bab i pendahuluan -...

17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan laut yang sangat luas. Sumberdaya yang dikandung oleh laut Negara Kesatuan Republik Indonesia salah satunya adalah terumbu karang. Potensi terumbu karang yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan potensi pariwisata yang bila dikembangkan dan dilestarikan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Keberadaan terumbu karang menjadikan beberapa wilayah di Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki potensi wisata laut bahari seperti penyelaman ataupun hanya sekedar selam dangkal (snorkling). Kepulauan Seribu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi DKI Jakarta yang berupa kumpulan pulau yang memiliki potensi terumbu karang. Potensi ini menjadikan Kepulauan Seribu diberikan Program Wisata Bahari oleh Pemerintah berdasarkan Implementasi Rencana Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta pada PERDA no 1 tahun 2008 DKI Jakarta. Permasalahan pulau-pulau kecil di Indonesia umumnya adalah limbah sampah yang sulit untuk dikelola karena keterbatasan ruang berupa luas wilayah. Kepulauan Seribu yang berupa kumpulan pulau-pulau kecil, memiliki permasalahan yang serupa dengan pulau-pulau kecil lainnya. Hal ini ditambah sampah yang berasal dari daratan pulau besar juga yang menjadi penyumbang terbesar kematian biota laut disekitar pesisir pulau kecil (Rubrik Berita IPB, 2009). Limbah sampah di Kepulauan Seribu mencemari lingkungan pesisir khususnya pantai. Pencemaran yang terjadi adalah rusaknya pemandangan, dapat juga mengalami kerusakan terumbu karang karena keberadaan sampah terkumpul di pantai. Ketua kelompok nelayan di Kepulaun Seribu menyatakan dengan adanya sampah di pantai Pulau Panggang akan merusak terumbu karang (www.travel.detik.com, 2012). Pencemaran sampah di pantai ini juga mempengaruhi memudarnya daya tarik wisatawan untuk berwisata ke Kepulauan ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG, KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU BANI DARMAWAN Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: hoangquynh

Post on 25-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan

laut yang sangat luas. Sumberdaya yang dikandung oleh laut Negara Kesatuan

Republik Indonesia salah satunya adalah terumbu karang. Potensi terumbu karang

yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

potensi pariwisata yang bila dikembangkan dan dilestarikan akan menjadi daya

tarik tersendiri bagi wisatawan. Keberadaan terumbu karang menjadikan beberapa

wilayah di Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki potensi wisata laut

bahari seperti penyelaman ataupun hanya sekedar selam dangkal (snorkling).

Kepulauan Seribu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi DKI

Jakarta yang berupa kumpulan pulau yang memiliki potensi terumbu karang.

Potensi ini menjadikan Kepulauan Seribu diberikan Program Wisata Bahari oleh

Pemerintah berdasarkan Implementasi Rencana Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta

pada PERDA no 1 tahun 2008 DKI Jakarta. Permasalahan pulau-pulau kecil di

Indonesia umumnya adalah limbah sampah yang sulit untuk dikelola karena

keterbatasan ruang berupa luas wilayah. Kepulauan Seribu yang berupa kumpulan

pulau-pulau kecil, memiliki permasalahan yang serupa dengan pulau-pulau kecil

lainnya. Hal ini ditambah sampah yang berasal dari daratan pulau besar juga yang

menjadi penyumbang terbesar kematian biota laut disekitar pesisir pulau kecil

(Rubrik Berita IPB, 2009).

Limbah sampah di Kepulauan Seribu mencemari lingkungan pesisir

khususnya pantai. Pencemaran yang terjadi adalah rusaknya pemandangan, dapat

juga mengalami kerusakan terumbu karang karena keberadaan sampah terkumpul

di pantai. Ketua kelompok nelayan di Kepulaun Seribu menyatakan dengan

adanya sampah di pantai Pulau Panggang akan merusak terumbu karang

(www.travel.detik.com, 2012). Pencemaran sampah di pantai ini juga

mempengaruhi memudarnya daya tarik wisatawan untuk berwisata ke Kepulauan

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

2

Seribu. Salah satu cara masyarakat lokal menghadapi masalah sampah adalah

dengan menjadikannya bahan reklamasi pantai demi meluaskan wilayah pulau.

Fenomena sampah menjadi diperlukan pengkajian lebih lanjut terhadap

ekosistem terumbu karang yang merupakan aset dan potensi Kepulauan Seribu

sebagai daerah wisata bahari. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui

keadaan ekosistem terumbu karang akibat sampah yang menjadi penyebab

berkurangnya daya tarik wisata. Faktor lain juga perlu dikaji bila memang ada hal

lain penyebab kerusakan terumbu karang. Hal ini bisa dilakukan melalui

monitoring terumbu karang.

1.2. Permasalahan Penelitian

Pulau panggang merupakan pulau permukiman terpadat di Kepulauan

Seribu. Panyebab semakin padatnya penduduk pulau ini dikarenakan kekerabatan

yang masih kuat dan menganggap perbedaan sosial budaya dan ekonomi dengan

pulau lain ataupun daerah lain tidak sesuai dengan penduduk Pulau Panggang,

sehingga bisa dikatakan perkembangan penduduk hanya berada di dalam Pulau

Panggang. Dampak yang ditimbulkan akibat kepadatan dan persebaran yang tak

merata adalah permasalalahan pengelolaan. Permasalahan pengelolaan

menyebabkan degradasi lingkungan pesisir seperti pencemaran air laut akibat

sampah, abrasi dan reklamasi sporadis yang kemudian akan merusak terumbu

karang (www.jakarta.go.id, 2010). Hal ini bertentangan dengan kebijakan daerah

dimana rencana tata ruang Kepulauan Seribu merupakan program wisata bahari.

Pencemaran pada air laut salah satunya dikarenakan sampah rumah tangga

yang berupa sampah organik dan anorganik. Beberapa lokasi di pantai Pulau

Panggang, terdapat keberadaan sampah-sampah menumpuk disepanjang pesisir

pantai (Gambar 1.1. dan 2.1.). Sampah ini selain mengganggu pemandangan tentu

saja mengganggu ekosistem pantai terutama terumbu karang yang merupakan aset

wisata bahari.

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

3

Gambar 1.1. dan 1.2. Sampah di Pulau Panggang diambil pada bulan Mei 2013

(semestahijau.blog.dompetdhuafa.org, 2013)

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui sebaran sampah dan pengaruhnya pada terumbu karang

2. Mengetahui tingkat kerusakan terumbu karang

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan bagi ilmu

pengetahuan terkait dampak aktivitas manusia terhadap terumbu karang, dalam

hal ini fenomena sampah plastik yang mungkin mempengaruhi terumbu karang.

Manfaat bagi pembangunan adalah sebagai bahan pertimbangan dan kajian bagi

pengembangan wilayah Kepulauan Seribu yang digadang sebagai wilayah

Program Wisata Bahari sehingga dapat lebih menjaga aset wisata baharinya yang

berupa terumbu karang. Memberi manfaat juga sebagai referensi penelitian lain

terkait hal terumbu karang.

1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai kerusakan terumbu karang sudah banyak dijumpai,

namun penelitian yang sudah ada sering hanya mengkaitkan dengan kerusakan

terumbu karang yang biasanya terjadi. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

4

seberapa besar salah satu faktor perusak terumbu karang yaitu keberadaan

sampah. Keaslian penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

No Judul

Peneliti

dan

Tahun

Penelitian

Tujuan Metode Hasil

1

Kerusakan Terumbu

Karang di Perairan

Sepanjang Pantai Sumatera

Barat

Andreas

Kunzmann dan

Yempita Efendi (1994)

Mengetahui kondisi

terumbu karang di

perairan pantai barat Sumatera

Barat

Transek Garis dan

Mantatow

74,1% (20 lokasi) mengalami kerusakan berat,

22,2% (6 lokasi) mengalami

kerusakan sedang dan 3,7% (1 lokasi) terumbu karangnya

masih sangat baik, yaitu Pulau Pieh.

2

Strategi Pengelolaa

n Sampah Di

Kawasan Kepulauan Seribu

Firman L. Sahwan

(2004)

Mengetahui pengelolaan

sampah yang dilakukan di

kawasan kepulauan

seribu

Survey

Penerapan teknologi

pengolahan sampah di kawasan Kepulauan Seribu

sebaiknya merupakan

kombinasi dari berbagai teknologi seperti daur ulang

sampah anorganik, pengkomposan

sampah organik, pembakaran (incenerator) dan

sistem pembuangan akhir.

3

Kerusakan

Terumbu Karang di Kepulauan

Karimunjawa

Riveral Hikmah

(2009)

Mengetahui

sebaran terumbu karang di

Kepulauan Karimunjaw

a tahun 1997, 2006 dan 3009

serta mengetahui

Survey dan Pengindra

an Jauh

Pola sebaran

terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa

umumnya memiliki pola linear

mengikuti garis pantai sampai kedalaman 40 meter.

Kerusakan terumbu karang lebih tinggi

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

5

pola

kerusakan karang dan faktor fisik

yang mempengar

uhinya.

pada bagian barat

Kepulauan Karimunjawa. Pola kerusakan sebagian

besar mengikuti aliran arus laut.

4

Kajian

Potensi Kerusakan Terumbu

Karang dan Alternatif

Pemecahannya di Perairan

Sanur

Rahmadi Prasetyo

dam I Gede

Widhiantara (2012)

Mengetahui kondisi terkini

kondisi terumbu

karang di perairan Sanur serta

mengkaji potensi

kerusakan yang terjadi selama ini

dengan membandin

gkan hasil monitoring yang telah

dilakukan pada

beberapa tahun yang lalu di

lokasi yang sama

dengan metoda yang sama

Metode

LIT dan Visual

Census

Hasil monitoring

menunjukan keadaan terumbu karang sedang hingga baik

di Perairan Sanur

5

Strategi

Pengelolaan

Lingkungan Pantai Tanjung

Pesona Kabupaten

Bangka Untuk Pengemba

Jimmy Margomgom

Tambunan (2013)

(1)

menganalisis kondisi

kualitas lingkungan perairan

Pantai Tanjung

Pesona, (2) menganalisis kesesuaian

Survey

Perairan Pantai

Tanjung Pesona tidak berbau dan

tidak dijumpai adanya lapisan minyak dan sampah

yang terapung. Beberapa parameter

fisika kimia yang diukur masih sesuai untuk kegiatan

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

6

ngan

Wisata

fisik pantai

untuk kegiatan wisata

pantai, (3) menganalisi

s daya dukung kawasan

pantai untuk kegiatan

wisata pantai, dan (4)

menganalisis strategi

pengelolaan lingkungan wisata

pantai yang berkelanjuta

n.

wisata bahari. Hasil

analisis kesesuaian wisata masuk kedalam kategori

rekreasi pantai dan berenang.

6

Analisis Kerusakan Pantai

Kecamatan Pondok

Kelapa Kabupaten Bengkulu

Tengah dan

Penentuan Konsep Penangana

nnya

Fadilah (2013)

Mengidentif

ikasi jenis kerusakan pantai di

Kecamatan Pondok

Kelapa, menganalisis penyebab

kerusakan pantai

tersebut dan menentukan konsep

penanganannya.

Deskriptif

analitik melalui

studi kasus

Proses kerusakan pantai Kecamatan Pondok Kelapa

terjadi akibat faktor alam berupa kondisi

hidro-oseanografi lokasi dan faktor antropogenik berupa

kegiatan masyarakat, maka perlu

dilakukan penanganan yang tepat dan terbaik

terhadap kerusakan pantai tersebut, baik

secara alami melalui endors manusia dengan suplai

sedimen (sand nourishment) dan

penanaman kembali tanaman pelindung pantai, maupun

secara buatan

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

7

dengan bangunan

pelindung pantai tembok laut (sea wall), revetmen, dan

jetty.

1.6. Tinjauan Pustaka

1.6.1. Oseanografi

1.6.1.1. Kecerahan

Kecerahan merupakan salah satu dari oseanografi fisika yang merupakan

daya absorsi cahaya pada zat cair yang dipengaruhi oleh padatan terlarut maupun

warna zat cair. Kemampuan air laut dalam merambatkan cahaya khususnya sinar

matahari sangat penting karena sinar matahahari merupakan salah satu kebutuhan

khususnya untuk melakukan fotosintesis untuk beberapa biota laut. Pada air laut

jernih, sinar matahari dengan cepat terabsorsi hingga mencapai 100 meter namun

saat keruh berkisar antara 30 meter hingga 10 meter, bahkan apabila sangat keruh

sinar matahari hanya dapat terabsorsi <3 meter. Penetrasi sinar matahari dapat

mempengaruhi tipe dan distribusi organisme di laut serta suhu laut (Bishop, 1983

dalam Mukhtasor, 2007)

1.6.1.2. Suhu Perairan

Sinar matahari yang dapat terabsorsi hingga 100 meter mempengaruhi

suhu pada kedalaman batas absorsi sinar matahari. Perubahan suhu dapat juga

karena hembusan angin. Suhu air merupakan salah satu parameter yang sering

diukur karena terkait pada proses fisika, kimia dan biologi laut. Penyebaran suhu

laut diakibatkan oleh arus dan turbulensi. Daerah yang tidak terkena sinar

matahari dan tidak terpengaruh oleh arus karena hembusan angin akan lebih

stabil. (Mukhtasor, 2007)

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

8

1.6.1.3. Salinitas

Rasa asin air laut disebabkan oleh terlarut bermacam-macam garam,

terutama garam NaCl. Batas toleransi terumbu karang menghadapi factor salinitas

berkisar antara 27-42‰ (per mil/ppm). Terumbu karang umumnya dapat bertahan

pada salinitas laut normal berkisar 32-35 ‰. Kisaran salinitas tersebut merupakan

salinitas optimal bagi terumbu karang untuk menghasilkan kalsium karbonat

sebagai pembentuk terumbu. (Guntur, 2011)

1.6.2. Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem di dasar laut tropis dibangun

terutama oleh biota penghasil kapur, khususnya jenis-jenis karang batu dan alga

berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya, seperti jenis

jenis moluska, crustacea, echinodermata, polychaeta, porifera dan tinucata serta

biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya termasuk jenis-jenis plankton

dan jenis-jenis ikan lainnya (gambar 1.3). Terumbu karang merupakan

sumberdaya alam penting di Indonesia. Terumbu karang di Indonesia menempati

luas hingga 7500 km² dari luas perairan Indonesia. Luasan ini termasuk di Zona

Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 7,1 juta Km². Luasan terumbu karang ini

tersebut tercatat sekitar 71% yang sudah rusak, sedangkan yang masih baik

berkisar 22,5%, dan sangat baik 6,5% (Supriharyono, 2007).

Gambar 1.3. Ekosistem Terumbu Karang

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

9

1.6.2.1. Tipe Terumbu Karang

Menurut letaknya, Supriharyono (2007) membedakan terumbu karang

menjadi tiga tipe (gambar 1.4), yaitu:

1. Terumbu karang tepi (fringing reef)

2. Terumbu karang penghalang (barrier reef)

3. Terumbu Karang Cincin (Atoll)

Gambar 1.4. Tipe Dasar Geologis Terumbu Karang

Terumbu karang tepi (fringing reef) adalah terumbu yang tumbuh ke arah

atas dan ke arah laut. Pertumbuhan terbaik terdapat di bagian yang cukup arus,

sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu mempunyai pertumbuhan yang

kurang baik, bahkan banyak yang rusak lalu mati karena mengalami kekeringan

dan banyak endapan yang datang dari darat. Terumbu ini berbatasan dengan

dataran pulau besar atau umumnya terdapat pada pulau-pulau kecil.

Perkembangan bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas

dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini

berbentuk melingkar yang ditandai dengan bentukan ban atau bagian endapan

karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan

terumbu jelas mengarah secara vertikal.

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

10

Menurut tipe bentuk pertumbuhan karang (gambar 1.5) dan karakteristik

dari masing-masing genera menurut Ellen Tjandra dan Yosua Ronaldo (2011),

yaitu:

Gambar 1.5. Tipe Bentuk Terumbu Karang

a. Tipe daun (foliose); karang ini tumbuh dalam bentuk lembaran-lembaran yang

menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan

melingkar.

b. Tipe padat (massive); karang ini berbentuk seperti bola, ukurannya bervariasi

mulai dari sebesar telur sampai sebesar ukuran rumah. Jika pada beberapa

bagian karang itu mati, karang ini akan berkembang menjadi tonjolan

sedangkan bila berada di daerah dangkal di bagian atasnya akan berbentuk

seperti cincin. Permukaan terumbu halus dan padat.

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

11

c. Tipe jamur (mushroom); karang ini berbentuk oval dan tampak seperti jamur,

memiliki banyak tonjolan seperti punggung bukit yang berlur dari tepi hingga

kepusat mulut.

d. Tipe bercabang (branching); karang seperti ini memiliki cabang dengan

ukuran cabang lebih panjang dibandingkan dengan ketebalan atau diameter

yang dimilikinya.

e. Tipe meja (tabulate); karang ini berbentuk menyerupai meja dengan

permukaan yang lebar dan datar. Karang ini ditopang oleh sebuah batang

yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar.

f. Tipe kerak/merayap (encrusting); karang seperti ini tumbuh menutupi

permukaan dasar terumbu. Karang ini memiliki permukaan kasar dan keras

serta lubang- lubang kecil.

1.6.2.2. Syarat Hidup Terumbu Karang

Terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal,

seperti Paparan Benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis. Untuk

mencapai pertumbuhan maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang

jernih dengan suhu air perairan yang hangat (25-29°C), kedalaman kurang dari 25

meter, gerakan gelombang yang besar, dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar

dari proses sedimentasi, lalu juga salinitas berkisar pada nilai 34-36 ‰

(Supriharyono, 2007). Berdasarkan hal tersebut, ekosistem terumbu karang serta

biota yang berasosiasi dengan terumbu karang tersebut sangat sensitif terhadap

berbagai hal (Dahuri, 2001 dalam Hikmah, 2009) seperti:

1. Aliran air tawar yang berlebihan yang dapat menurunkan nilai salinitas

perairan

2. Beban sedimen dapat menganggu biota yang mencari makan melalui proses

penyaringan (filter feeder)

3. Suhu air ekstrim, yaitu suhu air di luar batas suhu air toleransi terumbu karang

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

12

4. Polusi seperti biosida dari aktivitas pertanian yang masuk akal ke perairan

lokal

5. Kerusakan terumbu, seperti yang disebabkan oleh badai siklon dan jangkar

perahu

6. Beban nutrien berlebihan yang menyebabkan berkembangnya alga secara

berlebihan, sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme koral atau

timbulnya blooming fitoplankton yang dapat menghalangi penetrasi sinar

matahari sehingga tingkat fotosintesis dari koral menurun.

1.6.2.3. Kerusakan Terumbu Karang

Kerusakan dapat terjadi karena gangguan dari aktivitas manusia baik di

daratan maupun lautan. Dampak tersebut disebabkan dari serangkaian kegiatan

(Guntur, 2011) diantaranya:

1. Pembangunan di wilayah pesisir untuk perumahan, hotel, industri, pelabuhan

dan pembangunan marina seringkali menyebabkan terjadinya reklamasi

daratan dan pengerukan tanah. Hal ini dapat meningkatkan sedimentasi

(sehingga meningkatkan kerusakan karang yang juga berpengaruh terhadap

jumlah ikan).

2. Pencemaran pada laut seperti pembuangan limbah industri dan rumah tangga

yang dapat meningkatkan tingkat nutrisi dan racun di lingkungan terumbu

karang. Pembuangan limbah yang tidak diolah terlebih dahulu ke laut

menambah nutrisi dan pertambahan alga yang berlebihan. Limbah kaya

nutrisi dari pembuangan atau sumber lain khususnya amat menganggu,

karena mereka meningkatkan perubahan besar dari struktur terumbu karang

secara perlahan dan teratur.

3. Kegiatan kapal dapat berdampak buruk bagi terumbu karang melalui

tumpahan minyak dan pembuangan dari kapal. Kerusakan fisik secara

langsung dapat terjadi karena kapal membuang jangkar di terumbu karang

dan kapal berlabuh secara tidak di sengaja.

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

13

4. Kegiatan secara langsung yang dilakukan oleh manusia seperti penangkapan

ikan secara berlebihan, menginjak karang untuk mengumpulkan kerang, para

penyelam yang melintas di atas karang, pencurian karang secara ilegal dan

sebagainya.

Kerusakan terumbu karang dapat juga dikarenakan bukan oleh manusia.

Faktor alam yang dapat merusak terumbu karang menurut Yayasan TERANGI

mengenai penyakit terumbu karang adalah sebagai berikut (gambar 1.6 dan 1.7) :

≈Coral Bleaching

Dimakan oleh ikan (ikan

kakaktua dan buntal)

Dimakan oleh COT (Crown Of

Thorn)

Dimakan oleh Siput Drupella

Tingginya suhu air laut yang

tidak normal

Tingginya tingkat sinar

ultraviolet

Kurangnya cahaya

Tingginya tingkat kekeruhan dan

sedimentasi air

Kadar garam yang tidak normal

dan polusi

Pertumbuhan alga berlebih

≈Black Band Desease

Bakteri

Gambar 1.6. Coral Bleaching

(Terumbu karang berwarna putih)

Gambar 1.7. Black Band Desease

(Terumbu karang bergaris hitam)

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

14

1.6.3. Sampah

Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu

sumber hasil aktivitas manusia maupun proses proses alam yang tidak mempunyai

nilai ekonomi. Dalam Undang Undang No.18 tentang Pengelolaan Sampah

menyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau

dari proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan sifatnya terdiri dari sampah

organik (dapat terurai) dan sampah anorganik (tidak dapat terurai).

1.6.3.1. Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah dengan bahan yang dapat diuraikan.

Penguraian dilakukan secara biologis oleh bakteri. Penguraian ini dibutuhkan oleh

bakteri sebagai sumber molekul organik untuk fotosintesisnya. Bakteri pengurai

terbagi dalam 2 golongan, yaitu bakteri aerob dan bakteri anaerob. Bakteri aerob

memerlukan oksigen bebas untuk hidup dan melakukan penguraian, sedangkan

bakteri anaerob sebaliknya. Bakteri anaerob dalam penguraian sering

menghasilkan asam organik, alcohol, markaptan dan hydrogen sulfide. Senyawa

ini berbau busuk dan beracun bagi organisme. (Mukhtasor, 2007)

1.6.3.2. Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah dengan bahan selain unsur H, unsur O

dan biasanya tidak dapat terurai atau terurai dalam waktu yang sangat lama.

Sampah anorganik juga dapat berupa senyawa konservatif, yaitu senyawa yang

dapat bertahan lama dalam suatu ekosistem sebelum akhirnya mengendap ataupun

terabsorsi oleh adanya proses reaksi fisika dan kimia. Bahan anorganik seperti

sianida, ammonia, asam alkali dan logam berat. (Mukhtasor, 2007)

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

15

1.7. Kerangka Pemikiran

Kepulauan Seribu merupakan daerah dengan pulau-pulau yang memiliki

potensi berupa terumbu karang. Potensi inilah yang menjadikan Rencana Tata

Ruang Provinsi DKI Jakarta pada Kepulauan Seribu sebagai Program Wisata

Bahari. Namun pada kenyataannya wisatawan yang datang ke Kepulauan Seribu

terus menyusut khususnya di Pulau Panggang.

Kepulauan Seribu juga memiliki permasalahan seperti halnya pulau-pulau

kecil lainnya seperti abrasi, kerusakan terumbu karang, reklamasi sporadis,

pencemaran perairan laut, dan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Akibat

kepadatan penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan sulitnya pengelolaan

seperti hal nya sampah dikarenakan terbatasnya ruang pembuangan sampah.

Keterbatasan ruang menjadikan pantai sebagai tempat pembuangan sampah. Daerah

pantai yang dijadikan tempat pembuangan sampah tentu merupakan salah satu

penyebab terjadinya pencemaran perairan laut dan rusaknya terumbu karang.

Kemungkinan jumlah wisatawan yang menyusut ke daerah Kepulauan Seribu

dikarenakan hal tersebut. Alur Kerangka Pemikiran dapat dilihat di gambar 1.8

berikut.

Gambar 1.8. Kerangka Pemikiran

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

16

1.8. Batasan Operasional

1. Terumbu Karang adalah struktur ekosistem di bawah laut yang dibangun

dari kalsium karbonat (CaCO3). Kalsium karbonat ini dibentuk oleh

hewan karang (Ellen Tjandra dan Yosua Ronaldo Siagian, 2011)

2. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam

(Mukhtasor. 2007)

3. Sampah organik adalah sampah dengan bahan yang dapat diuraikan

(Mukhtasor. 2007)

4. Sampah anorganik adalah sampah dengan bahan selain unsur H, unsur O

dan biasanya tidak dapat terurai atau terurai dalam waktu yang sangat lama

(Mukhtasor. 2007)

5. Pulau Panggang adalah sebuah pulau dan juga merupakan kelurahan di

kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu,

Provinsi DKI Jakarta (jakarta.go.id)

6. Wisata bahari yaitu tentang kepariwisataan adalah usaha yang

menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana

dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial diperairan

laut, pantai, sungai, danau dan waduk. (UU No 10 tahun 2009)

7. Persentase karang mati adalah nilai rasio dari karang yang mati dengan

jumlah total karang hidup dan mati. (Jos Hill, 2005)

8. Faktor fisik yang dimaksud merupakan faktor-faktor fisik lingkungan yang

berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang. Faktor

tersebut dibedakan menjadi oseanografi. (Supriharyono, 2007)

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78332/potongan/S1-2014-301245... · Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahan nya di Perairan Sanur

17

9. Faktor oseanografi dibedakan menjadi fisika dan kimia. Faktor fisika yang

dimaksud berupa suhu air dan kecerahan air. Faktor kimia yang

dimaksud adalah salinitas air. (Supriharyono. 2007)

10. Line Intercept Transect (LIT) adalah metode survei terumbu karang

dengan garis disertai poin penggambaran Informasi pada jarak tertentu

berupa penutupan dari komunitas benthik seperti karang keras, karang

lunak, alga, batu, karang mati dan spons. (Terangi.or.id)

11. Kecerahan air adalah kemampuan air dalam merambatkan cahaya

(Supriharyono. 2007)

12. Suhu air adalah temperatur perairan (Supriharyono. 2007)

13. Salinitas adalah kadar garam dalam suatu perairan (Supriharyono. 2007)

ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG,KABUPATEN KEPULAUAN SERIBUBANI DARMAWANUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/