bab i pendahuluan -...
Post on 25-Aug-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan
laut yang sangat luas. Sumberdaya yang dikandung oleh laut Negara Kesatuan
Republik Indonesia salah satunya adalah terumbu karang. Potensi terumbu karang
yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
potensi pariwisata yang bila dikembangkan dan dilestarikan akan menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan. Keberadaan terumbu karang menjadikan beberapa
wilayah di Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki potensi wisata laut
bahari seperti penyelaman ataupun hanya sekedar selam dangkal (snorkling).
Kepulauan Seribu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi DKI
Jakarta yang berupa kumpulan pulau yang memiliki potensi terumbu karang.
Potensi ini menjadikan Kepulauan Seribu diberikan Program Wisata Bahari oleh
Pemerintah berdasarkan Implementasi Rencana Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta
pada PERDA no 1 tahun 2008 DKI Jakarta. Permasalahan pulau-pulau kecil di
Indonesia umumnya adalah limbah sampah yang sulit untuk dikelola karena
keterbatasan ruang berupa luas wilayah. Kepulauan Seribu yang berupa kumpulan
pulau-pulau kecil, memiliki permasalahan yang serupa dengan pulau-pulau kecil
lainnya. Hal ini ditambah sampah yang berasal dari daratan pulau besar juga yang
menjadi penyumbang terbesar kematian biota laut disekitar pesisir pulau kecil
(Rubrik Berita IPB, 2009).
Limbah sampah di Kepulauan Seribu mencemari lingkungan pesisir
khususnya pantai. Pencemaran yang terjadi adalah rusaknya pemandangan, dapat
juga mengalami kerusakan terumbu karang karena keberadaan sampah terkumpul
di pantai. Ketua kelompok nelayan di Kepulaun Seribu menyatakan dengan
adanya sampah di pantai Pulau Panggang akan merusak terumbu karang
(www.travel.detik.com, 2012). Pencemaran sampah di pantai ini juga
mempengaruhi memudarnya daya tarik wisatawan untuk berwisata ke Kepulauan
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Seribu. Salah satu cara masyarakat lokal menghadapi masalah sampah adalah
dengan menjadikannya bahan reklamasi pantai demi meluaskan wilayah pulau.
Fenomena sampah menjadi diperlukan pengkajian lebih lanjut terhadap
ekosistem terumbu karang yang merupakan aset dan potensi Kepulauan Seribu
sebagai daerah wisata bahari. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
keadaan ekosistem terumbu karang akibat sampah yang menjadi penyebab
berkurangnya daya tarik wisata. Faktor lain juga perlu dikaji bila memang ada hal
lain penyebab kerusakan terumbu karang. Hal ini bisa dilakukan melalui
monitoring terumbu karang.
1.2. Permasalahan Penelitian
Pulau panggang merupakan pulau permukiman terpadat di Kepulauan
Seribu. Panyebab semakin padatnya penduduk pulau ini dikarenakan kekerabatan
yang masih kuat dan menganggap perbedaan sosial budaya dan ekonomi dengan
pulau lain ataupun daerah lain tidak sesuai dengan penduduk Pulau Panggang,
sehingga bisa dikatakan perkembangan penduduk hanya berada di dalam Pulau
Panggang. Dampak yang ditimbulkan akibat kepadatan dan persebaran yang tak
merata adalah permasalalahan pengelolaan. Permasalahan pengelolaan
menyebabkan degradasi lingkungan pesisir seperti pencemaran air laut akibat
sampah, abrasi dan reklamasi sporadis yang kemudian akan merusak terumbu
karang (www.jakarta.go.id, 2010). Hal ini bertentangan dengan kebijakan daerah
dimana rencana tata ruang Kepulauan Seribu merupakan program wisata bahari.
Pencemaran pada air laut salah satunya dikarenakan sampah rumah tangga
yang berupa sampah organik dan anorganik. Beberapa lokasi di pantai Pulau
Panggang, terdapat keberadaan sampah-sampah menumpuk disepanjang pesisir
pantai (Gambar 1.1. dan 2.1.). Sampah ini selain mengganggu pemandangan tentu
saja mengganggu ekosistem pantai terutama terumbu karang yang merupakan aset
wisata bahari.
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Gambar 1.1. dan 1.2. Sampah di Pulau Panggang diambil pada bulan Mei 2013
(semestahijau.blog.dompetdhuafa.org, 2013)
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui sebaran sampah dan pengaruhnya pada terumbu karang
2. Mengetahui tingkat kerusakan terumbu karang
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan bagi ilmu
pengetahuan terkait dampak aktivitas manusia terhadap terumbu karang, dalam
hal ini fenomena sampah plastik yang mungkin mempengaruhi terumbu karang.
Manfaat bagi pembangunan adalah sebagai bahan pertimbangan dan kajian bagi
pengembangan wilayah Kepulauan Seribu yang digadang sebagai wilayah
Program Wisata Bahari sehingga dapat lebih menjaga aset wisata baharinya yang
berupa terumbu karang. Memberi manfaat juga sebagai referensi penelitian lain
terkait hal terumbu karang.
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai kerusakan terumbu karang sudah banyak dijumpai,
namun penelitian yang sudah ada sering hanya mengkaitkan dengan kerusakan
terumbu karang yang biasanya terjadi. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
seberapa besar salah satu faktor perusak terumbu karang yaitu keberadaan
sampah. Keaslian penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
No Judul
Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Tujuan Metode Hasil
1
Kerusakan Terumbu
Karang di Perairan
Sepanjang Pantai Sumatera
Barat
Andreas
Kunzmann dan
Yempita Efendi (1994)
Mengetahui kondisi
terumbu karang di
perairan pantai barat Sumatera
Barat
Transek Garis dan
Mantatow
74,1% (20 lokasi) mengalami kerusakan berat,
22,2% (6 lokasi) mengalami
kerusakan sedang dan 3,7% (1 lokasi) terumbu karangnya
masih sangat baik, yaitu Pulau Pieh.
2
Strategi Pengelolaa
n Sampah Di
Kawasan Kepulauan Seribu
Firman L. Sahwan
(2004)
Mengetahui pengelolaan
sampah yang dilakukan di
kawasan kepulauan
seribu
Survey
Penerapan teknologi
pengolahan sampah di kawasan Kepulauan Seribu
sebaiknya merupakan
kombinasi dari berbagai teknologi seperti daur ulang
sampah anorganik, pengkomposan
sampah organik, pembakaran (incenerator) dan
sistem pembuangan akhir.
3
Kerusakan
Terumbu Karang di Kepulauan
Karimunjawa
Riveral Hikmah
(2009)
Mengetahui
sebaran terumbu karang di
Kepulauan Karimunjaw
a tahun 1997, 2006 dan 3009
serta mengetahui
Survey dan Pengindra
an Jauh
Pola sebaran
terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa
umumnya memiliki pola linear
mengikuti garis pantai sampai kedalaman 40 meter.
Kerusakan terumbu karang lebih tinggi
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
pola
kerusakan karang dan faktor fisik
yang mempengar
uhinya.
pada bagian barat
Kepulauan Karimunjawa. Pola kerusakan sebagian
besar mengikuti aliran arus laut.
4
Kajian
Potensi Kerusakan Terumbu
Karang dan Alternatif
Pemecahannya di Perairan
Sanur
Rahmadi Prasetyo
dam I Gede
Widhiantara (2012)
Mengetahui kondisi terkini
kondisi terumbu
karang di perairan Sanur serta
mengkaji potensi
kerusakan yang terjadi selama ini
dengan membandin
gkan hasil monitoring yang telah
dilakukan pada
beberapa tahun yang lalu di
lokasi yang sama
dengan metoda yang sama
Metode
LIT dan Visual
Census
Hasil monitoring
menunjukan keadaan terumbu karang sedang hingga baik
di Perairan Sanur
5
Strategi
Pengelolaan
Lingkungan Pantai Tanjung
Pesona Kabupaten
Bangka Untuk Pengemba
Jimmy Margomgom
Tambunan (2013)
(1)
menganalisis kondisi
kualitas lingkungan perairan
Pantai Tanjung
Pesona, (2) menganalisis kesesuaian
Survey
Perairan Pantai
Tanjung Pesona tidak berbau dan
tidak dijumpai adanya lapisan minyak dan sampah
yang terapung. Beberapa parameter
fisika kimia yang diukur masih sesuai untuk kegiatan
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
ngan
Wisata
fisik pantai
untuk kegiatan wisata
pantai, (3) menganalisi
s daya dukung kawasan
pantai untuk kegiatan
wisata pantai, dan (4)
menganalisis strategi
pengelolaan lingkungan wisata
pantai yang berkelanjuta
n.
wisata bahari. Hasil
analisis kesesuaian wisata masuk kedalam kategori
rekreasi pantai dan berenang.
6
Analisis Kerusakan Pantai
Kecamatan Pondok
Kelapa Kabupaten Bengkulu
Tengah dan
Penentuan Konsep Penangana
nnya
Fadilah (2013)
Mengidentif
ikasi jenis kerusakan pantai di
Kecamatan Pondok
Kelapa, menganalisis penyebab
kerusakan pantai
tersebut dan menentukan konsep
penanganannya.
Deskriptif
analitik melalui
studi kasus
Proses kerusakan pantai Kecamatan Pondok Kelapa
terjadi akibat faktor alam berupa kondisi
hidro-oseanografi lokasi dan faktor antropogenik berupa
kegiatan masyarakat, maka perlu
dilakukan penanganan yang tepat dan terbaik
terhadap kerusakan pantai tersebut, baik
secara alami melalui endors manusia dengan suplai
sedimen (sand nourishment) dan
penanaman kembali tanaman pelindung pantai, maupun
secara buatan
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
dengan bangunan
pelindung pantai tembok laut (sea wall), revetmen, dan
jetty.
1.6. Tinjauan Pustaka
1.6.1. Oseanografi
1.6.1.1. Kecerahan
Kecerahan merupakan salah satu dari oseanografi fisika yang merupakan
daya absorsi cahaya pada zat cair yang dipengaruhi oleh padatan terlarut maupun
warna zat cair. Kemampuan air laut dalam merambatkan cahaya khususnya sinar
matahari sangat penting karena sinar matahahari merupakan salah satu kebutuhan
khususnya untuk melakukan fotosintesis untuk beberapa biota laut. Pada air laut
jernih, sinar matahari dengan cepat terabsorsi hingga mencapai 100 meter namun
saat keruh berkisar antara 30 meter hingga 10 meter, bahkan apabila sangat keruh
sinar matahari hanya dapat terabsorsi <3 meter. Penetrasi sinar matahari dapat
mempengaruhi tipe dan distribusi organisme di laut serta suhu laut (Bishop, 1983
dalam Mukhtasor, 2007)
1.6.1.2. Suhu Perairan
Sinar matahari yang dapat terabsorsi hingga 100 meter mempengaruhi
suhu pada kedalaman batas absorsi sinar matahari. Perubahan suhu dapat juga
karena hembusan angin. Suhu air merupakan salah satu parameter yang sering
diukur karena terkait pada proses fisika, kimia dan biologi laut. Penyebaran suhu
laut diakibatkan oleh arus dan turbulensi. Daerah yang tidak terkena sinar
matahari dan tidak terpengaruh oleh arus karena hembusan angin akan lebih
stabil. (Mukhtasor, 2007)
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
1.6.1.3. Salinitas
Rasa asin air laut disebabkan oleh terlarut bermacam-macam garam,
terutama garam NaCl. Batas toleransi terumbu karang menghadapi factor salinitas
berkisar antara 27-42‰ (per mil/ppm). Terumbu karang umumnya dapat bertahan
pada salinitas laut normal berkisar 32-35 ‰. Kisaran salinitas tersebut merupakan
salinitas optimal bagi terumbu karang untuk menghasilkan kalsium karbonat
sebagai pembentuk terumbu. (Guntur, 2011)
1.6.2. Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem di dasar laut tropis dibangun
terutama oleh biota penghasil kapur, khususnya jenis-jenis karang batu dan alga
berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya, seperti jenis
jenis moluska, crustacea, echinodermata, polychaeta, porifera dan tinucata serta
biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya termasuk jenis-jenis plankton
dan jenis-jenis ikan lainnya (gambar 1.3). Terumbu karang merupakan
sumberdaya alam penting di Indonesia. Terumbu karang di Indonesia menempati
luas hingga 7500 km² dari luas perairan Indonesia. Luasan ini termasuk di Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 7,1 juta Km². Luasan terumbu karang ini
tersebut tercatat sekitar 71% yang sudah rusak, sedangkan yang masih baik
berkisar 22,5%, dan sangat baik 6,5% (Supriharyono, 2007).
Gambar 1.3. Ekosistem Terumbu Karang
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
1.6.2.1. Tipe Terumbu Karang
Menurut letaknya, Supriharyono (2007) membedakan terumbu karang
menjadi tiga tipe (gambar 1.4), yaitu:
1. Terumbu karang tepi (fringing reef)
2. Terumbu karang penghalang (barrier reef)
3. Terumbu Karang Cincin (Atoll)
Gambar 1.4. Tipe Dasar Geologis Terumbu Karang
Terumbu karang tepi (fringing reef) adalah terumbu yang tumbuh ke arah
atas dan ke arah laut. Pertumbuhan terbaik terdapat di bagian yang cukup arus,
sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu mempunyai pertumbuhan yang
kurang baik, bahkan banyak yang rusak lalu mati karena mengalami kekeringan
dan banyak endapan yang datang dari darat. Terumbu ini berbatasan dengan
dataran pulau besar atau umumnya terdapat pada pulau-pulau kecil.
Perkembangan bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas
dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini
berbentuk melingkar yang ditandai dengan bentukan ban atau bagian endapan
karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan
terumbu jelas mengarah secara vertikal.
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
Menurut tipe bentuk pertumbuhan karang (gambar 1.5) dan karakteristik
dari masing-masing genera menurut Ellen Tjandra dan Yosua Ronaldo (2011),
yaitu:
Gambar 1.5. Tipe Bentuk Terumbu Karang
a. Tipe daun (foliose); karang ini tumbuh dalam bentuk lembaran-lembaran yang
menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan
melingkar.
b. Tipe padat (massive); karang ini berbentuk seperti bola, ukurannya bervariasi
mulai dari sebesar telur sampai sebesar ukuran rumah. Jika pada beberapa
bagian karang itu mati, karang ini akan berkembang menjadi tonjolan
sedangkan bila berada di daerah dangkal di bagian atasnya akan berbentuk
seperti cincin. Permukaan terumbu halus dan padat.
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
c. Tipe jamur (mushroom); karang ini berbentuk oval dan tampak seperti jamur,
memiliki banyak tonjolan seperti punggung bukit yang berlur dari tepi hingga
kepusat mulut.
d. Tipe bercabang (branching); karang seperti ini memiliki cabang dengan
ukuran cabang lebih panjang dibandingkan dengan ketebalan atau diameter
yang dimilikinya.
e. Tipe meja (tabulate); karang ini berbentuk menyerupai meja dengan
permukaan yang lebar dan datar. Karang ini ditopang oleh sebuah batang
yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar.
f. Tipe kerak/merayap (encrusting); karang seperti ini tumbuh menutupi
permukaan dasar terumbu. Karang ini memiliki permukaan kasar dan keras
serta lubang- lubang kecil.
1.6.2.2. Syarat Hidup Terumbu Karang
Terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal,
seperti Paparan Benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis. Untuk
mencapai pertumbuhan maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang
jernih dengan suhu air perairan yang hangat (25-29°C), kedalaman kurang dari 25
meter, gerakan gelombang yang besar, dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar
dari proses sedimentasi, lalu juga salinitas berkisar pada nilai 34-36 ‰
(Supriharyono, 2007). Berdasarkan hal tersebut, ekosistem terumbu karang serta
biota yang berasosiasi dengan terumbu karang tersebut sangat sensitif terhadap
berbagai hal (Dahuri, 2001 dalam Hikmah, 2009) seperti:
1. Aliran air tawar yang berlebihan yang dapat menurunkan nilai salinitas
perairan
2. Beban sedimen dapat menganggu biota yang mencari makan melalui proses
penyaringan (filter feeder)
3. Suhu air ekstrim, yaitu suhu air di luar batas suhu air toleransi terumbu karang
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
4. Polusi seperti biosida dari aktivitas pertanian yang masuk akal ke perairan
lokal
5. Kerusakan terumbu, seperti yang disebabkan oleh badai siklon dan jangkar
perahu
6. Beban nutrien berlebihan yang menyebabkan berkembangnya alga secara
berlebihan, sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme koral atau
timbulnya blooming fitoplankton yang dapat menghalangi penetrasi sinar
matahari sehingga tingkat fotosintesis dari koral menurun.
1.6.2.3. Kerusakan Terumbu Karang
Kerusakan dapat terjadi karena gangguan dari aktivitas manusia baik di
daratan maupun lautan. Dampak tersebut disebabkan dari serangkaian kegiatan
(Guntur, 2011) diantaranya:
1. Pembangunan di wilayah pesisir untuk perumahan, hotel, industri, pelabuhan
dan pembangunan marina seringkali menyebabkan terjadinya reklamasi
daratan dan pengerukan tanah. Hal ini dapat meningkatkan sedimentasi
(sehingga meningkatkan kerusakan karang yang juga berpengaruh terhadap
jumlah ikan).
2. Pencemaran pada laut seperti pembuangan limbah industri dan rumah tangga
yang dapat meningkatkan tingkat nutrisi dan racun di lingkungan terumbu
karang. Pembuangan limbah yang tidak diolah terlebih dahulu ke laut
menambah nutrisi dan pertambahan alga yang berlebihan. Limbah kaya
nutrisi dari pembuangan atau sumber lain khususnya amat menganggu,
karena mereka meningkatkan perubahan besar dari struktur terumbu karang
secara perlahan dan teratur.
3. Kegiatan kapal dapat berdampak buruk bagi terumbu karang melalui
tumpahan minyak dan pembuangan dari kapal. Kerusakan fisik secara
langsung dapat terjadi karena kapal membuang jangkar di terumbu karang
dan kapal berlabuh secara tidak di sengaja.
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
4. Kegiatan secara langsung yang dilakukan oleh manusia seperti penangkapan
ikan secara berlebihan, menginjak karang untuk mengumpulkan kerang, para
penyelam yang melintas di atas karang, pencurian karang secara ilegal dan
sebagainya.
Kerusakan terumbu karang dapat juga dikarenakan bukan oleh manusia.
Faktor alam yang dapat merusak terumbu karang menurut Yayasan TERANGI
mengenai penyakit terumbu karang adalah sebagai berikut (gambar 1.6 dan 1.7) :
≈Coral Bleaching
Dimakan oleh ikan (ikan
kakaktua dan buntal)
Dimakan oleh COT (Crown Of
Thorn)
Dimakan oleh Siput Drupella
Tingginya suhu air laut yang
tidak normal
Tingginya tingkat sinar
ultraviolet
Kurangnya cahaya
Tingginya tingkat kekeruhan dan
sedimentasi air
Kadar garam yang tidak normal
dan polusi
Pertumbuhan alga berlebih
≈Black Band Desease
Bakteri
Gambar 1.6. Coral Bleaching
(Terumbu karang berwarna putih)
Gambar 1.7. Black Band Desease
(Terumbu karang bergaris hitam)
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
1.6.3. Sampah
Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu
sumber hasil aktivitas manusia maupun proses proses alam yang tidak mempunyai
nilai ekonomi. Dalam Undang Undang No.18 tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau
dari proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan sifatnya terdiri dari sampah
organik (dapat terurai) dan sampah anorganik (tidak dapat terurai).
1.6.3.1. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah dengan bahan yang dapat diuraikan.
Penguraian dilakukan secara biologis oleh bakteri. Penguraian ini dibutuhkan oleh
bakteri sebagai sumber molekul organik untuk fotosintesisnya. Bakteri pengurai
terbagi dalam 2 golongan, yaitu bakteri aerob dan bakteri anaerob. Bakteri aerob
memerlukan oksigen bebas untuk hidup dan melakukan penguraian, sedangkan
bakteri anaerob sebaliknya. Bakteri anaerob dalam penguraian sering
menghasilkan asam organik, alcohol, markaptan dan hydrogen sulfide. Senyawa
ini berbau busuk dan beracun bagi organisme. (Mukhtasor, 2007)
1.6.3.2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah dengan bahan selain unsur H, unsur O
dan biasanya tidak dapat terurai atau terurai dalam waktu yang sangat lama.
Sampah anorganik juga dapat berupa senyawa konservatif, yaitu senyawa yang
dapat bertahan lama dalam suatu ekosistem sebelum akhirnya mengendap ataupun
terabsorsi oleh adanya proses reaksi fisika dan kimia. Bahan anorganik seperti
sianida, ammonia, asam alkali dan logam berat. (Mukhtasor, 2007)
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
1.7. Kerangka Pemikiran
Kepulauan Seribu merupakan daerah dengan pulau-pulau yang memiliki
potensi berupa terumbu karang. Potensi inilah yang menjadikan Rencana Tata
Ruang Provinsi DKI Jakarta pada Kepulauan Seribu sebagai Program Wisata
Bahari. Namun pada kenyataannya wisatawan yang datang ke Kepulauan Seribu
terus menyusut khususnya di Pulau Panggang.
Kepulauan Seribu juga memiliki permasalahan seperti halnya pulau-pulau
kecil lainnya seperti abrasi, kerusakan terumbu karang, reklamasi sporadis,
pencemaran perairan laut, dan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Akibat
kepadatan penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan sulitnya pengelolaan
seperti hal nya sampah dikarenakan terbatasnya ruang pembuangan sampah.
Keterbatasan ruang menjadikan pantai sebagai tempat pembuangan sampah. Daerah
pantai yang dijadikan tempat pembuangan sampah tentu merupakan salah satu
penyebab terjadinya pencemaran perairan laut dan rusaknya terumbu karang.
Kemungkinan jumlah wisatawan yang menyusut ke daerah Kepulauan Seribu
dikarenakan hal tersebut. Alur Kerangka Pemikiran dapat dilihat di gambar 1.8
berikut.
Gambar 1.8. Kerangka Pemikiran
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
1.8. Batasan Operasional
1. Terumbu Karang adalah struktur ekosistem di bawah laut yang dibangun
dari kalsium karbonat (CaCO3). Kalsium karbonat ini dibentuk oleh
hewan karang (Ellen Tjandra dan Yosua Ronaldo Siagian, 2011)
2. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam
(Mukhtasor. 2007)
3. Sampah organik adalah sampah dengan bahan yang dapat diuraikan
(Mukhtasor. 2007)
4. Sampah anorganik adalah sampah dengan bahan selain unsur H, unsur O
dan biasanya tidak dapat terurai atau terurai dalam waktu yang sangat lama
(Mukhtasor. 2007)
5. Pulau Panggang adalah sebuah pulau dan juga merupakan kelurahan di
kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu,
Provinsi DKI Jakarta (jakarta.go.id)
6. Wisata bahari yaitu tentang kepariwisataan adalah usaha yang
menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana
dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial diperairan
laut, pantai, sungai, danau dan waduk. (UU No 10 tahun 2009)
7. Persentase karang mati adalah nilai rasio dari karang yang mati dengan
jumlah total karang hidup dan mati. (Jos Hill, 2005)
8. Faktor fisik yang dimaksud merupakan faktor-faktor fisik lingkungan yang
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang. Faktor
tersebut dibedakan menjadi oseanografi. (Supriharyono, 2007)
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
9. Faktor oseanografi dibedakan menjadi fisika dan kimia. Faktor fisika yang
dimaksud berupa suhu air dan kecerahan air. Faktor kimia yang
dimaksud adalah salinitas air. (Supriharyono. 2007)
10. Line Intercept Transect (LIT) adalah metode survei terumbu karang
dengan garis disertai poin penggambaran Informasi pada jarak tertentu
berupa penutupan dari komunitas benthik seperti karang keras, karang
lunak, alga, batu, karang mati dan spons. (Terangi.or.id)
11. Kecerahan air adalah kemampuan air dalam merambatkan cahaya
(Supriharyono. 2007)
12. Suhu air adalah temperatur perairan (Supriharyono. 2007)
13. Salinitas adalah kadar garam dalam suatu perairan (Supriharyono. 2007)
ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
top related