteria/beban, dimana bobot kriteria tersebut diperoleh dari relative important pada HOQ yang disesuaikan dengan kriteria seleksi.
konsep B. Sebelumnya, pada tahap penyaringan terdapat 3 konsep yang dapat dilanjutkan, yaitu
konsep B, gabungan konsep A dan D, dan konsep F yang perlu direvisi. Kemudian dilanjutkan
dengan tahap penilaian sehingga didapatkan satu konsep yang akan dikembangkan pada tahap
selanjutnya, yaitu konsep B yang mempunyai spesifikasi terdapat sistem adjustable, jenis busa
alas meja rebonded, jenis material tempat meletakkan setrika besi, jenis kain Ateja, jenis material
kerangka stainless steel, bahan material rak baju dari stainless steel serta memiliki fitur sistem
lipat pada meja setrika.
Tabel 2.5 Konsep Terpilih
Konsep Terpilih (B)
Sistem Adjustable Jenis Busa Pada Alas
Meja
Material Tempat
Meletakkan Setrika Jenis Kain
Ada
General
Aluminium
Kain Polyester
Jenis Material
Kerangka Material Rak Baju Sistem Lipat
Stainless steel
Stainless steel
Ada
93
-12
0
45
BAB III
PENGUJIAN KONSEP
Pada sub bab ini akan berisikan pengujian yang dilakukan selama fase pengembangan konsep.
Pada tahap ini dibutuhkan respons dari pelanggan potensial yang merupakan target pasar yang
ingin dituju mengenai uraian dan gambaran konsep produk.
3.1 Mendefinisikan Maksud dari Pengujian Konsep
Tahap ini merupakan tahap pertama pada pengujian konsep, dimana anggota tim secara
eksplisit menuliskan pertanyaan - pertanyaan yang ingin dijawab melalui pengujian ini, beberapa
pertanyaan utama yang ditunjukkan pada pengujian konsep adalah :
3.2 Memilih Populasi Survei
Asumsi yang mendasari pengujian konsep adalah populasi pelanggan potensial yang
disurvei mencerminkan target pasar dari sebuah produk. Dalam pembuatan daftar pertanyaan, pada
umumnya diawali oleh pertanyaan saringan, yang digunakan untuk verifikasi apakah responden
sesuai dengan target pasar yang didefinisikan.
3.2.1 Memilih Format Survei
Berikut ini merupakan format survei yang biasa digunakan dalam pengujian konsep, antara
lain:
a. Interaksi langsung (face-to-face interaction)
Pada format survey ini, terjadi interaksi secara langsung antara tim pengembang dengan
pelanggan. Contoh: Bertanya kepada pengunjung di mall, ditaman, atau dijalan-jalan kota;
a. Konsep yang mana dari beberapa alternatif konsep yang akan dilanjutkan
pengembangannya?
b. Bagaimana konsep dapat diperbaiki sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
dengan lebih baik?
c. Kira-kira berapa banyak produk yang berhasil dijual?
d. Dapatkah proses pengembangan dilanjutkan?
46
wawancara yang telah dirancang sebelumnya melalui telepon. Atau dapat juga dengan
kelompok fokus (diskusi kelompok) yang telah dirancang sebelumnya, dengan peserta antara
6 sampai 12 orang).
b. Telepon
Wawancara telepon dapat dirancang sebelumnya dan ditujukan terhadap individu yang sangat
spesial, contohnya dokter gigi. Atau dapat juga dilakukan melalui panggilan telepon secara
diam-diam (cold calls) terhadap consumer yang berasal dari populasi target.
c. Lewat surat yang dikirimkan melalui jasa pos
Pada survei melalui surat, bahan-bahan pengujian konsep dikirimkan dan responden diminta
untuk mengembalikan format yang telah diisi lengkap.
d. Surat elektronik (e-mail)
Survei melalui e-mail adalah sama dengan survei melalui jasa pos, namun kemungkinan
responden membalas e-mail lebih besar daripada surat melalui pos.
e. Internet
Dengan menggunakan internet, tim dapat menciptakan suatu situs pengujian konsep virtual.
Dengan metode itu peserta survei dapat mengamati konsep dan memberikan respon mereka.
3.2.2 Mengkomunikasikan Konsep
Konsep dapat dikomunikasikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
a. Uraian Verbal
Uraian verbal umumnya berupa paragraf singkat atau kumpulan butir - butir yang berisi
ringkasan konsep produk. Uraian ini dapat dibaca sendiri oleh responden atau dibacakan oleh
petugas yang melaksanakan survei.
b. Sketsa
Sketsa biasanya berupa garis - garis gambar yang menunjukkan produk dari berbagai sudut
pandang. Sketsa dapat dilengkapi dengan keterangan atau catatan penting.
c. Foto dan gambar (rendering)
Foto dapat digunakan untuk mengkomunikasikan konsep ketika terdapat model nyata untuk
konsep produk.
47
d. Storyboard
Storyboard adalah serangkaian gambar yang mengkomunikasikan urutan sementara dalam
penggunaan produk.
e. Video
Gambar- gambar video lebih dinamis daripada storyboard. Dengan video, bentuk produk
dapat dikomunikasikan dengan jelas, demikian juga dengan cara penggunaan produk.
f. Simulasi
Simulasi umumnya diimplementasikan sebagai software yang menirukan fungsi atau
gambaran interaktif dari produk.
g. Multimedia Interaktif
Multimedia interaktif mengkombinasikan kemampuan visual video dengan kemampuan
interaktif dari simulasi. Dengan menggunakan multimedia kita akan mendapatkan rekaman
dari video dan juga gambaran dari produk sekaligus.
h. Model Fisik
Model fisik, dikenal juga sebagai model yang mirip (looks-like models). Metode ini secara
jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk. Model ini seringkali terbuat dari kayu
atau busa polimer yang diwarnai menyerupai prosuk yang sebenarnya.
i. Prototipe yang Dioperasikan (Working Prototipes)
Jika tersedia, prototipe yang dioperasikan atau bekerja seperti model, akan sangat berguna
pada pengujian konsep. Akan tetapi, penggunaan working prototipes juga beresiko. Resiko
utamanya adalah responden akan menyamakan prototipe dengan produk akhir.
3.3 Mengukur Respons Pelanggan
Sebagian besar survei pengujian konsep dimulai dengan mengkomunikasikan konsep
produk dan kemudian mengukur respon pelanggan. Ketika pengujian konsep dilakukan pada
awal fase pengembangan konsep, respon pelanggan biasanya diukur dengan meminta pelanggan
untuk memilih salah satu dari dua atau lebih konsep alternatif. Berikut merupakan contoh kuisioner
pengujian konsep yang diberikan ke pelanggan.
48
SURVEY PENGUJIAN KONSEP MEJA SETRIKA
Nama : Usia :
Jenis Kelamin : No. Telpon :
Pada saat ini kami sedang mengadakan peniltian terkait dengan identifikasi kebutuhan pelanggan terhadap
produk meja setrika. Kami sangat menghargai kejujuran dan kesungguhan anda dalam mengisi kuisioner ini.
Terima kasih atas partisipasi anda untuk mengisi kuisioner in i:
1. Apakah anda menggunakan meja setrika dalam kegiatan menyetrika?
(jika jawabannya tidak, kami mengucapkan terimakasih dan survei berakhir disini)
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda pernah mengalami saat menggunakan meja setrika?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika ya, masalah apakah yang pernah anda alami saat menggunakan meja setrika?
a. Sakit punggung
b. Terkena setrika panas
c. Lainnya (....................................................................................................................................)
Berikut adalah sedikit penjelasan mengenai detail produk kami:
Meja setrika kami memiliki sistem dimana dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan kebutuhan pengguna. Oleh
karena itu, dapat mengakomodasi penggunaan meja setrika oleh orang yang memiliki postur tubuh yang berbeda-
beda agar tidak mudah letih. Meja setrika kami memiliki material yang berkualitas dengan jenis busa yang general.
Jenis material busa ini baik dalam menyerap panas dan memiliki kepadatan yang baik sehingga memudahkan
kegiatan penyetrikaan. Meja setrika dilengkapi dengan tempat peletakan setrika yang terbuat dari aluminium yang
kuat dalam menahan beban dan menyerap panas. Jenis kain pelindung adalah polyester yang memiliki sifat tahan
panas sehingga menghindari kerusakan yang diakibatkan panas berlebih. Pada bagian kerangka dan rak baju dibuat
dari stainless steel yang anti karat dan kuat. Selain itu, meja setrika kami memiliki sistem lipatr sehingga dapat
memudahkan pengguna untuk menyimpan ketika sedang tidak digunakan.
4. Jika produk ini berkisar harga Rp300.000,- sampai Rp500.000,- dan dijual di toko terdekat. Bagaimana
peluang anda untuk membeli produk dalam satu tahun mendatang?
a. Saya pasti akan membeli meja setrika ini.
b. Saya mungkin akan membeli meja setrika ini.
c. Saya mungkin atau tidak membeli meja setrika ini.
d. Saya mungkin tidak akan membeli meja setrika ini.
e. Saya pasti tidak akan membeli meja setrika ini.
5. Menurut anda, bagaimanakah produk kami? Dan apa yang harus diperbaiki dari produk kami?
............................................................................................................................. ..........................................
.......................................................................................................................................
Terimakasih atas partisipasi anda dalam pengujian konsep produk kami.
Malang, Januari 2018
Responden
(...........................................)
49
Skala ukuran yang biasa digunakan untuk mengukur keinginan pelanggan untuk membeli
dibagi menjadi lima kategori :
• Pasti akan membeli
• Mungkin akan membeli
• Mungkin atau tidak akan membeli
• Mungkin tidak akan membeli
• Pasti tidak akan membeli
Terdapat banyak alternatif untuk skala ini, termasuk menyediakan tujuh atau lebih kategori
respon. Alternatif lain adalah meminta langsung kepada pelanggan untuk menyebutkan angka
peluang untuk menbeli produk.
3.4 Menginterpretasikan Hasil
Sebelum melanjutkan ke tahap model, perlu diperhatikan bahwa prediksi penjualan produk
baru mengandung sejumlah besar ketidakpastian, dan akan menghasilkan kesalahan (error) yang
tinggi. Walaupun demikian, prediksi penjualan cenderung berhubungan dengan permintaan yang
sebenarnya. Karena itu, prediksi penjualan merupakan informasi yang berharga bagi tim
pengembang. Pada model berikut ini akan diestimasikan Q (jumlah produk yang diharapkan terjual
selama periode waktu tertentu) sebagai :
𝑸 = 𝑵 𝒙 𝑨 𝒙 𝑷 (3- 1)
Keterangan :
Q : Jumlah produk yang diharapkan terjual selama periode waktu tertentu
N : Jumlah pelanggan potensial yang diharapkan melakukan pembelian selama periode waktu
tertentu (untuk kategori produk yang sudah ada dan stabil, N adalah jumlah pembelian yang
diharapkan akan terjadi terhadap kategori produk yang sudah ada selama periode waktu
tertentu)
A : Proporsi pelanggan potensial atau pembelian produk yang tersedia (available) dan pelanggan
menyadari (aware) keberadaan produk tersebut (hal ini terjadi jika kesadaran dan
ketersediaan diasumsikan merupakan faktor yang terpisah, hasil kali kedua faktor ini akan
menghasilkan nilai A)
P : Peluang produk akan dibeli jika tersedia dan pelanggan menyadari keberadaan produk
tersebut.
50
𝑷 = 𝑪𝒅𝒆𝒇𝒊𝒏𝒊𝒕𝒆𝒍𝒚 𝒙 𝑭𝒅𝒆𝒇𝒊𝒏𝒊𝒕𝒆𝒍𝒚 𝒙 𝑪𝒑𝒓𝒐𝒃𝒂𝒃𝒍𝒚 𝒙 𝑭𝒑𝒓𝒐𝒃𝒂𝒃𝒍𝒚 (3- 2)
Keterangan :
𝑭𝒅𝒆𝒇𝒊𝒏𝒊𝒕𝒆𝒍𝒚 : proporsi responden survei yang memilih skala “pasti akan membeli”
𝑭𝒑𝒓𝒐𝒃𝒂𝒃𝒍𝒚 : proporsi responden survei yang memilih skala “mungkin akan membeli”
𝑪𝒅𝒆𝒇𝒊𝒏𝒊𝒕𝒆𝒍𝒚 dan 𝑪𝒑𝒓𝒐𝒃𝒂𝒃𝒍𝒚 : adalah konstanta kalibrasi yang biasanya ditetapkan berdasarkan
pengalaman perusahaan dengan produk yang sama. Umumnya bernilai sekitar 0.10 < 𝑪𝒅𝒆𝒇𝒊𝒏𝒊𝒕𝒆𝒍𝒚
< 0.50, dan 0 < 𝑪𝒑𝒓𝒐𝒃𝒂𝒃𝒍𝒚 < 0.25. (Ulrich, 2001)
3.5 Merefleksikan Hasil dan Proses
Manfaat utama dari pengujian konsep adalah memperoleh umpan balik dari pelangan
potensial. Pandangan kualitatif yang dikumpulkan melalui suatu diskusi terbuka dengan
responden tentang konsep- konsep yang diusulkan mungkin merupakan hasil yang paling penting
dari pengujian konsep, terutama pada awal proses pengembangan.
Tim akan diuntungkan oleh pemikiran tentang pengaruh tiga variabel kunci yang terdapat
pada model prediksi, yaitu: (1) ukuran pasar keseluruhan, (2) ketersediaan kesadaran tentang
produk, (3) proporsi pelanggan yang mungkin akan membeli produk.
top related